PERDA Nomor 25 Tahun 2003 ttg Perijinan Usaha Perkebunan · berbadan hukum meliputi Koperasi, Badan...
-
Upload
vuonghuong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of PERDA Nomor 25 Tahun 2003 ttg Perijinan Usaha Perkebunan · berbadan hukum meliputi Koperasi, Badan...
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
TAHUN : 2003 NOMOR : 70
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR 25 TAHUN 2003
TENTANG
PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BERAU,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat pembangunan
perkebunan, meningkatkan pendapatan petani
perkebunan, membuka kesempatan kerja, peningkatan
penerimaan devisa dan Pendapatan Asli Daerah,
pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian
di Wilayah Kabupaten Berau, maka perlu dilakukan
pengaturan, pembinaan dan pengawasan di dalam
pemberian perijinan usaha perkebunan ;
b. bahwa di dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
pemberian ijin usaha perkebunan perlu adanya dasar
hukum sebagai pedoman di dalam pelaksanaannya ;
c. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan
dalam Peraturan Daerah.
- 2 -
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang-undang
Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan ( Lembaran Negara Tahun 1953
Nomor 9) sebagai Undang-undang ( Memori Penjelasan
dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 );
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran
Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) ;
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang
Tata Ruang ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) ;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang
Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3699);
- 3 -
8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
9. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Propinsi Sebagai Daerah
Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun 2002
tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau ;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26 Tahun 2002
tentang Pembentukan Dinas Daerah Kabupaten Berau ;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 2 Tahun
2003 tentang Rencana Strategis Program Pembangunan
Daerah Kabupaten Berau Tahun 2001-2005.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BERAU
MEMUTUSKAN :
- 4 -
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG
PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau ;
b. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ;
c. Dinas adalah Dinas Perkebunan Kabupaten Berau ;
d. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten
Berau ;
e. Budidaya Perkebunan adalah jenis tanaman yang dikelola
oleh Sub Sektor Perkebunan ;
f. Usaha Budidaya Perkebunan adalah usaha budidaya
tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pertanaman,
penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen ;
g. Usaha Industri Perkebunan adalah usaha industri
pengelolaan hasil komoditas perkebunan yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah hasil usaha primer
perkebunan ;
h. Perusahaan Perkebunan adalah badan usaha yang
berbadan hukum meliputi Koperasi, Badan Usaha Milik
Negara termasuk Badan Usaha Milik Daerah dan
Perusahaan Swasta yang melakukan usaha perkebunan ;
- 5 -
i. Perkebunan Besar adalah usaha perkebunan yang
diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan dan dilakukan
diatas lahan Hak Guna Usaha atau hak atas tanah
lainnya dengan luas areal minimal 25 (dua puluh lima) hektar ;
j. Ijin Usaha Budidaya Perkebunan adalah ijin tertulis yang
diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang
ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya
melakukan usaha budidaya tanaman perkebunan yang
meliputi kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan
tanaman dan panen ;
k. Ijin Usaha Industri Perkebunan adalah ijin tertulis yang
diberikan Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang
ditunjuk kepada pemegangnya untuk melakukan kegiatan
pengolahan hasil komoditi perkebunan yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah hasil usaha primer
perkebunan ;
l. Klasifikasi Kebun adalah salah satu kegiatan pembinaan
dalam mendorong perusahaan perkebunan untuk
memanfaatkan sumber daya yang tersedia sehingga dapat
dicapai produktivitas yang optimal dan efisien ;
m. Peredaran Benih / Bibit tanaman perkebunan adalah
kegiatan pengadaan, pengangkutan dan pemanfaatan
benih / bibit tanaman perkebunan dari sumber benih
kepada pengguna benih ;
n. Ijin Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah ijin tertulis
dari Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk
untuk memberikan hak kepada pemegangnya melakukan
usaha pengadaan, pengangkutan dan pemanfaatan benih /
bibit tanam budidaya perkebunan ;
- 6 -
o. Pembukaan Lahan Perkebunan adalah satu kegiatan
membuka lahan dengan menggunakan peralatan mekanik
berat ;
