Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial
-
Upload
yuliashelin -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
description
Transcript of Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial
![Page 1: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/1.jpg)
PSIKOLOGI ANAK DAN REMAJA
“Perkembangan Kognitif, Emosi dan Sosial Pada Anak Usia 7-12 tahun”
OLEH :
SEFFA ALVIONITA
2012.08.0.0010
RIZKI AMELIA
2012.08.0.0040
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2015
![Page 2: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/2.jpg)
Perkembangan Kognitif, Emosi dan Sosial Pada Anak Usia 7-12 tahun
Masa anak-anak akhir (7-12 tahun) menurut Piaget tergolong pada masa operasi
konkret dimana anak berfikir logis terhadap objek yang konkret. Berkurang rasa egonya dan
mulai bersikap sosial. Terjadi peningkatan pemeliharaan, misalnya mulai mau memelihara
alat permainannya. Mengelompokan benda-benda yang sama. Memperhatikan dan menerima
pandangan orang lain. Materi pembicaraan lebih ditujukan kepada lingkungan sosial, tidak
pada dirinya sendiri. Berkembang pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar.
Pada masa ini anak dapat melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi
dari pada yang dapat mereka lakukan pada masa sebelunya. Pemahamannya tentang konsep
ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi dan penjumlahan lebh baik. Anak usia 6 atau 7
tahun dapat dipercayamenemukan jalan dari dan ke sekolah. Mereka mempunyai ide yang
lebih baik tentang jarak dari satu tempat ke tempat lain, lama waktu tempuhnya, dan dapat
mengingat rute dan tanda-tanda jalan.
Adapun beberapa tugas perkembangan dari akhir masa kanak-kanak menurut Havighurst,
yaitu:
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang
umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan
berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembanga-lembaga
9. Mencapai kebeebasan pribadi.
![Page 3: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/3.jpg)
I. Perkembangan Kognitif
Menurut tahap perkembangan kognitif piaget anak usia 7 – 12 tahun memasuki tahap
operasional kongkret, dimana mereka bisa menggunakan berbagai operasi mental,seperti
penalaran, pemecahan masalah tetapi yang bersifat kongkret atau nyata contohnya melakukan
operasi penjumlahan dengan alat peraga balok, mencari sarung tangan yang hilang. Anak-
anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu egosentris dari
sebelumnya dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari situasi-situasi nyata saat ini.
Kemajuan Kognitif
Pada tahap operasional konkret, anak-anak sudah memiliki pemahaman yang lebih
baik daripada anak-anak praoperasional mengenai konsep spasial, sebab-akibat,
pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi, serta angka.
1. Hubungan spasial dan sebab - akibat
Dalam ini anak mengalami kemajuan saat pemahaman ruang , anak-anak dapat
menentukan seberapa jauh jarak dari satu tempat ke tempat yang lain dan berapa lama
untuk mencapai ke sana , pengalaman memegang peranan penting karena semakin
sering anak tersebut mendapat pengalaman tentang rute suatu tempat kemampuannya
secara spasial akan makin baik. Baik dalam mengkomunikasikan rute atau membaca
peta. Penilaian sebab akibat pun meningkat ketika usia 5 – 12 tahun diminta untuk
meramalkan tuas dan timbangan akan bekerja dalam kondisi bervariasi anak lebih tua
memberikan jawaban lebih benar dibanding anak yang lebih muda.
2. Pengelompokan
Mencakup kemampuan untuk seriasi (mengurutkan), Penyimpulan transitif, Inklusi
kelas. Contohnya pengelompokan adalah : anak mulai bisa mengelompokkan sesuatu
berdasarkan warna, ukuran, dia mengatakan bahwa mawar itu adalah sub kelas bunga.
3. Seriation (mengurutkan)
Dimana mereka dapat menyusun objek berdasarkan urutan berdasarkan salah satu
dimensi misalnya berat, ukuran, misalkan menyusun benda dari yang ukurannya
paling besar sampai paling kecil à mereka bisa mengurutkan menjadi satu dimensi.
