Percobaan 6

31
PERCOBAAN 6 KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

description

laporan percobaan

Transcript of Percobaan 6

Page 1: Percobaan 6

PERCOBAAN 6

KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

2013

Page 2: Percobaan 6

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat fisika dan kimia dari koloid dan sistem koloid lahan gambut. Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu kimia berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup bersifat koloidal. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas dan film foto, lem, tinta, semen, karet, kulit, bumbu selada, mentega, keju, dan lain sebagainya. Ada dua macam pengamatan dalam percobaan ini, yaitu dengan koloid artifisial dan koloid natural. Prosedur kedua pengamatan masing-masing sama, yang beda hanyalah bahan yang digunakan. Pada koloid artifisial, bahan yang digunakan adalah serbuk tanah gambut yang kemudian dilarutkan, sedangkan pada koloid natural, bahan yang digunakan adalah air gambut. Lalu keduanya diukur pH-nya dan diturunkan sampai 2 satuan hingga menjadi asam. Pengamatan dilakukan dengan menyinari larutan induk (tanah dan air gambut) dengan senter dan mengamati perbedaan yang terjadi. Langkah yang sama dilakukan tapi dengan menambahkan kanji 5%. Larutan induk juga ditambahkan dengan tawas dan ada juga dengan melakukan sentrifuge pada larutan. Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah terdapatnya sifat fisika dan kimia koloid, yaitu adanya Efek Tyndall, terjadinya koagulasi dan Gerak Brown, serta pH larutan yang menjadi asam. Penambahan kanji 5% menyebabkan terjadinya koagulasi atau penggumpalan partikel-partikel koloid. Pada penambahan tawas, larutan menjadi jernih daripada larutan induk sebelumnya. Begitu juga pada perlakuan sentrifuge yang membuat larutan menjadi bersih dan bening yang sebelumnya kotor dan buram serta berwarna coklat.

Kata Kunci : Koloid, Kanji, Sentrifudge, Tawas

VI-1

Page 3: Percobaan 6

VI-2

PERCOBAAN 6

KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT

6.1 PENDAHULUAN

6.1.1 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia

dari koloid dan sistem koloid lahan gambut.

6.1.2 Latar Belakang

Koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya intan,

emas, keju, dan detergen merupakan contoh koloid. Koloid merupakan sistem

yang tidak homogen, tetapi juga tidak heterogen. Tipe koloid yang utama adalah

sol dan emulsi. Tipe ini banyak berperan dalam kehidupan sehari-hari.

Tentunya penerapan koloid itu akan terus berkembang dari masa ke masa

untuk menghasilkan produk berbasis koloid yang berkualitas. Contohnya dalam

industry makanan, imdustri tekstil dan industri bangunan. Dengan melakukan

praktikum atau percobaan ini, kita akan mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia dari

koloid lahan gambut yang sangat penting untuk diketahui oleh para sarjana teknik

lingkungan yang bisa membuat lingkungan menjadi lebih bersih dengan

menggunakan teknik dari sifat-sifat koloid, misalnya dengan cara koagulasi pada

sumber daya air, agar lebih bersih.

Page 4: Percobaan 6

VI-3

6.2 DASAR TEORI

Penggunaan istilah koloid pertama kali diusulkan oleh Thomas

Graham(1805-1869) pada tahun 1861, ia berasal dari Inggris.pada saat melakukan

penelitian proses difusi berbagai macam zat dalam medium cairan , Thomas

mengamati bahwa zat seperti kanji , gelatin, getah, dan labumin berdifusi sangat

lambat. Selanjutnya kelompok zat tersebut diberi nama Koloid yang berarti Lem.

Berasal dari bahasa Yunani Kolia:lem dan oidos: seperti (Nurul.2012).

Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem disperse) dua atau lebih

zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang

cukup besar (1-100 nm), yang bersifat homogen berarti partikel terdispersi yang

terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya,

sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,

namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi) (Triwahyu.2013).

Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu

suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdivisi ini, bahan itu

memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan ciri

dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan.1984).

Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar mempunyai perbedaan

dalam beberapa hal. Berdasarkan jumlah fase, larutan sejati hanya memiliki 1

fase, sistem koloid dengan 2 fase, dan suspensi kasar meiliki 2 fase. Untuk

distribusi partikel, larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan

suspense kasar bersifat heterogen. Dilihat dari kelarutannya, larutan sejati tidak

dapat disaring. Untuk sistem koloid hanya dapat disaring menggunakan filter ultra

dan suspensi kasar tentu saja dapat disaring. Dilihat dari kestabilannya, yang tidak

stabil dan memisah hanyalah suspensi kasar. Sedangkan, sistem koloid dan

larutan sejati bersifat sejati dan tidak memisah (Elanie.2006).

Sistem koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis koloid, seperti yang

tercantum pada tabel 6.2.1

Page 5: Percobaan 6

VI-4

Tabel 6.2.1 Sistem Koloid

Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid Contoh

Gas Cair Buih Buih sabun, krim

kocok

Gas Padat Busa/Buih Padat Karet busa, batu

apung, stirofoam

Cair Gas Aerosol Cair Kabut, awan

Cair Cair Emulsi Susu, santan,

minyak ikan

Cair Padat Emulsi Padat Jeli, mutiara

Padat Gas Aerosol Asap, debu

Padat Cair Sol Sol emas, sol

belerang, tinta, cat

Padat Padat Sol Padat Gelas berwarna,

intan hitam, cat

pada kaca

(Purba.2006).

Dipandang dari kelarutannya koloid dapat dibagi atas koloid disperse dan

koloid asosiasi.

Koloid dispersi: koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara individu

dalam medium, yang terjdi hanyalah penyebaran (dispersi) partikel tersebut.

Contoh dari kolid dispersi adalah kolid mikromolekul (protein dan plastik) dan

agregat atom (sol emas dan platina).

Koloid asosiasi: kolid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) partikel kecil

yang larut dalam medium. Contohnya adalah kolid Fe(OH)3.

Selanjutnya, ditinjau dari interaksi fasa terdispersi dengan fasa pendispersi

(medium), koloid dapat dibagi atas kolid liofil dan koloid liofob.

Kolid liofil: koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit

dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil (suka

air), contohnya agar-agar dan tepung kanji (amilum) dalam air.

Page 6: Percobaan 6

VI-5

Koloid liofob: koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga cenderung

memisah dan akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air disebut koloid hidrofob

(tidak suka air), contohnya sol emas dan koloid Fe(OH)3 dalam air.

Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan

perubahan itu ada koloid reversibel dan irreversible.

Koloid reversibel: suatu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid dan

kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu (koloid) bila dibiarkan

akan mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah,tetapi bila dikocok akan

bercampur seperti semula (koloid).

Koloid irreversibel: koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak

dapat menjadi koloid lagi, contohnya sol emas.

Koloid juga memiliki sifat khusus. Sifat khusus itu timbul akibat partikel

koloid yang lebih besar daripada partikel larutan. Sifat itu adalah sebagai berikut:

Sifat koligatif: kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan tekanan

uap dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel koloid, bukan

pada jenisnya. Sifat koligatif berguna untuk menghitung mol atau konsentrasi

partikel koloid.

Sifat optik: ukuran partikel koloid agak besar, maka cahaya yang melewatinya

akan dipantulkan. Arah pantulan itu tidak teratur karena partikel tersebar secara

acak sehingga pantulan cahaya berhambur ke segala arah, disebut juga Efek

Tyndall.

Sifat kinetik: sebagai partikel yang bebas dlam mediumnya, partikel koloid

selalu bergerak ke segala arah. Gerakannya selalu lurus dan akan patah bila

bertabrakan dengan partikel lain. Gerakan itu disebut Gerak Brown. Gerak Brown

menunjukkan bahwa partikel kolid berdifusi lambat.

Adsorpsi: pada permukaan partikel koloid terdapat gaya van der waals

terhadap molekul atau ion lain disekitarnya. Melekatnya zat lain pada permukaan

koloid itu disebut adsorpsi.

