PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan...

12
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global 5 internasional. Tingkat pengangguran juga melonjak tinggi karena maraknya pemutusan hubungan kerja. Sementara itu, pemburukan permintaan dunia memicu jatuhnya harga komoditas, terutama minyak. Pemerintah dan otoritas global telah menempuh respons kebijakan yang cepat, inovatif, dan dalam skala besar untuk mencegah pelemahan ekonomi lebih dalam akibat COVID-19. Pemerintah meningkatkan stimulus fiskal untuk menahan dampak pelemahan ekonomi terhadap rumah tangga dan perusahaan. Sementara itu, bank sentral di dunia menerapkan kebijakan konvensional dan non-konvensional untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Sejumlah bank sentral negara maju menurunkan suku bunga kebijakan secara masif dan meningkatkan kebijakan pembelian aset dalam skala besar, sementara beberapa bank sentral lain di EMEs mulai mengimplementasikan kebijakan quantitative easing untuk menjaga kecukupan likuiditas. COVID-19 telah menyebar cepat ke berbagai belahan dunia dan mendorong WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi pada Maret 2020. Sebagian besar negara menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat yang ketat untuk mencegah penyebaran wabah sehingga memicu kontraksi ekonomi yang cukup signifikan pada TW1-20. Ekonomi sejumlah negara terkontraksi akibat kebijakan pembatasan aktivitas, terutama Tiongkok, Uni Eropa, Jepang, dan Inggris. Kontraksi ekonomi dunia dipicu oleh pemburukan aktivitas konsumsi, produksi, investasi, dan perdagangan internasional. Aktivitas konsumsi turun tajam seiring kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat di ruang publik, sementara aktivitas produksi dan investasi terhambat karena perusahaan menghentikan produksi dan gangguan rantai pasokan global. Perdagangan internasional turun signifikan seiring penutupan perbatasan lintas negara dan penghentian penerbangan PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL BAB 1

Transcript of PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan...

Page 1: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

5

internasional. Tingkat pengangguran juga

melonjak tinggi karena maraknya pemutusan

hubungan kerja. Sementara itu, pemburukan

permintaan dunia memicu jatuhnya harga

komoditas, terutama minyak.

Pemerintah dan otoritas global

telah menempuh respons kebijakan yang

cepat, inovatif, dan dalam skala besar untuk

mencegah pelemahan ekonomi lebih dalam

akibat COVID-19. Pemerintah meningkatkan

stimulus fiskal untuk menahan dampak

pelemahan ekonomi terhadap rumah tangga

dan perusahaan. Sementara itu, bank sentral

di dunia menerapkan kebijakan konvensional

dan non-konvensional untuk menjaga

stabilitas sistem keuangan. Sejumlah bank

sentral negara maju menurunkan suku bunga

kebijakan secara masif dan meningkatkan

kebijakan pembelian aset dalam skala besar,

sementara beberapa bank sentral lain di

EMEs mulai mengimplementasikan kebijakan

quantitative easing untuk menjaga kecukupan

likuiditas.

COVID-19 telah menyebar cepat ke

berbagai belahan dunia dan mendorong WHO

mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi

pada Maret 2020. Sebagian besar negara

menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas

masyarakat yang ketat untuk mencegah

penyebaran wabah sehingga memicu

kontraksi ekonomi yang cukup signifikan

pada TW1-20. Ekonomi sejumlah negara

terkontraksi akibat kebijakan pembatasan

aktivitas, terutama Tiongkok, Uni Eropa,

Jepang, dan Inggris.

Kontraksi ekonomi dunia dipicu oleh

pemburukan aktivitas konsumsi, produksi,

investasi, dan perdagangan internasional.

