PERBANDINGAN KINERJA BANK SWASTA DI INDONESIA …/Per... · SURAT PERNYATAAN Nama : Erfan...
Transcript of PERBANDINGAN KINERJA BANK SWASTA DI INDONESIA …/Per... · SURAT PERNYATAAN Nama : Erfan...
PERBANDINGAN KINERJA BANK SWASTA DI INDONESIA
BERDASARKAN PEMENUHAN MODAL MINIMUM
TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ERFAN HERWINANTO NIM: S4307016
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERBANDINGAN KINERJA BANK SWASTA DI INDONESIA
BERDASARKAN PEMENUHAN MODAL MINIMUM
Disusun oleh:
ERFAN HERWINANTO
NIM: S4307016
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Hartono, M.S. Doddy Setiawan, S.E., M.Si., IMRI.,
Ak
NIP.19531221 198003 1 004 NIP. 19750218 200012 1
001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak.
NIP. 19641120 199103 1 002
iii
PERBANDINGAN KINERJA BANK SWASTA DI INDONESIA
BERDASARKAN PEMENUHAN MODAL MINIMUM
Disusun oleh:
ERFAN HERWINANTO
NIM: S4307016
Telah disetujui Tim Penguji
Pada tanggal: 5 Februari 2010
Ketua Tim Penguji : Dr. Payamta, M.Si., Ak.CPA. .............
Sekretaris Tim Penguji : Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc, Ph.D., Ak. .............
Anggota : Prof. Dr. Hartono, MS. .............
Anggota : Doddy Setiawan, S.E., M.Si., IMRI., Ak. .............
Mengetahui :
Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820198503 1 004
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19641120 199103 1002
iv
SURAT PERNYATAAN
Nama : Erfan Herwinanto
NIM : S4307016
Program Studi : Magister Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Perbandingan
Kinerja Bank Swasta Di Indonesia Berdasarkan Pemenuhan Modal Minimum”
adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis
ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
atas tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2010
Yang menyatakan,
Erfan Herwinanto
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kalimat demi kalimat demi kalimat kurangkai untuk kemuliaan Tuhan yang selalu hikmat
dan ketekunan sehingga tesis ini dapat terselesaikan,
kata demi kata yang kutulis sebagi wujud dari doa bapak,ibu,kakak yang tak henti-hentinya
di panjatkan demi selesainya studi ini,
huruf demi huruf aku rangkai untuk kepersembahkan kepada teman, sahabat, yang selalu
memberi dorongan dalam menyelesaikan tesis ini,
dan yang semua rangkaian huruf, kata, kalimat yang tercipta dalam tesis ini kupersembahkan
untuk istriku tercinta yang tanpa lelah menemani dan mendukungku hingga sampai
selesainya studiku di kampus kebanggaanku Universitas Sebelas Maret Surakarta.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul
Perbandingan Kinerja Bank Swasta Di Indonesia Berdasarkan Pemenuhan Modal
Minimum ( Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 7/15/PBI/2005 )
dengan sampel 171 bank swasta yang ada di Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. Hartono, M.S.
selaku dosen pembimbing I (satu) dan Bapak Doddy Setiawan, S.E.,
M.Si.,IMRI.,Ak selaku pembimbing II (dua) yang telah memberikan bimbingan
dan arahan yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian dengan lancar,tidak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih penulis kepada Tim Penguji atas masukan dan arahan sehingga
penelitian ini mendekati kesempurnaan.
Terima kasih juga untuk Rektor, Dekan dan seluruh Civitas Akademik
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis unutk dapat menimba ilmu sedalam-dalamnya kepada
penulis.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk ex PT LIPPOBank Yogyakarta
dan PT Bank CIMBNiaga Yogyakarta di mana penulis mengabdi dan
berkarya.Terkhusus bagi Iwan, Ranie, Lintang, Betty, Mbak Anik, Mbak Indah
yang selalu memberikan motivasi dan kemudahan ijin kepada penulis selama
menempuh studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.Terima kasih kepada
vii
Mbak Rosma sekeluarga yang slalu mendoakan dan memotivasi penulis untuk
segera menyelesaikan studi, dan kepada rekan-rekan PT Bank CIMBNiaga
Yogyakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada Ayahanda, Ibunda dan
kakak tersayang atas iringan doanya dan kesabarannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi dengan lancar.
Special thank’s untuk istriku tercinta Kurniasih Jati Setyaningsih yang
selalu memberi dorongan semangat, dengan sabar menemani dan membantu serta
mendoakan dalam menyelesaikan studi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari
kekurangan, oleh karena itu saran, kritik, dan masukan yang sangat berharga akan
sangat membantu penulis dalam menyempurnakan penulisan ini.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Bank terbesar di Indonesia,Asia Tenggara,Asia Pasifik 2005..... 4
Tabel 2 Data bank dengan modal di atas dan dibawah modal minimum.. 21
Tabel 3 Data bank yang berhasil menambah modal.................................. 22
Tabel 4 Statistik Diskriptif seluruh bank (tahun 2005-2007).................... 27
Tabel 5 Pengujian terhadap seluruh bank (tahun 2005-2007).................. 31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pengujian bank dengan modal di atas dan di bawah modal
minimun (2005-2007)...............................................................
41
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN TESIS................................................................
LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN ..............................................
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
INTISARI ......................................................................................................
ABSTRACT ..................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xii
xiii
1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
2.1 Kajian Pustaka........................................................................................ 7
2.1.1 Peraturan Bank Indonesia............................................................ 7
2.1.2 Arsitektur Perbankan Indonesia................... ............................... 8
2.1.3 Pengukuran Kinerja Bank............................................................ 9
2.2 Perumusan Hipotesis ............................................................................. 15
xi
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 21
3.1 Populasi dan Sampel ....................................................................... 21
3.2 Penarikan Sampel ............................................................................ 23
3.3 Instrumen Penelitian .......................................................................
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................
3.5 Teknik Penelitian .............................................................................
3.6 Variabel Penelitian ..........................................................................
24
25
25
26
BAB IV. ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN ............................. 28
4.1 Analisa Data ....................................................................................
4.1.1 Statistik Diskriptif .................................................................
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................
4.2.1 Pembahasan Pengujian Terhadap Kinerja bank Swasta
yang telah memenuhi dan yang belum memenuhi
peraturan tentang modal minimum...................................
4.2.1.1 Kecukupan Pemenuhan KPMM terhadap Ketentuan yang
Berlaku tahun 2005-2007..................................................
4.2.1.2 Komposisi Permodalan tahun 2005-2007..........................
4.2.1.3 ROA ( return on asset ) 2005-2007....................................
4.2.1.4 ROE ( return on equity ) 2005-2007..................................
4.2.1.5 NIM ( net interest magin ) 2005-2007...............................
4.2.1.6 BOPO ( biaya operasional dibandingkan pendapatan
operasional ) 2005-2007.....................................................
