Percobaan Vii Antidepresan.
Click here to load reader
-
Upload
rere-maulidina -
Category
Documents
-
view
284 -
download
53
Transcript of Percobaan Vii Antidepresan.
PERCOBAAN VII
ANTIDEPRESAN
A. Tujuan
1. Mengetahui gejala depresi alami pada hewan mencit.
2. Mengamati respon immobilitas atau aktivitas motorik mencit terhadap
obat-obat antidepresan pada berbagai metode.
3. Memahami tentang mekanisme kerja, efek farmakologik, kegunaan klinis
dan efek samping antidepresan.
4. Mampu memberikan kesimpulan dan menginterpretasikan data-data
pengujian atas dasar mekanisme kerja obat dalam tubuh.
B. Dasar Teori
Setiap orang yang mengalami kekecewaan hebat atau kehilangan pribadi
dengan sendirinya menjadi murung. Jiwanya tertekan dengan gejala perasaan
sangat sedih, putus asa, dan hilangnya kegembiraan, rasa lelah dan letih, tidak
nafsu makan, dan sukar tidur. Mentalnya juga terganggu: sering termenung
dengan pikiran khayal, konsentrasi berkurang, bimbang, dan sukar
mengambil keputusan. Pada umumnya, orang murung demikian lambat laun
mampu mengatasi sendiri keadaan sendunya tanpa obat atau mungkin hanya
dengan bantuan obat pereda. Gejala hilang dengan sendirinya sesudah dua
atau tiga minggu (Tjay, 2002).
Depresi adalah gangguan di mana keadaan murung tersebut di atas
setelah 2-3 minggu masih juga bertahan atau bahkan memburuk. Gejala-
gejala depresi, antara lain:
1. Suasana jiwa murung
2. Hilangnya perasaan gembira dan perhatian
3. Perasaan salah dan tak berharga
4. Pikiran atau percobaan bunuh diri
5. Agitasi (perasaan dikejar, cepat tersinggung) atau penghambatan (segala
sesuatu rupanya berlangsung lebih lambat)
99
6. Lelah dan hilangnya energi
7. Gangguan tidur
8. Perubahan nafsu makan atau berat badan
(Tjay, 2002)
Klasifikasi sederhana depresi adalah sebagai berikut:
1. Depresi reaktif atau sekunder, paling umum dijumpai sebagai respons
terhadap penyebab nyata, misalnya: penyakit dan kesedihan. Dulu
dikenal sebagai depresi eksogen.
2. Depresi endogen, merupakan gangguan biokimia yang ditentukan secara
genetik, bermanifestasi sebagai ketidakmampuan untuk mengatasi stress
yang biasa.
3. Depresi yang berhubungan dengan gangguan afektif bipolar, yaitu
depresi dan mania yang terjadi bergantian.
(Ganiswara, 1995)
Antidepresiva atau obat antimurung adalah obat-obat yang mampu
memperbaiki suasana jiwa dengan menghilangkan atau meringankan gejala
keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial-ekonomi, obat-
obatan, atau penyakit. Antidepresiva tidak bekerja terhadap orang sehat dan
efek baiknya tidak meningkat dengan menaikkan dosis di atas optimal (Tjay,
2002).
Antidepresan dibagi dalam 4 kelompok, yakni:
1. Antidepresi trisiklik/polisiklik
Antidepresan trisiklik dan polisiklik menghambat ambilan
norepinefrin dan serotonin ke neuron. Obat penting dalam kelompok ini
adalah imipramin, amitriptilin, desipramin, nortriptilin, protriptilin,
doksepin, amoksapin, maprotilin disebut “generasi kedua” untuk
membedakannya dengan antidepresan trisiklik yang lama (Mycek, 2001)
TCA menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron
masuk ke terminal saraf prasinaptik. Dengan menghambat jalan utama
pengeluaran neurotransmitter, TCA akan meningkatkan konsentrasi
monoamine dalam celah sinaptik, menimbulkan efek antidepresan. Teori
100
ini dibantah karena beberapa pengamatan yang menunjukkan ambilan
neurotransmitter yang menurun hanyalah satu peristiwa awal yang tidak
ada hubungannya dengan efek antidepresan. TCA juga menghambat
reseptor serotonik, α-adrenergik, histamin dan muskarinik (Mycek,
2001).
