Perkot Jalan Pemuda Fix
-
Upload
purdyah-ayu -
Category
Documents
-
view
205 -
download
0
Transcript of Perkot Jalan Pemuda Fix
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang publik sebagai bagian dari kota memiliki peranan yang penting, salah
satunya sebagai ruang untuk interaksi sosial bagi masyarakat, dimana interaksi tersebut
memiliki banyak arti dan banyak kegiatan yang di dalamnya mendukung kegiatan dan
kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Stephen Carr (1992), ruang
publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter yaitu taman umum (public parks),
lapangan dan plasa (squares and plazas), peringatan (memorial), jalan (streets), tempat
bermain (playground), ruang komunitas (community open space), jalan hijau dan jalan
taman (greenways and parkways), atrium / pasar di dalam ruang (atrium / indoor market
place), ruang di lingkungan rumah (found / neighborhood spaces), waterfront.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat
(Clarkson H.Oglesby,1999).
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari
perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini dibahas lebih dalam untuk mengungkap potensi dan
permasalahan yang ada di Jalan Pemuda, Semarang, untuk membangun ide–ide dalam
membuat desain jalan yang dapat memberikan layanan optima, dengan infrastruktur
yang aman, efisien dan memberikan rasa aman kepada pengguna jalan.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di Jalan
Pemuda, Semarang.
2. Merumuskan permasalahan tentang penataan elemen-elemen Jalan
Pemuda tersebut agar dapat memberikan kenyamanan yang maksimal
terhadap kegiatan pelaku yang menggunakannya.
1.3.2 Sasaran
1. Untuk memenuhi tugas Perancangan Kota 2, Semester 5
2. Memberi masukan mengenai ide – ide dan gagasan yang baru dan
inovatif mengenai penataan elemen-elemen pada Jalan Pemuda,
Semarang yang diharapkan mampu memiliki desain yang lebih baik
dan akomodatif, serta menambah wawasan tentang prinsip-prinsip
penataan.
1.4 Lingkup Pembahasan
Kajian mengenai perencanaan dan perancangan kota yang diaplikasikan dalam
penataan elemen Jalan Pemuda, Semarang yang dikaitkan dengan disiplin ilmu
arsitektur. Berbagai macam data mengenai elemen pada Jalan Pemuda, Semarang
akan dijadikan sumber dalam penulisan makalah ini.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
2
1.5 Manfaat
1. Sebagai bahan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Kota 2 pada
Semester 5.
2. Mampu memberi masukan yang baik terhadap tatanan Jalan Pemuda,
Semarang serta dapat memberikan beberapa masukan alternatif desain
terhadap penataan Jalan Pemuda sehingga fungsinya dapat lebih optimal.
Serta di harapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan tentang
arsitektur dan dapat menambah wawasan tentang prinsip penataan bagi
mahasiswa serta masyarakat.
1.6 Metode Pembahasan
Metoda pembahasan yang digunakan adalah metoda deskriptif, kualitatif, dan
analitis. Metoda diskriptis adalah metode yang di lakukan dengan mengumpulkan dan
mengidentifikasi data dan informasi mengenai perancangan kota pada Jalan Pemuda,
Semarang serta menguraikan data-data yang didapatkan dari hasil survey lapangan.
1.7 Sistematika Pembahasan
Bab 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang pengamatan, maksud, tujuan, sasaran, manfaat,
ruang lingkup permasalahan, metode pembahasan, lingkup materi serta
sistematika pembahasan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Meliputi teori-teori dan studi literatur mengenai perkotaan beserta aspek-
aspek dan permasalahannya.
Bab 3 Data
Menguraikan data - data fisik dan non fisik pada Jalan Pemuda, Semarang
yang didapat dari survey lapangan.
Bab 4 Analisa
Menguraikan permasalahan yang ada dalam aspek-aspek sistem perkotaan
di Jalan Pemuda, Semarang.
Bab 5 Rekomendasi Design
Mendesain Jalan Pemuda, Semarang.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Perancangan Kota
2.1.1 Pengertian Umum Perancangan Kota
Perancangan kota (urban design) telah berkembang terlebih dahulu di
negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Perkembangan tersebut ditandai
dengan beragamnya definisi dan substansi mengenai urban design yang
berkembang hingga saat ini.
Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
“sadar diri” dan “tidak sadar diri”. Urban design yang “sadar diri” adalah yang
diciptakan oleh orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai desainer
dan menggunakan keahlian desain mereka untuk menciptakan suatu
lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang “tidak sadar diri”
adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya
sebagai seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam
mempengaruhi bentuk lingkungan perkotaan (Catanese, 1986:42).
Pengertian urban design dapat ditinjau dari segi profesi maupun dari segi
disiplin keilmuan. Dari segi profesi, Beckley menjelaskan bahwa urban design
merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota dengan arsitektur
dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (Catanese, 1986:45).
Berdasarkan disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani,
1985:6). Panduan Rancang Kota adalah suatu set perangkat panduan dan
peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan
pengembangan ruang kota dan arsitektur kota (Yusuf, 2001:50).
Lebih jauh lagi, Shirvani mengatakan bahwa urban design (perancangan
kota) merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab
bagaimanapun hasil perencanaan kota belum “selesai” atau belum dapat
dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana yang telah disusun. Dari
pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan pada penataan
lingkungan fisik kota.
2.1.2 Elemen-Elemen Perancangan Kota (Urban design)
Urban design merupakan jembatan antara perencanaan kota dan
arsitektur yang perhatian utamanya adalah bentuk fisik kota. Urban design
merupakan bagian dari proses perencanaan dalam bentuk rancangan yang
berkaitan dengan kualitas fisik dan spasial dari suatu kawasan kota atau
lingkungan. Perancangan kota merupakan proses transformasi kota yang
berhubungan dengan filosofi sosial yang banyak dibentuk ke dalam kaidah -
kaidah arsitektur.
Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen
perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai
karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani elemen perancangan kota ada
8, yaitu sebagai berikut :
2.1.2.1 Penggunaan Lahan (Land Use)
Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah
pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang
terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara
umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana
daerah–daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya
berfungsi.
2.1.2.2 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Building form and massing membahas mengenai bagaimana
bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat
membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa
yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan
antara massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan massa
bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga ruang yang
terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta
menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai).
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
4
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang
berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu :
1. Ketinggian bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang
pemerhati, baik yang berada dalam bangunan maupun yang
berada pada jalur pejalan kaki. Ketinggian bangunan pada
suatu kawasan membentuk skyline.
Skyline dalam skala kota mempunyai makna :
Sebagai simbol kota
Sebagai indeks social
Sebagai alat orientasi
Sebagai perangkat estetis
Sebagai perangkat ritual
2. Kepejalan Bangunan
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam
konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi,
luas-lebar-panjang, olahan massanya dan variasi
penggunaan material.
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai
bangunan dibagi dengan luas tapak. Koefisien Lantai
Bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya
dukung lingkungan, nilai harga tanah dan faktor-faktor
khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan
daerah setempat.
4. Koefisien Dasar Bangunan ( Building Coverage )
Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas
tapak keseluruhan. Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan
untuk menyediakan area terbuka yang cukup di kawasan
perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan
bangunan sehingga daur lingkungan menjadi terhambat.
5. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan
terhadap as jalan. Garis ini sangat penting dalam mengatur
keteraturan bangunan di tepi jalan kota.
6. Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan
karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan
ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah
tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika
direncanakan dengan baik dapat menjadi guideline yang
mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragmen-fragmen
kota.
7. Skala
Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam
ketinggian ruang atau bangunan dapat memainkan peranan
dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.
8. Material
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam
perancangan. Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh
hubungan antar elemen visual.
9. Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban)
sesuatu yang dilihat dari jarak tertentu maka elemen yang
lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.
10. Warna
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna),
dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi yang
dihasilkan.
Prinsip dasar perancangan kota menurut Spreegen (1965)
mensintesa berbagai hal penting berkaitan bentuk dan massa
bangunan, meliputi hal sebagai berikut :
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
5
Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, bangunan disekitarnya,
dan ukuran kawasan.
1. Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam
perencanaan kota yang harus memperhatikan bentuk (urban
form), skala, sense of enclosure, dan tipe urban space.
2. Massa kota (urban mass), yang didalamnya meliputi
bangunan, permukaan tanah, objek-objek yang membentuk
ruang kota dan pola aktivitas.
2.1.2.3 Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)
Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara
langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota,
sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi
dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang
saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu
kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat
yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan
karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan
pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat
membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain
sebagainya.
Dalam proses perancangan sebuah pola sirkulasi perlu
diperhatikan beberapa anggapan mengenai sirkulasi
(Motloch,1991), yaitu :
1. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan
2. Sirkulasi sebagi sebuah penekanan material
3. Sirkulasi sebagai pertimbangan desain
4. Sirkulasi sebagai sebuah mata rantai dan sistem visual
5. Sirkulasi sebagai perbedaan keruangan
6. Sirkulasi sebagai perbedaan waktu
Dalam suatu sirkulasi tentulah tidak terlepas dari perencanan
sebuah jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat
yang lain, jenis-jenis jalan antara lain (George Nez,1989) :
Jalan Arteri Primer
Kecepatan rencana minimal 60 km/jam,
Lebar badan jalan minimal 8 meter,
Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-
rata,
Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu
lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal,
Jalan masuk dibatasi secara efisien,
Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak
mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan,
Tidak terputus walaupun melalui kota,
Persyaratan teknik jalan masuk ditetapkan oleh
Menteri.
Jalan Arteri Sekunder
Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,
Lebar badan jalan minimal 8 meter,
Kapasitas sama atau lebih besar daripada volume lalu
lintas rata-rata,
Gb.2.1 Bentuk dan massa bangunan menurut Spreegen
Sumber: Spreiregen,1965
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
6
Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat,
Persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak
mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.
Jalan Kolektor Primer
Kecepatan rencana minimal 40 km/jam,
Lebar jalan minimal 7 meter,
Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada
volume lalu lintas rata-rata,
Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak
mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan,
Tidak terputus walaupun melalui kota.
