PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

203
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS X SMAN 2 GOWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Mustainah NIM 105441101316 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2020

Transcript of PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Page 1: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN

TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF

MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS X SMAN 2 GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Mustainah

NIM 105441101316

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2020

Page 2: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 3: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 4: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 5: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 6: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Keluargaku terkhusus kedua orang tuaku, saudarku, dan sahabatku.

Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan

harapan menjadi kenyataan.

Juga,

Untuk diriku sendiri

Page 7: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

ABSTRAK

Mustainah. 2020. “Perbandingan Model Pembelajaran Make a Match dan

Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X

SMAN 2 Gowa”. Skripsi jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi ini membahas tentang (1) Bagaimana pengaruh model

pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif kelas X SMAN 2

GOWA, (2) Bagaimana pengaruh model pembelajaran Talking Chips terhadap

hasil belajar kognitif kelas X SMAN 2 Gowa, (3) Apakah ada perbedaan hasil

belajar kognitif dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan

Talking Chips pada siswa kelas X SMAN 2 Gowa. Tujuan penelitian ini adalah

(1) mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Make a Match terhadap

hasil belajar kognitif pada siswa kelas X SMAN 2 Gowa, (2) mengetahui

pengaruh model pembelajaran kooperatif Talking Chips terhadap hasil belajar

kognitif kelas X SMAN 2 Gowa, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif

dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips pada

siswa kelas X SMAN 2 Gowa.Jenis penelitian ini adalah Quasy Eksperimen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Gowa yang

terdiri dari 315 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah 23 siswa yang dipilih

menggunakan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda

sejumlah 30 nomor (materi virus). Teknik analisis data menggunakan analisis

statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.Hasil penelitian yang diperoleh

pada kedua kelompok tersebut melalui analisis statistik deskriptif, rata – rata hasil

belajar biologi menggunakan model pembelajaran Make a Match sebesar = 83,55

sedangkan rata – rata hasil belajar biologi menggunakan model pembelajaran

Talking Chips sebesar = 55,75. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Make a Match dan model pembelajaran kooperatif Talking Chips pada

kelas X SMAN 2 Gowa.

Kata Kunci:Make a Match, Talking Chips, hasil belajar

Page 8: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada tara kepada seluruh makhluk-

Nya terutama manusia. Salam dan shalawat senantiasa dikirimkan kepada

junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW. yang merupakan panutan dan contoh

kita sampai akhir zaman. Yang dengan keyakinan itu penulis dapat menyelesaikan

kewajiban akademik dalam penyelesaian skripsi dengan judul “Perbandingan

Model Pembelajaran Make a Match dan Talking Chips Terhadap Hasil Belajar

Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Gowa”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dalam

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mendapat hambatan dan

kesulitan yang dihadapi penulis. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak sehingga hambatan dan kesulitan dapat diatasi.

Melalui kesempatan yang baik ini, penghargaan dan ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala kebijakan dan dukungannya

dalam proses perkuliahan. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, selaku Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

atas dukungan dan kebijakannya sehingga proses perkuliahan maupun

penyusunan skripsi diperlancar.

Terima kasih kepada Ibu Irmawanty, S.Si., M.Si, selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhamadiyah Makassar yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan

Page 9: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

selama perkuliahan hingga proses penyelesaian studi. Bapak dan ibu dosen

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya jurusan Pendidikan Biologi

yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan.

Terima kasih kepada Ibu Irmawanty S.Si., M.Si, selaku dosen pembimbing

I dan Ibu Dian Safitri, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan tenaga dalam pemberian arahan, bimbingan dan motivasi

kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Terima kasih kepada Bapak Drs. Tarmo. M., M.Pd selaku Kepala SMA

Negeri 2 Gowa yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian. Ibu St

Saniasa Rahmawati Peter, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Biologi SMA Negeri

2 Gowa yang telah membimbing jalannya penelitian, staf dan pegawai SMA

Negeri 2 Gowa serta siswa/siswi SMA Negeri 2 Gowa khususnya kelas X IPA 1

dan X IPA 2 yang telah bekerjasama selama berlangsungnya penelitian.

Terima kasih kepada keluargaku terkhusus kedua orang tuaku tercinta atas

segala kasih sayang, pengorbanan, pengertian, kepercayaan dan doa yang

menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Semoga apa

yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang

kehidupan di dunia dan akhirat.

Terima kasih kepada sahabatku (Nunu, Indah, Nirma, Ade, Nita, Nina,

Ulfa dan Kardi) yang selalu ada dan setia menemani dalam suka maupun duka

selama menempuh perkuliahan. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Biologi 16. A

yang telah menjadi teman seperjuangan, pemberi semangat, motivasi dan

dukungan dalam penyelesaian skripsi.

Page 10: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta (Firah, Wati, Lenni dan Ria)

yang selalu memberi dukungan, semangat, motivasi dan selalu mengingatkan arti

penting persaudaraan dan selalu ada untuk menghibur.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak

terdapat kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini

dikemudian hari.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang

bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga segala

jerih payah kita bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin.

Makassar, 16 Oktober 2020

Penulis

Mustainah

Page 11: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI ..................................... iii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ v

SURAT PERJANJIAN .......................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 5

C. Tujuan ................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 8

A. Kajian Pustaka ..................................................................... 8

1. Hasil Belajar Siswa ......................................................... 8

2. Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ........ 11

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips ..... 17

Page 12: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

4. Materi Virus .................................................................... 20

5. Keterkaitan Antara Model dengan Materi Virus ............. 21

6. Penelitian yang Relevan .................................................. 22

B. Kerangka Pikir ..................................................................... 24

C. Hipotesis Penelitian .............................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 27

A. Rancangan Penelitian .......................................................... 27

B. Populasi dan Sampel ............................................................ 32

C. Definisi Operasional Variabel ............................................. 33

D. Instrumen Penelitian ............................................................ 34

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 35

F. Teknik Analisis Data ............................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 40

A. Hasil Penelitian ................................................................... 40

B. Pembahasan ......................................................................... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 54

A. Simpulan ............................................................................. 54

B. Saran .................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 55

LAMPIRAN – LAMPIRAN

DOKUMENTASI

RIWAYAT HIDUP

Page 13: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 27

3.2 Sintaks Model Pembelajaran Make a Match ................................................... 29

3.3 Sintaks Model Pembelajaran Talking Chips ................................................... 31

3.4 Populasi Siswa ................................................................................................ 32

3.5 Sampel Siswa Kelas X IPA SMAN 2 Gowa ................................................... 33

3.6 Sampel Penelitian ............................................................................................ 33

3.7 Kategori Hasil Belajar Siswa .......................................................................... 36

3.8 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Biologi .................................. 36

3.9 Kriteria Tingkat N-gain Ternomalisasi ........................................................... 37

4.1 Data Statistik Skor Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Pada Kelas

Eksperimen I (Make a Match) ........................................................................ 41

4.2 Data Ditribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Posttest Siswa Pada

Kelas Eksperimen I (Make a Match) .............................................................. 42

4.3 Data Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Siswa Pada Kelas

Eksperimen I (Make a Match) ........................................................................ 42

4.4 Data Statistik Skor Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Pada Kelas

Eksperimen II (Talking Chips) ........................................................................ 44

4.5 Data Distribusi Frekuensi dan Persentasi Hasil Belajar Posttest Siswa Pada

Kelas Eksperimen II (Talking Chips) ............................................................. 44

4.6 Data Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Siswa Pada Kelas

Eksperimen II (Talking Chips) ..................................................................... 45

4.7 Hasil uji normalitas N-Gain ........................................................................... 47

Page 14: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

4.8 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Normalitas pada Kelas Eksperimen

I yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dan

Kelas Eksperimen II yang Diajar dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Talking Chips ........................................................................... 48

4.9 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Homogenitas....................................... 49

4.10 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Hipotesis pada Kelas Eksperimen

I yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dan

Kelas Eksperimen II yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Talking Chips .................................................................................................. 49

4.11 Nilai N-Gain ................................................................................................... 50

Page 15: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ................................................................................................ 26

4.3 Diagram Kategori Hasil Belajar Posttest Siswa Kelas Eksperimen I (Make a

Match) dan Kelas Eksperimen II (Talking Chips) .......................................... 46

Page 16: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERSURATAN ............................................................................ 60

A.1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari LP3M Unismuh Makassar ....... 61

A.2 Surat Izi Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan ..................................... 62

A.3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari UPT SMAN 2 Gowa ............. 63

A.4 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ................................... 64

LAMPIRAN B LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN ......................................... 65

B.1 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Validator I ................................ 66

B.2 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Validator I ................................ 82

LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN..................................................... 101

C.1 Silabus Mata Pelajaran Biologi Kelas X Materi Virus ........................ 102

C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Make a Match ............................ 105

C.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Talking Chips ............................. 124

C.4 Soal Pretest Posttest ............................................................................. 142

C.5 Kisi-Kisi Soal ....................................................................................... 149

C.6 Pedoman Penskoran ............................................................................. 152

C.7 Kartu Make a Match ............................................................................. 153

C.8 Kartu Talking Chips ............................................................................. 157

Page 17: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN D HASIL BELAJAR SISWA ........................................................ 158

D.1 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 1.................................. 159

D.2 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 2.................................. 160

D.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ................................................ 161

LAMPIRAN E ANALISIS DATA ...................................................................... 166

E.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa ................................. 167

E.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Belajar Siswa ................................ 170

LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI ............................................................. 171

F.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa....................................................... 172

LAMPIRAN G KARTU KONTROL PELAKSANAAN PENELITIAN ........... 176

G.1 Kartu Kontrol Pelaksanaan Penelitian .................................................. 177

LAMPIRAN H DOKUMENTASI ....................................................................... 178

H.1 Dokumentasi Penelitian Kelas X IPA 1 ................................................ 179

H.2 Dokumentasi Penelitian Kelas X IPA 2 ................................................ 180

Page 18: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan yang dilaksanakan

di sekolah pada dasarnya adalah kegiatan belajar mengajar yang bertujuan

agar siswa memiliki hasil yang memuaskan sesuai dengan kemampuannya.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan berupa

bimbingan/pimpinan bagi anak didik agar ia dapat berkembang kearah

kedewasaan yang di cita-citakan.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah sering dihadapkan dengan

berbagai masalah, salah satunya adalah masih rendahnya daya serap siswa

dalam memahami materi pelajaran tertentu misalnya biologi. Hal ini dapat

dilihat dari hasil belajar biologi yang masih sangat rendah setiap jenjang

pendidikan.

Proses pembelajaran dikelas saat ini masih banyak ditemukan

pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan

sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam

keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja

di dalam kelas sehingga peserta didik mudah merasa bosan. Kurang

efektifnya pembelajaran di kelas dapat terjadi karena adanya berbagai hal

yang menjadi penghambat proses pembelajaran, baik itu dari pihak guru

maupun siswa, hal ini terlihat dari hasil belajar belajar siswa. Kebanyakan

Page 19: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa

bosan dalam proses pembelajaran, kurang aktif sehingga hasil belajarnya

menurun.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 2

Gowa diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X IPA masih banyak yang

belum mencapai kritetia ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dilihat dari nilai

ujian semester ganjil tahun 2020 pada mata pelajaran biologi di kelas X IPA.

Pada kelas X IPA 1 dari 35 siswa hanya 80% yang mencapai KKM dan 20%

yang belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 2 dari 31 siswa hanya 54,83%

yang mencapai KKM dan 45,16% yang belum mencapai KKM. Pada kelas X

IPA 3 dari 35 siswa hanya 51,42% yang mencapai KKM dan 48,57% yang

belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 4 dari 33 siswa hanya 39,39% dan

60,60% yang belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 5 dari 34 siswa hanya

32,35% yang mencapai KKM dan 67,64% yang belum mencapai KKM. Pada

kelas X IPA 6 dari 34 siswa hanya 26,47% yang mencapai KKM dan 73,52%

yang belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 7 dari 35 siswa hanya 11,42%

yang mencapai KKM dan 88,57% yang belum mencapai KKM. Pada kelas X

IPA 8 dari 34 siswa hanya 31,42% yang mencapai KKM dan 68,57% yang

belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 9 dari 34 siswa hanya 17,64% yang

mencapai KKM dan 82,35% yang belum mencapai KKM.

Sehubungan dengan hal diatas, maka guru harus mampu menguasai

materi dan mampu memilih model pembelajaran yang baik dan mampu

menghasilkan hasil belajar yang tinggi. Salah satu upaya untuk mengatasi hal

Page 20: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make

a Match dan model pembelajaran kooperaif tipe Talking Chips.

