PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI...
Transcript of PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI...
PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI KESUKSESAN DANPROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan KepadaProgram Studi Sains Psikologi
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakartauntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi
Oleh :
FAEDAH UTAMI
NIM : S 300 110 004
PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI KESUKSESAN DANPROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspektansikesuksesan dan prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa.Sampel penelitian adalah sebagian dari siswa pada SMA swasta di Surakarta yangberjumlah 93 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah angket. Metode analisisdata menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS versi 16.0.Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada hubungan yang signifikan antaraekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik secara bersama-samadengan perilaku mencontek siswa. 2) ada hubungan positif yang signifikan antaraekspektansi kesuksesan dengan perilaku mencontek siswa. 3) ada hubunganpositif yang signifikan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku menconteksiswa. Hal ini berarti variabel ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademikdapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur perilaku mencontek.Sumbangan efektif variabel ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademikterhadap perilaku mencontek sebesar 45,6%. Sisanya sebesar 54,4 % merupakanpengaruh variabel lain di luar penelitian ini. Variabel prokrastinasi akademikberperan lebih besar dalam perilaku mencontek dibandingkan variabelekspektansi kesuksesan.
Kata kunci : ekspektansi kesuksesan, prokrastinasi akademik, perilakumencontek.
This study aims to determine the relationship between expectancy forsuccess and academic procrastination with student cheating behavior. Thesamples were mostly of private high school’s students, amounting to 93 students.Measuring instrument used was a questionnaire. Methods of data analysis usingmultiple regression analysis with SPSS version 16.0 . The results showed : 1) thereis a significant relationship between expectancy for success and academicprocrastination together with student cheating behavior. 2) there is a significantpositive relationship between expectancy for success with student cheatingbehavior. 3) there is a significant positive relationship between academicprocrastination with student cheating behavior. This means that expectancy forsuccess and academic procrastination can be used as a predictor for measuringthe behavior of cheating . Effective contribution expectancy for success variableand academic procrastination against cheating behavior of 45.6 %. Theremaining 54.4% is the influence of other variables outside this study. Academicprocrastination variables play a greater role in cheating behaviors thanexpectancy for success .
Keywords: expectancy for success, academic procrastination, cheating behavior.
Pendahuluan
Setiap proses pendidikan
membutuhkan adanya tindakan
evaluasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan yaitu pencapaian
tujuan. Evaluasi atau disebut juga
dengan ujian sekolah di Indonesia
mengalami pergerakan baik sistem,
standar dan mutunya. Di antara
kebaikan-baikan dari kebijakan
tentang ujian yang bergulir, terselip
sebuah gejala yang akan
membahayakan kehidupan
pendidikan jika dijadikan budaya,
yakni degradasi pemahaman akan
esensi pendidikan dengan adanya
mencontek. Ujian hanya dipahami
untuk mendapatkan nilai yang baik
agar dapat diterima di sekolah
lanjutan yang lebih tinggi, sehingga
perilaku mencontek atau disebut
cheating dimaafkan dan dianggap
sebagai hal biasa (Hartanto, 2011).
Mencontek bukan fenomena
yang baru dalam dunia pendidikan.
Strom dan Strom (2007) mengutip
survei Josephson Institute of Ethics
di Amerika dengan responden
36.000 siswa Sekolah Menegah
Pertama menemukan bahwa 60%
siswa menerima dan mengakui
pernah mencontek pada saat ujian
dan pengerjaan tugas; sedangkan
penelitian Vinski dan Tryon (2009)
pada 109 siswa SMA Riverhead, New
York melaporkan bahwa mayoritas
siswa (88%) berperilaku mencontek
pada saat ujian. Penelitian Lin dan
Wen di Taiwan (2006) pada 2.068
mahasiswa menyebutkan bahwa
perilaku ketidakjujuran di kalangan
mahasiswa adalah 61,72%.
Hal ini juga terjadi di sebuah
SMA swasta di Surakarta.
