PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL...

87
PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : GARI ICHSAN PUTRO (1111048000053) K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436H/2015M

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

GARI ICHSAN PUTRO

(1111048000053)

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436H/2015M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA

TRADISIONAL UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Gari Ichsan Putro

1111048000053

Di Bawah Bimbingan:

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULAH

J A K A R T A

1436H/2015M

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

ii

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 28 Mei 2015

Gari Ichsan Putro

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

iv

ABSTRAK

GARI ICHSAN PUTRO. NIM 1111048000053, PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL UNTUK KEPENTINGAN

KOMERSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

2014 TENTANG HAK CIPTA, Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015, X+76 halaman. Penelitian ini menganalisis

perlindungan hukum ekspresi budaya tradisional untuk kepentingan komersial,

yang membahas mengenai tinjauan umum hak kekayaan intelektual dan ekspresi

budaya tradisional. Selain itu, penulis juga akan membahas perlindungan hukum

terhadap ekspresi budaya tradisional baik secara umum dan nasional. Selanjutnya,

akan dianalisis mengenai konsep benefit sharing untuk kepentingan komersial.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara ilmiah yakni dalam

studi ilmu hukum dan secara praktis maupun akademis sebagai masukan bagi

pihak-pihak yang memiliki keinginan untuk menganalisis perlindungan hukum

ekspresi budaya tradisional dalam hal kepentingan komersial dan penerapan

konsep benefit sharing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu penelitian

yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-

undangan, literatur, pendapat ahli. Penulis menganalisis perlindungan hukum

pengetahuan tradisonal untuk kepentingan komersial, sebagaimana yang diatur

dalam pasal 38 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang

tertera bahwa negara sebagai pemegang atas ekspresi budaya tradisional.

Kata Kunci : Hak Kekayaan Intelektual, Ekspresi Budaya Tradisional,

Komersial, Benefit sharing

Pembimbing : Dra. Hafni Muchtar, SH. MH. MM.

Fitria SH. MR

Daftar Pustaka : Tahun 1990 Sampai Tahun 2014

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat

serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Ekspresi Budaya Tradisional Untuk Kepentingan

Komersial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta”. Shalawat serta salam disampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke

zaman yang terang benderang ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini

mungkin tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Arip Purqon, MA., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Hafni Muchtar, SH. MH. MM. dan Fitria SH. MR.. Selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia memberikan saran, kritik, bantuan, dan

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

vi

arahan selama penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas waktu dan pikiran yang telah diberikan. Semoga ilmu

yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah

SWT.

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa Ilmu

Hukum. Semoga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan

balasan dari Allah SWT.

5. Kepada staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staff

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan staff Perpustakan Universitas Indonesia yang telah

memberikan fasilitas untuk studi kepustakaan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta H. Giyanto SH., MH. Dan Hj. Enny Hudikari

SH., yang selalu mendoakan, mendidik dan mencurahkan kasih

sayangnya, serta adikku tercinta Yunita Karimah yang selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Shabrina Amelia Ronny, terima kasih atas semangat, dukungan, kasih

sayang dan waktunya yang tiada henti sehingga penulis dapat

meyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Ilmu Hukum Ridwan Ardy P., Ade Putra Indrawan, Ahmad

Bustomi Kamil, Dwi Puji apriyantok, Nanda Narendra Putra, Azhar Nur

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

vii

F.A., Mazda Hamdi, Marwan, teman-teman AMPUH, BLC, dan MCC dan

teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang

tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan, bantuan

dan kesan-kesannya selama penulis menimba ilmu.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menimba ilmu dan

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan berkah dan membalas kebaikan mereka.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan maaf apabila terdapat kata-kata

di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan bagi pihak-pihak tertentu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 28 Mei 2015

Penulis

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................iii

ABSTRAK ............................................................................................................iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..................................................7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................8

D. Tinjuan (Review) Kajian Terdahulu .................................................8

E. Kerangka Konseptual .........................................................................11

F. Metode Penelitian ...............................................................................13

G. Sistematika Penulisan .........................................................................16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

A. Sejarah Hak Kekayaan Intelektual .....................................................18

B. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ................................................21

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

ix

C. Tujuan Hak Kekayaan Intelektual ......................................................24

D. Pengertian Ekspresi Budaya Tradisional ............................................30

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA

TRADISIONAL

A. Ekspresi Budaya Tradisional Dalam Undang-Undang Hak Cipta .....37

1. Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 ....37

2. Pengaturan Hukum Mengenai Ekspresi Budaya Tradisional ......42

B. Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional .......................................47

C. Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional Terhadap Kepentingan

Komersial ...........................................................................................50

BAB IV ANALISIS MENGENAI PENERAPAN KONSEP BENEFIT

SHARING SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

A. Penggunaan Ekspresi Budaya Tradisional Yang Menyimpang .......54

1. Reog Ponorogo .........................................................................56

2. Angklung .................................................................................58

B. Benefit Sharing Dalam Ekspresi Budaya Tradisional .....................61

1. Aplikasi Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional Bagi Aset

Intelektual Daerah .....................................................................62

2. Pemanfaatan Ekspresi Budaya Tradisional Oleh Pihak Asing

...................................................................................................64

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

x

3. Konsep Eksploitasi Komersial Yang Sah Atas Ekspresi Budaya

Tradisional ................................................................................65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................72

B. Saran ...................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................74

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya tradisional merupakan hasil pemikiran atau ide yang bisa

terjadi pada setiap diri manusia berdasarkan kemampuan, keahlian dan

keterampilan yang mereka punya. Karya-karya tersebut dihasilkan di daerah

mereka berada. Karya tradisional perlu dilindungi karena termasuk Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) yang mengandung hak eksklusif artinya hak yang

melekat pada diri manusia. Suatu karya tradisional patut dilindungi agar tidak

terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti pembajakan, plagiat, dan

kejahatan lainnya. Dengan kata lain, perlindungan terhadap karya tradisional

diperlukan agar hasil karya yang mereka lahirkan tidak dapat direbut atau

diakui oleh mereka yang tidak menyadari pentingnya HKI.

Munculnya ketidakadilan yang dirasakan oleh negara berkembang

terjadi karena ekspresi budaya tradisional bangsa-bangsa di dunia ketiga itu

tidak mendapat perlindungan sebagaimana kekayaan intelektual di negara

maju.1 Masalah hak cipta muncul berkaitan dengan masalah liberalisasi

ekonomi di satu pihak dan masalah kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia

di pihak lain. Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia masih dalam masa

1 Agus Sardojono, Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, (Bandung:

PT Alumni, 2010) h. 35.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

2

transisi industrial yang belum semuanya mengerti dan memahami masalah hak

cipta yang sebelumnya tidak kenal. Masyarakat transisi industrial digambarkan

sebagai masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris

yang bercorak komunal-tradisional ke masyarakat industri yang bercorak

individual-modern. Perubahan itu berkaitan dengan struktur hubungan

masyarakat yang belum tuntas ke corak yang lebih rasional dan komersial

sebagai akibat dari proses pembangunan yang dilakukan.

Dalam masyarakat semacam itu, hukum yang mengatur juga

mencerminkan masa peralihan yang digambarkan sebagai wajah hukum yang

berpijak pada dua kaki dengan langkah yang berbeda, yakni satu kaki sedang

melangkah pada corak hukum modern sementara kaki yang lain masih

menapak pada hukum tradisional. Demikian halnya dengan hukum yang

mengatur masalah hak cipta, meskipun secara normatif tidak banyak

mengandung masalah untuk diberlakukan di Indonesia, akan tetapi secara

kultural akan banyak mengalami problem dalam pelaksaannya.2

HKI mencegah dilakukannya tindakan penjiplakan atau plagiat,

yaitu suatu tindakan dengan maksud menarik keuntungan dari ciptaan-ciptaan

yang merupakan kekayaan intelektual seseorang. HKI juga menetapkan

kaidah-kaidah hukum yang mengatur ganti rugi yang harus dipikul oleh orang

yang melanggarnya dengan melakukan tindakan penjiplakan.3

2 Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005) h. 201-202.

3 Ibid, h. 190.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

3

Langkah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dan

Pemerintah mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(selanjutnya disebut Undang-undang Hak Cipta) adalah upaya sungguh-

sungguh dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral Pencipta

dan pemilik Hak Terkait sebagai unsur penting dalam pembangunan kreativitas

nasional. Teringkarinya hak ekonomi dan hak moral dapat mengikis motivasi

para Pencipta dan pemilik Hak Terkait untuk berkreasi. Hilangnya motivasi

seperti ini akan berdampak luas pada runtuhnya kreativitas makro bangsa

Indonesia. Bercermin kepada negara-negara maju tampak bahwa pelindungan

yang memadai terhadap Hak Cipta telah berhasil membawa pertumbuhan

ekonorni kreatif secara signifikan dan mernberikan kontribusi nyata bagi

perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Isu-isu di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan hak-hak penduduk

asli telah menjadi sumber perdebatan tahun terakhir ini. Perkembangan untuk

memecahkan isu-isu sekitar pokok masalah ini tidaklah mudah mengingat

rumitnya pokok masalah ini dan kontradiksi-kontradiksi untuk mengakui

bentuk-bentuk perlindungan. Sejumlah kasus yang dialami oleh negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia, adalah mengenai penyalahgunaan terhadap

sumber-sumber daya biologis dan sumber daya genetika, dan/atau yang

berhubungan dengan ekspresi budaya tradisional telah menyoroti kebutuhan

dan menekankan urgensi untuk memusatkan perhatian pada isu ini, karena

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

4

meningkatnya “biopiracy” tanpa persetujuan atau ijin dari para pemegang hak

dan tanpa kompensasi yang memadai.4

Di tingkat Internasional, Indonesia telah ikut serta menjadi anggota

dalam Agreement Establishing The World Trade Organization (persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights (persetujuan tentang Aspek-Aspek

Dagang Hak Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIPs, melalui

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.

Konsekuensi penerimaan dan keikutsertaan Indonesia dalam

persetujuan TRIPs membawa pengaruh bagi Indonesia untuk mengakomodasi

semua peraturan HAKI. Di samping itu, untuk perlindungan secara

internasioanl TRIPs mengisyaratkan agar negara-negara anggota menyesuaikan

peraturan nasionalnya dengan Paris Convention (1967), Bern Convention

(1971), Rome Convention (1961) dan Treaty on Intellectual Property in

Respect of Integrated Circuits (1989) (Article 2and Article 3, TRIPs Agreement

1994). Isyarat itu sudah barang tentu menghendaki agar Indonesia turut

meratifikasi keempat konvensi itu di samping WTO yang sudah diratifikasi.

Sampai saat ini dari keempat konvensi itu, Indonesia baru hanya meratifikasi

4 Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum UI bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Kepentingan Negara Berkembang Terhadap Hak Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika

dan Pengetahuan Tradisional, (Depok: LPHI-FHUI, 2005) h. 17.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

5

dua konvensi dari 4 konvensi yang diharuskan tersebut yakni Paris Convention

(1967) dan Bern Convention (1971).5

Seiring dengan masuknya TRIPs Agreement dalam WTO, muncul

anggapan pada sebagian masyarakat bahwa sistem HKI merupakan salah satu

alat bagi negara maju untuk melindungi kepentingan perdagangan mereka.

Anggapan ini tidak seluruhnya benar karena sesungguhnya yang kaya akan

sumber daya alam akan turut terlindungi. Tentunya hal ini sangat tergantung

bagi negara yang bersangkutan mau memanfaatkannya atau tidak melalui

pengembangan sistem HKI yang ada. Kekayaan alam yang dimiliki oleh

negara berkembang yang terkait dengan indikasi geografis, ekspresi budaya

tradisional termasuk ekspresi foklor dan sumber daya genetika perlu

mendapatkan perhatian lebih karena ini merupakan aset yang sangat potensial

bagi kemakmuran bangsa.6

Pasal 38 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 yang

berjudul „Ekspresi Budaya Tradisional dan Hak Cipta atas Ciptaan yang

Penciptanya Tidak Diketahui‟ menetapkan :

1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara.

2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara

ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

5 Ok Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 24.

6 Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum UI bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Kepentingan Negara Berkembang Terhadap Hak Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika

dan Pengetahuan Tradisional, (Depok: LPHI-FHUI, 2005), h. 2.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

6

3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat pengembannya.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh

Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Undang-undang Hak Cipta Tahun 2014 secara garis besar

mengatur yang membedakan dengan Undang-undang sebelumnya yaitu,

pelindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan

penerapan aturan di berbagai negara sehingga .jangka waktu pelindungan Hak

Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70

(tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Pelindungan yang lebih

baik terhadap hak ekonomi para pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait,

termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold

flat). Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase

atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.

Berbicara mengenai HKI, perlu dipahami kembali bahwa HKI

bukan masalah perlindungan hukum semata. HKI juga terkait erat dengan alih

teknologi, pembangunan ekonomi, dan martabat bangsa. Dalam suatu hasil

kajian yang dilakukan WIPO dinyatakan bahwa HKI merupakan sebuah

kekuatan yang dapat dipergunakan untuk memperkaya kehidupan seseorang

dan masa depan suatu bangsa secara material, budaya dan sosial. Dengan

demikian, pengembangan sistem HKI nasional sebaiknya tidak hanya

dilakukan dengan pendekatan hukum (legal approach) tapi juga dengan

pendekatan teknologi dan bisnis (business and technological approach).

