Perilaku Rumah Tangga terhadap Food Waste di Indonesia: Studi Literatur 17_Winda... · 2020. 11....

6
Perilaku Rumah Tangga terhadap Food Waste di Indonesia: Studi Literatur AbstrakFood waste merupakan isu global yang sudah cukup lama muncul namun secara tidak disadari menjadi semakin serius. Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar pada total jumlah food waste di dunia, dengan menempati peringkat kedua setelah Arab Saudi. Padahal, angka kelaparan di Indonesia masih cukup tinggi. Rumah tangga merupakan kontributor timbulan sampah terbesar di Indonesia, di mana jenis timbulan sampah terbesar merupakan sampah organik termasuk sampah makanan. Hal ini menunjukkan perlunya upaya untuk mengatasi masalah food waste di Indonesia. Studi literatur dilakukan pada penelitian-penelitian mengenai perilaku pro lingkungan dan pro sosial terkait food waste. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menganalisis mengenai perilaku rumah tangga Indonesia terhadap food waste. Penggunaan model TPB dan NAM dapat diterapkan dalam pembangunan model perilaku terhadap food waste, di mana kedua model ini telah terbukti banyak diaplikasikan pada pembangunan model-model pada kasus pro lingkungan dan pro sosial dan kasus lainnya secara luas. Oleh sebab itu, hasil dari studi literatur ini adalah munculnya ide untuk membangun sebuah model untuk menganalisis perilaku rumah tangga terhadap food waste di Indonesia dengan menggunakan TPB dan NAM sebagai model dasar. Kata Kuncistudi literatur, perilaku rumah tangga terhadap food waste, food waste, Indonesia I. PENDAHULUAN Food waste merupakan isu global yang sudah cukup lama muncul namun secara tidak disadari menjadi semakin serius. Dampak yang dihasilkan secara negatif mengenai banyak sektor, seperti lingkungan, ekonomi, dan sosial [1]. Pada sektor lingkungan, food waste berdampak pada emisi greenhouse gas dan penggunaan air dan tanah yang tidak efisien yang dapat berujung pada kerusakan ekosistem alam. Jejak karbon dari food waste diperkirakan mencapai 3,3 miliar ton CO2, setara dengan greenhouse gas yang dilepaskan ke atmosfer per tahun. Kemudian, total air yang tercatat digunakan setiap tahunnya untuk menghasilkan makanan yang terbuang adalah sebanyak 250 km 3 , setara dengan tiga kali volume danau Geneva di Eropa. Kemudian, seluas 1,4 miliar hektar lahan pertanian, setara dengan 28% dari seluruh area pertanian di dunia, digunakan setiap tahunnya untuk menghasilkan makanan yang berakhir sebagai food waste [2]. Dari sektor ekonomi, food waste dapat mengurangi pendapatan petani dan meningkatkan pengeluaran konsumen [3]. Secara global, tercatat bahwa kerugian ekonomi dari food waste di luar kategori ikan dan makanan laut mencapai 70 miliar dolar Amerika per tahun [4]. Rata-rata sebanyak 65 kg makanan berakhir sebagai food waste oleh setiap orang per tahun dengan proporsi 25% adalah sayuran, 24% adalah sereal, dan 12% adalah buah-buahan [5]. Pada tahun 2018, sebanyak 1,3 miliar ton atau sepertiga dari makanan yang ada di seluruh dunia terbuang ketika lebih dari 820 juta orang di dunia mengalami masalah kelaparan [4]. Hanson [6] menemukan bahwa lebih dari separuh food loss dan food waste terjadi di Asia. Kemudian, CEO Rabobank Singapura, Mark Van Binsbergen, memperkirakan 25% dari food waste yang dihasilkan di Asia berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara [6]. Indonesia berada di peringkat kedua dari 25 negara sebagai kontributor dengan performansi food waste terburuk setelah Saudi Arabia, dengan jumlah food waste yang mencapai 300 kg per orang per tahun dari total 1,3 miliar ton food waste di dunia [7]. Ironisnya, berdasarkan riset dari GHI (Global Hunger Index), pada akhir tahun 2019 Indonesia menempati posisi ke 70 dari 117 negara dengan status tingkat kelaparan serius. Laporan tahun 2019 dari ADB (Asian Development Bank) bersama IFPRI (Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional) menunjukkan bahwa dalam periode tahun 2016-2018 terdapat 22 juta penduduk Indonesia yang menderita kelaparan dan posisi Indonesia masih rendah dalam Indeks Keamanan Pangan Global atau GFSI (Global Food Safety Initiative) oleh EIU (Economist Intelligence Unit) [8]. Secara keseluruhan, pelaku food waste yang terbesar berada pada tahap konsumsi. Food waste yang terjadi pada tahap konsumsi lebih banyak terjadi di negara maju. Namun, di wilayah Asia yang termasuk dalam kategori terindustrialiasi (industrialized), hampir separuh food waste dihasilkan ditahap konsumsi [3]. Salah satu kontributor besar food waste pada tahap konsumsi yang signifikan adalah dari sektor rumah tangga [9, 10, 11]. Di Indonesia, sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga pada tahun 2018 mencapai 48% dari total timbulan sampah. Sisanya berasal dari pasar tradisional sebanyak 24%, fasilitas publik sebanyak 19% (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain) serta kawasan komersial sebesar 9% (mall, restoran, dan lain-lain). Selain itu, jenis sampah yang mendominasi adalah sampah organik termasuk sampah makanan dengan persentase mencapai 50% dari total timbulan sampah di Indonesia. Sisanya adalah sampah kertas sebanyak 10%, sampah plastik sebanyak 15%, serta sampah logam, karet, kaca dan lainnya sebanyak 25% [12]. Data persentase timbulan food waste rumah tangga Indonesia belum diketahui secara pasti hingga kini dan perhitungan cukup sulit untuk dilakukan karena terbatasnya data khusus mengenai food waste di Indonesia. Sementara itu, jenis food waste yang 2 nd Anna Maria Sri Asih Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia [email protected] Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia [email protected] 1 st Winda Wulandari Departemen Teknik Mesin dan Industri RO-93