Jalan Kolektor sekunder
Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,
Lebar badan jalan minimal 7 meter.
Jalan Lokal Primer
Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,
Lebar badan jalan minimal 6 meter,
Tidak terputus walaupun melalui desa.
Jalan Lokal Sekunder
Kecepatan rencana minimal 10 km/jam,
Lebar badan jalan minimal 5 meter,
Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan
beroda tiga atau lebih,
Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan
beroda tiga atau lebih, minimal 5 meter.
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu
lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan
dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah
perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi
efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam
perancangan kota.
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas
lingkungan :
Kelangsungan aktivitas komersial.
Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan
susunan kota
Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di
sekitar kawasan
Pendekatan program penggunaan berganda
Tempat parkir khusus
Tempat parkir di pinggiran kota
Dalam perencanaan jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu
memperhatikan :
Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang
mendukung citra kawasan dan aktivitas pada
kawasan.
Jaringan jalan harus memberi orientasi pada
penggunan dan membuat lingkungan yang legible.
Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan
publik dalam mewujudkan tujuan dari kawasan.
Sedangkan dalam masalah parkir harus diperhatikan antara
parkir individu dan parkir umum. Dalam penelitian akan
penyediaan parkir perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Karakter pengguna
Gb.2.2 Sistem Parkir Sumber : Hamid Shirvani, 1985
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
7
Kegiatan dan kebiasaan dari operasi usaha
Biaya
Peraturan pemerintah
2.1.2.4 Ruang Terbuka (Open Space)
Ruang luar menurut Kuncoro Jakti (1971) adalah suatu sebutan
yang diberikan orang atas ruang yang terjadi karena
pembatasan alat hanya pada dua unsur atau bidang, yaitu alas
dan dinding tanpa bidang atap (terbuka).
Rustam Hakim, 1987 membagi ruang terbuka berdasarkan
kegiatan yang terjadi, sebagai berikut :
Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang
mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya,
misalnya plaza, tempat bermain.
Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang di
dalamnya tidak mengundang kegiatan manusia.
Menurut Rob Krier dalam bukunya Urban Space (1979) ada dua
bentuk ruang terbuka yaitu:
Berbentuk Memanjang, yaitu ruang terbuka yang
hanya memiliki batas-batas disisi-sisinya misalnya
jalan, sungai, pedestrian, dan lain-lain.
Berbentuk Cluster, yaitu ruang terbuka yang memilki
batas-batas disekelilingnya. Misalnya plaza, square,
lapangan , bundaran dan lain-lain. Ruang terbuka
bentuk ini membentuk kantong-kantong yang
berfungsi sebagai ruang-ruang akumulasi aktivitas
kegiatan.
Berdasarkan letak dan macam kegiatannya, terdapat dua
macam ruang terbuka :
Publik Domain
Ruang terbuka yang berada diluar lingkup bangunan
sehingga dapat dimanfaatkan secara umum untuk
generasi sosial.
Privat Domain
Ruang terbuka yang berada dalam suatu lingkup
bangunan yang sekaligus menjadi bagian dari
bangunan tersebut yang dibatasi oleh kepemilikan.
Suatu ruang tebuka sangat berkaitan dengan derajat
keterlingkupan atau tingkat enclosure yang berpengaruh
terhadap makna suatu tempat. Berkaitan dengan ruang terbuka,
Spreiregen dalam bukunya ”Urban design, The Architecture of
Town and Cities” (1965), mengemukakan; ....ada empat macam
kualitas enclosure yang berpengaruh terhadap makna suatu
tempat. Adapun kualitas enclosure ditentukan oleh
perbandingan H:D (dengan H=tinggi dan D=lebar) yang meliputi
:
H=D, membentuk sudut 45º
Rasa keterlingkupan tinggi (full enclosure)
H=D, membentuk sudut 30º
Masih terasa terlingkupi (treshold enclosure)
Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian,
taman, dan ruang-ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam
perencanaan ruang terbuka :
Gb. 2.3 Ruang Terbuka Sumber: Spreiregen. 1965
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
8
Survey pada daerah yang direncanakan untuk
menentukan kemampuan daerah tersebut untuk
berkembang.
Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan
potensi alami (natural) kawasan sebagai ruang publik.
Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan
menyediakan sarana yang sesuai.
Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open
space circulation) mengarah pada kebutuhan akan
penataan yang manusiawi.
2.1.2.5 Pedestrian (Pedestrian Ways)
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada
elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan
dengan lingkungan kota dan pola-poal aktivitas sertas sesuai
dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di
masa mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat
mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya
sarana komersial seperti toko, restoran, café.
Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu,
lampu, tempat duduk, dan sebagainya.
Jalur pedestrian harus mempunyai syarat :
Aman, leluasa dari kendaraan bermotor.
Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas
yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan
pejalan kaki.
Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang
disebabkan gangguan naik-turun, ruang yang sempit,
dan penyerobotan fungsi lain.
Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan
penyediaan sarana dan prasarana jalan seperi: taman,
bangku, tempat sampah, dan lainnya.
2.1.2.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support)
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan
kegiatan–kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan
kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki
ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan
lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak
hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen –
elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.
Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang
terbuka publik, karena aktivitas dan ruang fisik saling
melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya
berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga
pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat
membangkitkan aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman
rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.
2.1.2.7 Papan Iklan (Signage)
Dalam kehidupan kota saat ini, iklan atau advertensi mengisi
ruang visual kota melalui papan iklan, spanduk, baliho dan
sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi visualisasi kota baik
secara makro maupun mikro.
Dalam pemasangan papan iklan harus memperhatikan pedoman
teknis sebagai berikut :
Penggunaan papan iklan harus merefleksikan karakter
kawasan
Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur
sedemikian rupa agar menjamin jarak penglihatan dan
menghindari kepadatan.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
9
Penggunaan harus harmonis dengan bangunan
arsitektur di sekitar lokasi
Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali
penggunaan khusus untuk theatre dan tempat
pertunjukkan.
Pembatasan papan iklan yang berukuran besar yang
mendominir di lokasi pemandangan kota.
Penandaan atau petunjuk yang mempunyai pengaruh
penting pada desain tata kota sehingga pengaturan
pemunculan dan lokasi pemasangan papan-papan
petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan pengaruh
visual negatif dan tidak mengganggu rambu-rambu
lalu lintas.
2.1.2.8 Konservasi (Conservation)
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan
terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) yang ada dan
urban places (alun - alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada
dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap
bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara
lain:
Peningkatan nilai lahan
Peningkatan nilai lingkungan
Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi
karena aspek komersial
Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi
2.2 Teori dan Konsep Kenyamanan, Aksesbilitas dan Perilaku Manusia
2.2.1 Teori dan Konsep Kenyamanan
Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien
berdasarkan pengukuran kenyamanan. Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan,
ketentraman dan transcendence) serta empat konteks pengalaman (fisik,
psikospiritual,sosial dan lingkungan).
Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut (Kolcaba, 2001 dalam
Tomey dan Alligood, 2006:728) :
1. Dorongan (relief ) : kondisi resipien yang membutuhkan penangananyang
spesifik dan segera.
2. Ketenteraman (ease) : kondisi yang tenteram atau kepuasan hati.
3. Transcendence : kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya
(nyeri).
Empat konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey dan
Alligood, 2006:728; Kolcaba 1991 dalam Peterson dan Bredow, 2004:258):
1. Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.
2. Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri,
termasuk penghargaan, konsep diri, seksual dan makna hidup;
berhubungandengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.
3. Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-kondisi,
dan pengaruhnya.
4. Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif
seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak diwakili oleh satu angka
tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang
masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna otak
untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis,
namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan
ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh orak. Kemudian otak akan memberikan
penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu
faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009:21-22).
2.2.2 Teori dan Konsep Aksesibilitas
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
10
Menurut Black (1981) Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau
sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.
Menurut Magribi bahwa aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang
meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-
tempat atau kawasan dari sebuah sistem (Magribi, 1999). Salah satu variabel
yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat
dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut.
Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka
semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin
rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu
dijangkau dari daerah lainnya (Bintarto, 1989).
Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa diukur berdasarkan pada beberapa
variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang,
lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya
tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola
pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti
keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi
fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya.
Kondisi ini membuat penyebaran lahan dalam suatu wilayah menjadi tidak
merata (heterogen) dan faktor jarak bukan satusatunya elemen yang
menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas (Miro, 2004).
Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan
mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan
raya, pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi
industri dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja,
memperoleh pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan
jaminan hukum (Kartono, 2001).
2.2.3 Teori dan konsep tentang perilaku manusia
1. Konsep Perilaku
Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap
individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan
lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan
hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi
bagian integral dari pola perilaku manusia (Dubois, 1968).
a. Proses Perilaku Individual
Perilaku Manusia dan Lingkungan
Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk
setting fisik lingkungannya Rapoport, A, 1986, pengaruh
lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa
lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat
tersebut.
Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan
fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan
terhadap tingkah laku masyarakat.
Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan
memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku
masyarakat.
Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang
ekletik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang
memanfaatkan ruang atau menghuni ruang tersebut. Dengan kata
lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat yang
berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang
berbeda (Rapoport. A, 1969 ), adanya interaksi antara manusia
dan ruang, maka pendekatannya cenderung menggunakan setting
dari pada ruang. Istilah seting lebih memberikan penekanan pada
unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu
: Pelaku, Macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya
kegiatan. Menurut Rapoport pula, kegiatan dapat terdiri dari sub-
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
11
sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem
kegiatan.
Fakta bahwa perilaku yang tampak di jalan raya saat ini
bertentangan dengan identitas bangsa merupakan indikasi adanya
perubahan budaya perkotaan. Perubahan terjadi akibat pengaruh
urbanisasi, industrialisasi, modernisasi, dan globalisasi. Menurut
Riesman (1961), perilaku manusia mengikuti massa serta
mengoper norma perilaku dari sesamanya. Mengacu pada
pendapat tersebut, maka perilaku pada jalan raya yang
menyimpang bisa diubah bila sistem yang mengatur aktivitas
publik mampu mengakomodasi kemauan dan kemampuan
masyarakat. Keberhasilan menata perilaku pengguna jalan raya
tidak bisa lepas dari empat pilar. Yakni manusianya sendiri,
sarana dan prasarana, tata ruang, dan sistem transportasi yang
dijalankan.
