PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA INVESTOR YANG...
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA INVESTOR YANG...
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA INVESTOR YANG DIRUGIKAN
TERKAIT DENGAN TRANSAKSI IPO DI PASAR MODAL
(Studi Putusan Nomor. 72/PDT/2012/PT.DKI)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Ariq Putra
NIM : 1113048000024
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
LEMBARPERNYATAAN
1.Skripsi ini me rupakan hasil karya acli saya yang diajukan untuk mernenuhi satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Strata I (S 1) di Universitas Islam 1 egeri (U IN)
Syarif Hidayatullah ] akarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (U IN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil kar ya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiclayatullah
Jakarta.
Jakarta, Januari 2018
ii
ii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Januari 2018
Ariq Putra
iii
ABSTRAK
Ariq Putra, NIM 1113048000024, “Perlindungan Hukum Terhadap Para Investor
Yang Dirugikan Terkait Dengan Transaksi Ipo Di Pasar Modal (Studi Putusan
No. 72/PDT/2012/PT.DKI)”, Strata Satu (S1), Konsentrasi Hukum Kelembagaan
Negara, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1439 H/ 2017 M, vi+51 halaman. Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perlindungan yang didapat oleh para investor khususnya
dalam Pasar Modal apabila terjadi tindakan yang merugikan para investor karena
perbuatan yang dilarang oleh Undang-undang. Latar belakang penelitian ini didasari
oleh fenomena yang terjadi di Indonesia para investor dalam Pasar Modal yang
mengalami kerugian karena adanya tindakan Perbuatan Melawan Hukum oleh
Direksi dari perusahaan sekuritas, yang dimana para nasabah dari perusahaan PT
Sarijaya Permana Sekuritas yang melakukan tindakan penipuan dengan cara membuat
rekening fiktif (nominee) dengan menggunakan dana nasabahnya. Penelitian ini
bersifat library research, mengkaji kasus yang terjadi dan mengkaitkan peraturan
perundangundangan yang berlaku untuk mendukung penelitian. Metode analisis yang
digunakan adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-
undangan (statute approach), pendekatan kasus (case study) serta pendekatan
konseptual (conceptual approach). Dalam penelitian ini menggunakan tiga bahan
hukum yang digunakan yakni, bahan hukum primer terdiri dari Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan serta putusan Nomor 72/PDT/2012/PT.DKI, dan aturan perundang-
undangan lain yang terkait, bahan hukum sekunder terdiri dari publikasi tentang
hukum dalam kepailitan meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan
komentar-komentar atas kasus yang terjadi, bahan non hukum terdiri dari buku-buku
mengenai Pasar Modal, Kejahatan Pasar Modal, dan Perlindungan Investor. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Direksi dari PT. Sarijaya
Permana Sekuritas merupakan tindakan Perbuatan Melawan Hukum sehingga
berakibat pada kerugian para investor yang para Direksi harus turut bertanggung
jawab secara pribadi atas kerugian yang diderita oleh investor. Putusan Hakim dalam
kasus tersebut sudah final dan mengikat sesuai dengan hukum Pasar Modal
Kata Kunci : Pasar Modal, Penipuan Pasar Modal, Perlindungan Investor
Pembimbing : Dr. Nahrowi S.H., M.H
Sumber Rujukan dari 1980 sampai 2017
iv
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمان الرحيم
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang
tidak terhingga banyakanya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman. Dengan mengucap Alhamdullilahi Robbil ‘alamin penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP PARA INVESTOR YANG DIRUGIKAN TERKAIT DENGAN
TRANSAKSI IPO DI PASAR MODAL (Studi Putusan Nomor.
72/PDT/2012/PT.DKI)”
Dalam penyelsaian Skrpsi ini tidak terlepas dari pengetahuan keilmuan penulis
dapatkan dari berbagai sumber, selain itu tidak lupa pula terimakasih atas bimbingan,
bantuan, nasehat, doa, dan dukungannya. Kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Dekan Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan
Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan serta masukan atas
penyusunan skripsi.
3. Dr. Nahrowi S.H., M.H dosen Pembimbing yang telah bersedia menyediakan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan masukan terhadap
proses penyusunan skripsi ini
4. Kepada Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Pusat Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
5. Pihak-pihak yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
Akhir kata, atas jasa dan bantuan semua pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, masyarakat
serta para pembaca kalangan umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Januari 2018
Ariq Putra
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah, batasan masalah, dan Rumusan Masalah ...... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 5
D. Metode Penelitian............................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 10
A. Kerangka Konseptual ....................................................................... 10
B. Kerangka Teori................................................................................. 11
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................... 24
BAB III BENTUK-BENTUK KEGIATAN YANG DILARANG DALAM
PASAR MODAL ...................................................................................................... 26
A. Perkembangan Kejahatan Pada Zaman Moderen ............................ 26
1. Perkembangan Kejahatan Pada Zaman Moderen ..................... 26
B. Kejahatan Pada Pasar Modal ............................................................ 28
1. Bentuk Kegiatan yang Dilarang pada Pasar Modal .................. 28
C. Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) ...................... 32
1. Pengertian Penawaran Umum ................................................... 32
D. Kasus Penipuan Oleh Direksi PT. Sarijaya Permana Sekuritas ....... 35
1. Gambaran Secara Umum Mengenai Duduk Perkara ................ 35
2. Tuntutan penggugat dalam Kasus PT. Sarijaya ........................ 36
vii
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM PADA INVESTOR DALAM MENURUT
UNDANG-UNDANG DENGAN PUTUSAN PENGADILAN NO
72/PDT/2012/PT.DKI................................................................................................40
A. Perindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. ............................................... 39
1. Perlindungan Hukum pada Undang-Undang Pasar Modal ....... 39
2. Perlindungan Bapepam bagi Investor ...................................... 39
B. Perlindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan ............................. 43
1. Perlindungan Investor pada Undang-Undang Otoritas Jasa
Keuangan................................................................................... 43
C. Penerapan Prinsip “Piercing the Corporate Veil” Dengan Tindakan
Direksi Pada PT Sarijaya Permana Sekuritas....................................47
1. Pengertian Piercing the Corporate Veil.......................................47
2. Tanggung Jawab Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas
berdasarkan Doktrin Piercing the Corporate Veil ......................48
D. Tata Cara Penggantian Ganti Rugi Terhadap Perbuatan Melawan
Hukum Terkait Putusan Nomor.72/PDT/2012/PT.DKI....................49
1. Cara Penggantian Ganti Rugi PMH Berdasarkan KUHPer..........49
E. Tanggung Jawab Direksi Menurut Pasal 97 Ayat 3 dan Pasal 114
Ayat 3 Tentang Perseroan Terbatas Terhadap Perbuatan Melawan
Hukum Dalam Putusan Nomor : 401/Pdt.G/2010/PN.JKT.Sel ....... 51
viii
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 53
A. Kesimpulan ................................................................................................. 53
B. Rekomendasi............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 55
LAMPIRAN ..............................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bisnis merupakan suatu urusan atau kegiatan dagang, Industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa,
dengan menempatkan uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan
usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan.1 Kegiatan Bisnis ini
pun juga harus memiliki aturan-aturan khusus yang mengatur agar tidak terjadinya
tindakan yang dapat merugikan kepada sesama pelaku bisnis yang diatur dengan
adanya Hukum Bisnis yang merupakan lex specialis (Hukum Khusus) dari Hukum
Perdata.
Hukum Perdata memiliki ruang lingkup yang luas, yang salah satunya
adalah Hukum bisnis, yang mengatur tentang kegiatan bisnis yang lebih spesifik.
Menurut Zaeni Asyhadie. Hukum Bisnis adalah serangkaian peraturan yang
berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan urusan-urusan
perusahaan dalam menjalankan roda perekonomian2. Sedangkan menurut Munir
Fuady, Hukum Bisnis merupakan suatu perangkat kaidah hukum (ternasuk
enforcement-nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau
kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para entrepreneur
dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif adalah untuk
1Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. (Bandung: Citra Aditya Bakti) h. 2. 2Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia. (Jakarta:
RajaGrafindo Persada) h. 32.
2
mendapatkan keuntungan tertentu.3 Dengan demikian, secara garis besar hukum
bisnis merupakan suatu aturan-aturan yang mengatur segala tindakan-tindakan
yang terjadi didalam kegiatan bisnis. Adapun yang merupakan ruang lingkup dari
hukum bisnis ini, antara lain adalah Hukum Asar Modal yang diatur dalam
Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal4
Salah satu ruang lingkup yang ada pada hukum bisnis adalah Pasar
Modal, yang dimana pengertian dari pasar modal yaitu suatu tempat atau sistem
bagaimana dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu
perusahaan merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang
baru dikeluarkan5. Namun dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
pasal 1 ayat 13 menyebutkan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang
berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Didalam kegiatan Pasar Modal begitu marak dan complicated, maka
sangat dibutuhkan suatu perangkat hukum yang mengaturnya agar pasar tersebut
menjadi teratur, adil, dan sebagainya. Sehingga kemudian lahirlah apa yang
disebut Hukum Pasar Modal itu (Capital Market Law, Securities Law).6 Hukum
pasar modal menurut Munir Fuady. didalam bukunya yang berjudul Pasar Modal
Modern (Tinjauan Hukum) adalah hukum yang mengatur segala segi yang
berkenaan dengan pasar modal.7
3 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. (Bandung: Citra Aditya Bakti) h. 2. 4 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. h. 3. 5 Abdurrahman, A. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan. (Jakarta: PT Pradnya
Paramita) h. 169. 6 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung: PT Aditya Citra Bakti), h.
12. 7 Munir Fuady, Pasar Modal Modern, h. 12.
