eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/9778/5/Roni Bab II - 07103244025.docx · Web viewBAB II....
Transcript of eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/9778/5/Roni Bab II - 07103244025.docx · Web viewBAB II....
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Banyak istilah yang sudah dikenal untuk anak yang mengalami
kelainan pendengar, Misalnya dengan istilah: ”tuli, bisu, tunawicara, cacat
dengar, kurang dengar ataupun tunarungu”. Istilah- istilah dan pandangan
tersebut tidak semuanya benar, Sebab pengertiannya masih kabur dan
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Istilah yang sekarang
lazim digunakan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan luar biasa
adalah tunarungu. Istilah tunarungu diambil dari kata ”tuna” dan ”rungu”,
tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak
dikatakan tunarungu apabila tidak mampu mendengar atau kurang mampu
mendengar suara (Permanarian Somad dan Tati Herawati, 1996: 26).
Berbagai batasan telah dikemukakan oleh para ahli tentang
pengertian tunarungu atau dalam bahasa asing ”Hearing impairment” yang
meliputi the deaf (tuli) dan hard of hearing (kurang dengar), diantaranya
menurut Daniel F. Hallahan dan James H. Kauffiman (dalam Permanarian
Somad dan Tati Herawati, (1996: 26)
Hearing impairment. A generic term indicating a hearing a hearing disability that may range in severity from mild to profound it includes the subsets of deaf and hard of hearing.
A deaf person in one whose hearing disabitity precludes successful processing of linguistic information through audition, with or without a hearing aid.
8
A hard of hearing is one who generally with use of hearing aid, has residual hearing sufficient to enable successful processing of linguistic information through audition.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tunarungu merupakan istilah
umum yang menunjukkan kesulitan mendengar, yang meliputi
keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat,
digolongkan ke dalam bagian tuli dan kurang dengar. Orang tunarungu
adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga
menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai
ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang
kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat
bantu mendengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan
keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Menurut Sutjihati Sumantri (1996: 74), tunarungu dapat diartikan
sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengarannya. Ditambahkan lagi bahwa anak tunarungu adalah
yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun
seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengaran tidak memiliki nilai
fungsional dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengalaman dari alam
sekitar diperoleh dari indera penglihatan.
Menurut Mohammad Efendi (2005: 56), sistem pendengaran
manusia secara anatomis terdiri dari tiga bagian penting, yaitu telinga
bagian luar, telinga tengah dan telinga bagian dalam. Struktur telinga luar
9
meliputi liang telinga yang memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm dan
daun telinga (auricula). Struktur telinga bagian tengah meliputi gendang
pendengaran (eardrum), tulang pendengaran (malleus, incus, stapes),
rongga telinga tengah (cavum tympani) dan serambi (vestibule). Struktur
telinga bagian dalam susunannya meliputi saluran gelung setengah
lingkaran (canalis semi circularis) serta rumah siput (cocblea). Menurut
Suparno (2001: 9), tunarungu kondisi ketidakmampuan anak dalam
mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan
dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas menunjukkan bahwa
secara pedagogis tunarungu dapat diartikan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan informasi secara lisan,
sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam
belajarnya disekolah.
2. Karakteristik Anak Tunarungu
Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (1996: 35), jika
dibandingkan dengan ketunaan yang lain, ketunarunguan tidak tampak
jelas, karena sepintas fisiknya tidak kelihatan mengalami kelainan. Tetapi
sebagai dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki
karakteristik yang khas. Berikut ini diuraikan karakteristik anak tunarungu
dilihat dari segi inteligensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial.
a. Karakteristik dalam Segi Inteligensi
10
Permanarian Somad dan Tati Herawati (1996: 35) menjelaskan
bahwa kemampuan intelektual anak tunarungu sama seperti anak yang
normal pendengarannya. Anak tunarungu ada yang memiliki
inteligensi tinggi, rata-rata dan rendah. Perkembangan inteligensi anak
tunarungu tidak sama cepatnya dengan yang mendengar. Anak yang
mendengar, belajar banyak dari apa yang di dengarnya, misalnya cerita
kakak tentang kota, cerita ibu tentang pasar, dan cerita ayah tentang
kantor dan lain sebagainya. Anak menyerap dari segala yang
didengarnya dan segala sesuatu yang didengarnya merupakan sesuatu
latihan berfikir, sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada anak
tunarungu.
Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari
kemampuan intelektualnya yang rendah, tetapi pada umumnya
disebabkan karena inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk
berkembang dengan maksimal. Tidak semua aspek inteligensi anak
tunarungu terhambat, tetapi hanya yang bersifat verbal, misalnya
dalam merumusan pengertian, menarik kesimpulan dan meramalkan
kejadian. Aspek inteligensi yang bersumber pada penglihatan dan yang
berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan, bahkan dapat
berkembang dengan cepat.
b. Karakteristik dalam Segi Bahasa dan Bicara
11
Permanarian Somad dan Tati Herawati (1996: 36), kemampuan
berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang
mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya
dengan kemampuan mendengar. Perkembangan bahasa dan bicara
pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan
karena meraban merupakan kegiatan alami pernafasan dan pita suara.
Setelah masa meraban perkembangan bahasa dan bicara anak
tunarungu terhenti. Pada masa meniru anak tunarungu terbatas pada
peniruan yang sifatnya visual yaitu gerak dan isyarat. Perkembangan
bicara selanjutnya pada anak tunarungu memerlukan pembinaan secara
khusus dan intensif, Sesuai dengan taraf ketunarunguan dan
kemampuan-kemampuan yang lain.
Bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama seseorang untuk
berkomunikasi, untuk saling menyampaikan ide, konsep dan
perasaannya, Serta termasuk didalamnya kemampuan untuk
mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasa serta
penerapan. Kemampuan membaca, menulis, berbicara dan mendengar
merupakan alat komunikasi bahasa. Anak yang mendengar pada
umumnya memperoleh kemampuan berbahasa dengan sendirinya bila
dibesarkan dalam lingkungan berbahasa, yaitu lingkungan yang dalam
kesehariannya selalu berkomunikasi dengan bahasa yang baik. Maka
dengan sendirinya anak akan mengetahui makna kata serta aturan atau
kaidah bahasanya (Permanarian Somad dan Tati Herawati, 1996: 37).