Aktivitas konsumsi turun tajam seiring

kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat

di ruang publik, sementara aktivitas produksi

dan investasi terhambat karena perusahaan

menghentikan produksi dan gangguan rantai

pasokan global. Perdagangan internasional

turun signifikan seiring penutupan perbatasan

lintas negara dan penghentian penerbangan

PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL

BAB

1

Page 2: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

6

yang relatif terlambat karena pelarangan

penerbangan internasional diterapkan oleh

Tiongkok pada akhir Maret 2020, atau sekitar

tiga bulan setelah kasus COVID-19 pertama

kali ditemukan pada akhir 2019. Penyebaran

wabah yang makin meluas tersebut

mendorong WHO mengumumkan COVID-19

sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Pasca

ditetapkan sebagai pandemi, peningkatan

kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19

terus menjulang tinggi, mencapai sekitar

9.129.000 kasus dan 469.000 kematian.3

Secara kawasan, sekitar setengah dari total

kasus infeksi dunia terjadi di Benua Amerika,

atau sekitar 4.500.000 kasus. Benua Eropa

adalah kawasan dengan kasus tertinggi

kedua, dengan kasus mencapai sekitar

2.500.000. Dari sisi negara, Amerika Serikat

dan Brazil menjadi dua negara dengan

kasus infeksi tertinggi di dunia, yaitu sekitar

2.300.000 dan 1.100.000 kasus.

Ekonomi global tertekan

signifikan akibat kebijakan pembatasan

aktivitas masyarakat untuk mencegah

penyebaran wabah COVID-19.

Pertumbuhan ekonomi global mengalami

kontraksi pada TW1-20 akibat implementasi

pembatasan aktivitas yang ketat pada hampir

seluruh sektor ekonomi di berbagai negara.

Tekanan terhadap ekonomi global tidak

hanya bersumber dari sisi permintaan, namun

juga dari sisi pasokan. Dari sisi permintaan,

aktivitas konsumsi barang maupun jasa turun

tajam seiring terhentinya aktivitas penjualan

3 Sumber: WHO, perkembangan hingga 24 Juni 2020.

Kinerja ekonomi global pada TW2-20

akan memburuk seiring meluasnya kebijakan

pembatasan aktivitas pada pertengahan

Maret hingga pertengahan Mei 2020.

Ekonomi kemudian akan membaik secara

gradual pada semester II-20 sejalan dengan

meluasnya pelonggaran kebijakan lockdown

di sejumlah negara sejak pertengahan Mei

2020. IMF memprakirakan ekonomi dunia

pada 2020 akan terkontraksi -4,9% yoy,

jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi

sebelumnya sebesar 3,0%.1,2 Pada 2021,

ekonomi dunia diprakirakan tumbuh 5,4%

yoy seiring membaiknya kegiatan konsumsi

dan investasi.

A. Perkembangan Ekonomi Global

Kinerja Ekonomi Global

Wabah COVID-19 berkembang

dengan kecepatan eksponensial dan

menyebar ke berbagai belahan dunia

pada TW1-20. Jumlah kasus infeksi dan

kematian akibat COVID-19 pada akhir

Maret 2020 mencapai sekitar 750.000

kasus dan 36.000 kematian, melonjak tinggi

dibandingkan Januari 2020 yang hanya

10.000 kasus dan 200 kematian. Tingginya

lonjakan penyebaran wabah ke berbagai

negara antara lain disebabkan karakter

virus yang mudah menyebar dan upaya

pencegahan mobilitas orang lintas negara

1 Estimasi outlook global 2020 sebesar -4.9% tercantum dalam WEO Juni 2020.

2 Estimasi outlook global 2020 sebesar -3,0% tercantum dalam WEO April 2020.

Page 3: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

7

pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown

mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring

terkendalinya wabah COVID-19, namun

tidak mampu menahan pelemahan ekonomi

yang dalam pada TW1-20. Selain Tiongkok,

kontraksi ekonomi juga dialami beberapa

negara maju, yaitu Kawasan Euro (Euro Area/

EA), Jepang, dan Inggris masing-masing

sebesar -3,2% yoy, -1,7% yoy, dan -1,6%

yoy. Pelemahan ekonomi EA yang lebih

dalam dibandingkan Jepang dan Inggris

menunjukkan bahwa sejumlah negara di UE

telah menerapkan kebijakan pembatasan

aktivitas lebih awal dibandingkan Jepang dan

Inggris. Selain itu, kontraksi ekonomi EA yang

lebih dalam juga dipicu oleh relatif lemahnya

momentum pertumbuhan di kawasan

tersebut sebelum wabah COVID-19. Secara

umum, kontraksi ekonomi di EA, Jepang,

dan Inggris dipicu oleh pelemahan aktivitas

konsumsi, kegiatan produksi dan investasi,

serta perdagangan internasional.

