PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir....

74
1 PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION (USLE) DI KECAMATAN JUMAPOLO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : ENDAH MARTATI NIM : K 5403028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir....

Page 1: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

1

PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN

PENDEKATAN UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION (USLE)

DI KECAMATAN JUMAPOLO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : ENDAH MARTATI

NIM : K 5403028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

Page 2: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertambahan penduduk yang begitu pesat secara langsung akan berakibat

pada meningkatnya kebutuhan hidup baik sandang, pangan maupun papan.

Berdasarkan sensus penduduk yang telah dilaksanakan di Indonesia, pertambahan

penduduk di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 1971 dengan

jumlah penduduk sebesar 119.208.229 jiwa hingga tahun 2000 dengan jumlah

penduduk sebesar 206.264.595 jiwa (www.bps.go.id).

Penduduk Indonesia sangat bergantung pada bidang pertanian untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, kebutuhan terhadap lahan juga

meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Tanah merupakan sumberdaya alam yang penting untuk kelangsungan

hidup manusia karena tanah merupakan suatu komponen yang diperlukan dalam

setiap bentuk aktivitas manusia seperti pertanian, pemukiman, jalan, industri,

bahkan kegiatan pariwisata. Sebagai sumberdaya alam, keberadaan tanah terutama

dalam segi kualitas harus senantiasa dijaga agar tetap lestari sehingga generasi

selanjutnya masih dapat memanfaatkan.

Salah satu tujuan penggunaan tanah adalah untuk menghasilkan barang–

barang atau alat–alat pemuas kebutuhan manusia yang terus meningkat karena

pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan terus

berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu mengalami

peningkatan seiring kemajuan teknologi dan mengejar pertumbuhan ekonomi

yang tinggi, seringkali pemanfaatan atau penggunaan lahan oleh manusia kurang

bijaksana.

Manusia sering kali tidak adil dalam memperhatikan tanah, maksudnya

adalah tanah dipaksa untuk terus berproduksi dan memberikan hasil yang

semaksimal mungkin tanpa memperhatikan kondisi tanah tersebut. Semua itu

dilakukan demi kepentingan manusia semata yaitu terpenuhinya kebutuhan

manusia baik kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier sekalipun. Perlakuan

Page 3: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

3

negatif manusia terhadap tanah tersebut dapat mengakibatkan kerusakan

lingkungan.

Tanah sesuai dengan sifat dan faktor pembatas yang berbeda mempunyai

daya guna yang berbeda pula. Tanah dengan produktivitas tinggi seharusnya

dijaga agar penggunaannya tetap sebagai tanah pertanian, bukan dimanfaatkan

untuk usaha non pertanian.

Pemanfaaatan sumberdaya alam, khususnya tanah yang tidak tepat atau

tidak sesuai dengan kemampuannya dan tidak adanya tindakan atau usaha

konservasi terhadap sumberdaya alam tersebut dapat mengakibatkan kerusakan

lingkungan dan mengganggu kelangsungan hidup manusia.

Salah satu bentuk kerusakan lingkungan adalah terjadinya degradasi tanah.

Degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah dan produktivitas potensial dan

atau pengurangan kemampuannya, baik secara alami atau karena pengaruh

manusia (Dent, 1993 dalam Lanya, 1995). Riquer dalam Lanya (1995: 7),

mengelompokkan degradasi ke dalam dua macam, yaitu degradasi alami dan

degradasi dipercepat. Degradasi alami terjadi pada masa lampau akibat denudasi,

yang biasanya meninggalkan sisanya dalam bentuk permukaan sisa erosi atau

dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah

degradasi yang proses berlangsungnya cepat, umumnya disebabkan oleh pengaruh

campur tangan manusia.

Salah satu gejala adanya kerusakan atau degradasi tanah adalah

berlangsungnya proses erosi yang ditimbulkan oleh adanya kekeliruan dalam

penggunaan lahan, yaitu pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tingkat

kemampuannya. Kerusakan tanah akibat erosi dapat mengakibatkan menurunnya

kesuburan dan produktivitas tanah, bahaya banjir pada musim hujan atau

kekeringan pada musim kemarau dan pendangkalan sungai–sungai ataupun

danau–danau serta makin luasnya lahan kritis (Rukmana, 1995: 10).

Menurut Kartasapoetra (2000: 34), bahaya erosi yang di sana sini telah menurunkan produktivitas tanah merupakan masalah utama yang sepanjang tahun, dari tahun ke tahun tetap harus dihadapi oleh Pemerintah. Bahaya erosi yang menimpa lahan–lahan pertanian serta penduduk sering terjadi pada lahan–lahan yang mempunyai kemiringan lereng sekitar 15 % ke atas. Bahaya ini pun selain

Page 4: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

4

oleh perbuatan–perbuatan sementara manusia yang terlalu mementingkan pemuasan kebutuhan diri sendiri, juga dikarenakan pengelolaan tanah dan pengairannya yang keliru.

Pencegahan erosi sangat diperlukan, jika erosi dibiarkan terus – menerus

begitu saja, maka akan menimbulkan adanya ketidakseimbangan lingkungan.

Erosi yang terjadi pada lahan pertanian akan mengikis tanah subur yang berada

pada bagian atas sehingga lahan tersebut akan berkurang kesuburannya. Akibat

lebih jauh adalah menurunnya produktivitas tanah.

Ada tiga macam pengamatan tentang erosi, yaitu:

1. Pengamatan Tingkat Makro

Merupakan evaluasi umum untuk suatu wilayah yang luas meliputi

suatu pulau atau wilayah nasional, dilakukan dengan peta skala 1 : 1.000.000

dan lebih kecil. Evaluasi ini didasarkan pada iklim dengan menggambarkan

nilai erosivitas hujan tersebut berupa garis-garis isoeroden, dalam interval

tertentu ditunjukkan daerah yang mempunyai potensi erosi sangat tinggi,

tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

2. Pengamatan Tingkat Meso

Merupakan evaluasi yang meliputi areal lebih sempit seperti DAS,

Sub-DAS, propinsi, kabupaten atau kecamatan, dengan menggunakan peta

dasar skala 1 : 20.000 – 1 : 50.000. Jadi evaluasi tingkat meso dapat berupa

evaluasi semi detail sampai evaluasi tinjau. Faktor yang dianalisa adalah

iklim, topografi dan tanah. Ada dua cara yang digunakan yaitu :

a. Persamaan Prediksi seperti USLE dengan rumus A = R K LS C P

b. Dengan sistem klasifikasi kemampuan lahan.

3. Pengamatan Tingkat Mikro

Merupakan evaluasi yang meliputi satu bidang tanah. Evaluasi ini

dapat dilakukan dengan menggunakan metode prediksi erosi seperti USLE.

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi dipilihnya Kecamatan

Jumapolo sebagai daerah penelitian, yaitu:

Page 5: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

5

1. Kecamatan Jumapolo memiliki curah hujan tahunan sebesar 1.998,3

mm/tahun. Pada daerah tropis dengan rerata curah hujan lebih dari 1500

mm/tahun, seperti Kecamatan Jumapolo, maka air merupakan penyebab utama

terjadinya erosi. Curah hujan dan aliran permukaan memegang peranan yang

cukup penting dalam proses erosi, karena kedua unsur ini dapat merusak

struktur tanah dan mengakibatkan penipisan tanah. Penipisan tanah akan terus

berlangsung jika tidak segera dilakukan tindakan penanggulangan. Selain itu,

sedimentasi atau pengendapan butir-butir tanah yang telah dihanyutkan atau

terangkut oleh aliran permukaan akan terakumulasi pada tempat yang lebih

rendah sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan

perairan. Sedimentasi juga dapat mengakibatlan semakin sempitnya lebar

sungai yang disebabkan karena pembentukan tanah baru, atau jika lumpur

sedimentasi dihanyutkan terus-menerus maka pembentukan tanah baru akan

terjadi di muara-muara sungai (Kartasapoetra, 2000:36).

2. Kecamatan Jumapolo memiliki relief yang bervariasi, dari lereng datar hingga

sangat curam, berdasarkan Peta Lereng Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000

semakin ke arah timur lerengnya akan semakin curam dengan perincian

sebagai berikut:

a. Lereng datar (0-8%) meliputi daerah Jatirejo, Lemahbang, Paseban,

Kwangsan, Bakalan, dan Jumapolo.

b. Lereng miring (8-15%) meliputi daerah Ploso dan Karangbangun.

c. Lereng sangat miring (15-25%) terdapat di daerah Giriwondo.

d. Lereng curam (25-45%) terdapat di Kedawung.

e. Lereng sangat curam (>45%) meliputi daerah Kadipiro, Jumantoro, dan

sebagian Giriwondo.

3. Penggunaan lahan di Kecamatan Jumapolo, khususnya pada lahan dengan

kemiringan lereng lebih dari 25% yang digunakan sebagai tegalan semakin

memperkuat dugaan bahwa di Kecamatan Jumapolo telah terjadi erosi.

Page 6: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

6

Dalam rangka pengendalian laju erosi tanah di Kecamatan Jumapolo,

sebelumnya perlu dilakukan pengukuran erosi tanah. Pengukuran besar erosi

tanah dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti pendekatan

laboratorium, pendekatan lapangan, pendekatan gabungan, serta pendekatan

permodelan. Dari keempat pendekatan tersebut, pendekatan yang paling sesuai

digunakan untuk menghitung besarnya erosi pada berbagai tataguna lahan dalam

waktu yang bersamaan adalah pendekatan permodelan yang dikenal dengan nama

Universal Soill Loss Equation (USLE) atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah

(PUKT). USLE merupakan suatu model yang dirancang untuk memprediksi rata-

rata erosi jangka panjang dari erosi kulit dan erosi alur pada berbagai tataguna

lahan dalam waktu bersamaan. Istilah universal atau umum ini menunjukan

bahwa persamaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besarnya

erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

berbeda.

Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Perhitungan Besar Erosi Tanah dengan

Pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE) di Kecamatan Jumapolo.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa besar erosi tanah yang terjadi di Kecamatan Jumapolo?

2. Bagaimana tingkat bahaya erosi tanah di Kecamatan Jumapolo?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas dari permasalahan yang akan dibahas

maka penelitian ini dibatasi pada besar dan tingkat bahaya erosi tanah yang terjadi

di Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar.

Page 7: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui besar erosi tanah yang terjadi di Kecamatan Jumapolo.

2. Mengetahui tingkat bahaya erosi di Kecamatan Jumapolo.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

dalam pembelajaran geografi di sekolah khususnya pada kelas VIII semester I.

untuk lebih jelasnya disajikan pada siilabus tabel 1 berikut.

b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti yang akan datang untuk

mengadakan penelitian yang serupa.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang kondisi fisik daerah penelitian dan

memberikan masukan tentang pengolahan dan pengelolaan tanah.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam arahan konservasi tanah.

F. Definisi Operasional

1. Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar

permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki

sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup dalam keadaan relief

tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1992: 2).

2. Erosi adalah suatu proses di mana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian

dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, atau gravitasi

(Hardjowigeno, 1987: 128).

3. Prediksi Erosi adalah suatu metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan

terjadi dari tanah yang akan digunakan dalam penggunaan lahan dan

pengelolaan tertentu (Arsyad, 1989: 237).

4. Degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah dan produktivitas potensial

dan atau pengurangan kemampuannya, baik secara alami atau karena pengaruh

manusia (Dent, 1993 dalam Lanya, 1995: 7).

Page 8: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

8

5. Erodibilitas tanah adalah kepekaan tanah terhadap daya penghancuran dan

penghanyutan oleh air curahan hujan (Kartasapoetra, 2000: 56).

6. Erosivitas hujan adalah kekuatan/kemampuan potensial butir – butir air hujan

dalam mengerosi tanah (Asdak, 1995: 455).

7. Tingkat Bahaya Erosi adalah perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang

terjadi pada suatu lahan bila pengelolaan tanaman dan konservasi tidak

mengalami perubahan (Mangunsukardjo, 1999 dalam Waluyaningsih 2008: 9).

Page 9: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

9

TABEL 1 SILABUS

Page 10: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanah

Darmawijaya (1992: 9), menyatakan bahwa tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Di dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat.

Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa–sisa

bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di

dalamnya. Selain itu, di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Hardjowigeno,

1987: 1).

Menurut Hardjowigeno (1987: 4), tanah tersusun atas empat bahan utama,

yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan–bahan penyusun tanah

tersebut jumlahnya berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.

Tanah dalam bidang pertanian diartikan sebagai bagian atas dari kulit

bumi untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah sangat penting artinya bagi

manusia. Tanah dan manusia mempunyai hubungan timbal balik, artinya tanah

memberikan semua kebutuhan manusia, sebaliknya manusia bisa membuat agar

tanah tetap produktif sepanjang masa.