Sifat listrik: partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik

sesuai dengan muatan ion yang diserapnya, contohnya koloid Fe2O3.

Page 7: Percobaan 6

VI-6

Koagulasi: koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh

gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang disebut

koagulasi/penggumpalan.

Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan cara dispersi dan kondensasi.

Dispersi, yaitu membuat koloid dengan memecah gumpalan. Dispersi bisa

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara mekanik (menggerus/menggiling)

partikel kasar, cara elektronik (dengan mencelupkan dua elektroda logam, seperti

emas ke dalam air), cara peptisasi (dengan menambahkan suatu cairan kepada

partikel kasar/endapan agar pecah menjadi koloid). Sedangkan, kondensasi adalah

penggabungan partikel kecil menjadi lebih besar sampai berukuran koloid.

Kondensasi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara reaksi kimia

(dengan menmbahkan pereaksi kedalam larutan), cara pertukaran pelarut (dengan

menukar pelarut/menambahkan pelarut lain), dan pendinginan berlebih (dengan

mendinginkan campuran agar salah satu senyawa membeku/koloid)

(Syukri.1999).

Suatu koloid biasanya mengandung senyawa lain yang larut, yang dapat

dimurnikan dengan beberapa cara, yaitu:

Dialisis: pemisahan ion dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput

semipermeabel. Dialisis digunakan untuk memurnikan sol koloidal, merawat

pasien yang ginjalnya tak bekerja, dan untuk penerpaan khusus lainnya

(Keenan.1984).

Eektroosmosis: memaksa ion-ion melewati pori-pori selaput semipermeabel

dengan bantuan listrik.

Elektroforesis: memisahkan koloid yangs ama muatan. Koloid yang cepat

berdifusi akan sampai di elektroda lebih dulu. Cara ini sering dipakai dalam

analisis protein, asam nukleat dan masih banyak lagi.

Penstabilan koloid sangat diperlukan karena partikel koloid (seperti sol)

bila dibiarkan lambat laun akan membentuk gumpalan dan mengendap tanpa

pengaruh dari luar. Supaya tidak mengendap, maka koloid harus diberi perlakuan

sebagai berikut:

Page 8: Percobaan 6

VI-7

Menambahkan ion: pada umumnya koloid padat (sol) dapat menyerap ion

sehingga akan bermuatan listrik. Partikel koloid yang bermuatan akan tolak-

menolak sesamanya. Akibatnya, koloid akan stabil dan tidak terkoagulasi.

Dialisis: koloid bermuatan akan stabil karena tolak-menolak antara partikel.

Koloid jenis ini akan terkoagulasi jika dalam sistem terdapat ion yang muatannya

berlawanan dengan muatan koloid, karena partikel menjadi netral. Koagulasi ini

dapat dicegah dengan mengeluarkan ion tersebut secara dialysis.

Menambah emulgator: koloid dalam bentuk emulsi (tetesan cairan dalam

medium cairan lain) dapat distabilkan dengan menambah zat lain yang disebut

emulgator.

Di lingkungan banyak terdapat sistem koloid, baik yang alami maupun

buatan manusia. Beberapa diantaranya dapat menguntungkan manusia, seperti

dapat mengurangi polusi udara (dapat diatasi dengan menggunakan alat

pengendap Cottrell), penggumpalan lateks (dengan menambahkan ion positif,

lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan), membantu pasien gagal

ginjal (dengan cara dialisis/cuci darah), penjernihan air (diberi aluminium

sulfat/alum/tawas) (Syukri.1999).

Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata

atau dengan mikroskop biasa. Walaupun dmeikian, partikel ini dapat

memengaruhi cahaya tampak. Ukurannya yang cocok untuk menyebabkan cahaya

tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar,

penyebaran cahayanya akan menyebabkan latutan koloid kelihatan jenuh. Jadi,

cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan

oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan.

Bila konsentrasi lebih kecil, dispersi koloid terlihat seperti awan dan bila

diencerkan lagi bisa lebih terang, contohnya larutan kanji yang diencerkan

(Syukri.1999).

