Bahan Orientasi

131
TUGAS INDIVIDU IMPLEMENTASI ORIENTASI PASIEN BARU DI RUANG HANA RUMAH SAKIT IMMANUELBANDUNG Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu Stase Kep.ManKep Disusun oleh: Pranita Rahayu PPN 14234

description

orientasi pasien

Transcript of Bahan Orientasi

TUGAS INDIVIDUIMPLEMENTASI ORIENTASI PASIEN BARU DI RUANG HANARUMAH SAKIT IMMANUELBANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu Stase Kep.ManKep

Disusun oleh:Pranita RahayuPPN 14234

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XIIISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG37

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, oleh karena kasih dan perlindungan-Nya, kami dapat menyusun proposal dengan baik. Dalam laporan ini, kami mengangkat kasus yang kami temukan di ruang Hana yaitu mengenai Tata Kelola Area Keperawatan yang mana masalah tersebut harus diperbaiki demi meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada:1. Dr. Bina Miguna, MM-BAT sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Immanuel.2. Dr. Wintari Hariningsih, SKp.,SH.,MH.Kes sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan3. Dr. Blacius Dedi, SKM., M.Kep sebagai Koordinator mata ajar kepemimpinan dan manajemen.4. Herwinda Sinaga S.Kep Ns sebagai tim pengajar kami dalam mata ajar kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang banyak membantu kami dalam penyusunan laporan ini.5. Sari Sarce S.Kep Ns sebagai tim pengajar kami dalam mata ajar kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang banyak membantu kami dalam penyusunan laporan ini6. Ating Elhana S.Kep Ns sebagai kepala ruangan yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melakukan studi manajemen di Ruangan Hana

7. Nurlaela S.Kep Ns dan Anton Antoni S.Kep Ns sebagai CI klinik yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini8. Seluruh anggota kelompok 5 yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini

Kami juga menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan laporan ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Bandung, 25 Mei 2015

Kelompok V

38

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiiBAB IPENDAHULUAN11.1.Latar Belakang11.2.Rumusan Masalah31.3.Tujuan31.4.Metode Pengumpulan Data41.5.Sistematika Penulisan5BAB IITINJAUAN PUSTAKA62.1.Konsep kepemimpinan di unit pelayanan keperawatan62.2.Konsep manajemen keperawatan92.3.Mutu pelayanan keperawatan28BAB IIIKAJIAN SITUASI RUANG HANA313.1.Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung313.2.Profil Ruang Hana333.3.Pengkajian Situasi Ruang dan Lingkungannya34DAFTAR PUSTAKA83

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangPelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang yang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar (UUD) negara Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, namun perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan (Asmuji, 2012).

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Profesi tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan di suatu Rumah Sakit saling bekerjasama antara satu sama lain untuk menunjang pelayanan. Berbagai macam profesi yang terdapat dalam pelayanan di rumah sakit antara lain dokter, bidan, ahli gizi, radiologi dan lain sebagainya dan salah satunya adalah profesi perawat. Profesi perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit karena pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatan bio, psiko, sosial, spritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan (Depkes RI, 2010).

Keperawatan adalah suatu bentuk yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ada dalam rumah sakit. Keberadaan keperawatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan dalam situasi yang kompleks 24 jam secara berkesinambungan, melibatkan klien, keluarga, maupun profesi atau tenaga kesehatan lainnya. Perawat sebagai salah satu pemberi asuhan keperawatan diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan secara efektif dan efisian bagi pasien yang dikelolanya. Asuhan keperawatan yang diberikan bagi pasien dapat berhasil jika didukung dengan manajemen keperawatan yang terorganisasi dengan baik (Nursalam, 2012).

Manajemen adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Rika Widya Sukmana 1999, dalam Nursalam 2011). Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. (Nursalam, 2012).

Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tahapan profesi ners menjadi tempat belajar bagi mahasiswa yang secara langsung diimplementasikan dalam dunia kerja yang nyata. Dalam konteks belajar ini, mahasiswa diberikan ruang rawat inap untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, salah satunya adalah Ruang Rawat Inap Hana RS Immanuel Bandung. Ruang Hana merupakan ruang rawat Prima I yang terdiri dari kelas II A dan II B. Ruang Hana terdiri dari 19 kapasitas tempat tidur, dan merupakan ruang rawat dengan multi kelas penyakit dalam dan bedah baik kelas wanita dan pria. Jumlah perawat di ruangan Hana dan Jokebed adalah 24 orang dengan klasifikasi pendidikan DIII Keperawatan 9 orang dan Sarjana Keperawatan Ners 15 (Komite Keperawatan, 2014).

Proses belajar ini diharapkan mampu menjadi suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan dan kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata di ruang rawat inap di bawah arahan dan bimbingan intensif dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik.

Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan adalah Bagaimana pelaksanaan tata kelola pelayanan keperawatan di Ruang Hana - Rumah Sakit Immanuel Bandung?

Tujuan1. Tujuan UmumMahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan di ruang rawat inap dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan.2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip kepemimpinan dalam tatanan unit pelayanan keperawatanb. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi fungsi manajemen dalam pengelolaan unit pelayanan keperawatanc. Mahasiswa mampu menerapkan model model atau tipe tipe kepemimpinan dalam unit pelayanan keperawatand. Mahasiswa mampu bekerja sama dalam tim keperawatan dan tim kesehatan lainnya.e. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis internal dan eksternal (SWOT) di Ruang Hanaf. Mahasiswa mampu mengaplikasikan rencana kegiatan yang telah disusun berdasarkan prioritas kegiatan dan rencana kegiatan (POA).

Metode Pengumpulan Dataa. Observasi Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang masalah manajemen keperawatan dengan mengunakan lembar observasi yang telah disiapkan terlebih dahulu. Hasil observasi tanggal 20 Mei 2015 24 Mei 2015pada perawat ruang Hana menunjukan sudah melakukan standar precaution dalam melakukan tindakan.b. WawancaraMerupakan teknik pengumpulan data dengan menanyakan atau tanyajawab kepada pasien dan perawat berkaitan dengan masalah perawat di ruang Hana.Hasil wawancara tanggal 20 Mei 2015 24 Mei 2015 dengan pengatur ruangan dan PJ Shift mengatakan bahwa penerimaan dan pengkajian awal pasien, seperti orientasi ruangan belum dapat dilakukan secara optimal sesuai dengan SAK dikarenakan beban kerja dan kesibukan akan tindakan keperawatan yang dilakukan.c. Studi DokumentasiMerupakan cara untuk mengumpulkan data dengan mempelajari data dan catatan yang berhubungan dengan manjemen keperawatan.d. Instrumen Pengumpulan DataInstrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi dan pedoman untuk wawancara

Sistematika PenulisanPenulisan laporan ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut Bab I pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan khusus, waktu, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka. Bab III uraian kegiatan terdiri dari Kajian Situasi Ruang Hana, berisi profil Rumah Sakit, profil ruangan, pengkajian situasi lingkungan, analisa SWOT, matriks strategi, matriks SWOT, prioritas masalah, fish bone dan Planning of Action (POA).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Konsep kepemimpinan di unit pelayanan keperawatan1. Pengertian KepemimpinanKepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (Kirsmansa. 2008).

Menurut Ruth. M Tappen (2007), dalam buku essential of nursing leadership and management, seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.

Selain itu seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut : integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah (perseverance), seimbang, kemampuan menghadapi stress, dan kesadaran diri serta memiliki kualitas perilaku seperti: berpikir kritis, menyelesaikan masalah (solve problem), menghormati/menghargai orang lain, kemampuan berkomunikasi yang baik, punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain (Wargana, 2010).

2. Tipologi Kepemimpinan Menurut Gillies 1996 dalam nursalam 2012. Gaya kepemimpinan berdsarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:a. OtoriterMerupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.b. DemokratisMerupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk memnentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.c. ParisipatifMerupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah kemudian mengusulkan tindakan tersebut kepada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap usulannya. Keputusan akhir diambil bergantung pada kelompokd. Laissez FaireGaya kepemimpinan yang mamou memepngaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.

