PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK...

105
PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK PERCERAIAN DI DESA MEKARJAYA KEC. RUMPIN KAB. BOGOR) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Asep Awaludin (1112044100086) PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Transcript of PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK...

Page 1: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA

(STUDI PRAKTIK PERCERAIAN DI DESA MEKARJAYA

KEC. RUMPIN KAB. BOGOR)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Asep Awaludin

(1112044100086)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

i

PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA

(STUDI PRAKTIK PERCERAIAN DI DESA MEKARJAYA

KEC. RUMPIN KAB. BOGOR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ASEP AWALUDIN

NIM: 1112044100086

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440H/2019M

Page 3: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA

(STUDI PRAKTIK PERCERAIAN DI DESA MEKARJAYA KEC. RUMPIN

KAB. BOGOR) telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Program Studi Hukum Keluarga Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 25 Februari 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program

Studi Hukum Keluarga.

Page 4: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 5: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

iv

ABSTRAK

ASEP AWALUDIN. NIM 1112044100086. PERCERAIAN DI LUAR

PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK PERCERAIAN DI DESA

MEKARJAYA KEC. RUMPIN KAB. BOGOR). Program Studi Hukum Keluarga

(Ahwal Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. xi+ 67 halaman 22 halaman

lampiran.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor penyebab terjadinya

perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya, bagaimana tata cara

perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya, bagaimana tata cara

pernikahan selanjutnya setelah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya dan apa saja dampak dari perceraian di luar Pengadilan Agama

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mekarjaya kecamatan Rumpin Bogor.

Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan sosiologi

hukum. Kriteria yang di dapatkan berupa data primer yaitu hasil wawancara

dengan pelaku perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya, Tokoh

Masyarakat yang dituakan dan Aparatur Desa yaitu Sekretaris Desa Mekarjaya

dan data sekunder melalui studi pustaka. Teknik pengumpulan datanya dilakukan

dengan metode observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka, yang

semua menjawab permasalahan penelitian tentang Perilaku di luar Pengadilan

Agama terhadap studi praktik perceraian di Desa Mekarjaya Rumpin Bogor

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor - faktor penyebab terjadinya

perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya ialah pertama, Karena

faktor ekonomi. Kedua, kurangnya pengetahuan dan rendahnya kesadaran hukum

masyarakat Desa Mekarjaya. Ketiga, Proses persidangan yang lama dan berbelit –

belit serta jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggal pelaku ke Pengadilan

Agama. Keempat, sudah menjadi kebiasaan (budaya). Selanjutnya proses

perceraian di Desa Mekarjaya dengan cara kekeluargaan dan menggunakan surat

kinayah sebagai bukti perceraian. Sedangkan proses pernikahan selanjutnya

setelah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama dilakukan dengan cara

memalsukan status perceraian mereka yang bertentangan dengan KUHP pasal 263

dan selanjutnya melakukan pernikahan sesuai dengan ketentuan PP No 9 Tahun

1995. Selain itu perceraian tersebut berdampak negatif terhadap status perceraian,

terhadap istri dan terhadap anak mereka.

Kata Kunci :Perceraian, Pengadilan, Dampak Perceraian, Faktor

Perceraian, Mekarjaya Rumpin.

Pembimbing : Dr. H. Moh Ali Wafa, SH., S.Ag., M.Ag

Daftar Pustaka : 1956 s.d 2018

Page 6: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih sayang dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perceraian di luar

Pengadilan Agama (studi praktik perceraian di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin

Kab. Bogor)”. Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhamad SAW yang telah

mengantarkan umatnya dari kegelapan dunia ke zaman peradaban ilmu

pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas

akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah

selesai. Serta penulis tidak lupa meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi

ini ada yang kurang berkenan di hati para pembaca, karena penulis menyadari

bahwa penulis jauh dari kesempurnaan.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat

tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai

ungkapan rasa hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA., Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para

Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag dan Indra Rahmatullah, S.HI., M.H., selaku

Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi

Hukum Keluarga, yang harus mendukung dan memotivasi penulis untuk

segera menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.

Page 7: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

vi

4. Dr. Hj. Mesraini, SH., M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis

yang telah sabar mendampingi penulis hingga semester akhir dan telah

membantu penulis dalam perumusan desain judul skripsi ini.

5. Dr. H. Moh Ali Wafa, SH., S.Ag., M.Ag. Sebagai Dosen Pembimbing

Skripsi yang selalu memberi pengarahan, pembelajaran baru bagi penulis

dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan keistiqomahan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan

sayangi. Ayahanda Mad Enur, dan Ibunda tercinta Munawati yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat kepada ananda untuk

menyelesaikan skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya

untuk mendidik, membahagiakan dan membesarkan penulis sampai saat

ini. Tidak akan pernah mustahil penulis mampu membayar apa yang telah

diberikan selama ini. Kedua orang tua selalu menjadi sumber inspirasi

penulis dalam menjalankan kehidupan dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada kakak tercinta Mahmudiyah, Siti Sopuroh, Siti Awaliah, dan adik

tercinta Fahmi Fadillah, yang selalu memberi semangat dan mendoakan

penulis dalam setiap perjalanan studi penulis dan selalu menjadi saudara

yang terbaik bagi penulis.

8. Kepada para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan

banyak ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga tercapainya tugas akhir

ini.

9. Kepada sahabat-sahabat PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia),

HIMABO (Himpunan Mahasiswa Bogor), HIMADA (Himpunan Alumni

Muda Darut Tafsir), dan KKN Pelangi Desa Sukadiri yang telah

memberikan semangat pada penulis.

10. Kepada teman seperjuangan Ulfah Abdullah, Husnul Alfia A, Nanik

Maulida, April F, Faisal Kamal, Wahid Hasyim, Sayyid Rifai, Miqdad

Page 8: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

vii

Rikanie, Yahya Syafi‟i, Fahlil Umam, Muhlisin Anam dan teman-teman

GMCC yang lain yang telah menjadi saksi dari perjuangan penulis baik

berupa canda tawa, tangis dan pengorbanan.

11. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Morin Moriano, Sogiri K.F, A Firdaus,

Indrajid Abdul Rouf, A Kamaludin, Atikah, Mbak Roro dan Alumni Darut

Tafsir yang lain karena telah menjadi sahabat terbaik sepanjang hidup

penulis yang selalu ada saat suka maupun duka, dan telah banyak mengisi

cerita dalam setiap hari yang penulis lewati. Tetap menjadi sahabat yang

terbaik bagi penulis.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan

kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat pada saat ini dan masa yang akan

datang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi selanjutnya.

Jakarta, 25 Februari 2019

Page 9: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

viii

Asep Awaludin

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi menggunakan System Library of Congress. Secara garis

besar uraian sebagai berikut:

b = ب

t = ت

th = ث

j = ج

h{ = ح

kh = خ

d = د

dh = ذ

r = ر

z = ز

s = س

sh = ش

s{ = ص

d{ = ض

ṭ = ط

z{ = ظ

ع = „

gh = غ

f = ف

q = ق

k = ك

l = ل

m = م

n = ن

h = ه

w = و

y = ي

Vokal Pendek Vokal Panjang

<>>>a () = a = ___ آ ___

<i () = i = ___ إ ___

<u () = u = ___ أ ___

Diftong Pembauran

al = (ال) aw (او)

al-sh = (الص) ay (اى)

-wa al = (وال)

Ketentuan penulisan kata sandang al ( ali>f la>m), baik ali>f la>m qamariyyah

maupun ali>f la>m shamsiyah ditulis apa adanya (al) contoh:

Page 10: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

ix

Al-tafsi>r = التفسىر الحدىج = Al-h}adi>th

Ta’Marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis “h”,

حكمة = h}ikmah

Ketentuan ini tidak berlaku pada kosakata Bahasa Arab yang sudah

terserap ke dalam Bahasa Indonesia seperti zakat, salat dan lain-lain

kecuali memang dikehendaki sesuai lafal aslinya.

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis “t”

نعمة هللا = ni‟matullah

زكاة الفطر = zaka>t al-fit}ri

Istilah keislaman (serapan) : istilah keislaman ditulis dengan berpedoman kepada

Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai berikut contoh:

No Transliterasi Asal Dalam KBBI

1 Al-Qur‟a>n Alquran

2 Al-H}adi>th Hadis

3 Sunnah Sunah

4 Nas{ Nas

5 Tafsi>r Tafsir

6 Sharh{ Syarah

7 Matn Matan

8 S{ala>t Salat

9 Tas{awwuf Tasawuf

10 Fiqh Fikih

Dan lain-lain (lihat KBBI)

Catatan:

Jenis Font yang digunakan untuk transliterasi Arab-Indonesia menggunakan

Times New Arabic dengan ketentuan ukuran Font 12 pt untuk tulisan pada artikel

dan daftar Pustakanya, ukuran 10 pt untuk catatan kaki.

1. Untuk membuat titik di bawah:

a. Huruf Kapital (H{) dengan menekan tombol “H” diikuti {

Page 11: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

x

b. Huruf kecil (h{) dengan menekan tombol “h” diikuti {

2. Untuk membuat garis di atas huruf:

a. Huruf kapital (A<) dengan menekan “A” diikuti <

b. Huruf kecil (a<) dengan menekan “a” diikuti <

Page 12: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

PEDOMAN LITERASI .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................... 4

C. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6

E. Metode Penelitian ................................................................................ 7

F. Studi Review Terdahulu ....................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12

BAB II PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

UNDANG UNDANG

A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukum Perceraian ........................... 13

B. Macam-Macam Perceraian dan Akibatnya Perceraian ........................ 21

C. Faktor-Faktor Perceraian ...................................................................... 29

D. Syarat dan Rukun Perceraian ............................................................... 34

E. Prosedur Perceraian Dalam UU Perkawinan dan KHI......................... 35

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MEKARJAYA

A. Sejarah Desa Mekarjaya ....................................................................... 45

B. Letak Geografis dan Demografis ......................................................... 45

C. Kondisi Sosiologis ............................................................................... 47

BAB IV FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK PERCERAIAN DI LUAR

PENGADILAN AGAMA

A. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian di Luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor .................................................. 50

B. Tata Cara Perceraian di Luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec.

Rumpin Bogor ...................................................................................... 54

C. Tata Cara Pernikahan Selanjutnya Setelah Terjadi Perceraian di Luar

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor ............... 56

D. Dampak Dari Perceraian di Luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya

Kec. Rumpin Bogor ............................................................................. 58

Page 13: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 62

B. Saran .................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 65

LAMPIRAN

Page 14: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

1

BAB I

PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA

(STUDI PRAKTIK PERCERAIAN DI DESA MEKARJAYA KEC.

RUMPIN KAB. BOGOR)

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan bertujuan mendirikan keluarga yang harmonis dan

sejahtera. Artinya, terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan

terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah

kebahagiaan, yakni sayang antara anggota keluarganya.1

Meskipun pada hakikatnya tujuan perkawinan adalah membina

keluarga yang bahagia dan setiap pasangan pasti mengharapkan keluarga

yang harmonis. Namun, dalam perjalanannya terkadang cita-cita itu tidak

sejalan dengan apa yang diinginkan. Saat konflik rumah tangga terjadi, mulai

dari masalah ketidakharmonisan sampai dengan masalah ekonomi tidak bisa

terbendung lagi. Upaya damai pun sudah dilakukan namun tidak

membuahkan hasil dan jalan satu-satunya adalah perceraian.

Dalam istilah Fiqih perceraian dikenal dengan istilah “Thalaq” atau

“Furqah”. Thalaq berarti membuka ikatan atau membatalkan perjanjian.

Sedangkan Furqah berarti bercerai yang merupakan lawan kata dari

berkumpul. Perkataan thalaq dan furqah mempunyai pengertian umum dan

khusus. Dalam arti umum berarti segala macam bentuk perceraian yang

dijatuhkan oleh suami yang ditetapkan oleh Hakim. Sedangkan dalam arti

khusus adalah perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami.2

Di Indonesia sendiri perceraian diatur Dalam UU No 1 Tahun 1974

Pasal 38-41 BAB VIII. Dalam pasal 39 menyebutkan bahwa

1 Ghazaly Abd. Rahman, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), h.22. 2 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun

1974, (Yogyakarta: PT. Liberti, 2004), h.103.

Page 15: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

2

1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami

isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Tatacara

perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam Peraturan

Perundangan.3

Dalam pasal 39 Bab VIII UU NO 1 Tahun 1974 ini menerangkan

bahwa perceraian yang sah adalah perceraian yang dilakukan di depan

Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha mendamaikan

kedua belah pihak. Begitu juga di dalam Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam

yang berbunyi “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan

Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak”.4

Dari kedua pasal tersebut jelas bahwa perceraian yang sah adalah

perceraian yang dilakukan di Pengadilan Agama. Namun pada kenyataannya

masih banyak ditemui di kalangan masyarakat praktik perceraian dilakukan

tidak berdasarkan Undang-Undang yang berlaku, masih banyak masyarakat

yang melakukan perceraian tidak melalui sidang Pengadilan Agama sehingga

mereka tidak mendapatkan Akta Perceraian. Mereka menganggap bahwa

perceraian cukup dilakukan melalui jalan kekeluargaan yang menghadirkan

keluarga dari kedua belah pihak atau di hadapan penghulu dan tokoh

masyarakat setempat. Salah satu daerah yang masyarakatnya masih banyak

melakukan perceraian di luar Pengadilan ini adalah penduduk Desa

Mekarjaya.

Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin adalah desa yang berada di

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Mayoritas warga di desa tersebut

3 UU No 1 Tahun 1974 Pasal 38-41 BAB VIII. 4 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 115.

Page 16: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

3

beragama Islam. Di desa ini masih menjunjung tinggi asas kekeluargaan dan

jika ada permasalahan dalam bermasyarakat maupun masalah keluarga cukup

diselesaikan dengan cara musyawarah dan kekeluargaan. Akses yang jauh

dari rumah ke sekolah dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan

membuat desa ini memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Mayoritas

warganya hanya lulusan Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah Pertama.5

Dengan latar belakang pendidikan yang rendah maka tidak heran jika

perceraian yang dilakukan oleh masyarakat di desa tersebut dilakukan tanpa

melalui sidang Pengadilan Agama.

Mayoritas perceraian yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Mekarjaya Kecamatan Rumpin Bogor ini dilakukan tanpa melalui Sidang

Pengadilan Agama, yang artinya perceraian tersebut tidak berdasarkan

Undang-Undang yang berlaku bahwa Perceraian yang sah adalah perceraian

yang dilakukan di muka Pengadilan Agama. Menurut Bapak Mad Enur yang

juga dikenal sebagai tokoh masyarakat setempat, perceraian di desa tersebut

dilakukan dengan cara Seorang suami mengantarkan isterinya ke rumah orang

tua isterinya, disaksikan oleh kedua pihak keluarga, tokoh agama atau tokoh

masyarakat setempat dengan mengucapkan shighat thalak saya pulangkan

anak Bapak/Ibu” atau “saya ceraikan anak Bapak/Ibu karena saya sudah tidak

bisa meneruskan perkawinan ini”.6 Berdasarkan hasil wawancara dengan

Sekretaris Desa (Bapak Adung), beliau berpendapat perceraian tersebut dapat

dimaklumi karena faktor-faktor yang bisa dimaklumi, seperti faktor kesadaran

dan pemahaman masyarakat tentang hukum sangat rendah, jarak yang jauh

dari desa ke Pengadilan Agama , faktor ekonomi dan lain sebagainya.

Masyarakat di desa tersebut menganggap bahwa perceraian yang dilakukan

seperti itu dianggap sah.7

5 Profil Desa Mekarjaya Tahun 2017. 6 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Sabtu, 4 Februari 2017. Pukul 15.30

Wib. 7 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Kantor Desa

Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Jumat, 5 Mei 2017. Pukul 10.20 Wib.

Page 17: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

4

Pada umumnya perceraian tersebut menggunakan surat pernyataan

thalak yang disebut surat Kinayah yang dibuat oleh pihak suami dan

ditandatangani oleh saksi perceraian tersebut. Surat kinayah tersebut

dijadikan bukti bahwa mereka telah melakukan perceraian.

Jika kita mengkaji lebih dalam, maka akibat hukum dari perceraian

yang dilakukan di luar Pengadilan Agama sangatlah besar. Seperti perceraian

mereka dianggap tidak sah oleh Hukum Negara, tidak mendapatkan Akta

Cerai sebagai bukti otentik, tidak ada jaminan nafkah selama masa iddah

untuk isteri, nafkah anak tidak jelas kisarannya berapa, dan lain sebagainya.

Meskipun akibat perceraian di luar Pengadilan tersebut sangat besar,

penduduk desa Mekarjaya yang bercerai tersebut masih banyak bercerai di

luar Pengadilan. Apa penyebab mereka tidak mau bercerai di Pengadilan

Agama? Bagaimana dengan prosedur pernikahan mereka selanjutnya setelah

mereka bercerai di luar Pengadilan Agama dan apa saja dampak dari

perceraian di luar Pengadilan Agama? Sejumlah pertanyaan menjadi penting

untuk digali jawabannya. Untuk itulah penulis tertarik ingin mengkaji dan

menulisnya ke dalam bentuk Skripsi dengan judul Perceraian di Luar

Pengadilan Agama (Studi Praktik perceraian di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin

Kab. Bogor)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan beberapa permasalahan yang

berkaitan dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan

muncul dalam latar belakang di atas, akan penulis paparkan beberapa

diantaranya, yaitu:

1. Bagaimana prosedur perceraian yang dilakukan masyarakat di Desa

Mekarjaya?

2. Apa faktor penyebab banyaknya pelaku perceraian di luar Sidang

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya?

Page 18: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

5

3. Apa dampak dari perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa

Mekarjaya?

4. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap perceraian di luar

Pengadilan Agama?