3
Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 badan yang berwenang
dalam mengatur dan mengawasi segala kegiatan yang terjadi didalam pasar
modal adalah Bapepam, namun fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jada keuangan di sektor Pasar Modal, Peransurasian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dari
Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga badan pengawasan
yang sah dalam bidang Pasar Modal berpindah ke OJK berdasarkan Undang-
undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada pasal 55
ayat (1) yang berisi Sejak tanggal 31 Desember 2012.
Dalam praktik di pasar modal banyak terjadi tindak pidana, salah satunya
adalah tindak pidana penggelapan rekening efek nasabah oleh emiten kepada
nasabahnya, yang dimana dibutuhkannya perlindungan hukum bagi nasabah.
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal dinyatakan
bahwa “Pembinaan, pengaturan, pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan mewujudkan terciptanya
kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat.”
Dalam dunia bisnis penggelapan merupakan contoh dari kegiatan
perbuatan melawan hukum yang terjadi juga di Indonesia, salah satu contohnya
adalah pada kasus penggelapan rekening efek nasabah yang dilakukan oleh
direksi utama dari PT. Sarijaya Permana Sekuritas, yang dimana direksinya
melakukan penyalahgunaan dana nasabah sebesar 14 Milyar Rupiah dari 143
nasabahnya yang sangat merugikan.
Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen diatur mengenai adanya perlindungan terhadap
konsumen. Terkait dengan kasus penggelapan di atas, perlindungan konsumen
4
dalam pasar modal selanjutnya akan disebut sebagai perlindungan investor pasar
modal karena konsumen dalam sektor pasar modal adalah pemodal atau investor.
Maka dari itu, aspek perlindungan terhadap investor pasar modal menjadi
kewenangan OJK. Perihal perlindungan konsumen tercantum dalam Pasal 28,
Pasal 29, dan Pasal 30 Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK yang
merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur secara eksplisit perihal
perlindungan konsumen dan masyarakat atas industri jasa keuangan8. pada
kesempatan ini peneliti akan melakukan analisa yuridis terhadap penerapan UU
di bidang pasar modal dan UU perlindungan konsumen dalam penerapan di
dalam putusan pengadilan.
Dengan penjelasan Latar Belakang yang telah dipaparkan peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap
Para Investor yang Dirugikan Terkait Dengan Transaksi IPO di Pasar
Modal (Studi Putusan No. 72/PDT/2012/PT.DKI)”
B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah Dalam Skripsi ini Meliputi :
1. Perbuatan Melawan Hukum oleh Direksi.
2. Perbuatan Direksi yang merugikan investornya.
3. Pembukaan rekenening nominee untuk kepentingan pribadi oleh
Direksi.
4. Tindakan dari Direksi yang tidak beritikad baik.
5. Direksi yang melakukan tindakan diluar wewenangnya.
8 Hilda Hilmiah Dimyati, Jurnal Citra Hukum, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar
Modal" Vol 1 No. 2 Desember 2014, h. 343
5
6. Tanggung jawab direksi akan penggantian ganti rugi atas
tindakannya.
2. Batasan Masalah
Agar penelitian menjadi tidak melebar, tepat sasaran dan menjadi efektif
maka penulis hanya membatasi penelitian penulis pada Perlindungan hukum
terhadap investor yang dirugikan atas efek di bursa tindakan oleh emiten yang
terjadi di Indonesia ditinjau berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang OJK,
KUHAPer dan putusan perdata yang bernomor 72/PDT/2012/PT.DKI kasus
PT. Sarijaya Permana Sekuritas.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan terkait latar belakang dan pembatasan masalah
yang telah dibahas di atas maka penulis memaparkan beberapa perumusan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para investor yang dirugikan
akibat adanya penyalahgunaan dana oleh Direksi dari Perusahaan
Pengelola Surat Berharga?
b. Bagaimana tata cara pengajuan dan pemberian ganti rugi terhadap para
investor menurut peraturan perundang-undangan terkait putusan Nomor.
72/PDT/2012/PT.DKI?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian
penlitian ini adalah :
6
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum perdata terhadap para investor
yang dirugikan akibat adanya penyalahgunaan dana dari Perusahaan
Pengelola Surat Berharga
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajuan ganti rugi menurut perundang-
undangan terhadap para investor berdasarkan putusan Pengadilan
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis bagi
pengembangan ilmu, maupun secara praktis bagi guna laksananya. Kegunaan
tersebut peneliti uraikan sebagai berikut di bawah ini :
a. Secara teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan untuk pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam
perkembangan hukumperlindungan konsumen;
b. Secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam praktik perlindungan hukum kepada
masyarakat.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif
dengan metode penelitian deskriptif diagnostik.
1. Tipe Penelitian.
Penelitian ini menggunakan sifat deskriptif diagnostik yang berjudul
Perlindungan Hukum Terhadap Para Investor yang Dirugikan Terkait
Dengan Transaksi IPO di Pasar Modal (Studi Putusan No.
72/PDT/2012/PT.DKI). Karena penilitian ini berdasarkan gejala-gejala yang
7
sudah terjadi, dan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan
mengenai sebab-sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala.9
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan Masalah yang terdapat dalam penelitian ini merupakan
pendekattan Yuridis Normatif yang berdasarkan bahan hukum utama dengan
cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan. Karena aturan tentang perlindungan konsumen ini
menggunakan aturan-aturan hukum ositif.
3. Bahan Hukum
Bahan hukum yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer meliputi perundang-undangan, catataan-
catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan atau
putusan-putusan hukum.10 Bahan hukum yang terdapat pada penelitian
ini adalah Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal,
Undang-undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
b. Bahan Hukum Sekunder.
Bahan hukum sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan Hukum perlindungan
konsumen dan hukum Pasar Modal, Jurnal – jurnal hukum yang terdapat
pada situs internet dan juga skripsi tentang perlindungan konsumen.
9 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Universitas Indonesia), h. 10. 10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010) h. 141
8
c. Bahan non Hukum
Bahan non Hukum merupakan bahan yang digunakan sebagai
penunjang untuk data primer dan data sekunder. Contohnya seperti
kamus, berita-berita, dan bahasan-bahasan tentang hukum yang
terkait.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan
data dengan data yang sekunder berupa buku, jurnal, artikel ataupun
literatur lainnya.
5. Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa data kepustakaan
maupun data dari lapangan dianalisis dengan cara Normatif Kualitatif, karena
penelitian sebagian besar terfokus pada aturan-aturan yang terdapat pada
hukum positif. Dan kualitatif karena dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara analisis data, bukan menggunakan teknik yang menggunakan rumus dan
angka.
6. Teknik Penulisan
Pedoman yang digunakan dalam Teknik Penelitian yang terdapat di
skripsi ini disesuaikan kaidah-kaidah penelitian karya ilmiah dan buku
“Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”
9
E. Sistematika Penelitian
Pemaparan dalam isi penulisan ini secara menyeluruh maka peneliti
menggunakan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
BAB 1, Pendahuluan. Dalam bab ini menjelaskan bahwa terkait latar
belakang masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka konseptual, metode
penelitian, sistematika penelitian dan daftar pustaka.
BAB II, Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal. Di bab ini peneliti
menjelaskan terkait tinjauan umum tentang perlindungan hukum pada investor
yang mengalami kerugian atas tindakan penipuan oleh perusahaan penyedia
investasi.
BAB III, Bentuk Kegiatan Yang Dilarang Dalam Pasar Modal di
Indonesia. Dalam bab ini peneliti membahas tentang bagaimana perlindungan
hukum investor yang mengalami kerugian pada praktiknya berdasarkan studi
putusan.
BAB IV Perlindungan Hukum Pada Investor Dalam Putusan Pengadilan NO
72/PDT/2012/PT.DKI. Dalam bab ini peneliti akan menganalisis tentang
perlindungan hukum pada investor dengan membandingkan tinjauan yuridisnya
dengan praktik pada studi putusan.
BAB V Penutup. peneliti memaparkan kesimpulan dan rekomendasi selama
melakukan pembuatan penelitian yang telah dilakukan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Pasar Modal adalah suatu tempat atau system bagaimana caranya
dipenuhinyabkebutuhan-kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaann,
merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru
dikeluarkan.
2. Hukum Pasar Modal adalah hukum yang mengatur kegiatan pasar modal
mencakup ketentuan mengenai persyaratan perusahaan yang menawarkan
saham atau obligasi kepada masyarakat, ketentuan mengenai pedagang
perantara, profesi penunjang, lembaga penunjang, perlindungan investor serta
aturan main di pasar modal.
3. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga independent yang
mengawasi dan membuat semua peraturan untuk semua lembaga keuangan
yang ada di Indonesia.
4. Investor adalah pihak yang memiliki modal untuk dipinjamkan atau di
investasikan didalam pasar modal.
5. Emiten adalah perusahaan-perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar
modal dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum
kepada masyarakat.
6. Bursa efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-Pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka. Secara ringkas
bursa efek dikatakan sebagai penyedia prasarana, fasilitas dan sistem pasar
modal sehingga berlangsung pasar modal yang efisien, likuid, transparan dan
sehat.
11
7. Lembaga Kliring dan Penjaminan, menurut undang-undang pasar modal
pengertian lembaga Kliring dan Penjaminan adalah pihak yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa.
B. Kerangka Teori
1. Pasar Modal
Istilah “pasar modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah capital
market. Yang berarti suatu tempat atau system bagaimana caranya
dipenuhinyabkebutuhan-kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaann,
merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru
dikeluarkan1
Pada dasarnya pasar modal adalah pasar yang pada umumnya merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli, namun didalam pasar modal yang
diperjual belikan adalah modal atau dana. Jadi pengertian pasar modal secara
secara umum adalah pasar abstrak dimana yang diperjualbelikan adalah dana-
dana jangka panjang, yakni dana yang berjangka waktu lebih dari satu tahun
dalam bentuk surat-surat berharga di bursa efek2.