Pelemahan ekonomi juga dialami

oleh Amerika Serikat dan India, meski

ekonomi kedua negara tersebut masih

tumbuh positif. Ekonomi AS tumbuh

melambat menjadi hanya 0,3% yoy.

Pelemahan ekonomi AS terutama dipicu oleh

penurunan pengeluaran konsumen, kegiatan

investasi, dan ekspor. Kebijakan stay at home

pada Maret 2020 menyebabkan perusahaan

menghentikan sementara kegiatan produksi-

nya, dan konsumen membatalkan atau

membatasi pengeluarannya. Kinerja

ekspor juga melemah seiring penurunan

permintaan eksternal dan terganggunya

ritel akibat penutupan pertokoan dan pusat

perbelanjaan, serta turunnya mobilitas

masyarakat karena kebijakan pembatasan

aktivitas di ruang publik. Perdagangan barang

dan jasa (a.l. pariwisata) internasional juga

turun signifikan karena penutupan perbatasan

lintas negara dan penghentian penerbangan

internasional. Dari sisi pasokan, aktivitas

produksi terhambat karena perusahaan

menghentikan produksi dan terjadi

gangguan rantai pasokan global. Sementara

itu, perusahaan mengurangi investasi

sejalan dengan penurunan permintaan, dan

ketidakpastian prospek usaha ke depan.

Tingkat pengangguran juga melonjak tinggi

akibat maraknya pemutusan hubungan kerja

oleh perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan karena pendapatan yang turun

tajam. Tingginya tingkat pengangguran di

tengah kepercayaan konsumen yang rendah

pada gilirannya akan makin menekan aktivitas

konsumsi.

Pelemahan aktivitas ekonomi

akibat kebijakan pembatasan aktivitas

dialami oleh sejumlah negara utama,

terutama Tiongkok. Ekonomi Tiongkok

pada TW1-20 terkontraksi tajam sebesar

-6,8% yoy, lebih dalam dari prediksi pelaku

pasar sebesar -6,5% yoy dan turun signifikan

dibandingkan pertumbuhan TW4-19 sebesar

6% yoy. Kebijakan lockdown di sejumlah

provinsi di Tiongkok—yang berlangsung

sekitar dua bulan—telah menurunkan

permintaan domestik secara signifikan.

Sejumlah indikator seperti penjualan ritel,

produksi industri, dan investasi mengalami

Page 4: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

8

Aktivitas konsumsi global melemah

signifikan karena pembatasan aktivitas

masyarakat, penurunan daya beli, dan

kepercayan konsumen yang memburuk.

Pelemahan konsumsi global terutama terjadi

pada kegiatan konsumsi produk non-esensial

seperti pakaian, rekreasi, dan kendaraan.

Penjualan kendaraan turun tajam seiring

konsumen menahan pengeluaran durable

goods karena kepercayaan konsumen yang

memburuk. Pelemahan konsumsi juga terjadi

pada sektor jasa, seperti restoran dan bioskop

akibat konsumen menghindari interaksi

di ruang publik karena khawatir terinfeksi

COVID-19. Sementara itu, konsumsi untuk

kebutuhan esensial seperti bahan makanan

dan alat kesehatan tetap tumbuh positif,

namun belum mampu menahan pelemahan

aktivitas konsumsi secara keseluruhan.

Berdasarkan negara, pelemahan konsumsi

terutama dialami oleh negara berkembang

seperti India dan Tiongkok. Hal ini terlihat dari

rerata penjualan ritel di India dan Tiongkok

pada TW1-20 yang terkontraksi tajam

masing-masing sebesar -26% yoy dan -5,3%

yoy. Rerata penjualan ritel di negara maju juga

terkontraksi, kecuali AS. Di EA, Inggris, dan

Jepang, rerata penjualan ritel masing-masing

terkontraksi sebesar -1,3 yoy, -1,6 yoy, dan

-1,2 yoy. Sementara, rerata penjualan ritel

di AS melemah meski masih tumbuh positif

sebesar 1,2% yoy.

