Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

27
1 GLOBAL WARMING : MASALAH GLOBAL YANG DIHADAPI DUNIA DEWASA INI KELAS L HOME GROUP 5 Donny Budi Setiawan, 0706165381 Dina Arifiani, 0706286653 Erika, 0706291243 Gea Nur Alfisahr, 0706284710 Hesty Dwi Haryudi Putri, 0706283714 Makalah Akhir bagi Topik Pemicu Global Warming untuk Mata Kuliah Modul Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2007

Transcript of Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

Page 1: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

1

GLOBAL WARMING : MASALAH GLOBAL YANG DIHADAPI DUNIA

DEWASA INI

KELAS L

HOME GROUP 5

Donny Budi Setiawan, 0706165381

Dina Arifiani, 0706286653

Erika, 0706291243

Gea Nur Alfisahr, 0706284710

Hesty Dwi Haryudi Putri, 0706283714

Makalah Akhir bagi Topik

Pemicu Global Warming

untuk Mata Kuliah

Modul Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2007

Page 2: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

2

BAB I – PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah

gejala global warming yang diketahui terjadi sebagai akibat dari penipisan lapisan

ozon di lapisan stratosfir. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi surya

terutama sinar ultraviolet sebelum mencapai permukaan bumi, sehingga

penipisannya berakibat meningkatnya suhu udara di permukaan bumi, dan

menimbulkan gejala global warming. Sementara itu, penggundulan hutan yang

terus terjadi (terutama di negara berkembang), juga dituding sebagai penyebab

terjadinya gejala rumah kaca yang juga meningkatkan suhu udara. Sebabnya

adalah bahwa penggundulan itu menurunkan penyerapan CO2 oleh pepohonan

yang ditebang.

Pengaruh global warming yang lebih relevan bagi Indonesia adalah

timbulnya gejala El Nino/ENSO, yang berhubungan erat dengan kenaikan suhu

laut kawasan tropis Samudra Pasifik dan turunnya suhu samudra Pasifik yang

disebut La Nina. Sementara itu ada pendapat (Winarso, 2002) bahwa walaupun

telah terlihat adanya kecederungan iklim untuk berubah dalam kurun waktu satu

abad, maka perlu dibedakan dengan terjadinya variabilitas/fluktuasi iklim jangka

tahunan hingga dasawarsa. Akibat peristiwa El Nino dan La Nina dengan variasi

dan dampak yang muncul di Indonesia, antara lain:

a. El Nino makin sering terjadi dan tidak memiliki periodisitas yang jelas,

dan dampak yang terlihat di Indonesia umumnya kemarau kering.

b. La Nina sebagai lawan balik gejala El Nino secara umum tidak pasti

meningkatkan curah hujan, khususnya yang terjadi di tahun 1999 dan

2000 di mana justru curah hujan menurun.

Dengan demikian kita dapat melihat bahwa di samping perubahan iklim global

terhadap iklim Indonesia, terdapat pula penyimpanan iklim lokal dan regional.

Selain hal itu, intensitas banjir dan kekeringan sangat dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan lokal.

Page 3: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

3

Oleh karena itu, makalah yang kami buat ini akan membahas mengenai

pemanasan global yang terjadi saat ini beserta dampak-dampak yang diberikan

oleh pemanasan global terutama di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Tim penulis merumuskan masalah pada beberapa hal sebagai berikut :

Identifikasi mengenai penyebab pemanasan global,

Dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global,

Solusi untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global.

1.3. Tujuan Penulisan

Karya tulis ini dibuat dengan tujuan :

Mengenal lebih jauh mengenai pemanasan global yang terjadi akhir-

akhir ini,

Membuka wawasan penulis dan pembaca tentang penyebab serta

dampak dari pemanasan global,

Memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

Terintegrasi Semester Gasal 2007/2008.

1.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan tim penulis dalam makalah ini adalah metode

pengumpulan data sekunder. Data sekunder didapatkan melalui data

referensi seperti buku, internet, koran maupun majalah.

Page 4: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

4

BAB II - PEMBAHASAN

2.1. Pemanasan Global

2.1.1. Pengertian

Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata

atmosfir, laut dan daratan bumi. Planet bumi telah menghangat(dan juga

mendingin) berkali-kali selama 4,65 miliyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, bumi

menghadapi pemanasan yang cepat, karena disebabkan aktifitas manusia.

Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu

bara, inyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya

yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya

akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih

banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.

2.1.2. Efek Rumah Kaca

Efek Rumah Kaca (EFK)

disebut juga greenhouse effect. Efek

rumah kaca, pertama kali ditemukan

oleh Joseph Fourier pada 1864,

merupakan sebuah proses di mana

atmosfer memanaskan sebuah planet.

Efek rumah kaca dapat digunakan

untuk menunjuk dua hal berbeda: efek

rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca

ditingkatkan yang terjadi akibat aktifitas manusia.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas

karbondioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas

karbondioksida ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak

Page 5: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

5

(BBM), batu bara, dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan

tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau

partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5%

dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra

merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang

dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas karbondioksida untuk dikembalikan

ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan

adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak

terlalu jauh berbeda.

Gambar ilustrasi efek rumah kaca

2.2. Penyebab Pemanasan Global

2.2.1. Gas-gas Rumah Kaca (GRK)

2.2.1.1. Karbon Dioksida (CO2)

Senyawa karbon dioksida, atau CO2, adalah gas atmosfir yang terdiri

dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbon dioksida adalah

hasil dari pembakaran senyawa organik jika cukup jumlah oksigen

hadir. Juga dihasilkan oleh berbagai mikro organisme dalam

Page 6: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

6

fermentasi dan dihembuskan oleh hewan. Tumbuhan menyerap karbon

dioksida selama fotosintesis, memakai baik karbon maupun oksigen

untuk membuat karbohidrat. Karbon dioksida hadir di Atmosfer Bumi

dengan konsentrasi rendah dan bertindak sebagai gas rumah kaca.