Hal itu sangat bergantung pada bagaimana sistem
dijalankan serta bagaimana infrastruktur dibangun. Karenanya,
perlu regulasi di bidang transportasi yang berpihak pada
kepentingan publik. Kebijakan yang bersifat sektoral yang
mengutamakan kelompok tertentu akan berimbas negatif yang
membebani publik. Polisi lalu lintas tidak akan bisa bekerja
maksimal jika empat pilar tersebut tidak ditangani secara
komprehensif dengan mempertimbangkan kebutuhan serta
kesiapan masyarakatnya.
Infrastruktur sangat bergantung pada kebijakan tata ruang
dan alokasi pembiayaan pembangunan. Sementara pembentukan
sikap masyarakat yang nanti akan diwujudkan dalam perilaku di
jalan raya sangat tergantung bagaimana menciptakan masyarakat
madani. Pada kondisi ini, hukum akan bisa berjalan dengan baik.
Dalam masyarakat madani akan terbangun kesadaran berpartipasi
bagi kepentingan yang lebih luas. Contohya : pada saat orang
cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat
daripada melewati pedestrian yang memutar, sehingga orang
tersebut tanpa sadar telah membuat jalur pedestriansendiri meski
telah disediakan pedestrian.
a. Setting Perilaku ( Behaviour Setting )
Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu
kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting
mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan
kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu
spesifik saat kegiatan dilakukan.Setting perilaku terdiri dari 2
macam yaitu :
System of setting ( sistem tempat atau ruang), sebagai
rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai
hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk
suatu kegiatan tertentu.
System of activity ( sistem kegiatan), sebagai suatu
rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu
atau beberapa orang.
Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur
ruang atau beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau
rangkaian yang menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya
mempunyai makna.
Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain Behavior
Setting yang baik dan tepat adalah yang sesuai dengan struktur
perilaku penggunanya. Dalam desain arsitektur hal tersebut
disebut sebagai sebuah proses argumentatif yang dilontarkan
dalam membuat desain yang dapat diadaptasikan, Fleksibel atau
terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola perilakunya.
Desain behavior setting tidak selalu perlu dibentuk ruang-
ruang tetap, baik yang ber pembatas maupun semi tetap terlebih
lagi dalam desain ruang publik yang di dalamnya terdapat banyak
pola perilaku yang beraneka ragam.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
12
Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi
dasar yang luas dalam mempertimbangkan lingkungan daripada
semata-mata tata guna lahan, tipe bangunan, dan tipe ruangan
secara fisik. Hal tersebut dapat membebaskan desain ruang publik
dari bentuk-bentuk klise, bentuk-bentuk prototip atau memaksakan
citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat
penggunanya.
Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam
desain ruang publik karena dapat mengerti preferensi pengguna
yang diekspresikan dalam pola perilaku pengguna. Dari
pembahasan ini jelas bahwa organisasi ruang pada ruang publik
dan perilaku pengguna mempunyai peran yang sangat penting
dalam suatu behavior setting
b. Proses Sosial
Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia
juga merupakan makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam
suatu kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya manusia
berperilaku sosial dalam lingkungannya dapat diamati pada ,
Fenomena perilaku-lingkungan, kelompok pemakai, dan tempat
berlangsungnya kegiatan.
Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi
hal-hal sebagai berikut :
Ruang Personal ( Personal Space ) berupa domain kecil
sejauh jangkauan manusia.
Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah
yang lebih luas bagi seseorang.
Kesesakan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik
yang tersedia terbatas.
Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial
manusia.
Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat
berpengaruh pada perubahan ruang publik adalah teritorialitas.
Konsep teritori dalam studi arsitektur lingkungan dan
perilaku yaitu adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk
memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan kultural. Berkaitan
dengan kebutuhan emosional ini maka konsep teritori berkaitan
dengan ruang privat dan ruang publik. Ruang privat (personal
space) dapat menimbulkan crowding (kesesakan) apabila
seseorang atau kelompok sudah tidak mampu mempertahankan
personal spacenya.
2. Perilaku Sebagai Pengaruh Kondisi Lingkungan
Menurut Hadinugroho (2002), Perilaku manusia dalam hubungannya
terhadap suatu setting fisik berlangsung dan konsisten sesuai waktu dan
situasi. Karenanya pola perilaku yang khas untuk setting fisik tersebut dapat
diidentifikasikan. Tentu saja apa yang dibahas tidak lantas menjadi demikian
sederhana bahwa manusia semuanya berperilaku ajeg dalam suatu tempat
dan waktu tertentu.
Umumnya frekuensi kegiatan yang terjadi pada suatu setting baik
tunggal ataupun berkelompok dengan setting lain menunjukkan suatu yang
konstan/tetap sepanjang waktu. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya
karakter dan pola tetap perilaku yang dapat dideteksi dalam hubungannya
dengan suatu setting tapi juga kemungkinan yang muncul seperti pola
tanggapan perilaku yang kadang dapat berubah menjadi sebaliknya.
Apa yang ditunjukkan oleh peta perilaku tidak hanya tentang
bagaimana kegiatan makan, tidur, berinteraksi, ngobrol dan lainnya dalam
situasi, tempat dan waktu yang beragam tapi juga menunjukkan bahwa pola
penggunaan ruang tidak diperdulikan oleh pasien yang terlibat dengan kata
lain bahwa bila kondisi lainnya sama, maka pola penggunaan (fungsi) setting
fisik tertentu tidak diperdulikan oleh pemakai yang terlibat.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa data yang menjadi
acuan untuk pembentukan pendapat ini dinyatakan hanya sebagai
“kebenaran yang terjadi dengan sendirinya” dan itu bukan berupa asumsi
kestabilan perilaku manusia pada umumnya tapi itu untuk menunjukkan
kesamaan dalam hubungan dengan sebagian lingkungan fisik sebagai
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
13
aspek nyata eksistensi manusia. Aspek lain yang sebanding/setara adalah
pendapat bahwa kesamaan dan keteraturan pikiran dan perilaku manusia
dalam hubungannya dengan ruang fisik yang terjadi dengan sendirinya
adalah merupakan implikasi bahwa sifat alamiah dari kesamaan juga terjadi
dengan sendirinya.
Dari data yang didapat pada riset perilaku tidak dimaksudkan bahwa
asumsi itu hanya sebagian benar, tapi yang lebih penting adalah keyakinan
bahwa hal tersebut menyederhanakan pengertian hubungan antara perilaku
manusia dan setting fisiknya.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
14
BAB III
DATA OBJEK STUDI
3.1 Tinjauan Umum Kota Semarang
3.1.1 Kondisi Geografis
Kota Semarang dalam ruang lingkup Jawa Tengah merupakan kota berada
dalam hirarki yang tertinggi dalam fungsi administratif, sosial, ekonomi, dan
politik. Letak geografisnya berada antara 110º 23’ 57’’ 79’’’ BT dan 110º 27’ 70’’
BT; lintang 6º 55’ 6’’ LS dan 6º 58’ 18’’ LS. Kotamadya Semarang memiliki luas
area ± 37.360,947 dan dibatasi oleh :
Barat : Kab. Kendal
Timur : Kab. Demak
Selatan : Kab. Semarang
Utara : Laut Jawa
Keadaan topografi Kota Semarang dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu :
Wilayah utara merupakan dataran rendah dengan pantai menghadap
Laut Jawa.
Wilayah selatan merupakan perbukitan dengan ketinggian 9 – 27 meter
di atas permukaan laut.
3.1.2 Tata Guna Lahan
Penduduk Kota Semarang tersebar di 16 kecamatan, yaitu Kecamatan
Semarang Tengah,Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajahmungkur,
Caridisari, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, Gayamsan, Pedurungan,
Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu.
Selain terbagi dalam 16 kecamatan, Kota Semarang terbagi menjadi lima
Wilayah Pengembangan dan sepuluh BWK (Bagian Wilayah Kota).
LEGENDA
Budaya
Campuran Perdagangan
dan Pemukiman
Depo Pertamina
Gereja
Konservasi
Masjid
Olah Raga dan Rekreasi
Pasar
Perdagangan dan Jasa
Perdagangan
Perguruan Tinggi
Perkantoran
Permukiman
Puskesmas
Retarding Basin
Rumah Sakit
SD
SMA
SMP
Stasiun Kereta Api
Taman
Tempat Pemakaman Umum
Gambar 3.1.1 Pembagian Kecamatan di Kota
Semarang Sumber : Tim Penyusun RDTRK
Semarang
Gambar 3.1.2 Pembagian BWK Kota Semarang
Sumber : Penyusun RDTRK Semarang
I
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
15
3.1.3 Kondisi Topografi
Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, antara 0.75 – 348 m diatas
permukaan laut. Kemiringan lahan berkisar 0% - 45%.
NO KEMIRINGAN LAHAN
(%)
LUAS WILAYAH(
Ha )
PROSENTASE LUAS
WILAYAH
1 0%-2% 15.810,76 42.31%
2 2%-15% 13.379,76 35.80%
3 15%-25% 6.080,18 16.27%
4 25%-40% 1.138,80 3.05%
5 >40% 960,50 2.57%
Jumlah 37,37 100%
3.1.4 Klimatologi
Semarang memiliki iklim tropis 2 (dua) jenis yaitu, musim kemarau dan musim
penghujan yang memiliki siklus pergantian 6 bulan. Hujan sepanjang tahun,
dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun rata-rata 2215
mm sampai dengan 2183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan
Desember sampai bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 25.80 °C
sampai dengan 29.30 °C, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62%
sampai dengan 84%. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara
menuju Barat Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5.7 km/jam.