Didalam Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 dijelaskan
tentang pengertian pasar modal, yang dimana didalam undang-undang ini Pasar
Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Adapun pengertian pasar modal didalam Undang-undang Otoritas Jasa
Keuangan nomo 21 tahun 2011 pada pasal 1 (7) adalah kegiatan yang
1Abdurrahman, A., Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, h.76 2Bo Economica-FEUI, Pasar Modal Indonesia Gagasan dan Tanggapan, (Jakarta : FEUI) h.
15
12
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang mengenai pasar modal.
Sedangkan pengertian pasar modal menurut HMN Purwosutjipto adalah :
“ Pasar modal adalah tempat pertemuan penawaran dan permintaan dana-
dana dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun”3
Menurut penjelasan diatas pasar modal merupakan tempat dimana penjual
dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli yang berbentuk
modal/dana. Dana yang diperjualbelikan itu adalah dana yang dipergunakan
dalam jangka panjang.4 Modal atau Dana yang diperjualbelikan didalam pasar
modal berbentuk surat berharga atau efek adalah saham, dan obligasi (surat
hutang).
Didalam pasar modal ada dua macam bentuk pasar, yaitu pasar primer dan
pasar sekunder. Pasar primer atau primary market merupakan pasar dimana
emiten melakukan penawaran umum pertama kali atau go public yang dimana
dengan waktu yang ditentukan sebelum sahamnya diperjual belikan didalam
pasar sekunder. Pengertian pasar sekunder atau secondary market adalah pasar
dimana tempat untuk memperjual belikan saham yang sudah diterbitkan
terlebih dahulu didalam pasar perdana, sehingga transaksi didalam pasar
sekunder ini jauh lebih mudah dibandingkan transaksi yang terjadi didalam
pasar primer.
3H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1 (Jakarta : Djambatan
1993), h. 151 4H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1, h. 151
13
2. Peranan umum pasar modal
Pasar Modal memiliki peranan penting dalam suatu perkembangan
ekonomi di suatu Negara. Karena suatu pasar modal dapat berfungsi menjadi :5
1. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke
dalam kegiatan-kegiatan yang produktif.
2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional.
3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan
kesempatan kerja.
4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
5. Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market menata system
moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market
operation” sewaktu-waktu diperlukan oleh bank sentral.
6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable.
7. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.
Dalam prakteknya didalam pasar modal sangat sering terjadi tindakan-
tindakan yang bertentangan, sehingga dibutuhkannya sebuah perangkat
hukum yang dapat mengatur segala tindakan didalam pasar modal sehingga
menjadi teratur dan adil.
3. Hukum Pasar Modal
Pengertian hukum pasar modal merupakan hukum yang mengatur kegiatan
pasar modal mencakup ketentuan mengenai persyaratan perusahaan yang
menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat, ketentuan mengenai
pedagang perantara, profesi penunjang, lembaga penunjang, perlindungan
5 Departemen Keuangan RI, Seluk Beluk Pasar Modal (Jakarta : t,t) h. 5
14
investor serta aturan main di pasar modal. Jadi pengertian hukum pasar modal
secara singkat merupakan aturan-aturan hukum yang mengatur tentang segala
sesuatu yang terjadi di pasar modal yang bertujuan untuk menjaga
keterlangsungan kegiatan didalam pasar modal. Dan di Indoensia aturan-aturan
tersebut dibuat didalam undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995.
4. Ruang lingkup Hukum Pasar Modal
Hukum pasar modal pada prinsipnya mengatur semua yang bersangkutan
dengan pasar modal. Adapun ruang lingkup pengaturan hukum pasar modal
adalah:6
1. pengaturan tentang perusahaan, misalnya :
a. Disclosure requirement
b. Perlindungan pemegang saham minortias
2. Tentang surat berharga pasar modal.
3. Pengaturan tentang administrasi pelaksanaan pasar modal yang meliputi :
a. Tentang perusahaan yang menawarkan surat berharga,
b. Tentang profesi dalam pasar modal,
c. Tentang perlindungan surat berharga.
Tujuan pokok dari pengaturan pada hukum pasar modal adalah sebagai
berikut :
1. Keterbukaan informasi
2. Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku pasar modal pasar yang tertib
dan modern
3. Efsiensi
4. Kewajaran
6 Munir Fuady, pasar modal modern (tinjauan hukum) (Bandung : Citra Aditya) h. 13
15
5. Perlindungan investor.
Salah satu dari tujuan pokok ditetapkannya hukum pasar modal adalah
supaya para investor merasa terlindungi selama mereka ber-investasi didalam
pasar modal dan menumbuhkan rasa aman sehingga makin banyak masyarakat
yang ingin berinvestasi di pasar modal, karena pasar modal merupakan salah
satu sarana untuk menghimpun dana masyarakat untuk kegiatan-kegiatan yang
produktif.
5. Lembaga Pengawas Pasar Modal (Otoritas Jasa Keuangan)
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK merupakan lembaga independent
yang mengawasi dan membuat semua peraturan untuk semua lembaga
keuangan yang ada di Indonesia. Salah satu kegiatan yang diawasi oleh Otoritas
Jasa Keuangan ini adalah pasar modal, yang dimana sebelumnya didalam
undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 badan pengawasan yang sah
secara hukum adalah BAPEPAM atau badan pengawas pasar modal, namun
karena alasan efisiensi maka lembaga yang sah secara hukum sebagai lembaga
pengawas pasar modal diubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK yang
diubah berdasarkan undang-undang otoritas jasa keuangan nomor 21 tahun
2011, yang berisi segala kegiatan BAPEPAM dipindahkan ke lembaga Otoritas
Jasa Keuangan.
1) Tujuan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan
Selain melakukan pengawasan terhadap sektor pasar modal didalam pasal
4 undang-undang otoritas jasa keuangan nomor 21 tahun 2011 disebutkan tugas
dari otoritas jasa keuangan adalah :7
7 www.ojk.go.id
16
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil; dan
c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.
Selain tugas dari otoritas jasa keuangan, fungsi utama Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa
keuangan.
Dari isi pasal 4 disebutkan bahwa otoritas jasa keuangan sebagai lembaga
independent pengawas dalam bidang pasar modal juga memliki tujuan untuk
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat jika terjadinya kegiatan-
kegiatan merugikan yang dilakukan oleh lembaga keuangan.
Didalam pasal 28, 29, dan 30 undang-undang otoritas jasa keuangan di
sebutkan tentang perlindungan konsumen dan masyarakat terhadap lembaga
keuangan oleh otoritas jasa keuangan, seperti memberi sanksi administrasi
kepada sebuah lembaga keuangan apabila terbukti melakukan tindakan yang
merugikan investor, atau membantu penyelesaikan masalah antara investor dan
lembaga keuangan.
6. Pelaku pasar modal
Dalam pasar modal banyak pelaku yang mempunyai andil didalam
berjalannya proses jual beli didalam pasar modal, namun dari banyaknya pelaku
pasar modal, mereka dapat digolong-golongkan ke dalam beberapa kategori,
dan yang memiliki andil yang sangat penting didalam berjalannya kegiatan
didalam pasar modal adalah: 8
8Munir Fuady, pasar modal modern (tinjauan hukum) h. 13
17
a. Kategori Pelaku Investasi, yang merupakan investor di pasar modal,
pengertian investor adalah pihak yang memiliki modal untuk dipinjamkan
atau di investasikan didalam pasar modal.
b. Kategori penarik modal, yang terdiri dari pihak yang mengemisi suatu
sekuritas atau emiten, emiten menurut undang-undang pasar modal nomor 8
tahun 1995 adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Jadi emiten
adalah perusahaan-perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal
dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum
kepada masyarakat. 9
c. Kategori penyedia fasilitas, yang merupakan pihak-pihak yang menyediakan
fasilitas atau tempat tertentu terhadap kegiatan pasar modal, yaitu :
1) Bursa efek menurut undang-undang pasar modal adalah Bursa Efek
adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-
Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka.
Secara ringkas bursa efek dikatakan sebagai penyedia prasarana,
fasilitas dan sistem pasar modal sehingga berlangsung pasar modal
yang efisien, likuid, transparan dan sehat.10
2) Lembaga Kliring dan Penjaminan, menurut undang-undang pasar
modal pengertian lembaga Kliring dan Penjaminan adalah pihak yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi
bursa. lembaga ini didirikan dengan tujuan menyelenggarakan jasa
kliring dan penyimpanan terhadap penyelesaian transaksi bursa yang
teratur, wajar, dan efisien.
9 Marzuki Usman, ABC Pasar Modal Indonesia (Jakarta : Lembaga Pengembangan
Perbankan Indonesia dan Ikatan Sarjana Ekonomi, 1990), h. 33. 10 Ir. D. Cyril Noerhadi, “UU Pasar Modal dan Perkembangan Bursa Saham Indonesia,”
Jurnal Hukum Bisnis Volume 2 (1997) : 65
18
3) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, yang merupakan suatu
lembaga yang didirikan untuk menyediakan fasilitas jasa custodian
sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar, dan efisien. Sama
dengan untuk kegiatan kliring dan penjaminan, maka yang dapat
melakukan kegiatan sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian
adalah suatu perseroan yang sudah mendapat izin dari bapepam
(sekarang OJK).
d. Kategori Pengawas ada sekelompok pihak yang oleh hukum diberikan tugas-
tugas control atau pengawasan sehingga jalannya kegiatan pasar modal dapat
lebih tertib, adil, efektif, dan efisien. Kelompok ini terdiri dari OJK yang
memang ditugaskan untuk mengawasi jalannya kegiatan pasar modal.