Aktivitas produksi global tertekan

akibat penurunan permintaan domestik,

terhentinya kegiatan produksi industri,

dan gangguan supply chain global.

aktivitas perdagangan akibat penutupan

pelabuhan. Sementara itu, ekonomi India

TW1-20 tumbuh 3,1% yoy, melambat cukup

signifikan dibandingkan TW4-19 sebesar

4,1% yoy. Pelemahan ekonomi terutama

dipicu oleh penurunan permintaan konsumen

dan kegiatan investasi akibat penerapan

kebijakan lockdown pada akhir Maret 2020.

Pertumbuhan ekonomi India yang masih

positif dan lebih baik dibandingkan negara

lainnya mencerminkan bahwa dampak

kebijakan lockdown yang dimulai akhir Maret

2020 belum sepenuhnya tercermin pada

pertumbuhan ekonomi TW1-20.

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDB Negara Maju

0,3

-3,2

-1,6-1,7

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q12015 2016 2017 2018 2019 2020

% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.2 Pertumbuhan PDB Negara Berkembang

-6,8

3,1

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q12015 2016 2017 2018 2019 2020

% yoy Tiongkok India

Page 5: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

9

membaik pada Maret 2020, namun belum

mampu menopang kinerja produksi industri

pada TW1-20. Rerata produksi industri di

negara maju juga terkontraksi meski tidak

sedalam Tiongkok mengingat kebijakan

pembatasan aktivitas di negara maju

diterapkan pada sekitar Maret 2020. Rerata

produksi industri di AS, UE, Inggris, dan

Jepang terkontraksi masing-masing sebesar

-2,1 yoy, -5,8% yoy, -4,9% yoy, dan -4,4%

yoy. Penurunan produksi industri di negara

maju tersebut terutama dialami oleh sektor

manufaktur. Wabah COVID-19 memperburuk

kinerja produksi sektor manufaktur—yang

telah melemah pada periode sebelum

Pelemahan produksi industri baik di negara

maju maupun negara berkembang terjadi

pada semua kategori barang, terutama capital

goods dan consumer durables. Pelemahan

tajam aktivitas produksi terutama dialami

oleh Tiongkok, sejalan dengan penerapan

kebijakan pembatasan aktivitas pada awal

TW1-20. Rerata produksi industri di Tiongkok

pada TW1-20 terkontraksi sebesar -9,4%

yoy, turun signifikan dari TW4-20 sebesar

5,9% yoy. Secara bulanan, pelemahan

produksi industri terjadi pada Januari dan

Februari 2020 seiring implementasi kebijakan

lockdown untuk mengatasi penyebaran

virus. Pelemahan produksi industri kemudian

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.3 Penjualan Ritel Negara Maju

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy% yoy AS, lhs Euro, lhs Inggris, lhs Jepang, rhs

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.4 Penjualan Ritel Negara Berkembang

-50,0

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy % yoy Tiongkok, lhs India, rhs

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.5 Produksi Industri Negara Maju

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.6 Produksi Industri Negara Berkembang

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy Tiongkok India

Page 6: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

10

sentimen tersebut antara lain dipicu oleh

penurunan new orders, pembatalan orders

akibat gangguan supply chain, terhambatnya

pengiriman barang oleh pemasok, dan

penurunan tenaga kerja. Sentimen bisnis di

negara berkembang juga memburuk (berada

di zona kontraksi). Pemburukan sentimen

terutama dialami Tiongkok dengan rerata PMI

Manufacturing sebesar 47,2 (lebih rendah

dari TW4-19 sebesar 51,7). Secara bulanan,

pemburukan sentimen bisnis terjadi pada

Februari 2020, dimana PMI Manufacturing

terkontraksi dalam menjadi 40,3 (dari 51,1

pada Januari 2020). Pelemahan tersebut

terutama disebabkan oleh penurunan new

orders terimbas permintaan yang melemah.

PMI Manufacturing kembali ke level ekspansi

(50,1) seiring pelonggaran kebijakan pem-

batasan yang mendorong beroperasinya

kegiatan produksi perusahaan.