Usia 7 – 8 tahun mereka sudah mampu memahami hubungan antara satu kelompok
benda ex : tongkat sehingga setelah melihatnya mereka bisa menyusunnya.
![Page 4: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Penyimpulan transitif
Kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua objek dari hubungan keduanya
objek dengan objek ketiga. Contohnya: catrine dapat menyusun kelompok tongkat
dalam urutan dari yang pendek sampai yang tinggi (seriation), ketika catrine
dihadapkan pada tiga tongkat berwarna kuning, hijau, dan biru ia ditunjukan melalui
seriaton tadi bahwa tongkat kuning adala urutan ke 3 , hijau urutan ke 2, dan tongkat
biru urutan ke 1, saat intruksinya adalah mengurutkan dari yang paling pendek ke
paling tinggi , maka secara langsung katrine dapat mengetahui bahwa tongkat kuning
itu lebih panjang dari tongkat hijau dan tongkat hijau itu lebih panjang dari tongkat
biru (Champman & LidenBerger, 1988; Piaget & Inhelder, 1967 dalam Papalia,2008 )
5. Inklusi kelas
Kemampuan anak memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya.
Piaget, 1964 dalam Papalia 2008, mengatakan: “Anak usia praoprasional
diperlihatkan 10 tangkai bunga berisi 7 mawar dan 3 anyelir dan ditanyai apakah lebih
banyak mawar atau lebih banyak bunga , mereka menjawab lebih banyak bunga
mawar , karena mereka membandingkan mawar dengan anyelir bukan dengan
keseluruhan bunga. Pada usia 7 – 8 tahun anak mulai memahami bahwa mawar adalah
sub kelas bunga oleh karena itu dia tidak mengatakan bawar lebih banyak dari bunga.
6. Penyimpulan Induktif dan Deduktif
Penalaran Induktif (inductive reasoning) di mulai dengan mengamati partikular kelas
orang-orang, hewan, objek, subjek dan kejadian kemudian mereka melakukan
penyimpulan dari yang khusus tersebut kedalam suatu kesimpulan umum secara
keseluruhan. Jadi penalaran induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala
atau hal yang khusus dari suatu kelompok masyarakat, binatang, objek, atau kejadian,
kemudian menarik kesimpulan. Misalnya anjing tono mengonggong, anjing susi
menggonggong, anjing budi menggonggong, jadi semua anjing menggonggong.
7. Konservasi
Dalam memecahkan berbagai jenis masalah konservasi, anak-anak pada tahap
operasional konkret dapat mencari jawaban dengan mengerjakan di dalam kepala
mereka, mereka tidak harus mengukur atau menimbang objek.
Contoh : Pelive dan Patricia pada usia 7 tahun mengetahui bahwa sebuah bola tanah
liat dibentuk menjadi bentuk sosis dan bentuk lain maka jumlahnya akan tetap sama
(konservasi substansi). Pada usia 9 tahun mereka mengetahui bahwa bola dan sosis
![Page 5: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/5.jpg)
punya berat yang sama. Pada saat remaja mereka dapat mengetahui jumlah air yang
dipindahkan itu sama walaupun bejana yang digunakan berbeda bentuknya.
8. Angka dan Matematika
Usia 6 – 7 tahun banyak anak bisa menghitung di kepala mereka , contohnya saat
menghitung lebih dari 10 , 10 + 7 maka mereka menghitung dengan cara menaruh 10
di otak dan 7 di jari lalu mereka mulai menghitung dari 10, 11, 12 dan seterusnya.
Usia 9 tahun dapat menyelesaikan permasalahan matematika soal cerita sederhana.
