PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN...

18
10 BAB II LANDASAN TEORETIK 2.1 Pengertian Empati Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004) empati yaitu mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada saat ini menjadi siswa tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri. Dalam psikologi dan psikiatri yang berorientasikan humanistic, empati merupakan bagian penting dari teknik-teknik konseling. Rogers merupakan salah satu tokoh awal yang menunjukkan pentingnya empati dalam proses konseling (Cotton,2001). Rogers mengungkapkan berempati berarti mempersepsi kerangka pikir internal orang lain secara tepat mencakup unsur-unsur emosional dan cara-cara bertingkah laku, disertai dengan kepedulian seolah-olah diri sendiri adalah orang lain yang sedang dipersepsi tetapi tetapi tanpa kehilangan kesadaran sedang mengandaikan sebagai orang lain. Inti empati yang praktis adalah mendengarkan dengan seksama dunia internal orang lain. Melibatkan pribadi utuh, termasuk pemahaman kognitif, dan respons tubuh, emosional, dan intuitif. Yang penting terkait dengan empati adalah menjadi sadar dengan keadaan internal seseorang ‘seolah-olah’ Anda adalah dia, namun tanpa pernah kehilangan kesadaran keadaan internal anda sendiri. Dengan cara ini, kongruensi dan empati menjadi proses yang parallel.

Transcript of PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN...

Page 1: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

10

BAB II

LANDASAN TEORETIK

2.1 Pengertian Empati

Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004) empati yaitu mampu mendalami

pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada saat ini

menjadi siswa tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan

kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri. Dalam psikologi dan

psikiatri yang berorientasikan humanistic, empati merupakan bagian penting dari

teknik-teknik konseling. Rogers merupakan salah satu tokoh awal yang

menunjukkan pentingnya empati dalam proses konseling (Cotton,2001). Rogers

mengungkapkan berempati berarti mempersepsi kerangka pikir internal orang lain

secara tepat mencakup unsur-unsur emosional dan cara-cara bertingkah laku,

disertai dengan kepedulian seolah-olah diri sendiri adalah orang lain yang sedang

dipersepsi tetapi tetapi tanpa kehilangan kesadaran sedang mengandaikan sebagai

orang lain.

Inti empati yang praktis adalah mendengarkan dengan seksama dunia

internal orang lain. Melibatkan pribadi utuh, termasuk pemahaman kognitif, dan

respons tubuh, emosional, dan intuitif. Yang penting terkait dengan empati adalah

menjadi sadar dengan keadaan internal seseorang ‘seolah-olah’ Anda adalah dia,

namun tanpa pernah kehilangan kesadaran keadaan internal anda sendiri. Dengan

cara ini, kongruensi dan empati menjadi proses yang parallel.

Page 2: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

11

Mengkomunikasikan empati adalah penting bagi klien agar tahu bahwa

individu tersebut dipahami, dan bagi konselor untuk mengecek pemahamannya.

Dampaknya, konselor mengatakan, “Beginilah saya merasakan itu bagi anda.

Benarkah?” Walaupun klien seorang ahli, ia tetaplah klien, proses yang saling

menguatkan. Respons empatik sering kali meliputi penyampaian kata-kata verbal

apa yang didengar dan dirasakan, namun expresi wajah, nada suara, gerak-gerik

dan kehadiran yang diam dan membisu bisa mempunyai arti dalam pemahaman

konselor.