3.2 Tinjauan Umum Jalan Pemuda
Jalan pemuda yang merupakan jalan arteri sekunder termasuk Wilayah perencanaan
BWK I yang terletak di Pusat Kota Semarang.
Batas-batas jalan Pemuda :
Sebelah Utara : Jalan Pierre Tendean
Sebelah Selatan : Jalan Pandaranan
Sebelah Timur : Jalan MH Thamrin
Sebelah Barat : Tugu Muda Dan Jalan Imam Bonjol
Secara Administrasi BWK I merupakan bagian wilayah administrasi Kota Semarang
dengan batas wilayah adminstrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Semarang Utara
Sebelah Selatan : Kecamatan Gajah Mungkur dan Kecamatan
Candisari
Sebelah Timur : Kecamatan Gayamsari
Sebelah Barat : Kecamatan Semarang Barat
Berkaitan dengan letak dan kedudukannya, maka potensi-potensi yang dimiliki BWK I
adalah sebagai berikut:
1. Secara fisik geografis, BWK I terletak di pusat kota sehingga memiliki lokasi yang
cukup strategis didalam menghubungkan daerah-daerah lain di Kota Semarang.
2. Berdasarkan kebijaksanaan yang telah di tetapkan, BWK I memiliki beberapa fungsi
utama yaitu fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran skala kota
dan regional, dan fungsi spesifik/budaya.
3. Berdasarkan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, BWK I memiliki beberapa fasilitas
yang mempunyai skala pelayanan regional yaitu sebagai pusat perkantoran,
kawasan perdagangan dan jasa.
Tabel 3.1.3
Kemiringan dan Prosentase Luas Lahan Kota Semarang
Gambar 3.2.1 Kondisi Eksisting
Sumber : Google Earth
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
16
4. Sebagai pusat Kota Semarang maka Bagian Wilayah Kota I (BWK I) memiliki
peranan sebagai pusat kegiatan masyarakat Kota. Sebagai daerah pusat kota maka
peranan BWK I adalah sebagai daerah tujuan utama bagi kegiatan pusat kota serta
wilayah lain yang berada di belakangnya.
Permukaan topografi pada Jalan Pemuda relatif datar. Tidak ada perbedaan level yang
berarti. Hal tersebut menjadikan kawasan di sekitar Jalan Pemuda berkembang dengan
baik.
Gambar 3.2.2. Koridor Jalan Pemuda Sumber : Google Earth
Gambar 3.2.3 Masa Bangunan Pada Koridor
Jalan Pemuda Sumber : Google Earth
Gambar 3.2.4 Infrastruktur Jalan Pemuda
Sumber : Google Earth
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
17
Gambar 3.2.5 Mapping Land Use
Sumber : analisa pribadi
Kawasan Perkantoran Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Pendidikan Kawasan Permukiman
U
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
18
3.3 Tinjauan Data Elemen Fisik Perancangan Kota pada Jalan Pemuda
3.3.1 Penggunaan Lahan (Land Use)
1. Fasilitas kesehatan
Gambar Nomor Keterangan
1 APOTEK KIMIA FARMA
2. Fasilitas pendidikan
Gambar Nomor Keterangan
1 SD MARSUDIRINI
2 SMA NEGERI 3 SEMARANG
3 SMA NEGERI 5 SEMARANG
1
U
Gambar 3.3.1.1 Peta Lokasi Fasilitas Kesehatan
Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
19
3. Konservasi
Gambar Nomor Keterangan
1 LAWANG SEWU
2 BALAIKOTA SEMARANG
3 SMA NEGERI 3 SEMARANG
4 YARDIP
1
2
3
U
Gambar 3.3.1.2 Peta Lokasi Fasilitas Pendidikan
Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
20
4. Pemukiman Warga
Gambar Nomor Keterangan
1 PERMUKIMAN
2 PERMUKIMAN
3 PERMUKIMAN
1
3
2
U
1
2
3
4
U
Gambar 3.3.1.3 Peta Lokasi Konservasi Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 3.3.1.4 Peta Lokasi Permukiman Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
21
5. Perdagangan dan Jasa
Gambar Nomor Keterangan
1 DP MALL
2 GRAMEDIA AMARIS
3
HOTEL MERBABU
4 PARAGON CITY MALL
5 HOTEL NOVOTEL
6 GRAHA BIMASAKTI NOKIA
STORE
5
1 2
3
4
6
U
Gambar 3.3.1.5 Peta Lokasi Perdagangan dan Jasa
Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
22
6. Perkantoran
Gambar Nomor Keterangan
1 BII
2 BALAIKOTA SEMARANG
3 GRAHA BINA ARTHA
4 DISBUDPAR
5 DINAS PENDIDIKAN
6 KANTOR JAMSOSTEK
7 INSPEKTORAT
8 BAPPEDA
9 POLISI MILITER
10 TOURIST INFORMATION CENTRE
11 KODIM 0733 BS SMG
12 GEDUNG JUANG 45
13 PT. PP
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
23
1
4
6
5
2
3
10
9 8
7
11
14
13
12
16
15
U
14
ASIH BUMI JAYA
15 GRAHA SUCOFINDO
16 DANAMON
Gambar 3.3.1.6 Peta Lokasi Perkantoran Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
24
3.3.2 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan
penampilan bangunan, yaitu :
1. Ketinggian dan Penataan Bangunan
Pada kawasan Jalan pemuda, ketinggian bangunan yang ada sifatnya
bervariasi sehingga membuat tampilan bangunan di Jalan ini menjadi tidak
monoton. Pola penataan masa bangunan berbentuk linier mengikuti pola
jalur jalan.
2. Skyline (potongan memanjang sisi barat dan timur)
Gambar 3.3.2.2.2 Potongan A-A’
Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 3.3.2.2.3 Potongan B-B’
Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 3.3.2.2.1 Potongan memanjang
Sumber : analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
25
1
9
8
7
6
5 4
3
2
14
13
12
11
10
20
19
18
17
16 22
21
24
23
4
11 10
9
7
8
6 5
2
1
15 14
13
12
3
U
]
Gambar 3.3.2.2.4 Peta Lokasi Masa Bangunan
Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
26
JALAN PEMUDA BAGIAN UTARA
No Gambar Keterangan
1
LAWANG SEWU
2
GEDUNG BII
3
DP MALL
4
BALAIKOTA
SEMARANG
5
GRAHA BINA ARTHA
(BANK JATENG)
6
GRAMEDIA-AMARIS
HOTEL
7
DINAS KEBUDAYAAN
DAN PARIWISATA
PROVINSI JATENG
8
RUKO
9
RUMAH WARGA
10
DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI JATENG
11
GEDUNG
JAMSOSTEK
12
HOTEL MERBABU
13
TEMPAT PARKIR
PARAGON MALL
14
PARAGON MALL
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
27
JALAN PEMUDA BAGIAN SELATAN
No Gambar Keterangan
1
GEDUNG PANDANARAN
2
GEDUNG BANK
DANAMON
3
GRAHA SUCOFINDO
4
BUMI ASIH JAYA
5
RUMAH WARGA
6
KANTOR PT PP
7
RUMAH WARGA
8
GEDUNG JUANG 45
9
SD MARSUDIRINI
10
KODIM 0733 BS/SMG
11
SMAN 3 SEMARANG
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
28
12
TOURIST
INFORMATION CENTER
13
YAYASAN RUMPUN
DIPONEGORO
14
SMAN 5 SEMARANG
15
GRAHA BIMA SAKTI
NOKIA
16
POLISI MILITER
17
APOTEK KIMIA FARMA
18
KANTOR BPPD JATENG
19
INSPEKTORAT
20
NOVOTEL
21
GOOD HEALTH DAN
MIE JOWO DOEL
NOEMANI
22
RM PADANG RESTU
BUNDO DAN TOKO
CROWN
23
TOKO BINTANG TIGA
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
29
24
KURNIA AUTO
3.3.3 Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)
1. Sirkulasi
Jalan Pemuda merupakan jenis jalan arteri sekunder yang menghubungkan
kawasan Tugu Muda dengan kawasan Kota Lama Semarang. Sirkulasi
kendaraan bermotor pada Jalan Pemuda terdiri dari dua arah dan dibagi
menjadi empat jalur. Dua jalur untuk jalur lambat dan dua jalur lagi untuk jalur
cepat. Jenis kendaraan yang melewati jalan ini antara lain mobil, sepeda
motor, bus, truk.
2. Parkir
Lokasi tempat parkir di penggal Jalan Pemuda dapat dikatakan terbagi
menjadi dua, yaitu terletak di badan jalan dan terletak di dalam halaman
bangunan. Untuk tempat parkir yang berada di tepi badan jalan (berada di
jalur lambat) cenderung hanya bersifat sementara. Sedangkan untuk tempat
parkir yang berada di halaman suatu bangunan hanya digunakan khusus oleh
pengunjung atau pengguna dari bangunan tersebut. Pada penggal Jalan
Pemuda, semua bangunan sudah memeiliki tempat parkir khusus yang
terletak di halaman bangunan tersebut, kondisi ini mengakibatkan arus lalu
lintas di Jalan Pemuda ini menjadi lancar dan terkesan leluasa.
3.3.4 Ruang Terbuka (Open Space)
Pada koridor jalan Pemuda terdapat ruang terbuka yang terletak di sebelah utara
gedung UNAKI. Ruang terbuka ini berupa taman pasif iyang difungsikan sebagai
ruang terbuka hijau yang memiliki street furniture berupa lampu.
Ruang terbuka pada penggal jalan ini,jika digolongkan ke dalam fungsinya
merupakan ruang terbuka aktif karena baik halaman depan dari bangunan dan
pedestrian dapat digunakan untuk aktifitas manusia. Untuk halaman depan dari
tiap bangunan digunakan sebagai tempat parkir. Sedangkan untuk jalur
Gambar 3.3.3.2 Lokasi yang biasa digunakan sebagai
lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi
U
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
30
pedestrian sering digunakan oleh pedagang, pelajar, dan pejalan kaki lainnya
untuk beristirahat sejenak.
3.3.5 Pedestrian (Pedestrian Ways)
Pada penggal jalan Pemuda Semarang ini memiliki jalan pedestrian selebar 5
meter dengan material keramik dan batu alam dengan akses bagi pejalan kaki
tunanetra.