4.2.1.7 LDR ( loan to deposit ratio ) 2005-2007...........................
28
28
31
31
31
32
33
33
34
34
35
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ....................... 36
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 36
xii
5.2 Keterbatasan ...................................................................................
5.3 Saran ...............................................................................................
36
37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
xiii
INTISARI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal yang dimiliki suatu bank terhadap kinerjanya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia yang dapat diakses melalui www.bi.go.id . Dari data bank yang ada,sebanyak 171 laporan keuangan bank yang dijadikan sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, dengan rincian pada tahun 2005 sebanyak 62 laporan keuangan, tahun 2006 sebanyak 56 laporan keuangan, dan tahun 2007 sebanyak 53 laporan keuangan, untuk mengukur kinerja perbankan digunakan komponen CAMELS sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji t terhadap seluruh bank dari tahun 2005 – 2007, diperoleh hasil pada komponen KPMM, komponen permodalan, komponen ROA, komponen NIM antara bank dengan modal di bawah modal minimum dan bank dengan modal di atas modal minimum tidak terdapat perbedaan, sedangkan untuk komponen ROE, komponen BOPO dan komponen LDR antara bank dengan modal di atas dan di bawah modal minimum terdapat perbedaan. Kata kunci : modal minimum, kinerja bank, CAMELS.
xiv
ABSTRACT
This study aims at revealing the bank capital influence its operational activities. This study employs secondary datum which is obtained from Bank Indonesia that could be accessed at www.bi.go.id . From the existing data banks, 171 financial statement of banks are used for sample from 2005 to 2007, which breakdown in 2005 consist 62, 2006 consist 56, 2007 consist 53 financial statement. In order to measure banks activities, CAMELS component is conducted in accordance with Bank Indonesia regulations.
Based on the analysis at all banks on 2005-2007, it reveals that KPPM component, capital component, ROA component, NIM component, between bank and its capital below minimum and bank and its capital above minimum, the difference is not found. Meanwhile differences are found when ROE component, BOPO component and LDR component, between bank and its capital below minimum and bank and its capital above minimum. Key words: minimum capital, bank activity, CAMELS
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Industri Perbankan di Indonesia kembali bergejolak setelah adanya
kebijaksanaan dari Bank Indonesia yang mensyaratkan untuk modal minimal yang
harus dimiliki oleh semua bank umum yang ada di Indonesia. Hal ini dapat di
lihat adanya bank - bank yang menambah modalnya dengan melakukan
penggabungan (merger) atau mengakuisi bank lain untuk menambah jumlah
modal minimum yang disyaratkan oleh Bank Indonesia.
Dilihat dari faktor ekonomi hal ini dikatakan baik jikalau bank - bank
yang bermunculan tersebut termasuk kategori bank dengan kondisi baik atau
sehat. Peranan industri perbankan memang sangat diperlukan dalam suatu
perekonomian suatu negara mengingat fungsi bank itu sendiri yaitu menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali uang atau
dana tersebut dalam bentuk kredit atau pinjaman kepada masyarakat kembali.
Saat krisis ekonomi melanda Indonesia banyak industri perbankan yang
tidak dapat mempertahankan tingkat likuiditas bank mereka, akibatnya banyak
bank harus dilikuidasi atau merger atau akuisisi, tercatat sebanyak 16 bank harus
ditutup karena hal ini dilakukan berdasarkan keputusan sidang kabinet diperkuat
dengan Instruksi Presiden pada tanggal 3 September 1997. Pada waktu itu tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan menurun dratis, para
nasabah berlomba lomba mengambil dana mereka dan itu terjadi diseluruh bank
xvi
yang ada dan dalam dunia perdagangan banyak pelaku bisnis yang lebih memilih
melakukan transaksi pembayaran dengan uang tunai karena diyakini lebih baik
pada waktu itu, namun akibatnya jumlah uang yang beredar dimasyarakat menjadi
berlebih dan dapat mengakibatkan laju inflasi yang tinggi. Dengan ditutupnya 16
bank yang bertujuan meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
industri perbankan justru membuat keadaaan semakin buruk. Penarikan dana
perbankan menjadi sangat meningkat pada waktu bank - bank menghadapi
keketatan likuiditas. Pada waktu yang sama di masyarakat tersebar rumor dan
selebaran gelap akan dilaksanakannya penutupan bank lebih lanjut. Keadaan ini
mendorong Pemerintah mengumumkan pernyataan untuk tidak menutup bank lagi
sebagai upaya menyelamatkan sistem pembayaran dan sektor perbankan.
Pernyataan Pemerintah tidak akan menutup bank lagi ini disampaikan oleh
Gubernur BI pada waktu bersama Menkeu dan Memperindag mengumumkan
berbagai langkah reformasi ekonomi sektor riil dalam Peket Kebijakan Ekonomi 3
Nopember 1997 ( Kompas On Line, 4/11/97 ). Langkah- langkah ini merupakan
bagian dari program pemulihan ekonomi yang disebutkan di dalam LOI pertama,
hasil kesepakatan dengan IMF akhir Oktober 1997. Kemudian setelah dilihat
krisis ekonomi dan depresiasi rupiah tidak mereda, bahkan sebaliknya, pernyataan
Pemerintah untuk tidak menutup bank ini diulangi oleh Presiden pada waktu
mengumumkan garis besar LOI kedua 15 Januari 1998 (Suara Pembaharuan,
16/1/98)
Karena pentingnya peran bank umum dalam memperlancar laju
pertumbuhan ekonomi maka Bank Indonesia perlu melakukan pengawasan secara
xvii
berkesinambungan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia, Bank Indonesia
membuat suatu aturan yang mengatur perbankan di Indonesia yang tercantum
dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), API menegaskan bahwa nantinya
pada tahun 2010 bahwa industri perbankan nasional dibagi menjadi empat
kategori, yaitu Bank Internasional dengan modal Rp 50 trilyun, Bank Nasional
dengan modal minimum sebesar Rp 10 trilyun sampai dengan Rp 50 trilyun, Bank
Fokus dengan modal minimum sebesar Rp 100 milyar sampai dengan Rp 10
trilyun, dan Bank dengan kegiatan terbatas dengan modal kurang dari Rp 100
milyar.
Setelah dilaluinya masa transisi pemenuhan modal secara bertahap, BI
telah mengeluarkan kriteria Bank Berkinerja Baik ( BKB ) dan Bank Jangkar yang
akan diterapkan pada tahun 2008, maka BI diharapkan konsisten dengan peraturan
yang telah dibuatnya bahwa jika pada akhir tahun 2007 masih ada bank dengan
modal dibawah Rp 80 milyar maka bank tersebut harus turun kelas menjadi BPR
atau Bank dengan kegiatan terbatas, hal ini dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat luas terhadap bank yang dinilai kurang sehat.
Persyaratan modal minimum sebesar Rp 80 milyar sampai dengan tahun
2007 dan Rp 100 milyar pada tahun 2010 yang ditetapkan API sebenarnya masih
kecil dibandingkan persyaratan modal minimum bank di negara – negara asia
lainnya, Malaysia misalnya, di Malaysia modal minimumnya sebesar US$ 500
juta atau kurang lebih Rp 4 trilyun, sama dengan persyaratan yang ditetapkan di
Thailand. Sedangkan di Singapura modal minimum yang di syaratkan sebesar US
$ 855 atau setara dengan Rp 7 trilyun, dibandingkan dengan negara – negara
xviii
tersebut sangat jelas Indonesia jauh berada di bawah dan lebih lemah
dibandingkan negara – negara tersebut.
