Kehilangan Hasil Akibat OPT Lada

45
Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 1 Erwin Irawan Permana I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu komoditi perkebunan utama yang ada di Kalimantan Barat adalah tanaman lada. Pada tahun 2009 dilaporkan kebun lada rakyat di Provinsi Kalimantan seluas 10.500 Ha dan produksinya mencapai 4.745 ton atau rata- rata produksi 885 kg/Ha. Budidaya lada di daerah ini melibatkan 21.748 KK petani yang tersebar di beberapa lokasi, seperti Kabupaten Singkawang, Bengkayang, Pontianak, Sintang, dan Sekadau. Saat ini jamur P. capsici telah menyebar di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia. Kerugian akibat serangan P. capsici pada awal tahun 2006 diperkirakan Rp 4,9 milyar (Ditlintanbun, 2006 dalam Manohara, 2007). Berbagai OPT terdapat pada perkebunan lada di Kalimantan Barat, diantaranya merupakan penyakit- penyakit penting seperti Busuk Pangkal Batang akibat Phytophtora capsici, Penyakit Kuning dan Penyakit ranting/cabang Septobasidium. Lada (Piper nigrum L) merupakan komoditi rempah yang penting untuk

description

Hasil Kegiatan Lapangan Fungsional POPT BPTP Pontianak

Transcript of Kehilangan Hasil Akibat OPT Lada

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 1 Erwin Irawan Permana

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Salah satu komoditi perkebunan utama yang ada di

    Kalimantan Barat adalah tanaman lada. Pada tahun 2009

    dilaporkan kebun lada rakyat di Provinsi Kalimantan seluas

    10.500 Ha dan produksinya mencapai 4.745 ton atau rata-

    rata produksi 885 kg/Ha. Budidaya lada di daerah ini

    melibatkan 21.748 KK petani yang tersebar di beberapa

    lokasi, seperti Kabupaten Singkawang, Bengkayang,

    Pontianak, Sintang, dan Sekadau. Saat ini jamur P. capsici

    telah menyebar di seluruh daerah pertanaman lada di

    Indonesia. Kerugian akibat serangan P. capsici pada awal

    tahun 2006 diperkirakan Rp 4,9 milyar (Ditlintanbun, 2006

    dalam Manohara, 2007).

    Berbagai OPT terdapat pada perkebunan lada di

    Kalimantan Barat, diantaranya merupakan penyakit-

    penyakit penting seperti Busuk Pangkal Batang akibat

    Phytophtora capsici, Penyakit Kuning dan Penyakit

    ranting/cabang Septobasidium. Lada (Piper nigrum L)

    merupakan komoditi rempah yang penting untuk

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 2 Erwin Irawan Permana

    meningkatkan pendapatan petani di Indonesia. Daerah

    pusat pengembangan lada banyak terdapat di Lampung,

    Bangka dan akhir-akhir ini berkembang di Kalimantan.

    Namun demikian, produksi total lada Indonesia, akhir-

    akhir ini cenderung menurun.

    Produktifitas tanaman lada di Kalimantan Barat

    masih terkendala karena adanya berbagai serangan OPT

    penting terutama penyakit yang disebabkan oleh jamur,

    virus ataupun ganggang. Besarnya kerugian yang

    ditimbulkan OPT penting lada terutama penyakit, belum

    banyak diketahui. Oleh karena itu diperlukan suatu

    kegiatan Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan

    OPT Pada Tanaman Lada sehingga petani dapat

    mengetahui efesiensi pengendalian yang dilaksanakan.

    B. TUJUAN DAN SASARAN

    Kegiatan Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat

    Serangan OPT Pada Tanaman Lada bertujuan untuk :

    1. Mengetahui berapa besar kehilangan hasil yang

    ditimbulkan serangan OPT pada tanaman lada.

    2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kehilangan

    hasil pada produksi tanaman lada.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 3 Erwin Irawan Permana

    Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah para

    pekebun lada pada sentra tanaman lada di Kalimantan

    Barat.

    C. CAPAIAN KINERJA

    - Diperolehnya data mengenai kehilangan hasil yang

    disebabkan oleh OPT pada tanaman lada

    - Diketahuinya jumlah besaran kehilangan hasil akibat

    OPT pada tanaman lada

    - Menurunnya kehilangan hasil akibat OPT pada

    tanaman lada

    - Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman

    lada

    D. TITIK KRITIS DAN PEMECAHANNYA

    Titik Kritis :

    - Akurasi penghitungan kehilangan hasil dan waktu

    penghitungan hasil

    Pemecahannya :

    - Penghitungan kehilangan hasil diulang

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 4 Erwin Irawan Permana

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. TANAMAN LADA

    Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman

    Cast Crop yang penting di Asia Tenggara. Tanaman ini

    menghendaki temperatur yang tinggi serta curah hujan

    yang cukup merata. Karena kebutuhan lada akan zat hara

    cukup tinggi, maka pada tanah-tanah yang agak subur

    sering dicapai produksi yang memuaskan, walaupun tanpa

    disertai pengetahuan dan pengalaman. Tetapi di tanah

    yang subur seperti tanah alluvial di daratan Asia Tenggara,

    kadang-kadang terdapat banyak tempat yang merupakan

    sarang-sarang nematode dan jamur patogen yang

    berbahaya bagi tanaman lada. Tanah demikian justru

    merugikan tanaman lada (Anonim, 1987). Tanaman lada

    merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya dengan

    intensitas 50-70%. Penanaman lada di lahan yang terbuka

    akan menyebabkan tanaman menjadi lemah apabila tidak

    dirawat dengan baik, sehingga mudah terserang P. capsici.