Transcript of Perilaku Rumah Tangga terhadap Food Waste di Indonesia: Studi Literatur 17_Winda... · 2020. 11....

  • Perilaku Rumah Tangga terhadap Food Waste di

    Indonesia: Studi Literatur

    Abstrak—Food waste merupakan isu global yang sudah cukup

    lama muncul namun secara tidak disadari menjadi semakin

    serius. Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar pada

    total jumlah food waste di dunia, dengan menempati peringkat

    kedua setelah Arab Saudi. Padahal, angka kelaparan di Indonesia

    masih cukup tinggi. Rumah tangga merupakan kontributor

    timbulan sampah terbesar di Indonesia, di mana jenis timbulan

    sampah terbesar merupakan sampah organik termasuk sampah

    makanan. Hal ini menunjukkan perlunya upaya untuk mengatasi

    masalah food waste di Indonesia. Studi literatur dilakukan pada

    penelitian-penelitian mengenai perilaku pro lingkungan dan pro

    sosial terkait food waste. Hingga saat ini, belum ada penelitian

    yang menganalisis mengenai perilaku rumah tangga Indonesia

    terhadap food waste. Penggunaan model TPB dan NAM dapat

    diterapkan dalam pembangunan model perilaku terhadap food

    waste, di mana kedua model ini telah terbukti banyak

    diaplikasikan pada pembangunan model-model pada kasus pro

    lingkungan dan pro sosial dan kasus lainnya secara luas. Oleh

    sebab itu, hasil dari studi literatur ini adalah munculnya ide untuk

    membangun sebuah model untuk menganalisis perilaku rumah

    tangga terhadap food waste di Indonesia dengan menggunakan

    TPB dan NAM sebagai model dasar.

    Kata Kunci—studi literatur, perilaku rumah tangga terhadap

    food waste, food waste, Indonesia

    I. PENDAHULUAN

    Food waste merupakan isu global yang sudah cukup lama muncul namun secara tidak disadari menjadi semakin serius. Dampak yang dihasilkan secara negatif mengenai banyak sektor, seperti lingkungan, ekonomi, dan sosial [1]. Pada sektor lingkungan, food waste berdampak pada emisi greenhouse gas dan penggunaan air dan tanah yang tidak efisien yang dapat berujung pada kerusakan ekosistem alam. Jejak karbon dari food waste diperkirakan mencapai 3,3 miliar ton CO2, setara dengan greenhouse gas yang dilepaskan ke atmosfer per tahun. Kemudian, total air yang tercatat digunakan setiap tahunnya untuk menghasilkan makanan yang terbuang adalah sebanyak 250 km3, setara dengan tiga kali volume danau Geneva di Eropa. Kemudian, seluas 1,4 miliar hektar lahan pertanian, setara dengan 28% dari seluruh area pertanian di dunia, digunakan setiap tahunnya untuk menghasilkan makanan yang berakhir sebagai food waste [2]. Dari sektor ekonomi, food waste dapat mengurangi pendapatan petani dan meningkatkan pengeluaran konsumen [3]. Secara global, tercatat bahwa kerugian ekonomi dari food waste di luar kategori ikan dan makanan laut mencapai 70 miliar dolar Amerika per tahun [4]. Rata-rata sebanyak 65 kg makanan berakhir sebagai food waste oleh setiap orang per tahun

    dengan proporsi 25% adalah sayuran, 24% adalah sereal, dan 12% adalah buah-buahan [5]. Pada tahun 2018, sebanyak 1,3 miliar ton atau sepertiga dari makanan yang ada di seluruh dunia terbuang ketika lebih dari 820 juta orang di dunia mengalami masalah kelaparan [4].

    Hanson [6] menemukan bahwa lebih dari separuh food loss dan food waste terjadi di Asia. Kemudian, CEO Rabobank Singapura, Mark Van Binsbergen, memperkirakan 25% dari food waste yang dihasilkan di Asia berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara [6]. Indonesia berada di peringkat kedua dari 25 negara sebagai kontributor dengan performansi food waste terburuk setelah Saudi Arabia, dengan jumlah food waste yang mencapai 300 kg per orang per tahun dari total 1,3 miliar ton food waste di dunia [7]. Ironisnya, berdasarkan riset dari GHI (Global Hunger Index), pada akhir tahun 2019 Indonesia menempati posisi ke 70 dari 117 negara dengan status tingkat kelaparan serius. Laporan tahun 2019 dari ADB (Asian Development Bank) bersama IFPRI (Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional) menunjukkan bahwa dalam periode tahun 2016-2018 terdapat 22 juta penduduk Indonesia yang menderita kelaparan dan posisi Indonesia masih rendah dalam Indeks Keamanan Pangan Global atau GFSI (Global Food Safety Initiative) oleh EIU (Economist Intelligence Unit) [8].