5. Bagaimana dengan prosedur pernikahan selanjutnya setelah bercarai di

luar Sidang Pengadilan Agama?

6. Bagaimana dengan hak-hak yang mesti diterima isteri setelah bercerai di

luar Pengadilan Agama?

7. Bagaimana pandangan Hukum Positif terhadap perceraian di luar

Pengadilan Agama?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas

dan terarah sesuai yang diharapkan penulis. Di sini penulis hanya akan

membahas hal-hal yang terkait dengan perceraian yang dilakukan diluar

Pengadilan Agama oleh masyarakat Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Kab.

Bogor Jawa Barat yang terjadi dari tahun 2015 sampai tahun 2018.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Apa faktor penyebab terjadinya perceraian di luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor?

2. Bagaimana tata cara perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa

Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor?

3. Bagaimana prosedur pernikahan selanjutnya setelah terjadi perceraian di

luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor?

4. Apa dampak dari perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya

Kec. Rumpin Bogor?

Page 19: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari sebuah penelitian ialah mengungkapkan secara jelas

sesuatu yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari

pemahaman tersebut, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perceraian di luar

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

2. Untuk mengetahui tata cara perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa

Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

3. Untuk mengetahui prosedur pernikahan selanjutnya setelah terjadi

perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin

Bogor

4. Untuk mengetahui dampak dari perceraian di luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, demikian pula

dengan penelitian yang penulis adakan ini diharapkan dapat memberi manfaat

baik secara teoretis maupun secara praktis, yaitu:

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk ilmu

pengetahuan hukum, agar ilmu itu tetap hidup dan berkembang khususnya

tentang hukum perkawinan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman kepada masyarakat

serta kepada aparat desa, tokoh masyarakat terkait dalam proses perceraian

serta pemahaman atas nilai-nilai hukum perkawinan sebagaimana yang

diamanatkan oleh undang-undang.

Page 20: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

7

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk mencari

dan menemukan suatu pengetahuan yang benar mengenai hukum, yaitu

pengetahuan yang dapat dipakai untuk menjawab atau memecahkan secara

benar atau masalah tentang hukum. Mencari dan menemukan itu tentu saja

ada caranya. Cara itu disebut dengan metode, sedangkan perbincangan

keilmuan tentang metode tersebut dinamakan metodologi.8

Karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara

sistematis, metodologis dan konsisten melalui analisa konstruksi terhadap

data yang telah dikumpulkan atau kemudian diolah lebih lanjut penelitian

dilakuakan adalah sebagai usaha agar ilmu pengetahuan mengalami

peningkatan sebagai peningkatan usaha manusia.9

Untuk mendapatkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara

menggunakan pendekatan Kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian

dan prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan

gejala dalam kehidupan manusia.10

Metode kuliatatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif: ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari

orang-orang (subyek) itu sendiri.11

Penelitian kualitatif sifatnya

deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau

menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisa itu berupa deskripsi

8 M.Syamsudin, Operasional Penelitian Hukum, (Jakarta: PT, Rajawali Press, 2007),

h.20. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h.18. 10 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), h.20. 11 Arief Furchan, Pengantar, Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional,

1992), Cet ke-1, h.21.

Page 21: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

8

dari gejala-gejala yang diamati yang tidak harus selalu berbentuk angka-

angka.12

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah study kasus, yaitu

penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara

mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tentang

latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi

sosial yang terjadi didalamnya.13

Selain pendekatan masalah diatas, maka

dalam penulisan skripsi ini saya menggunakan penelitian hukum

normatif, yaitu penelitian pada asas-asas hukum.

2. Sumber Data

a. Data primer: Data yang didapat dari hasil wawancara langsung

dengan para tokoh masyarakat yang dituakan yaitu Bapak Mad

Nur, pelaku perceraian yaitu Ibu Mahmudiyah, Ibu Dina Oktaviani,

Ibu Neneng Fauziyah, Ibu Siti Apiah, Lilis Triani dan aparatur

Desa yaitu Bapak adung sebagai sekretaris desa. Pengambilan data

hanya dibatasi kepada 5 orang pelaku perceraian perempuan dari

jumlah 89 janda karena memenuhi kriteria bahwa informan tersebut

melakukan perceraian pada tahun 2014 sampai dengan 2018, sudah

menikah untuk kedua kalinya dan dari hasil wawancara bahwa

jawaban informan tersebut yang paling sesuai dengan

permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara secara mendalam dengan menggunakan pokok-pokok

permasalahan sebagai pedoman wawancara. Pokok-pokok tersebut

guna menghindari adanya penyimpangan dari pokok masa

penelitian dan kevakuman selama wawancara.

b. Data sekunder: Data yang memberikan bahan tidak langsung atau

data yang didapat selain dari data primer. Data ini dikumpulkan

melalui studi pustaka dengan membaca dan mempelajari buku-

12 M. Subana, Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustaka Setia,,

2005), Cet, Ke-2, h.17. 13 Bambang Sanggona, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), h.36.

Page 22: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

9

buku yang berkaitan diantaranya: Fikih Keluarga, Hukum

Perkawinan Islam di Indonesia, Undang-Undang yang berlaku di

Indonesia dan data lain yang terkumpul yang mempunyai hubungan

dengan skripsi ini.

c. Tersier: Data yang diambil dari sumber yang dipublikasikan

seperti jurnal atau majalah penelitian, buku, dan media ilmiah

lainnya.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mekarjaya Kecamatan

Rumpin Kabupaten Bogor Jawa Barat. Alasan mengapa penulis

memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian terbagi menjadi dua yaitu

alasan subjektif (subjective reason) dan alasan objektif (objective

reason). Subjective reason yang penulis gunakan, penelitian ini untuk

menjelaskan mindset yang ada dalam benak masyarakat Desa

Mekarjaya pada umumnya. Di lokasi ini juga sangat banyak pelaku

perceraian di luar Pengadilan Agama dan mempunyai perbedaan

dengan lokasi lain seperti perceraian tersebut menggunakan surat

kinayah seperti yang telah dijelaskan di latar belakang masalah. Di

samping itu karena jaminan akses atau pengumpulan data-data yang

penulis butuhkan dapat terpenuhi dengan baik.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dikenal pula dengan istilah interview, yaitu: suatu

proses tanya jawab lisan, dalam masa dua orang atau lebih

berhadapan secara fisik. Yang satu dapat melihat muka yang lain

dan mendengar dengan telinga sendiri dengan suaranya.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan

sesaat ataupun mungkin dapat diulang.

c. Dokumentasi

Page 23: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

10

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

ditujukan kepada subjek peneliti dokumen yang diketik dapat

berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi tapi juga

meliputi hukum primer dan hukum sekunder, juga data yang

diperoleh dari referensi atau literatur yang berkaitan dengan tema

penelitian ini.

F. Studi Review Terdahulu

Jika kita telaah lebih lanjut daftar kepustakaan, banyak penelitian yang

mengangkat tema serupa dengan yang diangkat penulis, namun tidak ada

yang membahas lebih lanjut permasalahan yang diangkat oleh penulis.

Adapun penelitian yang sudah dibahas antara lain:

Deprianto, fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dengan

judul skripsi”Pandangan Tokoh masyarakat Terhadap Thalak di Luar

Pengadilan Agama (Studi di Jorong Sitiung Kec. Sitiung Kab.

Dharmasyara)” tahun 2009. Skripsi ini menggunakan metode penelitian

lapangan (field research) dilakukan dengan pendekatan yuridis Normatif yang

bersifat deskriptif analitis. Pembahasan dalam skripsi ini lebih

mengedepankan pandangan Tokoh Masyarakat Desa Jorong Sitiung tentang

perceraian di luar Pengadilan Agama yang mana Tokoh Masyarakat tersebut

berpendapat bahwa perceraian cukup difasilitasi oleh tokoh masyarakat

setempat dan faktor penyebab terjadinya perceraian di luar Pengadilan Agama

karena kurangnya pengetahuan hukum masyarakat tentang perceraian, faktor

ekonomi yang rendah serta jauhnya jarak tempat tinggal masyarakat Desa

Sitiung dengan Pengadilan Agama14

. Sedangkan dalam skripsi ini penulis

membahas tentang dampak yang ditimbulkan dari Perceraian di luar

Pengadilan Agama.

14 Deprianto, pandangan tokoh masyarakat terhadap thalak di luar Pengadilan Agama

(Studi di Jorong Sitiung Kenagarian sitiung kec.Sitiung Kab. Dharmasyara), (skripsi fakultas

Fakultas Syariah UIN Kalijaga, Jogjakarta, 2009).

Page 24: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

11

Mizzatul Izzah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh

Nurjati Cirebon dengan judul Skripsi “Perceraian Dari Perkawinan Resmi

yang Dilakukan di Luar Pengadilan Agama di desa Rengas Pendawa Kec.

Larangan Kab. Brebes (Studi Terhadap Faktor Penyebab dan Akibat yang

Ditimbulkan)”. Tahun 2015. Skripsi ini menggunakan metode penelitian

Lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun

langsung ke daerah objek penelitian guna memperoleh data. Skripsi ini lebih

membahas tentang faktor penyebab dan akibat yang ditimbulkan dari

Perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan Agama di Desa Rengas

Pandawa yang mana hasil penelitiannya menemukan bahwa faktor

penyebabnya adalah faktor ekonomi, masalah waktu, masalah pribadi yang

harus ditutupi dan kurangnya kesadaran hukum masyarakat dan akibatnya

perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan tersebut tidak mempunyai

Hukum tetap.15

Sedangkan yang akan dibahas penulis adalah prosedur

pernikahan selanjutnya setelah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama.

Miftahul Jannah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Nahdlatul Ulama dengan judul Skripsi “Cerai Tanpa Putusan Pengadilan

Agama Dalam Hukum Islam dan Positif)”. Tahun 2015. Skripsi ini

menggunakan metode penelitian library Research, dimana data-data yang

diambil dari buku yang ada yang berhubungan dengan judul yang telah

diambil oleh penulis untuk mencari jawaban atas masalah yang ada. Skripsi

ini lebih mengedepankan pembahasan tentang perceraian di luar Pengadilan

Agama ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif yang mana hasil

penemuannya menjelaskan bahwa perceraian yang dilakukan di luar

Pengadilan Agama dianggap sah oleh Agama sedangkan tidak sah menurut

Hukum positif.16

Sedangkan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini

15 Mizzatul Izzah, Perceraian dari perkawinan resmi yang dilakukan di luar Pengadilan

Agama di desa Rengas Pandawa kec. Larangan Kab. Brebes (studi terhadap faktor penyebab dan

akibat yang ditimbulkan), (Skripsi fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati,

Cirebon, 2015). 16 Miftahul Jannah, Cerai tanpa putusan Pengadilan Agama dalam Hukum Islam dan

Positif, (Skripsi Fakutas Syariah dan Hukum Universitas Islam Nahdlatul Ulama, 2015).

Page 25: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

12

adalah faktor dan dampak yang ditimbulkan dari perceraian di luar

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini,

maka penulis mengklasifikasikan dan menjelaskan permasalahan dalam

beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang diuraikan tentang

latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatas dan perumusan

masalah, manfaat dan tujuan penelitian, metode penelitian, review studi

terdahulu, beserta sistematika penulisan.

Bab Kedua, merupakan kajian teoretis tentang Perceraian perspektif

Hukum Islam dan Undang-undang Perkawinan. Di dalam Bab ini penulis

menjelaskan pembahasan pengertian perceraian, Dasar Hukum Perceraian,

macam-macam perceraian dan akibat hukumnya, syarat dan rukun perceraian,

Faktor – faktor perceraian, tata cara Perceraian menurut Undang-Undang dan

Kompilasi Hukum Islam.

Bab Ketiga, merupakan gambaran umum Desa Mekarjaya. Dalam bab

ini penulis menjelaskan tentang sejarah Desa Mekarjaya, letak geografis

demografis dan kondisi sosiologis.

Bab keempat, menjelaskan pembahasan faktor penyebab terjadinya

perceraian di luar Pengadilan Agama, prosedur pernikahan selanjutnya

setelah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama, dampak dari perceraian

di luar Pengadilan Agama dan Analisis penulis. Sedangkan pada Bab kelima

skripsi ini akan membahas kesimpulan dan saran.

Page 26: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

13

BAB II

PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG

A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukum Perceraian

1. Pengertian Perceraian

Islam mengatur keluarga dengan segala perlindungan dan

pertanggung syariat nya. Islam juga mengatur hubungan lain jenis yang

didasarkan pada perasaan yang tinggi, yakni pertemuan dua tubuh, dua

jiwa, dua hati, dan dua roh. Dalam bahasa yang umum, pertemuan dua

insan yang diikat dengan kehidupan yang bersama, cita-cita bersama,

penderitaan yang bersama, dan masa depan bersama untuk menggapai

keturunan yang tinggi dan menyongsong generasi yang baru. Tugas ini

hanya dapat dilakukan oleh dua orang tua secara bersama yang tidak

dapat dipisahkan.17

Pada hakikatnya, dalam membina kehidupan berumah tangga

haruslah berprinsip pada nilai-nilai mawaddah, rahmah dan cinta kasih,

yaitu bahwa pasangan suami isteri harus dapat memerankan perannya

masing-masing, sehingga satu dengan lainnya saling melengkapi. Di

samping itu juga harus diwujudkan keseragaman, keeratan, kelembutan

dan pengertian satu sama lain sehingga rumah tangga menjadi hal yang

sangat menyenangkan, penuh kebahagiaan, kenikmatan dan melahirkan

generasi yang baik yang merasakan kebahagiaan seperti orang tuanya.

Namun dalam praktiknya, kehidupan berumah tangga tidak selalu

sesuai dengan yang dicita-citakan. Cobaan dalam hubungan kerap kali

dirasakan. Pertengkaran yang tidak diharapkan bahkan rasa kasih sayang

yang mulai memudar sehingga tidak lagi menjadikan hubungan

pernikahan itu harmonis. Perbaikan dan perdamaian sudah coba

17

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih

Munakahat,(Jakarta: Amzah, 2009), h.251.

Page 27: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

14

dilakukan, bahkan upaya perdamaian sudah melibatkan keluarga kedua

belah pihak (keluarga suami & isteri) tetapi tidak juga membuahkan

hasil. Maka jalan terbaik agar tidak saling menyakiti adalah bercerai.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata cerai diartikan dengan

pisah atau putus.18

Perceraian dalam istilah ahli fiqih disebut thalak atau

furqah. Thalak berarti membuka ikatan, membatalkan perjanjian.

“Furqah” berarti “bercerai”, lawan dari berkumpul. Kemudian kedua

perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli-ahli fiqih yang berarti perceraian

antara suami isteri.19

Dalam istilah fiqih, kata “thalak” dan “furqah” memiliki artian

umum dan artian khusus. Menurut artian umum bahwa thalak ialah

segala bentuk perceraian yang diucapkan seorang suami yang telah

ditetapkan oleh hakim dan perceraian yang jatuh dengan sendirinya

seperti perceraian yang disebabkan karena meninggalnya seorang suami

atau seorang isteri. Kemudian dalam artian khususnya bahwa thalak ialah

perceraian yang diucapkan oleh seorang suami saja.

Ahli Fiqih terdahulu, yaitu ahli fiqih pada masa sebelum abad ke

20 Masehi, lebih menekankan arti “thalak” pada artian umum, bukan

artian khususnya. Hal ini dapat dilihat dari kitab-kitab Fiqih lama yang

menjelaskan soal bab perceraian dengan judul “Kitaabut Thalaq”.

Berbeda dengan para ahli Fiqih lama, para ahli Fiqih saat ini lebih

banyak menekankan arti “thalak” dengan artian khusus yang telah

dijelaskan di atas.20

Sedangkan menurut bahasa, thalak diambil dari kata ”ithlaq” yang

artinya “melepaskan atau meninggalkan”. Menurut syara, thalak yaitu:

18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Bandung:

Al-Ma‟arif, 1990), cet, Ke-7, h.9. 19 Kamal Muchtar Asas-Asas Hukum Tentang Perkawinan,(Jakarta: Bulan Bintang,

1974) Cet. Ke-3, h.156. 20 Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Tentang Perkawinan, h.157.

Page 28: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

15

بء ا اج سبطت اض جت ح عللت اض 21ا

Artinya: melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami

isteri.22

Al-Jaziry mendefinisikan:

ص خص بفع ح مصب اطلق اصات اىح ا

Artinya: Thalak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau

mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-

kata tertentu.23

Ali Affandi SH berpendapat bahwa perceraian adalah salah satu

sebab putusnya perkawinan. Jadi kesimpulannya bahwa perceraian

adalah putusnya perkawinan ketika kedua belah pihak masih hidup

dengan didasarkan kepada alasan-alasan yang dibenarkan dan ditetapkan

di pengadilan. Maka dengan adanya perceraian ini, perkawinan antara

suami isteri putus dan tidak ada lagi hubungan diantara keduanya, akibat

logis nya, hak dan kewajiban mereka sebagai suami isteri tidak lagi

menjadi hak dan kewajiban mereka.24

Adapun thalak menurut KHI adalah ikrar suami di hadapan sidang

Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,

dengan cara-cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131

yakni mengenai pengajuan permohonan perceraian, upaya hukumnya dan

prosedur perceraian25

. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tidak dijelaskan secara terperinci mengenai pengertian thalak akan

tetapi dalam pasal 39 Ayat 2 dijelaskan bahwa perceraian dapat

dilakukan jika memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

21 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Alma‟arif, 1990), cet, ke-7, h. 206. 22 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet-I, h.192. 23 Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu (Beirut: Dar al-Fikr) Juz IX,

h.864. 24

Happy Marpaung, Masalah Perceraian, (Bandung: Tonis, 1983), h.16. 25 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 117.

