Perkot Jalan Pemuda Fix

55
PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik sebagai bagian dari kota memiliki peranan yang penting, salah satunya sebagai ruang untuk interaksi sosial bagi masyarakat, dimana interaksi tersebut memiliki banyak arti dan banyak kegiatan yang di dalamnya mendukung kegiatan dan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Stephen Carr (1992), ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter yaitu taman umum ( public parks), lapangan dan plasa (squares and plazas), peringatan (memorial), jalan (streets), tempat bermain (playground), ruang komunitas (community open space), jalan hijau dan jalan taman (greenways and parkways), atrium / pasar di dalam ruang (atrium / indoor market place), ruang di lingkungan rumah (found / neighborhood spaces), waterfront. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999). Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan. 1.2 Perumusan Masalah Dalam makalah ini dibahas lebih dalam untuk mengungkap potensi dan permasalahan yang ada di Jalan Pemuda, Semarang, untuk membangun ideide dalam membuat desain jalan yang dapat memberikan layanan optima, dengan infrastruktur yang aman, efisien dan memberikan rasa aman kepada pengguna jalan. 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan 1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di Jalan Pemuda, Semarang. 2. Merumuskan permasalahan tentang penataan elemen-elemen Jalan Pemuda tersebut agar dapat memberikan kenyamanan yang maksimal terhadap kegiatan pelaku yang menggunakannya. 1.3.2 Sasaran 1. Untuk memenuhi tugas Perancangan Kota 2, Semester 5 2. Memberi masukan mengenai ide ide dan gagasan yang baru dan inovatif mengenai penataan elemen-elemen pada Jalan Pemuda, Semarang yang diharapkan mampu memiliki desain yang lebih baik dan akomodatif, serta menambah wawasan tentang prinsip-prinsip penataan. 1.4 Lingkup Pembahasan Kajian mengenai perencanaan dan perancangan kota yang diaplikasikan dalam penataan elemen Jalan Pemuda, Semarang yang dikaitkan dengan disiplin ilmu arsitektur. Berbagai macam data mengenai elemen pada Jalan Pemuda, Semarang akan dijadikan sumber dalam penulisan makalah ini.

Transcript of Perkot Jalan Pemuda Fix

Page 1: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang publik sebagai bagian dari kota memiliki peranan yang penting, salah

satunya sebagai ruang untuk interaksi sosial bagi masyarakat, dimana interaksi tersebut

memiliki banyak arti dan banyak kegiatan yang di dalamnya mendukung kegiatan dan

kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Stephen Carr (1992), ruang

publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter yaitu taman umum (public parks),

lapangan dan plasa (squares and plazas), peringatan (memorial), jalan (streets), tempat

bermain (playground), ruang komunitas (community open space), jalan hijau dan jalan

taman (greenways and parkways), atrium / pasar di dalam ruang (atrium / indoor market

place), ruang di lingkungan rumah (found / neighborhood spaces), waterfront.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh

manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat

digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang

mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat

(Clarkson H.Oglesby,1999).

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan

sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang

optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari

perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi

pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga

memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam makalah ini dibahas lebih dalam untuk mengungkap potensi dan

permasalahan yang ada di Jalan Pemuda, Semarang, untuk membangun ide–ide dalam

membuat desain jalan yang dapat memberikan layanan optima, dengan infrastruktur

yang aman, efisien dan memberikan rasa aman kepada pengguna jalan.

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di Jalan

Pemuda, Semarang.

2. Merumuskan permasalahan tentang penataan elemen-elemen Jalan

Pemuda tersebut agar dapat memberikan kenyamanan yang maksimal

terhadap kegiatan pelaku yang menggunakannya.

1.3.2 Sasaran

1. Untuk memenuhi tugas Perancangan Kota 2, Semester 5

2. Memberi masukan mengenai ide – ide dan gagasan yang baru dan

inovatif mengenai penataan elemen-elemen pada Jalan Pemuda,

Semarang yang diharapkan mampu memiliki desain yang lebih baik

dan akomodatif, serta menambah wawasan tentang prinsip-prinsip

penataan.

1.4 Lingkup Pembahasan

Kajian mengenai perencanaan dan perancangan kota yang diaplikasikan dalam

penataan elemen Jalan Pemuda, Semarang yang dikaitkan dengan disiplin ilmu

arsitektur. Berbagai macam data mengenai elemen pada Jalan Pemuda, Semarang

akan dijadikan sumber dalam penulisan makalah ini.

Page 2: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

2

1.5 Manfaat

1. Sebagai bahan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Kota 2 pada

Semester 5.

2. Mampu memberi masukan yang baik terhadap tatanan Jalan Pemuda,

Semarang serta dapat memberikan beberapa masukan alternatif desain

terhadap penataan Jalan Pemuda sehingga fungsinya dapat lebih optimal.

Serta di harapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan tentang

arsitektur dan dapat menambah wawasan tentang prinsip penataan bagi

mahasiswa serta masyarakat.

1.6 Metode Pembahasan

Metoda pembahasan yang digunakan adalah metoda deskriptif, kualitatif, dan

analitis. Metoda diskriptis adalah metode yang di lakukan dengan mengumpulkan dan

mengidentifikasi data dan informasi mengenai perancangan kota pada Jalan Pemuda,

Semarang serta menguraikan data-data yang didapatkan dari hasil survey lapangan.

1.7 Sistematika Pembahasan

Bab 1 Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang pengamatan, maksud, tujuan, sasaran, manfaat,

ruang lingkup permasalahan, metode pembahasan, lingkup materi serta

sistematika pembahasan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Meliputi teori-teori dan studi literatur mengenai perkotaan beserta aspek-

aspek dan permasalahannya.

Bab 3 Data

Menguraikan data - data fisik dan non fisik pada Jalan Pemuda, Semarang

yang didapat dari survey lapangan.

Bab 4 Analisa

Menguraikan permasalahan yang ada dalam aspek-aspek sistem perkotaan

di Jalan Pemuda, Semarang.

Bab 5 Rekomendasi Design

Mendesain Jalan Pemuda, Semarang.

Page 3: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Perancangan Kota

2.1.1 Pengertian Umum Perancangan Kota

Perancangan kota (urban design) telah berkembang terlebih dahulu di

negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Perkembangan tersebut ditandai

dengan beragamnya definisi dan substansi mengenai urban design yang

berkembang hingga saat ini.

Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu

“sadar diri” dan “tidak sadar diri”. Urban design yang “sadar diri” adalah yang

diciptakan oleh orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai desainer

dan menggunakan keahlian desain mereka untuk menciptakan suatu

lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang “tidak sadar diri”

adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya

sebagai seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam

mempengaruhi bentuk lingkungan perkotaan (Catanese, 1986:42).

Pengertian urban design dapat ditinjau dari segi profesi maupun dari segi

disiplin keilmuan. Dari segi profesi, Beckley menjelaskan bahwa urban design

merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota dengan arsitektur

dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (Catanese, 1986:45).

Berdasarkan disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses

perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani,

1985:6). Panduan Rancang Kota adalah suatu set perangkat panduan dan

peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan

pengembangan ruang kota dan arsitektur kota (Yusuf, 2001:50).

Lebih jauh lagi, Shirvani mengatakan bahwa urban design (perancangan

kota) merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab

bagaimanapun hasil perencanaan kota belum “selesai” atau belum dapat

dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana yang telah disusun. Dari

pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan pada penataan

lingkungan fisik kota.

2.1.2 Elemen-Elemen Perancangan Kota (Urban design)

Urban design merupakan jembatan antara perencanaan kota dan

arsitektur yang perhatian utamanya adalah bentuk fisik kota. Urban design

merupakan bagian dari proses perencanaan dalam bentuk rancangan yang

berkaitan dengan kualitas fisik dan spasial dari suatu kawasan kota atau

lingkungan. Perancangan kota merupakan proses transformasi kota yang

berhubungan dengan filosofi sosial yang banyak dibentuk ke dalam kaidah -

kaidah arsitektur.

Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen

perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai

karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani elemen perancangan kota ada

8, yaitu sebagai berikut :

2.1.2.1 Penggunaan Lahan (Land Use)

Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah

pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang

terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara

umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana

daerah–daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya

berfungsi.

2.1.2.2 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Building form and massing membahas mengenai bagaimana

bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat

membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa

yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan

antara massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan massa

bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga ruang yang

terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta

menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai).

Page 4: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

4

Building form and massing dapat meliputi kualitas yang

berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu :

1. Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang

pemerhati, baik yang berada dalam bangunan maupun yang

berada pada jalur pejalan kaki. Ketinggian bangunan pada

suatu kawasan membentuk skyline.

Skyline dalam skala kota mempunyai makna :

Sebagai simbol kota

Sebagai indeks social

Sebagai alat orientasi

Sebagai perangkat estetis

Sebagai perangkat ritual

2. Kepejalan Bangunan

Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam

konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi,

luas-lebar-panjang, olahan massanya dan variasi

penggunaan material.

3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai

bangunan dibagi dengan luas tapak. Koefisien Lantai

Bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya

dukung lingkungan, nilai harga tanah dan faktor-faktor

khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan

daerah setempat.

4. Koefisien Dasar Bangunan ( Building Coverage )

Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas

tapak keseluruhan. Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan

untuk menyediakan area terbuka yang cukup di kawasan

perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan

bangunan sehingga daur lingkungan menjadi terhambat.

5. Garis Sempadan Bangunan (GSB)

Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan

terhadap as jalan. Garis ini sangat penting dalam mengatur

keteraturan bangunan di tepi jalan kota.

6. Langgam

Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan

karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan

ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah

tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika

direncanakan dengan baik dapat menjadi guideline yang

mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragmen-fragmen

kota.

7. Skala

Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam

ketinggian ruang atau bangunan dapat memainkan peranan

dalam menciptakan kontras visual yang dapat

membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.

8. Material

Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam

perancangan. Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh

hubungan antar elemen visual.

9. Tekstur

Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban)

sesuatu yang dilihat dari jarak tertentu maka elemen yang

lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.

10. Warna

Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna),

dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi yang

dihasilkan.

Prinsip dasar perancangan kota menurut Spreegen (1965)

mensintesa berbagai hal penting berkaitan bentuk dan massa

bangunan, meliputi hal sebagai berikut :

Page 5: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

5

Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, bangunan disekitarnya,

dan ukuran kawasan.

1. Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam

perencanaan kota yang harus memperhatikan bentuk (urban

form), skala, sense of enclosure, dan tipe urban space.

2. Massa kota (urban mass), yang didalamnya meliputi

bangunan, permukaan tanah, objek-objek yang membentuk

ruang kota dan pola aktivitas.

2.1.2.3 Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara

langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota,

sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi

dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang

saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu

kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat

yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan

karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan

pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat

membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain

sebagainya.

Dalam proses perancangan sebuah pola sirkulasi perlu

diperhatikan beberapa anggapan mengenai sirkulasi

(Motloch,1991), yaitu :

1. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan

2. Sirkulasi sebagi sebuah penekanan material

3. Sirkulasi sebagai pertimbangan desain

4. Sirkulasi sebagai sebuah mata rantai dan sistem visual

5. Sirkulasi sebagai perbedaan keruangan

6. Sirkulasi sebagai perbedaan waktu

Dalam suatu sirkulasi tentulah tidak terlepas dari perencanan

sebuah jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat

yang lain, jenis-jenis jalan antara lain (George Nez,1989) :

Jalan Arteri Primer

Kecepatan rencana minimal 60 km/jam,

Lebar badan jalan minimal 8 meter,

Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-

rata,

Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu

lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal,

Jalan masuk dibatasi secara efisien,

Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan,

Tidak terputus walaupun melalui kota,

Persyaratan teknik jalan masuk ditetapkan oleh

Menteri.

Jalan Arteri Sekunder

Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,

Lebar badan jalan minimal 8 meter,

Kapasitas sama atau lebih besar daripada volume lalu

lintas rata-rata,

Gb.2.1 Bentuk dan massa bangunan menurut Spreegen

Sumber: Spreiregen,1965

Page 6: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

6

Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

lambat,

Persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

Jalan Kolektor Primer

Kecepatan rencana minimal 40 km/jam,

Lebar jalan minimal 7 meter,

Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada

volume lalu lintas rata-rata,

Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan,

Tidak terputus walaupun melalui kota.

Jalan Kolektor sekunder

Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,

Lebar badan jalan minimal 7 meter.

Jalan Lokal Primer

Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,

Lebar badan jalan minimal 6 meter,

Tidak terputus walaupun melalui desa.

Jalan Lokal Sekunder

Kecepatan rencana minimal 10 km/jam,

Lebar badan jalan minimal 5 meter,

Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan

beroda tiga atau lebih,

Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan

beroda tiga atau lebih, minimal 5 meter.

Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu

lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan

dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah

perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi

efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam

perancangan kota.

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas

lingkungan :

Kelangsungan aktivitas komersial.

Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan

susunan kota

Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di

sekitar kawasan

Pendekatan program penggunaan berganda

Tempat parkir khusus

Tempat parkir di pinggiran kota

Dalam perencanaan jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu

memperhatikan :

Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang

mendukung citra kawasan dan aktivitas pada

kawasan.

Jaringan jalan harus memberi orientasi pada

penggunan dan membuat lingkungan yang legible.

Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan

publik dalam mewujudkan tujuan dari kawasan.

Sedangkan dalam masalah parkir harus diperhatikan antara

parkir individu dan parkir umum. Dalam penelitian akan

penyediaan parkir perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Karakter pengguna

Gb.2.2 Sistem Parkir Sumber : Hamid Shirvani, 1985

Page 7: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

7

Kegiatan dan kebiasaan dari operasi usaha

Biaya

Peraturan pemerintah

2.1.2.4 Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang luar menurut Kuncoro Jakti (1971) adalah suatu sebutan

yang diberikan orang atas ruang yang terjadi karena

pembatasan alat hanya pada dua unsur atau bidang, yaitu alas

dan dinding tanpa bidang atap (terbuka).

Rustam Hakim, 1987 membagi ruang terbuka berdasarkan

kegiatan yang terjadi, sebagai berikut :

Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang

mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya,

misalnya plaza, tempat bermain.

Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang di

dalamnya tidak mengundang kegiatan manusia.

Menurut Rob Krier dalam bukunya Urban Space (1979) ada dua

bentuk ruang terbuka yaitu:

Berbentuk Memanjang, yaitu ruang terbuka yang

hanya memiliki batas-batas disisi-sisinya misalnya

jalan, sungai, pedestrian, dan lain-lain.

Berbentuk Cluster, yaitu ruang terbuka yang memilki

batas-batas disekelilingnya. Misalnya plaza, square,

lapangan , bundaran dan lain-lain. Ruang terbuka

bentuk ini membentuk kantong-kantong yang

berfungsi sebagai ruang-ruang akumulasi aktivitas

kegiatan.

Berdasarkan letak dan macam kegiatannya, terdapat dua

macam ruang terbuka :

Publik Domain

Ruang terbuka yang berada diluar lingkup bangunan

sehingga dapat dimanfaatkan secara umum untuk

generasi sosial.

Privat Domain

Ruang terbuka yang berada dalam suatu lingkup

bangunan yang sekaligus menjadi bagian dari

bangunan tersebut yang dibatasi oleh kepemilikan.

Suatu ruang tebuka sangat berkaitan dengan derajat

keterlingkupan atau tingkat enclosure yang berpengaruh

terhadap makna suatu tempat. Berkaitan dengan ruang terbuka,

Spreiregen dalam bukunya ”Urban design, The Architecture of

Town and Cities” (1965), mengemukakan; ....ada empat macam

kualitas enclosure yang berpengaruh terhadap makna suatu

tempat. Adapun kualitas enclosure ditentukan oleh

perbandingan H:D (dengan H=tinggi dan D=lebar) yang meliputi

:

H=D, membentuk sudut 45º

Rasa keterlingkupan tinggi (full enclosure)

H=D, membentuk sudut 30º

Masih terasa terlingkupi (treshold enclosure)

Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian,

taman, dan ruang-ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam

perencanaan ruang terbuka :

Gb. 2.3 Ruang Terbuka Sumber: Spreiregen. 1965

Page 8: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

8

Survey pada daerah yang direncanakan untuk

menentukan kemampuan daerah tersebut untuk

berkembang.

Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan

potensi alami (natural) kawasan sebagai ruang publik.

Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan

menyediakan sarana yang sesuai.

Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open

space circulation) mengarah pada kebutuhan akan

penataan yang manusiawi.

2.1.2.5 Pedestrian (Pedestrian Ways)

Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada

elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan

dengan lingkungan kota dan pola-poal aktivitas sertas sesuai

dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di

masa mendatang.

Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat

mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat

dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya

sarana komersial seperti toko, restoran, café.

Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu,

lampu, tempat duduk, dan sebagainya.

Jalur pedestrian harus mempunyai syarat :

Aman, leluasa dari kendaraan bermotor.

Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas

yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan

pejalan kaki.

Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang

disebabkan gangguan naik-turun, ruang yang sempit,

dan penyerobotan fungsi lain.

Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan

penyediaan sarana dan prasarana jalan seperi: taman,

bangku, tempat sampah, dan lainnya.

2.1.2.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan

kegiatan–kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan

kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki

ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan

lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak

hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga

mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen –

elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.

Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang

terbuka publik, karena aktivitas dan ruang fisik saling

melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya

berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga

pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat

membangkitkan aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman

rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.

2.1.2.7 Papan Iklan (Signage)

Dalam kehidupan kota saat ini, iklan atau advertensi mengisi

ruang visual kota melalui papan iklan, spanduk, baliho dan

sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi visualisasi kota baik

secara makro maupun mikro.

Dalam pemasangan papan iklan harus memperhatikan pedoman

teknis sebagai berikut :

Penggunaan papan iklan harus merefleksikan karakter

kawasan

Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur

sedemikian rupa agar menjamin jarak penglihatan dan

menghindari kepadatan.

Page 9: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

9

Penggunaan harus harmonis dengan bangunan

arsitektur di sekitar lokasi

Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali

penggunaan khusus untuk theatre dan tempat

pertunjukkan.

Pembatasan papan iklan yang berukuran besar yang

mendominir di lokasi pemandangan kota.

Penandaan atau petunjuk yang mempunyai pengaruh

penting pada desain tata kota sehingga pengaturan

pemunculan dan lokasi pemasangan papan-papan

petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan pengaruh

visual negatif dan tidak mengganggu rambu-rambu

lalu lintas.

2.1.2.8 Konservasi (Conservation)

Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan

terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) yang ada dan

urban places (alun - alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada

dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap

bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara

lain:

Peningkatan nilai lahan

Peningkatan nilai lingkungan

Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi

karena aspek komersial

Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi

2.2 Teori dan Konsep Kenyamanan, Aksesbilitas dan Perilaku Manusia

2.2.1 Teori dan Konsep Kenyamanan

Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien

berdasarkan pengukuran kenyamanan. Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan,

ketentraman dan transcendence) serta empat konteks pengalaman (fisik,

psikospiritual,sosial dan lingkungan).

Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut (Kolcaba, 2001 dalam

Tomey dan Alligood, 2006:728) :

1. Dorongan (relief ) : kondisi resipien yang membutuhkan penangananyang

spesifik dan segera.

2. Ketenteraman (ease) : kondisi yang tenteram atau kepuasan hati.

3. Transcendence : kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya

(nyeri).

Empat konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey dan

Alligood, 2006:728; Kolcaba 1991 dalam Peterson dan Bredow, 2004:258):

1. Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.

2. Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri,

termasuk penghargaan, konsep diri, seksual dan makna hidup;

berhubungandengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.

3. Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-kondisi,

dan pengaruhnya.

4. Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak diwakili oleh satu angka

tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang

masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna otak

untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis,

namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan

ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh orak. Kemudian otak akan memberikan

penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu

faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009:21-22).

2.2.2 Teori dan Konsep Aksesibilitas

Page 10: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

10

Menurut Black (1981) Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau

kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau

sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.

Menurut Magribi bahwa aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang

meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-

tempat atau kawasan dari sebuah sistem (Magribi, 1999). Salah satu variabel

yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat

dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut.

Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka

semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin

rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu

dijangkau dari daerah lainnya (Bintarto, 1989).

Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa diukur berdasarkan pada beberapa

variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang,

lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya

tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola

pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti

keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi

fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya.

Kondisi ini membuat penyebaran lahan dalam suatu wilayah menjadi tidak

merata (heterogen) dan faktor jarak bukan satusatunya elemen yang

menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas (Miro, 2004).

Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan

mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan

raya, pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi

industri dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja,

memperoleh pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan

jaminan hukum (Kartono, 2001).