Pengalaman bisa didekati pada tahap yang berbeda dan, begitu pula dengan

kongruensi, apa yang harus dikatakan dan kapan mengatakannya adalah isu

utama. Merespons dengan aspek situasi permukaan ketika klien mengalami

perasaan yang sangat mendalam, atau senaliknya, justru akan mengguncang

proses eksplorasi karena tidak cukup dekat dengan pengalaman klien. Jika kita

tetap menentukan tingkat respons empatik, maka kita juga membangun rasa

aman. Tinggal ‘bersama’ klien dan kadang-kadang menangani hal-hal yang bisa

dirasakan, namun tak benar-benar sepenuhnya terbentuk di alam kesadaran klien

tersebut sebagai tinggal dengan tepian kesadaran. Hal itu membantu klien

mengungkap aspek baru tentang dirinya, tanpa harus mencabut mereka dari

wilayah atau perasaan di mana mereka terlibat didalamnya. (Palmer Stephen

Ed.2011)

Empati suatu istilah umum yang dapat digunakan untuk pertemuan, pengaruh

dan interaksi di antara kepribadian-kepribadian. “ Empati ” merupakan arti dari

Page 3: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

12

kata “einfulung” yang dipakai oleh para psikolog Jerman. Secara harfiah ia berarti

“merasakan ke dalam”. Empati berasal dari kata Yunani “pathos”, yang berarti

perasaan yang mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan, dan kemudian

diberi awalan “in”. Kata ini paralel dengan kata “ simpati “. Tetapi antara

keduanya terdapat perbedaan. Bila simpati berarti merasakan bersama dan

mungkin mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengacu pada keadaan

identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang, sedemikian

sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakan/kehilangan identitas dirinya

sendiri. Dalam proses empati yang mendalam dan misterius inilah berlangsung

proses pengertian, pengaruh dan bentuk hubungan antar pribadi yang penting

lainnya

Kalau mau merujuk pada teori kompetensi, tingkatan yang paling rendah

adalah ketika individu baru dapat memahami ungkapan verbal, entah itu perasaan

atau pikiran. Tingkatan menengahnya adalah ketika sudah dapat memahami isu

kompleks yang ada di balik suatu percakapan; mampu mengerti penyebab yang

kompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang di masa lalu.

Dan, yang paling tinggi adalah memahami lalu tergerak untuk memberikan

bantuan nyata yang dibutuhkan orang itu berdasarkan keadaannya.

Empati ini sangat dibutuhkan. Jika dikaitkan dengan penjelasan sebelumnya,

empati akan membuat setiap individu terbiasa menjadi orang yang tidak terlalu

efektif dan tidak terlalu human. Empati akan membuat kita dapat memisahkan

orang dan masalahnya dengan cepat; empati akan mendorong kita untuk lebih

Page 4: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

13

melihat bagaimana menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana menyerang

orang (concerning on people).

Ada pemikiran dari Daniel Goleman (2001) soal melatih empati.” Untuk

melatih empati, Goleman menyarankan lima hal, yaitu:

a. Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (under-standing

others).

b. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain (service

orientation).

c. Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain

(developing others).

d. Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari

perbedaan (leveraging diversity).

e. Memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam

hubungan kita dengan orang lain (political awareness).

Egan (1975, dalam Ivey et al, 1987) membedakan dua tipe untuk memahami

“emphatic understanding”, yakni :

a. Empati primer, adalah empati sebagaimana dikemukakan oleh Rogers.

Membentuk fondasi dan atmosfer inti helping relationship. Termasuk

mendengarkan semua pesan dan meresponnya. Kemampuan

paraphrasing dan merefleksikan perasaan konselor dengan baik akan

memulai dasar empati untuk memahami klien.

Page 5: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

14

Contoh perkataan : “ Sekarang saya bisa merasakan betapa sedih Anda

pada waktu itu”.

b. Empati lanjutan (advanced accurate emphaty)

Memahami hal yang tersembunyi dari klien, bentuk dasar dari empati

lanjutan adalah memberi respon dan pemahaman terhadap hal yang

tidak langsung dikatakan klien. Di mana konselor memberikan lebih

dari dirinya dan seringkali membutuhkan upaya langsung untuk

mempengaruhi klien. Karena informasi itu selalu subjektif bagi

interpretasi individu, konselor harus menyusun kembali situasi,

kepercayaan, atau pengalaman untuk membantu klien melihatnya dari

perspektif yang berbeda dan mengecek apakah interpretasi itu sudah

benar.

