Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

download Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

of 13

Transcript of Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    1/13

    PENDAHULUAN

    Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya

    perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan

    muda atau trimester pertama sering dikaitkan dengan kejadian abortus,

    misscariage, early pregnancy loss. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal

    beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita

    melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus berfikir tentang akibat dari

    perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri

    (Prawirohardjo,2009).

    Berikut beberapa masalah yang terjadi pada kehamilan trimester I, yaitu

    1. ABORTUS

    1.1 Definisi

    Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

    dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20

    minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo,2009).

    1.2 Klasifikasi

    1.2.1 Menurut penggolongan jenis, yaitu

    a.Abortus spontan, yaitu abortus yang berlangsung tanpa tindakan

    atau terjadi dengan sendirinya

    b. Abortus provokatus, yaitu abortus yang terjadi dengan sengaja

    dilakukan tindakan

    i.Abortus provokatus terapetikus : dengan alasan kehamilan

    membahayakan ibunya atau janin cacat.

    1

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    2/13

    ii. Abortus provokatus kriminalis : tanpa alasan medis yang sah

    1.2.2 Menurut derajat atau tingkat, yaitu

    a. Abortus Iminens, yaitu abortus yang membakat ditandai dengan

    perdarahan pervaginam yang minimal, tetapi portio uteri (kanalis

    servikalis) masih tertutup

    b. Abortus Insipiens, yaitu pembukaan servik yang kemudian diikuti

    oleh kontraksi uterus namun buah kehamilan belum ada yang

    keluar

    c. Abortus Inkomplit, yaitu ada pembukaan servik sebagian hasil

    konsepsi sudah keluar (plasenta) sebagian masih tertahan di dalam

    rahim. Biasanya diikuti perdarahan hebat.

    d. Missed Abortion : tertahannya hasil konsepsi yang telah mati di

    dalam rahim selama > 8 minggu. Ditandai dengan Tinggi Fundus

    Uteri (TFU) yang menetap bahkan mengecil. Biasanya tidak diikuti

    tanda-tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan servik.

    e. Abortus Habitualis, yaitu abortus spontan 3 kali atau lebih secara

    berturut-turut

    f. Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi pada alat genital

    g. Abortus septik, yaitu abortus yang berasal dari komplikasi infeksi,

    meluas hingga ke seluruh tubuh (Paraton,2008).

    1.3 Etiologi

    a. Faktor genetik

    Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip

    embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama

    2

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    3/13

    merupakan kelainan sitogenik. Bagaimanapun, gambaran ini belum belum

    termasuk kelainan yang disebabkan oleh kelainan gangguan gen tunggal

    misalnya kelainan Mendelian atau mutasi pada beberapa lokus misalnya

    gangguan poligenik atau multifaktor yang tidak terdeteksi dengan

    pemeriksaan kariotip.aborus pada trimester pertama merupakan kelainan

    sitogenik. Bagaimanapun, gambaran ini belum belum termasuk kelainan

    yang disebabkan oleh kelainan gangguan gen tunggal misalnya kelainan

    Mendelian atau mutasi pada beberapa lokus misalnya gangguan poligenik

    atau multifaktor yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.

    Abortus berulang bisa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang

    abnormal, di mana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor

    tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan

    bahwa bila didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus maka

    kehamilan berikutnya juga beresiko abortus (Prawirohardjo,2009).

    b. Kelainan kongenital uterus

    Pada perempuan dengan riwayat abortus ditemukan anomali uterus

    pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik

    uterus adalah septum uterus (40-80%), uterus bikornis/didelfis/unikornis

    (10-30%), mioma uteri (10-30%) pada perempuan usia reproduksi

    (Prawirohardjo,2009).

    c. Autoimun

    Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit

    autoimun. Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan

    3

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    4/13

    Antiphospholipid Antibodies (aPA). Kejadian abortus spontan 10% pada

    pasien SLE dan

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    5/13

    f. Faktor Hormonal

    Seperti Diabetes Melitus (DM), kadar progesteron yang rendah, defek

    fase luteal lebih beresiko terjadi abortus (Prawirohardjo,2009).

    1.4 Patofisiologi

    Perubahan patologi dimulai dari perdarahan pada desidua basalis yang

    menyebabkan nekrosis jaringan sekitar. Selanjutnya sebagian atau seluruh janin

    akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi

    rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi ekspulsi. Bila

    ketuban pecah terlihat maserasi janin bercampur air ketuban. Seringkali fetus

    tak tampak dan ini disebut blighted ovum. (Paraton,2008).