Kemampuan berfikir pada masa anak-anak tengah ditandai dengan adanya aktifitas-
aktifitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman
hidupnya memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berfikir,
belajar, mengingat, dan berkomuniksi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan
lebih logis. Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri -
ciri suatu objek. Mengkelompokan benda – benda yang sama kedalam dua atau lebih
kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokan buku berdasarkan warna maupun ukuran
buku. Mereka memiliki pengertian yang lebih baik tentang konsep ruang, sebab akibat,
kategorisasi, konservasi, dan tentang jumlah. Anak mulai memahami jarak dari satu tempat
ketempat lain, memahami hubungan antara sebab dan akibat yang ditimbulkan,
mengkelompokan benda berdasarkan kriteria tertentu, dan menghitung.
Dalam masa pertengahan dan akhir anak-anak ini seringkali mudah bagi orang tua
menerapkan disiplin kepada anaknya dibanding selama masa awal anak-anak dan pada masa
remaja. Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan kognitif anak sudah
semakin matang sehingga memungkinkan orang tua untuk bermusyawarah dengan mereka
tentang penolakan panyimpangan dan pengendalian perilaku mereka. pada masa remaja,
penalaran ank-anak menjadi lebih canggih dan mereka cenderung kurang dapat menerima
disiplin orang tua.
II. Perkembangan Emosi
Emosi dan Ungkapan-ungkapan Emosi
Anak segera mengetahui bahwa ungkapan emosi, terutama emosi yang kurang baik,
secara sosial ttidak diterima oleh teman-teman sebaya. Oleh karena itu, anak mempunyai
keinginan yang kuat untuk mengendalikan ungkapan emosi. Keinginan kuat untuk
![Page 6: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/6.jpg)
mengendalikan emosi tidak berlaku dirumah. Anak ingin mengungkapkan emosinya sekeras
yang dilakukan pada waktu ia lebih muda.
Umumnya, ungkapan emosional pada akhir masa kanak-kanak merupakan ungkapan
yang menyenangkan. Anak tertawa genit atau tertawa terbahak-bahak, menggeliat-geliat,
mengejangkan tubuh atau berguling-guling di lantai dan pada umumnya menunjukkan
pelepasan dorongan-dorongan yang tertahan. Untuk standar orang dewasa ungkapan
emosional kurang matang, tetapi hal ini menandakan bahwa anak bahagia dan penyesuian
dirinya baik.
Tidak semua emosi pada usia ini menyenangkan. Banyak ledakan amarah terjadi dan
anak menderita kekhawatiran dan perasaan kecewa. Anak perempuan sering mencurahkan air
mata atau mengungkapkan ledakan amarah sepeti perilaku pada masa pra sekolah, sedangkan
anak laki-laki lebih banyak mengungkapkan kekesalan atau kekhawatirannya dengan
cemberut dan merajuk.
Periode Meningginya Emosi
Meningginya emosi pada akhir masa kanak-kanak dapat disebabkan karena keadaan
fisik dan atau lingkungan. Keadaan lingkungan yang menyebabkan meningginya emosi juga
beragam dan serius, karena penyesuaian diri pada setiap situasi baru selalu menyusahkan
anak. Meningginya emosi hamper selalu dialami oleh semua anak pada saat masuk sekolah.
Namun pada umumnya, akhir masa kanak-kanak merupakan periode yang relatif
tenang yang berlangsung sampai mulainya masa puber. Ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, peranan yang harus dilakukan anak yang lebih besar sudah terumus secara jelas dan
anak tahu bagaimana melaksanannya. Kedua, permainan dan olah raga merupakan bentuk
pelampiasan emosi yang tertahan dan terakhir, dengan meningkatnya keterampilan anak tidak
banyak mengalami kekecewaan dalam usahanya untuk menyelesaikan pelbagai macam tugas
dibandingkan dengan pada saat anak masih lebih muda.
Permulaan Katarsis Emosional
Karena keadaan emosi yang tidak tersalurkan tidak menyenangkan bagi anak,
seringkali anak dengan cara coba-coba meredakan keadaan ini dengan sibuk bermain, dengan
tertawa terbahak-bahak atau bahkan dengan menangis. Sekali cara meredakan emosi yang
tidak tersalurkan ini ditemukan, yang disebut katarsis emosional, maka akan timbul cara baru
bagi anak untuk mengatasi ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan sosial.