Berdasarkan data hasil survei di
sekolah tersebut tahun 2012/2013
bahwa rata-rata sebanyak 36% dari
749 siswa melakukan praktik
mencontek pada ujian tengah
semester 1. Pada ujian semester 1
perilaku mencontek terulang lagi
dengan 36,07% dari 749 siswa
dengan 64% siswa pria dan 36%
siswa wanita.
Akan tetapi alasan seseorang
mencontek sangat beragam.
Hartanto (2011) menyebutkan
bahwa perilaku mencontek
merupakan fenomena yang
multifaced atau beraneka ragam
sebab dan bentuknya. Salah satunya,
seseorang mencontek disebabkan
adanya dorongan harapan dan
keyakinan untuk sukses dalam
akademik atau disebut expectancy
for academic succes.
Penelitian Sieman (2009)
menyebutkan bahwa tujuan dan
harapan siswa untuk berprestasi
merupakan prediktor yang signifikan
dalam perilaku mencontek siswa
pada saat ujian. Siswa yang
mempunyai harapan berprestasi
tinggi tetapi mencontek, hal ini
karena orientasi siswa tersebut
adalah pada hasil yaitu nilai yang
tinggi agar dapat lulus, bukan
berorientasi pada proses belajar
atau penguasaan materi pelajaran.
Selanjutnya dalam penelitian
Roig dan DeTommaso (Roig dan
Caso, 2005) dinyatakan bahwa
mencontek juga dapat disebabkan
oleh siswa yang mengalami masalah
prokrastinasi akademik. Penelitian
Clariana, dkk (2012) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif
antara prokrastinasi dan perilaku
mencontek. Akibatnya siswa yang
suka menunda-nunda pekerjaan
(prokrastinastik) tidak memiliki
kesiapan dalam menghadapi tugas
dan ujian yang diberikan oleh guru.
Prokrastinasi yang dilakukan
oleh siswa dalam penelitian ini
adalah penundaan dalam belajar
untuk ujian. Penundaan ini lebih
sering disebabkan waktu mereka
lebih banyak untuk kegiatan di luar
belajar. Perilaku mencontek yang
menjadi perhatian dalam penelitian
ini adalah praktek menyontek dalam
ujian atau testing yang merupakan
alat evaluasi pendidikan. Selain itu
alasan peneliti mengambil tempat di
SMA hal ini dikarenakan praktek
mencontek lebih banyak terjadi di
lingkungan SMA (Anderman dan
Murdock, 2007).
Berdasarkan uraian dan data
empiris di atas maka ekspektansi
kesuksesan dan prokrastinasi
akademik dapat menjelaskan
terjadinya perilaku mencontek di
sekolah.
Oleh karena itu penelitian ini
bermaksud untuk menjawab
pertanyaan apakah ada hubungan
antara ekspektansi kesuksesan dan
prokrastinasi akademik dengan
perilaku mencontek siswa, dan
apakah ada hubungan antara
ekspektansi kesuksesan dengan
perilaku mencontek siswa, juga
apakah ada hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan
perilaku mencontek siswa.
Perilaku Mencontek
Mencontek dalam penelitian
Lambert, dkk (2003) disebut sebagai
kecurangan akademik atau academic
cheating, sedangkan beberapa
peneliti yang lain menyebutnya
dengan academic dishonesty.
Menurut Bower (Alhadza, 2004)
mencontek adalah perbuatan yang
menggunakan cara-cara yang tidak
sah untuk tujuan yang terhormat
yaitu mendapatkan keberhasilan
akademis atau menghindari
kegagalan akademis.
Baird (Bjorklund, 2000)
menyebutkan terdapat dua faktor
dalam perilaku mencontek yaitu: a)
Personal faktor berupa kemalasan,
kesadaran untuk mencapai prestasi,
berkemampuan rendah,
pengalaman kegagalan sebelumnya,
dan harapan sukses pada prestasi
tertentu; b) Eksternal faktor,
termasuk urutan tempat duduk pada
saat ujian, penting tidaknya mata uji,
tingkat kesulitan mata uji, pengujian
yang tidak adil, pengaturan jadwal,
dan faktor pengawasan.
