Kehilangan Hasil Akibat OPT Lada
-
Upload
erwinpermana -
Category
Documents
-
view
50 -
download
24
description
Transcript of Kehilangan Hasil Akibat OPT Lada
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 1 Erwin Irawan Permana
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu komoditi perkebunan utama yang ada di
Kalimantan Barat adalah tanaman lada. Pada tahun 2009
dilaporkan kebun lada rakyat di Provinsi Kalimantan seluas
10.500 Ha dan produksinya mencapai 4.745 ton atau rata-
rata produksi 885 kg/Ha. Budidaya lada di daerah ini
melibatkan 21.748 KK petani yang tersebar di beberapa
lokasi, seperti Kabupaten Singkawang, Bengkayang,
Pontianak, Sintang, dan Sekadau. Saat ini jamur P. capsici
telah menyebar di seluruh daerah pertanaman lada di
Indonesia. Kerugian akibat serangan P. capsici pada awal
tahun 2006 diperkirakan Rp 4,9 milyar (Ditlintanbun, 2006
dalam Manohara, 2007).
Berbagai OPT terdapat pada perkebunan lada di
Kalimantan Barat, diantaranya merupakan penyakit-
penyakit penting seperti Busuk Pangkal Batang akibat
Phytophtora capsici, Penyakit Kuning dan Penyakit
ranting/cabang Septobasidium. Lada (Piper nigrum L)
merupakan komoditi rempah yang penting untuk
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 2 Erwin Irawan Permana
meningkatkan pendapatan petani di Indonesia. Daerah
pusat pengembangan lada banyak terdapat di Lampung,
Bangka dan akhir-akhir ini berkembang di Kalimantan.
Namun demikian, produksi total lada Indonesia, akhir-
akhir ini cenderung menurun.
Produktifitas tanaman lada di Kalimantan Barat
masih terkendala karena adanya berbagai serangan OPT
penting terutama penyakit yang disebabkan oleh jamur,
virus ataupun ganggang. Besarnya kerugian yang
ditimbulkan OPT penting lada terutama penyakit, belum
banyak diketahui. Oleh karena itu diperlukan suatu
kegiatan Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan
OPT Pada Tanaman Lada sehingga petani dapat
mengetahui efesiensi pengendalian yang dilaksanakan.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Kegiatan Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat
Serangan OPT Pada Tanaman Lada bertujuan untuk :
1. Mengetahui berapa besar kehilangan hasil yang
ditimbulkan serangan OPT pada tanaman lada.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kehilangan
hasil pada produksi tanaman lada.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 3 Erwin Irawan Permana
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah para
pekebun lada pada sentra tanaman lada di Kalimantan
Barat.
C. CAPAIAN KINERJA
- Diperolehnya data mengenai kehilangan hasil yang
disebabkan oleh OPT pada tanaman lada
- Diketahuinya jumlah besaran kehilangan hasil akibat
OPT pada tanaman lada
- Menurunnya kehilangan hasil akibat OPT pada
tanaman lada
- Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman
lada
D. TITIK KRITIS DAN PEMECAHANNYA
Titik Kritis :
- Akurasi penghitungan kehilangan hasil dan waktu
penghitungan hasil
Pemecahannya :
- Penghitungan kehilangan hasil diulang
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 4 Erwin Irawan Permana
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN LADA
Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman
Cast Crop yang penting di Asia Tenggara. Tanaman ini
menghendaki temperatur yang tinggi serta curah hujan
yang cukup merata. Karena kebutuhan lada akan zat hara
cukup tinggi, maka pada tanah-tanah yang agak subur
sering dicapai produksi yang memuaskan, walaupun tanpa
disertai pengetahuan dan pengalaman. Tetapi di tanah
yang subur seperti tanah alluvial di daratan Asia Tenggara,
kadang-kadang terdapat banyak tempat yang merupakan
sarang-sarang nematode dan jamur patogen yang
berbahaya bagi tanaman lada. Tanah demikian justru
merugikan tanaman lada (Anonim, 1987). Tanaman lada
merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya dengan
intensitas 50-70%. Penanaman lada di lahan yang terbuka
akan menyebabkan tanaman menjadi lemah apabila tidak
dirawat dengan baik, sehingga mudah terserang P. capsici.
Penyakit ini mudah terbawa oleh air, tanah atau bagian
tanaman yang terserang, sehingga sebaran penyakit sudah
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 5 Erwin Irawan Permana
sangat meluas di hampir seluruh pertanaman lada di
Indonesia.