Kesuburan tanah perlu dijaga sehingga tanah tetap memberikan kehidupan

bagi penghuninya. Tanah sangat diperlukan bagi semua orang karena merupakan

sumber semua kebutuhan hidup manusia. Meskipun teknologi telah berkembang

pesat, tetapi sektor pertanian tidak bisa diabaikan begitu saja.

2. Erosi

Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan

kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, atau gravitasi

(Hardjowigeno, 1987: 128).

Page 11: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

11

Soil erosion may be a slow process that continues relatively unnoticed, or

it may occur at an alarming rate causing serious loss of topsoil. The loss of soil

from farmland may be reflected in reduced crop production potential, lower

surface water quality and damaged drainage networks.

(www.worldagroforestry.com)

Di Indonesia erosi oleh air lebih penting. Pada proses ini terjadi tiga fase,

yaitu :

a. Pelepasan butir–butir tanah

b. Pengangkutan atau transportasi butir–butir tanah oleh tenaga yang

menyebabkan erosi.

c. Pengendapan butir–butir tanah di lain tempat.

Tererosinya lapisan olah tanah tidak memungkinkan lagi dilaksanakan

pertanaman, di mana tanah tidak mampu lagi menahan air sehingga terjadi kering

dan gersang, sedimentasi dapat menimbulkan kedangkalan sungai (Kartasapoetra,

2000: 47).

Erosi dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan lingkungan. Akibat

yang ditimbulkan oleh adanya erosi menurut (Arsyad 1989: 4) adalah :

1. Pada daerah di mana erosi itu terjadi, akan mengakibatkan :

a. Menurunkan kesuburan lapisan tanah atas (top soil) yang kaya akan

berbagai unsur hara dan bahan organik, dan hanya meninggalkan lapisan

tanah bawah (sub soil) atau kadang tinggal bahan induk

b. Mengganggu sifat fisika tanah yang disebabkan oleh tenaga erosif air

hujan yang mengakibatkan menurunnya laju infiltrasi, permeabilitas tanah,

dan aerasi tanah yang akan memperbesar aliran permukaan.

c. Meningkatnya volume aliran permukaan akan mempercepat proses erosi

dan memperberat tingkat erosi, sehingga dari erosi permukaan bisa

menjadi erosi parit atau bahkan sampai menjadi longsor.

d. Menurunkan produktivitas tanah pertanian serta berkurangnya luas lahan

olah atau juga lebar jalan akibat adanya erosi jurang.

Page 12: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

12

2. Pada daerah di luar terjadinya erosi (daerah sedimentasi), akan berakibat :

a. Perubahan sifat–sifat hidrologi pada sungai karena peningkatan kecepatan

aliran permukaan yang menyebabkan banjir di musim hujan dan

sebaliknya akan kekeringan pada musim kemarau karena tanah tidak

mampu menahan air akibat rusaknya sifat fisik tanah.

b. Menurunkan kualitas air sungai karena semakin meningkatnya sedimentasi

bahan–bahan akibat erosi di daerah atas, sehingga tidak dapat lagi dipakai

untuk keperluan rumah tangga atau juga menurunnya kehidupan

organisme di dalam sungai.

c. Menurunkan umur waduk akibat sedimentasi bahan yang berlebih, di

samping juga pendangkalan pada aliran–aliran sungai yang akan

menurunkan volume tampung air sehingga jika terjadi kelebihan aliran

permukaan akan segera mengakibatkan banjir di sekitar daerah aliran

sungai.

3. Bentuk–bentuk Erosi

Bentuk erosi berdasarkan kenampakan lahan akibat erosi menurut Asdak

(1995: 441) adalah :

a. Erosi lembar (sheet erosion) yaitu pengangkutan lapisan tanah yang merata

tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah.

b. Erosi alur (riil erosion), yaitu erosi yang terjadi karena air terkosentrasi dan

mengalir pada tempat–tempat tertentu di permukaan tanah sehingga

pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.

c. Erosi tebing sungai (stream bank erosion), yaitu erosi yang terjadi akibat

pengikisan tebing yang terjadi oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing

atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai.

d. Erosi parit (gully erosion), yaitu proses terjadinya seperti alur, tetapi saluran–

saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat

dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

Page 13: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

13

4. Faktor–faktor Penyebab Erosi

Arsyad (1989: 72), menyatakan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja

antara faktor–faktor iklim, topografi, tumbuh–tumbuhan dan manusia terhadap

tanah yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

E adalah besarnya erosi yang merupakan fungsi dari faktor iklim (i), relief

(r), vegetasi (v), tanah (t),dan manusia (m). Vegetasi, sebagian sifat–sifat tanah,

dan faktor topografi panjang lereng merupakan faktor–faktor yang dapat diubah

oleh manusia. Sedangkan iklim, kelerengan, dan tipe tanah merupakan faktor

faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia. Uraian faktor–faktor penyebab erosi

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Iklim

Salah satu unsur iklim yang mempengaruhi erosi adalah curah

hujan/presipitasi. Sifat hujan yang terpenting pengaruhnya terhadap erosi adalah

intensitas hujan. Jumlah hujan rata–rata yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi

yang berat apabila hujan tersebut terjadi merata, sedikit demi sedikit, sepanjang

tahun. Sebaliknya curah hujan rata–rata tahunan yang rendah mungkin dapat

menyebabkan erosi berat apabila hujan tersebut jatuh sangat deras meskipun

hanya sekali (Hardjowigeno, 1987: 132).

b. Relief

Relief atau topografi merupakan faktor penting yang mempengaruhi

besarnyan erosi. Unsur topografi tersebut meliputi kemiringan lereng, panjang

lereng, konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 1989: 81).

Menurut Hardjowigeno (1987: 136), erosi akan meningkat apabila lerengya semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir semakin besar.

E = f ( i,r,v,t,m, )

Page 14: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

14

c. Vegetasi

Vegetasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap besarnya

erosi, yang sekaligus mudah diubah oleh manusia. Pada suatu vegetasi penutup

tanah yang baik seperti rumput yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan

dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989: 84). Vegetasi memiliki sifat

melindungi tanah dari timpaan–timpaan keras titik–titik curah hujan

kepermukaannya, selain itu dapat memperbaiki susunan tanah dengan bantuan

akar – akar yang menyebar (Kartasapoetra, 1991: 37).

Vegetasi mampu mempengaruhi laju erosi karena :

1. Adanya intersepsi air hujan oleh tajuk daun

2. Adanya pengaruh terhadap limpasan permukaan

3. Adanya pengaruh terhadap sifat fisik tanah

4. Adanya peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi

Adanya tanaman menyebabkan air hujan yang jatuh tidak langsung

memukul massa tanah, tetapi terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman.

Selanjutnya tidak semua air hujan tersebut diteruskan ke permukaan tanah karena

sebagian akan mengalami evaporasi. Kejadian ini akan mengurangi jumlah air

yang sampai ke permukaan tanah yang disebut hujan lolos tajuk.

d. Tanah

Sifat–sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi

menurut Hardjowigeno (1987: 135) adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan

struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah dan kandungan bahan

organik. Kepekaan tanah terhadap erosi dikenal sebagai erodibilitas tanah yang

merupakan pernyataan keseluruhan pengaruh sifat–sifat tanah dan bebas dari

faktor–faktor penyebab erosi lainnya (Arsyad, 1989: 96).

e. Manusia

Manusia adalah kunci penentu untuk terjadinya erosi, terutama ditinjau

dari perilakunya yang memperlakukan sumberdaya alam (tanah dan air) untuk

memenuhi kebutuhannya, juga kemampuannya untuk mengatur keseimbangan

faktor–faktor lainnya (Sutopo dan Jaka Suyana, 1999: 8 – 10).

Page 15: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

15

5. Prediksi Erosi

Metode yang umum digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi

adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh

Weschmeier dan Smith. USLE memungkinkan pendugaan laju rata–rata erosi

suatu lahan tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu

untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (konservasi tanah)

yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan (Arsyad, 1989: 248).

USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-

rata erosi jangka panjang dari erosi lembar atau alur pada keadaan tertentu.

Menurut Arsyad (1989: 237), prediksi erosi merupakan metode untuk

memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang akan digunakan dalam

penggunaan lahan dan pengelolaan tertentu. Jika laju erosi masih dapat dibiarkan

atau ditoleransikan sudah ditetapkan maka dapat ditentukan kebijakan

penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak

terjadi kerusakan tanah sehingga tanah dapat dipergunakan secara lestari.

Menurut Wischmeier dan Smith dalam Hardjowigeno (1987: 138), untuk

memperkirakan besarnya erosi yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

A = Banyaknya kehilangan tanah per satuan luas lahan. Besarnya kehilanagan

tanah atau erosi dalam hal ini hanya terbatas pada erosi kulit dan erosi

alur. Tidak termasuk erosi yang berasal dari tebing sungai dan juga tidak

termasuk sedimen yang terendapkan di bawah lahan-lahan dengan

kemiringan besar. (ton/ha/th).

R = Faktor erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu. Faktor

R juga merupakan angka indeks yang menunjukkan besarnya tenaga

curah hujan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi.

K = Faktor erodibilitas tanah untuk horison tanah tertentu, dan merupakan

kehilangan tanah per satuan luas untuk indeks erosivitas tertentu. Faktor

A = R.K.L.S.C.P

Page 16: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

16

K adalah indeks erodibilitas tanah, yaitu angka yang menunjukkan

mudah tidaknya partikel-partikel tanah terkelupas dari agreget tanah oleh

gempuran air hujan atau air larian.

L = Faktor panjang lereng yang tidak mempunyai satuan dan merupakan

bilangan perbandingan antara besarnya kehilagan tanah untuk panjang

lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng

72,6 ft.

S = Faktor gradien (beda) kemiringan yang tidak mempunyai satuan dan

merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah

untuk tingkat kemiringan lereng tertentu dengan besarnya kehilangan

tanah untuk kemiringan lereng 9%.

C = Faktor (pengelolaan) cara bercocok tanam yang tidak mempunyai satuan

dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah

pada kondisi cara bercocok tanam yang diinginkan dengan besarnya

kehilangan tanah pada keadaan tilled continouos fallow.

P = Faktor praktik konservasi tanah (cara mekanik) yang tidak mempunyai

satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya

kehilangan tanah pada kondisi usaha konservasi tanah ideal (misalnya,

teknik penanaman sejajar garis kontur, penanaman dalam teras,

penanaman dalam larikan) dengan besarnya kehilangan tanah pada

kondisi penanaman tegak lurus terhadap garis kontur.

Besarnya erosi yang terjadi pada suatu wilayah adalah dengan

memperkirakan jumlah kehilangan tanah maksimum yang akan terjadi pada

sebidang lahan dengan catatan apabila pengelolaan tanaman dan konservasi tanah

tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang panjang.

Dari persamaan tersebut di atas maka besarnya laju erosi diperoleh dari

perhitungan faktor – faktor berikut :

a. Erosivitas Hujan (R)

Indeks erosivitas hujan (R) merupakan nilai yang menggambarkan

kemampuan potensial tetesan air hujan untuk mengerosi tanah. Faktor–faktor

erosivitas hujan diangkat dari rumus Bols (1978), yaitu jumlah satuan indeks erosi

Page 17: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

17

hujan yang merupakan perkalian energi kinetik hujan (E/KE) dengan intensitas

hujan maksimun 30 menit (I30). Persamaan EI30 ini dapat digunakan jika tersedia

data hujan yang diperoleh dari pencatat hujan otomatis yang mencatat data waktu

dan jumlah hujan.

Data hujan yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan

Fakultas Pertanian UNS hanya diketahui jumlah hujan sehingga persamaan EI30

tidak dapat dipergunakan dan untuk menghitung besar erosivitas digunakan

persamaan Soemarwoto (2007: 200) berikut ini :

R = 0,41 x H 1,09

R = Besar Erosivitas

H = Rata – rata curah hujan tahunan (mm/th)

b. Erodibilitas Tanah (K)

Soil erodibility is an estimate of the ability of soils to resist erosion, based

on the physical characteristics of each soil. Generally, soils with faster infiltration

rates, higher levels of organic matter and improved soil structure have a greater

resistance to erosion. Sand, sandy loam and loam textured soils tend to be less

erodible than silt, very fine sand, and certain Rainfall Intensity and Runoff.

(http://www.mapok.or.id/juornal/erosion/soil-erosion.htm)

Indeks erodibilitas tanah (K) merupakan nilai yang menunjukkan mudah

tidaknya tanah tererosi, atau laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu

tanah yang didapat dari peta percobaan yang panjangnya 22,13 meter (72,6 kaki)

terletak pada lahan dengan kemiringan 9 % tanpa tanaman, dapat ditentukan

dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

K = Erodibilitas tanah

M = (% debu dan pasir sangat halus) x (100 - % liat)

a = Persentase bahan organik

b = Kode struktur tanah

100K = 1,292{2,1M1,14(10-4) (12 - a ) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)

Page 18: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

18

c = Kelas permeabilitas tanah

c. Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Faktor LS merupakan kombinasi antara faktor panjang lereng (L) dan

kemiringan lereng (S) atau nisbah besarnya erosi dari suatu lereng dengan panjang

dan kemiringan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan.