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

7

Dalam kaitan dengan hal tersebut di atas, jelas pula bahwa

pengembangan sistem HKI nasional bukan saja menjadi tugas dan tanggung

jawab satu instansi, dalam hal ini Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual, tetapi juga perlu didukung oleh berbagai pihak. Jalinan kerja sama

dan koordinasi yang baik dengan berbagai instansi pemerintah terkait dan juga

kalangan swasta akan sangat membantu pencapaian tujuan sistem HKI

nasional. Hal yang tidak kalah penting adalah partisipasi masyarakat yang

semakin memahami dan sadar akan keberadaan dan pentingnya HKI.7

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis

dalam bentuk penelitian dengan judul sebagai berikut: “Perlindungan Hukum

Ekspresi Budaya Tradisional Untuk Kepentingan Komersial Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan hak kekayaan intelektual, maka di

dalam penelitian ini akan difokuskan pada perlindungan hukum terhadap

ekspresi budaya tradisional dari sudut pandang Undang-undang Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Kemudian mengambil contoh Reog

Ponorogo dan Angklung.

2. Rumusan Masalah

7 Ibid, h. 5-6.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

8

Mengacu pada latar belakang masalah maka rumusan masalah

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah perlindungan hukum mengenai ekspresi budaya

tradisional untuk kepentingan komersial menurut Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta?

b. Bagaimanakah implementasi ketentuan mengenai benefit sharing

sebagai bentuk perlindungan hukum ekspresi budaya tradisional?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar diperoleh tujuan antara lain:

a. Untuk mendeskripsikan perlindungan hukum mengenai ekspresi

budaya tradisional untuk kepentingan komersial menurut Undang-

undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

b. Untuk mendeskripsikan implementasi ketentuan mengenai benefit

sharing sebagai bentuk perlindungan hukum ekspresi budaya

tradisional.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada

seluruh kalangan akademisi bagi perkembangan ilmu hukum khususnya

hukum Hak Kekayaan Intelektual. Penelitian ini dapat menjadi aset

pengetahuan Hak Kekayaan Intelektual yang berguna serta dapat menjadi

aset pustaka untuk dilanjutkan pada penelitian sejenis. Hasil penelitian ini

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

9

dapat menjadi masukan terhadap hal hak kekayaan intelektual

sebagaimana perlu perlindungan hukum.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebelumnya pernah ada penelitian yang membahas mengenai

ekspresi budaya tradisional dan hak kekayaan intelektual di indonesia di

antaranya:

1. Judul, “Penerapan Pembayaran Royalti Bagi Pencipta Lagu Dalam Hak

Cipta Atas Kegiatan Usaha Karaoke Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia

(KCI)” yang disusun oleh Iffah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, yang membahas

mengenai pengaturan Hak Cipta dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia. Kemudian membahas hubungan dan pembayaran royalti antara

Yayasan Karya Cipta Indonesia dengan Pencipta dan Pengusaha Karaoke

sebagai Pengguna (User). Sementara penulis membahas mengenai

perlindungan hukum terhadap ekspresi budaya tradisional dalam

kepentingan komersial dan benefit sharing.

2. Judul, “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Upaya Perlindungan

Pengetahuan Tradisional Milik Negara Berkembang” yang disusun oleh

Rizki Kusumastuti, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2006,

yang membahas mengenai pentingnya pemberian perlindungan hukum

terhadap pengetahuan tradisional bagi negara-negara berkembang. skripsi

tersebut juga membahas mengenai perlindungan hukum terhadap

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

10

pengetahuan tradisional oleh WIPO, dan pengaturan berdasarkan UNCBD

dan TRIPs serta implementasi ketentuan-ketentuan UNCBD dan TRIPs

terhadap kasus-kasus penyalahgunaan (misappropriation) pengetahuan

tradisional milik negara berkembang. Yang membedakan skripsi ini

dengan penelitian yang diangkat oleh penulis adalah mengenai fokus

masalah dimana dalam penelitian akan menekankan pada perlindungan

hukum ekspresi budaya tradisional untuk kepentingan komersial menurut

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Kemudian

penulis juga membahas implementasi ketentuan mengenai benefit sharing

terhadap pengetahuan berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta. Jadi melihat skripsi terdahulu lebih menekankan pada

lingkup internasional karena di sana menyangkut negara-negara

berkembang, sementara penulis berdasarkan Undang-undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan TRIPs.

3. Judul, “Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar”, yang ditulis oleh

Tim Lindsey, dkk. Diterbitkan oleh PT Alumni pada tahun 2006. Buku ini

merupakan referensi yang cukup baik bagi mereka yang ingin mengetahui

aspek-aspek hukum Hak Kekayaan Intelektual dan cara-cara

penggunaannya. Dalam pembahasannya, buku tersebut juga menyediakan

contoh-contoh studi kasus yang terjadi di kehidupan nyata, sehingga

pembaca bisa mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang setiap

topik mengenai Hak Kekayaan Intelektual. Dalam buku ini juga

disinggung mengenai Perlindungan Pengetahuan Tradisional sehingga

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

11

dapat menambah wawasan dalam hal tersebut. Sistematika yang disajikan

oleh buku ini tidak terlalu sistematis karena susunan topic-topik yang

disajikan terkadang tidak berkesinambungan antara yang satu dengan yang

lainnya. Sehingga pembaca yang awam terhadap masalah-masalah dalam

Hak Kekayaan Intelektual akan sulit untuk memahami inti pembicaraan

dari buku ini secara keseluruhan. Secara fisik, buku ini dalam kondisi yang

cukup baik, karena halaman-halamannya masih lengkap dan tidak ada

yang tersobek sedikit pun.

E. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan :

Hak Cipta, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Hak

Cipta Nomor 28 Tahun 2014, adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa menurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pencipta, berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Hak Cipta

Nomor 28 Tahun 2014, adalah seorang atau beberapa orang yang secara

sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat

khas dan bersifat pribadi.

Ciptaan, berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Hak Cipta

Nomor 28 Tahun 2014, adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

12

pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan

dalam bentuk nyata.

Ekspresi Budaya Tradisional, berdasarkan pengertian yang

diberikan oleh WIPO (World Intellectual Property Organization), adalah

pengetahuan, know-how, keterampilan dan praktek yang dikembangkan,

dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat,

yang sering membentuk bagian dari identitas budaya atau spiritual dari

masyarakat tersebut.8

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar

dan diwariskan turun-menurun, diantara kolektif macam apa saja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh

yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnomenic

device).9

Indigenous people adalah pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat asli.10

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.

8 WIPO, Traditional Knowledge, diakses pada 8 Oktober 2014 dari

http://www.wipo.int/tk/en/tk/

9 James Danandjaja, Folklor Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002), h. 2.

10

Zainul Daulay, Pengetahuan Tradisional: Konsep, Dasar Hukum, Dan Praktiknya,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 23.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

13

Misappropriation diartikan sebagai penggunaan oleh pihak asing

dengan mengabaikan hak-hak masyarakat lokal atas pengetahuan tradisional

dan sumber daya hayati yang terkait, yang menjadi milik masyarakat yang

bersangkutan.11

F. Metode Penelitian

Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian yang dibagi atas:

1. Tipe Penelitian:

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif serta

pengumpulan data melalui studi kepustakaan12

yang digunakan adalah

bahan-bahan yang ada kaitannya dengan judul, di mana bahan-bahan yang

penulis dapatkan melalui buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan

judul/bahan-bahan kuliah, artikel-artikel majalah maupun surat kabar dan

sebagainya. Penulis juga menggunakan wawancara dan peraturan

perundang-undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.

2. Pendekatan Penelitian

Pada pendekatan undang-undang13

sehubungan kaitannya dengan

“Perlindungan Hukum Ekspresi Budaya Tradisional Untuk Kepentingan

Komersial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta” penulis merujuk pada Undang-undang Hak Cipta yaitu

11

Agus Sardjono, Hak Kekayaan Intelektual Dan Pengetahuan Tradisional, (Bandund:

PTAlmuni, 2010), h. 11.

12

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 65.

13

Ibid, h. 93.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

14

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Jika melihat

undang-undang yang ada lebih spesifik dapat melihat dalam undang-

undang hak cipta pasal 38 mengenai karya tradisional tersebut.

Dalam pendekatan historis, Indonesia telah ikut serta dalam

pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement

Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade

Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang

Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut

TRIPs, melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu,

Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic

and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan

Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World

Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak

Cipta WIPO), selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden

Nomor 19 Tahun 1997.

Saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 6 Tahun

1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor

28 Tahun 2014 yang selanjutnya disebut Undang-undang Hak Cipta.

Walaupun perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang

sesuai dengan TRIPs, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu

disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

15

di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan

karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya

tersebut di atas.

3. Sumber Penelitian (Bahan yang Dijadikan Rujukan)14

a. Bahan Hukum Primer

Untuk ketentuan yuridis, penulis menggunakan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan judul, yaitu Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2014.

b. Bahan Hukum Sekunder

Dalam penulisan ini penulis juga menggunakan berbagai buku

ilmiah, bahan kuliah, artikel-artikel baik dari majalah, surat kabar serta

hasil penelitian yang telah ada sesuai dengan judul.

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier yang digunakan penulis di antaranya

kamus hukum dan kamus lengkap bahasa Indonesia.

4. Metode Pengumpulan Data15

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode pengumpulan

data melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan

melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku

yang berkaitan dengan pasar modal, pendapat sarjana, surat kabar, artikel,

kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari internet.

5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

14

Ibid, h. 141-142. 15

Ibid, h. 141.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

16

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis secara

deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisa data

yang mengelompakan dan menyeleksi data yang diperoleh dari berbagai

sumber kepustakaan dan peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian,

kemudian dianalisa secara interpretative menggunakan teori maupun

hukum positif yang telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik

kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

6. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Ada pun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan, pada bab ini akan membahas latarbelakang,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

(review) kajian terdahulu, metode penelitian, kerangka konseptual serta

sistematika penulisan.

Bab II adalah Tinjauan Umum, bab ini akan membahas mengenai sejarah Hak

Kekayaan Intelektual, pengertian Hak Kekayaan Intelektual, tujuan Hak

Kekayaan Intelektual, dan pengertian ekspresi budaya tradisional.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

17

Bab III membahas tentang bentuk perlindungan hukum terhadap ekspresi

budaya tradisional. Yang memuat perlindungan ekspresi budaya tradisional

dalam undang-undang nasional dan secara umum.

Bab IV adalah Analisis, bab ini akan membahas mengenai penerapan konsep

benefit sharing untuk kepentingan komersial. Dalam bab ini membahas

penggunaan ekspresi budaya tradisional yang menyimpang (seperti Reog

Ponorogo dan Angklung). Selain itu, membahas benefit sharing dalam ekspresi

budaya tradisional.

Bab V adalah Penutup, bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dari

skripsi dan saran-saran yang dikemukakan dari hasil penelitian.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN

EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

A. Sejarah Hak Kekayaan Intelektual

Sejak awal tahun 1980-an, pembaharuan di bidang HKI terus

dilakukan oleh pemerintah Indonesia dimulai dari tiga cabang terbesar

HKI, yaitu: Hak Cipta, Merek, dan Paten, sampai dengan cabang-cabang

lainnya seperti Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu, dan Varietas Tanaman. Menanggapi pembaharuan yang

telah dilakukan oleh pemerintah, banyak pengamat HKI menilai kebijakan

itu lebih disebabkan karena faktor keterpaksaan dari pada kebutuhan.

Timbulnya anggapan demikian didasarkan pada pengamatan bahwa

pembaharuan muncul bukan atas kesadaran sendiri melainkan karena

tekanan dari negara-negara maju.

Seorang pengamat HKI, Christoph Antons menangkap kesan ini

dengan mengatakan bahwa “ketertarikan pemerintah Indonesia terhadap

hukum HaKI lebih disebabkan oleh tekanan dari negara-negara Barat,

terutama Amerika Serikat”. Pada pertengahan tahun 1990-an fokus diskusi

HKI mulai bergeser dari isu nasional ke isu internasional. Negara-negara

maju yang memprakarsai perlindungan HKI secara internasional mulai

menunjukan eksistensinya sedangkan negara-negara berkembang hanya

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

19

bisa pasrah dan menurut kemauan pihak-pihak industri besar setelah

mengalami berbagai kekalahan dalam beberapa lobi di tingkat

internasional.16

Terlebih setelah diluncurkannya perjanjian TRIPs, sebuah

perjanjian internasional tentang perlindungan HKI, ruang gerak untuk

menyuarakan ketaksetujuan atas kehadiran HKI, seperti tidak ada lagi.

Meskipun perjanjian TRIPs telah dihasilkan dan setiap negara yang

tergabung di dalam WTO telah sepakat untuk melindungi HKI sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan, keberadaan HKI di dalam perjanjian

tersebut tetap dianggap sebagai suatu yang berlebihan, terutama dari sudut

pandang negara-negara berkembang. Banyak pihak berpendapat bahwa

HKI sebenarnya adalah salah satu bentuk penjajahan baru yang diterapkan

oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang dan

terbelakang. A. Samuel Oddie di dalam sebuah tulisannya menyebutkan

bahwa perlindungan HKI di bawah perjanjian TRIPs sebagai sebuah

“bentuk penjajahan ekonomi yang sopan” (a polite form of economic

imperialism). Timbulnya pendapat yang demikian didasarkan pada fakta

bahwa keuntungan dan perlindungan HKI lebih dirasakan oleh negara-

negara maju ketimbang negara-negara berkembang. Akibatnya, banyak

negara berkembang yang bersikeras untuk melindungi HKI tidak seketat

negara-negara maju dengan pertimbangan untuk mengurangi monopoli

16 Tim Lindsey, ed., dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: PT.

Alumni, 2013), h. 73.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

20

perusahaan multinasional serta memperlancar proses alih teknologi ke

negara-negara berkembang.17

Fenomena di atas telah membawa kita pada suatu kesimpulan

bahwa dari sudut pandang negara-negara berkembang, HKI adalah topik

yang kontroversial dan bersifat dilematis. Jika perlindungan HKI

dilaksanakan secara ketat, pembangunan akan terhambat. Sebaliknya,

kurang memadainya perlindungan hukum di bidang HKI, akan menjadi

bumerang dan selanjutnya menjadi landasan kuat bagi World Trade

Organization untuk mengeluarkan sanksi dagang terhadap negara-negara

berkembang.