B. Kehilangan Hasil
Kehilangan hasil adalah berkurangnya jumlah panen
dan kualitas hasil panen yang disebabkan oleh gangguan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berupa hama,
penyakit, gulma dan gangguan usaha lainnya yang bersifat
alami seperti bencana alam dan gangguan insidental
lainnya. Kehilangan hasil juga dapat terjadi pada pasca
panen, jika penanganan terhadap hasil panen sampai
menuju tempat penyimpanan hasil panen tidak ditangani
dengan baik. Kehilangan hasil secara langsung dapat
diukur dari proporsi jumlah hasil panen yang tidak terjual
karena adanya gangguan OPT.
Produksi tanaman lada di Indonesia dalam kurun
waktu tahun 1990 2008 berfluktuasi terjadi kenaikan dan
penurunan, tetapi pada kurun waktu tahun 2003 2008
total produksi lada di Indonesia relative mengalami
penurunan (gambar 1.).
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 6 Erwin Irawan Permana
Gambar 1. Produksi Total Tanaman Lada (ton) Indonesia Kurun Waktu 1990 2008 Sumber : http://database.deptan.go.id
Kehilangan hasil produksi tanaman lada di Indonesia
disebabkan oleh adanya gangguan OPT, sebagian besar
kehilangan hasil tersebut disebabkan oleh Penyakit Busuk
Pangkal Batang. Kerusakan akibat penyakit BPB pada
pertanaman lada berkisar antara 10 - 15% per tahun
(Kasim, 1990 dalam Wahyuno, 2009).
Saat ini jamur P. capsici telah menyebar di seluruh
daerah pertanaman lada di Indonesia. Kerugian akibat
serangan P. capsici pada awal tahun 2006 diperkirakan Rp
4,9 milyar (Ditlintanbun, 2006 dalam Manohara, 2007).
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 7 Erwin Irawan Permana
Petani lada umumnya mempunyai keterbatasan
modal atau akses ke sumber dana, sehingga sering
terkendala untuk pengendalian P. capsici, terutama kalau
harus menerapkan teknologi pengendalian yang dianjurkan
(Drenth dan Guest, 2004a dalam Wahyuno, 2009).
Penyakit ganggang pirang adalah sebutan petani
lada di Kalimantan Barat karena cabang atau ranting
tanaman lada berwarna keperakan. Penyakit ini mulai
dirasakan mengganggu petani sejak tahun 2002, yaitu
setelah terjadinya krisis moneter dimana harga lada bisa
mencapai Rp. 75.000 Rp. 90.000 per kilogram. Penyakit
ini disebabkan oleh Septobasisium bogoriensis
sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Bambang Hadisutrisno
dari UGM, Pemupukan N yang berlebihan ditambah
dengan lapisan top soil hanya sekitar 15 cm menyebabkan
kondisi tanaman lemah (batangnya lunak) sehingga disukai
oleh hama penggerek batang lada (Lophobaris piperis),
serangga ini membuat lubang gerekan dan mengeluarkan
sekresi yang manis sehingga jamur Septobasidium
bogoriensis yang memang sudah ada di udara terbuka
menempel pada cabang/ranting juga pada serangga
(Anonim, 2009).
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 8 Erwin Irawan Permana
Penyakit ganggang pirang ini sangat merugikan
petani karena dapat menyebabkan kematian cabang-
cabang produksi, akibatnya pertumbuhan terhambat dan
bisa menurunkan hasil sekitar 20 %. Adakalanya serangan
terjadi pada sulur panjat yang ditandai dengan terdapatnya
lapisan jamur berwarna pirang. Bila harga lada mencapai
Rp. 30.000 per Kg, ini berarti bahwa petani dapat
mengalami kerugian sebesar Rp. 5 Juta per hektar
(Anonim, 2009).
Setidaknya ada tiga hama utama yang menyerang
pertanaman lada di Indonesia yaitu penggerek batang,
Lophobaris piperis Marsh. (Coleoptera: Curculionidae),
pengisap bunga, Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera:
Tingidae), dan pengisap buah, Dasynus piperis China
(Hemipetara: Coreidae). Penggerek batang dan pengisap
buah terdapat hampir di seluruh daerah pertanaman lada di
Indonesia, sedangkan pengisap bunga di Aceh,
Kalimantan, dan Bangka (Kalshoven, 1981 dalam Laba &
Trisawa, 2006).
Serangan penggerek batang Lophobaris piperis
dapat mengakibatkan kerusakan cabang dan batang
tanaman mencapai 42,8%, sedangkan tanaman dan buah
rusak masing-masing mencapai 96,64% dan 19,58%
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 9 Erwin Irawan Permana
(Suprapto dan Martono, 1989 dalam Laba & Trisawa,
2006). Serangan larva pada satu batang utama dapat
mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 43,48%. Pada
umumnya serangan pada dua cabang buah selalu diikuti
dengan serangan larva pada satu batang utama, yang
diperkirakan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sekitar
16,5% (Laba & Trisawa, 2006).