Disamping itu, masih ada lagi pihak-pihak yang sungguhpun bukan
ditugaskan khusus untuk mengawasi jalannya kegatan pasar modal tetapi
dalam pekerjaannya sehari-hari masih ada kemungkinan ikut mengawasi
pasar modal ini. Seperti pihak-pihak pemerintah misalnya Departemen
keuangan, Bank Indonesia, Kepolisian (jika ada kasus pidana di pasar modal
dll)
7. Saham dan Obligasi
Surat-surat berharga merupakan instrumen penting didalam pasar
modal, yang dimana surat-surat berharga dalam pasar modal merupakan bukti
kepemilikan atau bukti peminjaman modal atas suatu perusahaan. Yang
dimaksud dengan surat berharga dalam pasar modal ini adalah saham dan
obligasi yang memiliki perbedaan masing-masing.
Yang pertama merupakan saham, saham atau stock merupakan salah
satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham
merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan
perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang
19
banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik11
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Didalam sebuah kepemilikan pasti dapat menimbulkan keuntungan dan
memiliki sebuah resiko. Pada pasar modal, investor yang membeli atau
memiliki saham pada sebuah perusahaan dapat memiliki keuntungan sebagai
berikut :12
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang
pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang
saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan
saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham
yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat
berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat
pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
11 www.idx.co.id 12 www.idx.co.id
20
2. Keuntungan Modal atau Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000
kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal
tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang
dijualnya.
Adapun resiko investor terhadap kepemilikan sebuah saham :
1. Kerugian Modal atau Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ
yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham
tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham.
Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada
harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per
saham.
2. Resiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh
Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika
masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka
sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.
Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham
tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan
risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham
dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Kemudian selain saham, instrumen penting didalam pasar modal ada
obligasi atau surat hutang, yang pada dasarnya obligasi atau surat hutang ini
21
adalah suatu pernyataan tertulis dari surat hutang yang diberikan oleh
pemerintah atau perusahaan kepada seseorang atau suatu organisasi yang telah
meminjamkan uangnya kepada pemerintah atau perusahaan tersebut.13 Obligasi
atau surat hutang merupakan semacam janji untuk membayar kembali sejumlah
uang tertentu uang, pada tanggal tertentu dan membayar bunga pada tingkat
yang ditentukan. Secara singkatnya obligasi merupakan suatu cara bagi suatu
perusahaan untuk meminjam utang.
8. Harga saham
a) Pengertian harga saham
Harga saham adalah harga per lembar saham yang berlaku di pasar
modal. Harga saham merupakan harga yang terjadi di Pasar Bursa pada saat
tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar.14 Harga
saham pada pasar modal pada dasarnya terbentuk dari interaksi penjual dan
pembeli itu sendiri, dan hal yang sangat mempengaruhi harga saham
didalam pasar modal itu sendiri adalah tingkat penawaran dan permintaan
pada pasar.
Harga saham di pasar modal terdiri atas tiga kategori, yaitu harga
tertinggi (high price), harga terendah (low price) dan harga penutupan
(close price). Harga tertinggi atau terendah merupakan harga yang paling
tinggi atau paling rendah yang terjadi pada satu hari bursa. Harga
penutupan merupakan harga yang terjadi terakhir pada saat akhir jam bursa.
b) Jenis-jenis harga saham
Jenis-Jenis Harga Saham Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:15
1) Nilai Nominal
13 Janet Low, Memahamai Pasar Modal. H 24 14 Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta:BPFE, 2008) , h. 143. 15 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010) h. 301.
22
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham
dan pencantumannya berdasarkan keputusan dan hasil dari pemikiran
perusahaan yang mempunyai saham tersebut. Jadi nilai nominal sudah
ditentukan pada waktu saham tersebut diterbitkan.
2) Nilai Buku
Nilai buku menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan, artinya
nilai buku merupakan hasil perhitungan dari total aktiva perusahaan yang
dikurangkan dengan hutang serta saham preferen kemudian dibagi
dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku seringkali lebih tinggi dari
pada nilai nominalnya.
3) Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengandung unsur kekayaan
perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk
menghimpun laba di masa yang akan datang.
4) Nilai Pasar
Nilai pasar adalah harga saham biasa yang terjadi di pasar.
Selembar saham biasa merupakan harga yang dibentuk oleh penjualan
dan pembelian ketika mereka memperdagangkan saham.
9. Jenis-jenis saham dan obligasi
ada beberapa jenis dari saham itu sendiri, salah satunya jenis saham
berdasarkan kepemilikan yang dibagi menjadi tiga16, yaitu adalah :
a. Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi
dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman,
saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
Dibandingkan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak,
yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
16 Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta:BPFE, 2008) h. 67
23
likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggab mempunyai
karakteristik di tengah-tengah antara obligasi dan saham biasa.
b. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik
perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain:
1. Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan
perusahaan.
2. Hak menerima Pembagian Keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa
untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
3. Hak Preemptive yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan
persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari
pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari
kemerosotan nilai.
c. Saham Treasuri
Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan
dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan
sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
Selain bentuk-bentuk dari Saham ada pula bentuk-bentuk dari
Obligasi atau surat hutang, yaitu :17
1. Obligasi Atas Tunjuk (Bearer)
Obligasi Atas tunjuk ini merupakan bentuk Obligasi yang tidak
mencantumkan nama pemiliknya pada sertifikat kepemilikan Obligasi
terebut, hal ini berarti bahwa siapa saja dapat memegang Obligasi untuk
memperoleh pelunasan atau mengambil bunganya. Karena itu jika
17Janet Low, Memahamai Pasar Modal. h. 25
24
Obligasi jenis ini hilang maka kepemilikanya berpindah kepada siapa
yang menemukannya.
2. Obligasi Atas Nama (Registered)
Perbedaan dari bentuk Obligasi Atas Nama yaitu terdapat nama
pemilik Obligasi yang telah dicatat oleh issuer pada sertifikat
kepemilikan Obligasi, sehingga apabila surat Obligasi bentuk Atas
Nama hilang tidak dapat diakui oleh orang lain yang menemukan,
pemilik sertifikat Obligasi tersebut tetap adalah pemilik yang tercantum
pada Sertifikat Obligasi tersebut.
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Dalam penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada buku serta skripsi
terdahulu dengan membedakan apa yang menjadi fokus masalah dalam rujukan
dengan fokus masalah yang peneliti terbitkan, diantaranya:
1. Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Pada Pasar
Modal di Indonesia, ditulis oleh Fadilah Haidar Mahasiswa Universitas
Islam Negeri Jakarta Tahun 2015, Persamaan dengan skripsi peneliti
adalah membahas tentang hukum bagi investor dalam Pasar Modal,
Perbedaan dengan skripsi peneliti adalah pada konteks yang dibahas,
peneliti membahas perlindungan investor yang menagalami kerugian
karena adanya penggelapan dana yang merugikan nasabahnya.
2. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perlindungan Hukum Bagi
Masyarakat Terhadap Kegiaatan Investasi Illegal di Tasikmalaya, ditulis
oleh Rizky Arisandi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta tahun
2015, Persamaan dengan skripsi peneliti adalah sama-sama membahas
tentang bagaimana pengaruh Otoritas Jasa Keuangan bagi perlindungan
terhadap masyarakat, perbedaannya terletak pada pembahasan yang
25
dimana didalam skripsi ini membahas tentang bagaimana peran
penyelesaian masalah investasi ilegal yang terjadi di Tasikmalaya
sedangkan peneliti membahas tentang penggantian ganti rugi oleh
sebuah perusahaan kepada investor yang dirugikan.
3. Hukum Perlindungan Konsumen yang ditulis oleh Ahmad Miru dan
Sutarman Yodo Diterbitkan oleh Rajawali Press dalam buku ini dibahas
tentang bagaimana hukum mengatur dalam perlindungan konsumen.
Perbedaannya terletak pada didalam buku ini berisi tentang aturan-
aturan mengenai bagaimana hukum tentang perlindungan konsumen itu
sendiri, sedangkan peneliti dalam skripsi ini membahas tentang
perlindungan investor yang dirugikan oleh sebuah perusahaan sekuritas
4. Jurnal Hukum Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar Modal
ditulis oleh Hilmiah Dimyati Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Jakarta, Jurnal ini membahas tentang perlindungan konsumen nasabah
sebuah lembaga keuangan, dan perbedaan yang terdapat adalah peneliti
membahas tentang studi putusan yang dimana dalam jurnal ini
membahas tentang bagaimana perlindungan terhadap investor yang
mengalami kerugian.
26
BAB III
BENTUK-BENTUK KEGIATAN YANG DILARANG DALAM PASAR
MODAL
A. Perkembangan kejahatan pada zaman modern
Kejahatan merupakan tindakan yang sering terjadi dan dapat merugikan pihak
tertentu. Dalam era modern ini karena perkembangan teknologi yang sangat pesat
menyebabkan makin banyaknya kejahatan-kejahatan. Pada zaman modern ini
kejahatan sudah berkembang balan dalam dunia bisnis, yang salah satunya
memiliki istilah economic crime atau kejahatan dalam bidang ekonomi. Dan di
dalam economic crime itu sendiri terdapat istilah financial abuse, yang dalam arti
sempit diartikan sebagai setiap non-violent crime yang pada umumnya
mengakibatkan kerugian keuangan atau financial loss yang menggunakan atau
melalui lembaga keuangan, termasuk pula di dalam kejahatan tersebut adalah
aktivitas – aktivitas illegal seperti money laundering dan tax evasion ataupun
istilah corporate crime.1 Tindakan-tindakan yang dilarang inilah dalam pasar
modal disebut sebagai kejahatan modern atau modern crime atau istilah lainnya
disebut sebagai white collar crime atau kejahatan kerah putih.