CO2 dihasilkan dari pembakaran batu bara, minyak bumi, dan gas alam.

C(s) + O2(g) CO2(g) (pembakaran batu bara)

CxHy(l) + O2(g) CO2(g) + H2O(g) (pembakaran minyak bumi)

CH4(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g) (pembakaran gas alam)

CO2 merupakan komponen udara yang mempunyai sifat menyerap

radiasi infra-merah dari matahari. Oleh karena itu, makin banyak CO2

dalam atmosfer, makin banyak kalor yang dapat diserap oleh atmosfer.

Dampak yang dapat dirasakan oleh manusia sebagai akibat

meningkatnya gas CO2 di atmosfer antara lain melelehnya es di kutub-

kutub bumi dan naiknya air laut yang mengakibatkan hilangnya suatu

pulau beserta lenyapnya kehidupan makhluk hidup yang ada di

dalamnya.

Sebenarnya, karbon dioksida tidak berbahaya bagi manusia. Akan

tetapi, karbon dioksida tergolong gas rumah kaca, sehingga

peningkatan kadar CO2 di udara dapat mengakibatkan peningkatan

suhu permukaan bumi. Peningkatan suhu karena meningkatnya kadar

gas-gas rumah kaca di udara disebut pemanasan global. Pemanasan

global dapat mempengaruhi iklim, mencairkan sungkup es di kutub

dan berbagai akibat lainnya.

2.2.1.2. Karbon Monoksida (CO)

CO (karbon monoksida) bukan merupakan komponen udara yang

kering murni. CO dihasilkan karena pembakaran yang tidak sempurna.

Page 7: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

7

2C(s) + O2(g) 2CO(g)

CO merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna,

tetapi sangat beracun. Sumber utama CO adalah kendaraan bermotor.

Konsentrasi maksimum adalah 50 bagian per juta (bpj/ppm) udara.

Pada konsentrasi 100 ppm dalam waktu satu jam dapat menyebabkan

sakit kepala, cepat lelah, sesak nafas, dan ketidaksadaran manusia.

Setelah 4 jam dapat mematikan manusia.

Gas karbon monoksida tidak berwarna dan tidak berbau, oleh karena

itu kehadirannya tidak segera diketahui. Gas itu bersifat racun, dapat

menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernafasan dan paru-paru.

Bila masuk ke dalam darah melalui pernafasan, CO bereaksi dengan

hemoglobin dalam darah membentuk COHb (karboksihemoglobin).

CO + Hb COHb

Seperti kita ketahui, hemoglobin ini seharusnya bereaksi dengan

oksigen menjadi O2Hb (oksihemoglobin) dan membawa oksigen yang

diperlukan ke sel-sel jaringan tubuh.

O2 + Hb O2Hb

Akan tetapi, afinitas CO terhadap Hb sekitar 300 kali lebih besar

daripada O2. bahkan Hb yang telah mengikat Oksigen dapat diserang

oleh CO.

CO + O2Hb COHb + O2

Jadi, CO menghalangi fungsi vital Hb untuk membawa oksigen bagi

tubuh.

Ambang batas CO di udara sebesar 20 ppm. Udara dengan kadar CO

lebih dari 100 ppm akan menimbulkan sakit kepala dan gangguan

pernafasan. Kadar yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan kematian.

Page 8: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

8

Salah satu cara untuk mencegah peningkatan gas CO di udara yaitu

dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan

pengubah katalitik (Catalytic converter) pada knalpot kendaraan

bermotor.

WHO telah membuktikan bahwa karbon monoksida yang secara rutin

mencapai tingkat tak sehat di banyak kota dapat mengakibatkan

kecilnya berat badan janin, meningkatnya kematian bayi dan

kerusakan otak, bergantung pada lamanya seorang wanita hamil

terpajan, dan bergantung pada kekentalan polutan di udara.

Asap kendaraan merupakan sumber hampir seluruh karbon monoksida

yang dikeluarkan di banyak daerah perkotaan. Karena itu strategi

penurunan kadar karbon monoksida bergantung terutama pada

pengendalian emisi otomatis seperti pengubah kalitis, yang mengubah

sebagian besar karbon monoksida menjadi karbon dioksida. Kendali

semacam itu secara nyata telah menurunkan emisi dan kadar

konsentrasi karbon monoksida yang menyelimuti kota-kota di seluruh

dunia industri: di Jepang, tingkat kadar karbon monoksida di udara

menurun sampai 50 persen antara tahun 1973 dan 1984, sementara di

AS tingkat karbon monoksida turun 28 persen antara tahun 1980 dan

1989, walaupun terdapat kenaikan 39 persen untuk jarak kilometer

yang ditempuh. Namun kebanyakan dunia negara berkembang

mengalami kenaikan tingkat karbon monoksida, seiring dengan

pertambahan jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas. Perkiraan

kasar dari WHO menunjukkan bahwa konsentrasi karbon monoksida

yang tidak sehat mungkin terdapat pada paling tidak separo kota di

dunia.

2.2.1.3. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)

Belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3) merupakan gas-

gas yang berbahaya terhadap manusia. Gas-gas ini dapat menimbulkan

noda-noda cokelat dan merontokkan daun. Gas-gas ini dihasilkan dari

Page 9: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

9

pembakaran bahan bakar, misalnya batubara, minyak dan

bensin/premium.