Berdasarkan hasil survai Asnawi (1992 dalam Laba
& Trisawa, 2006), tingkat kerusakan buah oleh Dasynus
piperis berkisar antara 14,72 16,01%. Serangan paling
berat dijumpai di Bangka Tengah (23-36%), kemudian di
bagian Utara dan Barat (19-22%), sedangkan di Bangka
Selatan serangan agak ringan (15-17%). Di Kabupaten
Sambas, Kalimantan Barat tingkat serangan hama berkisar
antara 13,52-18,68% dan Kecamatan Samalantan
merupakan daerah serangan kepik (Trisawa et al.,1992
dalam Laba & Trisawa, 2006).
Tingkat kerusakan bunga lada akibat serangan
Diconocoris hewetti di Bangka berkisar antara 9,59
20,21%. Bangka Tengah merupakan daerah endemis tinggi
yaitu 18,94 20,21%, kemudian Bangka Utara dan Barat
berkisar antara 12,89 14.17%, dan Bangka Selatan lebih
ringan yaitu 9,59 12,03% (Asnawi, 1992 dalam Laba &
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 10 Erwin Irawan Permana
Trisawa 2006). Hasil observasi Trisawa et al. (1992 dalam
Laba & Trisawa 2006) hama ini paling dominan dan cukup
serius di Kalimantan Barat. Di Kecamatan Sungai Raya
saja tercatat 38,64% pertanaman lada terserang hama dan
daerah ini merupakan daerah serangan yang agak berat.
Untuk pengolahan hasil lada hitam, dari 100 kg lada
basah yang masih bergagang diperoleh lada basah tanpa
gagang antara 70 - 80 kg atau rata-rata 80 kg serta
selanjutnya akan diperoleh lada hitam kering sebanyak
antara 25 - 33 kg atau rata-rata 31 kg (Anonim, 2006).
Faktor koreksi (rendemen) lada basah adalah 25 - 35 %
untuk produksi lada hitam dan 15 20 % untuk produksi
lada putih (Anonim, 2013).
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 11 Erwin Irawan Permana
III. BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
- Trichoderma harzianum
- Fungisida
- Insektisida
- Herbisida
- Tween
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
- Knapsack Sprayer atau hand sprayer
- Ember
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Masker
- Sarung tangan
- Gelas kimia (1 dan 2 L)
- Papan label perlakuan
- Timbangan
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 12 Erwin Irawan Permana
B. Metode
a. Penentuan lokasi kegiatan
Lokasi kegiatan yang dipilih berdasarkan hasil CPCL
dengan kriteria :
- Terdapat serangan OPT
- Serangan masih dalam tahap awal (ringan)
- Luasan memenuhi syarat untuk dibuat petak sampel
- Luas lahan hamparan minimal 1 hektar
- Mudah dijangkau
- Petani bisa diajak kerjasama dengan baik
b. Kebun sampel
Petak sampel terdiri dari 3 kriteria :
1. Petak sampel Kebiasaan Petani (KP)
2. Petak sampel PHT
3. Petak sampel sehat
Petak sampel KP
Lahan yang digunakan sebagai petak sampel KP
seluas 1 hektar, tidak diberikan perlakuan tetapi
disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat
dalam mengelola tanamannya.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 13 Erwin Irawan Permana
Petak sampel PHT
Lahan yang digunakan sebagai petak sampel PHT
seluas 1 hektar, diberikan input pengendalian secara
PHT spesifik lokasi sampel. Input PHT yang
diberikan pada kegiatan ini yaitu :
- Penggunaan fungisida sesuai dosis anjuran.
Fungisida dengan bahan aktif bersifat
sistemik cenderung lebih efektif dan banyak
digunakan oleh petani, khususnya saat harga
lada tinggi (Manohara et al., 2005 dalam
Wahyuno 2009).
- Penggunaan Trichoderma harzianum
Penggunaan agensia hayati untuk
menciptakan kondisi tanah yang tidak
menguntungkan secara biologi bagi
perkembangan populasi Phytophthora
dilakukan antara lain dengan menambahkan
bahan organik yang telah diinfestasi
Trichoderma (Wahyuno et al., 2003 dalam
Wahyuno 2009). Pengujian penggunaan
bahan organik yang disertai infestasi
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 14 Erwin Irawan Permana
Trichoderma menunjukkan, serangan
terendah terdapat pada perlakuan
Trichoderma dengan penambahan bahan
organik berupa alang-alang, jagung atau
Arachis.