p. Ijin Pembukaan Lahan adalah ijin tertulis dari Kepala
Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk untuk
memberikan hak kepada pemegangnya melakukan
kegiatan membuka lahan untuk usaha budidaya perkebunan ;
q. Alat Berat adalah semua alat bantu yang digerakkan oleh
mesin, digunakan secara langsung untuk persiapan
lahan, proses produksi sampai dengan pasca panen ;
r. Ijin Penggunaan Alat Berat adalah ijin tertulis yang
dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat Instansi
yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya
melakukan kegiatan menggunakan alat berat untuk
keperluan pembukaan lahan usaha budidaya perkebunan ;
s. Usaha Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah usaha
perbenihan yang mencakup segala aspek perbenihan,
memproduksi, mengedarkan dan memberikan jasa
kontribusi dibidang perkebunan, yang meliputi pemuliaan
tanaman, penangkaran dan peredaran benih / bibit tanaman
perkebunan ;
t. Usaha Sumber Benih / Bibit Tanaman Perkebunan adalah
pemilik kebun induk yang telah ditunjuk dengan Keputusan
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk untuk memproduksi
dan mengedarkan benih / bibit tanaman perkebunan ;
u. Ijin Usaha Pembenihan adalah ijin tertulis yang dikeluarkan
oleh Kepala Dinas atas nama Kepala Daerah atau Pejabat
instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada
pemegang ijin melakukan usaha untuk memproduksi,
mengedarkan dan memberikan jasa konstribusi dibidang
budidaya tanaman perkebunan ;
- 7 -
v. Hasil Ikutan Tanaman Perkebunan adalah sisa hasil
olahan dan bahan tanaman yang belum dimanfaatkan ;
w. Ijin Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Perkebunan
adalah ijin tertulis yang diberikan oleh Kepala Daerah
atau Pejabat instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak
kepada pemegangnya memanfaatkan hasil ikutan usaha
perkebunan untuk keperluan bahan baku industri lainnya ;
x. Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) adalah pemberian
pendaftaran oleh Kepala Dinas untuk memberikan
pendaftaran atas usaha budidaya dan industri perkebunan
yang dikelola oleh perorangan atau Badan Hukum
diatas lahan milik atau hak atas tanah lainnya dalam
rangka membantu meningkatkan pengembangan usaha
perkebunan rakyat / perorangan ;
y. Perkebunan Rakyat adalah usaha budidaya perkebunan
yang dilakukan secara perorangan di atas lahan milik
atau hak atas tanah lainnya atas nama perorangan atau
Badan Usaha dengan luasan maksimal kurang dari 25
(dua puluh lima) hektar ;
z. Industri Perkebunan Rakyat adalah usaha industri
pengolahan hasil komoditi perkebunan yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah hasil usaha primer
perkebunan, dilaksanakan secara perorangan atau Badan
Usaha diatas lahan milik atau hak atas tanah lainnya
yang luasannya equivalen dengan skala perkebunan rakyat.
BAB II
KLASIFIKASI USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN
- 8 -
Pasal 2
Usaha Budidaya Perkebunan meliputi :
a. Usaha Perkebunan Rakyat adalah usaha perkebunan
dengan luas areal kurang dari 25 (dua puluh lima) hektar ;
b. Usaha Perkebunan Besar adalah usaha perkebunan
dengan luas areal 25 (dua puluh lima) sampai dengan
20.000 (dua puluh ribu) hektar ;
BAB III
IJIN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN
Pasal 3
(1) Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) diberikan
kepada pemilik kebun yang mengusahakan kebun
kurang dari 25(dua puluh lima) hektar :
(2) Ijin Usaha Budidaya Perkebunan dapat diberikan
kepada :
a. Warga Negara Republik Indonesia ;
b. Koperasi ;
c. Badan Usaha Milik Negara ;
d. Badan Usaha Milik Daerah ;
e. Badan Usaha Swasta Nasional ;
f. Patungan Badan Usaha Swasta Nasional atau Badan Usaha Milik Daerah dengan Badan Usaha Asing ;
- 9 -
(3) Ijin Usaha Budidaya Perkebunan sebagaimana
disebut dalam Pasal 2, diberikan oleh Kepala Daerah
dan Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP)
sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (1) diberikan
oleh Kepala Dinas ;
(4) Ijin Usaha Budidaya Perkebunan berlaku selama 30
( tiga puluh ) tahun dan dapat diperpanjang satu kali
paling lama 25 (dua puluh lima) tahun ;
(5) Untuk memperoleh Ijin Usaha Budidaya Perkebunan,
pemohon diwajibkan menyampaikan permohonan kepada
Kepala Daerah dengan tembusan Dinas, dan Bagian
Penanaman Modal Daerah dan Perekonomian ;
(6) Pemohon harus melengkapi persyaratan permohonan
berupa :
a. Akte pendirian perusahaan atau perubahannya ;
b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan
yang telah disetujui oleh Kepala Dinas ;
c. Rekomendasi teknis dari Dinas ;
d. Rencana Kerja Tahunan ;
e. Dokumen AMDAL / UKL-UPL sesuai ketentuan yang
berlaku ;
f. Surat Ijin Lokasi ;
g. Nomor Pokok Wajib PAjak (NPWP) dan Nomor
Pokok Wajin Pajak Daerah (NPWPD) ;
h. Peta Rencana Lokasi, dengan skala 1 : 100.000 ;
i. Surat Persetujuan penanaman modal;
j. Surat Pernyataan Kesanggupan Menjalin Kemitraan
dengan Koperasi dan / atau Masyarakat disekitar lokasi.
