PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB...

63
PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA HITAM LAMPUNG (Skripsi) Oleh: Rifqi Saputra FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS

PRODUK LADA HITAM LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh:

Rifqi Saputra

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS

PRODUK LADA HITAM LAMPUNG

Oleh

Rifqi Saputra

Provinsi Lampung mempunyai berbagai potensi yang berasal dari kekayaan alam

salah satunya lada hitam. Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu

produk indikasi geografis. Indikasi geografis merupakan suatu tanda yang

menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis

termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor

tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai bagaimana perlindungan

hukum produk lada hitam Lampung. Faktor penghambat dalam pelaksanaan

pendaftaran indikasi geografis lada hitam Lampung, manfaat yang diperoleh

masyarakat indikasi geografis lada hitam Lampung setelah didaftarkannya lada

hitam Lampung sebagai indikasi geografis.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian hukum

deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah normatif terapan. Data

yang digunakan adalah data sekunder dengan bahan hukum sekunder, primer dan

tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara.

Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan, penandaan, rekontruksi, dan

sistematisasi data yang selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan hukum dilakukan secara

preventif dengan melakukan pendaftaran indikasi geografis produk lada hitam

Lampung, dilakukan secara represif dengan cara menggugat bagi pihak yang

menyalahgunakan nama lada hitam Lampung. Faktor penghambat dalam

pelaksanaan pendaftaran indikasi geografis lada hitam Lampung yaitu, kondisi

geografis penyebaran lada hitam Lampung yang terlalu luas, kurangnya sumber

daya manusia dalam hal penjaminan mutu hasil panen, kurangnya kepedulian

Pemerintah Provinsi Lampung dan masyarakat dalam upaya perlindungan hukum

indikasi geografis terhadap lada hitam Lampung. Manfaat yang diperoleh adalah

mendapatkan perlindungan hukum, memperjelas identifikasi jenis produk dan

menetapkan standar produksi, membantu konsumen dengan memberi mereka

informasi tentang karakteristik spesifik dari produk, mendukung konservasi tanah,

menyediakan lapangan pekerjaan.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Indikasi Geografis, Lada Hitam

Lampung

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS

PRODUK LADA HITAM LAMPUNG

Oleh:

Rifqi Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

Judul Skripsi :PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI

GEOGRAFIS LADA HITAM LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Rifqi Saputra

Nomor Pokok Mahasiswa : 1512011074

Fakultas : Hukum

Bagian : Hukum Keperdataan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Rohaini S.H.,M.H.,Ph.D. M. Wendy Trijaya, S.H.,M.H NIP.198102152008122001 NIP.19801014 200604 2 001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum.

NIP. 19601228 198903 1 001

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rohaini S.H., M.H., Ph.D. ……………………

Sekretaris/Anggota : M. Wendy Trijaya, S.H.,M.H. ……………………

Penguji

Bukan Pembimbing : Lindati Dwiatin S.H.,M.Hum ……………………

2. Dekan Fakultas Hukum

Prof. Dr. Maroni, S.H., M.Hum.

NIP 19600310 198703 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 16 Juli 2019

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rifqi Saputra

NPM : 1512011074

Fakultas/Prodi : Hukum/Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Keperdataan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perlindungan

Hukum Indikasi Geografis Produk Lada Hitam Lampung” benar-benar hasil

karya bukan plagiat sebagaimana telah diatur dalam Pasal 27 Peraturaan

Akademik Universitas Lampung dengan Keputusan Rektor Nomor

3187/H26/DT/2010.

Bandar Lampung, 16 Juli 2019

Rifqi Saputra

NPM. 1512011074

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, pada 25 Agustus 1997, dan

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis

merupakan putra dari pasangan Ridwan dan Sugiati.

Penulis mengawali pendidikan di TK Aisyah Metro Pusat

pada tahun 2002 sampai tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 7

Metro Barat hingga tahun 2009, SMP Negeri 9 Metro Barat hingga tahun 2012,

dan SMA Kartikatama Metro Barat hingga tahun 2015.

Pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN), dan mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama

40 hari di Desa Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Lampung Timur

pada tahun 2018.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

MOTO

“Allah menjadikan bumi itu mudah untuk kalian, maka berjalanlah diseluruh

penjurunya dan makanlah sebagian rizkinya dan kepadanya tempat kembali”

(QS: Al Mulk, ayat 15)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah."

(Lessing)

“Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat

baik terhadap diri sendiri."

(Benyamin Franklin)

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

skripsi ini pada:

Kedua orang tuaku,

Ayahanda Ridwan dan Ibunda Sugiati, yang selama ini memberikan cinta, kasih

sayang, kebahagiaan, mendidik dengan baik, dan selalu memotivasi secara materil

dan immateril, serta berkorban apapun selama ini untuk keberhasilanku.

Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi setiap langkah kalian.

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

SANWACANA

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Indikasi Geografis Produk Lada

Hitam Lampung”, diajukan guna memenuhi gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. I gede A.B. Wiranata, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan I

Bagian Akademik Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M. Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

4. Ibu Rohaini, S.H., Ph.D., selaku Pembimbing I. Terimakasih atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan

dan berbagai kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

5. Bapak M. Wendy Trijaya, S.H., M.H., selaku Pembimbing II. Terimakasih

atas kesediaan, kesabaran, dan semangatnya dalam meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, arahan dan berbagai kritik dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

6. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M. H., selaku Pembahas I yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Ibu Elly Nurlaili. S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan

saran, kritik, serta arahan yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Dr. Wahyu Sasongko S.H., M.Hum. Selaku Dosen yang telah

meluangkan waktu memberikan saran, arahan dalam pembuatan skripsi ini dari

dimulainya pembuatan skripsi ini, Terimakasih atas kesediaanya.

9. Bapak Elman Edy Patra, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang

telah membimbing, mengayomi penulis selama menempuh pendidikan di

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

10. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya dosen

bagian Keperdataan yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis selama menyelesaikan pendidikannya;

11. Seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas Hukum Universitas Lampung atas

segala bantuan secara teknis maupun administratif yang diberikan kepada

penulis selama menyelesaikan pendidikannya;

12. Pihak Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung, yang telah

meluangkan waktu untuk dilakukannya wawancara dan memberi semua data

yang saya perlukan

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

13. Pihak Masyarakat Indikasi Geografis Lada Hitam Lampung, yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

14. Adik penulis, Viona Nahda Saputri dan Daffa Bima Erlangga Terimakasih

atas cinta dan kasih sayang yang tiada henti, semoga kita menjadi anak yang

soleh dan solehah yang selalu menjaga nama baik keluarga dan

membanggakan kedua orang tua;

15. Sahabat Karib penulis, Widya Saputri yang senantiasa mengkontruksikan

pemikiran-pemikiran hebat dalam proses pembuatan skripsi ini;

16. Sahabat perkuliahan yang selalu memberi dukungan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, Fitri Almunawaroh, Delia Puspitasari, Lisma

Rinidewi, Siti Kholifah, Thio Haikal Anugerah, Mashuril Anwar, Sukma Ari

Sanjaya, M. Ridho Wijaya, Bobi Kurniawan, Hendri Nugeroho, Dharma Qulbi

Rahma, Zahria Humairoh, Rinida, Dina Danata, Dewi Nurhalimah, Muhamad

Bahrudin, Indah Cintya, Adi Kurniawan, Boby Kurniawan, M. Ridho Wijaya,

Sofiatun Tasliyah, Aziz Rahmat, Alfa Immanuel, Arfita Bella, Desma,

Salestina, Cania, Kak Fitri, Kak Elfa, Kak Riska, Kak Indri, Kak Sariani, Kak

Novi, Kak Nur, Kak Ica, Kak Suci, semoga kelak kita kembali bersama

dengan telah meraih cita-cita yang kita impikan;

17. Keluarga Bidikmisi Fakultas Hukum 2015 yang selalu memberikan motivasi

dan dukungan dalam proses penulisan ini, semoga kelas kita dapat

membanggakan keluarga dan negara;

18. Keluarga besar Badan Konsultasi Bantuan Hukum (BKBH) Fakultas Hukum

Universitas Lampung, yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa

bagi penulis;

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

19. Keluarga UKM-U English Society Unila Yuda Eka Prasetya, Mona Dwi

Fenska, Moni Dwi Fenski, Widya Febriani, Rosy Radika, Aditya Putra Diffa,

Purnama Aldi, Thomas Andriadi, Aulia Denada, Desy Permata Sari, Fifky

Mabruroh, Asri Dwita, Putri, M Tanjung Rhomadoni, Rian Setiawan, Ananto

Widodo, Siti Sufiah, Siti Farhana, Kamilia Qadarina, Rahma Atika, Tegar

Ramadhan Akbar, Laura Caroline, Lisna, Kiki, Bagus Fajar, Esther Apriana,

semoga kelak kita kembali bertemu dengan kesuksesan yang telah kita raih;

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan

ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 16 Juli 2019

Penulis

Rifqi Saputra

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

DAFTAR ISI

ABSTRAK

SAMPUL DALAM

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

MOTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ........................................................... 6

1. Permasalahan .............................................................................................. 6

2. Ruang Lingkup ............................................................................................ 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 7

1. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

2. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hak Kekayaan Intelektual ............................................................................... 9

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ......................................................... 9