    Penyakit ini mudah terbawa oleh air, tanah atau bagian

    tanaman yang terserang, sehingga sebaran penyakit sudah

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 5 Erwin Irawan Permana

    sangat meluas di hampir seluruh pertanaman lada di

    Indonesia.

    B. Kehilangan Hasil

    Kehilangan hasil adalah berkurangnya jumlah panen

    dan kualitas hasil panen yang disebabkan oleh gangguan

    Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berupa hama,

    penyakit, gulma dan gangguan usaha lainnya yang bersifat

    alami seperti bencana alam dan gangguan insidental

    lainnya. Kehilangan hasil juga dapat terjadi pada pasca

    panen, jika penanganan terhadap hasil panen sampai

    menuju tempat penyimpanan hasil panen tidak ditangani

    dengan baik. Kehilangan hasil secara langsung dapat

    diukur dari proporsi jumlah hasil panen yang tidak terjual

    karena adanya gangguan OPT.

    Produksi tanaman lada di Indonesia dalam kurun

    waktu tahun 1990 2008 berfluktuasi terjadi kenaikan dan

    penurunan, tetapi pada kurun waktu tahun 2003 2008

    total produksi lada di Indonesia relative mengalami

    penurunan (gambar 1.).

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 6 Erwin Irawan Permana

    Gambar 1. Produksi Total Tanaman Lada (ton) Indonesia Kurun Waktu 1990 2008 Sumber : http://database.deptan.go.id

    Kehilangan hasil produksi tanaman lada di Indonesia

    disebabkan oleh adanya gangguan OPT, sebagian besar

    kehilangan hasil tersebut disebabkan oleh Penyakit Busuk

    Pangkal Batang. Kerusakan akibat penyakit BPB pada

    pertanaman lada berkisar antara 10 - 15% per tahun

    (Kasim, 1990 dalam Wahyuno, 2009).

    Saat ini jamur P. capsici telah menyebar di seluruh

    daerah pertanaman lada di Indonesia. Kerugian akibat

    serangan P. capsici pada awal tahun 2006 diperkirakan Rp

    4,9 milyar (Ditlintanbun, 2006 dalam Manohara, 2007).

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 7 Erwin Irawan Permana

    Petani lada umumnya mempunyai keterbatasan

    modal atau akses ke sumber dana, sehingga sering

    terkendala untuk pengendalian P. capsici, terutama kalau

    harus menerapkan teknologi pengendalian yang dianjurkan

    (Drenth dan Guest, 2004a dalam Wahyuno, 2009).

    Penyakit ganggang pirang adalah sebutan petani

    lada di Kalimantan Barat karena cabang atau ranting

    tanaman lada berwarna keperakan. Penyakit ini mulai

    dirasakan mengganggu petani sejak tahun 2002, yaitu

    setelah terjadinya krisis moneter dimana harga lada bisa

    mencapai Rp. 75.000 Rp. 90.000 per kilogram. Penyakit

    ini disebabkan oleh Septobasisium bogoriensis

    sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Bambang Hadisutrisno

    dari UGM, Pemupukan N yang berlebihan ditambah

    dengan lapisan top soil hanya sekitar 15 cm menyebabkan

    kondisi tanaman lemah (batangnya lunak) sehingga disukai

    oleh hama penggerek batang lada (Lophobaris piperis),

    serangga ini membuat lubang gerekan dan mengeluarkan

    sekresi yang manis sehingga jamur Septobasidium

    bogoriensis yang memang sudah ada di udara terbuka

    menempel pada cabang/ranting juga pada serangga

    (Anonim, 2009).

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 8 Erwin Irawan Permana

    Penyakit ganggang pirang ini sangat merugikan

    petani karena dapat menyebabkan kematian cabang-

    cabang produksi, akibatnya pertumbuhan terhambat dan

    bisa menurunkan hasil sekitar 20 %. Adakalanya serangan

    terjadi pada sulur panjat yang ditandai dengan terdapatnya

    lapisan jamur berwarna pirang. Bila harga lada mencapai

    Rp. 30.000 per Kg, ini berarti bahwa petani dapat

    mengalami kerugian sebesar Rp. 5 Juta per hektar

    (Anonim, 2009).