Menurut Siagian (2008), Gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut :a. Tipe Otokratis.Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.b. Tipe Militeristis.Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.c. Tipe PaternalistisSeorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yangpaternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untukmengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

d. Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng. e. Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Konsep manajemen keperawatan2. Pengertian manajemenManajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumbersumber dalam mencapai tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi (Gillies, 1998 dalam Nursalam 2011).

Manajemen didefenisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan menejemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Arwani, 2006).

Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manjemen dapat didefenisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Menejemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi.

3. Fungsi-fungsi Manajemen Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :(Swanburg, 2005) a. Perencanaan (planning)Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat ditetapkan tugas- tugas staf. Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya b. Pengorganisasian (organizing)Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.c. Actuating (directing, commanding, coordinating) Penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.menggerakkan orang-orang agar mau/ suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval. d. Pengendalian / pengawasan (controling) Pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki. e. Penilaian (evaluasi) Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaanyang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.

4. Proses manajemenMenurut Swanburg(2005) Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.a. Input Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.b. ProsesProses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen diperlukan keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar manusia, dan keterampilan konseptual.c. OutputOutput adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. d. Kontrol Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. e. Mekanisme timbal balik Berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat. Berdasarkan prinsipprinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersamasama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. SWOT Analisis Menurut Marquis Huston (2009), Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari strengths, weaknesses, opportunities,dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi organisasi.

Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah Strenght atau Kekuatan, W adalah Weakness atau Kelemahan, O adalah Oppurtunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja (Prawita).

Menurut Freddy Rangkuti (2005), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal.

Diagram analisis SWOT :

Berbagai peluang I. Mendukung Strategi AgresifKelemahan internalKekuatan internal Berbagai ancaman III. Mendukung Strategi TurnaroundII. Mendukung Strategi DiversifikasiIV. Mendukung Strategi DefensifGambar 1 Diagram Analisis SWOTKUADRAN I: ini merupakan situasi yang sangatmenguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi iniadalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth oriented strategy)KUADRAN II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa) KUADRAN III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.KUADRAN IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. 6. Fish Bone Analis Menurut Marquis, L Bessie dan Carol J. Huston (2009), Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.

Langkah-langkah penerapan : a. Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan yakni: analisa tulang ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit, peserta dibagi dalam kelompok maksimum 6 orang per kelompok, dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa, siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok, buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini, tentukan seorang pencatat dengan tugas pencatat adalah mengisi diagram tulang ikan. b. Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah yakni :Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling kanan diagram tulang ikan. Misalnya Laporan Anggaran Akhir bulan terlambat. c. Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama yakni: Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi "cabang". Setiap cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang ditulis, kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia, mesin, materi, pengukuran, metode, mesin, material, manusia - (4m), tempat (place), prosedur (procedure), manusia (people), kebijakan (policy) - (4p), lingkungan (surrounding), pemasok (supplier), sistem (system), keterampilan (skill) - (4s). Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak. d. Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran yakni : Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan menggunakan curah pendapat, saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. misalnya di kategori mesin.), sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang" kecil keluar dari garis horizontal utama, suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (misalnya, menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia dan sistem). e. Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama yakni: Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab yang tampaknya paling mungkin " lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart terpisah. f. Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin yakni : Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin, kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , "mengapa ini sebabnya ?", pertanyaan "mengapa ?" akan membantu anda sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi, tanyakan "mengapa ?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. kalau sudah sampai kesitu sebab pokok telah terindentifikasi.

7. Konsep model asuhan keperawatan A. Konsep Model Asuhan Keperawatan1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2007).b. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatn Profesional (MAKP).Menurut Nursalam (2007) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu :1) Sesuai dengan visi dan misi institusi2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.3) Efisien dan efektif penggunaan biaya.4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.5) Kepuasan kinerja perawat

2. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Sitorus, 2005). Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.a. Unsur struktur yang harus disiapkan untuk dapat melaksanakan MPKP,yaitu:1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah tenaga keperawatan menjadi penting karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, maka tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Akibatnya perawat hanya melakukan tindakan kolaboratif dan tidak sempat melakukan tindakan terapi keperawatan, observasi, dan pemberian pendidikan kesehatan.2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu Kepala Ruang, Perawat Primer dan perawat Asosiate, sehingga peran dan fungsi masing masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.3) Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar renpra, maka PP hanya melakukan validasi terhadap ketepatan penentuan diagnosis berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan, sehingga waktu tidak tersita untuk membuat penulisan renpra yang tidak diperlukan.

b. Jenis-Jenis MPKP (Nursalam, 2007)1) MPKP TransisiMPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya dari D3 keperawatan.2) MPKP PemulaMPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.3) MPKP ProfesionalMPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu: MPKP IMPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan, tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan. MPKP IIMPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan jiwa

MPKP IIIMPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.

c. Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP1) Peran Kepala Ruangan (Karu) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infus, tetesan infus dan bila ada obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang kegunaan obat. Memimpin sharing pagi Memimpin operan pagi Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Kepala Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

2) Ketua Tim (KATIM)Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang dikoordinirnya pada saat Pre Confrence Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat PP Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.

3) Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang telah dibuat PP Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

4) Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) :Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

d. Macam-macam Metode MPKP (Nursalam, 2007)1) Metode Fungsional Sistem tugas di sini mengacu pada ilmu managemen yang diterapkan pada bidang administrasi bisnis, yang berfokus pada tugas/pekerjaan yang harus diselesaikan. Dalam pendekatan yang berorientasi pada tugas ini, tenaga dengan latar belakang pendidikan kurang melakukan tugas yang lebih ringan atau tidak kompleks dibandingkan dengan perawat profesional. Model ini dibutuhkan pembagian tugas (job descriptions), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan di mana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.

a) KeuntunganKeuntungan metode fungsional diantaranya perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu, mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas, kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana dan memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

b) KerugianKerugiannya pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan sulit dilakukan, apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugas non keperawatan, kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan dan Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.

2) Metode Tim (Nursalam, 2012)Metode ini dirancang oleh Eleanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi kesehatan dan perawat. Tim keperawatanmerupakan pemberian asuhan keperawatan pada setiap klien oleh tim keperawatan yang dipimpin oleh perawat profesional.

Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nurses), perawat praktis yang mendapat ijin, dan sering pembantu perawat. Indonesia suatu tim keperawatan dapat disusun dan terdiri dari perawat sarjana atau perawat diploma sebagai ketua tim, perawat lulusan SPK sebagai anggota dan dibantu pekerja kesehatan atau pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8 atau 12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada pada metode tim keperawatan adalah konferensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.

Kelemahan metode Tim adalah pasien mungkin masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan pasien. Keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. Bila di unit tidak cukup dan tidak ada perawat profesional, maka perawat teknisi yang secara pendidikan tidak dipersiapkan untuk berperan sebagai pemimpin, sering diberi tugas untuk memegang peran, sebagai ketua tim.

3) Metode Kasus (Nursalam, 2007)Juga disebut sebagai perawatan total (total care) yang merupakan modal paling awal. Ini merupakan metode client centered, di mana seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8 atau 12 jam setiap shift. Pegawai tersebut mengkaji, menyusun diagnosa, membuat rencana, melakukan tindakan dan evaluasi pada setiap pasien. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift (jaga). Metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Untuk memenuhi kekurangan perawat, para manager sering merekrut lebih banyak perawat dengan latar belakang persiapan pendidikan kurang daripada perawat professional.

4) Metode Perawat Primer (Nursalam, 2007)Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963). Ini merupakan sistem di mana seorang perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari per minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan ketrampilan manajemen.

Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektivitasan perawatan. Sementara perawat yang lain menjalankan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasi perawatan dan menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional, termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan, dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manager garis terdepan bagi perawatan pasien dengan segala akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.a) KeuntunganKeuntunngannya model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan, memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif, memungkinkan penerapan proses keperawatan, memberikan kepuasan kerja bagi perawat, dan emberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.b) KerugianKerugiannya hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional, iaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5) Model Modular Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer (Arwani, 2006).