Dalam bahan bakar tersebut terdapat sedikit senyawa belerang.

Apabila bahan baker itu terbakar, belerang teroksidasi menjadi

belerang dioksida.

S(s) + O2(g) SO2(g)

Belerang dioksida adalah oksida yang bersifat asam. Gas ini larut

dalam air hujan sehingga air hujan bersifat asam. Dalam atmosfer, O2

dan Ozon mengubah sebagian SO2 menjadi SO3. SO3 bereaksi dengan

air membentuk asam sulfat dan juga menjadikan air hujan menjadi

bersifat asam.

SO2(g) + H2O(l) H2SO4(aq)

Asam ini merusak batuan, marmer dan dapat menyebabkan besi mudah

berkarat. Selain itu, hujan asam juga menyebabkan tidak suburnya

tanah.

Sulfur Dioksida. Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari

pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur terutama

batubara yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik atau

pemanasan rumah tangga. Sistem pemantauan lingkungan global yang

disponsori PBB memperkirakan bahwa pada 1987 dua pertiga

penduduk kota hidup di kota-kota yang konsentrasi sulfur dioksida di

udara sekitarnya di atas atau tepat pada ambang batas yang ditetapkan

WHO. Gas yang berbau tajam tapi tak bewarna ini dapat menimbulkan

serangan asma dan, karena gas ini menetap di udara, bereaksi dan

membentuk partikel-partikel halus dan zat asam.

Belerang dioksida apabila terhisap oleh pernafasan, akan bereaksi

dengan air dalam saluran pernafasan, dan membentuk asam sulfite

yang akan merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Apabila SO3

Page 10: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

10

yang terisap, maka yang terbentuk adalah asam sulfat dan asam ini

lebih berbahaya. Oksida belerang dapat pula larut dalam air hujan dan

menyebabkan apa yang disebut dengan hujan asam.

2.2.1.4. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)

Di kota-kota besar kendaraan bermotor masih merupakan sumber

polutan yang terbesar. Gas yang keluar dari kendaraan mengandung

gas nitrogen oksida. Nitrogen oksida dapat mempunyai dampak

lingkungan yang sama dengan gas belerang oksida.

Dampak gas Nitrogen (IV) oksida pada manusia bervariasi, mulai dari

gangguan ringan (bau yang kurang sedap) sampai dengan gangguan

pada paru-paru, bergantung pada konsentrasi gas itu di udara dan

lamanya kontaminasi. NO2 sangat penting dipelajari sebagai polutan

udara karena zat ini membentuk reaksi berantai dan menghasilkan

kabut.

Nitrogen oksida yang terjadi ketika panas pembakaran menyebabkan

bersatunya oksigen dan nitrogen yang terdapat di udara memberikan

berbagai ancaman bahaya. Zat nitrogen oksida ini sendiri

menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi di atmosfer, zat

ini membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus

bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika

bergabung dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan

membentuk asam. Akhirnya zat-zat oksida ini bereaksi dengan asap

bensin yang tidak terbakar dan zat-zat hidrokarbon lain di sinar

matahari dan membentuk ozon rendah atau "smog" kabut berwarna

coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.

Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan

lambang NOx. ambang batas NOx di udara 0,05 ppm. NOx di udara

tidak beracun (secara langsung) pada manusia tapi NOx ini bereaksi

dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut

Page 11: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

11

(asap-kabut) atau smog dalam bahasa Inggris. Asbut menyebabkan

berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernafasan,

menjadikan tanaman layu dan menurunkan kualitas materi.

2.2.1.5. Ozon atau Asap Kabut Fotokimiawi.

Ozon, terdiri dari beratus-ratus zat kimiawi yang terdapat dalam asap

kabut, terbentuk ketika hidrokarbon pekat di perkotaan bereaksi

dengan oksida nitrogen. Tetapi, karena salah satu zat kimiawi itu, yaitu

ozon, adalah yang paling dominan, pemerintah menggunakannya

sebagai tolok ukur untuk menetapkan konsentrasi oksidan secara

umum. Ozon merupakan zat oksidan yang begitu kuat (selain klor)

sehingga beberapa kota menggunakannya sebagai disinfektan pasokan

air minum. Banyak ilmuwan menganggapnya sebagai polutan udara

yang paling beracun; begitu berbahayanya sehingga pada eksperimen

laboratorium untuk menguji dampak ozon, satu dari setiap sepuluh

sukarelawan harus dipindahkan dari bilik pajanan yang digunakan

dalam eksperimen itu karena gangguan pernapasan. Pada hewan

percobaan laboratorium, ozon menyebabkan luka dan kerusakan sel

yang mirip dengan yang diderita para perokok. Karena emisi oksida

nitrogen dan hidrokarbon semakin meningkat, tingkat ozon bahkan di

pedesaan telah berlipat dua, dan kini mendekati tingkat

membahayakan bagi banyak spesies.

2.2.1.6. Hidrokarbon

Zat ini kadang-kadang disebut sebagai senyawa organik yang mudah

menguap ("volatile organic compounds/VOC"), dan juga sebagai gas

organic reaktif ("reactive organic gases/ROG"). Hidrokarbon

merupakan uap bensin yang tidak terbakar dan produk samping dari

pembakaran tak sempurna. Jenis-jenis hidrokarbon lain, yang sebagian

menyebabkan leukemia, kanker, atau penyakit-penyakit serius lain,

berbentuk cairan untuk cuci-kering pakaian sampai zat penghilang

lemak untuk industri.