2.2.3 Teori dan konsep tentang perilaku manusia

1. Konsep Perilaku

Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap

individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan

lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan

hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi

bagian integral dari pola perilaku manusia (Dubois, 1968).

a. Proses Perilaku Individual

Perilaku Manusia dan Lingkungan

Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk

setting fisik lingkungannya Rapoport, A, 1986, pengaruh

lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3

yaitu :

Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa

lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat

tersebut.

Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan

fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan

terhadap tingkah laku masyarakat.

Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan

memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku

masyarakat.

Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang

ekletik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang

memanfaatkan ruang atau menghuni ruang tersebut. Dengan kata

lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat yang

berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang

berbeda (Rapoport. A, 1969 ), adanya interaksi antara manusia

dan ruang, maka pendekatannya cenderung menggunakan setting

dari pada ruang. Istilah seting lebih memberikan penekanan pada

unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu

: Pelaku, Macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya

kegiatan. Menurut Rapoport pula, kegiatan dapat terdiri dari sub-

Page 11: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

11

sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem

kegiatan.

Fakta bahwa perilaku yang tampak di jalan raya saat ini

bertentangan dengan identitas bangsa merupakan indikasi adanya

perubahan budaya perkotaan. Perubahan terjadi akibat pengaruh

urbanisasi, industrialisasi, modernisasi, dan globalisasi. Menurut

Riesman (1961), perilaku manusia mengikuti massa serta

mengoper norma perilaku dari sesamanya. Mengacu pada

pendapat tersebut, maka perilaku pada jalan raya yang

menyimpang bisa diubah bila sistem yang mengatur aktivitas

publik mampu mengakomodasi kemauan dan kemampuan

masyarakat. Keberhasilan menata perilaku pengguna jalan raya

tidak bisa lepas dari empat pilar. Yakni manusianya sendiri,

sarana dan prasarana, tata ruang, dan sistem transportasi yang

dijalankan.

Hal itu sangat bergantung pada bagaimana sistem

dijalankan serta bagaimana infrastruktur dibangun. Karenanya,

perlu regulasi di bidang transportasi yang berpihak pada

kepentingan publik. Kebijakan yang bersifat sektoral yang

mengutamakan kelompok tertentu akan berimbas negatif yang

membebani publik. Polisi lalu lintas tidak akan bisa bekerja

maksimal jika empat pilar tersebut tidak ditangani secara

komprehensif dengan mempertimbangkan kebutuhan serta

kesiapan masyarakatnya.

Infrastruktur sangat bergantung pada kebijakan tata ruang

dan alokasi pembiayaan pembangunan. Sementara pembentukan

sikap masyarakat yang nanti akan diwujudkan dalam perilaku di

jalan raya sangat tergantung bagaimana menciptakan masyarakat

madani. Pada kondisi ini, hukum akan bisa berjalan dengan baik.

Dalam masyarakat madani akan terbangun kesadaran berpartipasi

bagi kepentingan yang lebih luas. Contohya : pada saat orang

cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat

daripada melewati pedestrian yang memutar, sehingga orang

tersebut tanpa sadar telah membuat jalur pedestriansendiri meski

telah disediakan pedestrian.

a. Setting Perilaku ( Behaviour Setting )

Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu

kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting

mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan

kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu

spesifik saat kegiatan dilakukan.Setting perilaku terdiri dari 2

macam yaitu :

System of setting ( sistem tempat atau ruang), sebagai

rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai

hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk

suatu kegiatan tertentu.

System of activity ( sistem kegiatan), sebagai suatu

rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu

atau beberapa orang.

Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur

ruang atau beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau

rangkaian yang menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya

mempunyai makna.

Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain Behavior

Setting yang baik dan tepat adalah yang sesuai dengan struktur

perilaku penggunanya. Dalam desain arsitektur hal tersebut

disebut sebagai sebuah proses argumentatif yang dilontarkan

dalam membuat desain yang dapat diadaptasikan, Fleksibel atau

terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola perilakunya.

Desain behavior setting tidak selalu perlu dibentuk ruang-

ruang tetap, baik yang ber pembatas maupun semi tetap terlebih

lagi dalam desain ruang publik yang di dalamnya terdapat banyak

pola perilaku yang beraneka ragam.

Page 12: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

12

Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi

dasar yang luas dalam mempertimbangkan lingkungan daripada

semata-mata tata guna lahan, tipe bangunan, dan tipe ruangan

secara fisik. Hal tersebut dapat membebaskan desain ruang publik

dari bentuk-bentuk klise, bentuk-bentuk prototip atau memaksakan

citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat

penggunanya.

Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam

desain ruang publik karena dapat mengerti preferensi pengguna

yang diekspresikan dalam pola perilaku pengguna. Dari

pembahasan ini jelas bahwa organisasi ruang pada ruang publik

dan perilaku pengguna mempunyai peran yang sangat penting

dalam suatu behavior setting

b. Proses Sosial

Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia

juga merupakan makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam

suatu kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya manusia

berperilaku sosial dalam lingkungannya dapat diamati pada ,

Fenomena perilaku-lingkungan, kelompok pemakai, dan tempat

berlangsungnya kegiatan.

Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi

hal-hal sebagai berikut :

Ruang Personal ( Personal Space ) berupa domain kecil

sejauh jangkauan manusia.

Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah

yang lebih luas bagi seseorang.

Kesesakan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik

yang tersedia terbatas.

Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial

manusia.

Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat

berpengaruh pada perubahan ruang publik adalah teritorialitas.

Konsep teritori dalam studi arsitektur lingkungan dan

perilaku yaitu adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk

memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan kultural. Berkaitan

dengan kebutuhan emosional ini maka konsep teritori berkaitan

dengan ruang privat dan ruang publik. Ruang privat (personal

space) dapat menimbulkan crowding (kesesakan) apabila

seseorang atau kelompok sudah tidak mampu mempertahankan

personal spacenya.

2. Perilaku Sebagai Pengaruh Kondisi Lingkungan

Menurut Hadinugroho (2002), Perilaku manusia dalam hubungannya

terhadap suatu setting fisik berlangsung dan konsisten sesuai waktu dan

situasi. Karenanya pola perilaku yang khas untuk setting fisik tersebut dapat

diidentifikasikan. Tentu saja apa yang dibahas tidak lantas menjadi demikian

sederhana bahwa manusia semuanya berperilaku ajeg dalam suatu tempat

dan waktu tertentu.

Umumnya frekuensi kegiatan yang terjadi pada suatu setting baik

tunggal ataupun berkelompok dengan setting lain menunjukkan suatu yang

konstan/tetap sepanjang waktu. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya

karakter dan pola tetap perilaku yang dapat dideteksi dalam hubungannya

dengan suatu setting tapi juga kemungkinan yang muncul seperti pola

tanggapan perilaku yang kadang dapat berubah menjadi sebaliknya.

Apa yang ditunjukkan oleh peta perilaku tidak hanya tentang

bagaimana kegiatan makan, tidur, berinteraksi, ngobrol dan lainnya dalam

situasi, tempat dan waktu yang beragam tapi juga menunjukkan bahwa pola

penggunaan ruang tidak diperdulikan oleh pasien yang terlibat dengan kata

lain bahwa bila kondisi lainnya sama, maka pola penggunaan (fungsi) setting

fisik tertentu tidak diperdulikan oleh pemakai yang terlibat.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa data yang menjadi

acuan untuk pembentukan pendapat ini dinyatakan hanya sebagai

“kebenaran yang terjadi dengan sendirinya” dan itu bukan berupa asumsi

kestabilan perilaku manusia pada umumnya tapi itu untuk menunjukkan

kesamaan dalam hubungan dengan sebagian lingkungan fisik sebagai

Page 13: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

13

aspek nyata eksistensi manusia. Aspek lain yang sebanding/setara adalah

pendapat bahwa kesamaan dan keteraturan pikiran dan perilaku manusia

dalam hubungannya dengan ruang fisik yang terjadi dengan sendirinya

adalah merupakan implikasi bahwa sifat alamiah dari kesamaan juga terjadi

dengan sendirinya.

Dari data yang didapat pada riset perilaku tidak dimaksudkan bahwa

asumsi itu hanya sebagian benar, tapi yang lebih penting adalah keyakinan

bahwa hal tersebut menyederhanakan pengertian hubungan antara perilaku

manusia dan setting fisiknya.

Page 14: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

14

BAB III

DATA OBJEK STUDI

3.1 Tinjauan Umum Kota Semarang

3.1.1 Kondisi Geografis

Kota Semarang dalam ruang lingkup Jawa Tengah merupakan kota berada

dalam hirarki yang tertinggi dalam fungsi administratif, sosial, ekonomi, dan

politik. Letak geografisnya berada antara 110º 23’ 57’’ 79’’’ BT dan 110º 27’ 70’’

BT; lintang 6º 55’ 6’’ LS dan 6º 58’ 18’’ LS. Kotamadya Semarang memiliki luas

area ± 37.360,947 dan dibatasi oleh :

Barat : Kab. Kendal

Timur : Kab. Demak

Selatan : Kab. Semarang

Utara : Laut Jawa

Keadaan topografi Kota Semarang dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu :

Wilayah utara merupakan dataran rendah dengan pantai menghadap

Laut Jawa.

Wilayah selatan merupakan perbukitan dengan ketinggian 9 – 27 meter

di atas permukaan laut.

3.1.2 Tata Guna Lahan

Penduduk Kota Semarang tersebar di 16 kecamatan, yaitu Kecamatan

Semarang Tengah,Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajahmungkur,

Caridisari, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, Gayamsan, Pedurungan,

Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu.

Selain terbagi dalam 16 kecamatan, Kota Semarang terbagi menjadi lima

Wilayah Pengembangan dan sepuluh BWK (Bagian Wilayah Kota).

LEGENDA

Budaya

Campuran Perdagangan

dan Pemukiman

Depo Pertamina

Gereja

Konservasi

Masjid

Olah Raga dan Rekreasi

Pasar

Perdagangan dan Jasa

Perdagangan

Perguruan Tinggi

Perkantoran

Permukiman

Puskesmas

Retarding Basin

Rumah Sakit

SD

SMA

SMP

Stasiun Kereta Api

Taman

Tempat Pemakaman Umum

Gambar 3.1.1 Pembagian Kecamatan di Kota

Semarang Sumber : Tim Penyusun RDTRK

Semarang

Gambar 3.1.2 Pembagian BWK Kota Semarang

Sumber : Penyusun RDTRK Semarang

I

Page 15: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

15

3.1.3 Kondisi Topografi

Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, antara 0.75 – 348 m diatas

permukaan laut. Kemiringan lahan berkisar 0% - 45%.