Dari data tahun 2005, Bank Mandiri yang saat ini masih merupakan bank
terbesar di Indonesia hanya menduduki urutan nomor delapan dari 20 bank
terbesar di Asia Tenggara dari sisi aset. Jika dibandingkan dengan 300 bank
terbesar di kawasan Asia Pasifik, maka posisi Bank Mandiri berada di urutan
nomor 103. Sampai saat ini tiga besar bank di Asia Tenggara masih diduduki bank
dari Singapore.(Retnadi, 2000)
Tabel 1 : Bank Terbesar di Indonesia, Asia Tenggara, dan Asia Pasifik 2005.
Sumber:The Asian Banker 2006
Peringkat Aset
di Indonesia
Peringkat Aset di Asia
Tenggara (dari 20 Bank
Terbesar)
Peringkat Aset di Asia
Pasifik (dari 300 Bank
Terbesar)
Bank Mandiri (1) 8 103
Bank BCA (2) 16 158
Bank BNI (3) 18 162
Bank BRI (4) 19 179
DBS Group Singapore 1
United Overseas Bank (UOB)
Singapore
2
Overseas Chinese Banking
Corporation (OCBC) Singapore
3
Mitsubishi UFJ Financial Group
Japan
1
Mizuho Financial Group Japan 2
Sumitomo Mitsui Financial
Group Japan
3
xix
Bank Indonesia berusaha untuk menekan jumlah bank yang cukup banyak,
karena dengan semakin banyaknya bank yang ada dampak kedepannya dapat
menyulitkan Bank Indonesia untuk melakukan pengawasan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terutama mengenai
penerapan Peraturan Bank Indonesia nomor : 7/15/PBI/2005 maka peneliti
menilai perlunya melihat kinerja Bank Swasta khususnya dalam laporan
keuangannya baik Bank Swasta yang modalnya kurang dari Rp 80 milyar maupun
Bank Swasta dengan modal lebih dari Rp 80 Milyar, sehingga permasalahan
dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta
yang bermodal kurang dari Rp 80 milyar dengan Bank Swasta yang bermodal
lebih dari Rp 80 milyar?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja bank swasta
nasional yang sudah memenuhi Peraturan Bank Indonesia dan yang belum
memenuhi Peraturan Bank Indonesia mengenai modal minimum, selain itu
penelitian dilakukan untuk mengetahui kinerja bank swasta sebelum dan sesudah
terpenuhinya modal minimum yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor : 7/15/PBI/2005 dengan
menggunakan rasio CAMELS (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity,
xx
Sensivity to market risk) sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor :
6/10/PBI/2004.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di lakukan agar memberikan manfaat untuk :
1. Bagi Bank Indonesia untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal
terhadap kinerja perbankan.
2. Bagi pihak manajemen bank swasta nasional untuk lebih meningkatkan
kinerjanya
3. Bagi peneliti selanjutnya sebagai informasi untuk penelitian kinerja bank
di Indonesia.
xxi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Peraturan Bank Indonesia
Bank Indonesia mulai berbenah untuk menata kembali perekonomian
terutama di industri perbankan, beberapa kebijaksanaan dikeluarkan diantaranya
tentang besarnya modal minimum yang harus dimiliki oleh suatu bank umum.
Peraturan Bank Indonesia no 7/15/PBI/2005 tentang jumlah modal inti minimum
bank umum mensyaratkan modal minimum sebesar Rp 80 milyar sampai dengan
akhir tahun 2007, dan sebesar Rp 100 milyar sampai dengan akhir tahun 2010.
Ada tiga opsi yang dapat dilakukan para pemilik bank yang modalnya belum
mencapai Rp 80 milyar, yaitu pertama menambah modal dari dana sendiri, kedua
merger dengan bank kecil lainnya, ketiga melepas kepemilikan sahamnya ke
investor lain. Sebagian besar memilih untuk melakukan merger dan sebagian lagi
menjual sahamnya ke investor lain dengan harapan investor yang baru menambah
modalnya. Jika sampai akhir tahun 2007 masih ada bank yang modal
minimumnya belum mencapai 80 milyar maka bank tersebut harus turun kelas
menjadi bank dengan kegiatan terbatas ( BKT ) atau setara dengan BPR. Sudah
pasti para pemilik bank tidak akan rela jika harus down grate karena kegiatan
bank tersebut menjadi sangat terbatas.
Bank yang dengan kegiatan terbatas sudah pasti kegiatan sebagai bank
devisa tidak lagi dapat dilakukan. Selain itu maksimal kredit yang bisa disalurkan
xxii
hanya sebesar Rp 500 juta, dana dari pihak ketiga maksimal 10 kali dari modal
inti bank, dan seluruh kegiatan perbankan hanya dapat dilakukan di kantor pusat,
sehingga kantor cabang yang ada harus tutup.
Tujuan BI dengan kebijaksanaan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah
perbankan nasional. BI juga menggunakan persyaratan modal minimum Rp 80
miliar pada September 2007 dan Rp 100 miliar pada tahun 2010 kepada bank-
bank kecil untuk mempercepat konsolidasi.
Dalam kesempatan terpisah, Deputi Senior Gubernur BI Miranda Swaray
Goeltom mengatakan, sebagian besar bank nasional bisa memenuhi modal
minimum Rp 80 miliar saat penerapan API di akhir 2007. (Suara Karya on line,
12/11/07)
2.1.2 Arsitektur Perbankan Indonesia
Arsitektur Perbankan Indonesia atau disingkat dengan API merupakan
kerangka menyeluruh yang meliputi arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan
Indonesia untuk lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan yang berlandaskan
pada misi dan idquo untuk mencapai suatu sistem perbankan yang kuat,sehat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional (Soedrajad, 2004)
Keberadaan API di dunia perbankan sangat diperlukan mengingat tujuan
dari API adalah membentuk pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu terjadi
karena kredit di industri perbankan sebesar 22 % tiap tahunnya dapat mendorong
meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 5% – 6 % tiap tahunnya. Untuk
xxiii
mencapai sistem perbankan yang kuat,sehat dan efisien diperlukan dukungan yang
kuat di industri perbankan dalam hal permodalannya, dengan modal yang kuat
dapat menyerap potensi resiko kerugian.
Didalam API ditegaskan bahwa pada tahun 2010 industri perbankan
nasional dibagi menjadi empat kategori, yaitu Bank Internasional dengan modal
Rp 50 trilyun, Bank Nasional dengan modal minimum sebesar Rp 10 trilyun
sampai dengan Rp 50 trilyun, Bank Fokus dengan modal minimum sebesar Rp
100 milyar sampai dengan Rp 10 trilyun, dan Bank dengan kegiatan terbatas
dengan modal kurang dari Rp 100 milyar.
2.1.3 Pengukuran Kinerja Bank
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/ PBI/ 2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian kesehatan bank umum di
nilai menggunakan analisis CAMELS mencakup penilaian faktor – faktor berikut
ini
1. Capital
Komponen permodalan merupakan salah satu aspek yang sangat
vital dalam kegiatan operasional bank. Penilaian terhadap faktor modal
meliputi penilaian terhadap komponen kecukupan, komposisi, dan
proyeksi modal serta kemampuan bank dalam mengatasi aset bermasalah,
selain itu kemampuan bank dalam memelihara kebutuhan penambahan
modal dari hasil keuntungan merupakan salah satu faktor dalam menilai
kinerja suatu bank.
xxiv
2. Asset
Penilaian faktor asset meliputi komponen kualitas aktiva produktif,
risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), selain itu kecukupan
kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang internal, sistem dokumentasi,
dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah juga menjadi faktor
pengukuran.