Menurut Iwan (2016: 79) Model pembelajaran tipe Make a Match

dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

diharapkan dapat memotivasi siswa karena model tersebut bersifat kritis dan

menarik, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Model pembelajaran

tipe Make a Match, siswa belajar sambil bermain untuk memberikan peluang

siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab,

kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan keterlibatan belajar. Sejalan

dengan hal tersebut, hasil penelitian Maulidyah (2014) menunjukkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa materi adaptasi makhluk

hidup. Adapun keunngulan model pembelajaran Make a Match adalah dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik,

karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan, meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk

tampil presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk

belajar.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah

jenis model struktural yang mengembangkan hubungan timbal balik antar

anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama. Setiap

Page 21: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

anggota mendapatkan Chips yang berbeda yang harus digunakan setiap kali

mereka ingin berbicara menyatakan keraguan, menjawab pertayaan,

bertanya, mengenai sesuatu, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan,

mengklarifikasi ide, merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi

anggota lainnya, dan memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan

anggota lainnya dengan mengatakan hal yang diinginkan sehingga tingkah

lakunya mengalami perubahan ke hal yang lebih baik. Sejalan dengan hal

tersebut, hasil penelitian Guslina (2017) menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa kelas XI IPA 8 SMAN 1 Meureubo terjadi penigkatan pada materi

asam basa setelah diterapkan model pembelajaran Talking Chips. Adapun

keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah

masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan

kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang

lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan

pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Perbedaan antara model pembelajaran Make a Match dengan Talking

Chips adalah model pembelajaran Make a Match adalah model

pembelajaran yang setiap siswanya memegang satu kartu soal dan

jawabannya dan siswa diuntut untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

menemukan kartu jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya

dengan batas waktu tertentu. Sedangkan model pembelajaran Talking Chips

adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil secara heterogen

yang terdiri atas 5-6 orang dan masing-masing anggota kelompok membawa

Page 22: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

sejumlah Chips agar mereka dapat berbicara atau berpendapat dengan

menyerahkan salah satu Chips nya. Kedua model pembelajaran tersebut

memiliki perbedaan tetapi sama-sama menggunakan kartu sebagai media

pembelajaran.

Jika dilihat dari kedua model pembelajaran tersebut yang digunakan

pada penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

masing-masing memiliki pengaruh hasil belajar siswa dan kedua model

tersebut memiliki perbedaan hasil belajar yang dicapai namun belum

diketahui seberapa besar perbedaan tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran Make a Match

dengan Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada

Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Gowa”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kognitif yang diajar dengan

model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips materi Virus pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa?

2. Bagaimana hasil belajar kognitif yang diajar dengan model pembelajaran

Make a Match materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa?

3. Bagaimana hasil belajar kognitif yang diajar dengan model pembelajaran

Talking Chips materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa?

Page 23: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif yang diajar dengan

model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips materi Virus pada

siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran Make a Match materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri

2 Gowa .

3. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif yang diajar dengan model

pembelajaran Talking Chips materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri

2 Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan dalam penerapan model pembelajaran sehingga diharapkan

aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi siswa, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat

dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan aktivitas dan hasil

belajar kognitif siswa dapat meningkat.

b. Bagi guru, dapat memberikan motivasi untuk melakukan inovasi dalam

mengajar sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi

lebih menarik.

Page 24: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

c. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan acuan dalam menerapkan model

pembelajaran Make a Match dengan model pembelajaran Talking Chips

yang aktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Page 25: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar Siswa

Menurut Sinar (2018: 20-21) hasil belajar merupakan prestasi yang

dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pelajaran. Prestasi

belajar merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis

yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun

prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang

telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran di sekolah kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kep ada bagaimana proses

belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pandangan seseorang

tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan

dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang

belajar.

Menurut Husamah (2018:18-19) hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar dapat

diamati melalui penampilan siswa atau Leaner’s performance. Hasil belajar

sebagai sesuatu yang diperoleh, didapatkan atau dikuasai setelah proses

belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai atau skor. Penilaian hasil belajar

adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa

Page 26: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

dalam kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai

adalah hasil belajar. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari proses belajar. Perubahan ini berupa pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik. Hal ini juga dijelaskan oleh Bloom proses belajar,

baik disekolah maupun di luar sekolah menghasilkan 3 pembentukan

kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik

(keterampilan).

Menurut Sa’diyah (2019: 11-13) hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar dan mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional. Hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil

belajar dapat ditentukan apabila seseorang tersebut mempunyai tujuan dalam

proses pembelajaran. Proses tersebut memiliki standar dalam mengukur

perubahan atau perkembangan jiwa peserta didik dan menjadi pedoman

dalam pelaksanaan belajar mengajar. Dengan demikian, proses belajar

mengajar akan memiliki tujuan tertentu sehingga pelaksanaannya akan

berjalan sistematis dan terarah. Hasil belajar adalah proses untuk melihat

sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan

proses belajar mengajar atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik

setelah mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf

atau symbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.

Hasil belajar yang hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku siswa

Page 27: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

sebagai hasil dari proses belajar yang efektif dengan mencakup sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang nantinya menjadi tolak ukur dalam

menentukan prestasi belajar siswa. Dari ketiga dasar inilah yang nantinya

akan menghasilkan kemampuan-kemampuan yang melekat dan menjadi ciri

khas pada diri siswa serta mengkontruksikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar menjadi tolak ukur dalam menentukan prestasi belajar yang

telah dilakukan.

Menurut Susanto (2016: 5) hasil belajar siswa adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu

sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan

tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Menurut Matondang (2019: 2) hasil belajar merupakan suatu perubahan

perilaku yang terjadi bagi seseorang setelah selesai penyelenggaraan

pembelajaran. Untuk itu seorang mahasiswa calon guru harus mampu untuk

mengukur perubahan perilaku peserta belajar (siswa) yang merupakan

cerminan dari hasil belajar. Dengan demikian evaluasi hasil belajar sangat

relevan diberikan kepada mahasiswa calon guru, sehingga dapat mengukur

hasil belajar siswa secara akurat dan terpercaya.

Menurut Sudjana dalam Prasetya (2012: 108) ranah kognitif adalah

ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam

Page 28: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

aspek yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis

dan evaluasi.

Menurut Bloom dalam Fiteriani (2017: 13) ranah kognitif adalah

ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), terdapat enam tingkatan

penilaian pada ranah kognitif, yaitu level pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Menurut yanti (2016: 141) Make a Match merupakan pembelajaran

yang setiap siswanya memegang satu kartu soal dan jawabannya dan siswa

diuntut untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan kartu

jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas

waktu tertentu. Make a match ini mendorong siswa untuk meningkatkan

keaktifan, semangat belajar, penguasaan terhadap materi secara pelajaran

serta kerja sama antar siswa yang secara langsung akan berpengaruh pada

peningkatan motivasi maupun hasil belajarnya.

Menurut Meida (2017:3) model pembelajaran tipe make a match

merupakan model pembelajaran yang berhubungan dengan karakteristik

siswa, dimana pada model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif

untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Make a match

atau mencari pasangan merupakan salah satu alteratif yang dapat

Page 29: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

diterapkan kepada siswa. Model pebelajaran akan lebih efektif jika

didukung oleh media pembelajaran yang tepat. Salah satu media

pembelajaran yang dirasakan tepat digunakan dalam pembelajaran IPA

dengan make a match adalah peta pikiran.

Menurut Diana (2016: 63) media kartu Make a match merupakan

salah satu media pembelajaran yang menyenangkan karena terdapat unsur

permainan. Siswa diminta untuk menemukan kartu jawaban atau kartu soal

yang dipegang pasangannya mengenai suatu materi yang diajarkan.

Pembelajaran menggunakan kartu make a match memiliki beberapa

keunggulan, antara lain:

1. Menyenangkan karena terdapat unsur permain

2. Meningkatkan motivasi belajar siswa

3. Meningkatkan aktivitas belajar siswa

4. Meningkatkan rasa ingin tahu

Menurut Nining (2015: 197-198) pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang menekankan adanya pengelompokan siswa kedalam

beberapa kelompok untuk bekerja sama memecahkan masalah atau

mendiskusikan suatu konsep atau permasalahan dan dalam kelompok

tersebut terdapat interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur serta groupnees.

Dengan demikian, dalam aplikasinya harus ada pembentukan kelompok

sebagai wadah bekerja sama untuk mengaktifkan siswa sehingga

berimplikasi pada hasil belajar yang optimal dan mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Tipe make a match memiliki keunikan

Page 30: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

tersendiri. Hal ini disebabkan kelompok terbentuk hanya beranggotakan

dua kecuali jika jumlah siswa ganjil, maka ada satu kelompok yang jumlah

siswanya tiga orang.

Menurut Iwan (2016: 79) model pembelajaran tipe make a match

dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

diharapkan dapat memotivasi siswa karena model tersebut bersifat kritis

dan menarik, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Model

pembelajaran tipe make a match, siswa belajar sambil bermain untuk

memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan

rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan

keterlibatan belajar. Dengan cara guru menyiapkan beberapa kartu yang

berisi soal dan jawaban, kemudian siswa dibagi menjadi 2 kelompok,

kelompok pertama berperan sebagai pemegang kartu soal, kelompok

kedua berperan sebagai pemegang kartu jawaban.

b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Menurut Noer (2019: 10) model pembelajaran Make a Match

artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat

sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan

yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajran dalam

model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan

menyenangkan. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah

sebagai berikut:

Page 31: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal

dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’

maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘jawaban soal’

secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya seblum batas waktu

diberi poin.

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya.

7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke

semua siswa.

8. Kesimpulan/penutup

Menurut Huda (2019: 252-253) sintaks model Make a Match dapat

dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:

1. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk

mempelajari materi di rumah.

2. Siswa di bagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan

kelompok B. kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.

Page 32: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

3. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu

jawaban kepada kelompok B.

4. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus

mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok

lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang

telah ia berikan kepada mereka.

5. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari

pasangannya di kelompok B. jika mereka sudah menemukan

pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri

kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah

dipersiapkan.

6. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah

habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk

berkumpul tersendiri.

7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan

siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan

tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

8. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan

pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai

seluruh pasangan melakukan presentasi.

c. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Page 33: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Menurut Dwi (2017: 114) Model pembelajaran Make a Match

sendiri adalah pembelajaran yang mengutamakan hubungan social karena

dalam model ini siswa diharapkan untuk bekerja sama dengan teman dan

berkemanapun berpikir cepat dalam mengerjakan soal dan jawaban dengan

memasangkan atau menjodohkan. Kelebihan dari model Make a Match

adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun

kognitif

2. Adanya unsur permainan sehingga model ini menyenangkan

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

meningkatkan motivasi

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

presentasi

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa untuk menghargai waktu belajar.

Menurut Huda (2019: 253) kelebihan model pembelajaran Make a

Match antara lain:

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif

maupun fisik.

2. Karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan.

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

presentasi.

Page 34: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Menurut Isjoni (2013: 112) salah satu keunggulan model

pembelajaran Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik salam suasana yang menyenangkan.

Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan usia.

d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Menurut Huda (2019: 253-254) kelemahan model pembelajaran

Make a Match adalah:

1. Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu

yang terbuang.

2. Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya.

3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa

yang tidak memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

4. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa

yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.

5. Menggunakan model ini secara terus-menerus akan menimbulkan

kebosanan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips

Menurut Fathurrohman (2015) model pembelajaran kooperatif tipe

Talking chips adalah jenis model struktural yang mengembangkan

Page 35: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya

kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda

yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara menyatakan

keraguan, menjawab pertayaan, bertanya, mengenai sesuatu,

mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi ide,

merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya, dan

memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan anggota lainnya

dengan mengatakan hal yang diinginkan sehingga tingkah lakunya

mengalami perubahan ke hal yang lebih baik.

Menurut Alawi (2019: 6) model pembelajaran Talking Chips

adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil secara

heterogen yang terdiri atas 5-6 orang dan masing-masing anggota

kelompok membawa sejumlah Chips agar mereka dapat berbicara atau

berpendapat dengan menyerahkan salah satu Chips nya.

b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips

Menurut Lie yang dikutip oleh Radja (2017: 1197) langkah-

langkah dalam pembelajaran Talking Chips adalah:

1. Menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing.

2. Sebelum memulai pelajaran, setiap siswa mendapat dua atau tiga buah

kancing (jumlah kancing tergantung dari sukar tidaknya tugas ya ng

diberikan).

Page 36: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

3. Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia

harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di meja

kelompok.