    Secara keseluruhan, pelaku food waste yang terbesar berada pada tahap konsumsi. Food waste yang terjadi pada tahap konsumsi lebih banyak terjadi di negara maju. Namun, di wilayah Asia yang termasuk dalam kategori terindustrialiasi (industrialized), hampir separuh food waste dihasilkan ditahap konsumsi [3]. Salah satu kontributor besar food waste pada tahap konsumsi yang signifikan adalah dari sektor rumah tangga [9, 10, 11].

    Di Indonesia, sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga pada tahun 2018 mencapai 48% dari total timbulan sampah. Sisanya berasal dari pasar tradisional sebanyak 24%, fasilitas publik sebanyak 19% (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain) serta kawasan komersial sebesar 9% (mall, restoran, dan lain-lain). Selain itu, jenis sampah yang mendominasi adalah sampah organik termasuk sampah makanan dengan persentase mencapai 50% dari total timbulan sampah di Indonesia. Sisanya adalah sampah kertas sebanyak 10%, sampah plastik sebanyak 15%, serta sampah logam, karet, kaca dan lainnya sebanyak 25% [12]. Data persentase timbulan food waste rumah tangga Indonesia belum diketahui secara pasti hingga kini dan perhitungan cukup sulit untuk dilakukan karena terbatasnya data khusus mengenai food waste di Indonesia. Sementara itu, jenis food waste yang

    2nd Anna Maria Sri Asih

    Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta, Indonesia

    [email protected]

    Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia

    [email protected]

    1st Winda Wulandari

    Departemen Teknik Mesin dan Industri

    RO-93

  • dihasilkan setiap orang setiap tahunnya di Indonesia yang tertinggi adalah berupa sayuran sebanyak 7,3 kg, buah-buahan sebanyak 5 kg, produk olahan kacang kedelai (tempe, tahu, oncom) sebanyak 2,8 kg, beras sebanyak 2,7 kg, kemudian umbi dan jagung sebanyak 2,5 kg, susu dan produk olahannya sebanyak 1,7 kg, daging sebanyak 1,6 kg, ikan dan makanan laut sebanyak 1,5 kg, telur sebanyak 1 kg, kacang-kacangan 0,4 kg dan sisa jenis lainnya mencapai 1,8 kg [13].

    Dibalik kondisi food waste yang mengkhawatirkan ini, diketahui bahwa konsumen tidak sepenuhnya menyadari dampak food waste terhadap lingkungan dan sosial [14]. Hal ini menunjukkan perlunya upaya untuk mengatasi masalah food waste, misalnya melalui perilaku pro lingkungan dan sosial, baik di Indonesia maupun secara global. Berbagai hasil positif dapat dicapai pada banyak sektor. Upaya untuk mengurangi food waste dapat menjadi strategi potensial untuk menyeimbangkan supply dan demand produk makanan [15, 16]. Di samping itu, upaya untuk mengurangi food waste merupakan faktor kritis dalam mendukung tercapainya SDG (Sustainable Development Goals), terutama untuk tercapainya tujuan kedua yaitu zero hunger dan tujuan kedua belas yaitu memastikan konsumsi dan pola produksi berkelanjutan, di mana setiap individu memiliki peran dalam mengurangi food waste. Sementara itu, pada tingkat mikro, Food and Agriculture Organization (FAO) berfokus kepada konsumen dan bagaimana mengubah sikap individu konsumen, konsumsi dan kebiasaan belanja terkait makanan melalui edukasi [2]. Dengan demikian, dibutuhkan program terkait pendidikan dan kebijakan pada rumah tangga dan tidak hanya berfokus pada program di tempat pembuangan sampah [17]. Oleh sebab itu, sebagai salah satu langkah awal untuk mengurangi food waste adalah dengan cara memberikan wawasan mengenai kondisi food waste, khususnya pada level rumah tangga di Indonesia, Penelitian ini akan menggali informasi terkait melalui sebuah studi literatur.

    II. STUDI LITERATUR

    Jumlah penduduk dunia terus mengalami peningkatan dari

    tahun ke tahun. Pada tahun 2050, diperkirakan akan ada 10

    miliar orang akan meninggali planet bumi. Dengan demikian,

    agar manusia mampu memproduksi makanan yang cukup, perlu

    adanya manajemen makanan secara berkelanjutan [18].