NO KEMIRINGAN LAHAN

(%)

LUAS WILAYAH(

Ha )

PROSENTASE LUAS

WILAYAH

1 0%-2% 15.810,76 42.31%

2 2%-15% 13.379,76 35.80%

3 15%-25% 6.080,18 16.27%

4 25%-40% 1.138,80 3.05%

5 >40% 960,50 2.57%

Jumlah 37,37 100%

3.1.4 Klimatologi

Semarang memiliki iklim tropis 2 (dua) jenis yaitu, musim kemarau dan musim

penghujan yang memiliki siklus pergantian 6 bulan. Hujan sepanjang tahun,

dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun rata-rata 2215

mm sampai dengan 2183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan

Desember sampai bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 25.80 °C

sampai dengan 29.30 °C, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62%

sampai dengan 84%. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara

menuju Barat Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5.7 km/jam.

3.2 Tinjauan Umum Jalan Pemuda

Jalan pemuda yang merupakan jalan arteri sekunder termasuk Wilayah perencanaan

BWK I yang terletak di Pusat Kota Semarang.

Batas-batas jalan Pemuda :

Sebelah Utara : Jalan Pierre Tendean

Sebelah Selatan : Jalan Pandaranan

Sebelah Timur : Jalan MH Thamrin

Sebelah Barat : Tugu Muda Dan Jalan Imam Bonjol

Secara Administrasi BWK I merupakan bagian wilayah administrasi Kota Semarang

dengan batas wilayah adminstrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Semarang Utara

Sebelah Selatan : Kecamatan Gajah Mungkur dan Kecamatan

Candisari

Sebelah Timur : Kecamatan Gayamsari

Sebelah Barat : Kecamatan Semarang Barat

Berkaitan dengan letak dan kedudukannya, maka potensi-potensi yang dimiliki BWK I

adalah sebagai berikut:

1. Secara fisik geografis, BWK I terletak di pusat kota sehingga memiliki lokasi yang

cukup strategis didalam menghubungkan daerah-daerah lain di Kota Semarang.

2. Berdasarkan kebijaksanaan yang telah di tetapkan, BWK I memiliki beberapa fungsi

utama yaitu fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran skala kota

dan regional, dan fungsi spesifik/budaya.

3. Berdasarkan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, BWK I memiliki beberapa fasilitas

yang mempunyai skala pelayanan regional yaitu sebagai pusat perkantoran,

kawasan perdagangan dan jasa.

Tabel 3.1.3

Kemiringan dan Prosentase Luas Lahan Kota Semarang

Gambar 3.2.1 Kondisi Eksisting

Sumber : Google Earth

Page 16: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

16

4. Sebagai pusat Kota Semarang maka Bagian Wilayah Kota I (BWK I) memiliki

peranan sebagai pusat kegiatan masyarakat Kota. Sebagai daerah pusat kota maka

peranan BWK I adalah sebagai daerah tujuan utama bagi kegiatan pusat kota serta

wilayah lain yang berada di belakangnya.

Permukaan topografi pada Jalan Pemuda relatif datar. Tidak ada perbedaan level yang

berarti. Hal tersebut menjadikan kawasan di sekitar Jalan Pemuda berkembang dengan

baik.

Gambar 3.2.2. Koridor Jalan Pemuda Sumber : Google Earth

Gambar 3.2.3 Masa Bangunan Pada Koridor

Jalan Pemuda Sumber : Google Earth

Gambar 3.2.4 Infrastruktur Jalan Pemuda

Sumber : Google Earth

Page 17: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

17

Gambar 3.2.5 Mapping Land Use

Sumber : analisa pribadi

Kawasan Perkantoran Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Pendidikan Kawasan Permukiman

U

Page 18: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

18

3.3 Tinjauan Data Elemen Fisik Perancangan Kota pada Jalan Pemuda

3.3.1 Penggunaan Lahan (Land Use)

1. Fasilitas kesehatan

Gambar Nomor Keterangan

1 APOTEK KIMIA FARMA

2. Fasilitas pendidikan

Gambar Nomor Keterangan

1 SD MARSUDIRINI

2 SMA NEGERI 3 SEMARANG

3 SMA NEGERI 5 SEMARANG

1

U

Gambar 3.3.1.1 Peta Lokasi Fasilitas Kesehatan

Sumber : Analisa Pribadi

Page 19: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

19

3. Konservasi

Gambar Nomor Keterangan

1 LAWANG SEWU

2 BALAIKOTA SEMARANG

3 SMA NEGERI 3 SEMARANG

4 YARDIP

1

2

3

U

Gambar 3.3.1.2 Peta Lokasi Fasilitas Pendidikan

Sumber : Analisa Pribadi

Page 20: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

20

4. Pemukiman Warga

Gambar Nomor Keterangan

1 PERMUKIMAN

2 PERMUKIMAN

3 PERMUKIMAN

1

3

2

U

1

2

3

4

U

Gambar 3.3.1.3 Peta Lokasi Konservasi Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 3.3.1.4 Peta Lokasi Permukiman Sumber : Analisa Pribadi

Page 21: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

21

5. Perdagangan dan Jasa

Gambar Nomor Keterangan

1 DP MALL

2 GRAMEDIA AMARIS

3

HOTEL MERBABU

4 PARAGON CITY MALL

5 HOTEL NOVOTEL

6 GRAHA BIMASAKTI NOKIA

STORE

5

1 2

3

4

6

U

Gambar 3.3.1.5 Peta Lokasi Perdagangan dan Jasa

Sumber : Analisa Pribadi

Page 22: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

22

6. Perkantoran

Gambar Nomor Keterangan

1 BII

2 BALAIKOTA SEMARANG

3 GRAHA BINA ARTHA

4 DISBUDPAR

5 DINAS PENDIDIKAN

6 KANTOR JAMSOSTEK

7 INSPEKTORAT

8 BAPPEDA

9 POLISI MILITER

10 TOURIST INFORMATION CENTRE

11 KODIM 0733 BS SMG

12 GEDUNG JUANG 45

13 PT. PP

Page 23: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

23

1

4

6

5

2

3

10

9 8

7

11

14

13

12

16

15

U

14

ASIH BUMI JAYA

15 GRAHA SUCOFINDO

16 DANAMON

Gambar 3.3.1.6 Peta Lokasi Perkantoran Sumber : Analisa Pribadi

Page 24: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

24

3.3.2 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan

penampilan bangunan, yaitu :

1. Ketinggian dan Penataan Bangunan

Pada kawasan Jalan pemuda, ketinggian bangunan yang ada sifatnya

bervariasi sehingga membuat tampilan bangunan di Jalan ini menjadi tidak

monoton. Pola penataan masa bangunan berbentuk linier mengikuti pola

jalur jalan.

2. Skyline (potongan memanjang sisi barat dan timur)

Gambar 3.3.2.2.2 Potongan A-A’

Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 3.3.2.2.3 Potongan B-B’

Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 3.3.2.2.1 Potongan memanjang

Sumber : analisa Pribadi

Page 25: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

25

1

9

8

7

6

5 4

3

2

14

13

12

11

10

20

19

18

17

16 22

21

24

23

4

11 10

9

7

8

6 5

2

1

15 14

13

12

3

U

]

Gambar 3.3.2.2.4 Peta Lokasi Masa Bangunan

Sumber : Analisa Pribadi

Page 26: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

26

JALAN PEMUDA BAGIAN UTARA

No Gambar Keterangan

1

LAWANG SEWU

2

GEDUNG BII

3

DP MALL

4

BALAIKOTA

SEMARANG

5

GRAHA BINA ARTHA

(BANK JATENG)

6

GRAMEDIA-AMARIS

HOTEL

7

DINAS KEBUDAYAAN

DAN PARIWISATA

PROVINSI JATENG

8

RUKO

9

RUMAH WARGA

10

DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI JATENG

11

GEDUNG

JAMSOSTEK

12

HOTEL MERBABU

13

TEMPAT PARKIR

PARAGON MALL

14

PARAGON MALL

Page 27: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

27

JALAN PEMUDA BAGIAN SELATAN

No Gambar Keterangan

1

GEDUNG PANDANARAN

2

GEDUNG BANK

DANAMON

3

GRAHA SUCOFINDO

4

BUMI ASIH JAYA

5

RUMAH WARGA

6

KANTOR PT PP

7

RUMAH WARGA

8

GEDUNG JUANG 45

9

SD MARSUDIRINI

10

KODIM 0733 BS/SMG

11

SMAN 3 SEMARANG

Page 28: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

28

12

TOURIST

INFORMATION CENTER

13

YAYASAN RUMPUN

DIPONEGORO

14

SMAN 5 SEMARANG

15

GRAHA BIMA SAKTI

NOKIA

16

POLISI MILITER

17

APOTEK KIMIA FARMA

18

KANTOR BPPD JATENG

19

INSPEKTORAT

20

NOVOTEL

21

GOOD HEALTH DAN

MIE JOWO DOEL

NOEMANI

22

RM PADANG RESTU

BUNDO DAN TOKO

CROWN

23

TOKO BINTANG TIGA

Page 29: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

29

24

KURNIA AUTO

3.3.3 Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)

1. Sirkulasi

Jalan Pemuda merupakan jenis jalan arteri sekunder yang menghubungkan

kawasan Tugu Muda dengan kawasan Kota Lama Semarang. Sirkulasi

kendaraan bermotor pada Jalan Pemuda terdiri dari dua arah dan dibagi

menjadi empat jalur. Dua jalur untuk jalur lambat dan dua jalur lagi untuk jalur

cepat. Jenis kendaraan yang melewati jalan ini antara lain mobil, sepeda

motor, bus, truk.

2. Parkir

Lokasi tempat parkir di penggal Jalan Pemuda dapat dikatakan terbagi

menjadi dua, yaitu terletak di badan jalan dan terletak di dalam halaman

bangunan. Untuk tempat parkir yang berada di tepi badan jalan (berada di

jalur lambat) cenderung hanya bersifat sementara. Sedangkan untuk tempat

parkir yang berada di halaman suatu bangunan hanya digunakan khusus oleh

pengunjung atau pengguna dari bangunan tersebut. Pada penggal Jalan

Pemuda, semua bangunan sudah memeiliki tempat parkir khusus yang

terletak di halaman bangunan tersebut, kondisi ini mengakibatkan arus lalu

lintas di Jalan Pemuda ini menjadi lancar dan terkesan leluasa.