TCA meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi angka kesakitan depresi
utama sampai 50-70% pasien. Antidepresan trisiklik efektif mengobati
depresi mayor yang erat. TCA mudah diabsorbsi per oral dan karena
bersifat lipofilik, tersebar luas dan mudah masuk SSP. Obat-obat ini
dimetabolisme oleh sistem mikrosomal hati dan dikonjugasi dengan
asam glukuronat. Akhirnya, TCA dikeluarkan sebagai metabolit non-
aktif melalui ginjal (Mycek, 2001).
Efek samping golongan ini, yakni:
a. Efek antimuskarinik, penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin,
konstipasi, dan memperberat glaukoma dan epilepsi.
b. Kardiovaskular, stimulasi jantung berlebihan, dan perlambatan
konduksi atrioventrikular di antara pasien tua.
c. Hipotensi ortostatik dan takikardia yang refleks.
d. Sedasi.
(Mycek, 2001)
Imipramin, merupakan TCAD murni, kurang sering diresepkan
karena efek sampingnya. Efek yang tidak diinginkan, dibanding
amitriptilin kurang sedatif, mempunyai kerja seperti kinidin yang dapat
menginduksi aritmia (Olson, 2004).
Amitriptilin, paling sering diresepkan untuk mengobati depresi
mayor, enuresis, agoraphobia, neurosis obsesif kompulsif, nyeri kronis,
neuralgia, sakit kepala migrain. Efek yang tidak diinginkan,
antikolinergik paling berat, sangat sedatif (Olson, 2004).
101
Amoksapin, diindikasikan untuk depresi. Efek yang tidak
diinginkan, antikolinergik dan sedatif sedang, sindrom maligna
neuroleptik, dan sakit kepala (Olson, 2004).
2. Inhibitor ambilan kembali serotonin selektif
Merupakan grup kimia antidepresan baru yang khas, hanya
menghamabat ambilan serotonin secara spesifik. Fluoksetin merupakan
contoh antidepresan yang selektif menghambat ambilan serotonin. Obat
ini bebas dari efek samping antidepresan trisiklik, termasuk efek
antikolinergik, hipotensi ortostatik, dan peningkatan berat badan.
Indikasi utamanya adalah depresi, digunakan pula untuk mengobati
bulimia nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Efek sampingnya
penurunan libido, ejakulasi terlambat, dan anorgasme (Mycek, 2001).
3. Penyekat monoamin oksidase
MAO merupakan suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam
jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron,
MAO berfungsi sebagai katup penyelamat, memberikan deaminasi
oksidatif dan meng-nonaktifkan setiap molekul neurotransmitter yang
berlebih dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika neuron istirahat.
Sebagian besar inhibitor MAO, seperti isokarboksazid membentuk
senyawa kompleks yang stabil dengan enzim, menyebabkan inaktivasi
yang irreversible. Obat ini menghambat bukan hanya MAO dalam obat
dan substansi yang mungkin toksik seperti tiramin yang ditemukan pada
makanan tertentu.
MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau
alergi dengan antidepresan trisiklik atau yang menderita ansietas hebat.
Obat ini juga digunakan dala pengobatan fobia dan depresi atipikal yang
ditandai dengan pikiran yang labil, menolak kebenaran, dan gangguan
nafsu makan. Efek samping MAOI yaitu mengantuk, hipotensi
ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering, disuria, dan konstipasi
(Mycek, 2001).
102
Sertralin, indikasinya untuk depresi, efek yang tak diinginkan dari
obat ini yaitu, mual, sakit kepala, diare, mulut kering, pusing, insomnia,
kelelahan, dan impotensi (Olson, 2004).
4. Garam litium
Golongan ini digunakan sebagai profilaksis dalam pengobatan
panas dengan maniak depresi dan dalam pengobatan episode maniak.
Meskipun beberapa proses seluler diubah oleh pengobatan garam litium,
namun cara kerjanya tidak diketahui. Litium diberikan oral dan ion
dikeluarkan oleh ginjal. Garam litium sangat toksik. Faktor
keamanannya dan indeks terapi sangat rendah dibandingkan dengan
digitalis (Mycek, 2001).