- Pemupukan berimbang
Pemupukan yang berimbang, tepat dosis dan
waktu juga akan mempertahankan vigor
tanaman.
- Kultur teknis
Penggunaan tiang panjat hidup juga akan
mengurangi cekaman lingkungan, karena lada
sebenarnya hanya membutuhkan intensitas
cahaya 50-70% (Manohara et al., 2007
dalam Wahyuno 2009).
Pemberian pupuk yang diikuti dengan
perbaikan kultur teknis yang meliputi
pembuatan drainase dan parit keliling,
pemangkasan tajar, pembuangan sulur cacing
dan sulur gantung, penyiangan terbatas, serta
pemangkasan cabang lada yang ada di
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 15 Erwin Irawan Permana
bagian bawah, dapat menekan laju infeksi
P.capsici sebesar 50% (Manohara dan Kasim,
1996 dalam Wahyuno 2009).
Petak sampel sehat (PS)
Lahan yang dipilih sebagai petak sampel sehat
merupakan lahan yang ideal dengan produktivitas
maksimal dan diasumsikan tidak terdapat gangguan
OPT. Lahan ini akan digunakan sebagai
pembanding untuk kehilangan hasil dari tanaman
sampel KP selain dengan PHT.
Tanaman sampel yang dipilih dikondisikan memiliki
umur dan varietas yang sama jika memungkinkan.
Petak sampel dipilih berdasarkan hasil CPCL. Petak
sampel terdiri dari 3 lokasi kebun sesuai dengan
kriteria yang telah dibuat. Lokasi petak sampel
berada pada satu wilayah UPPT .
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 16 Erwin Irawan Permana
Pengamatan
Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu :
1. Pengamatan awal
Pengamatan awal dimulai pada masa panen terakhir
sebelum adanya perlakuan pada petak sampel PHT.
Pengamatan awal dilakukan dengan menghitung
semua hasil panen dalam satuan kilogram petak
sampel di lapangan.
2. Pengamatan pertengahan
Pengamatan pertengahan dilakukan untuk
mengamati OPT yang menyerang tanaman lada
pada interval waktu pengamatan awal sampai
dengan pengamatan pertengahan. Parameter yang
diamati adalah gejala serangan OPT
3. Pengamatan akhir
Pengamatan akhir dilakukan pada masa panen
dengan menghitung berat basah buah lada yang
dihasilkan setelah adanya perlakuan.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 17 Erwin Irawan Permana
c. Pendugaan kehilangan hasil
Pendugaan dihitung dengan membandingkan jumlah
hasil panen yang dihasilkan pada petak KP dengan
PHT dan PS.
Persentase Kehilangan Hasil (PKH) dilakukan
berdasarkan rumus dibawah ini :
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 18 Erwin Irawan Permana
IV. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat
Serangan OPT pada Tanaman Lada dilaksanakan pada
sentra tanaman lada di Kalimantan Barat.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 19 Erwin Irawan Permana
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Kegiatan pendugaan kehilangan hasil akibat
serangan OPT pada tanaman lada dilaksanakan di
Kabupaten Pontianak yang merupakan salah satu sentra
pertanaman lada di Kalimantan Barat. Kebun sampel yang
dipilih yaitu :
1. Kebun Sehat (KS)
Pemilik : H. Yakub
Jumlah tanaman : 1500 pohon
Jenis OPT : Jamur pirang
(Septobasidium sp)
Keterangan lain : Kebun sehat merupakan
kebun dengan
pemeliharaan yang baik.
Kebutuhan nutrisi
tanaman dan
pengendalian OPT
diberikan secara optimal.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 20 Erwin Irawan Permana
2. Kebun PHT
Pemilik : H. Ilyas
Jumlah tanaman : 1500 pohon
Jenis OPT : Jamur pirang
(Septobasidium sp)
Keterangan lain : Input PHT yang dilakukan
diantaranya dengan
memberikan pemupukan
organik bokashi,
pemupukan dengan jamur
antagonis Trichoderma
sp. dan pemberian pupuk
kimia sesuai kebutuhan
khususnya untuk pohon
sampel yang diamati.
Selain dengan
pemupukan, dilakukan
juga pengendalian secara
teknis dengan
pemangkasan sulur tidak
produktif, pemotongan
cabang dan perampasan
buah terserang jamur
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 21 Erwin Irawan Permana
pirang. Pengendalian
secara kimiawi dilakukan
sesuai kebutuhan, untuk
aplikasi fungisida ataupun
insektisida.
3. Kebun Kebiasaan Petani (KP)
Pemilik : Madi
Jumlah tanaman : 1500 pohon
Jenis OPT : Jamur pirang
(Septobasidium sp)
Keterangan lain : Kebun dikelola sesuai
dengan kebiasaan petani
setempat.