    Setidaknya ada tiga hama utama yang menyerang

    pertanaman lada di Indonesia yaitu penggerek batang,

    Lophobaris piperis Marsh. (Coleoptera: Curculionidae),

    pengisap bunga, Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera:

    Tingidae), dan pengisap buah, Dasynus piperis China

    (Hemipetara: Coreidae). Penggerek batang dan pengisap

    buah terdapat hampir di seluruh daerah pertanaman lada di

    Indonesia, sedangkan pengisap bunga di Aceh,

    Kalimantan, dan Bangka (Kalshoven, 1981 dalam Laba &

    Trisawa, 2006).

    Serangan penggerek batang Lophobaris piperis

    dapat mengakibatkan kerusakan cabang dan batang

    tanaman mencapai 42,8%, sedangkan tanaman dan buah

    rusak masing-masing mencapai 96,64% dan 19,58%

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 9 Erwin Irawan Permana

    (Suprapto dan Martono, 1989 dalam Laba & Trisawa,

    2006). Serangan larva pada satu batang utama dapat

    mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 43,48%. Pada

    umumnya serangan pada dua cabang buah selalu diikuti

    dengan serangan larva pada satu batang utama, yang

    diperkirakan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sekitar

    16,5% (Laba & Trisawa, 2006).

    Berdasarkan hasil survai Asnawi (1992 dalam Laba

    & Trisawa, 2006), tingkat kerusakan buah oleh Dasynus

    piperis berkisar antara 14,72 16,01%. Serangan paling

    berat dijumpai di Bangka Tengah (23-36%), kemudian di

    bagian Utara dan Barat (19-22%), sedangkan di Bangka

    Selatan serangan agak ringan (15-17%). Di Kabupaten

    Sambas, Kalimantan Barat tingkat serangan hama berkisar

    antara 13,52-18,68% dan Kecamatan Samalantan

    merupakan daerah serangan kepik (Trisawa et al.,1992

    dalam Laba & Trisawa, 2006).

    Tingkat kerusakan bunga lada akibat serangan

    Diconocoris hewetti di Bangka berkisar antara 9,59

    20,21%. Bangka Tengah merupakan daerah endemis tinggi

    yaitu 18,94 20,21%, kemudian Bangka Utara dan Barat

    berkisar antara 12,89 14.17%, dan Bangka Selatan lebih

    ringan yaitu 9,59 12,03% (Asnawi, 1992 dalam Laba &

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 10 Erwin Irawan Permana

    Trisawa 2006). Hasil observasi Trisawa et al. (1992 dalam

    Laba & Trisawa 2006) hama ini paling dominan dan cukup

    serius di Kalimantan Barat. Di Kecamatan Sungai Raya

    saja tercatat 38,64% pertanaman lada terserang hama dan

    daerah ini merupakan daerah serangan yang agak berat.

    Untuk pengolahan hasil lada hitam, dari 100 kg lada

    basah yang masih bergagang diperoleh lada basah tanpa

    gagang antara 70 - 80 kg atau rata-rata 80 kg serta

    selanjutnya akan diperoleh lada hitam kering sebanyak

    antara 25 - 33 kg atau rata-rata 31 kg (Anonim, 2006).

    Faktor koreksi (rendemen) lada basah adalah 25 - 35 %

    untuk produksi lada hitam dan 15 20 % untuk produksi

    lada putih (Anonim, 2013).

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 11 Erwin Irawan Permana

    III. BAHAN DAN METODE

    A. Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :

    - Trichoderma harzianum

    - Fungisida

    - Insektisida

    - Herbisida

    - Tween

    Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :

    - Knapsack Sprayer atau hand sprayer

    - Ember

    - Batang pengaduk

    - Gelas ukur

    - Masker

    - Sarung tangan

    - Gelas kimia (1 dan 2 L)

    - Papan label perlakuan

    - Timbangan

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 12 Erwin Irawan Permana

    B. Metode

    a. Penentuan lokasi kegiatan

    Lokasi kegiatan yang dipilih berdasarkan hasil CPCL

    dengan kriteria :

    - Terdapat serangan OPT

    - Serangan masih dalam tahap awal (ringan)

    - Luasan memenuhi syarat untuk dibuat petak sampel

    - Luas lahan hamparan minimal 1 hektar

    - Mudah dijangkau

    - Petani bisa diajak kerjasama dengan baik

    b. Kebun sampel

    Petak sampel terdiri dari 3 kriteria :

    1. Petak sampel Kebiasaan Petani (KP)

    2. Petak sampel PHT

    3. Petak sampel sehat

    Petak sampel KP

    Lahan yang digunakan sebagai petak sampel KP

    seluas 1 hektar, tidak diberikan perlakuan tetapi

    disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat

    dalam mengelola tanamannya.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 13 Erwin Irawan Permana

    Petak sampel PHT

    Lahan yang digunakan sebagai petak sampel PHT

    seluas 1 hektar, diberikan input pengendalian secara

    PHT spesifik lokasi sampel. Input PHT yang

    diberikan pada kegiatan ini yaitu :

    - Penggunaan fungisida sesuai dosis anjuran.

    Fungisida dengan bahan aktif bersifat

    sistemik cenderung lebih efektif dan banyak

    digunakan oleh petani, khususnya saat harga

    lada tinggi (Manohara et al., 2005 dalam

    Wahyuno 2009).