Orang yang melakukan kejahatan sudah berkembang karena perkembangan
zaman. Pada dasarnya orang melakukan kejahatan karena motif perekonomian
atau dengan istilah lain untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan adanya
kebutuhan ekonomi yang mendesak, dan lain sebagainya. Tapi terdapat perbedaan
pada kejahatan kerah putih atau white collar crime, yang pada kejahatan yang
menggunakan kekerasan atau violent crime biasanya orang yang melakukannya
1 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis , ( Jakarta : Prenada Media,
2003), h. 17
.
27
adalah golongan masyarakat biasa, sedangkan pada kejahatan kerah putih para
pelakunya adalah orang-orang yang berkerah putih, dengan kata lain orang-orang
yang mempunyai jabatan-jabatan penting. Orang-orang yang memiliki jabatan
penting itulah yang mempunyai kesempatan untuk melakukan kejahatan seperti
korupsi, memalsukan suatu dokumen, memanipulasi suara dalam pemilu, mencuri
uang dengan memanfaatkan jaringan internet, atm, kartu kredit (cyber crime), dan
lain sebagainya. Salah satu yang menjadi pemicu adanya suatu kejahatan yaitu Ada
persoalan budaya hukum yang perlu diperhatikan. Seperti birokrasi hukum dan
perilaku masyarakat yang kurang kondusif.2
Ada beberapa kejahatan yang tergolong pada kejahatan kerah putih adalah :3
1.Persaingan curang dalam bisnis
2. Insider trading di Pasar Modal
3. Manipulasi pasar di Pasar Modal
4. Akuisisi internal
5. Spionase dan pencurian data bisnis
6. Caplok – mencaplok perusahaan
7. Money laundering
8. Penipuan dan pemalsuan
9. Neraca dan pembukuan yang tidak benar
2 Sutiarnota, Tantangan dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, (Medan : Pustaka Bangsa
Press, 2008), h. 13 3 Munir Fuady, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kera Putih, ( Bandung: Pt. Citra Aditya
Bekasi, 2004), h. 11.
28
10. Penggelapan dan korupsi
11. Pengelapan pajak
12. Kejahatan asuransi
13. Cek kosong
14. Pemalsuan kartu kredit
15. Kejahatan terhadap konsumen
16. Pembajakan hak milik intelektual
17. Kejahatan terhadap lingkungan
18. Kejahatan komputer dan internet
19. Suap menyuap kelas tinggi
20. Dan lain-lain.
Perkembangan kejahatan pada zaman modern sungguh pesat karena
kecanggihan teknologi. Kejahatan modern yang merupakan kelanjutan dari
kejahatan konvensional dan kejahatan kerah putih, sebab modus operandi
kejahatan modern lebih canggih dan langsung mengarah kepada struktur ekonomi
dan negara.
B. Kejahatan dan pelanggaran bidang pasar modal
Kejahatan konvensional yang sering terjadi didalam kehidupan
bermasyarakat pada dasarnya berbeda dengan kejahatan-kejahatan yang terjadi
dipasar modal. Kejahatan yang terjadi dipasar modal pada umumnya bukan
kejahatan seperti merampok, membunuh, dan mencuri yang sering terjadi,
perbedaan tindakan-tindakan kejahatan didalam pasar modal ini karena
29
perkembangan teknologi. Karena transaksi dipasar modal sekarang sudah dengan
cara modern yang pada dasarnya menggunakan Internet, sehingga kejahatan
dipasar modal pada dasarnya merupakan kejahatan modern. Pada aturan dan
undang-undang sudah mengatur tentang bagaimana pedoman kegiatan pada pasar
modal.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam undang-
undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimuat dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia 1995 Nomor 64 yang telah disetujui DPR pada tanggal
2 Oktober tahun 1995, disahkan presiden 10 November 1995 dan mulai berlaku
sejak 1 januari 1996. Berlakunya undang-undang tersebut dilengkapi dengan 2
(dua) Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995
tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal,
serta tiga keputusan Menteri Keuangan.4
Alasan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan
berdasarkan beberapa alasan, yaitu kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang
mencakup integritas dan profesionalisme dan kelemahan peraturan. Karena itu
lembaga yang sebagai pengawas pasar modal berkewajiban selalu melakukan
penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan hukum dan penegakan hukum
yang penting. Karena perbedaan kejahatan pada pasar modal dengan kejahatan
konvensional.
Salah satu perbedaan pada kejahatan didalam pasar modal terdapat pada
objek atau barang yang menjadi objek kejahatan pada pasar modal. Bila pada
pencurian barang yang menjadi objeknya adalah barang yang memiliki fisik,
sedangkan pada kejahatan didalam pasar modal barang yang menjadi objeknya
4M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta : Prenada Media) h. 258
30
adalah informasi, karena informasi pada pasar modal sungguh dapat membuat
keuntungan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal merupakan aktifitasnya (tindak
pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1
angka 13 Undang-Undang Pasar Modal.
Pada Undang-undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 pada Bab XI
dijelaskan tentang macam-macam kejahatan pada pasar modal, yaitu terdapat tiga
kejahatan dalam pasar modal yang dijelaskan pada pasal 90 sampai dengan pasal
99. Unsur-unsur yang terdapat pada tiga kejahatan pada pasar modal itu adalah :
1. Penipuan.
Pasal 90 Undang-undang Pasar Modal dijelaskan tentang larangan
dalam pasar modal yang salah satunya ada penipuan. Pada pasal ini
dijelaskan dalam kegiatan perdagangan Efek bahwa :
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan
sarana dan atau cara apapun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material
atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan
yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi
pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri
sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak
lain untuk membeli atau menjual Efek.
Dari isi pasal 90 pada undang-undang pasar modal diatas dapat di
jabarkan unsur-unsur yang terdapat pada larangan tindakan penipuan yang
terdapat pada isi pasal tersebut adalah :
1) Para pihak;
Pada undang-undang pasar modal pasal 1 poin 23 dijelaslkan
bahwa, pihak yang dimaksud adalah orang perseorangan,
31
perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang
terorganisasi.
2) Menipu atau menggelabui pihak lain atau turut serta menipu
atau turut serta mengelabui pihak lain;
Berdasarkan pasal 378 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
(KUHP) tentang Penipuan, maka unsur – unsur yang dikatakan
penipuan adalah orang yang hendak mengguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan cara melawan hak, baik dengan
memakai nama palsu atau keadaan palsu baik dengan tipu
muslihat maupun perkataan bohong, membujuk orang supaya
memberikan barang, membuat hutang atau menghapus piutang.
3) Dengan menggunakan sarana ataupun cara apapun;
4) Tidak mengungkapkan fakta material dalam membuat sebuah
pernyataan;
2. Manipulasi Pasar
Didalam undang-undang pasar modal tahun 1995 disebutkan
selain tindak pidana penipuan, terdapat tindak pidana yang berupa
manipulasi pasar, yang dimaksud dengan manipulasi pasar dalam
pasal undang-undang pasar modal ayat 91 adalah tindakan yang
dilakukan oleh setiap orang secara langsung maupun tidak langsung
untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek dibursa efek
berdasarkan pasal 91 dan pasal 92, maka dapat dilihat ketentuan
tentang unsur – unsur yang dikatakan manipulasi pasar yaitu sebagai
berikut:
a. Setiap pihak baik sendiri maupun bersama – sama dengan pihak
lain;
32
b. dilarang melakukan tindakan atau melakukan 2 (dua) transaksi
Efek atau lebih, baik langsung maupucn tidak langsung;
c. dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga Efek di Bursa Efek. Atau dengan tujuan menyebabkan
harga Efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuaan
mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan.
3. Perdagangan Orang Dalam atau Insider Trading
Dalam undang-undang pasar modal tindakan yang dilarang
selain penipuan dan manipulasi pasar adalah perdaganan orang
dalam atau Insider Trading. Istilah perdaganan orang dalam hanya
terdapat dalam pasar modal saja, yang artinya adalah praktik orang
dalam atau orang yang berprofesi didalam pasar modal yang
melakukan transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi
eksklusif yang mereka miliki yang belum tersedia bagi masyarakat
atau investor, perdagangan tersebut didasarkan atau dimotivasi
karena adanya suatu informasi eksklusif dari orang dalam yang
penting dan belum terbuka untuk umum. Yang dimana tindakan ini
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi pihak tertentu.
Dalam pasal 95,96, dan 97 undang-undang pasar modal
ditentukan bahwa pihak yang mempunyai informasi orang dalam,
baik dia merupakan orang dalam atau bukan, dilarang melakukan
pembelian atau penjualan atas efek emiten yang melakukan transaksi
dengan perusahaan emiten yang bersangkutan. Selain itu juga
dilarang untuk memangaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian
atau penjualan atas efek yang dimaksud.
Perdagangan orang dalam mengandung beberapa unsur :
33
a. Adanya perdagangan efek
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan
c. Adanya inside information
d. Informasi bersifat rahasia
e. Perdagangan ini dimotivasikan oleh informasi yang didapat
f. Tujuan untuk mendapat keuntungan.5
Jadi apabila sebuah tindakan yang telah memenuhi unsur-unsur
diatas maka tindakan tersebut sudah dapat dikatakan sebagai
tindakan perdaganan orang dalam atau insider trading.
C. Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO)
Penawaran umum atau yang biasa disebut sebagai Intial Public Offering
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh emiten menjual saham kepemilikannya
kepada masyarakat yang dimana bertujuan sebagai cara sebuah perusahaan untuk
menambahkan modalnya. Perusahaan yang melakukan penawaran umum pertama
kali disebut perusahaan tersebut sudah melakukan Go Public atau perusahaan
tersebut menjual sebagian sahamnya secara umum, dengan cara-cara yang sudah
diatur didalam undang-undang pasar modal. 6
Didalam Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 dijelaskan
tentang definisi penawaran umum yaitu kegiatan penawaran Efek yang dilakukan
oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
Penawaran saham pada dasarnya pertama-tama dilakukan melalui pada
pasar perdana atau primary market yang beberapa hari saja, karena saham yang
5 Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal (Jakarta : Kencana) h. 255-279. 6 I. Fahmi, Analisa Laporan Keuangan (Bandung : Alfabeta) h. 52.