3. Management
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
a. kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko;
b. kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
4. Earning
Penilaian terhadap faktor earning (rentabilitas) meliputi komponen :
a. ROA (Return on Assets).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari
rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh suatu bank.
b. ROE (Return on Equity).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank
dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah
xxv
pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank.
c. NIM (Net Interest Margin).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan
bunga bersih.
d. BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional).
BOP merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank. Biaya operasional
dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban
operasional lainnya.
5. Liquidity
Menunjukkan kemampuan bank untuk mencukupi kebutuhan
jangka pendeknya. Rasio yang digunakan adalah LDR (Loan to Deposit
Ratio). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan
cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah.
xxvi
6. Sensivity to market risk
Menunjukkan kemampuan bank dalam menghadapi kemungkinan
kerugian akibat fluktuasi suku bunga dan nilai tukar.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004
tentang matrik kriteria kesehatan bank, maka kriteria kesehatan bank ditentukan
sebagai berikut :
1. Capital, komponen yang digunakan antara lain :
a. KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)
Dinyatakan baik apabila rasio KPMM lebih tinggi signifikan
dibandingkan dengan rasio KPMM yang telah ditetapkan (8% ≤
KPMM ≤ 9 %)
b. Komposisi Permodalan
Dinyatakan baik apabila tier 1 > 150 % (tier 2 + tier 3)
2. Asset, kompenen yang digunakan antara lain :
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap total aktiva
produktif.
Bank dinyatakan baik apabila rasio sangat rendah atau sangat tidak
signifikan (< 3%).
b. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
Bank dinyatakan baik apabila kebijakan dan prosedur aktiva produktif
sangat memadai dan komprehensif serta diterapkan secara konsisten.
xxvii
c. Dokumentasi aktiva produktif
Dinyatakan baik apabila dokumentasi sangat memadai,lengkap,dan
sangat informasif.
3. Management, komponen yang digunakan antara lain :
a. Manajemen Umum
Manajemen bank dinyatakan baik apabila penerapan manajemen
umum dilaksanakan dengan sangat baik dan konsisten.
b. Penerapan Sistem Manajemen Risiko
Bank dinyatakan baik apabila manajemen mampu secara efektif
mengidentifikasikan dan mengendalikan seluruh resiko bank, baik
yang berasal dari aktivitas dan produk baru maupun kondisi pasar.
c. Prinsip Mengenal Nasabah (KYC)
Diukur dengan seberapa besar kepatuhan bank dan tidak pernah
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan KYC.
4. Earning,komponen yang digunakan antara lain :
a. Return On Asset (ROA)
Dinyakan baik apabila perolehan laba atau rasio ROA berkisar antara
0,5 % sampai dengan 1,25 %.
b. Return On Equity (ROE)
Bank dinyatakan baik apabila rasio ROE berkisar 5% sampai dengan
12,5%.
xxviii
c. Net Interest Margin (NIM)
Bank dinyatakan baik apabila rasio NIM berkisar antara 1,5% sampai
dengan 2%.
d. Biaya Operasional (BOPO)
Bank dinyatakan baik apabila rasio BOPO berkisar antara 94% sampai
dengan 96%.
5. Liquiditas,komponen yang digunakan antara lain :
a. Loan Deposit Ratio (LDR)
Bank dinyatakan baik apabila rasio berkisar antara 50% sampai dengan
85%.
b. Kemampuan bank untuk dapat mengakses pasar uang, pasar modal dan
sumber pendanaan lainnya.
Bank dinyatakan baik apabila mempunyai track record yang baik dan
mudah dalam mengakses pasar uang,pasar modal dan sumber
pendanaan lainnya.
6. Sensivity to Market Risk, komponen yang digunakan :
a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku
bunga dibandingkan potensial loss suku bunga.
Bank dinyakankan baik apabila bank tersebut mampu memiliki resiko
yang sangat rendah terhadap pergerakan suku bunga.
b. Efektifitas pelaksanaan pengendalian intern terhadap eksposur resiko
pasar.
xxix
Bank dinyatakan baik apabila penerapan pengendalian intern sangat
baik, komprehensif dan sesuai dengan ukuran bank.
2.2 Perumusan Hipotesis
Mulai bulan September 2007 bank - bank yang modalnya masih kecil
mulai berlomba untuk menambah modalnya,jika sampai batas waktu yang telah
ditentukan bank - bank dengan modal mini tersebut tidak tercukupi maka bank -
bank ini harus rela turun kelas. Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh para pemilik
bank yang modalnya masih kecil, karena menyangkut nama baik bank tersebut.
Bank dapat menambahkan modalnya dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Peleburan Bank ( konsolidasi ) dan Penggabungan Bank ( merger )
Peleburan bank adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan melikuidasi bank – bank yang ada.
Penggabungan bank adalah menyatukan dua bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu bank dan melikuidasi bank lainnya.
Dua cara ini dilakukan oleh sebagian besar pihak manajemen karena
dengan dilakukannya merger atau konsolidasi selain bank tersebut memperoleh
tambahan modal, bank tersebut juga akan memperoleh kepercayaan yang lebih
besar dari masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap bank sangat penting
karena dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank maka
meningkat pula minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank tersebut.
xxx
2. Menambah modal sendiri
Cara yang kedua ini jarang dilakukan, dikarenakan selain dibutuhkan dana yang
besar hal ini oleh beberapa pihak dinilai sangat beresiko dan berspekulasi.
Penambahan modal sendiri memang lebih mudah dari pada dengan cara merger
atau konsolidasi, namun hal ini kurang menambah rasa percaya masyarakat
terhadap bank bersangkutan.
Peneliti menduga bahwa ada kemungkinan bank yang bermodal lebih dari
Rp 80 Milyar belum tentu lebih baik dari bank yang bermodal kurang dari Rp 80
Milyar karena belum tentu bank yang bermodal besar mampu mengatur
keuangannya dengan baik, dugaan ini berdasarkan dari laba rugi yang diperoleh
suatu bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Ventje (1993) membandingkan tingkat
efisiensi di industri perbankan di Indonesia yang terdiri dari: Bank Asing, Bank
Publik, Bank Pemerintah, dan Bank Swasta. Dari hasil penelitiannya
membuktikan bahwa tingkat efisiensi Bank Pemerintah dan Bank Swasta secara
keseluruhan berada dibawah rata-rata seluruh bank, untuk tingkat perputaran
aktiva bank swasta mempunyai tingkat perputaran yang paling tinggi, sedangkan
bank pemerintah berada pada posisi yang paling rendah diantara keempat
kelompok bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ventje membuktikan
bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat efisiensi pada kelompok bank
pemerintah adalah rendahnya aset turn over, sedangkan pada bank swasta adalah
rendahnya profit margin, sehingga untuk bank pemerintah perlu meningkatkan
aset turn over dengan meningkatkan pendapatan bank dan perlu dilakukan analisis
xxxi
mendalam terhadap program investasi aktiva yang tidak produtif, sedangkan
untuk bank swasta perlu meningkatkan pendapatan dan diimbangi dengan biaya
operasional yang lebih rendah.