    Manajemen makanan secara berkelanjutan memiliki keterkaitan

    dengan produksi food waste. Selama ini, makanan yang telah

    dibeli, disiapkan dan di konsumsi pada banyak kasus terbuang

    begitu saja sebagai food waste [19]. Makanan, dalam jumlah

    yang besar secara global terbuang selama proses produksi

    makanan, dimulai dari tahap produksi di pertanian, hingga

    tahap akhir dari rantai pasok makanan [20]. Hal ini

    menunjukkan bahwa food waste dapat terjadi pada tahap mana

    saja pada rantai pasokan makanan. Food waste memiliki

    dampak yang dapat membahayakan keberlangsungan hidup

    manusia. Sementara itu di Indonesia, manajemen sampah

    termasuk sampah makanan belum dilakukan secara terintegrasi

    [21]. Hal ini sangat disayangkan mengingat kondisi

    persampahan di Indonesia sedang dalam kondisi yang

    mengkhwatirkan.

    Rumah tangga diketahui merupakan kontributor yang

    seringkali persentasenya adalah yang paling besar terhadap food

    waste [22]. Di Eropa, diketahui bahwa 53% dari food waste

    terjadi pada level rumah tangga [10]. Hal ini didukung pada

    penelitian yang melakukan penelitian serupa di Swiss, di mana

    45% food waste diketahui terjadi pada level rumah tangga [23].

    Selain di negara maju, banyak penelitian mengenai survey

    untuk mengidentifikasi food waste rumah tangga yang

    dilakukan dinegara berkembang, seperti Tunisia [9, 24], Algeria

    [25] dan Libanon [26]. Hal ini menunjukkan bahwa rumah

    tangga memiliki peran yang cukup penting dalam kasus food

    waste, tidak hanya pada negara maju namun juga pada negara

    berkembang.

    Beberapa penelitian dilakukan untuk menggali wawasan

    mengenai food waste pada level rumah tangga di beberapa

    negara, mulai dari penelitian berupa survey eksploratori, hingga

    pembangunan model struktural untuk mengidentifikasi faktor

    penyebab dan menganalisis perilaku terhadap food waste.

    A. Survei Eksploratori mengenai Food Waste

    Beberapa survey dilakukan untuk menggali wawasan mengenai food waste pada level rumah tangga di beberapa negara, diantaranya di Maroko [27], Tunisia [9, 24], Algeria [25], dan Libanon [26]. Pada penelitian oleh Sassi et al. [9], penelitian dilakukan pada 281 orang pada level rumah tangga di Tunisia dan diketahui bahwa separuh dari responden melakukan food wasting. Jenis makanan yang paling banyak dibuang adalah buah-buahan, sayuran, dan sereal serta produk roti. Dari penelitian ini, diketahui bahwa peningkatan kesadaran akan food waste sangat diperlukan untuk mengurangi food waste. Penelitian lainnya mengenai food waste yang dilakukan di Tunisia adalah penelitian oleh Jribi et al. [24] yang melakukan survey untuk mengetahui dampak dari lockdown pada masa COVID-19 terhadap kesadaran konsumen, sikap, dan perilaku terkait pemborosan makanan di Tunisia. Penelitian [26] dilakukan pada 215 orang pada level rumah tangga di Lebanon. Makanan jenis buah-buahan, sayuran dan susu serta produk olahan susu merupakan jenis food waste yang paling tinggi. Pengetahuan mengenai label “use by” cukup tinggi, sementara label “best before” cukup rendah. Namun, responden menunjukkan sikap yang positif terhadap food waste dan berkemauan untuk mengubah perilaku dalam rangka menurunkan angka food waste di Lebanon. Penelitian [25] dilakukan pada 339 orang pada level rumah tangga di Algeria. Jenis makanan yang paling banyak dibuang adalah buah-buahan, sayuran, dan sereal serta produk roti. Hanya 1% dari keseluruhan responden yang tidak melakukan pembuangan makanan. Walaupun Algeria merupakan negara berkembang, kasus food waste yang cukup penting juga di Algeria terjadi pada level konsumen, sama halnya dengan negara dengan pendapatan menengah ke atas (negara maju). Dari beberapa penelitian diatas, diketahui bahwa sayuran dan buah-buahan merupakan jenis makanan yang paling banyak dibuang, hal ini berkaitan dengan daya tahan yang rendah karena kemudahan makanan jenis ini untuk membusuk. Kemudian, diketahui bahwa di Maroko, perilaku dan sikap terkait makanan merupakan faktor yang penting dalam mengitung jumlah dan tingkat food waste [27].

    RO-94

  • B. Model Struktural Perilaku terhadap Food Waste dengan Theory of Planned Behavior (TPB)

    Beberapa penelitian membangun model konseptual untuk perilaku terhadap food waste yang dikembangkan dari model TPB oleh Ajzen (1991) [22, 28, 29, 14]. Model TPB (Theory of Planned Behavior) telah secara luas digunakan dalam berbagai kasus untuk menganalisis perilaku, Model TPB telah terbukti dapat diaplikasikan pada kasus perilaku terkait lingkungan, termasuk perilaku rumah tangga terhadap daur ulang sampah dan perilaku pencegahan limbah [31, 32], serta perilaku terhadap food waste [22, 33, 28, 29, 34, 14].

    Ajzen (1991) menjelaskan bahwa model TPB dapat diaplikasikan pada berbagai model perilaku dan situasi, namun hasilnya dapat berbeda-beda. Gambar 1 menunjukkan model konseptual dari TPB [30].