103
C. Alat, Bahan, dan Hewan Uji
1. Alat
a. Hole Board
b. Sonde oral
c. Spoid 1 mL
d. Traksi
2. Bahan
a. Na CMC
b. Suspensi Amitriptilin
c. Suspensi Sertralin
3. Hewan Uji
a. Mencit
D. Prosedur Kerja
1. Uji efek Metode Hole Board
a. Disiapkan 2 ekor mencit, mencit I sebagai kontrol dan mencit II
sebagai penguji.
b. Mencit kontrol disuntikkan peroral larutan NaCMC dan mencit uji
disuntikkan suspensi obat.
c. Didiamkan, kemudian diletakkan di atas hole board.
d. Dihitung banyaknya jengukan mencit pada menit ke 15, 30, dan 45.
2. Uji Efek Metode Traksi
a. Disiapkan 2 ekor mencit, mencit I sebagai control dan mencit II
sebagai penguji.
b. Mencit kontrol disuntikkan peroral larutan NaCMC dan mencit uji
disuntikkan suspensi obat.
c. Didiamkan, kemudian diletakkan pada traksi.
d. Dihitung frekuensi jatuhnya mencit pada menit ke 10, 20, dan 30.
104
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Tabel Pengamatan Metode Hole Board
ObatWaktu Total
Jengukan15 menit 30 menit 45 menit
NaCMC 10 kali 51 kali 40 kali 101 kali
Amitriptilin 117 kali 37 kali 30 kali 184 kali
b. Tabel Pengamatan Metode Traksi
ObatWaktu Total
Jatuh
%
Efektivitas10 menit 20 menit 30 menit
NaCMC 8 kali 9 kali 8 kali 25 kali24%
Sertralin 15 kali 2 kali 2 kali 19 kali
2. Perhitungan Dosis
a. Amitriptilin
1)
2)
3)
105
Disuntikkan suspensi obat 0,8 mL yang mengandung
b. Sertralin
1)
2)
3)
Disuntikkan suspensi obat 0,425 mL yang mengandung
3. Perhitungan % Efektivitas
a. Uji Metode Hole Board
= 82,17 %
106
b. Uji Metode Traksi
= 24 %
107
F. Pembahasan
Antidepresi atau obat antimurung adalah obat-obat yang mampu
memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan
gejala keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial ekonomi,
obat-obat atau penyakit. Antidepresi tidak bekerja terhadap orang sehat.
Depresi sendiri merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi suasana hati,
pikiran, serta fisik dari orang yang terserang penyakit tersebut. Pravalensi
gangguan depresi seumur hidup berkisar 10% sampai 25% pada wanita,
sedangkan pada pria berkisar 5% sampai 12%. Depresi dapat menyebabkan
hipertensi, gangguan jantung bahkan diabetes. Seseorang yang mengalami
depresi dapat mengalami kehilangan minat untuk beraktivitas, perubahan
nafsu makan, gangguan tidur, penurunan konsentrasi, penurunan berat badan
yang signifikan, ketidak berdayaan, keputusasaan, maupun perasaan yang
berlebihan.
Depresi dapat disebabkan karena adanya tingkat penurunan
neorutransmitter otak seperti norepinefrin (NE), serotonin (5-HT), dopamin
(DA), dan perubahan sensitivitas resptor di saraf tepi. Perubahan sensitivitas
reseptor TL atau 5-HT2 dapat berhubungan dengan terjadinya depresi. Selain
itu, dapat juga disebabkan oleh adanya kegagalan regulasi homeostatik sistem
neurotransmitter. Kedua sistem serotonergik dan noradrenergik harus
fungsional untuk memberikan efek antidepresan. Penyebab depresi belum
sepenuhnya dimengerti. Sejumlah faktor dapat menyebabkan seseorang
cenderung menderita depresi, seperti faktor keturunan, efek samping dari
obat-obatan tertentu, kepribadian, dan peristiwa emosional (terutama
kehilangan).
Obat-obat antidepresan sendiri digolongkan menjadi 4 golongan, yakni
antidepresan trisiklik atau polisiklik, penghambat ambilan kembali serotonin
yang selektif, penghambat mono amin oksidase (MAO), dan senyawa
antideperesi lainnya. Mekanisme kerja dari masing-masing golongan antara
lain, pada antidepresan trisiklik atau polisiklik bekerja dengan menghambat
108
ambilan kembali norepinefrin dan serotonin ke neuron, pada penghambat
ambilan kembali serotonin selektif mekanisme kerjanya kurang lebih sama
dengan obat pada golongan trisiklik atau polisiklik hanya saja obat golongan
ini memiliki kemampuan yang lebih spesifik dalam menghambat ambilan
serotonin, sedangkan pada penghambat MAO mekanisme kerja obatnya
dengan menghambat MAO yang mana MAO ini berfungsi dalam proses
deaminase oksidatif ketokolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh
penghambat MAO yang akibatnya kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin
dalam otak meningkat.