Dyah (2001) melakukan penelitian tentang dampak merger horisontal
terhadap efisiensi industri bank di Indonesia. Penelitian ini membuktikan bahwa
merger horisontal tidak bermanfaat signifikan untuk meningkatkan efisiensi
industri bank di Indonesia, sehingga perlu dipertimbangkan lebih mendalam
mengenai merger sebagai salah satu usaha menyehatkan industri bank. Walaupun
tetap merger hendaklah pasangan merger harus dalam kondisi yang baik sehingga
dapat menutup kekurangan pasangan mergernya. Dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa merger bukan merupakan usaha menggabungkan bank yang dalam kondisi
buruk namun untuk meningkatkan kinerja bank.
Goeltom dan Jasmine (1992) melakukan penelitian terhadap 45 bank di
Indonesia dengan menggunakan pendekatan biaya frontier dan dilaporkan terjadi
penurunan inefisiensi antara sebelum dan sesudah deregulasi 1988 yaitu dari
30,47 % menjadi 33,55 % berarti ada dampak positif. Sampel yang dipergunakan
dalam penelitian tersebut berdasarkan pada kelompok rata-rata total aset bank, di
ketahui bahwa bank dengan kondisi aset kecil relatif lebih efisien daripada bank
dengan aset yang besar.
Pada tahun 2002 Titik dan Hekinus melakukan penelitian bank-bank
bermasalah yang ada di Indonesia dan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
variabel ROA dan rasio kredit terhadap dana yang diterima mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan bank. Ada dua macam kegagalan yang terjadi (1)
xxxii
kegagalan ekonomi yaitu kegagalan yang dikaitkan dengan ketidakseimbangan
antara pendapatan dan pengeluaran, (2) kegagalan keuangan yaitu kegagalan yang
terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kewajiban pada waktu jatuh
tempo meskipun aktiva totalnya melebihi kewajibannya.
Penelitian yang menguji tentang regulasi yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia pernah dilakukan oleh Rahmawati (2006) dengan memberikan bukti
bahwa regulasi perbankan yang ketat, asimetri informasi dan interaksi keduanya
memotivasi manajer perbankan sebagai industri yang teregulasi untuk melakukan
manajemen laba. Tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer
perbankan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah regulasi
perbankan tentang tingkat kesehatan, regulasi perbankan tentang kehati-hatian
serta adanya asimetri informasi yang merupakan peluang untuk dapat melakukan
manajemen laba.
Lilis dan Ainun (2001) meneliti tentang kesehatan perbankan di Indonesia
dengan menggunakan rasio CAMEL, dari 7 rasio yang ada hanya 4 yang
digunakan,karena adanya keterbatasan data laporan keuangan publikasi yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Rasio yang digunakan yaitu CAR, ROA, ROE
dan LDR.
Penelitian kinerja perbankan dengan menggunakan rasio CAMEL pernah
dilakukan oleh Payamta dan Machfoedz (1999) dimana perusahaan perbankan
yang diteliti adalah bank sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik di
Bursa Efek Jakarta. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan
kinerja bank yang signifikan untuk tahun – tahun sebelum dan sesudah IPO,
xxxiii
meskipun rasio CAR, RORA, dan CML menunjukkan adanya perbedaan kinerja
yang signifikan untuk tahun – tahun sebelum dan sesudah IPO.
Wilopo (2001) melakukan penelitian tentang prediksi kebangkrutan bank
dengan menggunakan rasio CAMEL dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebangkrutan atas bank-bank yang dilikuidasi pada November 1997 dan Maret
1999 disebabkan oleh adanya pelanggaran batas pemberian kredit suatu bank dan
tingginya biaya operasi, selain itu keputusan likuidasi bank terjadi pada bank-
bank yang seharusnya tidak dilikuidasi.
Toto (2006) dengan menggunakan analisis CAMEL meneliti perbedaan
kinerja bank sebelum dan sesudah fit and proper test dengan mengambil sampel
bank swasta nasional devisa yang ada di Indonesia berdasarkan data dari tahun
1994 sampai tahun 1996 dan tahun 2000 sampai tahun 2002. Hasil pengujian
menunjukkan kinerja bank umum swasta nasional devisa tidak berbeda secara
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan fit and proper test, meskipun beberapa
rasio CAMEL yaitu NCMR dan LDR berbeda secara signifikan sebelum dan
sesudah fit and proper test atau lebih baik sesudah dilakukan fit and proper test.
Di lihat dari sisi manajemen, manajemen bank masih sangat hati-hati dalam
mengelola bank, sehingga perolehan laba bank belum maksimal. Hal ini tercermin
dari tidak adanya perbedaan dalam CAR, RORA, NPM, ROA dan BOPO sebelum
dan sesudah fit and proper test.
xxxiv
Berdasarkan teori dan penelitian di atas maka hipotesis yang diambil
sebagai berikut :
Ha1 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel KPMM.
Ha2 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel komposisi permodalan.
Ha3 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel ROA.
Ha4 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel ROE.
Ha5 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel NIM.
Ha6 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel BOPO.
Ha7 : terdapat perbedaan kinerja Bank Swasta yang telah memenuhi dan
yang belum memenuhi peraturan tentang modal minimum bank
berdasarkan variabel LDR.
xxxv
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
tahunan bank swasta nasional yang ada di Indonesia, dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2007 dengan membedakan berdasarkan modal yang dimilikinya.
Data laporan keuangan pada tahun 2005 sebanyak 62 laporan keuangan tahunan,
pada tahun 2006 sebanyak 56 laporan keuangan, dan pada tahun 2007 sebanyak
53, sehingga total keseluruhan terdapat 171 laporan keuangan tahunan.
Tabel 2 : data laporan keuangan tahunan bank dengan modal di atas dan
dibawah modal minimum.
Tahun 2005 (per Des 05)
Tahun 2006 (per Des 06)
Tahun 2007 (per Des 07)
Di bawah Rp 80 M 26 19 4
Di atas Rp 80 M 36 37 49
sumber: www.bi.go.id
Dari data tersebut, tercatat sebanyak 22 bank yang mengalami kenaikan
modal dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, 6 bank diantaranya merger
sehingga ada 16 bank yang telah berhasil menaikkan modalnya menjadi Rp 80
Milyar.
xxxvi
Tabel 3. Data bank yang berhasil menaikkan modal.
Nama Bank Modal sebelum bertambah (dalam jutaan rupiah)
Modal sesudah bertambah (dalam jutaan rupiah)
PT Bank Akita 79,077 87,200
PT Bank Artos Indonesia 27.276 82,840
PT Bank Bisnis Internasional
28,491 80,393
PT Bank Fama Internasional
38,820 81,309
PT Bank Harda Internasional
78,047 81,337
PT Bank IFI 59,745 121,682
PT Bank Ina Perdana 25,233 82,795
PT Bank Indek Selindo 64,039 95,657
PT Bank Indomonex 23,363 151,249
PT Bank Mayora 29,330 81,495
PT Bank Multi Arta Sentosa
37,592 96,818
PT Bank Purba Danarta 20,629 83,882
PT Bank Royal Indonesia 19,716 101,664
PT Bank UIB 75,789 89,219
PT Liman Internasional Bank
70,459 80,556
PT Prima Master Bank 35,659 82,176
sumber : www.bi.go.id
xxxvii
3.2 Penarikan Sampel
Dalam melakukan pengambilan sampling peneliti menggunakan metode
purposive sampling dengan membuat batasan untuk memilih bank-bank yang
akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu :
1. laporan keuangan tahunan bank Swasta Nasional Devisa dan bank Swasta
Nasional Non Devisa dengan modal kurang dari Rp 80 Milyar,
2. laporan keuangan tahunan bank Swasta Nasional Devisa dan bank Swasta
Nasional Non Devisa dengan modal lebih dari Rp 80 Milyar,
3. laporan keuangan tahunan yang di publikasikan dari tahun 2005 – 2007.