4. Jika kancing yang dimilikinya salah satu peserta didik telah habis, dia

tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan

kancing mereka.

5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,

kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancing lagi

dan mengulang prosedur kembali.

Menurut Alawi (2019: 6) langkah-langkah model pembelajaran

Talking Chips adalah:

1. Guru menyiapkan satu kotak kecil berisi Chips, setiap siswa di

masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah Chips.

2. Setiap kali seorang siswa berbicara atau berpendapat, dia harus

menyerahkan salah satu Chips dan memberikannya kepada guru.

3. Jika Chips yang dimiliki salah seorang siswa habis, dia tidak boleh

bebriacara lagi sampai semua rekannya menghabiskan Chips yang

dimilikinya.

4. Jika pada salah satu kelompok semua Chips nya sudah habis,

sedangkan tugas mereka belum selesai, kelompok boleh meminta

Chips mereka kepada guru untuk membagi-bagi Chips lagi dan

mengulangi prosedurnya kembali.

c. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips

Page 37: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Menurut Darmadi (2017: 198) dalam kegiatan Talking Chips,

masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk

memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan

pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk

mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja

kelompok.

d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips

Menurut Darmadi (2017: 199) kelemahan dalam model

pembelajaran Talking Chips diantaranya : 1) Tidak semua konsep dapat

mengungkapkan model Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas

seorang guru dapat dinilai. 2) Pengelolaan waktu saat persiapan dan

pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa. 3)

Pembelajaran model talking chips memerlukan persiapan yang cukup

rumit. 4) Guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang ada

dikelas, oleh karena itu cukup sulit dilakukan terutama jika jumlah siswa

dalam kelas terlalu banyak.

4. Materi Virus

Menurut Fifendy, (2017:35-36) virus berasal dari bahasa latin yaitu

venom yang berarti racun. Diartikan demikian karena hampir semua jenis

virus adalah penyebab penyakit, baik pada tumbuhan, hewan maupun

manusia. Virus meiliki sifat yang unik yaitu apabila di dalam sel hidup

(intraseluler) virus dapat bereplikasi seperti makhluk hidup, sebaliknya

Page 38: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

apabila virus berada diluar sel makhluk hidup (ekstraseluler) virus merupakan

benda mati sehingga sering di sebut partikel. Dalam kondisi ekstraseluler ini,

partikel virus dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan aktifitas

biosintesis atau respirasi. Pada saat genom virus memasuki sel baru, kondisi

intraseluler dimulai. Dalam kondisi intraseluler terjadi reproduksi virus,

genom virus di hasilkan dan komponen-komponen pembentuk mantel virus

disintesis. Proses pada saat genom virus memasuki sel dan bereproduksi

dinamakan infeksi. Sel yang dapat diinfeksi oleh virus dan virus tersebut

dapat bereproduksi di dalamnya dinamakan inang. Virus tersebut kemudian

mengambil alih mesin dan fungsi metabolic inang untuk menghasilkan

komponen-komponen pembentuk virus.

Menurut Pelczar (2015: 268-269) ada dua tipe utama virus bakterial :

litik atau virulen dan tenang (lisogenik), atau avirulen. Bila fage litik

menginfeksi sel, sel tersebut memberi tanggapan dengan cara menghasilkan

virus-virus baru dalam jumlah besar, yaitu pada akhir masa inkubasi, sel

inang itu pecah atau mengalami lisis, melepaskan fage-fage baru untuk

menginfeksi sel-sel inang yang lain. Ini disebut daur litik. Pada infeksi tipe

tenang, akibatnya tidak sedemikian jelas. Asam nukleat virus itu dibawa dan

direplikasikan di dalam sel-sel bakteri dari satu genegrasi ke yang lain tanpa

terjadi lisis pada sel-selnya. Namun, fage tenang dapat secara mendadak

menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada

sel inangnya. Di samping itu, ada pula beberapa fage berbentuk filament yang

hanya sekedar keluar dari sel tanpa mematikan.

Page 39: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

5. Keterkaitan antara Materi Ajar dengan Model Pembelajaran Make a

Match dan Talking Chips

Adapun keterkaitan antara model pembelajaran Make a Match dan

Talking Chips dengan materi Virus, yaitu materi virus merupakan materi yang

sangat kompleks dan materi yang mempunyai banyak pembahasan untuk di

diskusikan langsung sehingga cocok dengan model ini karena model

pembelajaran Make a Match dan Talking Chips sama-sama menggunakan

kartu sebagai model pembelajaran dan model pembelajaran ini siswa bekerja

sama, mendorong siswa untuk meningkatkan keaktifan, semangat belajar,

penguasaan terhadap materi serta kerja sama antar siswa yang secara

langsung.

6. Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan Oleh Fitri (2018) yang berjudul perbedaan hasil

belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajara tipe Make a

Match dan tipe Jigsaw pada materi Operasi aljabar di kelas VIII MTS Al-

Fauzan Aek Pain Labuhanbatu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran tipe Make a Match

dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran tipe

Jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTs A-Fauzan Aek Paing

Labuhanbatu pada materi Operasi aljabar. Hal ini berdasarkan hasil

temuan yang menyatakan bahwa hipotesis Ha yakni terdapat perbedaan

hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Make a Match dan tipe Jigsaw pada materi Operasi aljabar dikelas

Page 40: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

VIII MTs Al-Fauzan Aek Paing Labuhanbatu, hal ini berdasarkan

perhitungan statistic uji-t diperoleh thitung 8,283 dan ttabel 2,004. Dengan

memperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik dan lebih

efektif dibandingkan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran tipe Jigsaw.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2014) yang berjudul pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap hasil belajar

siswa padamateri Adaptasi makhluk hidup menunjukkan bahwa

berdasarkan hasil penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match terhadap hasil belajar siswa pada materi adaptasi makhluk

hidup, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

kooperatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

IPA siswa materi adaptasi makhluk hidup. Hal ini ditunjukkan oleh hasil

perhitungan uji-T diperoleh nilai thitung>ttabel yaitu sebesar 2,12>1,706.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Guslina (2017) yang berjudul penerapan

model pembelajaran Talking Chips dalam meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi Asam basa di SMAN 1 Meureubo Aceh Barat

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA 8 SMAN 1

Meureubo terjadi penigkatan pada materi asam basa setelah diterapkan

model pembelajaran Talking Chips yaitu siklus I dengan nilai rata-rata

68,85 dan siklus II 82,31. Ketuntasan klasikal siklus I adalah 65,38% dan

siklus II 88,46% memenuhi KKM pada materi asam basa.

Page 41: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

d. Penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin (2017) yang berjudul

perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dan

Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

biologi kelas XI IPA MAN 1 Sinjai Uatara menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dengan hasil belajar

siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing. Dimana nilai rata-rata kelompok yang diberi perlakuan model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips lebih tinggi dibandingkan

dengan ke lompok yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran

kooperati tipe Snowball throwing, hal itu dapat dilihat dari nilai thitung yang

lebih besar dari pada nilai ttabel (5,62> 1,67), sehingga dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran biologi selama ini masih banyak yang

menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa menjadi

bosan, kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa

menurun. Jadi, guru harus menerapkan model pembelajaran yang efektif

kepada siswa sehingga siswa dapat menjadi aktif dalam proses pembelajaran

dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips adalah model

pembelajaran yang berhubungan dengan karakteristik siswa, dimana pada

model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif untuk memecahkan

Page 42: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

permasalahan yang diberikan oleh guru. Make a Match atau mencari

pasangan merupakan salah satu alteratif yang dapat diterapkan kepada siswa.

Talking Chips menggunakan kartu sebagai media pembelajaran, semua siswa

mendapat kartu untuk mengeluarkan pendapat mereka.

Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Talking Chips

memiliki persamaan yaitu menggunakan kartu sebagai media pembelajaran.

Adapun keunggulan model pembelajaran Make a Match Match adalah dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik,

karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan, meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberaniaa untuk tampil

presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk

belajar. Sedangkan keunggulan dari model pembelajaran Talking Chips

adalah masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk

memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran

anggota yang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi

hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Berdasarkan kerangka pikir diatas kedua model pembelajaran

kooperatif diatas meskipun sama-sama menggunakan kartu sebagai media

pembelajaran namun cara pembelajaran dan pengalaman siswa yang berbeda.

Maka hal tersebut akan menyebabkan apakah terdapat perbedaan hasil belajar

kognitif siswa terutama pada pokok bahasan Virus pada dua kelas dengan tipe

model pembelajaran yang berbeda di kelas X SMA Negeri 2 Gowa.

Page 43: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Gambar 2.1

C. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. H0: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips.

2. H1: Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips.

Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model

pembelajaran Make a Match dan Talking Chips

Model pembelajaran

Make a Match

Model pembelajaran

Talking Chips

Permasalahan pada proses pembelajaran di SMA Negeri 2

Gowa dimana rendahnya hasil belajar pada siswa karena

penggunaan model pembelajaran yang monoton oleh guru

Guru kiranya memberikan model pembelajaran

yang lebih bervariasi dan inovatif kepada siswa

Page 44: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimen yang

melibatkan dua kelas, dimana ada sebagai kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan mengunakan

model pembelajaran Make a Match dan kelas eksperimen II diberi perlakuan

dengan menggunakan model pembelajaran Talking Chips.

2. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini adalah pretest-postest control group design,

yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada dua kelompok. Kelompok pertama

sebagai kelompok eksperimen I dan kelompok dua sebagai eksperimen II, dan

akan diawali dengan Pretest dan diakhiri dengan Posttest setelah diberikan

perlakuan. Secara umum model penelitian eksperimen ini disajikan pada tabel

3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

K. Eksperimen 1 (R) O1 X O2

K. Eksperimen 2 (R) O3 X O4

(Sugiyono, 2018: 114)

Keterangan:

R : Kelompok eksperimen I dan eksperimen II yang diambil secara

random

O1, O3 : Kelompok eskperimen I dan eksperimen II sama-sama diberikan

pretest untuk mengetahui hasil belajar siswa

X : Perlakuan model pembelajaran untuk eksperimen I menggunakan

Make a Match dan eksperimen II menggunakan Talking Chips

Page 45: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

O2 : Posttest pada kelompok eksperimen berupa model pembelajaran

Make a Match

O4 : Posttest pada kelompok eksperimen berupa model pembelajaran

Talking Chips

3. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa dan

model pembelajaran. Variabel terikat adalah hasil belajar kognitif siswa dan

variabel bebas I model pembelajaran Make a Match. Variabel bebas II model

pembelajaran Talking Chips.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Gowa Jl.

Pendidikan Limbung, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng,

Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Gowa pada Bulan

September-Oktober 2020. Karena materi yang dipilih dalam penelitian ini

adalah “Virus” yang merupakan materi semester ganjil di kelas X.

5. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Observasi

a) Bertemu dengan kepala sekolah SMA Negeri 2 Gowa untuk

meminta izin melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran

biologi.

Page 46: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

b) Wawancara dengan guru mata pelajaran biologi.

2. Tahap Persiapan

a) Mengurus surat izin penelitian di dekan FKIP yang ditujukan kepada

kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar dan Kepala Sekolah SMA

Negeri 2 Gowa.

b) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP serta

instrument penelitian lainnya.

c) Menentukan jadwal penelitian dan mengkondisikan kelas serta

materi pembelajaran.

3. Tahap Pelaksanaan

a) Melakukan proses belajar mengajar sebanyak 3 kali pertemuan.

b) Memberikan perlakuan selama materi Virus diajarkan dengan

alokasi waktu 3x45 menit setiap pertemuan.

Tabel 3.2 Sintaks Aktifitas Guru dan Siswa Model Pembelajaran Make a

Match

Sintaks Aktifitas

Guru Siswa

Pemberian Pretest

kepada kelas

eksperimen I

Guru memberikan 30 butir

soal

Siswa mengerjakan

soal yang diberikan

oleh guru

Guru menjelaskan materi Siswa menyimak

Langkah-langkah

model pembelajaran

Make a Match

Guru membagi siswa

menjadi 2 kelompok

Siswa mulai

berkelompok

Guru membagi siswa

menjadi 2 kelompok

Siswa mulai

berkelompok

Page 47: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Guru membagikan kartu

soal kepada kelompok A

dan kartu jawaban kepada

kelompok B.

Siswa dari kelompok

A dan B saling

mencari kartu yang

cocok dengan kartu

yang ia pegang.

Guru menyampaikan

kepada siswa bahwa

mereka harus mencari

kartu yang dipegang

dengan kartu kelompok

lain dan menyampaikan

batasan maksimum waktu

yang telah ia berikan

kepada mereka.

Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru

sambil mencari

pasangan dari kartu

masing-masing.

Guru meminta semua

anggota kelompok A

mencari pasangannya di

kelompok B. Jika mereka

sudah menemukan

pasangannya masing-

masing guru meminta

mereka melaporkan diri

kepadanya.

Siswa mengikuti

arahan dari guru

sambil melaporkan

diri bahwasanya

mereka sudah

menemukan pasangan

masing-masing.

Jika waktu sudah habis,

mereka harus diberitahu

bahwa waktu sudah habis.

Siswa mendengarkan

arahan dari guru.

Guru memanggil pasangan

untuk melakukan

presentasi

Siswa melakukan

presentasi

Guru memberikan

konfirmasi tentang

kebenaran dan kecocokan

pertanyaan dan jawaban

dari pasangan yang

presentasi

Siswa memberikan

tanggapan kepada

kelompok pasangan

yang melakukan

presentasi.

Guru memanggil pasangan

berikutnya, begitu

seterusnya sampai seluruh

pasangan melakukan

presentasi.

Siswa melanjutkan

presentasi.

Pemberian Posttest Guru membagikan 30

butir soal

Siswa mengerjakan

soal yang diberikan

oleh guru

Page 48: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 3.3 Sintaks Aktifitas Guru dan Siswa Model Pembelajaran Talking

Chips

Sintaks Aktifitas

Guru Siswa

Pemberian Pretest

kepada kelas

eksperimen

Guru memberikan 30 butir

soal

Siswa mengerjakan

soal yang diberikan

oleh guru

Membimbing

kelompok belajar

Guru membagi siswa

menjadi 4-5 orang

kemudian membagikan

satu buah kartu kepada

masing-masing siswa dan

menjelaskan prosedur

pembelajaran Talking

Chips dimana setelah

pembagian kartu talking,

guru menjelaskan materi

setelah itu kemudian guru

akan memberikan

pertanyaan kepada

siswanya.

Siswa berkumpul

dengan teman

kelompoknya

kemudian mengikuti

arahkan dari guru.

Siswa menyimak

penjelasan materi dari

guru setelah selesai

kemudian siswa

menjawab pertanyan

yang di berikan oleh

guru. Siswa yang telah

menjawab pertanyaan

menyerahkan kartu

talking yang

dimilikinya sebagai

bukti tanggung

jawabnya telah selesai.

Pemberian Posttest Guru membagikan 30 butir

soal

Siswa mengerjakan

soal yang diberikan

oleh guru

4. Tahap Evaluasi

Memberikan posttest pada dua kelas Eksperimen dengan soal dan

alokasi waktu yang sama, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

ranah kognitif setelah diberikan perlakuan.

Page 49: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA

Negeri 2 Gowa, yang terbagi ke dalam 9 rombongan belajar dengan jumlah

total 315 siswa.

Tabel 3.4 Rombon gan Belajar Siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Gowa

Rombongan Belajar Jumlah Siswa

X IPA 1 35

X IPA 2 35

X IPA 3 35

X IPA 4 35

X IPA 5 35

X IPA 6 35

X IPA 7 35

X IPA 8 35

X IPA 9 35

Jumlah Siswa 315

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 2 Gowa Tahun 2020

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik “sample random sampling” dengan alasan bahwa sifat

populasi yang terdiri dari beberapa kelas dan setiap kelas di sekolah yang

bersangkutan memiliki anggota dengan sifat dan karakteristik yang

diasumsikan sama atau hampir sama, hal ini dikarenakan pembagian kelas di

sekolah tersebut tidak berdasarkan peringkat atau bersifat homogen. Setelah

diambil dua kelas secara acak, terpilihlah kelas X IPA 1 sebagai kelas

eksperimen I yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Make a

Match dan X IPA 2 sebagai kelas eksperimen II yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Talking Chips.

Page 50: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 3.5 Sampel Siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Gowa

Sampel Jumlah Siswa

X IPA 1 35

X IPA 2 35

Total 70 Siswa

Sumber: SMA Negeri 2 Gowa Tahun 2020

Berdasarkan tabel 3.5 diatas sampel awal sebelum masa pandemi yaitu

pada kelas X IPA 1 berjumlah 35 siswa dan kelas X IPA 2 berjumlah 35

siswa. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada masa pandemi sehingga

jumlah sampel tersebut berubah karena keterbatasan siswa yang hadir ke

sekolah yaitu dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Sampel Penelitian

Sampel Jumlah Siswa

X IPA 1 11

X IPA 2 12

Total 23 Siswa

C. Definisi Operasional Variabel

1. Hasil belajar merupakan skor yang dicapai oleh siswa melalui usaha dan

kemampuan setelah mengikuti proses pembelajaran. Nilai ini diperoleh

dengan melihat hasil belajar siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur

hasil belajar siswa adalah berupa tes akhir hasil belajar biologi siswa.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah model

pembelajaran yang mencari pasangan melalui kartu soal dan kartu jawaban,

dimana siswa ada yang mendapat kartu jawaban dan ada yang mendapat kartu

soal, kemudian siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang ia pegang.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah model

pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan masing-

masing anggota kelompok mendapat beberapa kartu. Setiap kali salah seorang

Page 51: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

anggota kelompok menyampaikan pendapat ia harus meletakkan salah satu

kartunya diatas meja dan semua anggota kelompok harus menyampaikan

pendapat sampai kartunya habis.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting

dalam penelitian. Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa instrumen yang digunakan,

diantaranya sebagai berikut.

1. Tes hasil belajar biologi

Tes hasil belajar biologi merupakan instrumen penelitian yang

digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif biologi siswa sebelum

dan setelah digunakan model kooperatif tipe Make a Match dan model

pembelajaran Talking chips. Tes ini berupa soal pilihan ganda sebanyak 30

nomor. Isi soal tergolong soal C1, C2, C3, C4 dan C5. Sebuah tes

dikatakan valid apabila sudah melakukan uji validitas tes. Instrumen

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.4 (halaman 142).

2. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi digunakan untuk melihat bagaimana proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match

dan Talking Chips. Instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

F.1 (halaman 172).

Page 52: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

3. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk bisa mendapatkan gambar selama

penelitian berlangsung. Instrument selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran H (halaman 179).

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut :

1. Teknik tes

Data tentang hasil belajar biologi siswa diambil dengan cara

memberikan tes hasil belajar.

2. Teknik non tes

a. Observasi siswa

Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips.

b. Dokumentasi

Melihat hasil tes yang telah diberikan kepada siswa sebagai data

untuk melihat hasil penelitian yang digunakan berhasil atau tidak.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dengan menggunakan instrumen-instrumen

yang ada kemudian di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik

analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif

digunakan untuk mengungkap keterlaksanaan pembelajaran. Sedangkan

teknik analisis Inferensial digunakan untuk menganalisis pengujian hipotesis.

Page 53: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan

SPSS versi 24.0 for windows. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk

mengetahui nilai rata-rata hasil belajar siswa, interval kelas, standar deviasi,

nilai maksimum dan nilai minimum.

Untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar yang diperoleh siswa,

baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II dapat dilihat pada

tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kategori Hasil Belajar Siswa

Skor Kategori

0-54 Sangat Rendah

55-64 Rendah

65-79 Sedang

80-89 Tinggi

90-100 Sangat Tinggi

Sumber: (Nana Sudjana:2011)

Disamping itu hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian

ketuntasan hasil belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan

tuntas belajar apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan

oleh sekolah. Pengkategorian ketuntasan hasil belajar siswa digambarkan

seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Biologi

Tingkat Penguasaan Kategorisasi Ketuntasan Belajar

0 ≤ 𝑥 < 70 Tidak Tuntas

70 ≤ 𝑥 ≤ 100 Tuntas

Sumber : SMAN 2 Gowa (2019)

Page 54: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Berdasarkan pada tabel 3.8 bahwa siswa yang memperoleh nilai 70

sampai 100 maka dapat dinyatakan tuntas dan siswa yang memperoleh nilai 0

sampai 69 maka siswa dinyatakan tidak tuntas dalam pembelajaran.

Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas apabila memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan

yakni 70 sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 80% siswa

di kelas tersebut telah dinyatakan tuntas dalam pembelajaran.

Ketuntasan klasikal dapat dirumuskan sebagai berikut:

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen.

N-gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil pretest dengan hasil

posttest. N-gain yang digunakan untuk menghitung peningkatan hasil belajar

biologi siswa adalah n-gain ternormalisasi (normalisasi gain). Adapun rumus

dari n-gain ternormalisasi adalah:

𝑔 =𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

Keterangan :

𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 : Rata-rata skor tes akhir

𝑆𝑝𝑟𝑒 : Rata-rata skor tes awal

𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 : Skor maksimum yang mungkin dicapai

Untuk klasifikasi N-Gain ternomalisasi terlihat pada tabel 3.9

Ketuntasan belajar klasikal =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ siswa dengan skor ≥70

jumlah siswax 100%

Page 55: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat N-gain Ternomalisasi

Nilai Gain Ternormalisai Kategori

g ≥ 0,7

𝟎, 𝟑 ≤ g < 𝟎, 𝟕

g < 0,3

Tinggi

Sedang

Rendah

Sumber: Departemen Pendidikan Nasional (Nadir, 2014)

2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis Statistik Inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian yang dilakukan. Sebelum mengadakan uji statistik inferensial,

maka terlebih dahulu dilakukan pengujian Normalitas sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data

secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas bertujuan untuk

melihat apakah data tentang hasil belajar biologi siswa setelah perlakuan

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk pengujian tersebut

digunakan uji Kolmogrov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi

5% atau 0,05, dengan syarat :

JikaPvalue≥ 𝛼= 0,05 maka distribusinya adalah normal.

JikaPvalue< 𝛼= 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi

24.0 for Windows menggunakan uji Homogenity of Variancetest. Taraf

signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05. Bila taraf signifikan data yang

lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data homogen. Sebaliknya,

Page 56: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

jika taraf signifikan data menghasilkan data yang lebih kecil dari 0,05

maka varian kelompok tidak homogeny.

c. Uji Hipotesis

Pengujian hipótesis dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS

versi 24.0 for windows dengan N-gain statistik uji Independent Sample t-

test. Dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05

maka hipotesis diterima dan jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis

ditolak.

Page 57: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas eskperimen.

Pada kelas eksperimen I yaitu kelas X IPA 1 dengan menggunakan model

pembelajaran Make a Match dengan jumlah populasi sampel sebanyak 11

siswa dan kelas eksperimen II yaitu kelas X IPA 2 dengan menggunakan

model pembelajaran Talking Chips dengan jumlah populasi sampel sebanyak

12 siswa. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian berupa tes hasil

belajar yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah. Adapun hasil

penelitian diperoleh melalui analisis data secara statistik deskriptif dan

statistik inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan karakteristik skor dari

sampel penelitian untuk masing-masing variabel. Analisis statistik

deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 24.0 for

Windows.

a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen I yang diajar

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match

Penelitian yang telah dilakukan pada kelas X IPA 1 yang

berjumlah 11 siswa sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan

model pembelajaran Make a Match yaitu nilai hasil belajar diperoleh

Page 58: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

nilai Pretest terendah yaitu 16 dan nilai Pretest tertinggi yaitu 40

dengan nilai rata-rata 27,00 Nilai Posttest terendah yaitu 73 dan nilai

Posttest tertinggi yaitu 97 dengan nilai rata-rata 83,55. Untuk lebih jelas

mengenai nilai hasil belajar Pretest dan Posttest pada siswa kelas

eksperimen I dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Make a Match

Statistik Nilai Statistik

(Pretest)

Nilai Statistik

(Posttest)

Ukuran Sampel 11 11

Skor Ideal 100 100

Skor Maximum 40 97

Skor Minimum 16 73

Rentang Skor 24 24

Rata-rata (Mean) 27,00 83,55

Standar Deviasi 7,58 7,20

Variasi 57 51

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, pada kelas eksperimen I nilai

Pretest rata- rata hasil belajar siswa yaitu 27,0 dan nilai Posttest rata-

rata hasil belajar siswa yaitu 83,55 yang menunjukkan bahwa rata-rata

hasil belajar siswa pada nilai Pretest berada pada kategori sangat rendah

dan nilai Posttest berada pada kategori tinggi. (lampiran E.1 Hal 167).

Kategori hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka

diperoleh distribusi skor frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4. 2.