Sebagai konsekuensinya, manfaat HKI untuk negara-negara

berkembang selalu diperdebatkan dengan memfokuskan pada dampak

negatif yang ditimbulkan oleh sistem HKI, seperti mahalnya harga barang

dan isu alih teknologi dari negara maju ke negara berkembang. Keadaan

ini tentu kurang menguntungkan bagi negara-negara berkembang yang

nota bene adalah konsumen terbesar dari produk-produk yang sarat HKI.

Pertanyaan-pertanyaan penting pun kemudian muncul. Haruskah kita terus

menentang perlindungan HKI pasca perjanjian TRIPs ataukah kita

mencoba memanfaatkannya untuk kepentingan pembangunan? Jika kita

telah memilih sikap, langkah apa yang harus diambil? Menunggu bantuan

17 Ibid, h. 74.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

21

dari pihak asing ataukah mencoba berbenah dengan menggali potensi diri

sendiri?18

B. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

HKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-

karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas

manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.19

Hak kekayaan

intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang

bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.20

Jadi melihat dari

berbagai pengertian HKI, menurut penulis HKI merupakan hak

kepemilikan atas suatu benda atau karya yang timbul dari hasil kerja rasio

atau intelektual manusia. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan

tidak terwujud yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang

atau manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya

cipta, rasa, karsa, dan karyanya, yang memiliki nilai-nilai moral, praktis,

dan ekonomis. Pada dasarnya yang termasuk dalam lingkup HaKI adalah

segala karya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang

dihasilkan melalui akal atau daya pikir seseorang atau manusia tadi. Hal

18

Ibid, h. 75.

19

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung:PT. Alumni,

2003), h. 2.

20

H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

22

inilah yang membedakan HaKI dengan hak-hak milik lainnya yang

diperoleh dari alam.

Karya-karya intelektual tersebut, apakah di bidang ilmu

pengetahuan, ataukah seni, sastra, atau teknologi, dilahirkan dengan

pengorbanan tenaga, waktu dan bahkan biaya. Adanya pengorbanan

tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai.

Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, nilai

ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi property terhadap karya-

karya intelektual tadi. Bagi dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai

assets perusahaan.21

Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya

itu berupa benda immateril. Benda tidak berwujud. Kita ambil misalnya

karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan

pekerjaan otak. Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk

menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga

kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Fungsi ini

disebut sebagai fungsi nonverbal, metaforik, intuitif, imajinatif dan

emosional. Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu

memproses informasi secara simultan.

21

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual,(Bandung: PT Alumni,

2003), h. 2-3.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

23

Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas.

Orang yang optimal memerankan kerja otaknya disebut sebagai orang

yang terpelajar, mampu menggunakan rasio, mampu berpikir secara

rasional dengan menggunakan logika (metode berpikir, cabang filsafat),

karena itu hasil pemikirannya disebut rasional atau logis. Orang yang

tergabung dalam kelompok ini disebut kaum intelektual.22

Tidak semua orang dapat dan mampu mempekerjakan otak (nalar,

rasio, intektual) secara maksimal. Oleh karena itu tak semua orang pula

dapat menhasilkan intellectual property rights. Hanya orang yang mampu

mempekerjakan otaknya sajalah yang dapat menghasilkan hak kebendaan

yang disebut sebagai intellectual property rights. Itu pulalah sebabnya

hasil kerja otak yang membuahkan Hak Kekayaan Intelektual itu bersifat

eksklusif. Hanya orang tertentu saja yang dapat melahirkan hak semacam

itu. Berkembangnya peradaban manusia, dimulai dari kerja otak itu.

Dalam kepustakaan hukum Anglosaxon ada dikenal sebutan

intellectual property rights. Kata ini kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi “Hak Milik Intelektual”, yang sebenarnya

menurut hemat penulis lebih tepat kalau diterjemahkan menjadi “Hak

Kekayaan Intelektual”. Alasannya adalah kata “hak milik” sebenarnya

sudah merupakan istilah baku dalam kepustakaan hukum. Padahal tidak

semua Hak Atas Kekayaan Intelektual itu merupakan hak milik dalam arti

22

H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010),

h. 9-10.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

24

yang sesungguhnya. Bisa merupakan hak untuk memperbanyak saja, atau

untuk menggunakannya dalam produk tertentu dan bahkan dapat pula

berupa hak sewa (rental rights), atau hak-hak lain yang timbul dari

perikatan seperti lisensi, hak siaran, dan lain sebagainya.23

C. Tujuan Hak Kekayaan Intelektual

Hasil dari kejeniusan manusia (juga disebut karya intelektual) telah

memberi banyak hal yang kita butuhkan untuk menjalani kehidupan

dengan cara lebih baik, mulai dari rumah tempat kita tinggal, peralatan

rumah, pakaian, peralatan elektronik, komunikasi, transportasi, peralatan

kantor dan masih banyak hal lain. Hal-hal tersebut merupakan hasil karya

intektual mereka yang terus menciptakan kreasi, sehingga membuat hidup

kita menjadi lebih enak. Kalau mereka tidak mendapatkan insentif atas

pembuatan karya intelektual maka akan menyebabkan mereka malas untuk

berkreasi. Oleh karena itu perlindungan dibutuhkan untuk mereka yang

telah menginvestasikan tenaga, waktu dan uangnya dalam rangka

menciptakan karya intektual tersebut.24

Manfaat sistem HKI. Manfaat perlindungan terhadap karya

intelektual dapat dilihat dari beberapa sudut kepentingan. Bagi penghasil

23 Ibid, h. 10-11.

24

Hak kekayaan intelektual dan perkembangannya: prosiding rangkaian Lokakarya

Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis lainnya tahun 2004: Jakarta

10-11 Februari 2004/tim editor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, Jakarta: Pusat Pengkajian

Hukum, 2004, h. 3.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

25

karya intelektual, guna melindungi investasi dalam bentuk waktu, tenaga

dan pikiran yang telah dicurahkan dalam menghasilkan karya intelektual

agar mereka dapat menikmati pendapatan ekonomi/keuntungan dari

komersialisasi hasil karya inteltualnya.

Bagi pelaku usaha, dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

membangun daya kompetisi usaha. Sistem HKI sebenarnya monopoli

yang diberikan negara untuk menggunakan suatu karya intelektual untuk

jangka waktu tertentu dan cara tertentu. Maka dengan adanya sistem HKI

bagi pelaku usaha adalah membangun daya kompetisi karena monopoli

usaha terbangun. Bagi masyarakat luas, secara tidak langsung mereka

mendapatkan manfaat berupa tersedianya produk-produk yang lebih baik,

lebih berkualitas dan lebih kompetitif dari berbagai hasil inovasi yang

diproduksi oleh para pelaku usaha tersebut.25

Bagi negara, secara tidak langsung perlindungan karya intelektual

yang diberikan oleh sistem HKI dapat menstimulasi lahirnya atau

terjadinya alih penemuan, inovasi dan kreasi yang mendukung

pertumbuhan perekonomian nasional. Contoh yang cukup inspiratif adalah

negara Jepang, mengapa Jepang bisa maju seperti saat ini? Setelah perang

dunia kedua jepang secara militer dihajar habis-habisan. Selain itu untuk

bangkit secara ekonomi kendalanya Jepang tidak memiliki sumber daya

alam juga minimnya sumber daya manusia, maka satu-satunya jalan

25 Ibid, h. 3-4.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

26

adalah membangun melalui industri. Jepang mengeluarkan suatu regulasi

yaitu second hand policy yang merupakan larangan untuk mengimpor

barang-barang baru. Alasannya adalah barang-barang bekas akan mudah

rusak sehingga mereka terpaksa untuk memperbaikinya maka mereka akan

mengetahui bagaimana membuat barang yang lebih baik lagi. Tujuan

kebijakan ini adalah untuk membangun budaya inovasi, hal ini sesuai

dengan prinsip jepang, yaitu copied, improved and innovation, jadi ditiru

dahulu, di-improved kemudian dikembangkan dengan lebih baik.26

Tujuan HKI bagi Pembangunan Indonesia secara umum, ada

beberapa manfaat yang diperoleh dari suatu sistem HKI yang baik, yaitu:27

1. HKI meningkatkan posisi perdagangan dan investasi;

2. HKI mengembangkan teknologi;

3. HKI mendorong perusahaan untuk dapat bersaing secara

internasional;

4. HKI dapat membantu komersialisasi inventoran dan inovasi secara

efektif;

5. HKI dapat mengembangkan sosial budaya;

6. HKI dapat menjaga reputasi Internasional untuk kepentingan

ekspor.

26 Ibid, h. 5.

27

Tim Lindsey, ed., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: PT Alumni,

2006), h. 78.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

27

Keuntungan yang ditawarkan oleh sistem HKI menjangkau bidang

yang sangat luas, tidak hanya di bidang ekonomi dan teknologi, tetapi juga

di bidang sosial dan budaya. Hal ini tidak mengherankan mengingat HKI

itu sendiri terdiri dari beberapa cabang yang berbeda. Misalnya, Hak

Cipta, sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan, seni dan sastra

sedangkan paten berhubungan dengan inventoran di bidang teknologi.

Eric H.Smith juga menegaskan bahwa manfaat HKI sangat erat

kaitannya dengan ekonomi dan investasi. Menurutnya, pelaksanaan HKI

yang baik akan membawa manfaat bagi sebuah negara karena beberapa

alasan berikut, diantaranya yaitu:

1. HKI mempercepat terjadinya penanaman modal ke sebuah negara

baik domestik maupun asing;

2. HKI meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik suatu negara.

1. Mempercepat masuknya penanaman modal asing

Saat ini disepakati bahwa ada hubungan yang sangat

signifikan antara perlindungan HKI dengan masuknya investor

asing ke sebuah negara. Berdasarkan studi yang dilaksanakan di

Amerika, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan

Amerika menempatkan isu perlindungan HKI sebagai faktor yang

penting sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya ke

sebuah negara yang akan dijadikan mitra dagangnya. Berdasarkan

argumentasi ini dapat disimpulkan bahwa semakin baik perangkat

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

28

hukum HKI dan penegakannya, semakin besar pula minat para

investor untuk menanamkan modalnya ke negara tersebut.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik

Adanya hubungan yang erat antara perlindungan HKI

dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik di sebuah

negara, sudah tidak dapat disangkal lagi. Misalnya, Amerika

Serikat mendapatkan keuntungan secara ekonomi dalam jumlah

yang besar dari produk-produk HKI. Sebagai ilustrasi, industri-

industri negara adikuasa tersebut memperoleh pemasukan sebesar

lebih US$ 8 milyar per tahun melalui pembayaran royalty. Eric H.

Smith, ketua perhimpunan HKI internasional, juga sepakat bahwa

produk-produk HKI memberikan sumbangan yang besar bagi

pembangunan ekonomi dan industri Amerika Serikat. Menurutnya,

industri-industri initi di bidang Hak Cipta mampu menyumbang

kira-kira 3,7% dari pendapatan per kapita Amerika Serikat. Di

bidang tenaga kerja, industri tersebut juga berhasil mempekerjakan

3 juta orang atau 2,5% dari angkatan kerja Amerika Serikat.28

Berdasarkan paparan tersebut, pertanyaan penting yang muncul

adalah keuntungan apa yang dapat diperoleh Indonesia dari adanya sistem

perlindungan HKI yang efektif? Tidak dapat diargukan lagi, ada beberapa

28 Ibid, h. 79.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

29

manfaat utama yang dapat diperoleh Indonesia jika mampu

mengoptimalkan perlindungan HKI, yaitu:

1. Membantu menarik minat para investor asing masuk ke Indonesia;

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan

datang;

3. Mengembangkan teknologi, inovasi dan kreasi.

Manfaat tersebut perlu dioptimalkan mengingat saat ini Indonesia

sedang mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan dan perlu jalan

alternatif untuk dapat keluar dari keadaan tersebut.

Bergantung pada sumberdaya alam untuk membiayai

pembangunan negara sudah tidak dapat dijadikan sandaran utama karena

sifatnya yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, alternatif utama

bagi perolehan devisa negara selain sumberdaya alam, perlu dirintis mulai

dari sekarang. Dari sekian banyak alternatif yang tersedia, agaknya HKI

dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan negara karena prospeknya

sangat menjanjikan di masa yang akan datang.

Disamping itu, fakta membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah

bangsa yang sangat kreatif serta memiliki keterampilan yang sangat tinggi

di bidang tari, musik, seni rupa maupun seni patung yang sangat potensial

untuk mendapatkan perlindungan Hak Cipta. Demikian juga dengan karya

cipta yang dihasilkan oleh pengrajin-pengrajin di bidang seni sangat

potensial untuk dilindungi dengan UU Desain Industri. 29

29

Ibid, h. 81.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

30

Uraian tentang manfaat sistem HKI ini juga dapat menepis

pandangan pesimis tentang kehadiran HKI di Indonesia. Banyak pihak

yang berpendapat bahwa Indonesia belum saatnya menerapkan HKI

karena tingkat pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi tidak

semaju negara-negara lain yang sudah terlebih dahulu lepas landas menuju

masyarakat industri. Untuk menguatkan pendapat mereka, para pengamat

juga menyodorkan beberapa kasus yang menunjukkan bahwa HKI lebih

banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan kepada Indonesia.30

D. Pengertian Ekspresi Budaya Tradisional

Istilah traditional knowledge adalah istilah umum yang mencakup

ekspresi kreatif, informasi, dan know how yang secara khusus mempunyai

ciri-ciri sendiri dan dapat mengidentifikasi unit sosial. Dalam banyak cara,

bentuk knowledge tidak seperti yang ada dalam istilah bahasa Inggris

sehari-hari. Bentuk khusus dari knowledge merujuk kepada lingkungan

pengetahuan tradisional (traditional environment knowledge).

