PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan...
Transcript of PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN ......Hasil uji t-test menunjukkan t hitung = -1,050 dengan...
PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL
YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI
Oleh
MARTCHIA TRISHA DEASICA AYU
802014027
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL
YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI
Martchia Trisha Deasica Ayu
Rudangta Arianti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dimana partisipan dalam
penelitian ini berjumlah 30 anak yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri 15
anak normal dan 15 anak tunarungu Hasil uji t-test menunjukkan thitung = -1050
dengan nilai signifikansi sebesar 0303 yang lebih besar dari 005 maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Pada pengujian
kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar
Tari Lawang Suri
Kata kunci Kebahagiaan Anak Tunarungu
ii
ABSTRACT
This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf
children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The
quantitative-comparative approach is used in this research The participants of
this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which
consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest
shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than
005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of
happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in
happiness towards deaf children and normal children when the test of past
happiness present happiness and future happiness is conducted
Keywords Happiness Deaf children
1
PENDAHULUAN
Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan
hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan
anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga
hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali
keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan
baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau
ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau
bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu
contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu
Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa
secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata
ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran
Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak
atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi
Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami
kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun
tanpa alat bantu (hearing aids)
2
WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466
juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan
34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)
dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total
246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah
tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan
maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat
Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu
lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat
dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut
untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)
membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut
a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya
hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus
b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita
kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan
berbahasa secara khusus
c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB
d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam
kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa
dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
PERBEDAAN KEBAHAGIAAN ANAK TUNARUNGU DAN NORMAL
YANG BELAJAR DI SANGGAR TARI LAWANG SURI
Martchia Trisha Deasica Ayu
Rudangta Arianti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dimana partisipan dalam
penelitian ini berjumlah 30 anak yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri 15
anak normal dan 15 anak tunarungu Hasil uji t-test menunjukkan thitung = -1050
dengan nilai signifikansi sebesar 0303 yang lebih besar dari 005 maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Pada pengujian
kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar
Tari Lawang Suri
Kata kunci Kebahagiaan Anak Tunarungu
ii
ABSTRACT
This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf
children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The
quantitative-comparative approach is used in this research The participants of
this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which
consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest
shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than
005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of
happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in
happiness towards deaf children and normal children when the test of past
happiness present happiness and future happiness is conducted
Keywords Happiness Deaf children
1
PENDAHULUAN
Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan
hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan
anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga
hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali
keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan
baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau
ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau
bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu
contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu
Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa
secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata
ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran
Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak
atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi
Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami
kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun
tanpa alat bantu (hearing aids)
2
WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466
juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan
34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)
dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total
246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah
tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan
maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat
Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu
lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat
dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut
untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)
membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut
a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya
hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus
b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita
kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan
berbahasa secara khusus
c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB
d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam
kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa
dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
i
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dimana partisipan dalam
penelitian ini berjumlah 30 anak yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri 15
anak normal dan 15 anak tunarungu Hasil uji t-test menunjukkan thitung = -1050
dengan nilai signifikansi sebesar 0303 yang lebih besar dari 005 maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Pada pengujian
kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar
Tari Lawang Suri
Kata kunci Kebahagiaan Anak Tunarungu
ii
ABSTRACT
This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf
children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The
quantitative-comparative approach is used in this research The participants of
this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which
consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest
shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than
005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of
happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in
happiness towards deaf children and normal children when the test of past
happiness present happiness and future happiness is conducted
Keywords Happiness Deaf children
1
PENDAHULUAN
Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan
hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan
anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga
hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali
keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan
baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau
ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau
bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu
contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu
Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa
secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata
ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran
Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak
atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi
Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami
kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun
tanpa alat bantu (hearing aids)
2
WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466
juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan
34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)
dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total
246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah
tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan
maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat
Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu
lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat
dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut
untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)
membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut
a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya
hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus
b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita
kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan
berbahasa secara khusus
c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB
d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam
kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa
dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
ii
ABSTRACT
This research is aimed at observing the distinction of happiness towards deaf
children and normal children which learn in Lawang Suri Dance School The
quantitative-comparative approach is used in this research The participants of
this research are 30 child which learn in Lawang Suri Dance School which
consist of 15 normal children while other children are deaf The result of ttest
shows that tcount = -1050 with 0303 as the significant value which is bigger than
005 therefore the result of this research shows that there are no distinction of
happiness learning in Lawang Suri Dance School There is no distinction in
happiness towards deaf children and normal children when the test of past
happiness present happiness and future happiness is conducted
Keywords Happiness Deaf children
1
PENDAHULUAN
Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan
hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan
anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga
hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali
keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan
baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau
ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau
bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu
contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu
Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa
secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata
ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran
Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak
atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi
Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami
kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun
tanpa alat bantu (hearing aids)
2
WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466
juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan
34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)
dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total
246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah
tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan
maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat
Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu
lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat
dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut
untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)
membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut
a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya
hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus
b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita
kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan
berbahasa secara khusus
c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB
d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam
kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa
dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
1
PENDAHULUAN
Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak Anak merupakan
hadiah yang diberikan Tuhan kepada sepasang manusia yang telah menikah dan
anak biasanya diberikan kelebihan atau kekurangannya masing- masing sehingga
hal tersebut membuat anak memiliki keunikan tersendiri Namun seringkali
keunikan tersebut justru menjadi hambatan bagi anak untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan di sekitarnya karena ada kekurangan atau ketidakmampuan
baik secara fisik mental maupun kognitif Beberapa kekurangan atau
ketidakmampuan tersebut bisa terjadi akibat dari suatu penyakit kecelakaan atau
bawaan sejak lahir hal ini disebut dengan anak berkebutuhan khusus Salah satu
contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu
Anak yang memiliki gangguan pendengaran mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain serta mengalami kesulitan dalam berbahasa
secara lisan dikatakan sebagai anak tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata
ldquotunardquo dan ldquorungurdquo tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran
Dwijosumarto (dalam Somantri 2006) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak
atau kurang mampu mendengar suara dikatakan sebagai tunarungu
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (low hearing) Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi
Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami
kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun
tanpa alat bantu (hearing aids)
2
WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466
juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan
34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)
dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total
246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah
tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan
maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat
Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu
lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat
dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut
untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)
membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut
a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya
hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus
b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita
kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan
berbahasa secara khusus
c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB
d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam
kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa
dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
2
WHO (2018) menemukan bahwa lebih dari 5 populasi di dunia atau 466
juta orang telah mengalami kehilangan pendengaran (432 juta orang dewasa dan
34 juta anak-anak) Berdasarkan data yang dihimpun oleh Susenas (2012)
dinyatakan bahwa 245 atau sekitar 6049050 jiwa penduduk dari total
246900000 jiwa penduduk Indonesia menyandang disabilitas fisik Dari jumlah
tersebut 787 atau sekitar 476060 jiwa penduduk adalah tunarungu Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan tingginya angka kelahiran kecelakaan dan
maraknya penyakit yang beredar di tengah masyarakat
Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu
lainnya Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran dapat
dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar Lebih lanjut
untuk mengetahui pengelompokannya Dwidjosumarto (dalam Somantri 2006)
membagi tingkat tuna rungu sebagai berikut
a Tingkat I Kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderitanya
hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus
b Tingkat II Kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita
kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan
berbahasa secara khusus
c Tingkat III Kehilangan kemampuan mendengar antara 70-89 dB
d Tingkat IV Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian Dalam
kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara mendengar berbahasa
dan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus Anak yang kehilangan
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
3
kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus
Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya
sebab orang baru akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada
saat anak diminta untuk berkomunikasi karena anak akan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa Anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown Remine Prescott amp
Rickards 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif
Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga sering kali menyebabkan mereka
menarik diri dari pergaulan lingkungan sekitar karena tidak adanya rasa
penerimaan diri dari lingkungan (Somantri 2006) dan seringkali hal tersebut
menimbulkan perasaan tidak bahagia yang dirasakan anak tunarungu
Seperti anak normal anak tunarungu juga memiliki hak serta keinginan
untuk dapat merasakan kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan bahwa
kebahagiaan (happiness) merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif
yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang di dalamnya tidak mempunyai
komponen perasaan sama sekali Dalam menjelaskan emosi positif ini Seligman
membagi menjadi 3 bagian yaitu masa lalu masa sekarang dan masa depan Masa
lalu berkaitan dengan kelegaan kedamaian kebanggaan dan kepuasan sampai
pada kegetiran yang tak terpadamkan dan kemarahan penuh dendam sepenuhnya
ditentukan oleh pikiran individu tentang masa lalu Masa sekarang berkaitan
dengan kenikmatan dan gratifikasi Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki
komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut oleh
para filsuf sebagai ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo seperti ekstase gairah orgasme
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
4
rasa senang riang ceria dan nyaman Kesenangan yang diterima anak haruslah
bersifat lahiriah yakni bersumber dari panca indera dan bersifat batiniah yaitu
kenikmatan yang bersumber dari dalam Berdasarkan ungkapan Seligman
tersebut maka panca indera berperan penting terhadap terciptanya perasaan-
perasaan dasar Sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang kita
sukai dan mengacu pada keterlibatan individu yang memberikan perasaan senang
Gratifikasi membuat kita terlibat sepenuhnya kita tenggelam dan terserap di
dalamnya dan kita kehilangan kesadaran diri seperti memanjat tebing membaca
buku bagus menari dan contoh kegiatan yang di dalamnya waktu bagi kita
seakan berhenti
Kenikmatan dan gratifikasi merupakan dua hal yang berbeda namun
saling berpengaruh Kenikmatan lebih berfokus pada hasil yang didapat dalam
ldquoperasaan-perasaan dasarrdquo sedangkan gratifikasi berfokus pada proses yang
dijalani Ketika individu merasakan kesenangan dalam melakukan sesuatu hal
tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan kenikmatan dan
jika individu melakukan kegiatan dengan menghabiskan banyak waktu tanpa
disadari hal tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut telah merasakan
gratifikasi Individu yang melakukan gratifikasi dapat merasakan kenikmatan di
akhir kegiatan yang telah dilakukannya meskipun belum tentu juga individu
tersebut selalu merasakan kenikmatan Optimis akan masa depan mencakup
keyakinan (faith) kepercayaan (trust) kepastian (confidence) harapan dan
optimisme Hal tersebut berkaitan dengan harapan ke depan akan tercapai yakin
setiap masalah dapat diselesaikan mempunyai keyakinan bahwa hidup akan lebih
baik serta percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan menurut
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
5
Biswas Diener amp Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia ndash apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih
tinggi
Seligman (2005) juga memberikan gambaran individu yang mendapatkan
kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat
mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan
dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-
hari baik dalam pekerjaan cinta permainan dan pengasuhan Definisi
kebahagiaan adalah konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok
ukur yang berbeda-beda Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda
sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya Faktor-faktor itu antara lain
uang status pernikahan kehidupan sosial usia kesehatan emosi negatif
pendidikan iklim ras dan jenis kelamin serta agama atau tingkat religiusitas
seseorang (Seligman 2005)
Berdasarkan hasil wawancara dari pelatih di Sanggar Tari Lawang Suri
anak tunarungu yang mengikuti tari menunjukkan adanya emosi positif yang
diilihat dari antusiasme anak tunarungu dalam mengikuti tari hal ini tidak terjadi
pada anak normal yang juga belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Seperti yang
dikemukakan oleh pelatih tari
ldquoKebanyakan dari anak normal dipaksa orangtua untuk mengikuti
tari dan bukan dari keinginan atau hobi anak sendiri Jadinya ya mereka
latihan kalau diantar atau disuruh orangtua kalau enggak ya nggak datang
latihan Tapi kalau anak tunarungu itu beda malah mereka yang tanya
kapan lagi latihan dan lebih semangat tuh latihannyardquo
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
6
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak tunarungu memiliki
ketertarikan yang lebih besar untuk belajar tari daripada anak normal Bila melihat
dari fakta yang ada anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran
Dalam hal ini kegiatan belajar tari sangat membutuhkan indera pendengaran
sebagai penentu gerak Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
memiliki semangat dalam belajar tari Keterbatasan dalam indera pendengaran
dapat teratasi dengan cara anak tunarungu memaksimalkan indera penglihatan
mereka (memerhatikan gerakan yang di contohkan oleh pelatih) pada saat belajar
tari Semangat anak dalam menjalani proses belajar tari dan mengatasi
keterbatasan tersebut adalah salah satu bukti dari emosi positif masa sekarang
Berangkat dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah apakah ada perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara responden anak tunarungu dan
normal terkait kebahagiaan belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
7
Untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri peneliti menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif Sugiyono (2011)
mendefinisikan penelitian kuantitatif komparatif sebagai jenis penelitian yang
menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel
juga berbentuk perbandingan