Ekspektansi Kesuksesan
Ekspektansi kesuksesan
(expectancy for succes) adalah
keyakinan bahwa seseorang dapat
meraih tujuan yang diinginkan,
memecahkan masalah, dan
berkomitmen untuk tujuan karir
jangka panjang. Hal ini
mencerminkan prediksi optimis
tentang masa depan mereka sendiri
(Yong, 2010).
Eccles (2002) mengemukakan
faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya ekspektansi, diantaranya
konsep tentang kemampuan diri
(self concept of ability), persepsi
tentang kesulitan tugas (perception
of task difficulty), persepsi tentang
harapan orang lain (perception of
others’ expectations), Locus of
control, nilai tugas (task value), jenis
kelamin dan nilai-nilai pribadi (sex
role identity and personal values),
keberhasilan atau kegagalan (Cost of
succes or failure), pengalaman
afektif (Affective experiences).
Prokrastinasi Akademik
Schraw, dkk. (2007)
menyatakan bahwa prokrastinasi
adalah sengaja menunda pekerjaan
yang seharusnya dikerjakan dengan
alasan manajemen waktu yang
buruk, kesulitan untuk
berkonsentrasi, rasa takut,
kecemasan, keyakinan negatif,
masalah pribadi, kebosanan,
ekspektasi yang tidak realistis dan
ketakutan akan kegagalan.
Prokrastinasi mempunyai banyak
bentuk, diantaranya yaitu:
mengabaikan tugas dengan harapan
tugas tersebut akan pergi,
meremehkan kerja yang terlibat
dalam tugas atau menaksir terlalu
tinggi kemampuan dan sumber-
sumber seseorang, dan
menghabiskan waktu berjam-jam
permainan computer dan
menjelajahi internet (Sirin, 2011).
Hubungan antara Perilaku
Mencontek, Ekspektansi
Kesuksesan dan Prokrastinasi
Akademik
Perilaku mencontek yang
terjadi sebenarnya merupakan
masalah yang kompleks yang
disebabkan oleh berbagai faktor,
tidak terdapat penjelasan tunggal
mengapa seseorang melakukan
perilaku mencontek.
Siswa yang mencontek
memiliki harapan untuk sukses pada
akademiknya di sekolah, dan
memiliki tujuan dengan mencontek
maka nilai-nilai akademik
terdongkrak naik sehingga prestasi
tetap bertahan atau lebih cepat
lulus. Siswa dengan harapan dan
tujuan seperti tersebut hanya
berorientasi pada hasil (performance
goal), bukan berorientasi untuk
mnguasai pelajaran (mastery goals).
Anderman dan Murdock (2007)
mengemukakan bahwa siswa yang
mencontek menggambarkan diri
mereka sebagai orang yang lebih
fokus pada nilai atau rangking di
kelas; sehingga siswa yang hanya
fokus pada nilai-nilai angka atau
rangking di kelas akan lebih banyak
melakukan kecurangan
(mencontek).
Selain itu, perilaku
mencontek juga dipengaruhi oleh
perilaku prokrastinasi akademik
(Roig dan Caso, 2005). Penelitian
Clariana, dkk (2012) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif
antara prokrastinasi dengan perilaku
mencontek. Hal ini dapat dipahami
sebab prokrastinasi akademik
menjadikan siswa tidak siap dalam
menghadapi tes atau ujian,
meningkatnya kecemasan dalam
menghadapi tes, kegagalan untuk
memenuhi tenggat waktu
menyelesaikan tugas, dan nilai yang
lebih rendah (Ferrari, dkk dalam de
Bruin dan Rudnick, 2007). Akibat
prokrastinasi tersebut, siswa
mengambil jalan pintas untuk
mencapai prestasi akademiknya.
Menguasai materi pelajaran
(mastery goals) bukan menjadi
tujuan utama siswa yang berperilaku
prokrastinasi, namun lebih pada
tujuan untuk menghindari kegagalan
saja.
Ekspektansi kesuksesan dan
prokrastinasi merupakan bagian dari
faktor personal dalam perilaku
mencontek siswa (Baird dalam
Bjorklund, 2000). Siswa yang
memiliki ekspektansi kesuksesan
yang tinggi dengan diiringi perilaku
suka menunda-nunda untuk belajar
(prokrastinasi) akan lebih mengarah
pada bentuk kecurangan akademik
(mencontek).