Traditional knowledge mulai menjadi berkembang dari tahun ke

tahun seiring dengan pembaruan hukum dan kebijakan, seperti kebijakan

pengembangan pertanian, keanekaragaman hayati (biological diversity),

dan kekayaan intelektual (intellectual property). Masalah ini banyak

30

Ibid, h. 82.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

31

menjadi diskursus di lingkungan organisasi internasional, seperti UNDP,

UNESCO, dan World Bank.31

Menurut UUHC, yang dimaksud dengan "ekspresi budaya

tradisional" mencakup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi sebagai

berikut:

1. verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa

maupun puisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang

dapat berupa karya sastra ataupun narasi informatif;

2. musik, mencakup antara lain, vokal, instrumental, atau kombinasinya;

3. gerak, mencakup antara lain, tarian;

4. teater, mencakup antara lain, pertunjukan wayang dan sandiwara

rakyat;

5. seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang

terbuat dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam,

batu, keramik, kertas, tekstil, dan lain-1ain atau kombinasinya; dan

6. upacara adat.

Ekspresi budaya tradisional termasuk juga pengetahuan tradisional

yang secara lingkup internasional, mengandung pengertian atas

pengetahuan tradisional (traditional knowledge) dapat dilihat secara

31 Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 26-27.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

32

lengkap dalam Article 8 J Traditional Knowledge, Innovations, and

Practices Introduction yang menyatakan:32

Traditional knowledge refers to the knowledge, innovation and

practice of indogenous and local communities around the world.

Developed from experience gained over the centuries and adapted

to the local culture and environment, traditional knowledge is

transmitted orally from generation to generation. It tends to be

collectively owned and takes the form of stories, songs, folklore,

proverbs, cultural values, beliefs, rituals, community laws, local

language, and agricultural practices, including the development of

plant species and animal breeds. Traditional knowledge is mainly

of a practical nature, particulary in such field as agriculture,

fisheris, health, horticulture, and foresty. (Pengetahuan tradisional

merujuk pada pengetahuan, inovasi, dan praktik dari masyarakat

asli dan lokal di seluruh dunia. Dikembangkan dari pengalaman

melalui negara-negara dan diadaptasi ke budaya lokal dan

lingkungan, pengetahuan tradisional ditransmisikan secara lisan

dari generasi ke generasi. Hal itu menjadi kepemilikan secara

kolektif dan mengambil bentuk cerita, lagu, foklore, peribahasa,

nilai-nilai budaya, keyakinan, ritual, hukum masyarakat, bahasa

daerah dan praktik pertanian, mencakup pengembangan spesies

tumbuhan dan keturunan binatang. Pengetahuan tradisional

utamanya merupakan praktik alamiah, secara khusus seperti dalam

wilayah pertanian, perikanan, kesehatan, hortikultura dan

kehutanan).

Sementrara itu masyarakat asli sendiri memiliki pemahaman

sendiri yang dimaksud dengan traditional knowledge. Menurut mereka

traditional knowledge adalah:33

1. Traditional knowledge merupakan hasil pemikiran praktis yang

didasarkan atas pengajaran dan pengalaman dari generasi ke generasi.

32 Convention on Biological Diversity, Traditional Knowledge, diakses pada 17 Maret

2015 dari http://www.cbd.int/traditional/intro.shtml

33

Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum,(Jakarta: PT

RajaGrafindoPersada, 2005), h. 29.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

33

2. Traditional knowledge merupakan pengetahuan di daerah

perkampungan.

3. Traditional knowledge tidak dapat dipisahkan dari masyarakat

pemegangnya, meliputi kesehatan, spiritual, budaya, dan bahasa dari

masyarakat pemegang. Hal ini merupakan way of life. Traditional

knowledge lahir dari semangat untuk bertahan (survive)

4. Traditional knowledge memberikan kredibilitas pada masyarakat

pemegangnya.

Dari pemahaman ini, traditional knowledge dapat diartikan sebagai

pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat daerah atau tradisi

yang sifatnya turun-menurun. Pengetahuan tradisional itu sendiri ruang

lingkupnya sangat luas, dapat meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur,

dan lain sebagainya.34

Menurut Douglas Nakashima, traditional knowledge adalah ilmu

pengetahuan yang menjadi bagian dari sistem keilmuan yang menjangkau

budaya dan cara hidup masyarakat dan merupakan warisan intelektual.35

Dari berbagai pengertian mengenai pengetahuan tradisional atau

traditional knowledge, menurut penulis pengetahuan tradisional adalah

ilmu pengetahuan, ekspresi kreatif, dan praktik yang dimiliki oleh

masyarakat asli yang menjangkau budaya dengan sifatnya turun menurun

dan merupakan warisan intelektual.

34

Ibid.

35

Henry Soelistyo, Hak Kekayaan Intelektual: Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi, (Jakarta:

Penaku, 2014) h. 82.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

34

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari adanya perlindungan

terhadap pengetahuan tradisioanal. Perlindungan tersebut dapat memberi

pencipta atau pemegangnya pengakuan yang berguna untuk kontribusi

perkembangan pengetahuan tradisional itu sendiri, dan juga kuasa atas

pemanfaatannya. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari perlindungan

terhadap pengetahuan tradisional antara lain:36

1. Menghilangkan atau mengurangi ketidakadilan;

2. Mencegah penggunaan pengetahuan tersebut melalui cara-cara yang

tidak berkenan bagi pemilik aslinya;

3. Pengakuan atas nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan

tradisional;

4. Meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal;

5. Penyebaran manfaat pengetahuan tradisional ke seluruh dunia;

6. Melindungi atau memelihara lingkungan.

Bagi Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang yang

memiliki keanekaragaman hayati dan budaya, perlindungan terhadap

pengetahuan tradisional memiliki nilai strategis. Nilai strategis tersebut

dapat dilihat dari segi budaya, ekonomi, dan sosial. Dari segi budaya,

adanya perlindungan terhadap pengetahuan tradisional Indonesia maka

kelestarian budaya Indonesia dapat tercapai. Dari segi sosial, dengan

perlindungan terhadap pengetahuan tradisional, maka pelestarian nilai-

36

Rizki Kusumastuti, ”tinjauan hukum internasional terhadap upaya perlindungan

pengetahuan tradisional milik negara-negara berkembang, (Skripsi S1 Fakultas Hukum,

Universitas Indonesia, 2006), h. 52.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

35

nilai sosial akan terjaga dan terpelihara. Bagi segi ekonomi, dengan

dilakukannya perlindungan terhadap pengetahuan tradisional, maka nilai

ekonomi yang akan dihasilkan dari pengetahuan tradisional akan memiliki

nilai tambah dalam hal ini devisa negara dapat ditingkatkan. Dengan

melakukan perlindungan terhadap pengetahuan tradisional milik bangsa

Indonesia, maka peluang untuk dapat melakukan persaingan global akan

dapat dilakukan.37

“Indigenous Peoples” adalah istilah yang disepakati dalam hukum

internasional untuk menyebut suatu entitas masyarakat yang mempunyai

karakteristik tersendiri karena latar belakang sejarah, ekonomi, sosial dan

budayanya. Secara harfiah istilah tersebut diterjamahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi “masyarakat asli”. Sebagian penulis ada yang

menggunakan istilah “masyarakat asli”, dan sebagian lainnya

menggunakan istilah “masyarakat adat”, “bumi putra”.38

Sesuai dengan konteks historis dan sosio-politiknya, ada banyak

istilah yang berbeda yang digunakan secara endemik dari satu wilayah ke

wilayah lain sebagai padanan kata “indigenous peoples”. Misalnya,

“aborigines”, “native peoples”, “ethnic minorities”, “first peoples” and

“autochthonous”. Istilah masyarakat asli (indigenous peoples) digunakan

oleh organisasi buruh internasional (International Labor Organization-

ILO) untuk pertama kali. Konvensi-konvensi organisasi internasional ini,

37

Ibid, h 53-54.

38

Zainul Daulay, Pengetahuan Tradisional: Konsep, Dasar Hukum, dan Praktiknya,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 39-40.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

36

misalnya, menggunakan dua istilah sekaligus yakni „indigenous peoples‟

dan „tribal peoples‟. Pada mulanya, organisasi ini telah

merekomendasikan agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga merujuk

dan menggunakan kedua istilah tersebut, tapi dalam kenyataannya PBB

hanya menggunakan satu kata saja, yakni, “indigenous peoples”.

Selanjutnya, dalam praktiknya, istilah “indigenous peoples”

digunakan secara luas. Masyarakat internasional, baik pemerintahan

negara-negara nasional, organisasi internasional termasuk LSM (Non-

Governmental Organization-NGO) sudah menggunakan istilah ini secara

umum.39

39 Ibid, h. 40-41.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

37

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA

TRADISIONAL

A. Ekspresi Budaya Tradisional Dalam Undang-Undang Hak Cipta

1. Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

Indonesia telah mempunyai perangkat perundang-undangan

nasional yang lebih sesuai dengan kewajiban-kewajiban internasionalnya

dan lebih kuat dasar hukumnya bagi penegakan perlindungan HKI di

Indonesia. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hingga

sampai dewasa ini, penegakan hukum hak cipta masih menghadapi

kendala-kendala yang cukup berat. Ada beberapa penyebab (causa) yang

menjadikannya demikian. Yaitu, masih kurangnya budaya atau etika

bangsa Indonesia untuk mau menghargai ciptaan seseorang; dan kurang

pemahaman masyarakat dan penegak hukum tentang arti dan fungsi hak

cipta; serta kurangnya fungsi pencegahan (deterrent) dari UUHC yang

lama.

Penyebab-penyebab ini masih ditambah lagi dengan penyebab lain

yang berupa kurangnya koordinasi diantara para penegak hukum

Kepolisian, Kejaksaan, Hakim, Instansi Bea Cukai dan instansi terkait

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

38

lainnya yang membidangi persoalan pelaksanaan dan strategi penegakan

hukum Hak Cipta.40

Teknologi digital yang telah berkembang demikian pesatnya pada

akhir-akhir ini, menjadikan tersedianya pelbagai peralatan berteknologi

canggih yang berkemampuan menggandakan suatu produk bermuatan HKI

secara akurat, tidak sulit, cepat dan dengan biaya produksi rendah serta

tidak padat karya. Dan bagi seorang pebisnis yang bercita-cita mendapat

keuntungan besar dalam waktu singkat dengan biaya produksi rendah,

mudah dan segera mendapat keuntungan besar dan cepat tentunya akan

mengambil peluang bisnis yang menjanjikan ini, walaupun beresiko besar

melanggar rambu-rambu perundang-undangan yang berlaku. Keadaan

yang demikian ini membuka kesempatan mempermudah terjadinya

pelanggaran berupa pembajakan produk-produk industri hiburan

berkandungan hak cipta semakin merajalela akhir-akhir ini.41

Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(disingkat UUHC), Hak Cipta, berdasarkan Pasal 1 angka 1, adalah hak

eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa

mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

40

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: PT. Alumni, 2005), h. 258-259.

41

Ibid, h.259.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

39

Dari batasan mengenai hak cipta tersebut dapat diketahui unsur-

unsur dan sifat hak cipta sebagai berikut.42

a. Hak cipta adalah suatu hak eksklusif (exclusive rights) berupa hak

yang bersifat khusus, bersifat istimewa yang semata-mata hanya

diperuntukkan bagi pencipta atau pemegang hak cipta sehingga

tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa

izin pencipta atau pemegang hak cipta.

b. Fungsi hak cipta bagi pencipta atau pemegang hak cipta adalah

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dan atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya tersebut.

c. Ada pembatasan-pembatasan dalam hal penggunaan hak cipta yang

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Dalam hal

melaksanakan hak eksklusif pencipta berupa hak mengumumkan

atau memperbanyak ciptaan atau memberi izin pada pihak lain

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tidak sebebas-

bebasnya. Namun dibatasi oleh ketentuan/hukum dalam UUHC itu

sendiri. Hal itu menunjukkan bahwa dalam hak cipta terkandung

fungsi sosial. Dalam penggunaan dan pemanfaatannya, hendaknya

mempunyai fungsi sosial.

42

Adami Chazawi, Tindak Pidana Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), (Malang:

Bayumedia Publishing, 2007), h.14.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

40

d. Hak cipta merupakan benda bergerak yang tidak berwujud (benda

immateriil) yang dapat dialihkan atau beralih pada pihak lain, baik

seluruhnya maupun sebagian.

Perlindungan hukum terhadap hak cipta menurut UUHC selain

bersifat administratif juga bersifat perdata, dan pidana. Dimuatnya hak-hak

pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengajukan gugatan perdata ke

pengadilan niaga dan apa yang dapat dimintakan dalam gugatan (petitum)

merupakan wujud perlindungan hukum bagi pencipta atau pemegang hak

cipta dari pelanggaran-pelanggaran yang bersifat perdata terhadap hak

cipta.43

Rancangan Undang-undang Hak Cipta telah ditetapkan menjadi

undang-undang. Undang-undang Hak Cipta yang baru ini (“UU Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”) akan mengganti Undang-undang No. 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Berikut telah dipaparkan perbandingan

secara umum mengenai hak cipta yang terdapat dalam kedua undang-

undang tersebut.