Menurut Arwani (2006) metode keperawatan moduler adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan antara metode tim dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode tim karena baik perawat profesional maupun non-profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Di samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai. Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.a) Keuntungan dan Kelebihan Model ModularKeuntungan Model Modular diantaranya memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas, memungkinkan pencapaian proses keperawatan, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar, memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal, memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif, produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral, model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan, memberikan kepuasan kerja bagi perawat, memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan keperawatan, lebih mencerminkan otonomi, menurunkan dana perawat.b) Kekurangan Model Modular :Kekurangannya antara lain beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan, pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab pasien bertugas, biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain, perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran, perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan, masalah komunikasi.

KaruPJ ShiftPJ ShiftPJ ShiftPPPPPPPPPPPPPPPPPPTIM ITIM IITIM III

Gambar 2 Bagan Struktur Model ModularSumber: Nursalam, 2012

A. Konsep mutu pelayananPengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat multi dimensional yaitu mutu menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyelenggara pelayanan kesehatan (Azwar, 1996) dan dapat diuraikan sebagai berikut :a) Dari pihak pemakai jasa pelayanan, pengertian mutu terutama berhubungan erat dengan ketanggapan dan kemampuan petugas rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien dan komunikasi petugas dengan pasien, termasuk di dalamnya keramahan dan kesungguhan. b) Dari pihak rumah sakit sendiri, termasuk didalamnya dokter, paramedis, derajat mutu terkait pada pemakaian yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), mutu pelayanan adalah yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk, serta pada pihak lain, tata penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan professional yang telah ditetapkan. Pengertian ini yang dijadikan pedoman untuk pelayanan bagi Departemen Kesehatan RI dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Mutu menurut ISO 9000 adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan yaitu kebutuhan atau harapan yang dinyatakan, biasanya tersirat atau wajib. Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima secara universal, namun dari definisi diatas tedapat beberapa persamaan, yaitu :a.Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b.Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan. c.Mutu merupakan suatu kondisi yang berubah.

2. Aspek -aspek pelayanan kesehatan. Menurut Jacobalis (1989) mutu pelayanan suatu sarana kesehatan adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang saling terkait antara berbagai komponen atau aspek pelayanan kesehatan itu sebagai suatu sistem. Komponen -komponen tersebut menurut Donabedian,1988 (dalam Jacobalis, 1989), adalah sebagai berikut: a) Struktur, adalah sarana fisik, perlengkapan dan peralatan organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia serta sumber daya lainnya.b) Proses adalah semua kegiatan medis atau dokter, perawat dan profesional lainnya dalam interaksi professional dengan pasien,c) Out put adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan profesional terhadap pasien dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kepuasan pasien.

3. Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yakni tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau (affordable), effesien (efficient) serta bermutu (quality) (Azwar, 1996).Namun dari kedelapan syarat tersebut diatas, syarat mutu (quality) makin bertambah penting, hal tersebut dikarenakan apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan dapat memperkecil kemungkinan timbulnya mal praktek, namun sekaligus dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Lima dimensi mutu pelayanan (Service Quality), terdiri dari :a. Wujud nyata (tangibles) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan. b. Kehandalan (reliability) adalah aspek aspek keandalan system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan,keakuratan penanganan. c. Ketanggapan (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat. d. Jaminan (assurance) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf. e. Empati (empathy) adalah berkaitan dengan memberiakan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman kan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.

Menurut Fitzmmons (dalam Nasution 2003) bahwa instrumen survei yang mengukur kualitas pelayanan servqualdimana mengambil dasar penerapan konsep kesenjangan mutupelayanan. Kepuasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dapat ditentukan dengan membandingkan dari pelayanan yang diterima dengan pelayananyang diberikan yaitu :a) Jika harapan itu terlampaui dari pelayanan tersebut dianggap dapat dirasakan sebagai mutu yang luar biasa dan juga menjadi kejutan yang menyenangkan. b) Jika harapan tidak terpenuhi, mutu pelayanan tersebut dianggap dapat diterima atau mengecewakan konsumendan jika harapan sama yang dirasakan, mutu memuaskan.

Mutu pelayanan keperawatan1. Pengertian mutu pelayanan keperawatan. Berdasarkan kebijakan Depkes RI (1998), mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhandan keinginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif, dan menghasilkan customer responsiveness. Strategi peningkatan mutu pelayanan keperawatan antara lain pendidikan berlanjut, sumber daya dimanfaatkan secara efisien dan efektif aman bagi pasien dan provider, memuaskan bagi pasien dan provider, serta menghormati aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat. Prasyarat peningkatan mutu pelayanan keperawatan antara lain pimpinan yang peduli dan mendukung, sadar mutu bagi seluruh staf, program diklat untuk peningkatan sumber daya manusia, sarana dan lingkungan yang mendukung dan adanya standar Depkes RI (1988).

2. Standar Praktek Keperawatan. Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh MENKES RI dalam Surat Keputusan Nomor: 660/Menkes/SK/IX/1987. Kemudian diperbaruhi dan disahkan berdasarkan SK DIRJEN YANMED RI No: OO.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996, DPP PPNI menyusun standar profesi keperawatan SK No: 03/DPP/SK/I/1996 yang terdiri dari standar pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, standar pendidikan keperawatan dan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan. Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989) adalah :a. Meningkatkan asuhan keperawatan. b. Mengurangi biaya asuhan keperawatan c. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanaka tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.

Standar pelayanan keperawatan menurut (Depkes RI 1996) adalah meliputi: a. Standar 1 : falsafah keperawatan b. Standar 2 : tujuan asuhan keperawatanc. Standar 3 : pengkajian keperawatan d. Standar 4 : diagnosa keperawatan. e. Standar 5 : perencanaan keperawatan. f. Standar 6 : intervensi keperawatan g. Standar 7 : evaluasi keperawatan. h. Standar 8 : catatan asuhan keperawatan.

3. Indikator Mutu Pelayanan (Depkes RI, 2001) a. Indikator mutu pelayanan rumah sakit. 1) Indikator pelayanan non bedah. a) Angka pasien yang dekubitus b) Angka kejadian infeksi karena jarum infus. c) Angka kejadian infeksi karena tranfusi darah. d) Angka ketidak lengkapan catatan medik. e) Angka keterlambatan pertama gawat darurat. b. Indikator untuk mutu standar asuhan keperawatan. 1) Standar dokumentasi Instrumen yang digunakan untuk mengetahui catatan keperawatan yang dibuat oleh perawat dilakukan dalam rekam medis sesuai aturandokumentasi atau tidak. 2) ObservasiDilakukan selama pemberian asuhan keperawatan berlangsung yang dilakukan oleh observer.3) Angket. Indikator masukan untuk memahami persepsi pasien terhadap proses asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat selama proses asuhan keperawatan berlangsung.

4. SOP orientasi penerimaan pasien baru diruang hana RS. Imanuel bandung Pengertian : suatu tata cara penerimaan pasien baru yang akan dirawat inapTujuan 1. Bagi rumah sakit : Agar prosedur pelayanan penerimaan pasien baru diruang rawat inap berjalan dengan baik, teratur sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.2. Bagi pasien : Agar pasien/keluarga mendapat pelayanan yang baik cepat dan terarah sesuai dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada.