Metode
Perilaku Mencontek sebagai
variabel tergantung dalam penelitian
ini diukur dengan skala perilaku
mencontek berdasarkan pada
bentuk-bentuk perilaku mencontek
yaitu sosial-aktif, individual-
terencana, sosial-pasif dan
individual-oportunistik (Hartanto,
2011). Variabel bebas yakni
ekspektansi kesuksesan diukur
dengan menggunakan skala
ekspektansi kesuksesan, mengacu
pada aspek yang dikemukakan oleh
Yong (2010) yaitu 1) berorientasi
pada pencapaian tujuan, 2) tidak
cepat puas pada hasil 3) penentu
keberhasilan secara akademik dan
peran sosial adalah diri sendiri, 4)
menunjukkan aspirasi dan harapan
yang tinggi untuk sukses. Sedangkan
variabel bebas prokrastinasi
akademik diungkap dengan
menggunakan skala prokrastinasi
akademik berdasarkan ciri-ciri
prokrastinasi yang dikemukakan
oleh Surijah dan Tjundjing (2007),
meliputi 1) kegagalan menepati
deadline (perceived time), 2)
perfecsionis, 3) adanya perasaan
kurang nyaman, 4) ketidakyakinan
terhadap kemampuan diri (perceived
ability).
Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 93 siswa, dengan metode
sampling yang digunakan yaitu
cluster random sampling. Analisis
data menggunakan analisis regresi
berganda dengan bantuan program
SPSS for Windows 16.0.
Hasil
a) Ada hubungan positif yang
signifikan antara variabel
ekspektansi kesuksesan dan
prokrastinasi akademik secara
bersama-sama terhadap
terhadap perilaku mencontek
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil uji r = 0,675, Fregresi = 37.694;
p = 0,000 (p < 0,05). Nilai
koefisien determinasi sebesar
0.456 mengindikasikan bahwa
peran kedua variabel tersebut
terhadap perilaku mencontek
siswa adalah sebesar 45.6%.
Sisanya sebesar 54.4% ditentukan
oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
b) Ada hubungan antara ekspektansi
kesuksesan dengan perilaku
mencontek siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil uji rx1y
= 0,504 yang signifikan pada =
0.00.
c) Ada hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan
perilaku mencontek siswa. Hasil
uji rx2y sebesar 0.653 yang
signifikan pada = 0.00.
d) Penelitian ini menyatakan bahwa
prokrastinasi akademik lebih
dominan dalam mempengaruhi
perilaku mencontek siswa dari
pada ekspektansi kesuksesan. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai
koefisien regresi yang dihasilkan
variabel ini lebih besar
dibandingkan dengan koefisien
regresi yang dihasilkan oleh
variabel ekspektansi kesuksesan,
yaitu 0.425 > 0.196.
Bahasan
Hasil analisis regresi
berganda diperoleh nilai koefisien
korelasi r = 0,675, Fregresi = 37.694; p
= 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti
hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa “Ada hubungan
positif antara ekspektansi
kesuksesan dan prokrastinasi
akademik dengan perilaku
mencontek siswa” terbukti
kebenarannya.
Sesuai pendapat Baird
(Bjorklund, 2000) bahwa faktor
personal dari mencontek adalah
diantaranya laziness atau kemalasan
yang berkorelasi positif dengan
prokrastinasi (Schouwenbourg &
Lay, dalam Clariana, 2012) dan
harapan tertentu tentang
kesuksesan. Ekspektansi kesuksesan
dan prokrastinasi akademik memiliki
hubungan dengan perilaku
mencontek penelitian Sieman (2009)
yang menyebutkan bahwa tujuan
dan harapan siswa untuk berprestasi
merupakan prediktor yang signifikan
dalam perilaku mencontek siswa
pada saat ujian, dan penelitian
Clariana, dkk (2012) bahwa terdapat
hubungan positif antara
prokrastinasi dan perilaku
mencontek. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi harapan kesuksesan
serta tujuannya untuk mendapatkan
nilai tinggi, dan prokrastinasi juga
tinggi maka akan tinggi pula perilaku
mencontek siswa. Sebaliknya,
semakin rendah harapan kesuksesan
siswa serta tujuannya untuk
menguasai materi, dan didukung
prokrastinasi yang rendah maka
akan rendah pula perilaku
mencontek siswa.