Perbandingan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Dengan

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Tabel 1

UU No 28 Tahun 2014

UU No 19 Tahun 2002

Masa berlaku 70 Tahun 50 Tahun

43 Ibid, h. 15.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

41

Hak ekonomi Pengelola tempat

perdagangan dilarang

membiarkan penjualan

dan/atau penggandaan

barang hasil pelanggaran

hak cipta

Tidak diatur

Pengalihan hak ekonomi Pewarisan, hibah, wakaf,

wasiat, perjanjian

tertulis, sebab lain yang

dibenarkan UU, objek

jaminan fidusia

Pewarisan, hibah, wasiat,

perjanjian tertulis, sebab

lain yang dibenarkan UU

Penyelesaian sengketa Mediasi, arbitrase,

pengadilan, delik aduan

untuk tuntutan pidana

Pengadilan niaga,

arbitrase, alternatif

penyelesaian sengketa

Ketentuan lain Lembaga manajemen

kolektif

Tidak diatur

Persamaan yang terdapat dalam UUHC yang lama dengan yang

baru, sama-sama mengatur mengenai hak cipta. UUHC lama dan baru

keduanya mengatur hak cipta berdasarkan sifatnya dari hak cipta yaitu

mengandung hak moral dan hak ekonomi. Keduanya juga mengatur

tentang pengalihan dan berakhirnya hak cipta.

Dari persamaan diatas terdapat pula beberapa perbedaan dari isi

keduanya, jika dibandingkan dengan tindak pidana dalam UUHC yang

lama, maka tindak pidana hak cipta sekarang lebih banyak dan lebih

sempurna.

Peran dan fungsi hukum pidana semakin kuat dalam memberi

perlindungan hukum terhadap hak cipta. Sebagaimana kenyataan selama

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

42

ini, penegakkan hukum hak cipta masih menghadapi kendala yang cukup

berat. Dikatakan Eddy Damian, penyebabnya ialah kurangnya budaya atau

etika bangsa Indonesia untuk mau menghargai ciptaan seseorang dan

kurang pemahaman masyarakat dan penegakan hukum tentang arti dan

fungsi hak cipta; serta kurangnya fungsi pencegahan (deterrent) dari

UUHC yang lama.44

Selain itu, sebagai benda bergerak, baik dalam UU No. 19 Tahun

2002 dan UU Hak Cipta Baru diatur mengenai cara mengalihkan hak

cipta. Akan tetapi dalam Pasal 16 ayat UU Hak Cipta Baru ditambahkan

bahwa hak cipta dapat dialihkan dengan wakaf dan dapat dijaminkan

dengan jaminan fidusia. Dalam UU Hak Cipta Baru juga ada yang

namanya Lembaga Manajemen Kolektif. Lembaga Manajemen Kolektif,

yakni institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh

pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna

mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan

mendistribusikan royalti (Pasal 1 angka 22 UU No. 28 Tahun 2014).45

2. Pengaturan Hukum Mengenai Ekspresi Budaya Tradisional

Indonesia adalah salah negara berkembang yang memiliki banyak

sumber daya hayati dan ekspresi budaya tradisional. Namun perlindungan

terhadap sumber daya hayati dan terutama ekspresi budaya tradisional

44 Ibid, h.17.

45

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54192d63ee29a/ini-hal-baru-yang-diatur-

di-uu-hak-cipta-pengganti-uu-no-19-tahun-2002

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

43

Indonesia belum maksimal. Ini dapat dilihat dari belum adanya ketentuan

khusus yang dibuat Pemerintah Indonesia untuk melindungi ekspresi

budaya tradisionalnya.46

Indonesia menjadi salah satu negara peserta pendiri (original

member) WTO sebagai sebuah lembaga formal. Terbentuknya WTO

didasari oleh keinginan kuat negara-negara memulihkan kembali

perekonomian yang hancur setelah Perang Dunia II. Perjanjian TRIPs

adalah salah satu kesapakatan yang dicapai dalam perundingan General

Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang melahirkan World Trade

Organisation Agreement (WTO).

TRIPs merupakan instrumen hukum internasional. Berdasarkan

Statuta of International of Justice (ICJ) atau Statuta Mahkamah

Internasional, perjanjian merupakan salah satu sumber pokok hukum

internasional. Namun, TRIPs bukanlah titik awal tumbuhnya konsep Hak

Kekayaan Intelektual. Berbagai konvensi internasional telah sejak lama

dilahirkan, dan telah beberapa kali diubah. Yang signifikan dan menjadi

dasar utama bagi konsep Industrial Property adalah Paris Convention for

The Protection of Industrial Property (“Paris Convention”). Sedangkan

untuk bidang copyright adalah Berne Convention for The Protection of

Literary and Artistic Works (“Berne Convention”). Seperti tampak dari

dua konvensi diatas secara tradisional hak kekayaan intelektual terbagi

46

Riski Kusumastuti, “tinjuan hukum internasional terhadap upaya perlindungan

pengetahuan tradisional milik negara-negara berkembang”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum,

Univesitas Indonesia, 2006), h. 106.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

44

atas: industrial property, meliputi antara lain paten, merek, dan desain

industri; serta copyright and related rights.47

Menurut TRIPs adanya batas antara kekayaan intelektual dengan

pengetahuan tradisional dapat dilihat dari sifat kepemilikannya, yaitu

bersifat kolektif atau komunal. TRIPs merupakan suatu kompromi, sebuah

kesepakatan yang akan menimbulkam suatu permintaan untuk

merendahkan atau meninggikan adanya suatu perlindungan di hampir

seluruh kekayaan intelektual. WIPO didirikan berdasarkan konvensi yang

ditandatangani di Stockholm pada tanggal 14 Juli 1967 yang bernama

Convention Establishing the World Intellectual Property Organization

berlaku pada tahun 1970 dan menjadi badan khusus PBB pada bulan

Desember 1974.48

Pada tahun 1989 anggota WIPO telah mencapai 123 negara di

antaranya: Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Organisasi ini merupakan

organisasi antar pemerintah yang berkedudukan di Jenewa. WIPO

bertugas untuk mengembangkan usaha-usaha perlindungan terhadap hak

milik intelektual, meningkatkan kerjasama antar negara dan organisasi-

organisasi internasional. Menurut Konvensi WIPO yang termasuk ke

47

Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung: PT

Alumni, 2005), h.21-22.

48

Taryana Soenandar, Perlindungan HAKI (Hak Milik Intelektual) Di Negara-negara

ASEAN, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 7.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

45

dalam ruang lingkup Intellectual Property Rights (IPR) terdiri dari dua

unsur yaitu:49

a. Hak Milik Perindustrian (Industrial Property Right) yang

meliputi paten, merek dagang, dan desain industri.

b. Hak cipta yang meliputi hasil-hasil karya kesusastraan, musik,

fotografi dan sinematografi.

Ada dua fungsi WIPO yang pokok yaitu pertama fungsi

pengembangan, dan fungsi administratif. Fungsi pertama dari WIPO

dilakukan melalui kegiatan-kegiatan dalam rangka: (1) memprakasai

pembuatan perjanjian internasional, (2) memberikan informasi-informasi

tentang perkembangan dan masalah-masalah IPR kepada negara peserta,

dan (3) memberikan bantuan teknik kepada negara-negara berkembang.

Fungsi yang kedua adalah fungsi administratif sebagai badan sentral bagi

administratif keanggotaan WIPO dalam perjanjian-perjanjian

internasional, kegiatannya dilaksanakan oleh alat-alat perlengkapan

administratif khusus. Tugas administratif tersebut antara lain mendaftarkan

negara-negara yang menjadi peserta perjanjian internasional di bawah

WIPO.50

Dalam lingkup internasional, ekspresi budaya tradisional masih

menjadi pembahasan sehingga peraturan mengenai perlindungan ekspresi

49

Ibid, h. 8.

50

Ibid.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

46

budaya tradisional belum diformulasikan dalam suatu produk hukum.

Namun, dalam situs WIPO telah dipaparkan sekilas mengenai keharusan

dalam melindungi ekspresi budaya tradisional.

Dalam situs WIPO, dijelaskan bahwa,51

“Protection” of TK in the IP (Intellectual Property) sense may

mean the protection of TK against their misuse or misappropriation,

such as their copying, adaptation or use by unauthorized third

parties. The objective of protection, in short, is to make sure that the

intellectual innovation and creativity embodied in TK are not

wrongly used. IP protection can mean recognizing and exercising

exclusive rights, i.e., excluding others from making certain uses of

TK. IP protection can also include non-proprietary forms of

protection like moral rights, equitable compensation schemes and

protection against unfair competition.“Protection” is therefore

different from “preservation” or “safeguarding,” which are the

identification, documentation, transmission, revitalization and

promotion of cultural heritage in order to ensure its maintenance or

viability. The objective, in that case, is to make sure that the TK do

not disappear and are maintained and promoted. “Protection,”

“preservation” and “safeguarding” are not mutually exclusive.

Having different objectives, they may be implemented in conjunction

with one another and help promote each other, for example, through

documentation or inventory-making.

("Perlindungan" dari TK dalam arti IP (Intellectual Property)

diartikan sebagai perlindungan TK terhadap penyalahgunaan atau

penyelewengan, seperti menyalin, mengadaptasi atau penggunaan

oleh pihak ketiga yang tidak berwenang. Tujuan perlindungan,

singkatnya, adalah untuk memastikan bahwa inovasi dan kreativitas

intelektual yang diwujudkan dalam TK tidak disalahgunakan.

Perlindungan IP berarti mengakui dan melaksanakan hak eksklusif,

yaitu, mengecualikan pihak lain terhadap penggunaan TK tertentu.

Perlindungan IP juga dapat mencakup bentuk perlindungan non-

proprietary seperti hak moral, skema kompensasi yang adil dan

perlindungan terhadap persaingan tidak sehat. "Perlindungan" Oleh

karena itu berbeda dari "pelestarian" atau "pengamanan," yang

merupakan identifikasi, dokumentasi, transmisi, revitalisasi dan

promosi warisan budaya untuk memastikan perawatan atau

kelangsungan hidup. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa

TK tidak hilang dan dapat dipertahankan serta dipromosikan.

51

http://www.wipo.int/tk/en/resources/faqs.html

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

47

"Perlindungan," "pelestarian" dan "pengamanan" tidak selalu

bersifat eksklusif. Mereka memiliki tujuan yang berbeda, dimana

dapat diimplementasikan dalam hubungannya dengan satu sama lain

dan membantu mempromosikan satu sama lain, misalnya, melalui

dokumentasi atau persediaan keputusan.)

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlindungan

ekspresi budaya tradisional sudah merupakan agenda penting dalam

perkembangan HKI. Sehingga hal itu yang merupakan dasar dari

pengaturan mengenai perlindungan ekspresi budaya tradisional dalam

hukum nasional.

B. Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional

Selama ini, perlindungan terhadap ekspresi budaya tradisional

dilakukan dengan cara melakukan klaim kepada organisasi kebudayaan

internasional. Hal ini dalam rangka membuat masyarakat internasional

mengetahui bahwa karya atau ide tersebut merupakan milik dari bangsa

indonesia. Namun, minimnya pengaturan hukum untuk mengatur secara

jelas mengenai mekanisme perlindungan tersebut membuat maraknya

pelanggaran hak terhadap bangsa indonesia mengenai karya atau ide

ekspresi budaya tradisional. Hal ini tentu merugikan indonesia, khususnya

masyarakat adat dikarenakan ide yang telah lama mereka jaga secara turun

temurun dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Walaupun, pemerintah dalam hal ini telah membentuk suatu

produk hukum yang tercantum dalam UUHC, namun demikian tidaklah

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

48

cukup memadai untuk memberikan kepastian hukum kepada ekspresi

budaya tradisional di indonesia.

Pasal 38 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 yang

berjudul „Ekspresi Budaya Tradisional dan Hak Cipta atas Ciptaan yang

Penciptanya Tidak Diketahui‟ menetapkan :

1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara.

2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara

ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat pengembannya.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh

Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sistem nilai budaya, menurut Koentjaraningrat, merupakan tingkat

yang paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari

konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga

masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup.

Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman

tertinggi bagi perilaku manusia. Sistem nilai serupa itu menjadi penuntun

interaksi para individu dalam masyarakat.52

Melalui sistem nilai yang

terus-menerus dinternalisasikan pada individu akan terbentuk sikap atau

attitude seperti yang diharapkan.53

Sejalan dengan itu ditekankan pula pentingnya pengembangan nilai

dan penyempurnaan etika individu agar dapat hidup secara harmonis

52

Koentjaraningrat, kebudayaan: Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2004), h. 25.

53

Ibid, h. 26.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

49

dengan sesama. Untuk dapat mewujudkan keharmonisan dan keteraturan

kehidupan masyarakat, setiap individu dianjurkan untuk menjauhkan diri

dari perbuatan yang mencederai hak dan kepentingan orang lain.54

Sudah terbukti bahwa hubungan harmonis antar sesama, antara

pencipta dan masyarakat, antara pencipta dan warisan budaya masyarakat,

menciptakan atmosfer yang kondusif bagi aktivitas dan kreativitas

masyarakat. Dalam komunitas dimana kebudayaan dan kesenian tradisi

menyatu dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai penghormatan dan

penghargaan merupakan stimulan yang efektif untuk mendorong

terwujudnya potensi kreatif masyarakat. Seni tari dan musik, kerajinan

tangan, ukiran-ukiran, dan batik dapat tumbuh subur menjadi karya sehari-

hari masyarakat yang khas dan otentik menggambarkan budaya daerah.55

Sejalan dengan globalisasi yang terjadi hampir di semua sektor,

interaksi antar bangsa dan negara yang semakin meningkat, telah

mendorong negara-negara untuk lebih kompetitif dalam mengeksplorasi

dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada, termasuk pula ekspresi

budaya tradisional.