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri selama minimal satu tahun Subjek juga diharuskan
telah mengikuti perlombaan tari minimal dua kali Usia yang digunakan berkisar
17-21 tahun Pada usia ini umumnya anak sedang mengalami krisis identitas atau
pencarian identitas diri Pada masa remaja akhir individu juga telah mencapai
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa muda Dengan melihat kondisi
tersebut maka peneliti ingin melihat perbedaan tingkat kebahagiannya
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak tunarungu dan normal meliputi 15 anak
tunarungu dan 15 anak normal di Sanggar Tari Lawang Suri Menurut Sugiyono
(2011) sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel yang dikenal juga dengan
istilah sensus
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala kebahagiaan terdiri dari
item-item pilihan ganda dan responden memilih salah satu dari pilihan pernyataan
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
8
yang dirasa paling sesuai dengan keadaan responden saat ini Skor yang
digunakan berkisar satu sampai dengan lima Skala ini disusun oleh Seligman
(2002) dengan tingkat reliabilitas 0937 Tinggi rendahnya skor yang dimiliki
subjek menentukan tingkat kebahagiaan subjek sebagai anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Semakin tinggi skor anak
maka semakin tinggi kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri sebaliknya semakin rendah skor kebahagiaan anak
maka semakin rendah kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri
Tabel 1 Blue Print Kebahagiaan
Aspek Indikator Sub Indiktor
Emosi
Positif
Kepuasan Masa Lalu
Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Merasa ketenangan dalam diri
Mempunyai penilaian yang positif
Memaafkan kesalahan masa lalu
Mensyukuri apa yang telah didapat
Kebahagiaan Masa
Sekarang
Menikmati kegiatan yang disukai
Merasakan kenikmatan inderawi
Optimis Akan Masa
Depan
Percaya harapan akan tercapai
Yakin setiap masalah besar kecil dapat
diselesaikan
Punya keyakinan bahwa hidup akan lebih baik
Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
(Seligman 2002)
Validitas
Dalam penelitian ini dilakukan proses validasi skala dengan menggunakan
validitas isi Validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu
instrumen ukur benar-benar relavan dan merupakan representasi dari konstrak
yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar 2012)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
9
Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada kepercayaan atau konsistensi
hasil ukur yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran
(Azwar 2012) Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik reliabilitas
alpha cronbach dari hasil uji coba alat ukur yang dilakukan kepada anak
tunarungu (15 orang) dan normal (15 orang) di Sanggar Lawang Suri yang
mengikuti tari menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0807 Pada penelitian ini
dilakukan 2 kali putaran dengan jumlah aitem pernyataan valid sebanyak 17
pernyataan dengan skor daya diskriminasi ge 025 Dari 15 anak tunarungu hanya
2-3 anak yang mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam
membagikan alat ukur dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur dalam
penelitian
Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan uji t untuk melihat
perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri Sebelum menggunakan uji perbedaan peneliti melakukan uji asumsi
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiono 2011) Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
telah disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu
H1 Terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
10
H0 Tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal
yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas dan Homogenitas
Penelitian ini adalah penelitian uji beda yang digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar
di Sanggar Tari Lawang Suri Namun sebelum melakukan uji beda peneliti
melakukan uji normalitas dan homogenitas yang nantinya akan digunakan pada
uji beda
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan One
Sample-Kolmogorov-Smirnov Test Data dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila pgt005
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AnakNormal AnakTunarungu
N 15 15
Normal
Parametersa
Mean 4973 5380
Std Deviation 9498 11614
Most Extreme
Differences
Absolute 165 176
Positive 165 176
Negative -147 -117
Kolmogorov-Smirnov Z 641 680
Asymp Sig (2-tailed) 806 744
a Test distribution is Normal
Diketahui pada data yang didapat dari anak normal memiliki koefisien
normalitas sebesar 0806 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0641 dengan demikian
berdistribusi normal Sedangkan untuk data yang didapat dari anak tunarungu
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
11
memiliki koefisien normalitas sebesar 0744 (pgt005) dan K-S-Z sebesar 0680
yang mana ini juga berarti berdistribusi normal
Tabel 3 Test of Homogeneity of Variances
Kebahagiaan
Levene Statistic df1 df2 Sig
2728 1 28 110
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dari
penelitian berasal dari populasi yang sama Dapat dikatakan sama jika nilai
probabilitas pgt005 Dari hasil perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien Levene Statistic sebesar 2728 dengan signifikansi sebesar 0110 oleh
karena nilai signifikansi gt 005 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
homogen
Uji Perbedaan
Tabel 4 Independent Samples Test
Levenes
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t Df
Sig (2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kebahagiaan Equal
variances
assumed
2728 110 -1050 28 303 -4067 3874 -12002 3868
Equal
variances not
assumed
-1050 26939 303 -4067 3874 -12016 3883
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
12
Independent Sample t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan Tabel 4
menunjukkan nilai thitung=-1050 dan nilai signifikansinya sebesar p=0303 yang