2. Latar Belakang Berlakunya Hak Kekayaan Intelektual .............................. 10

3. Teori Hak Kekayaan Intelektual ................................................................. 11

4. Prinsip-Prinsip Umum HKI ........................................................................ 13

B. Perlindungan Hukum ...................................................................................... 16

1. Pengertian Perlindungan Hukum ................................................................ 16

2. Prinsip Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Indikasi Geografis Sebagai

Bagian Dari Hak Kekayaan Intelektual ..................................................... 18

C. Indikasi Geografis ........................................................................................... 22

1. Pengertian Indikasi Geografis..................................................................... 22

2. Unsur-Unsur dalam Indikasi Geografis ...................................................... 23

3. Indikasi Geografis dalam Hukum Nasional ................................................ 26

4. Indikasi Geografis dalam Hukum Internasional ......................................... 28

D. Tanaman Lada ................................................................................................ 32

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

E. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 36

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 38

B. Tipe Penelitian ............................................................................................... 39

C. Sumber dan Jenis Data .................................................................................... 39

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 40

E. Metode Pengolahan Data ................................................................................ 40

F. Analisis Data ................................................................................................... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Indikasi Geografis Produk Lada Hitam Lampung ...... 42

B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pendaftaran Indikasi Geografis

Lada Hitam Lampung ..................................................................................... 48

1. Kondisi geografis penyebaran Lada Hitam Lampung yang terlalu luas ..... 48

2.Kurangnya sumber daya manusia dalam penjaminan mutu hasil panen. .... 50

3.Kurangnya kepedulian Pemerintah Provinsi Lampung dan masyarakat

dalam upaya perlindungan hukum indikasi geografis terhadap lada hitam

Lampung ....................................................................................................... 51

C. Manfaat yang diperoleh Masyarakat Indikasi Geografis Lada Hitam

Lampung setelah didaftarkannya Lada Hitam Lampung sebagai Indikasi

Geografis......................................................................................................... 53

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 62

B. Saran ............................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Akar Tanaman Lada .................................................................................... 32

Gambar 2 Batang Tanaman Lada .................................................................................. 33

Gambar 3 Daun dan Buah Tanaman Lada .................................................................... 34

Gambar 4. Kerangka Pikir ............................................................................................ 35

Gambar 5. Logo Lada Hitam Lampung ........................................................................ 46

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Produksi Lada Hitam Lampung ..................................................... 4

Tabel 2. Pemberian Dosis Pupuk .................................................................................. 57

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya dan melimpah sumber daya alamnya,

kekayaan sumber daya alam tersebut menumbuhkan banyak ragam keunikan, baik

hayati maupun nabati sehingga memberikan berbagai macam potensi anugerah

alam yang luar biasa sehingga dari potensi tersebut menimbulkan hasil budi daya

nabati maupun hayati yang mencirikan geografis di mana potensi itu berada.

Berkaitan dengan keanekaragaman sumber daya alam, maka diperlukan suatu

perlindungan hukum bagi asset nasional di wilayah Indonesia terutama dalam

kaitannya dengan Perlindungan Hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual

(HKI).1

Indikasi Geografis (Selanjutnya disingkat IG) adalah bagian dari HKI yang

menjadi salah satu pilar utama pembangunan ekonomi suatu negara. Eksistensi IG

telah melahirkan kekuatan ekonomi negara-negara maju seperti Perancis dan

Amerika Serikat.2 IG merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu

barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor

1Winda Risna Yessiningrum, Perlindungan Hukum Indikasi Geografis sebagai Bagian dari

Hak Kekayaan Intelektual, Kajian Hukum dan Ham, Magister Ilmu Hukum Universitas Mataram,

Jurnal Ius Vol III Nomor 7 April 2015, hlm 42-43. 2 Saky Septiono, Perlindungan Indikasi Geografis dan Potensi Indikasi Geografis

Indonesia, www.dgip.go.id/ indikasi-geografis, diakses pada tanggal 16 Desember 2018 pukul

18.56 WIB.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

2

alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan

reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang

dihasilkan.

Pengertian IG di atas mengacu kepada pengertian IG yang tercantum dalam

persetujuan TRIPs Article 22 (1) Geographical indications are, for the purposes

of this Agreement, indications which identify a good as originating in the territory

of a Member, or a region or locality in that territory, where a given quality,

reputation or other characteristic of the good is essentially attributable to its

geographical origin. Menurut Tomi Suryo Utomo, bahwa kata “Indikasi” tidaklah

harus merujuk suatu tempat saja, akan tetapi juga mencakup nama dan kualitas

produk yang diasosiasikan dengan sebuah tempat.3

IG di Indonesia mengalami perkembangan dengan baik, hal ini ditandai hampir

setiap tahunnya ada peningkatan pendaftaran IG di Direktorat jendral HKI (Dirjen

HKI). Data Dirjen HKI tahun 2018 tercatat sebanyak 67 (Enam Puluh Tuju) IG

yang terdaftar. Angka tersebut bukan angka yang banyak, mengingat Indonesia

memiliki areal sangat luas yang memiliki produk khas di setiap daerahnya. Belajar

dari negara-negara Eropa, produk-produk IG dapat memberikan keuntungan besar

bagi perekonomian negara tersebut, misalnya penjualan wine di Prancis naik

sekitar 230 % dari penjualannya ke negara lain, penjualan keju naik antara 158 –

203 %, penjualan jeruk florida asli dari negara bagian di Amerika Serikat, florida

yang dikenal secara luas di dunia dengan kekhasan rasanya, dapat

menyumbangkan 9 juta US Dollar, membuka sekitar 80.000 lapangan kerja baru

3 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global Sebuah Kajian

Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm 219.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

3

dan mengekspansi 230.670 hektar lahan. Bila kita bandingkan dengan potensi IG

di Indonesia, banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk bersaing di dunia

internasional, misalnya Ubi Cilembu, Lada Hitam Lampung, Wajit Cililin, Batik

Trusmi Cirebon, Batik Pekalongan, Batik Solo, Kain Songket Palembang, Ukiran

Toraja, dan Kain Sasirangan (Kalimantan Selatan). Selain itu terdapat produk kopi

yang memiliki sejumlah cita rasa yang khas, yaitu jenis kopi arabica: kopi Lintong

(Batak), kopi Mandailing (Batak), kopi Gayo, kopi Toraja, kopi Kalosi, kopi

Kintamani Bali, kopi Bajawa, kopi Luwak. Selanjutnya jenis kopi robusta: kopi

Pagaralam, kopi Lampung, kopi Jawa Dampit, kopi robusta Flores.4

Potensi-potensi tersebut dapat memberikan keuntungan apabila negara-negara

(termasuk Indonesia) dapat melindungi produk-produk khasnya dengan sistem

perlindungan IG. Perlindungan IG di Indonesia adalah sistem first to file atau

Konstitutif, sistem yang mensyaratkan adanya pendaftaran untuk mendapatkan

perlindungan dari negara. Menurut sistem ini pihak yang melakukan pendaftaran

pertama dianggap memiliki hak. Barang-barang yang memenuhi kriteria dan

persyaratan untuk memperoleh perlindungan IG sangat ditentukan oleh kelompok

masyarakat yang membuat dan menghasilkan barang-barang tersebut. Mereka

adalah para produsen (producer) baik kelompok tani yang menghasilkan produk

pertanian dalam arti luas maupun para perajin yang membuat barang-barang

kerajinan tangan (handycrafts), yang merupakan pihak-pihak berkepentingan

(interested party) dengan IG. Sejatinya, merekalah yang berhak atau berwenang

untuk mendaftarkan hak.

4Indra Rahmatullah, Perlindungan Indikasi Geografis dalam Hak Kekayaan Intelektual,

diakses dari https://indrarahmatullah.wordpress.com/2013/10/25/perlindungan-indikasi-geografis-

dalam-hak-kekayaan-intelektual-hki-melalui-ratifikasi-perjanjian-lisabon/ pada 7 Desember 2018

pukul 10.00 WIB

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

4

Produsen pendaftar merupakan penduduk lokal atau masyarakat yang tinggal

dalam suatu wilayah geografis tertentu yang membentuk kelompok. Oleh sebab

itu, menurut ketentuan, pemohon yang diberi hak untuk mendaftarkan IG adalah

kelompok yang bersifat komunal atau kolektif, seperti asosiasi produsen atau

koperasi. Dalam hal ini, kolektivitas tidak hanya menunjukkan jumlahnya yang

banyak, tetapi juga harus berkaitan dengan status atau kedudukan dan peranannya

terhadap produk atau barang-barang yang didaftarkan. Sedangkan, subyek hukum

perorangan dan korporasi sebagai badan hukum prifat, tidak diperkenankan untuk

mendaftarkan IG. Dengan demikian, tidak mudah untuk menentukan pihak-pihak

berkepentingan dan sekaligus berwenang mengajukan permohonan pendaftaran.5

Provinsi Lampung sangat terkenal dengan produk lada hitam (black pepper), baik

di tingkat Nasional maupun Internasional dengan nama: “Lampung Black Pepper”

yang dihasilkan di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Utara, Tanggamus dan