Menurut Coombe (2001), tujuan akhir yang ingin dicapai dalam

perlindungan ekspresi budaya tradisional adalah penciptaan kesejahteraan

manusia itu sendiri, yakni masyarakat asli melalui perlindungan

kebutuhannya yang paling dasar (primary human being needs). Dengan

54

Henry Soelistyo, Hak Kekayaan Intelektual: Konsepsi, Opini, Dan Aktualisasi,

(Jakarta: Penaku, 2014), h. 252. 55

Ibid, h. 253.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

50

kata lain perlindungan itu harus berorientasi kepada manusia (human

being centris).56

Perlindungan ekspresi budaya tradisional terhadap pemanfaatan

yang dilakukan tanpa hak dapat melanggar kepatutan, karena yang

terkandung dalam perlindungan ekspresi budaya tradisional tersebut

berupa hak ekonomi dan hak moral. Oleh karena itu harus dipahami bahwa

dengan memberikan perlindungan hukum yang memadai kepada

pengetahuan yang dijaga dan dipelihara oleh setiap generasi secara turun-

menurun, akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat luas, pemilik ekspresi budaya tradisional, dan negara.

C. Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional Terhadap Kepentingan

Komersial

Munculnya kesadaran negara-negara berkembang akan pentingnya

perlindungan terhadap ekspresi budaya tradisional mereka disebabkan

karena adanya misappropriation yang dilakukan negara-negara maju atas

ekspresi budaya tradisional masyarakat di negara-negara berkembang.

Dalam proses pengambilan ekspresi budaya tradisional ini yang kemudian

dieksploitasi secara komersial tidak dilakukan dengan masyarakat

setempat dan tidak memberi pembagian manfaat (benefit sharing) atas

penggunaan ekspresi budaya tersebut. Negara-negara berkembang

menyadari bahwa telah terjadi ketidakadilan dalam proses pemanfaatan

56

Zainul Daulay, Pengetahuan Tradisional: Konsep, Dasar hukum, Dan

Praktiknya,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 97.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

51

ekspresi budaya tradisional dan sumber daya hayati oleh negara-negara

maju.57

Fakta menunjukan bahwa negara-negara yang maju

perekonomiannya bertumpu pada industri berbasis karya-karya intelektual.

Sebagai contoh, Amerika Serikat, industri-industri penghasil devisa

tertinggi terdiri dari industri senjata, film, musik, komputer-piranti lunak

dan buku, dimana kesemuanya adalah industri-industri yang berbasis pada

karya intelektual. Hal ini sangat kontras dengan negara-negara

berkembang yang kebanyakan mengandalkan pada kekayaan alam seperti

penjualan minyak, kayu, dll. Kekayaan alam dapat habis dikeruk, tetapi

kekayaan intelektual akan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan

melalui sistem pendidikan yang baik, sistem penelitian dan pengembangan

yang konstruktif, dan regulasi yang kondusif dan sistem insentif yang

baik.58

Komersialisasi Ekspresi Budaya Tradisional (yang selanjutnya

disebut EBT) milik Indonesia yang oleh pihak asing secara tidak sah dan

melanggar hukum telah menimbulkan kerugian bagi pemilik EBT. Pemilik

EBT adalah masyarakat adat dimana EBT tersebut berasal. Kurangnya

57

Rizki Kusumastuti, ”tinjauan hukum internasional terhadap upaya perlindungan

pengetahuan tradisional milik negara-negara berkembang, (Skripsi S1 Fakultas Hukum,

Universitas Indonesia, 2006), h. 49-50.

58 Hak kekayaan intelektual dan perkembangannya: prosiding rangkaian Lokakarya

Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis lainnya tahun 2004: Jakarta

10-11 Februari 2004/tim editor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, (Jakarta: Pusat Pengkajian

Hukum, 2004), h. 18-19.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

52

pengetahuan masyarakat adat akan pentingnya perlindungan suatu EBT

yang dimiliki mengakibatkan mudahnya EBT tersebut digunakan oleh

pihak asing.59

Selain cara-cara yang dapat dilakukan untuk melindungi EBT milik

Indonesia dari penggunaan secara melanggar hukum oleh pihak asing

sebagaimana telah diuraikan sebelumnya yang tak kalah pentingnya adalah

pengaturan mengenai pembagian keuntungan (benefit sharing).60

Benefit sharing merupakan pembagian keuntungan yang dilakukan

guna memberikan penghargaan atas pemanfaatan EBT yang diberikan

kepada pemegang atau pemilik EBT. Pembagian keuntungan (benefit

sharing) dapat digambarkan sebagai suatu bentuk kompensasi (royalti).

Pengaturan untuk pembagian keuntungan (benefit sharing) dimasukkan

dalam Undang-Undang sui generis agar memiliki ketentuan yang jelas

dalam pengaturannya.

Pembagian keuntungan (benefit sharing) tidak hanya dapat berupa

materi melainkan berupa non-materi yang dapat dilakukan berdasarkan

kesepakatan antara para pihak, yaitu pihak yang ingin menggunakan EBT

milik Indonesia dengan masyarakat adat (dapat diwakilkan oleh Ketua

Adat atau orang yang dianggap relevan) dan Pemerintah Pusat atau

Daerah. Kesepakatan tersebut dibuat untuk dapat menentukan besarnya

59

Istie Widyastuti, “Upaya Pencegahan Penggunaan Secara Melawan Hukum

Pengetahuaun Tradisional Dan Ekspresi Budaya Tradisional (PTEBT) Milik Indonesia Oleh Pihak

Asing,” (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2013), h. 149.

60

Ibid, h. 150.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

53

royalti yang akan diperoleh oleh pihak yang EBT-nya digunakan untuk

kepentingan tertentu. Fungsi dari Pemerintah Pusat atau Daerah dalam

pemberian royalti adalah untuk mengakomodasi royalti teresbut sebagai

suatu anggaran Pemerintah yang dapat digunakan sebagai sarana

pengembangan EBT dan/atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini dilakukan agar dapat terstruktur dan teroganisir untuk menghindari

adanya kesulitan yang timbul apabila royalti dalam bentuk materi

diberikan secara langsung kepada masyarakat adat, misalnya konflik antar

masyarakat adat.61

Royalti dalam bentuk materi yang diperoleh digunakan sebagai

sumber danan untuk melakukan pelestarian terhadap EBT yang dimiliki

agar dapat terus dijaga dan dikembangkan demi kemajuan masyarakat adat

yang dalam kehidupan sehari-harinya bergantung pada EBT tersebut,

sedangkan royalti dalam bentuk non-materi adalah sebagai bukti

penghargaan pihak ketiga yang memanfaatkan EBT milik Indonesia

sebagai sesuatu yang khas agar tetap menjaga kelestarian warisan budaya

Indonesia.62

Dari penjelaskan diatas dapat disimpulkan benefit sharing

merupakan pembagian keuntungan, dalam bentuk kompensasi atau royalti,

yang dilakukan diantara pemerintah pusat atau daerah dengan masyarakat

adat (Ketua Adat).

61

Ibid

62

Ibid, h. 151.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

54

BAB IV

ANALISIS MENGENAI PENERAPAN KONSEP BENEFIT SHARING

SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA

TRADISIONAL

A. Penggunaan Ekspresi Budaya Tradisional Yang Menyimpang

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman hayati dan

budaya. Kekayaan intelektual masyarakat asli dan sumber daya alam di

Indonesia ini mencakupi banyak hal, mulai dari makanan tradisional,

pengobatan tradisional, hingga pada karya-karya seni tradisional. Seperti batik,

wayang kulit, lagu-lagu tradisional, tarian-tarian tradisional dan lain-lain.

Namun, tanpa disadari banyak produk sumber daya hayati dan karya

intelektual lokal masyarakat Indonesia itu telah disalahgunakan, bahkan telah

didaftarkan hak intelektualnya oleh pihak asing.

Salah satu pihak asing yang telah banyak mempergunakan tanpa izin

karya seni tradisional Indonesia, adalah Malaysia. Contohnya seperti, alat

musik angklung dan reog ponorogo. Angklung telah dinyatakan sebagai alat

musik nasional kerajaan Malaysia, dengan sebutan Music Bamboo Malay.63

Reog ponorogo dalam situs kebudayaannya diubah namanya menjadi tari

63

“Jangan Ambil Angklung Kami, Pakcik ”, artikel diakses pada 10 Februari 2015 dari

Kompas, (http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0711/14/utama/3988155.html),

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

55

barongan.64

Padahal di Indonesia, berbagai karya seni tradisional telah

memiliki sejarahnya sendiri.

Klaim Malaysia dimulai pada 2007, yakni kesenian Reog Ponorogo.

Reog adalah salah satu kesenian budaya dari Jawa Timur bagian barat laut.

Sementara itu, Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang sebenarnya.

Tarian ini menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau

yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak.

Mulai muncul kontroversi ketika pada topeng dadak merak di situs

resmi Kementerian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia terdapat

tulisan Malaysia. Negeri tetangga yang kerap menyebut Indonesia serumpun

itu mengakuinya pula sebagai warisan masyarakat keturunan Jawa yang

banyak terdapat di Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia.65

Tentu saja, hal itu memicu protes dari berbagai pihak di Tanah Air,

termasuk seniman reog asal Ponorogo. Hak cipta kesenian reog telah

dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004. Ditemukan pula

informasi, dadak merak yang terlihat di situs resmi itu adalah buatan perajin

Ponorogo. Ribuan seniman reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan

Malaysia di Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemerintah Malaysia tak pernah

64

“Tari Barongan”, artikel diakses pada 10 Februari 2015 dari,

(http://www.heritage.gov.my/kekkwa/viewbudaya.php?id=46),

65

“Terusik Lagi Klaim Negeri Jiran”, artikel diakses pada 12 Mei 2015 dari,

http://news.liputan6.com/read/416067/terusik-lagi-klaim-negeri-jiran

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

56

mengklaim Reog Ponorogo. Kesenian itu dibawa rakyat Jawa yang merantau

ke Malaysia.66

Setelah ditelusuri dengan cermat oleh Dinas Pariwisata & Seni Budaya

Pemkab Ponorogo terhadap gambar kesenian Barongan pada website

kementrian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Negeri Jiran Malaysia,

ternyata terdapat banyak kesamaan dengan Reog asli Ponorogo.

Pemerintah Kabupaten Ponorogo sendiri telah mendaftarkan tarian reog

Ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo yang tercatat dengan

nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Adanya informasi yang didapat dari

salah satu situs internet milik Kementerian Kebudayaan Kesenian dan Warisan

Malaysia yang menyebutkan bahwa kesenian reog Ponorogo adalah milik

Pemerintah Malaysia sempat membuat resah warga Ponorogo.67

1. Reog Ponorogo

Kesenian Reog Ponorogo di Indonesia sudah ada sejak zaman

Kerajaan Bantarangin. Kerajaan ini terletak di desa Sumoroto, Kecamatan

Kauman, Ponorogo. Menurut bukti-bukti tertulis yang berada di Leiden,

Belanda, kesenian khas Ponorogo ini dipetik dari hikayat Raja

Bantarangin, Prabu Klana Sewandana yang mengirim utusannya dipimpin

66

Ibid.

67

“Barongan Malaysia Hasil Jiplakan Reog Ponorogo”, artikel diakses pada 12 Mei 2015

dari, http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&dn=20071124004938

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

57

Pujangga Anom untuk meminang Dewi Sangga Langit, putri Prabu Lembu

Amijaya.68

“Reog” atau “Reyog” berasal dari kata “Riyet” atau kondisi

bangunan yang hampir rubuh, dan suara gamelan reog yang bergemuruh

itulah yang diidentikan dengan suara “bata rubuh” (Soetaryo, 1960,

Poerwijoyo, 1985).69

Tarian Reog menampilkan sosok penari yang memakai topeng

raksasa (T = 240 cm, L = 190 cm) berwujud kepala seekor macan dengan

seekor merak yang bertengger di atasnya lengkap dengan bulu-bulu

ekornya yang disusun menjulang ke atas (dhadhak merak), ditambah para

penari perempuan yang memerankan sosok perajurit berkuda (jathilan),

penari-penari laki-laki berbadan gempal berseragam hitam, berhias kumis

dan cambang yang lebat (warok), seorang penari yang mengenakan topeng

berwarna merah, berhidung mancung, kumis tipis, lengkap dengan

mahkota seorang raja (Prabu Klono Sewandono) yang didampingi oleh

patihnya yang diperankan oleh penari yang juga bertopeng merah dengan

hidung besar, mata melotot, mulut lebar, dan rambut jabrig (Patih

Bujangganong). Sementara itu dari belakang panggung terdengar suara

gamelan dan teriakan-teriakan atau suara menyerupai geraman macan dari

para “supporter” reog yang juga berbaju, celana, dan ikat kepala hitam

68

Djito Patiatmodjo, Lahir di Ponorogo Coba di Klaim Tetangga, artikel diakses pada 10

Februari 2015, suara merdeka; (http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/30/nas02.html),

69

Muhammad Zamzam Fauzannafi, Reog Ponorogo Menari Di Antara Dominasi Dan

Keragaman, (Yogyakarta: Kepel Press, 2005), h. 15.

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

58

(senggakan). Apabila ditambah dengan para penabuh gamelan dan para

senggakan jumlah keseluruhan pemain reog yang tampil di atas panggung

yang luas (sekitar 30 x 20 m) bisa mencapai 50 orang.70

2. Angklung

Angklung, sebagai salah satu jenis alat musik yang terbuat dari

bambu, sesungguhnya telah lama dikenal dalam kebudayaan Indonesia.