Page 9: Percobaan 6

VI-8

6.3 METODOLOGI PERCOBAAN

6.3.1 Alat dan Rangkaian Alat

6.3.1.1 Alat

- Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Gelas bekker 500 ml,

Gelas bekker 200 ml, Lampu senter/emergency, Pengaduk, Erlenmeyer, Pipet

tetes, Tabung reaksi, Neraca analitik, Gelas ukur, Gelas arloji, Mesin sentrifuge,

Sudip, Indikator pH. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam rangkaian alat

percobaan koloid berikut :

Keterangan:

1. Mesin sentrifuge

2. Tabung reaksi berisi sampel

3. Tempat tabung reaksi

4. Pengatur waktu

5. Pengatur kecepatan

Gambar 6.1 Rangkaian Alat Percobaan Koloid

1.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Serbuk tanah/debu 15

gram, Tawas 5 gram, Air gambut/air rawa keruh, HCl pekat 6 M, 15 ml kanji 5

%.

1.3.3 Prosedur Percobaan

- Koloid Arfisial (Buatan)

1. Dibuat larutan koloid dengan cara: diambil 15 gram serbuk tanah, kemudian

ditambahkan 400 ml akuades, diaduk hingga membentuk larutan.

2. Dipisahkan antara koloid dan endapan dengan cara didekantir, lalu

dimasukkan kedalam beker gelas 500 ml. larutan ini sebagai larutan induk.

3. Diambil larutan induk 200 ml, dimasukkan dalam gelas beker 200 ml.

Page 10: Percobaan 6

VI-9

4. Dilakukan penyinaran pada larutan dengan lampu emergency. Diamati jalannya

sinar, apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian atau diserap semuanya.

5. Diukur pH larutan induk, diturunkan pH nya sebanyak 2 satuan, dengan cara

ditambahkan HCl pekat tets demi tetes. Diamati perubahan yang terjadi.

6. Diambil larutan induk, dimasukkan kedalam beker 200 ml, lalu ditambahkan 5

gr tawas lalu diaduk merata. Dibiarkan selama 20 menit. Diamati perubahan

yang terjadi.

7. Diulangi langkah (4), tetapi ditambahkan 15 ml kanji.

8. Diambil tabung sentrifuge, diisi masing-masing dengan larutan koloid hingga

setengahnya. Dilakukan sentrifuge pada 500 rpm selama 5 menit. Diamati

perubahan yang terjadi.

Page 11: Percobaan 6

Diaduk larutan hingga tercampurMembentuk larutan induk.

Gelas bekker 500 ml

Serbuk tanah 15 gram dan aquadest 400 ml

Gelas bekker 500 ml

Dimasukkan dan diamati

Gelas bekker 200 ml

Larutan induk 200 ml

Dilakukan penyinaran pada larutan dan diamati hasilnya.

Gelas bekker 200 ml

Larutan induk 200 ml dan HCl pekat.

Gelas bekker 200 ml

Diamati perubahan

Larutan induk 200 ml dan tawas 5 gram.

Diaduk dan diamati perubahan yang terjadi.

Gelas bekker 200 ml

Larutan induk 200 ml dan kanji 15 ml.

Gelas bekker 200 ml

Diaduk dan dilakukan penyinaran.

Larutan induk,Larutan induk + kanji,Larutan induk +HCl,Larutan induk + kanji,

Gelas bekker 200 ml

Dilakukan 500 rpm selama 5 menit

VI-10

Diagram Alur

Page 12: Percobaan 6

Dilakukan sentrifuge pada 500 rpm selama 5 menit

Diamati perubahan

Larutan induk 200 ml dan tawas 5 gram.

Gelas bekker 200 ml

Diaduk dan diamati perubahan yang terjadi.

Larutan induk 200 ml dan kanji 15 ml.

Gelas bekker 200 ml

Diaduk dan dilakukan penyinaran.