Perdagangan merchandise global

turun signifikan akibat melemahnya

permintaan dunia yang terdampak oleh

kebijakan lockdown. Kinerja world trade

volume yang masih terkontraksi sebesar

-0,7% (rerata) pada TW4-19—akibat trade

war, tertekan lebih dalam menjadi sebesar

-2,9% pada TW1-20. Kontraksi perdagangan

internasional tersebut disebabkan antara

lain oleh penurunan permintaan dunia

akibat kontraksi ekonomi sejumlah negara

utama serta dampak kebijakan pelarangan

perjalanan yang meluas dan makin ketat

sejak Maret 2020. Kebijakan pembatasan

perjalanan menyebabkan frekuensi

penerbangan komersial global—yang

COVID-19 antara lain akibat trade war.

Sementara itu, rerata produksi industri di

India pada TW1-20 juga mengalami kontraksi

sebesar -3,3% yoy (dari -1,4% yoy pd TW4-

19) seiring pelemahan permintaan domestik

dan eksternal.

Sentimen bisnis memburuk akibat

kebijakan pembatasan aktivitas yang

menyebabkan terhambatnya pembukaan

bisnis baru, gangguan supply chain

sehingga meningkatkan vendor lead

times, peningkatan pemutusan hubungan

kerja karyawan, dan melemahnya

kepercayaan bisnis. Pemburukan sentimen

bisnis tercermin dari rerata PMI Manufacturing

Global pada TW1-20 yang memasuki level

kontraksi yaitu sebesar 48,3, lebih rendah

dari TW4-19 sebesar 50. Kontraksi terutama

diakibatkan oleh pelemahan permintaan

domestik—seiring pelemahan konsumsi dan

investasi—dan penurunan ekspor—akibat

penutupan perbatasan, terkendalanya

aktivitas produksi, dan gangguan transportasi.

Berdasarkan kategori barang, penurunan

kinerja terjadi pada seluruh kategori barang,

yaitu konsumen, intermediate, dan investasi.

Namun, pelemahan paling signifikan terjadi

pada barang investasi seiring penurunan

produksi dan permintaan. Berdasarkan

kelompok negara, pemburukan sentimen

dialami oleh sektor manufaktur di negara

maju mengingat sektor manufaktur telah

melemah sebelum COVID-19 menjadi

pandemi. Rerata PMI Manufacturing di

sejumlah negara maju masih lemah dan

tertahan di zona kontraksi. Pelemahan

Page 7: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

11

menurunnya kinerja ekonomi mitra dagang

utama dan tidak terpenuhinya target dari

kesepakatan peningkatan perdagangan

dengan Tiongkok. Di negara berkembang,

penurunan kinerja ekspor terutama di alami

oleh Tiongkok dan India. Ekspor Tiongkok

dan India melemah signifikan akibat

kebijakan lockdown yang mengganggu jalur

transportasi perdagangan internasional.

Sumber: Central Planning Bureau, World Trade Monitor, diolah

Grafik 1.9 Volume Perdagangan Dunia

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12015 2016 2017 2018 2019 2020

% yoy WTV Imports WTV Exports WTV

Harga komoditas global turun

tajam seiring melemahnya permintaan

akibat kontraksi ekonomi dunia. Energi

dan metal merupakan komoditas yang paling

terdampak oleh aktivitas ekonomi yang turun

tajam. Harga minyak Brent tercatat sebesar

USD21,47/barel pada akhir Maret 2020,

turun tajam dari USD66,42/barel pada akhir

Desember 2019. Sementara harga minyak

WTI mencapai USD20,48/barel, menurun

dari USD61,06/barel di akhir tahun. Jatuhnya

harga minyak disebabkan oleh lemahnya

permintaan seiring gangguan aktivitas

industri dan transportasi dunia. Di tengah

permintaan minyak yang lemah, pasokan

minyak oleh sejumlah negara penghasil

minyak tetap tinggi—akibat tidak tercapainya

membawa international cargo—turun tajam

(-74%) pada periode 5 Januari 2020 hingga

18 April 2020.4 Selain itu, pengiriman

barang melalui pelabuhan juga turun tajam

akibat penutupan pelabuhan di sejumlah

negara guna membatasi penyebaran virus.