Advanced emphaty lebih kritis, mendalam, dan membahas masalah yang

sensitif oleh karena itu dapat menyebabkan klien bertambah stress. Untuk

mencegah klien mengalami emosi berlebihan dan melakukan perlawanan respon

empati konselor harus bersifat sementara dan hati-hati.

Contoh perkataan :

“ Saya akan merasa sedih juga” ; ”Dari apa yang kamu katakan......” ; ” Apakah

hal ini ......?” ; ”Sepertinya hal ini .......”

Menurut Rogers (dalam Gunarsa Singgih, 1992), empati bukan hanya sesuatu

yang bersifat kognitif namun meliputi emosi dan pengalaman. Juga diartikan

sebagai usaha menglami dunia klien sebagaimana klien mengalaminya. Karena

Page 6: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

15

itu, seorang kenselor harus berusaha memahami pengalaman klien dari sudut

klien itu sendiri. Rogers mengemukakan tentang emphatic understanding, yakni

kemampuan untuk memasuki dunia pribadi orang. Emphatic understanding

merupakan salah satu dari tiga atribut yang harus dimiliki oleh seorang terapis

dalam usaha mengubah perilaku klien. Atribut yang lain yaitu kewajaran atau

keadaan sebenarnya (realness) dan menerima (acceptance) atau memperhatikan

(care).

a. Tanpa empati, tidak mungkin ada pengertian. Memahami secara empati

merupakan kemampuan seseorang untuk memahami cara pandang dan

perasaan orang lain. Memahami secara empati bukanlah memahami orang

lain secara objektif, tetapi sebaliknya berusaha memahami pikiran dan

perasaan orang lain dengan cara orang lain tersebut berpikir dan

merasakan atau melihat dirinya sendiri. Memahami klien berdasarkan

kerangka persepsi dan perasaan klien sendiri oleh Rogers disebut internal

frame of reference, artinya menggunakan kerangka pemikiran internal.

b. Menurut Rogers empati konselor sebagai salah satu factor kunci yang

membantu klien untuk memecahkan masalah personalnya. Ketika

individu mulai berempati kepada orang lain, individu meletakkan diri

individu tersebut “in their shoes”, melihat dunia dari mata indidu tersebut,

membayangkan bagaimana bila menjadi individu yang lain, dan berusaha

merasakan apa yang individu lain rasakan.

Page 7: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

16

c. Faktor sosial dan budaya (seperti gender, etnis, perbedaan kultur)

mempunyai pengaruh dalam pengekspresian emosi. Faktor ini

mempengaruhi cara bagaimana konselor merespon secara emosional.

d. Jika klien merasa dimengerti, maka individu tersebut akan lebih mudah

membuka diri untuk mengungkapkan pengalamanya dan berbagi

pengalaman tersebut dengan orang lain. Klien yang membagi

pengalamannya secara mendalam memungkinkan untuk menilai kapan

dan di mana individu tersebut membutuhkan dukungan, dan potensi

kesulitan yang membutuhkan fokus untuk rencana perubahan.

Saat klien melihat empati pada diri konselor, klien tersebut akan lebih nyaman

untuk dan tidak melakukan defend seperti penyangkalan, penarikan diri, dll.

Artinya empati konselor mampu memfasilitsi perubahan pada klien. Sebaliknya

akan lebih mau membuka diri terhadap dunia luar dengan cara yang lebih

konstruktif. Karena itulah istilah empati ditambah menjadi perkataan “emphatic

understanding”.