Penelitian ini lebih menitikberatkan pada bank swasta karena bank
pemerintah telah memenuhi syarat yang diwajibkan oleh Bank Indonesia tentang
modal minimum sebesar Rp 80 Milyar, sedangkan bank swasta masih ada
beberapa bank yang belum memenuhi syarat tersebut dan akan dilihat apakah
bank dengan modal diatas modal minimum yang disyaratkan lebih baik dari pada
bank dengan modal yang belum memenuhi syarat tersebut. Penelitian yang
dilakukan ini lebih memfokuskan pada bank swasta karena sampai saat ini masih
ada beberapa bank yang belum memenuhi persyaratan tentang modal minimum
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, sedangkan untuk bank pemerintah
sudah keseluruhan memenuhi persyaratan tersebut. Peneliti menggunakan tahun
2005 sampai dengan tahun 2007 dikarenakan peraturan tersebut mulai berlaku
tahun 2005.
Populasi yang digunakan sebanyak 171 laporan keuangan dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2007, setelah dilakukan pembuangan data outlier dari 49
xxxviii
laporan keuangan tahunan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 berdasarkan
modal di bawah Rp 80 Milyar, maka diperoleh sample laporan keuangan tahunan
sebanyak 21 laporan keuangan, sedangkan dari data 122 laporan keuangan
tahunan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 berdasarkan modal di atas Rp
80 Milyar sebanyak 65 laporan keuangan tahunan yang dapat dipergunakan
sebagai sample dalam penilitian ini, sehingga total sample yang digunakan
sebanyak 86 laporan keuangan perbankan periode tahunan.
3.3 Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan analisis CAMELS berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia No 6/10/ PBI/ 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, yang terdiri dari capital (modal), asset (aset), management (menejemen),
earning (rentabilitas), liquiditas (likuiditas), sensivity to market risk (sensivitas
terhadap resiko pasar) namun peneliti membatasi hanya tiga komponen yaitu
capital, earning, liquiditas karena dengan menggunakan tiga variabel ini sudah
dapat mewakili pengukuran kinerja berdasarkan modal yang dimiliki, hal ini sama
dengan yang dilakukan oleh Toto Warsoko dalam penelitiannya yang hanya
menggunakan variabel CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, NCMR, LDR untuk
menguji kinerja bank sesudah dilakukan fit and proper test lebih baik dengan
sebelum dilakukan fit and proper test.
xxxix
3.4 Metode Pengumpulan Data
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam melakukan suatu
penelitian. Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan data
sekunder yang berupa laporan keuangan perbankkan yang telah dipublikasikan
dan dapat diperoleh di www.bi.go.id yang merupakan laporan keuangan
perbankkan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa laporan yang telah diaudit membuktikan bahwa
laporan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
3.5 Teknik Analisis
Dari data yang terkumpul tersebut peneliti melakukan uji statistik dengan
menggunakan t- tes,dengan langkah berikut ini
1. menghitung variabel CAMELS,
2. mengelompokkan data bank dengan modal di atas Rp 80 milyar dan di
bawah Rp 80 milyar dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007,
3. mengeluarkan data outlier dengan mendasarkan pada ketentuan
menghilangkan data yang berada di atas batas atas dan data yang di
bawah batas bawah,
4. melakukan uji normalitas,
5. melakukan uji hipotesis dengan menggunakan t-tes berdasarkan pada uji
outlier yang dilakukan sebelumnya.
xl
3.6 Variabel Penelitian
Berdasarkan CAMELS, peneliti menggunakan 3 variabel yaitu capital,
equity, dan liquiditas.
1. Capital
Peneliti dalam melakukan penelitian terhadap struktur modal
menggunakan komponen :
a. KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) yaitu modal di
bandingkan dengan aktiva tertimbang menurut risiko.
b. Komposisi permodalan yaitu komponen modal inti dibandingkan
komponen modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan.
2. Earning
Penilaian faktor earning (rentabilitas) menggunakan komponen sebagai
berikut :
a. ROA (return on Asset) yaitu perbandingan laba sebelum pajak
dengan rata-rata total aset.
b. ROE (return on Equity) yaitu perbandingan laba setelah pajak
dengan modal inti.
c. NIM (net interest margin) yaitu perbandingan pendapatan bunga
bersih dengan rata – rata aktiva produktif.
d. BOPO (biaya operasional) yaitu perbandingan total beban biaya
opersional total pendapatan operasional.
xli
3. Liquiditas
Penilaian faktor liquiditas menggunakan komponen loan deposit ratio
(LDR) yaitu besarnya ratio kredit yang diberikan terhadap dana pihak
ketiga yang diterima.
xlii
BAB IV
ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Data
4.1.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4. Statistik Deskriptif seluruh bank (tahun 2005 – 2007)
Mean Maximum Minimum Std. Deviasi
KPMM 0,1984 0,44 0,09 0,07762
Komposisi Permodalan 11,9429 60,87 1,03 9,74513
ROA 0,0940 0,24 -0,01 0,05797
ROE 0,6912 1,69 -0,09 0,39422
NIM 0,3612 0,61 0,21 0,08443
BOPO 57,2892 121,39 0,69 34,71844
LDR 0,8067 1,18 0,55 0,15155
Tabel di atas menyajikan ringkasan statistik deskriptif secara keseluruhan
untuk setiap rasio yang digunakan dalam penelitian. KPMM memiliki nilai mean
dan standar deviasi sebesar 0,1984 dan 0,07762 serta nilai maksimum dan
minimum sebesar 0,44 dan 0,09. KPMM merupakan komponen dalam penilaian
kinerja perbankan yang mengukur seberapa besar kemampuan bank menyediakan
modal minimumnya. Besarnya KPMM yang ditentukan sebesar 8% - 9 %.Bank
yang mampu menyediakan modal minumumnya lebih besar secara signifikan dari
xliii
KPMM yang ditentukan maka bank tersebut bisa dikategorikan bank dengan
kinerja yang baik berdasarkan KPMM.
Mean dan standar deviasi komposisi permodalan sebesar 11,9429 dan
9,74513 serta nilai maksimum dan minimum sebesar 60,87 dan 1,03. Komposisi
permodalan bank terdiri dari tier I yang merupakan modal inti, tier II yaitu modal
pelengkap dan tier III yang merupakan modal pelengkap tambahan. Bank
dikatakan berkineja baik berdasarkan komponen permodalan apabila tier I lebih
besar 150 % dari tier II ditambah dengan tier III.
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan yang diperoleh dari aset adalah diukur dengan rasio
ROA. Dari hasil uji statistik menunjukkan nilai mean dan standar deviasi sebesar
0,0940 dan 0,05797 dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 0,24 dan -
0,01. Semakin besar nilai ROA yang dimiliki, maka akan semakin kecil tingkat
risiko bank mengalami masalah terutama yang mengakibatkan kebangkrutan.