Luas kebun 1 hektar dengan umur tanaman 9-10
tahun, varietas yang ditanam yaitu bengkayang halus.
Varietas Bengkayang ini merupakan varietas unggul,
deskripsi mengenai varietas lada bengkayang berdasarkan
Permentan No. 10 Tahun 2013.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 22 Erwin Irawan Permana
DESKRIPSI LADA VARIETAS BENGKAYANG
Asal : Pangkalan Bun
Panjang tangkai daun : 1,579 cm
Bentuk tangkai daun : Bulat teratur
Bentuk daun : Bulat telur
Ratio panjang/lebar : 1.941
Pertulangan daun : Menyirip
Warna daun : Hijau tua
Ujung daun : Meruncing
Kaki daun : Tumpul hingga
oblique
Permukaan daun : Licin
Bentuk batang : Agak pipih
Warna batang muda : Hijau muda
Panjang ruas batang : 5,79 cm
Pencabangan : Menggarpu
Pancang ruas cabang : 4,58 cm
Sulur gantung/sulur tanah : Banyak
Jumlah akar lekat : Banyak
Daya lekat akar : Kuat
Rata-rata tandan percabang : 42,60 tandan
Panjang tandan : 9,834 cm
Sifat pembungaan : Serempak
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 23 Erwin Irawan Permana
Umur mulai berbunga : 10 bulan
Bentuk buah : Bulat
Warna buah muda : Hijau muda
Warna buah masak : Kuning
kemerahan
Mulai berbunga sampai dengan
buah masak : 189 hari
Rata-rata buah pertandan : 85,22 buah
Persentase buah sempurna : 68,30 %
Berat 1.000 buah kering : 62,45 gram
Berat 1.000 biji kering : 43,92 gram
Rata-rata hasil : 4,669 ton/ha
Ketahanan terhadap penyakit : Toleran
terhadap penyakit
kuning, toleran
terhadap busuk
pangkal batang.
Dapat dianjurkan
untuk ditanam di
daerah yang
kurang subur.
Memakai tiang
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 24 Erwin Irawan Permana
panjat mati dan
mulsa lebih baik.
Pada intensitas radiasi (lama penyinaran) 50 - 75%
produksi terbaik ditunjukkan oleh varietas Bengkayang,
dibandingkan varietas lada yang lainnya (Anonim, 2012).
Pengamatan yang dilakukan pada masing-masing
kebun sampel menunjukkan bahwa OPT yang signifikan
mempengaruhi hasil panen yang diperoleh adalah dari jenis
jamur patogen. Jenis jamur patogen yang ditemukan yang
ditemukan pada masing-masing kebun sampel adalah
jamur pirang yang disebabkan oleh Septobasidium sp.
Hasil panen rata-rata pohon lada (berat kering) pada
pengamatan awal masing-masing kebun sampel adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan awal (sebelum perlakuan PHT)
Pohon
Sampel
Berat kering
Kebun PHT
(Kg)
Berat kering
Kebiasaan
Petani
(Kg)
Berat kering
Kebun Sehat
(Kg)
1 1.5 1.20 1.40
2 1.2 1.60 1.60
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 25 Erwin Irawan Permana
3 1.3 1.00 1.70
4 1 1.30 1.20
5 1.5 1.00 1.70
6 1.2 1.10 1.50
7 1.3 1.70 1.50
8 0.9 1.00 1.60
9 1.05 1.40 1.70
10 1 1.00 1.40
11 1.6 1.30 1.50
12 1.3 1.50 1.60
13 1.7 1.50 1.70
14 1.3 1.30 1.60
15 1.1 1.00 1.30
16 1.6 1.00 1.50
17 1.4 1.20 1.60
18 1.2 1.40 1.40
19 1.5 1.20 1.70
20 1.5 1.30 1.60
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 26 Erwin Irawan Permana
Total 26.2 25.00 30.80
Rata-
rata 1.3 1.25 1.54
Pada saat pengamatan pertengahan, tanaman lada
pada masing-masing kebun sampel berada pada tahap
generatif awal (buah masak susu). Pengamatan untuk OPT
yang dominan menyerang pada tanaman lada di petak
sampel dilakukan pada pengamatan pertengahan.
Pengamatan pertengahan dilakukan untuk petak sampel
PHT setelah adanya input pengelolaan kebun secara PHT
sesuai dengan keadaan kebun. Pengamatan ini dilakukan
dengan menghitung jumlah bunga dan tandan yang muncul
serta intensitas serangan OPT dominan yang ditemui di
area petak sampel. OPT yang dominan pada area petak
sampel adalah jamur pirang yang disebabkan oleh jamur
patogen Septobasidium sp.