Panjang dan kemiringan lereng merupakan dua unsur topografi yang

paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 1989:81).

Nilai LS diperoleh dengan rumus (Schwab et.al., 1981dalam Wardhana, 2005:14)

Keterangan :

X = Panjang lereng (m)

s = Kemiringan lereng (%)

d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Faktor pengelolaan tanaman merupakan gabungan antara jenis tanaman,

pengelolaan sisa–sisa tanaman, tingkat kesuburan dan waktu pengelolaan

tanah. Faktor C menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan yang

bertanaman tertentu dan dengan manajemen (pengelolaan) tertentu terhadap

besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih. Nilai C

dipengaruhi oleh banyak variabel. Menurut (Suripin, 2004: 77) variabel yang

berpengaruh dapat dikelompokkan menjadi dua grup, yaitu:

1. Variabel alami. Variabel alami terutama adalah iklim dan fase

pertumbuhan. Efektivitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada

tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan, dan kerapatan

perakaran

2. Variabel yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan,yaitu tajuk tanaman,

mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam

tanah, pengelolaan tanah, pengaruh residual pengelolaan tanah, dan

interaksi antara variabel-variabel tersebut.

Nilai faktor C dapat dilihat pada Tabel 2.

LS = X0,5 (0,0138 + 0,00965 s + 0,00138 s2)

Page 19: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

19

TABEL 2 NILAI C

Page 20: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

20

e. Faktor Pengolahan Tanah (P)

Faktor pengolahan tanah merupakan bentuk usaha manusia untuk

membatasi semaksimum mungkin pengaruh erosi terhadap lahan.

Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus.

No. Tindakan Konservasi Tanah Nilai P

1 Terras bangku 1)

- konstruksi baik

- konstruksi sedang

- konstruksi kurang baik

- terras tradisional

0.04

0.15

0.35

0.40

2 Strip tanaman rumput Bahia 0.40

3 Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur

- kemiringan 0-8%

- kemiringan 9-20%

- kemiringan lebih dari 20%

0.50

0.75

0.90

4 Tanpa tindakan konservasi 1.00

Sumber : Arsyad, 1989 : 259 Keterangan : 1) konstruksi terras bangku dinilai dari kerataan dasar terras dan keadaan talud terras.

6. Satuan Lahan

Penelitian mengenai lahan biasanya menggunakan satuan analisis dan

satuan pemetaan berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1997) dalam R.A. van

Zuidam and F.I. van Zuidam-Concelado (1979), satuan lahan adalah satuan

bentang alam yang digambarkan serta dipetakan atas dasar sifat fisik atau

karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan merupakan satuan wilayah yang

memiliki kesamaan bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan

atau penutup lahan pada saat sekarang.

Satuan lahan dapat dibuat dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta

tanah, peta lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan demikian satuan lahan

Page 21: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

21

mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta

penggunaan lahan pada suatu wilayah.

7. Analisis Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi adalah keadaan yang memungkinkan erosi yanah

akan segera terjadi dalam waktu dekat. Tingkat bahaya erosi dapat diketahui

dengan cara menentukan kelas besar erosi terlebih dahulu. Setelah kelas besar

erosi pada tiap–tiap satuan lahan diketahui, maka data tersebut digunakan untuk

mengklasifikasi tingkat bahaya erosi yang terjadi pada setiap satuan lahan dengan

menggunakan pertimbangan berupa kedalaman tanah efektif.

Tingkat bahaya erosi dibagi menjadi 5 kelas, yaitu :

a. Sangat Ringan (SR)

b. Ringan (R)

c. Sedang (S)

d. Berat (B)

e. Sangat Berat (SB)

Kriteria tingkat bahaya erosi untuk masing–masing kelas dapat dilihat pada Tabel

4. berikut ini.

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

No. Erosi Klas Bahaya Erosi (ton/ha/th)

1. Kedalaman Tanah Efektif

(cm)

I(<15) II(15-60) III(60-180) IV(180-480) V (>480)

2. Dalam (>90) SR R S B SB

3. Sedang (60-90) R S B SB SB

4. Dangkal (30-60) S B SB SB SB

5. Sangat Dangkal (<30) B SB SB SB SB

Sumber : Utomo, 1994:59

Keterangan:

SR = Sangat Ringan B = Berat

R = Ringan SB = Sangat Berat

S = Sedang

Page 22: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

22

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Wisnu Hermawan (2003) melakukan penelitian Kajian Erosi dan

Kualitas Air Limpasan pada Berbagai Macam Kelompok Umur Tanaman Jati

(Studi Kasus di RPH Ngawean, Cabak BKPH Pasar Sore KPH Cepu). Tujuan

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui besarnya erosi yang terjadi pada tiap

kelompok umur (KU) tanaman jati serta untuk mengetahui kualitas air limpasan

pada setiap kelompok umur tanaman jati.

Pengukuran erosi dilakukan dengan menggunakan debit aliran dan sampel

sedimen yang keluar melalui outlet dalam daerah tangkapan kecil. Analisis

dilakukan secara deskriptif pada berbagai macam kelompok umur tanaman jati.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sedimen

yang cukup besar pada setiap kelompok umur (KU), kecuali KU VII dan KU VIII

yang berarti bahwa semakin tua umur tanaman jati, erosi yang terjadi semakin

kecil. Kualitas air limpasan pada setiap KU masih berada dalam batas yang

normal atau layak untuk dikonsumsi.

Supriyadi dan Sutarno (1996) melakukan penelitian Analisis Tingkat

Erosi Daerah Sambirejo, Kabupaten Sragen. Tujuan penelitian tersebut adalah

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi erosi dan menghitung jumlah

kehilangan tanah maksimum. Untuk menghitung jumlah kehilangan tanah

maksimum menggunakan metode USLE.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daerah penelitian yang meliputi

luas 4.776 ha tersebut telah terjadi erosi sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan

sangat berat. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi erosi pada

penelitian tersebut adalah pengelolaan tanaman dan faktor lereng.

Noorhadi (1997) melakukan penelitian Kajian Erosi Permukaan di Sub

Daerah Aliran Sungai Wuryantoro. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk

menduga tingkat erosi permukaan, menduga faktor-faktor erosi yang paling besar

pengaruhnya terhadap erosi permukaan di daerah penelitian, dan mengevaluasi

tingkat erosi permukaan dalam kaitannya dengan usaha konservasi. Penentuan

besar erosi yang terjadi dengan menggunakan rumus USLE.

Page 23: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

23

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat erosi permukaan yang

tertinggi terjadi pada lahan tegalan dan erosi terendah terjadi pada lahan hutan.

Faktor erosi yang paling besar pengaruhnya adalah faktor lereng, dan tindakan

konservasi yang dilakukan adalah penanaman tanaman penutup tanah rendah

dengan kerapatan sedang dan penanaman menurut kontur.

Hanani Retno Kusmintarsih (2005) melakukan penelitian Besar Erosi

Aktual di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian tersebut

adalah untuk mengetahui besar erosi aktual di Kecamatan Teras dengan

menggunakan rumus USLE.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat lima kelas bahaya erosi

di Kecamatan Teras,yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

Page 24: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

24

TABEL 5 PENELITIAN YG RELEVAN

Page 25: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

25

C. Kerangka Pemikiran

Kehidupan manusia tidak lepas dari alam. Dalam interaksinya, manusia

dapat mempengaruhi alam, tetapi sebaliknya alam dapat mempengaruhi manusia.

Adanya interaksi antara manusia dengan alamnya ini karena manusia berusaha

untuk memenuhi segala kebutuhannya. Tanah merupakan salah satu sumberdaya

alam yang tidak dapat diperbaharui, sedangkan kebutuhan akan tanah selalu

meningkat dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, apabila manusia tidak dapat

mempertahankan kualitas tanah tersebut atau bahkan cenderung merusak akan

berakibat pada menurunnya daya dukung tanah.

Erosi merupakan salah satu jenis evaluasi lahan yang dapat ditentukan

dengan cara pengharkatan faktor–faktor penentu bahaya erosi. Faktor penentu

bahaya erosi adalah erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan

lereng, vegetasi, pengelolaan tanaman, dan praktik konservasi tanah.

Untuk memperoleh data kualitas/karakteristik tanah dan faktor lingkungan

fisik sekeliling terlebih dahulu dilakukan pembagian daerah survei ke dalam

satuan pemetaan. Satuan analisis yang digunakan adalah satuan lahan yang dibuat

dengan cara overlay (tumpangsusun) dari peta lereng, peta geologi, peta

penggunaan lahan, dan peta tanah. Pengumpulan data dilakukan pada setiap

satuan lahan yang diwakili paling sedikit satu sampel pengamatan atau

pengukuran di lapangan.

Setelah diketahui besarnya nilai erosivitas, erodibilitas, panjang dan

kemiringan lereng, serta indeks pengelolaan tanaman dan indeks konservasi tanah

yang dilakukan di tiap–tiap satuan lahan di Kecamatan Jumapolo, maka dapat

dihitung besar erosi tanah di Kecamatan Jumapolo yang dihitung dengan metode

USLE. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di daerah penelitian ditentukan berdasarkan

kombinasi besar erosi dengan kedalaman tanah. Sesuai dengan tujuan penelitian,

maka informasi mengenai Tingkat Bahaya Erosi disajikan dalam bentuk peta.

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dari penelitian ini disajikan pada Gambar

1 berikut.

Page 26: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

26

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Erosivitas Hujan

Erodibilitas Tanah

Topografi Pengolahan Tanah

Panjang Lereng

Kemiringan Lereng

Pengelolaan tanaman

Konservasi

R K LS C P

Besar erosi

Klas Besar Erosi

Tingkat Bahaya Erosi

Page 27: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan faktor curah hujan,

variasi kemiringan lereng, dan praktik pengelolaan tanaman di daerah penelitian

yang diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya proses erosi.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama dua belas bulan, yaitu dari Bulan

Desember 2008 dan selesai pada Bulan Desember 2009, terhitung dari

penyusunan proposal, pengumpulan data, analisis data sampai penulisan laporan.

Waktu pelaksanaan penelitian disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Alokasi Waktu Penelitian.

No. Kegiatan Waktu

Desember 08-

Januari 09

Februari 09-

April 09

Mei 09-Juli

09

Agustus 09-

Desember 09

1. Penulisan Proposal xxxxxxxxxxxxxx

2. Pengumpulan Data xxxxxxxxxxxx

3. Analisis Data xxxxxxxxxx

4. Penulisan Laporan xxxxxxxxxxxx

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif eksploratif melalui survei

lapang, sedangkan untuk mengetahui nilai erosi pada masing–masing satuan lahan

di daerah penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel tanah, titik sampel

ditentukan secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan

tertentu.

Page 28: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

28

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pengambilan data dilakukan

dengan metode survei. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau

individu dalam waktu bersamaan (Tika, 1996: 9).

Di dalam metode survei ini untuk memperoleh data lapangan dilakukan

melalui pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

yang terjadi pada objek penelitian. Objek penelitian yang dimaksud di sini adalah

satuan lahan yang dijadikan sampel atau titik pengamatan dengan batas wilayah

berupa wilayah administratif. Seperti halnya suatu Daerah Aliran Sungai (DAS),

Kecamatan Jumapolo juga memiliki karakteristik lahan yang bertindak sebagai

faktor-faktor penyebab terjadinya erosi yang dapat diteliti dan diukur untuk

menentukan besar erosi dan tingkat bahaya erosi. Selain itu, pada pengamatan

erosi tingkat meso, pengamatan tentang erosi tidak hanya diperuntukkan bagi

Daerah Aliran Sungai (DAS) saja, tetapi juga untuk wilayah kecamatan.

Satuan analisis yang digunakan adalah satuan lahan yang dibuat dengan

cara overlay (tumpangsusun) dari peta lereng, peta geologi, peta penggunaan

lahan, dan peta tanah. Peta geologi diperoleh dari Peta Geologi Bersistem

Indonesia lembar Ponorogo, Surakarta dan Giritontro skala 1 : 100.000 Tahun

1992 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung

dengan perbesaran skala tanpa penambahan informasi yang disebabkan oleh

keterbatasan tenaga dan biaya. Hal yang sama juga dilakukan untuk peta tanah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 1993: 102).

Dalam setiap penelitian populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah

yang akan dikaji. Sejalan dengan dasar pemikiran tersebut, maka yang dijadikan

populasi dalam penelitian ini adalah lahan, dalam hal ini adalah seluruh wilayah

yang ada di Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar seluas 5.567, 021 Ha.

Page 29: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

29

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1993:

104). Dalam suatu penelitian, sampel yang diambil harus benar–benar

representatif atau dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah satuan lahan yang memiliki karakteristik

yang berlainan dan diambil berdasarkan pertimbangan aksesibilitas (tingkat

keterjangkauan/kemudahan). Sampel yang diambil sebanyak 39 sampel. Lokasi

pengambilan sampel disajikan pada Peta Sampel skala 1 : 80.000.