- 10 -
(7) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah permohonan diterima
Pejabat pemberi ijin harus memutuskan, permohonan
ijin tersebut dapat diberikan atau ditolak ;
(8) Usaha perkebunan/industri perkebunan yang kurang
dari 25 (dua puluh lima) hektar, wajib mendaftarkan
usahanya kepada Kepala Dinas dengan melampirkan
permohonan, foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP),
status lahan, surat keterangan dari Kepala Kampung
dan Camat.
Pasal 4
(1) Setiap perusahaan perkebunan yang telah memperoleh
ijin usaha perkebunan, wajib :
a. Melaksanakan pembangunan kebun paling
lambat 1 (satu) tahun sejak ijin diterbitkan ;
b. Menjalin kemitraan dengan koperasi dan masyarakat
disekitar tempat / lokasi perkebunan dalam
bentuk / pola pembagian saham atau pola inti-plasma ;
c. Mengelola usaha perkebunannya secara profesional,
transparan, partisipatif, berdayaguna dan berhasil
guna ;
d. Melaksanakan AMDAL/UKL-UPL sesuai ketentuan
yang berlaku ;
e. Membuka lahan tanpa melalui pembakaran ;
f. Mengajukan permohonan persetujuan perubahan,
budidaya / tanaman kepada Kepala Dinas bagi
yang akan melakukan perubahan jenis tanaman;
- 11 -
(2) Pemegang ijin usaha budidaya perkebunan dan Tanda
Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) harus membayar
kewajiban kepada Pemerintah Kabupaten Berau sesuai
dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku ;
(3) Pemegang ijin usaha perkebunan wajib menyampaikan
laporan tertulis minimal 6 (enam) bulan sekali kepada
Kepala Daerah ;
(4) Pemegang Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP)
diwajibkan melaporkan kegiatan usahanya setiap
tahun kepada Kepala Dinas ;
Pasal 5
(1) Ijin usaha budidaya perkebunan dapat dicabut atau
berakhir karena :
a. Hak Guna Usaha atau hak-hak lainnya atas tanah
telah habis masa berlakunya dan perusahaan tidak
mengajukan permohonan perpanjangan ;
b. Dicabut karena alasan hukum yang mempunyai
kekuatan tetap ;
c. Tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) ;
(2) Pencabutan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a dan c dilakukan setelah diberi peringatan
secara tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan selang
waktu 3 (tiga) bulan ;
(3) Pencabutan Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP)
dilakukan apabila usaha perkebunan tersebut tidak
diusahakan secara komersial dan kebun tidak produktif lagi ;
- 12 -
Pasal 6
(1) Kepala Dinas berwenang melakukan pembinaan
dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha
budidaya perkebunan yang dilakukan oleh pemegang ijin ;
(2) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perijinan
usaha perkebunan dilakukan evaluasi melalui kegiatan
klasifikasi kebun setiap tahun kepada Kepala Dinas ;
BAB IV
IJIN USAHA INDUSTRI PERKEBUNAN
Pasal 7
(1) Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri
perkebunan, wajib memperoleh ijin tertulis dari
Kepala Daerah ;
(2) Ijin usaha industri perkebunan dapat diberikan kepada
pihak-pihak sebagaimana tercantum dalam Pasal 3
ayat (2) ;
(3) Untuk memperoleh ijin sebagaiamana dimaksud
dalam ayat (1) perusahaan harus menyampaikan
permohonan yang dilengkapi persyaratan :
a. Akte pendirian perusahaan beserta perubahannya ;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ;
c. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik kebun
sumber bahan baku industri ;
- 13 -