Pada percobaan obat antidepresi terhadap mencit ini dilakukan pengujian
dengan menggunakan amitriptilin dan sertralin. Amitriptilin merupakan
antidepresan golongan trisiklik atau polisiklik berdaya menghambat re-uptake
dari noredrenalin dan serotonin di otak. Wujud perbaikan dari obat ini yaitu
perbaikan suasana perasaan (mood), bertambahnya aktifitas fisik,
kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik
serta berkurangnya pikiran morbid. Obat ini tidak menimbulkan euforia pada
orang nomal. Sedangkan sertralin adalah obat antidepresan golongan
penghambat ambilan kembali serotonin yang selektif. Sertralin merupakan
suatu SSRI (Serotonin selective reuptake inhibitor) serupa fluoksetin tetapi
bersifat lebih selektif terhadap transporter serotonin dan kurang selektif
terhadap transpor dopamin.
Percobaan ini menggunakan uji efek dari obat antideperesan dengan dua
metode, yaitu metode hole board dan metode traksi. Pada metode hole board,
obat yang di-ujikan yaitu amitriptilin, sedangkan untuk metode traksi yaitu
sertralin.
Pada metode hole board digunakan dua ekor mencit dimana mencit
pertama digunakan sebagai kontrol dan mencit kedua digunakan sebagai uji.
Mencit kontrol disini diperlukan untuk membandingkan ada tidaknya efek dari
suatu obat terhadap mencit yang diberi obat dengan mencit tanpa obat. Pada
mencit pertama (mencit kontrol) mula-mula mencit diberi larutan NaCMC,
kemudian didiamkan dan setelah itu diletakkan di tengah hole board. Setelah
109
itu dihitung banyaknya jengukan kepala mencit ke dalam lubang pada menit
ke 15, 30, dan 45. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, gejala depresi
yang diperlihatkan oleh mencit yaitu ketakutan dan menjadi pasif, sedangkan
untuk banyaknya jengukan kepala mencit pada lubang, pada menit ke 15
jumlah jengukan 10 kali, pada menit ke 30 meningkat menjdai 51 kali dan
pada menit 45 menjadi 40 kali. Total jengukan mencit kontrol yaitu 101 kali.
Semakin kecil jumlah jengukan kepala mencit maka mencit tersebut
dinyatakan semakin depresi. Pada menit awal, terlihat bahwa jumlah jengukan
kepala mencit sangatlah sedikit. Hal ini dikarenakan mencit tersebut
mengalami depresi atau kecemasan karena baru saja diletakkan pada suatu
tempat yang memiliki banyak lubang. Pada menit-menit berikutnya jumlah
jengukan mencit meningkat yang menandakan bahwa mencit tersebut mulai
berkurang tingkat depresinya dikarenakan sudah mulai berani dan terbiasa
dengan lingkunganya.
Pada mencit kedua yang diberi suspensi obat amitripilin, setelah diberi
suspensi obat secara oral kemudian mencit didiamkan dan setelah beberapa
saat mencit diletakkan di atas hole board. Pemberian obat disini dilakukan
secara peroral dikarenakan sifat dari amitripilin sendiri yang rearbsorpsinya di
usus cepat dengan plasma t1/2-nya rata-rata 15 jam pada manusia. Setelah
diletakkan di atas hole board, kemudian dihitung jumlah jengukan kepala
mencit ke dalam lubang selama 15, 30, dan 45 menit. Berdasarkan hasil
pengamatan, pada menit ke 15 jumlah jengukan mencit 117 kali, pada menit
ke 30 sebanyak 37 kali, dan pada menit ke 45 jumlah jengukan hanya 30 kali.