    - Penggunaan Trichoderma harzianum

    Penggunaan agensia hayati untuk

    menciptakan kondisi tanah yang tidak

    menguntungkan secara biologi bagi

    perkembangan populasi Phytophthora

    dilakukan antara lain dengan menambahkan

    bahan organik yang telah diinfestasi

    Trichoderma (Wahyuno et al., 2003 dalam

    Wahyuno 2009). Pengujian penggunaan

    bahan organik yang disertai infestasi

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 14 Erwin Irawan Permana

    Trichoderma menunjukkan, serangan

    terendah terdapat pada perlakuan

    Trichoderma dengan penambahan bahan

    organik berupa alang-alang, jagung atau

    Arachis.

    - Pemupukan berimbang

    Pemupukan yang berimbang, tepat dosis dan

    waktu juga akan mempertahankan vigor

    tanaman.

    - Kultur teknis

    Penggunaan tiang panjat hidup juga akan

    mengurangi cekaman lingkungan, karena lada

    sebenarnya hanya membutuhkan intensitas

    cahaya 50-70% (Manohara et al., 2007

    dalam Wahyuno 2009).

    Pemberian pupuk yang diikuti dengan

    perbaikan kultur teknis yang meliputi

    pembuatan drainase dan parit keliling,

    pemangkasan tajar, pembuangan sulur cacing

    dan sulur gantung, penyiangan terbatas, serta

    pemangkasan cabang lada yang ada di

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 15 Erwin Irawan Permana

    bagian bawah, dapat menekan laju infeksi

    P.capsici sebesar 50% (Manohara dan Kasim,

    1996 dalam Wahyuno 2009).

    Petak sampel sehat (PS)

    Lahan yang dipilih sebagai petak sampel sehat

    merupakan lahan yang ideal dengan produktivitas

    maksimal dan diasumsikan tidak terdapat gangguan

    OPT. Lahan ini akan digunakan sebagai

    pembanding untuk kehilangan hasil dari tanaman

    sampel KP selain dengan PHT.

    Tanaman sampel yang dipilih dikondisikan memiliki

    umur dan varietas yang sama jika memungkinkan.

    Petak sampel dipilih berdasarkan hasil CPCL. Petak

    sampel terdiri dari 3 lokasi kebun sesuai dengan

    kriteria yang telah dibuat. Lokasi petak sampel

    berada pada satu wilayah UPPT .

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 16 Erwin Irawan Permana

    Pengamatan

    Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu :

    1. Pengamatan awal

    Pengamatan awal dimulai pada masa panen terakhir

    sebelum adanya perlakuan pada petak sampel PHT.

    Pengamatan awal dilakukan dengan menghitung

    semua hasil panen dalam satuan kilogram petak

    sampel di lapangan.

    2. Pengamatan pertengahan

    Pengamatan pertengahan dilakukan untuk

    mengamati OPT yang menyerang tanaman lada

    pada interval waktu pengamatan awal sampai

    dengan pengamatan pertengahan. Parameter yang

    diamati adalah gejala serangan OPT

    3. Pengamatan akhir

    Pengamatan akhir dilakukan pada masa panen

    dengan menghitung berat basah buah lada yang

    dihasilkan setelah adanya perlakuan.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 17 Erwin Irawan Permana

    c. Pendugaan kehilangan hasil

    Pendugaan dihitung dengan membandingkan jumlah

    hasil panen yang dihasilkan pada petak KP dengan

    PHT dan PS.

    Persentase Kehilangan Hasil (PKH) dilakukan

    berdasarkan rumus dibawah ini :

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 18 Erwin Irawan Permana

    IV. WAKTU DAN TEMPAT

    Kegiatan Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat

    Serangan OPT pada Tanaman Lada dilaksanakan pada

    sentra tanaman lada di Kalimantan Barat.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 19 Erwin Irawan Permana

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL

    Kegiatan pendugaan kehilangan hasil akibat

    serangan OPT pada tanaman lada dilaksanakan di

    Kabupaten Pontianak yang merupakan salah satu sentra

    pertanaman lada di Kalimantan Barat. Kebun sampel yang

    dipilih yaitu :

    1. Kebun Sehat (KS)

    Pemilik : H. Yakub

    Jumlah tanaman : 1500 pohon

    Jenis OPT : Jamur pirang

    (Septobasidium sp)

    Keterangan lain : Kebun sehat merupakan

    kebun dengan

    pemeliharaan yang baik.

    Kebutuhan nutrisi

    tanaman dan

    pengendalian OPT

    diberikan secara optimal.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 20 Erwin Irawan Permana

    2. Kebun PHT

    Pemilik : H. Ilyas

    Jumlah tanaman : 1500 pohon

    Jenis OPT : Jamur pirang

    (Septobasidium sp)

    Keterangan lain : Input PHT yang dilakukan

    diantaranya dengan

    memberikan pemupukan

    organik bokashi,

    pemupukan dengan jamur

    antagonis Trichoderma

    sp. dan pemberian pupuk

    kimia sesuai kebutuhan

    khususnya untuk pohon

    sampel yang diamati.