12
Anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan
berbahasanya tidak akan berkembang bila tidak dididik atau dilatih
secara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan
anak yang mendengar dengan usia yang sama, maka dalam
perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal (Permanarian Somad
dan Tati Herawati, 1996: 37).
c. Karakteristik dalam Segi Emosi dan Sosial
Menurut Permanarian Somad dan Tati Herawati (1996: 37),
ketunarunguan dapat mengakibat terasing dari pergaulan sehari-hari,
yang berarti terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku
dalam masyarakat dimana hidup. Keadaan ini menghambat
perkembangan kepribadian anak menuju kedewasaan. Akibat dari
keterasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negatif seperti:
1) Egosentrisme yang melebihi anak normal.
2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas.
3) Ketergantungan terhadap orang lain.
4) Perhatian lebih sukar dialihkan.
5) Umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak
masalah.
6) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
Menurut Suparno (2001: 14), karakteristik anak tunarungu yang
umumnya dimikili oleh anak tunarungu di antara lain adalah sebagai
berikuti:
13
a. Segi fisik/motorik
1) Cara berjalannya agak kaku dan cenderung membentuk.
2) Pernapasannya pendek.
3) Gerakan matanya cepat dan beringas.
4) Gerakan tangan dan kakinya.
b. Segi bahasa
1) Miskin kosa kata
2) Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang abstrak
(idiematik)
3) Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat
panjang tentu bentuk kiasan-kiasan.
4) Kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
Menurut Mohammad Efendi (2005: 79), karakteristik kecerdasan
anak tunarungu. Kecerdasan seseorang seringkali dihubungkan dengan
presesi akademis sehingga orientasi akademis tertentu yang dicapai
seseorang merupakan gambaran rill kecerdasannya. Gambaran tentang
tingkat kecerdasan itu sendiri secara spesifik hanya dapat diketahui
melalui tes kecerdasan. Menurut Mardiati Busono (1993: 40),
karakteristik anak tunarungu dianataranya yaitu.
a Dari segi afektif
1) Daerah pengamatan anak tuli lebih kecil jika dibandingkan dengan
anak yang tidak tuli. Salah satu unsur pengamatan yang terpenting
14
ialah pendengaran. Anak hanya memiliki penglihatan saja. Daerah
pengamatan penglihatan jauh lebih sempit jika dibandingkan
dengan daerah pengamatan pendengaran.
2) Besarnya peranan penglihatan dalam pengamatan, maka anak tuli
mempunyai sifat ’sangat ingin tahu’ seolah-olah haus untuk
melihat
3) Seseorang anak tuli tidak menguasai keluasan seperti orang-orang
yang mendengar. Penyebab utamanya ialah karena mencari
pengetahuan hanya melalui penglihatan saja. Demikian juga
dengan cara belajarnya. Hal tersebut mempunyai sudut negatif
ialah keluasan tidak menjadi kesuluruhan dan arti keluasan menjadi
lebih luas dari kenyataan.
4) Jika asyik bekerja / bermain, perhatiannya sukar dialihkan.
b Dari segi motorik
Perkembangan motorik pada anak gangguan pendengaran
umumnya berkembang baik, apalagi perkembangan motorik kasar
yang secara fisik berkembang lancar. Pertumbuhan fisik yang kuat
dengan otot-otot kekar dan kematangan biologisnya berkembang
sejalan dengan perkembangan motoriknya (Mardiati Busono, 1993:
40). Lani Bunawan dalam Edja Sarjaah (2005: 112), menjelaskan
bahwa anak tunarungu tidak ketinggalan oleh anak normal dalam
perkembangan motorik, seperti usia belajar duduk, belajar berjalan.
15
Menurut Mardiati Busono (1993: 49) dari segi fisik anak
tunarungu memiliki ciri sebagai berikut:
1) Motorik baik, demikian pula koordinasi motoriknya. Jika ketulian
disebabkan terutama karena telinga bagian dalam pada alat
keseimbangan maka keseimbangan sedikit terganggu. Cara
berjalan kaku dan agak membungkuk.
2) Gerakan matanya cepat, agak beringas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ia ingin menangkap keadaan yang ada di sekitarnya.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat dan lincah. Hal tersebut
tampak dalam mengadakan komunikasi dengan gerakan isyarat
dengan teman-temannya atu dengan orang lain di sekitarnya.
b Dari segi kognitif
Seperti juga anak normal inteligensi anak tunarungu ada yang
tinggi, rata-rata dan rendah. Dalam hal intelgensi seperti yang
diungkupkan Sutjihati Soemantri (1996: 77):
”Pada umumnya inteligensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat perkembangan bahasanya, keterbatasan informasi dan kiranya daya abstraksi anak”.
Berdasarkan karakteristik anak tunarungu seperti yang telah dijelaskan
di atas, pada hakekatnya dibagi menjadi tiga macam yaitu dari segi
afektif, kognitif dan motorik. Ketiga karakteristik tersebut dijabarkan
lagi menjadi sub-sub bagian dan berhubungan satu sama lain.
Dominasi antara faktor internal (aspek afektif) dan faktor eksternal
16
(aspek kognitif dan motorik) tersebut berpengaruh terhadap
perkembangan anak tunarungu. Sehingga dibutuhkan pendampingan
dan bimbingan kaitannya dalam perkembangan kognitif, afektif dan
motorik yang diperoleh anak melalui kegiatan dan proses belajar
mengajar pendidikan khusus.
B. Kajian tentang Pembelajaran Keterampilan Bagi Anak Tunarungu
1. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Anak Tunarungu
Tujuan pembelajaran keterampilan bagi anak tunarungu sejalan
dengan salah satu tujuan pendidikan bagi anak tunarungu, yaitu memiliki
pengetahuan, keterampilan dan dan sikap yang diperlukan untuk
melanjutkan pelajaran, berkerja di masyarakat serta dapat menolong diri
sendiri dan mengembang diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup
(Suparno, Haryanto dan Edi Purwanta, 2009: 6).