lebih besar dari (plt005) Maka H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan normal di Sangar Lawang
Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Tabel Deskriptif
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan
pengelompokan atau kategorisasi
Tabel 51 Norma Statistika Deskriptif
Kategorisasi Norma Statistika Deskriptif
Sangat Tinggi 120583 + 15(119878119863) ge X
Tinggi 120583 + 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 15(119878119863)
Sedang 120583 minus 05(119878119863) lt 119883 le 120583 + 05(119878119863)
Rendah 120583 minus 15(119878119863) lt 119883 le 120583 minus 05(119878119863)
Sangat Rendah le X 120583 minus 15(119878119863)
Tabel diatas menjelaskan pembagian kategorisasi kebahagiaan subjek
penelitian
Tabel 52 Kategorisasi Pengukuran Kebahagiaan
Interval N Mean SD
Normal tunarungu normal Tunarungu
5177 1063
ge 6772 1 2 7 13
5709le x lt6772 1 5 7 33
4645le x lt5709 9 2 60 13
3583le x lt4645 2 6 13 40
le 3583 2 0 13 0
Variabel kebahagiaan memiliki item valid berjumlah 17 dan tiap-tiap
aitem memiliki 5 buah pernyataan Setiap pernyataan diberikan skor berjenjang 1
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
13
sampai dengan 5 Diketahui bahwa 120583 = 5177 dan SD= 1063 Kategorisasi yang
digunakan peneliti terbagi menjadi 5 kategori kebahagiaan yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah
Tabel 6 Group Statistics
AnakNormalTunarungu N Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
Kebahagiaan 1 15 4973 9498 2452
2 15 5380 11614 2999
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kebahagiaan anak
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri menunjukkan nilai sebesar
4973 sedangkan pada anak tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri
menunjukkan nilai yang lebih tinggi sebesar 5380 Artinya bahwa baik anak
normal dan tunarungu yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri masing-masing
berada pada kebahagiaan di kategori sedang
Tabel Skor kebahagiaan Responden
Tabel 71 Masa lalu
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std Error
Difference
95
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal
variances
assumed
4985 034 -
2019 28 053 -4467 2212 -8998 065
Equal
variances
not
assumed
-
2019 24678 054 -4467 2212 -9026 093
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
14
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa lalu kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 72 Masa Sekarang
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig T df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
690 413 328 28 745 267 813 -1399 1933
Equal variances not assumed
328 26263 746 267 813 -1404 1938
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa sekarang kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Tabel 73 Masa Depan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed) Mean
Difference Std Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
kebahagiaan Equal variances assumed
123 728 096 28 924 133 1390 -2714 2981
Equal variances not assumed
096 27951 924 133 1390 -2714 2981
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
15
Berdasarkan hasil perhitungan tabel masa depan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak terdapat
perbedaan Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi gt 005
Hasil data yang diberikan responden pada Tabel 71 72 dan 73 yang
berisi tentang kebahagiaan anak tunarungu dan normal ditemukan bahwa anak-
anak tunarungu yang memiliki kekurangan ternyata tidak ada perbedaan
kebahagiaan di masa lalu masa sekarang maupun masa depan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai perbedaan
tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari
Lawang Suri diperoleh nilai thitung = -1050 dengan nilai signifikansi sebesar
0303 Artinya perbedaan tingkat kebahagiaan anak tunarungu dan normal yang
belajar di Sanggar Tari Lawang Suri tidak signifikan karena hasil nilai
signifikansinya lebih besar dari 005 Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kebahagiaan masa lalu masa sekarang maupun masa
depan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang
Suri
Subjek dalam penelitian ini berusia remaja akhir Pada kelompok usia ini
remaja sedang mengalami perubahan-perubahan yang cepat termasuk perubahan
dalam aspek kognitif emosi sosial dan pencapaian (Fagan 2006) Anak remaja
berada dalam proses pencarian identitas diri seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya remaja akhir juga memiliki ego untuk mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru Pada
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
16
anak tunarungu dan anak normal mereka bisa menyalurkan pencarian jati diri
dengan menyalurkan hobi yang mereka miliki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kebahagiaan antara anak tunarungu dan normal yang belajar di
Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
memengaruhi kebahagiaan seseorang Salah satu karakteristik seseorang mencapai
kebahagiaan menurut Myers (2012) adalah menghargai diri sendiri Hal ini sesuai
dengan penelitian Lewis yang dikutip oleh Hidayat dkk (2006) mengemukakan
bahwa ketunarunguan yang dialami seorang anak dapat mengakibatkan perasaan
harga diri kurang dan mudah curiga terhadap orang lain Kekurangan akan
pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi
emosinya Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan dirinya
dengan menutup diri bertindak agresif atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan (Somantri 2005) Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap skor kebahagaiaan yang diperoleh subjek
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dengan keadaan anak
tunarungu yang memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ternyata hal
tersebut tidak menjadi halangan bagi anak tunarungu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan kebahagiaan yang didapatkan anak normal
Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kebahagiaan ada banyak faktor yang
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
17