![Page 7: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/7.jpg)
III. Perkembangan Psikososial
Perkembangan Psikososial
Menurut Piaget, sekitar usia 7 atau 8 tahun, anak berada dalam tahap sistem
representasional. Sistem representasional yaitu perkembangan definisi diri yang dicirikan
dengan keluasan, keseimbangan, serta integrasi dan penilaian berbagai aspek diri.
Harga Diri
Menurut Erikson, masa anak-anak tengah berada pada tahap Industry vs inferiority. Pada
masa anak-anak tengah, anak membandingkan kemampuan mereka dengan teman
sebayanya, jika tidak memadai bisa menarik diri ke keluarga yang melindunginya, jika
terlalu rajin bisa mengabaikan hubungan sosial dan berubah menjadi “gila kerja”
(workaholic).
• Perkembangan anak tergantung pada feedback significant others
Perkembangan Sosial dan Perilaku Prososial
Anak usia tengah mulai Menginternalisasikan rasa malu dan bangga serta dapat
memahami secara lebih baik dan mengatur emosi negatif. Empati dan perilaku sosial
meningkat. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh berbagai reaksi orang tua untuk
memperlihatkan emosi negatif. Pengendalian emosi melibatkan usaha untuk mengontrol
emosi, perhatian, dan perilaku.
Anak dalam Keluarga
Anak cenderung menghabiskan waktu luang mereka jauh dari rumah, bersosialisasi
dengan teman dan lingkungan mereka. Namun, rumah dan keluarga tetaplah bagian yang
penting di dalam hidup anak. Lingkungan keluarga memiliki 2 unsur utama: struktur dan
suasana keluarga (brofenbrenner).
Keadaan keluarga :
Masa perkembangan anak usia tengah adalah masa anak memasuki masa
coregulation, yang berarti orang tua dan anak akan berbagi wewenang. Coregulation adalah
masa transisi dari pengaturan tingkah laku yang mana orang tua akan cenderung melakukan
pengawasan dan anak-anak akan melatih dalam pengaturan diri sendiri. Cara orang tua
membawa anak dalam masa coregulation akan mempengaruhi cara orang tua dalam
![Page 8: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/8.jpg)
mempraktekkan kedisiplinan. Cara orang tua dan anak bekerja sama dalam proses
menyelesaikan konflik lebih penting daripada penyelesaian konflik itu sendiri. Mereka juga
belajar konflik seperti apa yang layak diperdebatkan dan strategi apa yang efektif.
Efek orang tua yang bekerja
Umumnya, semakin seorang ibu merasa puas terhadap pekerjaannya, semakin bagus
pula kinerjanya berperan sebagai orang tua. Namun, sesungguhnya, hal yang lebih
diutamakan adalah sebaik apa seorang orang tua untuk mengenal dan mengikuti
perkembangan anaknya yang akan lebih penting bagi anak.
Keluarga dengan tingkat ekonomi yang lemah
Cenderung kurang memeperhatikan anak dan berakibat pada prestasi belajar di
sekolah dan adaptasi sosial yang kurang baik. Namun, orang tua yang mendapat dukungan
dari pihak keluarga atau lingkungan, memperoleh bantuan dalam pengasuhan anak, akan
dapat mengasuh anak dengan baik
Struktur Keluarga
Anak adopsi: anak yang diadopsi pada masa bayi lebih dapat beradaptasi dengan baik
dibandingkan anak yang diadopsi pada usia tengah.