Berdasarkan kelompok negara, kinerja

ekspor di sejumlah negara maju terkontraksi,

terutama Jepang dan AS. Rerata ekspor

Jepang melemah signifikan dipicu oleh

pelemahan permintaan global—terutama

produk mobil—dan perlambatan business

spending. Kinerja ekspor AS melemah sejalan

4 Sumber: WTO Press Release, 22 Juni 2020

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.7 PMI Manufacturing Negara Maju

40,0

45,0

50,0

55,0

60,0

65,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

Indeks AS Kawasan Euro Inggris Jepang

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.8 PMI Manufacturing Negara Berkembang

40,0

42,0

44,0

46,0

48,0

50,0

52,0

54,0

56,0

58,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

Indeks Tiongkok India

Page 8: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

12

Tekanan inflasi global menurun

seiring melemahnya permintaan

dan jatuhnya harga minyak dunia.

Kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat

menyebabkan permintaan melemah,

terutama untuk produk non-essential.

Lemahnya permintaan tersebut mendorong

produsen atau pengusaha ritel menurunkan

harga produk untuk mempertahankan

penjualan dan mengurangi inventories.

Jatuhnya harga minyak juga mendorong

penurunan harga produk/jasa terutama

di sektor transportasi. Sementara itu,

permintaan sejumlah produk esensial, seperti

makanan dan produk kesehatan, mengalami

peningkatan sehingga mendorong kenaikan

harga. Kenaikan permintaan juga terjadi

pada produk elektronik dan teknologi yang

mendukung kegiatan bekerja dan belajar dari

rumah—sehingga mendorong kenaikan harga

produk tersebut. Meski demikian, penurunan

sebagian besar produk masih lebih besar dari

kenaikan harga produk tersebut sehingga

tekanan inflasi secara keseluruhan melemah.

Berdasarkan kelompok negara, pelemahan

tekanan inflasi terjadi baik di negara maju

maupun negara berkembang. Di negara maju,

tren inflasi yang secara umum mulai bergerak

naik, kembali jatuh akibat wabah COVID-19.

Di negara berkembang, terutama Tiongkok

dan India, inflasi juga turun dibandingkan

akhir 2019 yang meningkat akibat gangguan

pasokan makanan.

kesepakatan pengurangan produksi antara

anggota OPEC dengan negara penghasil

minyak lainnya—sehingga makin menekan

harga minyak. Harga komoditas logam juga

jatuh akibat melemahnya permintaan dari

Tiongkok—share permintaan logam dari

Tiongkok mencapai lebih dari 50% dari total

permintaan logam dunia. Sementara itu, harga

komoditas pertanian (beras) justru meningkat

dipicu oleh meningkatnya permintaan karena

panic buying dan pembatasan ekspor oleh

sejumlah negara penghasil beras untuk

menjaga ketersediaan di domestik. Meski

demikian, kenaikan harga beras belum

dapat mengangkat harga komoditas secara

keseluruhan.

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.10 Ekspor (Nominal) Negara Maju

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.11 Ekspor (Nominal) Negara Berkembang

-40,0

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy Tiongkok India

Page 9: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

13

rumah tangga dan perusahaan. Peningkatan

stimulus antara lain ditujukan untuk

membantu pekerja dan perusahaan yang

kehilangan pendapatan di tengah terhentinya

aktivitas produksi, sehingga dapat menahan

pemburukan tingkat pengangguran. Selain

itu, pemerintah dan otoritas global juga

menempuh respons kebijakan mencegah

meluasnya gagal bayar dan kebangkrutan,

antara lain dengan memberikan jaminan

utang swasta dan melonggarkan persyaratan

kredit.

Bank sentral di dunia juga me-

nempuh respons kebijakan yang

cepat dan masif, dengan menerapkan

kebijakan konvensional dan non-

konvesional, untuk menjaga stabilitas

sistem ke uangan. Sejumlah bank sentral

menurunkan suku bunga kebijakan secara

masif untuk merespons pelemahan ekonomi.

The Fed menurunkan suku bunga kebijakan

sebesar 150 bps pada Maret 2020, sehingga

kisaran FFR turun menjadi 0%-0,25%. RBI

menurunkan suku bunga kebijakan (repo rate)

menjadi sebesar 4,4% pada Maret 2020, dari

5,15% pada Februari 2020. Sejumlah bank

sentral di negara maju juga meningkatkan

kebijakan pembelian aset dalam skala

besar dan bahkan dalam jumlah yang tidak

terbatas—sebagaimana yang dilakukan oleh

the Fed. Sejumlah bank sentral lain di negara

emerging mulai mengimplementasikan

kebijakan quantitative easing untuk menjaga

kecukupan likuiditas. Selain itu, the Fed juga

menyediakan fasilitas swap lines dan foreign

and international monetary authorities repo

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.12 Inflasi Headline Negara Maju