Terdapat beberapa street furniture pada penggal jalan pemuda ini meliputi :
tanaman hias, lampu hias, tempat sampah, dll.
3.3.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support)
Terdapat beberapa Activity Support yang berada pada penggal jalan ini meliputi :
kantin, pedagang kaki lima, koran umum dan toko kecil yang non permanen.
Gambar 3.3.7.3 Gambar Signage yang menunjukkan rambu lalu
lintas Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.3.5 Pedestrian di jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
31
3.3.7 Papan Iklan (Signage)
Pada penggal jalan pemuda terdapat beberapa simbol dan tanda, antara lain :
1. Identitas
Adanya tanda yang menunjukkan nama penggal jalan tersebut.
2. Nama Bangunan
Dipakai sebagai nama bangunan yang biasanya dilengkapi dengan petunjuk
jenis kegiatan yang ada di dalamnya.
3. Petunjuk Sirkulasi
Biasanya disebut sebagai rambu – rambu lalu lintas yang berfungsi untuk
mengatur dan mengarahkan pengendara kendaraan atau pejalan kaki dalam
sirkulasi. Di Jalan Pemuda terdapat beberapa petunjuk sirkulasi dan larangan.
4. Komersial
Tanda jenis ini adalah reklame dan iklan. Banyak terdapat di sekitar penggal
jalan pemuda ini.
Gambar 3.3.7.1 Gambar signage yang menunjukkan nama
penggal jalan Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.3.7.2 Gambar Signage yang menunjukkan nama bangunan
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.3.7.4 Komersial di Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar
Lokasi Gambar
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
32
5. Petunjuk ke lokasi lain
Tanda jenis ini merupakan petunjuk arah, lokasi kegiatan tertentu yang
mempunyai keterangan jarak.
Gambar 3.3.7.5 Penunjuk arah
Sumber : Dokumen Pribadi
U
Gambar 3.3.3.2 Lokasi yang biasa digunakan sebagai
lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
33
Rambu-rambu yang terdapat di Jalan Pemuda, antara lain :
Rambu-rambu lalu lintas
Ket Gambar Ket Gambar
A.1
A.4
A.2
A.5
A.3
A.6
A.7
Papan petunjuk
Ket Gambar Ket Gambar
B.1
B.3
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
34
A1 A5
A3 A4
A3
A3
A2
A1
A66
A3
A4 A5
A4
A1 A1
B1
A7
A1
A1
A3
A3 B3
B2
Gambar 3.3.7.6 Peta posisi signages
Sumber : Dokumen Pribadi
B.2
B.4
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
35
3.3.8 Konservasi (Conservation)
Terdapat beberapa bangunan konservasi pada penggal jalan ini yakni SMA
Negeri 3, SMA Negeri 5 Semarang, Gedung YARDIP dan Balaikota Semarang.
3.3.9 Utilitas pada Jalan Pemuda
Jaringan utilitas yang ada di kawasan Jalan Pemuda adalah jaringan listrik dan
drainase. Jaringan listrik berfugsi untuk memberikan penerangan sehingga
meningkatkan kenyamanan pengguna. Sedangkan jaringan drainase berfungsi
mengalirkan air hujan maupun limbah PKL dari Jalan Pemuda ke saluran
lingkungan.
1. Lampu pada Jalan Pemuda
Ket Gambar Ket Gambar
L.1
L.2
Keterangan Gambar
Lampu 1 (L.1)
Lampu 2 (L.2)
U
Gambar 3.3.8 Konservasi di Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.25 Peta posisi lampu jalan
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3.3.9 Peta Posisi Lampu
Sumber : Analisa Pribadi
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
36
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Jalan Pemuda sebagai Koridor Jalan Kota Semarang
4.1.1 Tinjauan Jalan Pemuda terhadap Kota Semarang
Jalan Pemuda merupakan salah satu jalan terpenting di kota Semarang.
Selain berpusat pada Tugu Muda yang notabene merupakan ikon Kota
Semarang, Jalan Pemuda merupakan akses utama menuju Balai Kota dan
beberapa pusat perbelanjaan terkemuka. Di sepanjang Jalan Pemuda terdapat
beberapa fasilitas, seperti fasilitas pendidikan yaitu sekolah-sekolah dengan
kualitas yang baik serta terdapat berbagai macam gedung perkantoran.
Peran yang begitu beragam mengakibatkan intensitas pemakaian Jalan
Pemuda oleh masyarakat menjadi sangat tinggi. Tak jarang seringkali timbul
kemacetan yang panjang. Meski begitu, Jalan Pemuda mampu menyediakan
ruang bagi masyarakat untuk menikmati area terbuka, meski biasanya hanya
dilakukan satu kali dalam seminggu, yakni pada saat Car Free Day. Jalan
Pemuda memanglah tidak seramai jalan Pahlawan, akan tetapi Jalan Pemuda
tetapa memilki daya pikat tersendiri dalam menarik minat masyarakat.
4.1.2 Analisa Jalan Pemuda Berdasarkan Elemen Perancangan Kota
Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen
perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai
karakteristik yang jelas.
Elemen–elemen perancanagn kota tersebut dapat dilihat pada Jalan
Pemuda seperti berikut :
1. Penggunaan Lahan (Land Use)
Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah
pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam
mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan
gambaran keseluruhan bagaimana daerah–daerah pada suatu kawasan
tersebut seharusnya berfungsi.
Adapun di sepanjang koridor jalan pemuda memiliki tata guna lahan
yang digunakan sebagai fasilitas perkantoran,fasilitas perdagangan, fasilitas
pendidikan, dan fasilitas permukiman.
Tata guna lahan ini didominasi oleh fasilitas perkantoran. Fasilitas
perkantoran tersebut adalah Gedung Balai Kota,Gedung Jamsostek,Kantor
pertamina,Gedung Bapedda,Gedung Dinas Pendidikan Jawa Tengah (untuk
lebih jelasnya lihat gambar peta jaringan jalan).
Pada Jalan Pemuda penggunanya sangat beragam mulai dari fungsi
pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran sekaligus pemukiman. Fungsi
lahan yang kompleks tersebut mengakibatkan Jalan Pemuda menjadi sangat
padat oleh lalu lintas dan aktifitas. Dari sekian fungsi lahan tersebut, tentunya
harus dibarengi dengan pemenuhan kebetuhan masyarakat akan ruang
terbuka (open space) bahkan area hijau. Area hijau pada Jalan Pemuda
masih sangat minim karena hanya terdapat pada jalur pedestrian.
2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan
massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta
bagaimana hubungan antar massa yang ada. Pada penataan suatu kota,
bentuk dan hubungan antara massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan
massa bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga ruang yang
terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta menghindari
adanya lost space (ruang tidak terpakai).
Massa bangunan pada penggal jalan pemuda sangat seimbang dengan
perbedaan tinggi dan kepejalan yang tidak begitu signifikan. Beberapa
bangunan yang ketinggiannya cukup signifikan diimbangi dengan bangunan
lain yang memiliki kepejalan yang lebih tinggi dengan ketingian yang rendah.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
37
Tiap blok – blok bangunan terdapat open space yang digunakan
sebagai lapangan maupun tempat parkir.
Bentuk bangunan pada penggal jalan pemuda hampir seragam karena
sebagian besar bangunan merupakan peninggalan masa kolonial. Bangunan-
bangunan baru pun dihadirkan tidak jauh berbeda penampakannya dengan
bangunan lama. Namun Paragon City Mall hadir dengan bentuk yang jauh
berbeda, pada akhirnya menjadi sorotan paling utama/point of interest dari
Jalan Pemuda dibandingkan dengan bangunan lain yang padahal memuat
kearifan sejarah dan budaya Indonesia.
3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)
Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat
membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan
keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-
tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu
kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat
untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu
sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain
sebagainya.
Sirkulasi pada Jalan Pemuda terjadi dua hanya dua arah yang masing –
masing arah bertemu pada persimpanagn dengan jalan lain. Sehingga sering
terjadi kemacetan yang bermula pada ujung – ujung jalan pemuda. Kondisi
sirkulasi tersebut diperparah dengan sirkulasi keluar masuknya kendaraan
dari dan menuju bangunan. Sirkulasi kendaraan dilalui oleh arus kendararaan
2 arah dengan lebar jalan 12 meter. sedangkan parkir mobil berada pada
bahu jalan sepanjang koridor jalan
Pada peta jaringan infrastruktur terdapat daerah yang sering macet dan
yang daerah dimana kendaraan sering ngetime di pinggir jalan. Daerah
tersebut diantaranya berada di sekitar bangunan Pendidikan. Kemacetan
akibat penumpukan kendaraan tersebut terjadi karena bnyaknya kendaraan
yang keluar dari sekolah yang kemudian menghambat laju kendaraan lainnya.
Gambar 1 Kemacetan di sekitar bangunan
Pendidikan Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar 1
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
38
Selain di area pendidikan, Kemacetan juga terjadi di lampu merah tugu
muda dari arah jalan pemuda. Penumpukan kendaraan terjadi karena
banyaknya volume kendaraan karena jam pulang kantor. Dari berbagai arah
berkumpul di pusat jalan Tugu muda sehingga antrian kendaraan pun terasa
sampai jalan pemuda. (untuk lebih jelasnya lihat gambar peta jaringan jalan)
Kemacetan sering terjadi pada jam-jam berikut : 07.00–08.00, 13.00–
14.00, 17.00-18.30
Sementara beberapa lokasi, terutama pada bangunan yang tidak
mampu mengelola sistem parkirnya dengan baik, mengakibatkan masyarakat
memarkirkan kendaraannya di bahu jalan bahkan jalur pedestrian.
4. Ruang Terbuka (Open Space)
Pada Jalan Pemuda keberadaan ruang tebuka sangat sedikit. Hanya
sebatas pada tiap masing–masing bangunan yang notabene hanya untuk
memenuhi kaidah yang berlaku terkait GSB dan KDB bangunan.