3.3.4 Ruang Terbuka (Open Space)

Pada koridor jalan Pemuda terdapat ruang terbuka yang terletak di sebelah utara

gedung UNAKI. Ruang terbuka ini berupa taman pasif iyang difungsikan sebagai

ruang terbuka hijau yang memiliki street furniture berupa lampu.

Ruang terbuka pada penggal jalan ini,jika digolongkan ke dalam fungsinya

merupakan ruang terbuka aktif karena baik halaman depan dari bangunan dan

pedestrian dapat digunakan untuk aktifitas manusia. Untuk halaman depan dari

tiap bangunan digunakan sebagai tempat parkir. Sedangkan untuk jalur

Gambar 3.3.3.2 Lokasi yang biasa digunakan sebagai

lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

U

Page 30: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

30

pedestrian sering digunakan oleh pedagang, pelajar, dan pejalan kaki lainnya

untuk beristirahat sejenak.

3.3.5 Pedestrian (Pedestrian Ways)

Pada penggal jalan Pemuda Semarang ini memiliki jalan pedestrian selebar 5

meter dengan material keramik dan batu alam dengan akses bagi pejalan kaki

tunanetra.

Terdapat beberapa street furniture pada penggal jalan pemuda ini meliputi :

tanaman hias, lampu hias, tempat sampah, dll.

3.3.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support)

Terdapat beberapa Activity Support yang berada pada penggal jalan ini meliputi :

kantin, pedagang kaki lima, koran umum dan toko kecil yang non permanen.

Gambar 3.3.7.3 Gambar Signage yang menunjukkan rambu lalu

lintas Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3.5 Pedestrian di jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar

Page 31: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

31

3.3.7 Papan Iklan (Signage)

Pada penggal jalan pemuda terdapat beberapa simbol dan tanda, antara lain :

1. Identitas

Adanya tanda yang menunjukkan nama penggal jalan tersebut.

2. Nama Bangunan

Dipakai sebagai nama bangunan yang biasanya dilengkapi dengan petunjuk

jenis kegiatan yang ada di dalamnya.

3. Petunjuk Sirkulasi

Biasanya disebut sebagai rambu – rambu lalu lintas yang berfungsi untuk

mengatur dan mengarahkan pengendara kendaraan atau pejalan kaki dalam

sirkulasi. Di Jalan Pemuda terdapat beberapa petunjuk sirkulasi dan larangan.

4. Komersial

Tanda jenis ini adalah reklame dan iklan. Banyak terdapat di sekitar penggal

jalan pemuda ini.

Gambar 3.3.7.1 Gambar signage yang menunjukkan nama

penggal jalan Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3.7.2 Gambar Signage yang menunjukkan nama bangunan

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3.7.4 Komersial di Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar

Lokasi Gambar

Page 32: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

32

5. Petunjuk ke lokasi lain

Tanda jenis ini merupakan petunjuk arah, lokasi kegiatan tertentu yang

mempunyai keterangan jarak.

Gambar 3.3.7.5 Penunjuk arah

Sumber : Dokumen Pribadi

U

Gambar 3.3.3.2 Lokasi yang biasa digunakan sebagai

lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

Page 33: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

33

Rambu-rambu yang terdapat di Jalan Pemuda, antara lain :

Rambu-rambu lalu lintas

Ket Gambar Ket Gambar

A.1

A.4

A.2

A.5

A.3

A.6

A.7

Papan petunjuk

Ket Gambar Ket Gambar

B.1

B.3

Page 34: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

34

A1 A5

A3 A4

A3

A3

A2

A1

A66

A3

A4 A5

A4

A1 A1

B1

A7

A1

A1

A3

A3 B3

B2

Gambar 3.3.7.6 Peta posisi signages

Sumber : Dokumen Pribadi

B.2

B.4

Page 35: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

35

3.3.8 Konservasi (Conservation)

Terdapat beberapa bangunan konservasi pada penggal jalan ini yakni SMA

Negeri 3, SMA Negeri 5 Semarang, Gedung YARDIP dan Balaikota Semarang.

3.3.9 Utilitas pada Jalan Pemuda

Jaringan utilitas yang ada di kawasan Jalan Pemuda adalah jaringan listrik dan

drainase. Jaringan listrik berfugsi untuk memberikan penerangan sehingga

meningkatkan kenyamanan pengguna. Sedangkan jaringan drainase berfungsi

mengalirkan air hujan maupun limbah PKL dari Jalan Pemuda ke saluran

lingkungan.

1. Lampu pada Jalan Pemuda

Ket Gambar Ket Gambar

L.1

L.2

Keterangan Gambar

Lampu 1 (L.1)

Lampu 2 (L.2)

U

Gambar 3.3.8 Konservasi di Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.25 Peta posisi lampu jalan

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3.9 Peta Posisi Lampu

Sumber : Analisa Pribadi

Page 36: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

36

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Jalan Pemuda sebagai Koridor Jalan Kota Semarang

4.1.1 Tinjauan Jalan Pemuda terhadap Kota Semarang

Jalan Pemuda merupakan salah satu jalan terpenting di kota Semarang.

Selain berpusat pada Tugu Muda yang notabene merupakan ikon Kota

Semarang, Jalan Pemuda merupakan akses utama menuju Balai Kota dan

beberapa pusat perbelanjaan terkemuka. Di sepanjang Jalan Pemuda terdapat

beberapa fasilitas, seperti fasilitas pendidikan yaitu sekolah-sekolah dengan

kualitas yang baik serta terdapat berbagai macam gedung perkantoran.

Peran yang begitu beragam mengakibatkan intensitas pemakaian Jalan

Pemuda oleh masyarakat menjadi sangat tinggi. Tak jarang seringkali timbul

kemacetan yang panjang. Meski begitu, Jalan Pemuda mampu menyediakan

ruang bagi masyarakat untuk menikmati area terbuka, meski biasanya hanya

dilakukan satu kali dalam seminggu, yakni pada saat Car Free Day. Jalan

Pemuda memanglah tidak seramai jalan Pahlawan, akan tetapi Jalan Pemuda

tetapa memilki daya pikat tersendiri dalam menarik minat masyarakat.

4.1.2 Analisa Jalan Pemuda Berdasarkan Elemen Perancangan Kota

Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen

perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai

karakteristik yang jelas.

Elemen–elemen perancanagn kota tersebut dapat dilihat pada Jalan

Pemuda seperti berikut :

1. Penggunaan Lahan (Land Use)

Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah

pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam

mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan

gambaran keseluruhan bagaimana daerah–daerah pada suatu kawasan

tersebut seharusnya berfungsi.

Adapun di sepanjang koridor jalan pemuda memiliki tata guna lahan

yang digunakan sebagai fasilitas perkantoran,fasilitas perdagangan, fasilitas

pendidikan, dan fasilitas permukiman.

Tata guna lahan ini didominasi oleh fasilitas perkantoran. Fasilitas

perkantoran tersebut adalah Gedung Balai Kota,Gedung Jamsostek,Kantor

pertamina,Gedung Bapedda,Gedung Dinas Pendidikan Jawa Tengah (untuk

lebih jelasnya lihat gambar peta jaringan jalan).

Pada Jalan Pemuda penggunanya sangat beragam mulai dari fungsi

pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran sekaligus pemukiman. Fungsi

lahan yang kompleks tersebut mengakibatkan Jalan Pemuda menjadi sangat

padat oleh lalu lintas dan aktifitas. Dari sekian fungsi lahan tersebut, tentunya

harus dibarengi dengan pemenuhan kebetuhan masyarakat akan ruang

terbuka (open space) bahkan area hijau. Area hijau pada Jalan Pemuda

masih sangat minim karena hanya terdapat pada jalur pedestrian.

2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan

massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta

bagaimana hubungan antar massa yang ada. Pada penataan suatu kota,

bentuk dan hubungan antara massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan

massa bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga ruang yang

terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta menghindari

adanya lost space (ruang tidak terpakai).

Massa bangunan pada penggal jalan pemuda sangat seimbang dengan

perbedaan tinggi dan kepejalan yang tidak begitu signifikan. Beberapa

bangunan yang ketinggiannya cukup signifikan diimbangi dengan bangunan

lain yang memiliki kepejalan yang lebih tinggi dengan ketingian yang rendah.

Page 37: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

37

Tiap blok – blok bangunan terdapat open space yang digunakan

sebagai lapangan maupun tempat parkir.

Bentuk bangunan pada penggal jalan pemuda hampir seragam karena

sebagian besar bangunan merupakan peninggalan masa kolonial. Bangunan-

bangunan baru pun dihadirkan tidak jauh berbeda penampakannya dengan

bangunan lama. Namun Paragon City Mall hadir dengan bentuk yang jauh

berbeda, pada akhirnya menjadi sorotan paling utama/point of interest dari

Jalan Pemuda dibandingkan dengan bangunan lain yang padahal memuat

kearifan sejarah dan budaya Indonesia.

3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat

membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan

keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-

tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu

kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat

untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk,

mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu

sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain

sebagainya.

Sirkulasi pada Jalan Pemuda terjadi dua hanya dua arah yang masing –

masing arah bertemu pada persimpanagn dengan jalan lain. Sehingga sering

terjadi kemacetan yang bermula pada ujung – ujung jalan pemuda. Kondisi

sirkulasi tersebut diperparah dengan sirkulasi keluar masuknya kendaraan

dari dan menuju bangunan. Sirkulasi kendaraan dilalui oleh arus kendararaan

2 arah dengan lebar jalan 12 meter. sedangkan parkir mobil berada pada

bahu jalan sepanjang koridor jalan

Pada peta jaringan infrastruktur terdapat daerah yang sering macet dan

yang daerah dimana kendaraan sering ngetime di pinggir jalan. Daerah

tersebut diantaranya berada di sekitar bangunan Pendidikan. Kemacetan

akibat penumpukan kendaraan tersebut terjadi karena bnyaknya kendaraan

yang keluar dari sekolah yang kemudian menghambat laju kendaraan lainnya.