Page 29: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

16

2. Dasar Hukum Perceraian

Asal hukum perceraian ialah makruh, karena perceraian dapat

menghilangkan kemaslahatan perkawinan dan juga mengakibatkan

keretakan keluarga.26

Mengenai hal ini, Rasulullah Saw bersabda dalam

sebuah hadits:

اطلق. اب داد ج ص لبي: ابغض احلي اى هللا عض اب ش ا ع اب ع

اب بج

Artinya: “Sesuatu yang halal yang sangat dibenci Allah adalah

perceraian.” (HR. Ibnu Majah).27

Namun para ulama berbeda pendapat dalam menentukan dasar

hukum thalak. Mayoritas ulama berpendapat bahwa thalak itu terlarang

jika dilakukan dengan alasan yang tidak benar. Thalak dekat dengan

kufur (ingkar, merusak, menolak) terhadap nikmat yang telah diberikan

Allah Swt. Sedangkan perkawinan merupakan salah satu nikmat Allah.

Jadi tidak halal bercerai jika tidak dalam kondisi yang mengharuskan

bercerai. Kondisi tersebut ketika seorang suami meragukan tingkah laku

isterinya, tidak ada lagi rasa cinta di dalam keluarga dan pertengkaran di

dalam keluarga yang jika diteruskan hanya akan membawa kemudaratan.

Jika tidak didasari alasan-alasan itu, maka perceraian dianggap kufur

kepada nikmat Allah Swt.28

Allah SWT telah mengatur masalah perceraian dengan menurunkan

Ayat-ayat Al-Qur‟an diantaranya:

Q.S Al-Baqarah ayat 230:

26 Kamaluddin, Abu Hilmi, Menyingkap Tabir Perceraian, (Jakarta: Pustaka Al Shofwa,

2005), h.202. 27

Hakim, Irfan Maulana, Bulughul Maram, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), h.437. 28 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000) h.158.

Page 30: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

17

شۥ فئ طمب فل جبح ع ب غ ج بعذ حخى حىح ص ۥ ب فئ طمب فل حح

ع ب م ب ه حذد ٱلل ح ب حذد ٱلل أ خشاجعب إ ظب أ م

Artinya: “Kemudian jika si suami menthalaknya (sesudah thalak yang

kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga

dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang

lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya

(bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika

keduanya berpendapat akan menjalankan hukum-hukum Allah.

Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum

yang (mau) mengetahui.” (Q.s Al-Baqarah ayat 230).

Ayat diatas menjelaskan bahwa jika seorang suami telah menthalak

isterinya sampai tiga kali, tidak dapat merujuk kembali isterinya kecuali

mantan isterinya tersebut sudah menikah dengan laki-laki lain dan

bercerai serta berakhir masa iddahnya.

Q.S Al-Baqarah ayat 231:

ٱسبء فبغ إرا طمخ ل عشف ب ح سش عشف أ ب سى فأ أج

ج ٱلل ا ءا ل حخخز فسۥ ه فمذ ظ ر فع

ضشاسا خعخذا سى ا ح ض

ى ع ج ٱلل ٱروشا ع ٱحما ٱلل ۦ ت عظى ب حى ٱ ب ىخ ٱ ى ب أضي ع

ء ع ش بى ٱلل ا أ ٱع

Artinya: “Apabila kamu menthalak isteri-isterimu, lalu mereka

mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan

cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang

ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi

kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya

mereka. Barang siapa berbuat demikian, maka sungguh ia

telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu

jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat

Page 31: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

18

Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu

yaitu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi

pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu.

Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.s Al-Baqarah

ayat 231).

Menurut tafsir dalam kitab Syaikh Muhammad Ali Ash-Sabuni,

ayat di atas menjelaskan bahwa suami dianjurkan untuk merujuk isteri

tanpa memberi mudarat dan tidak menyakiti atau tinggalkanlah mereka

hingga batas iddahnya habis dengan cara yang baik, yaitu dengan tidak

memperpanjang iddah mereka. Hal ini menjadi kecaman bagi manusia

karena dahulu ada suami meninggalkan isteri yang sedang berada dalam

masa iddah, lalu ketika masa iddah isterinya yang dicerai hampir

berakhir, dia merujuknya kembali untuk memberi kemudaratan

kepadanya, yaitu demi memperpanjang masa iddah bukan karena

kecintaan dia kepada isterinya. Merujuki dengan tujuan memberi mudarat

atau untuk membencinya dengan meminta tebusan merupakan tindakan

zalim terhadap dirinya sendiri karena menjerumuskan dirinya kepada

siksaan Allah.

Dalam ayat ini Allah juga memerintahkan para wali perempuan

untuk tidak menghalang-halangi perempuan-perempuan yang ingin

kembali kepada suaminya jika keadaan di antara suami-isteri menjadi

baik dan ada tanda-tanda penyesalan dari kedua pihak, serta keduanya

rela untuk kembali menjadi suami isteri.29

Q.s Al-Baqarah ayat 232:

29

Syaikh Muhammad Ali Ash-Sabuni, Shafwatuttafsir, (Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2010), h.304.

Page 32: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

19

إرا طم ا ب ض إرا حش ج أص أ ىح فل حعض أج ٱسبء فبغ خ

أصوى ى ى ٱلخش ر ٱ بٲلل ؤ ى وب ه عع بۦ

عشف ر بٲ

أطش ل حع أخ ع ٱلل

Artinya: “Apabila kamu menthalak isteri-isterimu, lalu habis masa

iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi

mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah

terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma’ruf.

Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman

diantara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik

bagimu dan lebih suci. Alah mengetahui, sedang kamu tidak

mengetahui”. (Q.s Al-Baqarah ayat 232).

Ayat di atas menganjurkan para wali dari seorang wanita yang

telah dicerai oleh suaminya dan telah selesai masa iddahnya untuk tidak

menghalang-halangi wanita itu untuk menikah kembali dengan bekas

suaminya atau dengan orang lain apabila telah terdapat kerelaan di antara

mereka dengan cara yang ma‟ruf.30

Q.S At-Thalaq ayat 1:

ٱحما ٱلل ة عذ أحصا ٱ ح عذ ٱسبء فطم إرا طمخ ب ٱب أ ل سبى

إل ل خشج بح حخشج ه حذد ٱلل ح ت ب حةت بف أ أح

شا ه أ حذد بعذ ر ٱلل فسۥ ل حذسي ع فمذ ظ خعذ حذد ٱلل

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka

hendaklah kamu menceraikan mereka pada waktu mereka

dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah

waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.

Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan

janganlah mereka (diizinkan) keluar kecuali mereka

30 Mardani, Tafsir Ahkam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), Cet. Ke-1, h. 283.

Page 33: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

20

mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum

Allah dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah,

maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya

sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan

sesudah itu sesuatu yang baru”. (Q.s At-Thalaq ayat 1).

Ayat diatas menjelaskan bahwa thalak boleh dijatuhkan ketika

isteri dalam keadaan suci yang disebut juga dengan thalak sunny.

Dijelaskan dalam ayat ini pula bahwa Allah melarang menjatuhkan

thalak kepada isteri dalam keadaan tidak suci (dalam masa haid), thalak

ini disebut juga dengan thalak bid’i.31

Pada dasarnya hukum asal dari thalak itu adalah makruh, namun

hukum makruh tersebut dapat berubah dengan melihat keadaan dan

dalam situasi tertentu, maka hukum thalak itu adalah sebagai berikut:

a. Nadad atau Sunnah yaitu dalam rumah tangga sudah tidak dapat

dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudaratan yang

lebih banyak akan timbul.

b. Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian

dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu

sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya.

c. Wajib atau harus dilakukan. Yaitu perceraian yang mesti dilakukan

oleh hakim terhadap seorang yang telah bersumpah untuk tidak

menggauli isterinya sampai waktu tertentu, sedangkan ia tidak mau

pula membayar kafarah sumpah agar ia dapat bergaul dengan

isterinya. Tindakannya itu memudaratkan isterinya.

d. Haram thalak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan isteri dalam

keadaan haid, atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli32

31 Moh Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam

dan Hukum Materil (Tangerang Selatan: Yasmi, 2018), h.273. 32Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: prenada Media,

2007), Cet, ke-2, h.200.

Page 34: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

21

Di Indonesia sendiri perceraian diatur Dalam UU No 1 Tahun

1974. Dalam pasal 39 menyebutkan bahwa:

3. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

4. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami

isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Tatacara

perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam Peraturan

Perundangan.33

Sama halnya dengan Kompilasi Hukum Islam Pasal 115,

menyebutkan bahwa: Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang

Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak.34

B. Macam-Macam Thalak dan Akibat Hukumnya

Menurut Drs. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.A dalam bukunya yang

berjudul Fiqh Munakahat, thalak terbagi dalam beberapa macam, diantaranya:

1. Waktu

Ditinjau dari segi waktu jatuhnya thalak, dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Thalak Sunny

Menurut Sayyid Sabiq thalak sunny adalah thalak yang berjalan

sesuai dengan ketentuan agama, yaitu seorang yang menthalak

perempuan yang pernah dicampuri dengan sekali thalak di masa bersih

dan belum dicampuri selama bersih itu.35

Sama halnya dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 121

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan thalak sunny adalah

thalak yang dibolehkan, yaitu thalak yang dijatuhkan terhadap isteri

33 UU No 1 Tahun 1974 Pasal 39. 34

Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 115. 35 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1990) cet, ke-7, h.42.

Page 35: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

22

yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.36

Adapun syarat untuk memenuhi thalak sunny, sebagai berikut:

1) Isteri yang dithalak sudah pernah digauli,

2) Isteri dapat segera melakukan iddah suci setelah dithalak, yaitu

dalam keadaan suci dari haid. Menurut ulama syafi‟iyah,

perhitungan iddah bagi wanita berhaid adalah tiga kali suci, bukan

tiga kali haid,

3) Thalak itu dijatuhkan ketika isteri dalam keadaan suci, baik di

permulaan, di pertengahan maupun di akhir suci, kendati

beberapa saat lalu datang haid, Suami tidak pernah menggauli

isteri selama masa suci dimana thalak itu dijatuhkan.

b. Thalak Bid‟i

Thalak bid‟i adalah thalak yang dijatuhkan tidak sesuai atau

bertentangan dengan tuntunan sunnah. Senada dengan pengertian

diatas, dalam pasal 122 Kompilasi Hukum Islam mendefinisikan

thalak bid‟i adalah thalak yang dilarang, yaitu thalak yang dijatuhkan

pada waktu isteri dalam keadaan haid, atau isteri dalam keadaan suci

tatapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut.37

Adapun syarat untuk memenuhi thalak Bid‟i, sebagai berikut:

1) Thalak yang dijatuhkan terhadap isteri pada waktu haid, baik di

permulaan haid maupun di pertengahannya,

2) Thalak yang dijatuhkan terhadap isteri ketika dalam keadaan suci,

namun ia pernah digauli oleh suaminya pada masa suci tersebut.38

2. Kehendak Mutlak Suami Menjatuhkan Thalak

Ditinjau dari segi kehendak mutlak suami menjatuhkan thalak, dibagi

menjadi dua macam yaitu:

a. Thalak Raj‟i

Menurut etimologi pengertian thalak raj‟i adalah thalak yang

dimana seorang suami dapat merujuk kembali mantan isterinya.39

36 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 121. 37

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 122. 38 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet.I, h.194.

Page 36: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

23

Sedangkan menurut terminologi thalak raj‟i adalah thalak yang

dijatuhkan oleh pihak suami kepada pihak isteri yang pernah digauli

untuk pertama atau kedua kalinya. Pengertian tersebut sama dengan

yang disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 118 bahwa yang

dimaksud dengan thalak raj‟i adalah thalak kesatu atau kedua yang

dimana seorang suami dapat merujuk kembali mantan isterinya.

Dr. As-siba‟i mengatakan bahwa thalak raj‟i adalah thalak yang

tidak memerlukan akad nikah, mahar dan tidak memerlukan persaksian

untuk merujuk kembali mantan isterinya. Setelah jatuh thalak Raj‟i,

isteri wajib menjalankan masa iddah. Jika mantan suami hendak

merujuk kembali mantan isterinya maka rujuk tersebut dapat dilakukan

sebelum berakhir masa iddah dengan menyatakan rujuk. Namun jika

dalam masa iddah tersebut mantan suami tidak menyatakan rujuk,

maka untuk kembali merujuk mantan isterinya diperlukan akad nikah

baru dan mahar baru karena kedudukan thalak raj‟i telah berubah

menjadi thalak ba‟in. Thalak raj‟i hanya terjadi pada thalak pertama

dan kedua saja, berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat

229:

فئ حب ش ك ب ٱط أ حأخزا ى ل ح بئحس حسشح عشف أ سبن ب

ش خ فل ءاح ب حذد ٱلل أل م خفخ فئ ب حذد ٱلل أ خبفب أل م ب إل

ب ب ف جبح ع خعذ حذد ٱلل فل حعخذب ه حذد ٱلل ۦ ح ٱفخذث ب

ٱظ ئه

٢فأ

Artinya: “Thalak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk

lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan

cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali

sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,

kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir

bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan

39

Sayyid sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1990), cet, ke-7, h.58.

Page 37: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

24

hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus

dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu

melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum

Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-

Baqarah: 229).

Ayat diatas menjelaskan bahwa thalak yang bisa dirujuk hanya dua

kali dan thalak yang sesuai dengan syariat Islam adalah thalak satu

demi satu, tidak menjatuhkan thalak sekaligus. Jika suami ingin

merujuk kembali isterinya harus dengan cara yang ma‟ruf dan jika

ingin menceraikannya harus dengan cara yang baik juga.40

Isteri yang menjalani iddah raj‟iyah, jika ia taat dan baik terhadap

suaminya, maka ia berhak memperoleh tempat tinggal, pakaian dan

uang belanja dari suaminya. Tetapi jika ia durhaka, maka tidak berhak

mendapat apa-apa.41

b. Thalak Ba‟in

Thalak ba‟in yaitu thalak yang tidak memberi hak merujuk mantan

suami terhadap mantan isterinya. Untuk merujuk mantan isteri maka

diperlukan akad nikah baru, mahar baru, lengkap dengan rukun dan

syarat-syaratnya. Thalak ba‟in terbagi menjadi 2 macam :

1) Thalak ba’in sugro, yaitu thalak yang menghilangkan kepemilikan

bekas suami terhadap isteri tetapi tidak menghilangkan kehalalan

bekas suami untuk kawin kembali dengan bekas isteri.42

Yang

termasuk thalak bain sugro adalah thalak sebelum berkumpul,

thalak dengan penggantian harta (khulu’) dan thalak karena aib

(cacat badan). Seperti halnya yang disebutkan dalam Kompilasi

40 Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang

Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta: Bina Cipta, 1987), h.60. 41 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: Rajawali

pers, 2014), cet, Ke-4, h.308. 42

A. Zuhdi Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998)

Cet, Ke-30, h.55.

Page 38: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

25

Hukum Islam Pasal 199 ayat 2 yang dimaksud dengan thalak bain

sugra adalah :

a) Thalak yang terjadi qabla al-dukhul (sebelum berhubungan

seksual)

b) Thalak dengan tebusan atau Khulu’‟

c) Thalak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama43

2) Thalak ba’in kubro yaitu thalak yang menghilangkan kepemilikan

bekas suami terhadap bekas isteri serta menghilangkan kehalalan

bekas suami untuk kawin kembali dengan bekas isterinya, kecuali

setelah bekas isteri itu kawin dengan laki-laki lain, telah berkumpul

dengan suami kedua itu serta telah bercerai secara wajar dan telah

selesai menjalankan iddahnya.44

Dalam kompilasi Hukum Islam

pasal 120 menyebutkan bahwa pengertian thalak ba‟in kubra

adalah thalak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Thalak jenis ini

tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahi kembali, kecuali

apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas isteri menikah

dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba‟da dukhul

dan habis masa iddahnya.45

Seorang perempuan yang menjalani masa idah thalak ba‟in,

jika dia hamil maka berhak mendapatkan tempat tinggal dan

nafkah, namun jika tidak hamil hanya berhak memperoleh tempat

tinggal. Bagi perempuan yang menjalani masa idah wafat dalam

kondisi hamil, maka ia tidak berhak mendapatkan nafkah dan

tempat tinggal dari mantan suaminya karena ia dan anak yang

dikandungnya menjadi pewaris harta yang ditinggalkan.

Sedangkan perempuan yang dithalak suaminya sebelum dikumpuli

(qabla al-dukhul) tidak memiliki masa iddah, Akan tetapi berhak

mendapatkan mut’ah atau pemberian. Selanjutnya baik mantan

43 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 119. 44 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia

(jakarta: Prenada Media Group, 2004), Cet, ke-3, h.224. 45 Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 120.

Page 39: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

26

suami atau mantan isteri harus memperhatikan kesejahteraan anak.

Jika anak itu masih dalam kandungan maka sang ibu harus

menjaga baik-baik, demikian juga ketika anak menyusui kepada

ibunya sampai anak itu bisa berdiri. Adapun tanggung jawab

nafkah tetap menjadi kewajiban bapaknya. Jika anak tersebut

sudah mengerti, maka dipersilahkan untuk memilih untuk

mengikuti ibunya atau bapaknya.46

3. Kehendak Isteri Menjatuhkan Thalak (Khulu’)

Khulu’ adalah putusnya ikatan perkawinan karena pihak isteri telah

memberikan hartanya untuk membebaskan dirinya dari ikatan perkawinan.

Selain itu khulu’ adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri

dengan memberi tebusan uang „iwad’ kepada dan atas persetujuan

suaminya. Oleh karena itu khulu’ adalah perceraian yang terjadi dalam

bentuk mengurangi jumlah thalak dan tidak dapat dirujuk. Hal ini

berdasarkan pasal 161 KHI yang berbunyi “perceraian dengan jalan khulu’

mengurangi jumlah thalak dan tidak dapat dirujuk.”47

Khulu’ terjadi harus berdasarkan alasan yang kuat berdasarkan

Kompilasi Hukum Islam pasal 124 yang berbunyi: “khulu’ Harus

berdasarkan alasan perceraian sesuai ketentuan pasal 116”.48

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 149 dijelaskan tentang akibat

putusnya perkawinan sebagai berikut.