Seperti dinyatakan oleh
Anderman dan Murdock (2007)
bahwa perilaku mencontek terjadi
karena siswa cenderung malas
berfikir secara kompleks dan tidak
tahu bagaimana cara menggunakan
strategi belajar yang efektif,
sehingga siswa yang memiliki
ekspektansi kesuksesan yang tinggi
dengan diiringi perilaku suka
menunda-nunda untuk belajar
(prokrastinasi) akan lebih mengarah
pada bentuk kecurangan akademik
(mencontek). Penelitian Brown dan
Choong (2003) menyebutkan bahwa
alasan siswa mencontek diantaranya
keinginan mendapatkan nilai yang
tinggi dan tidak memiliki persiapan
yang cukup, serta terburu-buru. Hal
ini menunjukkan bahwa motivasi
mendapatkan nilai yang tinggi serta
perilaku prokrastinasi merupakan
faktor siswa berperilaku mencontek.
Hipotesis yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara
ekspektansi kesuksesan dengan
perilaku mencontek siswa terbukti
kebenarannya. Hasil uji rx1y = 0,504
yang signifikan pada = 0.00,
menunjukkan bahwa perilaku
mencontek salah satunya
disebabkan oleh ekspektansi
kesuksesan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Sieman (2009) yang
menyebutkan bahwa tujuan dan
harapan siswa untuk berprestasi
merupakan prediktor yang signifikan
dalam perilaku mencontek siswa
pada saat ujian. Semakin tinggi
harapan dan tujuan untuk sukses
dalam akademik, maka semakin
besar dorongan untuk berperilaku
mencontek pada saat ujian, apabila
siswa hanya berorientasi pada hasil
yaitu didorong oleh keinginan untuk
mencapai nilai yang lebih tinggi;
atau memiliki motivasi ekstrinsik.
Sesuai pendapat Murdock dan
Anderman (2007) bahwa siswa yang
memiliki motivasi ekstrinsik akan
lebih mungkin untuk mencontek
dibandingkan dengan siswa yang
memiliki motivasi intrinsik/
berorientasi penguasaan (yaitu,
didorong oleh keinginan untuk
belajar). Malinowski dan Smith
(Gusman, 2002) menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi lebih
menyukai mencontek; dalam hal ini
apabila didukung pula dengan
adanya prokrastinasi.
Hipotesis yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan
perilaku mencontek siswa terbukti
kebenarannya. Hasil uji rx2y sebesar
0.653 yang signifikan pada
menunjukkan bahwa perilaku
mencontek juga disebabkan oleh
prokrastinasi akademik. Hal tersebut
tidak berbeda dengan penelitian
Clariana, dkk (2012) yang
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara
prokrastinasi dengan perilaku
mencontek. Semakin tinggi
prokrastinasi akademik siswa maka
akan semakin tinggi atau sering
perilaku mencontek dilakukan.
Sebaliknya, jika prokrastinasi
akademik rendah maka akan rendah
pula perilaku mencontek siswa.
Siswa yang bersungguh-sungguh
dalam belajarnya, tidak suka
menunda-nunda belajar, disiplin dan
tekun, akan semakin rendah perilaku
menconteknya. Seperti diungkapkan
dalam penelitian de Bruin dan
Rudnick (2007) bahwa ketekunan
memiliki hubungan yang negatif
dengan perilaku mencontek.
Prokrastinasi merupakan pertanda
bahwa ketekunan siswa rendah,
sehingga siswa dengan prokrastinasi
cenderung berperilaku mencontek
untuk mendapatkan prestasi
akademik.
