Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii...

14
1 PENDAHULUAN Bekerja merupakan bagian fundamental kehidupan bagi hampir semua orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan (Suardiman, 2011). Namun manusia tidak dapat bekerja terus menerus sepanjang hidupnya akan tiba suatu masa pensiun, yakni masa kerja formal seseorang dengan dimulainya suatu peran baru dalam hidupnya, harapan-harapan baru, serta pendefinisian kembali tentang diri (Turner & Helms, 2001). Di Indonesia pensiun diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai batas usia pensiun bagi pegawai negeri sipil (PNS). Pada PP RI No.19 batas usia pensiun PNS secara umumnya pada usia 56 tahun. Batas usia tentunya tidaklah sama hal ini tergantung pada tingkat jabatan diduduki oleh seseorang dalam pekerjaannya. Namun baru-baru ini pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintahan yang berlaku mulai 2014 yang mana batas usia pensiun diperpanjang menjadi usia 58 tahun (PP RI No 21). Pada penelitian ini penulis masih menggunakan bata usia pensiun 56 tahun pada PNS golongan III di kota Palangkaraya. Pada saat memasuki masa pensiun individu diharapkan dapat menikmati waktu luang dengan melakukan aktivitas yang atau berkumpul dengan anggota keluarga, mengembangkan minat dan melakukan pekerja sosial lainnya (Kim & Moen, 2001). Terdapat tiga hal yang akan hilang pada masa pensiun yaitu, hilangnya kegiatan rutin yang dulu dilakukan, hilangnya interaksi dengan rekan-rekan kerja dan hilangnya status yang disandang selama bekerja ditambah pula dengan berkurang penghasilan (Kuntjoro, 2004). Menurut Kuntjoro ketika memasuki masa pensiun seseorang sudah tidak memiliki kondisi yang sama seperti waktu bekerja dulu. Timbulnya perasaan negatif seperti kecemasan, takut, stres dan kekhawatiran pada masa pensiun akan memengaruhi kepuasan hidup seseorang yang pensiun (Smith & Moen, 2004). Kim dan Moen (2002) berpendapat bahwa masa pensiun dapat meningkatkan sense of well-being yang pada akhirnya akan memengaruhi kepuasan hidup individu apabila individu

Transcript of Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii...

Page 1: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

1

PENDAHULUAN

Bekerja merupakan bagian fundamental kehidupan bagi hampir semua orang dewasa,

baik pria maupun wanita yang dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan (Suardiman,

2011). Namun manusia tidak dapat bekerja terus menerus sepanjang hidupnya akan tiba suatu

masa pensiun, yakni masa kerja formal seseorang dengan dimulainya suatu peran baru dalam

hidupnya, harapan-harapan baru, serta pendefinisian kembali tentang diri (Turner & Helms,

2001). Di Indonesia pensiun diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai batas usia pensiun

bagi pegawai negeri sipil (PNS). Pada PP RI No.19 batas usia pensiun PNS secara umumnya

pada usia 56 tahun. Batas usia tentunya tidaklah sama hal ini tergantung pada tingkat jabatan

diduduki oleh seseorang dalam pekerjaannya. Namun baru-baru ini pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintahan yang berlaku mulai 2014 yang mana batas usia pensiun diperpanjang

menjadi usia 58 tahun (PP RI No 21). Pada penelitian ini penulis masih menggunakan bata

usia pensiun 56 tahun pada PNS golongan III di kota Palangkaraya.

Pada saat memasuki masa pensiun individu diharapkan dapat menikmati waktu luang

dengan melakukan aktivitas yang atau berkumpul dengan anggota keluarga, mengembangkan

minat dan melakukan pekerja sosial lainnya (Kim & Moen, 2001). Terdapat tiga hal yang

akan hilang pada masa pensiun yaitu, hilangnya kegiatan rutin yang dulu dilakukan,

hilangnya interaksi dengan rekan-rekan kerja dan hilangnya status yang disandang selama

bekerja ditambah pula dengan berkurang penghasilan (Kuntjoro, 2004). Menurut Kuntjoro

ketika memasuki masa pensiun seseorang sudah tidak memiliki kondisi yang sama seperti

waktu bekerja dulu. Timbulnya perasaan negatif seperti kecemasan, takut, stres dan

kekhawatiran pada masa pensiun akan memengaruhi kepuasan hidup seseorang yang pensiun

(Smith & Moen, 2004).