2.2 Aspek Pada Empati

Menurut Eisenberg (2002) dalam aspek empati, bahwa dalam proses individu

berempati melibatkan aspek afektif dan kognitif. Aspek afektif merupakan

kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan emosional orang lain yaitu

ikut merasakan ketika orang lain merasa sedih, menangis, terluka, menderita,

bahkan disakiti. Sedangkan aspek kognitif dalam empati difokuskan pada proses

intelektual untuk memahami prespektif orang lain dengan tepat dan menerima

Page 8: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

17

pandangan mereka misalnya membayangkan perasaan orang lain ketika marah,

kecewa, senang, memahami keadaan orang lain dari cara berbicara, dari raut

wajah, cara pandang dalam dalam berpendapat.

Dari komponen kognitif diturunkan aspek perspective taking dan fantasy :

a. Perspective taking adalah kecenderungan individu untuk mengambil alih

secara spontan sudut pandang orang lain.

b. Fantasy adalah kecenderungan individu untuk mengubah pola diri secara

imajinatif ke dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dari karakter-karakter

khayalan pada buku, film, permainan atau orang lain.

Dari komponen afektif diturunkan aspek empatjic concern dan personel distress :

a. Empathic concern merupakan perasaan simpati dan perhatian terhadap orang

lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung

merasakan penderitaan orang lain.

b. Personal Distress adalah reaksi pribadi terhadap penderitaan orang lain yang

meliputi perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin dan tidak berdaya.

2.3 Empati Laki-Laki dan Perempuan

Pada manusia, ini berarti bahwa anak yang baru lahir secara otomatis akan

mulai menangis jika mendengar rekan-rekan lain untuk menangis. Jadi ketika

melihat seseorang yang tersenyum sehingga individu merasa umumnya lebih

bahagia ketika individu melihat seseorang yang tampak marah individu akan

merasa sering lebih marah atau lebih takut.

Page 9: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

18

Pada usia satu dan dua tahun, anak mulai dapat membedakan antara

dirinya dengan orang lain, mulai dapat membedakan kesusahan yang dirasakan

oleh dirinya dan bukan dari orang lain atau sebaliknya. Seiring dengan

pertumbuhan kognitif, anak mulai mengenali kesedihan pada orang lain dan

mampu menyesuaikan kepeduliannya dengan perilaku yang tepat. Perilaku empati

anak perempuan dan laki-laki mempunyai status sosial yang sama, hanya saja

bentuk empati antara perempuan dan laki-laki berbeda.

Perilaku empati pada anak perempuan terlihat pada anak yang membantu

adiknya meredam kesedihan, sedangkan pada anak laki-laki seperti membantu

temannya mengendarai sepeda. Pria empati lebih baik pada pria budaya pop

biasanya digambarkan sebagai lebih egois daripada wanita ketika datang ke

aktivitas asmara, tapi budaya pop bisa sangat bodoh. Lebih menenangkan, sebuah

studi baru menunjukkan banyak sangat fokus pada memastikan pasangan mereka

menikmati dirinya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Maccoby dan Jacklin (1974) menunjukkan

bahwa pada usia awal perkembangan anak laki- laki lebih banyak menunjukkan

sikap empati dari pada anak perempuan. Namun demikian, seiring dengan

perkembangannya perempuan lebih banyak menunjukkan empati dari pada laki-

laki.

Pola pengasuhan memengaruhi kepribadian anak ketika tumbuh dewasa.

Anak laki-laki yang dididik dengan baik dan benar sejak belia, akan tumbuh

menjadi pribadi yang membanggakan dan dapat diandalkan oleh keluarganya.

Page 10: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

19

Orang tua perlu membekali anak, terutama anak laki-laki, dengan empati sejak

belia. Anak laki-laki yang semasa tumbuh kembangnya terlatih berempati, ia akan

tampil sebagai pribadi yang memahami perasaan orang lain. Pribadi penuh empati

seperti ini memudahkan ia untuk berteman, dan menjadikannya sebagai calon

suami dan ayah yang baik untuk keluarganya kelak.

