PERCOBAAN 1
-
Upload
winda-fitriana -
Category
Documents
-
view
231 -
download
6
description
Transcript of PERCOBAAN 1
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
Nama : 1. Ari Fitriansyah (08101003049)
2. Agnes (08101003023)
3. Christy Novita Sari (08101003045)
4. Cinthia Fajri (08101003035)
Jurusan/Kelompok : KIMIA/II
PERCOBAAN : LAJU INVERSI GULA
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam reaksi kimia terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi dan penambahan
konsentrasi produk.
Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi zat-zat
pereaksi atau laju penambahan konsentrasi produk.
Ungkapan laju reaksi bagi reaksi A + B Produk. Secara umum
dinyatakan sebagai:
d [ A ]dt
= k [A]x[B]y
Dengan:
[A] = konsentrasi A (mol/L)
[B] = konsentrasi B (mol/L)
X = orde reaksi terhadap A
Y = orde reaksi terhadap B
K = tetapan laju reaksi
Salah satu alternatif untuk menentukan konsentrasi pereaksi secara fisis
adalah mengukur tekanan pemutar bidang polarisasi cahayanya. Sukrosa sebagai zat
optis aktif memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan, akan tetapi jika larutan dalam
air pemutaran ke kanan akan mengecil dan akhirnya sedikit memutar ke kiri. Proses
ini dikenal dengan istilah “inverse”, sukrosa yang kejadiannya tidak lain hidrolisa
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Wilhelmy (1950) menemukan bahwa reaksi
hidrolisa orde satu terhadap sukrosa. Dalam suasana netral reaksi berjalan cukup
lama, akan tetapi reaksi dapat dipercepat dalam suasana asam.
Inversi sukrosa menaati hukum laju reaksi sebagai berikut:
d [sdukrosa ]dt
= k [H+] [H2O] [sukrosa]
Karena selama reaksi berlangsung konsentrasi H+ dan konsentrasi air tetap, maka
orde reaksi menjadi orde pertama semu. Perhitungan tetapan laju reaksi dari proses
inverse sukrosa dapat dinyatakan melalui persamaan:
Tetapan laju rewaksi =lnao−atat−a
Dengan:
α o = Sudut pemutaran bidang polarisasi pada awal reaksi
αt = Sudut pemutaran bidang polarisasi pada waktu t
αt = Sudut pemutaran bidang polarisasi pada awal
t = Waktu reaksi
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud laju reaksi?
2. Apa yang dimaksud laju inversi gula?
3.Bagaimana cara menentukan tetapan laju reaksi?
1.3. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalis oleh ion
H.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip stoikiometri memungkinkan kita untuk menghitung jumlah zat yang
dapat dihasilkan oleh suatu reaksi kimia. Tetapi, tidak dapat menggambarkan berapa
lama suatu reaksi terjadi. Untuk proses industri, mungkin akan dipilih reaksi yang
memberikan sedikit hasil tetapi berlangsung cepat dari pada reaksi alternatif lain yang
menghasilkan senyawa yang sama. Dipihak lain, reaksi tertentu yang berlangsung
cepat mungkin tidak diinginkan karena mungkin menimbulkan ledakan. Ada pula
saat-saat di mana reaksi kimia tidak diinginkan. Dalam hal ini, reaksi apapun
diusahakan berlangsung selambat mungkin. Contohnya, pemberian anti karat pada
pendingin dalam radiator mobil, dan penyimpanan susu dalam lemari es. (Ralph H.
Petrucci. 1992:145)
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun
produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase
gas, satuan tekanan atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan
sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, atau bahkan
tahun, bergantung apakah reaksi itu cepat ataukah lambat.
Untuk mengukur laju reaksi kimia, perlulah menganalisis secara langsung
maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi
yang tersisa setelah penggal-penggal waktu yang sesuai. Karena laju reaksi kimia
terpengaruh oleh perubahan temperatur. Perlulah menjaga agar campuran reaksi itu
temperaturnya konstan. Biasanya pernyataan ini dapat dipenuhi dengan
membenamkan bejana reaksi dalam air atau minyak yang temperaturnya diatur secara
termostatis (konstan). Metoda untuk menentukan konsentrasi pereaksi ataupun
produk bermacam-macam menurut jenis reaksi yang diselidiki dan keadaan fisika
dari komponen reaksi.