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy AS Kawasan Euro Inggris Jepang

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.13 Inflasi Headline Negara Berkembang

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019 2020

% yoy % yoy Tiongkok India, rhs

B. Respons Kebijakan dan Outlook

B.1. Respons Kebijakan

Pemerintah dan otoritas global

telah menempuh respons kebijakan yang

cepat, inovatif, dan dalam skala besar,

untuk mencegah pelemahan ekonomi

lebih dalam akibat COVID-19. Selain

memperkuat sektor kesehatan, pemerintah

dan otoritas global telah meningkatkan

stimulus fiskal dan menempuh respons

kebijakan di sektor keuangan untuk menahan

dampak pelemahan ekonomi terhadap

Page 10: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

14

pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia

menurunkan suku bunga kebijakan sebesar

50 bps selama TW1-20, sehingga suku

bunga kebijakan turun menjadi 4,50% pada

Maret 2020 dari sebelumnya 5% pada akhir

2019. Bank Indonesia melakukan sejumlah

langkah untuk menjaga stabilitas pasar uang

dan sistem keuangan, antara lain dengan

memperkuat intensitas kebijakan triple

intervention untuk menjaga nilai tukar Rupiah.

Bank Indonesia juga melakukan kebijakan

quantitative easing melalui penyediaan

term repo kepada perbankan dan korporasi,

menurunkan giro wajib minimum perbankan,

dan melonggarkan ketentuan pemenuhan

rasio intermediasi makroprudensial bagi

perbankan. Selain itu, Bank Indonesia juga

melakukan pembelian obligasi di pasar

perdana dalam rangka mendukung stabilitas

sistem keuangan dan menjalankan fungsi last

resort.

B.2. Outlook Ekonomi Global

Ekonomi global diprakirakan

makin tertekan pada TW2-20—akibat

meluasnya penerapan kebijakan pem-

batasan aktivitas oleh berbagai negara.

Seiring meluasnya penyebaran COVID-19,

baik ke negara maju maupun negara

berkembang, berbagai negara memperketat

kebijakan lockdown atau social distancing,

terutama pada pertengahan Maret hingga

pertengahan Mei 2020. Akibatnya, mobilitas

masyarakat tertekan lebih dalam, gangguan

produksi perusahaan berlangsung lebih

facility bagi sejumlah bank sentral guna

mengatasi keketatan likuiditas di pasar global.

Sejumlah respons kebijakan juga ditempuh

untuk menjaga pasokan kredit, antara lain

dengan menyesuaikan term pembayaran

pinjaman perbankan dan menurunkan tingkat

capital and liquidity buffers (detail respons

kebijakan pemerintah dan bank sentral dapat

dilihat pada asesmen negara di bab berikutnya

dan artikel penangan pandemi COVID-19).

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.14 Suku Bunga Kebijakan Negara Maju

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 11 1 3 52017 2018 2019 2020

% AS Kawasan Euro Inggris Jepang

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.15 Suku Bunga Kebijakan Negara Berkembang

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 11 1 3 52017 2018 2019 2020

% % Tiongkok India Indonesia

Bank Indonesia melanjutkan

kebijakan moneter akomodatif untuk

menjaga stabilitas dan momentum

Page 11: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global

15

sebesar -3,0% (WEO April 2020).5,6 Pada

2021, ekonomi dunia diprakirakan tumbuh

5,4% yoy seiring membaiknya kegiatan

konsumsi dan investasi.

Prospek ekonomi global 2020

akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor

risiko. Sejumlah faktor dapat menahan

pelemahan ekonomi dunia lebih dalam,

antara lain pelonggaran kebijakan lockdown

yang meluas, berlanjutnya kebijakan

moneter dan fiskal ultra akomodatif, serta

ditemukannya vaksin atau terobosan

pengobatan sehingga mengurangi jumlah

kematian akibat COVID-19. Namun, perlu

diwaspadai sejumlah faktor lain yang dapat

5 Estimasi outlook global 2020 sebesar -4,9% tercantum dalam WEO Juni 2020.

6 Estimasi outlook global 2020 sebesar -3,0% tercantum dalam WEO April 2020.

lama, dan pelarangan penerbangan serta

penutupan perbatasan makin meluas.