Kim dan Moen (2002) berpendapat bahwa masa pensiun dapat meningkatkan sense of

well-being yang pada akhirnya akan memengaruhi kepuasan hidup individu apabila individu

Page 2: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

2

mempersepsikan sebagai suatu keadaan yang keluar dari tekanan pekerjaannya. Kemudian

Karp (dalam Davis, 2007) melakukan survey pada pekerja di London mengenai kepuasan

hidup bahwa mereka yang memiliki kesehatan yang prima atau mereka yang sangat

menyukai pekerjaannya, akan berusaha mencapai tujuan karir sedangkan yang lain

mengalami ketidakpuasan pada masa pensiun dalam hal masalah keuangan. Di samping itu

Herve, Bailly, Michele dan Daniel (2012) menyatakan pensiunan yang pensiun sesuai masa

kerja akan mempunyai kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan individu yang pensiun

sebelum waktunya. Hal serupa turut terjadi pada pensiunan PNS di Kota Palangkaraya yang

tak sedikit dari mereka mempunyai masalah pada masa pensiunnya. Berdasarkan pengamatan

penulis beberapa PNS mengalami gangguan kesehatan dan sebagian lain menikmati masa

pensiunnya. Hal ini karena kurangnya persiapan dalam mendekati masa pensiun yang

mengakibatkan beberapa individu merasakan masa pensiun merupakan masa yang tidak

mengenakan dalam hidupnya dan gagalnya menyesuaikan diri dengan status dan kondisi

yang ada. Sehingga hal tersebut akan memengaruhi kepuasan hidup pada individu dalam

menjalani masa pensiun.

Menurut Utian (dalam Britiller et al., 2013), kepuasan hidup adalah perasaan individu

terhadap kehidupannya sendiri yang tercermin dari perasaannya tentang masa lalu, sekarang

maupun masa depan. Kepuasan hidup pada dewasa lanjut mencakup pada aspek-aspek dalam

kehidupan seperti kondisi emosi (emotional), kesehatan (health), seksualitas (sexual) dan

pekerjaan atau aktivitas (occupational). Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan

terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan hidup pada masa pensiun, yaitu

Solinge dan Henkens (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri masa pensiun dan

berbedanya jenis kelamin juga merupakan faktor kepuasan hidup pada pensiun. Selain itu,

Herve et al. (2012) menyatakan bahwa status pekerjaan setiap individu yang pensiun menjadi

salah satu faktor kepuasan hidup. Kemudian adanya pendapatan/penghasilan pada masa

Page 3: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

3

pensiun berkaitan dengan kepuasan hidup (Eddington & Shuman, 2005). Selajutnya

Thompson (dalam Lobeck, 2005), menyatakan bahwa penurunan kondisi kesehatan secara

fisik dan psikis akan memengaruhi individu dalam mencapai atau merasakan kepuasan hidup

pada masa pensiun.

Berdasarkan beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan hidup masa pensiun penulis

memilih jenis kelamin. Hal tersebut karena menurut penelitian para ahli jenis kelamin

berpengaruh terhadap kepuasan hidup pada masa pensiun. Menurut Dangu (1992), jenis

kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak

seseorang lahir. Mein et al. (2003) dalam penelitiannya mengenai perbedaan jenis kelamin

dalam merasakan kepuasan hidup masa pensiun menyatakan bahwa pada umumnya pria

mengalami penurunan kesehatan secara fisik dan psikis dibandingkan wanita. Kemudian

Eddington dan Shuman (2005) mengenai gender dan kebahagiaan pada masa tua mengatakan

bahwa wanita memiliki afek negatif yang lebih tinggi dan tingkat depresi yang lebih tinggi

dibandingkan pria. Hal tersebut menyebabkan laki-laki lebih mempunyai kepuasan hidup

yang baik dibandingkan perempuan. Namun tidak demikian yang ditemukan pada penelitian

yang dilakukan oleh Solinge dan Henkens (2008) bahwa perempuan lebih mempunyai

kepuasan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki pada masa pensiun. Hal ini karena

perempuan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan yang baru dalam

hidupnya sedangkan pria lebih memerlukan penyesuaian diri yang agak lama dibandingkan

perempuan. Pada penelitian ini penulis terfokus pada pensiunan PNS golongan III ini karena

saat memasuki masa pensiun golongan terakhir yang dipegang oleh seorang PNS umumnya

adalah golongan III atau golongan IV dan perbedaan jumlah penghasilan yang diterima setiap

bulannya. Pada penelitian (Diener & Lucas, 2005 ; Eddington & Shuman, 2005) menyatakan

bahwa pendapatan atau penghasilan seseorang akan memengaruhi tinggi rendah kepuasan

hidup seseorang. Jadi, individu yang mempunyai pendapatan yang lebih baik cenderung