Page 12: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

12

2.2.1.7. Benda Partikulat.

Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga; benda-benda partikulat

ini sering merupakan pencemar udara yang paling kentara, dan

biasanya juga paling berbahaya. Sistem Pemantauan Lingkungan

global yang disponsori PBB memperkirakan pada 1987 bahwa 70

persen penduduk kota di dunia hidup di kota-kota dengan partikel yang

mengambang di udara melebihi ambang batas yang ditetapkan WHO.

Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap

hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah "partikel-partikel

halus" butiran-butiran yang begitu kecil sehingga dapat menembus

bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar partikel halus ini terbentuk

dengan polutan lain, terutama sulfur dioksida dan oksida nitrogen, dan

secara kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat dan sulfat. Di

beberapa kota, sampai separo jumlah benda partikulat yang disebabkan

ulah manusia terbentuk dari perubahan sulfur dioksida menjadi partikel

sulfat di atmosfer. Di kota-kota lain, zat-zat nitrat yang terbentuk dari

proses yang sama dari oksida-oksida nitrogen dapat membentuk

sepertiga atau lebih benda partikulat.

Tabel (1). Waktu Tinggal Gas-gas Rumah Kaca di Atmosfer

Gas Rumah Kaca Waktu Tinggal di Atmosfer,

(tahun)

Karbon dioksida (CO2) 50 - 200

Metana (CH4) 10

Ozon (O3) 0,1

Dinitrogen oksida (N2O) 150

CFC R-11 (CCl3F) 65

CFC R-12 (CCl2F2) 130

Page 13: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

13

Tabel (2). Nilai GWP (Green House Warming Potential) Gas-gas Rumah Kaca

Gas Rumah Kaca GWP (relatif)

Karbon dioksida (CO2) 1

Metana (CH4) 21

Dinitrogen oksida (N2O) 206

Ozon (O3) 2.000

CFC R-11 (CCl3F) 12.400

CFC R-12 (CCl2F2) 15.800

Gambar (12). Sumbangan Gas-gas Rumah Kaca terhadap Terjadinya Efek Rumah

Kaca

2.2.2. Dari mana GRK berasal ?

Gas rumah kaca (GRK) adalah gas yang diemisikan dari berbagi kegiatan

manusia, yang memiliki kemampuan meneruskan gelombang pendek dan

mengubahnya menjadi gelombang panjang. Selain itu, GRK juga memiliki

kemampuan meneruskan sebagian gelombang panjang dan memantulkan

gelombang panjang lainnya.

Page 14: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

14

Gas rumah kaca telah ada dahulu kala. Pada waktu bumi mulai terbentuk,

GRK sangat diperlukan untuk menaikan suhu bumi yang masih sangat dingin

hingga hanya beberapa spesies makhluk hidup yang dapat menghuni bumi.

Masa tinggal GRK di atmosfer juga mempengaruhi efektifitasnya dalam

meningkatkan suhu muka bumi ini. Semakin panjang masa tinggal gas di atmosfer,

semakin efektif pengaruhnya terhadap kenaikan suhu muka bumi.

GRK sebahagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar

fosil(batubara, minyak bumi, gas alam) untuk rumah tangga, industri, dan

transportasi. GRK yang dihasilkan terutama Carbon dioksida, Metana, Nitrat

oksida, dan Ozon.

2.2.2.1. Asap Pabrik

Dari asap pabrik yang di keluarkan oleh produksi pabrik ini

menyebabkan polusi udara sehingga menghasilkan gas yang

mempunyai efek negatif. Pencemaran udara, atu polusi udara sendiri

terjadi bila ada penambahan komponen udara, bahan kimia, atau bahan

kimia baru di udara yang keberadaannya membahayakan kehidupan

organisme. Polutan yang mencemari udara umumnya berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna.

2.2.2.2. Emisi kendaraan bermotor

Bensin mengandung C6-C12. Dalam mesin kendaraan (slinder),

campuran bahan baker dan udara terbakar cepat oleh bunga api listrik.

Bunga api listri menyebabkan sedikit Nitrogen bereaksi dengan

Oksigen dalam slinder membentuk nitrogen monoksida.

Gas-gas yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor tersebut banyak

yang dapat menimbulkan kerugian, diantaranya adalah CO2, CO,

hidrokarbon, oksida nitrogen, dan oksida belerang.

2.2.2.3. Pembakaran hutan (Kasus Adelin Lis)

Adelin Lis merupakan Direktur Keuangan PT Keang Nam

Development Indonesia Yang didakwa melakukan tindak pidana

Page 15: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

15

korupsi dan pembalakan liar yang akhirnya divonis bebas. Tindakan

yang dilakukan Adelin Lis sangat merugikan, dengan adanya

pembalakan hutan, pohon-pohon yang ditumbangkan tidak dapat

menyerap karbondioksida yang seharusnya pohon tersebut dapat

berfungsi menghasilkan oksigen. Pada saat terjadi kerusakan hutan

akan terjadi pelepasan emisi karbon ke atmosfer. Melalui aktifitas

deforestasi, sekitar 33% karbon akan dilepaskan ke atmosfer.

Sementara akibat pembakaran biomassa dan dekomposisi, emisi

karbon yang dilepas ke atmosfer adalah sebesar 32% dan 22%.

2.2.2.4. Alat-alat teknologi

Penggunaan bahan perusak ozon antara lain klorokarbon atau

chlorofluorocarbon (CFC) misalnya bahan untuk freon pada mesin

pendingin/ kulkas. Sistem ini menghasilkan dingin dari gas-gas yang

mengembang. Bahan perusak ozon itu antara lain CFC-11, CFC-12,

CFC-113, CFC-115 yang banyak digunakan dalam industri foam,

pendingin, tembakau, dan aerosol, halon, pada pemadam api, dan

metilbromida pada fumigasi. Bahan CFC yang dilarang adalah CFC R-

12 atau freon yang banyak digunakan dalam kulkas dan pendingin

ruangan.