    Selain dengan

    pemupukan, dilakukan

    juga pengendalian secara

    teknis dengan

    pemangkasan sulur tidak

    produktif, pemotongan

    cabang dan perampasan

    buah terserang jamur

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 21 Erwin Irawan Permana

    pirang. Pengendalian

    secara kimiawi dilakukan

    sesuai kebutuhan, untuk

    aplikasi fungisida ataupun

    insektisida.

    3. Kebun Kebiasaan Petani (KP)

    Pemilik : Madi

    Jumlah tanaman : 1500 pohon

    Jenis OPT : Jamur pirang

    (Septobasidium sp)

    Keterangan lain : Kebun dikelola sesuai

    dengan kebiasaan petani

    setempat.

    Luas kebun 1 hektar dengan umur tanaman 9-10

    tahun, varietas yang ditanam yaitu bengkayang halus.

    Varietas Bengkayang ini merupakan varietas unggul,

    deskripsi mengenai varietas lada bengkayang berdasarkan

    Permentan No. 10 Tahun 2013.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 22 Erwin Irawan Permana

    DESKRIPSI LADA VARIETAS BENGKAYANG

    Asal : Pangkalan Bun

    Panjang tangkai daun : 1,579 cm

    Bentuk tangkai daun : Bulat teratur

    Bentuk daun : Bulat telur

    Ratio panjang/lebar : 1.941

    Pertulangan daun : Menyirip

    Warna daun : Hijau tua

    Ujung daun : Meruncing

    Kaki daun : Tumpul hingga

    oblique

    Permukaan daun : Licin

    Bentuk batang : Agak pipih

    Warna batang muda : Hijau muda

    Panjang ruas batang : 5,79 cm

    Pencabangan : Menggarpu

    Pancang ruas cabang : 4,58 cm

    Sulur gantung/sulur tanah : Banyak

    Jumlah akar lekat : Banyak

    Daya lekat akar : Kuat

    Rata-rata tandan percabang : 42,60 tandan

    Panjang tandan : 9,834 cm

    Sifat pembungaan : Serempak

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 23 Erwin Irawan Permana

    Umur mulai berbunga : 10 bulan

    Bentuk buah : Bulat

    Warna buah muda : Hijau muda

    Warna buah masak : Kuning

    kemerahan

    Mulai berbunga sampai dengan

    buah masak : 189 hari

    Rata-rata buah pertandan : 85,22 buah

    Persentase buah sempurna : 68,30 %

    Berat 1.000 buah kering : 62,45 gram

    Berat 1.000 biji kering : 43,92 gram

    Rata-rata hasil : 4,669 ton/ha

    Ketahanan terhadap penyakit : Toleran

    terhadap penyakit

    kuning, toleran

    terhadap busuk

    pangkal batang.

    Dapat dianjurkan

    untuk ditanam di

    daerah yang

    kurang subur.

    Memakai tiang

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 24 Erwin Irawan Permana

    panjat mati dan

    mulsa lebih baik.

    Pada intensitas radiasi (lama penyinaran) 50 - 75%

    produksi terbaik ditunjukkan oleh varietas Bengkayang,

    dibandingkan varietas lada yang lainnya (Anonim, 2012).

    Pengamatan yang dilakukan pada masing-masing

    kebun sampel menunjukkan bahwa OPT yang signifikan

    mempengaruhi hasil panen yang diperoleh adalah dari jenis

    jamur patogen. Jenis jamur patogen yang ditemukan yang

    ditemukan pada masing-masing kebun sampel adalah

    jamur pirang yang disebabkan oleh Septobasidium sp.

    Hasil panen rata-rata pohon lada (berat kering) pada

    pengamatan awal masing-masing kebun sampel adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 1. Pengamatan awal (sebelum perlakuan PHT)

    Pohon

    Sampel

    Berat kering

    Kebun PHT

    (Kg)

    Berat kering

    Kebiasaan

    Petani

    (Kg)

    Berat kering

    Kebun Sehat

    (Kg)

    1 1.5 1.20 1.40

    2 1.2 1.60 1.60

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 25 Erwin Irawan Permana

    3 1.3 1.00 1.70

    4 1 1.30 1.20

    5 1.5 1.00 1.70

    6 1.2 1.10 1.50

    7 1.3 1.70 1.50

    8 0.9 1.00 1.60

    9 1.05 1.40 1.70

    10 1 1.00 1.40

    11 1.6 1.30 1.50

    12 1.3 1.50 1.60

    13 1.7 1.50 1.70

    14 1.3 1.30 1.60

    15 1.1 1.00 1.30

    16 1.6 1.00 1.50

    17 1.4 1.20 1.60

    18 1.2 1.40 1.40

    19 1.5 1.20 1.70

    20 1.5 1.30 1.60

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 26 Erwin Irawan Permana

    Total 26.2 25.00 30.80

    Rata-

    rata 1.3 1.25 1.54

    Pada saat pengamatan pertengahan, tanaman lada

    pada masing-masing kebun sampel berada pada tahap

    generatif awal (buah masak susu). Pengamatan untuk OPT

    yang dominan menyerang pada tanaman lada di petak

    sampel dilakukan pada pengamatan pertengahan.