    1.5 Diagnosis, Gejala Klinis, dan Penatalaksanaan

    Tabel 1.1 Diagnosis, Gejala Klinis, dan Penatalaksanaan pada abortus

    N

    O

    DIAGNOSIS GEJALA KLINIS PENATALAKSANAAN

    1 Abortus

    Imminen

    Amenore (+),

    Tanda hamil muda

    (+)

    Perdarahan

    pervaginam

    Nyeri (cramping

    pain)

    VT: ostium uteri

    menutup

    -istirahat tirah baring

    -tokolitik : isoxuprine tiap 8 jam

    -preparat progesteron 2-3 x 1 tab setiap 8-

    12 jam

    -antiprostaglandin 500mg tiap 8jam

    2 Abortus

    Insipiens

    -perdarahan

    pervaginam nyeri(his)

    -VT: ostium uteri

    menipis dan terbuka

    ketuban menonjol,

    buah kehamilan utuh

    -kuret atau drip oxytocin bila kehamilan

    >12 minggu dilanjutkan-methylergomethrine maleat 1 tab setiap 8

    jam selama 5 hari

    -Amoxyciline 500mg setiap 6jam selama

    5 hari

    3 Abortus

    Inkomplet

    -perdarahan

    pervaginam, nyeri

    dan kadang-kadang

    disertai syok

    -VT: ostium uteri

    -memperbaiki keadaan umum

    -kosongkan isi uterus (menghentikan

    perdarahan)

    -jika kehailan >12 minggu:

    methylergomethrine maleat 1 tab setiap 8

    5

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    6/13

    terbuka didapatkan

    sisa kehamilan atau

    plasenta

    jam selama 5 hari

    -cegah infeksi: amoxycilin 500mg tiap

    8jam selama 5 hari

    4 MissedAbortion

    -perdarahan dankeluhan kehamilan

    -pemeriksaan fisik:

    TFU yang menetap

    bahkan mengecil

    tidak sesuai dengan

    usia kehamilan

    -MRS:-mengeluarkan jaringan nekrotik

    -peeriksaan faal hemostatis

    -keamilan 12 minggu : misoprostol

    1tab/intravaginal tiap 6jam/hari

    dilanjutkan dengan drop oxytocin dan

    kuretase

    -disarankan untuk monitoring fibrinogen

    serum

    5 Abortusinfeksi -perdarahanpervaginam, nyeri

    -sering disertai syok

    -VT: ostium uteri

    terbuka, nyeri

    adneksa dan fluor

    berbau

    -perbaiki keadaan umum: infus, tranfusi-antipiretik: xylomidon 2cc im

    -antibiotik dosis tinggi: ampiciline 1 gr

    iv/hr tiap 8jam selama 3-5hr atau

    amoxycilin 1gr iv tiap 8jam

    -kuret setelah 3-6jam

    6 Abortus

    septis

    Tanda-tanda sepsis

    pada umumnya

    -MRS

    -first line:

    - ampiciline 1gr iv tiap 6jam

    - gentamycine 80mg im tiap 12jam

    - metronidazole 1gr regsup tiap 8jam

    -ditambahkan pengobatan suportif

    oksigen, pemasangan CVP

    -12-24 jam kemudian dilakukan kuret,

    observasi selama12 jam lagi. Bila

    keadaan tidak membaik, berikan

    secondline (sefalosporin generasi III)

    bila 12 jam berikutnya keadaan tidak

    membaik, dilakukan TAH + BSO

    (Paraton,2008).

    1.6 Diagnosis Banding

    Kehamilan Ektopik, hipermenorrea, Abortus Mola Hidatidosa, Mioma

    uteri bertangkai (Paraton,2008).

    2. Kehamilan Ektopik (KE)

    2.1 Definisi

    6

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    7/13

    Kehamilan Ektopik (KE) yaitu suatu kehamilan yang pertumbuhan

    sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium

    kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di tuba fallopi

    (Prawirohardjo,2009).

    Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang telah

    dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak

    semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan

    ektopik lebih tepat digunakan daripada istilah kehamilan ekstrauterin,

    karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang terjadi di dalam

    uterus tetapi tidak pada tempat yang normal seperti kehamilan yang terjadi

    pada pars interstitialis tuba dan serviks uteri. Kehamilan ektopik terganggu

    adalah kehamilan yang berakhir dengan abortus dan ruptur. Kehamilan

    ektopik merupakan salah satu bentuk komplikasi kehamilan yang cukup

    sering dijumpai dan berhubungan dengan status sosial ekonomi dan kejadian

    salpingitis (Suryawan,2007).

    2.2 Epidemiologi

    Peningkatan angka kejadian KET dihubungkan dengan bermacam

    faktor, terutama faktor-faktor yang meningkatkan risiko pernyakit radang

    panggul (PRP). Berbagai karakteristik yang dihubungkan dengan kejadian

    KET, antara lain: melakukan hubungan seksual dini (< 16 tahun), merokok,

    penggunaan bilas vagina (vaginal douching), riwayat pembedahan pelvis/

    abdomen, selain itu kejadian KET lebih meningkat pada riwayat infertilitas,

    serta riwayat infeksi kelamin, penggunaan AKDR, pemaparan dengan

    7

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    8/13

    Dietilstilbesterol (DES) dan riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

    meningkatkan angka kejadian sampai 15-25 % (Suryawan,2007).

    2.3 Klasifikasi

    a. Kehamilan tuba (95-98% dari seluruh kehamilan ektopik) : pars

    interstitial, pars ismika, pars ampularis, pars infindibula, pars fimbria

    b. Kehamilan ektopik pada uterus: kehamilan serviks, kehamilan kornu

    c. Kehamilan ovarium

    d. Kehamilan intraligamenter

    e. Kehamilan abdomen

    f. Kehamilan kombinasi (Paraton,2008)

    Gambar 2.1 lokasi kehamilan ektopik (Pradhana, 2010)

    2.4 Etiologi

    a. Faktor tuba : peradangan atau infeksi menyebabkan lumen tuba

    menyempit, keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran

    tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba

    tidak berfungsi dengan baik.

    8

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    9/13

    b. Faktor abnormalitas zigot

    c. Faktor ovarium

    d. Faktor hormonal : pil KB yang mengandung akseptor progesteron

    menyebabkan gerakan tuba melambat (Prawirohardjo,2009).

    Berikut ini beberapa faktor resiko KE:

    Gambar 2.2 Faktor Resiko Kehamilan Ektopik (Pradhana, 2010)

    2.5 Patofisiologi

    Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai

    endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran

    tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada

    kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media

    yang baik untuk pertumbuhan embrio, maka pertumbuhan dapat mengalami

    beberapa perubahan dalam bentuk seperti hasil konsepsi mati dini dan

    diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, ruptur dinding tuba

    (Prawirohardjo,2009).

    9

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    10/13

    2.6 Gejala Klinis

    Gejala klinis tidak khas, penderita maupun dokter biasanya tidak

    mengenali adanya kelainan dalam kehamilan sampai terjadi abortus tuba

    atau ruptur tuba. Pada umumnya penderita menunjukkan tanda kehamilan

    muda dan mungkin nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan vaginal,

    uterus membesar dan lembek (Prawirohardjo,2009).

    KE yang belum terganggu:

    a. Tedapat gejala-gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea,

    mual, muntah, dan sebagainya

    b. Pemeriksaan fisik: rahim membesar dan adanya tumor di adneksa

    c. Tria klasik: amenorea, perdarahan dan nyeri

    KE yang terganggu:

    Gejala-gejala akut abdomen akibat pecahnya kehamilan ektopik dan

    gangguan hemodinamik berupa hipovolemik akibat perdarahan selain

    gejala-gejala di atas (Paraton,2008).

    2.7 Diagnosis

    Kehamilan ektopik biasanya didiagnosis pada trimester pertama

    kehamilan. Usia kehamilan yang paling umum ketika didiagnosis adalah 6

    hingga 10 minggu. KE memiliki frekuensi yang hampir sama pada faktor-

    faktor risiko yang jelas diketahui (Hadisaputra,2008).