2.3 Akibat Pemanasan Global

Pemanasan Global pada tahun 2050 mengakibatkan temperatur udara naik

sekitar 2-3 derajat celcius. Hal ini menimbulkan dampak yang sangat besar dalam

bebagai sisi kehidupan di bumi. Dampak yang ditimbulkan penipisan lapisan ozon,

perubahan iklim, kekeringan yang berkepanjangan, kepunahan spesies, dan

tingginya frekuensi dan intensitas bencana alam.

2.3.1. Perubahan Iklim

Page 16: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

16

Pemanasan Global menyebakan perubahan iklim. Menurut laporan

Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) Ke-3 yang dipublikasikan

pada tahun 2001, terjadi peningkatan konsentrasi CO2 dalam kurun waktu 200

tahun terakhir dari 280 ke 368 parts per million. Diperkirakan pada tahun 2100

terjadi peningkatan antara 540 hingga 970 parts per million. Diprediksikan imbas

dari peningkatan konsentrasi CO2 ini adalah dari tahun 1900-2050 terjadi

peningkatan suhu bumi sebesar 0,8 hingga 2,6 derajat celcius.

Sedangkan pada tahun 2100 diperkirakan sudah

mencapai 1,4 hingga 5,8 derajat celcius. Bahkan

dalam laporan terbarunya, dalam rentang waktu

1990-2005, telah terjadi peningkatan suhu secara

merata di seluruh permukaan bumi sebesar 0,15-

0,30 derajat celcius1. Hal ini menyebakan dampak

positif di negara-negara beriklim dingin.

Kenaikan suhu udara ini akan mengurangi

kebutuhan konsumsi energi sebagai penghangat udara. Diperkirakan akan terjadi

juga peningkatan hasil produksi agrikultur pada negara-negara beriklim dingin.

Angka kematian akibat suhu udara dingin yang banyak terjadi di negara-negara

belahan bumi utara saat winter juga akan berkurang. Akan tetapi, dampak

negatifnya jauh lebih besar dibandingkan dampak positifnya. Misalnya di negara-

negara dingin itu misalnya kandungan tanah yang selama ini membeku di daratan

Rusia dan Kanada bisa mencair dan merusak jaringan infrastruktur seperti jalan

dan jembatan yang ada.

Glaciers dan lapisan es di gunung-gunung tinggi akan mencair sehingga

kelangsungan water supply bisa terganggu. Jika Lapisan es dan glacier yang ada

di belahan utara dan selatan bumi meleleh Air dari mencairnya lapisan es itu akan

memenuhi tempat yang rendah letaknya sehingga sedikit demi sedikit akan

meningkatkan muka air laut di seluruh dunia. Akibatnya, garis pantai pada

1 Wartono. Jelang Pertemuan COP ke-13 di Bali; Mungkinkah Tercipta Tata Dunia yang Peduli Lingkungan.

http://www.pmii.or.id/. Diakses pada 12 November 2007, pukul 06:21:51

Page 17: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

17

daratan yang rendah akan tergenangi air laut, bukan karena abrasi melainkan

karena air lautnya yang meninggi. Ini artinya negara-negara dengan daratan yang

rendah atau bahkan lebih rendah dari muka air laut saat ini menjadi sangat

terancam

Kehidupan flora dan fauna secara global juga sangat mungkin terpengaruh. Pola

migrasi burung, ikan, dan mamalia darat dapat berubah dikarenakan pengaruh

berubahnya musim. Sedikit perubahan pada pola migrasi ini bisa berakibat fatal

pada kelangsungan hidup beberapa spesies fauna karena berubahnya pola pakan

dan pola reproduksi2.

Kenaikan suhu udara 2-3 derajat akan memaksa bertambah intensifnya

penggunaan alat pengatur suhu udara (ac, blower) pada tempat tinggal, tempat

bekerja, dan alat transportasi. Jika dulu upaya pertama pengaturan udara bisa

dilakukan dengan merancang arsitektur rumah dan tempat tinggal agar bisa terjadi

pertukaran panas dengan baik, banyak tempat yang mau tidak mau terpaksa

menggunakan ac secara maksimal. Ini akan menggenjot penggunaan energi yang

sayangnya secara tidak langsung akan menghasilkan pengeluaran emisi karbon ke

udara yang pada gilirannya akan menambah efek rumah kaca bumi ini.

Meningkatnya suhu udara secara garis besar akan menurunkan tingkat

produktifitas hasil pertanian. Deforestasi dan desertifikasi akan semakin meluas

dikarenakan semakin tidak mampunya beberapa jenis tumbuhan untuk bertahan

menghadapi suhu udara yang makin panas dan supply air yang berkurang3.

Di bidang perikanan dan kelautan, berubahnya suhu rata-rata bumi akan

menimbulkan perubahan suhu lautan pula, yang pada gilirannya akan

menimbulkan dampak pada perbedaan arus air laut serta kemampuan hidup

tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya. Berubahnya pola arus air antar benua

2 2050: (Sebagian) Jakarta menjadi kenangan. http://72.14.235.104/search?q=cache:4unLfu8lyJEJ: dono

widiatmoko.wordpress.com/2006/11/14/2050-sebagian-jakarta-tinggal-

kenangan/+akibat+global+warming&hl=id&ct=clnk&cd=20&gl=id. Diakses pada 14 November 2007, pukul

15.25.