Reaksi dalam larutan. Analisis konsentrasi pereaksi dan produk umumnya
akan paling sederhana bila reaksi dipelajari dalam larutan. Salah satu metode larutan
yang lazim adalah dengan membagi larutan pereaksi itu dalam sejumlah ampul atau
botol kecil yang tertutup kedap, dan menaruh ampul-ampul ini dalam suatu penangas
bertemperatur-konstan, dan kemudian mengambil satu ampul itu akan praktis
berhenti bila ampul itu didinginkan dalam air es, setelah itu ampul dibuka dan
sevolume larutan dipipet dengan tepat. Isi larutan kemudian ditetapkan dengan suatu
metode analisis yang sesuai.
Jika suatu reaksi menghasilkan suatu perubahan dalam warna larutan karena
menghilangnya pereaksi ataupun munculnya produk, dapatlah majunya reaksi diikuti
dengan mengukur perubahan intensitas warna itu. Bahakn jika tak ada perubahan
warna selama suatu reaksi berjalan, laju reaksi masih dapat diperoleh, jika terdapat
perubahan dalam spektrukm absorpsi suatu pereaksi ataupun produk..
Faktor yang mempengaruhi LAJU REAKSI. Laju reaksi kimia tertentu
bergantung pada empat factor: (1) sifat dasar pereaksi, (2) temperatur, (3) ada
tidaknya zat katalitik, dan (4) konsentrasi pereaksi.
Sifat dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka
mengalami perubahan kimia. Molekul hydrogen dan flour bereaksi secara meledak,
bahkan pada temperature kamar, dengan menghasilkan molekul hydrogen flourida.
Energi pengaktifan. Selama perubahan kimia, perlulah lagi molekul-molekul
yang bereaksi untuk bertabrakan ketika mereka bergerak kian kemari secara acak.
Tetapi untuk banyak reaksi eksoterm dan sertamerta, pada temperatur kamar
kebanyakan molekul sekedar terpental setelah bertabrakan tanpa bereaksi.
Temperatur. Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur.
Biasanya kenaikkan sebesar 10 oC akan melibatkan dua atau tiga laju suatu reaksi
antara molekul-molekul. Kenaikkan laju reaksi ini dapat sebagian sebagai lebih
cepatnya molekul-molekul bergerak kian-kemari pada temperature yang lebih tinggi
dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan
seluruhnya, kecuali bila energi pengakifan prakstis nol. Dengan naiknya temperatur,
bukan hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga
bertabrakan dengan dampak benturan yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih
cepat. Pada temperatur yang ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan
reaksi kimia akan lebih besar, karena makin banyak molekul yang memiliki
kecepatan lebih besar dan karenanya memiliki energi cukup untuk bereaksi.
Hadirnya suatu katalis. Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan
suatu reaksi kimia tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanan. Proses
ini disebut katalisis.
Fungsi katalis dalam suatu reaksi kimia ialah menyajikan reaksi alternatif
tersebut.Dalam reaksi kimia, katalis sendiri tidak mengalami perubahan yang
permanan. (karena itu, kehadirannya biasa ditandai dengan notasi di atas tanda panah
reaksi). Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu
senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan
tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung
dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak
bagi makhluk hidup.( Ralph H. Petrucci. 1992:168).
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan satu jalan: (1)
dengan pembentukan senyawa-antara (katalis homogen) atau dengan adsorpsi (katalis
heterogen).
Konsentrasi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebgai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi
produk.Perhatikan reaksi umum:
A B + C
Konsentrasi A pada waktu t1 dinyatakan sebagai [A1] dan konsentrasi pada t2 sebagai
[A2], dengan tanda kurung siku berarti konsentrasi dalam mol/liter. Laju rata-rata
berkurangnya konsentrasi A dinyatakan sebagai
Laju rata-rata berkurangnya [A] = [ A ]2 – [ A]1
t 2 – t 1=
∆ [ A]∆t
Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi
pereaksi disebut suatu persamaan laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan k
dirujuk sebagai tetapan laju untuk reaksi tertentu. Karena konsentrasi pereaksi [N2O5]
atau [NO2], berkurang dengan berlangsungnya reaksi, laju makin berkurang. Tetapi
tetapan laju k tetap tak berubah sepanjang perjalanan reaksi. Jadi, laju reaksi
memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi kecepatan reaksi bag. Makin cepat
reaksi makin besar harga k; makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.