Pasal 149

Bilamana perkawinan putus karena thalak, maka berkas suami wajib:

(1) Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa

uang atau benda, kecuali mantan isteri tersebut belum dicampuri

(2) Memberi nafkah, maskan (tempat tinggal), dan kiswah (pakaian)

kepada bekas isteri selama dalam idah, kecuali mantan isteri telah

dijatuhi thalak ba‟in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

46 Tihami dan Sohari Sahrani Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, h.314. 47

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.79. 48 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 124.

Page 40: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

27

(3) Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya atau separuhnya

apabila qabla al-dukhul.

(4) Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum

mencapai umur 21 tahun.

Ketentuan pasal 149 KHI tersebut bersumber dari surah Al-Baqarah

ayat 235 dan 23649

Adapun akibat yang ditimbulkan dari perceraian menurut

Kompilasi Hukum Islam pasal 156 adalah

Pasal 156

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

(a) Anak yang belum mumayiz berhak mendapatkan hadhanah dari

ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka

kedudukan digantikan oleh:

(1) Wanita-wanita dalam garis lurus dari ibu

(2) Ayah

(3) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah

(4) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

(5) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari

ayah

(b) Anak yang sudah mumayiz berhak memilih untuk memilih

hadhanah dari ayah dan ibunya

(c) Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin

keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan

hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang

bersangkutan, Pengadilan Agama dapat memindahkan hak

hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula.

(d) Semua biaya hadhanah nafkah anak menjadi tanggungan ayah

menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak

tersebut dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21 tahun).

49 Zainudin Ali, Hukum perdata Islam di Indonesia, h.77.

Page 41: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

28

(e) Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama memberikan putusan nya berdasarkan huruf (a),

(b), (c), dan (d).

(f) Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya

menetapkan jumlah biaya banyak untuk pemeliharaan dan

pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.50

Mengenai nafkah anak, undang-undang mengaturnya dalam pasal

45 UUPA yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban orang tua kepada

anak bahwa:

1. Kedua orang tua memiliki kewajiban memelihara dan mendidik anak-

anak mereka dengan sebaik-baiknya.

2. Kewajiban tersebut berlaku sampai anak-anaknya menikah dan dapat

berdiri sendiri dari kewajiban tersebut dan berlaku terus menerus

meskipun pernikahan orang tua putus.51

Sedangkan untuk pembagian harta bersama diatur dalam Kompilasi

Hukum Islam pasal 97 yang berbunyi: janda atau duda cerai masing-

masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain

dalam perjanjian perkawinan.52

4. Cara Penyampaian Thalak

Ditinjau dari segi cara suami menyampaikan thalak terhadap

isterinya terbagi dalam beberapa macam, yaitu:

a. Thalak dengan ucapan, yaitu thalak yang disampaikan oleh suami

dengan ucapan di hadapan isterinya dan isteri mendengar secara

langsung ucapan suaminya itu.

b. Thalak dengan tulisan, yaitu thalak yang disampaikan oleh suami

secara tertulis lalu disampaikan kepada isterinya kemudian

isterinya membaca dan memahami isi dan maksud surat tersebut.

50 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 156. 51

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 (UUPA) Pasal 45. 52 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 97.

Page 42: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

29

c. Thalak dengan isyarat, yaitu thalak yang dilakukan dalam bentuk

isyarat oleh suami yang tuna wicara (bisu) dapat dipandang sebagai

alat komunikasi untuk memberikan pengertian dan menyampaikan

maksud dan isi hati.

d. Thalak dengan utusan, yaitu thalak yang disampaikan oleh suami

kepada isterinya melalui perantaraan orang lain sebagai utusan

untuk menyampaikan maksud suami itu kepada isterinya yang tidak

berada di hadapan suami.53

Thalak dianggap sah dengan mengirim

seorang utusan untuk menyampaikan kepada isterinya yang berada

di tempat lain bahwa ia telah dithalak. Dalam hal ini utusan tadi

bertindak selaku orang yang Menthalak. Karena itu thalaknya sah.54

C. Faktor-Faktor Perceraian

Untuk melakukan perceraian dibutuhkan alasan yang kuat. Setidaknya

ada 4 kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga

yang dapat memicu terjadinya perceraian. Diantaranya:

1. Terjadinya Nusyuz dari Pihak Isteri kepada Suami

Arti kata nusyuz ialah membangkang, menurut Slamet Abidin dan

H. Aminuddin berarti durhaka.55

Nusyuz bermakna kedurhakaan yang

dilakukan seorang isteri kepada suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam

bentuk pelanggaran perintah, penyelewengan dan hal-hal yang dapat

mengganggu keharmonisan rumah tangga.56

Adapun beberapa perbuatan yang dilakukan isteri yang termasuk

Nusyuz, antara lain sebagai berikut:

a. Isteri tidak mau pindah mengikuti suami untuk menempati rumah

yang telah disediakan sesuai dengan kemampuan suami, atau isteri

meninggalkan rumah tanpa seizin suami.

53 Zainudin Ali, Hukum perdata Islam di Indonesia, h.80. 54

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h.150. 55

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, h.185. 56

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

h.209.

Page 43: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

30

b. Apabila kedua tinggal di rumah isteri atas seizin isteri, kemudian

pada suatu ketika isteri melarangnya untuk masuk ke rumah itu dan

bukan karena hendak pindah rumah yang disediakan oleh suami.

c. Isteri menolak ajakan suaminya untuk menetap di rumah yang

disediakan tanpa alasan yang pantas.

d. Apabila isteri bepergian tanpa suami atau mahram ya walaupun

perjalanan itu wajib, seperti haji, karena perjalanan perempuan

tidak dengan suami atau mahram nya termasuk maksiat.57

Apabila suami melihat bahwa isteri akan berbuat hal-hal

semacam itu, maka ia harus memberi nasihat dengan baik, kalau

ternyata isteri masih berbuat durhaka, hendaklah suami berpisah

ranjang. Kalau isteri masih berbuat semacam itu, dan meneruskan

kedurhakaan nya, maka suami boleh memukulnya dengan syarat tidak

melukai badannya.

Menurut Amir Syarifuddin, ada 3 tahapan yang harus dilakukan

untuk menghadapi isteri yang nusyuz, yaitu:

Pertama, jika melihat tanda-tanda isteri akan nusyuz, seorang suami

harus memperingati dan menasihati isterinya bahwa yang

dilakukannya dilarang oleh agama dan menimbulkan risiko yang

membuat dia kehilangan haknya sebagai isteri. Jika isteri kembali

menjadi isteri yang baik maka masalah terselesaikan dan tidak boleh

diteruskan.

Kedua, jika setelah dinasihati dan diberi peringatan tetap tidak ada

perbaikan dan tindakan nusyuznya semakin terlihat nyata, maka usaha

berikutnya yaitu pisah tempat tidur atau tidak melakukan hubungan

seksual.

Ketiga, jika setelah pisah ranjang tidak ada perbaikan bahkan tetap

nusyuz, maka suami boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak

57 Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, h.186.

Page 44: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

31

menyakiti.58

Dalam hal memukul, janganlah sampai melukai

badannya, jauhilah muka dan tempat-tempat lain yang

membahayakan, karena tujuan memukul bukanlah untuk menyakiti,

tetapi untuk memberi pelajaran (ta’jir).59

2. Terjadinya Nusyuz dari Pihak Suami kepada Isteri

Kemungkinan nusyuz tidak hanya datang dari isteri tetapi dapat

datang juga dari suami. Selama ini sering di salah pahami bahwa

nusyuz hanya datang dari pihak isteri saja. Padahal nusyuz juga bisa

terjadi dari pihak suami.

Kemungkinan nusyuznya dari pihak suami dapat terjadi dalam

bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya

terhadap isterinya, baik nafkah lahir maupun nafkah batin. Seorang

suami harus memperlakukan isterinya dengan cara yang baik dan

dilarang menyakiti isterinya baik lahir maupun batin, fisik dan mental.

Jika ini terjadi dapat dikatakan suatu bentuk nusyuz suami terhadap

isterinya.

3. Terjadinya Syiqaq

Jika dua kemungkinan yang sudah disebutkan diatas

menggambarkan satu pihak yang menggambarkan satu pihak yang

melakukan nusyuz sedangkan pihak lainnya dalam kondisi normal,

maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya

terlibat dalam syiqaq (percekcokan), misalnya disebabkan kesulitan

ekonomi sehingga keduanya sering bertengkar.

Syiqaq berarti perselisihan atau retak. Menurut istilah fikih, syiqaq

berarti perselisihan suami isteri yang diselesaikan oleh dua orang

hakam, yaitu hakam dari pihak suami dan hakam dari pihak isteri.60

Ada perbedaan antara nusyuz dan syiqaq seperti halnya yang

diungkapkan oleh Norzulali Mohd Ghazali, yaitu:

58 Moh Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam

dan Hukum Materil, h.114. 59

Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah, h.187. 60 Tihami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah, h.188.

Page 45: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

32

Pertama, nusyuz hanya melibatkan satu pihak yaitu suami atau isteri

yang tidak menjalankan kewajibannya terhadap pasangan mereka.

Sedangkan syiqaq melibatkan antara keduanya, dalam arti lain suami

dan isteri sama-sama tidak menjalankan kewajibannya terhadap

pasangan mereka.

Kedua, nusyuz pada kebiasaannya belum sampai pada tahap kritikal

dan tidak memerlukan pihak luar untuk menyelesaikannya. Sedangkan

syiqaq memerlukan pihak luar untuk menyelesaikan masalahnya yang

disebut juga dengan hakam.

Dasar hukum syiqaq terdapat dalam firman Allah Swt Q.S Annisa

ayat 35 yang berbunyi:

ب ح ب إ شذا إص أ ب حى ۦ أ ب ب فٲبعثا حى شمبق ب خفخ إ

ا ب خبش ع وب ٱلل ب إ ب فك ٱلل

Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan diantara

keduanya, maka kirimkanlah seorang hakam dari keluarga

laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika

kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,

niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.

Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha

mengenal”. (Q.s An-Anisa ayat 35).

Ayat diatas menjelaskan bahwa tidak ada alternatif lain selain

islah dari hakam. Hakam berusaha sekuat tenaga untuk mendamaikan

suami dan isteri tersebut. Namun jika tidak berhasil, barulah

mengambil jalan perceraian sebagai alternatif lain.61

4. Salah Satu Pihak Melakukan Zina (Fahisyah)

Dalam hubungan rumah tangga, tidak menutup kemungkinan

salah satu pihak baik itu pihak suami maupun isteri melakukan perbuat

zina yang mengakibatkan saling tuduh menuduh antara keduanya, cara

61

Moh Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam

dan Hukum Materil, h.118.

Page 46: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

33

menyelesaikannya adalah dengan cara membuktikan yang

didakwakan, dengan cara li‟an.62

Adapun faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya perceraian

dalam kehidupan berumah tangga yang tercantum pada KHI Pasal 116

adalah sebagai berikut:

KHI pasal 116

Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan:

1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lain diluar kemampuannya;

3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain;

5) Salah satu pihak mendapat cacat baban atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;

6) Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga;

7) Suami melanggar taklik thalak;

8) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga.63

62

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

h.212. 63 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 116.

Page 47: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

34

Sama halnya dengan KHI PP No. 9 Tahun 1975 pasal 19

menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan sebagai

berikut:

1) salah satu pihak berbuat zina dan menjadi pemabuk, pemadat, penjudi

dan lainnya yang sukar untuk disembuhkan;

2) salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama (2) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal

lain diluar kemampuannya;

3) salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain;

4) salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

5) Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.64

D. Syarat dan Rukun Perceraian

1. Syarat Thalak

a) Ikatan suami isteri

Syarat jatuhnya thalak adalah adanya ikatan suami isteri, jika tidak

ada ikatan suami isteri maka tidak sah thalaknya. Yang tidak

menyebabkan jatuhnya thalak ada 4 yaitu anak kecil, orang gila, orang

yang sedang tidur, dan orang mabuk.65

b) Baligh

Seseorang yang menjatuhkan thalak harus baligh atau telah

sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan. Ulama hanabilah

mengatakan bahwa thalak oleh anak yang sudah mumayyiz kendati

umur anak itu kurang dari 10 tahun asalkan ia telah mengenal arti

thalak dan telah mengetahui akibat-akibatnya, maka thalak itu

dipandang jatuh66

64

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 pasal 19. 65 Taqiyyudin, Kifayatul Akhyar, (Bandung: Al-Haromain Jaya, 2005), h.102. 66 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, h.202.

Page 48: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

35

c) Berakal sehat

Seorang suami yang menjatuhkan thalak kepada isterinya harus

sedang dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, Suami yang gila tidak

sah menjatuhkan thalak. Yang dimaksud dengan gila dalam hal ini

ialah hilang akal atau rusak akal karena sakit. Baik kegilaannya terus

menerus atau hanya sewaktu-waktu yang diakibatkan oleh penyakit.

Bukan hanya gila, seorang suami dalam keadaan tidur pun masuk

dalam kategori tidak sah menjatuhkan Thalak

2. Rukun Thalak

Rukun thalak ialah unsur pokok yang harus ada dalam thalak dan

terwujudnya thalak bergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur yang

dimaksud. Pada dasarnya rukun thalak terbagi kepada tiga, yaitu:

a. Suami, selain suaminya isteri yang dithalak tidak dapat menthalak.

b. Isteri, yaitu orang yang berada dibawah perlindungan suami dan dia

adalah objek yang akan mendapatkan thalak. Thalak tidak akan jatuh

jika dijatuhkan terhadap isteri orang lain.

c. Sighat, yaitu lafadz yang menunjukkan adanya thalak, baik itu ucapan

secara terang-terangan (sharih) maupun dilakukan melalui sindiran

(Kinayah), baik berupa ucapan, tulisan, isyarat (bagi suami yang tuna

wicara atau dengan suruhan orang) dengan syarat harus disertai adanya

niat.67

E. Prosedur Perceraian Menurut UU Perkawinan dan KHI

1. Prosedur perceraian menurut UU Perkawinan

Jika fikih terkesan mempermudah terjadinya perceraian, maka UU

Perkawinan dan aturan-aturan lainnya terkesan mempersulit terjadinya

perceraian ini. Untuk dapat terwujudnya sebuah perceraian harus ada

alasan-alasan tertentu yang dibenarkan oleh undang-undang dan ajaran

agama. Jadi tidak semata-mata diserahkan pada aturan-aturan agama.

67 Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 1996),Cet.Ke-1, h.437.

Page 49: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

36

Sebagaimana yang disebut dalam pasal 1 UU No.1/1974

dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia,

kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa atau dalam bahasa KHI

disebut dengan Mitsâqan gholîzan (Ikatan yang kuat), namun dalam

realitanya sering kali dalam perkawinan tersebut kandas di tengah jalan

yang mengakibatkan putusnya perkawinan baik karena sebab kematian,

perceraian ataupun karena putusan Pengadilan berdasarkan syarat-syarat

yang telah di tetapkan oleh Undang-undang.68

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa perceraian harus

didasarkan pada alasan-alasan yang jelas dan sesuai hum yang berlaku,

pasal 39 UUP menjelaskan bahwa: (1), perkawinan hanya dapat dilakukan

di depan sidang Pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak; (2). Untuk

melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami isteri itu tidak

akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri; (3). Tata cara perceraian

didepan sidang diatur dalam peraturan perundangan sendiri.69

Prosedur perceraian jika dilihat dari aspek subjek hukum atau

pelaku yang mengawali perceraian dapat dibagi dalam dua aspek, yaitu

sebagai berikut:

a. Cerai Thalak (Suami yang Memohon untuk Bercerai)

Apabila suami yang mengajukan permohonan ke pengadilan

untuk menceraikan isterinya, kemudian sang isteri menyetujuinya

disebut cerai thalak. Hal ini diatur dalam pasal 66 UUPA

Pasal 66 UUPA:

(1) Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan

isterinya mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk

mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar thalak.

(2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan

kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

68 Martiman Prodjohamidjodjo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Legal Center

Publishing, 2002), H.41. 69 Undang-Undang Perkawinan (UUP) Pasal 39.

Page 50: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

37

kediaman ter mohon kecuali apabila ter mohon dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa

izin pemohon.

(3) Dalam hal ter mohon bertempat kediaman di luar negeri,

permohonan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman pemohon.

(4) Dalam hal pemohon dan ter mohon bertempat kediaman di luar

negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau

kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

(5) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah isteri, dan

harta bersama suami isteri dapat diajukan bersama-sama dengan

permohonan cerai thalak ataupun sesudah ikrar thalak diucapkan70

.

Dengan demikian, kompetensi relatif Pengadilan Agama dalam

mengadili gugat cerai thalak diatur dalam pasal 66 tersebut agar

gugatan tidak salah alamat, dan gugat cerai harus diajukan suami

kepada Pengadilan Agama yang berpedoman kepada petunjuk yang

telah ditentukan dalam pasal 66 diatas.

Dengan memperhatikan ketentuan yang digariskan dalam pasal

tersebut, faktor utama menentukan kompetensi relatif Pengadilan

Agama dalam perkara cerai thalak didasarkan pada “tempat kediaman

ter mohon” hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam

keringanan kepada si isteri ( Peraturan Menteri Agama RI No. 01

Tahun 1975).71

Sesudah permohonan cerai thalak diajukan ke Pengadilan Agama,

Pengadilan Agama melakukan Pemeriksaan mengenai alasan-alasan

yang menjadi dasar diajukannya permohonan tersebut. Hal itu diatur

70

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995).Cet,

ke-5, h.279. 71 Roihan A. Rosyid, Hukum Acara PA, (Jakarta Rajawali Press,1994), h.66.