D. Sumber Data

1.Data Primer

Data primer merupakan data yang dapat diperoleh secara langsung di

lapangan dan di laboratorium. Data ini meliputi :

a. Struktur tanah, permeabilitas tanah, kandungan bahan organik,

kandungan pasir, dan kandungan debu dan pasir sangat halus untuk

menentukan erodibilitas tanah diperoleh dari analisis kimia dan fisika

tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian

UNS ;

b. Panjang dan kemiringan lereng erosi diperoleh dari pengukuran

langsung di lapangan;

c. Kedalaman tanah yang diperoleh secara langsung di lapangan;

d. Penutup lahan dan tindakan konservasi yang diperoleh dengan

pengamatan langsung di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan atau arsip yang

telah dikumpulkan oleh instansi–instansi yang ada hubungannya dengan persoalan

atau masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :

a. Letak dan luas daerah penelitian yang diperoleh dari Peta RBI Lembar

Tawangmangu dan Jumantono.

Page 30: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

30

b. Data curah hujan daerah penelitian yang diperoleh dari stasiun

klimatologi Jumantono.

c. Data tanah yang diperoleh dari Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa

Tengah tahun 2001 yang dibuat oleh Lembaga Penelitian Tanah dan

diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas

Pertanian UNS.

d. Data jenis batuan yang diperoleh dari peta geologi skala 1 : 100.000

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dugunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah teknik observasi lapangan dan dokumentasi.

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian,

selain itu juga merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat dan

dipikirkan dalam angka pengumpulan data (Moleong. 1990: 135).

Observasi lapangan ini dilakukan dengan cara meneliti langsung di

lapangan untuk memperoleh data struktur tanah, panjang lereng erosi, kemiringan

lereng erosi, pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi serta pengukuran

kedalaman tanah yang akan digunakan untuk menghitung besarnya erosi.

2. Dokumentasi

Menurut Moleong (1990: 16), dokumentasi adalah bahan tertulis atau film.

Dokumentasi digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan

mendorong, berguna untuk menguji suatu pengujian. Data yang diperoleh dengan

teknik dokumentasi dalam penelitian ini meliputi data tentang letak dan luas

daerah penelitian yang diperoleh dari kantor Kecamatan Jumapolo. Peta tanah

diperoleh dari Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Tengah tahun 2001 dan data curah

hujan diperoleh dari data klimatologi Fakultas Pertanian UNS.

Page 31: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

31

PETA SAMPEL

Page 32: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

32

F. Teknik Analisis Data

1. Besar Erosi

Besar erosi yang terjadi di Kecamatan Jumapolo diketahui dengan cara

menghitung besarnya faktor-faktor penyebab erosi terlebih dahulu, yang meliputi:

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas adalah kemampuan butir-butir hujan mengerosi tanah.

Erosivitas dalam penelitian ini dihitung berdasarkan persamaan berikut ini:

R = 0,41 x H1,09

Keterangan:

R = Besar Erosivitas

H = Rata-rata Curah Hujan Bulanan (mm/th)

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap

pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut oleh adanya energi

kinetik air hujan (Asdak, 1995: 458). Partikel penyusun tanah yang digunakan

untuk menghitung erodibilitas tanah adalah pasir, debu, dan lempung, sedangkan

karakteristik tanah yang digunakan untuk menghitung erodibilitas tanah adalah

permeabilitas, kandungan bahan organik, dan struktur tanah. Nilai erodibilitas

tanah pada penelitian ini dihitung berdasarkan persamaan yang telah dikemukakan

pada Sub Bab II. A. 5. b di muka.

c. Faktor Panjang (L) dan Kemiringan Lereng (S)

Faktor LS merupakan gabungan antara faktor panjang lereng (L) dan

kemiringan lereng (S) atau nisbah besarnya erosi dari suatu lereng dengan panjang

dan kemiringan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan. Nilai LS pada

penelitian ini dihitung dengan persamaan

LS = X0,5 (0,0138 + 0,00965 s + 0,00138 s2)

Keterangan:

X = panjang lereng (m)

s = kemiringan lereng (%)

Page 33: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

33

d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah,

kondisi permukaan tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang

hilang (erosi). Nilai faktor C untuk berbagai tanaman dan pengelolaan tanaman

ditentukan dengan menggunakan Tabel 1. pada Sub Bab II. A. 5. d. di muka.

Faktor C dinilai berdasarkan tanaman yang paling dominant. Hal ini

dikarenakan rumus USLE hanya diperuntukkan untuk sebidang lahan pertanian

dengan tanaman tunggal.

e. Faktor Konservasi Tanah (P)

Faktor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang

mendapat perlakuan konservasi tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata dari lahan

yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan catatan penyebab erosi yang lain

diasumsikan tidak berubah. Nilai faktor P diketahui dengan menggunakan Tabel

2. Sub Bab II. A. 5. e. di muka.

Setelah nilai masing-masing faktor penyebab erosi diketahui, maka besar

erosi yang terjadi di daerah penelitian dihitung dengan Persamaan Umum

Kehilangan Tanah (PUKT) atau Universal Soil Loss Equation (USLE) berikut ini:

A = R K LS C P

Keterangan :

A : Besar erosi tanah rata–rata (ton/ha/th)

R : Indeks erosivitas hujan

K : Indeks erobilitas tanah

L : Indeks panjang lereng

S : Indeks kemiringan lereng

C : Indeks pengelolaan tanaman

P : Indeks pengelolaan tanah

Kelas Besar erosi permukaan dalam penelitian ini diketahui berdasarkan

klasifikasi tingkat besar erosi permukaan pada Tabel 7 berikut ini.

Page 34: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

34

Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Besar Erosi Permukaan

No. Klasifikasi Tingkat Besar Erosi Laju Erosi (ton/ha/th)

1. Sangat Ringan (SR) <15

2. Ringan (R) 15 – <60

3. Sedang (S) 60 – <180

4. Berat (B) 180 – <480

5. Sangat Berat (SB) ≥480

Sumber : Anonim, 1994 (dalam Wardhana, 2005 : 26)

2. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Setelah diketahui kelas besar erosi pada masing-masing satuan lahan,

maka klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada setiap satuan lahan dapat

ditentukan dengan menggunakan pertimbangan berupa kedalaman tanah, seperti

yang disajikan pada Tabel 3. di muka.

Metode USLE adalah metode yang paling umum digunakan untuk

memperkirakan besarnya erosi. Metode tersebut dapat dimanfaatkan untuk

memperkirakan besarnya erosi pada berbagai macam kondisi tataguna tanah dan

kondisi iklim yang berbeda. Menurut Asdak (1995:476) dalam metode ini terdapat

beberapa keterbatasan, di antaranya sebagai berikut :

1. Metode USLE dirancang untuk memperkirakan besarnya kehilangan tanah

rata – rata tahunan, jadi apabila musim hujan lebih tinggi dari biasanya maka

akan terjadi penaksiran kurang (sedimen yang terjadi lebih banyak dari yang

diperkirakan).

2. USLE hanya memperkirakan besarnya kehilangan tanah erosi kulit dan erosi

alur, dan tidak ditujukan untuk menghitung erosi parit.

3. USLE hanya memperkirakan besarnya tanah yang tererosi tanpa

mempertimbangkan deposisi sedimen dalam perhitungan besarnya prakiraan

erosi.

Page 35: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

35

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah urut–urutan atau tahap–tahap yang harus

dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan, yang meliputi kegiatan studi pustaka, orientasi lapangan, dan

studi peta.

2. Penyusunan Proposal

Proposal merupakan rancangan penelitian yang berisi tentang latar belakang

masalah dan alasan penelitian, kajian pustaka, pemilihan tempat penelitian,

rancangan pengumpulan data.

3. Penyusunan Instrumen penelitian

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk menghitung besar erosi tanah.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan ke dalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema. Data dari

hasil penelitian dan analisis laboratorium disusun dalam bentuk tabel untuk

mempermudah analisis data, kemudian dimasukkan ke dalam rumus untuk

menghitung besarnya erosi.

6. Penulisan laporan

Penulisan laporan merupakan tahap akhir penelitian yang melibatkan

keseluruhan tahapan atau urut–urutan dalam penelitian.

Page 36: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

36

Peta Geologi skala 1: 80000

Peta Tanah skala 1: 80000

Peta Kemiringan Lereng skala 1: 80000

Peta Penggunaan Lahan skala 1: 80000

Peta Satuan Lahan Tentatif skala 1: 80000

Peta Satuan Lahan skala 1: 80000

Data primer : 1. Struktur tanah, 2. Permeabilitas tanah, 3. Kandungan bahan organik, 4. Kandungan pasir, 5. Kandungan debu dan pasir sangat

halus. 6. Kemiringan dan panjang lereng 7. Penggunaan tanah

Data sekunder : 1. Data curah hujan, 2. Data ordo tanah, 3. Data jenis batuan, 4. Letak dan luas daerah penelitian.

Tingkat Bahaya Erosi

Gambar 2. Diagram Alur Penelitian

Peta Tingkat Bahaya Erosi Kec. Jumapolo skala 1:80000

Chek Lapangan

Penentuan Titik Sampel

Pengumpulan Data

Analisis Data

Besar Erosi Tanah Kedalaman Tanah

Page 37: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Daerah Penelitian

1. Letak dan Luas

Daerah penelitian terletak di Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar. Jarak dari ibukota Kabupaten Karanganyar 18 km arah tenggara,

dengan luas daerah mencapai 5567, 021 Ha yang terdiri dari 12 desa. Secara

geografis Kecamatan Jumapolo terletak pada 0493500 – 0507600 mT dan

9151000 – 9144100 mU.

Batas–batas Kecamatan Jumapolo adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Jumantono

b. Sebelah Selatan : Kecamatan Jatipuro

c. Sebelah Barat : Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo

d. Sebelah Timur : Kecamatan Jatiyoso

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Administrasi Kecamatan Jumapolo

skala 1:80.000.

2. Iklim

Iklim merupakan gabungan dari berbagai kondisi cuaca sehari–hari atau

dikatakan iklim adalah rata–rata cuaca dalam periode waktu yang panjang

(Wisnubroto, 1983: 68). Untuk mengetahui klasifikasi iklim suatu daerah, perlu

diketahui data curah hujan di daerah penelitian tersebut.

Untuk mengetahui tipe curah hujan dapat ditentukan dengan mendasarkan

pada nilai Q (Quotient), yaitu perbandingan rata– rata bulan kering dengan rata–

rata bulan basah dikalikan 100%. Untuk menentukan bulan kering, bulan lembab,

dan bulan basah digunakan kriteria sebagai berikut :

a. Bulan Kering, bila curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm,

b. Bulan Lembab, bila curah hujan dalam satu bulan berkisar antar 60 mm - 100

mm,

c. Bulan Basah, bila curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm.

Page 38: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

38

PETA ADMINISTRASI

Page 39: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

39

Berdasarkan nilai Q, maka dapat ditentukan tipe curah hujan, yang disajikan

pada Tabel 8. di bawah ini.

Tabel 8. Tipe Curah Hujan di Indonesia Menurut Schmidt dan Ferguson.

No. Nilai Q ( % ) Tipe Curah Hujan Keterangan

1. 0 ≤ Q <14,3 A Sangat Basah

2. 14,3 ≤ Q < 33,3 B Basah

3. 33,3 ≤ Q <60,0 C Agak Basah

4. 60,0 ≤ Q < 100,0 D Sedang

5. 100,0 ≤ Q < 167,0 E Agak Kering

6. 167,0 ≤ Q < 300,0 F Kering

7. 300,0 ≤ Q < 700,0 G Sangat kering

8. 700,0 ≤ Q H Luar Biasa Kering

Sumber : Daljoeni, 1983 : 143

Data curah hujan di daerah penelitian diperoleh dari Puslitbang Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret. Data curah hujan diambil 10 tahun yaitu

mulai tahun 1997 sampai dengan 2006.

Data Curah Hujan di Kecamatan Jumapolo selama 10 tahun (1997 - 2006)

dapat dilihat dalam Tabel 9. berikut ini.

Tabel 9. Curah Hujan di Kecamatan Jumapolo Tahun 1997 – 2006.