Beberapa ahli, seperti J. Kunst (1936:814) berpendapat bahwa beberapa

alat musik bambu ini berasal dari masa bahkan sebelum adanya pengaruh

Hindu. Menurut dugaan mereka, permulaan berkembangnya alat musik

dari bambu di Indonesia ini erat hubungannya dengan perpindahan

penduduk dari daratan Asia, yang kemudian menjadi nenek moyang

suku-suku Melayu Polinesia, beberapa milenium sebelum Masehi.71

Almarhum Daeng Soetigma, penemu angklung modern bertangga

nada diatonis kromatik, dalam skripsinya menyebutkan bahwa

keberadaan angklung di pulau Jawa pertama kali dikenal pada abad ke-

17, melalui tulisan mengenai Sultan Agung dari Banten yang dalam

purinya mempunyai perangkat angklung lengkap, bisa dimainkan oleh

hamba sahayanya, orang Bali. Semenjak itu, angklung lantas mengalami

70

Ibid, h. 13-14.

71

Theresia E.E. Pardede, “evaluasi kebijakan diplomasi kebudayaan angklung indonesia

(studi kasus kebijakan komunikasi pemerintah pasca diakuinya angklung dalam daftar

representatif warisan budaya tak benda oleh UNESCO),” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 82.

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

59

penyebaran ke daerah selatan Banten, lalu ke arah timur, diantaranya ke

daerah Priangan, Garut, dan Tasikmalaya.

Sebagai alat musik yang berbahan baku bambu, angklung

memiliki tiga bagian utama, yakni: (1) tabung suara, (2) kerangka, (3)

dasar. Angklung dibunyikan dengan cara digoyang-goyangkan, sehingga

menghasilkan resonansi bunyi pada tabung suara. Pada masa lalu,

angklung dipergunakan seperti layaknya lonceng, bersifat khidmat dan

dipergunakan dalam bentuk hubungan kegiatan ritual.72

Dari sejarah tersebut sudah jelas bahwa Angklung dan Reog

Ponorogo milik Indonesia. Angklung dan Reog Ponorogo bukan milik

Malaysia hanya saja ada beberapa orang yang berasal dari Indonesia

dalam hal ini komunitas Reog Ponorogo maupun juga Angklung yang

mementaskan di Malaysia, yang patut disalahkan bahwa Malaysia

mengklaim dengan cara mengiklankan Reog tersebut sebagai ikon iklan

pariwisata dan Angklung sebagai alat musik kenegaraan Negara

Malaysia.

Salah satu penyebab hal itu terjadi dikarenakan belum jelasnya

ketentuan yang mengatur perlindungan dan pelestarian produk budaya

tradisional atau yang disebut dengan folklor. Berbeda dengan pengaturan

HKI seperti hak cipta, merek, paten, dan desain industri. Selain itu,

inventarisasi dan publikasi seni budaya Indonesia yang semestinya

72

Ibid, h. 82-83.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

60

didaftarkan di lembaga internasional yang mengurusi hak kekayaan

budaya agar tidak diklaim pihak lain juga masih buruk.73

Diklaimnya Reog Ponorogo dan Angklung juga dapat terjadi

karena adanya kesamaan antara suku dan ras masyarakat Indonesia

dengan Malaysia. Selain itu, faktor bisnis, dimana Malaysia membuat

iklan mengenai pengenalan Visit Malaysia kepada masyarakat dunia yang

mengandung unsur kebudayaan yang pada dasarnya merupakan milik

Indonesia, juga menjadi salah satu penyebab utama. Era globalisasi,

tentunya berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya

di Indonesia, hal ini bisa dirasakan dan sangat menonjol saat ini. Begitu

bebasnya budaya yang masuk dari berbagai arus kehidupan. Dampak

yang paling buruk terjadi ialah hilangnya budaya-budaya yang menjadi

ciri khas di beberapa daerah.

Tentunya Malaysia tidak bisa mengklaim Reog dan Angklung

sebagai kepunyaannya, seharusnya Malaysia meminta izin terlebih

dahulu kepada daerah dimana kesenian itu berasal, yaitu Jawa Timur dan

Jawa Barat. Reog Ponorogo dan Angklung pun di tingkat Internasional,

yaitu UNESCO terdaftar sebagai warisan budaya yang di miliki atas

nama negara Indonesia, atas dasar tersebut Indonesia sebagai pemilik asli

73

“Aturan Perlindungan dan Pelestarian Budaya Bangsa Masih Belum Jelas”, diakses

pada 5 Mei 2015 dari www.hukumonline.com/berita/baca/hol23010/aturan-perlindungan-dan-

pelestarian-budaya-bangsa-masih-belum-jelas

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

61

dan bukan Malaysia. Pemerintah Indonesia mengambil langkah

diplomasi sebagai jalan yang paling baik untuk ditempuh.74

B. Benefit Sharing Dalam Ekspresi Budaya Tradisional

Benefit sharing dalam ekspresi budaya tradisional merupakan unsur

yang penting dalam perkembangan ekspresi budaya tradisional. Sebab pada

dasarnya, ekspresi budaya tradisional mengandung hak ekonomi, maka dari itu

perlu diatur secara baku mengenai benefit sharing. Pengaturan tersebut perlu

tertera dalam peraturan pelaksana UUHC, sebab dalam UUHC belum terdapat

pasal yang mengatur mengenai hal tersebut.

Tentunya, dalam menjalankan konsep benefit sharing diperlukan

wadah untuk mengelolanya, sebaiknya pengelola benefit sharing berada di

bawah pemerintah daerah agar tidak terjadi saling berebut atas hak ekonomi.

Setiap pihak, khususnya pihak asing apabila ingin mementaskan ekspresi

budaya tradisional diharuskan meminta izin kepada daerah setempat sesuai

dengan kesepakatan bersama. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kesalah

pahaman seperti kasus-kasus sebelumnya.

Dengan adanya pengaturan benefit sharing, memudahkan pemerintah

pusat mengalokasikan APBN (Anggaran Pengeluaran Belanja Negara), untuk

74

Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Staff Bagian Hak Cipta Di Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: 27 April 2015.

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

62

mengembangkan ekspresi budaya tradisional dengan cara membangun fasilitas

di daerah-daerah tertentu.

1. Aplikasi Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional Bagi Aset

Intelektual Daerah

Dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah, terutama pada

dekade terakhir ini, pemerintah daerah kabupaten/kota seakan “berlomba”

mengupayakan peningkatan pendapatan daerah. Yang terakhir ini

mencakup pula aset-aset intelektual milik daerah yang memiliki nilai

ekonomi dan potensi untuk dieksploitasi dengan mengikuti kaidah-kaidah

dan tata niaga bisnis yang lazim. Hal ini dapat dipahami mengingat adanya

berbagai ragam bentuk dan jenis HKI yang memiliki kaitan dengan aset

intelektual daerah, termasuk yang bersumber dari budaya dan tradisi.75

Dengan adanya pengaturan benefit sharing, tentunya Pemerintah

dapat mengalokasikan dana dalam APBN untuk pengembangan ekspresi

budaya tradisional. Selama ini belum ada pengaturan yang mengatur

mengenai hal itu, maka dari itu peraturan pelaksaan UUHC harus lengkap

dengan diaturnya konsep benefit sharing.76

Tentunya setiap daerah perlu anggaran untuk melestarikan

ekspresi budaya tradisional seperti membangun fasilitas sanggar dan

75

Henry Soelistyo, Hak Kekayaan Intelektual: Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi, (Jakarta:

Penaku, 2014), h. 321.

76

Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Staff Bagian Hak Cipta Di Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: 27 April 2015.

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

63

perawatan alat-alat atau benda-benda tradisional. Hal ini dikarenakan,

apabila dana hanya diandalkan dari kemampuan individu atau kelompok

masyarakat, akan tidak sebanding dengan banyaknya kebudayaan yang

ada. Dengan dilestarikannya ekspresi budaya tradisional, hal itu pun dapat

meningkatkan pendapatan daerah itu sendiri. Yang paling utama adalah

bahwa keberadaan ekspresi budaya tradisional daerah tersebut harus tetap

ada dan dapat diwariskan kepada anak cucu kita nanti.

Sejauh ini Indonesia telah memiliki seluruh perangkat hukum HKI.

Persetujuan TRIPS yang diratifikasi tahun 1994 menjadi pemicu hampir

seluruh negara melakukan perubahan dan penyempurnaan serta

melengkapi peraturan hukum yang belum dimiliki. Dalam

perkembangannya, pada tahun-tahun awal Milenium ini, seluruh perangkat

hukum HKI tersebut direvisi. Dengan selesainya penggantian UUHC maka

perangkat perundangan HKI nasional dapat dikatakan telah lengkap dan

bulat. Ini berarti, mengkaji status aset-aset daerah berikut perlindungan

hukumnya dapat dengan utuh dipotret dari berbagai konsep HKI, termasuk

prinsip-prinsip hukum HKI nasional yang mengaturnya.

Apabila dikaitkan dengan status dan identitas daerah

pertanyaannya kemudian apakah karya-karya ragam seni rupa dalam

segala bentuknya termasuk seni pahat, seni patung, dan batik merupakan

aset milik daerah atau milik pengrajin perorangan yang berdomisili di

daerah itu?. Untuk masalah ini ada dua kemungkinan jawaban.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

64

Pertama, batik misalnya merupakan pemilik pengrajin sebagai

penciptanya. Ini terjadi apabila batik itu merupakan karya perorangan yang

memiliki bobot seni dan diciptakan berdasarkan ide sendiri atau memenuhi

syarat orisinalitas. Kedua, milik daerah. Ini terjadi apabila karya tersebut

merupakan karya tradisional yang telah menjadi milik umum karena usia

perlindungannya telah usai. Karya-karya seperti ini lazim disebut sebagai

public domain. Sebagai milik umum, karya-karya seperti ini tidak dapat

diklaim sebagai milik daerah. Yang perlu dicatat adalah prinsip

pembatasan yang diatur dalam UUHC. Intinya, ciptaan public domain

bebas digunakan oleh WNI tetapi tidak oleh WNA.77

2. Pemanfaatan Ekspresi Budaya Tradisional Oleh Pihak Asing

Setiap pihak asing yang ingin menggunakan ekspresi budaya

tradisional harus izin pada negara yang bersangkutan, izin tersebut

langsung pada pemerintah daerah pengetahuan itu berasal. Dengan

persetujuan atau MOU (Memorandum Of Understanding) antara para

pihak baru pihak asing dapat mementaskan atau mempertunjukan ekspresi

budaya tradisional.78

Sejauh ini peraturan pemerintah yang diharapkan menjadi dasar

pengaturan untuk itu belum disusun. Dalam hal demikian masih sangat

besar kemungkinan terjadi pemanfaatan tanpa prosedur atas ciptaan-

77

Ibid, h. 329.

78

Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Staff Bagian Hak Cipta Di Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: 27 April 2015.

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

65

ciptaan tradisional yang berada didaerah dan menjadi aset daerah yang

bersangkutan. Ada pula kemungkinan digunakan dan dieksploitasi secara

cuma-cuma oleh pihak asing.

Bagaimana misalnya jika orang jepang membuat miniatur candi

borobodur untuk gift? Siapa yang harus mengugat karna merasa

dirugikan? Jawabannya masih belum dapat diberikan secara jelas. Untuk

itu, terlepas dari belum adanya pengaturan, masyarakat daerah perlu

diingatkan mengenai perlunya menjaga aset daerah tersebut dari

kemungkinan pemanfaatannya secara komersial oleh orang asing.79

3. Konsep Eksploitasi Komersial Yang Sah Atas Ekspresi Budaya

Tradisional

Di Indonesia, boleh dikatakan belum muncul kesadaran diantara

anggota masyarakat lokal akan arti penting perlindungan hukum bagi

traditional knowledge. Jika ada kesadaran yang dimaksud, tentunya baru

sebatas di kalangan tertentu yang menaruh perhatian pada masalah

pemanfaatan sumber daya hayati dan traditional knowledge, khususnya

dalam hubungannya dengan perdagangan produk-produk yang bersumber

dari pengolahan sumber daya hayati dan traditional knowledge.

Kesadaran ini muncul dari rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh

negara berkembang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya hayati

dan traditional knowledge oleh pihak-pihak di luar anggota masyarakat

79

Ibid, h. 330.

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

66

lokal tanpa adanya benefit sharing bagi “pemilik” sumber daya hayati dan

traditional knowledge yang dimaksud.80

Namun demikian, yang patut disayangkan dari tingginya nilai

ekonomi pada traditional knowledge itu adalah tidak meratanya

penikmatan keuntungan (benefit sharing). Masyarakat (lokal) yang yang

merupakan pihak yang menjaga kelestarian suatu traditional knowledge

justru tidak ikut menikmati nilai ekonomi itu, karena hanya dinikmati

perusahaan-perusahaan swasta dari negara-negara maju.81

Konsep Barat mengenai kekayaan intelektual berbeda secara

radikal dari kebanyakan sistem pengetahuan dan inovasi masyarakat

pedesaan ataupun lokal. Pada umumnya, masyarakat non-industri melihat

pengetahuan dan inovasi sebagai sebuah hasil cipta kolektif yang harus

dipelihara dengan sebentuk kepercayaan demi generasi mendatang.

Perspektif ini berseberangan dengan sistem kekayaan intelektual industrial

yang memandang sumber daya alam, unsur-unsur hayati dan pengetahuan

sebagai komoditas.

Masyarakat tradisional tidak memandang pengetahuan dan inovasi

sebagai komoditas, melainkan sebagai karya masyarakat yang

diterlantarkan dari generasi lalu ke generasi mendatang. Bumi dan alam

digunakan dan dikelola, namun tidak dimiliki secara eksklusif. Sebaliknya

80

Jannati, “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Traditional Knowlegde

Gunu Pembangunan Ekonomi Indonesia”, diakses pada 21 Februari 2014 dari

http://eprints.uns.ac.id/9171/1/79122107200911091.pdf, h. 105.