Page 51: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

38

dalam pasal 66 UUPA yang berbunyi: a). Pemeriksaan permohonan

cerai thalak dilakukan oleh Majelis Hakim selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari setelah berkas atau surat permohonan cerai thalak

didaftarkan di Kepaniteraan; b). Permohonan cerai thalak dilakukan

dalam sidang tertutup.72

Langkah terakhir dari pemeriksaan perkara cerai thalak ini ialah

penyelesaian perkara sebagaimana yang diatur dalam penjelasan pasal

71 undang-undang No. 07 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama:

1) Panitera mencatat segala hal ihwal yang terjadi dalam sidang ikrar

thalak.

2) Hakim membuat penetapan yang isinya menyatakan bahwa

perkawinan putus sejak ikrar thalak diucapkan dan penetapan

tersebut tidak dapat di mintakan banding atau kasasi.

b. Cerai Gugat (Isteri yang Bermohon untuk Bercerai)

Cerai gugat adalah ikatan perkawinan yang putus sebagai akibat

permohonan yang diajukan isteri ke Pengadilan Agama, yang kemudian

ter mohon (suami) menyetujuinya, sehingga Pengadilan Agama

mengabulkan permohonan dimaksud. Oleh karena itu, Khulu’’ seperti

yang telah diuraikan pada sebab-sebab putusnya ikatan perkawinan

termasuk cerai gugat. Khulu’’ adalah perceraian yang terjadi atas

permintaan isteri dengan memberikan tebusan atau uang iwad kepada dan

atas persetujuan suaminya. Cerai gugat diatur dalam pasal 73 UUPA

sebagai berikut.

Pasal 73 UUPA

(1) Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada

pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan

kediaman bersama tanpa izin penggugat.

72 Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Jakara: Sinar Grafika, 2006), h.81.

Page 52: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

39

(2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan

perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman tergugat.

(3) Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri,

maka gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi perkawinan mereka dilangsungkan atau ke Pengadilan Agama

Jakarta Pusat.73

Asas pemeriksaan cerai gugat pada prinsipnya tunduk sepenuhnya

kepada tata tertib yang diatur dalam Hukum Acara Perdata, dalam hal ini

HIR atau RBG, namun demikian khusus perkara perceraian, Undang-

undang No. 07 Tahun 1989 mengatur asas tersendiri. Di samping asas dan

tata cara pemeriksaan perkara cerai gugat tunduk sepenuhnya pada

ketentuan hukum acara perdata serta ketentuan khusus yang diatur dalam

Undang-undang No.07 Tahun 1989 ini, tata tertib pemeriksaan juga harus

berpedoman pada asas-asas umum baik yang diatur dalam Undang-undang

No. 14 Tahun 1975, maupun asas-asas yang dicantumkan dalam UU No.

07 Tahun 1989 ini.74

Mengenai alasan perceraian dan alat bukti untuk mengajukan

gugatan diatur dalam pasal 74, 75, dan 76 UUPA.

Pasal 74 UUPA: Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan

salah satu pihak mendapat pidana penjara, maka untuk memperoleh

putusan perceraian, sebagai bukti penggugat cukup menyampaikan salinan

utusan pengadilan yang berwenang yang memutuskan perkara disertai

keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Pasal 75 UUPA: Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan

bahwa tergugat mendapat catat badan atau akibat tidak dapat menjalankan

73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 (UUPA) Pasal 73. 74 Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1995), Cet. Ke 5, h.121.

Page 53: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

40

kewajiban sebagai suami, maka hakim dapat memerintahkan tergugat

untuk memeriksakan diri kepada dokter.

Pasal 76 (ayat 2) UUPA: Pengadilan setelah mendengarkan

keterangan saksi tentang sifat persengketaan antara suami isteri dapat

mengangkat seorang atau lebih dari keluarga masing-masing pihak

ataupun orang lain untuk menjadi hakim.

Pasal 76 ayat (2) UUPA diatas merupakan penjabaran garis hukum

dari firman Allah dalam Surat An-Nisa (4) ayat 35, yang kemudian

mengambil bentuk lembaga yang disebut BP4.

Dalam pasal 74, 75 dan 76 UUPA jelas bahwa dibutuhkan alasan-

alasan yang kuat untuk mengajukan gugatan cerai. Alasan-alasan tersebut

diantaranya salah satu pihak mendapat pidana penjara, adanya cacat badan

dan akibatnya tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai suami. Dengan

alasan-alasan tersebut Pengadilan dapat mengangkat seorang atau lebih

dari keluarga masing-masing untuk menjadi hakim yang disebut BP4.75

Mengenai pelaksanaan sidang pemeriksaan gugatan penggugat

dimulai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) setelah berkas atau surat

gugatan perceraian didaftarkan di kepaniteraan. Hal itu diatur dalam pasal

80 ayat (1) UUPA bahwa Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan oleh

Majelis Hakim selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas

atau surat gugatan perceraian didaftarkan di Kepaniteraan.

Akan tetapi, pasal 80 ayat (2) dan (3) hanya menjelaskan teknis

untuk menghindarkan ketidakhadiran pihak-pihak yang berperkara baik

penggugat maupun tergugat. Hal ini menunjukkan hanya merupakan

penegasan pasal 29 ayat (2) dan (3) PP Nomor 1975 sebagai berikut.

Pasal 80 ayat 2 UUPA: Dalam penetapan waktu sidang gugatan

perceraian, perlu diperhatikan tenggang waktu pemanggilan dan

75 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 (UUPA) Pasal 74, 75, 76.

Page 54: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

41

diterimanya panggilan tersebut oleh penggugat maupun tergugat atau

kuasa mereka

Pasal 80 ayat 3 UUPA: Apabila tergugat berada dalam keadaan

seperti pasal 20 ayat (3), sidang pemeriksaan gugatan perceraian

diterapkan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terhitung sejak

dimasukkannya gugatan perceraian pada Kepaniteraan Pengadilan

Agama.76

Jika sidang pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan secara

tertutup, putusan pengadilan mengenai gugatan diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum. Perceraian dianggap terjadi, beserta segala akibat

hukumnya terhitung sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan

hukum tetap. Oleh karena itu, kehadiran pihak-pihak yang berperkara

atau wakil/kuasanya menjadi faktor penting demi kelancaran

pemeriksaan perkara di persidangan.77

2. Prosedur Perceraian Menurut KHI

Sebagaimana halnya dengan Undang-undang, prosedur perceraian

menurut KHI dibagi menjadi 2 macam, yaitu cerai thalak dan cerai gugat.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Cerai Thalak

Cerai Thalak adalah cerai yang diajukan oleh pihak suami ke

Pengadilan Agama sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 129 KHI

yang dijelaskan jika Seorang suami yang akan menjatuhkan thalak

kepada isterinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis

kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri

disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk

keperluan itu. Selanjutnya dalam Pasal 130 KHI menjelaskan

Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak permohonan

76

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 (UUPA) Pasal 80. 77 Zainudin Ali , Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Jakara: Sinar Grafika, 2006), h.80.

Page 55: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

42

tersebut, dan terhadap keputusan tersebut dapat diminta upaya hukum

banding dan kasasi.78

Prosesnya sendiri terdapat dalam Pasal 131 KHI

dari butir 1 sampai butir 5;

Pasal 131 KHI

1. Pengadilan Agama yang bersangkutan mempelajari permohonan

dimaksud pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya tiga

puluh hari memanggil pemohon dan isterinya untuk meminta

penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

maksud menjatuhkan thalak.

2. Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasihati kedua belah

pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan thalak serta

yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah

tangga, Pengadilan Agama menjatuhkan keputusannya tentang izin

bagi suami untuk mengikrarkan thalak.

3. Setelah keputusannya mempunyai kekuatan hukum tetap suami

mengikrarkan thalaknya didepan sidang Pengadilan Agama,

dihadiri oleh isteri atau kuasanya.

4. Bila suami tidak mengucapkan ikrar thalak dalam tempo 6 (enam)

bulan terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang izin ikrar

thalak baginya mempunyai kekuatan hukum yang tetap maka hak

suami untuk mengikrarkan thalak gugur dan ikatan perkawinan

tetap utuh.

5. Setelah sidang penyaksian ikrar thalak Pengadilan Agama

membuat penetapan tentang terjadinya thalak rangkap empat yang

merupakan bukti perceraian bagi bekas suami dan isteri. Helai

pertama beserta surat ikrar thalak dikirimkan kepada Pegawai

Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami untuk

diadakan pencatatan, helai kedua dan ketiga masing-masing

78 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 129, 130.

Page 56: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

43

diberikan kepada suami isteri dan helai keempat disimpan oleh

Pengadilan Agama.79

b. Cerai Gugat

Cerai gugat adalah ikatan perkawinan yang putus sebagai akibat

permohonan yang diajukan oleh pihak isteri ke Pengadilan Agama,

yang kemudian ter mohon (suami) menyetujuinya, sehingga

Pengadilan Agama mengabulkan permohonan dimaksud. Oleh karena

itu, Khulu’ seperti yang telah diuraikan pada sebab-sebab putusnya

ikatan perkawinan termasuk cerai gugat sebagaimana yang tercantum

dalam UU KHI Pasal 132 yang berbunyi;

1) Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya pada

Pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat

tinggal penggugat kecuali isteri meninggalkan tempat kediaman

bersama tanpa izin suami.

2) Dalam hal tergugat bertempat kediaman diluar negeri, Ketua

Pengadilan Agama memberitahukan gugatan tersebut kepada

tergugat melalui perwakilan Republik Indonesia setempat80

3. Biaya Perkara Pengadilan dan lamanya Proses Pengadilan

a. Biaya Perkara Pengadilan

Adapun mengenai biaya perkara Pengadilan di bebankan kepada

penggugat atau pemohon sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama. Menurut Pasal 90 Undang-Undang

No. 7 Tahun 1989 poin (1), biaya perkara meliputi:

1) Biaya kepaniteraan dan biaya materai yang diperlukan untuk

perkara itu;

2) Biaya untuk para saksi, saksi ahli, penerjemah, dan biaya

pengambilan sumpah yang diperlukan dalam perkara itu;

79

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 131. 80 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 132.

Page 57: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

44

3) Biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan setempat dan

tindakan-tindakan lain yang diperlukan oleh Pengadilan dalam

perkara itu;

4) Biaya pemanggilan, pemberitahuan, dan lain-lain atas perintah

Pengadilan yang berkenaan dengan perkara itu.81

Namun jika tergugat atau pemohon berasal dari masyarakat

miskin dan tidak mampu, maka penggugat berhak mengajukan prodeo

sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1

Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi

Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan. Prodeo adalah pembebasan

biaya perkara pengadilan.82

b. Jangka waktu Proses Pengadilan

Menurut pendapat Dr. Moh. Ali Wafa,S.H., S.Ag., M.Ag. dalam

bukunya yang berjudul Hukum Perkawinan di Indonesia menerangkan

bahwa lamanya proses pengadilan adalah: Pertama, pemeriksaan

gugatan perceraian di lakukan oleh Hakim selambat-lambatnya 30

(tiga puluh) setelah diterimanya berkas atau surat gugatan perceraian.

Kedua, dalam menetapkan waktu Pengadilan sidang Pemeriksaan

gugatan perceraian perlu diperhatikan tenggang waktu pemanggilan

dan diterimanya panggilan tersebut oleh tergugat maupun tergugat

kuasa mereka. Ketiga, apabila tergugagat berada dalam keadaan

bertempat kediaman di luar negeri, sidang pemeriksaan gugatan

perceraian ditetapkan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terhitung

sejak dimasukannya gugatan perceraian pada Kepaniteraan

Pengadilan.83

hal tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9

Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974

tentang perkawinan Pasal 29.

81

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, Pasal 90. 82 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014. 83

Moh Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam

dan Hukum Materil, h.284.

Page 58: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

45

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA MEKARJAYA

A. Sejarah Desa Mekarjaya

Desa Mekarjaya merupakan pemekaran dari Desa Cidokom. Proses

pemekaran dimulai pada tahun 2010 melalui panitia yang berisikan tokoh

masyarakat, tokoh agama dan perwakilan setiap RT. Pada tahun 2012

diputuskan bahwa ada pemekaran desa yang diberi nama Desa Mekarjaya.

Penamaan Desa Mekarjaya ini melalui forum panitia yang dibentuk tersebut.

Pemekaran ini dilatarbelakangi karena Desa Cidokom merupakan desa yang

memiliki wilayah yang cukup luas sehingga pembangunan menjadi tidak

merata, akibatnya wilayah yang kini menjadi Desa Mekarjaya tidak tersentuh

pembangunan desa.84

Untuk pertama kalinya Desa Mekarjaya dipimpin oleh

seorang kepala desa yang bernama Cecep Ropiudin S.Pd. melalui pemilihan

Kepala Desa yang kini menjabat untuk periode kedua.85

B. Letak Geografis dan Kondisi Demografis

1. Letak Geografis

Desa Mekarjaya merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Rumpin Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 400 Ha, diatas permukaan

Laut 12 M, dan tinggi curah hujan 40 mm/t, yang terbagi dalam 3 Dusun, 7

Rukun Warga (RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT). Desa Mekarjaya

berbatasan langsung dengan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin sebelah

timur, Desa Cidokom dan Desa Gobang Kecamatan sebelah utara, Kecamatan

Leuwiliang dan Kecamatan Cibungbulang sebelah selatan, dan dengan Desa

Leuwi Batu Kecamatan Rumpin sebelah utara.

84 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 22 Oktober 2018. Pukul

20.00 Wib. 85 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib.

Page 59: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

46

Desa Mekarjaya merupakan desa yang jauh dari pusat administratif

seperti Kantor Kecamatan Rumpin yang berjarak 15 Km, Ibu Kota Kabupaten

Bogor yang berjarak 34 Km, Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yaitu Bandung

yang berjarak 147 dan Ibu Kota Negara Indonesia yaitu Jakarta yang berjarak

67 Km

2. Kondisi Demografis

Desa Mekarjaya memiliki jumlah penduduk total 4.960 Jiwa, yang

terdiri dari 2.559 Laki-laki dan 2.401 Perempuan dengan kepala keluarga

sebanyak 1.325 KK. Kepadatan penduduk Desa Mekarjaya sebanyak 1.200

jiwa/Km.86

Jika dikategorikan dalam kelompok umur, maka umur 0-4 tahun

memiliki jumlah 461 jiwa yang terdiri dari 245 laki-laki dan 246 perempuan,

umur 5-9 tahun memiliki jumlah 711 jiwa yang terdiri dari 361 laki-laki dan

350 perempuan, umur 10-14 tahun memiliki jumlah 575 jiwa yang terdiri dari

284 laki-laki dan 291 perempuan, umur 15-19 tahun memiliki jumlah 457

jiwa yang terdiri dari 286 laki-laki dan 271 perempuan, umur 20-24 tahun

memiliki jumlah 475 jiwa yang terdiri dari 236 laki-laki dan 249 perempuan,

umur 25-29 tahun memiliki jumlah 474 jiwa yang terdiri dari 252 laki-laki

dan 242 perempuan, umur 30-34 tahun memiliki jumlah 411 jiwa yang terdiri

dari 258 laki-laki dan 253 perempuan, umur 35-39 tahun memiliki jumlah

438 jiwa yang terdiri dari 237 laki-laki dan 201 perempuan, umur 40-44

tahun memiliki jumlah 308 jiwa yang terdiri dari 201 laki-laki dan 196

perempuan, umur 45-49 tahun memiliki jumlah 330 jiwa yang terdiri dari 189

laki-laki dan 141 perempuan, umur 50-54 tahun memiliki jumlah 241 jiwa

yang terdiri dari 117 laki-laki dan 124 perempuan, umur 55-59 tahun

memiliki jumlah 208 jiwa yang terdiri dari 107 laki-laki dan 101 perempuan,

umur 60-64 tahun memiliki jumlah 125 jiwa yang terdiri dari 63 laki-laki dan

62 perempuan, umur 65-69 tahun memiliki jumlah 127 jiwa yang terdiri dari

66 laki-laki dan 61 perempuan, sedangkan umur 70 tahun ke atas memiliki

jumlah 81 tahun yang terdiri dari 46 laki-laki dan 35 perempuan.

86 Profil Desa Mekarjaya Tahun 2017.

Page 60: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

47

C. Kondisi Sosiologis

1. Kondisi Sosial Politik

Secara umum kondisi sosial politik serta ketentraman dan ketertiban di

wilayah Desa Mekarjaya cukup baik dan terkendali. Dalam hal ini, kehidupan

politik warga masyarakat dapat tersalurkan sesuai dengan aspirasinya seiring

dengan bergulirnya reformasi dan banyaknya partai politik yang berkembang

pada saat ini.

Berkaitan dengan masalah keamanan dan ketertiban, dapat disampaikan

bahwa pada tahun 2018, situasi dan kondisi Desa Mekarjaya terbilang aman

dan terkendali. Adapun jumlah anggota perlindungan masyarakat (Linmas)

tercatat sebanyak 10 orang. Dan sampai saat ini mendapat bantuan keuangan

insentif atau operasional oleh Pemerintah Kabupaten.87

2. Agama

Penduduk Desa Mekarjaya yang berjumlah 4964 jiwa semuanya

beragama Islam. Meskipun semuanya beragama Islam, mereka sangat toleran

terhadap penduduk lain yang beragama non Islam yang berkunjung ke Desa

Mekarjaya. Sikap toleransi beragama itu sesuai dengan ideologi Negara

Kesatuan Republik Indonesia Yaitu Pancasila. Karena pada dasarnya Negara

Indonesia berdiri diatas keragaman umat beragama.88

Kegiatan Agama Masyakat Desa Mekarjaya didukung sarana dan

prasarana yang memadai dengan adanya Masjid yang berjumlah 8 buah, dan

musholla 13 buah,

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting guna membangun

generasi bangsa yang lebih baik. Dengan pendidikan yang tinggi negara bisa

meningkatkan indeks pembangunan manusia menuju tingkat kesejahteraan.