ROE digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa efektif perbankan
menggunakan modal yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Nilai mean
sebesar 0,6912 serta standar deviasi sebesar 0,39422 dengan nilai maksimum dan
minimum sebesar 1,69 dan -0,09.
Untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif
untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih maka digunakan rasio NIM. Mean
dan standar deviasi NIM sebesar 0,3612 dan 0,08443 serta nilai maksimum dan
minimum sebesar 0,61 dan 0,21. Makin besar nilai NIM maka makin baik kondisi
xliv
bank sehingga kemungkinan bank bermasalah akan semakin kecil. Pendapatan
bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.
Sedangkan untuk mengukur efisiensi bank dalam mengendalikan biaya
opersional menggunakan BOPO yang diukur dengan membandingkan antara
biaya operasional dan pendapatan operasional. Biaya operasional termasuk di
dalamnya biaya bunga dan biaya operasional lainnya. Mean dan standar deviasi
sebesar 57,2892 dan 34,71844 serta nilai maksimum dan minimum sebesar 121,39
dan 0,69. Semakin kecil nilai mean, maka bank akan semakin bagus dalam
mengendalikan biaya operasional perusahaan. Ini perlu dicermati oleh manajemen
agar bank tidak mengalami masalah dan dengan efektifnya kendali biaya
operasional maka keuntungan bank juga akan lebih tinggi.
LDR digunakan untuk menilai rasio likuiditas bank yaitu dengan
membandingkan total kredit dengan total dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga
termasuk giro, tabungan, deposito, dan simpanan berjangka. Nilai mean serta
deviasi standar sebesar 0,8067 dan 0,15155 dengan nilai maksimum dan minimum
sebesar 1,18 dan 0,55. Dari nilai LDR bank memiliki likuiditas yang rendah
sehingga dengan melihat LDR ini maka bank harus lebih berhati-hati dalam
mengambil kredit dan harus dapat menarik nasabah untuk menyimpan dana lebih
banyak ke bank agar dana pihak ketiga semakin besar. Sehingga dengan begitu
bank tidak akan kesulitan dalam likuiditasnya.
xlv
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Pembahasan Pengujian Terhadap Kinerja Bank Swasta yang Telah
Memenuhi dan yang Belum Memenuhi Peraturan Tentang Modal Minimum
Bank.
Tabel 5. Pengujian Terhadap seluruh Bank (Tahun 2005-2007)
Nilai T Probabilitas Keterangan
KPMM 0,260 0,795 Ha ditolak
Komposisi Permodalan 2,896 ***0,005 Ha diterima
ROA -1,589 0,116 Ha ditolak
ROE -2,108
**0,038 Ha diterima
NIM 3,624 *0,000 Ha diterima
BOPO -22,989
*0,000
Ha diterima
LDR 1,090 0,279 Ha ditolak
Keterangan :
* Signifikan pada α = 1 %
** Signifikan pada α = 5 %
*** Signifikan pada α = 10 % 4.2.1.1 Kecukupan Pemenuhan KPMM terhadap Ketentuan yang Berlaku
(tahun 2005 – 2007).
KPMM merupakan faktor penting bagi bank sebagai upaya untuk
mengembangkan suatu usaha dan sarana untuk mengatasi saat terjadi krisis atau
resiko kerugian. KPMM didasarkan pada resiko dalam arti luas, baik aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif seperti yang
xlvi
terlihat pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen yang disediakan pada pihak
ketiga.
Hasil uji t berdasarkan data dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
menunjukkan nilai t sebesar 0,260 dengan tingkat signifikansi 5 % dan nilai
probabilitas sebesar 0,795 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 ini berarti
antara bank yang sudah terpenuhi modal minimumnya dengan bank yang belum
terpenuhi modal minimumnya tidak terdapat perbedaan. Semakin tinggi modal
bank, maka risiko yang harus ditanggung oleh bank akan semakin rendah,
sehingga risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham akan semakin kecil.
4.2.1.2 Komposisi Permodalan (tahun 2005 – 2007)
Komposisi permodalan merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan operasional suatu bank, permodalan berfungsi untuk memonitor dan
mencegah terjadinya insolvensi baik yang sifatnya sementara maupun sistemik.
Komposisi permodalan diperoleh dari modal inti (Tier 1), dibandingkan
dengan modal pelengkap (Tier 2) , dan modal pelengkap tambahan (Tier 3) yang
berpedoman pada ketentuan BI. Dari hasil uji T-Test berdasarkan data 3 tahun
komposisi permodalan menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.005 dan nilai t
2,896 dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dimana nilai probabilitas <
tingkat signifikansi, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara bank
yang modalnya diatas manimum dengan yang dibawah minimum. Bank dengan
modal yang lebih besar tentunya akan lebih mampu mengembankan usahanya.
xlvii
4.2.1.3 ROA (return on asset) tahun 2005 – 2007
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh
laba berdasarkan aset yang dimiliki,dari data yang terkumpul, tidak semua bank
dengan modal di atas Rp 80 milyar memperoleh laba, bahkan beberapa bank
dengan modal di bawah Rp 80 milyar memperoleh laba lebih besar. Berdasarkan
ketentuan BI, bank di kategorikan mampu memperoleh laba cukup tinggi apabila
laba yang diperolehnya minimum berkisar antara 0,5% sampai dengan 1,25 %.
Dari uji t yang dilakukan untuk data selama 3 tahun, menunjukkan nilai
probabilitas sebesar 0,116, dimana nilai probabilitas sebesar 0,116 > 0,05 (tingkat
signifikan) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara bank di bawah
modal minimum dengan bank di atas modal minimum yang ditetapkan oleh BI.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba tidak
hanya berdasarkan pada besarnya modal yang dimiliknya.
4.2.1.4 ROE (return on equity) tahun 2005 - 2007
ROE merupakan alat ukur untuk mengetahui seberapa efektif perbankan
menggunakan modal yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tentang pengukuran kinerja
perbankan berdasarkan CAMELS, bank dikatakan mampu menggunakan
modalnya secara efektif apabila mampu memperoleh laba minimal 5% sampai
dengan 12,5 %. Berdasarkan hasil uji t dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
diperoleh nilai t sebesar -2,108 dan nilai probabilitas sebesar 0,038, sehingga nilai
probabilitas < dari tingkat signifikan sebesar 5 %, hal ini menunjukkan bahwa ada
xlviii
perbedaan antara bank dengan modal di bawah modal minimum yang ditetapkan
dengan bank di atas modal minumum yaitu Rp 80 milyar.
4.2.1.5 NIM (net interest margin) tahun 2005 – 2007.
NIM berguna untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva
produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Berdasarkan peraturan
BI, net interest margin dihitung dengan membandingkan pendapatan bunga bersih
dengan rata-rata aktiva produktif. Hasil T-test dengan data dari tahun 2005
sampai tahun 2007 menunjukkan bahwa nilai probabilitas NIM sebesar 0.00,
sehingga nilai probabiltas sebesar 0,00 < 0,01 (tingkat signifikan) hal ini berarti
bahwa terdapat perbedaan baik bank dengan modal di atas modal minimum
maupun dengan modal di bawah modal minimum. Hal ini menunjukkan bahwa
bank dengan modal besar mampu mengelola aktiva produktifnya untuk
mengahasilkan pendapatan bunga bersih lebih baik dari pada bank dengan modal
yang relatif lebih kecil.