d. Proposal mengenai usaha yang akan dilakukan
dan telah mendapat persetujuan Kepala Dinas ;
e. Dokumen AMDAL/UKL-UPL sesuai dengan ketentuan
yang berlaku ;
f. Rekomendasi dari Kepala Dinas ;
g. Rekomendasi dari Kepala Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi ;
(4) Bagi yang telah memiliki ijin budi daya, cukup
rekomendasi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi ;
(5) Dalam waktu 1 (satu) bulan Kepala Daerah harus
memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diterima
atau ditolak ;
Pasal 8
(1) Perusahaan yang telah memperoleh ijin diwajibkan :
a. Dalam melaksanakan kegiatan industri perkebunan
bekerjasama dengan koperasi, usaha kecil dan
menengah setempat ;
b. Membangun unit pengolah limbah bersama - sama
dengan unit pabrik pengolahan bahan baku ;
c. Menyampaikan laporan tertulis mengenai kegiatan
usahanya setiap 6 (enam) bulan ;
(2) Perusahaan harus membayar kewajiban kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ;
- 14 -
Pasal 9
(1) Perusahaan yang telah memperoleh ijin tertulis dapat
memperluas usahanya setelah memperoleh Ijin Perluasan
Usaha Industri Perkebunan dari Kepala Daerah ;
(2) Untuk memperoleh ijin perluasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) perusahaan harus menyampaikan
permohonan kepada Kepala Dinas yang dilengkapi
dengan persyaratan :
a. Proposal rencana perluasan kapasitas pabrik yang
direncanakan;
b. Rekomendasi dari Kepala Dinas ;
c. Rekomendasi dari Kepala Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi ;
Pasal 10
(1) Ijin usaha industri perkebunan berakhir atau dapat
dicabut apabila :
a. Telah habis masa berlakunya dan perusahaan tidak mengajukan permohonan perpanjangan ;
b. Dicabut dengan alasan hukum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap ;
c. Tidak melaksanakan / memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pasal 8 ;
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan
c dilakukan apabila telah diberi peringatan sebanyak
3 (tiga) kali berturut - turut dengan selang waktu 2 (dua)
bulan ;
- 15 -
Pasal 11
Kepala Dinas dan/atau Pejabat yang ditunjuk berwenang
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan usaha industri perkebunan ;
BAB V
IJIN PEREDARAN BENIH/BIBIT
Pasal 12
(1) Ijin peredaran benih/bibit tanaman perkebunan
diterbitkan oleh Kepala Dinas ;
(2) Ijin peredaran benih / bibit tanaman perkebunan
diberikan kepada pihak - pihak sebagaimana yang
tersebut pada Pasal 3 ayat (2) ;
Pasal 13
(1) Untuk memperoleh ijin peredaran benih / bibit seperti
dimaksud Pasal 12 ayat (2) pemohon diwajibkan
memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan ;
(2) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya
permohonan Pejabat pemberi ijin harus memutuskan
permohonan ijin tersebut dapat diterima atau ditolak ;
Pasal 14
(1) Pemohon harus membayar kewajiban kepada Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
- 16 -
(2) Pemegang ijin wajib menyampaikan laporan tertulis
mengenai realisasi pengadaan benih/bibit kepada pemberi
ijin setiap kali melakukan pengadaan / peredaran benih / bibit ;
(3) Ijin diberikan / berlaku untuk masa 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang dengan priode waktu yang sama ;
Pasal 15
Pemberi ijin berwenang mencabut ijin yang telah diberikan,
apabila pemegang ijin tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud Pasal 14.