No Bulan 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Januari 278 214 322 231 369 339 356 262 281 306 2 Februari 432 460 406 389 278 331 349 284 306 293 3 Maret 75 570 264 536 492 226 271 225 223 258 4 April 192 205 113 415 248 126 62 84 96 118 5 Mei 155 175 51 96 66 104 22 25 16 32 6 Juni 0 372 74 28 80 0 12 2 62 37 7 Juli 0 339 3 0 88 0 0 47 0 0 8 Agustus 0 4 11 50 0 6 0 0 0 0 9 September 0 47 0 51 42 0 0 0 31 0 10 Oktober 23 201 149 324 311 49 102 27 143 113 11 Nopember 130 201 250 186 228 114 269 248 235 253 12 Desember 283 353 400 99 102 390 226 436 384 341 13 Jumlah 1568 3141 2043 2405 2304 1685 1669 1640 1777 1751 14 Bulan Kering 5 2 3 4 1 5 5 6 4 5 15 Bulan Lembab 1 0 0 2 4 0 1 1 2 0 16 Bulan Basah 6 10 9 6 7 7 6 5 6 7

Page 40: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

40

Dari data tersebut diperoleh rata–rata bulan kering sebesar 4,1 dan rata–

rata bulan basah sebesar 6,9. Maka besarnya nilai Q adalah :

Rata–rata Bulan Kering (BK) Q = x 100 %

Rata–rata Bulan Basah (BB) 4,1

Q = x 100 % 6,9

Q = 59,42 %

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan dengan melihat tabel nilai Q,

maka Kecamatan Jumapolo memiliki tipe curah hujan C (Agak Basah). Grafik

Curah Hujan di Kecamatan Jumapolo dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Tipe Iklim Kec. Jumapolo menurut Schmidt dan Ferguson

Page 41: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

41

3. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar

planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai

pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam

keadaan relatif tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1992:

9).

Menurut pengertian tersebut iklim, jasad hidup, bahan induk, relief atau

topografi, dan waktu memiliki pengaruh terhadap pembentukan tanah. Faktor

iklim yaitu curah hujan dan suhu sangat dominan pengaruhnya terhadap

pembentukan tanah. Semakin tinggi curah hujan dan suhu maka pelapukan akan

berlangsung intensif. Faktor topografi meliputi kemiringan lereng terhadap sinar

matahari akan mempengaruhi kecepatan pelapukan dan proses perkembangan

tanah.

Faktor organisme yaitu manusia, vegetasi dan mikrobiologi di dalam

tanah. Manusia dapat mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh langsung misalnya pengolahan tanah, mempercepat pelapukan batuan

dan perkembangan tanah. Sedangkan pengaruh tidak langsung seperti pemupukan

dengan kotoran hewan, daun – daun dan penebangan hutan. Faktor waktu

berperan dalam pelapukan dan pembentukan tanah maka semakin lama waktu

maka semakin tebal tanah yang terbentuk.

Berdasarkan Peta Tanah Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000 yang

disalin dari Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001 yang diperoleh

dari Fakultas Pertanian UNS, di daerah penelitian dijumpai 3 ordo tanah, yaitu :

1. Alfisol

Tanah Alfisol merupakan tanah di mana terdapat penimbunan liat di horison

bawah (horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35

% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison

bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan

gerakan air. Tanah Alfisol banyak tersebar di Desa Kwangsan, Bakalan, Ploso,

dan Kedawung.

Page 42: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

42

2. Oxisol

Merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.

Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation rendah

(kurang dari 16 me/100 gram liat). Banyak mengandung oksida–oksida besi atau

oksida Al. di lapang tanah ini menunjukkan batas–batas horison yang tidak jelas.

Tanah Oxisol banyak terdapat di Desa Jumapolo, Karangbangun, Jumantoro dan

Kadipiro.

3. Inceptisol

Merupakan tanah muda tetapi lebih berkembang daripada Entisol (inceptium

permulaan). Umumnya mempunyai horison (bawah) kambik (bertekstur pasir

sangat halus, atau lebih halus, ada petunjuk-petunjuk lemah sebagai horison

argilik atau spodik tetapi belum memenuhi syarat untuk kedua horison tersebut).

Karena tanah belum berkembang lanjut, kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah

Inceptisol tersebar di Desa Jatirejo, Paseban, Kedawung, Giriwondo, dan Ploso.

4. Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan (Land Use) adalah setiap bentuk intervensi manusia

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207).

Penggunaan lahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu penggunaan

lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian.

Sandy (1989: 87) menyatakan klasifikasi penggunaan lahan pada skala 1

: 100.000 dan 1 : 50.000 sebagai berikut:

a. Pemukiman

Pemukiman adalah kelompok bangunan tempat tinggal penduduk yang

dimaksudkan untuk dimukimi menetap.

b. Persawahan

Persawahan adalah areal pertanian tanah basah atau sering digenangi air.

Fisiknya di Indonesia dikenal sebagai tanah sawah, serta periodik atau terus–

menerus ditanami padi. Termasuk dalam hal ini sawah–sawah yang ditanami

tebu, tembakau, rosela, dan sayur–sayuran. Persawahan ini meliputi :

1. Sawah 2x padi setahun dan lebih,

Page 43: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

43

2. Sawah 1x padi setahun dan palawija,

3. Sawah 1x padi setahun,

4. Sawah ditanami tebu/ tembakau/ rosela/ sayur– sayuran.

c. Pertanian kering semusim

Pertanian kering semusim adalah areal pertanian yang tidak pernah diairi,

yang ditanami jenis tanaman umur pendek saja. Tanaman keras yang mungkin

ada hanya pada pematang–pematang. Misal :

1. Tegalan, ialah yang penggarapannya permanen,

2. Ladang, ialah yang setelah digarap 3 tahun atau kurang kemudian

ditinggalkan. Tanaman palawija atau padi,

3. Sayuran, ialah yang terus–menerus ditanami sayur–mayur,

4. Bunga–bungaan, ialah yang ditanami jenis–jenis bunga saja.

d. Perkebunan

Perkebunan adalah areal yang ditanami jenis tanaman keras dan jenis

tanamannya hanya satu.

e. Kebun campur

Kebun campur adalah areal yang ditanami rupa–rupa jenis tanaman keras atau

kombinasi tanaman keras dan tanaman semusim dengan jelas jenis mana yang

menonjol.

f. Hutan, terdiri dari :

1. Hutan lebat

Hutan lebat adalah areal hutan yang ditanami berjenis–jenis

pepohonan besar dengan tingkat pertumbuhan maksimum.

2. Hutan belukar

Hutan belukar adalah areal hutan alam yang ditumbuhi berjenis–jenis

pepohonan yang berbatang kecil.

3. Hutan sejenis

Hutan sejenis adalah areal hutan alam atau buatan yang ditumbuhi

pepohonan dengan didominasi oleh satu jenis saja tanpa memandang

tingkat pertumbuhannya.

Page 44: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

44

4. Hutan rawa

Hutan rawa adalah hutan lebat yang berrawa–rawa, permukaan tanah

mutlak tergenang selama enam bulan atau lebih dalam setahun dan pada

waktu penggenangan surut tanah senantiasa jenuh air.

g. Kolam

Kolam adalah penggunaan–penggunaan berupa kolam ikan air tawar, tambak,

dan kolam penggaraman.

h. Tanah tandus

Tanah tandus adalah areal yang tidak digarap karena fisiknya yang jelek atau

menjadi jelek setelah digarap.

i. Padang

Padang adalah areal terbuka karena hanya ditumbuhi tanaman rendah dari

keluarga rumput dan semak rendah.

j. Perairan darat, terdiri dari :

1. Danau/ situ

2. Rawa

3. Waduk

k. Penggunaan lain

Suatu areal yang tidak dapat digolongkan kepada yang manapun dari

golongan a sampai dengan j tersebut di atas. Misalnya tanah baru dibuka dan

hutan yang baru ditebang.

l. Penggunaan tambahan berupa kualitas jalan dan saluran pengairan.

Pada dasarnya penggunaan lahan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh

produksi semaksimal mungkin pada suatu lahan. Dalam mencapai hasil yang

semaksimal mungkin tersebut maka dalam penggunaan suatu lahan harus

disesuaikan dengan kemampuan lahan, karena setiap lahan mempunyai

kemampuan yang berbeda atau tidak sama (Rahim, 2000: 67).

Berdasarkan peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jumapolo skala 1 :

80.000 yang bersumber dari peta Rupa Bumi Indonesia dan pengecekan di

lapangan, penggunaan tanah di daerah penelitian adalah sebagai pemukiman,

sawah, kebun, dan tegalan.

Page 45: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

45

a. Permukiman

Permukiman di sini diartikan sebagai lahan yang digunakan sebagai tempat

tinggal penduduk. Jadi pada penelitian ini lahan yang digunakan untuk

permukiman tidak diambil sebagai sampel karena variabel yang diteliti

dianggap sama dengan variabel pada satuan lahan yang terbentuk oleh tiga

variabel yang sama yaitu ordo tanah, batuan penyusun, dan kemiringan lereng.

Luas tanah yang digunakan untuk permukiman di daerah penelitian adalah

578,491 Ha atau 10,39 % dari luas Kecamatan Jumapolo.

b. Sawah

Lahan yang digunakan untuk areal sawah adalah pada daerah yang datar

sampai dengan daerah berbukit. Keseluruhan luas lahan yang digunakan untuk

areal sawah di daerah penelitian mencapai 3.136 Ha atau 56,33 % dari luas

Kecamatan Jumapolo.

c. Kebun campur

Kebun campur adalah areal yang ditanami rupa–rupa jenis tanaman keras atau

kombinasi tanaman keras dan tanaman semusim dengan tidak jelas jenis mana

yang menonjol. Penggunaan lahan ini menempati daerah dengan luas 488,61

Ha atau 8,78 % dari luas Kecamatan Jumapolo.

d. Tegalan

Tegalan adalah bentuk pertanian lahan kering semusim yaitu areal pertanian

yang tidak pernah diairi yang ditanami dengan jenis tanaman umur pendek

saja. Luas lahan yang digunakan untuk tegalan di daerah penelitian adalah

1.363,90 Ha atau 24,50 % dari luas Kecamatan Jumapolo.

Persebaran penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta

Penggunaan Lahan Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000.

5. Geologi

Geologi daerah penelitian merupakan batuan Gunungapi Lawu. Material

penyusun batuan di daerah penelitian merupakan Endapan lahar Lawu yang

berkomponen Andesit. Dalam penyusunan satuan lahan digunakan simbol Qlla,

yaitu lahar Lawu yang komponennya terdiri dari andesit, basal dan sedikit

batuapung bercampur dengan pasir gunungapi.

Page 46: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

46

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Satuan Lahan Daerah Penelitian

Satuan lahan adalah satuan bentang alam yang digambarkan serta

dipetakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu (FAO, 1976 dalam

van Zuidam and F.I.V. Zuidam Concelado, 1979: 303). Dipilihnya satuan lahan

sebagai satuan pemetaan karena setiap satuan lahan mencerminkan adanya

pengaruh sifat, watak tanahnya, relief dan lereng serta penggunaan lahan.

Parameter penyusun satuan lahan Kecamatan Jumapolo selengkapnya diuraikan

sebagai berikut:

a. Parameter Penyusun Satuan Lahan

1) Tanah

Satuan tanah yang digunakan adalah dalam kategori ordo. Ada tiga

ordo tanah yang terdapat di daerah penelitian yaitu Alfisol, Oksisol, dan

Inceptisol. Luas persebaran setiap ordo tanah dapat dilihat pada Tabel 10

berikut.

Tabel 10. Luas Ordo Tanah di Kecamatan Jumapolo

No Ordo tanah Simbol Luas Ha %

1 Alfisol Alf 1.567,56 28,16 2 Oxisol Ox 1.496.86 26,89 3 Inceptisol Ept 2.502,601 44,95

Jumlah 5.567,021 100,00 Sumber : Analisis Peta Tanah Kecamatan Jumapolo skala 1:80.000

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Inceptisol

merupakan ordo tanah terluas di Kecamatan Jumapolo yaitu seluas

2.502,601 Ha (44,95 %), sedangkan untuk ordo tanah Alfisol menempati

daerah seluas 1.567,56 Ha (28,16 %) dan ordo tanah Oxisol menempati

daerah seluas 1.496, 95 Ha (26,89 %). Untuk lebih jelasnya persebaran

ordo tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta Tanah Kecamatan

Jumapolo skala 1:80.000.

Page 47: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

47

PETA TANAH

Page 48: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

48

2) Formasi Batuan

Berdasarkan litologinya, di Kecamatan Jumapolo hanya tersusun atas

satu formasi batuan, yaitu Endapan Lahar Lawu (Qlla), yang umumnya

berkomponen Andesit.

3) Kemiringan Lereng

Parameter penyusun satuan lahan berikutnya adalah kemiringan

lereng. Kemiringan lereng di Kecamatan Jumapolo ada lima kelas

kemiringan lereng. Pembagian kelas kemiringan lereng ini didasarkan

pada analisis dari peta rupa bumi Indonesia dan pengukuran di lapangan.

Luas masing–masing kelas kemiringan lereng di daerah penelitian dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tabel Luas Masing-masing Kelas Kemiringan Lereng Kec. Jumapolo.