3 Ibid.

Page 18: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

18

akan mengakibatkan berubahnya pola kehidupan plankton dan jasad renik yang

menjadi panganan ikan-ikan pada mata rantai makanan yang lebih tinggi.

Perubahan rata-rata suhu bumi dan suhu air laut juga akan mengubah peta

tumbuhan karang laut di dunia. Pada daerah yang semula merupakan daerah ideal

koral hidup, kemungkinan daerah tersebut akan menjadi terlalu panas untuk

karang untuk bisa bertahan. Dampak selanjutnya adalah berubahnya ketersediaan

ikan dan aneka ragam jenis produksi laut akibat perubahan suhu rata-rata bumi4.

2.3.2. Kekeringan Berkepanjangan

Kekeringan terjadi dipengaruhi oleh kondisi alam seperti penyimpangan

iklim global (El Nino), perubahan iklim global, dapat juga disebabkan oleh

perilaku manusia yang serakah dalam mengeksploatasi sumberdaya alam atau

gabungan di antaranya (Stigter, 1997). Perubahan iklim yang semakin panas

dengan temperatur rata-rata tahunan naik sekitar 0,3O C sejak 1900, dan tahun

1998 merupakan tahun terpanas, hampir 1O C di atas rata-rata tempetatur di tahun

1961 –1990. Curah hujan rata-rata tahunan turun sekitar 2 hingga 3 % pada

periode abad 20 ini, penurunan ini sebagian besar terjadi pada periode bulan

Desember hingga Februari, yang merupakan musin terdingin pada setiap tahunnya

(Kompas, 26 Agustus 2003). Meningkatnya suhu menyebabkan Kekeringan yang

berdampak pada masalah kualitas air yang menjadi sebuah ancaman besar dunia.

Laporan PBB tahun 2000 memperkirakan peperangan antar manusia akibat krisis

air akan terjadi di tahun 2025. Diperkirakan sekitar 1,2 milliar penduduk dunia

saat ini hidup dengan air yang tidak layak minum. Keadaan ini diperburuk lagi

dengan kenyataan 70% air dunia digunakan untuk konsumsi ternak dan aktivitas

pencucian di rumah jagal (dibutuhkan 3.500 galon air untuk memproduksi 1 pon

daging, 60 galon air untuk memproduksi gandum dan 24 galon air untuk

memproduksi 1 pon tomat)5.

2.3.3. Kepunahan Spesies

4 Ibid.

5 Global Warming, Gempa, Tsunami, Penyakit Degeneratif dan Inefisiensi Ekonomi.

http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/digital_documentation/download.php?file_id=750. Diakses pada 30

November 2007, pukul 15.42.

Page 19: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

19

Pemanasan global menyebabkan spesies yang masih bertahan tidak akan

lagi memiliki habitat yang nyaman, sementara sebagian lainnya harus bermigrasi

cukup jauh untuk memperoleh tempat hidup yang sesuai guna mendukung

kehidupannya. Simulasi ini diperkirakan cukup akurat mengingat penelitian di

California melaporkan bahwa kupu-kupu jenis Edith Checkerspot telah mulai

menghilang seiring naiknya suhu udara di kawasan tersebut6. Sementara itu

populasi penguin jenis Adeline di Antartika berkurang 33% dalam kurun 25 tahun

terakhir akibat surutnya permukaan lautan es. Tim peneliti dari Kanada

melaporkan bahwa jumlah rusa kutub Peary menurun drastis jumlahnya dari

24.000 pada 1961 menjadi hanya sekitar 1.000 pada 1997 akibat perubahan iklim

yang cukup ekstrim7. Perubahan iklim membuat berbagai spesies hewan harus

dapat beradaptasi dengan perubahan itu, tetapi diperkirakan lebih banyak yang

tidak mampu beradaptasi dan terseleksi oleh alam.

2.3.4. Tingginya Frekuensi dan Intensitas Bencana Alam

Pemanasan global menyebabkan terjadinya anomali iklim berupa kemarau

yang berkepanjangan. Kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan

meningkatnya intensitas badai, terjadinya banjir dibanyak tempat, kekurangan air

bersih, semakin panasnya suhu bumi, naiknya permukaan air laut, berkurangnya

luas daratan dan tenggelamnya pulau-pulau. Bahkan salju abadi di puncak

Jayawijaya dan Kutub Utara saja sudah tidak lagi abadi oleh karena pemanasan

global. Menurut peneliti dari Queen’s University, Kanada, pada bulan Juni-Juli

2007 terjadi rekor dunia baru di mana suhu di kutub Utara mencapai 22 derajat

celcius melebihi suhu normal yang berkisar 2-4 derajat di atas 0 derajat celcius.

Dalam catatan The US Snow and Ice Data Center di Colorado, peningkatan suhu

6 Global Warming dan World Ocean Conference. http://www.lestari-m3.org. Diakses pada 30 November

2007, pukul 16.03.

7 Ibid.

Page 20: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

20

yang ekstrim tersebut telah mengakibatkan pencairan es hingga 4.28 million

square kilometer8.