Pembelajaran bagi anak tunarungu harus diberikan secara khusus
karena pertumbuhan dan perkembangan anak tunarungu memiliki
karakteristik yang khas baik fisik, mental, intelektual ataupun
emosionalnya. Anak tunarungu memiliki hambatan-hambatan tertentu
yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini menjelaskan adanya
kebutuhan layanan pendidikan bagi setiap peserta didik secara individual.
Pembelajaran bagi anak tunarungu perlu memperhatikan kebutuhan
khusus dari masing-masing peserta didik sehingga membutuhkan program
pengajaran individual (PPI). Guru terlebih dulu harus menyusun standar
kompetensi dan kompetensi standar dalam pembelajaran regular dan
17
modifikasi pembelajaran dan program pengajaran individual bagi anak
tunarungu (Haryanto, 2011: 48).
Program pengajaran individual (PPI) merupakan rencana
pengajaran yang dirancang untuk satu orang peserta didik yang
berkebutuhan khusus. PPI merupakan program pengajajaran yang dinamis
dalam arti sensitif terhadap perubahan dan kemajuan anak didik dan
disusun oleh guru atau tim berdasarkan masukan dari guru mata pelajaran,
guru kelas, orang tua siswa dan peserta didik sendiri (Haryanto, 2011: 50).
Pengajaran individual dijalankan dengan prinsip berorientasi pada
peserta didik, sesuai dengan kebutuhan anak, memperhatikan kecepatan
belajar masing-masing dan mengejar ketertinggalan dan mengoptimalkan
kemampuan. Pengajaran individual dalam programnya harus memuat
deskripsi kemampuan peserta didik sekarang, tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek, rincian layanan pendidikan khusus dan layanan
lainnya yang terkait, sasaran, metode, ketercapaian sasaran dan evaluasi.
Pembelajaran individual ini secara aksiologis harus memiliki fungsi
prevensi, fungsi intervensi, fungsi kompensatori, fungsi perbaikan dan
pengembangan. Fungsi prevensi yaitu mencegah agar hambatan belajar
dan hambatan perkembangan tidak berdampak luas pada aspek sosial dan
emosi. Fungsi intervensi yaitu menangani hambatan yang dimiliki agar
potensi peserta didik dapat berkembang optimal. Fungsi kompensatori
yaitu mengalihkan fungsi yang hilang pada fungsi lan yang masih dimiliki
sehingga peserta didik berkebutuhan khusus kelak mendapatkan
18
kehidupan yang berkualitas. Fungsi perbaikan dan pengembangan yaitu
membantu peserta didik menemukan dan mengembangkan potensi,
kelebihan-kelebihan, bakat, kreativitas ataupun keterampilan atau
kecapakan khusus lainnya yang dapat menunjang kehidupannya di
masyarakat (Haryanto, 2011: 53).
Pengernbangan keterampilan vokasional harus dimulai dengan hal-
hal yang sederhana dan konkret. Hal tersebut penting dilakukan, terutama
untuk menyesuaikan dengan kondisi kelainan masing-masing individu.
Hal ini sejalan dengan perkembangan karier individu yang dimulai dari
tahap fantasi, tahap tentatif, tahap realistik (Herr & Cramer, dalam
Suparno dkk, 2009: 14). Pengembangan keterampilan vokasional
merupakan wujud dari pengisian tugas perkembangan pada tahap realistik.
Pengembangan keterampilan vokasional produktif, pada intinya
berorientasi pada upaya untuk dapat bekerja, karena kerja merupakan
aktivitas dasar dan dijadikan bagian yang esensi dari kehidupan manusia.
Dengan demikian kerja dapat memberikan kesenangan, serta makna
tersendiri bagi kehidupan manusia, orang bisa hidup dan sekaligus merasa
berguna, dibutuhkan dan dikehendaki masyarakatnya (Suparno, Haryanto,
Edi Purwanto, 2009: 14).
Materi pendidikan keterampilan yang diberikan menekankan aspek
produktif. Jenis keterampilan yang diajarkan memperhatikan keadaan
tunarungu dan sumber daya yang dimiliki sekolah, baik pengajar, sarana
yang memadai termasuk bengkel kerja (Haryanto, 2011: 64).
19
Berdasarkan Tujuan pembelajaran keterampilan anak tunarungu
seperti yang telah dijelaskan diatas, pendidikan keterampilan bagi anak
tunarungu merupakan wujud dari pendidikan vokasional agar peserta didik
memiliki kemampuan bekerja setelah tamat.
2. Kompetensi Pembelajaran Anak Tunarungu
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memunkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Gordon (1988: 109) menyebutkan beberapa aspek atau ranah yang
terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
b. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif
yang dimiliki oleh individu.
c. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
e. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka)
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
f. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan.
20
Kompetensi anak berkebutuhan khusus menurut Fallen dan
Umansky (1989: 147-148), harus dicapai melalui proses pendidikan yang
mengandung lima aspek dalam materi pembelajaran bagi anak luar biasa,
yaitu :
1) Motor development, tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan mobilitas, daya tahan dan keselarasan.
2) Cognitive development, meningkatkan kemampuan daya tangkap dan
penalaran.
3) Language development, meningkatkankemampuan berekspresi,
menerima informasi dan berkomunikasi.
4) Social and emotional development, meningkatkan kemampuan sosial,
pengembangan emosi.
5) Self-help skill development, meningkatkan kemampuan untuk
mengurus diri sendiri.
Pencapaian kelima aspek di atas dapat dilakukan melalui kolaborasi
antara materi pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus dengan materi
pendidikan pokok yang umum ada dalam kelas dapat membantu siswa
untuk meningkatkan interaksi sosial anak berkebutuhan khusus dengan
lingkungannya. Dalam hal ini, bimbingan dan dukungan guru sangat
dibutuhkan untuk meminimalkan munculnya sikap negatif dalam diri
siswa-siswa di kelas (Haider, 2008: 632).
21
Berdasarkan uraian tentang kompetensi anak tunarungu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yang dikembangkan pada diri anak
tunaarungu meliputi aspek (1) pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran
dalam bidang kognitif, (2) kemampuan (skill); adalah sesuatu yang
dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya, (3) sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak
senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
datang dari luar, dan (4) social and emotional development, meningkatkan
kemampuan sosial, pengembangan emosi.