Page 4: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

4

mempunyai kepuasan hidup yang tinggi karena mereka mampu memenuhi kebutuhan-

kebutuhan mereka.

Masih adanya perbedaan dari hasil beberapa penelitian mengenai kepuasan hidup laki-

laki dan perempuan pada masa pensiun, yakni ada yang menyatakan bahwa pria yang

mempunyai kepuasan hidup yang tinggi dan ada juga yang menyatakan bahwa wanita yang

mempunyai kepuasan hidup yang tinggi pada masa pensiun. Disamping itu penulis juga

masih belum bisa menentukan yang antara perempuan dan laki-laki yang mempunyai

kepuasan hidup yang lebih tinggi dalam masa pensiun. Hal inilah yang mendasari penulis

melakukan penelitian mengenai perbedaan kepuasan hidup pensiunan PNS pada golongan III

di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Di samping itu juga penulis mengajukan

hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan signifikan kepuasan hidup pensiunan

PNS pada golongan III di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin.

Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup adalah perasaan individu terhadap kehidupannya sendiri yang tercermin

dari perasaannya tentang masa lalu, sekarang maupun masa depan. Kepuasan hidup pada

dewasa lanjut mencakup pada kondisi emosi, kesehatan, seksulitas dan pekerjaan atau

aktivitas yang mereka lakukan (Utian dalam Britiller et al., 2013). Utian mengemukakan

terdapat empat aspek kepuasan hidup pada dewasa lanjut antara lain:

a. Emosional (Emotional)

Kepuasan hidup secara emosional tergambar dari individu menyadari perasaan

yang terjadi dalam kehidupannya. Selain itu kepuasan hidup secara emosional

tergambar dari kemampuan individu mengendalikan berbagai emosi dalam hidupnya.

b. Aktivitas (Occupation)

Adanya aktivitas yang dilakukan setelah pensiun menjadi kepuasan hidup pada

dewasa lanjut seperti membuat mencapai tujuan hidup yang baru akan prestasi yang

Page 5: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

5

mereka kembangkan sebagai bukti kepuasan dan integritas karena mereka percaya hal

itu akan membawa kebahagian.

c. Seksual (Sexual)

Kepuasan seksual pada dewasa lanjut menjadi salah satu hal yang penting dikarena

pada saat ini sebagian besar individu merasakan puas atau ketidakpuasan terhadap

hubungan romantis pernikahan. Selain itu juga individu mampu menerima kondisi

pasangannya masing-masing dalam kehidupan seksualnya.

d. Kesehatan (Health)

Menyadari bahwa kondisi fisik menjadi lemah dan mengendalikan kondisi

kesehatan merupakan hal sulit yang bagi mereka. Oleh karena itu menjaga kebugaran

tubuh dengan disertai makanan yang di konsumsi harus di jaga untuk tetap menjaga

kondisi kesehatan.

Jenis Kelamin

Menurut Dangu (1992) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan

laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Jenis kelamin juga sebagai hal yang

membedakan identitas fisik individu dalam keberadaannya ditengah masyarakat. Pada masa

kini pun sebenarnya masih ada kecenderungan bahwa jenis kelamin memengaruhi berbagai

kegiatan yang individu lakukan. Perbedaan pria dan wanita dibagi menjadi dua hal, yaitu

pertama perbedaan secara biologis meliputi perbedaan fisik. Kedua perbedaan secara

psikologis meliputi karakter dan kepribadian antar keduanya yang mana bersifat bawaan atau

karena pengaruh dari lingkungan atau budaya setiap individu.

METODE

Partisipan

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 67 pensiunan PNS golongan III di Kota

Palangkaraya yang terdiri dari 35 pensiunan PNS laki-laki dan 32 pensiunan PNS perempuan.