Lampung Barat dengan ketinggian 20-800 m d.p.l. lada hitam Lampung memiliki

ciri berwarna hitam sampai kecoklat-coklatan dengan kadar air maksimal 13%,

kadar piperine (3,29-4,7%), minyak atsiri (1,14-2,89%) dan Olcoresin (12,8-

15,20%). Melalui Masyarakat Indikasi Geografis Lada Hitam Lampung (MIG-

LHL) lada hitam Lampung sudah berhasil mendapatkan sertifikat IG lada hitam

Lampung.6

IG dapat menggerakkan perekonomian khususnya bagi masyarakat Lampung,

karena memiliki aspek penting lada hitam dipasaran serta mengangkat reputasi

5 Wahyu Sasongko, Indikasi Geografis Studi Tentang Kesiapan Indonesia Memberikan

Perlindungan Hukum Terhadap Produk Nasional, Bandar lampung, Universitas Lampung, 2012,

hlm. 158. 6http://www.dgip.go.id/images/ki-images/pdf-files/publikasi/publikasi_ig/2016/brig-2-

2016.pdf diakses pada tanggal 25 September 2018 pukul 03.00 WIB.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

5

daerah. Lada hitam Lampung yang telah mendapat sertifikat IG dapat melindungi

konsumen dari upaya curang pihak lain yang membuat imitasinya. Fungsi lain

yang didapat dari pendaftaran IG yaitu meningkatkan nilai ekonomis suatu produk

yang mengandung IG. Konsumen lebih tertarik atas originalitas kualitas dan

reputasi yang melekat pada barang tersebut. Disisi lain, IG dapat mewajibkan

produsen untuk mempertahankan kualitas produk, sehingga konsumen dapat

menikmati produk dengan mutu yang sama dari waktu ke waktu. Konsumen juga

mempunyai akses informasi untuk bisa melacak keberadaan daerah asal penghasil

produk.

Provinsi Lampung sangat potensial untuk pengembangan komoditas rempah

khususnya lada hitam lampung, Berikut adalah data produksi lada hitam

komoditas perkebunan:

No Data Hasil Produksi Lada Hitam Lampung (Ton)

1 2013 24.639

2 2014 15.324

3 2015 14.860

4 2016 15.128

5 2017 13.771

Sumber: Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung

Tabel 1. Data Hasil Produksi Lada Hitam Lampung

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa perkembangan produksi lada hitam

Lampung sudah terbilang baik, namun dalam perkembangannya produksi lada

mengalami penurunan, hal tersebut terlihat bahwa pada tahun 2013 produksi lada

mencapai 24.639 ton namun tahun-tahun berikutnya jumlah produksi lada hitam

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

6

Lampung menurun dan pada tahun 2017 jumlah produksi yang tercatat di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung hanya mencapai 13.771 ton.7

Perlindungan IG akan terus ada selama terjaganya reputasi, kualitas dan

karakteristik yang menjadi dasar pada suatu barang. Oleh karena itu, jika kondisi

lada hitam Lampung terus mengalami penurunan seperti ini, maka perlindungan

IG Lada hitam lampung akan hilang, padahal lada hitam Lampung berpotensi

menjadi sumber pendapatan daerah, karena produk-produk unggulan daerah

sangat penting bagi kemajuan perekonomian daerah, khususnya demi kepentingan

peningkatan kesejahteraan masyarakat Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

mengenai penelitian hukum yang berjudul “Perlindungan Hukum Indikasi

Geografis Produk Lada Hitam Lampung”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perlindungan hukum indikasi geografis produk lada hitam

Lampung?

b. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan pendaftaran indikasi geografis lada

hitam Lampung?

c. Apa saja manfaat yang diperoleh masyarakat indikasi geografis lada hitam

Lampung setelah didaftarkannya lada hitam Lampung sebagai indikasi

geografis?

7https://lampung.bps.go.id/dynamictable/2017/10/12/723/volume-dan-nilai-ekspor-

perbulan-provinsi-lampung-2014-2016.html diakses pada 7 Desember 2018 pukul 23.00 WIB.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

7

2. Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Keilmuan

Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya hukum kekayaan

intelektual

b. Ruang Lingkup Objek Kajian

Ruang lingkup kajian ini adalah mengenai perlindungan hukum indikasi

geografis produk lada hitam Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui perlindungan hukum indikasi geografis lada hitam lampung.

b. Mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pendaftaran indikasi

geografis lada hitam Lampung

c. Mengetahui manfaat yang diperoleh masyarakat indikasi geografis lada hitam

Lampung setelah didaftarkannya lada hitam Lampung sebagai indikasi

geografis

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini berguna baik

secara teoritis maupun secara praktis yaitu:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna sebagai salah satu upaya untuk

memberikan pemahaman baru bagi masyarakat tentang perlindungan hukum

indikasi geografis produk lada hitam Lampung

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

8

2. Secara Praktis

Hasil penelitian yang dilakukan penulis juga mampu memberikan sumbangan

praktis sebagai bahan tambahan informasi atau referensi bagi mahasiswa

terutama mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan bagi

masyarakat luas secara umum.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hak Kekayaan Intelektual

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah terjemahan resmi

dari Intellectual Property Rights. Berdasarkan substansinya, HKI berhubungan

erat dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya intelektual yang lahir

dari cipta, rasa dan karsa manusia. World Intellectual Property (WIPO), sebuah

lembaga internasional di bawah PBB yang menangani masalah HKI

mendefinisikan HKI sebagai kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia yang

meliputi: invensi, karya sastra dan seni, simbol, nama, citra dan desain yang

digunakan di dalam perdagangan. Definisi yang bersifat lebih umum

dikemukakan oleh Jill Mc-Keough dan Stewart “sekumpulan hak yang diberikan

oleh hukum untuk melindungi investasi ekonomi dari usaha-usaha yang kreatif”.

Definisi yang dirumuskan oleh para ahli, HKI selalu dikaitkan dengan tiga elemen

penting berikut ini:

a. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum.

b. Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada

kemampuan intelektual.

c. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

10

Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward yang sesuai bagi

para inventor dan pencipta HKI. Melalui reward tersebut, orang-orang yang

kreatif didorong untuk terus mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat

dipergunakan untuk membantu kehidupan manusia. Tujuan utama sistem HKI

adalah menjamin agar proses kreatif tersebut terus berlangsung dengan

menyediakan perlindungan hukum yang memadai dan menyediakan sanksi

terhadap pihak yang menggunakan proses kreatif tanpa izin.8

2. Latar Belakang Berlakunya Hak Kekayaan Intelektual

HKI adalah suatu sistem yang sekarang ini melekat pada tata kehidupan modern.

Seperti juga pada aspek-aspek lain yang memberi warna pada kehidupan modern

misalnya masalah lingkungan hidup serta persaingan usaha, hak kekayaan

intelektual merupakan konsep yang relative baru bagi sebagian besar negara,

terutama negara-negara berkembang. Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21

tercapai kesepakatan negara-negara untuk mengangkat konsep hak kekayaan

intelektual kearah kesepakatan bersama dalam wujud Agreement Establishing the

World Trade Organization (WTO Agreement) dan segala perjanjian internasional

yang menjadi lampirannya. Ketentuan-ketentuan tentang HKI diatur dalam annex

1c berjudul Agreement on Trade –Related Aspect of Intellectual Property Rights

(TRIPs Agreement).9

WTO sendiri tidak dapat dilepaskan dari kisah masa lalunya, dimulai dengan

keinginan kuat negara-negara memulihkan kembali perekonomian dunia yang

hancur setelah Perang Dunia II. Sebelum terbentuknya WTO, masalah hak

8 Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hlm. 1.

9 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung, PT Alumni.

2011, hlm. 1.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

11

kekayaan intelektual dalam dimensi internasional berada dibawah administrasi

World Intellectual Property Organization (WIPO), satu badan khusus perserikatan

Bangsa-Bangsa yang didirikan tahun 1967.10

Indonesia sebagai negara berkembang sudah menjadi anggota dan secara sah ikut

dalam TRIPs, melalui ratifikasi WTO Agreement dengan Undang-Undang No.7

tahun 1994.11

Ratifikasi ini kemudian diimplementasikan dalam revisi terhadap

ketiga Undang-Undang bidang HKI yang berlaku saat itu, diikuti perubahan yang

menyusul kemudian, serta pengundangan beberapa bidang HKI yang baru bagi

Indonesia. Pelaksanaan HKI bagi Indonesia bukan hanya karena TRIPs. Sejarah

menunjukkan Indonesia sudah mengenal dan menerapkan HKI sejak lama, bahkan

sejak zaman Hindia Belanda, seperti juga dengan negara-negara lain yang pernah

melakukan kolonisasi, berkepentingan untuk menyebarkan paham tentang

perlindungan atas karya intelektual ini untuk kesuksesan pihaknya sendiri.12

3. Teori Hak Kekayaan Intelektual

Teori Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sangat dipengaruhi oleh pemikiran

John Locke tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak

milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada

sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang

berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas

10

Ibid. hlm. 2. 11

Undang-Undang Nomor 57 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO Agreement. 12

Achmad Zen Umar Purba. Op.cit. hlm. 7.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

12

benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas

manusia.13

Ada tiga teori terkait dengan pentingnya sistem Hak Kekayaan Intelektual dari

perspektif ilmu hukum, yaitu:14

a. Natural Right Theory

Berdasarkan teori ini, seorang pencipta mempunyai hak untuk mengontrol

penggunaan dan keuntungan dari ide, bahkan sesudah ide itu diungkapkan

kepada masyarakat. Ada dua unsur utama dari teori ini, yaitu :

1. First Occupancy

Seseorang yang menemukan atau mencipta sebuah invensi (ide penemu)

berhak secara moral terhadap penggunaan ekslusif invensi tersebut.