    Gambar 1. Model TPB oleh Ajzen [30]

    Niat untuk melakukan berbagai perilaku dapat diprediksi dengan akurasi yang tinggi melalui sikap terhadap perilaku (attitudes toward the behavior), norma subjektif (subjective norm), dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) [30]. Niat untuk mengurangi food waste rumah tangga dapat diprediksi melalui sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku [51]. Sikap terhadap perilaku mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan atau penilaian dari perilaku yang dimaksud. Kemudian, norma subjektif adalah faktor sosial yang merujuk pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku [30]. Norma subjektif dikenal sebagai norma injunctive di mana “pemikiran” dari orang-orang yang penting bagi seorang individu mengenai “apa yang harus dilakukan oleh individu tersebut” menjadi komponen penting yang mempengaruhi individu tersebut. Sedangkan norma deskriptif merupakan “apa yang telah dilakukan” oleh orang- orang yang penting bagi individu tersebut. Kedua hal ini merupakan sumber yang berbeda dari motivasi sehingga dipisahkan [44]. Yang terakhir adalah persepsi kontrol perilaku yang mengacu pada kemudahan atau kesulitan yang dirasakan dalam melakukan suatu perilaku dan hal itu dianggap mencerminkan pengalaman masa lalu serta halangan dan rintangan yang diantisipasi [30]. Maka, semakin baik sikap dan norma subjektif terkait dengan perilaku, dan semakin besar

    persepsi kontrol perilakunya, maka semakin kuat niat individu untuk melakukan suatu perilaku yang dipertimbangkan.

    C. Model Struktural Perilaku terhadap Food Waste dengan Norm Activation Model (NAM)

    Variabel keputusan TPB yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat terbukti mempengaruhi perilaku pro lingkungan (termasuk perilaku pro sosial) [35, 36, 33, 37]. Namun disisi lain, perilaku pro sosial termasuk pro lingkungan seringkali dikaitkan dengan moralitas [38]. Berbeda dengan TPB yang merujuk pada perilaku non-altruisme (egoisme), NAM mengacu pada proses psikologis yang terkait dengan perilaku altruisme (kebalikan dari egoisme) [39]. NAM oleh Schwartz [46] merupakan model yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku pro sosial [40] dan pro lingkungan [41,42]. Perilaku pro lingkungan dipercayai merupakan sebuah kasus khusus dari perilaku pro sosial karena perilaku pro lingkungan juga menyiratkan bahwa orang-orang bermanfaat untuk orang lain ketika seringkali tidak ada manfaat personal langsung yang diterima dengan melibatkan diri kedalam perilaku ini [40]. Oleh karena itu, NAM memberikan sudut pandang yang berbeda dari TPB.

    Variabel NAM, yaitu kesadaran terhadap konsekuensi, pembebanan tanggung jawab dan norma personal terbukti mempengaruhi niat dan perilaku pro lingkungan [35, 36, 43]. Schwartz dan Howard menjelaskan bahwa norma personal merupakan perasaan akan suatu kewajiban moral untuk melakukan atau menahan diri dari tindakan tertentu [45]. Kemudian, kesadaran mengenai konsekuensi merupakan kondisi apakah seseorang sadar mengenai konskeuensi negatif bagi orang lain atau hal lainnya yang berharga ketika tidak melakukan tindakan pro sosial atau pro lingkungan. Kemudian, pembebanan tanggung jawab dideskripsikan sebagai perasaan tanggung jawab atas konsekuensi negatif apabila tidak bertidak secara pro sosial atau pro lingkungan [40]. Gambar 2 menujukkan model konseptual dari NAM [46].

    Gambar 2. NAM oleh Schwartz [46]

    D. Model Struktural Perilaku terhadap Food Waste sebagai Pengembangan TPB dan NAM

    Salah satu penelitian melakukan studi eksploratori pada perilaku terhadap food waste pada kalangan muda di Spanyol dan Italia [22]. Penelitian ini menambahkan variabel perhatian terhadap food waste, serta variabel pemasaran dan penjualan pada model TPB. Teknik PLS-SEM digunakan untuk proses analsis. Gambar 3 menunjukkan model perilaku positif terhadap food waste [22].

    RO-95

  • Gambar 3. Model Perilaku Positif terhadap Food Waste

    Model perilaku terhadap food waste yang dikembangkan oleh [28] mengembangkan model TPB yang didukung dengan TIB (Theory of Interpersonal Behavior) [47] dan CMEB (the Comprehensive model of Environmental Behavior) [48]. Model ini menambahkan variabel kebiasaan (habit) dan emosi (emotion) di mana keduanya terbukti signifikan mempengaruhi perilaku terhadap food waste. Model ini di analisis dengan dengan teknik analisis jalur (path analysis).

    Gambar 4. Model Perilaku terhadap Food Waste oleh Russel et al. [28]

    Penelitian lainnya dilakukan di Qatar oleh [29] untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap food waste. Model yang dibangun terdiri dari dua jenis model, yaitu model dasar (empat konstruk model TPB) dan model pengembangan (empat konstruk model TPB ditambahkan dengan enam faktor kontekstual). Model ini dibagun dengan teknik PLS-SEM untuk pengujian hipotesis. Model yang dibangun oleh [14] memodelkan food waste pada rumah tangga orang Belanda, di mana perilaku terhadap food waste dipengaruhi oleh niat, demografi sosial, perhatian pada food waste, serta perilaku penyimpanan makanan, perilaku perencanaan pembelian makanan, perilaku pembelian makanan di lokasi belanja, perilaku perencanaan penyiapan makanan, dan perilaku konsumsi makanan dari sisa hari sebelumnya. Teknik analisis yang digunakan adalah PLS-SEM.