Hasil pengamatan terhadap intensitas serangan
jamur pirang untuk masing-masing kebun sampel adalah
sebagai berikut :
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 27 Erwin Irawan Permana
Tabel 2. Pengamatan pertengahan (intensitas serangan
jamur pirang)
Pohon
ke-
Kebun PHT
Kebun
Kebiasaan
Petani
Kebun Sehat
Skor
Intensitas
serangan
(%)
Skor
Intensitas
serangan
(%)
Skor
Intensitas
serangan
(%)
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 1 25 1 25 1 25
4 1 25 2 50 0 0
5 1 25 0 0 1 25
6 2 50 2 50 1 25
7 2 50 1 25 2 50
8 2 50 1 25 2 50
9 1 25 1 25 1 25
10 1 25 2 50 0 0
11 1 25 2 50 0 0
12 2 50 2 50 2 50
13 2 50 2 50 3 75
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 28 Erwin Irawan Permana
14 2 50 2 50 1 25
15 1 25 2 50 1 25
16 1 25 2 50 1 25
17 1 25 1 25 2 50
18 0 0 1 25 0 0
19 0 0 4 100 0 0
20 1 25 3 75 1 25
Jumlah 22 550 31 775 19 475
Rata2 1.1 27.5 1.55 38.75 0.95 23.75
Gambar 2. Pembuatan pupuk bokashi untuk kebun PHT
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 29 Erwin Irawan Permana
Gambar 3. Aplikasi Pemupukan Trichoderma di kebun PHT
Gambar 4. Pemupukan Kimiawi di Kebun PHT
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 30 Erwin Irawan Permana
Gambar 5. Pemeliharaan dengan pemangkasan sulur tidak produktif
Gambar 6. Pengendalian jamur pirang secara teknis oleh petani
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 31 Erwin Irawan Permana
Pada pengamatan pertengahan juga diamati adanya
gejala serangan OPT selain dari jamur pirang seperti
terlihat pada tabel berikut ;
Tabel 3. Pengamatan gejala serangan OPT sekunder
Pohon
Sampel Jenis OPT Keterangan
1 -
2 Busuk pangkal batang Gejala ringan
3 -
Gambar 7. Pengamatan Jamur Pirang
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 32 Erwin Irawan Permana
4 -
5 Busuk pangkal batang Gejala ringan
6 Busuk pangkal batang
Penghisap buah Gejala ringan
7 Busuk pangkal batang Gejala ringan
8 Busuk pangkal batang Gejala ringan
9 Busuk pangkal batang Gejala ringan
10 Busuk pangkal batang Gejala ringan
11 Busuk pangkal batang Gejala ringan
12 Busuk pangkal batang Gejala ringan
13 -
14 Busuk pangkal batang Gejala ringan
15 Busuk pangkal batang Gejala ringan
16 -
17 Busuk pangkal batang Gejala ringan
18 -
19 Busuk pangkal batang Gejala ringan
20 Busuk pangkal batang Gejala ringan
Pengamatan terakhir dilakukan 8 bulan setelah
pengamatan pertama pada masa panen raya. Parameter
pengamatan terakhir adalah hasil panen pada tiap pohon
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 33 Erwin Irawan Permana
sampel pada kebun sampel. Data pengamatan terakhir
kemudian dianalisa dengan uji T untuk menentukan ada
atau tidaknya pengaruh pengelolaan dalam waktu interval
waktu 8 bulan waktu pelaksanaan kegiatan terhadap hasil
panen kebun sampel.
Hasil panen rata-rata pohon lada (berat kering) pada
pengamatan akhir masing-masing kebun sampel adalah
sebagai berikut :
Tabel 4. Pengamatan akhir (setelah perlakuan PHT)
Pohon
Sampel
Berat kering
Kebun PHT
(Kg)
Berat kering
Kebiasaan
Petani
(Kg)
Berat kering
Kebun Sehat
(Kg)
1 1.73 1.14 1.47
2 1.38 1.52 1.68
3 1.50 0.95 1.79
4 1.15 1.24 1.26
5 1.73 0.95 1.79
6 1.38 1.05 1.58
7 1.50 1.62 1.58
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 34 Erwin Irawan Permana
8 1.04 0.95 1.68
9 1.21 1.33 1.79
10 1.15 0.95 1.47
11 1.84 1.24 1.58
12 1.50 1.43 1.68
13 1.96 1.43 1.79
14 1.50 1.24 1.68
15 1.27 0.95 1.37
16 1.84 0.95 1.58
17 1.61 1.14 1.68
18 1.38 1.33 1.47
19 1.73 1.14 1.79
20 1.73 1.24 1.68
Total 30.07 23.75 32.34
Rata-rata 1.50 1.19 1.62
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 35 Erwin Irawan Permana
B. PEMBAHASAN
Uji T terhadap data hasil pengamatan akhir pada
masing-masing kebun dilakukan untuk membandingkan
ada tidaknya pengaruh perlakuan PHT terhadap hasil
produksi lada pada kebiasaan petani. Data yang digunakan
pada uji T adalah data pengamatan terakhir yaitu berat
hasil panen setelah adanya perlakuan secara PHT, dengan
asumsi bahwa berat hasil panen sebelum dilakukan
perlakuan PHT (pengamatan awal) adalah sama untuk
kebun kebiasaan petani dan kebun PHT.