2. A Labor Justification

Seseorang yang telah berupaya di dalam mencipta Hak Kekayaan

Intelektual, dalam hal ini adalah sebuah invensi seharusnya berhak atas hasil

dari usahanya tersebut. Mencipta merupakan istilah dari Hak Cipta, istilah

tersebut mengandung arti, yaitu hasil karya yang dituangkan dalam bentuk

yang khas. Sedangkan Invensi merupakan istilah dari Hak Paten yang

mengandung arti, sebagai ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu

kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dan dapat

berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk

dan proses.

13

Rose Diana Daniswara, Hak Kekayaan Intelektual, http://abcdanis.id/2013/05/hak-

kekayaan-intelektual_15.html diakses pada 16 November 2018.Pukul 17:40 WIB. 14 Tomi Suryo Utomo. Op.cit. hlm. 9.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

13

b. Utilitarian Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Jeremy Bentham dan merupakan reaksi

terhadap Natural Right Theory. Menurut Bentham, Natural Right Theory

merupakan “simple nonsense”. Kritik ini muncul disebabkan oleh adanya

fakta bahwa natural right memberikan hak mutlak hanya kepada inventor

dan tidak kepada masyarakat. Menurut utilitarian theory, negara harus

mengadopsi beberapa kebijakan (misalnya membuat peraturan perundang-

undangan) yang dapat memaksimalkan kebahagiaan masyarakat.

c. Contact Theory

Teori ini memperkenalkan prinsip dasar yang menyatakan bahwa sebuah paten

merupakan perjanjian antara inventor dengan pemerintah. Dalam hal ini,

bagian dari perjanjian yang harus dilakukan oleh pemegang paten adalah

untuk mengungkapkan invensi tersebut dan memberitahukan kepada publik

bagaimana cara merealisasikan invensi tersebut. Berdasarkan teori ini, invensi

harus diumumkan sebelum diadakannya pemeriksaan substantif atas invensi

yang dimohonkan. Jika syarat ini dilanggar oleh inventor, invensi tersebut

dianggap sebagai invensi yang tidak dapat dipatenkan.

4. Prinsip-Prinsip Umum HKI

Prinsip-Prinsip Umum yang berlaku di dalam HKI adalah sebagai berikut:15

a. HKI Memberikan Hak Eksklusif

Hak yang diberikan oleh sistem HKI bersifat eksklusif. Maksudnya, hak terseut

bersifat khusus dan hanya dimiliki oleh orang yang terkait langsung dengan

kekayaan intelektual yang dihasilkan. Melalui hak tersebut, pemegang hak

15

Tomi Suryo Utomo. Op.cit. hlm.12

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

14

dapat mencegah orang lain untuk membuat, menggunakan atau berbuat sesuatu

tanpa ijin. Dengan hak eksklusif, orang didorong untuk terus berkreasi dan

berinovasi. Pada akhirnya, inovasi, ciptaan, dan kreasi yang dihasilkan

seseorang dapat bermanfaat untuk masyarakat. Prinsip ini merupakan salah

satu dasar yang melatarbelakangi tujuan pemberian perlindungan hukum dalam

rezim HKI.16

b. HKI Melindungi Usaha Intelektual Yang Bersifat Kreatif Berdasarkan

Pendaftaran

Secara umum, pendaftaran merupakan salah satu syarat kekayaan intelektual

yang dihasilkan oleh seseorang. Prinsip ini mendasari semua UU HKI

diseluruh dunia dan membawa konsekuensi bahwa pemilik kekayaan

intelektual yang tidak melakukan pendaftaran tidak dapat menuntut seseorang

yang dianggap telah menggunakan kekayaanya secara melawan hukum. Dua

sistem pendaftaran HKI, yaitu:

1. First to file system

Sistem pendaftaran ini didasarkan pada pendaftar pertama, artinya jika ada

dua orang mendaftarkan kekayaan intelektual pada hari yang sama dengan

objek yang sama, pihak yang mendaftarkan terlebih dahulu yang

diprioritaskan untuk diproses

16

Miranda Risang Ayu, Memperbincangkan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis,

Bandung, Alumni, 2006, hlm 74.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

15

2. Fisrt to use system

Sistem ini didasarkan pada pengguna pertama. Artinya, pemilik kekayaan

intelektual yang akan didaftar adalah orang pertama yang menggunakan

kekayaan intelektual tersebut.

c. Prinsip Pemisahan Benda Secara Fisik Dengan HKI yang Terkandung Di

Dalam Benda Tersebut

Sistem ini sangat unik dan merupakan ciri khas HKI karena didalam cabang

hukum lain yang bersifat berwujud, penguasaan secara fisik dari sebuah benda

sekaligus membuktikan kepemilikan yang sah atas benda tersebut. Didalam

sitem HKI, seseorang yang menguasai benda secara fisik tidak otomatis

memiliki hak esklusif dari benda fisik itu. Sebagai contoh, jika seseoang

membeli buku dengan uangnya sendiri, orang itu hanya berhak atas buku

tersebut (benda secara fisik) untuk penggunaan secara pribadi (misalnya dibaca

dirumah). Hak eksklusif berupa hak untuk mengumumkan dan memperbanyak

tidaklah termasuk didalam pembelian buku tersebut karena didalam sistem

HKI yang dibeli adalah benda fisik bukan hak ciptanya.

d. Prinsip Jangka Waktu Perlindungan HKI Adalah Terbatas

Meskipun ada cabang HKI (merek) yang dapat diperpanjang jangka waktu

perlindungannya, secara umum jangka waktu perlindungan HKI tidak

selamanya atau bersifat terbatas. Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah

untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat mengakses kekayaan

intelektual tersebut secara optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih

lanjut dan sekaligus mencegah monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

16

e. Prinsip kekayaan intelektual yang berakhir perlindungannya menjadi public

domain

HKI yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya akan menjadi milik

umum (public domain). Semua orang berhak untuk mengakses HKI yang telah

berakhir jangka waktu perlindungannya. Pasca berakhirnya perlindungan

hukum, pemegang HKI tidak boleh menghalangi atau melakukan tindakan

seolah-olah masih memiliki hak eksklusif. Contoh, perjanjian lisensi dengan

kewajiban membayar royalty bagi pihak lisensi ridak boleh dilakukan jika

jangka waktu perlindungan HKI yang menjadi dasar bagi terjadinya perjanjian

tersebut telah berkahir.17

B. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum apabila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan banyak

persepsi. Perlindungan hukum dalam makna yang sebenarnya dalam ilmu hukum,

dapat timbul dari penggunaan istilah perlindungan hukum, maka bisa berarti

perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda

dan tidak disalahgunakan oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti

perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu. Pengertian

Perlindungan hukum adalah suatu tindakan melindungi atau memberikan

pertolongan dalam bidang hukum agar seseorang mendapatkan keadilan dari

perbuatan kesewenang-wenangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

Perlindungan hukum terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu “perlindungan” dan

17

Tomi Suryo Utomo. Op.cit. hlm.16

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

17

“hukum” artinya perlindungan hukum menurut undang-undang dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Perlindungan hukum merupakan sarana untuk mewujudkan dan mempertahankan

keadilan yang menjadi jiwa dan tujuan dari hukum. Perlindungan hukum

ditujukan untuk melindungi seseorang dari perbuatan yang semena-mena.

Perlindungan hukum tidak hanya ditujukan untuk orang yang berkuasa

ataupun memiliki kekayaan tetapi perlindungan hukum itu juga ditujukan untuk

orang yang berhak mendapatkan perlindungan hukum. Apabila seseorang yang

berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum namun mereka tidak

mendapatkan perlindungan hukum tersebut maka mereka menerima

ketidakadilan. Perlindungan hukum ini dimaksudkan untuk seseorang

mendapatkan keadilan dari perbuatan-perbuatan yang semena-mena yang

dilakukan seseorang sehingga orang tersebut telah mendapat perlindungan di

dalam bidang hukum. Teori perlindungan hukum bahwa hukum bertujuan

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sebagai kepentingan dalam

masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai

kepentingan di lain pihak.

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia,

sehinggahukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan

manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat

tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala

peraturan hukum yang diberikan oleh masyrakat yang pada dasarnya merupakan

kesepakatan masyrakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

18

anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

memiliki kepentingan masyarakat.

Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman

terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan

itu diberikan masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.18

Selanjutnya menurut Philipus M. Hadjon bahwa perlindungan

hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan

resprensif. Perlindungan hukum yang preventif mencegah terjadinya sengketa,

yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan

keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang respresif bertujuan untuk

pengendalian setelah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya dilembaga

peradilan.19

2. Prinsip Dalam Perlindungan hukum Terhadap Indikasi Geografis Sebagai

Bagian Dari Hak Kekayaan Intelektual

Sebagai salah satu bagian dari HKI, Prinsip-Prinsip HKI berlaku secara umum

pada IG. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam IG adalah sebagai berikut:20

a. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)

Menyangkut IG, maka peristiwa yang menjadi alasan melekatnya hak tersebut

berdasarkan keadaan geografis, sumber daya alam maupun faktor manusia dan

menjadi satu unsur dimana penyatuan dari ketiga unsur tersebut menghasilkan

suatu barang yang disebut IG. Indikasi geografis tersebut menjadi hak dari

18

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm 53. 19

Tomi Suryo Utomo. Op.cit. hlm.21 20

Ibid, hlm. 48

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

19

masyarakat tempat ditemukannya indikasi geografis tersebut. Dalam prinsip

keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang lain

atau antara warga negara yang satu dengan warga negara lainnya dengan

tatanan horizontal.21

Hubungan yang adil dalam HKI adalah seseorang atau kelompok yang

menciptakan sesuatu berhak mendapatkan imbalan atas temuan atau ciptaanya.