    Pada penelitian mengenai perilaku food waste, belum ada yang menggunakan model konseptual NAM sebagai model dasar. Sebagian besar penelitian menggunakan model TPB dengan menambahkan beberapa variabel tambahan. Beberapa penelitian, memasukkan faktor moral kedalam model TPB

    dengan menggunakan variabel sikap moral [22] dan norma moral [51]. Hal ini menunjukkan bahwa NAM belum populer penggunaannya dalam memodelkan perilaku terhadap food waste, walaupun telah sering ditemui pada pada kasus-kasus pro lingkungan lainnya.

    Di Indonesia, penelitian terkait food waste dilakukan diantaranya oleh [21] yang membahas rekomendasi untuk mengatasi food waste di Indonesia. Kemudian, penelitian lainnya dilakukan pada rumah tangga di kota Malang oleh [49] untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku rumah tangga terhadap food waste. Kemudian, terdapat penelitian yang membangun model konseptual perilaku rumah tangga perkotaan terhadap food waste dengan menggunakan data empiris di Kecamatan Pakualaman, Yogyakarta [50]. Model ini dibangun berdasarkan model [52] dengan menggunakan variabel status sosial, preferensi cara makan, kebiasaan belanja, proporsi makan, manajemen makanan, dan niat sebagai variabel keputusan dan belum mempertimbangkan faktor moral dan norma sosial serta masih terbatas pada cakupan wilayah yang kecil. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membahas mengenai perilaku rumah tangga terhadap food waste di Indonesia dengan menggunakan TPB dan NAM sebagai model dasar. Hal ini menjadi peluang untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

    III. KESIMPULAN

    Penelitian terkait food waste sejauh ini sebagian besar dilakukan dalam bentuk survey identifikasi dalam bentuk eksploratori dan pembangunan model untuk menganalisis perilaku terhadap food waste. Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa kasus food waste pada setiap negara dapat memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga temasuk dalam kasus cohort-specific. Maka dari itu, peluang untuk dilakukannya penelitian mengenai perilaku terhadap food waste dengan menggunakan data empiris dari Indonesia sangat menarik untuk dilakukan. Disamping itu, hingga saat ini, belum ada penelitian yang memodelkan perilaku rumah tangga terhadap food waste di Indonesia dengan menggunakan TPB dan NAM secara bersamaan sebagai model dasar. Penggunaan model TPB dan NAM dapat diterapkan dalam pembangunan model perilaku terhadap food waste, di mana kedua model ini telah terbukti banyak diaplikasikan pada pembangunan model-model pada kasus pro lingkungan dan pro sosial dan kasus lainnya secara luas. Oleh sebab itu, terdapat peluang untuk dilakukannya penelitian untuk memodelkan perilaku rumah tangga terhadap food waste di Indonesia dengan menggunakan TPB dan NAM sebagai model dasar.

    [1] WWF, 2017, Food Loss and Waste: Facts and Futures, https://www.oneplanetnetwork.org/sites/default/files/wwf_food_waste_and_l oss_final.pdf, (online accessed: 19 Juni 2020).

    [2] FAO, 2019, Food wastage: Key facts and figures, http://www.fao.org/news/story/en/item/196402/icode/, (online accessed: 19 Juni 2020).

    [3] Lipinski, B., Hanson, C., Lomax, J., Kitinoja, L., Waite, R., dan Searchinger, T., 2013, Reducing Food Loss and Waste, https://pdf.wri.org/reducing_food_loss_and_waste.pdf, (online accessed: 23 Juni 2020).

    RO-96

    DAFTAR PUSTAKA

  • [4] FAO, 2019, World Food Day: The fight against food waste, https://www.aljazeera.com/news/2019/10/world-food-day-fight-food-waste- 191016120808684.html, (online accessed: 19 Juni 2020).

    [5] Chen, C., Chaudhary, A., dan Mathys, A., Nutritional and environmental losses embedded in global food waste, Resources, Conservation, and Recycling, Vol. 160, pp. 1-12, 2020.

    [6] Khidhir, S., 2019, More people are starving in Southeast Asia, https://theaseanpost.com/article/more-people-are-starving-southeast-asia, (online accessed: 20 Juni 2020).

    [7] Economist Intelligence Unit (EIU), 2017, Food Loss and Waste, https://foodsustainability.eiu.com/food-loss-and-waste/?back=%2Fresources%2F, (online accessed: 19 Juni 2020).

    [8] Garnesia, I., 2019, Periksa Fakta Klaim 22 Juta Rakyat Kelaparan di Era Jokowi, https://tirto.id/periksa-fakta-klaim-22-juta-rakyat-kelaparan-di-era-jokowi- elR9, (online accessed: 19 Juni 2020).

    [9] Sassi, K., Food Wastage by Tunisian Households, International Journal AgroFor, Vol. 1, pp. 172-181, 2016.