Adapun fakta lain yang memperjelas fenomena alam ini, dan hasilnya cukup

mengejutkan seperti di Tibet iklim mulai tidak stabil sejak Juni 1998 karena

terjadi gelombang udara panas, temperatur berkisar 250C selama 23 hari, kejadian

ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kawasan Siberia, Eropa Timur dan Amerika

Utara yang terkenal dengan udara sangat dingin kini mulai menghangat. Di Kairo

pada Agustus 1998 tercatat suhu udara menembus angka 410C. Pada Agustus

1998 di Sidney Australia terjadi badai besar disertai hujan dengan curah hujan

mencapai tiga kali ukuran normal. Sementara di Indonesia, Meksiko, Spanyol dan

negara-negara lain di berbagai belahan dunia telah terjadi musim kering

berkepanjangan sebagai akibat badai tropis yang berujung pada terbakarnya hutan

jutaan hektar serta presipitasi hujan yang tinggi mengakibatkan bencana banjir

dan kegagalan panen9.

2.3.5. Penyebaran Berbagai Penyakit

Pemanasan global ternyata juga mulai memicu munculnya beberapa

serangan penyakit yang sebelumnya belum pernah ada pada daerah tertentu. Fakta

yang terjadi di kawasan pegunungan Andes Kolumbia - Amerika Tengah dengan

ketinggian 1.000 - 2.195 meter dari permukaan laut dilaporkan muncul nyamuk

penyebab penyakit malaria, demam berdarah dan demam kuning. Pada 1997 di

Papua, penyakit malaria terdeteksi untuk pertama kalinya pada pemukiman di

ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut.

2.4. Upaya Pemerintah untuk Mereduksi Pemanasan Global

2.4.1. Protokol Kyoto

2.4.1.1. Pengertian Protokol Kyoto

8 Ibid.

9 Ibid.

Page 21: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

21

Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka

Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional

mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini

berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas

rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka

menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan

dengan pemanasan global.

Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata

cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature,

Oktober 2003)

Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations

Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai

Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). [1] Ia dinegosiasikan di

Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998

dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari

2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

2.4.1.2. Detil Protokol

Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB:

"Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara

perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara

kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang

perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah

emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan

sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari

enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur

heksafluorida, HFC, dan PFC - yang dihitung sebagai rata-rata selama

masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari

pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0%

Page 22: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

22

untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia

dan 10% untuk Islandia."

Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang

Perubahan Iklim (UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de

Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau

meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol

Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997

di Kyoto, Jepang.

Sebagian besar ketetapan Protokol Kyoto berlaku terhadap negara-negara maju

yang disenaraikan dalam Annex I dalam UNFCCC.

2.4.1.3. Status persetujuan

Pada saat pemberlakuan persetujuan pada Februari 2005, ia telah

diratifikasi oleh 141 negara, yang mewakili 61% dari seluruh emisi. Negara-

negara tidak perlu menanda tangani persetujuan tersebut agar dapat

meratifikasinya: penanda tanganan hanyalah aksi simbolis saja. Daftar terbaru

para pihak yang telah meratifikasinya ada di sini.

Menurut syarat-syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku "pada hari ke-90

setelah tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk

Pihak-pihak dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen

dari seluruh emisi karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I,

telah memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau

pemasukan." Dari kedua syarat tersebut, bagian "55 pihak" dicapai pada 23 Mei

2002 ketika Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004

memenuhi syarat "55 persen" dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada

16 Februari 2005.

2.4.1.4. Status terkini para pemerintah

Page 23: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

23

Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut,

termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara

anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria.

Ada enam negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol

itu. Tiga di antaranya adalah negara-negara Annex I:

Australia (tidak berminat untuk meratifikasi)

Monako

Amerika Serikat -- AS, pengeluar terbesar gas rumah kaca, tidak berminat

untuk meratifikasi.

Sisanya adalah: Kroasia, Kazakhstan, dan Zambia.

AS, Australia, Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu

untuk melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau

persetujuan lainnya yang bersifat mengekang.

2.4.2. Penggunaan Laut untuk Menyerap Karbon

Pemanfaatan sumber daya hayati perairan ini melalui riset bioteknologi

molekuler bukan hanya memberikan konstribusi pada pemenuhan kebutuhan

bahan pangan karena kandungan nutrisinya yang lengkap seperti kandungan asam

amino, vitamin, mikronutrien lainnya, asam-asam lemak, DHA dan EPA yang

sangat berguna, tetapi lebih jauh dapat mencakup area kegunaan yang sangat luas.

Di samping itu mikrolagae ternyata dapat berperan seperti layaknya mesin-mesin

mikroskopis yang mampu menyerap karbondioksida (CO2), di mana hampir 90%

dari jumlah karbon organik di laut yang diperkirakan sekitar 4,2 x 1011

ton ada

dalam bentuk terlarut yang dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk proses

pertumbuhan dalam suatu “microbial loop” (Jannasch, H.W and Wirsen, C.O.,

1995)

Kemampuan mikroalgae dalam menyerap karbon organik ini menjadi

landasan bagi ahli Jepang untuk mempelajari kemanfaatan mikroalgae bagi

Page 24: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

24

kegiatan lainnya. Melalui Japan Times, kantor berita Kyodo, Jepang,

menginformasikan hasil temuan riset di sekitar Juni tahun 1997, yang menyatakan

bahwa kelompok peneliti Jepang dan dari pusat penelitian perusahaan Idemitsu

Kosan yang bekerjasama dengan perusahaan penyulingan minyak Okinawa telah

berhasil sukses dalam mengekstrak minyak dari jenis mikroalgae air tawar yang

dikenal sebagai Botryococcus bravnii. Rekayasa genetik telah mampu

meningkatkan kemampuan produktivitas mikroalgae ini dari awal penanaman

sejumlah 2 gram dihasilkan 10 gram dalam tempo waktu 10 hari di mana 50%

dari berat tersebut (5 gram) merupakan berat minyak yang dapat dihasilkan. Riset

juga melaporkan bahwa kualitas minyak yang dihasilkan memiliki kapasitas

panas yang ekuivalen dengan grade C dari heavy fuel oil yang biasa digunakan

oleh kapal motor (boat). Hasil temuan ini memberikan optimisme bahwa jika

mikroalgae ini dibudi-dayakan pada area seluas 60% Pulau Hokaido, maka akan

mampu menyerap seluruh karbondioksida (CO2) yang ada sebagai bahan polutan

di seluruh Jepang yang diserap oleh mikroalgae ini sebagai sumber karbon dalam

proses fotosintesisnya dan sekaligus memberikan harapan bagi kemungkinan

produksi minyak, yang berarti akan mereduksi ketergantungan Jepang terhadap

minyak sebagai sumber energi strategis bagi sebagian besar kegiatan industri dan

kehidupan di Jepang.