Page 6: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

6

Subjek sebanyak 67 pensiunan merupakan pensiunan staf dari berbagai instansi pemerintahan

kota Palangkaya seperti dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangkaraya terutama bidang

perencanaan dan keuangan, Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya, Dinas Tata Kota

Palangkaraya dan pensiunan staf kantor Kotamadya Palangkaraya.

Alat Ukur Penelitian

Alat ukur kepuasan hidup terhadap masa pensiun menggunakan skala Utian Quality of

Life Scale (UQOL). Kepuasan hidup dewasa lanjut mencakup empat aspek antara lain seperti

emosional, pekerjaan/aktivitas, seksual dan kesehatan. Skala Utian Quality of Life Scale

(UQOL) yang tersusun dalam 37 aitem pernyataan dalam bentuk skala Likert. Berdasarkan

seleksi aitem skala kepuasan hidup yang semulanya tersusun 37 aitem sesudah pengujian

daya diskriminasi menjadi 27 aitem (10 aitem gugur). Dari uji reliabilitas dengan Alpha

Cronbach diperoleh hasil r = 0,872.

Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data dimulai pada hari

Selasa 13 Mei 2014 s/d 22 Mei 2014 dengan cara penulis langsung mencari subjek yang

pensiun. Jumlah subjek pensiun sebanyak 67 orang terdiri dari pensiunan PNS laki-laki

sebanyak 35 pensiunan dan 32 pensiunan perempuan pada golongan III di kota Palangkaraya.

Sesuai dengan rancangan penelitiaan dalam menentukan subjek menggunakan teknik

sampling jenuh yaitu dimana semua anggota populasi digunakan sebagai subjek (Sugiyono,

2010). Pada penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai yaitu subjek yang digunakan

untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian

kemudian diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 for windows.

Page 7: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

7

Teknik Analisa Data

Metode analisis menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan signifikan kepuasan hidup

pada pensiunan PNS golongan III ditinjau dari jenis kelamin. Analisis data dilakukan dengan

bantuan program bantu komputer SPSS 16.0 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Uji Normalitas

Berdasarkan hasil dari uji normalitas Kolmogrov-Smirnov, didapatkan nilai signifikansi

kepuasan hidup laki-laki sebesar p = 0,148 (p > 0,05).Kepuasaan hidup perempuan

menghasilkan nilai signifikansi sebesar p = 0,197 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa

sebaran data kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan merupakan sebaran data

berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan Levene Test Statistic. Uji homogenitas guna mengetahui

apakah data mempunyai varians yang sama atau tidak. Sampel dinyatakan homogen bila nilai

probabilitas (p) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Pada uji homogenitas untuk variabel

kepuasan hidup, diperoleh nilai p sebesar 0.000 (p < 0,05). Jadi dapat dinyatakan pada

penelitian ini tidak bersifat homogen atau tidak mempunyai varians yang sama, sehingga

untuk membaca hasil analisis pada table uji t menggunakan kolom equal variances not

assued.

Analisis Deskriptif

Tabel 1.

Kriteria Kepuasan Hidup Laki-laki No Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

1 113,4 ≤ x ≤ 135 Sangat Tinggi 1 2,857%

2 91,8 ≤ x < 113,4 Tinggi 10 28,571%

3 70,2 ≤ x < 91,8 Cukup 21 60% 85.80 13,038

4 48,6 ≤ x < 70,2 Rendah 3 8,571%

5 27 ≤ x < 48,6 Sangat Rendah - -

Page 8: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

8

Kepuasan hidup pada laki-laki dengan skor minumum sebesar 64 dan skor maksimun

sebesar 116. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kategori sangat rendah sebesar (0%),

rendah (8,571%), cukup (60%), tinggi (28,57%), dan sangat tinggi sebesar (2,857%). Mean

(rata-rata) sebesar 85,80 dengan standar deviasi (SD) sebesar 13, 038.

Tabel 2.