    [10] Stenmarck, A., Jensen, C., Quested, T., Moates, G., Estimates of European Food Waste Levels, IVL Swedish Environmental Research Institute, Stockholm, 2016.

    [11] Parfitt, J., Barthel, M., dan Macnaughton, S., Food waste within food supply chains: quantification and potential for change to 2050, Philosophical Transactions of the Royal Society Biological Sciences, Vol. 365, pp. 3065- 3081, 2010.

    [12] Putra, M.I.D., 2019, Menuju Indonesia Bersih dan Bebas Sampah 2025, http://indonesiabaik.id/infografis/menuju-indonesia-bersih-dan-bebas- sampah-2025, (online accessed: 3 Juli 2020).

    [13] Media Indonesia, 2020 Wow, 1 Orang Indonesia Hasilkan Sampah Makanan 300 Kg Per Tahun, https://mediaindonesia.com/read/detail/282977-wow-1-orang- indonesia-hasilkan-sampah-makanan-300-kg-per-tahun, (online accessed: 19 Juni 2020)

    [14] Janssens, K., Lambrechts, w., Van Osch, A., dan Semeijn, J., How Consumer Behavior in Daily Food Provisioning Affects Food Waste at Household Level in The Netherlands, Foods, Vol. 8, pp. 1-19, 2019.

    [15] Foley J.A., Ramankutty, K.A., Brauman, K.A., Cassidy, E.S., Gerber, J.S., Hohnston, M., Mueller, N.D., O’Connell, C., Ray, D.K., West, P.C., Balzer, C., Bennett, E.M., Carpenter, S.R., Hill, J., Monfreda, C., Polasky, S., Rockström, J., Sheehan, J., Siebert, S., Tilman, D., dan Zaks, D.P.M., Solutions for a cultivated planet, Nature, Vol. 478, pp. 337-342, 2011.

    [16] Godfray, H.C.J. dan Garnett, T., Food security and sustainable intensification Philosopical, Transactions of the Royal Society of London Series B Biological Sciences, Vol. 369, 2014.

    [17] Watson, M., dan Meah, A., Food, waste and safety: negotiating conflicting social anxieties into the practices of domestic provisioning. Sociological Review, Vol. 60, pp. 102–120, 2013.

    [18] Searchinger, T., Waite, R., Hanson, C., dan Ranganathan, J., 2018, Creating a Sustainable Food Future: Synthesis Report, https://www.researchgate.net/publication/329453910_World_Resources_Rep ort_Creating_a_Sustainable_Food_Future, (online accessed: 24 Juni 2020).

    [19] Quested, T.E., Marsh, E., Stunell, D., dan Parry, A.D., Spaghetti soup: the complex world of food waste behaviours. Resource, Conservative, Recycling, Vol. 79, pp. 43-51, 2013.

    [20] Zamri, G.B., Azizal, N.K.A., Nakamura, S., Okada, K., Nordin, N.H., Othman, N., Akhir, F.N.M.D., Sobian, A., Kaida, N., dan Hara, H., Delivery, impact and approach of household food waste reduction campaigns, Journal of Cleaner Production, Vol. 246, 2020.

    [21] Rachman, I. dan Septiana, A.S., Food Waste Control Recommendations in Indonesia Based on Public Opinion Related to the Target SDGs, Journal of Community based Environmental Engineering and Management, Vol. 4, pp. 25-30, 2020.

    [22] Mondejar-Jimenez, J., Ferrari, G., Secondi, L., dan Principato, L., From the table to waste: An exploratory study on behaviour towards food waste of Spanish and Italian youths, Journal of Cleaner Production, Vol. 138, pp. 8- 18, 2016.

    [23] Beretta, C., Stoessel, F., Baier, U., dan Hellweg, S., Quantifying food losses and the potential for reduction in Switzerland, Waste Management, Vol. 33, pp. 764-773, 2013.

    [24] Jribi, S., Ismail, H.B., Doggui, D., dan Debbabi, H., COVID‐19 virus outbreak lockdown: What impacts on household food wastage?, Environment, Development, and Sustainability, Vol. 22, pp. 3939-3955, 2020.

    [25] Arous, S.A., Capone, R., Debs, P., Haddadi, Y., El Bilali, H., Bottalico, F., dan Hamidouche, M., Exploring Household Food Waste Issue in Algeria, AGROFOR International Journal, Vol. 2, pp. 55-67, 2017.

    [26] Charbel, L., Capone, R., Grizi, L., Debs, P., Khalife, D., El Bilali, H., dan Bottalico, F., Preliminary Insights on Household Food Wastage in Lebanon, Journal of Food Security, Vol. 4, pp. 131-137, 2016.

    [27] Abouabdillah, A., Capone, R., El Youssfi, L., Debs, P., Harraq, A., El Bilali, H., El Amrani, M., Bottalico, F., dan Driouech, N., Household Food Waste in Morocco: An Exploratory Survey, Sixth International Scientific Agricultural Symposium, pp. 1353-1360, 2015.

    [28] Russell, S.V., Young, C.W., Unsworth, KL., dan Robinson, C., Bringing habits and emotions into food waste behaviour, Resource, Conservative, Recycling, Vol. 125, pp. 107-114, 2017.