(Keenan. 1984:516-524)
Teori kecepatan reaksi. Teori tumbukan untuk reaksi bimolekuler. Menurut
teori ini, agar molekul-molekul bereaksi harus saling bertumbukan, mempunyai
tenaga, hingga molekul-molekul menjadi aktif. Teori absolute. Menurut teori ini,
sebelum molekul-molekul bereaksi harus membentuk molekul-molekul kompleks
terlebih dahulu, yang setimbang dengan molekul-molekul aslinya dan kecepatan
reaksinya ditentukan oleh konsentrasi molekul kompleks ini. (Drs. Sukardjo.
1985:341-342)
Polarisasi dapat dibagi dua, yaitu polarisasi yang disebabkan oleh perubahan
konsentrasi disekitar elektrode, polarisasi overvoltage atau tegangan lebih yang
disebabkan oleh jenis elektrode dan proses yang terjadi di permukaannya .
Perbedaan konsentrasi, pada kedua elektrode akibat elektrolisis, menyebabkan
timbulnya beda potensial. Beda potensial ini dapat melawan E luar. Perbedaan
konsentrasi ini diperkecil oleh adanya aliran ion, dan difusi. Juga dengan jalan
pengadukan polarisasi konsentrasi dapat dieliminer.
Overvoltage dapat terjadi di katode atau anode. Overvoltage di katode atau
anode. Overvoltage di katode untuk logam-logam hanya kecil. Overvoltage logam Fe,
Co, Ni, Zn, dan Cd kecuali dipengaruhi oleh logamnya, juga dipengaruhi oleh
anionnya, adanya asam-asam, koloid dan sebagainya. Overvoltage lebih besar pada
larutan kompleks dari pada larutan garam normal. (Drs. Sukardjo. 1985:425-426)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu : Rabu, 16 November 2011
Tempat :Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya Inderalaya
3.2. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Polarisasi lengkap dengan lampu natrium 1 buah
2. Stopwatch 1 buah
3. Labu Erlenmeyer 1 buah
4. Gelas ukur 1 buah
5. Pipet volume 1 buah
BAHAN :
1. Sukrosa p.a
2. Asam klorida
3.3. PROSEDUR PERCOBAAN
Bersihkan tabung polarisasi dengan air suling. Kemudian isi
tabung dengan air suling sampai penuh dan ukur sudut pemutaran
bidang polarisasinya. Anggap sudut pemuataran bidangan
polarisasinya. Anggap sudut pemutaran bidang polarisasi air
sebagaiacuan (skala nol) bagi penelitian sudut pemutaran bidang
polarimeter sukrosa.
Larutkan 20 gram gula ke dalamlabu Erlenmeyer.
Tes apakah stopwatch berfungsi sebagaimana mestinya.
Tambahkan ke dalam larutan gula 25 ml larutan asam yang
digunakan. Jalankan stopwatch saat itu juga dan aduk sampai
merata
Cepat bilas tabung polarimeter dengan di atas dan kemudian isi
sampai penuh saat-saat waktu pengamatan :
Periode (menit) Saat-saat Pengukuran
1 s.d 30 Dilakukam pegukuran tiap 5 menit
30 s.d 60 Tiap-tiap 8 menit berikutnya
60 s.d 120 Tiap-tiap 15 menit berikutnya.
3.4. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan laju reaksi orde nol, kedua, dan ketiga !
2. Tunjukkan penyebab sifat optis aktif pada glukosa !
Jawaban :
1. Penurunan rumus laju reaksi adalah :
a. Reaksi Orde Nol
−dCAdt
= k0
A - A0 = - k0 . t
A = konsentrasi zat pada waktu t
A0 = konsentrasi zat mula – mula
b. Reaksi Orde Satu
−dCAdt
= k1 [A]
Sesudah 120 menit panaskan larutan dalamlabu Erlenmeyer selama
20 menit dalam penangas air. Dinginkan kembali larutan dan ukur
sudut putar polarimeternya. Pengukuran ini dicatat sebagai α.