Gelas bekker 200 ml

Larutan induk,Larutan induk + kanji,Larutan induk +HCl,Larutan induk + kanji,

Larutan induk Gelas bekker 500 ml

Larutan induk

Gelas bekker 200 ml

Larutan induk 200 ml

Dimasukkan dan diamati

Dilakukan penyinaran pada larutan dan diamati hasilnya.

Gelas bekker 200 ml

Larutan induk 200 ml dan HCl pekat.

Air rawa 500 ml Gelas bekker 500 ml

Diaduk dan diamati, menghasilkan larutan induk.

VI-11

Koloid Natural (Alami)

1. Diamati 500 ml air gambut/air rawa yang berwarna keruh. Larutan ini sebagai

larutan induk.

2. Dilakukan hal yang sama pada larutan ini, seperti pada bagian langkah ke 2-8.

Diagram Alur

Page 13: Percobaan 6

VI-12

1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4.1 Hasil Pengamatan

6.4.1.1 Hasil Pengamatan Koloid Arfisial (Buatan)

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Koloid Arfisial (Buatan)

N

O

PROSEDUR KERJA HASIL

1 Membuat larutan koloid.

- Menimbang serbuk tanah

- Memasukkan dan menambahkan air

kedalam gelas bekker 500 ml

Massa = 15 gram

Volume = 400 ml

2 Memisahkan endapan dengan larutan

dengan cara didekantir kedalam gelas

bekker 500 ml

Larutan berwarna coklat

gelap dibawah dan coklat

terang diatas

3 Mengambil larutan induk Volume = 200 ml

4 Menyinari larutan induk dengan senter Cahaya diserap sebagian

5 Mengukur pH larutan induk - pH = 6

6 Menambah HCl pekat 3 tetes pH = 4

7 Mengambil larutan induk, dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer 100 ml, menambahkan

tawas 5 gram, dikocok

Larutan agak bening (masih

keruh)

8 Mengukur kanji pada gelas ukur volume = 15 ml

9 Mencampur kanji dengan larutan induk

200 ml, ke dalam gelas bekker 200 ml,

diaduk

Warna berubah jadi coklat

susu dan ada endapan

10 Menyinari larutan dengan senter Cahaya diserap sebagian11 Memasukkan larutan koloid pada 4 tabung

reaksi masing-masing ½ volume tabung

reaksi. Memasukkan kedalam mesin

sentrifuge pada kecepatan 500 rpm selama

Semua larutan menjadi

bening dan ada endapan

terpisah dengan larutan

Page 14: Percobaan 6

VI-13

5 menit didasar tabung reaksi.

6.4.1.2 Hasil Pengamatan Koloid Natural (Alami)

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Koloid Natural (Alami)

N

O

PROSEDUR KERJA HASIL

1 Mengambil air sungai 400 ml dan memasukkan

ke dalam gelas bekker 500 ml (larutan induk)

volume = 400 ml

2 Mengambil dan memasukkan larutan induk ke

dalam gelas bekker 200 ml

Volume = 200 ml

3 Menyinari larutan dengan senter baterei cahay diteruskan

4 Mengukur pH larutan induk pH = 7

5 Menambahkan HCl pekat 3 tetes pH = 5

6 Mengambil larutan induk, dimasukkan kedalam

Erlenmeyer 100 ml dam menambahkan 5 gram

tawas, dikocok.

Volume larutan = 100 ml

Larutan jernih tidak ada

endapan

7 Mengukur kanji pada gelas ukur Volume = 15 ml

8 Mencampur kanji dengan larutan induk 200 ml

ke dalam gelas bekker 200 ml, diaduk

Larutan berubah warna

menjadi putih susu

9 Menyinari larutan dengan senter baterei Cahaya diserap sebagian

10 Memasukkan larutan koloid paa 4 tabung reaksi

masing-masing ½ volume tabung reaksi dan

dilakukan sentrifuge pada 500 rpm selam 5

menit.