3. Jenis-jenis Keterampilan bagi Anak Tunarungu
Keterampilan merupakan salah satu aspek tujuan pendidikan di
samping aspek afektif dan aspek kognitif. Pengertian pendidikan
keterampilan dikemukakan oleh Harsopranoto (1986: 16) berikut:
Pendidikan keterampilan adalah bimbingan keterampilan yang diberikan kepada seseorang yang mempersiapkan untuk bekerja atau berusaha sesuai dengan keterampilannya tersebut. Kerangka pemikiran yang mendasari pemberian pendidikan keterampilan tersebut adalah untuk a) pengertian dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang, b) untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapannya, c) untuk memberi pengetahuan dan kecakapan baru.
Anak tunarungu membutuhkan keterampilan dalam kehidupannya.
Keterampilan merupakan salah satu bagian dari kemampuan atau
kompetensi yang harus dikembangkan. Keterampilan bermacam-macam
mulai dari keterampilan sosial dan keterampilan kerja atau keterampilan
vokasional produktif (Suparno, Haryanto dan Edi Purwanta, 2009: 20).
22
Keterampilan adalah keterampilan sebagai suatu penampilan
ekonomis yang efektif dalam mencapai suatu tujuan keterampilan
menyangkut kemampuan individu mengptasikan pekerjaan dimana gerak
fisik dan psikomotor yang dominan menghendaki kekuatan, ketelitian dan
kecepatan (Mardi Rasjid, 1986: 1).
Keterampilan adalah kecakapan kecekatan sesorang melaksanakan
kerja yang melibatkan indera yang dilatih berulang-ulang dalam bentuk
pembuatan yang tersusun dan terkondinir. Keterampilan tersebut
termasuk kecakapan efektif, kognitif, dan psikomotor yang behubungan
dengan teknik secara ekonomis dan efektif (Mardi Rasjid, 1986: 2).
Keterampilan adalah gerakan refleks yang bersyarat. Syaratnya
adalah telah terbentuknya alur refleks dengan cara melatih diri
berkonsentrasi atau membuat kegiatan saraf yang tidak terarah pada
keterampilan (Sastrawinata, 1977: 45).
Jenis-jenis keterampilan yang diberikan untuk anak tunarungu
disesuaikan dengan karakteristik dan kompetensi anak tunarungu.
Mengingat keterbatasan dalam komunikasi, maka jenis-jenis keterampilan
bagi anak tunarungu bukan difokuskan pada keterampilan yang
membutuhkan kecakapan berkomunikasi oral atau lisan, seperti wartawan,
reporter berita, presenter, guru dan sebagainya (Haryanto, 2011: 20).
Keterampilan yang diberikan bagi anak tunarungu sebaiknya
keterampilan yang lebih banyak pada kemampuan psikomotorik gerak
seperti menjahit, membatik, mengoperasikan mesin atau alat-alat
23
sederhana. Tetapi, jenis keterampilan ini tidak membatasi bagi anak
tunarungu dengan klasifikasi tertentu sehingga dapat menunjukkan suatu
kemampuan atau kompetensi yang lain (Haryanto, 2011: 20).
Keterampilan diartikan sebagai suatu kedekatan, kecakapan/
kemampuan untuk melaksanakan sesuatu dengan baik dan cermat
sehingga seseorang dikatakan terampil bila cakap dan cekatan dalam
melaksanakan suatu hal (Poerwodarminto, 1976: 1088).
Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus
dalam kondisi yang telah ditentukan. Apabila dikaitkan dengan
pembelajaran, tugas yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan tugas dari guru, misalnya kemampuan mengerjakan tugas
kelompok (LKS), maupun tes individu (Evaluasi). Kompetensi atau
kemampuan merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang
merupakan hubungan kausal dalam referensi kriteria yang efektif atau
penampilan terbaik (www.pengertian kemampuan.com).
Depdiknas (2006: 130) menjelaskan bahwa keterampilan yang
diajarkan bagi anak tunarungu bertujuan agar anak tunarungu dapat:
a. Mengapresiasi dan membuat karya kerajinan daerah setempat dengan teknik konstruksi
b. Mengapresiasi dan membuat kerajinan dan benda permainan.c. Mengapresiasi dan membuat karya kerajinan anyaman dengan
menggunakan berbagai bahand. Mengapresiasi dan membuat karya benda mainan dengan
menggunakan berbagai bahan.
Bermacam-macam keterampilan yang didapat diajarkan di antaranya yaitu
keterampilan ukir kayu, keterampilan membatik, memasak, desainer,
24
fotografi, komputer, pertanian, dan kerajinan kulit seperti dijelaskan
sebagai berikut:
a. Keterampilan membatik
Menurut Handoyo dan Joko Dwi (2008: 3), kata batik dalam
bahasa Jawa berasal dari kata “tik”. Kata itu mempunyai pengertian
berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut dan kecil yang
mengandung keindahan. Prasetyo dan Anindito (2010: 1), batik
adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa
mengacu pada dua hal. Pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain.
Dalam literatur internasioanal, teknik ini dikenal sebagai wax-resist
dyeing. Kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik
tersebut termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
kekhasan.
Dari beberapa pendapat tentang batik di atas, dapat disimpulkan
bahwa batik adalah keterampilan yang mengandung nilai seni tinggi
yang di dalamnya terdapat corak-corak yang mengandung makna,
dengan melalui proses pencantingan dan pewarnaan sehingga
menghasilkan kain batik.
b. Keterampilan ukir kayu
Menurut Saraswati (2011: 90), ukir kayu adalah bahan atau
material yang mempunyai peranan besar dalam kehidupan manusia.
25
Dari pengukuran pengalaman mengerjakan bahan-bahan ukir kayu,
diperoleh pengetahuan tertentu tentang keindahan material tersebut,
antara lain dilihat indahnya jaringan urut ukir kayu yang nampak nyata
pada permukaan.