Imbalan tersebut dapat berupa materi maupun immateril seperti penghargaan

ataupun pengakuan atas hasil karyanya juga rasa aman karena mendapat

perlindungan. Sebagai bagian dari HKI, IG baru akan mendapatkan

perlindungan jika didaftarkan. Sistem ini disebut dengan Prinsip Fist to File,

pada prinsip ini pihak yang melakukan pendaftaran pertama adalah yang

dianggap memiliki hak atas temuan. Pada prinsip ini hak atas indikasi geografis

diperoleh melalui pendaftaran artinya hak eksklusif dari indikasi geografis

diberikan karena adanya pendaftaran, sehingga dapat dikatakan bahwa

pendaftaran IG adalah hal yang mutlak, karena indikasi geografis yang tidak

didaftarkan tidak akan mendapatkan perlindungan hukum.

b. Prinsip Ekonomi (Economic Principle)

Dalam hubungan dengan IG, prinsip ekonomi diartikan sebagai masyarakat

yang mendiami suatu daerah atau kawasan dimana terdapat potensi IG dan

mengolah dan meproduksinya menjadi suatu barang yang memiliki nilai

21

Esmi Warasih Puji Rahayu, Pranata Hukum, Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang, PT

Suryandaru Utama, 2005, hlm 81.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

20

ekonomis dimana barang tersebut memiliki kualitas dan reputasi yang tidak

dapat dimiliki oleh hasil produksi atau barang dari daerah lain.

Adapun perlindungan IG bertujuan sebagai perlindungan terhadap produk,

mutu dari produk, nilai tambah dari suatu produk dan juga sebagai

pengembangan pedesaan. Karena indikasi geografis merupakan salah satu

komponen HKI yang penting dalam kegiatan perdagangan. Khususnya

memberikan perlindungan terhadap komoditas perdagangan yang terkait erat

dengan nama daerah atau tempat asal produk barang. Maka bisa dibayangkan

betapa besar nilai ekonomi kekayaan indikasi geografis ini, Misalkan produk

indikasi geografis lada hitam Lampung tentu sangat besar sekali potensi

ekonominya terhadap masyarakat indikasi geografis lada hitam Lampung.

Secara tidak langsung pendaftaran IG akan memacu pertumbuhan ekonomi di

Lampung.

Dengan adanya produk IG, dengan sendirinya reputasi suatu kawasan indikasi

geografis akan ikut terangkat, disisi lain IG dapat melestarikan keindahan alam,

pengetahuan tradisional, serta sumberdaya hayati dan ini akan berdampak pada

pengembanga agrowisata, dengan IG juga akan merangsang timbulnya

kegiatan-kegiatan lain yang terkait seperti pengolahan lanjutan suatu produk.

Kegiatan mengindikasi geografis produk unggulan disetiap wilayah Indonesia

sangat penting untuk dilakukan karena produk-produk unggulan di Indonesia

sangat banyak.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

21

c. Prinsip Kebudayaan (The Culture Principle)

Karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkan hidup,

selanjutnya dari karya itu pula akan timbul suatu gerakan hidup yang harus

menghasilkan lebih banyak karya lagi.22

Dengan konsepsi demikian, maka

pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, sastra sangatlah besar

artinya bagi taraf hidup, peradaban dan martabat manusia. Dalam hal ini,

beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai

budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk

diaplikasikan kedalam proses pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Kebudayaan dari suatu daerah diharapkan mampu menarik perhatian dari

masyrakat lokal maupun mancanegara untuk mengenal ragam budaya dari tiap

provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

d. Prinsip Sosial (The Social Argument)

Berkaitan dengan indikasi geografis pada sistem perlindungan produk hasil

alam maupun karya manusia yang memiliki ciri khas daerah dilindungi secara

komunal. IG selain sebagai rezim hak kekayaan intelektual yang

perlindungannya masih paling terbuka bagi pengaruh keragaman budaya

bangsa-bangsa di dunia, indikasi geografis juga amat menghargai keterkaitan

historis antara suatu produk dengan tempat asalnya.

IG juga amat potensial untuk menjamin agar keuntungan ekonomi tertinggi

dari suatu produk dapat tetap dinikmati oleh produsen dari daerah asal produk

22

Etty Susilowati, Hak Kekayaan Intelektual Dan Lisensi Pada HKI, Semarang, CV Elang

Tuo, 2013, hlm 176

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

22

itu sendiri. Bahkan, dibeberapa negara maju indikasi geografis secara nyata

mengangkat kesejahteraan produsen-produsen didalam suatu lokalitas tertentu

yang letaknya terpencil dan hanya memiliki alternative mata pencaharian yang

amat sedikit. Aspek-aspek perlindungan HKI yang paling dibutuhkan oleh

mayoritas negara-negara Asia, yang terkenal dengan keragaman budaya,akar

historis produk yang kuat, budaya kepemilikan kolektif, kepentingan untuk

tetap menguasai produk-produk bangsanya sendiri, serta persoalan

kemiskinan.23

C. Indikasi Geografis

1. Pengertian Indikasi Geografis

Di Indonesia perlindungan terhadap Indikasi Geografis (Selanjutnya disingkat

IG) diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis. Pasal 1 angka 6 mengatur bahwa IG merupakan suatu tanda yang

menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor

lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari

kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu

pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.

Pengertian IG tersebut diatas mengacu kepada pengertian IG yang tercantum

dalam persetujuan TRIPs Article 22 (1) Geographical indications are, for the

purposes of this Agreement, indications which identify a good as originating in

the territory of a Member, or a region or locality in that territory, where a given

quality, reputation or other characteristic of the good is essentially attributable to

23

Roisah. Kholis, Dinamika Perlindungan HKI Indonesia dalam Tatanan Global,

Semarang, CV Elang Tuo, 2013, hlm 121.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

23

its geographical origin. Menurut Tomi Suryo Utomo, bahwa kata “Indikasi”

tidaklah harus merujuk suatu tempat saja, akan tetapi juga mencakup nama produk

yang diasosiasikan dengan sebuah tempat.24

Pengertian IG juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007

tentang Indikasi Geografis. Di dalam penjelasannya menjelaskan pengertian dari

IG yaitu suatu tanda yang tanpa disadari sudah lama ada dan secara tidak

langsung dapat menunjukkan adanya kekhususan pada suatu barang yang

dihasilkan dari daerah tertentu. Tanda dimaksud selanjutnya dapat digunakan

untuk menunjukkan asal suatu barang, baik yang berupa hasil pertanian, bahan

pangan, hasil kerajinan tangan, atau barang lainnya, termasuk bahan mentah

dan/atau hasil olahan, baik yang berasal dari hasil pertanian maupun yang berasal

dari hasil tambang. Tanda yang dilindungi sebagai indikasi geografis adalah suatu

identitas yang menunjukkan suatu barang berasal dari tempat atau daerah tertentu.

Tempat atau daerah tertentu itu menunjukkan kualitas dan karakteristik suatu

produk.

2. Unsur-Unsur dalam Indikasi Geografis

Rumusan definisi IG dalam perjanjian TRIPs memiliki unsur-unsur pokok yang

menjadi ciri dan syarat utama. Berikut ini adalah unsur-unsur tersebut.25

a. Unsur Indikasi Geografis untuk Mengidentifikasi

Nama geografis atau nama tempat tidak harus digunakan sebagai tanda atau

nama barang. IG tidak dibatasi pada penggunaan nama geografis atau nama

24

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hlm 219. 25

Wahyu Sasongko, Op.cit, hlm. 151.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

24

tempat di mana barang itu berasal, tetapi boleh menggunakan tanda lain yang

sudah menjadi simbol ikon dari suatu negara. Hal ini disebabkan, karena tidak

dipersyaratkan untuk menggunakan nama geografis secara langsung, maka

indikasi yang bukan geografis juga dibolehkan, seperti menara Eiffel untuk

barang-barang produksi dari Paris atau Perancis, patung liberty untuk barang-

barang dari Amerika dan Taj mahal untuk barang-barang dari india.

IG hanya untuk barang-barang dan tidak termasuk jasa sesuai dengan

definisinya yang hanya menyebut barang. Dalam hal barang-barang pun

sesungguhnya masih sangat luas, karena barang-barang dalam hal ini dapat

berupa hasil pertanian seperti anggur, kopi, lada termasuk makanan dan juga

barang-barang kerajinan tangan yang dibuat dengan keterampilan dan tradisi

khusus, seperti kain batik dan kain tapis.

b. Unsur Wilayah dalam Negara

Dalam mengidentifikasi barang itu senantiasa terkait atau dikaitkan dengan

tempat atau wilayah oleh karena itu dalam rumusan definisi dikatakan bahwa

mengidentifikasi barang yang berasal dari dalam wilayah negara anggota, atau

daerah, atau tempat di dalam wilayah itu. Akibatnya, tertutup kemungkinan

untuk memberikan hak melekatkan IG pada pihak di luar wilayah. Tetapi

dalam implementasinya dan fleksibilitas. Dalam hal-hal tertentu, karena sifat

khusus pada suatu barang, ada kemungkinan untuk beberapa bagian tertentu

pembuatannya mendapat pasokan bahan baku yang berasal dari luar wilayah.