5. Pedestrian (Pedestrian Ways)
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-
elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota
dan pola-poal aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau
pembangunan fisik kota di masa mendatang.
Lebar pedestrian pada koridor jalan pemuda adalah 3 meter ( standard
Neufert 2,25 meter,dapat digunakan 4 orang) dan pedestrian ini juga
memfasilitasi kebutuhan kaum divable dalam penggunaan jalan melalui
Gambar 2 Kemacetan di penggal Jalan
Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 3 Pedestrian yang digunakan sebagai
lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 4 Pedestrian yang digunakan sebagai
lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar 2
Lokasi Gambar 3
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
39
penyediaan divable patch straight (guide strips) sepanjang jalan. Namun
sayangnya, penggunaan divable patch straight ini masih kurang optimal.
Meskipun luasnya sangat mencukupi tetapi pada beberapa titik jalur
pedestrian digunakan sebgai area parkir yang bahkan dikelola oleh pemilik
bangunan yang dalam hal ini berfungsi sebagai perdagangan dan jasa.
6. Aktivitas Pendukung (Activity Support)
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan–
kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi
dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh
terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas
pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen–elemen kota yang
dapat menggerakkan aktivitas.
Semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang
publik suatu kawasan kota yang terdapat pada koridor jalan pemuda adalah:
pusat perbelanjaan (Paragon), pusat perkantoran (Bank Jateng, BAPPEDA) ,
perpustakaan dan sebagainya.
7. Papan Iklan (Signage)
Tanda – tanda sangat penting keberadaannya dalam sebuah kawasan
terutama penggal jalan utama seperti ajaln pemuda. Ini dibutuhkan
seharusnya untuk memberikan petunjak bagi pengguna jalan bagaimana ia
harus bertindak
Namun pada kenyataannya sering tanda–tanda terutama rambu–rambu
lalu lintas hanya berfungsi sebagai penghias jalan semata.
8. Konservasi (Conservation)
Gambar 4 Pedestrian ways di penggal Jalan
Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar 4
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
40
Terdapat beberapa bangunan Konservasi yang merupakan aset atau
nilai keberadaaan suatu kota. Yang dapat menceritakan sejarah suatu kota.
Konsep tentang konservasi kota memperhatikan beberapa aspek,antara lain:
bangunan-bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan
dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan bangunan.
Beberapa kategori konservasi antara lain preservasi (preservation),
konservasi (conservation), rehabilitasi (rehabilitation), revitalisasi
(revitalitation) dan peningkatan (improvement).
Pada penggal jalan pemuda terdapat beberapa banguna konservasi
seperti Balai Kota, SMA 3 Semarang, SMA 5 Semarang dan beberapa
bangunan lain. Kondisi dan fungsi bangunan – bangunan tersebut sangat baik
dan berjalan semestinya sehingga terjaga unsur historic dari tiap bangunan
tersebut.
4.2 Analisa Pola Perilaku Masyarakat pada Penggal Jalan Pemuda
4.2.1 Konsep Perilaku pada Ruang Publik
Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu
akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan
juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah
bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola
perilaku manusia (Dubois, 1968).
Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Proses Individual
Dalam menganaisa pola perilaku masyarakat terhadap Penggal jalan
Pemuda terkait proses individuanya dapat dilakukan melalui aspek Persepsi
Lingkungan.
Persepsi masyarakat terhadap lingkungan penggal jalan Pemuda adalah,
sebuah jalan utama Kota Semarang yang mampu mengakomodasi setiap
kebutuhan masayarakat dalam berbagai aspek karena kawasan ini memiliki
guna lahan yang kompleks.
Proses Perilaku Individual :
Perilaku Manusia dan Lingkungan
Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik
lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap
tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a) Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan
menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut.
Environmental deteriminism pada penggal jalan Pemuda
menunjukkan, bahwa kondisi dari penggal jalan Pemuda yang
ada sekarang ini, mampu mengakomodasi beragam aktifitas
akan tetapi masih terjadi penyimpangan pada pola perilaku yang
terbentuk.
b) Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik
dapat memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah
laku masyarakat.
Perilaku masyarakat yang terbentuk di penggal jalan Pemuda
merupakan akibat dari bentuk penggal jalan Pemuda yang
kurang optimal dalam mengahdirkan fasilitas untuk
menghadirkan perfoma yang baik dalam mengakomodasi tiap
kegiatn yang terbentuk.
c) Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan
memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku
masyarakat. Pada kenyataan yang ada kondisi fisik lingkungan
penggal jalan Pemuda dapat memberikan pilihan pilihan bagi
masyarakat untuk berkegiatan di dalamnya. Sehingga penggal
jalan Pemuda menjadi berfungsi secara optimal.
Menurut teori yang dikemukakan Rapport (1969), bahwa aspek norma,
kultur, dari masyarakat yang berbeda, akan menghasilkan konsep dan
wujud ruang yang berbeda, maka apabila ditinjau pada Jalan Pemuda
yang memiliki kultur serta norma yang ada, pada masyarakat
lingkungan sekitar Jalan Pemuda merupakan kawasan pendidikan dan
pemerintahan, di mana banyak terdapat sarana pendidikan serta
kantor-kantor pemerintahan. Namun, fungsi pendidikan dan
pemerintahan ini pelan-pelan mulai tergantikan dengan fungsi ekonomi
dan hiburan setelah dibangunnya Paragon Mall serta Duta Pertiwi Mall.
Pada akhirnya konsep serta wujud ruang yang ada pada Jalan Pemuda
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
41
yang seharusnya mencerminkan fungsi pendidikan dan pemerintahan,
saat ini menjadi memudar dan yang terlihat dominan adalah fungsi
ekonomi dan hiburan.
Setting Perilaku (Behaviour Setting)
Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan
tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur
sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan
tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan.Setting
perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :
a) System of setting (sistem tempat atau ruang)
Dalam kajian system of setting, unsur–unsur pada Jalan
Pemuda sudah saling terkait antar elemen–elemennya,
sehingga Jalan Pemuda sudah cukup ideal apabila dijadikan
tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang umum
dilakukan di suatu penggal jalan.
b) System of activity ( sistem kegiatan),
Pada Weekday, yaitu pada hari-hari biasa, Jalan Pemuda biasa
diakses oleh pelajar dan pekerja kantor. Kepadatan di Jalan
Pemuda sering terjadi pada pagi dan siang hari saat masuk dan
pulang sekolah. Banyak kendaraan bermotor yang mengakses
jalan tersebut, sering terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu.
Saat lalu lintas semakin padat, sering kali terjadi
penyalahgunaan pedestrian way, banyak sepeda motor yang
menggunakan pedestrian way tersebut untuk melintasi Jalan
Pemuda.
Pada Weekend, yaitu hari-hari libur, Jalan Pemuda digunakan
sebagai kegiatan olahraga dan hiburan saat car free day (CFD),
seperti senam pagi, kegiatan komunitas (skateboard, sketsa),
dsb. Car free day ini dilaksanakan pada hari minggu pada pukul
05.00-09.00 dan akses mobil pada Jalan Pemuda ditutup untuk
sementara. Pada malam harinya, pedestrian way sering
digunakan sebagai tempat berkumpul, gathering dari komunitas-
komunitas tertentu. Pengguna parkir pada weekend kuotanya
lebih banyak bila dibandingkan saat weekdays.
Gambar 5 Penggunaan pedestrian dan jalan
saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 5 Penggunaan pedestrian dan jalan
saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar 5
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
42
Idealnya sebuah penggal jalan, menurut analisis behavior setting,
bahwa suatu desain seharusnya sesuai dengan pola perilaku yang
ingin di bentuk pada suatu ruang tidak terdapat pada penggal Jalan
Pemuda.
Jalan Pemuda yang pada hakikatnya ingin ditujukan sebagai tempat
berkumpul masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka
publik kurang mampu mengakomodasi kebutuhan para penggunanya.
Ruang berkumpul pada umumnya menyediakan area tersendiri yang
mampu menjadi pemisah dengan area lain sehingga privasi pengguna
dapat dioptimalkan. Ketidaklengkapan fasilitas tersebut menjadikan
perilaku masyarakat berjalan tidak semestinya dengan memanfaatkan
kondisi yang ada.
Pada Penggal Jalan Pemuda area tersebut berbaur pada jalur
pedestrian sehingga terjadi kekacauan sirkulasi pada jalur pedestrian.
Hal tersebut terlihat jelas pada saac CFD dimana orang – orang
berkumpul pada pingir jalur pedestrian dan atau pada bingkai tanaman
sehingga menjadi hal yang risih satu sama lain.
Tidak tersedianya area parkir bagi kendaraan yang sekedar menunggu
tidk masuk ke area bangunan pun menimbulkan efek perilaku yan
menyimpang pula. Kegiatan ini terutama terjadi di kawasan pendidikan
oleh keluarga yang ingn menjemput anggota keluarganya di sekolah.
Mereka memarkir kendaraan di bahu jalan tentu dapat mengganggu
alur lalu lintas di jalan Pmuda bahkan dapat menimbulkan kemacetan.
Dapat dikatakan penggal jalan pemuda dengan segala macam
fasilitasnya kurang mampu menyesuaikan dengan pola perilaku yang
ingin dibentuk.
2. Proses Sosial
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dubois (1968), proses sosial pada
penggal jalan Pemuda adalah perilaku interpersonal manusia yang meliputi:
Ruang Personal
Pada kawasan penggal jalan Pemuda, sebagian masyarakat disini
biasanya berinteraksi dalam suatu ruang yang kecil. Mereka
menggunakan jalur pedestrian untuk menggelar lapak PKL terutama
pada malam hari karena mereka memanfaatkan momen ketika
masyarakat berkumpul di kawasan tersebut. Hal-hal seperti inilah yang
sering kita temui di kawasan penggal jalan Pemuda ini. Pedestrian
yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki disalahgunakan
sebagai ruang personal PKL.