Dengan pendidikan pula kesejahteraan hidup bisa tercapai karena tingkat

keterampilan masyarkat guna meningkatkan kesejahteraan hidup lebih

terbuka lebar. Oleh karena itu pemerintah mencanangkan wajib belajar

87

Profil Desa Mekarjaya Tahun 2017. 88 Profil Desa Mekarjaya Tahun 2017.

Page 61: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

48

sembilan tahun. Namun, di Desa Mekarjaya pendidikan bukan menjadi

prioritas utama masyarakatnya. Masyarakat di desa ini memiliki tingkat

pendidikan yang cukup rendah, kesadaran akan pentingnya pendidikan

sangatlah kurang. Dari total 4964 jiwa masyarakat Desa Mekarjaya,

sebanyak 756 jiwa mengenyam pendidikan tidak lulus Sekolah

Dasar/sederajat, 421 jiwa mengenyam pendidikan tamat Sekolah

Dasar/sederajat, 193 jiwa mengenyam pendidikan tamat Sekolah Lanjut

Tingkat Pertama (SLTP)/sederajat, 93 jiwa mengenyam pendidikan tamat

Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA)/sederajat. Sedangkan untuk masyarakat

yang mengenyam pendidikan sampai lulus Perguruan tinggi jenjang S1 ada 9

jiwa dan lulusan Perguruan Tinggi jenjang S2 sebanyak 3 Jiwa.

Tingkat pendidikan yang rendah pula berpengaruh pada tingkat

pemahaman dan kesadaran Hukum masyarakat, sehingga di Desa Mekarjaya

banyak terjadi perceraian diluar Sidang Pengadilan Agama.89

Pendidikan masyarakat Desa Mekarjaya ditunjang dengan sarana dan

prasarana pendidikan Umum dan pendidikan Islam seperti Sekolah Dasar 1

buah, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama 2 buah, Paud 3 buah, Madrasah

Ibtidaiyah 1 buah, Madrasah Tsanawiyah 1 buah, Pondok Pesantren 6 buah

dan majelis taklim 10 buah.

4. Ekonomi

Pada umumnya masyarakat di pedesaan berprofesi sebagai petani dan

buruh begitu juga dengan masyarakat Desa Mekarjaya. Mayoritas masyarakat

Desa Mekarjaya berprofesi sebagai Petani dan buruh. Tingkat pendapatan

ekonomi masyarakat Desa Mekarjaya mayoritas menegah ke bawah.90

89 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib. 90 Profil Desa Mekarjaya Tahun 2017.

Page 62: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

49

BAB IV

FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK PERCERAIAN DI LUAR

PENGADILAN AGAMA

A. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian di Luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

1. Faktor Ekonomi

Seperti yang kita ketahui bahwa untuk berperkara di Pengadilan

Agama membutuhkan biaya yang Cukup besar. Hal itu diatur dalam

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang

meliputi biaya kepaniteraan dan biaya materai yang diperlukan untuk

perkara itu; biaya untuk para saksi, saksi ahli, penerjemah dan biaya

pengambilan sumpah yang diperlukan dalam perkara itu;91

Serta biaya-

biaya lainnya seperti biaya advokat.

Walaupun Pemohon bisa mengajukan prodeo92

sesuai Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014, akan tetapi

biaya dikeluarkan tidak hanya meliputi biaya persidangan. Tapi

dibutuhkan juga biaya untuk ongkos ke Pengadilan dan lain-lain.

Biaya persidangan dan biaya yang lain-lain yang cukup besar

tersebut memicu banyaknya terjadi kasus perceraian di luar Pengadilan

Agama yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mekarjaya yang mayoritas

kondisi ekonominya masih lemah.

Hal tersebut dirasakan oleh Ibu Mahmudiyah yang melakukan

perceraian di luar Pengadilan Agama karena terbebani biaya yang besar.

Ibu Mahmudiyah mengatakan: “saya tidak ada biaya untuk bercerai di

Pengadilan Agama, karena biaya yang harus dikeluarkan cukup besar”93

Hal serupa ditegaskan oleh Bapak Mad Enur, beliau berpendapat

bahwa salah satu faktor terjadinya perceraian di luar Pengadilan Agama

91 Undang-Undang No.7 Tahun 1989. 92 Prodeo adalah proses perkara di Pengadilan secara cuma-cuma (gratis). 93 Wawancara Dengan Ibu Mahmudiyah, Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan Agama,

di Kediaman Ibu Mahmudiyah Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 31 Desember 2019. Pukul

14.00 Wib.

Page 63: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

50

adalah faktor ekonomi, jika harus menghabiskan biaya berjuta-juta, lebih

baik uang tersebut dipakai untuk biaya menikah lagi.94

Dijelaskan di atas bahwa masyarakat yang kurang mampu dalam

ekonomi bisa mengajukan Prodeo, namun masyarakat Desa Mekarjaya

tetap melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama karena biaya yang

harus dikeluarkan bukan hanya untuk biaya persidangan, tetapi untuk

biaya akomodasi dan lain-lain.

2. Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran Hukum

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Mekarjaya

menjadi faktor minimnya wawasan pengetahuan. Hal ini bisa dilihat dari

data profil Desa Mekarjaya bahwa mayoritas masyarakatnya hanya

mengenyam pendidikan tidak lulus Sekolah Dasar (756 orang) dan

lulusan Sekolah Dasar (421). Hal ini juga yang membuat masyarakatnya

tidak mengetahui bahwa perceraian harus dilakukan di Pengadilan

Agama.

Menurut bapak Adung, “Pemahaman serta kesadaran hukum

masyarakat yang kurang menjadi salah satu alasannya”95

. Kurangnya

pengetahuan hukum tersebut juga dialami oleh ibu Neneng Fauziyah dan

Ibu Siti Apiah yang memberi jawaban tidak tahu ketika diwawancarai

dengan pertanyaan apakah mereka mengetahui kalau perceraian harus

dilakukan di Pengadilan Agama.

Meskipun ada juga masyarakat yang mengetahui bahwa perceraian

harus dilakukan melalui sidang Pengadilan Agama, namun mereka tidak

melakukannya karena kurangnya kesadaran hukum. Mereka beranggapan

bahwa perceraian cukup dilakukan secara kekeluargaan dan sah dalam

pandangan Agama.

94 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 22 Oktober 2018. Pukul

20.00 Wib. 95 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib.

Page 64: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

51

Hukum adalah sebagai alat kontrol social dimana sosialisasi hukum

merupakan salah satu aspek penting dalam proses kontrol sosial sebab

untuk dapat mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai

dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku, dibutuhkan suatu kesadaran

yang timbul dalam diri seseorang untuk mentaati dan melaksanakan

kaidah-kaidah hukum yang berlaku, yang disebut dengan kesadaran

hukum. Indikator kesadaran hukum adalah kesadaran, pemahaman, sikap

dan perilaku.96

Artinya, tidak ada sosialisasi hukum yang diterima masyarakat

Desa Mekarjaya untuk memberikan pemahaman dan kesadaran hukum

sehingga tidak ada lagi kasus Perceraian di luar pengadilan Agama.

Perlunya program sosialisasi hukum dari pemerintah kepada masyarakat

untuk memberikan kesadaran hukum bagi masyarakat.

3. Proses yang Lama dan Jarak Tempuh yang Jauh

Dengan mekanisme yang berbelit-belit dan proses sidang yang

cukup panjang serta jarak rumah ke Pengadilan yang sangat jauh

membuat masyarakat Desa Mekarjaya enggan untuk melakukan

perceraian di Pengadilan Agama. berdasarkan data yang diperoleh dari

Profil Desa Mekarjaya, jarak dari Desa Mekarjaya ke Pengadilan Agama

34 Km. Alasan tersebut dibenarkan oleh Bapak Adung yang mengatakan

bahwa jarak Desa Mekarjaya ke Pengadilan cukup jauh dan proses

pengadilan yang lama dan berbeli-belit.97

Hal ini dialami oleh Ibu Dina Oktaviani yang melakukan praktik

perceraian di luar Pengadilan Agama. Beliau mengatakan: “Tempat

tinggal saya jauh dari Pengadilan Agama.”98

96 http://elfamurdiana.blogspot.com/2009/07/peranan-sosialisasi-hukum-dalam-

proses.html 97 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib. 98 Wawancara Dengan Ibu Dina Oktaviani, Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama, di Kediaman Ibu Dini Oktaviani Kp Parung Panjang, Rt/Rw 002/005. Senin, 31 Desember

2018. Pukul 16.00 Wib.

Page 65: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

52

Memang proses persidangan memakan waktu yang cukup lama,

dari proses pemeriksaan 30 (tiga puluh) hari sampai dengan putusan bisa

memakan waktu sampai 6 (enam) bulan seperti yang disebutkan di

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 29.

Artinya faktor jarak tempuh yang jauh dan proses persidangan

yang lama yang dijadikan alasan masyarakat Desa Mekarjaya melakukan

perceraian diluar Pengadilan Agama sejalan dengan undang-undang yang

berlaku dan jarak yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka ke

Pengadilan.

4. Sudah Menjadi Kebiasaan (Budaya)

Praktik perceraian di luar Pengadilan Agama yang terjadi di Desa

Mekarjaya sudah terjadi dari dulu, sehingga sudah menjadi budaya di

desa tersebut. Hal ini menjadi acuan masyarakat yang akan bercerai

mengikuti budaya tersebut.

Bapak Mad Enur berpendapat bahwa Sudah menjadi budaya di

kampung, bahkan setiap kampung yang ada di desa bercerai di luar

Pengadilan Agama. Kecuali warga tersebut seorang Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang harus ada penceraian resmi.99

Hal tersebut ditegaskan oleh

Bapak Adung selaku Sekretaris Desa Mekarjaya. Beliau berpendapat

bahwa sudah menjadi budaya di Desa Mekarjaya karena dari dulu hampir

tidak ada yang bercerai melalui Pengadilan Agama.100

Hal ini juga yang dijadikan alasan Ibu Siti Apiah. Beliau berkata:

“biasanya perceraian di kampung tidak ada yang bercerai melalui

Pengadilan Agama, jadi saya mengikuti yang lain.”101

99 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 22 Oktober 2018. Pukul

20.00 Wib. 100 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib. 101 Wawancara Dengan Ibu Siti Apiah, Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan Agama, di

Kediaman Ibu Siti Apiah Kp Jengkol, Rt/Rw 002/002. Selasa, 31 Januari 2019. Pukul 21.00 Wib.

Page 66: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

53

Menurut pendapat Lawrence M. Freidman bahwa Hukum yang

sudah hidup di masyarakat tidak bisa dikalahkan dengan hukum yang

tertulis (law in book living law).

Artinya, budaya hukum yang sudah ada di masyarakat Desa

Mekarjaya yaitu melakukan praktik perceraian tanpa sidang Pengadilan

Agama sejalan dengan pendapat Lawrence M Freidman bahwa Hukum

yang sudah hidup di masyarakat tidak bisa dikalahkan dengan hukum

yang tertulis.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

menjadi penyebab terjadinya perceraian di luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya adalah: Pertama, faktor Ekonomi masyakatnya yang

tergolong menengah ke bawah. Kedua, faktor kurangnya pengetahuan

tentang hukum dan rendahnya kesadaran hukum masyarakat karena

rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan tidak adanya sosialisasi

hukum dari instansi terkait. Ketiga, karena proses pengadilan yang lama

sampai 6 (enam) bulan dan jarak tempuh yang jauh dari Desa Mekarjaya

Ke Pengadilan Agama Bogor. Keempat, karena faktor budaya yang sudah

terjadi dari dahulu. Dan budaya tersebut sesuai dengan pendapat

Lawrence M Freidman bawa hukum yang sudah hidup di masyarakat

tidak bisa dikalahkan dengan hukum yang tertulis.

B. Tata Cara Perceraian di Luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya

Kec. Rumpin Bogor

Pada umumnya masyarakat Desa Mekarjaya melakukan perceraian

melalui jalan kekeluargaan. Perceraian tersebut dihadiri oleh wali dan saksi

dari pihak keluarga. Ada juga yang disaksikan oleh aparat setempat seperti

Ketua RT, Tokoh Agama, atau Tokoh Masyarakat. Ada juga proses taqlid

thalak dimana pihak suami berkata: “jika sudah tidak ada jodoh, saya

Page 67: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

54

serahkan dan kembalikan anak bapak dari atas ujung rambut sampai bawah

ujung kaki karena sudah tidak ada jodoh”.102

Menariknya di sebagian masyarakat Desa Mekarjaya melampirkan

surat pernyataan bahwa mereka telah melakukan perceraian yang disebut

surat kinayah. Surat kinayah ini digunakan sebagai bukti bahwa pihak suami

telah menjatuhkan thalak satu, thalak dua maupun thalak tiga, namun pada

umumnya untuk thalak satu. Untuk memberi kekuatan hukum pada surat

kinayah tersebut dibubuhkan tanda tangan pihak yang bersangkutan di atas

materai. Jadi jika ada tuntutan dari salah satu pihak maka surat kinayah

tersebut menjadi bukti perceraian mereka.103

Artinya perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan Agama oleh

Masyarakat Desa Mekarjaya tersebut tidak sesuai dengan undang-undang

yang berlaku yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa Perceraian hanya

dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan

Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak

tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.104

Begitu juga dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 yang

menyebutkan bahwa:

5. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

6. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami

isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Tatacara

perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam Peraturan

Perundangan.105

102 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 22 Oktober 2018. Pukul

20.00 Wib. 103 Cek Surat Kinayah Pada Lampiran. 104 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 115. 105 UU No 1 Tahun 1974 Pasal 39.

Page 68: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

55

Dengan kata lain, perceraian tersebut tidak sah menurut hukum

positif karena tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku yaitu

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 115 dan Undang-Undang No 1 Tahun

1974 pasal 39.

Sedangkan mengenai surat kinayah yang dijadikan bukti perceraian

mereka digolongkan kedalam akta dibawah tangan106

dan tidak dapat

digolongkan kepada akta otentik.107

Surat tersebut tidak bisa dijadikan alat

bukti perceraian mereka karena tidak mempunyai kekuatan hukum dan bukan

dikeluarkan oleh pihak yang berwenang mengeluarkan Akta Perceraian

tersebut. Dalam hal ini Pengadilan Agama yang berwenang.

C. Tata Cara Pernikahan Selanjutnya Setelah Terjadi Perceraian di Luar

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

Sudah dijelaskan di atas bahwa sering terjadi bahkan sudah menjadi

budaya perceraian di luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya. Artinya

perceraian mereka tidak sah dalam pandangan hukum positif dan dipastikan

perceraian tersebut tidak memiliki akta cerai yang dikeluarkan Pengadilan

Agama. Lantas bagaimana jika pelaku perceraian tersebut ingin menikah lagi

secara resmi?

Walaupun mereka bercerai di luar Pengadilan Agama, tetapi

masyarakat Desa Mekarjaya masih bisa menikah lagi secara resmi.

Pernikahan tersebut hampir dilakukan mayoritas informan.

Menurut pemaparan Bapak Mad Enur, ada dua cara yang membuat

mereka bisa menikah lagi secara resmi. Pertama, jika laki-laki atau

perempuan tersebut berumur dibawah 30 tahun dan memiliki anak, maka

statusnya dipalsukan menjadi lajang atau gadis lagi. Karena jika statusnya

106 Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja di buat untuk pembuktian oleh para

pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat. Cara pembuatan atau terjadinya tidak dilakukan oleh dan

atau di hadapan pejabat pegawai umum, tetapi cukup oleh pihak yang berkepentingan saja (vide

Pasal 1874 KUHPerdata dan Pasal 286 RBg). 107 Akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-

undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu (seperti Notaris, Hakim,

Panitera, Juru Sita, Pegawai Pencatat Sipil), di tempat akta itu dibuat.(vide Pasal 1868

KUHPerdata, Pasal 165 Herziene Indonesisch Reglemen (HIR), dan Pasal 285 Rechtsreglement

Buitengewesten (RBg).

Page 69: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

56

duda atau janda cerai thalak, maka harus ada bukti akta cerai dari Pengadilan

Agama. Kedua, jika laki-laki atau perempuan tersebut sudah mempunyai

anak, maka statusnya dipalsukan menjadi duda atau janda cerai mati atas

dasar persetujuan keluarga. Misalnya, jika perempuan tersebut ingin menikah

lagi, maka mantan suaminya berstatus meninggal untuk mempermudah

proses pernikahan.108

Surat kuning atau surat kematian diperoleh dari pihak

desa. Karena pihak desa yang berwenang mengeluarkan surat kematian

tersebut. Dalam arti lain, ada keterlibatan pihak desa dalam proses pernikahan

selanjutnya. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Adung selaku Sekdes Mekarjaya.

Beliau berkata: “untuk proses pernikahan kedua secara resmi, pihak desa

terlibat membantu mengeluarkan surat-surat administrasi yang dibutuhkan

guna pernikahan tersebut.”109

Pada umumnya proses pernikahan tersebut ditangani oleh aparat

setempat seperti ketua RT atau P3N. Seperti halnya yang dilakukan Ibu Lilis

Triani dan Ibu Dina Oktaviani, ketika menikah proses pernikahannya

diserahkan kepada ketua RT setempat. Selanjutnya proses pernikahan

berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang

meliputi 4 (empat) tahapan yaitu pelaporan, pengumuman, Pencegahan dan

pelaksanaan.110

Berdasarkan dari data yang ada, proses pernikahan selanjutnya setelah

terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama yang dilakukan masyarakat Desa

Mekarjaya sesuai dengan tata cara Pernikahan yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Hanya saja dalam proses tersebut ada

pemalsuan identitas terkait status perceraian mereka sebelum menikah lagi,

hal tersebut dapat dikategorikan perbuatan melanggar hukum yang diatur

108 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 22 Oktober 2018. Pukul

20.00 Wib. 109 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib. 110 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

Page 70: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

57

dalam KUHP pasal 263 dan dapat dipidanakan dengan ancaman hukuman

penjara maksimal 6 (enam) tahun.