Begitupun dengan perluasan produksi, awalnya produksi dilakukan dalam

wilayah geografis tertentu, kemudian berkembang diwilayah lain.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

25

Hal ini biasanya untuk barang-barang manufaktur dengan pabrik didirikan di

daerah lain. Oleh sebab itu ketiadaan batas-batas wilayah dapat dibenarkan

sepanjang hal itu merupakan sifat khusus dari barang yang bersangkutan,

termasuk adanya perbedaan tahap produksi dan bahan baku. Selanjutnya,

berkenaan dengan ukuran luas pada masing-masing negara anggota ada

kemungkinan meggunakan istilah dan cakupan yang berseragam. Termasuk

ukuran atau luasan dari wilayah geografis itu, sehingga istilah atau nama yang

digunakan pun berbeda beda karena melibatkan batas-batas wilayah politik dan

non politik. Misalnya berupa desa (village), kota (town), daerah (region), atau

negara (country).26

c. Unsur Kualitas, Reputasi, atau karakteristik lain

Kualitas tertentu, reputasi atau karakteristik lain dari barang yang pada

hakikatnya diakibatkan oleh asal geografisnya. Rumusan definisi IG dalam

Perjanjian TRIPs, menggunakan kata-kata “kualitas reputasi, atau karakteristik

lain”. Penggunaan kata “atau” tersebut, menunjukkan sifat alternative, dengan

demikian tidak diisyaratkan harus seluruh unsur terpenuhi, tetapi cukup hanya

satu unsur saja sudah dapat diberikan perlindungan.

Kriteria dari unsur kualitas kadang kala bersifat subyektif, ditinjau dari

produsen misalnya, mereka merasa telah membuat barang sesuai dengan acuan

dan standar yang diakui. Begitu pun konsumen, mereka berkeyakinan bahwa

suatu barang memiliki kualitas setelah merasakan atau menikmatinya. Kriteria

kualitas juga dapat diukur secara kualitatif ditinjau dari kondisi fisik barang itu,

26

Ibid. hlm. 152.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

26

dengan cara memberikan uraian tentang barang yang bersangkutan atau uraian

tentang cara atau proses pembuatannya.

Unsur reputasi lebih bersifat subyektif dan kualitatif, karena sulit untuk

membuat ukuran yang obyektif. Secara harfiah, reoutasi (reputation) dapat

diartikan sebagai nama baik (good name). Pengertian reputasi sebagai nama

baik sesungguhnya erat berkaitan dengan kualitas. Suatu barang memperoleh

nama baik karena kualitasnya dijaga dan dipertahankan terus, sehingga menjadi

terkenal. Unsur reputasi berkaitan erat dengan sejarah, tentang asal dari barang

yang bersangkutan untuk menunjukkan bahwa suatu barang diproduksi dalam

wilayah geografis tertentu. Reputasi suatu barang juga terkait dengan asal

geografis, sehingga dapat dikatakan bahwa suatu wilayah geografis memiliki

reputasi menghasilkan barang-barang tertentu.

Unsur karakteristik yang lain pada barang dapat ditafsirkan luas, ada yang

menafsirkan bahwa karakteristik lain dari lingkungan geografis meliputi faktor

alam, seperti tanah dan iklim, dan faktor manusia seperti tradisi professional

tertentu dari produsen yang dibentuk dalam wilayah geografis yang

ditentukan.27

3. Indikasi Geografis dalam Hukum Nasional

Indikasi geografis dilindungi oleh hukum nasional dengan konsep batasan yang

luas, seperti melalui ketentuan unfair competition hukum merek atau hukum yang

secara khusus mengatur indikasi geografis dalam UU No 20 tahun 2016 tentang

27

Ibid. hlm. 153.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

27

Merek dan indikasi geografis. Saat ini Indonesia masih belum memiliki UU

Indikasi Geografis tersendiri karena masih dijadikan satu dengan UU merek.

Konsep indikasi geografis adalah perlindungan komunal, oleh karena itu dalam

proses perlindungan indikasi geografis pelaksanaanya dapat dilakukan dengan

memberdayakan dari kalangan LSM, dari dinas-dinas pemerintah, warga sekitar

untuk membuat uraian/deskripsi atas produknya yang didaftarkan sebagai indikasi

geografis. Jumlah indikasi geografis di Indonesia masih banyak, hanya saja

banyak yang masih belum mendapatkan sertifikasi indikasi geografis. Indikasi

geografis baru dilindungi dan mendapat perlindungan setelah didaftarkan

sebagaimana HKI kita menganut prinsip first to file.28

Permasalah mengenai hak kekayaan intelektual akan menyentuh berbagai aspek

seperti aspek teknologi industri, sosial, budaya, dan berbagai aspek lainnya.

Aspek teknologi juga merupakan faktor yang sangat dominan dalam

perkembangan dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Perkembangan

teknologi informasi yang sangat cepat saat ini telah menyebabkan dunia terasa

sempit, informasi dapat dengan mudah dan cepat tersebar ke seluruh pelosok

dunia. Pada keadaan seperti ini hak kekayaan intelektual menjadi semakin

penting. Namun aspek terpenting jika dihubungkan dengan upaya perlindungan

bagi karya intelektual adalah aspek hukum. Hukum diharapkan mampu mengatasi

berbagai permasahan yang timbul berkaitan dengan hak kekayaan intelektual

tersebut. Hukum harus dapat memberikan perlindungan bagi karya intelektual,

28

Budi Agus Riswandi, Mencari Bentuk dan Substansi Pengaturan Indikasi Geografis,

Yogyakarta, FH UII, 2006, hlm 1.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

28

sehingga mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat yang akhirnya

bermuara pada tujuan berhasilnya perlindungan hak kekayaan intelektual.29

4. Indikasi Geografis dalam Hukum Internasional

TRIPs merupakan salah satu perjanjian utama yang dihasilkan dalam putaran

Uruguay yang dimaksudkan untuk mengurangi gangguan dan hambatan terhadap

perdagangan internasional, meningkatkan perlindungan yang efektif dan

memadahi terhadap HKI serta untuk menjamin bahwa prosedur dan langkah-

langkah penegakan hukum HKI itu sendiri tidak menjadi hambatan terhadap

perdagangan yang absah. Indonesia sebagai bagian dari keanggotaan GATT/WTO

dan telah meratifikasi Persetujuan Pendirian Organisasi Perdagangan Dunia

(Agreement Establising World Trade Organization) melalui UU No. 7 Tahun

1994, di mana dalam Persetujuan Pendirian Organisasi Perdagangan Dunia ini ada

satu kesepakatan yang menyangkut hak kekayaan intelektual. Kesepakatan itu

dikenal dengan istilah Trade Related Aspect of Intelektual Property Rights

(TRIPs).30

Indikasi Geografis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari TRIPs. Oleh

karena itu, Indikasi geografis juga merupakan materi yang harus dimasukkan di

dalam pengaturan hukum nasional. Dalam hal pengaturan minimal ada du acara

yang dilakukan oleh suatu negara yang telah meratifikasi TRIPs, yakni; Pertama,

melakukan pengaturan masalah indikasi geografis didalam hukum lain semisal

merek. Dalam hubungan ini indikasi geografis hanya merupakan bagian saja;

29

Yeti Sumiyati, Kajian Yuridis Sosiologis Mengenai Indikasi Geografis Sebagai Sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Fakultas Hukum Unisba, Mimbar Vol XXIV Nomor 1, 2008 hlm

5. 30

Bambang Kesowo, Implementasi Persetujuan TRIPs dalam Hukum Hak Kekayaan

Intelektual, Bandung, Universitas Padjajaran, 2007, hlm 23.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

29

Kedua, melakukan pengaturan indikasi geografis dapat saja dilakukan secara

tersendiri dalam hukum nasional suatu negara. Artinya aturan tersebut bersifat

mandiri.31

Indonesia adalah salah satu negara yang telah merealisasikan TRIPs Agreement.

Salah satu realisasi materi TRIPs Agreement yakni perlindungan indikasi

geografis. Wujud realisasi perlindungan adalah indikasi geografis ini dituangkan

dalam Pasal 56 hingga Pasal 58 UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek.

Dalam kenyataannya keberadaan ketentuan ini tidak serta merta mampu

memberikan perlindungan hukum atas indikasi geografis. Salah satu yang

menjadi alasan mendasar dikarenakan masih banyaknya permasalahan pengaturan

atas indikasi geografis itu sendiri. Permasalahan ini tidak saja pada tataran bentuk

hukum yang digunakan, akan tetapi meliputi pada substansi aturannya.