Gambar 1 Kemacetan di sekitar bangunan

Pendidikan Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar 1

Page 38: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

38

Selain di area pendidikan, Kemacetan juga terjadi di lampu merah tugu

muda dari arah jalan pemuda. Penumpukan kendaraan terjadi karena

banyaknya volume kendaraan karena jam pulang kantor. Dari berbagai arah

berkumpul di pusat jalan Tugu muda sehingga antrian kendaraan pun terasa

sampai jalan pemuda. (untuk lebih jelasnya lihat gambar peta jaringan jalan)

Kemacetan sering terjadi pada jam-jam berikut : 07.00–08.00, 13.00–

14.00, 17.00-18.30

Sementara beberapa lokasi, terutama pada bangunan yang tidak

mampu mengelola sistem parkirnya dengan baik, mengakibatkan masyarakat

memarkirkan kendaraannya di bahu jalan bahkan jalur pedestrian.

4. Ruang Terbuka (Open Space)

Pada Jalan Pemuda keberadaan ruang tebuka sangat sedikit. Hanya

sebatas pada tiap masing–masing bangunan yang notabene hanya untuk

memenuhi kaidah yang berlaku terkait GSB dan KDB bangunan.

5. Pedestrian (Pedestrian Ways)

Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-

elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota

dan pola-poal aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau

pembangunan fisik kota di masa mendatang.

Lebar pedestrian pada koridor jalan pemuda adalah 3 meter ( standard

Neufert 2,25 meter,dapat digunakan 4 orang) dan pedestrian ini juga

memfasilitasi kebutuhan kaum divable dalam penggunaan jalan melalui

Gambar 2 Kemacetan di penggal Jalan

Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3 Pedestrian yang digunakan sebagai

lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 4 Pedestrian yang digunakan sebagai

lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar 2

Lokasi Gambar 3

Page 39: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

39

penyediaan divable patch straight (guide strips) sepanjang jalan. Namun

sayangnya, penggunaan divable patch straight ini masih kurang optimal.

Meskipun luasnya sangat mencukupi tetapi pada beberapa titik jalur

pedestrian digunakan sebgai area parkir yang bahkan dikelola oleh pemilik

bangunan yang dalam hal ini berfungsi sebagai perdagangan dan jasa.

6. Aktivitas Pendukung (Activity Support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan–

kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi

dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh

terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas

pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga

mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen–elemen kota yang

dapat menggerakkan aktivitas.

Semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang

publik suatu kawasan kota yang terdapat pada koridor jalan pemuda adalah:

pusat perbelanjaan (Paragon), pusat perkantoran (Bank Jateng, BAPPEDA) ,

perpustakaan dan sebagainya.

7. Papan Iklan (Signage)

Tanda – tanda sangat penting keberadaannya dalam sebuah kawasan

terutama penggal jalan utama seperti ajaln pemuda. Ini dibutuhkan

seharusnya untuk memberikan petunjak bagi pengguna jalan bagaimana ia

harus bertindak

Namun pada kenyataannya sering tanda–tanda terutama rambu–rambu

lalu lintas hanya berfungsi sebagai penghias jalan semata.

8. Konservasi (Conservation)

Gambar 4 Pedestrian ways di penggal Jalan

Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar 4

Page 40: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

40

Terdapat beberapa bangunan Konservasi yang merupakan aset atau

nilai keberadaaan suatu kota. Yang dapat menceritakan sejarah suatu kota.

Konsep tentang konservasi kota memperhatikan beberapa aspek,antara lain:

bangunan-bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan

dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan bangunan.

Beberapa kategori konservasi antara lain preservasi (preservation),

konservasi (conservation), rehabilitasi (rehabilitation), revitalisasi

(revitalitation) dan peningkatan (improvement).

Pada penggal jalan pemuda terdapat beberapa banguna konservasi

seperti Balai Kota, SMA 3 Semarang, SMA 5 Semarang dan beberapa

bangunan lain. Kondisi dan fungsi bangunan – bangunan tersebut sangat baik

dan berjalan semestinya sehingga terjaga unsur historic dari tiap bangunan

tersebut.

4.2 Analisa Pola Perilaku Masyarakat pada Penggal Jalan Pemuda

4.2.1 Konsep Perilaku pada Ruang Publik

Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu

akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan

juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah

bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola

perilaku manusia (Dubois, 1968).

Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Proses Individual

Dalam menganaisa pola perilaku masyarakat terhadap Penggal jalan

Pemuda terkait proses individuanya dapat dilakukan melalui aspek Persepsi

Lingkungan.

Persepsi masyarakat terhadap lingkungan penggal jalan Pemuda adalah,

sebuah jalan utama Kota Semarang yang mampu mengakomodasi setiap

kebutuhan masayarakat dalam berbagai aspek karena kawasan ini memiliki

guna lahan yang kompleks.

Proses Perilaku Individual :

Perilaku Manusia dan Lingkungan

Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik

lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap

tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a) Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan

menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut.

Environmental deteriminism pada penggal jalan Pemuda

menunjukkan, bahwa kondisi dari penggal jalan Pemuda yang

ada sekarang ini, mampu mengakomodasi beragam aktifitas

akan tetapi masih terjadi penyimpangan pada pola perilaku yang

terbentuk.

b) Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik

dapat memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah

laku masyarakat.

Perilaku masyarakat yang terbentuk di penggal jalan Pemuda

merupakan akibat dari bentuk penggal jalan Pemuda yang

kurang optimal dalam mengahdirkan fasilitas untuk

menghadirkan perfoma yang baik dalam mengakomodasi tiap

kegiatn yang terbentuk.

c) Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan

memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku

masyarakat. Pada kenyataan yang ada kondisi fisik lingkungan

penggal jalan Pemuda dapat memberikan pilihan pilihan bagi

masyarakat untuk berkegiatan di dalamnya. Sehingga penggal

jalan Pemuda menjadi berfungsi secara optimal.

Menurut teori yang dikemukakan Rapport (1969), bahwa aspek norma,

kultur, dari masyarakat yang berbeda, akan menghasilkan konsep dan

wujud ruang yang berbeda, maka apabila ditinjau pada Jalan Pemuda

yang memiliki kultur serta norma yang ada, pada masyarakat

lingkungan sekitar Jalan Pemuda merupakan kawasan pendidikan dan

pemerintahan, di mana banyak terdapat sarana pendidikan serta

kantor-kantor pemerintahan. Namun, fungsi pendidikan dan

pemerintahan ini pelan-pelan mulai tergantikan dengan fungsi ekonomi

dan hiburan setelah dibangunnya Paragon Mall serta Duta Pertiwi Mall.

Pada akhirnya konsep serta wujud ruang yang ada pada Jalan Pemuda

Page 41: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

41

yang seharusnya mencerminkan fungsi pendidikan dan pemerintahan,

saat ini menjadi memudar dan yang terlihat dominan adalah fungsi

ekonomi dan hiburan.

Setting Perilaku (Behaviour Setting)

Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan

tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur

sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan

tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan.Setting

perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :

a) System of setting (sistem tempat atau ruang)

Dalam kajian system of setting, unsur–unsur pada Jalan

Pemuda sudah saling terkait antar elemen–elemennya,

sehingga Jalan Pemuda sudah cukup ideal apabila dijadikan

tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang umum

dilakukan di suatu penggal jalan.

b) System of activity ( sistem kegiatan),

Pada Weekday, yaitu pada hari-hari biasa, Jalan Pemuda biasa

diakses oleh pelajar dan pekerja kantor. Kepadatan di Jalan

Pemuda sering terjadi pada pagi dan siang hari saat masuk dan

pulang sekolah. Banyak kendaraan bermotor yang mengakses

jalan tersebut, sering terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu.

Saat lalu lintas semakin padat, sering kali terjadi

penyalahgunaan pedestrian way, banyak sepeda motor yang

menggunakan pedestrian way tersebut untuk melintasi Jalan

Pemuda.

Pada Weekend, yaitu hari-hari libur, Jalan Pemuda digunakan

sebagai kegiatan olahraga dan hiburan saat car free day (CFD),

seperti senam pagi, kegiatan komunitas (skateboard, sketsa),

dsb. Car free day ini dilaksanakan pada hari minggu pada pukul

05.00-09.00 dan akses mobil pada Jalan Pemuda ditutup untuk

sementara. Pada malam harinya, pedestrian way sering

digunakan sebagai tempat berkumpul, gathering dari komunitas-

komunitas tertentu. Pengguna parkir pada weekend kuotanya

lebih banyak bila dibandingkan saat weekdays.

Gambar 5 Penggunaan pedestrian dan jalan

saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 5 Penggunaan pedestrian dan jalan

saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar 5

Page 42: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

42

Idealnya sebuah penggal jalan, menurut analisis behavior setting,

bahwa suatu desain seharusnya sesuai dengan pola perilaku yang

ingin di bentuk pada suatu ruang tidak terdapat pada penggal Jalan

Pemuda.

Jalan Pemuda yang pada hakikatnya ingin ditujukan sebagai tempat

berkumpul masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka

publik kurang mampu mengakomodasi kebutuhan para penggunanya.

Ruang berkumpul pada umumnya menyediakan area tersendiri yang

mampu menjadi pemisah dengan area lain sehingga privasi pengguna

dapat dioptimalkan. Ketidaklengkapan fasilitas tersebut menjadikan

perilaku masyarakat berjalan tidak semestinya dengan memanfaatkan

kondisi yang ada.

Pada Penggal Jalan Pemuda area tersebut berbaur pada jalur

pedestrian sehingga terjadi kekacauan sirkulasi pada jalur pedestrian.

Hal tersebut terlihat jelas pada saac CFD dimana orang – orang

berkumpul pada pingir jalur pedestrian dan atau pada bingkai tanaman

sehingga menjadi hal yang risih satu sama lain.

Tidak tersedianya area parkir bagi kendaraan yang sekedar menunggu

tidk masuk ke area bangunan pun menimbulkan efek perilaku yan

menyimpang pula. Kegiatan ini terutama terjadi di kawasan pendidikan

oleh keluarga yang ingn menjemput anggota keluarganya di sekolah.

Mereka memarkir kendaraan di bahu jalan tentu dapat mengganggu

alur lalu lintas di jalan Pmuda bahkan dapat menimbulkan kemacetan.

Dapat dikatakan penggal jalan pemuda dengan segala macam

fasilitasnya kurang mampu menyesuaikan dengan pola perilaku yang

ingin dibentuk.