−dCA
dC A ' = k1 dt
ln = k1 (t – t0)
Bila t = 0 à A = A0
ln [A] = ln [A0] - k1 t
[A] = [A0] e-k1t
c. Reaksi Orde Dua
−dCAdt
= k2 [A]2
−dCAdt
= k2 t
1CA
− 1C A0
= k2 (t – t0)
2. Glukosa mempunyai sifat optis aktif dikarenakan pada rumus struktur gula terdapat
atom C kiral. Atom C kiral merupakan atom C yang mengikat empat gugus fungsi
yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DATA HASIL PENGAMATAN
Air
α 0
α0 27 5 14463
=15,3
Air + Sukrosa + Asam
αt (menit) αt
5 32 10 12 18
10 25 3 7 11,67
15 42 6 7 18,3
20 20 9 12 13,67
25 20 7 11 12,67
Air + Sukrosa + Asam → dipanaskan dan didinginkan
α
α~ 23 3 15 13,7
4.2. PERHITUNGAN
Y = - ln [ α~ - αt ]
Y1 = - ln [13,7 – 18] = 1,46
Y2 = - ln [13,7 – 11,67] = - 0,71
Y3 = - ln [13,7 – 18,3] = 1,53
Y4 = - ln [13,7 – 13,67] = 3,51
Y5 = - ln [13,7 – 12,67] = - 0,03
No x (t) y x . y x2
1 5 1,46 7,3 25
2 10 -0,71 -7,1 100
3 15 1,53 22,95 225
4 20 3,51 70,2 400
5 25 -0,03 -0,75 625
∑ 75 5,76 92,6 1375
Slope (A) = n ∑ xy−∑ x ∑ yn ∑ x2−∑ ( x )2
=5 (92,6 )−(75 )(5,76)
5 (1375 )− (75 )2 =
463−4326875−5625
= 311250
=
0,02
Intersept (B) = n ∑ x2 ∑ y−∑ x ∑ xy
n∑(x 2)−∑ ( x )2=
(1375 ) (5,76 )−(75 )(92,6)5 (1375 )−(75 )2
=¿
7920−69456875−5625
=¿ 975
1250=0,78
K1 = 1t 1
ln ( ao−atat−a )=1
5ln( 15,3−18
18−13,7 )=0,2 ln(−2,74,3 )=−0,093
K2 = 1t 2
ln ( ao−atat−a )= 1
10ln( 15,3−11,67
11,67−13,7 )=0,1 ln (1,788 )=0,058
K3 = 1t 3
ln ( ao−atat−a )= 1
15ln( 15,3−18,3
18,3−13,7 )=0,067 ln (0,652)=−0,028
K4 = 1
t 4 ln ( ao−at
at−a )= 120
ln( 15,3−13,6713,67−13,7 )=0,05 ln (54,333 )=0,199
K5 = 1t 5
ln (α 0−αtαt−α )= 1
25ln( 15,3−12,67
12,67−13,7 )=0,04 ln (2,55 )=0,037
Y = Ax + B
Y1 = 0,02(5) + 0,78 = 0,88
Y2 = 0,02(10) + 0,78 = 0,98
Y3 = 0,02(15) + 0,78 = 1,08
Y4 = 0,02(20) + 0,78 = 1,18
Y5 = 0,02(25) + 0,78 = 1,28
0 5 10 15 20 25 300
5
10
15
20
25
30
5; 0,88
10; 0,98
15;1,08
20; 1,18
25, 1,28
4.3. PEMBAHASAN
Laju reaksi merupakan suatu laju atau kecepatan yang merupakan laju
terhadap penggurangan konsentrasi zat-zat pereaksi atau laju penambahan produk
reaksi. Pada percobaan ini, kita mengukur tekanan pemutar bidang polarisasi cahaya
suatu sample yang berupa sukrosa. Sebagaimana diketahui bahwa sukrosa merupakan
zat optis aktif yang memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan, akan tetapi jika
larutan dalam air pemutaran ke kanan akan mengecil dan akhirnya sedikit memutar
ke kiri.
Adapun penambahan asam klorida pada percobaan untuk mempercepat reaksi
yang terjadi. Hal ini dikenal juga sebagai sifat dari suatu katalis. Katalis atau
katalisator merupakan kemampuan suatu zat untuk mempercepat reaksi suatu larutan.