Moh Charis Jaelani (2007: 20) menjelaskan bahwa untuk kerajinan
ukir kayu dibutuhkan macam-macam peralatan. Peralatan ukir kayu
terdiri dari kumpulan alat, yang merupakan kesatuan unit lengkap dan
di dalam penggunaannya saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kumpulan alat ukir kayu yaitu: a) pahat ukir kayu satu set 36 (batang),
2) ganden, 3) batu asah, 4) sikat atau sapu dari ijuk, 5) pensil.
c. Keterampilan komputer
Menurut Blissner (1985: 5), komputer adalah suatu alat elektronik
yang mampu melakukan beberapa tugas, yaitu menerima input,
memproses input sesuai dengan instruksi yang diberikan, menyimpan
perintah-perintah dan hasil pengolahannya, serta menyediakan output
dalam bentuk informasi. Komputer adalah alat yang dipakai untuk
mengolah data menurut prodedur yang telah dirumuskan.
(http://Wikipedia bahasa indonesia.com./ Pengertian Komputer).
d. Keterampilan kerajinan kulit
Menurut Sunarto (2008: 5), kulit yaitu suatu kerangka luar dimana
bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan
26
bahwa kulit adalah lapisan badan yang melindungi badan atau tubuh
binatang dari pengaruh-pengaruh luar, seperti panas, pengaruh yang
bersifat mekanis, kiniawi, serta untuk penghantar suhu.
Kerajinan kulit adalah semua bentuk olahan dari bahan kulit selain
pakaian jadi khususnya jaket kulit. Pembedaan ini berdasarkan pada
pendataan yang juga dibedakan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Garut sebagai sumber data utama. Dalam
kenyataannya memang patut diakui bahwa popularitas jaket kulit Garut
lebih menonjol dibandingkan dengan komoditas kerajinan kulit lainnya.
Salah satu penyebabnya adalah suplayer untuk jaket kulit yang dapat
memenuhi permintaan lebih sedikit dibanding suplayer sepatu, ikat
pinggang, sarung tangan, dompet, dll.www.garutkab.go.id/pub/static
menu/detail/khas ck kulit.
e. Keterampilan memasak
Menurut Depdiknas dalam Kamus besar bahasa indonesia (2002:
718). Masakan adalah membuat (mengolah) panganan, makanan,
gulai dan lain-lain. Memasak adalah penggunaan panas pada bahan
makanan menjadi makanan yang siap dimakan dengan menggunakan
energi panas. Memasak membuat suatu bahan makanan menjadi
enak, matang, dan merubah bahan makanan dari bentuk, warna, rasa,
dan lainnya. Memasak juga harus menggunakan resep tertentu. Resep
adalah petunjuk tentang penggunaan bahan, bumbu, dan teknik dalam
pengolahan makanan. Seseorang bisa membuat suatu masakan karena
27
adanya resep (http://www.resep-mantap.co.cc/2009/07/menjaga-
keamanan-makanan.html).
f. Keterampilan pertanian
Menurut Depdiknas dalam Kamus besar bahasa indonesia (2002:
1140). Pertanian adalah perihal bertani (mengusahakan tanah dengan
tanan-menanam. Pertanian adalah salah satu sektor dimana
didalamnya terdapat penggunaan sumberdaya hayati untuk
memproduksi suatu bahan pangan,bahan baku industri dan sumber
energi. Bagian terbesar penduduk dunia adalah bermata pencaharian
dalam bidang-bidang pertanian dan pertanian juga mencakup berbagai
bidang,tetapi pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
(http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2010/06/09/23/Sektor-
Pertanian-dan-Struktur-Perekonomian-Indonesia).
g. Keterampilan desain
Menurut Moh Charis Jaelani. (2007: 30), desain adalah desain
yang tidak dilihat oleh konsumen baik karena desain tersebut secara
harfiah tidak tampak, seperti dalam rakayasa molekuler yang
memproduksi material sintetis baru, atau karena hal tersebut
menunjuk pada berbagai komponen yang menjadikan obek bekerja,
tetapi tidak secara visual menambahkan nilai kepada produk yang
bersangkutan.
Gayalan (2008: 2). Desain adalah suatu rancangan atau pola yang
menjadi dasar dalam pembuatan suatu benda. Hal ini berarti bahwa
28
setiap pembuatan suatu benda harus dimulai dengan proses
perancangan dahulu.
h. Keterampilan fotografi
Menurut Jag Free (2007: 30), fotografi adalah keterampilan yang
gampang sekaligus sulit. Setiap orang bisa saja mempelajarinya,
namun tidak sedikit orang yang mempelajari fotografi, melakukan
kursus atau bahkan sekolah tinggi namun tidak dapat menghasilkan
foto yang “menggugah”. Roy barwis pramana (2008: 2) menjelaskan
bahwa fotogafi adalah salah satu hobi yang sedang populer saat ini.
Hobi ini dilakukan oleh banyak orang dari berbagai tingkatan usia dan
jenis kelamin.