Kriteria Kepuasan Hidup Perempuan No Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

1 113,4 ≤ x ≤ 135 Sangat Tinggi 11 34,375%

2 91,8 ≤ x < 113,4 Tinggi 21 65,625%

3 70,2 ≤ x < 91,8 Cukup - - 112,06 7,927

4 48,6 ≤ x < 70,2 Rendah - -

5 27 ≤ x < 48,6 Sangat Rendah - -

kepuasan hidup pada laki-laki menghasilkan skor minumum sebesar 98 dan skor

maksimun sebesar 131. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kategori sangat rendah

sebesar (0%), rendah (0%), sedang (0%), tinggi (65,62%), dan sangat tinggi sebesar

(34,37%). Mean (rata-rata) sebesar 112,06 dengan standar deviasi (SD) sebesar 7,927.

Uji T

Tabel 3.

Gambaran Nilai Kepuasan Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin

Kepuasan Hidup

Laki-laki Perempuan

N 35 32

Mean 85,80 112,06

Standar Deviasi 13,038 7,927

Standard Error Mean 2,204 1,401

Berdasarkan keterangan tabel diatas menunjukan bahwa mean kepuasan hidup

perempuan dengan jumlah subjek sebanyak 32 pensiunan sebesar 112,06 yang mana

lebih tinggi daripada mean kepuasan hidup laki-laki yang subjeknya berjumlah 35

pensiunan sebesar 85,80. Hal ini menunjukan bahwa pensiunan perempuan memiliki

kepuasan hidup yang lebih tinggi daripada pensiunan laki-laki di kota Palangkaraya.

Pada penelitian ini taraf signifikasi yang digunakan adalah 0,05 sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima bila nilai signifikasi < 0,05. Sebaliknya, H0 diterima dan H1 ditolak bila

Page 9: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

9

nilai signifikasi > 0,05. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengetesan 2 ekor (2 tailed). Pengujian dua arah (2 tailed) adalah pengujian terhadap

suatu hipotesis yang belum diketahui arahnya

Tabel 4.

Hasil Perhitungan Uji T Equal variances not assumed

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Lower Upper

-95.363 8.639E3 .000 -19.813 .208 -20.221 -19.406

Dari hasil analisis uji t diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 (p < 0,05). Jadi dapat

diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan kepuasan hidup pensiunan PNS

pada golongan III di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini juga

menunjukan kepuasan hidup pensiunan perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan

kepuasan hidup pensiunan laki-laki pada PNS golongan III di kota Palangkaraya.

Pembahasan

Dari hasil penelitian uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05)

menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan pada pensiunan PNS golongan III di kota

Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Kemudian didapatkan hasil bahwa mean kepuasan

hidup pensiunan perempuan sebesar 112,06 sedangkan pada pensiunan laki-laki didapatkan

mean kepuasan hidup sebesar 85,80. Hal ini menunjukan bahwa pensiunan PNS perempuan

memiliki kepuasan hidup lebih tinggi daripada pensiun PNS laki-laki.

Kepuasan hidup tinggi dapat ditinjau pada perbedaan karakteristik perempuan dan laki-

laki. Perempuan yang lebih mengutamakan hubungan interpersonal dan mempunyai

kemampuannya dalam membujuk orang lain untuk membuka diri. Kemudian perempuan

dalam hubungan sosialnya mereka lebih dekat dan terbuka satu dengan lainnya. Selain itu

laki-laki mempunyai karakteristik berbeda dengan perempuan yang mana laki-laki lebih

Page 10: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

10

mandiri dan tidak terlalu mempunyai hubungan yang dekat pada lingkungan sosialnya

sehingga laki-laki mempunyai sikap tertutup dan sulit untuk terbuka dalam hal

mengekspresikan perasaaannya (Dagun, 1992). Kepuasan hidup yang tinggi dapat terlihat

dari hubungan sosial individu dengan lingkungan sekitar. Selain itu dari penjelasan diatas

individu yang mempunyai hubungan sosial yang baik dapat membawa dampak bagi individu

yang pensiun dalam menjalani masa-masa pensiun sehingga tidak adanya perasaan dan

pikiran negatif ketika pensiun karena individu merasa adanya dukungan dari lingkungannya.