    Pengamatan pertengahan dilakukan untuk petak sampel

    PHT setelah adanya input pengelolaan kebun secara PHT

    sesuai dengan keadaan kebun. Pengamatan ini dilakukan

    dengan menghitung jumlah bunga dan tandan yang muncul

    serta intensitas serangan OPT dominan yang ditemui di

    area petak sampel. OPT yang dominan pada area petak

    sampel adalah jamur pirang yang disebabkan oleh jamur

    patogen Septobasidium sp.

    Hasil pengamatan terhadap intensitas serangan

    jamur pirang untuk masing-masing kebun sampel adalah

    sebagai berikut :

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 27 Erwin Irawan Permana

    Tabel 2. Pengamatan pertengahan (intensitas serangan

    jamur pirang)

    Pohon

    ke-

    Kebun PHT

    Kebun

    Kebiasaan

    Petani

    Kebun Sehat

    Skor

    Intensitas

    serangan

    (%)

    Skor

    Intensitas

    serangan

    (%)

    Skor

    Intensitas

    serangan

    (%)

    1 0 0 0 0 0 0

    2 0 0 0 0 0 0

    3 1 25 1 25 1 25

    4 1 25 2 50 0 0

    5 1 25 0 0 1 25

    6 2 50 2 50 1 25

    7 2 50 1 25 2 50

    8 2 50 1 25 2 50

    9 1 25 1 25 1 25

    10 1 25 2 50 0 0

    11 1 25 2 50 0 0

    12 2 50 2 50 2 50

    13 2 50 2 50 3 75

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 28 Erwin Irawan Permana

    14 2 50 2 50 1 25

    15 1 25 2 50 1 25

    16 1 25 2 50 1 25

    17 1 25 1 25 2 50

    18 0 0 1 25 0 0

    19 0 0 4 100 0 0

    20 1 25 3 75 1 25

    Jumlah 22 550 31 775 19 475

    Rata2 1.1 27.5 1.55 38.75 0.95 23.75

    Gambar 2. Pembuatan pupuk bokashi untuk kebun PHT

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 29 Erwin Irawan Permana

    Gambar 3. Aplikasi Pemupukan Trichoderma di kebun PHT

    Gambar 4. Pemupukan Kimiawi di Kebun PHT

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 30 Erwin Irawan Permana

    Gambar 5. Pemeliharaan dengan pemangkasan sulur tidak produktif

    Gambar 6. Pengendalian jamur pirang secara teknis oleh petani

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 31 Erwin Irawan Permana

    Pada pengamatan pertengahan juga diamati adanya

    gejala serangan OPT selain dari jamur pirang seperti

    terlihat pada tabel berikut ;

    Tabel 3. Pengamatan gejala serangan OPT sekunder

    Pohon

    Sampel Jenis OPT Keterangan

    1 -

    2 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    3 -

    Gambar 7. Pengamatan Jamur Pirang

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 32 Erwin Irawan Permana

    4 -

    5 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    6 Busuk pangkal batang

    Penghisap buah Gejala ringan

    7 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    8 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    9 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    10 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    11 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    12 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    13 -

    14 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    15 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    16 -

    17 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    18 -

    19 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    20 Busuk pangkal batang Gejala ringan

    Pengamatan terakhir dilakukan 8 bulan setelah

    pengamatan pertama pada masa panen raya. Parameter

    pengamatan terakhir adalah hasil panen pada tiap pohon

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 33 Erwin Irawan Permana

    sampel pada kebun sampel. Data pengamatan terakhir

    kemudian dianalisa dengan uji T untuk menentukan ada

    atau tidaknya pengaruh pengelolaan dalam waktu interval

    waktu 8 bulan waktu pelaksanaan kegiatan terhadap hasil

    panen kebun sampel.

    Hasil panen rata-rata pohon lada (berat kering) pada

    pengamatan akhir masing-masing kebun sampel adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 4. Pengamatan akhir (setelah perlakuan PHT)

    Pohon

    Sampel

    Berat kering

    Kebun PHT

    (Kg)

    Berat kering

    Kebiasaan

    Petani

    (Kg)

    Berat kering

    Kebun Sehat

    (Kg)