Berdasarkan tujuan pembelajaran keterampilan bagi anaktunarungu,
Departemen Pendidikan Nasional (2010: 3-80) menerbitkan buku tentang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta model silabus
keterampilan bagi sekolah luar biasa. Dalam buku tersebut dicontohkan
bahwa keterampilan yang dapat diajarkan kepada anak tunarungu di
tingkat SLTPLB memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar serta
sub jenis kegiatan sebagai berikut:
Tabel 1. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas VIIKelas VII Semester 1
Standar kompetensi Kompetensi dasarKERAJINAN UKIR KAYU1. Mengenal jenis dan sifat
kayu
1.1. Mengenal bagian kayu
1.2. Menunjukkan beberapa cat kayu1.3. Memiliah kualitas kayu
2. Terampil mengukur kayu 2.1. Mengidentifikasi berbagai alat ukur kayu2.2. Menggunakan alat ukur panjang sesuai dengan
kebutuhan2.3. Menggunakan alat ukur sudut sesuai dengan
kebutuhan
29
MEMBATIK 3. Memahami alat dan bahan
dalam membuat batik cap
3.1. Mengenal alat untuk membuat batik cap
3.2. Mengenal bahan untuk membuat batik cap
KOMPUTER4. Mengenal perangkat keras
computer
4.1. Mengenal jenis-jenis perangkat keras utama 4.2. Menerangkan fungsi setiap perangkat keras
utama
5. Mengoperasikan computer sesuai dengan fungsi peralatannya
5.1. Mengaktifkan computer
5.2. Menghafal tuts pada keyboard dan fungsinya
6. Memulai dengan program MS Word
6.1. Mengetahui cara membuka MS Word melalui menu program
7. Memanfaatkan menu bar pop up sesuai dengan fungsinya
7.1. Memahami fungsi setiap menu bar (menu kesamping) dan menu popup (menu ke bawah pada setiap bagian menubar)
7.2. Menggunakan setiap menu bar dan popup sesuai dengan fungsinya
Tabel 2. Kelas VII Semester 2Standar kompetensi Kompetensi dasar
KERAJINAN KAYU1. Terampil memotong kayu
1.1. Terampil mengikir gergaji/menajamkan
1.2. Memotong kayu berbagai bentuk dan ukuran1.3. Membedakan jenis gergaji tangan
MEMBATIK2. Memahami aneka ragam
batik cap dan membuat lembaran untuk alas
2.1. Mengenal ragam hias batik cap 2.2. Membuat ragam hias batik cap
KERAJINAN KULIT3. Menipiskan bahan dompet 3.1. Memilih bahan dan alat
3.2. Menyeset bahan4. Menjahit bahan dompet 4.1. Memilih bahan dan alat
4.1. Menyambungn bahan5. Merakit bahan dompet 5.1. Memahami teknik rakit
5.2. Memilih alat5.3. Memadukan bahan
6. Menghias bahan dompet 6.1. Memahami teknik hias
6.2. Memilih alat6.3. Melakukan penyelesaian akhir
Tabel 3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas VIIIKelas VIII Semester 1
30
Standar kompetensi Kompetensi dasar
UKIR KAYU1. Terampil menggunakan
ketam
1.1 Memasang rumah ketam 1.2 Menggunakan ketam sesuai fungsinya1.3 Merawat mengasah ketam
2. Terampil menggambar teknik
2.1. Terampil menggunakan alat-alat gambar teknik2.2. Terampil menggambar perspektif
KOMPUTER3. Mengetik sederhana 3.1. Mengetik kata sederhana pada halaman kosong
3.2. Menyimpan hasil ketikan dengan memberi nama file
4. Mengedit data yang sudah tersimpan atau diketik
4.1. Memanggil atau membuka file yang telah tersimpan
4.2. Mengedit data yang telah diketik4.3. Menyimpan hasil perbaikan dengan file lama
atau baruKETERAMPILAN BATIK CAP5. Memahami pewarnaan
batik cap pertama
5.1. Mengenal alat dan bahan pewarna5.2. Mencelup batik kain cap
Tabel 4. Kelas VIII Semester 2Standar kompetensi Kompetensi dasar
KETERAMPILAN UKIR KAYU1. Terampil menyambung
berbagai bentuk sambungan kayu
1.1. Menyiapkan bahan dan alat untuk membuat sambungan
1.2. Membuat konstruksi sambungan berupa logam dan purus
1.3. Membuat berbagai sambungan sudut1.4. Membuat sambungan dengan penguat
lem/paku/pasak2. Terampil menggambar
teknik2.1.Terampil menggambar
KOMPUTER3. Melakukan modifikasi
pengolahan data3.1. Memperkenalkan berbagai jenis dokumen yang
dapat diolah dengan MS Word3.2. Melakukan pengolahan kata dalam berbagai
bentuk font3.3. Membuat tabel sederhana dengan MS Word3.4. Mengatur margin3.5. Mengatur bentuk halaman dokumen
4. Menghasilkan data dalam bentuk print out
4.1. Mengetahui fungsi printer4.2. Melakukan print
KERAJINAN KULIT5. Menipiskan bahan
dompet5.1. Memilih bahan dan alat5.2. Menyeset bahan
31
6. Menjahit bahan dompet 6.1. Memilih bahan dan alat6.2. Menyambung bahan
7. Menghias bahan dompet 7.1. Memahami teknik hias7.2. Memilih alat7.3. Melakukan penyelesaian akhir
MEMBATIK8. Mamahami cara
menembok cat8.1. Menyiapkan bahan untuk menembok8.2. Menembok warna batik cap sesuai motif
Tabel 5.Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas IXKelas IX Semester 1
Standar kompetensi Kompetensi dasar
UKIR KAYU1. Terampil merakit
produk kayu
1.1.Menyiapkan bahan-bahan bantu untuk merakit1.2.Merakit bahan sesuai dengan gambar kerja/desain1.3.Menggunakan klem sesuai fungsinya
2. Terampil menggunakan scrool
2.1. Membuat berbagai huruf/angka dan motif tembus
2.2. Mahir membuat hasil kerajinan
MEMBATIK3. Memahami pewarnaan
batik cap kedua3.1. Memahami komposisi pewarna3.2. Mencuci kain batik cap
Mengeringkan kain batik capKOMPUTER4. Memahami program
MS Excel4.1. Mengetahui cara mengoperasikan MS Excel
melalui menu program4.2. Membuka program MS Excel dan
mengakhirinya5. Memanfaatkan menu
bar dan menu popup sesuai fungsinya
5.3. Memahami fungsi setiap menu bar popup dan MS Excel
5.4. Menggunakan setiap menu MS Excel sesuai dengan fungsinya
6. Mengolah data sederhana
6.1. Membuat format sederhana pada worksheet baru
7. Mengedit data yang sudah tersimpan atau diketik
7.1. Membuka kembali file yang telah disimpan7.2. Mengedit data yang sudah dimasukkan
8. Melakukan modifikasi pengolahan data
8.1. Membuat berbagai format dengan MS Excel8.2. Mengatur margin dan layout halaman
9. Menghasilkan pekerjaan dalam bentuk printout dengan MS Excel
9.1. Mengatur daerah worksheet yang akan dicetak9.2. Melakukan print out dalam huruf cetak
32
10. Mengoperasikan scanner
10.1. Mengaktifkan scanner10.2. Mentransfer objek menjadi data file (doc)
Tabel 6. Kelas IX Semester 2Standar kompetensi Kompetensi dasar
KETERAMPILAN KAYU1. Terampil melakukan
finishing kayu1.1. Menentukan bahan finishing1.2. Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk
proses finishing1.3. Menghaluskan permukaan benda kerja1.4. Melakukan proses penyelesaian akhir (finishing)1.5. Merawat alat-alat yang digunakan untuk proses
finishing kayu
MEMBATIK2. Memahami teknik
melorod
2.1. Melorod lilin/malam dikain batik2.2. Mengeringkan kain batik2.3. Menyelesaikan pekerjaan Membersihkan tempat
kerja batik capKOMPUTER3. Mengedit data yang
sudah tersimpan atau diketik
3.1. Memanggil atau membuka file yang telah tersimpan
3.2. Mengedit data yang telah diketik3.3. Menyimpan hasil perbaikan dengan file lama
atau baru
4. Melakukan modifikasi pengolahan data
4.1. Memperkenalkan berbagai jenis dokumen yang dapat diolah dengan MS Word
4.2. Melakukan pengolahan kata dalam berbagai bentuk font
4.3. Membuat tabel sederhana dengan MS Word4.5. Mengatur margin4.6. Mengatur bentuk halaman dokumen
5. Menghasilkan data dalam bentuk print out
5.1. Mengetahui fungsi printer5.2. Melakukan print
Jenis-jenis keterampilan yang disebutkan tersebut hanyalah contoh.