Penelitian ini juga
menghasilkan nilai koefisien
determinasi sebesar 0,456 yang
mengindikasikan bahwa kedua
variabel tersebut berperan terhadap
perilaku mencontek siswa sebesar
45.6%. Sisanya sebesar 54.4%
ditentukan oleh variabel lain di luar
penelitian ini, misalnya harapan
orang tua, rasa senasib dengan
teman, situasi ruang kelas,
pengawasan ujian yang tidak ketat,
guru yang tidak pernah memeriksa
tugas, sistem penilaian yang tidak
adil, sistem menghafal dan
banyaknya materi; juga faktor
internal siswa seperti pikiran,
perasaan, serta tindakan dalam diri
individu termasuk usia, kepercayaan
diri, keyakinan, tujuan, kecemasan,
dan kemampuan mengatur waktu
belajar.
Peran variabel ekspektansi
kesuksesan terhadap perilaku
mencontek adalah sebesar 10,2%,
sedangkan peran variabel
prokrasitinasi akademik terhadap
perilaku mencontek adalah sebesar
34,8%. Walau berperan kecil dalam
perilaku mencontek, ekspektansi
kesuksesan adalah hal penting
dalam pencapaian sebuah prestasi.
Ekspektansi akan mendorong usaha-
usaha siswa, seperti yang
dikemukakan oleh Giglioti dan
Sacrest (dalam Nainggolan, 2008)
bahwa ekspektansi kesuksesan
adalah faktor penting dalam prestasi
siswa, serta dapat mempengaruhi
jenis kegiatan siswa, tingkat usaha
siswa (misalnya waktu belajar) dan
ketekunan setelah kegagalan
(Lenney dalam Nainggolan, 2008).
Hal ini mendukung pendapat
Surijah dan Tjundjing (2007) yang
menyebutkan bahwa prokrastinasi
merupakan celah antara harapan
dan kenyataan; sehingga dapat
dikatakan bahwa prokrastinasi
menentukan wujud dari harapan
(ekspektansi). Berhasil tidaknya
harapan itu menjadi kenyataan,
adalah dengan melihat ada atau
tidaknya prokrastinasi siswa. Pada
penelitian ini prokrastinasi yang
tinggi mendorong siswa untuk
mencontek. Seperti dinyatakan oleh
Vroom (Redmond, 2012) bahwa
harapan (ekspektansi) merupakan
keyakinan tentang kerja keras, maka
akan menghasilkan prestasi yang
lebih baik. Hal ini berarti bahwa
ekspektansi kesuksesan tanpa kerja
keras tidak akan menghasilkan
prestasi yang lebih baik; terlebih
dengan adanya perilaku suka
menunda-nunda (prokrastinasi)
Generalisasi dari hasil
penelitian ini terbatas pada populasi
dimana penelitian dilakukan
sehingga penerapan pada ruang
lingkup yang lebih luas dengan
karakteristik yang berbeda perlu
dilakukan penelitian kembali agar
dapat mengungkapkan hasil yang
lebih komprehensif khususnya yang
berkaitan dengan perilaku
mencontek siswa di tingkat SMA
pada saat ujian.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1) Perilaku mencontek terjadi
karena kurangnya pemahaman
atau kesadaran siswa tentang
perilaku mencontek dan
cenderung menganggap sebagai
hal biasa. Hal ini terindikasi dari
jawaban responden yang
menganggap bahwa melihat,
berbagi jawaban, dan
bekerjasama dalam mengerjakan
ujian yang seharusnya dikerjakan
sendiri-sendiri adalah hal yang
biasa.
2) Sumbangan efektif variabel
ekspektansi kesuksesan terhadap
perilaku mencontek adalah
sebesar 10.2%, sedangkan
sumbangan variabel
prokrasitinasi akademik terhadap
perilaku mencontek adalah
sebesar 34.8%. Kecilnya peran
ekspektansi kesuksesan terhadap
perilaku mencontek
menunjukkan bahwa perilaku
mencontek yang dilakukan bukan
semata-mata karena harapan
kesuksesan yang tinggi. Akan
tetapi justru perilaku suka
menunda-nunda yang lebih
berperan dalam perilaku
mencontek siswa pada saat ujian,
tidak bersungguh-sungguh, tidak
mempersiapkan materi ujian.