Katalis sendiri bekerja dengan cara menurunkan energi aktifasi yang ada sehingg
reaksi dapat berlangsung cepat. Katalis ikut bereaksi pada saat ditambahkan dalam
suatu larutan tetapi pada saat hasil akhirnya, ia melepaskan diri sehingga seolah-olah
ia tidak ikut bereaksi. Katalis terbagi atas katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis homogen merupakan katalis yang berada dalam satu fase atau seragam
dengan fase dari larutan yang akan dia percepat reaksinya sedangkan katalis
heterogen merupakan katalis yang berada dalam dua fase atau berbeda dengan fase
dari larutan yang akan dia percepat reaksinya.
Cahaya biasa atau alamiah merambat seperti gelombang, dan gelombang itu
tegak lurus arah rambatannya. Cahaya terpolarisasi bidang merupakan cahaya yang
getaran atau vibrasi gelombangnya telah tersaring semua, kecuali getaran yang berada
pada suatu bidang. Polarisasi bidang dilakukana dengan melewatkan cahaya biasa
menenmbus sepasang kristal kalsit atau menembus suatui lensa polarisasi.
Adapun kerugian dari inverse pada gula yang dapat menyebabkan efek
karamelisasi dan gulapun menjadi hitam.
Pada percobaaaan, tabung dari suatu alat polarimeter harus bersih pada bagian
kaca luarnya dan juga usahakan seminimal mungkin tidak ada gelembung udara yang
mengisi bagian ruang kosong saat kita memasukkan larutan analit atau sampel atau
cuplikan ke dalamnya. Adapun hal ini disebabkan agar tidak menggangu pengamatan
kita terhadap besaran sudut yang akn kita tentukan nantinya pada bagian terang-
terang, terang-gelap, maupun gelap-terang.
Perputaran cahaya terpolarisasi bidang dikenal juga sebagai rotasi optis. Suatu
senyawa yang memutar bidang polarisasi suatu cahaya terpolarisasi bidang dikatakan
bersifat aktif optis. Suatu polarimeter merupakan suatu alat yang dirancang atau
didesain untuk mempolarisasikan cahaya dan kemudian mengukur sudut rotasi bidang
cahaya suatu senyawa optis aktif. Besaran perputarannya itu bergantung pada struktur
molekul, temperatur atau suhu, panjang gelombang, banhyakknya molekul pada jalan
cahaya dan beberapa hal yang disebabkan dari pelarut atau solvennya.
Analisa merupakan suatu pengamatan terhadap objek yang akan diamati, baik
itu berupa pengamatan terhadap perubahan fisiknya maupun terhadap pengolahan
data-data yang didapat sewaktu pengamatan. Analisa terbagi atas dua macam; berupa
analisa kuantitatif dan analisa kualitatif. Adapun analisa kualitatif merupakan suatu
analisa atau pengamatan terhadap suatu sample atau objek pengamatan yang mana di
sini yang diamati berupa perubahan-perubahan fisik atau luarnya saja. Lain halnya
dengan analisa kualitatif, analisa kuantitatif maerupakan suatu analisa terhadap data-
data yang didapat dari suatu analisa. Analisa kualitatif pada percobaan berupa
pengamatan terhadap besaran sudut yang tercipta saat kita mengukur bagian terang-
terang, gelap-terang, dan terang-gelap. Analisa kuantitatifnya berupa pangolahan data
terhadap hasil dari besaran-besaran sudut yang didapat itu.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Suatu polarimetrer merupakan alat yang didesain untuk mempolarisasikan
cahaya dan kemudian mengukur sudut rotasi bidang polarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis.
2. Suatu senyawa yang memutar bidang polarisasi cahaya terpolarisasi bidang
dikatakan bersifat senyawa optis aktif.
3. Analisa kualitatif digunakan saat kita mengukur dan menentukan bagian dari
besar sudut, derajat, yang dibentuk oleh bagian terang-terang, gelap-terang,
dan terang-gelap.
4. Udara yang masih ada dalam suatu tabung polarimeter dapat menggangu
pengamatan terhadap sudut yang akan kita tentukan.
5. Suhu mempengaruhi suatu laju inversi.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan. 1985. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Petrucci Ralph. H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo, Drs. 1985. Kimia Fisika. Yogyakarta: Bina Aksara.