2. Proses Sosial

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dubois (1968), proses sosial pada

penggal jalan Pemuda adalah perilaku interpersonal manusia yang meliputi:

Ruang Personal

Pada kawasan penggal jalan Pemuda, sebagian masyarakat disini

biasanya berinteraksi dalam suatu ruang yang kecil. Mereka

menggunakan jalur pedestrian untuk menggelar lapak PKL terutama

pada malam hari karena mereka memanfaatkan momen ketika

masyarakat berkumpul di kawasan tersebut. Hal-hal seperti inilah yang

sering kita temui di kawasan penggal jalan Pemuda ini. Pedestrian

yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki disalahgunakan

sebagai ruang personal PKL.

Gambar 6 Penggunaan pedestrian dan jalan

saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar 6

Page 43: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

43

Jika dilihat dari teori tersebut, penggal jalan Pemuda memang memiliki

ruang personal yang terbentuk dari perilaku sosial dan kebutuhan

penggunanya, dalam hal ini pengguna adalah PKL.

Teritorialitas

Teritorialitas merupakan perbuatan untuk menguasai ruang yang lebih

luas guna untuk memenuhi kebutuhannya. Pada kawasan penggal

jalan Pemuda ini teritorialitas sering terjadi pada PKL yang menggelar

lapaknya di pinggir jalan. Mereka mencari area yang cukup untuk

menggelar lapaknya agar tercipta ruang yang mampu menampung

segala aktifitas yang terjadi di lapak ini. Area yang digunakan lagi-lagi

adalah jalur pedestrian yang ada di kawasan penggal jalan Pemuda.

Hal ini mengakibatkan sirkulasi yang ada menjadi terganggu.

Pelebaran area lapak PKL ini sangat berpengaruh dalam proses sosial

karena merupakan aspek yang menghubungkan antara kebutuhan

dengan ruang yang dibutuhkan pengguna. Selain PKL beberapa

oknum juga memanfaatkan jalur pedestrian sebgai pelebaran area

parkir mereka sehingga hak pejalan kaki kembali direnggut.

Jika dilihat dari keadaan penggal jalan Pemuda sekarang, teori tentang

teritorialitas memang ada dalam kawasan ini.

Kesesakan/Kepadatan

Kesesakan atau kepadatan adalah suatu kondisi dimana keadaan

ruang yang tersedia tidak dapat menampung segala aktifitas yang

berlangsung didalamnya. Pada kawasan penggal jalan Pemuda ini,

kesesakan / kepadatan sering terjadi pada ruang personal seperti

ruang yang ada di PKL dan parkir ilegal. Akibat dari kesesakan ini PKL

dan parkir ilegal melebarkan area lapaknya akan berdampak pada

pengguna jalan. Kesesakan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku

masyarakat sekitarnya.

Dilihat dari keadaan penggal jalan Pemuda sekarang, kesesakan

memang terjadi sehingga teorinya benar ada.

Privasi

Dalam suatu ruang, privasi merupakan usaha yang dilakukan guna

memaksimalkan pemenuhan kebutuhan sosial individu didalamnya

yang nantinya akan berpengaruh dengan perilaku individu lainnya.

Masyarakat di sekitar kawasan penggal jalan Pemuda membatasi area

yang mereka anggap mampu mengoptimalkan aktifitas yang dapat

memenuhi kebutuhan didalamnya. Dalam hal ini PKL dan oknum

perparkiran merupakan salah satu pelaku di kawasan penggal jalan

Pemuda. Lapak PKL memiliki batasan areanya sendiri sehingga tidak

mengganggu sirkulasi masyarakat lainnya yang ingin melewati area

sekitar lapak ini.

Dari analisis proses sosial ini, dapat disimpulkan bahwa keadaan yang

ada di kawasan Penggal jalan Pemuda sekarang memiliki keterkaitan

dengan teori yang dikemukakan oleh Dubois (1968) sehingga tidak

muncul suatu kesenjangan yang nantinya akan menimbulkan suatu

permasalahan. Meskipun kesenjangan tersebut hanya terasa oleh satu

pihak yaknipejalan kaki yang mereka tidak mempunyai upaya untuk

mengendalikan kondidi sesuai dengan yang semestinya.

4.2.2 Perilaku Manusia sebagai Pengaruh Kondisi Lingkungan

Menurut teori perilaku manusia dapat mempengaruhi kondisi lingkungan. Jika

dilihat dari teori tersebut lalu kita melihat pada keadaan sebenarnya,yaitu di

penggal jalan Pemuda,dapat terlihat bahwa teori itu benar adanya.

Setelah diamati pada keadaan di penggal jalan Pemuda,bisa dilihat keadaan

penggal jalan Pemuda sebenarnya sangat baik dengan beberapa fasilitas yang

memang dibutuhkan. Akan tetapi regulasi yang berlaku tidak mampu mengatur

pola perilaku yang ingin dibentuk. Penyebab dari masalah ini,adalah berasal dari

perencanaan yang baik tapi kurang matang. Sehingga banyak terjadi

penyimpangan – penyimpangan perilaku. Terlepas dari permasalahan tersebut

Jalan Pemuda mampu membawakan dirinya sebagai suatu kawasan yang

mampu mencitrakan identitas sebuah kota yakni Kota Semarang dengan

menghadirkan beragam aktivitas berbasis masyarakat yang menarik.

Lokasi Gambar 4

Page 44: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

44

BAB V

KESIMPULAN

Keberadaan sebuah jalan bagi sebuah kawasan, dalam hal ini adalah kota

merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini tidak hanya berdasar pada

kebutuhan dan aksesbilitas kota akan tetapi juga merupakan upaya dalam

menampilkan citra kota. Pada dasarnya sebuah jalan mampu memberikan beragam

manfaat bagi penggunanya, selain manfaat akses juga mampu membei manfaat lain

seperti manfaat ekonomi karena keberadaan sebuah jalan pasti akan menciptakan

berbagai jenis kegiatan.

Jalan sebagai salah satu pilar utama suatu kawasan dapat dihadirkan dalam

ruang kota untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, dengan kehadiran jalan

maka dapat memicu munculnya kegiatan masyarakat pada jalan tersebut. Hal ini

tentu menjadi dampak yang positif karena akan tercipta interaksi masyarakat yang

harmonis.

Penggal jalan Pemuda merupakan salah satu jalan terpenting Kota Semarang

yang berlokasi dekat dengan kawasan Tugu Muda serta pusat perdagangan modern,

Paragon City dan DP Mall serta pemerintahan Semarang. Jalan ini mempertemukan

dua kawasan penting Kota Semarang yakni Tugu Muda dan Johar. Hal ini memberi

peran pada fungsi Penggal jalan Pemuda sebagi pathways kota. Oleh karena itu

fungsinya yang menjadi pathways kota sekaligus kawasan perdagangan, pendidikan,

perkantoran dan pemerintahan kota menjadikan kawasan Penggal jalan Pemuda

menjadi kawasan yang ramai dan padat.

Keberagaman aktifitas yang terjadi di kawasan ini juga timbul sebagai akibat

dari ulasan yang dijelaskan di atas. Hal tersebut telah ditunjang dengan fasilitas atau

ruang yang memadai akan tetapi tidak memiliki pola atau keteraturan yang

berorientasi pada perilaku yang ingin dibentuk sehingga perilaku masyarakat yang

hanya mementingkan diri sendiri melakukan bermacam – macam aktifitas yang

mereka inginkan dengan semena – mena tanpa adanya kepedulian terhadap

kebutuhan orang lain dan terutama lingkungan. Hal ini berdampak pada

ketidakjelasan masing – masing fungsi dari tiap fasilitas.

Penggal jalan Pemuda semestinya menerima perlakuan yang layak sehingga ia

dapat menjalankan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau secara optimal. Kondisi

yang terlihat pada jalan Pemuda sekarang ini menggambarkan perlakuan yang baik

dari pemerintah karena jalan ini mencerminkan citra kota secara lugas dalam aspek

pemerintahan . Aktifitas masyarakat pun dilakukan dengan baik sesuai dengan

perwujudan fungsinya, akan tetapi masing – masing aktifitas berjalan dengan

sebegitu mandirinya sehingga mengabaikan kebutuhan bagi aktifitas yang lain.

Kondisi Penggal jalan Pemuda dilihat dari tampilannya berdasarkan elemen –

elemen pembentuknya terlihat seperti telah melalui proses perencanan dan

perancangan yang kurang matang sehingga menyebabkan ketidak jelasan peran

tiap fasilitas pada jalan ini. Keberadaan akses seperti jalur pedestrian yang luas

menjadi implikasi adanya tujuan untuk membentuk beragam aktifitas pada kawasan

tersebut. Namun tidak adanya fasilitas untuk menunjang beberapa kegiatan serta

tidak adanya pengaturan yang jelas pada setiap fasilitas berujung pada

penyimpangan pola perilaku masyarakat.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dieimpulkan potensi serta

permasalahan yang ada pad penggal jalan Pemuda seperti berikut :

POTENSI :

1. Berada di pusat kota

2. Merupakan jalan protokol

3. Aksesbilitas mudah dan terdapat transportasi umum

4. Terdapat pusat pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa,

perbelanjaan, dan pendidikan

5. Banyak bangunan heritage

6. Citra kota bekas kolonial

7. Mampu membentuk beragam kegiatan berbasis masyarakat

PERMASALAHAN :

1. Kurangnya infrastuktur dan street furniture untuk pejalan kaki, seperti

peneduh, vegetasi, bangku taman

2. Kurangnya signage (penanda) untuk pejalan kaki seperti lampu untuk

pejalan kaki, tombol untuk pengguna kursi roda, dan kaum difabel

3. Tidak adanya jalur untuk sepeda

4. Papan reklame yang menganggu kualitas visual kota

5. Parkir di badan jalan

6. Penyalahgunaan jalur pedestrian sebagai lahan untuk PKL, parkir dan

digunakan untuk melintas bagi kendaraan roda dua ketika macet.

Page 45: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

45

Hal ini menjadi gambaran perilaku masyarakat yang mengabaikan keberadaan

sebuah ruang publik yang tersedia yang semestinya mereka pergunakan secara

optimal. Padahal apabila dilihat posisi Penggal jalan Pemuda yakni berada pada

pusat kota seharusnya mampu menjadikan Penggal jalan Pemuda sebagai salah

satu daya tarik Kota Semarang yang apabila dikembangkan secara optimal dapat

menjadi asset wisata kota yang pada akhirnya berujung pada perkembangan

ekonomi kota. Oleh karena itu diperlukan kepedulian masyarakat yang didukung

pemerintah terhadap fasilitas apapun yang tersedia terutama ruang terbuka hijau

karena hal ini adalah respon terhadap kepedulian lingkungan. Kepedulian ini dapat

diwujudkan melalui perlakuan yang baik berupa revitalisasi serta perawatan rutin

sehingga akan memberikan tampilan yang menarik pada Penggal jalan Pemuda.