Pengertian IG adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang

yang karena faktor lingkungan, geografis termasuk faktor alam, manusia atau

kombinasi dari kedua faktor tersebut. IG mengacu pada merek tetapi indikasi

geografis penekannya pada tempat/asal dimana produk/barang itu berasal dari

suatu daerah dan juga merek dimiliki secara individu sedangkan indikasi

geografis dimiliki secara komunal. IG berbeda dengan aspek HKI lainya seperti

paten, merek, hak cipta dan disain industri dimana indikasi geografis sebagai

pemohon adalah lembaga-lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang

31

Abubakar Karim, Analisis Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo Ditinjau Dari

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Magister Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda

Aceh, Jurnal Agrista Vol. 16 Nomor 2, 2012, hlm 7.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

30

memproduksi barang, lembaga pemerintah daerah yang di beri wewenang baik

tingkat provinsi maupun kabupaten.32

Untuk memahami hubungan antara hak kekayaan intelektual dan indikasi

geografis dapat ditelusuri dari pemahaman terhadap indikasi geografis sendiri. IG

dapat diartikan sebagai;

A geographical indication is a sign used on goods that have a specific

geographical origin and possess qualities or a reputation that are due

to that place of origin. Most commonly, a geographical indication

consists of the name of the place of origin of the goods. Agricultural

products typically have qualities that derive from their place of

production and are influenced by specific local factors, such as

climate and soil. Whether a sign functions as a geographical

indication is a matter of national law and consumer perception.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil suatu batasan bahwa sesungguhnya

indikasi geografis adalah suatu tanda (a sign) pada barang yang mempunyai asal

geografis yang spesifik dan mempunyai kualitas atau suatu reputasi yang teruji

dari asal tempatnya. Secara garis besar, suatu indikasi geografis meliputi nama

asal tempat dan asal barang. Secara tipikal, produk- produk pertanian mempunyai

kualitas yang mengarah dari produksi tempat mereka dan dipengaruhi secara

spesifik oleh faktor lokal, sepertti iklim dan tanah. Apapun suatu tanda berfungsi

sebagai suatu indikasi geografis merupakan suatu materi hukum nasional dan

persepsi konsumen.33

WTO memberikan batasan indikasi geografis adalah place names (in some

countries also words associated with a place) used to identify the origin and

32

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,

2003, hlm 308 33 Siti Asyifah, Perlindungan Hukum Potensi Indikasi Geografis di Kabupaten Brebes

Guna Pengembangan Ekonomi Masyarakat Global, Magister Hukum Universitas Jendral

Soedirman, Jurnal Idea Hukum Vol I Nomor 2, 2015, hlm 9.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

31

quality, reputation or other characteristics of products (for example,

“Champagne”, “Tequila” or “Roquefort”). Nama-nama tempat (di beberapa

negara juga kata-kata yang diasosiasikan dengan suatu tempat) digunakan untuk

mengidentifikasi asal dan kualitas, reputasi atau karakteristik lainnya dari suatu

produk, untuk contoh; “Champagne”, “Tequila” atau “Roquefort”.

Indikasi geografis juga dapat ditemukan dalam Article 1 (2) the Paris Convention

for the Protection of Industrial Property of 1883 yang menyatakan: The

Protection of Industrial Property has its object Patents, Utility Models,

Industrial Designs, Trademarks, Servicesmarks, Tradenames, Indication of

Source of Appelation of Origin, and the repression of Unfair Competition.

Indikasi geografis menurut ketentuan Konvensi Paris ini hanya merupakan

bagian dari dari hak kekayaan intelektual. Selanjutnya, pengertian lainnya dapat

ditemukan pada ketentuan Article 2 (1) the Lisbon Agreement for the Protection

of Appellations of Origin yang menyatakan sebagai berikut: The geographical

name of country, region or locality, which serves to designate a product

originating therein the characteristic qualities of which are due exclusively or

essentially to geographical environment, including natural and human factor.

Mengacu pada pengertian dari Article 2 (1) Lisbon Agreeement, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan, yakni:

a. Penamaan atas barang/produk harus dengan nama geografis sebuah

negara, wilayah atau daerah;

b. Penamaan tempat asal harus menunjukkan bahwa barang atau produk

tersebut berasal dari negara, wilayah atau daerah.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

32

c. Harus ada kualitas dan karakteristik pada barang atau produk yang berasal

dari daerah geografis tersebut. Kedua hal tersebut merupakan hal yang sangat

mendasar dalam menentukan suatu penamaan tempat asal. Kualitas dan

karakteristik tersebut ditentukan oleh faktor alam dan manusia.

D. Tanaman Lada

Lada termasuk jenis tanaman memanjat atau merambat dengan panjang batang

mencapai 10-15 m. Tanaman ini termasuk keluarga Piperaceae (suku sirih-

sirihan) dari ordo Piperales yang terdiri dari lebih kurang 12 genus.

Sumber: Koleksi Pribadi

Gambar 1. Akar Tanaman Lada

Akar tanaman lada adalah akar tunggang, akan tetapi agak mirip akar serabut.

Akar tidak terlalu panjang kecuali akar tunggang. Secara umum akar lada

dibedakan menjadi dua yakni akar lekat dan akar tanah. Akar lekat yaitu akar

yang melekatkan tanaman ke tajar atau tiang kayu. Akar ini tumbuh pada

setiap ruas buku pada batang utama dan cabang ortotrop yang berada di

permukaan tanah dan mempunyai panjang rata-rata 2,5 – 3,5 cm. Dalam satu

ruas buku dapat tumbuh 10-25 helai akar. Sedangkan akar tanah adalah akar

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

33

yang tumbuh pada batang tanaman lada yang berada di dalam tanah. Dari satu

suku batang bisa tumbuh sekitar 10-20 akar.

Bentuk batang tanaman lada beruas-ruas menyerupai tebu dan panjang ruas

berkisar 4-7 cm. Panjang ruas pada pangkal biasanya lebih pendek disbanding

dengan ruas ruas pada pangkal biasanya lebih pendek disbanding dengan ruas

yang berada di pertengahan maupun diujung. Sedangkan diameter batang rata-

rata berukuran 6-25 mm. Dari batang akan tumbuh cabang yang terdiri dari

cabang ortotrop (cabang panjat), cabang plagiatrop (cabang produksi), cabang

gantung (sulur gantung) dan cabang tanah. Cabang ortotrop adalah cabang

yang tumbuh dari ketiak daun yang berada pada buku batang.

Cabang ini dapat tumbuh pada batang baik yang berada di permukaan tanah

maupun yang di dalam tanah. Cabang plagiatrop tumbuh dari buku dahan.

Cabang ini biasanya akan tumbuh setelah tanaman lada berbuah sebanyak dua

kali. Lada biasanya akan berproduksi lebih tinggi bila banyak buku cabang

yang ditumbuhi oleh cabang plagiatrop. Panjang cabang plagiotrop kisaran 35-

65 cm. cabang gantung hampir mirip dengan cabang plagiotrop tetapi akarnya

tidak mendapat tempat untuk melekat ke tajar sehingga posisinya

menggantung.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

34

Sumber: Koleksi Pribadi

Gambar 2. Batang Tanaman Lada

Daun tanaman lada berbentuk bulat telur dengan ujung daun meruncing. Daun

belahan atas berwarna hijau tua mengkilat, sedang yang bagian bawah

berwarna hijau pucat. Panjang daun bisa mencapai 12-18 cm dengan lebar 5-10

cm. Daun akan berukuran lebih panjang jika berada pada batang bagian atas,

begitu sebaliknya.

Kuncup daun lada akan terbungkus oleh kelopak (sisik). Jika daun

mengembang, maka berjatuhanlah kelopak tersebut. Daun lada juga bersifat

kenyal dan bertangkai.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

35

Sumber: Koleksi Pribadi

Gambar 3. Daun dan Buah Tanaman Lada

Buah lada berbentuk bulat dengan biji yang keras namun memiliki kulit buah

yang lunak. Buah lada merupakan buah duduk, yang melekat pada malai.

Diameter biji lada yang masih terbungkus kulit segar sebesar 4-6 mm. Berat

100 biji kurang lebih 38 gr atau rata-rata 0,38 gr. Biji kering berdiameter lebih

kurang 8-10 cm, jumlah buah dalam satu malai kisaran 60-80 (tergantung

varietas). Waktu yang diperlakukan tanaman lada dari fase berbunga sampai

buah masak, adalah kisaran 7-9 bulan dimana tergantung varietas lada.

Sedangkan dari setelah panen sampai tanaman kembali berbunga diperlukan

waktu kurang lebih 4 bulan.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

36

E. Kerangka Berfikir

Keterangan:

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, penulis memulai pembahasan awal

mengenai aspek Hak Kekayaan Intelektuak (Selanjutnya disebut HKI) secara

umum dan kemudian dilanjutkan pembahasan mengenai indikasi geografis

sebagai salah satu cabang dari HKI. Lalu pembahasan akan mengerucut pada

indikasi geografis lada hitam Lampung dimana lada hitam Lampung merupakan

objek dari pokok pembahasan penelitian. Kemudian dilanjutkan pada tiga

permasalahan yang akan dibahas lebih detil, yaitu mengenai perlindungan hukum

indikasi geografis produk lada hitam Lampung, faktor penghambat dalam

pelaksanaan pendaftaran indikasi geografis lada hitam Lampung serta

pembahasan terakhir mengenai manfaat yang diperoleh masyarakat indikasi

Hak Kekayaan Intelektual

Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis

Indikasi Geografis Lada Hitam

Hitam Lampung

Perlindungan Hukum

Indikasi Geografis

Lada Hitam Lampung

Faktor penghambat

dalam pelaksanaan

pendaftaran Indikasi

Geografis Lada Hitam

Lampung

Manfaat yang

diperoleh Mayarakat

Indikasi Geografis

Lada Hitam Lampung

setelah didaftarkan

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

37

geografis lada hitam Lampung setelah didaftarkannya lada hitam Lampung

sebagai indikasi geografis.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian terhadap permasalahan yang akan dibahas, memerlukan metode

yang terstruktur untuk memberikan informasi yang sesuai terhadap aspek

keilmuan yang kemudian mudah dipahami publik secara umum. Penelitian hukum

pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Untuk itu,

diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

timbul di dalam gejala bersangkutan.34

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif terapan, yaitu

penelitian hukum yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan

hukum positif (perundang-undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan

yang telah ditentukan.35

34

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, 2007, hlm. 5. 35

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti,

2004, hlm 53.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

39

B. Tipe Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada pokok bahasan dalam penelitian ini, maka tipe

peneltian ini adalah tipe deskriptif, tipe penelitian deskriptif bersifat pemaparan

dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap tentang

keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu atau

mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat.36

Pada penelitian ini penulis

menganalisis secara jelas, rinci dan sistematis tentang perlindungan hukum

indikasi geografis produk lada hitam Lampung.

C. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dilihat dari sumbernya, dibedakan antara data yang diperoleh

langsung dari masyarakat dan dari bahan kepustakaan.37

Data sekunder

bersumber dari studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip, dan

menelaah peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen,

kamus, literature, berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Data

yang digunakan peneliti dalam penulisan ini terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat sifatnya. bahan

hukum primer yang digunakan Undang-undang Nomor 20 tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis, Peraturan Pemerintah Nomor 51

tahun 2007 tentang Indikasi Geografis.

36

Ibid, hlm 50. 37

Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm 11.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

40

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berasal dari buku-

buku literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara

lain Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum

maupun majalah dan surat kabar atau media cetak.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan cara studi kepustakaan (library research) dan wawancara. Studi

kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulisan

dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,

mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan,

buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang berhubungannya

dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan wawancara dilakukan dengan

cara tanya jawab kepada masyarakat indikasi geografis lada hitam Lampung

bagian Lampung Timur, Lampung Utara dan Dinas Perkebunan dan

Peternakan Provinsi Lampung

E. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah melalui tahap-tahap, sebagai

berikut:

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

41

1. Pemeriksaan data, yaitu memeriksa kembali apakah data yang diperoleh itu

relevan dan sesuai dengan bahasan, selanjutnya apabila data ada yang salah

akan dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang lengkap akan

dilengkapi

2. Penandaan data, yaitu pengelompokkan dan sesuai dengan pokok bahasan

agar memudahkan pembahasan

3. Rekontruksi data, yaitu penulusuran data berdasarkan urutan data yang lebih

ditentukan sesuai dengan ruang lingkup pokok bahasan secara sistematis.38

F. Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Analisis ini dilakukan dengan cara menafsirkan atau menginterprestasikan

data. Hasil analisis diuraikan kedalam bentuk kalimat secara sistematis dengan

bahasa yang efektif yang menghubungkan data tersebut menurut pokok

bahasan yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas untuk

mengambil suatu kesimpulan.39

38

Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hlm 126. 39

Ibid, hlm. 127.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perlindungan hukum indikasi geografis

produk lada hitam Lampung, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlindungan hukum indikasi geografis produk lada hitam Lampung dilakukan

dengan dua cara, pertama perlindungan hukum secara preventif yaitu lada

hitam Lampung didaftarkan menjadi produk indikasi geogris. Kedua,

perlindungan hukum secara represif yaitu penggunaan produk dan logo lada

hitam Lampung hanya dapat digunakan oleh produsen anggota MIG-LHL yang

terdaftar, sedangkan bagi pihak yang menyalahgunakan nama lada hitam

Lampung atau tiruan, akan diajukan gugatan ke Pengadilan Niaga oleh

Pemegang Hak atas Indikasi Geografis sesuai ketentuan Pasal 69 UU Nomor

20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis berupa ganti rugi dan

penghentian penggunaan serta pemusnahan label Indikasi Geografis yang

digunakan secara tanpa hak.

2. Terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan pendaftaran indikasi geografis

lada hitam Lampung, diantaranya:

a. Kondisi geografis penyebaran Lada Hitam Lampung yang terlalu luas

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

63

b. Kurangnya sumber daya manusia dalam hal penjaminan mutu hasil panen

c. Kurangnya kepedulian Pemerintah Provinsi Lampung dan masyarakat

dalam upaya perlindungan hukum indikasi geografis terhadap Lada Hitam

Lampung

3. Terdapat manfaat yang didapatkan oleh masyarakat indikasi geografis lada

hitam Lampung, diantaranya:

a. Mendapatkan perlindungan hukum

b. Memperjelas identifikasi jenis produk dan menetapkan standar produksi

c. Membantu kosnsumen dengan memberi mereka informasi tentang

karakteristik spesifik dari produk.

d. Mendukung konservasi tanah

e. Menyediakan Lapangan Pekerjaan

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran yaitu:

1. Kondisi Geografis yang luas harus selalu dipantau oleh MIG-LHL dan

Pemerintah untuk menjaga kualitas dan ciri khas produk lada hitam

Lampung

2. MIG-LHL dan Pemerintah harus memperbanyak sumber daya manusia yang

ahli dalam melakukan standarisasi mutu hasil

3. MIG-LHL harus lebih sering mengadakan pertemuan untuk membahas hal-

hal yang terkait lada hitam Lampung

4. Pemerintah juga harus turut aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh MIG-

LHL misalnya dalam sosialisasi indikasi geografis lada hitam Lampung

kepada petani-petani, karena selama ini petani-petani banyak yang menjual

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

64

lada hitam Lampung ke perusahaan tanpa mencantumkan nama produk lada

hitam Lampung.

5. Pemerintah harus memberi bantuan untuk membuat gudang guna

menampung lada hitam Lampung dan melakukan pelabelan agar petani

mudah dalam kegiatan produksi dan mengelola administrasi.

6. Pemerintah juga harus membuat regulasi kepada perusahaan-perusahaan

yang menjual lada hitam untuk membeli produk yang sudah dilabelkan lada

hitam Lampung.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Literatur

Ayu. Miranda Risang, 2006, Memperbincangkan Hak Kekayaan Intelektual

Indikasi Geografis, Bandung, Alumni.

Kesowo Bambang, 2007, Implementasi Persetujuan TRIPs dalam Hukum Hak

Kekayaan Intelektual, Bandung, Universitas Padjajaran.

Muhammad. Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra

Aditya Bakti.

___________, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,

Bandung, Citra Aditya Bakti.

Purba. Achmad Zen Umar, 2011, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs,

Bandung, PT Alumni.

Purba. Afrillyana, dkk, 2005, TRIP’s – WTO & Hukum HKI Indonesia Kajian

Perlindungan Hak Cipta Seni Batik Tradisional Indonesia, Jakarta, Rineka

Cipta.

Raharjo. Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Rahayu. Esmi Warasih Puji, 2005, Pranata Hukum, Sebuah Telaah Sosiologis,

Semarang, PT Suryandaru Utama

Riswandi. Budi Agus, 2006, Mencari Bentuk dan Substansi Pengaturan Indikasi

Geografis, Yogyakarta, FH UII.

Roisah. Kholis, 2013, Dinamika Perlindungan HKI Indonesia dalam Tatanan

Global, Semarang, CV Elang Tuo.

Saidin OK, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada.

Sasongko. Wahyu, 2012, Indikasi Geografis Studi Tentang Kesiapan Indonesia

Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Produk Nasional, Bandar

Lampung Universitas Lampung.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS PRODUK LADA …digilib.unila.ac.id/57940/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Lada hitam Lampung sudah terdaftar sebagai salah satu produk indikasi

Soekanto. Soerjono, 2007, Pengantar penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press.

Susilowati. Etty, 2013, Hak Kekayaan Intelektual Dan Lisensi Pada HKI,

Semarang, CV Elang Tuo.

Utomo. Tomi Suryo, 2009, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global,

Yogyakarta, Graha Ilmu.

B. Karya Ilmiah

Asyifah. Siti, 2015, Perlindungan Hukum Potensi Indikasi Geografis di

Kabupaten Brebes Guna Pengembangan Ekonomi Masyarakat Global,

Magister Hukum Universitas Jendral Soedirman, Jurnal Idea Hukum, Vol I

Nomor 2.

Karim. Abubakar, 2012, Analisis Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo Ditinjau

Dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Magister Pertanian

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Jurnal Agrista Vol. 16 Nomor 2.

Sumiyati. Yeti, 2008, Kajian Yuridis Sosiologis Mengenai Indikasi Geografis

Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), Fakultas Hukum Unisba,

Mimbar Vol XXIV Nomor 1.

Yessiningrum. Winda Risna, 2015, Perlindungan Hukum Indikasi Geografis

Sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, Kajian Hukum dan Ham,

Magister Ilmu Hukum Universitas Mataram, Jurnal Ius Vol III Nomor 7 A.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 57 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO Agreement.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis.

Trade Related Intellectual Property Rights Agreement.

D. Website

http://www.dgip.go.id.

https://media.neliti.com/media/publications/115480-ID-none.pdf,

https://lampung.bps.go.id.

http://abcdanis.id/2013/05/hak-kekayaan-intelektual_15.html