Terlebih lagi apabila tujuan
kesuksesan itu hanya untuk
meraih nilai yang tinggi, bukan
untuk menguasai materi
pelajaran. Namun walau
berperan kecil dalam perilaku
mencontek, ekspektansi
kesuksesan adalah hal penting
dalam pencapaian sebuah
prestasi.
3) Kelemahan yang ada dalam
penelitian ini adalah bahwa skala
pengukuran ketiga variabel yang
digunakan merupakan model self
report assessment, sehingga
unsur subjektivitas responden
sangat dominan dalam
menentukan hasil penelitian.
Pengukuran hanya dilakukan
secara klasikal sehingga review
secara individual atau observasi
secara mendalam pada setiap
individu saat ujian tidak dilakukan
untuk mendapatkan hasil yang
lebih objektif.
4) Penelitian yang baik didukung
alat ukur yang baik. Penelitian ini
menggunakan alat ukur yang
diujicobakan sebanyak dua kali
karena pada uji coba pertama
belum didapatkan reliabiltas alat
ukur yang baik sehingga perlu
diujicobakan lagi guna
mendapatkan alat ukur yang
benar-benar reliabel. Kurangnya
uji coba merupakan kelemahan
pada penelitian ini, meskipun
demikian hasil menggunakan
program SPSS, nilai validitas dan
reliabilitas alat ukur untuk
penelitian menunjukkan bahwa
alat ukur penelitian ini tidaklah
buruk.
5) Kepada pihak sekolah, dengan
melihat bahwa dalam dunia
pendidikan sekarang ini tidak
terlepas dari mencontek maka
diharapkan pihak sekolah
menggunakan alat evaluasi yang
benar-benar dapat membedakan
kemampuan setiap siswa, dan
tidak memungkinkan siswa saling
mencontek; juga tetap
memberikan aturan yang jelas
tentang pelanggaran tata tertib
dalam ujian, mengatur dan
memeriksa siswa yang akan
mengikuti ujian. Hal ini dalam
rangka untuk mendidik dan
membentuk kepribadian akhlak
mulia sesuai visi dan misi sekolah
‘Unggul dalam Prestasi, Luhur
dalam Budi Pekerti’. Dan dengan
melihat bahwa dalam penelitian
ini variabel prokrastinasi lebih
berperan dalam perilaku
mencontek siswa maka perlu
lebih ditekankan kepada siswa
tentang strategi mengatur waktu
antara kegiatan di luar sekolah
dengan waktu belajar agar siswa
memiliki kesiapan dalam
mengikuti ujian. Variabel
ekspektansi kesuksesan berperan
lebih kecil dalam perilaku
mencontek, namun ekspektansi
kesuksesan menjadi penting
untuk meraih prestasi akademik
apabila tujuannya tidak semata-
mata meraih nilai yang lebih
tinggi atau agar cepat lulus
namun juga untuk menguasai
ilmu atau materi pelajaran di
sekolah; oleh sebab itu perlu
ditekankan sikap kerja keras,
disiplin dan jujur dalam
mewujudkan harapan tersebut,
hal ini dengan melihat
ekspektansi kesuksesan siswa
yang termasuk dalam kategori
tinggi.
6) Bagi peneliti selanjutnya yang
akan mengadakan penelitian yang
sama, berdasarkan hasil analisis
penelitian ini agar: a)
memperhatikan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi perilaku
mencontek seperti: usia, konsep
diri, percaya diri, harapan orang
tua, faktor guru/pengawas, dan
faktor sistem evaluasi yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. b)
menjadikan faktor-faktor yang
tidak diteliti tersebut sebagai
variabel bebas agar penelitian
tentang perilaku mencontek lebih
kaya dan lebih lengkap dalam
memberi gambaran pada
masyarakat luas, dan c)
menghindari kemungkinan
keseragaman respon dari subyek
penelitian akibat situasi saat
pengumpulan data.
DAFTAR PUSTAKA
Alhadza, A. (2004). MasalahMenyontek (Cheating) di DuniaPendidikan. Artikel.http://www.asmi.ac.id/berita(artikel). Diakses pada 23November 2012.