Hal ini didukung Gunadi (2010), perempuan dan laki-laki mempunyai pandangan yang

berbeda tentang kepuasan hidup. Perempuan cenderung memandang makna hidupnya dan

melihat bahwa hidupnya itu berharga kalau dia memang memiliki suatu hubungan yang baik

dengan orang yang dikasihinya dan dekat dengannya. Menurut Gunadi (2010), pensiunan

perempuan tidak begitu stres asalkan tidak kehilangan kontak atau putusnya hubungan

dengan orang-orang dikasihinya atau orang terdekat. Sedangkan pria cenderung melihat

harga dirinya berdasarkan kemampuannya, apa yang telah dihasilkan dalam hidup ini. Jadi

kalau pria tidak bisa melihat hasil karyanya, tidak ada yang dia banggakan dari kerjanya dia

juga tidak akan bisa memiliki rasa bermakna atau rasa berharga yang baik. Malah

kecenderungannya adalah dia akan memandang rendah dirinya, sebab pria itu mengukur

tinggi rendahnya atau besar atau kecil dirinya itu dari pekerjaan yang selama ini dilakukan.

Sehingga ketika menjalani masa pensiun tidak jarang dari mereka yang takut sekali untuk

merasa tidak mampu, tidak bisa menguasai keadaan lagi. Pria dikondisikan untuk selalu

mampu memenuhi tuntutan yang diembankan padanya, sebab ketidakmampuannya

memenuhi tuntutan disamakan dengan kelemahan dan pria takut sekali lemah (Gunadi,

2010).

Solinge dan Henkens (2008) mengenai penyesuaian dan kepuasan hidup pensiun

menyatakan bahwa faktor jenis kelamin memengaruhi individu dalam mencapai kepuasan

Page 11: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

11

hidupnya. Pada penelitian Solinge dan Henkens (2008) melaporkan bahwa perempuan lebih

mempunyai kepuasan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kepuasan hidup

terutama pada masa pensiun seharusnya individu dapat menikmati waktu yang luang untuk

berkumpul dengan keluarga, melakukan hobi yang dulu terbatas untuk dilakukan, atau

bahkan ikut terlibat kegiatan sosial (Kim & Moen, 2001). Namun pada kenyataannya pada

sebagian mereka yang pensiun merupakan masa hilangnya kegiatan rutin yang dilakukan,

hilangnya rekan-rekan kerja dan yang paling terasa adalah berkurangnya penghasilan yang

diterima (Kuntjoro, 2004). Timbulnya perasaan negatif seperti kecemasan, takut, stres dan

kekhawatiran pada masa pensiun akan memengaruhi kepuasan hidup seseorang yang pensiun

(Smith & Moen, 2004).

Kepuasan hidup dapat mendorong individu untuk menikmati kehidupannya dimana dia

berada (Solinge & Henkens, 2008). Individu yang mempunyai tingkat kepuasan hidup yang

tinggi termasuk manusia yang dapat mengontrol kehidupan, menentukan tujuan hidup,

menjalani kehidupannya dengan menikmati setiap proses yang terjadi dalam kehidupannya

(Eddingtong, 2005). Mencapai kepuasan hidup pada masa tua tentu dipengaruhi berbagai

pengalaman kehidupan seperti pengalaman dari kehidupan sosial, pekerjaaan, dan kehidupan

rumah tangga yang akan memberikan kepuasan hidup tersendiri pada setiap individu (Kim &

Moen, 2001). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat simpulkan bahwa pensiunan laki-laki

yang memiliki kepuasan hidup pada masa pensiun yang rendah. Sebaliknya pensiunan

perempuan mempunyai kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan pensiunan laki-laki.

Perempuan dalam penelitian ini memiliki kepuasan hidup masa pensiun yang tinggi dan

cenderung memiliki kemampuan mengontrolan emosi dengan baik, dapat menentukan tujuan

baru dalam melakukan aktivitas yang baru, adanya kepuasan seksual dalam kehidupan

pernikahannya dan menjaga kesehatan di masa tuanya.

Page 12: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

12

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan signifikan kepuasan hidup pensiunan PNS pada golongan III di kota

Palangkaraya. Kepuasan hidup yang lebih tinggi dimiliki pensiunan PNS perempuan

golongan III dengan nilai rerata (mean) sebesar 112,06 lebih tinggi daripada pensiunan

golongan III PNS laki-laki dengan nilai rerata (mean) sebesar 85,80.

2. Ditemukan juga dari analisis deskriptif bahwa pada pensiunan PNS perempuan sebagian

besar (65,62%) pada kategori kepuasan hidup yang tinggi. Kemudian pada pensiunan

PNS laki-laki sebagian besar (60%) pada kategori kepuasan hidup yang cukup.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyampaikan beberapa saran antara lain:

1. Bagi pensiunan PNS perempuan supaya dapat mempertahankan kepuasan hidup yang

dimiliki agar dapat menikmati masa tua dengan kebahagiaan.