Kebijakan :1. Setiap pasien baru akan dirawat diruang rawat inap harus melalui IGD/Poliklinik RS.Imanuel Bandung.2. Petugas yang mengantarkan pasien baru keruangan rawat inap dan perawat yang menerima pasien harus menerima kelengkapan berkas catatan medik pasien ( CM1 -CM2 - CM3 - CM4) pernyataan persetujuan untuk masuk rawat inap, kartu pasien yang dirawat diruangan.3. Semua pasien yang dirawat jaga kerahasiaan dan keamanan.Prosedur :Persiapan alat Tempat tidur siap pakai Meja pasien, kursi Status pasien lengkap Perlengkapan pasien : gelas minum, pakaian, handuk, perlengkapan alat mandi, kertas tisu, baskom dll. Alat untuk pemeriksaan : tensi, stetoskop, thermometer, jam tangan, timbangan berat badan, pengukuran tinggi badan Papan nama pasien Gelang identitas pasien Pispot Urinal Standar infuseSarung tangan ( bila perlu)Suction (bila perlu)Oksigen (bila perlu)

3 pelaksanaan 3.1 Cuci tangan.3.2 Menyiapkan kamar dan tempat tidur serta peralatan yang diperlukan siap pakai sesuai dengan kebutuhan pasien (disesuaikan dengan fasilitas kelas perawat).3.3 Perawat atau bidan memperkenalkan nama dan jabatan dan memberitahukan penanggung jawab pasien.3.4 Bila pasien dapat berdiri di timbang dulu BB, TB sebelum dibaringkan ditempat tidur, kecuali jika sudah ditimbang di poliklinik/IGD.3.5 Membaringkan pasien di tempat tidur dan memberikan posisi yang nyaman pada pasien dan melakukan tindakan sesuai kebutuhan.3.6 Melakukan klarifikasi ulang kepada pasien/keluarga tentang dokter penanggung jawab.3.7 Kenalkan pasien dan keluarga dengan teman sekamar jika pasien memesan kamar semi pribadi.3.8 Serah terima kelengkapan berkas catatan medik pasien.3.9 Melakukan pengkajian keperawatan3.10 Melaporkan kepada dokter penanggung jawab pelayanan untuk tindakan pengobatan yang harus dilakukan segera dan data-data pasien.3.11 Perawat atau bidan memberitahu kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang telah dan akan dilakukan.3.12 Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan serta melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncanakan.3.13 Melaporkan jenis makanan pasien kepada petugas gizi sesuai dengan dietny.3.14 Melakukan orientasi ruangan kepada pasien/keluarga tentang fasilitas yang ada dan cara penggunaanya.3.15 Memberikan informasi kepada pasien/keluarga sesuai dengan prosedur pemberian informasi untuk pasien/keluarga.3.16 Memberikan kesempatan kepada pasien/keluargan untuk bertanya.3.17 Memasang identitas pasien dan mengisi papan identitas pasien3.18 Melengkapi dokumentasi askep4 Dokumen terkait :4.1 CM 1 Riwayat keluar masuk/identitas pasien4.2 CM 2 Surat perintah opname4.3 CM 3 Resume medis4.4 CM 4 Anamnesis dan pemeriksaan fisik4.5 Pernyataan persetujuan untuk masuk rawat inap

5. Penerimaan pasien barua. Pengertian Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan medis, dan tata tertib ruangan.b. Tujuana) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik.b) Meningkatkan komunikasi antara perawat dank lien.c) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umumd) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit.c. Tahapan penerimaan pasien baru1. Tahap penerimaan pasien barua) Menyiapkan kelengkapan administrasib) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesananc) Menyiapkan format penerimaan pasien barud) Menyiapkan format pengkajiane) Menyiapkan informed consent sentralisasi pengelolaan obatf) Menyiapkan nursing kit g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruanganh) Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasieni) Menyiapkan kartu penungguj) Menyiapkan kuisioner kepuasan pasien2. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien barua) pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan / katim / perawat yang diberi delegasib) perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganyac) perawat menunjukkan kamar / tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang telah ditetapkand) perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchad / kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru sekamarg) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawat (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasai obat medis ( dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite) dan tata tertib ruangan.h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikani) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani informed concent sentralisasi obatj) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuisioner tingkat kepuasan pasien.d. Hal hal yang perlu diperhatikana) Pelaksanaan secara efektif dan efisienb) Dilakukan oleh kepala ruangan atau katim atau perawat associate yang telah diberi wewenang / delegasic) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi kliend) Ajak pasien dan keluarga komunikasi yang baik dan berikan sentuhan terapeutik.e. Peran perawat dalam penerimaan pasien baruKepala RuanganMenerima pasien baruKetua Tima) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baruc) Melakukan pengkajian pada pasien barud) Mengorientasikan klien pada ruangane) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawabf) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasieng) Mendokumentasikan penerimaan pasien baruPerawat associate Membantu katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.

BAB IIIKAJIAN SITUASI RUANG HANA

Profil Rumah Sakit Immanuel BandungRumah Sakit Immanuel Bandung merupakan salah satu rumah sakit swasta Tipe B dan rumah sakit pendidikan sehingga menjadi lahan praktik yang digunakan untuk keperawatan manajemen. Rumah Sakit Immanuel mempunyai dua area rawat inap yaitu Rawat Inap Prima I dan Rawat Inap Prima II. Area rawat Inap Prima I terdiri dari kelas III B IA, sedangkan Rawat Inap Prima II terdiri dari kelas I, VIP dan Super VIP.Visi dan Misi Rumah Sakit Immanuel Bandunga. VisiMemberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang prima dan inovatif berfokus kepada pasien sebagai perwujudan cinta kasih Allah.b. Misia) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan berbasis keselamatan pasien.b) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan mengembangkan budaya ilmiah di bidang kesehatan.c) Mengembangkan layanan tersier, unggul dan berkembang.d) Membangun budaya kerja dan karakter SDM yang berlandaskan nilai-nilai kristiani agar memberikan pelyanan terbvaik, handal dan beretika dalam menjalankan kompetensinya.e) Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat peran rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan.c. Tujuan Rumah Sakit Immanuel Bandung1) Terwujudnya layanan dan pendidikan kesehatan yang memberikan kepuasan dan kepercayaan pelanggan.2) Adanya penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan dan pendidikan kesehatan yang menghasilkan produk inovatif.3) Terwujudnya sinergitas kerjasama dengan semua pihak dalam rangka memperkuat peran rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan.Visi dan Misi Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandunga. FalsafahPelayanan keperawatan professional berdasarkan cinta kasih, hormat dan pedulib. VisiMenjadikan keperawatan sebagai unggulan RS Immanuel yang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan terkini yang mampu bersaing secara nasional dan internasional atas dasar kasih Kristus, menghasilkan pelayanan prima.c. Misi Keperawatan Rumah Sakit Immanuel1) Membangun landasan yang kuat untuk menciptakan pelayanan keperawatan profesional yang memiliki komitmen untuk melayani secara holistik.2) Memberikan asuhan keperawatan secara professional yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat, berdasarkan standar dan etika profesi.3) Menjadikan Keperawatan di Rumah Sakit Immanuel sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu keperawatan yang professional.4) Menjadikan Tim Keperawatan Rumah Sakit Immanuel sebagai pilihan masyarakat yang dapat dipercaya.5) Menjadikan Rumah Sakit Immanuel sebagai pilihan masyarakat karena memiliki tim keperawatan dapat dipercaya.6) Menjadikan Rumah Sakit Immanuel sebagai pilihan masyarakat karena memiliki tim keperawatan yang profesional.

Visi dan Misi Ruang Rawat Inap Prima Ia. VisiMenjadi instalasi rawat inap yang mampu memberikan pelayanan medis keperawatan secara prima dan sebagai lahan praktek pembelajaran professional dalam menggembangkan ilmu dan pengetahuan dengan dilandasi kasih Tuhanb. Misi1) Memberikan pelayanan prima kepada pasien dengan memperhatikan keselamatan pasien dan tarif yang terjangkau2) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan3) Membangun budaya kerja SDM yang mamou menampilkan kompetensinyac. Tujuan1) Terwujudnya pelayanan prima dengan kendali mutu dan biaya2) Terwujudnya tenaga kesehatan yang professional3) Terwujudnya cost efektifness dalam penyediaan fasilitas

Profil Ruang HanaRuang Hana merupakan unit perawatan penyakit dalam dan bedah multi kelas IIA dan IIB untuk dewasa pria dan wanita. Ruang Hana memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 19 buah dengan pembagian 3 kapasitas tempat tidur untuk kelas IIA dan dan 16 kapasitas tempat tidur untuk kelas IIB.