Page 59: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Make a Match

Nilai hasil

belajar Kategori

Frekuensi Persentase (%)

Pretest Posttest Pretest Posttest

0-54 Sangat Rendah 11 0 100 0

55-64 Rendah 0 0 0 0

65-79 Sedang 0 3 0 27

80-89 Tinggi 0 6 0 55

90-100 Sangat Tinggi 0 2 0 18

Jumlah 11 11 100 100

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

siswa pada nilai hasil belajar Pretest terdapat 11 siswa yang berada

pada kategori sangat rendah, jumlah siswa pada nilai hasil belajar

Posttest terdapat 2 siswa yang berada pada kategori sangat tinggi, 6

siswa yang berada pada kategori tinggi dan 3 siswa yang berada pada

kategori sedang (lampiran E.1 Hal 168). Untuk menentukan kriteria

keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada mata pelajaran Biologi.

Pengkategorian ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Make a Match

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%0)

Pretest Posttest Pretest Posttest

< 70 Tidak tuntas 11 0 100 0

≥ 70 Tuntas 0 11 0 100

Jumlah 11 11 100 100

Page 60: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

siswa pada nilai Pretest yang berada pada kategori tidak tuntas

sebanyak 11 siswa dengan nilai < 70. Sedangkan jumlah siswa pada

nilai Posttest yang berada pada kategori tuntas sebanyak 11 siswa

dengan nilai ≥ 70 (lampiran E.1 Hal 167). Data distribusi frekuensi

ketuntasan belajar siswa menunjukkan bahwa semua siswa memperoleh

nilai diatas KKM

b. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen II yang diajar

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking Chips

Penelitian yang telah dilakukan pada kelas X IPA 2 yang

berjumlah 12 siswa sebagai kelas eksperimen II dengan menggunakan

model pembelajaran Talking Chips yaitu nilai hasil belajar diperoleh

nilai Pretest terendah yaitu 13 dan nilai Pretest tertinggi yaitu 46

dengan nilai rata-rata 23. Nilai Posttest terendah yaitu 43 dan nilai

Posttest tertinggi yaitu 73 dengan nilai rata-rata 55,75. Untuk lebih jelas

mengenai nilai hasil belajar Pretest dan Posttest pada siswa kelas

eksperimen II dapat dilihat pada tabel 4.4.

Page 61: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Talking Chips

Statistik Nilai Statistik

(Pretest)

Nilai Statistik

(Posttest)

Ukuran Sampel 12 12

Skor Ideal 100 100

Skor Maximum 46 73

Skor Minimum 13 43

Rentang Skor 33 30

Rata-rata (Mean) 23,50 55,75

Standar Deviasi 9,37 9,43

Variasi 87 88

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, pada kelas eksperimen II nilai

Pretest rata-rata hasil belajar siswa yaitu 23,50 dan nilai Posttest rata-

rata hasil belajar siswa yaitu 55,75 yang menunjukkan bahwa rata-rata

hasil belajar siswa pada nilai Pretest berada pada kategori sangat rendah

dan nilai Posttest berada pada kategori rendah. (lampiran E.1 Hal 168).

Kategori hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka

diperoleh distribusi skor frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4. 5.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Talking Chips

Nilai hasil

belajar Kategori

Frekuensi Persentase (%)

Pretest Posttest Pretest Posttest

0-54 Sangat Rendah 12 5 100 42

55-64 Rendah 0 5 0 42

65-79 Sedang 0 2 0 16

80-89 Tinggi 0 0 0 0

90-100 Sangat Tinggi 0 0 0 0

Jumlah 12 12 100 100

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

siswa pada nilai hasil belajar Pretes terdapat 12 siswa yang berada

Page 62: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

pada kategori sangat rendah, jumlah siswa pada nilai hasil belajar

Posttest terdapat 5 siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 5

siswa yang berada pada kategori rendah dan 2 siswa yang berada pada

kategori sedang (lampiran E.1 Hal 169). Untuk menentukan kriteria

keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada mata pelajaran Biologi.

Pengkategorian ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Talking Chips

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%0)

Pretest Posttest Pretest Posttest

< 70 Tidak tuntas 12 10 100 83

≥ 70 Tuntas 0 2 0 17

Jumlah 12 12 100 100

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

siswa pada nilai Pretest yang berada pada kategori tidak tuntas

sebanyak 12 siswa dan jumlah siswa pada nilai Posttest terdapat10

siswa yang berada pada kategori tidak tuntas dengan nilai < 70.

Sedangkan jumlah siswa pada nilai Posttest yang berada pada kategori

tuntas sebanyak 2 siswa dengan nilai ≥ 70 (lampiran E.1 Hal 168).

Data distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa menunjukkan bahwa

semua siswa memperoleh nilai diatas KKM.

c. Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen I yang diajar

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dan Kelas

Page 63: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Talking Chips

Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif pada kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II, untuk melihat perbedaan hasil

belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Diagram Batang Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada

Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Make a Match dan Kelas Eksperimen

II yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Talking Chips

0 0

3

6

2

5 5

2

0 00

1

2

3

4

5

6

7

Make a Match Talking ChipsInterval Nilai dan Kategori

Frekuensi

Page 64: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Berdasarkan gambar 4.1 tersebut terlihat jelas perbedaan nilai

hasil belajar pada kelas eksperimen I dengan mengunakan model

pembelajaran Make a Match dan nilai hasil belajar pada kelas

eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran Talking Chips

. Dimana pada nilai hasil belajar siswa menggunakan model

pembelajaran Make a Match lebih tinggi dibandingakan dengan nilai

hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Talking Chips.

d. Uji N-Gain

Uji normalitas gain berguna untuk mengetahui perbandingan

antara nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II. Adapun hasil perhitungan uji N-Gain adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas N-Gain

Kelas N Mean Kategori

Eksperimen I 11 77,57 Sedang

Eksperimen II 12 42,33 Sangat rendah

2. Analisis Statistik Inferensial

Terdapat beberapa pengujian yang dilakukan pada analisis statistik

inferensial dengan menggunakan bantuan SPSS versi 24.0 for Windows.

Pengujian normalitas dan homogenitas data dilakukan sebagai uji

prasyarat, kemudian dilakukan uji hipotesis. Untuk lebih jelasnya,

pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 4.7 dan uji homogenitas data

dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Page 65: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 4.7 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Normalitas pada Kelas

Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Make a Match dan Kelas Eksperimen II yang

diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking

Chips

Kelas Sig

Pretest Eskperimen I 0,200

Posttest Eskperimen I 0,200

Pretest Eksperimen II 0,200

Posttest Eksperimen II 0,200

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau tidak. Pengujian normalitas bertujuan untuk melihat apakah

data tentang hasil belajar biologi siswa setelah perlakuan berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dihitung dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 24.0 for Windows dengan statistik uji

Kolmogorov Smirnov. Persyaratan data tersebut berdistribusi normal jika

probabilitas atau p> taraf signifikansi (α), dimana α adalah 0,05.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. pada hasil

belajar siswa kelas eksperimen I pada nilai Pretest yaitu Sig. 0,547 > α =

0,05 dan pada nilai Posttest yaitu Sig. 0,797 > α = 0,05 Sedangkan nilai

Sig. pada hasil belajar siswa kelas eksperimen II pada nilai Pretest yaitu

Sig. 0,116 > α = 0,05 dan pada nilai Posttest yaitu Sig. 0,373 > α = 0,05.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing nilai Sig.

adalah > α = 0,05 sehingga data hasil analisis berdistribusi normal

(lampiran E.2 halaman 170).

Page 66: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Hasil Belajar Siswa

Based on Mean df1 df2 Sig.

0.787 1 21 0.385

Pengujian homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi

24.0 for Windows menggunakan statistik uji Homogenity of Variances.

Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05. Bila taraf signifikan data

yang lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data homogen.

Sebaliknya, jika taraf signifikan data menghasilkan data yang lebih kecil

dari 0,05 maka varian kelompok tidak homogen. Berdasarkan tabel 4.8 di

atas nilai Sig. 0, 385> α = 0,05 (lampiran E.2 halaman 170). Berdasarkan

nilai signifikan tersebut, nilai hasil belajar kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II memiliki varian kelompok data homogen. Setelah data

dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki varian kelompok data

homogen maka dilakukan pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan

masalah. Data pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Hipotesis pada

Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Make a Match dan Kelas Eksperimen

II yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Talking Chips

Uji Analisis Sig. (2 Tailed)

Hipotesis Independent Sample t-test 0,000

Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS versi 24.0 for

Windows dengan statistik uji Independent Sample t-test. Dengan taraf

Page 67: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

signifikansi 0,05 (5%). Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis

diterima dan jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis ditolak. Pada

tabel 4.8 di atas nilai Sig. (2-tailed) yang diperoleh adalah 0,000 ˂ α =

0,05 (lampiran E.2 halaman 170). Karena data hasil uji hipotesis kurang

dari 0,05 maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini diterima, yaitu

ada perbedaan hasil belajar kognitif materi virus setelah diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran Make a Match dan model

pembelajaran Talking Chips pada siswa kelas X di SMAN 2 Gowa.

Dimana selisih perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match

dan kelas eksperimen II yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran Talking Chips yaitu 27,7.

Tabel 4. 10 Nilai N-Gain

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

N_Gain

_Persen

Eksperimen1 11 100,0% 0 0,0% 11 100,0%

Eksperimen 2 12 100,0% 0 0,0% 12 100,0%

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

kognitif yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan Talking

Chips materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa.

Page 68: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen I yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dan kelas

eskperimen II yang dijar dengan menggunakan model pembelajaran Talking

Chips. Sebelum diberi perlakuan kedua kelas eksperimen tersebut diberikan

soal Pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Adapun nilai rata-rata

pada kelas eskperimen I yaitu 27,00 dan pada kelas eksperimen II yaitu 23,50.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa penggunaan model pembelajaran Make a Match dan model

pembelajaran Talking Chips memiliki pengaruh terhadap keberhasilan belajar

siswa dan terlihat pula perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Talking Chips.

Perbedaan kedua model pembelajaran ini sesuai dengan analisis data yang

telah dilakukan oleh peneliti berdasarkan instrumen penelitian. Penelitian ini

menggunakan dua analisis data yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis

statistik inferensial.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada kelas eksperimen I

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match

diperoleh hasil belajar siswa berada pada kategori Baik. Hal ini dapat dilihat

dari nilai rata-rata hasil belajar Postest yaitu 83,55 dan jumlah siswa yang

dikategorikan tuntas dalam belajar yaitu dari 11 siswa semua tuntas dalam

belajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa penggunaan

model pembelajaran Make a Match mampu memberikan pengaruh positif

terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini dikarenakan oleh penggunaan

Page 69: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

model pembelajaran Make a Match siswa belajar sambil bermain untuk

memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan rasa

tanggung jawab, kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan

keterlibatan belajar.

Kelebihan dari penggunaan model pembelajaran Make a Match adalah

siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

salam suasana yang menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua

mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Adapun kelebihan lain model

pembelajaran Make a Match dalam proses belajar mengajar pada dasarnya

adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun

kognitif, adanya unsur permainan sehingga model ini menyenangkan,

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

meningkatkan motivasi, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk

tampil presentasi dan efektif melatih kedisiplinan siswa untuk menghargai

waktu belajar.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada kelas eksperimen II

pada penggunaan model pembelajaran Talking Chips diperoleh hasil belajar

siswa berada pada kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

hasil belajar Posttest yaitu 55,75 dan jumlah siswa yang dikategorikan tuntas

dalam belajar yaitu siswa yang tidak tuntas dalam belajar lebih banyak dari

jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh

dapat diketahui bahwa penggunaan model Talking Chips tidak memberikan

pengaruh positif terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh

Page 70: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

penggunaan model pembelajaran Talking Chips yaitu tidak semua konsep

dapat mengungkapkan model Talking Chips, pengelolaan waktu saat

persiapan dan pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa dan

pembelajaran model Talking Chips memerlukan persiapan yang cukup rumit.

Selanjutnya untuk membuktikan bahwa penelitian ini dapat menjawab

rumusan masalah dan menerima hipotesis yang diajukan peneliti, maka

dilakukan analisis data secara inferensial dengan beberapa uji yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas kemudian dilakukan uji hipotesis dengan

menggunakan statistik Independent Sample t-test. Seperti pada tabel 4.9 yang

menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Sig. (2-tailed)

yang lebih kecil dari nilai α. Karena data hasil uji hipotesis lebih kecil dari nilai

α maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat perbedaan hasil

belajar kognitif yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips.

Hasil perhitungan rata-rata hasil belajar kognitif antara kedua kelas

tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif biologi siswa yang diajar

dengan model pembelajaran Make a Match sebagai kelas eksperimen I lebih

tinggi daripada hasil belajar kognitif biologi siswa yang diajar dengan model

pembelajaran Talking Chips sebagai kelas eksperimen II yaitu nilai nilai rata-

rata hasil belajar Posttest pada kelas eksperimen I yaitu 83,55 dan nilai rata-

rata hasi belajar Posttest pada kelas eksperimen II yaitu 55,75.