    1 1.73 1.14 1.47

    2 1.38 1.52 1.68

    3 1.50 0.95 1.79

    4 1.15 1.24 1.26

    5 1.73 0.95 1.79

    6 1.38 1.05 1.58

    7 1.50 1.62 1.58

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 34 Erwin Irawan Permana

    8 1.04 0.95 1.68

    9 1.21 1.33 1.79

    10 1.15 0.95 1.47

    11 1.84 1.24 1.58

    12 1.50 1.43 1.68

    13 1.96 1.43 1.79

    14 1.50 1.24 1.68

    15 1.27 0.95 1.37

    16 1.84 0.95 1.58

    17 1.61 1.14 1.68

    18 1.38 1.33 1.47

    19 1.73 1.14 1.79

    20 1.73 1.24 1.68

    Total 30.07 23.75 32.34

    Rata-rata 1.50 1.19 1.62

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 35 Erwin Irawan Permana

    B. PEMBAHASAN

    Uji T terhadap data hasil pengamatan akhir pada

    masing-masing kebun dilakukan untuk membandingkan

    ada tidaknya pengaruh perlakuan PHT terhadap hasil

    produksi lada pada kebiasaan petani. Data yang digunakan

    pada uji T adalah data pengamatan terakhir yaitu berat

    hasil panen setelah adanya perlakuan secara PHT, dengan

    asumsi bahwa berat hasil panen sebelum dilakukan

    perlakuan PHT (pengamatan awal) adalah sama untuk

    kebun kebiasaan petani dan kebun PHT.

    Tabel 5. Uji T untuk perlakuan PHT dan KP

    t-Test: Two-Sample Assuming Equal

    Variances

    Kebun PHT Kebiasaan

    Petani

    Keterangan

    Mean 1.5065 0.51 Nilai rata-

    rata

    Variance 0.068550263 0.007663158 Variasi

    Output

    Observations 20 20 Jumlah data

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 36 Erwin Irawan Permana

    pengamatan

    Pooled Variance 0.038106711 Variasi

    gabungan

    PHT dan KP

    Hypothesized

    Mean Difference

    0 Perbedaan

    rata-rata

    Df 38 derajat

    bebas

    t Stat 16.14271475 t hitung

    P(T

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 37 Erwin Irawan Permana

    Catatan* Karena hipotesisnya menunjukkan satu arah 1 > 2 (lebih besar), maka yang dilihat hanya p-value dan t tabel (t critical) satu arah saja yaitu one-tail

    Kesimpulan dari hasil uji T terhadap sampel PHT

    dan KP adalah bahwa terdapat perbedaan signifikan antara

    petak sampel PHT yang lebih banyak menghasilkan

    produksi buah lada daripada petak sampel KP. Hal ini

    seperti terlihat pada tabel hasil analisis uji T bahwa :

    - t hitung (16.14271475) > t tabel (1.685954461), H0

    ditolak (H1 diterima)

    - p value (6.69399E -19) < alpha (0.05)

    Penghitungan secara statistik telah menunjukkan

    bahwa perlakuan PHT secara signifikan menghasilkan

    jumlah panen lada yang lebih besar dari kebiasaan petani.

    Untuk mengetahui persentase kehilangan hasil (PKH)

    kebun PHT dan kebun KP maka dilakukan perbandingan

    antara keduanya dengan kebun sehat (KS).

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 38 Erwin Irawan Permana

    Penghitungan kehilangan hasil (PKH) dihitung dengan

    rumus :

    x

    100%

    x 100%

    Tabel 6. Rekapitulasi berat kering hasil panen petak

    sampel

    Petak Sampel

    Pengamatan

    Awal

    (Kg/pohon)

    Pengamatan

    Akhir

    (Kg/pohon)

    Kebun PHT 1.31 1.50

    Kebun Kebiasaan Petani 1.25 1.19

    Kebun Sehat 1.54 1.62

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 39 Erwin Irawan Permana

    Perhitungan kehilangan hasil menggunakan data

    pengamatan akhir dengan data rata-rata per pohon yang

    digunakan, berikut adalah penghitungannya :

    -

    x 100 % = 4.94 %

    -

    x 100 % = 26.54 %

    Penghitungan persentase kehilangan hasil pada

    petak sampel kebiasaan petani sebesar 26.54 % dan petak

    sampel kebun PHT sebesar 4.94 %. Penghitungan

    kehilangan hasil ini bisa akan dikonversi kedalam bentuk

    rupiah berdasarkan harga jual maksimal dari lada putih dan

    lada hitam. Harga jual lada tertinggi saat ini di Kecamatan

    Mendalok Kabupaten Pontianak untuk lada hitam adalah

    Rp. 54.000,- /Kg dan lada putih adalah Rp. 90.000,- /Kg.

    Perbandingan hasil panen pertahun secara keseluruhan

    yang biasa dilakukan oleh petani adalah 30 % diolah untuk

    lada hitam dan 70 % diolah untuk lada putih.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 40 Erwin Irawan Permana

    Tabel 7. Kehilangan hasil (Rp.) untuk total berat kering 20

    pohon sampel

    Petak Sampel

    Total pohon sampel

    Lada Hitam (30%)

    Lada Putih (70%)

    Harga Lada Hitam

    (54ribu/Kg)

    Harga Lada Putih

    (90ribu/Kg)

    Total Potensi Pohon Sampel

    (Rp)

    Kehilangan Hasil (Rp)