81

Ibid, h. 121.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

67

HKI yang berkiblat ke Eropa menyatakan bahwa gagasan-gagasan inovatif

dan produk pemikiran manusia dapat dilindungi secara sah sebagai

kekayaan privat.82

Selama ribuan tahun, inovasi dan adaptasi terhadap perubahan

telah menjadi bagian dari masyarakat pedesaan. Pengetahuan pun telah

terwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika sebuah

pengetahuan tertentu mengenai ekspresi budaya tradisional, sebagaimana

biasa dipercayakan pada kelompok sosial atau dianugerahkan kepada

individu tertentu, maka hal ini tidaklah dinyatakan sebagai kekayaan

privat.

Beberapa pokok pengetahuan biasanya dipegang secara kolektif

dan bersifat inter-generasi. Pengetahuan dijaga sedemikian hati-hati

dengan kepercayaan dan diperuntukkan demi generasi mendatang serta

ditambahkan demi keuntungan seluruh masyarakat. Kepemilikan individu

atas unsur-unsur hayati ataupun pengetahuan mengenai unsur tersebut

sama sekali tak pernah terdengar.83

Banyak masyarakat di negara berkembang menganggap bahwa

ilmu pengetahuan sebagai warisan masyarakat yang harus dilestarikan agar

keturunannya ikut menikmati pengetahuan tersebut. Oleh karena itu, tidak

ada individu yang berhak memonopoli pengetahuan, karena hanya titipan

82

Ignatius Haryanto, Kapling-Kapling Daya Cipta Manusia; Monopoli-Monopoli

Intelektual Atas Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati,(Yogyakarta: Cindelaras Pustaka

Rakyat Cerdas, 2004), h. 39-40.

83

Ibid., h. 44-45.

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

68

sementara yang kemudian diwariskan kembali untuk keuntungan bersama

dan kepentingan generasi masa depan.

Sebaliknya negara-negara maju berpendapat bahwa ilmu

pengetahuan dan teknologi merupakan hasil inovasi dan investasi

individual. Karena hasil dari pengetahuan menjadi milik para penciptanya

dan bukan menjadi milik seluruh umat manusia. Atas dasar pemikiran

inilah, maka diciptakan perlindungan HKI yang bertujuan memberikan

hak eksklusif pada penemu inovasi. Hak eksklusif diharapkan dapat

menciptakan keuntungan ekonomi dari inovasi yang kemudian dianggap

akan mendorong penemu atau orang lain untuk melakukan inovasi yang

baru lagi.84

Perangkat perundang-undangan HKI yang mengatur masalah

ekspresi budaya tradisional, kurang memadai. Undang-undang di bidang

HKI, yang dimiliki Indonesia saat ini, sepenuhnya mengadopsi gagasan

yang terkandung dalam TRIPs yang berorientasi individual dan bercorak

privatisasi itu. HKI mengakui dan telah mengatur sistem pengetahuan dan

teknologi lokal yang dituangkan dalam pemahaman foklore. Foklore itu

dipahami sebagai bentuk kreativitas intelektual masyarakat tradisional.

Namun konsep foklore itu terlalu sempit untuk dapat mencakup bentuk

kekayaan intelektual masyarakat lokal.85

84

Hira Jhamtani dan Lutfiyah Hanim, Globalisasi dan Monopoli Pengetahuan; Telaah

tentang TRIPs dan Keanekaragaman Hayati di Indonesia, ( Jakarta: INFID, 2002), h. 43-45.

85

Kusnaka Adimihardja, Sistem Pengetahuan dan Teknologi Lokal dalam Pembangunan

Berkelanjutan di Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2004), h. 56.

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

69

Pasal 38 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 yang

berjudul „Ekspresi Budaya Tradisional dan Hak Cipta atas Ciptaan yang

Penciptanya Tidak Diketahui‟ menetapkan :

1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh

Negara.

2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara

ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1).

3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat pengembannya.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh

Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Kenyataan seperti ini sangatlah memprihatinkan, mengingat

bangsa Indonesia sangat potensial dalam kekayaan ekspresi budaya

tradisional. Kondisi ini akan semakin membuat skeptis lagi ketika melihat

realitas penegakan hukum di Indonesia. Harus diakui bahwa pengetahuan

hukum di Indonesia, sedang tidak mampu memerankan fungsi dan

tujuannya. Kondisi ini juga berlaku bagi penegakan hukum, di bidang

HKI, termasuk di dalamnya ekspresi budaya tradisional.

Banyak ekspresi budaya tradisional masyarakat Indonesia yang

belum terakomodasi dan belum mendapat perlindungan hukum di dalam

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak kekayaan

intelektual. Untuk dapat mewujudkan perlindungan hukum terhadap

ekspresi budaya tradisional masyarakat Indonesia, membutuhkan

koordinasi dan kerja sama dari para pembuat kebijakan negara, akademisi,

mahasiswa, dan masyarakat Indonesia. Perlindungan hukum terhadap

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

70

ekspresi budaya tradisional masyarakat Indonesia, merupakan tanggung

jawab bersama dan saling terkait, dari semua komponen yang ada dalam

masyarakat Indonesia.

Pembagian keuntungan (benefit sharing), yang dilakukan antara

pihak yang ingin menggunakan EBT milik Indonesia dengan masyarakat

adat (dapat diwakilkan oleh Ketua Adat atau orang yang dianggap relevan)

dan Pemerintah Pusat atau Daerah, dibuat untuk dapat menentukan

besarnya royalti yang akan diperoleh oleh pihak yang EBT-nya digunakan

untuk kepentingan tertentu.86

Royalti digunakan sebagai sumber dana

untuk melakukan pelestarian terhadap EBT yang dimiliki agar dapat terus

dijaga dan dikembangkan demi kemajuan masyarakat adat yang dalam

kehidupan sehari-harinya bergantung pada EBT tersebut.87

Dalam rangka pembagian keuntungan dalam bentuk royalti, maka

Pemerintah seharusnya menghimbau atau bahkan mewajibkan setiap

masyarakat tradisional membentuk suatu lembaga, dalam hal ini bisa

berbentuk organisasi kemasyarakatan atau paguyuban, yang sesuai dengan

ketentuan Kementrian Dalam Negeri untuk menjadi wakil mereka dalam

penerapan konsep benefit sharing. Dengan adanya suatu lembaga yang

berwenang atas konsep benefit sharing maka ekspresi budaya tradisional

dan pelakunya akan mendapatkan keuntungan atau nilai ekonomi.

86

Ibid.

87

Ibid, h. 151.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

71

Mekanisme benefit sharing sebaiknya dilakukan sesuai dengan

aturan dan norma yang ada di masyarakat. Pengelola benefit sharing

sebaiknya dibawahi oleh pemerintah daerah. Apabila benefit sharing

dikelola bebas maka akan menimbulkan keributan karena saling

mengambil keuntungan atas ekspresi budaya tradisional.88

88

Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Staff Bagian Hak Cipta Di Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: 27 April 2015.

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

72

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

1. Belum memadainya perlindungan hukum mengenai ekspresi budaya

tradisional untuk kepentingan komersial dalam implementasinya di

masyarakat. Hal ini dikarenakan, pemerintah belum mengatur kepentingan

komersial terhadap ekspresi budaya tradisional dalam bentuk peraturan

perundang-undangan sui generis (dalam bentuk tersendiri atau khusus).

Selama ini hukum Hak Kekayaan Intelektual nasional, yakni Undang-

undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pada Pasal 38 hanya

mengatur bahwa pemerintah sebagai pemegang hak cipta yang tidak

diketahui penciptanya.

2. Adanya perbedaan pemikiran antara masyarakat tradisional atau adat

dengan konsep Hak Kekayaan Intelektual, sehingga hal ini yang menjadi

kendala dalam penerapan konsep benefit sharing terhadap ekspresi budaya

tradisional. Peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaan

intelektual yang sejauh ini dikenal, senantiasa didasarkan kepada konsep

kepemilikan kekayaan intelektual secara individual, mensyaratkan adanya

kebaruan, orisinalitas, diketahui ekspresi budaya tradisional atau

inventornya, dan adanya pembatasan jangka waktu perlindungan.

Sedangkan dalam konteks pemanfaatan pengetahuan tradisional dan

ekspresi budaya tradisional, yang diutamakan adalah kepentingan

komunal. Orisinalitas dan kebaruan tidak dipersyaratkan, ekspresi budaya

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

73

tradisional atau inventornya biasanya tidak diketahui, mengingat

keberadaan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional

bersifat peniruan dan diperoleh secara turun-temurun.

B. Saran

1. Pemerintah melalui Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia bersama

Dewan Perwakilan Rakyat seharusnya membentuk peraturan pelaksana

seperti Peraturan Pemerintah untuk menerapkan konsep benefit sharing.

Dalam Undang-undang Hak Cipta saat ini belum mengatur tentang konsep

benefit sharing. Mengingat bahwa sistem perlindungan dalam bentuk atau

rezim yang selama ini kita telah kita kenal dengan baik, dipandang tidak

sepenuhnya sesuai.

2. Seharusnya setiap masyarakat tradisional menuntut atau membentuk suatu

lembaga dalam hal ini bisa berbentuk organisasi kemasyarakatan atau

paguyuban yang sesuai dengan ketentuan Kementrian Dalam Negeri untuk

menjadi wakil mereka dalam penerapan konsep benefit sharing. Dengan

adanya suatu lembaga yang berwenang atas konsep benefit sharing maka

ekspresi budaya tradisional dan pelakunya akan mendapatkan keuntungan

atau nilai ekonomi.

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adimihardja, Kusnaka. Sistem Pengetahuan dan Teknologi Lokal dalam

Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Bandung: Humaniora. 2004

Bintang, Sanusi. Hukum Hak Cipta. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 1998

Chazawi, Adami Chazawi. Tindak Pidana Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Malang: Bayumedia Publishing. 2007

Damian, Eddy Damian. Hukum Hak Cipta. Bandung: PT. Alumni. 2005

Danandjaja, James. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2002

Daulay, Zainul. Pengetahuan Tradisional: Konsep, Dasar Hukum, dan

Praktiknya. Jakarta: Rajawali Pers. 2011

Fauzannafi, Muhammad Zamzam. Reog Ponorogo Menari Di Antara Dominasi

Dan Keragaman. Yogyakarta: Kepel Press. 2005

Gani, Ramlan A. Disiplin BERBAHASA INDONESIA. Jakarta: FITK PRESS.

2011

Haryanto, Ignatius. Kapling-Kapling Daya Cipta Manusia; Monopoli-Monopoli

Intelektual Atas Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta:

Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. 2004

Hozumi, Tumotsu. Asian Copyright Handbook. Penerjemah Masri Maris. Jakarta:

Ikatan Penerbit Indonesia. 2006

Jhamtani, Hira dan Lutfiyah Hanim. Globalisasi dan Monopoli Pengetahuan;

Telaah tentang TRIPs dan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Jakarta:

INFID. 2002

Kansil, C.S.T.. Hak Milik Intelektual (Hak Milik Perindustrian Dan Hak Cipta).

Jakarta: Bumi Aksara. 1990

Lindsey, Tim, dkk. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: PT

Alumni. 2006

Marzuki, Peter Mahmud. PENELITIAN HUKUM. Jakarta: Kencana. 2009

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

75

Purba, Achmad Zen Umar. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. Bandung: PT

Alumni. 2005

Purba, Afrillyanna, dkk. TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia Kajian

Perlindungan Hak Cipta Seni Batik Tradisional Indonesia. Jakarta: PT

Rineka Cipta. 2005

Riswandi, Budi Agus. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2005

Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya

Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004

Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007

............ Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Rajawali Pers. 2010

Sardjono, Agus. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional.

Bandung: PT Alumni. 2010

Soelistyo, Henry. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. 2011

............................. Hak Kekayaan Intelektual: Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi.

Jakarta: Penaku. 2014

Soenandar, Taryana. Perlindungan HAKI (Hak Milik Intelektual) Di Negara-

negara ASEAN. Jakarta: Sinar Grafika. 2007

Soerjono, Soekanto. PENGANTAR PENELITIAN HUKUM. Jakarta: UI Press.

1986

Usman, Rachmadi. Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual. Bandung: PT. Alumni.

2003

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Undang-undang Hak Cipta

Jurnal Hukum:

Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum UI bekerjasama

dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia.Kepentingan Negara Berkembang Terhadap Hak

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30277/1/GARI... · UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL . ... Konsentrasi Hukum Bisnis,

76

Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika dan Pengetahuan

Tradisional. Depok: LPHI-FHUI. 2005.

Hak Kekayaan Intelektual Dan Perkembangannya: Prosiding Rangkaian

Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum

Bisnis Lainnya Tahun 2004: Jakarta 10-11 Februari 2004/tim editor,

Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo. Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004.

Internet:

http://www.wipo.int/tk/en/tk/

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0711/14/utama/3988155.htm

http://www.heritage.gov.my/kekkwa/viewbudaya.php?id=46

http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/30/nas02.htm

http://eprints.uns.ac.id/9171/1/79122107200911091.pdf

http://www.hukumonline.com

Wawancara Pribadi:

Wawancara Pribadi dengan Bapak Andi Staff Bagian Hak Cipta Di Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta. 27 April 2015.

Skripsi Dan Tesis:

Kusumastuti, Rizki. ”Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Upaya

Perlindungan Pengetahuan Tradisional Milik Negara-Negara Berkembang.”

Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2006.

Pardede, Theresia E.E.. “Evaluasi Kebijakan Diplomasi Kebudayaan Angklung

Indonesia (Studi Kasus Kebijakan Komunikasi Pemerintah Pasca Diakuinya

Angklung Dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Tak Benda Oleh

UNESCO).” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia, 2012.

Widyastuti, Istie. “Upaya Pencegahan Penggunaan Secara Melawan Hukum

Pengetahuaun Tradisional Dan Ekspresi Budaya Tradisional (PTEBT) Milik

Indonesia Oleh Pihak Asing.” Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia,

2013.