Orang tua yang bercerai: Anak yang lebih muda akan lebih cemas dalam menghadapi
perceraian orang tuanya, karena mereka kurang memiliki persepi yang jelas tentang
penyebab perceraian tersebut. Anak dalam usia sekolah sangat sensitif terhadap
tekanan dari orang tua dan konflik loyalitas. Masalah emosional atau perilaku dapat
terjadi disebabkan karena anak menyaksikan atau merasakan adanya konflik di antara
orang tua, baik sebelum atau setelah perceraian, dan dari perpisahan itu sendiri.
Single parent: penelitian menunjukkan bahwa dengan kebijakan keluarga yang
mendukung disertai keadaan keluarga, baik secara finansial ataupun sosial, anak yang
tinggal dengan orang tua tunggal dapat menjadi lebih mandiri dan berkembang lebih
pesat dibandingkan anak yang mempunyai dan tinggal dengan orang tua lengkap.
Keluarga tiri: Perkembangan anak pada masa usia tengah dengan orangtua tiri mereka
biasanya mudah terganggu karena kebiasaan yang telah dimiliki anak dengan keluarga
kandungnya. Mereka sulit menerima orang baru. Semakin banyak orang baru di
kehidupan sang anak, maka sang anak semakin membutuhkan perhatian dari orang
tua mereka.
![Page 9: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/9.jpg)
Perkembangan dan perilaku anak dalam lingkungan sosial anak sangat dipengaruhi
oleh kebijakan orang tua dalam membagi waktu, memberi perhatian, dan menjelaskan kepada
anak bagaimana struktur keluarga barunya saat ini.
Hubungan Persaudaraan
Hubungan saudara akan mulai tampak ketika anak memasuki masa usia tengah yaitu
berumur 7 atau 9 tahun. Biasanya hubungan yang tampak dapat berupa kasih sayang,
cemburu, atau pun kompetisi pada diri anak terhadap saudaranya. Hal ini sangat bergantung
kepada bagaimana orang tua mengasuh anak sehingga anak dapat memberi respon positif
kepada saudaranya.
Relasi teman Sebaya
Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak meluangkan banyak
waktunya dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Kebanyakan interaksi teman sebaya
terjadi diluar rumah (walaupun dekat dengan rumah), lebih sering terjadi di tempat-tempat
pribadi daripada di tempat umum, dan lebih sering terjadi diantara anak-anak yang sama jenis
kelamin daripada di antara anak-anak yang berbeda jenis kelamin.
Popularitas, penolakan dan pengabaian teman sebaya
Anak-anak yang memberi paling banyak bantuan seringkali populer. Begitu juga
dengan seorang anak yang mendengarkan dengan baik anak-anak lain dan memelihara jalur-
jalur komunikasi yang terbuka. Dalam suatu studi, anak-anak yang populer cenderung
berkomunikasi secara lebih jelas, dapat menarik perhatian dan lebih memelihara percakapan
dengan teman-teman sebaya dibandingkan dengan anak-anak yang tidak populer (Kennedy,
1990). Para pakar psiokologi perkembangan membedakan dua tipe anak-anak yang tidak
populer dimata teman-temannya: anak-anak yang diabaikan dan anak-anak yang ditolak
(Albrecht & Silbereisen, 1992; Coie , 1993; Coie & Koeppl, 1990; Roedel & Bendixen,
1992).
Anak yang diabaikan menerima sedikit perhatian dari teman-temannya, tetapi tidak
berarti mereka tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. anak-anak yang ditolak adalah
anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. mereka cenderung lebih
bersifat mengganggu dan agresif dibanding dengan ank-anak yang diabaikan. Anak-anak
yang ditolak seringkali mengalami masalah penyesuaian diri yang lebih serius dikemudian
hari dalam hidupnya dibandingkan dengan anak-anak yang diabaikan. Dalam menghadapi
![Page 10: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/10.jpg)
anak-anak seperti ini dengan program-program pelatihan bagi anak, dimana bertujuan untuk
menolong mereka menarik perhatian teman-teman sebaya mereka dengan cara-cara yang
positif dan mempertahankan perhatian dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mendengarkan dengan cara yang hangat dan bersahabat, dan bila berbicara mengenai diri
mereka sendiri, bicarakanlah hal-hal menarik minat teman sebaya.