4.2.1.6 BOPO (Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan
Operasional) tahun 2005 – 2007.
BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional, semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank.
xlix
Bank dikatakan mempunyai tingkat efisiensi yang baik apabila bank
mampu untuk menjaga rasio BOPOnya minimal berkisar antara 94 % sampai
dengan 96 %. BOPO diukur dengan membandingkan antara total beban
operasional dengan total pendapatan operasional, dari laporan keuangan yang
diteliti dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara bank dengan modal di atas modal minimum maupun di bawah
modal minimum, hal tersebut terlihat dari hasil T-test yang menunjukkan nilai
probabilitas 0,00 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,01.
4.2.1.7 LDR (loan to deposit ratio) tahun 2005 – 2007.
LDR merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk menilai tingkat
likuiditas bank yaitu dengan membandingkan total kredit dengan total dana pihak
ketiga yang terdiri diantaranya dari giro, tabungan, deposito, dan simpanan
berjangka. Bank dikatakan sangat likuid apabila LDR nya 50% < ratio ≤ 75%.
Dari hasil uji T menunjukkan nilai t sebesar 1,090 dan nilai probabilitas sebesar
0,279, nilai probabilitas tersebut > dari tingkat signifikan 10 % ,sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antar bank berdasarkan
jumlah modal yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas
bank tidak didasarkan pada besarnya modal yang dimiliki.
l
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut :
1) Pengujian terhadap laporan keuangan bank swasta dari tahun 2005 – 2007
menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada komponen KPMM antara bank
dengan modal di bawah modal minimum dan bank dengan modal di atas modal
minimum, 2) pengujian yang dilakukan berdasarkan pada komposisi permodalan
antara bank dengan modal di bawah modal minimum dan bank dengan modal di
atas modal minimum, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan, hal ini berarti
bahwa besarnya komposisi permodalan mempengaruhi kinerja suatu bank, 3)
pada komponen ROA untuk pengujian yang dilakukan dengan menggunakan data
dari tahun 2005 – 2007 antara bank dengan modal di bawah modal minimum dan
bank dengan modal di atas modal minimum, menunjukkan bahwa bank dengan
modal besar maupun modal kecil tidak memiliki perbedaan dalam kemampuannya
memperoleh laba berdasarkan aset yang dimilikinya, 4) hasil pengujian dari tahun
2005 – 2006 menunjukkan terdapat perbedaan pada komponen ROE antara bank
dengan modal di bawah modal minimum dan bank dengan modal di atas modal
minimum, hasil ini menunjukkan besarnya modal mempengaruhi seberapa
efektifnya perbankan menggunakan modal yang dimiliki untuk memperoleh
keuntungan, 5) pada komponen NIM menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
antara bank dengan modal di atas modal minimum dan bank dengan modal di
li
bawah modal minimum, hal ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola
aktiva produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih lebih baik bagi
bank yang memiliki modal yang lebih besar, 6) hasil pengujian dengan data dari
tahun 2005 – 2007 menunjukkan terdapat perbedaan pada komponen BOPO
antara bank dengan modal di atas modal minimum dan bank dengan modal di
bawah modal minimum, hal ini memberikan arti bahwa kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional
terpengaruh dari besarnya modal yang dimiliki, 7) untuk komponen LDR dari
hasil pengujian dengan data dari tahun 2005- 2007 menunjukkan tidak terdapat
perbedaan pada komponen LDR antara bank dengan modal di atas maupun bank
dengan modal di bawah modal minimum, hal ini berarti bahwa tingkat likuiditas
suatu bank tidak terpengaruh terhadap besarnya modal yang dimiliki.
5.2 Keterbatasan
Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
Kurangnya literatur yang mendukung penelitian, hal ini di karenakan
masih terbatasnya penelitian tentang modal minimum perbankan.
Penggunaan komponen penelitian yang terbatas pada data yang bersifat
kuantitatif
5.3 Saran
Untuk peneliti selanjutnya akan lebih baik apabila selain menggunakan
data kuantitatif juga menggunakan data kualitatif.
lii
Akan lebih akurat lagi apabila peneliti selanjutnya dapat menemukan
literatur sejenis yang dapat mendukung penelitian.
liii
DAFTAR PUSTAKA
Aryati, Titik dan Manao, Hekinus.2002. Rasio Keuangan sebagai Prediktor Bank
Bermasalah di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Douglas W, Diamond dan Raghuram G, Rajan. A Theory of Bank Capital.
University of Chicago Febryani, Anita dan Zulfadin, Rahadian. 2003. Analisa Kinerja Bank Devisa dan
Bank Non Devisa di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4
Goeltom dan Jasmine. 1992. Perbandingan Tingkat Inefisiensi Sebelum dan
Sesudah Deregulasi 1988 Berdasarkan Pendekatan Biaya Frontier Ilat,Ventje.1993. Perbandingan Tingkat Efisiensi pada Industri Perbankan di
Indonesia. Tesis Pascasarjana Universitas Gajahmada.Yogyakarta Iskandar, Tofik. 2006. Paket Kebijakkan Perbankan Jogiyanto. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman –
Pengalaman Nirmalawati, Dyah. 2001. Dampak Merger Horisontal antar Bank terhadap
Efisiensi Industri Bank di Indonesia. Tesis Pascasarjana Universitas Gajahmada Yogyakarta
Payamta, M, Machfoedz. 1999. Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum
dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di BEJ. Kelola, No.20/VII. Republika online, 5 Desember 2007. Dua puluh Bank telah Serahkan Action Plan Retnadi, Djoko. 2006. Tiga Bank Terbesar di Asia Tenggara Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP. Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Subagyo dan Fatmawati, Sri. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Setiawati, Lilis dan Na’im, Ainun. 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and Earning Management in Banking Industry. Gajah Mada
International Journal of Business Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17
liv
Kontan, 28 November 2007. Modal Minimum Perbankkan (1) --------, 29 November 2007. Modal Minimum Perbankkan (2) Kompas on line, Paket Kebijaksanaan Ekonomi
Peraturan Bank Indonesia No 7/15/PBI/2005. Tentang jumlah modal inti minimum Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004. Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatah Bank Umum
Rahmawati, (2006). Pengaruh Asimetri Informasi Pada Hubungan Antara Regulasi Perbankan Dan Manajemen Laba Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Saham. Jurnal Akuntansi dan Bisnis 6: 41 - 54
Soedrajat, (2004). Sistem Keuangan dalam rangka Membantu Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sugiarto, Agus. Mengapa modal minimum bank harus Rp 100 milyar Suara Karya on line 12/11/07, Penerapan Modal Minimum
The Asian Banker 2006. Bank Terbesar di Indonesia, Asia Tenggara, Asia Pasifik 2005
Voice, LippoBank, 2005. Mensikapi Peraturan BI mengenai Modal Perbankan Warsoko, Toto, (2006). Perbedaan Kinerja Bank Sebelum dan Sesudah Fit and
Proper Test. Artikel Pendidikan Network Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bahasa Indonesia Wilopo, (2001). Prediksi Kebangkrutan Bank. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4
(2): 184 - 198 www.bi.go.id. Bank dengan Modal di bawah Rp 80 milyar Juni 2007