    PHT 30.07 9.02 21.05 487,134,- 1.894.410,- 2.381.544,- 126.530,-

    KP 23.75 7.13 16.63 384.750,- 1.496.250,- 1.881.000,- 679.776,-

    KS 32.34 9.70 22.64 523.908,- 2.037.420,- 2.561.328,- 0

    Kerugian dalam rupiah untuk petak sampel PHT

    adalah Rp. 6.327,-/pohon sampel. Sedangkan kerugian

    untuk petak sampel kebiasaan petani kerugian cukup besar

    yaitu Rp. 33.950,-/pohon sampel. Kehilangan hasil ini

    dihitung berdasarkan hasil panen satu tahun dengan

    asumsi bahwa proporsi petani mengolah 30 % hasil

    panennya untuk lada hitam dan 70 % hasil panennya untuk

    lada putih. Jika persentase pengolahan produk lada yang

    dijual dalam proporsi yang berbeda, maka kehilangan hasil

    bisa lebih rendah atau lebih tinggi. Potensi pohon yang

    menghasilkan dari kebun lada di Kalimantan Barat adalah

    sekitar 1500 pohon per hektar, padahal secara ideal pohon

    lada per hektar berjumlah 2000 2500 pohon.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 41 Erwin Irawan Permana

    Faktor faktor utama yang mempengaruhi

    terjadinya kehilangan hasil panen lada antara lain :

    1. Pengendalian OPT

    2. Pemupukan

    3. Pemeliharaan kebun

    Jika melihat 3 faktor tersebut diatas maka akan

    diketahui bahwa kebiasaan petani dalam mengelola kebun

    selama ini akan berujung pada hasil panen lada yang tidak

    maksimal. Seperti yang terjadi pada umumnya, petani

    kurang memperhatikan kebun sebagai investasi jangka

    panjang yang membutuhkan pengelolaan yang baik. Latar

    belakang pengetahuan tentang pengelolaan kebun yang

    baik mungkin terpenuhi, tetapi lain halnya jika petani mau

    mengeluarkan modal untuk pengelolaan kebun. Masalah

    modal menjadi kendala utama, sehingga kebun dibiarkan

    tanpa pemeliharaan padahal jika dihitung secara matematis

    maka modal yang dikeluarkan untuk pemeliharaan akan

    sebanding dengan hasil yang didapatkan.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 42 Erwin Irawan Permana

    VI. Kesimpulan

    1. OPT utama tanaman lada pada petak sampel yaitu

    penyakit jamur pirang (Septobasidium sp) dan

    mempengaruhi hasil panen pada petak sampel.

    2. Uji T menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    signifikan antara hasil panen kebun PHT dan kebun

    kebiasaan petani. Kebun PHT menghasilkan lebih

    banyak jumlah berat kering daripada kebun

    kebiasaan petani.

    3. Persentase kehilangan hasil kebun PHT adalah 4.94

    % (Rp.6.327,-) per pohon sampel dan pada kebun

    kebiasaan petani (KP) adalah 26.54 % (Rp.33.950,-)

    per pohon sampel jika dibandingkan dengan kebun

    sehat (KS).

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 43 Erwin Irawan Permana

    VII. PENUTUP

    Demikian karya tulis ilmiah hasil penelitian ini disusun

    sebagai bentuk kreativitas pengembangan profesi Jabatan

    Fungsional POPT. Semoga bermanfaat bagi yang

    membutuhkannya.

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 44 Erwin Irawan Permana

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1987. Bercocok Tanam Lada. Aksi Agraris

    Kanisius, Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

    Anonim. 2006. Pedoman Teknologi Pengolahan Lada.

    http://www.kadin-

    indonesia.or.id/id/doc/UKM_Teknologi_Lada.pdf

    Anonim. 2012. Budidaya Lada Perdu.

    http://www.lembahpinus.com/index.php/21-

    budidaya/286-budidaya-lada-perdu.

    Anonim. 2013. Faktor Koreksi / Rendemen Pada Berbagai

    Tingkat Jenis Produksi.

    http://www.disbun.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/

    605

    Korlina, Eli dan Diding Rachmawati. 2011.

    PENGENDALIAN PENYAKIT BLENDOK

    (Phythophthora citropthora) PADA TANAMAN JERUK

    DENGAN FUNGISIDA. Suara Perlindungan

    Tanaman, Vol 1,No. 1.

    Laba, I.W & I.M Trisawa. 2006. Pengelolaan Eksosistem

    untuk Pengendalian Hama Lada. Perspektif, Volume 5

    Nomor 2, Desember 2006 : 86 - 97

    Manohara, Dyah. 2007. BERCAK DAUN

    PHYTOPHTHORA SEBAGAI SUMBER INOKULUM

  • Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan OPT Lada hal 45 Erwin Irawan Permana

    PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA (Piper

    nigrum L). Bul. Littro. Vol. XVIII No. 2, 2007, 177

    187

    Wahyuno, Dono. 2009. Pengendalian Terpadu Busuk

    Pangkal Batang Lada. Perspektif Vol. 8 No. 1 / Juni

    2009. Hlm 17 29. ISSN: 1412-8004