Ruang Hana dan Jokebed memiliki jumlah tenaga kerja secara keseluruhan yaitu 26 orang; diantaranya Pengatur Ruang 1 orang, 8 orang perawat penanggung jawab, perawat pelaksana sebanyak 15 orang dan inventaris 2 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 24 orang perawat terdapat 9 lulusan Ners, dan 15 orang lulusan D3 Keperawatan serta2orang inventaris, 1 orang berpendidikan SMA dan 1 orang berpendidikan SMP. Pembagian jadwal dinas sudah di susun oleh kepala Ruang. Ruang hana memiliki kapasitas kamar mandi untuk pasien dan keluarga di setiap kamar pasienRuang Hana memiliki lokasi yang cukup strategis yang tergambar sebagai berikut:Sebelah Utara: Kantor DiklitSebelah Timur:Kantor Komite Keperawatan dan Instalasi Nutrisi KlinikSebelah Selatan:Apotek, Ruang Gideon dan Ruang HemodialisaSebelah Barat: Ruang Kefas

Pengkajian Situasi Ruang dan LingkungannyaRencana Pengkajian di Ruang Hana dilakukan dari tanggal 20 Mei s/d 24 Mei 2015. Pengkajian meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, model keperawatan, anggaran biaya serta mutu pelayanan.

Sumber Daya Manusia (Ketenagaan)Tabel 1 Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja Di Ruang Hana RS. Immanuel BandungNoNamaJabatanPendidikanMasa kerja

1.Ating ElhanaPengatur RuanganS130 tahun 4 bulan

2.Yeti SetiatiPenanggung Jawab ShiftD312 tahun 8 bulan

3.Melya RisnayaniPenanggung Jawab ShiftD38 tahun 9 bulan

4.Sondang L. TobingPerawat PelaksanaD327 tahun 4 bulan

5.Th. HaryantiPerawat PelaksanaD318 tahun 1 bulan

6.Risda SagalaPenanggung Jawab ShiftD310 tahun

7.Nurlaela Penanggung Jawab ShiftS15 tahun 8 bulan

8.NoviPenanggung Jawab ShiftD35 tahun

9.Rini KusumawatiPerawat PelaksanaD32 tahun 1 bulan

10.Agus Wasinton PPerawat PelaksanaD32 tahun 9 bulan

11.Doni HamdaniPerawat PelaksanaD34 tahun 9 bulan

12.Ane AyunitamiPerawat PelaksanaD32 tahun 7 bulan

13.Susanti ARPerawat PelaksanaS1Kurang dari 1 tahun

14.Dwi HastutiPenanggung Jawab ShiftD39 tahun 6 bulan

15.Endah AsriPenanggung Jawab ShiftD38 tahun 6 bulan

16.Anton AntoniPenanggung Jawab ShiftS15 tahun

17.NorlinPerawat PelaksanaD35 tahun 8 bulan

18.Maria HermitaPerawat PelaksanaS13 tahun

19.Retno AndicoPerawat PelaksanaS18 bulan

20.Febri Nick Daniel Perawat PelaksanaS1Kurang dari 1 tahun

21.Indah MegasariPerawat PelaksanaS1Kurang dari 1 tahun

22.RishaPerawat PelaksanaS1Kurang dari 1 tahun

23.Reski Sri AgustinaPerawat PelaksanaD3Kurang dari 1 tahun

24Hervia Aqsa SPerawat PelaksanaD3Kurang dari 1 tahun

( Sumber : Data Kepegawaian Ruang Hana, Mei 2015)

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga keperawatan yang ada berjumlah 25 orang perawat, dengan pembagian 1 pengatur ruangan, 7 orang perawat penanggung jawab dan 17 orang perawat pelaksana. Perawat yang bekerja paling lama adalah 30 tahun 4 bulan masa kerja, dan masa kerja yang baru adalah kurang dari 1 tahun.

Tabel 2 Distribusi Tenaga Penunjang Pelayanan KeperawatanNo Nama Petugas Tugas Lama kerja

1 Eni Sumaryati Inventaris 30 tahun 9 bulan

(Sumber :Data Kepegawaian Ruang Hana, Mei 2015)

Tabel 3 Distribusi Pendidikan Perawat di Ruang HanaNo Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 Sarjana 937,5 %

2Diploma 1562,5 %

Total 24100 %

(Sumber : Data Kepegawaian Ruang Hana, Mei 2015)Berdasarkan tabel 3.2 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan perawat di ruang Hana adalah Diploma Keperawatan yang berjumlah15 orang (62,5%).

Sarana dan Prasaranaa. Peralatan dan Fasilitas1. Fasilitas di Kamar PasienTabel 4 Fasilitas di Kamar Pasien Ruang HanaNo.Nama BarangJumlah(buah)Kondisi

BaikRusak

1.Tempat Tidur19 19-

2.Meja Pasien19 19-

3.Jam Dinding6 6-

4.Kamar Mandi/WC10 10-

5.Washtafel7 7-

6.Bel19 19-

7.Kursi sofa19 19-

8.Tempat sampah pasien1010-

9.Meja makan pasien19 19-

10.Lemari kecil pasien19 19-

(Sumber : data Inventaris Ruang Hana, Mei 2015)Fasilitas yang terdapat di Ruang Hana cukup lengkap, dan hampir semuanya dalam keadaan baik.

Tabel 5 Fasilitas dan Alat Kesehatan di Ruang HanaNo.Nama BarangJumlahKondisi

BaikRusak

1.Stetoskop22-

2.Lemari obat11-

3.Tabung O2 besar55-

4.Tabung O2 kecil11-

5.Trolly emergensi11-

6.Tensimeter33-

7.Bengkok33-

8.Gunting Perban11-

9.Suction22-

10.Termometer22-

11.Alat EKG11-

12.Nebulizer22-

13.Saturasi O211-

14.Tiang infus2020-

15.Pispot2020-

16.Blood Warmer11-

17.Infus Pump77-

18.Syring pump11-

19.Viorek22-

20.Urinal1919-

21.Kursi Roda11-

22.Timbangan11-

23.Automaticsoap dispenser33-

24.Telepon11-

25.Komputer11-

26.Papan tulis (White board)11-

27.Alat pemadam kebakaran 11-

28.Lampu baca hasil rongten11-

29Baki Besar 22-

30Baki Kecil 33-

31Refleck hammer 11-

32Kulkas obat-darah 11-

33Alat penggerus obat11-

34Tempat kassa steril11-

35Tempat sampah medis 11-

36Tempat sampah non medis 1616-

37Cermin 77-

38Bel pasien 1919-

39Tempat sampah tajam 11-

(sumber: data Inventaris Ruang Hana, Mei 2015)

Berdasarkan tabel 3.6, alat kesehatan yang terdapat di ruang Hana yang terbanyak adalah tiang infus, pispot, dan urinal berjumlah 20 buah. Beberapa alat jumlahnya terbatas dan hanya 1 saja di Ruangan. Pengadaan alat dilakukan oleh inventaris, atas permintaan perawat terkait alat-alat yang dibutuhkan. Pengecekan alat dilakukan dilakukan oleh IPRS biasanya 1 bulan sekali, namun terkadang tidak dilakukan jika tidak ada keluhan dari Ruangan.

Fasilitas yang ada di ruang rawat, sudah cukup lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan pasien selama perawatan. Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri dari atas ruang kepala Ruang, satu kamar mandi perawat/WC, nursing station. Sarana yang ada di nursing station adalah kipas angin, dispenser, meja tulis perawat, kulkas, washtafel, meja, cermin, tempat obat, tempat sampah sesuai klasifikasi, tempat jarum, tempat obat psikotropika dan terdapat tempat koran di depan ruang perawatan klien. Selain itu juga terdapat telepon, bel pasien, komputer, lemari penyimpanan status pasien, papan daftar nama pasien, papan tindakan dan papan peminjaman alat. Sedangkan ruang penunjang lainnya yaitu terdapat gudang, ruang penyimpanan alat kesehatan dan ruang spoelhock yang masing-masing terdiri dari satu. Namun, ada beberapa ruang penunjang lainnya yang tidak terdapat di Ruang ini salah satunya adalah tidak terdapatnya ruang pendidikan untuk mahasiswa yang praktik di Ruang Hana, tidak terdapatnya ruang ganti perawat dan ruang tenun yang digabung bersama ruang kepala Ruang.

a. Administrasi PenunjangTenaga penunjang pada administrasi tidak ada di ruang Hana, namun terdapat seorang inventaris. Sarana dan prasarana di Ruang Rawat Inap Hana sudah cukup baik. Fasilitas penunjang seperti ventilasi yang baik, dan Ruang setiap pagi dan sore hari dibersihkan oleh petugas Clining Service dan kondisi Ruang cukup tenang dan kondusif. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri atas: status klien yang dilengkapi dengan bagian-bagian untuk area pencatatan perawat, selain itu juga terdapat nurse station yang sekalian merupakan tempat pertemuan perawat, serta pencatatan status klien dll.