2. Bagi pensiunan PNS laki-laki supaya dapat meningkatan kepuasan hidupnya dengan tetap

aktif dalam aktivitas yang disukai, dapat mempersiapkan diri sebelum memasuki masa

pensiun, dan tetap menjaga hubungan dalam kehidupan sosial.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih bervariasi dalam menentukan subjek penelitian

misalnya dilihat dari perbedaan status pekerjaan (swasta atau PNS), karena status

pekerjaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepuasan hidup.

Page 13: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

13

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Britiller, M. C., et al. (2013). Life satisfaction of adults in retirement age. Journal of

International Scientific Research Lyceum of the Philippines University, 5(3), 122-137

Dagun, S. M. (1992). Maskulin dan feminin perbedaan pria-wanita dalam fisiologi,

psikologi, seksual, karier dan masa depan. Jakarta: Rineka Cipta.

Davis, G. D. (2007). Looking toward the future: predicting retirement satisfaction. The New

School Psyhology Bulletin Bowling Green State University, 5(1), 107-127.

Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: the science of happiness

and life staticfaction. New York: Oxford University.

Diener, E., Emmons. R. A., Larsen. R. J., Sharon. G. (1985). The satisfaction with life scale.

Journal of International University Illinois at Urbana Champaign, 49(1), 71-75.

Eddington, N. & Shuman, R. (2005). Subjective well being (happiness). Continuing

psychology education: 6 continuing education hours. Diunduh pada 17 Maret 2014 dari

http://www.texcpe.com/cpe/PDF/ca-happiness.pdf.

Gunadi, P. (2010). Pria dalam karier dan wanita dalam relasi. Diunduh pada 15 Juli 2014 dari

http://www.telaga.org/audio/pria_dalam_karier_dan_wanita_dalam_relasi.

Herve, C., Bailly, N., Michele. J., & Daniel. A. (2012). Comparative study of the quality od

adaptation and staticfaction with life of retirees according to retiring age. Scientific

Research Psyhologie des Ages de la Vie Universite F. Rabelais Tour France, 4, 322-

327.

Kim, J.E & Moen, P. (2001). Is retirement good or bad for subjective well-being. Journal Of

Family Center and Clinical and Social Sciences In Psychology University Of Rochester

New York, 10(2), 83-86.

Kim, J. E., & Moen, P. (2002). Retirement transitions, gender, and psychological well-being:

A life-course, ecological model. Journal of Gerontology: Psychological Sciences, 57(3),

212-222.

Kuntjoro, Z. S. (2004). Dukungan sosial pada lansia. Diunduh 14 Febuari 2014,

dari:http//www.epsikologi.com/lanjutusia. html.

Lobeck, M. (2005). The experience of stroke for men in retirement transition. Published by

SAGE.

Mein, G., et al. (2003). Is retiment good or bad for mental and physical health functioning?

whitehall II longitudinal study of civil servant. Journal Department of Epidemiology

and Public Health, Royal Free and University College Medical. London, 57(2), 46 - 49.

Republik Indonesia. (2013). Peraturan pemerintah Repbulik Indonesia tentang terubahan

keempat atas peraturan pemerintah no 32 tahun 1979 pemberhentian pegawai Negeri

sipil. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Page 14: Perbedaan Kepuasan Hidup Pensiunan Pns Pada Golongan Iii ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8995/3/T1_802010013_Full... · masih belum bisa menentukan yang antara perempuan

14

Republik Indonesia. (2014). Peraturan pemerintah Repbulik Indonesia tentang perubahan

keempat atas peraturan pemerintah no 32 tahun 1979 pemberhentian pegawai Negeri

sipil. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Smith, D. B., & Moen. P. (2004). Retirement staticfaction for retirees and their spouses.

Journal of Family Issues Sage Publications, 25(2), 262- 285.

Solinge, H. V & Kene. H. (2008). Adjustment to and staticfaction with retirement: two of a

kind. Journal Interdisciplinary Demograhic Institute, 22(2), 422-434.

Suardiman, P. S. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: PT Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Turner, J. S., & Helms, D. B. (2001). Lifespan development, (3rd

ed). United State: Holt,

Rinehart & Winston.