Perdata Pmh Dan Wanpres

4
NAMA : AZAM ZAINI MUKHTAR NIM : 8111413289 TUGAS: Hukum Perdata (cari perbedaan sifat melawan Hukum dengan wanprestasi Beserta contoh, perbedaan force majeur dan overmacht ) PERBEDAAN SMH DAN WANPRESTASI Secara umum, perbedaan antara wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum terletak pada apakah pelanggaran tersebut terdapat dalam di dalam perjanjian atau tidak. Seseorang dapat menggugat wanprestasi apabila terdapat cidera janji salah oleh satu pihak dalam perjanjian. Oleh karena itu, tidak ada wanprestasi tanpa ada perjanjian. Wanprestasi terjadi karena pihak yang dibebani kewajiban tidak memenuhi isi perjanjian seperti yang telah disepakati sebelumnya. “tidak memenuhi” isi perjanjian tersebut dapat berupa : 1. Tidak dipenuhinya prestasi sama sekali 2. Prestasi dilakukan, namun waktunya tidak tepat / tidak sesuai dengan yang disepakati 3. Prestasi tidak sesuai dengan yang disepakati Sedangkan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) muncul akibat dari Undang – Undang. Perbuatan Melawan Hukum diatur dalam pasal 1356 KUHPdt mengenai perikatan – perikatan yang dilahirkan demi Undang – Undang, dimana dalam pasal tersebut disebutkan bahwa : tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibakan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut” Ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum ini sering kali disebut sebagai pasal karet karena seseorang dapat digugat atas perbuatan melawan hukum tidak hanya perbuatannya melanggar Undang – Undang saja, melainkan juga apabila perbuatan tersebut : 1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

description

pmh dan wanpres

Transcript of Perdata Pmh Dan Wanpres

Page 1: Perdata Pmh Dan Wanpres

NAMA : AZAM ZAINI MUKHTAR

NIM : 8111413289

TUGAS: Hukum Perdata (cari perbedaan sifat melawan Hukum dengan wanprestasi

Beserta contoh, perbedaan force majeur dan overmacht)

PERBEDAAN SMH DAN WANPRESTASI

Secara umum, perbedaan antara wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum

terletak pada apakah pelanggaran tersebut terdapat dalam di dalam perjanjian atau

tidak. Seseorang dapat menggugat wanprestasi apabila terdapat cidera janji salah oleh

satu pihak dalam perjanjian. Oleh karena itu, tidak ada wanprestasi tanpa ada

perjanjian. Wanprestasi terjadi karena pihak yang dibebani kewajiban tidak memenuhi

isi perjanjian seperti yang telah disepakati sebelumnya. “tidak memenuhi” isi perjanjian

tersebut dapat berupa :

1. Tidak dipenuhinya prestasi sama sekali

2. Prestasi dilakukan, namun waktunya tidak tepat / tidak sesuai dengan yang

disepakati

3. Prestasi tidak sesuai dengan yang disepakati

Sedangkan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) muncul akibat dari Undang – Undang.

Perbuatan Melawan Hukum diatur dalam pasal 1356 KUHPdt mengenai perikatan –

perikatan yang dilahirkan demi Undang – Undang, dimana dalam pasal tersebut

disebutkan bahwa :

“tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibakan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut”

Ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum ini sering kali disebut sebagai pasal

karet karena seseorang dapat digugat atas perbuatan melawan hukum tidak hanya

perbuatannya melanggar Undang – Undang saja, melainkan juga apabila perbuatan

tersebut :

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

2. Bertentangan dengan hak orang lain

3. Bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan, dan kehati – hatian.

Selain hal tersebut, sebuah perbuatan dapat dikatakan perbuatan melawan hukum jika

terdapat unsur kesalahan (dimana unsur kesalahan ini sebagai perbuatan dan akibat

Page 2: Perdata Pmh Dan Wanpres

yang dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku), adanya kerugian (kerugian tidak

hanya bersifat kerugian material saja, tetapi juga kerugian immaterial seperti

ketakutan, beban pikiran, dan sebagainya), dan terakhir adalah adanya hubungan sebab