Kognisi sosial
Kognisi sosial anak-anak tentang teman-teman sebaya mereka juga menjadi semakin
penting untuk memahami hubungan teman sebaya pada masa pertengahan dan akhir anak-
anak. Kenneth Dodge (1983) berpendapat bahwa ana-anak melampaui lima tahap dalam
dalam memproses informasi tentang dunia sosial mereka: mambaca kode/sandi isyarat-isyarat
sosial, menginterpretasikan, mencari-cari suatu respons, memilih suatu respon yang optimal
dan bertindak.
Semisal: seorang anak laki-laki tanpa sengaja menyenggol dan menjatuhkan minuman
ringan seorang teman sebaya. Teman sebaya itu salah menginterpretasikan senggolan tersebut
sebagai permusuhan, yang membuatnya membalas secara agresif terhadap anak laki-laki itu.
Bila senggolan seperti ini sering terjadi , maka teman-teman sebaya lain akan menganggap
anak laki-laki itu agresif karena sering berperilaku tidak tepat.
Pengetahuan sosial juga dilibatkan dalam kemampuan anak agar dapat akrab dengan
teman-teman sebaya. Tujuan-tujuan relasi sosial juga penting, seperti bagaimana memulai
dan memelihara suatu ikatan sosial. Anak-anak perlu menmgetahui skrip apa yang harus
diikuti agar anak-anak lain mau menjadi teman mereka. Dari perspektif kognitif sosial, anak-
anak yang tidak dapat menyesuaikan diri tidak memiliki ketrampilan kognitif sosial yang
memadai untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain (Kelly & de Armas, 1989);
Weisberg, Caplan, & Sivo, 1989). Suatu investigasi mencoba menyelidiki kemungkinan
bahwa anak-anak yang tidak dapat menyesuaikan diri tidak memiliki ketrampilan kognitif
sosial yang diperlukan bagi interaksi sosial yang positif (Asarnow & Callan, 1985)
Sahabat
Persahabatan memiliki enam fungsi: kawan, pendorong, dukungan fisik, dukungan
ego, perbandingan sosial dan keakraban/ afeksi (Gottman & Parker, 1987). Berkaitan dengan
kawan, persahabatan memberi anak seorang pasangan dan teman main yang akrab, seseorang
yang mau meluangkan waktu dengan mereka dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan
bersama. Berkaitan dengan pendorong, persahabatan memberi anak-anak informasi,
![Page 11: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/11.jpg)
kegembiraan dan hiburan yang menarik. Berkaitan dengan hubungan fisik, persahabatan
memberi waktu, sumber-sumber dan bantuan. Berkaitan dengan dukungan ego, persahabatan
memberi harapan dukungan, dorongan semangat dan umpan balik yang menolong anak-anak
mempertahankan suatu kesan tentang diri sendiri sebagai seorang yang berkompeten,
menarik dan berharga. Berkaitan dengan perbandingan sosial, persahabatan memberi
informasi tentang posisi seorang anak berhadapan dengan anak lain dan apakah anak
melakukan sesuatu dengan baik. Berkaitan dengan keakraban dan afeksi, persahabatan
memberi anak-anak suatu hubungan yang hangat, erat, saling mempercayai dengan orang lain
dimana penyingkapan siri berlangsung.
![Page 12: Perkembangan Kognitif,Emosi,Sosial](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082417/563db959550346aa9a9c8231/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Feldman, Papalia. 2009.Human Development:Perkembangan manusia. Edisi kesepuluh.
Jakarta : Salemba Humanika.
Hurlock, Elizabeth B.2002.Psikologi Perkembangan: Suatau Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, edisi kelima. Jakarta : Erlangga
Santrock, John W.2002. Life – Span Development: perkembangan masa hidup, edisi 5, jilid 1.
Jakarta : Erlangga