PERHITUNGAN PERPAJAKAN

10
PERHITUNGAN PERPAJAKAN Jenis jenis pajak menurut direktorat jendaral pajak indonesia : 1.pajak pph atau pajak pengahsilan 2.pajak bumi dan banguana atau PBB 3. BM atau bea materai \ 4.pajak pertambahan nilai atau PPN dan pajak atas penjualan barang mewah atau PPNBM 5.bea perolehan hak tanah atau bangunan atau BPHTB (suber data dari webdirektorat jendral pajak ) Dari garis garis besar atas semua jenis jenis pajak yang ada adalah sebagai berikut : jenis jenis pajak dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : 1.berdasarkan pihak yang menanggung dibagi menjadi 2 adalah pajak langsung dan juga pajak tidak langsung 2. berdasarkan pihak yang memungut pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak negara dan juga pajak daerah 3.berdasarakan sifatnya dibagi menjadi dua yaitu pajak obyektif dan juga pajak subyektif Sebenarnya jenis jenis pajak itu sangat banayk sekali diantaranya digolongkan sebagai berikut : A.Jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung:

description

pajak,perpajakan,perhitungan pajak

Transcript of PERHITUNGAN PERPAJAKAN

PERHITUNGAN PERPAJAKAN

Jenis jenis pajak menurut direktorat jendaral pajak indonesia :

1.pajak pph atau pajak pengahsilan2.pajak bumi dan banguana atau PBB 3. BM atau bea materai \4.pajak pertambahan nilai atau PPN dan pajak atas penjualan barang mewah atau PPNBM5.bea perolehan hak tanah atau bangunan atau BPHTB(suber data dari webdirektorat jendral pajak )

Dari garis garis besar atas semua jenis jenis pajak yang ada adalah sebagai berikut :jenis jenis pajak dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :

1.berdasarkan pihak yang menanggung dibagi menjadi 2 adalah pajak langsung dan juga pajak tidak langsung 2. berdasarkan pihak yang memungut pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak negara dan juga pajak daerah3.berdasarakan sifatnya dibagi menjadi dua yaitu pajak obyektif dan juga pajak subyektif

Sebenarnya jenis jenis pajak itu sangat banayk sekali diantaranya digolongkan sebagai berikut :

A.Jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung:1.Pajak Langsung adalah pajak yang pembayarannya dimana harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat atau tidak bisa dialihkan kepada pihak lain.Contoh pajak langsung adalah : PPh, PBB.2. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak lain.Contoh : Pajak Penjualan, PPN/.pajak pertambahan nilai , PPn-BM/pajak penjualan atas barang mewah , BeaMaterai(BM) dan Cukai.B. Jenis pajak berdasarkan pihak yang memungut:1.Pajak Negara , adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.Pajak pusat merupakan sumber penerimaan negara indonesia . Contoh : PPh/pejak penghasilan ,PPN/pajak pertambahan nilai , PPn dan Bea Materai/ pajakpenjualan atas barang mewah .2.Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah.Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan daerah.Contoh : Pajak tontonan, pajak reklame, PKB (Pajak Kendaraan Bermotor/PKB) PBB/pajak bumi danbangunan,Iuran kebersihan,, Retribusi parkir, Retribusi galian pasir dan lainya .

C. Jenis pajak berdasarkan sifatnya:1. Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan sang wajib pajak itu sendiri . Dalam ini penentuan dalam besarnya pajak harus ada alasan objektif yang berhubungan erat dalam kemampuan membayar wajib pajak/sipembayar pajak . Contoh : PPh/pajak pengahsilan 2. Pajak Objektif, adalah pajak yang dinilai berdasarkan objektifitasnya dan tanpa diperhatikanya keadaan diri sang wajib pajak. Contoh : PPN/pajak pertmabahan nilai , PBB/pajak bumi dan bangunan , PPn-BM/pajak atas penjualan barang mewah .

Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.Subjek Pajak atau penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.Pemotong Pajak

1.badan pemerintah;

2.subjek pajak badan dalam negeri;

3.penyelenggara kegiatan;

4.Bentuk Usaha Tetap;

5.perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

6.orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23, yaitu :

a.akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas; atau

b.orang pribadi yagn menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran beruapa sewa.

Tarif Dan Objek Pajak

1.Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :

a.dividen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "g" Undang-undang PPh;

b.bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "f";

c.royalti;

d.hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Ayat (1) huruf "e" Undang-undang PPh.Hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan 21 adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan, misalkan kegiatan olah raga, keagamaan, kesenian, dan kegiatan lainnya.Adapun hadiah dan penghargaan yang dipotong Pajak Penghasilan 23 adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan yang diselenggarakan.