Pihak sekolah dapat menambah atau memberikan pendidikan keterampilan
lain sepanjang sesuai dengan karakteristik anak tunarungu dan sesuai
dengan kemampuan sekolah.
Pendidikan keterampilan bagi anak tunarungu dimaksudkan agar
anak didik memiliki keterampilan kerja. Maksud ini sama dengan
pendidikan keterampilan yang diberikan di sekolah kejuruan. Sekolah
33
kejuruan juga memberikan keterampilan kria seperti kerajinan membatik,
kerajinan kulit dan kerajinan kayu (Suhendar, 2011: 1-30). Sebagai
pembanding bagi pendidikan keterampilan yang diberikan bagi anak
tunarungu, berikut ini disajikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
pendidikan keterampilan yang ada di sekolah menengah kejuruan (SMK)
seperti berikut ini (Suhendar, 2011: 1-30):
a. Kerajinan membatik Tabel 7. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk SMK
Standar kompetensi Kompetensi dasar
1. Membuat kria tekstil dengan teknik batik
1.1. Menjelaskan cara membuat batik1.2. Membuat batik klasik1.3. Membuat baik modern1.4. Membuat batik tulis
2. Membuat kria tekstil dengan teknik batik cap
2.1. Menjelaskan cara membuat batik cap2.2. Membuat batik cap dengan motif tradisional 2.3. Membuat batik cap dengan motif modern
b. Kerajinan Kulit Tabel 8. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk SMK
Standar kompetensi Kompetensi dasar
1. Membentuk produk kulit dengan kulit perkamen
1.1. Mengidentifikasi bahan dan alat1.2. Melakukan pekerjaan teknik tatah 1.3. Melakukan perakitan komponen secara manual1.4. Membuat degradasi warna
2. Membuat produk kulit dengan teknik tatah sungging
2.1. Mengidentifikasi tatah sungging2.2. Melakukan perakitan komponen secara manual2.3. Membuat degradasi warna sunggingan
3. Membuat produk kulit bentuk assesoris, dompet, gantungan kunci
3.1. Mengidentifikasi jenis assesoris3.2. Membuat assesoris3.3. Membuat dompet3.4. Membuat gantungan kunci
c. Kerajinan Kayu Tabel 9. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk SMK
Standar kompetensi Kompetensi dasar
34
1. Membuat produk kayu dengan teknik ukir
1.1. Menjelaskan berbagai motif ukir1.2. Menjelaskan peralatan ukir kayu1.3. Menggunakan peralatan ukir kayu1.4. Menggambar benda bentuk ukiran 1.5. Membuat produk ukiran geometris1.6. Membuat ukiran motif tradisional
Berdasarkan beberapa jenis pendidikan keterampilan bagi anak
tunarungu dan pendidikan keterampilan di sekolah menengah kejuruan
tersebut di atas, tampak ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya
adalah pada jenis keterampilan kerja, sedangkan perbedaannya yaitu
pendidikan keterampilan bagi anak tunarungu di SLTP SLB lebih spesifik
dan lebih praktis, sedangkan pendidikan keterampilan bagi anak SMK
disertai dengan kemampuan menjelaskan dan mengidentifikasi berbagai
keterampilan yang diajarkan.
4. Kajian tentang Minat Belajar Anak Tunarungu dalam Pembelajaran
Keterampilan
Minat merupakan suatu faktor afektif yang penting dalam
menjalankan fungsi intelektual yang sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang menyeleksi dan terlibat dalam memproses informasi (Hidi dan
Anderson, 1992: 215). Crow menyatakan ( Sri Rumini, 1998: 45) minat
sangat erat hubungannya dengan dorongan, motif dan reaksi emosional.
Selanjutnya Sri Rumini (1998: 49) menyampaikan: “Minat dapat
berhubungan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, atau kegiatan dan
dapat sebagai pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri. Minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab dalam kegiatan”.
35
Hidi (1990: 549) mengemukakan bahwa minat paling utama
mempengaruhi bagaimana suatu informasi dipilih dan diproses atau
dipelajari. Minat memberikan efek pada bagaimana fungsi pengetahuan
dan fungsi pembelajaran dijalankan. Minat merupakan perasaan spontan
yang melalui proses psikologis yang diasosiasikan dengan ketertarikan
terhadap suatu aspek informasi yang unik. Dengan demikian, minat dapat
ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memberikan berbagai informasi
yang menarik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar
adalah rasa suka atau ketertarikan peserta didik terhadap kegiatan belajar
dan pelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk menguasai
pengetahuan dan pengalaman, hal tersebut dapat ditunjukkan melalui
partisipasi dan keaktifan dalam mencari pengetahuan dan pengalaman
tersebut.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005: 8) mengemukakan belajar
adalah upaya penyesuaian diri yang sengaja dialami oleh peserta didik
dengan maksud untuk melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan
tujuan belajarnya. Menurut Reber (Sugihartono dkk, 2007: 74)
mendefinisikan belajar sebagai proses pemerolehan pengetahuan. Proses
pemerolehan pengetahuan itu melalui sebuah pembelajaran.