Gambar 6 Penggunaan pedestrian dan jalan
saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi
Lokasi Gambar 6
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
43
Jika dilihat dari teori tersebut, penggal jalan Pemuda memang memiliki
ruang personal yang terbentuk dari perilaku sosial dan kebutuhan
penggunanya, dalam hal ini pengguna adalah PKL.
Teritorialitas
Teritorialitas merupakan perbuatan untuk menguasai ruang yang lebih
luas guna untuk memenuhi kebutuhannya. Pada kawasan penggal
jalan Pemuda ini teritorialitas sering terjadi pada PKL yang menggelar
lapaknya di pinggir jalan. Mereka mencari area yang cukup untuk
menggelar lapaknya agar tercipta ruang yang mampu menampung
segala aktifitas yang terjadi di lapak ini. Area yang digunakan lagi-lagi
adalah jalur pedestrian yang ada di kawasan penggal jalan Pemuda.
Hal ini mengakibatkan sirkulasi yang ada menjadi terganggu.
Pelebaran area lapak PKL ini sangat berpengaruh dalam proses sosial
karena merupakan aspek yang menghubungkan antara kebutuhan
dengan ruang yang dibutuhkan pengguna. Selain PKL beberapa
oknum juga memanfaatkan jalur pedestrian sebgai pelebaran area
parkir mereka sehingga hak pejalan kaki kembali direnggut.
Jika dilihat dari keadaan penggal jalan Pemuda sekarang, teori tentang
teritorialitas memang ada dalam kawasan ini.
Kesesakan/Kepadatan
Kesesakan atau kepadatan adalah suatu kondisi dimana keadaan
ruang yang tersedia tidak dapat menampung segala aktifitas yang
berlangsung didalamnya. Pada kawasan penggal jalan Pemuda ini,
kesesakan / kepadatan sering terjadi pada ruang personal seperti
ruang yang ada di PKL dan parkir ilegal. Akibat dari kesesakan ini PKL
dan parkir ilegal melebarkan area lapaknya akan berdampak pada
pengguna jalan. Kesesakan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat sekitarnya.
Dilihat dari keadaan penggal jalan Pemuda sekarang, kesesakan
memang terjadi sehingga teorinya benar ada.
Privasi
Dalam suatu ruang, privasi merupakan usaha yang dilakukan guna
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan sosial individu didalamnya
yang nantinya akan berpengaruh dengan perilaku individu lainnya.
Masyarakat di sekitar kawasan penggal jalan Pemuda membatasi area
yang mereka anggap mampu mengoptimalkan aktifitas yang dapat
memenuhi kebutuhan didalamnya. Dalam hal ini PKL dan oknum
perparkiran merupakan salah satu pelaku di kawasan penggal jalan
Pemuda. Lapak PKL memiliki batasan areanya sendiri sehingga tidak
mengganggu sirkulasi masyarakat lainnya yang ingin melewati area
sekitar lapak ini.
Dari analisis proses sosial ini, dapat disimpulkan bahwa keadaan yang
ada di kawasan Penggal jalan Pemuda sekarang memiliki keterkaitan
dengan teori yang dikemukakan oleh Dubois (1968) sehingga tidak
muncul suatu kesenjangan yang nantinya akan menimbulkan suatu
permasalahan. Meskipun kesenjangan tersebut hanya terasa oleh satu
pihak yaknipejalan kaki yang mereka tidak mempunyai upaya untuk
mengendalikan kondidi sesuai dengan yang semestinya.
4.2.2 Perilaku Manusia sebagai Pengaruh Kondisi Lingkungan
Menurut teori perilaku manusia dapat mempengaruhi kondisi lingkungan. Jika
dilihat dari teori tersebut lalu kita melihat pada keadaan sebenarnya,yaitu di
penggal jalan Pemuda,dapat terlihat bahwa teori itu benar adanya.
Setelah diamati pada keadaan di penggal jalan Pemuda,bisa dilihat keadaan
penggal jalan Pemuda sebenarnya sangat baik dengan beberapa fasilitas yang
memang dibutuhkan. Akan tetapi regulasi yang berlaku tidak mampu mengatur
pola perilaku yang ingin dibentuk. Penyebab dari masalah ini,adalah berasal dari
perencanaan yang baik tapi kurang matang. Sehingga banyak terjadi
penyimpangan – penyimpangan perilaku. Terlepas dari permasalahan tersebut
Jalan Pemuda mampu membawakan dirinya sebagai suatu kawasan yang
mampu mencitrakan identitas sebuah kota yakni Kota Semarang dengan
menghadirkan beragam aktivitas berbasis masyarakat yang menarik.
Lokasi Gambar 4
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
44
BAB V
KESIMPULAN
Keberadaan sebuah jalan bagi sebuah kawasan, dalam hal ini adalah kota
merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini tidak hanya berdasar pada
kebutuhan dan aksesbilitas kota akan tetapi juga merupakan upaya dalam
menampilkan citra kota. Pada dasarnya sebuah jalan mampu memberikan beragam
manfaat bagi penggunanya, selain manfaat akses juga mampu membei manfaat lain
seperti manfaat ekonomi karena keberadaan sebuah jalan pasti akan menciptakan
berbagai jenis kegiatan.
Jalan sebagai salah satu pilar utama suatu kawasan dapat dihadirkan dalam
ruang kota untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, dengan kehadiran jalan
maka dapat memicu munculnya kegiatan masyarakat pada jalan tersebut. Hal ini
tentu menjadi dampak yang positif karena akan tercipta interaksi masyarakat yang
harmonis.
Penggal jalan Pemuda merupakan salah satu jalan terpenting Kota Semarang
yang berlokasi dekat dengan kawasan Tugu Muda serta pusat perdagangan modern,
Paragon City dan DP Mall serta pemerintahan Semarang. Jalan ini mempertemukan
dua kawasan penting Kota Semarang yakni Tugu Muda dan Johar. Hal ini memberi
peran pada fungsi Penggal jalan Pemuda sebagi pathways kota. Oleh karena itu
fungsinya yang menjadi pathways kota sekaligus kawasan perdagangan, pendidikan,
perkantoran dan pemerintahan kota menjadikan kawasan Penggal jalan Pemuda
menjadi kawasan yang ramai dan padat.
Keberagaman aktifitas yang terjadi di kawasan ini juga timbul sebagai akibat
dari ulasan yang dijelaskan di atas. Hal tersebut telah ditunjang dengan fasilitas atau
ruang yang memadai akan tetapi tidak memiliki pola atau keteraturan yang
berorientasi pada perilaku yang ingin dibentuk sehingga perilaku masyarakat yang
hanya mementingkan diri sendiri melakukan bermacam – macam aktifitas yang
mereka inginkan dengan semena – mena tanpa adanya kepedulian terhadap
kebutuhan orang lain dan terutama lingkungan. Hal ini berdampak pada
ketidakjelasan masing – masing fungsi dari tiap fasilitas.
Penggal jalan Pemuda semestinya menerima perlakuan yang layak sehingga ia
dapat menjalankan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau secara optimal. Kondisi
yang terlihat pada jalan Pemuda sekarang ini menggambarkan perlakuan yang baik
dari pemerintah karena jalan ini mencerminkan citra kota secara lugas dalam aspek
pemerintahan . Aktifitas masyarakat pun dilakukan dengan baik sesuai dengan
perwujudan fungsinya, akan tetapi masing – masing aktifitas berjalan dengan
sebegitu mandirinya sehingga mengabaikan kebutuhan bagi aktifitas yang lain.
Kondisi Penggal jalan Pemuda dilihat dari tampilannya berdasarkan elemen –
elemen pembentuknya terlihat seperti telah melalui proses perencanan dan
perancangan yang kurang matang sehingga menyebabkan ketidak jelasan peran
tiap fasilitas pada jalan ini. Keberadaan akses seperti jalur pedestrian yang luas
menjadi implikasi adanya tujuan untuk membentuk beragam aktifitas pada kawasan
tersebut. Namun tidak adanya fasilitas untuk menunjang beberapa kegiatan serta
tidak adanya pengaturan yang jelas pada setiap fasilitas berujung pada
penyimpangan pola perilaku masyarakat.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dieimpulkan potensi serta
permasalahan yang ada pad penggal jalan Pemuda seperti berikut :
POTENSI :
1. Berada di pusat kota
2. Merupakan jalan protokol
3. Aksesbilitas mudah dan terdapat transportasi umum
4. Terdapat pusat pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa,
perbelanjaan, dan pendidikan
5. Banyak bangunan heritage
6. Citra kota bekas kolonial
7. Mampu membentuk beragam kegiatan berbasis masyarakat
PERMASALAHAN :
1. Kurangnya infrastuktur dan street furniture untuk pejalan kaki, seperti
peneduh, vegetasi, bangku taman
2. Kurangnya signage (penanda) untuk pejalan kaki seperti lampu untuk
pejalan kaki, tombol untuk pengguna kursi roda, dan kaum difabel
3. Tidak adanya jalur untuk sepeda
4. Papan reklame yang menganggu kualitas visual kota
5. Parkir di badan jalan
6. Penyalahgunaan jalur pedestrian sebagai lahan untuk PKL, parkir dan
digunakan untuk melintas bagi kendaraan roda dua ketika macet.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
45
Hal ini menjadi gambaran perilaku masyarakat yang mengabaikan keberadaan
sebuah ruang publik yang tersedia yang semestinya mereka pergunakan secara
optimal. Padahal apabila dilihat posisi Penggal jalan Pemuda yakni berada pada
pusat kota seharusnya mampu menjadikan Penggal jalan Pemuda sebagai salah
satu daya tarik Kota Semarang yang apabila dikembangkan secara optimal dapat
menjadi asset wisata kota yang pada akhirnya berujung pada perkembangan
ekonomi kota. Oleh karena itu diperlukan kepedulian masyarakat yang didukung
pemerintah terhadap fasilitas apapun yang tersedia terutama ruang terbuka hijau
karena hal ini adalah respon terhadap kepedulian lingkungan. Kepedulian ini dapat
diwujudkan melalui perlakuan yang baik berupa revitalisasi serta perawatan rutin
sehingga akan memberikan tampilan yang menarik pada Penggal jalan Pemuda.