No Besar kemiringan lereng

Kelas kemiringan lereng

Luas

Ha % 1 0 – 8 % I 3.633,120 65,26 2 8 – 15 % II 354,840 6,37 3 15 – 25 % III 257,700 4,63 4 25 – 45 % IV 439,020 7,89 5 > 45 % V 882,341 15,85

Jumlah

5567,021 100,00

Sumber : Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Jumapolo skala 1:80.000

Berdasarkan tabel di atas, daerah dengan kemiringan kereng 0–8 %

merupakan daerah terluas, yaitu seluas 3.633,12 Ha, sedangkan daerah

dengan kemiringan lereng 15–25 % adalah daerah tersempit dengan luas

257,7 Ha. Persebaran kemiringan lereng Kecamatan Jumapolo dapat

dilihat pada Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Jumapolo skala 1 :

80.000.

4) Penggunaan Lahan

Parameter penyusun satuan lahan yang keempat adalah penggunaan

lahan. Bentuk penggunaan lahan di daerah penelitian disajikan pada Tabel

12 berikut.

Page 49: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

49

Tabel 12. Luas Masing–masing Penggunaan Tanah di Kecamatan Jumapolo

No. Penggunaan Lahan Luas Ha %

1. 2.

Tanah sawah Tanah kering

a. Pemukiman b. Tegalan c. Kebun

3.136

578,491 1.363,90 488,61

56,33

10,39 24,50 8,78

3. Jumlah 5567,021 100,00

Sumber : Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jumapolo Skala 1 : 80.000

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lahan yang digunakan sebagai

usaha pertanian tanah basah (sawah) merupakan areal terluas yaitu sebesar

3.136 Ha, sedangkan tanah yang digunakan untuk areal kebun merupakan

areal tersempit yaitu 488,61 Ha.

b. Satuan Lahan

Kecamatan Jumapolo berdasarkan tumpang susun (overlay) antara Peta

Geologi skala 1 : 80.000, Peta Tanah Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000,

Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000, dan Peta

Penggunaan Tanah Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000 dapat

dikelompokkan ke dalam 39 satuan lahan. Luasan masing-masing satuan lahan

daerah penelitian disajikan pada Tabel 13.

Persebaran satuan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada peta

Satuan Lahan Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000. Satuan lahan ini

digunakan untuk mengambil informasi di lapangan yang diperlukan untuk

menghitung besarnya erosi di Kecamatan Jumapolo dengan cara pada setiap

satuan lahan diambil satu titik sebagai titik sampel.

Page 50: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

50

PETA LERENG

Page 51: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

51

PETA PENGGUNAAN LAHAN

Page 52: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

52

Tabel 13. Satuan Lahan di Kecamatan Jumapolo

No Simbol Satuan Lahan

Pemerian Satuan Lahan Luas Ha %

1 Qlla-Alf-I-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah alfisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk kebun

85,02 1,68

2 Qlla-Alf-I-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah alfisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan lahan untuk sawah

678,69 13,38

3 Qlla-Alf-I-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

293,93 5,79

4 Qlla-Alf-II-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah alfisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tanah untuk kebun

5,85 0,12

5 Qlla-Alf-II-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah alfisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tanah untuk sawah

34,48 0,68

6 Qlla-Alf-II-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

28,13 0,55

7 Qlla-Alf-III-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah alfisol, kemiringan lereng sangat miring, dengan penggunaan tanah untuk kebun

10,30 0,20

8 Qlla-Alf-III-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng sangat miring, dengan penggunaan tanah untuk sawah

53,34 1,05

9 Qlla-Alf-III-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng sangat miring, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

13,24 0,26

10 Qlla-Alf-IV-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah alfisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk kebun

47,20 0,93

11 Qlla-Alf-IV-Sm Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah semak

26,75 0,53

12 Qlla-Alf-IV-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk sawah

49,71 0,98

13 Qlla-Alf-IV-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

17,92 0,35

14 Qlla-Alf-V-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Alfisol, kemiringan lereng sangat curam, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

23,00 0,45

15 Qlla-Ept-I-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk kebun

166,16 3,28

Page 53: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

53

16 Qlla-Ept-I-Sm Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah semak

47,20 0,93

17 Qlla-Ept-I-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk sawah

1222,93 24,11

18 Qlla-Ept-I-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

327,61 6,46

19 Qlla-Ept-II-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah inceptisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tanah untuk kebun

6,65 0,13

20 Qlla-Ept-II-Sw Jenis batuan endapan lahar lawr, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tanah untuk sawah

127,41 2,51

21 Qlla-Ept-III-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng sangat miring, dengan penggunaan tanah untuk sawah

66,79 1,32

22 Qlla-Ept-IV-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah inceptisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk kebun

19,57 0,39

23 Qlla-Ept-V-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng sangat curam, dengan penggunaan tanah untuk sawah

98,67 1,94

24 Qlla-Ept-IV-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

68,72 1,35

25 Qlla-Ept-IV-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah inceptisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk kebun

19,57 0,39

26 Qlla-Ept-IV-Sw Jenis batuan endapan lawu, ordo tanah Inceptisol. Kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk sawah

79,86 1,57

27 Qlla-Ept-V-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Inceptisol, kemiringan lereng sangat curam, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

143,15 2,82

28 Qlla-Ox-I-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah oksisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk kebun

30,20 0,60

29 Qlla-Ox-I-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk sawah

456,10 8,99

30 Qlla-Ox-I-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanahu utnuk tegalan

225,28 4,44

31 Qlla-Ox-II-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah oksisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tanah kebun

5,98 0,12

32 Qlla-Ox-II-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng miring, dengan

37,83 0,75

Page 54: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

54

penggunaan tanah utuk sawah 33 Qlla-Ox-II-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah

Oksisol, kemiringan lereng miring, dengan penggunaan tana huntuk tegalan

8,51 0,17

34 Qlla-Ox-III-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng sangat miring, dengan penggunaan tanah untuk sawah

5,30 0,10

35 Qlla-Ox-III-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, keliringan lereng sangat miring, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

8,73 0,17

36 Qlla-Ox-IV-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk sawah

10,41 0,21

37 Qlla-Ox-V-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah oksisol, kemiringan lereng sangat curam, dengan penggunaan tanah kebun

77,53 1,53

38 Qlla-Ox-V-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng sangat curam, dengan penggunaan tanah untuk sawah

225,22 4,44

39 Qlla-Ox-IV-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah Oksisol, kemiringan lereng curam, dengan penggunaan tanah untuk tegalan

205,70 4,05

Sumber : Analisis Peta Satuan Lahan Kecamatan Jumapolo Skala 1 : 80.000

Berdasarkan tabel di atas satuan lahan terluas adalah satuan lahan Qlla-

Ept-I-Sw yaitu satuan lahan dengan jenis batuan endapan lahar Lawu, ordo tanah

Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan penggunaan tanah untuk tegalan. Luas

satuan lahan ini adalah 1.222,93 Ha. Sedangkan satuan lahan tersempit adalah

satuan lahan Qlla-Ox-III-Sw, yaitu satuan lahan dengan jenis batuan endapan

lahar Lawu, ordo tanah Oxisol, kemiringan lereng sangat miring, dengan

penggunaan tanah untuk sawah. Luas satuan lahan ini adalah 5,30 Ha.

Satuan lahan di daerah penelitian disajikan pada Peta Satuan Lahan

Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000.

2. Besar Erosi Tanah

Erosi adalah suatu proses di mana tanah dihancurkan (detached) dan

kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan angin, air, atau gravitasi

(Hardjowogeno, 1987: 128). Besarnya erosi yang diperkirakan dalam penelitian

ini merupakan erosi yang dipercepat (accelerated erosion), yaitu erosi yang

penyebab utamanya adalah aktivitas manusia.

Page 55: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

55

PETA SATUAN LAHAN

Page 56: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

56

a. Faktor-faktor Penyebab Erosi

1) Perhitungan Indeks Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas adalah kemampuan hujan yang dapat menimbulkan erosi.

Hujan merupakan kelompok energi di mana kemampuan potensial hujan akan

menyebabkan terjadinya erosi. Walaupun curah hujan memiliki kemampuan

untuk menimbulkan erosi, tetapi tidak semua kejadian hujan menimbulkan

erosi. Besar energi kinetik hujan bergantung pada jumlah hujan, intensitas, dan

kecepatan jatuhnya hujan.

Dari data hujan yang diperoleh selama 10 tahun (1997 - 2006) dapat diketahui

besar curah hujan tahunan. Berikut data jumlah hujan per tahun di daerah

penelitian.

Tabel 14. Data Hujan per Tahun

No. Tahun Jumlah Hujan Tahunan (mm) 1 1997 1.568 2 1998 3.141 3 1999 2.043 4 2000 2.405 5 2001 2.304 6 2002 1.685 7 2003 1.669 8 2004 1.640 9 2005 1.777 10 2006 1.751 11 Rata – rata hujan tahunan (H) 1.998,3

Sumber : Data Klimatologi FP UNS

Besar erosivitas dihitung dengan persamaan dari Soemarwoto

(2007:200) berikut ini:

R = 0,41 x H1,09

R = 0,41 x ( 1998,3 )1,09

R = 1623,7 mm/th

Jadi besar nilai erosivitas yang terjadi di Kecamatan Jumapolo adalah

1623,7 mm/th. Nilai erosivitas tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

hujan untuk mengerosi cukup besar.

Page 57: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

57

2) Perhitungan Indeks Erodibilitas Tanah (K)

Dua kejadian hujan dengan tingkat energi yang berbeda dapat

menimbulkan erosi yang berbeda jika turun pada tanah yang sama, sebaliknya

dua kejadian hujan dengan tingkat energi yang sama dapat menimbulkan erosi

yang berbea jika turun pada tanah yang berbeda. Pada tingkat energi hujan

yang sama, tanah yang memiliki nilai erodibilitas tinggi akan lebih mudah

tererosi dibandingkan tanah yang memiliki nilai erodibilitas yang rendah.

Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap erosi, yang

tergantung pada sifat fisik dan kimia tanah. Berdasarkan hasil analisis

mengenai tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah

diperoleh nilai erodibilitas tanah (K) terendah 0,070 dan nilai K tertinggi

0,257. hasil perhitungan nilai erodibilitas tanah pada setiap satuan lahan di

Kecamatan Jumapolo lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

3) Perhitungan Indeks Faktor Lereng (LS)

Besarnya kemiringan lereng ditentukan berdasarkan Peta Kemiringan

Lereng Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000, sedangkan panjang lereng pada

tiap sampel satuan lahan diukur berdasarkan pengukuran di lapangan.

Nilai indeks faktor lereng (LS) terendah adalah sebesar 0,07 dan

tertinggi adalah sebesar 15,8. nilai LS tiap satuan lahan di Kecamatan

Jumapolo dapat dilihat pada Lampiran 2.

4) Perhitungan Indeks Faktor Penutup Lahan (C)

Faktor penutup lahan di daerah penelitian ditentukan berdasarkan

pengamatan di lapangan dan dari Peta Penggunaan Lahan Kecamatan

Jumapolo. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan perhitungan,

diperoleh nilai faktor penutup lahan (C) yang bervariasi, berkisar antara 0,01 –

0,8. Nilai C terendah terdapat pada satuan lahan dengan penggunaan lahan

berupa sawah, sedangkan nilai C tertinggi terdapat pada satuan lahan dengan

penggunaan lahan berupa tegalan. Perhitungan indeks faktor C tiap satuan

lahan di Kecamatan Jumapolo dapat dilihat pada Lampiran 3.

Page 58: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

58

5) Perhitungan Indeks Faktor Pengelolaan Lahan dan Konservasi Tanah (P)

Faktor pengelolaan dan konservasi tanah dapat berubah dari waktu ke

waktu tergantung pada aktivitas manusia yang menyangkut pola pergiliran

tanaman dan tindakan konservasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan dan perhitungan, diperoleh nilai faktor P yang

bervariasi, terendah adalah 0,04 dan nilai faktor P tertinggi adalah 1. Nilai P

terendah (0,04) terdapat pada lahan dengan tindakan konservasi berupa teras

bangku berkonstruksi baik, sedangkan nilai P tertinggi (1) terdapat pada lahan

tanpa tindakan konservasi. Perhitungan indeks P tiap satuan lahan di

Kecamatan Jumapolo dapat dilihat pada Lampiran 4.

b. Besar Erosi Tanah

Kelima faktor penyebab erosi yang telah diketahui nilainya, yaitu

erosivitas hujan, erodibilitas tanah, faktor lereng, faktor penutup lahan serta faktor

tindakan konservasi, kemudian dimasukkan dalam persamaan A = R K LS C P

untuk menghitung besarnya erosi tanah pada setiap satuan lahan di daerah

penelitian.

Besar erosi tanah yang terjadi di Kecamatan Jumapolo berkisar antara

0,008 ton/ha/th sampai dengan 1276,802 ton/ha/th. Besar erosi tanah 0,008

ton/ha/th terjadi di Desa Jumapolo, Desa Bakalan, dan Desa Karangbangun pada

satuan lahan 29, Qlla-Ox-I-Sw. Satuan lahan tersebut berada pada kemiringan

lereng kelas I (0-8%) dengan penggunaan lahan berupa sawah yang diiringi

dengan praktik konservasi berupa teras bangku berkonstruksi baik. Ketiga faktor

tersebut, yaitu faktor lereng, penggunaan lahan dan tindakan konservasi sangat

berpengaruh terhadap kecilnya laju erosi tanah yang terjadi.