Pembelajaran menurut Nasution (Sugihartono dkk, 2007: 80) adalah
suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
36
Serta Brown (Pringgawidada Suwarna 2002: 20) mendefinisikan
pembelajaran adalah proses atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek,
keterampilan yang dipelajari, dan pengalaman atas instruksi.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi
(perasaan), dan konasi (kehendak). Atas dasar tersebut minat dianggap
sebagai respon yang sadar dari diri individu. Yang dimaksud kognisi
adalah minat yang didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai
obyek yang dituju, kemudian menimbulkan emosi (perasaan) tertentu, dan
akan menuju pada konasi (kehendak) untuk mencapainya, seperti adanya
keinginan dan kemauan dari diri individu tersebut. Minat memiliki
manfaat sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi. Dengan
memiliki minat belajar, peserta didik lebih memperkuat ingatan tentang
pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Dengan ingatan yang kuat, peserta
didik berhasil memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
Sehingga, tidak sulit bagi peserta didik dalam mengerjakan soal atau
pertanyaan dari peserta didik. Hal tersebut menghasilkan nilai yang bagus
dan meningkatkan prestasi peserta didik (edukasi.kompasiana.com/2010).
Leong, L.(2005: 5) menjelaskan bahwa minat dapat ditingkatkan
dengan cara mengajak siswa untuk memahami lebih dalam tentang apa
yang akan dipelajari, guru memperlihatkan minat yang besar terhadap
obyek yang dipelajari, serta menjadikan siswa-siswa ahli dalam topik
yang mereka pilih sendiri. Dalam hal ini, guru harus dapat menciptakan
iklim sekolah yang menyenangkan, terbuka dan menarik. Lawson (1995:
37
303) mengemukakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan adalah
dengan menciptakan aktivitas yang menarik minat siswa atau dengan
memberikan hadiah sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.
Ketertarikan siswa dapat ditumbuhkan dengan memberikan citra
positif tentang materi pelajaran kimia. Deporter dan Nourie (2001: 88)
mengemukakan cara menjadikan siswa tertarik dan berminat pada
pelajaran melalui 6 langkah yaitu: tumbuhkan, alamai, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Maksud ‘tumbuhkan’ adalah
mengajak para siswa untuk mencari tahu manfaat apa yang didapat siswa
dari mempelajari suatu pelajaran. Apabila siswa sudah mengetahui
manfaat untuk dirinya, maka siswa cenderung lebih mudah diajak untuk
menjadikan belajar sebagai pengalaman mereka sehingg belajar menjadi
lebih bermakna.
Kata ‘alami’ dimaksudkan untuk mengajak siswa menjalani proses
belajar. Kata ‘namai’ mengandung maksud bahwa ketika siswa sudah
muncul minatnya, maka siswa ditunjukkan data atau fakta-fakta yang ingin
mereka ketahui. Kata ‘demonstrasikan’ mengandung maksud bahwa setiap
siswa didorong untuk mengkaitkan fakta-fakta tersebut dengan
pengalaman pribadi atau kehidupan sehari-hari siswa. Kata
‘ulangi’mengandung maksud para siswa didorong untuk menyebutkan
kembali atau menyimpulkan pengetahuan yang baru didapatnya. Kata
‘rayakan’ mengandung maksud siswa-siswa diajak untuk menegaskan
38
atau menguatkan pemahaman baru tersebut dengan kalimat atau
ungkapan-ungkapan yang memotivasi (Deporter dan Nourie, 2001: 88).
Materi pendidikan ditujukan agar peserta didik nemiliki kompetesi
untuk bekerja setelah mereka selesai sekolah. Program ini berisi mata
pelajaran keterampilan dan kejuruan. Bagi peserta didik berkebutuhan
khusus, isi dan kompetesi mata pelajaran harus menekakan aspek
produktif. Jenis keterampilan yang disediakan hendaknya
mempertimbangkan jenis dan tingkat kelainan peserta didik dan sumber
daya sekolah. Sekolah harus nenyediakan sarana dan prasarana praktik
yang memadai. Dalam hal ini sekolah harus memiliki bengkel kerja agar
pesertan didik dapat langsung mempraktikkan apa yang didapatnya
(Haryanto, 2010: 80).
Dokumen di SLTLB SLB B Wiyata Dharma I Tempel (2012)
memperlihatkan sejumlah keterampilan yang diminati siswa, di antaranya:
1) keterampilan Boga, 2) keterampiilan menjahit, 3) keterampilan
kerajinan tangan, 4) keterampilan mendesain, 5) keterampilan meubel, dan
6) keterampilan reparasi, 7) Pertanian, 8) Fotografi.
Berdasarkan Pengertian di atas bahwa minat belajar adalah rasa
suka atau ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga
mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman.
C. Kerangka Pikir
Pendidikan bagi anak tunarungu dimaksudkan untuk memberikan bekal
anak tunarungu agar menjadi warga negara yang siap pakai. Pendidikan
39
keterampilan di SLB Tunarungu menduduki tempat yang penting sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan anak-anak tunarungu. Sekolah Luar
Biasa Tunarungu merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak yang mengalami kelainan
pendengaran sebagian atau seluruhnya, agar memiliki kemampuan, nilai sikap
dan kepribadian serta keterampilan yang nantinya dapat digunakan sebagai
bekal melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau langsung
dapat digunakan sebagai bekas hidup ditengah masyarakat.
Anak tunarungu di dalam bidang akademik mengalami kesulitan dan
kurang mampu dalam berkomunikasi, sehingga terhambat untuk penerimaan
informasi. Dengan begitu perlu dikembangkan keterampilan yang dapat
digunakan untuk kemandirian anak tunarungu. Sesuai dengan kemampuan,
sehingga dapat menjadi bekal untuk kehidupannya. Pembelajaran
keterampilan memiliki banyak macam, namun tidak semua keterampilan
cocok dan dapat diajarkan pada anak tunarungu. Survei tentang jenis-jenis
keterampilan anak tunarungu perlu dilakukan guna memetakan potensi dan
kompetensi anak-anak tunarungu sehingga sekolah dapat menyusun program
pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan anak didiknya.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Jenis keterampilan apa saja yang diajarkan kepada siswa Tunarungu
SLTPLB di SLB-B Wiyata Dharma 1 Tempel ?
2. Jenis keterampilan apa saja yang diminati siswa Tunarungu SLTPLB di
SLB-B Wiyata Dharma 1 Tempel ?
40