    2.8 Penatalaksanaan

    Pengobatan dengan menggunakan Methotrexate (MTX), suatu

    antagonis asam folat, menginhibisi sintesa DNA dalam sel-sel yang

    membagi secara aktif, termasuk trofoblas. Jika diberikan kepada pasien

    10

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    11/13

    yang diseleksi secara tepat, maka akan memiliki tingkat keberhasilan

    hingga 94%.8 Keberhasilan dalam pengobatan KE terutama tergantung

    pada konsentrasi serum -hCG. Suatu meta analisis tentang data dari 1.327

    perempuan dengan KE yang diobati MTX menunjukkan bahwa resolusi

    secara terbalik diasosiasikan dengan tingkat -hCG, dan bahwa tingkat

    yang meninggi secara bermakna berkorelasi dengan kegagalan pengobatan

    (Hadisaputra,2008).

    Laparoskopi dan operasi laparotomi: salpingostomi, salpingektomi

    (Paraton,2008). Laparoskopi operatif dianjurkan pada keadaan di mana

    penderita dalam keadaan stabil sebagai pengganti laparotomi. Laparoskopi

    dilaporkan lebih efektif untuk perempuan usia reproduksi di dalam rasio

    kembalinya kehamilan intra uterin yang akan datang, menghindari

    rekurensi kehamilan ektopik berikutnya dan masa penyembuhan yang lebih

    pendek. Teknik Operasi Laparoskopi: praoperatif harus sudah dapat

    ditentukan lokasi dan besar lesi. Oleh karena keberhasilan operasi

    laparoskopi ditentukan oleh banyaknya perdarahan maka penggunaan

    suktion trokar 10 mm sangat dianjurkan sehingga bekuan darah dapat

    dikeluarkan dengan cepat dan akurat terlebih dahulu. Cairan ringers lactat

    dapat membantu digunakan pula untuk mengeluarkan bekuan darah dan

    sisa jaringan trofoblas yang menempel pada lapisan serosa organ-organ di

    peritoneum (Hadisaputra,2008).

    3. Mola Hidatidosa

    3.1 Definisi

    11

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    12/13

    Mola hidatidosa yaitu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana

    tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami

    perubahan berupa degenerasi hidropik (Prawirohardjo,2009).

    Berbagai macam faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya

    molla hidatidosa ini,diantaranya faktor sosial ekonomi,usia dan paritas. Pada

    multiparitas lebih sering ditemukan adanya molla hidatidosa, jadi dengan

    meningkatnya paritas kemungkinan mendapatkan molla hidatidosa akan

    lebih besar, begitu juga faktor sosial ekonomi kemungkinan mempengaruhi

    terjadinya molla hidatidosa disamping juga faktor usia.

    (Mukharomah,2011).

    3.2 Patofisiologi

    a. Suatu agenesis yang lengkap atau degenerasi dini dari sistem

    vaskularisasi buah kehamilan minggu keIII-V

    b. Sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel

    trofoblas memproduksi cairan

    c. Kelainan pada kromatin seks

    Gambaran patologi:

    a. Degenerasi hidropik vili

    b. Berkurang/hilangnyaa pembuluh darah pada vili

    c. Proliferasi sel-sel trofoblas (Abdullah, 2008)

    3.3 Gejala Klinis

    a. Tanda kehamilan muda disertai dengan perdarahan

    b. Keluhan subyektif maupun obyektif pada kehamilan muda yang lebih

    hebat dari biasa misalnya hiperemis, sampai tanda toksemia

    12

  • 7/31/2019 Perdarahan Pada Trimester i, Tugas Obgyn, Ritma

    13/13

    c. Tidak dirasakan tanpa tanda-tanda gerakan janin maupun ballotement

    d. TFU lebih besar / amenorea yang lama

    e. Kista lutein yang bilateral

    f. Keluar gelembung mola bersama perdarahan (Abdullah, 2008).

    3.4 Diagnosis

    Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, USG dan

    histopatologis (Abdullah, 2008).

    3.5 Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan kadar beta Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam

    darah atau urin baik secara bioasay, immunoasay, maupun

    radioimunoasay. (Abdullah, 2008).

    3.6 Penatalaksanaan

    a. Perbaikan keadaan umum

    b. Pengeluaran jaringan mola: vakum kuretase, histerektomi

    c. Pemeriksaan tindak lanjut: tes hCG harus mencapai nilai normal 8

    minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan berkisar 1 tahun. Pasien

    dianjurkan untuk tidak hamil lagi selama pemeriksaan ini

    (Prawirohardjo,2009).

    13