Tabel 5. Uji T untuk perlakuan PHT dan KP
t-Test: Two-Sample Assuming Equal
Variances
Kebun PHT Kebiasaan
Petani
Keterangan
Mean 1.5065 0.51 Nilai rata-
rata
Variance 0.068550263 0.007663158 Variasi
Output
Observations 20 20 Jumlah data
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 36 Erwin Irawan Permana
pengamatan
Pooled Variance 0.038106711 Variasi
gabungan
PHT dan KP
Hypothesized
Mean Difference
0 Perbedaan
rata-rata
Df 38 derajat
bebas
t Stat 16.14271475 t hitung
P(T
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 37 Erwin Irawan Permana
Catatan* Karena hipotesisnya menunjukkan satu arah 1 > 2 (lebih besar), maka yang dilihat hanya p-value dan t tabel (t critical) satu arah saja yaitu one-tail
Kesimpulan dari hasil uji T terhadap sampel PHT
dan KP adalah bahwa terdapat perbedaan signifikan antara
petak sampel PHT yang lebih banyak menghasilkan
produksi buah lada daripada petak sampel KP. Hal ini
seperti terlihat pada tabel hasil analisis uji T bahwa :
- t hitung (16.14271475) > t tabel (1.685954461), H0
ditolak (H1 diterima)
- p value (6.69399E -19) < alpha (0.05)
Penghitungan secara statistik telah menunjukkan
bahwa perlakuan PHT secara signifikan menghasilkan
jumlah panen lada yang lebih besar dari kebiasaan petani.
Untuk mengetahui persentase kehilangan hasil (PKH)
kebun PHT dan kebun KP maka dilakukan perbandingan
antara keduanya dengan kebun sehat (KS).
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 38 Erwin Irawan Permana
Penghitungan kehilangan hasil (PKH) dihitung dengan
rumus :
x
100%
x 100%
Tabel 6. Rekapitulasi berat kering hasil panen petak
sampel
Petak Sampel
Pengamatan
Awal
(Kg/pohon)
Pengamatan
Akhir
(Kg/pohon)
Kebun PHT 1.31 1.50
Kebun Kebiasaan Petani 1.25 1.19
Kebun Sehat 1.54 1.62
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 39 Erwin Irawan Permana
Perhitungan kehilangan hasil menggunakan data
pengamatan akhir dengan data rata-rata per pohon yang
digunakan, berikut adalah penghitungannya :
-
x 100 % = 4.94 %
-
x 100 % = 26.54 %
Penghitungan persentase kehilangan hasil pada
petak sampel kebiasaan petani sebesar 26.54 % dan petak
sampel kebun PHT sebesar 4.94 %. Penghitungan
kehilangan hasil ini bisa akan dikonversi kedalam bentuk
rupiah berdasarkan harga jual maksimal dari lada putih dan
lada hitam. Harga jual lada tertinggi saat ini di Kecamatan
Mendalok Kabupaten Pontianak untuk lada hitam adalah
Rp. 54.000,- /Kg dan lada putih adalah Rp. 90.000,- /Kg.