Model Asuhan Keperawatana. Penerapan Model Keperawatan ModularBerdasarkan data model keperawatan yang diterapkan di ruang Hanaadalah model keperawatan modular namun penerapan model keperawatan ini belum baku dan masih bisa berubah sesuai dengan kebutuhan ruangan. b. Overan Berdasarkan data, didapatkan bahwa overan di Ruang Hana dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat pagi, siang hari dan malam hari. Untuk waktu overan sendiri, pada pagi hari dimulai pada jam 07.00 tepat sedangkan pada siang hari dan malam hari waktu overan di sesuaikan dengan kesibukan di ruangan. Overan pada pagi hari dipimpin sendiri oleh kepala Ruang, sedangkan pada siang hari dan malam hari, overan dipimpin oleh perawat penanggung jawab shift. Berdasarkan data, didapatkan saat penyerahan tugas jaga pagi atau overan pagi dilakukan di nurse station dengan cara seperti diskusi, adanya komunikasi antara pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab yang dilakukan di Nursing station dengan suara perlahan/ tidak ribut, menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan, menyebutkan terapi dan tindakan medis berserta waktunya yang dilakukan selama shift, selain itu juga tindakan medis yang belum dan akan dilakukan selama shift berikutnya. Selain itu, pada overan pagi juga didapatkan bahwa adanya ronde keperawatan sekaligus memperkenalkan perawat yang akan bertugas selanjutnya. Sedangkan pada saat overan siang dan overan malam hanya dilakukan antar beberapa perawat saja dan ronde keperawatan ke kamar pasien belum dilakukan.b. Prosedural Ruang Hana memiliki138 buah SOPdalam bentuk dokumen yang disimpan di nurse station. Ruang Hana juga memiliki SAK.c. Perencanaan pulangDari data yang diperoleh, perencanaan pulang sudah dilaksanakan akan tetapi hanya dilakukan oleh sebagian perawat dan hanya pada saat pasien akan pulang. Isi format perencanaan pulang pun hanya tentang penjelasan penyakit yang diderita oleh pasien dan obat-obatan yang diperlukan untuk mengatasi penyakitnya.

ProseduralRuang Hana memiliki SOP dalam bentuk e-Dokumen yang tersimpan di dalam Komputer Ruang Hana. Ruang Hana juga memiliki SAK.

Analisis Kebutuhan Tenaga Perawata. Perhitungan BOR (tanggal 20 Mei 2015)

BOR == 73,68 %Jadi BOR Ruang Hana adalah 73,68%Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengatur Ruangan tanggal 23 Mei 2015 didapatkan hasil BOR Ruang Hana 3 bulan terakhir yaitu bulan Februari 58,52%, Maret 72,94%, April 57,78%. Jumlah BOR menurun dikarenakan adanya renovasi kamar.

b. Kebutuhan Tenaga PerawatPembagian jadwal dinas terbagi menjadi 3 shift yaitu dinas pagi, siang, dan malam yang telah tersusun perbulan dan pembagiannya diatur oleh Pengatur Ruangan. Kualifikasi perawat (Intermountain Health Care) menurut Warstler (dalam Swansburg, 2002) :1. 58% RN (perawat register)58% x 25 = 14,5 (14 orang)1. 26% LPN (Lincesed Practical Nurse)26% x 7 = 1,2 (1 orang) Jadi seharusnya kualifikasi perawat berdasarkan tingkatannya di dalam Ruang Hana yaitu: 5 orang S1 keperawatan, 9 orang perawat DIII keperawatan.

c. Jumlah Tenaga Perawat menurut Ketergantungan PasienJumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kelompok (Nursalam, 2012), yaitu :1. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari2. Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-4 jam sehari3. Perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari.

Jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut Douglas dalam Nursalam 2012 adalah sebagai berikut:Tabel 6 Distribusi jumlah kebutuhan tenaga berdasarkan tingkat ketergantunganTingkat KetergantunganJumlah Kebutuhan Tenaga

Klasifikasi PasienJumlah PasienPAGISOREMALAM

Minimal Care00 x 0,17= 00 x 0,14= 00 x 0,07= 0

Partial Care

1212 x 0,27= 3,2412 x 0,15= 1,812 x 0,10= 1,2

Total Care22 x 0,36=0,7212x 0,36 = 0,722 x 0,20= 0,40

Jumlah143,962,521,6

432

Total tenaga perawat yang dinas pada tabel di atas adalah: (tanggal 20 Mei 2015)Dinas pagi: 4orangDinas siang: 3 orangDinas Malam: 2 orang Jumlah: 9 orang

Dari hasil diatas terlihat bahwa Jumlah kebutuhan tenaga perawat di Ruang Hana dalam 1x 24 jam adalah berjumlah 9 orang.

Loss Day Rumus perhitungan Loss day :

Jumlah tenaga yang lepas per hari adalah :

= 2,37 = 2

Keterangan:Angka 78 merupakan jumlah hari libur dalam 1 atau lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 286 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas padatanggal 20 Mei 2015 adalah: 9orang + 1 orang Kepala ruangan + 1PJ shift + 2 orang lepas dinas = 13 orang perawat. Berdasarkan perhitungan tenaga perawat di ruang Hana Sudah mencukupi untuk pembagian dinas pershiftnya.

= (24 + 2,37) x 25 % = 26,37 x 25% = 6,59

d. Distribusi 10 penyakit terbesar di Ruang HanaBerdasarkan catatan Buku Saku Diagnosa Keperawatan di ruang Hana, diperoleh 10 urutan besar untuk penyakit dalam dan bedah dalam 3 bulan terakhir sebagai berikut:Tabel 7 Distribusi 10 Penyakit Terbesar Diruang HanaNoPenyakitJumlah pasien

1.DHF (Dengue Haemoragic Fever)19

2Stroke10

3GE9

4Dyspneu6

5Anemi5

6Asma5

7Decom4

8Bronkhitis3

9Combustio2

10SOL2

(Sumber : Buku Besar Ruang Hana, Maret 2015)

e. Analisis SwotPada tahap ini dilakukan analisis SWOT mengenai kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang dimiliki oleh Ruang Hana sekaligus juga menganalisis peluang dan tantangan atau ancaman (faktor eksternal) yang dihadapi oleh Ruang Hana adalah sebagai berikut:1. Kekuatana. Terdapatnya perawat dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 9 orang dan D3 Keperawatan sebanyak 16 orang.b. Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap masing-masing di kamar pasien.c. Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap di ruang perawat atau nurse station.d. Adanya tenaga inventaris 1 orang dan serta tenaga kebersihan sebanyak 2 orang saat pagi hari dan siang hari dan 1 orang pada malam hari.e. Tersedianya gelang identitas di tangan pasien.f. Tersedianya nurse station yang berada di tengah Ruang dan 1 buah meja konsultasi.g. Kapasitas tempat tidur sebanyak 19 tempat tidur dengan rata-rata pasien per hari 14-19 pasien.h. Tersedia tempat duduk di kamar pasien untuk keluarga.i. Terdapat lembar penggunaan dan pengecekan alat kesehatan yang dipakai di Ruang.j. Tersedianya fasilitas air mineral untuk pasien dan keluarga pasien.k. Terdapatnya ruang penyimpanan alat, gudang alat dan ruang spoel hockl. Memiliki standar asuhan keperawatan dan Standar Operasional Prosedur dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)m. Memiliki visi dan misi rumah sakit yang diletakkan di Ruangn. Alur informasi dalam penerimaan pasien baru cukup jelas, yaitu dengan menggunakan sarana telepon serta informasi ulang mengenai kesiapan Ruango. Persiapan tempat tidur sudah dilakukan sebelum pasien datang ke Ruang.p. Adanya pemberian informasi tentang biaya selama dilakukan tindakan keperawatan.q. Perawat memeriksa kelengkapan status dan catatan keadaan pasien dari unit yang mengantar (IGD ataupun POLI) dan melaporkannya ke dokter yang memegang pasiennya.r. Sudah ditetapkannya jam berkunjung di Ruang.2. Kelemahana. Orientasi dan informasi tentang fasilitas ruangan terhadap pasien baru belum optimalb. Pelabelan pada setiap formulir yang terdapat pada ruang nurse stationbelum lengkapc. Belum Optimalnya pembuatan leaflet/brosur untuk pasien pulang sehingga informasi hanya disampaikan hanya secara lisan.d. Ruang kepala ruangan yang bersatu dengan ruang penyimpanan alat tenune. Tidak adanya locker penyimpanan tas perawat.f. Belum optimalnya ronde keperawatan pada overan siang dan malam harig. Ruang pendidikan bagi mahasiswa yang praktek belum tersedia.h. Belum optimalnya pemberian informasi kesehatan untuk pasien post op.3. Peluang a. Rumah sakit Immanuel merupakan salah satu Rumah sakit rujukan diwilayah Bandung Selatanb. Rumah Sakit memiliki hubungan kerja dengan Fakultas kedokteran Maranatha yang bisa menjadi tempat bagi tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan.c. Adanya kerja sama antar Rumah Sakit Immanuel dengan Rumah Sakit di Jawa Barat.d. Adanya kebijakan rumah sakit untuk meningkatkan jenjang pendidikan perawate. Adanya UU Keperawatan sebagai payung hukum tenaga perawat dalam melakukan pelayanan askep.