D. Dampak Dari Perceraian di Luar Pengadilan Agama

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan mempunyai

dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Begitu juga halnya

praktik perceraian di luar Pengadilan Agama yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Mekarjaya. Dari hasil wawancara yang dilakukan, ada beberapa dampak

yang diterima oleh para pelaku perceraian tersebut sebagai berikut:

1. Status Perceraian

Dalam Undang-Undang dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat

dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah

pihak.111

Dari undang-undang tersebut jelas bahwa perceraian yang sah

adalah perceraian yang dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama.

Namun tampaknya Undang-Undang tersebut tidak berlaku bagi

masyarakat Desa Mekarjaya karena praktik perceraian yang mereka

lakukan tanpa melalui sidang Pengadilan Agama. Yang artinya mereka

tidak mendapatkan akta cerai dari Pengadilan Agama. Padahal perceraian

tersebut dapat menimbulkan dampak negatif karena perceraian tersebut

tidak sah menurut hukum positif dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Adung selaku Sekretaris Desa

Mekarjaya. Beliau berkata: “sebetulnya perceraian tersebut kurang bagus,

bahkan tidak bagus. Karena harusnya perceraian tersebut diketahui

pemerintah untuk kepentingan administrasi.112

Memang dalam fikih klasik, suami diberi hak yang luas untuk

menjatuhkan talak, sehingga kapan dan dimanapun ia mengucapkannya,

talak itu jatuh seketika. Hal inilah yang menjadi landasan bagi masyarakat

Desa Mekarjaya untuk melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama.

111 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 112 Wawancara Dengan Bapak Adung, Sekretaris Desa Mekarjaya, di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Rabu, 2 Januari 2019. Pukul 14.00

Wib.

Page 71: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

58

Seperti halnya pendapat Bapak Mad Enur yang mengatakan: “secara

agama sudah jelas sah. Namun secara Undang-Undang tidak sah”.113

Dari data di atas jelas bahwa perceraian yang dilakukan

Masyarakat Desa Mekarjaya bertentangan dengan Undang-Undang yang

mewajibkan perceraian dilakukan di depan Sidang Pengadilan Agama

2. Dampak Negatif Terhadap Isteri

Dampak perceraian di luar sidang Pengadilan Agama terhadap

isteri adalah tidak mendapatkan haknya setelah bercerai seperti nafkah

masa Iddah, tempat untuk tinggal, dan pakaian. Padahal semua itu sudah

diatur dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 149 yang menjelaskan akibat

putusnya perkawinan yaitu seorang suami wajib memberikan nafkah

mut’ah baik berupa uang atau benda kecuali bekas isterinya belum

dicampuri; memberikan nafkah iddah, tempat tinggal dan pakaian;

melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya; dan memberikan

nafkah hadhanah kepada anak-anaknya yang belum mencapai umur 21

tahun.114

Hampir seluruh informan yang berhasil penulis wawancara,

mereka semua tidak mendapatkan nafkah masa iddah. Seperti halnya yang

dialami oleh Ibu Dini Oktaviani. Beliau berkata: “saya sama sekali tidak

mendapatkan nafkah masa iddah, bahkan pakaian yang saya miliki

sebelum pernikahan dibawa semua oleh mantan suami saya”115

Selain permasalahan nafkah masa iddah, muncul juga

permasalahan yang lain, yaitu pembagian harta bersama. Dalam Kompilasi

Hukum Islam pasal 97 dijelaskan bahwa janda atau duda cerai masing-

113 Wawancara Dengan Bapak Mad Enur, Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya, di

Kediaman bapak Mad Enur Kp Hegarmanah, Rt/Rw 003/003. Senin, 22 Oktober 2018. Pukul

20.00 Wib. 114 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 149. 115 Wawancara Dengan Ibu Dini Oktaviani, Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama, di Kediaman Ibu Dini Oktaviani Kp Parung Panjang, Rt/Rw 002/005. Senin, 31 Desember

2018. Pukul 16.00 Wib.

Page 72: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

59

masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain

dalam perjanjian perkawinan.116

Namun praktik perceraian yang dilakukan di Desa Mekarjaya tidak

jelas pembagian harta bersama antara suami dan isteri. Ironisnya pihak

isteri sama sekali tidak mendapatkan harta bersama seperti yang dialami

oleh Ibu Neneng Fauziyah. Beliau mengatakan: “Saya tidak dapat harta

bersama, semua harta diambil oleh suami. Saya tidak diberikan apa-apa

walaupun punya motor dan lain-lain”117

Dari data di atas jelas bahwa dampak negatif perceraian di luar

Pengadilan Agama bagi seorang isteri adalah dia tidak mendapatkan

nafkah masa iddah, dan pembagian harta bersama. Hal ini bertentangan

dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 149 dan pasal 97.

3. Dampak Negatif Terhadap Anak

Perceraian orang tua dapat berdampak pada kondisi psikis anak.

Bahkan luka yang dialami anak mungkin saja terus dibawanya sampai

dewasa. Dampak yang mungkin terjadi kepada setiap anak berbeda-beda,

tergantung dari usia anak pada saat orang tua bercerai, kondisi perceraian,

serta kepribadian anak tersebut.118

Dampak negatif terhadap anak dari perceraian di luar Pengadilan

Agama bukan hanya saja berdampak pada kondisi psikis anak tersebut,

tetapi juga terhadap hak-hak yang harus terima anak tersebut diantaranya

hak anak dari ayah kandungnya seperti hak mendapatkan nafkah secara

teratur dan dalam jumlah yang tetap. Hal tersebut diatur pada Pasal 45

UUPA yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban orang tua dan anak

menentukan bahwa:

1) Kedua orang tua memiliki kewajiban memelihara dan mendidik anak-

anak mereka dengan sebaik-baiknya.

116 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 97. 117 Wawancara Dengan Ibu Neneng Fauziyah, Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama, di Kediaman Ibu Neneng Fauziyah Kp Kemang, Rt/Rw 001/006. Senin, 31 Desember

2018. Pukul 17.30 Wib. 118 Hilangkan Ego, Ini Dampak Perceraian Terhadap Anak, aladokter.com.

Page 73: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

60

2) Kewajiban tersebut berlaku sampai anak-anaknya menikah dan dapat

berdiri sendiri dari kewajiban tersebut dan berlaku terus menerus

meskipun pernikahan orang tua putus.119

Ironisnya anak-anak dari orang tua yang bercerai di luar

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya tidak mendapatkan haknya seperti

yang dialami hampir semua informan yang penulis wawancara seperti Ibu

Lilis Triani, beliau berkata “Nafkah anak juga tidak ada, paling setahun

sekali dapatnya, itu juga tidak tentu berapa.”120

Sedangkan mengenai

hadhanah, mayoritas responden yang memiliki anak, anak tersebut

dirawat ibunya.

Dari data di atas jelas bahwa anak-anak menjadi korban akibat dari

perceraian di luar Pengadilan Agama yang dilakukan masyarakat Desa

Mekarjaya. Yang seharusnya menjadi hak-hak anak tersebut tidak mereka

terima. Artinya hal tersebut bertentangan dengan ketentuan Pasal 45

UUPA bahwa orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya sampai dia menikah dan dapat berdiri sendiri. Begitu juga

dengan Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam bahwa seorang suami

berkewajiban memberikan biaya Hadhanah untuk anak-anaknya yang

belum mencapai umur 21 tahun. Sedangkan mengenai hadhanah, sesuai

dengan ketentuan pasal 156 Kompilasi Hukum Islam.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian diluar

Pengadilan Agama memberikan beberapa dampak negatif. Diantaranya:

Pertama, berdampak pada status perceraian mereka bahwa perceraian

tersebut tidak sah menurut Hukum positif dan tidak mempunyai kekuatan

hukum. Kedua, dampak untuk isteri yang tidak mendapatkan nafkah masa

iddah dan pembagian harta bersama yang seharusnya menjadi haknya.

Ketiga, dampak terhadap anak bahwa anak tersebut tidak mendapatkan

119 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 (UUPA) Pasal 45. 120 Wawancara Dengan Ibu Lilis Triani, Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan Agama,

di Kediaman Ibu Lilis Triani Kp Jengkol, Rt/Rw 002/002. Selasa, 1 Januari 2019. Pukul 20.00

Wib.

Page 74: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

61

nafkah hadhanah dari ayahnya sesuai dengan ketentuan pasal 156

Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 45 UUPA.

Page 75: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian di luar Pengadilan Agama di

Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

Adapun yang menjadi faktor penyebab terjadinya perceraian di

luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya adalah: Pertama, faktor

Ekonomi masyarakatnya yang tergolong menengah ke bawah. Kedua,

faktor kurangnya pengetahuan tentang hukum dan rendahnya

kesadaran hukum masyarakat karena rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat dan tidak adanya sosialisasi hukum dari instansi terkait.

Ketiga, karena proses pengadilan yang lama sampai 6 (enam) bulan

dan jarak tempuh yang jauh dari Desa Mekarjaya Ke Pengadilan

Agama Bogor. Keempat, karena faktor budaya yang sudah terjadi dari

dahulu. Dan budaya tersebut sesuai dengan pendapat Lawrence M

Freidman bawa hukum yang sudah hidup di masyarakat tidak bisa

dikalahkan dengan hukum yang tertulis.

2. Tata Cara Perceraian di Luar Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya

Kec. Rumpin Bogor

perceraian masyarakat Desa Mekarjaya tidak melalui sidang

Pengadilan Agama dan mereka bercerai dengan hanya dengan cara

kekeluargaan yang artinya proses perceraian tersebut tidak sesaui

dengan ketentuan undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam Pasal 115. Selajutnya perceraian tersebut

menggunakan surat kinayah sebagai bukti bahwa mereka telah

melakukan perceraian dan surat tersebut tidak bisa dijadikan bukti

Page 76: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

63

otentik karena bukan dikuarkan oleh Pengadilan Agama yang

mempunyai wewenang untuk mengeluarkan surat tersebut.

3. Tata Cara Pernikahan Selanjutnya Setelah Terjadi Perceraian di Luar

Pengadilan Agama di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

Proses pernikahan masyarakat Desa Mekarjaya setelah terjadi

perceraian di luar Pengadilan Agama yaitu dengan cara memalsukan

status perceraian mereka yang seharusnya berstatus janda atau duda

menjadi lajang dan yang seharusnya berstatus cerai talak atau cerai

gugat menjadi cerai mati. Hal tersebut bertentangan dengan KUHP

pasal 263. Setelah proses pemalsuan status perceraian tersebut

selanjutnya proses pernikahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

4. Dampak Dari Perceraian di Luar Pengadilan Agama di Desa

Mekarjaya Kec. Rumpin Bogor

Perceraian di luar Pengadilan Agama yang dilakukan

masyarakat Desa Mekarjaya berdampak negatif terhadap status

perceraian mereka bahwa perceraian tersebut tidak sah menurut

Hukum positif dan tidak mempunyai kekuatan hukum. selain itu,

berdampak untuk isteri, bahwa isteri tersebut tidak mendapatkan

nafkah masa iddah dan pembagian harta bersama yang seharusnya

menjadi haknya. Dan dampak terhadap anak bahwa anak tersebut

tidak mendapatkan nafkah hadhanah dari ayahnya sesuai dengan

ketentuan pasal 156 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 45 UUPA.

B. Saran

Minimnya pengetahuan dan rendahnya kesadaran hukum

masyarakat menjadi salah satu faktor banyak terjadi perceraian di kalangan

masyarakat. Kepada praktisi hukum perlunya memberikan konsultasi

hukum dan bimbingan hukum yang intensif kepada masyarakat luas baik

dalam advokasi birokrasi maupun advokasi praktisi untuk meminimalisir

kasus perceraian tersebut.

Page 77: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

64

Dibutuhkannya penyuluhan kepada masyarakat oleh Kantor

Urusan Agama melalui BP4 tentang prosedur perceraian dan pernikahan

yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga tidak

terjadi lagi ketidaktahuan masyarakat mengenai prosedur perceraian dan

pernikahan yang sesuai dengan undang-undang.

Bagi para akademisi, supaya lebih mengkaji hukum perkawinan

yang berlaku di Indonesia, agar tidak hanya praktisi hukum saja yang

menghiasi Hukum Perkawinan di Indonesia. Terus melakukan simulasi

dan pelatihan lainnya.

Page 78: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

65

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Sygma,

2005

B. Buku

Abu Hilmi Kamaluddin, Menyingkap Tabir Perceraian, Jakarta: Pustaka Al

Shofwa, 2005.

Ali Zainudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2006.

Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, Beirut: Dar al-Fikr.

Ash-Sabuni Syaikh Muhammad Ali, Shafwatuttafsir, Yogyakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2010.

Ashshofa Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:Rineka Cipta, 2004.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Edisi

Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Azzam Abdul Aziz Muhammad dan Hawwas Abdul Wahhab Sayyed, Fiqih

Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009.

Bungim Burhan, Metodologi penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Bandung: Al-Ma‟arif, 1990.

Furchan Arief, Pengantar, Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha

Nasional, 1992.

Ghozali Abdul Rahman, Fiqih Munakahat, Jakarta: Prenada Media Group,

2010.

Hakim Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Hamid Zahri, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang

Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1987.

Mardani, Tafsir Ahkam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Marpaung Happy, Masalah Perceraian, Bandung: Tonis, 1983.

Page 79: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

66

Maulana Hakim Irfan, Bulughul Maram, Bandung: Mizan Pustaka, 2010.

Muchtar Kamal, Asas-Asas Hukum Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1974.

Nuruddin Amiur, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Prenada Media Group, 2004.

Prodjohamidjodjo Martiman, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Legal

Center Publishing, 2002.

Rafiq Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995.

Rosyid Roihan A., Hukum Acara Pengadilan Agama, Jakarta Rajawali

Press,1994.

Sabiq Sayyid, Fikih Sunnah, Bandung: Alma‟arif, 1990.

Said A. Zuhdi, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Al-

Husna, 1998.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. 1

Tahun 1974, Yogyakarta: PT. Liberti, 2004.

Subana M dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung:

CV Pustaka Setia, 2005.

Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: prenada

Media, 2007.

Syamsudin M, Operasional Penelitian Hukum, Jakarta: PT, Rajawali Press,

2007

Thalib Sayuti, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: UI Press, 1995.

Tihami dan Sahrani Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, Jakarta:

Rajawali pers, 2014.

Uwaidah Syaikh Kamil Muhammad, Fiqh Wanita, Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 1996.

Wafa Moh Ali, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian Dalam

Hukum Islam dan Hukum Materil, Tangerang Selatan: Yasmi, 2018.

Page 80: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

67

C. Undang-Undang

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 (UUPA).

Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

D. Internet

http://elfamurdiana.blogspot.com/2009/07/peranan-sosialisasi-hukum-dalam-

proses.html

Hilangkan Ego, Ini Dampak Perceraian Terhadap Anak, aladokter.com.

Page 81: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

68

PEDOMAN WAWANCARA

A. KEPALA DESA

1. Bagaimana Sejarah Desa Mekarjaya?

2. Jika warga bercerai apakah ada laporan ke pihak desa?

3. Bagaimana menurut pendapat anda tentang perceraian diluar Pengadilan

Agama/perceraian yang dilakukan hanya didepan Tokoh Agama dan

Keluarga kedua belah pihak?

4. Faktor apa saja yg membuat mereka bercerai di luar Pengadilan Agama?

5. Apakah perceraian di luar Pengadilan Agama sudah menjadi budaya di

Desa Mekarjaya?

6. Apakah orang yang bercerai di luar Pengadilan Agama bisa menikah lagi

di desa ini?

7. Pernikahannya dilakukan secara resmi atau tidak?

8. Apakah ada ketelibatan pihak desa dalam proses perceraian masyarakat

dan pernikahan selanjutnya setelah terjadi perceraian di luar Pengadilan

Agama?

B. TOKOH MASYARAKAT

1. Berapa lama anda tinggal di desa ini?

2. Bagaimana sejarah Desa Mekarjaya?

3. Apakah ada perceraian yang disaksikan oleh anda?

4. Bagaimana proses perceraian di Desa Mekarjaya?

5. Bagaimana hukum perceraian tersebut?

6. Apa faktor masyarakat Desa Mekarjaya bercerai di luar Pengadilan

Agama?

7. Bagaimana menurut pandangan anda mengenai perceraian di luar

Pengadilan di Desa Mekarjaya?

8. Apakah perceraian di luar Pengadilan Agama sudah menjadi budaya di

Desa Mekarjaya?

9. Bagaimana proses pernikahan masyarakat Desa Mekarjaya setelah terjadi

perceraian di luar Pengadilan Agama?

Page 82: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

69

C. PELAKU PERCERAIAN

1. Apakah pernikahan anda secara resmi tercatat di KUA?

2. Berapa lama usia pernikahan anda?

3. Faktor apa yang membuat anda bercerai?

4. Apakah anda mengetahui bahwa ada Peraturan Undangan-Undang yang

mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?

5. Apakah perceraian dilakukan di Pengadilan Agama?

6. Jika tidak, apa alasan anda bercerai di luar Pengadilan Agama?

7. Menurut anda, apakah sah bercerai di luar Pengadilan Agama?

8. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta

bersama yang jelas?

9. Apakah anda sudah menikah lagi dan Pernikahan anda yg kedua tercatat di

KUA?

10. Bagaimana proses pernikahan kedua anda yang tercatat di KUA sedangkan

telah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama?