Perbandingan hasil panen pertahun secara keseluruhan
yang biasa dilakukan oleh petani adalah 30 % diolah untuk
lada hitam dan 70 % diolah untuk lada putih.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 40 Erwin Irawan Permana
Tabel 7. Kehilangan hasil (Rp.) untuk total berat kering 20
pohon sampel
Petak Sampel
Total pohon sampel
Lada Hitam (30%)
Lada Putih (70%)
Harga Lada Hitam
(54ribu/Kg)
Harga Lada Putih
(90ribu/Kg)
Total Potensi Pohon Sampel
(Rp)
Kehilangan Hasil (Rp)
PHT 30.07 9.02 21.05 487,134,- 1.894.410,- 2.381.544,- 126.530,-
KP 23.75 7.13 16.63 384.750,- 1.496.250,- 1.881.000,- 679.776,-
KS 32.34 9.70 22.64 523.908,- 2.037.420,- 2.561.328,- 0
Kerugian dalam rupiah untuk petak sampel PHT
adalah Rp. 6.327,-/pohon sampel. Sedangkan kerugian
untuk petak sampel kebiasaan petani kerugian cukup besar
yaitu Rp. 33.950,-/pohon sampel. Kehilangan hasil ini
dihitung berdasarkan hasil panen satu tahun dengan
asumsi bahwa proporsi petani mengolah 30 % hasil
panennya untuk lada hitam dan 70 % hasil panennya untuk
lada putih. Jika persentase pengolahan produk lada yang
dijual dalam proporsi yang berbeda, maka kehilangan hasil
bisa lebih rendah atau lebih tinggi. Potensi pohon yang
menghasilkan dari kebun lada di Kalimantan Barat adalah
sekitar 1500 pohon per hektar, padahal secara ideal pohon
lada per hektar berjumlah 2000 2500 pohon.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 41 Erwin Irawan Permana
Faktor faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya kehilangan hasil panen lada antara lain :
1. Pengendalian OPT
2. Pemupukan
3. Pemeliharaan kebun
Jika melihat 3 faktor tersebut diatas maka akan
diketahui bahwa kebiasaan petani dalam mengelola kebun
selama ini akan berujung pada hasil panen lada yang tidak
maksimal. Seperti yang terjadi pada umumnya, petani
kurang memperhatikan kebun sebagai investasi jangka
panjang yang membutuhkan pengelolaan yang baik. Latar
belakang pengetahuan tentang pengelolaan kebun yang
baik mungkin terpenuhi, tetapi lain halnya jika petani mau
mengeluarkan modal untuk pengelolaan kebun. Masalah
modal menjadi kendala utama, sehingga kebun dibiarkan
tanpa pemeliharaan padahal jika dihitung secara matematis
maka modal yang dikeluarkan untuk pemeliharaan akan
sebanding dengan hasil yang didapatkan.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 42 Erwin Irawan Permana
VI. Kesimpulan
1. OPT utama tanaman lada pada petak sampel yaitu
penyakit jamur pirang (Septobasidium sp) dan
mempengaruhi hasil panen pada petak sampel.
2. Uji T menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara hasil panen kebun PHT dan kebun
kebiasaan petani. Kebun PHT menghasilkan lebih
banyak jumlah berat kering daripada kebun
kebiasaan petani.
3. Persentase kehilangan hasil kebun PHT adalah 4.94
% (Rp.6.327,-) per pohon sampel dan pada kebun
kebiasaan petani (KP) adalah 26.54 % (Rp.33.950,-)
per pohon sampel jika dibandingkan dengan kebun
sehat (KS).
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 43 Erwin Irawan Permana
VII. PENUTUP
Demikian karya tulis ilmiah hasil penelitian ini disusun
sebagai bentuk kreativitas pengembangan profesi Jabatan
Fungsional POPT. Semoga bermanfaat bagi yang
membutuhkannya.
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 44 Erwin Irawan Permana
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1987. Bercocok Tanam Lada. Aksi Agraris
Kanisius, Penerbit Kanisius. Jogjakarta.
Anonim. 2006. Pedoman Teknologi Pengolahan Lada.
http://www.kadin-
indonesia.or.id/id/doc/UKM_Teknologi_Lada.pdf
Anonim. 2012. Budidaya Lada Perdu.
http://www.lembahpinus.com/index.php/21-
budidaya/286-budidaya-lada-perdu.
Anonim. 2013. Faktor Koreksi / Rendemen Pada Berbagai
Tingkat Jenis Produksi.
http://www.disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/
605
Korlina, Eli dan Diding Rachmawati. 2011.
PENGENDALIAN PENYAKIT BLENDOK
(Phythophthora citropthora) PADA TANAMAN JERUK
DENGAN FUNGISIDA. Suara Perlindungan
Tanaman, Vol 1,No. 1.
Laba, I.W & I.M Trisawa. 2006. Pengelolaan Eksosistem
untuk Pengendalian Hama Lada. Perspektif, Volume 5
Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97
Manohara, Dyah. 2007. BERCAK DAUN
PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER INOKULUM
-
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 45 Erwin Irawan Permana
PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA (Piper
nigrum L). Bul. Littro. Vol. XVIII No. 2, 2007, 177
187
Wahyuno, Dono. 2009. Pengendalian Terpadu Busuk
Pangkal Batang Lada. Perspektif Vol. 8 No. 1 / Juni
2009. Hlm 17 29. ISSN: 1412-8004