Besar erosi tanah tertinggi yaitu dengan nilai 1276,802 ton/ha/th terjadi

pada satuan lahan 27, Qlla-Ept-V-Tg meliputi Desa Giriwondo, Jumantoro,

sabagian kecil Kadipiro dan Kedawung. Satuan lahan tersebut berada pada

kemiringan lereng kelas V (>45%) dengan penggunaan lahan berupa tegalan dan

penutup lahan berupa tanaman jagung. Kedua faktor tersebut, yaitu faktor

kemiringan lereng dan penggunaan lahan berpengaruh besar terhadap besarnya

Page 59: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

59

laju erosi yang terjadi. Hasil perhitungan besar erosi pada setiap satuan lahan di

Kecamatan Jumapolo dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Hasil Perhitungan Besar Erosi Masing-masing Satuan Lahan. No Satuan Lahan Luas (ha) R K LS C P A

1 Qlla-Alf-1-Kb 85,02 1623,7 0,199 0,23 0,2 1 14,863

2 Qlla-Alf-1-Sw 678,69 1623,7 0,257 0,15 0,01 0,15 0,094

3 Qlla-Alf-1-Tg 23,93 1623,7 0,130 0,07 0,8 0,5 5,910

4 Qlla-Alf-2-Kb 5,85 1623,7 0,108 0,85 0,2 1 29,811

5 Qlla-Alf-2-Sw 34,48 1623,7 0,163 1,14 0,01 0,15 0,453

6 Qlla-Alf-2-Tg 28,13 1623,7 0,126 0,49 0,8 0,75 60,148

7 Qlla-Alf-3-Kb 10,30 1623,7 0,07 1,80 0,5 0,5 51,147

8 Qlla-Alf-3-Sw 53,34 1623,7 0,158 1,66 0,01 0,15 0,639

9 Qlla-Alf-3-Tg 13,24 1623,7 0,119 1,38 0,8 0,75 159,986

10 Qlla-Alf-4-Kb 47,20 1623,7 0,226 2,12 0,2 0,4 62,236

11 Qlla-Alf-4-Sm 26,75 1623,7 0,170 5,09 0,3 1 421,496

12 Qlla-Alf-4-Sw 49,71 1623,7 0,244 2,66 0,01 0,04 0,421

13 Qlla-Alf-4-Tg 17,92 1623,7 0,113 2,19 0,7 0,9 253,145

14 Qlla-Alf-5-Tg 23,00 1623,7 0,113 7,45 0,7 0, 853,534

15 Qlla-Ept-1-Kb 166,16 1623,7 0,206 0,07 0,5 1 11,707

16 Qlla-Ept-1-Sm 47,20 1623,7 0,169 0,29 0,3 1 23,873

17 Qlla-Ept-1-Sw 1222,93 1623,7 0,187 0,15 0,01 0,15 0,068

18 Qlla-Ept-1-Tg 327,61 1623,7 0,162 0,23 0,7 0,5 21,175

19 Qlla-Ept-2-Kb 6,65 1623,7 0,195 0,76 0,5 0,5 60,158

20 Qlla-Ept-2-Sw 127,41 1623,7 0,166 0,59 0,01 0,04 0,063

21 Qlla-Ept-3-Sw 66,79 1623,7 0,124 1,93 0,01 0,04 0,155

22 Qlla-Ept-4-Kb 19,57 1623,7 0,140 3,44 0,5 0,4 156,394

23 Qlla-Ept-4-Sw 98,67 1623,7 0,113 1,97 0,01 0,15 0,542

24 Qlla-Ept-4-Tg 68,72 1623,7 0,190 2,14 0,7 0,9 415,924

25 Qlla-Ept-5-Kb 34,15 1623,7 0,212 9,94 0,5 0,4 684,318

26 Qlla-Ept-5-Sw 79,86 1623,7 0,165 15,8 0,01 0,04 1,693

27 Qlla-Ept-5-Tg 143,15 1623,7 0,142 8,79 0,7 0,9 1276,802

28 Qlla-Ox-1-Kb 30,20 1623,7 0,146 0,12 0,2 1 5,689

29 Qlla-Ox-1-Sw 456,10 1623,7 0,186 0,07 0,01 0,04 0,008

30 Qlla-Ox-1-Tg 225,28 1623,7 0,091 1,00 0,7 1 103,429

31 Qlla-Ox-2-Kb 5,98 1623,7 0,190 0,10 0,5 0,4 6,170

32 Qlla-Ox-2-Sw 37,83 1623,7 0,202 0,58 0,01 0,04 0,076

33 Qlla-Ox-2-Tg 8,51 1623,7 0,085 0,80 0,7 1 77,288

34 Qlla-Ox-3-Sw 5,30 1623,7 0,135 2,26 0,01 0,04 0,198

35 Qlla-Ox-3-Tg 8,73 1623,7 0,126 8,72 0,7 0,5 624,397

36 Qlla-Ox-4-Sw 10,48 1623,7 0,160 4,12 0,01 0,15 1,606

37 Qlla-Ox-5-Kb 77,53 1623,7 0,163 10,2 0,5 0,4 539,913

38 Qlla-Ox-5-Sw 225,22 1623,7 0,145 7,45 0,01 0,15 2,631

39 Qlla-Ox-5-Tg 205,70 1623,7 0,087 9,37 0,7 0,9 833,883

Sumber : Analisis Besar Erosi di Kecamatan Jumapolo

Page 60: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

60

Berdasarkan klasifikasi besar erosi permukaan pada Tabel 5 di muka,

maka besar erosi di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 5 kelas yaitu:

1. Kelas besar erosi tanah Sangat Ringan (SR) dengan besar erosi berkisar

antara 0,008 – 14,863 ton/ha/th yang meliputi daerah seluas 3828,1 Ha

(68,76%), persebarannya meliputi desa Jumapolo, Jatirejo, karangbangun,

Ploso, Giriwondo, Kwangsan, Lemahbang, Bakalan, dan Kadipiro.

2. Kelas besar erosi tanah Ringan (R) dengan besar erosi berkisar antara 21,175

– 51,147 ton/ha/th yang meliputi daerah seluas 517,18 Ha (9,29%) yang

tersebar di Desa Karangbangun, Ploso, Lemahbang, dan Jumantoro.

3. Kelas besar erosi Sedang (S) dengan besar erosi berkisar antara 60,148 –

156,394 ton/ha/th yang meliputi daerah seluas 422,36 Ha (7,59%) terjadi di

Desa Ploso, Jumapolo, dan Lemahbang.

4. Kelas besar erosi tanah Berat (B) dengan besar erosi berkisar antara 253,145

– 421, 496 ton/ha/th yang meliputi daerah seluas 213,38 Ha (3,83%) terjadi di

Desa Kedawung, Jumantoro, dan Jumapolo.

5. Kelas besar erosi tanah Sangat Berat (SB) dengan besar erosi berkisar antara

539,913 – 1.276,802 ton/ha/th yang meliputi daerah seluas 585,99 Ha

(10,53%) terjadi di Desa Giriwondo, Kadipiro, bakalan, dan Jumantoro.

Kelas besar erosi tiap satuan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada

Tabel 16 berikut ini.

Page 61: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

61

Tabel 16. Kelas Besar Erosi Tiap Satuan Lahan di Kecamatan Jumapolo.

No Satuan Lahan Luas (ha) Besar Erosi Kelas Besar Erosi

1 Qlla-Alf-1-Kb 85,02 14,863 SR

2 Qlla-Alf-1-Sw 678,69 0,094 SR

3 Qlla-Alf-1-Tg 23,93 5,910 SR

4 Qlla-Alf-2-Kb 5,85 29,811 R

5 Qlla-Alf-2-Sw 34,48 0,453 SR

6 Qlla-Alf-2-Tg 28,13 60,148 S

7 Qlla-Alf-3-Kb 10,30 51,147 R

8 Qlla-Alf-3-Sw 53,34 0,639 SR

9 Qlla-Alf-3-Tg 13,24 159,986 S

10 Qlla-Alf-4-Kb 47,20 62,236 S

11 Qlla-Alf-4-Sm 26,75 421,496 B

12 Qlla-Alf-4-Sw 49,71 0,421 SR

13 Qlla-Alf-4-Tg 17,92 253,145 B

14 Qlla-Alf-5-Tg 23,00 853,534 SB

15 Qlla-Ept-1-Kb 166,16 11,707 SR

16 Qlla-Ept-1-Sm 47,20 23,873 R

17 Qlla-Ept-1-Sw 1222,93 0,068 SR

18 Qlla-Ept-1-Tg 327,61 21,175 R

19 Qlla-Ept-2-Kb 6,65 60,158 SR

20 Qlla-Ept-2-Sw 127,41 0,063 SR

21 Qlla-Ept-3-Sw 66,79 0,155 SR

22 Qlla-Ept-4-Kb 19,57 156,394 S

23 Qlla-Ept-4-Sw 98,67 0,542 SR

24 Qlla-Ept-4-Tg 68,72 415,924 B

25 Qlla-Ept-5-Kb 34,15 684,318 SB

26 Qlla-Ept-5-Sw 79,86 1,693 SR

27 Qlla-Ept-5-Tg 143,15 1276,802 SB

28 Qlla-Ox-1-Kb 30,20 5,689 SR

29 Qlla-Ox-1-Sw 456,10 0,008 SR

30 Qlla-Ox-1-Tg 225,28 103,429 S

31 Qlla-Ox-2-Kb 5,98 6,170 SR

32 Qlla-Ox-2-Sw 37,83 0,076 SR

33 Qlla-Ox-2-Tg 8,51 77,288 S

34 Qlla-Ox-3-Sw 5,30 0,198 SR

35 Qlla-Ox-3-Tg 8,73 624,397 SB

36 Qlla-Ox-4-Sw 10,48 1,606 SR

37 Qlla-Ox-5-Kb 77,53 539,913 SB

38 Qlla-Ox-5-Sw 225,22 2,631 SR

39 Qlla-Ox-5-Tg 205,70 833,883 SB

Sumber : Analisis Besar Erosi di Kecamatan Jumapolo

Page 62: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

62

PETA BESAR EROSI

Page 63: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

63

3. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Kelas Tingkat Bahaya Erosi pada setiap satuan lahan di Kecamatan

Jumapolo ditentukan berdasarkan besar erosi dengan mempertimbangkan faktor

kedalaman tanah seperti yang telah disajikan pada Tabel 4 di muka. Uraian secara

rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sangat Ringan (SR)

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sangat Ringan (R) memiliki besar erosi

tanah berkisar antara 0,008 ton/ha/th – 2,631 ton/ha/th dengan kedalaman

tanah lebih dari 90 cm meliputi luas daerah sebesar 2953, 15 ha atau 58,63%

dari luas total daerah penelitian, dengan penggunaan lahan berupa sawah. TBE

Sangat Ringan ini terjadi karena faktor konservasi tanah yang cukup baik,

yaitu berupa teras bangku berkonstruksi sedang dan teras bangku

berkonstruksi baik.

Tingkat Bahaya Erosi Sangat Ringan ini tersebar di Desa Jumapolo,

Ploso, Kwangsan, Lemahbang, Bakalan, Karangbangun, Kadipiro, sebagian

kecil Giriwondo dan Jumantoro.

Gambar 4. Satuan Lahan dengan TBE Sangat Ringan di

Desa Kwangsan

Page 64: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

64

b. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Ringan (R)

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Ringan (R) memiliki besar erosi antara

0,421 ton/ha/th – 5,910 ton/ha/th dengan kedalaman tanah antara 55 cm – 95

cm meliputi daerah seluas 223,86 ha atau 4,44% dari luas total daerah

penelitian, dengan penggunaan lahan berupa kebun, sawah dan tegalan dengan

penutup lahan berupa tanaman ubi kayu. Karakteristik lahannya memiliki

kemiringan lereng kelas I (0-8%), kelas II (8-15%), dan kelas IV (25-45%)

yang pada lahannya telah dilakukan tindakan konservasi berupa teras bangku

berkonstruksi baik.

Tingkat Bahaya Erosi ini tersebar di Desa Karangbangun, Giriwondo,

Ploso, dan Kwangsan.

Gambar 5. Satuan Lahan dengan TBE ringan di Desa Karangbangun.

TBE pada daerah dengan penggunaan lahan berupa kebun termasuk

ringan karena pada lahan kebun, tanaman yang diusahakan merupakan

tanaman tahunan sehingga akan membentuk pohon yang tinggi dengan

perakaran yang kuat dan dalam, tajuk tanaman juga lebar. Adanya intersepsi

air hujan oleh tajuk tanaman akan memperlambat limpasan dan memperkecil

erosi.