Dengan Tampilan yang menarik tentu akan mengundang respon masyarakat untuk

peduli dan melakukan kegiatan aktif di ruang publik yang dalam hal ini adalah

Penggal jalan Pemuda.

Page 46: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

46

BAB VI

REKOMENDASI DESAIN

6.1. Konsep

Jalan Pemuda sebagai salah satu icon Kota Semarang tentu harus memiliki performa

yang optimal sehingga mampu member citra yang berkesan terhadap Kota Semarang.

Guna lahan yang beragam menyebabkan kawasan jalan Pemuda memeiliki banyak

kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, koridor jalan pemuda haruslah mampu

mengakomodasi berbagai macam aktifitas tersebut secara baik tanpa adanya disfungsi

seperti kondisi sekarang. Se;ain itu, jalan Pemuda akan menjadi lebih membanggakan

apabila mampu mengembangkan potensi warisan budaya lokal dan bersejarah. Jalan

sebaiknya didesain untuk menghormati dan meningkatkan identitas, karakter, konteks

budaya dan sejarah sebuah kota.

Complete Street sebagai sutu konsep perancangan ruang public menghadirkan

pengaturan jalan sedemikian rupa sehingga apa yang telah tersebut di atas mampu

diwujudkan. Complete Streets disebut juga livable streets merupakan jalan yang

dirancang dan dioperasikan untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi semua

pengguna jalan, termasuk di dalamnya pejalan kaki, pengendara sepeda, kendaraan

bermotor, dan transportasi publik untuk semua umur dan bermacam kemampuan.

Singkatnya complete street merupakan jalan yang mengakomodasi kepentingan semua

pengguna jalan. Menurut the National Complete Streets Coalition, complete streets

adalah jalan yang dirancang dan dioperasikan bagi semua pengguna, tidak hanya

pengemudi, tetapi juga pesepada serta pejalan kaki dari segala tingkat kemampuan dan

usia secara nyaman dan aman.

• Complete Streets are Public Spaces

Complete Street sebagai ruang terbuka yang digunakan untuk tempat berinteraksi

sosial dan beraktivitas fisik.

• Complete Streets and Land Use

Jalan yang didesain secara inheren memberikan keamanan bagi semua pengguna,

mendorong penggunaan transportasi non-bermotor, dan menciptakan streetscape

yang bervariasi.

• Complete Streets as Multi-Modal Transportation Network :

Pejalan kaki dari segala usia dan kemampuan transit pengguna dan kendaraan

Prinsip Complete Streets :

1. Kecepatan kendaraan yang aman dan lambat

2. Konektivitas

3. Kesehatan manusia

4. Keamanan

Gambar : Kegiatan Car Free Day di

Jalan Pemuda

Page 47: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

47

5. Kenyamanan

6. Kontekstual

7. Persamaan

8. Estetika

9. Perkembangan ekonomi

10. Lingkungan

6.2. Rekomendasi Desain

Berdasarkan Analisa yang telah dilakukan kemudian diterapkan pada konsep maka

diperoleh desain yang memiliki elemen – elemen seperti berikut :

1. Jalur Pedestrian

Jalur Pedestrian yang di usulkan berupa hasil revitalisasi jalur pedestrian yang

sebelumnya dengan penataan ruang bagi tiap aktifitas yang tercipta di jalur pedestrian

dengan lebih baik.

Jalur Pedestrian juga diwujudkan dengan konsep Universal Design dimana

merupakan konsep perancangan yang ditujukan bagi setiap kalangan manusia

dengan berbagai kemampuan fisik. Konsep ini dihadirkan dengan lebih manusiawi

dibandingkan dengan kondisi eksisiting diantaranya ;

a. Jalur khusus bagi Difable

1. Jalur khusus bagi tunanetra di desain lurus tanpa menabrak furniture

pelengkap lainya sehingga akan memudahkan kaum tunanetra untuk

melintasinya.

2. Kehadiran ramp pada jalur pedestrian juga akan membantu bagi pengguna

kursi roda agar dapat mengakses jalur dengan mudah dan nyaman.

EKSISTING

KONSEP

a2

a1

b

Page 48: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

48

b. Reiling bagi Manula

Pada jalur pedestrian yang diusulkan juga dilengkapi reling pada tepi jalur yang

berfungsi sebagai pegangan bagi manula ketika berjalan. Reling ini pun dapat

sekaligus berfungsi sebai pembatas ruang antara pejalan kaki dengan pengguna

sepeda.

2. Jalur Sepeda

Pada jalan Pemuda awalnya tidak terdapat jalur khusus sepeda kemudian baru

diadakan setahun silam, tetapi penggunaanya tidak ptimalkan karena atribut bagi

penggunanya tidak diwujudkan secara optimal. Selain itu juga dilanggar oleh

pengguna jalan lainnya sebagai tempat parkir.

Jalur khusus sepeda pada usulan desain dialihkan berada di area jalur pedestrian. Hal

ini bertujuan agar :

- Pengguna sepeda memiliki ruangnya sendiri sehingga tidak trenggagu dengan

aktifitas lain terutama oleh arus lalu lintas. Ini bisa menghindarkan dari

kemungkinan kecelakaan.

- Tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. Diwujudkan dengan menghadirkan

reling dan pula jalan di sisi tepinya sebagai pembatas ruang.

- Memperoleh penaungan yang optimal karena berada area jalur pedestrian yang

diapit dua pohon di kedua sisi sehingga udara lebih segar dan kegiatan bersepeda

menjadi lebih menyenangkan.

3. Activity Support

a. Halte

Desan halte yang diusulkan berbeda dengan desain awal yang minimalis modern

sehingga kurang berkesesuaian dengan citra visual yang telah ada di koridor jalan

pemuda. Desain lebih berwawasan local dengan pengunaan batu lam dan kolom

serta balok yang dilapis HPL bermotif kayu. Dengan demikina Halte akan terasa

lebih homy dan nyaman.

Halte ini tidak hanya digunkan oleh pengguna Trans Semarang tetapi pengguna

angkutan umum yang lain. Hal tersebut dibedakan dengan ketinggian peil yang

lebih tinggi pada pengguna Trans Semarang.

Konsep Universal Design pun kembali diusung untuk member perhatian yang

khusus bagi kaum difable dan manula dengan pengaplikasian ramp dan reiling.

b. Sitting Group

Selain bertujuan untuk tempat istirahat bagi pejalan kaki juga sebagai area

berkumpul bagi warga di kawasan jalan pemuda terutama saat CFD.

2

3b

Page 49: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

49

4. Utilitas

a. Lampu

Layaknya sebuah koridor jalan tentu akan

dihadirkan lampu sebagai penerangan ketika malam.

Lampu dihadirkan tiap 15 meter.Desin tiang lampu

pun dapat mendukung citra visual koridor jalan

pemuda dengan desain yang bernuansa colonial

jawa.

b. Hydrant

Dihadirkan tiap 500 meter. Hydrant sangat

penting dalam penanganan bahaya kebakaran pada

koridor Jalan Pemuda.

c. Tempat Sampah

Tempat smapah harus selalu dihadirkan pada

setiap ruang aktifitas manusia. Tempat sampah

terklasifikasi menjadi dua ykani organic(hijau) dan

anorganik (merah). Tempat sampah dihadirkan setiap

100 meter sehingga sesuaia denngan kapasitas daya

tampaung dan kegiatan yang berlangsung.

5. Open Space

Kehadiran jalur pedestrian yang komprehensif dengan mengakomodasi segalai

kebutuhan manusia dalam berkegiatan pada sebuah penggal jalan aka mampu

menghadirkan open space yang secara otomatis tercipta melalui aktifitas manusia.

Dengan kata lain penggal jaan pemuda dalam lingkup pembahasan ini beserta segala

macam penunjangnya adalah open space itu sendiri.

6. Vegetasi

Vegetasi pada jalur pedestrian dihadirkan seoptimal mungkin untuk memberi rasa

nyaman bagi penggunanya. Kehadiran pohon – pohon besar pada kedua sisi jalur

pedestrian semata – mata untuk menghadirkan efek peneduh yang indah dan nyaman

sehingga kegiatan pejalan kaki emnjadi lebih menyenangkan.

Kehadiran vegetasi ini pun berfungsi untuk menyediakan area resapan yang lebih

banyak pada jalan pemuda.

Efek lain yang dapat terbentuk adalah mampu menghalangi para pengguna angkutan

umum untuk menggu angkutan umum tersebut di embarang tempat karena bahu jalan

3a

Page 50: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

50

telah diaihkan sebagai area vegetasi. Sehingga pada akhirnya penguna angkutan

umum akan lebih terdorong untuk menunggu di halte yang telah disediakan.

Keteraturan lalu lintas pun dapat tercipta.

Page 51: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

51

Page 52: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

52

Page 53: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

53

POTONGAN JALAN

JALUR

SEPEDA

JALUR

PEDESTRIAN

AREA

DUDUK

JALUR

SEPEDA

VEGETASI

JALAN

RAYA

AREA

DUDUK

VEGETASI

JALUR

PEDESTRIAN

Page 54: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

54

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Edy. 2005. Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota. Penerbit Universitas Diponegoro.

Semarang.

Darmawan, Edi. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Universitas Diponegoro. Semarang.

http://arsip.gatra.com//2006-09-09/versi_cetak.php?id=97522 diakses pada tanggal 10 Oktober

2012, pukul 19.37

Lindarto Hadinugroho, Hadi, 2002, Pengaruh Lingkungan Fisik Pada Perilaku : Suatu Tinjauan

Arsitektural, USU Digital Library

Lynch, Kevin. 1969. The Image Of TheCcity. MIT Press. Cambridge.

Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold Company. New

York.

Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space. Theories of Urban Design. Van Nostrand Reinhold

Company. New York.

Zahnd, Markus. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu.Kanisius.Yogyakarta.

Page 55: Perkot Jalan Pemuda Fix

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

55

Disusun Oleh :

Muhammad Mukhlishin 21020110130105

Faza Razaka Dhifan 21020110130106

Purdyah Ayu 21020110130107

Amanda Ayu Pinandita 21020110130108

Putera Mahardika w 21020110130109

PERANCANGAN KOTA 2

REDESAIN KORIDOR JALAN PEMUDA

SEMARANG

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Edy Darmawan, M.Eng

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2012