PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan...

31
PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI Oleh : MARTCHIA TRISHA DEASICA AYU 802014027 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Transcript of PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan...

Page 1: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL

YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI

Oleh

MARTCHIA TRISHA DEASICA AYU

802014027

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL

YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI

Martchia Trisha Deasica Ayu

Rudangta Arianti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

i

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dimana partisipan dalam

penelitian ini berjumlah 30 anak yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri 15

anak normal dan 15 anak tunarungu Hasil uji t-test menunjukkan thitung = -1050

dengan nilai signifikansi sebesar 0303 yang lebih besar dari 005 maka hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Pada pengujian

kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar

Tari Lawang Suri

Kata kunci Kebahagiaan Anak Tunarungu

ii

ABSTRACT

This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf

children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The

quantitative-comparative approach is used in this research The participants of

this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which

consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest

shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than

005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of

happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in

happiness towards deaf children and normal children when the test of past

happiness present happiness and future happiness is conducted

Keywords Happiness Deaf children

1

PENDAHULUAN

Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan

hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan

anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga

hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali

keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan

baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau

ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau

bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu

contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu

Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa

secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata

ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran

Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak

atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu

Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang

dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya

mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi

Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun

tanpa alat bantu (hearing aids)

2

WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466

juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan

34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)

dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total

246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah

tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini

akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan

maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat

dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut

untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)

membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut

a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya

hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus

b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita

kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus

c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB

d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam

kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa

dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 2: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL

YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI

Martchia Trisha Deasica Ayu

Rudangta Arianti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

i

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dimana partisipan dalam

penelitian ini berjumlah 30 anak yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri 15

anak normal dan 15 anak tunarungu Hasil uji t-test menunjukkan thitung = -1050

dengan nilai signifikansi sebesar 0303 yang lebih besar dari 005 maka hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Pada pengujian

kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar

Tari Lawang Suri

Kata kunci Kebahagiaan Anak Tunarungu

ii

ABSTRACT

This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf

children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The

quantitative-comparative approach is used in this research The participants of

this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which

consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest

shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than

005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of

happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in

happiness towards deaf children and normal children when the test of past

happiness present happiness and future happiness is conducted

Keywords Happiness Deaf children

1

PENDAHULUAN

Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan

hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan

anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga

hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali

keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan

baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau

ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau

bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu

contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu

Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa

secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata

ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran

Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak

atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu

Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang

dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya

mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi

Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun

tanpa alat bantu (hearing aids)

2

WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466

juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan

34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)

dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total

246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah

tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini

akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan

maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat

dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut

untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)

membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut

a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya

hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus

b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita

kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus

c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB

d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam

kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa

dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 3: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

i

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dimana partisipan dalam

penelitian ini berjumlah 30 anak yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri 15

anak normal dan 15 anak tunarungu Hasil uji t-test menunjukkan thitung = -1050

dengan nilai signifikansi sebesar 0303 yang lebih besar dari 005 maka hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Pada pengujian

kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar

Tari Lawang Suri

Kata kunci Kebahagiaan Anak Tunarungu

ii

ABSTRACT

This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf

children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The

quantitative-comparative approach is used in this research The participants of

this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which

consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest

shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than

005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of

happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in

happiness towards deaf children and normal children when the test of past

happiness present happiness and future happiness is conducted

Keywords Happiness Deaf children

1

PENDAHULUAN

Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan

hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan

anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga

hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali

keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan

baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau

ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau

bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu

contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu

Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa

secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata

ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran

Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak

atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu

Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang

dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya

mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi

Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun

tanpa alat bantu (hearing aids)

2

WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466

juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan

34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)

dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total

246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah

tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini

akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan

maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat

dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut

untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)

membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut

a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya

hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus

b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita

kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus

c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB

d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam

kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa

dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 4: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

ii

ABSTRACT

This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf

children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The

quantitative-comparative approach is used in this research The participants of

this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which

consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest

shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than

005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of

happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in

happiness towards deaf children and normal children when the test of past

happiness present happiness and future happiness is conducted

Keywords Happiness Deaf children

1

PENDAHULUAN

Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan

hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan

anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga

hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali

keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan

baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau

ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau

bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu

contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu

Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa

secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata

ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran

Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak

atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu

Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang

dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya

mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi

Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun

tanpa alat bantu (hearing aids)

2

WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466

juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan

34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)

dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total

246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah

tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini

akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan

maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat

dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut

untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)

membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut

a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya

hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus

b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita

kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus

c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB

d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam

kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa

dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 5: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

1

PENDAHULUAN

Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan

hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan

anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga

hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali

keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan

baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau

ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau

bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu

contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu

Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa

secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata

ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran

Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak

atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu

Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang

dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya

mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi

Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun

tanpa alat bantu (hearing aids)

2

WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466

juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan

34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)

dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total

246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah

tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini

akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan

maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat

dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut

untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)

membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut

a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya

hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus

b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita

kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus

c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB

d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam

kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa

dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 6: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

2

WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466

juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan

34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)

dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total

246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah

tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini

akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan

maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat

dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut

untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)

membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut

a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya

hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus

b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita

kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus

c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB

d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam

kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa

dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 7: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

3

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan

pelayanan pendidikan khusus

Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya

sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada

saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp

Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif

Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka

menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa

penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut

menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu

Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan

untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa

kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif

yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai

komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman

membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa

lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai

pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya

ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan

dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki

komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh

para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 8: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

4

rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah

bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu

kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman

tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-

perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita

sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang

Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di

dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca

buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita

seakan berhenti

Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun

saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam

ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang

dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal

tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan

jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa

disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan

gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di

akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu

tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup

keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan

optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin

setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih

baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 9: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