Pasal 16
Kepala Dinas berwenang melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap kegiatan peredaran benih / bibit
yang dilaksanakan oleh pemegang ijin ;
BAB VI
IJIN PEMBUKAAN LAHAN / LAND CLEARING
Pasal 17
(1) Ijin pembukaan lahan/land clearing diberikan Kepala
Daerah kepada pemegang ijin usaha budidaya
perkebunan ;
(2) Untuk memperoleh ijin pembukaan lahan / land clearing,
perusahaan harus mengajukan permohonan kepada
Kepala Daerah dengan tembusan kepada Kepala
Dinas dan Kepala Dinas Pertanahan dengan dilampiri
Rencana Kerja yang diketahui oleh Kepala Dinas ;
- 17 -
(3) Dalam waktu 1 (satu) bulan Pejabat pemberi ijin
harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat
dipenuhi atau ditolak ;
Pasal 18
Didalam melaksanakan kegiatan pembukaan lahan / land
clearing, pemegang ijin wajib memenuhi / mentaati ketentuan
– ketentuan sebagai berikut :
a. Pembukaan lahan dilakukan tanpa pembakaran ;
b. Perusahaan menyampaikan laporan tertulis setiap
3 (tiga) bulan kepada Dinas ;
c. Pemegang ijin wajib menyampaikan permohonan
baru, apabila target pembukaan lahan dalam ijin
terdahulu belum tercapai atau akan menambah luas
pembukaan lahan ;
Pasal 19
Ijin pembukaan lahan / land clearing berakhir atau
dapat dicabut, apabila tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ;
Pasal 20
Kepala Dinas berwenang melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembukaan
lahan ;
- 18 -
BAB VII
IJIN PENGGUNAAN ALAT BERAT
Pasal 21
(1) Ijin penggunaan alat berat diberikan oleh Kepala
Dinas kepada pemegang ijin Usaha Budidaya
Perkebunan dan Usaha Industri Perkebunan ;
(2) Ijin penggunaan alat berat berlaku selama tahapan
persiapan sampai dengan pasca panen ;
(3) Permohonan ijin penggunaan alat berat dilengkapi
dengan persyaratan :
a. Jenis / tipe dan klasifikasi lainnya serta jumlah
alat berat yang akan digunakan ;
b. Pernyataan penggunaan alat berat dan jangka
waktu penggunaan ;
c. Kelengkapan administrasi alat berat yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ;
(4) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya
permohonan, Pejabat pemberi ijin harus memutuskan
permohonan ijin tersebut dapat dipenuhi atau ditolak ;
Pasal 22
(1) Pemegang ijin harus membayar kewajiban kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan yang berlaku ;
(2) Penggunaan alat berat hanya digunakan sesuai dengan
ijin yang diberikan untuk kegiatan usaha perkebunan ;
- 19 -
Pasal 23
Ijin penggunaan alat berat berakhir atau dapat dicabut apabila :
a. Masa ijin berlakunya habis ;
b. Tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur pada
Pasal 22 ;
Pasal 24
Pemberi ijin berwenang melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pemegang ijin.
BAB VIII
IJIN USAHA PERBENIHAN
Pasal 25
(1) Ijin usaha perbenihan diberikan oleh Kepala Dinas ;
(2) Ijin usaha perbenihan dapat diberikan kepada pihak-
pihak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2)
dan berlaku selama 3 (tiga) tahun serta dapat diperpanjang
dengan priode waktu yang sama ;
(3) Untuk memperoleh ijin pemohon harus mengajukan
permohonan yang dilengkapi dengan persyaratan :
a. Identitas pemohon ( nama dan alamat) ;
b. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya ;
c. Rencana kegiatan perbenihan ;
d. Jenis, jumlah dan kapasitas benih/bibit tanaman
perkebunan yang akan diusahakan ;
e. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) ;
- 20 -
(4) Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya
permohonan, Pejabat pemberi ijin harus memutuskan
permohonan tersebut dapat diterima atau ditolak ;
Pasal 26
(1) Pemegang ijin harus membayar kewajiban kepada
Pemerintah Kabupaten Berau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan yang berlaku ;
(2) Pemegang ijin wajib melakukan sertifikasi benih / bibit
yang diproduksi pada lembaga yang berwenang ;
(3) Pemegang ijin wajib menyampaikan laporan tertulis
kepada pemberi ijin setiap (enam) bulan mengenai
usaha perbenihan yang dilakukan ;
Pasal 27
(1) Ijin usaha perbenihan berakhir atau dapat dicabut
apabila :
a. Pemegang ijin tidak aktif menjalankan usahanya ;
b. Pemegang ijin melakukan penyimpangan /
penyalahgunaan teknis perbenihan ;
c. Pemegang ijin tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ;
(2) Pencabutan ijin sebagaimana diatur dalam Pasal
27 ayat (1), dilakukan setelah pemegang ijin
diberi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-
turut dengan selang waktu 3 (tiga) bulan ;
- 21 -
Pasal 28
Pemberi ijin berwenang melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap kegiatan usaha perbenihan yang
dilakukan oleh pemegang ijin.