– akibat dari perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang ditimbulkan.

tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan pasal 1265 KUHPerdata, tidak perlu menyebut ganti rugi bagaimana bentuknya, tidak perlu perincian. Dengan demikian, tuntutan ganti rugi didasarkan pada hitungan objektif dan konkrit yang meliputi materiil dan moril. Dapat juga diperhitungkan jumlah ganti rugi berupa pemulihan kepada keadaan semula (restoration to original condition, herstel in de oorpronkelijke toestand, herstel in de vorige toestand). Meskipun tuntutan ganti rugi tidak diperlukan secara terinci, beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung membatasi tuntutan besaran nilai dan jumlah ganti rugi, seperti :Putusan Mahkamah Agung No. 196 K/ Sip/ 1974 tanggal 7 Oktober 1976, menyatakan : “Besarnya jumlah ganti rugi perbuatan melawan hukum, diperpegangi prinsip Pasal 1372 KUHPerdata yakni didasarkan pada penilaian kedudukan sosial ekonomi kedua belah pihak”. Putusan Mahkamah Agung No. 1226 K/Sip/ 1977 tanggal 13 April 1978, menyatakan : “ Soal besarnya ganti rugi pada hakekatnya lebih merupakan soal kelayakan dan kepatutan yang tidak dapat didekati dengan suatu ukuran”.

CONTOH KASUS WANPRESTASI

A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan merek Snoopy dengan harga Rp 13.000.000,00 yang penyerahannya akan dilaksanakan pada Hari Minggu, Tanggal 25 Oktober 2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama sekali tanpa alasan yang jelas.

Disini jelas yang mengalami kerugian adalah salah satu pihak didalamnya. Karena tidak di penuhinya suatu prestasi salah satu pihak.

CONTOH PERBUATAN MELAWAN HUKUM :

Seseorang pemilik lahan menebang hutan tidak dengan surat izin resmi dari instansi terkait, namun di sebelah lahan tersebut ada hotel yang memanfaatkan hutan asri tersebut sebagai obyek rekreasi, saat hutan tersebut ditebang maka pihak pengelola hotel merasa dirugikan. Namun pemilik lahan hanya harus bertanggung jawab kepada undang-undang saja dan tidak harus bertanggungjawab kepada si pengelola hotel. (yang di rugikan tidak seperti wanprestasi , PMH sebelumnya tidak ada perjanjian)

Page 3: Perdata Pmh Dan Wanpres

Ditinjau dari Wanprestasi PMH

Sumber hukum Wanprestasi menurut Pasal 1243 KUHPer timbul dari persetujuan (agreement)

PMH menurut Pasal 1365 KUHPer timbul akibat perbuatan orang

Timbulnya hak menuntut

Hak menuntut ganti rugi dalam wanprestasi timbul dari Pasal 1243 KUHPer, yang pada prinsipnya membutuhkan pernyataan lalai (somasi)

Hak menuntut ganti rugi karena PMH tidak perlu somasi. Kapan saja terjadi PMH, pihak yang dirugikan langsung mendapat hak untuk menuntut ganti rugi

Tuntutan ganti rugi

KUHPer telah mengatur tentang jangka waktu perhitungan ganti rugi yang dapat dituntut, serta jenis dan jumlah ganti rugi yang dapat dituntut dalam wanprestasi

KUHPer tidak mengatur bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi. Dengan demikian, bisa dgugat ganti rugi nyata dan kerugian immateriil

Label: hukum perdata, hukum pidana

PERBEDAAN OVERMACHT DAN FORCE MAJEURE

Dari hasil pencarian di berbagai sumber, Internet, Buku, dan pertanyaan kepada kawan fakultas hukum lain, semua memberikan informasi tidak ada perbedaan antara overmacht dan force majeure. Setiap tulisan, website, buku dsb., menuliskan keadaan memaksa (overmacht/force majeure). Mungkin perbedaan yang di maksud adalah hanya arti kata saja, force majeure memiliki arti kekuatan besar yang tidak bisa di lawan atau di cegah. Namun secara konsep adalah sama. Keadaan yang tak terduga