Page 71: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Halimatun Nisa (2019: 66), bahwa hasil belajar IPA peserta didik yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaraan cooperative learning tipe Make a

Match lebih tinggi hal ini dikarenakan proses pembelajaran peserta didik lebih

model pembelajaran Make a Match membantu peserta didik lebih dapat

bermain sambil belajar, semangat, berperan aktif dan ceria dalam proses

pembelajaran.

Penelitian lain yang juga mendukung penelitian ini yaitu yang telah

dilakukan oleh Salmiah (2016: 55), bahwa penggunaan model pembelajaran

Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan

oleh model pembelajaran kooperaif tipe Make a Match dapat menumbuhkan

rasa ingin tahu siswa mengenai pertanyaan maupun jawaban yang diberikan

guru. Siswa menjadi tertarik untuk mendalami materi yang diberikan agar

dapat menyelesaikan persoalan yang dikemas dalam bentuk permainan secara

berkelompok.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Maulidyah (2014) yang

berjudul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap

hasil belajar siswa pada materi Adaptasi makhluk hidup menunjukkan bahwa

berdasarkan hasil penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match terhadap hasil belajar siswa pada materi adaptasi makhluk

hidup, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

kooperatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA

Page 72: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

siswa materi adaptasi makhluk hidup. Hal ini ditunjukkan oleh hasil

perhitungan uji-T diperoleh nilai thitung>ttabel yaitu sebesar 2,12>1,706.

Page 73: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini,

maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan hasil belajar biologi yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran Make a Match dan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran Talking Chips materi virus pada siswa kelas X SMAN 2

Gowa. Dimana selisih perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

I yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match

dan kelas eksperimen II yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran Talking Chips yaitu 27,7.

2. Hasil belajar biologi kelas X IPA 1 SMAN 2 Gowa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Make a Match tergolong kategori Baik

dengan nilai rata-rata sebesar 83,55.

3. Hasil belajar biologi kelas X IPA 2 SMAN 2 Gowa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Talking Chips tergolong kategori

Kurang dengan nilai rata-rata sebesar 55,75.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang

disampaikan peneliti adalah sebagai berikut:

Page 74: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

1. Model pembelajaran Make a Match dapat digunakan sebagai alternatif

model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran biologi pada pokok bahasan Virus.

2. Bagi penelitian eksperimen selanjutnya, peneliti dapat menambah variabel

yang ingin diteliti dengan menggunakan model pembelajaran Make a

Match.

Page 75: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Alawi Achmad Basori. 2019. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di MTS.

Yatubu Surabaya. Vol 6 No 2. ISSN: 2355-3782.

Aprilla Diana. 2016. Validitas kartu make a match pada materi sel kelas XI SMA

the validity of make a match cards on cell topic grade XI of senior high

scholl. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol 5 No 2. ISSN: 2302-

9528.

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam

Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Depublish.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model- Model Pembelajaran Inovatif.

Jogjakarta: Ar – Ruzz Media.

Fifendy, Mades,. Dan M. Biomed. 2017. Mikrobiologi. Depok : kencana

Fiteriani Ida. 2017. Analisis perbedaan hasil belajar kognitif menggunakan

metode pembelajaran kooperatif yang berkombinasi pada materi IPA di

MIN Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Vol

4 No 2. ISSN: 2355-1925.

Fitriyani. 2017. Pengaruh Penerapan Metode Make a Match Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas V Pada Mata pelajaran Fiqih Di Madrasah

Ibtidaiyah Daarull Aitam Palembang. (Skripsi)

Guslina. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Talking Chips dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Asam Basa di Kelas XI

IPA 8 SMAN 1 Meureubo Aceh Barat . (Skripsi)

Haeruddin. 2017. Perbandingan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Biologi Kelas XI IPA MAN ! Sinjai Utara. (Skripsi)

Huda Miftahul. 2019. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Husamah, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.

Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 76: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Iwan, Lestari NiPutu Puspa. 2016. Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe

Make a match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi

pada materi Ekosistem. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol 3 No 2. ISSN:

2339-0794.

Khosim Noer Al. 2019. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Surya Media

Publishing.

Maulidiyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

Kelas V di MI Raudhatul Jannah. (Skripsi)

Mariyaningsih Nining. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.

Matondang Zulkifli. 2019. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Yayasan Kita

Menulis.

Meida, dkk. 2017. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match

berbantuan peta pikiran terhadap hasil belajar siswa kelas V sekolah

dasar. E-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 5 No 2.

Nadir, Asrimansyah. 2014. Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan

Menerapkan Model Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Pada

Kelas VIII SMP Negeri 2 Barru. (Skripsi)

Nining, dkk. Pengaruh model kooperatif tipe make a match dalam meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Palu.

E-Journal Katalogis. Vol 3 No 9. ISSN: 2302-2019.

Nisa, Halimatun. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV PAda Mata Pelajaran IPA

Di MIN 1 Kec. Padang Hulu. (Skripsi)

Nurjanna, Fitri. 2018. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajarkan Dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipr Make a Match dan Tipe Jigsaw

Pada Materi Operasi Aljabar Di Kelas VIII MTS AL-Fauzan Aek Paing

Labuhanbatu. (Skripsi)

Pelczar, Michael J., dan E.C.S Chan. 2015. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta :

Penertbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Prasetya Tri Indra. 2012. Meningkatkan keterampilan menyusun instrument hasil

belajar berbasis modul interaktif bagi guru-guru IPA SMPN Kota

Magelang. Journal of Educational Research and Evaluation. Vol 1 No 2.

ISSN: 2252-6420.

Page 77: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Radja Petrus Logo. 2017. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Chips dan Fan-N-Pick dalam meningkatkan motivasi dan hasil

belajar IPS. Jurnal Pendidikan. Vol 2 No 9. 2052-471X.

Sinar. 2018. Metode Active Learning. Yogyakarta: Depublish.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:

Rosdikarya

Susanto Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Wulandari Dwi. 2017. Upaya peningkatan hasil belajar IPS kelas II SD Negeri

Kemiloko dengan menggunakan model make a match. Jurnal Taman

Cendekia. Vol 01 No 02. ISSS: 2579-5112.

Yanti, dkk. 2016. Penerapan model pembelajaran kooperatif make a match dan

gaya belajar visualization, auditory, kinesthetic (VAK) terhadap hasil

belajar siswa materi ruang lingkup biologi kelas X SMA Negeri 1

Selesai. Jurnal Pelita Pendidikan. Vol 04 No 04. ISSN:2338-3003.

Page 78: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 79: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN A

PERSURATAN

Page 80: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran A.1 Surat Pengantar Penelitian dari LP3M Unismuh Makassar

Page 81: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran A.2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Satu Pintu Terpadu

Page 82: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran A.3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari UPT SMA Negeri 2

Gowa

Page 83: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran A.4 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian

Page 84: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN B

LEMBAR VALIDASI

INSTRUMEN

Page 85: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran B.1 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Validator I

Page 86: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 87: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 88: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 89: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 90: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 91: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 92: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 93: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 94: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 95: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 96: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 97: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 98: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 99: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 100: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 101: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran B. 2 Lembar Validasi Intrumen Pembimbing 2

Page 102: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 103: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 104: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 105: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 106: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 107: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 108: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 109: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 110: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 111: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 112: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 113: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 114: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 115: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 116: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 117: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 118: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 119: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 120: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN C

INSTRUMEN PENELITIAN

Page 121: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C. 1 Silabus Virus

Page 122: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 123: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 124: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C.2 RPP Make a Match

Page 125: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 126: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 127: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 128: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 129: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 130: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 131: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 132: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 133: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 134: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 135: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 136: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 137: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 138: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 139: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 140: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 141: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 142: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 143: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C.3 RPP Talking Chips

Page 144: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 145: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 146: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 147: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 148: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 149: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 150: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 151: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 152: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 153: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 154: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 155: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 156: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 157: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 158: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 159: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 160: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 161: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C. 4 Soal Pretest dan Posttest

Mata Pelajaran : Biologi

Pokok Bahasan : Virus

Kelas/Semester : X/ I (Ganjil)

Waktu : 60 Menit

PETUNJUK PENGERJAAN:

1. Tulis identitas dan kelas anda pada lembar jawaban yang tersedia.

2. Beri tanda (X) pada huruf a, b, c, d dan e pada lembar jawaban sebagai

jawaban yang dianggap benar .

3. Apabila jawaban yang dipilih ternyata salah dan anda ingin mengganti

maka berilah tanda (=) pada huruf yang telah disilang dan diberi tanda (X)

pada huruf lain yang dianggap benar.

Contoh: a b c d e diganti a b c d e

4. Apabila terdapat ketidakjelasan dalam soal tanyakan pada pengawas.

5. Setelah semua pertanyaan selesai dijawab serahkan lembar jawaban dan

lembar soal kepada pengawas.

6. Selamat mengerjakan

1. Bagian yang dimiliki oleh virus adalah ….

a. Inti sel

b. Sitoplasma

c. Organel sel

d. Membran sel

e. Selubung protein

2. Sebagian ahli biologi menganggap virus sebagai benda mati karena virus

memiliki sifat ….

a. Tidak dapat bergerak aktif

b. Tidak memiliki membrane inti sel

c. Tidak memiliki sel dan dapat dikristalkan

d. Tidak memiliki dinding sel dan vakuola

e. Dapat dikristalkan dan diubah bentuknya

3. Berdasarkan struktur dan komposisi tubuhnya, virus diklasifikasikan menjadi

dua golongan, yaitu ….

a. Virus DNA dan virus RNA

b. Virus menguntungkan dn virus merugikan

c. Virus patogen dan virus apatogen

d. Virus gram positif dan virus gram negatif

e. Virus tumbuhan dan virus hewan

4. Pada daur lisogenik, virus dapat mereplikasi DNA-nya dengan cara ….

a. Menghancurkan DNA inang dan menggantikannya

b. DNA virus ikut bereplikasi bersama DNA inang

c. Partikel virus membelah di dalam sel inang

Page 162: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

d. Mengendalikan metabolism sel inang

e. Menempel pada DNA inang dan mengendalikan replikasi

5. Perhatikan ciri-ciri virus berikut.

(1) Dapat dikristalkan

(2) Tubuh terdiri atas asam nukleat dan DNA atau RNA

(3) Mampu bereproduksi

(4) Tidak memiliki sitoplasma, organel dan inti sel.

Virus digolongkan sebagai makhluk hidup karena memiliki ciri-ciri yang

ditunjukkan oleh nomor….

a. (1) dan (2)

b. (1) dan (4)

c. (2) dan (3)

d. (2) dan (4)

e. (3) dan (4)

6. Bagian nomor 2 adalah ….

a. Selubung protein yang terdiri atas kapsomer

b. Asam nukleat yang mengandung kode genetik

c. Inti sel yang terbungkus dalam membrane inti

d. Enzim lisozim yang melisiskan sel inang

e. Organel di dalam sitoplasma

7. Dalam organisasi kehidupan, virus termasuk makhluk hidup pada tingkat ….

a. Atom

b. Molekul

c. Sel

d. Jaringan

e. Organ

8. Profag adalah ....

a. Virus yang menginfeksi protozoa

b. Virus yang melisiskan sel inang

c. Ikatan antara DNA virus dan DNA bakteri

d. DNA bakteri yang mereplikasikan DNA virus

e. DNA virus yang menyusup ke DNA inang dan nonaktif

9. Ciri- ciri virus menunjukkan bahwa virus adalah….

a. Benda mati

b. Makhluk hidup

Page 163: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

c. Peralihan antara benda abiotik dan biotik

d. Organisme mikroskopis

e. Mikroorganisme mirip bakteri

10. Virus tidak dapat menghasilkan energy sendiri dan mensintesis protein enzim

tetapi ia dapat berkembang biak hal ini karena ….

a. Virus hidup dalam inang yang sedang tidak aktif melakukan metabolisme

b. Virus hidup dalam sel inang yang sedang aktif melakukan metabolisme

c. Virus memiliki kapsomer yang terdapat materi genetik

d. Virus tersusun oleh DNA dan RNA saja

e. Virus memiliki bagian yang dapat mengkistalkan dirinya.