BAB IX
IJIN PEMANFAATAN HASIL IKUTAN
TANAMAN PERKEBUNAN
Pasal 29
(1) Ijin pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan
diberikan oleh Kepala Dinas ;
(2) Ijin pemanfaatan hasil ikutan tanaman perkebunan dapat
diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (2) ;
(3) Untuk memperoleh ijin dimaksud, pemohon harus
menyampaikan permohonan kepada Kepala Dinas
dengan melengkapi persyaratan :
a. Identitas pemohon (nama dan alamat) ;
b. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya ;
c. Rekomendasi instansi terkait ;
d. Jenis dan volume hasil ikutan yang akan diproses ;
e. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) ;
(4) Dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya
permohonan, Pejabat pemberi ijin harus memutuskan
permohonan tersebut dapat dipenuhi atau ditolak ;
- 22 -
Pasal 30
(1) Pemegang ijin harus membayar kewajiban kepada
Pemerintah Kabupaten Berau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan yang berlaku ;
(2) Pemegang ijin wajib menyampaikan laporan tertulis tentang
kegiatan pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan
setiap 3 (tiga) bulan kepada pemberi ijin ;
(3) Pemegang ijin wajib menjaga kelestarian lingkungan
dan mencegah pencemaran lingkungan akibat kegiatan
pemanfaatan hasil ikutan ;
Pasal 31
Ijin diberikan berlaku untuk masa 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali dengan priode waktu yang sama.
Pasal 32
(1) Ijin pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan
berakhir atau dapat dicabut apabila :
a. Pemohon tidak aktif dan berakhir masa berlakunya ;
b. Pemohon tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ;
(2) Pencabutan ijin dilaksanakan setelah pemegang
ijin diberi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut
dengan selang waktu 3 (tiga) bulan, perusahaan tidak
melakukan perbaikan atau perubahan.
- 23 -
Pasal 33
Pemberi ijin berwenang melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap kegiatan pemanfaatan hasil ikutan
usaha perkebunan.
BAB X
PENERIMAAN DAERAH
Pasal 34
(1) Retribusi perijinan perkebunan diatur tersendiri dalam
Peraturan Daerah ;
(2) Setiap pemegang Ijin Usaha Budidaya Perkebunan dan
Ijin Usaha Industri Perkebunan diwajibkan memberikan
kontribusi kepada Pemerintah Daerah berupa Sumbangan
Pihak Ketiga ;
BAB XI
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 35
Setiap usaha budidaya perkebunan dan usaha industri
perkebunan sesuai ijin yang diberikan Kepala Daerah
harus mempunyai Pimpinan yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan usahanya dan mempunyai Kantor
yang berkedudukan di Tanjung Redeb.
- 24 -
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 36
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang
untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang
melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam
wilayah hukum ditempat penyidik ditempat;
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana
dimaksud ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil
berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana pelanggaran ;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat
kejadian dan melakukan pemeriksaan ;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari
kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal dari
tersangka ;
d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat ;
e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka atau saksi ;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi ;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;
- 25 -
h. Mengadakan penghentian penyidikan, setelah
mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik
Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti
atau peristiwa tersebut merupakan tindak pidana
dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik
Indonesia memberitahukan hal tersebut
kepada Kejaksaan Negeri, tersangka dan keluarganya ;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang
sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang
menjadi dasar hukumnya dan dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan
Kepolisian Republik Indonesia.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 37
Barangsiapa yang melakukan usaha dibidang perkebunan
tanpa ijin sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima
juta rupiah) dan apabila perbuatannya mengakibatkan
kerusakan lingkungan dihukum sesuai dengan Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
- 26 -
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
(1) Semua ijin yang telah diberikan sebelum berlakunya
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai batas
waktu ijin tersebut berakhir ;
(2) Pemegang ijin wajib mendaftarkan ulang usahanya
kepada Kepala Dinas paling lambat 1 (satu) tahun
sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini, apabila
tidak mendaftarkannya, maka dianggap ijin usahanya
gugur.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah
ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 27 -
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Berau.
Ditetapkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 28 Juni 2003
BUPATI BERAU,
ttd
Drs. H. MASDJUNI.
Diundangkan di Tanjung Redeb
Pada tanggal 08 Juli 2003
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
Drs. H. SYARWANI SYUKUR PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010055469
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2003 NOMOR 70