2.Sebesar 15% dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi.

3.Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :

a.sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang dikenakan PPh yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996;

b.imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan hukum, jasa konsultan pajak, dan jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf "c" Undang-undang Pajak Penghasilan, yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.

Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Dan Jasa Lain

No.Perkiraan Penghasilan NetoJenis Jasa

1.50% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNJasa profesi, termasuk jasa konsultan hukum dan jasa konsultasi pajak

2.40% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNa.Jasa teknik dan jasa manajemen

b.Jasa perancang/desain :

Jasa perancang interior dan jasa perancang pertamanan;

Jasa perancang mesin dan jasa perancang peralatan;

Jasa perancang alat-alat transportasi/kendaraan;

Jasa perancang iklan/logo;

Jasa perancang alat kemasan.

c.Jasa instalasi/pemasangan :

Jasa instalasi/pemasangan mesin dan jasa instalasi/pemasangan peralatan;

Jasa instalasi/pemasangan listrik/telepon/air/gas/TV kabel.

d.Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan :

Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan mesin dan jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan peralatan;

Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan alat-alat transportasi/kendaraan;

Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan bangunan.

e.Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, tidak termasuk sewa gudang yang telah dikenakan PPh Final berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1996.

f.Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga.

g.Jasa pemanfaatan informasi di bidang teknologi, termasuk jasa internet.

h.Jasa telekomunikasi yang bukan untuk umum.

i.Jasa akuntansi dan pembukuan.

j.Jasa pengolahan/pembuangan limbah.

k.Jasa penebangan hutan, termasuk land clearing.

l.Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang penambangan minyak gas dan bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh Bentuk Usaha Tetap.

m.Jasa penunjang di bidang penambangan migas.

n.Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas.

o.Jasa perantara.

p.Jasa penilai.

q.Jasa aktuaris.

r.Jasa pengisian sulih suara (dubbing) dan/atau mixing film.

s.Jasa maklon.

t.Jasa rekruitmen/penyediaan tenaga kerja.

u.Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan/pemeliharaan dan perbaikan.

3.26,67% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNa.Jasa perencanaan konstruksi.

b.Jasa pengawasan konstruksi

4.13,33% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNJasa pelaksanaan konstruksi

5.10% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNa.Jasa pembasmian hama

b.Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Perkiraan Penghasilan Neto Atas Penghasilan Sewa (Kecuali Persewaan Tanah/Bangunan) Dan Penggunaan Harta

No.Perkiraan Penghasilan NetoJenis Jasa

1.20% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNSewa dan penghasilan lainnya sehubungan dengan pengunaan harta khusus kendaraan angkutan darat.

2.40% dari jumlah bruto tidak termasuk PPNSewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Bukan Objek Pajak

1.penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;

2.sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usahaa dengan hak opsi;

3.dividen atau bagian laba yang diterimaa atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat :

a.dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b.bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;

4.bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha:

5.bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a.merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan

b.sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

6.Sisa Hasil Usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;

7.bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan telah ditetapkan batas jumlah sebesar Rp. 240.000,00 setiap bulan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;Atas bunga simpanan yang jumlahnya di atas Rp. 240.000,00 dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari seluruh bunga yang diterima dan bersifat final.

Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan

1.Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan;Yang dimaksud dengan saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh pemotong pajak sesuai dengan metode pembukuan yang dianutnya.

2.Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetor oleh Pemotong Pajak selambat-lambatnya tanggal 10 takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

3.Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

4.Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong.

Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.Subjek Pajak PenghasilanSubjek PPh meliputi :1. orang pribadi;2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;3. badanAdalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap; dan4. bentuk usaha tetap (BUT).Adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:a. tempat kedudukan manajemen;b. cabang perusahaan;c. kantor perwakilan;d. gedung kantor;e. pabrik;f. bengkel;g. gudang;h. ruang untuk promosi dan penjualan;i. pertambangan dan penggalian sumber alam;j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; danp. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.Subjek Pajak Dalam Negeri1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.3. Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundanganb. pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBDc. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerahd. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.Subjek Pajak Luar Negeri1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.Tidak termasuk Subjek Pajak1. Kantor perwakilan negara asing;2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:a. bukan warga Negara Indonesia; danb. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut; sertac. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;b. tidak menjalankan usaha; atauc. kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :a. bukan warga negara Indonesia; danb. tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.