Dalam perkembangannya, empati sudah ada sejak usia awal, yang ditunjukkan

melalui reaksi fasial, kemudian mengalami perkembangan sejalan dengan

pertambahan usia (Levine dan Hoffman, 1975), elaborasi kognisi (Hoffman,

1976). Jika dalam perjalanannya ternyata antara satu orang dengan yang lainnya

memiliki perbedaan dalam memberikan atau menerima reaksi empati, hal itu

dikarenakan oleh (a) perbedaan jenis kelamin, (b) perbedaan self esteem dan (c)

tuntutan keluarga.

2.4 Proses Perkembangan Empati

Menurut Eisenberg (2002) ada lima factor yang mempengaruhi proses

perkembangan empati pada diri seseorang yaitu:

a. Pola Asuh

(1) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.

Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari

tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga

bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang

Page 11: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

20

berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga

memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

(2) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar

patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh

orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan

pendapatnya sendiri. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah

dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan

oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.

(3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan

yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat

sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini

biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

(4) Pola Asuh Penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang

sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk

keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun

dihemat-hemat untuk anak mereka.

Page 12: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

21

b. Kebutuhan

Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi akan

mempunyai tingkat empati dan nilai prososial yang rendah, sedangkan

individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang rendah akan mempunyai

tingkat empati yang tinggi.

c. Jenis Kelamin

Perempuan mempunyai tingkat empati yang lebih tinggi dari pada

laki-laki. Persepsi ini didasarkan ada kepercayaan bahwa perempuan lebih

nurturance (bersifat memelihara) dan lebih berorientasi interpersonal

dibandingkan laki-laki. Untuk respon empati, mendapatkan hasil bahwa anak

perempuan lebih empatik dalam merespon secara verbal keadaan distress

orang lain. Empati adalah merupakan ciri khas dari wanita yang lebih peka

terhadap emosi orang lain dan bias lebih mengungkapkan emosinya

dibandingkan laki-laki (Koestner, 1990)

Ada persamaan yang dimiliki laki-laki maupun perempuan dalam

empati, yaitu adanya respons dari otak (pemindaian otak untuk menyelidiki

reaksi terhadap suatu yang “menyentuh) ketika melihat seseorang yang sedang

mengalami perasaan senang atau sedih. Hal ini dikemukakan oleh Dr. Klaas

Enoo Stephen (2008).

Kemampuan berempati akan semakin bertambah dengan

meningkatnya usia. Sealanjutnya Koestner (1990) menyatakan bahwa

Page 13: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

22

semakin tua seseorang semakin baik kemampuan empatinya dikarenakan

pemahaman persoektif.

d. Derajat Kematangan Psikis

Empati juga dipengaruhi oleh derajat kematangan. Derajat kematangan

adalah besarnya kemampuan dalam memandang, menempatkan diri pada

perasaan orang lain serta melihat kenyataan dengan empati secara

proporsional. Derajat kematangan seseorang akan sangat mempengaruhi

kemampuan empatinya terhadap orang lain. Seseorang dengan derajat

kematangan yang baik akan mampu untuk menampilkan empati yang tinggi

pula.

e. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses melatih kepekaan diri terhadap

rangsangan social yang berhubungan dengan empati dan sesuai dengan

norma, nilai atau harapan social. Sosialisasi memungkinkan seseorang dapat

mengalami empati artinya mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan

orang lain dan berfikir tentang orang lain. Sosialisasi menjadi dasar penting

dalam berempati karena dapat melahirkan sikap empati pada anak, kepekaan

social juga berpengaruh pada perkembangan empati anak terhadap

lingkungan.

Betapa pentingnya empati itu dalam kehidupan sehari-hari, karena akan

menjaga bagaimana mengatur perasaan individu terhadap orang lain, tidak

Page 14: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

23

sembarangan dan tidak sembrono, karena mereka juga manusia, tetangga juga

manusia, polisi juga manusia, dokter juga manusia, guru juga manusia, tokoh

agama juga manusia, maka kita harus saling menghormati satu sama lain, saling

menyayangi satu sama lain, saling tolong satu sama lain. Respons empati,

terutama untuk menolong orang lain yang sedang kesusahan.