5

Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup

manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti

kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih

tinggi

Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan

kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat

mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan

dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-

hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi

kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok

ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda

sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain

uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif

pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas

seseorang (Seligman 2005)

Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri

anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang

diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi

pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang

dikemukakan oleh pelatih tari

ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti

tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka

latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang

latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya

kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 10: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

6

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki

ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat

dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran

Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran

sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap

memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran

dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan

mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar

tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi

keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang

Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik

mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang

bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan

normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 11: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

7

Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode

penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)

mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang

menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel

juga berbentuk perbandingan

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan

telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar

17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau

pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai

perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi

tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak

tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono

(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan

istilah sensus

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari

item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 12: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

8

yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang

digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman

(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki

subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak

maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak

maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri

Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan

Aspek Indikator Sub Indiktor

Emosi

Positif

Kepuasan Masa Lalu

Merasa puas terhadap suatu pencapaian

Merasa ketenangan dalam diri

Mempunyai penilaian yang positif

Memaafkan kesalahan masa lalu

Mensyukuri apa yang telah didapat

Kebahagiaan Masa

Sekarang

Menikmati kegiatan yang disukai

Merasakan kenikmatan inderawi

Optimis Akan Masa

Depan

Percaya harapan akan tercapai

Yakin setiap masalah besar kecil dapat

diselesaikan

Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(Seligman 2002)

Validitas

Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan

validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu

instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak

yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 13: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

9

Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi

hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran

(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas

alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak

tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang

mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini

dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17

pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya

2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam

membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam

penelitian

Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat

perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi

dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang

telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu

H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 14: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

10

H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal

yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas dan Homogenitas

Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar

di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti

melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada

uji beda

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One

Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal

apabila pgt005

Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AnakNormal AnakTunarungu

N 15 15

Normal

Parametersa

Mean 4973 5380

Std Deviation 9498 11614

Most Extreme

Differences

Absolute 165 176

Positive 165 176

Negative -147 -117

Kolmogorov-Smirnov Z 641 680

Asymp Sig (2-tailed) 806 744

a Test distribution is Normal

Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien

normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian

berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 15: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

11

memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680

yang mana ini juga berarti berdistribusi normal

Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances

Kebahagiaan

Levene Statistic df1 df2 Sig

2728 1 28 110

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari

penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai

probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh

karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut

homogen

Uji Perbedaan

Tabel 4 Independent Samples Test

Levenes

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t Df

Sig (2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kebahagiaan Equal

variances

assumed

2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868

Equal

variances not

assumed

-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 16: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

12

Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4

menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang

lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang

Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Tabel Deskriptif

Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan

pengelompokan atau kategorisasi

Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif

Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif

Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X

Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)

Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)

Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)

Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)

Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek

penelitian

Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan

Interval N Mean SD

Normal tunarungu normal Tunarungu

5177 1063

ge 6772 1 2 7 13

5709le x lt6772 1 5 7 33

4645le x lt5709 9 2 60 13

3583le x lt4645 2 6 13 40

le 3583 2 0 13 0

Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap

aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 17: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

13

sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang

digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah

Tabel 6 Group Statistics

AnakNormalTunarungu N Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452

2 15 5380 11614 2999

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar

4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri

menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak

normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing

berada pada kebahagiaan di kategori sedang

Tabel Skor kebahagiaan Responden

Tabel 71 Masa lalu

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std Error

Difference

95

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal

variances

assumed

4985 034 -

2019 28 053 -4467 2212 -8998 065

Equal

variances

not

assumed

-

2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 18: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

14

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 72 Masa Sekarang

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig T df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933

Equal variances not assumed

328 26263 746 267 813 -1404 1938

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Tabel 73 Masa Depan

Independent Samples Test

Levenes Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed) Mean

Difference Std Error Difference

95 Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kebahagiaan Equal variances assumed

123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981

Equal variances not assumed

096 27951 924 133 1390 -2714 2981

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 19: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

15

Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat

perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005

Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang

berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-

anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan

kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan

tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari

Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar

0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang

belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai

signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa

depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang

Suri

Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini

remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan

dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja

berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah

pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 20: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

16

anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri

dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di

Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang

memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai

kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai

dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan

bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan

harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan

pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu

menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi

emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya

dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat

berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak

tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal

tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal

Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 21: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

17

memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti

pembelajaran tari

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh

hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan

nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak

tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari

Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan

normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa

kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan

kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu

dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan

data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian

angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang

mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur

dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak

tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti

hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak

tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 22: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

18

dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak

tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat

tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan

akomodasi guna memeroleh data dari responden

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan

kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik

dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu

psikologi

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran

kepada beberapa pihak sebagai berikut

Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan

umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta

memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas

keterbatasan yang dimiliki

Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu

diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup

dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu

didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu

Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai

kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian

guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin

meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 23: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

19

mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek

anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 24: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting

the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc

Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211

Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human

strengths York Brunner-Routledge

Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling

therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication

diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April

2008

Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press

Retrieved June 18 2018 from

httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198

5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf

World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health

Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-

sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 25: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

21

Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved

from

httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin

fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)

Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika

Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From

libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf

Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan

dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT

Mizan Pustaka

Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive

psychology progress Empirical validation of interventions American

Psycholgist 60(5) 410-421

Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of

Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia

Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama

Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung

Alfabeta

Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from

httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)

Page 26: PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan nilai signifikansi sebesar 0,303 yang lebih besar dari 0,05 maka hasil penelitian

22

es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp

df

Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan

Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi

pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian

Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia

Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)