11. Berikut ini perbedaan dan persamaan antara daur litik dengan daur lisogenik

yang benar adalah ….

a. Sama-sama menginfeksi sel inang dan perbedaannya daur litik diakhiri

dengan kerusakan sel inang, daur lisogenik tidak menyebabkan kematian

sel secara langsung.

b. Sama-sama menginfeksi sel inang dan perbedaannya daur litik, tidak

menyebabkan kematian sel secara langsung, daur lisogenik diakhiri

dengan kerusakan sel inang.

c. Daur litik menginfeksi, daur lisogenik hanya dormansi dan perbedaanya

daur litik diakhiri dengan kerusakan sel inang, daur lisogenik tidak

menyebabkan kematian sel secara langsung.

d. Daur litik mengalami dormansi, daur lisogenik menginfeksi dan

perbedaanya daur litik diakhiri dengan kerusakan sel inang, daur

lisogenik tidak menyebabkan kematian sel secara langsung.

e. Sama-sama menginfeksi sel inang sama-sama diakhiri dengan kerusakan

sel inang.

12. Ukuran virus jauh lebih kecil disbanding bakteri, yaitu sekitar ….

a. 10-200 milimikron

b. 20-300 milimikron

c. 200 milimikron

d. 10 mikron

e. 20-300 mikron

13. Virus terkadang hidup jika ada sel inang dan apabila tidak menemukan sel

inang ia dapat mengkristal ia juga dapat berkembangbiak tetapi virus ini tidak

di katakan sel karena ….

a. Virus tidak dilengkapi alat perkembangbiakan yang kompleks

b. Virus hanya memiliki selubung protein dan asam nukleat dan membrane

sel saja

c. Virus hanya tersusun atas selubung protein dan asam nukleat, belum

mempunyai membran sel, sitoplasma, dan organel

d. Virus mempunyai kapsomer yang dapat dikristalkan

e. Virus tidak dilindungi oleh kapsid yang kompleks

f. Mikroorganisme mirip bakteri

14. Perhatikan daftar penyakit-penyakit berikut.

(1) Campak

(2) Tuberkulosis

Page 164: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

(3) Meningitis

(4) Herpes

(5) Gondongan

(6) Malaria

(7) Cacar variola

(8) Influenza

Penyakit yang disebabkan oleh virus ditunjukkan oleh nomor ….

a. (1), (2), (4), (6) dan (8)

b. (1), (3), (5), (7) dan (8)

c. (1), (4), (5), (7) dan (8)

d. (2), (3), (5), (6) dan (7)

e. (2), (4), (5), (6) dan (7)

Untuk soal nomor 15, perhatikan gambar struktur tubuh bakteriofag berikut.

15. Bagian kapsid yang terdiri atas banyak subunit protein ditunjuk oleh nomor

….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

16. Onkogen adalah virus yang menyebabkan penyakit ….

a. Herpes

b. Hepatitis

c. AIDS

d. SARS

e. Kanker

17. Perhatikan proses-proses yang dilakukan bakteriofag di dalam sel inang

berikut.

(1) Melisiskan dinsing sel bakteri

(2) Menyintesis protein kapsid

(3) Menghancurkan DNA bakteri

(4) Mereplikasi DNA virus

(5) Merakit kapsid menjadi virus baru

Page 165: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Urutan proses yang benar pada daur litik adalah ….

a. (1) - (3) - (5) - (2) - (4)

b. (2) - (4) - (1) - (5) - (3)

c. (3) - (4) - (2) - (5) - (1)

d. (4) - (1) - (3) - (2) - (5)

e. (5) - (3) - (4) - (1) - (2)

18. Virus menginfeksi sel inang berupa makhluk hidup lain dengan tujuan untuk

….

a. Memperbanyak sel inang

b. Berkembang biak

c. Memperoleh makanan

d. Menimbulkan penyakit

e. Menghancurkan sel inang

19. Penyakit ringan akibat infeksi virus yang mudah menular pada anak-anak

yang ditandai dengan timbulnya vesikula (gelembung) pada kulit dan selaput

lender adalah penyakit ….

a. Cacar air varisela

b. Cacar variola

c. Herpes zoster

d. Herpes simpleks

e. Campak

20. Perhatikan ciri-ciri penyakit berikut

(1) Infeksi akut pada susunan saraf pusat

(2) Disebabkan oleh Rhabdovirus

(3) Dapat menular ke manusia melalui gigitan hewan, seperti anjing, kucing,

dan kelelawar

(4) Gejalanya sakit kepala, demam, muntah, berhalusinasi, dan kaku otot

(5) Peningkatan ekskresi keringat dan sekresi air

Penyakit yang memliki ciri-ciri tersebut adalah

a. Ebola

b. Tetelo

c. Karsinoma

d. Rabies

e. Morbili

21. Tabacco mosaic virus menyerang tanaman tembakau dengan gejala ….

a. Bercak kuning pada daun

b. Tanaman tumbuh kerdil

c. Batang dan daun layu

d. Daun menggulung

e. Daun rontok

22. Berikut ini cara pencegahan penyakit flu burung yang tidak benar adalah ….

a. Memasak daging unggas minimal 800 selama 1 menit

b. Menghindari kontak langsung dengan unggas terinfeksi

c. Membersihkan kotoran unggas setiap hari

d. Menjaga daya tahan tubuh

e. Tidak mengonsumsi daging unggas

Page 166: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

23. Virus yang menyebabkan daun tanaman kapas, lobak, dan tembakau

menggulung sehingga menurunkan produktivitas tanaman adalah ….

a. Tomato yellow leaf curl virus

b. Bean golden mosaic virus

c. Turnip yellow mosaic virus

d. Citrus vein phloem degeneration virus

e. Tobacco mosaic virus

24. Vaksin dapat dibuat dari ….

a. Hormon hewan ternak

b. Cairan tubuh orang yang terinfeksi

c. Virus yang telah dilemahkan

d. Bakteri yang diserang virus

e. Profag dalam sel bakteri

25. Pemberian vaksin dapat mencegah penyakit infeksi virus, karena ….

a. Tubuh membentuk antibody terhadap virus

b. Virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh

c. Tubuh menjadi teradaptasi dengan keadaan virus

d. Sifat patogen virus dalam tubuh menjadi menurun

e. Virus di dalam tubuh tak mampu bereplikasi

26. Seorang peternak mendapati ayamnya terserang penyakit dengan gejala diare.

Batuk-batuk, dan kehilangan keseimbangan sehingga tubuhnya berputar-

putar dengan kepala tertekuk. Peternak itu menduga ayamnya terserang

penyakit ….

a. Rabies

b. Tumor

c. Flu burung

d. Tetelo

e. Antraks

27. Penyakit berikut yang bukan cara penularan penyakit AIDS adalah ….

a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV

b. Berbagai penggunaan alat suntik dengan pengidap HIV

c. Transfusi darah yang tercemar HIV

d. Berjabat tangan dengan penderita AIDS

e. Janin dalam kandungan ibu yang positif HIV

28. Tindakan yang tepat untuk melindungi diri agar tidak tertular HIV/AIDS

adalah ….

a. Menjauhi orang yang positif HIV

b. Menghindari seks bebas dan narkoba

c. Menghindari gigitan nyamuk

d. Tidak memakai baju milik pengidap HIV

e. Berjabat tangan dengan penderita AIDS

29. Tidak bersentuhan dengan penderita AIDSVirus sebagian besar sangat

merugikan manusia karena dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya

seperti virus HIV, virus Ebola dan Virus Cacar. Namun tidak semua virus

tidaklah berbahaya berikut ini virus yang paling tepat dimanfaatkan dalam

kehidupan manusia….

Page 167: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

a. Virus litik yang disisipkan pada sel bakteri untuk memusnakan bakteri

yang berbahaya.

b. Virus lisogenik menyisipkan materi genetic pada sel inang dimanfaatkan

dalam rekayasa genetika untuk menyisipkan gen tertentu pada sel bakteri.

c. Virus digunakan untuk melumpuhkan musuh dengan cara senjata

biologis.

d. Virus digunakan untuk membasmi bakteri yang berbahaya.

e. Virus hanya dapat menginjeksi sel inang saja tanpa ada kegunaannya.

30. Kematian pada penderita AIDS disebabkan oleh ….

a. Penyakit jantung coroner

b. Pendarahan pada otak

c. Hilangnya respons imun terhadap infeksi pathogen

d. Turunnya jumlah sel darah merah

e. Penyakit degenerative akut

Page 168: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C.5 Kisi-kisi Soal Pretest Posttest

Page 169: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 170: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 171: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 172: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C. 6 Pedoman Penskoran

PEDOMAN PENSKORAN

A. Kriteria jawaban pilihan ganda

No Kriteria Jawaban Skor

1-30 Benar 1

Salah 0

B. Skor maksimal pilihan ganda

Penilaian = Jumlah Skor Perolehan X 100 =

30

Skor Kategori

0-54 Sangat Rendah

55-64 Rendah

65-79 Sedang

80-89 Tinggi

90-100 Sangat Tinggi

Sumber: (Nana Sudjana:2011)

Page 173: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C.7 Kartu Make a Match

Dia adalah makhluk kecil yang dinamakan

Virus. Virus ini mempunyai ciri-ciri yaitu

ukuranya sangat kecil yakni sekitar 10

hingga 300 milimikron. Virus mempunyai

bermacam-macam bentuk ada yang batang,

oval, filame, dan persegi juga memiliki

struktur tubuh yang terdiri dari dinding

sel, membran sel, sitoplasma, inti sel dan

organ sel lainnya.

Dapat menyerang

makhluk hidup kapan

saja dan dimanapun

baik itu pada

tumbuhan, hewan, dan

manusia dan juga tak

terlihat oleh kasat

mata. Siapakah dia?

Dan bagaimana ciri-

cirinya.…?

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Virus juga mempunyai beberapa jenis

dan kelompok baik dari segi asam

nukleatnya maupun dari sel inangnya,

berdasarkan sel inangnya virus

dikelompokkan menjadi empat yaitu

Virus penyerang bakteri, misalnya virus

T, Virus penyerang tanaman, misalnya

TMV dan Tungro, Virus penyerang

hewan, misalnya virus rabies dan flu

burung, Virus penyerang manusia,

misalnya polio, HIV, dan flu.

Seperti halnya

tumbuhan dan hewan

yang memiliki beragam

jenis begitupun dengan

virus yang memiliki

banyak macam jenis,

dan kelompok-

kelompoknya apa

sajakah itu? Coba

jelaskan klasifikasi

virus berdasarkan

jenis sel inangnya….!

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Page 174: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Virus ternyata memiliki banyak bentuk, ada

yang berbentuk batang, contohnya TMV

(Tabacco Mosaic Virus) ada yang

berbentuk dan berujung oval seperti

peluru, contohnya Rhabdovirus, berbentuk

bulat, contohnya HIV (Human

Immunodeficiency Virus) berbentuk

filament atau benang, contohnya virus

Ebola. Berbentuk polyhedral, contohnya

Adenovirus dan ada juga yang berbentuk

seperti huruf T, contohnya bakteriofag

yaitu virus yang menyerang bakteri

Escherichia coli.

Bentuk apakah yang

terdapat pada gambar

virus tersebut dan apa

contohnya….?

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Penelitian mengenai virus dimulai dengan

penelitian mengenai penyakit mosaik yang

menghambat pertumbuhan tanaman

tembakau dan membuat daun tanaman

tersebut memiliki bercak-bercak. Pada

tahun 1883, Adolf Mayer seorang ilmuwan

Jerman, menemukan bahwa penyakit

tersebut dapat menular ketika tanaman

yang ia teliti menjadi sakit setelah

disemprot dengan getah tanaman yang

sakit, karena tidak berhasil menemukan

mikrob pada getah tanaman tersebut,

sehingga Mayer menyimpulkan bahwa

penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri

yang lebih kecil dari biasanya dan tidak

dapat dilihat dengan mikroskop.

Pada tahun 1883 seorang

ilmuwan jerman, yang bernama

Adolf Mayer berhasil

menemukan sebuah tanaman

yang ia teliti menjadi bercak-

bercak dan sakit setelah

menyemprotkan getah tanaman

yang sakit pula. Yang dimana

penyakit tersebut disebabkan

oleh bakteri yang lebih kecil

dari biasanya dan tidak dapat

dilihat dengan mikroskop. Jenis

tanaman apakah yang diteliti

oleh Adolf Mayer dan jenis

penyakit apakah yang

menghambat tanaman

tersebut….?

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Page 175: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Flu merupakan penyakit yang disebabkan

oleh infeksi virus yang dapat menyerang

hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Flu

atau influenza ini sangat umum terjadi di

musim pancaroba. Munculnya penyakit flu

ini melalui bersin atau menyentuh benda

yang sudah terkontaminasi virus flu.

Selain itu flu juga bisa menyebar lewat

kontak dengan hewan yang sudah

terinfeksi.