memengaruhi dan bukan hanya dilihat dari kegiatan yang diikuti oleh anak seperti
pembelajaran tari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan diperoleh
hasil thitung=-1050 dengan nilai signifikansinya sebesar p=0303 Dikarenakan
nilai signifikansinya lebih besar dari 005 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kebahagiaan anak
tunarungu dan normal di Sanggar Lawang Suri yang mengikuti pembelajaran tari
Hasil Uji t-test kebahagiaan masa lalu masa sekarang dan masa depan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan anak tunarungu dan
normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Hal ini menunjukkan bahwa
kekurangan pada anak tunarungu bukanlah penghalang untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sama besar dengan yang diperoleh anak normal
KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki subjek yang cukup spesifik yaitu anak tunarungu
dan normal yang belajar di Sanggar Tari Lawang Suri Dalam proses pengambilan
data peneliti mengalami kendala ketika memberikan arahan dalam pengisian
angket pada anak tunarungu Dari 15 anak tunarungu hanya 2-3 anak yang
mampu membaca Hal ini menjadi kendala peneliti dalam membagikan alat ukur
dan memengaruhi jumlah aitem yang gugur pada penelitian dikarenakan anak
tunarungu kurang memahami isi angket Dalam menjelaskan isi angket peneliti
hanya mendapatkan bantuan dari 1 guru untuk mendiktekan angket ke anak
tunarungu Kesulitan lainnya adalah peneliti kesulitan mencari jurnal pendukung
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
18
dikarenakan masih minimnya penelitian mengenai kebahagiaan pada anak
tunarungu Keberadaan subjek penelitian yang berada jauh dari lokasi tempat
tinggal peneliti menjadi kendala tersendiri karena membutuhkan waktu dan
akomodasi guna memeroleh data dari responden
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian mengenai perbedaan
kebahagiaan pada anak tunarungu dan normal merupakan penelitian yang unik
dan tergolong baru serta belum banyak yang meneliti dalam perkembangan ilmu
psikologi
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka penulis mengajukan saran
kepada beberapa pihak sebagai berikut
Anak tunarungu yang berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan
umum diharapkan mampu menekan adanya penolakan dari lingkungan Hal ini
bisa dilakukan dengan cara menampilkan perilaku positif pada lingkungan serta
memiliki gambaran diri yang positif untuk menekan rasa rendah diri atas
keterbatasan yang dimiliki
Bagi masyarakat dengan mengetahui tingkat kebahagiaan anak tunarungu
diharapkan mampu memotivasi dan turut membantu memperbaiki kualitas hidup
dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan Hal ini perlu
didukung oleh pihak keluarga maupun lingkungan di sekitar anak tunarungu
Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai
kebahagiaan anak tunarungu dapat menambah jumlah subjek dalam penelitian
guna memeroleh hasil yang lebih baik lagi Penelitian selanjutnya yang ingin
meneliti lebih dalam mengenai kebahagiaan anak yang mengikuti tari dapat
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
19
mempertimbangkan sampel penelitian terlebih dahulu yakni apakah semua subjek
anak tunarungu tersebut dapat membaca dengan baik atau tidak
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S (2012) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar
Biswas R Diener amp Dean B (2007) Positive psychology coaching Putting
the science of happiness to work for your clients John Wiley amp Sons Inc
Brown P M Remine M D Prescott S J amp Rickards F W (2000) Social
Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in
Integrated Kindergarten Journal of Early Intervention 23 200-211
Carr A (2004) Positive psychology The science of happiness and human
strengths York Brunner-Routledge
Fagan R (2006) Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family The Family Journal Counseling
therapy For Couples and Families Vol14 No4326-333 Sage Publication
diakses melalui httptfjsagepubcomcgireprint144326 pada 18 April
2008
Hidayat (2006) Bimbingan anak berkebutuhan khusus Bandung Upi press
Retrieved June 18 2018 from
httpfileupieduDirektoriFIPJUR_PEND_LUAR_BIASA19570711198
5031-HIDAYATPENGMB_PENDINKLUSIFpdf
World Health Organization (2018) Deafness and hearing loss World Health
Organization Retrieved from httpwwwwhointnews-roomfact-
sheetsdetaildeafness-and-hearing-loss (pada 27 Juli 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
21
Departemen Kesehatan (2012) Penyandang disabilitas pada anak Retrieved
from
httpwwwdepkesgoiddownloadphpfile=downloadpusdatininfodatinin
fodatin_disabilitaspdf (pada 22 juli 2018)
Myers D G (2012) Psikologi sosial jilid 2 Jakarta Salemba Humanika
Nasution R (2003) Teknik sampling Retrieved February 13 2018 From
libraryucuacid httplibraryusuaciddownloadfkmfkm-rozainipdf
Seligman M E P (2005) Authentic happiness Menciptakan kebahagiaan
dengan psikologi positif (Eva Yulia Nukman Penerjemah) Bandung PT
Mizan Pustaka
Seligman M E P Steen T A Park N amp Peterson C (2005) Positive
psychology progress Empirical validation of interventions American
Psycholgist 60(5) 410-421
Seligman M E P (2012) Flourish A Visionary New Understanding of
Happiness and Well-Being North Sidney Random House Australia
Somantri S (2006) Psikologi anak luar biasa Bandung Refika Aditama
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R amp D Bandung
Alfabeta
Sukamolson S (2007) Fundamental of quantitative research Retrieved from
httpisitesharvardeduhttpisitesharvardedufsdocsicbtopic1463827fil
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)
22
es2007_Sukamolson_Fundamentals20of20Quantitative20Researchp
df
Suparno (2014) Pendidikan anak tunarungu Yogyakarta Jurusan Pendidikan
Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Winarsih dkk (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan khusus bagi
pendamping (orangtua keluarga amp masyarakat) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan amp Perlindungan Anak Republik Indonesia
Diakses dari wwwkemenpppagoid (pada 13 Februari 2018)