Kondisi ini menyebabkan kegiatan konsumsi,

investasi, dan perdagangan internasional

diprakirakan makin melemah pada TW2-20.

Ekonomi dunia di prakirakan

membaik secara gradual pada semester

II-20—sejalan dengan pelonggaran

kebijakan lockdown atau social

distancing sejak pertengahan Mei

2020 serta didukung oleh berlanjutnya

kebijakan moneter dan fiskal yang ultra

akomodatif. Di tengah penyebaran secara

global yang masih relatif tinggi, wabah

COVID-19 di sejumlah negara mulai terkendali

sehingga mendorong dilonggarkannya

kebijakan pembatasan aktivitas. Pelonggaran

kebijakan pembatasan aktivitas juga dilakukan

oleh beberapa negara, antara lain AS—meski

penyebaran COVID-19 masih meningkat—

guna menghindari pelemahan ekonomi

yang lebih dalam. Sejalan dengan itu,

mobilitas masyarakat dan aktivitas produksi

di sejumlah sektor mulai menunjukkan

perbaikan. Sementara itu, berlanjutnya

kebijakan moneter dan fiskal ultra akomodatif

diprakirakan akan mendorong perbaikan

pasar keuangan global serta mengurangi

tekanan pada sektor korporasi dan rumah

tangga. Berbagai perkembangan tersebut

diprakirakan dapat mendorong pemulihan

ekonomi dunia secara gradual pada semester

II-20. Secara keseluruhan, IMF memprakirakan

ekonomi dunia pada 2020 akan terkontraksi

sebesar -4,9% yoy (WEO Juni 2020), jauh lebih

rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya

Tabel 1.1 Outlook Ekonomi Global

Realisasi

2019 2020 2021 2020 2021Dunia 2,9 -4,9 5,4 -3,0 5,8AEs 1,7 -8,0 4,8 -6,1 4,5Dunia (PDB PPP) - - -Amerika Serikat 2,3 -8,0 4,5 -5,9 4,7Kawasan Euro 1,3 -10,2 6,0 -7,5 4,7 Jerman 0,6 -7,8 5,4 -7,0 5,2 Perancis 1,5 -12,5 7,3 -7,2 4,5 Italia 0,3 -12,8 6,3 -9,1 4,8 Spanyol 2,0 -12,8 6,3 -8,0 4,3Inggris 1,4 -10,2 6,3 -6,5 4,0Jepang 0,7 -5,8 2,4 -5,2 3,0EMEs 3,7 -3,0 5,9 -1,0 6,6Brazil 1,1 -9,1 3,6 -5,3 2,9Russia 1,3 -6,6 4,1 -5,5 3,5Tiongkok 6,1 1,0 8,2 1,2 9,2India* 4,2 -4,5 6,0 1,9 7,4Indonesia 5,0 -0,3 6,1 0,5 8,2Malaysia 4,3 -3,8 6,3 -1,7 9,0Filipina 6,0 -3,6 6,8 0,6 7,6Singapura 0,7 - - -3,5 3,0Thailand 2,4 -7,7 5,0 -6,7 6,1Vietnam 7,0 - - 2,7 7,0Sumber: IMF-WEO Juni 2020, IMF-WEO April 2020*) Fiscal Year April-Maret

% yoyIMF

WEO Juni 2020IMF

WEO April 2020

Page 12: PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL · 2020-07-17 · Bab 1 Perkembangan Ekonomi Global 7 pertumbuhan negatif. Kebijakan lockdown mulai dilonggarkan pada akhir Maret seiring terkendalinya

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

16

memperburuk pelemahan ekonomi dunia,

seperti pelonggaran kebijakan lockdown

yang memicu second wave sehingga

mendorong diberlakukannya kembali

kebijakan lockdown, pemulihan ekonomi

dan sektor tenaga kerja yang berlangsung

lebih lambat, pelebaran defisit fiskal yang

dapat mengganggu sustainabilitas fiskal dan

penurunan rating, serta risiko peningkatan

geopolitik yang dapat kembali memicu tensi

perdagangan.