Empati adalah sikap atau perilaku memahami sesuatu dari sudut pandang

atau perasaan orang lain. Sikap-sikap sejenis tidak peduli, egois, cuek, hanya

memikirkan diri sendiri merupakan cerminan rendahnya empati. Dalam banyak

kasus, tipisnya empati ini dapat menjadi penyulut beragam konflik. Berbeda

dengan simpati yang lebih merujuk pada ekspresi ataupun tindakan mengasihani

seseorang, empati lebih merupakan upaya memahami posisi seseorang dan apa

yang sedang dirasakannya. Empati, karenanya, lebih dari sekadar rasa kasihan. Di

dalamnya terkandung maksud untuk menghargai dan menghormati orang di

sekitarnya. Kunci untuk memahami persaan orang lain adalah mampu membaca

pesan nonverbal :

1. nada bicara 3. ekpresi

2. gerak-gerik 4. wajah dan sebagainya

Upaya yang dilakukan dalam mengembangkan empati menurut Eisenberg

(2002) upaya-upaya tersebut antara lain :

Page 15: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

24

a. Menyadari sepenuhnya emosi, semakin terbuka seseorang dalam

emosinya maka akan semakin ia membaca perasaan seseorang.

b. Belajar mendengar pendapat orang lain, memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk menyelesaikan apa yang dikatakannya

kemudian mengajukan pertanyaan sebelum memberikan penilaian.

c. Memperhatikan orang lain di jalan, di restoran dan bus dan

mencoba memahami perasaan melalui raut mukanya.

d. Menilai orang lain tidak hanya didasarkan pada tampak luar saja.

Mengetahui sikap dasar seseorang, melalui pembicaraan dan tanya

jawab yang menarik.

e. Melihat film pendek di televisi dan mencoba memperkirakan

pokok persoalan yang dibicarakan. Untuk itu setiap diri perlu

menempatkan diri dalam adekan itu.

f. Role play atau bermain peran. Teknik bermain peran dinilai

sebagai tehnik yang efektif dan akan membantu seseorang

membentuk pemahaman yang lebih dalam.

g. Menganalisis perbedaan dalam suatu pembicaraan yang

bertentangan dengan pendapat yang kita sampaikan.

h. Bertanya pada diri sendiri mengapa dalam situasi tertentu

memberikan reaksi tertentu untuk mengetahui latar belakang

tingkah laku sendiri, akan mudah untuk menempatkan diri dalam

kedudukan orang lain.

Page 16: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

25

i. Mencari sebab-sebab dalam diri sendiri ketika tidak menyukai

seseorang.

j. Mencoba mencari sebanyak mungkin keterangan tentang

seseorang sebelum melakukan penilaian terhadap orang itu. Jika

kita mengetahui mengapa seseorang mempunyai tingkah laku

tertentu, maka kita akan dapat menilainya dengan lebih cepat dan

bagaimana sikap kita terhadapnya akan menjadi lebih sesuai.

k. Mengingat setiap orang dipengaruhi oelh perasaan dan periakunya.

2.5 Empati dalam Bimbingan dan Konseling

Seorang siswa membutuhkan pendidikan yang benar dan berhasil tidak

sekedar membekali para siswa dengan kepiawaian akademik yang mungkin

membatu meningkatkan empati kognitif, melainkan juga mengoreksi dan

memperbaiki defisiensi empatinya. Guru pembimbing harus tanggap empatik

yang tepat terhadap siswa yang memerlukan serta merawat dalam kerangka

menumbuh-kembangkan kemampuan empati emosional para siswa (Trusty, Ng &

Wattis, 2005). Empati perlu ditumbuh-kembangkan dalam iklim relasi pada setiap

pendidikan-pelatihan para siswa agar iklim relasi ini dapat berperan korektif

terhadap kemungkinan empati pada para siswa serta berperan menumbuh-

kembangkan kemampuan empati setiap siswa.