34
diterbitkan langsung dari penerbit saham, dan biasana para pemodal yang
membeli saham dalam pasar perdana ini akan dijual lagi kepada masyarakat
melalui pasar sekunder. Dan terdapat perbedaan penetapan harga pada pasar
primer dan pasar sekunder, yang perbedaanya apabila pasar primer harga
perlembar sahamnya ditentukan oleh penjamin pelaksana emisi sedangkan pasar
sekunder harganya ditentukan dari jumlah penarawan dan permintaan pada suatu
saham tertentu, yang membut harga saham pada pasar sekunder cenderung lebih
mahal dibandingkan harga pada pasar primer.
Manfaat perusahaan yang melakukan Go Public adalah :7
a. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus
b. Proses relatif mudah
c. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan
d. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manejemen.
e. Perusahaan dituntut lebih terbuka terhadap keadaan perusahaannya.
Sehingga perusahaan di bidang pasar modal harus lebih transparan
terhadap masyarakat.
Selain kelebihan kekurang dalam pasar modal adalah :8
a. Hilangnya kontrol terhadap persoalan manajemen, karena terjadi dilusi
kepemilikan saham.
b. Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan dan
pembagian dividen
c. Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat sesuai
dengan perhitungan perusahaan.
D. Kasus Penipuan Oleh Direksi Pt Sarijaya Permana Sekuritas.
a. Gambaran Secara Umum Mengenai Duduk Perkara
7 Tjitono Darmaji, Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab (Jakarta : Penerbit
Salemba Empat) h. 43 8 M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta : Prenada) h. 181
35
Dalam dunia pasar modal di Indonesia pada tahun 2008 terdapat satu
kasus dari salah satu perusahaan sekuritas di Indonesia yang Direksinya
melakukan perbuatan melawan hukum terhadap para investornya, yang
berakibat investornya mengalami kerugian. Direksi Utama yang bernama
Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas lainnya
dianggap penuntut umum telah melakukan tindak pidana
penggelapan/penipuan, dan pencucian uang dalam gugatan perkara tingkat
kasasi nomor 154 K/PID.SUS/2014. Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074
investor menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar.Berawal dari
perbuatan direksi yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya
Ananda, untuk mencari investor nominee (investor fiktif) pada tahun 2002.
Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17 investor nominee yang sebagian
besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah
ketujuhbelas investor nominee ini rekening. Rekening itu digunakan
direksi untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun,
karena dana dalamrekening 17 investor nominee ini tidak mencukupi untuk
melakukan transaksi, maka stafnya untuk menaikkan batas transaksi atau
Trading Available (TA) Lalu, Lanny menindak-lanjutinya dengan
memerintahkan bagian informasi dan teknologi untuk memproses
kenaikan TA 17 investor nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA,
sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu
Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau
mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas investor
nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan
untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi
jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi yang dilakukan Herman,
tanpa sepengetahuan atau order dari para investor. Selama kurang lebih
enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan
menggunakan rekening ketujuhbelas investor nominee. Dan untuk
36
membayar transaksi itu, Herman medebet dana 13074 investor
yangtersimpan di main account Sarijaya.
Akibat perbuatannya itu Direksi tersebut di tuntut secara jalur pidana
dan digugat oleh sebagian investornya melalui gugatan perdata secara class
action9 untuk mengganti kerugian investor tersebut.
Pada tahun 2010 PN Jakarta selatan telah membuat putusan atas
gugatan tersebut dalam putusan nomor 401 Pdt.G 2010 PN.JKT.Sel., yang
isinya bahwa Direksi Pt Sarijaya Sekuritas dinyatakan melakukan penipuan
dan penggelapan dana terhadap para investornya dan dituntut untuk
mengganti kerugian para investornya.
Namun para tergugat pada putusan PN tersebut melakukan banding ke
PT, dan pengadilan meneriba banding tersebut, namun pada putusan
banding nomor 72 PDT 2012 PT.DKI hakim memutuskan untuk
memperkuat putusan dari putusan PN untuk mengadili bahwa PT Sarijaya
dan para Direksinya dinyatakan secara perdata bersalah dan harus
mengganti rugi kerugian yang dialami para investornya.
b. Tuntutan Penggugat dalam kasus PT. Sarijaya Permana
Dalam permohonan dari putusan nomor 72/PDT/2012/PT.DKI,
pemohon yang melalukan permohonan sejumlah 134 orang sehingga kasus
ini disebut Class Action atau gugatan kelompok. Dari permohonan
yang diajukan oleh pemohon dalam kasus penipuan mengakibatkannya
9 Class Action atau Gugatan Perwakilan Kelompok dalam Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2002 Tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok Mahkamah Agung Republik Indonesia Pasal 1 butir (a) adalah suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud.
37
kerugian terhadap para investor yang dimana para Direksi dari PT. Sarijaya
melakukan penggelapan dana investor tanpa sepengetahuan dari
investornya sehingga mengakibatkan kerugian. Dalam gugatan class
action tersebut pemohon meminta klaim pokok dan klaim bunga. Klaim
pokok dari para pemohon adalah pengembalian dana 134 investornya
sebesar Rp. 14,822,622,319 dan klaim bunga dari pemohon adalah klaim
bunga, yang dimana pemohon bersikeras ingin meminta ganti rugi bunga
berdasarkan Pasal 1767 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Lembaran
Negara tahun 1848 No. 22 adalah sebesar 6 % (enam persen) setahun,
dengan demikian sejak disuspendnya Tergugat I pada tanggal 6 Januari
2009, dan dengan diajukannya gugatan pada bulan Mei 2010 maka Para
Penggugat meminta atas bunga selama 16 bulan 16/12 x 6% = yaitu sebesar
8 % (delapan persen).
c. Amar Putusan Pengadilan Tinggi
1) Menerima permohonan banding dari Para Pembanding semula Para
Tergugat ;
2) Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor :
401/Pdt.G/2010/PN.JKT.SEL.,tanggal 27 Januari 2011, yang
dimohonkan banding tersebut ;
3) Menghukum Para Pembanding semula Tergugat untuk membayar
biaya perkara untuk kedua tingkat pengadilan, yang dalam tingkat
banding ditetapkan sebesar Rp. 150.000
d. Pertimbangan Hakim
Perbuatan Tergugat II, III, IV dan V yang dimana tergugat II adalah
Herman Ramli, tergugat III adalah Yusuf Rusli, tergugat IV adalah Teguh
Jaya Suyud Putra dan tergugat V adalah Zulfian Alamsyah sebagai
pengurus perusahaan PT. Sari Jaya Permana Sekuritas (Tergugat I ) yang
38
telah melakukan transaksi saham menggunakan rekening atas nama orang
lain tanpa sepengetahuan pemilik rekening yang bersangkutan (Para
Penggugat) seolah – olah rekening – rekening tersebut adalah miliknya
sendiri dan akibat dari perbuatan tersebut mengakibatkan Tergugat I
kesulitan melakukan pembayaran kepada Para Penggugat dihubungkan
dengan ketentuan pasal 97 ( 1, 2, 3 ) dan pasal 114 ( 1, 2, 3 ) Undang-
Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berisi sebagai
berikut :
• Pasal 97 Undang Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
menegaskan :
(1) : “ Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 92 ( 1 ),.
(2) : ” Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib
dilaksanakan setiap anggota direksi dengan etikad baik dan penuh
tanggung jawab
( 3 ) : “ Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi
atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya.
• Pasal 114 Undang Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
menegaskan :
1 : “ Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 108 ( 1 ).
2 : “ Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan etikad baik,
kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
pengawasan dan pemberian nasehat kepada direksi.
39
3 : “ Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau
lalai menjalankan tugasnya., sehingga menurut hakim bahwa sebagai
Direksi dari PT. Sarijaya Permana Tergugat II, III, IV, dan V tidak
melakukan tugas sebagaimana mestinya dan tidak beritikad baik dengan
menggunakan dana investornya.
Sedangkan pada klaim bunga yang tidak diperjanjikan 6% per tahun
yang dimohonkan oleh pemohon tidak dikabulkan sehingga hakim hanya
mengabulkan permohonan pokok saja.
40
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM PADA INVESTOR DALAM MENURUT
UNDANG-UNDANG DENGAN PUTUSAN PENGADILAN NOMOR.
72/PDT/2012/PT.DKI
A. Perindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Didalam pasal 4 undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal
dinyatakan bahwa “Pembinaan, pengaturan, pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien
serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.”
Bapepam-LK didalam undang-undang pasar modal merupakan lembaga
yang sah secara hukum berwenang dalam mengatur dan mengawasi pasar
modal. Bapepam-LK secara langsung bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan untuk membina, mengatur, dan mengawasi pasar modal, sehingga
Bapepam-LK lah yang sah secara hukum sebagai lembaga yang melakukan
perlindungan hukum didalam pasar modal.
Salah satu cara untuk melindungi investor dalam pasar modal, dengan
cara memberikan kesempatan kepada para investor untuk membaca prospektus
berkenaan dengan efek yang diterbitkan, sebelum pemesanan atau pada saat
pemesanan dilakukan. Pada akhirnya setelah Bapepam-LK memperhatikan
kelengkapan dan kejelasan dokumen emiten untuk melakukan Penawaran
Umum demi memenuhi prinsip keterbukaan pasar modal. Hal ini penting
mengingat prospektus atas efek merupakan pintu awal dan waktu untuk
41
mempertimbangkan bagi investor apakah akan memutuskan membeli atau tidak
atas suatu efek.1
Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal menyatakan bahwa “Informasi atau fakta materiel adalah
informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau
fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi
atau fakta tersebut’, yang dimana Bapepam-LK mengatur tentang perusahaah
efek yang membuat prospektus dilarang memuat isi yang menyesatkan dan
tidak sesuai dengan fakta materiil.