- Larutan induk = bening,

tidak ada endapan

- Larutan induk + HCl =

bening tidak ada endapan

- Larutan induk + Kanji =

agak keruh, ada endapan

- Larutan induk + tawas

= bening tak ada endapan

Page 15: Percobaan 6

VI-14

1.4.2 Pembahasan

1.4.2.1 Koloid Arfisial (Buatan)

Pada percobaan ini dilakukan pembuatan larutan koloid dengan

menggunakan campuran dari air dan serbuk tanah. Ketika dilakukan penyinaran

terhadap koloid tersebut, terlihat bahwa sinar diserap sebagian. Partikel kolid dari

larutan induk akan memantulkan dan menghamburkan cahay akan terlihat terang,

maka peristiwa ini disebut efek tyndall. Efek tyndall digunakan untuk

membedakan disperse koloid dan suatu larutan biasa karena atom, molekul kecil

atuapun ion yang berada dalam suatu cahaya secara jelas. Penghamburan cahaya

pada larutan induk menjelaskan buramnya disperse koloid.

Partikel kolod buatan akan bergerak kesehala arah karena pengadukan.

Gerakannya selalu lurus dan berbelok apabila bertabrakan denagn partikel lain.

Gerakan ini disebut gerak brown. Gerakan ini menujukkan koloid berdifusi

lambat pada permukaan kolid terdapat gaya van der walls (terdapat molekul atau

ion lain disekitarnya). Gerakan ini mengkibatkan angka pH saat dilakukkan selalu

berubah-ubah(tidak tetap). Larutan induk pHnya yaitu 6 dan diturnkan derajat

keasamannya 2 satuan denagn menambahkan HCl pekat sebanyak 3 tetes.

Penurunan pH terjadi karen larutan kolid tersebut menyerap ion-ion yang berasal

dari HCl. Hal ini disebut dengan adsorbs. Adsorbsi merupakan penyerapan ion

pada permukkan koloid sehingga koloid menjadi bermuatan. Larutan koloid

tersebut menyerap ion H+ yang berasal dari larutan HCl, sehingga larutan menjadi

asam.

Pada percobaan penambahan tawas pada larutan koloid buatan

menghasilakn larutan menjadi sedikit lebih jernih. Tawas yang dilarutkan dalam

air membentuk aluminium hidroksida yang dapat melepaskan ion Al3+ dalam air.

Ion positif inilah yang akan menetralkan ion-ion negative koloid dalam larutan k,

shingga penyerapan Al3+ akan mengakibatkan terjadinya pengumpulan partikel

koloid atau yang biasa disebut peristiwa koagulasi. Akibat dari tidak adanya

kestabilan ini, maka terjadi endapan. Berikut reaksi yang terjadi :

Al2(SO4)3 + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3 H2SO4……………. (6.1)

Page 16: Percobaan 6

VI-15

Pada penambahan kanji pada larutan koloid, larutan menjadi lebuh pekat

dan kental serta larutan berubah menajdi putih susu. Hal ini terjadi karena larutan

kanji sudah merupakn koloid, sehingga ketika dicampurkan larutan koloid

menjadi semakin koloid dan karena larutan kanji saling berikatan antar partikel-

partikel sehingg menpunyai ikatan yang solid. Saat dilakukan penyinaran, cahaya

diserap sebagian karean adanya efek tyndall yang mempunyai sifat apabila sianr

dipancarkan maka sinar terebut kan disebarkan dan dihamburkan. Endapannya

yaitu berupa kanji itu sendiri yang mengendap didasar gelas bekker. Hal ini terjadi

karena endapan mempunyai ikatan antar partikel yang sangat kecil.

Pada tahap akhir, semua larutan koloid dimasukkan setengah tabung

reaksi, lalu dimasukkan ke dalam mesin sentrifuge pada 500 rpm selam 5 menit.

Hasilnya semua larutan menjdi bening dan terdapat endapan. Karena sentrifuge

digunakan sebagai pemisah berdasrkan gravitasi dengan memanfaatkan gay

menarik endapan ke dasar tabung. Hasil yang didapat juga sesuai dengan prinsip

kerja sentrifuge, yaitu partikel yang lebih berat jatuh ke dasar tabung reaksi dan

kahirnya menjadi endapan.