Pada daerah dengan penggunaan lahan berupa sawah juga terjadi TBE

yang ringan karena meskipun berada pada kemiringan lereng >25% namun

Page 65: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

65

pada lahan ini telah dilakukan tindakan konservasi berupa pembuatan teras

bangku.

c. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sedang (S)

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sedang (S) memiliki besar erosi berkisar

antara 6,170 ton/ha/th – 103,429 ton/ha/th dengan kedalaman tanah 35 cm –

97 cm, dengan luas daerah 1022,84 ha (20,3%) kebun dan tegalan yang

ditanami ubi kayu dan jagung. Tingkat Bahaya Erosi ini terjadi pada lahan

dengan kemiringan lereng kelas I (0-8%) dan kelas II (8-15%).

Tingkat Bahaya Erosi ini tersebar di Desa Jumapolo, Ploso, dan

Lemahbang.

Gambar 6. Satuan Lahan dengan TBE Sedang di Desa Jatirejo.

d. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Berat (B)

Tingkat Bahaya Erosi Berat memiliki besar erosi berkisar antara 23,873

ton/ha/th – 624,397 ton/ha/th dengan kedalaman tanah berkisar antara 20 cm

– 51 cm, meliputi luas daerah 196,51 ha (3,91%), dengan penggunaan lahan

berupa kebun, semak, dan tegalan dengan tanaman penutup ubi kayu dan

jagung. Tingkat Bahaya Erosi ini terjadi pada lahan dengan kemiringan

lereng kelas I (0-8%), kelas II (8-15%), dan kelas III (15-25%). TBE Berat

Page 66: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

66

ini terjadi karena kedalaman tanah yang dangkal. Persebarannya meliputi

Desa Karangbangun, Ploso, Jatirejo, Lemahbang dan Jumantoro.

Gambar 7. Satuan Lahan dengan TBE Berat di Desa Jumantoro

e. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sangat Berat (SB)

Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat memiliki besar erosi berkisar antara

62,236 ton/ha/th – 1276,802 ton/ha/th dengan kedalaman tanah berkisar pada

20 cm – 68 cm yang meliputi daerah seluas 676,92 ha (13,44%), dengan

penggunaan lahan berupa kebun dan tegalan. TBE ini terjadi pada lahan

dengan kemiringan lereng kelas IV (25-45%) dan kelas V (>45%).

Persebarannya meliputi Desa Giriwondo, Kadipiro, Kedawung, Jumantoro,

sebagian Desa Bakalan dan Jumapolo.

TBE Sangat berat ini terjadi karena faktor kemiringan lereng yang

>25% dan penggunaan lahan berupa tegalan. Penggunaan lahan tegalan di

lokasi penelitian dengan jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman

semusim menyebabkan seringnya tanah mengalami tindakan pengolahan

tanah dan penyiangan. Hal ini dapat mengakibatkan tanah menjadi gembur

dan terbuka sehingga lebih memungkinkan terjadinya erosi. Jatuhnya butir-

butir hujan yang langsung mengenai permukaan tanah akan mempercepat

terjadinya erosi (Waluyaningsih, 2008:65).

Tanaman semusim pada umumnya memiliki daun yang tidak lebar

sehingga intersepsi tanaman oleh tajuk sangat kecil. Adanya intersepsi yang

Page 67: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

67

kecil ini akan mempercepat erosi. Perakaran tanaman semusim juga dangkal

dan tidak kuat sehingga kemampuan akar untuk menggenggem massa tanah

juga rendah.

Persebaran Tingkat Bahaya Erosi lebih lengkap disajikan pada Peta

Tingkat Bahaya Erosi di Kecamatan Jumapolo skala 1:80.000. Hasil analisis

Tingkat Bahaya Erosi di Kecamatan Jumapolo disajikan pada Tabel 17.

Page 68: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

68

Tabel 17. Tingkat Bahaya Erosi Tiap Satuan Lahan di Kecamatan Jumapolo

No Satuan Lahan Luas (ha) Besar Erosi

(ton/ha/th)

Kelas Besar

Erosi

Kelas

Kedalaman

Efektif

Kelas Tingkat

Bahaya Erosi

1 Qlla-Alf-1-Kb 85,02 14,863 SR K1 S

2 Qlla-Alf-1-Sw 678,69 0,094 SR K0 SR

3 Qlla-Alf-1-Tg 23,93 5,910 SR K0 R

4 Qlla-Alf-2-Kb 5,85 29,811 R K1 B

5 Qlla-Alf-2-Sw 34,48 0,453 SR K1 R

6 Qlla-Alf-2-Tg 28,13 60,148 S K0 S

7 Qlla-Alf-3-Kb 10,30 51,147 R K1 B

8 Qlla-Alf-3-Sw 53,34 0,639 SR K0 SR

9 Qlla-Alf-3-Tg 13,24 159,986 S K1 B

10 Qlla-Alf-4-Kb 47,20 62,236 S K1 SB

11 Qlla-Alf-4-Sm 26,75 421,496 B K1 SB

12 Qlla-Alf-4-Sw 49,71 0,421 SR K1 R

13 Qlla-Alf-4-Tg 17,92 253,145 B K1 SB

14 Qlla-Alf-5-Tg 23,00 853,534 SB K3 SB

15 Qlla-Ept-1-Kb 166,16 11,707 SR K3 B

16 Qlla-Ept-1-Sm 47,20 23,873 R K2 B

17 Qlla-Ept-1-Sw 1222,93 0,068 SR K0 SR

18 Qlla-Ept-1-Tg 327,61 21,175 R K1 S

19 Qlla-Ept-2-Kb 6,65 60,158 SR K2 B

20 Qlla-Ept-2-Sw 127,41 0,063 SR K0 SR

21 Qlla-Ept-3-Sw 66,79 0,155 SR K0 SR

22 Qlla-Ept-4-Kb 19,57 156,394 S K3 SB

23 Qlla-Ept-4-Sw 98,67 0,542 SR K1 R

24 Qlla-Ept-4-Tg 68,72 415,924 B K2 SB

25 Qlla-Ept-5-Kb 34,15 684,318 SB K3 SB

26 Qlla-Ept-5-Sw 79,86 1,693 SR K0 SR

27 Qlla-Ept-5-Tg 143,15 1276,802 SB K3 SB

28 Qlla-Ox-1-Kb 30,20 5,689 SR K1 R

29 Qlla-Ox-1-Sw 456,10 0,008 SR K0 SR

30 Qlla-Ox-1-Tg 225,28 103,429 S K0 S

31 Qlla-Ox-2-Kb 5,98 6,170 SR K2 S

32 Qlla-Ox-2-Sw 37,83 0,076 SR K0 SR

33 Qlla-Ox-2-Tg 8,51 77,288 S K1 B

34 Qlla-Ox-3-Sw 5,30 0,198 SR K0 SR

35 Qlla-Ox-3-Tg 8,73 624,397 SB K0 B

36 Qlla-Ox-4-Sw 10,48 1,606 SR K0 SR

37 Qlla-Ox-5-Kb 77,53 539,913 SB K3 SB

38 Qlla-Ox-5-Sw 225,22 2,631 SR K0 SR

39 Qlla-Ox-5-Tg 205,70 833,883 SB K3 SB

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 69: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

69

PETA TBE

Page 70: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

70

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, maka dari penelitian ini

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkiraan besar erosi tanah yang terjadi di Kecamatan Jumapolo adalah

sebesar 0,008 ton/ha/th sampai dengan 1.276,802 ton/ha/th dengan perincian

bahwa daerah yang mengalami erosi sangat ringan seluas 3828,1 ha (68,76%),

erosi ringan seluas 517,18 ha (9,29%), erosi sedang seluas 422,36 ha ( 7,59%),

erosi berat seluas 213,39 ha (3,83%), dan erosi sangat berat seluas 585,99 ha

(10,53%).

2. Tingkat Bahaya Erosi daerah penelitian adalah tingkat bahaya erosi sangat

ringan seluas 2953,15 ha (58,63%), tingkat bahaya erosi ringan seluas 223,86

ha (4,44%), tingkat bahaya erosi sedang seluas 1022,84% (20,3%), tingkat

bahaya erosi berat seluas 196,52 ha (3,91%), dan tingkat bahaya erosi sangat

berat seluas 676,92 ha (13,44%).

B. Implikasi

Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan dalam

pola pengelolaan dan penggunaan lahan di daerah penelitian dengan :

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan

dan melakukan perubahan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kondisi

dan karakteristik lahan. Hal ini dilakukan agar penggunaan lahan disesuaikan

dengan kemampuannya sehingga dapat meminimalisasikan potensi erosi.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penetapan

tindakan konservasi untuk mengurangi laju erosi yang terjadi di daerah

penelitian.

Page 71: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

71

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian besar laju erosi yang diperkirakan dengan

metode USLE, penulis menyarankan:

1. Pemberian mulsa, yaitu bahan yang digunakan di atas permukaan tanah

dengan tujuan mencegah kehilangan air melalui evaporasi, memperbaiki

struktur tanah, mempertahankan kapasitas memegang air serta menekan aliran

permukaan (run off), dan meningkatkan kandungan bahan organik sehingga

dapat mengurangi laju erosi.

Bahan-bahan itu bisa berupasisa-sisa panentanaman seperti jerami,

brangkasan jagung dan kacang tanah. Bisa juga bahan hijau lain seperti

pangkasan Flemingia atau vetiver yang disebar di atas permukaan tanah.

Mulsa disebarkan di antara tanaman utama untuk menutupi bidang yang

kosong.

Peranan mulsa dalam konservasi tanah dan air adalah melindungi tanah dari

pukulan langsung butir-butir hujan sehingga erosi dapat dikurangi dan tanah

menjadi padat. Pemberian mulsa dilakukan pada lahan dengan kemiringan

>5%. Cara pemberiannya adalah dengan menghempaskan mulsa tersebut di

atas permukaan lahan secara merata dengan tebal 3 – 5 cm sebanyak 5

ton/Ha. (www.situshijau.com)

Saran pemberian mulsa pada penelitian ini dapat dilihat pada Peta 9.

Rekomendasi.

2. Penanaman strip rumput secara campuran di bibir teras pada lahan dengan

kemiringan 15 – 45%, hal ini dapat mengendalikan erosi sebesar 35 – 40%.

(www.situshijau.com)

3. Pemerintah atau pihak-pihak yang terkait diharapkan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya erosi dan arti penting usaha

pengawetan tanah.

Page 72: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

72

Page 73: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara.

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian

Bogor. Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Daldjoeni, N. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Bandung : Alumni. Darmawijaya, Isa. 1992. Asas – Asas Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana

Perkasa. Hermawan, Wisnu. 2003. Kajian Erosi dan Kualitas Air Limpasan pada Berbagai

Kelompok Umur Tanaman Jati (Studi Kasus di RPH Ngawean, Cabak BKPH Pasar Sore KPH Cepu). Skripsi. Fakultas Pertanian UNS.

Kartasapoetra. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Rineka Cipta. Kusmintarsih, Hanani Retno. 2005. Besar Erosi Aktual Di Kecamatan Teras

Kabupaten Boyolali. Skripsi. Surakarta : FKIP UNS. Lanya, Indayati. 1995. Evaluasi Kualitas dan Produktivitas Lahan Kering

Terdegradasi di Daerah Transmigrasi WPP VII Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya. Rukmana, Rahmat. 1995. Teknik pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis.

Yogyakarta : Kanisius. Sarief, Saifuddin. 1988. Konservasi Tanah dan Air. Bandung : Pustaka Buana. Sandy, I Made. 1989. Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah

Berencana. Jakarta : FMIPA UI. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.

Page 74: PERHITUNGAN BESAR EROSI TANAH DENGAN …... · dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, ... yang

74

Soemarwoto, Otto. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press. Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi. Sutopo dan Jaka Suyana. 1999. Potensi Bahaya Erosi pada Beberapa Tipe

Agroekosistem di Sub-DAS Samin, DAS Solo. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian UNS.

Utomo, Wani Hadi. 1989. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang : IKIP Malang. Tika, Moh. Pabundu. 1996. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama. Tohir, Kaslan A. 1973. Seuntai Pengetahuan tentang Usaha Tani di Indonesia.

Jakarta : Bina Aksara. Waluyaningsih, Sri Rahayu. 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah pada Beberapa

Penggunaan Lahan dan Hubungannya dengan Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS Keduang, Wonogiri. Tesis. Program Pascasarjana UNS.

Wardhana, Sandy. 2005. Pemetaan Daerah Rawan Bahaya Erosi di Kecamatan

Jumantono, Kabupaten Karanganyar dengan Sistem Informasi Geografi (SIG). Skripsi. Fakultas Pertanian UNS.

Wisnubroto, Soekardi, Siti Lela Aminah dan Mulyono Nitisapto. 1983. Asas –

asas Meteorologi dan Pertanian. Jakarta : Ghalia Indonesia. www.bps.go.id

http://www.mapok.or.id/juornal/erosion/soil-erosion.htm

www.worldagroforestry.com