Selain perlindungan hukum secara pencegahan, Bapepam-LK memiliki
wewenang untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan. Hal ini yang
dimana sudah diatur dalam undang-undang pasar modal. Kegiatan pemeriksaan
dilakukan terhadap semua pihak yang diduga telah, sedang, atau mencoba
melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk, atau membantu melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang pasar modal dan peraturan
pelaksananya2. Dalam pasal 100 ayat 2 undang-undang pasar modal dalam
menjalankan pemeriksaan Bapepam-LK berwenang untuk:
a. meminta keterangan dan atau konfirmasi dari Pihak yang diduga
melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-undang
ini dan atau peraturan pelaksanaannya atau Pihak lain apabila dianggap
perlu;
b. mewajibkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan
1 Hilda Hilmiah Dimyati, Jurnal Citra Hukum, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar
Modal" Vol 1 No. 2 Desember 2014,h. 347 2 Irsan Nasaruddin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 117.
42
pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan
tertentu;
c. memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan,
dan atau dokumen lain, baik milik Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya maupun milik Pihak lain apabila dianggap
perlu; dan atau
d. menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga
melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang
ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk melakukan tindakan
tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang
timbul.
Jika Bapepam-LK berpendapat bahwa pelanggaran terhadap undang-
undang pasar modal dan peraturan pelaksananya mengakibatkan kerugian di
industri jasa pasar modal serta membahayakan kepentingan hak-hak investor,
maka Bapepam-LK menetapkan dimulainya tindakan penyidikan. Penyidikan
ini dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Bapepam-LK dan diberi wewenang yang terdapat dalam pasal 101 undang-
undang pasar modal untuk :
a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal;
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;
c. melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti
dari setiap Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam
tindak pidana di bidang Pasar Modal;
43
e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;
f. melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat
setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan
bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar Modal;
g. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari Pihak
yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang
Pasar Modal;
h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Pasar Modal; dan
i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.
Tindakan Bapepam-LK berupa pemeriksaan dan penyidikan merupakan
proses kegiatan pengawasan yang bertujuan memberi perlindungan dan
kepastian hukum bagi kalangan investor. Dalam hal memberikan perlindungan
hukum bersifat represif, dalam undang-undang pasar modal pasal 102 ayat 2
terdapat tentang sanksi-sanksi admistratif bagi setiap pihak yang telah
memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam sebagaimana
disebut didalam pasal 102 ayat 1.
Sanksi-sanksi administratif yang terdapat dalam pasal 102 ayat 2 adalah :
a. peringatan tertulis; b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah
uang tertentu; c. pembatasan kegiatan usaha; d. pembekuan kegiatan usaha; e.
pencabutan izin usaha; f. pembatalan persetujuan; dan g. pembatalan
pendaftaran.
Terkait dengan kasus Pt Sarijaya Permana Sekuritas dimana Bapepam-
LK sebagai penyidik dalam kasus ini memberi sanksi yang berupa suspen
sementara dan pembekuan kegiatan usaha terhadap perusahaan Pt Sarijaya
44
karena Direksinya terbukti melakukan penipuan terhadap para investor dari Pt
Sarijaya tersebut.
B. Perlindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setelah terbitnya undang-undang
Otoritas Jasa Keuangan maka tugas dan wewenang Bapepam-LK sebagai
lembaga yang sah dalam mengawasi Pasar Modal dipindahkan ke Otoritas Jasa
Keuangan yang selanjutnya disebut OJK. Dalam undang-undang OJK sudah
dijelaskan tugas dan wewenang dari OJK yang salah satunya adalah
perlindungan terhadap konsumen atau investor dalam pasar modal. Peraturan
terhadap perlindungan konsumen dalam undang-undang OJK terdapat pada
pasal 28, 29, dan 30.
Perlindungan hukum yang dilakukan oleh OJK ini merupakan usaha
pencegahan atau perventif dan pemberian sanksi atau represif. Dalam pasal 28
undang-undang OJK ini bentuk perlindungan hukum nya bersifat preventif
terhadap munculnya kerugian yang dapat dialami oleh konsumen, isi dari pasal
tersebut adalah :
a. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas
karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
b. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya
apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Selanjutnya pada undang-undang OJK pasal 29, OJK melakukan
pelayanan pengaduan konsumen yang meliputi :
a. menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan
Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
45
b. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; dan
c. memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Perlindungan hukum yang diberikan oleh OJK salah satunya dengan cara
pengaduan oleh konsumen yang mengalami kerugian oleh industri jasa
keuangan. Konsumen dapat melakukan pengaduan dengan mengirim surat
tertulis tentang hal yang dialaminya dan dengan bukti-bukti dari kerugian yang
dialami.
Apabila terjadi persengketaan oleh konsumen atau masyarakat dengan
industri jasa keuangan maka OJK berwenang melakukan pembelaan hukum
demi kepentingan konsumen atau masyarakat. Pembelaan hukum tersebut
terdapat pada pasal 30 yang meliputi untuk memerintahkan perusahaan jasa
keuangan untuk menyelesaikan pengaduan yang dilakukan oleh konsumen
yang merasa dirugikan melalui cara;
a. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentukepada Lembaga
Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang
dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;
b. mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik
pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik
yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian
dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak
baik; dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang
menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau Lembaga Jasa
Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
Selain terdapat didalam undang-undang OJK, bentuk perlindungan
hukum terhadap konsumen industri jasa keuangan terdapat pada Peraturan OJK
46
atau POJK dan Surat Edaran OJK atau SEOJK, salah satunya terdapat dalam
SEOJK Nomor 2/SEOJK.7/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian
Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan. Contohnya dalam
bab III Penyelesaian Pengaduan Berupa Pernyataan Maaf Atau Menawarkan
Ganti Rugi (Redress/Remedy) yang dimana didalam poin 1 dan poin 2 berisi
tentang bentuk penyelesaian berupa pernyataan maaf dari Industri Jasa
Keuangan yang merugikan konsumen. Dan pada poin 2 apabila terdapat
kerugian finansial yang didalami oleh konsumen akibat tindakan yang
dilakukan oleh salah satu Industri Jasa Keuangan maka konsumen tersebut
dapat meminta ganti rugi akibat kerugiannya, namun dalam poin ini ada syarat-
syarat untuk konsumen yang ingin meminta ganti rugi karena aspek finansial
yaitu :
a. terdapat pengaduan yang mengandung tuntutan ganti rugi yang
berkaitan dengan aspek finansial;
b. pengaduan Konsumen yang diajukan adalah benar, setelah PUJK atau
Pelaku Usaha Jasa Keuangan melakukan penelitian;
c. adanya ketidaksesuaian antara perjanjian produk dan/atau layanan
dengan produk dan/atau layanan yang diterima;
d. adanya kerugian material;
e. Konsumen telah memenuhi kewajibannya.
Perlindungan konsumen sektor jasa keuangan di bawah rezim OJK
menaungi seluruh sektor jasa keuangan meliputi lembaga keuangan bank
maupun lembaga keuangan non-bank. Penyatuan pengaturan perlindungan
konsumen sektor jasa keuangan yang selama ini terpencar dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem serta menutup kekurangan-kekurangan substansial.3
3 Hilda Hilmiah Dimyati, Jurnal Citra Hukum, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar
Modal" Vol 1 No. 2 Desember 2014,h. 351
47
C. Penerapan Prinsip “Piercing the Corporate Veil” Dengan Tindakan Direksi
Pada PT. Sarijaya Permana Sekuritas
Menurut Black Law Dictionary dijeaskan bahwa Piercing the Corporate
Veil adalah ;
“The judicial act of imposing personal liability on otherwise immune
corporate officers, directors, and shareholders for the corporation's wrongful
acts.”
yang dimana prinsip Piercing the Corporate Veil ini berkaitan dengan
prinsip tanggung jawab personal dari Pemegang Saham, Direksi yang dianut
oleh sebuat Perseroan Terbatas atau PT.
Piercing the Corporate Veil diadaptasi dari Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau UUPT.
Dalam pasal 3 ayat 1 UUPT dijelaskan bahwa “Pemegang saham
Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan
melebihi saham yang dimiliki.” Namun pada pasal 3 ayat 2 dijelaskan bahwa
ketentuan pada ayat 1 tidak berlaku apabila :
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk
kepentingan pribadi;
c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan,
yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk
melunasi utang Perseroan.
48
Dalam kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas yang merugikan investornya
karena tindakan Komisiaris Utama yang selaku sebagai pemegang saham
membuka tujuh belas rekening fiktif atau nominee ini telah memenuhi unsur-
unsur dalam teori Piercing the Corporate Veil yang terdapat pada pasal 3 ayat
2 UUPT.
Komisiaris Utama PT Sasrijaya Permana Sekuritas yang bernama
Herman Ramli telah mengaku bahwa menggunakan dana investornya dengan
kepentingan pribadi yang disimpan atas nama PT Sarijaya. Selaku Komisiaris
Utama, Herman Ramli tidak memiliki hak untuk melakukan tindakan seperti
itu, namun karema jabatannya dalam perusahaan tersebut, Herman Ramli
memiliki akses supaya dapat memindahkan dana investor PT Sarijaya.