1.4.2.2 Koloid Natural (Alami)

Pada percobaan koloid alami, diambil air sungai yang keruh sebagai

larutan induk. Saat dilakukan penyinaran cahaya, cahay diteruskan. Hal ini

menunjukkan adanya efek tyndall yang digunakan untuk membedakan disperse

koloid dan suatu larutan biasa karena atom, molekul kecil, atau ion yang berada

dalam suatu cahaya secara jelas. Penghamburan cahaya pada larutan induk

menjelaskan buramnya disperse koloid.

Ketika larutan induk diukur pHnya, yakni 7 kemudian diturunkan menjadi

5 dengam menambahkan 3 tetes HCl pekat. Terjadinya penurunan pH karena sifat

adsorbs koloid pada air sungai dsangat kuat, sehingga pH larutan turun dan

menjadi bersifat asam.

Penambahan tawas pada larutan koloid menjadi bening. Hal itu merupakan

peristiwa koagulasi. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan

membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, maka zat terdispersi tidak lagi

Page 17: Percobaan 6

VI-16

membentuk koloid. Larutan tawas membentuk aluminium hidroksida yang

melepaskan Al3+ dalam air yang kan mentralkan ion-ion negative didalam

larutan.rekasi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Al2(SO4)3 + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3 H2SO4…………… (6.2)

Pada penambahan kanji pada larutan koloid alami, larutan menjadi lebih

kental dan pekat, serta larutan berubah menjadi putih susu. Hal ini terjadi karena

larutan kanji sudah merupakn koloid, sehingga ketika dicampurkan larutan koloid

akan menjadi semakin koloid. Saat dilakukan penyinaran, cahaya diserap

sebagian. Hal ini karena hanya sebagian pertikel larutan koloid yang memiliki

sifat efek tyndall.

Pada tahap akhir, semua larutan koloid alami dimasukan setengah dari

tabung reaksi, lalu dimasukkan kedalam mesin sentrifige pada 500 rpm selama 5

menit. Hasilnya larutan induk berwarna bening tapi tidak terbentuk endapan.

Larutan induk yang ditambahkan HCl pekat berwarna bening tapi tidak terdapat

endapan. Larutan induk yang ditambahkan kanji mesih sedikit keruh dan terdapat

endapan, serta larutan induk yang ditambahkan tawas berwarna bening tapi tidak

terdapat endapan.

Page 18: Percobaan 6

VI-17

1.5 PENUTUP

6.5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa sifat-sifat yang dimiliki

koloid buatan ataupun koloid alami adalah efek tyndall, gerak brown, adsorbsi,

dan koagulasi. Penyinaran larutan koloid untuk mengetahui ada tidaknya efek

tyndall, penambahan HCl pada larutan koloid dapat mengakibatkan pH larutan

larutan berkurang. Larutan berubah menjadi lebih bening karena tawas bersifat

mengikat partikel sehingga terjadi penggumpalan atau bisa juga disebut kogulasi.

Padaproses penambahan kanji pada larutan koloid, larutan koloid menjadi

semakin koloid. Hal ini terjadi karean larutan kanji juga merupakan larutan

koloid. Prinsip- kerja sentrifuge adalah m,emisahkan partikel berdasarkan berat

jenisnya, yang ditandai dengan terbentuknya endapan didasar tabung reaksi.

1.5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan lebih cernmat dan

teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi saat praktikum, agar hasil dari

percobaan bisa lebih maksimal.

Page 19: Percobaan 6

VI-18

DAFTAR PUSTAKA

Keenan.1984. Kimia Untuk Universitas Jilid I .Erlangga.Jakarta : Hal 464.

Michael Purba.2006. Kimia Koloid .Erlangga.Jakarta: Hal 215.

Nurul.2012. Sejarah Koloid.

http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/1002347/sejarah_html

Diakses pada 10 November 2013

Syukri.S.1999. Kimia Dasar 2 .ITB.Bandung : Hal 455-456.

Triwahyu.2013. Penjelasan Mengenai Sistem Koloid.

http://www.triwahyu.web.id/2013/penjelasan-mengenai-sistem koloid.html

Diakses pada 10 november 2013