    [29] Aktas, E., Sahin, H., Topaloglu, Z., Oledinma, A., Huda, A.K.S., Irani, Z., Sharif, A.M., van’t Wout, T., dan Kamrava, M., Consumer behavioural approach to food waste, Journal of Enterprise Information Management, Vol. 31, pp. 658-673, 2018.

    [30] Ajzen, I., The theory of planned behaviour, Organizational Behavior and Human Decision Processes, Vol. 50, pp.179-211, 1991.

    [31] Bortoleto, A.P., Hurisu, K.H., dan Hanaki, K., Model development for household waste prevention behaviour, Waste Management, Vol. 32, pp. 2195-2207, 2012.

    [32] Steg, L. dan Vlek, C., Encouraging pro-environmental behavior: an integrative review and research agenda, J. Environ. Psychol., Vol. 29, pp. 309- 317, 2009.

    [33] Abdelradi, F., Food waste behaviour at the household level: A conceptual framework, Waste Management, Vol. 71, pp. 485-493, 2018.

    [34] Fami, H.S., Aramyan, L.H., Sijtsema, S.J. dan Alambaigi, A., Determinants of household food waste behavior in Tehran city: A structural model, Resources, Conservation & Recycling, Vol. 143, pp. 154-166, 2019.

    [35] Kim, J.J. dan Hwang, J., Merging the norm activation model and the theory of planned behavior in the context of drone food delivery services: Does the level of product knowledge really matter?, Journal of Hospitality and Tourism Management, Vol. 42, pp. 1-11, 2020.

    [36] Zhang, B., Lai, K., Wang B., dan Wang Z., From intention to action: How do personal attitudes, facilities accessibility, and government stimulus matter for household waste sorting?, Journal of Environmental Management, Vol. 233, pp. 447-458, 2019.

    [37] Octav-Ionuţ, M., Determinants of Consumers' Pro-Environmental Behavior - Toward an Integrated Model, Journal of Danubian Studies and Research, Vol. 5 (2), pp. 261-275, 2015.

    [38] Baron, J., The illusion of morality as self-interest: A reason to cooperate in social dilemmas, Psychological Science, Vol. 8, pp. 330–335, 1997.

    [39] Setiawan, R., Santosa, W., dan Sjafruddin, A., Effect of habit and car access on student behavior using cars for traveling to campus, Procedia Engineering, Vol. 125, pp. 571-578, 2015.

    [40] De Groot, J.I. dan Steg, L., Morality and prosocial behavior: the role of awareness, responsibility, and norms in the norm activation model, J. Soc. Psychology, Vol. 149 (4), 425-449, 2009.

    [41] Liu, Y., Sheng, H., Mundorf, N., Reddingm C., dan Ye, Y., Integrating Norm Activation Model and Theory of Planned Behavior to Understand Sustainable Transport Behavior: Evidence from China, International Journal of Environmental Research and Public Health, Vol. 14, pp. 1593-1608, 2017.

    [42] Shin, Y.H., Im, J., Jung, S.E., dan Severt, K., The theory of planned behavior and the norm activation model approach to consumer behavior regarding organic menus, International Journal of Hospitality Management, Vol. 69, pp. 21-29, 2018.

    [43] Shi, H., Fan, J., dan Zhao, D., Predicting household PM2.5-reduction behavior in Chinese urban areas: An integrative model of Theory of

    RO-97

  • Planned Behavior and Norm Activation Theory, Journal of Cleaner Production, Vol. 145, pp. 64-73, 2017.

    [44] Deutsch, M. dan Gerard, H.B., A study of normative and informational influences upon individual judgement. Journal of Abnormal and Social Psychology, Vol. 51, pp. 629-636, 1955.

    [45] Rushton, J.P. dan Sorrentino, R.M., Altruism and Helping Behavior. Erlbaum, Hillsdale, NJ.

    [46] Schwartz, S.H., Normative influences on Altruism. Adv. Exp. Soc. Psychol., Vol. 10, pp. 221-279, 1977.

    [47] Triandis, H.C., Interpersonal Behavior, Brooks/Cole Pub Co., California, 1977.

    [48] Klöckner, C.A., A comprehensive model of the psychology of environmental behaviour a meta-analysis, Global Environ. Change, Vol. 23 (5), pp. 1028- 1038, 2013.

    [49] Roidah, A., 2018, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Rumah Tangga Terhadap Food Waste, http://repository.ub.ac.id/13165/, (online accessed: 25 Juni 2020).

    [50] Saputra, D. dan Asih, A.M.S., Perilaku Rumah Tangga Perkotaan Dalam Menghasilkan Sampah Makanan Di Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta (Tesis), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2018.

    [51] Graham-Rowe, E., Jessop, D.C., dan Sparks, P., Predicting household food waste reduction using an extended theory of planned behaviour, Resources, Conservation and Recycling, Vol. 101, pp. 194-202, 2015.

    [52] Ponis, S.T., Papanikolaou, P., Katimertzoglou, P., Ntalla, A.C. dan Xenos, K.I., Household food waste in Greece: A questionnaire survey, Journal of Cleaner Production, Vol. 149, pp. 1268-1277, 2017.

    RO-98

    OR FIX.pdf (p.233-349)