4. Ancaman a. Klien dan keluarga semakin kritis terhadap pelayanan yang berkualitas.b. Adanya Rumah Sakit lain yang memiliki kualitas lebih baik dengan standar akreditasi Joint Commission International(JCI).c. Adanya undang-undang perlindungan konsumen.d. Pembandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dengan Rumah Sakit yang memiliki standar pelayanan yang kurang lebih sama dengan standar pelayanan kesehatan dengan Rumah Sakit Immanuel Bandung. e. Banyaknya informasi kesehatan dari pasien yang mudah diakses di media social .f. Adanya rumah sakit yang baru (RS Santosa) di daerah Kopo. f. Skoring Tabel 8 Pembobotan/Skoring Aspek Kekuatan (Strengths)NoKekuatanBobotRatingBobot x RatingKomentar

1.Terdapatnya perawat dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 9 orang dan D3 Keperawatan sebanyak 16 orang.1,044Dengan adanya latar belakang pendidikan yang sesuai yang professional dapat menghasilkan perawat yang professional sehingga memnberikan asuhan keperawatan yang professional juga.

2.Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap masing-masing di kamar pasien.0,732,1Dengan adanya fasilitas yang lengkap dan memadai dapat membantu kebutuhan ADL pasien setiap hari.

3Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap di ruang perawat atau nurse station.0,732,1Tersedianya fasilitas yang lengkap di nurse station dapat membantu meningkat kinerja perawat.

4.Adanya tenaga inventaris 1 orang dan serta tenaga kebersihan sebanyak 2 orang saat pagi hari dan siang hari dan 1 orang pada malam hari.0,621,2Dengan tersedianya tenaga inventaris dan tenaga kebersihan dapat meningkatkan kualitas layanan keperawatan.

5Tersedianya gelang identitas di tangan pasien.0,621,2Membantu meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat serta memperjelas identitas dan keamanan pasien.

6Tersedianya nurse station yang berada di tengah Ruang dan 1 buah meja konsultasi.

0,732,1Sarana ini membantu terjadinya komunikasi yang efektif antar pasie-perawat,perawat-tenaga kesehatan yang lain, serta membantu dalam diskusi.

7Kapasitas tempat tidur sebanyak 19 tempat tidur dengan rata-rata pasien per hari 14-19 pasien.0,732,1Kapasitas tempat tidur yang memadai dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan serta dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.

8Tersedia tempat duduk di kamar pasien untuk keluarga.0,621,2Meningkatkan kenyamanan bagi keluarga dan pengunjung pasien.

9Terdapat lembar penggunaan dan pengecekan alat kesehatan yang dipakai di Ruang.0,621,2Secara tidak langsung dapat membantu memantau dan memelihara alat kesehatan.

10Tersedianya fasilitas air mineral untuk pasien dan keluarga pasien.0,621,2Membantu memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.

11Terdapatnya ruang penyimpanan alat, gudang alat dan ruang spoel hock

0,721,4Adanya ruangan khusus memudahkan pengecekan dan pemeliharaan alat.

12Memiliki standar asuhan keperawatan dan Standar Operasional Prosedur dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).0,932,7Dengan adanya SOP dan SAK dapat memudahkan perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai standar

13Memiliki visi dan misi rumah sakit yang diletakkan di Ruang.0,732,1Dengan adanya visi dan misi rumah sakit dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

14Alur informasi dalam penerimaan pasien baru cukup jelas, yaitu dengan menggunakan sarana telepon serta informasi ulang mengenai kesiapan Ruang0,732,1Sarana informasi dapat memperlancar proses penerimaan pasien baru

15Persiapan tempat tidur sudah dilakukan sebelum pasien datang ke Ruang.0,631,8Dapat meningkatkan kepuasaan pasien dalam pelayanan keperawatan

16Perawat memeriksa kelengkapan status dan catatan keadaan pasien dari unit yang mengantar (IGD ataupun POLI) dan melaporkannya ke dokter yang memegang pasiennya.0,832,4Memperlancar dalam memberi asuhan keperawatan

17Sudah ditetapkannya jam berkunjung di Ruang.0,821,6Dengan adanya pembatasan jam berkunjung, dapat membuat klien beristirahat dengan cukup untuk mempercepat proses penyembuhan pasien

Tabel 9 Pembobotan/Skoring Aspek Kelemahan (Weakness)NoKelemahan BobotRatingBobot x ratingKomentar

1Belum optimalnya orientasi dan informasi tentang fasilitas ruangan terhadap pasien baru133Dengan adanya orientasi yang diberikan pada pasien baru di ruangan dapat membuat pasien dan keluarga merasa nyaman dan puas.

2Belum optimalnya pelabelan pada setiap formulir yang terdapat pada ruang nurse station dan papan penunjuk fasilitas pelengkap (toilet)133Leaflet sebagai media promosi kesehatan secara visual sehingga pasien dan keluarga lebih memahami tentang kesehatan

3Tidak adanya locker tempat penyimpanan tas perawat.0,932,7Dengan adanya locker perawat dapat meningkatkan kenyamanan perawat dan juga tas perawat tidak disimpan disembarang tempat.

4Belum Optimalnya pembuatan leaflet/brosur untuk pasien pulang sehingga informasi hanya disampaikan secara lisan.0,932,7Adanya leaflet/ brosur unruk pasien pulang mampu meningkatkan pemahaman pasien dan mampu mengenal secara dini tentang masalah kesehatan

5Ruang kepala ruangan yang bersatu dengan ruang penyimpanan alat tenun0,621,2Ruangan kepala ruangan sebaiknya harus dipisahkan sehingga dapat memudahkan kinerja kepala ruangan.

6Belum optimalnya ronde keperawatan pada overan siang dan malam hari 0,932,7Komunikasi dan perkenalan antar perawat-pasien sangat penting dalam overan karena secara tidak langsung akan membuat pasien merasa dihargai dan diperhatikan.

7Tidak tersedianya ruang pendidikan bagi mahasiswa yang praktek.0,721,4Dengan adanya ruang pendidikan dapat memudahkan mahasiswa untuk saling berkonsultasi.

8Belum optimalnya pemberian informasi kesehatan untuk pasien post op..0,621,2Struktur organinsasi membantu dalam melihat fungsi dan peran setiap perawat serta membantu dalam mensosialisasikan perawat.

Tabel 10 Pembobotan/Skoring Aspek Peluang (Opportunity)NoPeluangBobotRatingBobot x ratingKomentar

1Adanya mahasiswa STIKes Immanuel praktik keperawatan manajemen di Ruang Hana.0,732,1Mahasiswa praktek dapat meningkatkan mutu pelayanan, dan juga mampu mengimplementasikan teori terbaru yang telah didapat

2Adanya organisasi PPNI yang menaungi program Profesi Keperawatan.144Adanya perlindungan untuk perawat dan tindakan keperawatan yang diberikan di pelayanan RS.

