Perilaku ab

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku. Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan. Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap ii

Transcript of Perilaku ab

Page 1: Perilaku ab

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak

merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat

dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia

dan kedokteran umum.

Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat

pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.

Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan

tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat

mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan

suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang

disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari

perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak

sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan

oleh gen yang diturunkan.

Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang

maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional

discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan

suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena

masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya

pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme).

Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang, dan tampilan luar atau

tampilan atas kedua-duanya. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik, phobia,

atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga

merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan

gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi

(peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup

seseorang.

Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis

yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status

tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan “individualitas,

ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang,

pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di

ii

Page 2: Perilaku ab

pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.”

(Mike Featherstone, 63 : 2005).

Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan

masyarakat, perilaku di depan , dan upaya membedakan statusnya dari

orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style. Penyebab perilaku

abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya.

Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat khususnya

pada gaya hidup seseorang.

Dari permasalah tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup seseorang dapat

menyebabkan tingkah laku abnormal, dan untuk itu penulis tertarik untuk lebih lanjut menulis

hal tersebut dalam makalah ini.

B Rumusan masalah

1.      Pengertian Perilaku Abnormal

2.      Model Perilaku Abnormal

3.      Kriteria Perilaku Abnormal

4.      Penyebab Perilaku Abnormal

C.    Tujuan dan Kegunaan

a. Untuk mengetahui lebih luas tentang dampak perilaku abnormal pada diri

b. Untuk memperoleh informasi tentang perilaku Abnormal

c. Untuk mengetahui ciri-ciri tanda dan gejala Abnormal

ii

Page 3: Perilaku ab

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Abnormal Pada Diri Sendiri

Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik penampilan dari

dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik,

phobia, atau pola-pola peilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal

juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis

dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi

(peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup

seseorang.

Gaya hidup merupakan pola atau budaya konsumtif manusia masa kini yang

mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu, tubuh, busana,

bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan

pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta

rasa gaya dari pemilik atau konsumen.

Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan

masyarakat, perilaku di depan, dan upaya membedakan statusnya dari

orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style merupakan salah satu

penyebab perilaku abnormal yang dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan

pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial

masyarakat khususnya pada gaya hidup seseorang.

B. Pengertian Gaya Hidup

Istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis

yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok

status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan

individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan

saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan

seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik

atau konsumen (Featherstone, 2005 : 124).

Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.

Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat

dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan,

menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan

monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status di beda-

bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.

ii

Page 4: Perilaku ab

Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat, yang

menciptakan dan melestarikan semua adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat (dalam

Sunarto Kamanto, 2000 : 67). Monopoli suatu kelompok status antara lain terwujud dalam

gaya berbusana. Kita melihat setiap kelompok status yang ada di masyarakat mempunyai

gaya hidup yang khas. Masing-masing kelompok mempunyai selera yang khas dalam

pakaian, hiburan, perlengkapan rumah tangga, makanan, minuman, bacaan, selera seni dan

musik.

Gaya hidup menurut Weber, berarti persamaan status kehormatan yang di tandai dengan

konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Estetika realitas melatarbelakangi

arti penting gaya yang juga di dorong oleh dinamika pasar modern dengan pencarian yang

konstan akan adanya model baru, gaya baru, sensasi dan pengalaman baru. Gaya hidup yang

ditawarkan berbagai media pada saat sekarang ini adalah ajakan bagi khalayaknya untuk

memasuki apa yang disebut budaya konsumer. (dalam Sunarto Kamanto, 2000 : 67)

Menurut Lury, budaya konsumer diartikan sebagai bentuk budaya materi yakni budaya

pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa yang

dinikmati oleh masyarakat Eropa-Amerika kontemporer tersebut “yang notabene adalah

negara kaya” di tiru oleh masyarakat dunia lain termasuk negara Indonesia. Budaya

consumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru, menurut Lury, proses

pembentukan gaya hidup-lah yang merupakan hal terbaik yang mendefenisikan budaya

konsumer.

Dalam budaya konsumer kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri

dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, waktu luang, pilihan makanan dan

minuman, rumah, mobil, pilihan liburan dan lain-lain menjadi indikator cita rasa

individualitas dan gaya hidup seseorang.

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal

sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat,

konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu

itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan

supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia

dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang

muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan

serbuan/invasi dari roh-roh jahat.

Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah

jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.

Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada

akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh

roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat

ii

Page 5: Perilaku ab

atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah

pedalaman. Kita pernah saksikan tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu

dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu

didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.

Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad

pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal.

Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat

dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada

dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara,

misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan

membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal,

maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.

Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu

pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18.

Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk

menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku

abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis,

psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan

singkatnya

a.    Perspektif biologis

Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku

abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman

lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang

psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan

penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini

bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka

mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan

dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom

dari gangguan yang mendasarinya.

b.    Perspektif psikologis

Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku

abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar.

Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama

yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal.

c.    Perspektif sosiokultural

Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang

lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal.

Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada

ii

Page 6: Perilaku ab

kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial

masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras,

gender,gayahidup,dansebagainya.

d.   Perspektif biopsikososial

Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami

hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku

abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai

macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain :

Statistical infrequency

Unexpectedness

Violation of norms

Personal distress (M. Fakhrurrozi, 2012 : 2)

C. Kriteria Menentukan Perilaku Abnormal

Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan

perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut :

a.       Kriteria Statistik

Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku

yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve

distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku

berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan

baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.

1. Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan

diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng.

Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas

ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.

2. Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah,

tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.

3. Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah

kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi

jenius.

4. Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang

mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan

informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

ii

Page 7: Perilaku ab

b.      Kriteria Norma

Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang

benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan

dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan

lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap

aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.

Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma

masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual

merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.

Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku

normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi

perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas

adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

D. Dampak Penyebab Perilaku Abnormal

Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan

sebagai berikut :

a.       Menurut Tahap Berfungsinya

1)      Penyebab Primer ( Primary Cause )

Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.

Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu

sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau

berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa

infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.

2)      Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan

tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak

oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup

sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang

lebih baik

3)      Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan

gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami

kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya

yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.

ii

Page 8: Perilaku ab

4)      Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang

sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit”

justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan

menunda kesembuhannya.

Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal.

Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat

sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber

penyebab sebagai abnormalitas. Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk

mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya

senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak

memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya

– foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

b.      Menurut Sumber Asalnya

Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya

menjadi tiga yaitu :

1)      Faktor Biologis

Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan

ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi,

penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya

mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap

stress.

2)      Faktor – faktor psikososial

a)      Trauma Di Masa Kanak – Kanak

Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan

harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya.

Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa

sampai ke masa dewasa.

b)      Deprivasi Parental

Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa

kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa

kemungkinan sebab misalnya:

      3)      Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan,

      4)      Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.

ii

Page 9: Perilaku ab

c)      Hubungan orang tua – anak yang patogenik

Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang

tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.

d)     Struktur keluarga yang patogenik

Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para

anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan

selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur

keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:

e)      Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.

Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau

karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .

     5)      Keluarga yang antisosial

Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas

     6)      Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah

      7)      Keluarga yang tidak utuh

Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau

sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.

f)       Stress berat

Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat

ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :

       8)      Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri

       9)      Konflik nilai

  10)      Tekanan kehidupan modern

3)      Faktor – faktor Sosiokultural

Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat

berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk

gangguan seperti:

a)      Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,

b)      Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti

menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.

c)      Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti

berdasarkan agama, ras, suku dll.

ii

Page 10: Perilaku ab

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

berikut beberapa dampak penyebab perilaku abnormal pada diri :

a.       Menurut Tahap Berfungsinya

1. Penyebab Primer ( Primary Cause )

2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

b.      Menurut Sumber Asalnya

1. Faktor Biologis

2. Faktor – faktor psikososial

a)      Trauma Di Masa Kanak – Kanak

b)      Deprivasi Parental

c)      Hubungan orang tua – anak yang patogenik

d)     Struktur keluarga yang patogenik

e)      Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.

f)       Stress berat

3. Faktor – faktor Sosiokultural

a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,

b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti

menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.

c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu

seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.

B.     Saran-saran

Diharapkan kepada pendidik dan orang tua dalam memberikan arahan tentang gaya hidup

yang sehat bagi anak dan siswa di sekolah.

Untuk dapat contoh tentang gaya hidup yang sehat dan baik, maka orang tua atau

pendidik diupayakan memahami dan mengerti tentang bagaiman perkembangan gaya

hidup yang berkembang di masyarakat.

Sebaiknya orang tua memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang baik dan serta

pemahaman agama yang kuat agar anak tidak terjerat kedalam gaya hidup yang salah.

 

ii

Page 11: Perilaku ab

DAFTAR PUSTAKA

http://www.syifa.wordpress.com 2007. Gaul vs Konsumtif. Diakses 26 Oktober 2012

http://dhesny-hon.blogspot.com/perilaku-abnormal.html diakses tanggal 16 November

2012

Dyah Kusbiantari dalam http://kusbiantari.blogspot.com/2012 diakses tanggal 16

November 2012.

Emil Kraepelin, 2007. Psychiatric Mental Health Nursing (Terjemahan). Philadelphia

: J. B. Lippincot Company.

Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan

Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fakhrurrozi. M. 2012, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Hal 93. Jakarta :

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Universitas Sumatera

Utara .

ii

Page 12: Perilaku ab

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan limpahan

rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dalam mata

kuliah“PSIKOLOGI”. Dengan judul “DAMPAK PERILAKU ABNORMAL PADA DIRI”.

Dalam penulisan makalah ini saya susun berdasarkan sumber-sumber yang ada di

internet. Makalah ini juga, kami susun guna memberikan pengalaman bagi mahasiswi agar

mampuh menerapkan pengetahuannya dengan lebih luas. Oleh karena itu, mahasiswi perlu

lebih meningkatkan pemahaman, wawasan, dan memperluas pola pikir. Yang tentunya sangat

bermanfaat bagi tumbuh kembang wawasan kedepan bagi mahasiswi. Dan pastinya dapat

menjadi bekal bagi mahasiswi untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan dunia luas

dengan keahlian, pengetahuan, wawasan sesuai dengan keterampilan dan profesinya masing-

masing.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan/perbaikan penulisan makalah ini dikemudian hari.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Raha, Desember 2013

Penulis

ii

Page 13: Perilaku ab

MAKALAH PSIKOLOGI

DAMPAK PERILAKU

ABNORMAL PADA DIRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : FEBI FATMAWATI S.

NIM : 13.13.1098

TINGKAT : I. B

AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2013

ii

Page 14: Perilaku ab

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3

A. Pengertian Perilaku Abnormal Pada Diri Sendiri............................................... 3

B. Pengertian Gaya Hidup................................................................................... 3

C. Kriteria Menentukan Perilaku Abnormal........................................................... 6D. Dampak Penyebab Perilaku Abnormal.......................................................... 7

BAB III PENUTUP................................................................................................ 10

A. Kesimpulan.................................................................................................. 10

B. Saran........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11

ii