Di musim pancaroba seperti

ini, harus selalu menjaga

kesehatan agar tidak rentan

terkena penyakit, terlebih lagi

penyakit flu. Saat flu

menyerang, tubuh akan

merasa tidak nyaman karena

pasti akan muncul demam,

sakit tenggorokan, hidung

berair, dan pegal-pegal. Kira-

kira apa yang menyebabkan

munculnya penyakit flu ini?

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Salah satu karakteristik virus yang

menyerupai makhluk hidup adalah

ditemukannya asam nukleat di dalam

virus. Berdasarkan asam nukleatnya,

virus dikelompokkan menjadi dua yaitu

virus DNA yang dimana asam

nukleatnya berupa DNA contohnya

parvovirus dan yang kedua virus RNA

yaitu virus yang asam nukleatnya

berupa RNA, contohnya Picornavirus.

Klasifikasi virus

berdasarkan asam

nukleatnya yaitu ada

dua yakni virus RNA

dan virus DNA. Coba

Jelaskan klasifikasi

virus berdasarkan asam

nukleatnya dan apa saja

contohnya….!

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Page 176: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Temuan Beijenrick dibuktikan oleh

ilmuwan Amerika Wendell Meredith

Stanley. Stanley berhasil mengkristalkan

partikel agen penyakit mosaic yang

kemudia dinamakan Tobacco mosaic virus

(TMV). Ia juga menemukan bahwa virus

tersebut tetap aktif walaupun dalam fase

Kristal.

Tokoh dibawah ini merupakan

Wendell Meredith Stanley.

Yang dimana seperti yang

diketahui memiliki kontribusi

dalam penemuan virus. Apa

kontribusi beliau dalam

sejarah tentang virus ?

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Virus dikatakan benda mati tanpa berada

dalam makhluk hidup. Artinya virus dapat

dikatakan sebuah entitas nonseluler yang

tersusun atas protein yang hanya

melakukan infeksi terhadap inang dan

memperbanyak diri. virus tersebut dapat di

kristalkan, sedangkan virus dikatakan

benda hidup karena virius dapat

memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh

inang

Kecil dan tak terlihat

oleh kasat mata

tetapi dapat

menyerang makhluk

hidup. bagaimana

virus dikatakan

sebagai makhluk tak

hidup….?

KARTU MAKE A MATCH

KARTU MAKE A MATCH

Page 177: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran C.8 Kartu Talking Chips

Kartu

Talking Chips

Kartu

Talking Chips

Kartu

Talking Chips

Kartu

Talking Chips

Kartu

Talking Chips

Kartu

Talking Chips

Page 178: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN D

HASIL BELAJAR SISWA

Page 179: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran D.1 Hasil Belajar Siswa kelas X IPA 1

NILAI PRETEST DAN POSTTEST

KELAS X IPA 1

No Nama Siswa Nilai

Benar Pretest Benar Posttest

1 Nurul Aulia 6 20 25 83

2 Muthia Syahrani 9 30 25 83

3 Nayla Nur Azizah 12 40 29 97

4 Agus Andrian 10 33 23 76

5 Nur Salsabila R 5 16 26 87

6 Nur Alifia 9 30 24 80

7 Ana Purti Ariyanti 9 30 26 87

8 Nurul Mutmainnah 7 23 73 73

9 Rezki Ayu Ramadhani 5 16 25 83

10 Shah Reza Nur Alamsyah 8 26 23 77

11 Fadillah Radesiawan 10 33 28 93

Page 180: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran D.2 Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 2

NILAI PRETEST DAN POSTTEST

KELAS X IPA 2

No Nama Nilai

Benar Pretest Benar Posttest

1 Anisa Ardani Kalista 8 26 21 70

2 Ince Muthia Salsabila 8 26 15 50

3 Nadiva Putri M 9 30 17 57

4 Siti Nurhalisa 8 26 15 50

5 Syahrir Syarifuddin 5 16 17 57

6 Alfariza 14 46 22 73

7 Rifkah Nurul Aini M 6 20 17 57

8 Faiq Naoval 4 13 17 57

9 Maya Dwi Fani 9 30 19 63

10 Alini Muthia 4 13 14 46

11 Nurjihan Ufairah 5 16 14 46

12 Muh Naufal Dzaky 6 20 13 43

Page 181: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran D.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa

Page 182: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 183: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 184: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 185: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …
Page 186: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN E

ANALISIS DATA

Page 187: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran E.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik Deskriptif

1. Kelas Eksperimen I (Make a Match)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

pretest ipa 1 11 16 40 27,00

posttest ipa 1 11 73 97 83,55

Valid N (listwise) 11

Statistics

pretest ipa 1 posttest ipa 1

N Valid 11 11

Missing 1 1

Std. Error of Mean 2,288 2,172

Std. Deviation 7,589 7,202

Variance 57,600 51,873

Range 24 24

Minimum 16 73

Maximum 40 97

pretest ipa 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 16 2 16,7 18,2 18,2

20 1 8,3 9,1 27,3

23 1 8,3 9,1 36,4

26 1 8,3 9,1 45,5

30 3 25,0 27,3 72,7

33 2 16,7 18,2 90,9

40 1 8,3 9,1 100,0

Total 11 91,7 100,0

Missing System 1 8,3

Total 12 100,0

Page 188: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

posttest ipa 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 73 1 8,3 9,1 9,1

76 1 8,3 9,1 18,2

77 1 8,3 9,1 27,3

80 1 8,3 9,1 36,4

83 3 25,0 27,3 63,6

87 2 16,7 18,2 81,8

93 1 8,3 9,1 90,9

97 1 8,3 9,1 100,0

Total 11 91,7 100,0

Missing System 1 8,3

Total 12 100,0

2. Kelas Eksperimen II (Talking Chips)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

pretest ipa 2 12 13 46 23,50

posttest ipa 2 12 43 73 55,75

Valid N (listwise) 12

Statistics

pretest ipa 2 posttest ipa 2

N Valid 12 12

Missing 0 0

Std. Error of Mean 2,707 2,722

Std. Deviation 9,376 9,430

Variance 87,909 88,932

Range 33 30

Minimum 13 43

Maximum 46 73

pretest ipa 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 13 2 16,7 16,7 16,7

Page 189: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

16 2 16,7 16,7 33,3

20 2 16,7 16,7 50,0

26 3 25,0 25,0 75,0

30 2 16,7 16,7 91,7

46 1 8,3 8,3 100,0

Total 12 100,0 100,0

posttest ipa 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 43 1 8,3 8,3 8,3

46 2 16,7 16,7 25,0

50 2 16,7 16,7 41,7

57 4 33,3 33,3 75,0

63 1 8,3 8,3 83,3

70 1 8,3 8,3 91,7

73 1 8,3 8,3 100,0

Total 12 100,0 100,0

Page 190: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran E.2 Analisis Statistik Inferensial

Analisis Statistik Inferensial

1. Uji Normalitas

(1) Tests of Normality

KELAS

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HASIL BELAJAR PRETEST IPA 1 ,199 11 ,200* ,942 11 ,547

POSTEST IPA 1 ,167 11 ,200* ,962 11 ,797

PRETEST IPA 2 ,161 12 ,200* ,889 12 ,116

PRETEST IPA 2 ,197 12 ,200* ,929 12 ,373

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

HASIL BELAJAR Based on Mean ,787 1 21 ,385

Based on Median ,647 1 21 ,430

Based on Median and with

adjusted df

,647 1 19,810 ,431

Based on trimmed mean ,862 1 21 ,364

3. Uji Hipotesis

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Differen

ce

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r Upper

HASIL

BELAJA

R

Equal variances

assumed

,78

7

,385 7,887 21 ,000 27,795 3,524 20,46

6

35,125

Equal variances

not assumed

7,982 20,

37

7

,000 27,795 3,482 20,54

0

35,051

Page 191: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI

GURU DAN SISWA

Page 192: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran F.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Gowa

Kelas/Semester : X IPA 1/1 (Ganjil)

Pokok Bahasan : Virus

Kelas Eksperimen : Eksperimen I (Make a Match)

No. Aspek Yang Diamati

Hasil Pengamatan

Pertemuan Ke- Rata-Rata Persentase

(%) 1 2 3 4

1. Siswa menjawab salam

dari guru

2.

Siswa berdoa dan

menyiapkan fisik dan

psikis dalam kegiatan

pembelajaran

3. Siswa menjawab

pertanyaan dari guru

4.

Siswa mendengarkan

namanya yang disebut

oleh guru

5.

Siswa medengarkan

apersepsi yang

disampaikan oleh guru

6

Siswa mendengarkan KI,

KD dan tujuan

pembelajaran yang

disampaikan guru

7.

Melihat, mengamati,

membaca, menulis dan

menyimak penjelasan

guru mengenai materi

yang diajarkan

8.

Siswa mengidentifikasi

dan memberi pertanyaan

berkaitan informasi yang

Page 193: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

disampaikan guru

9.

Siswa menyimak materi

yang disampaikan oleh

guru

10. Siswa mulai berkelompok

11. Siswa mengambil kartu

yang diberikan oleh guru

12.

Siswa diminta untuk

mencocokkan kartu yang

dipegang dengan kartu

kelompok lain

13. Siswa mencari pasangan

di kelompok lain

14. Siswa diminta untuk

presentasi

15.

Siswa memberikan

tanggapan pada saat

kelompok lain presentasi

16. Siswa menjawab

pertanyaan bersama guru

17.

Siswa menyimpulkan

hasil diskusi dan materi

yang telah diajarkan

18. Guru memberi salam

penutup

Rata-Rata

Penilaiaan: Jumlah Persentase

Jumlah aktivitas yang diamati

Keterangan:

(0-20)% = Tidak Aktif

(21-40)% = Kurang Aktif

(41-60)% = Cukup Aktif

(61-80)% = Aktif

(81-100)% = Sangat Aktif

Gowa, 2020

Observer

Mustainah

Page 194: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Gowa

Kelas/Semester : X IPA 2/1 (Ganjil)

Pokok Bahasan : Virus

Kelas Eksperimen : Eksperimen II (Talking Chips)

No. Aspek Yang Diamati

Hasil Pengamatan

Pertemuan Ke- Rata-Rata Persentase

(%) 1 2 3 4

1. Siswa menjawab salam

2.

Siswa berdoa dan

menyiapkan fisik dan

psikis dalam kegiatan

pembelajaran

3. Siswa menjawab

pertanyaan dari guru

4.

Siswa mendengarkan

namanya yang disebut

oleh guru

5.

Siswa mendengarkan

apersepsi yang

disampaikan oleh guru

6.

Siswa mendengarkan KI,

KD dan tujuan

pembelajaran yang

disampaikan guru

7.

Melihat, mengamati,

membaca, menulis dan

menyimak penjelasan

guru mengenai materi

yang diajarkan

8.

Siswa mengidentifikasi

dan memberi pertanyaan

berkaitan informasi yang

disampaikan guru

Page 195: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

9. Siswa mendengarkan

jawaban dari guru

10.

Siswa menyimak materi

yang disampaikan oleh

guru

11. Siswa dibagi ke dalam

beberapa kelompok

12.

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru

dengan cara menaikkan

kartunya diatas meja

13. Siswa menjawab

pertanyaan bersama guru

14.

Siswa menyimpulkan

hasil pembelajaran yang

telah dilakukan

15. Siswa berdoa dan

menjawab salam

Rata-Rata

Penilaiaan: Jumlah Persentase

Jumlah aktivitas yang diamati

Keterangan:

(0-20)% = Tidak Aktif

(21-40)% = Kurang Aktif

(41-60)% = Cukup Aktif

(61-80)% = Aktif

(81-100)% = Sangat Aktif

Gowa, 2020

Observer

Mustainah

Page 196: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN G

KARTU KONTROL

PELAKSANAAN

PENELITIAN

Page 197: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

Lampiran G.1 Kartu Kontrol Pelaksanaan Penelitian

Page 198: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

LAMPIRAN H DOKUMENTASI

PENELITIAN

Page 199: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

H.1 Dokumentasi Kelas X Eksperimen I (Make a Match)

(Pemberian Soal Pretest)

(Guru menjelaskan materi)

(Pembagian Kelompok)

Page 200: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

(Mencocokkan Kartu)

(Presentasi)

Page 201: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

(Pemberian Soal Posttest)

Page 202: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

H.2 Dokumentasi Kelas Eksperimen II (Talking Chips)

(Pemberian Soal Pretest)

(Pembagian Kelompok)

Page 203: PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN …

(Pemberian Materi)

(Siswa menjawab pertanyaan dari guru sambil memegang kartu Talking Chips)

(Pemberian Soal Posttest)