Sebagai negara yang kaya akan sumberdaya hayati, maka temuan ini

sekaligus memberikan harapan, bahwa di Indonesia juga memiliki peluang untuk

dikembangkan, namun kemampuan sumberdaya manusia dalam menguasai ilmu

dan teknologi menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi sehingga kita tidak terus

harus terjebak pada ketidak-berdayaan sebagaimana gambaran kami terhadap

pemanfaatan Chlorella sebagai sumber bahan pangan, pakan dan obat-obatan

yang potensial yang ternyata belum mampu kita manfaatkan.

2.5. Apa Yang Dapat Kita Lakukan ?

Begitu banyak langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi

dampak dari pemanasan global. Lantas, apa yang dapat kita lakukan sebagai

masyarakat untuk mereduksi efek dari global warming tersebut ?

Page 25: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

25

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kenaikan suhu permukaan muka

bumi (global warming):

1) Mengganti bola lampu model tahun 1878 dengan bola lampu fosfor CLF

yang berbentuk seperti es krim, karena bola lampu ini jauh lebih

menghemat 75% energi dan mempunyai daya hidup sepuluh kali lebih

lama dibanding bola lampu fluoroscen.

2) Lakukan pengomposan. Cacing-cacing kecil dapat membantu mengubah

sisa makanan dan sampah dapur menjadi pupuk organik. Proses

pengomposan organik juga menghasilkan CO2, tetapi 23 kali lebih sedikit

dibandingkan proses sekomposing di tempat pembuangan sampah umum.

3) Jangan gunakan styrofoam, karena styrofoam terbuat dari bahan bakar

fosil (3,2 gram untuk membuat satu cangkir kopi styrofoam) dan

membutuhkan waktu lama untuk terurai.

4) Membawa tas belanja pribadi yang dapat dipakai berulang kali, yang

terbuat dari bahan tahan lama seperti katun. Hindari tas plastik, yang

membutuhkan waktu seribu tahun agar dapat terurai. Sementara satu ton

kantong kertas dibuat dari sekitar 17 batang pohon dewasa.

5) Mematikan semua peralatan listrik yang tidak digunakan dan jangan

biarkan dalam posisi stand by. Jika satu juta rumah tangga melakukan hal

ini, sekitar 150.000 ton CO2 tidak terbuang sia-sia ke atmosfer.

6) Dukung sistem pertanian organik. Pertanian organik merupakan sistem

pertanian yang berpotensi untuk menyerap karbon (carbon sinks).

Penelitian terbaru menunjukkan 100.000 pertanian organik akan menyerap

pengeluaran CO2 dari 12 juta mobil. Sementara pertanian berskala industri

tidak sedikit pun menyerap CO2.

Page 26: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

26

7) Membeli produk lokal yang dihasilkan petani lokal. Selain emisi yang

dikeluarkan dari transportasi lebih kecil, hal ini dapat mendukung ekonomi

pedesaan, melindungi keanekaragaman hayati dan menjaga kelangsungan

hidup bumi.

8) Menanam pohon dan berbagai bunga. Tanaman menyerap CO2 melalui

akar dan cabang-cabangnya. Tanaman bambu dapat lebih banyak

menyerap CO2 dan menghasilkan oksigen 35% lebih besar dari pohon

lainnya.

9) Menggunakan angkutan publik untuk perjalanan jauh. Pilih jalan kaki atau

sepeda untuk menempuh jarak dekat.

10) Aktif dalam menyebarkan kesadaran tentang dampak perubahan iklim dan

pastikan kepedulian ini juga didengar oleh para pembuat kebijakan.

11) Mendukung berbagai kegiatan untuk mengubah kebijakan dalam

menangani masalah pemanasan global.

Page 27: Global Warming, Masalah Global Yang Dihadapi Dunia Dewasa Ini

27

BAB III – KESIMPULAN

Global Warming berdampak pada perubahan iklim yang mempengaruhi

manusia dan lingkungannya, seperti kenaikan permukaan air laut, dan kenaikan

intensitas serta frekuensi dari air hujan, badai tropis, serta kekeringan. Indonesia

sendiri sudah merasakan hal ini. Ancaman kehilangan pulau akibat kenaikan

permukaan air laut, bencana alam yang semakin sering terjadi, juga musim yang

semakin tidak menentu, menjadi bukti nyata dari akibat global warming di

Indonesia.

Tantangan untuk Indonesia sekarang adalah memiliki mekanisme yang

responsif untuk mengatasi masalah perubahan iklim ini secara tepat dan efektif.

Tindakan pencegahan di level nasional dan lokal pun perlu dilaksanakan segera

bersama dengan inisiatif internasional. Saat ini, Indonesia telah menunjukkan

perhatiannya dalam mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan

mengadakan UNCCC (United Nations Conference Climate Change) di Nusa Dua

Bali, Desember 2007.