Dalam bimbingan dan konseling empati adalah sebuah kemampuan untuk

melihat, memahami, dan merasakan sesuatu hal yang terjadipada diri orang

laindari sudut pandang orang lain tersebut, bukan dari sudut pandang pribadi.

Page 17: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

26

Agar dapat membantu siswa, maka guru pembimbing harus dapat memahami diri

dan dunia siswanya dari sudut pandang siswa. Guru pembimbing memberikan

keyakinan pada diri siswa bahwa guru pembimbing memahami keadaan dan

perasaan siswa yang unik. Bahkan sering kali siswa berusaha menutupi sebagian

besar diri mereka. Siswa jarang menampilkan dunia dalam diri mereka kecuali

terhadap orang yang mereka percayai. Orang yang mendapatkan kepercayaan ini

adalah orang yang dapat membantu dan merasakan isi pikiran pengalaman hidup

maupun perasaan mereka. Keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh

kemampuan guru pembimbing dalam berempati. Jika guru pembimbing mampu

berempati terhadap siswa, maka siswa nantinya akan lebih terbuka . dengan

demikian konseling pun akan berjalan dengan lebih lancer (Willis, 2004).

Ketrampilan melakukan empati harus selalu dilatih, agar sebagai guru

pembimbing tetap peka terhadap berbagai emosi yang dirasakan siswa dan mudah

dalam memahami isis atau jalan pikiran mereka. Latihan berempati melibatkan

kemampuan memasuki dunia siswa melalui angkapan-ungkapan empati yang

sekiranya dapat menyentuh perasaan dan memperlihatkam pada siswa akan

kepedulian guru pembimbing. Kemampuan guru pembimbing melakukan empati

akan membuat siswa bersikap terbuka. Dengan demikian, siswa akan bersedia

mengungkapkan dunia dalam dirinya dengan cara yang jauh lebih baik. Dunia

dalam diri ini berbentuk pikiran, emosi, maupun pengalaman hidupnya yang

tersembunyi, dan bahkan sisi kelam dalam dirinya (Willis, 2004)

Page 18: PERBEDAAN EMPATI ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3555/3/T1_132008010_BAB II.pdfkompleks dari perbuatan, pola kebiasaan ataupun masalah seseorang

27

2.6 Penelitian yang Terkait

Penelitian Hadjar (2006) berjudul “Perbedaan Empati Siswa Laki-Laki

Dengan Siswa Perempuan Reguler Terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus” yang

menggunakan rancangan penelitian deskriptif, dengan subjek penelitian

berjumlah 90 siswa regular usia 12-17 tahun. Hasilnya menunjukkan ada

perbedaan signifikan empati baik afektif maupun kognitif antara siswa laki-laki

dan perempuan. Dengan hasil empati pada aspek afektif siswa perempuan

berjumlah 53 siswa dengan persentase 56,7%. Sedangkan klasifikasi rendah

berjumlah 37 siswa laki-laki dengan persentase 43,3%. Dan pada aspek kognitif

menunjukkan 80,4% siswa perempuan mampu memahami dan berfikir siswa

berkebutuhan khusus dan mengerti bahwa berkelakuan khusus memiliki cara yang

berbeda-beda dalam menyelesaikan masalahnya., sedangkan siswa laki-laki hanya

menunjukkan 19,6% dalam memahami cara berfikir siswa berkebutuhan khusus.

Toussant (2005), dalam penelitian menunjukkan hasil bahwa wanita lebih

berempatik dari pada pria. Namun, perempuan dan laki-laki sama-sama

memaafkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan dimana perempuan lebih empatik dari pada laki-laki, dan ada

perbedaan antara empati dan permintaan maaf berdasarkan gender.

2.7 Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Ada perbedaan yang signifikan empati antara siswa laki-laki dengan

empati siswa perempuan di kelas IX SMP Negeri 3 Salatiga.”