Page 83: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

70

HASIL WAWANCARA

NAMA : Adung

JABATAN : Sekertaris Desa Mekarjaya

HARI/WAKTU : Rabu, 2 Januari 2019/ 14.00 WIB

TEMPAT : Puskesmas Pembantu Desa Mekarjaya

1. Bagaimana Sejarah Desa Mekarjaya?

Jawab: Desa Mekarjaya adalah pemekaran dari Desa Cidokom. Pemekaran

sudah direncanakan dari tahun 2010, resmi mekar pada tahun 2012 dan

langsung diadakan pemilihan Kepala Desa. Dari hasil pemilihan, terpilihlah

bapak Cecep Ropiudin sebagai kepala desa dan sekarang menjabat 2 periode

2. Jika warga bercerai apakah ada laporan ke pihak desa?

Jawab: Warga Desa Mekarjaya yang becerai tidak ada laporan ke desa dan

hanya diketahui oleh tokoh-tokoh masyarakat karena perceraiannya tidak

melalui pengadilan. Jadi dianggap cukup oleh yang bersangkutan cerai hanya

melalui jalan kekeluargaan dan pihak desa tidak mempunyai data perceraian

warga desa.

3. Bagaimana menurut pendapat anda tentang perceraian di luar Pengadilan

Agama/ perceraian yang dilakukan hanya didepan Tokoh Agama dan

Keluarga kedua belah pihak?

Jawab: Sebetulnya kurang bagus, bahkan tidak bagus karena harusnya

perceraian tersebut diketahui oleh pemerintah untuk kepentingan

administrasi. Tapi langkah masyarakat belum sampai situ karena prosesnya

yang sulit jadi cukup melalui jalan kekeluargaan.

4. Faktor apa saja yg membuat mereka bercerai diluar Pengadilan Agama?

Jawab: Alasannya karena pemahaman masyarat yang kurang, proses yang

sulit dan lama, jarak yang jauh dari rumah ke Pengadilan, dan masyarakat

menilai perceraian itu bukan hal yang baik karena pada umumnya mereka

bercerai karena berselisih paham dan tidak ada yg mau bercerai secara baik-

baik.

Page 84: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

71

5. Apakah perceraian diluar Pengadilan Agama sudah menjadi budaya di Desa

Mekarjaya?

Jawab: Iya sudah menjadi tradisi karena dari dulu tidak ada yang bercerai

melalui pengadilan

6. Apakah orang yang bercerai diluar Pengadilan Agama bisa menikah lagi di

desa ini?

Jawab: Kalau dibilang bisa nikah lagi atau tidak, pasti bisa.

7. Pernikahannya dilakukan secara resmi atau tidak?

Jawab: Ada yang menikah secara agama saja, tapi mayoritas menikah resmi

terdaftar di KUA.

8. Apakah ada ketelibatan pihak desa dalam proses perceraian masyarakat dan

pernikahan selanjutnya setelah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Untuk proses perceraian tidak ada, tetapi untuk pernikahan

selanjutnya secara resmi pihak desa terlibat membantu mengeluarkan surat-

surat adminitrasi yang dibutuhkan guna pernikahan tersebut.

Bogor, 2 Januari 2019

Informan

Adung

Page 85: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

72

NAMA : Mad Enur

JABATAN : Tokoh Masyarakat

HARI/WAKTU : Senin, 22 oktober 2018/ 20.00 WIB

TEMPAT : Kediaman Bapak Mad Enur

1. Berapa lama anda tinggal di desa ini?

Jawab: Dari kecil saya sudah tinggal di desa ini

2. Bagaimana sejarah Desa Mekarjaya?

Jawab: Tahun 2012 mekar dari Desa Cidokom melalui forum tokoh

masyarakat dan tokoh agama yang mengajukan pemekaran tersebut.

Sedangkan pemilihan nama desa melalui mekanisme pengajuan setiap

kampung menyodorkan nama yang akan disepakati dan akhirnya disepakati

nama menjadi Desa Mekarjaya Ada juga kesepakatan penambahan nama

kampung.

3. Apakah ada perceraian yang disaksikan oleh anda?

Jawab: Ada

4. Bagaimana proses perceraian di Desa Mekarjaya?

Jawab: Pada umumnya masyarakat Desa Mekarjaya melakukan perceraian

cukup melalui jalan kekeluargaan dan menggunakan surat yang yang

dibubuhi tanggal dan tanda tangan diatas materai yang disebut surat kinayah

sebagai bukti telah jatuh talak satu sampai talak tiga, namun pada umumnya

talak satu. Perceraian tersebut dihadiri oleh wali dan saksi dari pihak

keluarga, ada juga yang disaksikan oleh aparat setempat seperti ketua RT,

ketua RW, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Ada juga proses serah terima

dimana pihak suami berkata “jika sudah tidak ada jodoh, saya pasrahkan dan

kembalikan anak bapak dari atas ujung rambut sampai bawah ujung kaki

karena sudah tidak ada jodoh”. Jika diterima oleh wali, maka dilampirkan

surat kinayah tersebut.

5. Bagaimana hukum perceraian tersebut?

Jawab: Secara agama sudah jelas sah, secara administrasi mungkin tidak

Page 86: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

73

6. Apa faktor masyarakat Desa Mekarjaya bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Salah satunya karena faktor ekonomi, jika harus menghabiskan biaya

berjuta-juta untuk bercerai, lebih baik uangnya dipakai untuk biaya menikah

lagi

7. Bagaimana menurut pandangan anda mengenai perceraian di luar Pengadilan

di Desa Mekarjaya?

Jawab: Tidak apa-apa karena sudah banyak contoh. Kecuali ada gugatan dari

pihak perempuan dan pihak perempuan mau membiayai biaya perceraian

tersebut.

8. Apakah perceraian diluar Pengadilan Agama sudah menjadi budaya di Desa

Mekarjaya?

Jawab: Sudah menjadi budaya di kampung, bahkan setiap kampung yang ada

di desa bercerai di luar Pengadilan Agama kecuali kecuali warga tersebut

seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang harus ada peceraian resmi

9. Bagaimana proses pernikahan masyarakat Desa Mekarjaya setelah terjadi

perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: jika ingin menikah lagi dan tercetat di KUA, ada dua cara. Pertama,

jika laki-laki/perempuan tersebut berumur dibawah 30 tahun dan belum

mempunyai anak, maka statusnya dimanipulasi menjadi perjaka/perawan lagi.

Karena jika dibuat statusnua duda/janda cerai talak/gugat, maka harus ada

akta perceraian. Kedua, jika laki/perempuan tersebut sudah punya anak, maka

statusnya dimanipulasi menjadi duda/janda cerai mati atas dasar persetujuan

pihak keluarga. Misalnya perempuan ingin menikah lagi maka mantan

suaminya dimatikan statusnya untuk mempermudah proses pernikahan. Surat

kuning/surat kematian diperoleh dari pihak desa karena yang berwenang

mengeluarkan surat kematian adalah pihak desa. Surat kematian tersebut

dilampirkan ketika mengajukan pernikahan ke KUA Setelah itu proses

pernikahannya berjalan seperti biasa. Pada umumnya di perkampungan,

proses pernihakan dari mulai pendaftaran sampai menikah diurus oleh aparat

setempat seperti RT. Jadi orang yang akan menikah tinggal menunggu beres.

Page 87: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

74

Bogor, 22 Oktober 2018

Informan

Mad Enur

Page 88: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

75

NAMA : Dini Oktaviani

JABATAN : Pelaku Perceraian

HARI/WAKTU : Senin, 31 Desember 2018/ 16.00

TEMPAT : Kediaman Ibu Dina Oktaviani

1. Apakah pernikahan anda secara resmi tercatat di KUA?

Jawab: Resmi dan tercatat di KUA

2. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 2 Tahun

3. Faktor apa yang membuat anda bercerai?

Jawab: Karena KDRT pihak suami dan suami tidak jujur dalam masalah

ekonomi

4. Apakah anda mengetahui bahwa ada Peraturan Undang-Undang yang

mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?

Jawab: Iya tahu

5. Apakah perceraian dilakukan di Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak

6. Jika tidak, apa alasan anda bercerai diluar Pengadilan Agama?

Jawab: Karena tempat tinggal saya jauh dari Pengadilan Agama dan tidak ada

biayanya

7. Menurut anda, apakah sah bercerai diluar Pengadilan Agama?

Jawab: Kalau menurut hukum islam sah, tapi tidak tau kalau menurut

pemerintah

8. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta

bersama yang jelas?

Jawab: Nafkah iddah tidak dapat sama sekali. Nafkah anakpun sekedarnya.

Adapun nafkah bersama tidak dapat apa-apa karena semua harta dibawa

semua oleh suami, bahkan pakaian sayapun semuanya diambil suami.

9. Apakah anda sudah menikah lagi dan Pernikahan anda yg kedua tercatat di

KUA?

Page 89: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

76

Jawab: Sudah. Iya tercatat

10. Bagaimana proses pernikahan kedua anda yang tercatat di KUA sedangkan

telah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak tahu karena diurus sama ketua RT, tapi kemungkinan status

perceraiannya dibuat cerai mati

Bogor, 31 Desember 2018

Informan

Dini Oktaviani

Page 90: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

77

NAMA : Mahmudiyah

JABATAN : Pelaku Perceraian

HARI/ WAKTU : Senin, 31 Desember 2018/ 14.00 WIB

TEMPAT : Kediaman Ibu Mahmudiyah

1. Apakah pernikahan anda secara resmi tercatat di KUA?

Jawab: Iya resmi

2. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 9 tahun

3. Faktor apa yang membuat anda bercerai?

Jawab: Adanya kekerasan dalam rumah tangga, kalau faktor yang lain tidak

ada, karena ekonomi pun mencukupi

4. Apakah anda mengetahui bahwa ada Peraturan Undangan-Undang yang

mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?

Jawab: Tahu

5. Apakah perceraian dilakukan di Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak melalui Pengadilan Agama

6. Jika tidak, apa alasan anda bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Karena tidak ada biaya, karena bercerai di Pengadilan harus ada biaya

dan dari pihak laki-laki tidak mau, padalah saya siap saja jika harus bercerai

di Pengadilan Agama

7. Menurut anda, apakah sah bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Sah menurut Hukum Islam. Tapi mungkin tidak sah menurut

pemerintah

8. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta

bersama yang jelas?

Jawab: saya menerima nafkah iddah selama masa iddah 3 bulan tersebut,

nafkah anak disatukan dengan nafkah iddah. Sedangkan harga bersama tidak

dapat, semua harta dibawa oleh suami.

Page 91: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

78

9. Apakah anda sudah menikah lagi dan Pernikahan anda yg kedua tercatat di

KUA?

Jawab: Sudah, tercatat

10. Bagaimana proses pernikahan kedua anda yang tercatat di KUA sedangkan

telah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Status percerainya dibuat cerai mati, hal yang sama juga dilakukan

pihak laki-laki jika dia ingin menikah lagi, sedangkan untuk mendapat surat

nikah harus menunggu waktu 7 bulan karena statusnya dibuat cerai mati.

Bogor, 31 Desember2018

Informan

Mahmudiyah

Page 92: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

79

NAMA : Neneng fauziyah

JABATAN : Pelaku Perceraian

HARI/ WAKTU : Senin, 31 Desember 2018/ 17.30

TEMPAT : Kediaman Ibu Neneng Fauziyah

1. Apakah pernikahan anda secara resmi tercatat di KUA?

Jawab: Resmi

2. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 5 tahun

3. Faktor apa yang membuat anda bercerai?

Jawab: intinya karena ada orang ketiga. walaupun ada kekerasan dalam

rumah tangga, tapi itu bukan pertimbangan untuk bercerai karena saya ada

anak. Kasian anak saya kalau sampai bercerai.

4. Apakah anda mengetahui bahwa ada Peraturan Undangan-Undang yang

mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak tahu

5. Apakah perceraian dilakukan di Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak, hanya secara kekeluargaan, itu juga talaknya disampaikan

kepada orang tua saya, bahkan saya tidak tahu kalau sudah diceraikan

6. Jika tidak, apa alasan anda bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak mengerti, namanya juga di kampung

7. Menurut anda, apakah sah bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: kalau menurut saya sah-sah saja

8. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta

bersama yang jelas?

Jawab: Tidak dapat, nafkah anak juga tidak dapat baik bulanan mupun

tahunan. Harta bersama juga tidak dapat, semuanya diambil suami. Saya tidak

diberikan apa apa oleh suami walaupun punya motor dan lain-lain

9. Apakah anda sudah menikah lagi dan Pernikahan anda yg kedua tercatat di

KUA?

Page 93: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

80

Jawab: Sudah, tidak tercatat

Bogor, 31 Desember 2018

Informan

Neneng Fauziyah

Page 94: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

81

NAMA : Siti Apiah

JABATAN : Pelaku Perceraian

HARI/ WAKTU : Selasa, 1 Januari 2019/ 21.00 WIB

TEMPAT : Kediaman Ibu Siti Apiah

1. Apakah pernikahan anda secara resmi tercatat di KUA?

Jawab: Tercatat

2. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 7 bulan

3. Faktor apa yang membuat anda bercerai?

Jawab: Karena ditinggal pergi suami tanpa ada kabar

4. Apakah anda mengetahui bahwa ada Peraturan Undangan-Undang yang

mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?

Jawab: Tahu, karena saya pernah melihat berita perceraian di televisi.

5. Apakah perceraian dilakukan di Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak

6. Jika tidak, apa alasan anda bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Karena tidak tahu suaminya kemana dan biasanya diampung juga

tidak ada yang bercerai di Pengadilan Agama. Jadi saya mengikuti yang lain.

7. Menurut anda, apakah sah bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Sah-sah saja

8. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta

bersama yang jelas?

Jawab: Saya tidak dapat nafkah iddah dan saya juga belum punya anak. Harta

bersamapun tidak punya karena usia pernikahan saya hanya 7 bulan.

9. Apakah anda sudah menikah lagi dan Pernikahan anda yg kedua tercatat di

KUA?

Jawab: Sudah, tercatat

10. Bagaimana proses pernikahan kedua anda yang tercatat di KUA sedangkan

telah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama?

Page 95: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

82

Jawab: saya tidak mengerti, karena pernikahannya diurus sama tokoh disini

dan ketika menikah saya dapat buku nikah.

Bogor, 1 Januari 2019

Informan

Siti Apiah

Page 96: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

83

NAMA : Lilis Triani

JABATAN : Pelaku Perceraian

HARI/ WAKTU : Selasa, 1 Januari 2019/ 20.00

TEMPAT : Kediaman Ibu Lilis Triani

1. Apakah pernikahan anda secara resmi tercatat di KUA?

Jawab: Iya resmi, saya dapat buku nikah dari KUA

2. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 1 tahun 6 bulan

3. Faktor apa yang membuat anda bercerai?

Jawab: banyak masalah dalam rumah tangga saya dan sudah tidak ada

kecocokan lagi

4. Apakah anda mengetahui bahwa ada Peraturan Undangan-Undang yang

mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?

Jawab: Tahu

5. Apakah perceraian dilakukan di Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak melalui Pengadilan Agama

6. Jika tidak, apa alasan anda bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Karena tidak disuruh sama aparat setempat, kalau di kota bnyak yang

cerai di Pengadilan Agama, tapi kalau di kampung masih jarang. Kalau cerai

ya cerai aja tidak pakai sidang, cukup pakai surat talak (Kinayah) yang dibuat

ketika bercerai.

7. Menurut anda, apakah sah bercerai di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Kalau menurut Agama sah karena sudah keluar ikrar talak. Tapi kalau

menurut pemerintah mungkin masih diragukan sah atau tidaknya secara

hukum

8. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta

bersama yang jelas?

Page 97: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

84

Jawab: nafkah iddah saya tidak dapat. Nafkah anak juga tidak ada. Anak juga

cuma setahun sekali dapatnya. Sedangkan kalau nafkah bersama tidak ada

yang dibagi karena tidak punya harta apa-apa

9. Apakah anda sudah menikah lagi dan Pernikahan anda yg kedua tercatat di

KUA?

Jawab: Sudah. Iya tercatat walaupun saya tidak ke KUA karena diurus oleh

aparat setempat

10. Bagaimana proses pernikahan kedua anda yang tercatat di KUA sedangkan

telah terjadi perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak tahu, karena sudah dipasarahkan kepada pengurus (aparat

setempat)

Bogor, 1 Januari 2019

Informan

Lilis Triani

Page 98: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

85

DOKUMENTASI WAWANCARA

Foto Peneliti dengan Bapak Adung (Sekertaris Desa Mekarjaya) di Puskesmas

Pembantu Desa Mekarjaya

Page 99: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

86

Foto Peneliti dengan Bapak Mad Enur (Tokoh Masyarakat Desa Mekarjaya) di

Kediaman Bapak Mad Enur

Page 100: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

87

DOKUMENTASI WAWANCARA

Foto Peneliti dengan Ibu Dini Oktaviani (Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama) di Kediaman Ibu Dini Oktaviani

Page 101: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

88

Foto Peneliti dengan Ibu Neneng Fauziyah (Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama) di Kediaman Ibu Neneng Fauziyah

Page 102: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

89

DOKUMENTASI WAWANCARA

Foto Peneliti dengan Ibu Lilis Triani (Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama) di Kediaman Ibu Lilis Triani

Page 103: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

90

Foto Peneliti dengan Ibu Siti Apiah (Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama) di Kediaman Ibu Lilis Triani

Page 104: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis

91

DOKUMENTASI WAWANCARA

Foto Peneliti dengan Ibu Mahmudiyah (Pelaku Perceraian di Luar Pengadilan

Agama) di Kediaman Ibu Mahmudiyah

Page 105: PERCERAIAN DI LUAR PENGADILAN AGAMA (STUDI PRAKTIK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45491/1/ASEP... · bahwa penulis jauh dari kesempurnaan. Selanjutnya penulis