Anderman, E. M., Murdock,T.B.(2007). Psychology ofAcademic Cheating. USA:Academic Press Inc.
Bjorklund, M. (2000). AcademicCheating: Frequency, Methods,and Causes. Artikel.http://www.leeds.ac.uk/educol/documents/00001364.htm.Diakses pada 11 Maret 2013.
Brown, B.S., Choong, P. (2003).Identifying the SalientDimensions of Student Chetingand Their Key Determinants in APrivate University. Journal ofBusiness and EconomicsResearch, 1, (3). 75-84.
Clariana, M., Gotzens, C., Badia, delM., Cladellas, R. (2012).Procrastination and Cheatingfrom Secondary School toUniversity. Electronic Journal ofResearch in EducationalPsychology 10. (2). 737-754.
de Bruin, G. P., Rudnick, H. (2007).Examining the Cheat: the Roleof Conscientiousness andExcitement Seeking in AcademicDishonesty. South AfricanJournal of Psychology, 37 (1),153-164.
Eccles, J. 2002. Expectancies, Values,and Academic Behaviors. SanFrancisco: W.H. Freeman andCompany.
Hartanto, D. (2011). PenggunaanREBT Untuk MereduksiPerilaku Mencontek PadaSiswa Sekolah Menengah.Jurnal E-Book. http://ebookbrowse.com/06-dody-rebt-untuk-academic-cheating-pdf-d237723875.Diakses pada 16 November2012.
Lambert, E. G., N. L. Hogan, and S.M. Barton. (2003). CollegiateAcademic DishonestyRevisited: What Have TheyDone, How Often Have TheyDone It, Who Does It, andWhy They Do It? ElectronicJournal of Sociology 74.http://www.sociology.org/content/vol7.4/lambert_etal.
html. Diakses pada 23Februari 2013.
Lin, C. H. S; Wen, L. Y. M. (2007).Academic Dishonesty inhigher Education-aNationwide Study in Taiwan.Original Paper. High Educ 54(1).85-97.
Nainggolan, K. (2008). SelfConfidence dan EkspektasiSukses-Siswa Akuntansi,Studi menurut Gender. JurnalMandiri. 3, (1) 118-131.
Redmond, B. F. (2012). ExpectancyTheory Overview. Last editedHite, Z. A. http://wikispaces.psu.edu/display/PSYCH484/4+Expectancy+Theory. Diakses pada 23Februari 2013.
Roig, M., Caso, M. (2005). Lying andCheating: Fraudulent ExcuseMaking, Cheating, andPlagiarism. The Journal ofPsychology, 139,(6). 485.
Schraw, G., Wadkins, T., Olafson, L.(2007). Doing the Things WeDo: A Grounded Theory ofAcademic Procrastination.Journal of EducationalPsychology, 99, (1), 12-25.
Sieman, A. M., (2009). MotivationalPredictors of AcademicCheating Among First-YearCollege Students: Goals,Expectations, and Costs.Desertasi. (TidakDiterbitkan). Raleigh, North
Carolina: Higher EducationAdministration.
Sirin, E. F. (2011). AcademicProcrastination AmongUndergraduates AttendingSchool of Physical Educationand Sports: Role of GeneralProcrastination, AcademicMotivation and AcademicSelf-Efficacy. EducationalResearch and Reviews, 6 (5),447-455.
Strom, P.S., Strom, R.D. (2007).Cheating in Middle Schooland High School. Essay. TheEducational Forum. 71 (2),104-116..
Surijah, E. A., Tjundjing, S. (2007).Siswa Versus Tugas:Prokrastinasi Akademik danConscientiousness. Anima,
Indonesian PsychologicalJournal. 22, (4), 352-374.
Vinski, E. J., Tryon, G. S. (2009).Study of a CognitiveDissonance Intervention toAddress High SchoolStudents’ Cheating Attitudesand Behaviour. Journal.Ethics & Behaviour, 19 (3),218-226.
Yong, F.L. (2010). A Study on theSelf-Efficacy and Expectancyfor Success of Pre-University Student.European Journal of SocialSciences. 13. (4) 514-524.
.