Dengan Tampilan yang menarik tentu akan mengundang respon masyarakat untuk
peduli dan melakukan kegiatan aktif di ruang publik yang dalam hal ini adalah
Penggal jalan Pemuda.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
46
BAB VI
REKOMENDASI DESAIN
6.1. Konsep
Jalan Pemuda sebagai salah satu icon Kota Semarang tentu harus memiliki performa
yang optimal sehingga mampu member citra yang berkesan terhadap Kota Semarang.
Guna lahan yang beragam menyebabkan kawasan jalan Pemuda memeiliki banyak
kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, koridor jalan pemuda haruslah mampu
mengakomodasi berbagai macam aktifitas tersebut secara baik tanpa adanya disfungsi
seperti kondisi sekarang. Se;ain itu, jalan Pemuda akan menjadi lebih membanggakan
apabila mampu mengembangkan potensi warisan budaya lokal dan bersejarah. Jalan
sebaiknya didesain untuk menghormati dan meningkatkan identitas, karakter, konteks
budaya dan sejarah sebuah kota.
Complete Street sebagai sutu konsep perancangan ruang public menghadirkan
pengaturan jalan sedemikian rupa sehingga apa yang telah tersebut di atas mampu
diwujudkan. Complete Streets disebut juga livable streets merupakan jalan yang
dirancang dan dioperasikan untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi semua
pengguna jalan, termasuk di dalamnya pejalan kaki, pengendara sepeda, kendaraan
bermotor, dan transportasi publik untuk semua umur dan bermacam kemampuan.
Singkatnya complete street merupakan jalan yang mengakomodasi kepentingan semua
pengguna jalan. Menurut the National Complete Streets Coalition, complete streets
adalah jalan yang dirancang dan dioperasikan bagi semua pengguna, tidak hanya
pengemudi, tetapi juga pesepada serta pejalan kaki dari segala tingkat kemampuan dan
usia secara nyaman dan aman.
• Complete Streets are Public Spaces
Complete Street sebagai ruang terbuka yang digunakan untuk tempat berinteraksi
sosial dan beraktivitas fisik.
• Complete Streets and Land Use
Jalan yang didesain secara inheren memberikan keamanan bagi semua pengguna,
mendorong penggunaan transportasi non-bermotor, dan menciptakan streetscape
yang bervariasi.
• Complete Streets as Multi-Modal Transportation Network :
Pejalan kaki dari segala usia dan kemampuan transit pengguna dan kendaraan
Prinsip Complete Streets :
1. Kecepatan kendaraan yang aman dan lambat
2. Konektivitas
3. Kesehatan manusia
4. Keamanan
Gambar : Kegiatan Car Free Day di
Jalan Pemuda
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
47
5. Kenyamanan
6. Kontekstual
7. Persamaan
8. Estetika
9. Perkembangan ekonomi
10. Lingkungan
6.2. Rekomendasi Desain
Berdasarkan Analisa yang telah dilakukan kemudian diterapkan pada konsep maka
diperoleh desain yang memiliki elemen – elemen seperti berikut :
1. Jalur Pedestrian
Jalur Pedestrian yang di usulkan berupa hasil revitalisasi jalur pedestrian yang
sebelumnya dengan penataan ruang bagi tiap aktifitas yang tercipta di jalur pedestrian
dengan lebih baik.
Jalur Pedestrian juga diwujudkan dengan konsep Universal Design dimana
merupakan konsep perancangan yang ditujukan bagi setiap kalangan manusia
dengan berbagai kemampuan fisik. Konsep ini dihadirkan dengan lebih manusiawi
dibandingkan dengan kondisi eksisiting diantaranya ;
a. Jalur khusus bagi Difable
1. Jalur khusus bagi tunanetra di desain lurus tanpa menabrak furniture
pelengkap lainya sehingga akan memudahkan kaum tunanetra untuk
melintasinya.
2. Kehadiran ramp pada jalur pedestrian juga akan membantu bagi pengguna
kursi roda agar dapat mengakses jalur dengan mudah dan nyaman.
EKSISTING
KONSEP
a2
a1
b
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
48
b. Reiling bagi Manula
Pada jalur pedestrian yang diusulkan juga dilengkapi reling pada tepi jalur yang
berfungsi sebagai pegangan bagi manula ketika berjalan. Reling ini pun dapat
sekaligus berfungsi sebai pembatas ruang antara pejalan kaki dengan pengguna
sepeda.
2. Jalur Sepeda
Pada jalan Pemuda awalnya tidak terdapat jalur khusus sepeda kemudian baru
diadakan setahun silam, tetapi penggunaanya tidak ptimalkan karena atribut bagi
penggunanya tidak diwujudkan secara optimal. Selain itu juga dilanggar oleh
pengguna jalan lainnya sebagai tempat parkir.
Jalur khusus sepeda pada usulan desain dialihkan berada di area jalur pedestrian. Hal
ini bertujuan agar :
- Pengguna sepeda memiliki ruangnya sendiri sehingga tidak trenggagu dengan
aktifitas lain terutama oleh arus lalu lintas. Ini bisa menghindarkan dari
kemungkinan kecelakaan.
- Tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. Diwujudkan dengan menghadirkan
reling dan pula jalan di sisi tepinya sebagai pembatas ruang.
- Memperoleh penaungan yang optimal karena berada area jalur pedestrian yang
diapit dua pohon di kedua sisi sehingga udara lebih segar dan kegiatan bersepeda
menjadi lebih menyenangkan.
3. Activity Support
a. Halte
Desan halte yang diusulkan berbeda dengan desain awal yang minimalis modern
sehingga kurang berkesesuaian dengan citra visual yang telah ada di koridor jalan
pemuda. Desain lebih berwawasan local dengan pengunaan batu lam dan kolom
serta balok yang dilapis HPL bermotif kayu. Dengan demikina Halte akan terasa
lebih homy dan nyaman.
Halte ini tidak hanya digunkan oleh pengguna Trans Semarang tetapi pengguna
angkutan umum yang lain. Hal tersebut dibedakan dengan ketinggian peil yang
lebih tinggi pada pengguna Trans Semarang.
Konsep Universal Design pun kembali diusung untuk member perhatian yang
khusus bagi kaum difable dan manula dengan pengaplikasian ramp dan reiling.
b. Sitting Group
Selain bertujuan untuk tempat istirahat bagi pejalan kaki juga sebagai area
berkumpul bagi warga di kawasan jalan pemuda terutama saat CFD.
2
3b
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
49
4. Utilitas
a. Lampu
Layaknya sebuah koridor jalan tentu akan
dihadirkan lampu sebagai penerangan ketika malam.
Lampu dihadirkan tiap 15 meter.Desin tiang lampu
pun dapat mendukung citra visual koridor jalan
pemuda dengan desain yang bernuansa colonial
jawa.
b. Hydrant
Dihadirkan tiap 500 meter. Hydrant sangat
penting dalam penanganan bahaya kebakaran pada
koridor Jalan Pemuda.
c. Tempat Sampah
Tempat smapah harus selalu dihadirkan pada
setiap ruang aktifitas manusia. Tempat sampah
terklasifikasi menjadi dua ykani organic(hijau) dan
anorganik (merah). Tempat sampah dihadirkan setiap
100 meter sehingga sesuaia denngan kapasitas daya
tampaung dan kegiatan yang berlangsung.
5. Open Space
Kehadiran jalur pedestrian yang komprehensif dengan mengakomodasi segalai
kebutuhan manusia dalam berkegiatan pada sebuah penggal jalan aka mampu
menghadirkan open space yang secara otomatis tercipta melalui aktifitas manusia.
Dengan kata lain penggal jaan pemuda dalam lingkup pembahasan ini beserta segala
macam penunjangnya adalah open space itu sendiri.
6. Vegetasi
Vegetasi pada jalur pedestrian dihadirkan seoptimal mungkin untuk memberi rasa
nyaman bagi penggunanya. Kehadiran pohon – pohon besar pada kedua sisi jalur
pedestrian semata – mata untuk menghadirkan efek peneduh yang indah dan nyaman
sehingga kegiatan pejalan kaki emnjadi lebih menyenangkan.
Kehadiran vegetasi ini pun berfungsi untuk menyediakan area resapan yang lebih
banyak pada jalan pemuda.
Efek lain yang dapat terbentuk adalah mampu menghalangi para pengguna angkutan
umum untuk menggu angkutan umum tersebut di embarang tempat karena bahu jalan
3a
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
50
telah diaihkan sebagai area vegetasi. Sehingga pada akhirnya penguna angkutan
umum akan lebih terdorong untuk menunggu di halte yang telah disediakan.
Keteraturan lalu lintas pun dapat tercipta.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
51
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
52
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
53
POTONGAN JALAN
JALUR
SEPEDA
JALUR
PEDESTRIAN
AREA
DUDUK
JALUR
SEPEDA
VEGETASI
JALAN
RAYA
AREA
DUDUK
VEGETASI
JALUR
PEDESTRIAN
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
54
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Edy. 2005. Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota. Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Darmawan, Edi. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Universitas Diponegoro. Semarang.
http://arsip.gatra.com//2006-09-09/versi_cetak.php?id=97522 diakses pada tanggal 10 Oktober
2012, pukul 19.37
Lindarto Hadinugroho, Hadi, 2002, Pengaruh Lingkungan Fisik Pada Perilaku : Suatu Tinjauan
Arsitektural, USU Digital Library
Lynch, Kevin. 1969. The Image Of TheCcity. MIT Press. Cambridge.
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold Company. New
York.
Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space. Theories of Urban Design. Van Nostrand Reinhold
Company. New York.
Zahnd, Markus. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu.Kanisius.Yogyakarta.
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA
55
Disusun Oleh :
Muhammad Mukhlishin 21020110130105
Faza Razaka Dhifan 21020110130106
Purdyah Ayu 21020110130107
Amanda Ayu Pinandita 21020110130108
Putera Mahardika w 21020110130109
PERANCANGAN KOTA 2
REDESAIN KORIDOR JALAN PEMUDA
SEMARANG
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Edy Darmawan, M.Eng
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012