Unsur-unsur terkait pada tindakan Komisiaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas pasal 3 ayat 2 adalah :
a. Penggunaan dana investor dalam perseroan untuk kepentingan
pribadi
Pada ayat 2 poin b disebutkan bahwa ”pemegang saham yang
bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi”,
disini tindakan Herman Ramli sudah memenuhi isi dari pasal
tersebut yang dimana Herman Ramli secara langsung
memanfaatkan PT Sarijaya untuk kepentingan pribadinya dengan
cara membuka tujuh belas rekening fiktif.
b. Melakukan perbuatan melawan hukum
Dalam ayat 2 poin c yang berisi bahwa “pemegang saham yang
bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan”, Herman Ramli dalam tindakannya
tersebut telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan cara
melakukan penggelapan atau penipuan dana dari investor PT
49
Sarijaya yang merupakan salah satu dari penipuan yang terdapat
didalam Undang-undang Pasar Modal pasal 90 yang berisi
larangan Penipuan dalam pasar modal.
D. Tata Cara Ganti Rugi Terhadap Perbuatan Melawan Hukum terkait
putusan No. 72/PDT/2012/PT.DKI.
Ganti rugi dalam gugatan perdata dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu
gugatan terhadap Wanprestasi dan gugatan terhadap Perbuatan Melawan
Hukum.
Kedua gugatan ini tidak dapat disamakan, karena dapat menimbulkan
salah penafsiran terhadap gugatan yang diajukan. Perbedaan antara
Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum terdapat pada BW atau KUHPer,
definisi wanpresatasi terdapat pada pasal 1243 yang berisi “Penggantian biaya,
kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan,
bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya
dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang
telah ditentukan”. Sedangkan Perbuatan Melawan Hukum terdapat pada pasal
1365 yang isinya “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu
karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”.
Dari penjelasan pada pasal 1243 dan 1365 BW dapat dilihat yang cukup
jelas terhadap perbedaan pada Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum.
Gugatan Wanprestasi harus ada perjanjian yang sah secara hukum terlebih
dahulu dan hak menuntut ganti rugi dalam Wanprestasi harus ada pernyataan
bahwa tergugat terbukti lalai dalam sebuah perjanjian. Sedangkan Perbuatan
Melawan Hukum berbeda dengan Wanprestasi dimana tidak harus ada
perjanjian terlebih dahulu, namun Perbuatan Melawan Hukum atau PMH dapat
50
timbul hak penuntutnya apabila terjadi perbuatan seseorang atau badan hukum
yang merugikan orang lain, sehingga tidak diperlukannya pernyataan kelalaian
hanya pembuktian tindakan yang dapat merugikan orang lain. Dan salah satu
perbedaan dari Wanprestasi dengan PMH terdapat pada rincian ganti rugi yang
dimana dalam Wanprestasi sudah diatur didalam KUHPer, sedangkan didalam
Wanprestasi tidak diaturnya tentang rincian ganti rugi dalam gugatannya,
sehingga penggugat dapat menggugat dari segi kerugian materiil dan kerguian
immaterial.
Sehingga dalam kasus PT Sarijaya Permana gugatan class action yang
dilakukan oleh investor yang dirugikan karena tindakan dari Direksi PT
Sarijaya Permana tersebut dapat dikategorikan sebagai gugatan Perbuatan
Melawan Hukum karena telah memenuhi unsur-unsur seagai berikut :
a. Penipuan oleh Direksi terhadap investor
Dalam putusan gugatan ganti rugi oleh investor dari PT Sarijaya
Permana terebut disebutkan bahwa Tergugat II, III, IV, dan V sebagai
Direksi dari PT Sarijaya Permana telah terbukti secara hukum bahwa
telah melakukan penggelapan dana investornya untuk dibuat rekening
nominee atau fiktif, sehingga menimbulkan kerugian terhadap para
investornya. Kerugian tersebut bukan timbul karena adamya perjanjian
yang tidak ditepati oleh Direksi.
b. Ada permohonan kerugian materiil dan immaterial
Permohonan yang diajukan oleh pemohon dalam menggugat PT
Sarijaya Permana tersebut terdapat dua gugatan yaitu pokok dimana
134 pemohon meminta pengembalian dana dari PT Sarijaya Permana,
sedangkan dalam kerugian immaterial para pemohon meminta
pengembalian dana pokok ditambah dengan bunga sebesar 6% per
tahun sejak dibekukannya aktifitas dalam PT Sarijaya Permana, karena
51
dengan dibekukannya aktifitas dari PT Sarijaya Permana oleh
Bapepam-LK tersebut dianggap oleh para pemohon menimbulkan
kerugian tambahan sehingga pemohon menuntut untuk pengembalian
dana pokok beserta bunga.
E. Tanggung Jawab Direksi Menurut Pasal 97 Ayat 3 dan Pasal 114 Ayat 3
Tentang Perseroan Terbatas Terhadap Perbuatan Melawan Hukum
Dalam Putusan Nomor : 401/Pdt.G/2010/PN.JKT.Sel.
Karena tindakan dari Komisiaris Utama yang termasuk perbuatan
melawan hukum dan berdampak merugikan investornya tersebut, investor yang
merasa dirugikan melakukan gugatan ganti rugi kepada PT Sarijaya Permana
Sekuritas dalam putusan Nomor : 401/Pdt.G/2010/PN.JKT.Sel. yang dimana
hakim memutuskan bahwa pihak tergugat I yang merupakan PT Sarijaya
Permana Sekuritas dinyatakan bersalah dan harus mengganti kerugian
berdasarkan yang telah dijabarkan dalam putusan tersebut. Namun dalam
putusan tersebut Tergugat II, III, IV, dan V yang dalam putusan tersebut adalah
Komisiaris dan para Direktur harus mengganti kerugian yang dialami
investornya secara pribadi, karena pada Undang-Undang Perseroan Terbatas
atau yang disingkat menjadi UUPT disebutkan dalam pasal 97 ayat 3 dan pasal
104 ayat 3 yang isinya adalah :
“Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).”
Yang dalam kasus ini Direksi dari PT Sarijaya telah terbukti melakukan
penipuan dana investornya untuk pembukaan tujuh belas rekening fiktif yang
merugikan investornya dimana tindakan tersebut merupakan tindakan
perbuatan melawan hukum.
52
Dan Direksi pada PT Sarijaya Permana Sekuritas tidak melakukan itikad
baik dalam menjalankan tugasnya sehingga pada putusan tersebut para tergugat
II, III, IV, dan IV dianggap bersalah karena telah melanggar undang-undang
tersebut dan diharuskan bertanggung jawab penuh secara pribadi untuk
mengganti secara tunai uang milik para penggugat.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab
sebelumnya dan berhubungan dengan rumusan masalah, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Perlindungan hukum kepada investor seperti didalam pasal 4
undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal dinyatakan
bahwa “Pembinaan, pengaturan, pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar,
dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.”.
Berdasarkan undang-undang Otoritas Jasa Keuangan pasal 30 ayat
(1) Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang
melakukan pembelaan hukum, yang meliputi:
a. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada
Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan
Konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan
dimaksud;
b. mengajukan gugatan:
1) untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak
yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian,
baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang
menyebabkan kerugian dimaksud maupun di bawah
penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau
54
2) untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang
menyebabkan kerugian pada Konsumen dan/atau
Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran
atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Tata cara penggantian ganti rugi dalam perdata
harus dapat mengklasifikasikan terlebih dahulu
dari bentuk gugatannya, yang pertama ada
Wanprestasi terdapat pada pasal 1243 KUHPer
yang dimana gugatan tersebut harus ada
perjanjian yang telah dilanggar terlebih dahulu,
kemudian ada PMH terdapat pada pasal 1365
KUHPer dimana hak penuntut muncul karena
ada tindakan yang dapat merugikan seseorang.
B. Rekomendasi
1. Hak-hak para investor pada pasar modal dalam mendapatkan perlindungan
dalam pasar modal harus lebih dilindungi lagi oleh penegak hukum.
Penegakan hukum melalui peraturan-peraturan mengenai perlindung para
investor harus lebih ditegakkan.
2. Badan pengawas Pasar Modal yaitu OJK harus lebih melakukan
pemeriksaan yang lebih kepada perusahaan pengelola surat berharga yang
dicurigai dapat berdampak buruk pada investor dalam pasar modal dan
masyarakat sebagai konsumen dalam pasar modal atau investor harus lebih
selektif dalam memilih perusahaan sekuritas untuk menanamkan modal
pada saham tertentu, jangan terburu-buru dalam memilih saham yang akan
dibeli, harus lebih menggali informasi terhadap suatu saham.
55
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan. Jakarta. PT
Pradnya Paramita,
Asyhadie Zaeni. 2005. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Jakarta. RajaGrafindo Persada.
Atmasasmita Romli. 2003 Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis. Jakarta. Prenada
Media
Bo Economica-FEUI. Pasar Modal Indonesia Gagasan dan Tanggapan. Jakarta.
FEUI
Departemen Keuangan RI. Seluk Beluk Pasar Modal. Jakarta
Fuady Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung. Citra Aditya Bakti.
Fuady Munir Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung. PT Aditya
Citra Bakti.
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta. BPFE
Low Janet. Memahamai Pasar Modal.
Marzuki Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum Jakarta. Kencana.
Nasarudin M. Irsan. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Prenada
Media
Noerhadi Cyril. 1997. “UU Pasar Modal dan Perkembangan Bursa Saham
Indonesia,” Jurnal Hukum Bisnis Volume 2
Soekanto Soejono. 2014. Pengantar Penelitian Hukum, (Universitas Indonesia).
Sutiarnota. 2008. Tantangan dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia. Medan.
Pustaka Bangsa Press
56
Tandelilin Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta. Kanisius
Perundang-Undangan
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Jurnal
Hilda Hilmiah Dimyati . PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR
DALAM PASAR MODAL. Vol 1 No. 2