3Keluarga dapat mendampingi pasien selama di rawat di Hana.0,732,1Dengan adanya keluarga disamping pasien dapat membantu meringankan tugas perawat dan dapat mmpercepat proes penyembuhan pada pasien.

4Adanya kerja sama dengan bidang pendidikan yang dapat meningkatkan mutu pelayanan.0,932,7Kerjasama dengan bidang pendidikan dapat meningkatkan wawasan serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa/I untuk mengaplikasikan teori yang sudah didapat.

5Adanya kesempatan bagi perawat di Ruang untuk mengikuti pelatihan keperawatan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.0,943,6dengan adanya perawat yang memiliki pendidikan yang tinggi dan keterampilan skill yang bagus dapat memberikan asuhan keperawatan yang professional.

6Posisi ruang Hana yang strategis dan dekat dengan sarana-sarana umum berupa tempat ibadah (mushola), ruang hemodialisa, apotek dan ruang dokter jaga, sterilisasi alat tenun dan institusi nutrisi klinik dan tempat pemeliharaan alat kesehatan.0,721,4Posisi ruangan yang strategis membuat ruang hana menjadi ruangan yang mudah mengakses segala fasilitas pelngkap yang ada,

7Tempat penjagaan/keamanan dekat dengan pintu keluar masuk Ruang memudahkan pemulangan pasien/pintu keluar lebih dekat.

0,732,1Tempat penjagaan yang dekat dengan ruangan dapt membantu dalam pengawasan terhadap pasien dan juga jumlah pengunjung yang kadang-kadang tidak mengikuti aturan yang berlaku

Tabel 11 Pembobotan/Skoring Aspek ancaman (threats)NoAncamanBobotRatingBobot x RatingKomentar

1.Adanya Rumah Sakit lain yang memiliki kualitas lebih baik dengan standar akreditasi Joint Commission International(JCI).0,732,1Memotivasi perawat dan RS untuk lebih meningkatkan pelayanan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen.

2.Adanya undang-undang perlindungan konsumen.0,621,2Adanya peluang untuk perawat mendapatkan tuntutan baik secara profesionalisme kerja ataupun hukum dari pasien/keluarga pasien.

3.Pembandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dengan Rumah Sakit yang memiliki standar pelayanan yang kurang lebih sama dengan standar pelayanan kesehatan dengan Rumah Sakit Immanuel Bandung. 0,832,4Memotivasi rumah sakit sehingga lebih meningkatkan kualitas pelayanan, mutu dan tenaga medis yang lebih profesional dengan pengalaman kerja yang berkualitas

4.Banyaknya informasi kesehatan dari pasien yang mudah diakses di media sosial.0,721,4Memotivasi tenaga medis untuk meningkatkan pengetahuan yang lebih tinggi dari pasien/ masyarakat awam

5.Adanya rumah sakit yang baru (RS Santosa) di daerah Kopo. 0,621,2Memotivasi rumah sakit sehingga lebih meningkatkan kualitas pelayanan, mutu dan tenaga medis yang lebih profesional dengan pengalaman kerja yang berkualitas

g. Matrix Strategi

Internal Eksternal Tabel 12 Matriks StrategiStrengthWeakness

1. Terdapatnya perawat dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 9 orang dan D3 Keperawatan sebanyak 16 orang.2. Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap masing-masing di kamar pasien.3. Tersedianya fasilitas yang cukup lengkap di ruang perawat atau nurse station.4. Adanya tenaga inventaris 1 orang dan serta tenaga kebersihan sebanyak 2 orang saat pagi hari dan siang hari dan 1 orang pada malam hari.5. Tersedianya gelang identitas di tangan pasien.6. Tersedianya nurse station yang berada di tengah Ruang dan 1 buah meja konsultasi.7. Kapasitas tempat tidur sebanyak 19 tempat tidur dengan rata-rata pasien per hari 14-19 pasien.8. Tersedia tempat duduk di kamar pasien untuk keluarga.9. Terdapat lembar penggunaan dan pengecekan alat kesehatan yang dipakai di Ruang.10. Tersedianya fasilitas air mineral untuk pasien dan keluarga pasien.11. Terdapatnya ruang penyimpanan alat, gudang alat dan ruang spoel hock12. Memiliki standar asuhan keperawatan dan Standar Operasional Prosedur dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)13. Memiliki visi dan misi rumah sakit yang diletakkan di Ruang14. Alur informasi dalam penerimaan pasien baru cukup jelas, yaitu dengan menggunakan sarana telepon serta informasi ulang mengenai kesiapan Ruang15. Persiapan tempat tidur sudah dilakukan sebelum pasien datang ke Ruang.16. Adanya pemberian informasi tentang biaya selama dilakukan tindakan keperawatan.17. Perawat memeriksa kelengkapan status dan catatan keadaan pasien dari unit yang mengantar (IGD ataupun POLI) dan melaporkannya ke dokter yang memegang pasiennya.18. Sudah ditetapkannya jam berkunjung di Ruang.

1. Belum optimalnya orientasi dan informasi tentang fasilitas ruangan terhadap pasien baru 2. Belum optimalnya pelabelan pada setiap formulir yang terdapat pada ruang nurse station dan papan nama penunjuk ruangan 3. Belum Optimalnya penggunaan leaflet/brosur untuk pasien pulang sehingga informasi hanya disampaikan hanya secara lisan.4. Ruang kepala ruangan yang bersatu dengan ruang penyimpanan alat tenun5. Tidak adanya locker penyimpanan tas perawat.6. Belum optimalnya ronde keperawatan pada overan siang dan malam hari7. Tidak tersedianya ruang pendidikan bagi mahasiswa yang praktek.8. terdapat kebocoran atap di kamar 2 sehingga kamar tersebut tidak dapat digunakan 9. belum optimalnya pemberian informasi kesehatan untuk pasien post op.

PeluangSO StrategiWO Strategi

a. Rumah sakit Immanuel merupakan salah satu Rumah sakit rujukan diwilayah Bandung Selatanb. Rumah Sakit memiliki hubungan kerja dengan Fakultas kedokteran Maranatha yang bisa menjadi tempat bagi tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan.c. Adanya kerja sama antar Rumah Sakit Immanuel dengan Rumah Sakit di Jawa Barat.d. Adanya kebijakan rumah sakit untuk meningkatkan jenjang pendidikan perawate. Adanya UU Keperawatan sebagai payung hukum tenaga perawat dalam melakukan pelayanan askep.

1. SDM dengan kualifikasi pendidikan S1 dan D3 merupakan kekuatan untuk menangkap peluang kebijakan rumah sakit dalam mengadakan pelatihan-pelatihan bagi perawat.2. pemanfaatan sistem pendukung sesuai dengan fungsinya untuk meningkatkan kualitas pelayanan3. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada4. Meningkatkan keamanan dan penjagaan pasien dengan adanya penen / tanda identitas pasien1. Adanya penilaian mutu pelayanan RS Immanuel menuntut ruangan untuk meningkatkan fasilitas ruangan, dan standar operasional prosedur dalam semua tindakan keperawatan.2. Penambahan Jumlah tenaga perawat3. Meningkatkan pengalaman kerja perawat-perawat diruangan dengan cara menangkap peluang kebijakan rumah sakit dalam mengadakan pelatihan-pelatihan bagi perawat.4. Perawatan dan pemanfaatan sarana prasarana yang tersedia di ruangan5. Adanya anggaran dari rumah sakit untuk pembuatan kamar mandi perawat

Ancaman / ThreatsST StrategiWT Srategi

1. Klien dan keluarga semakin kritis terhadap pelayanan yang berkualitas.2. Adanya Rumah Sakit lain yang memiliki kualitas lebih baik dengan standar akreditasi Joint Commission International(JCI).3. Adanya undang-undang perlindungan konsumen.4. Pembandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dengan Rumah Sakit yang memiliki standar pelayanan yang kurang lebih sama dengan standar pelayanan kesehatan dengan Rumah Sakit Immanuel Bandung. 5. Adanya rumah sakit yang baru (RS Santosa) di daerah Kopo.

1. Peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pelatihan kepada tena