Jumlah jengukan kepala mencit sendiri 184 kali. Dari hasil ini dapat diketahui
bahwa obat yang diberikan kepada mencit berhasil memberikan efek terapi
yang diinginkan terbukti dengan banyaknya jumlah jengukan kepala mencit ke
dalam lubang dibandingkan dengan jumlah jengukan kepala mencit ke lubang
pada tikus kontrol. Semakin banyak jumlah jengukan kepala mencit maka
mencit tersebut semakin tidak depresi. Hal ini dikarenakan efek dari
amitripilin yang menyebabkan mencit tersebut menjadi lebih aktif, meningkat
kewaspadaannya, berkurangnya kecemasan serta meningkatnya perasaan
110
(mood) dari mencit sehingga mencit tersebut banyak melakukan jengukan
kepala ke dalam lubang pada hole board tersebut. Pada menit-menit
berikutnya jengukan kepala mencit mulai berkurang dikarenakan efek dari
obat yang mulai menurun sehingga berpengaruh juga pada menurunya
aktifitas mencit. Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan ini, dapat
diketahui bahwa persen efektifitas dari amitriptilin sebesar 82,17%.
Pada uji traksi menggunakan sertralin, digunakan dua ekor mencit yang
mana mencit pertama digunakan sebagai kontrol dan mencit kedua diberi
suspensi obat. Setelah diberi larutan NaCMC, mencit kemudian didiamkan
dan setelah itu diletakkan di atas seutas kawat pada alat traksi lalu dihitung
banyaknya mencit tersebut jatuh dari alat tersebut pada menit ke 10, 20, dan
30. Dari hasil pengamatan pada saat mencit di letakkan di atas kawat, mencit
tersebut menunjukkan gejala depresi yaitu gemetar, gosokan atau belaian dan
daya mencengkramnya berkurang. Sedangkan untuk perhitungan jumlah
jatuhnya mencit, pada menit ke 10 mencit tersebut jatuh sebanyak 8 kali, pada
menit ke 20 sebanyak 9 kali dan pada menit ke 30 sebanyak 8 kali. Jumlah
mencit tersebut jatuh selama pengamatan yaitu 25 kali. Sama seperti pada
mencit kontrol, setelah diberikan suspensi obat, mencit kemudian didiamkan
beberapa saat lalu diletakkan di atas seutas kawat pada alat traksi dan dihitung
berapa banyak mencit tersebut terjatuh. Kemudian dihitung jumlah jatuhnya
pada menit ke 10, 20, dan 30. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
pada menit ke 10 mencit tersebut jatuh sebanyak 15 kali, pada menit ke 20
sebanyak 2 kali, dan sama seperti pada menit ke 20, pada menit ke 30
sebanyak 2 kali. Jumlah jatuhnya mencit yaitu 19 kali. Dari hasil yang di
dapatkan ini dapat dibandingkan bahwa mencit yang tidak diberi obat lebih
banyak jatuh dibandingkan mencit dengan obat. Semakin sering mencit
tersebut jatuh, maka mencit tersebut semakin depresi. Mencit yang diberi obat
lebih sedikit jatuh kerena efek terapi obat yang berhasil dimana mencit
tersebut menjadi lebih tenang dan menurun kecemasannya, sehingga mencit
tersebut lebih sedikit terjatuh. Pada menit-menit awal mencit yang diberi obat
lebih banyak jatuh dikarenakan efek terapi obat yang belum tercapai
111
sepenuhnya. Terbukti pada menit-menit berikutnya, setelah efek terapi obat
tercapai jumlah jatuhnya mencit konstan. Berdasarkan data yang telah
diperoleh, dapat diketahui bahwa persen efektifitas dari sertralin sebesar 24%.
112
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dan hasil pengamatan yang
didapatkan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Gejala depresi yang ditunjukkan mencit yaitu gosokan atau belaian,
ketakutan, kehilangan daya mencengkram serta tremor.
2. Pada metode hole board, mencit yang diberi obat menjadi lebih aktif,
berani, dan meningkat kewaspadaannya, sementara pada metode traksi,
mencit yang diberi obat menjadi lebih tenang dan menurun tingkat
kecemasannya.
3. Mekanisme kerja amitriptilin yaitu menghambat re-uptake dari
noradenalin dan serotonin di otak sehingga tidak cocok diberikan terhadap
pasien yang mudah terangsang dan agresif. Sedangkan mekanisme kerja
sertralin yaitu spesifik dalam menghambat ambilan serotonin sehingga
cocok diberikan terhadap pasien yang mudah terangsang dan agresif.
4. Amitriptilin memiliki efektivitas kerja sebesar 82,17% sedangkan sertralin
memiliki efektivitas kerja sebesar 24%.
113