Konsep Continuum Sungai Ke Mencapai Upper Stream Neotropical Montane
PERBAIKAN VALUE STREAM PADA PROSES …... · Pada studi tentang usulan perbaikan Value Stream...
Transcript of PERBAIKAN VALUE STREAM PADA PROSES …... · Pada studi tentang usulan perbaikan Value Stream...
IV-1
PERBAIKAN VALUE STREAM PADA PROSES PRODUKSI KERETA KELAS EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN LEAN PROJECT (Studi Kasus: PT INKA, Madiun)
Skripsi
o
AGWINARDANU LAKSONO I1305017
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
IV-2
BAB I PENDAHULUAN
Pada studi tentang usulan perbaikan Value Stream dengan menggunakan
pendekatan Lean Project pada proses produksi kereta kelas ekonomi (K3) di PT
Industri Kereta Api (Persero), sistematika penulisan dibagi menjadi latar
belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, asumsi
penelitian dan sistematika penulisan.
1.1 LATAR BELAKANG
PT. Industri Kereta Api (Persero) adalah perusahaan yang bersifat make to
order dengan menggunakan outsourcing (karyawan dengan sistem kontrak) dan
merupakan perusahaan satu-satunya di Indonesia yang memproduksi berbagai
jenis kereta. Hasil produksinya selama ini untuk memenuhi pemesanan PT. Kereta
Api Indonesia dan juga untuk memenuhi permintaan kereta di luar negeri.
Produksi kereta di dalam INKA berdasarkan order kerja yang diturunkan setelah
terjadi kesepakatan antara konsumen dengan pihak perusahaan.
Order-order yang diterima oleh perusahaan dapat disebut sebagai proyek
yang akan dikerjakan, karena order-order yang diterima mempunyai batasan
waktu pengerjaannya seperti proyek-proyek pada umumnya. Proyek-proyek yang
dikerjakan harus selesai sebelum waktu yang telah ditentukan. Jika proyek
melebihi batas waktu tersebut, maka perusahaan dipastikan mendapat penalty dari
pihak konsumen.
Di dalam proses produksi pengerjaan proyek, dapat dibagi menjadi 2 (dua)
bagian yaitu bagian fabrikasi dan finishing. Bagian fabrikasi meliputi detail part
manufacturing (DPM), minor assy, sub assy dan carbody assy. Sedangkan di
bagian finishing meliputi kegiatan yang dilakukan setelah body kereta sudah jadi,
kegiatan tersebut seperti pengecatan dan pemasangan interior dalam kereta. Di
bagian DPM pengerjaan meliputi pemotongan, pembentukan, drilling, grinding
dan inspeksi. Di bagian ini kegiatan mencakup part-part dari beberapa jumlah
kereta. Setelah material masuk ke minor assy, kegiatan akan berlangsung satu per
satu kereta atau dengan sistem lot sampai dengan kegiatan yang terakhir.
IV-3
Dalam pelaksanaan proyek seringkali terjadi waste (pemborosan)
menunggu, tetapi pihak perusahaan belum memperhatikan keadaan waste
tersebut. Pentingnya dilakukan identifikasi waste menunggu adalah agar
perusahaan mengetahui langkah-langkah selanjutnya untuk meminimasi waste
menunggu tersebut. Jika waste menunggu tersebut tidak segera diminimasi, maka
perusahaan dapat dipastikan akan mengalami kerugian secara langsung.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan, banyak
kegiatan yang terdapat waste menunggu saat proses produksi proyek Kereta
Ekonomi berlangsung. Sebagai contoh di bagian pengecatan banyak kegiatan
sebelumnya belum selesai, sehingga kegiatan selanjutnya diharuskan menunggu
sampai selesainya kegiatan tersebut.
Kerugian yang disebabkan oleh waste disetiap kegiatan dalam proses
produksi secara langsung dapat berupa waktu, semakin panjang waktu yang
digunakan, maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Apalagi kegiatan
tersebut termasuk kegiatan yang tidak dapat ditunda waktu pengerjaanya atau
kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis. Identifikasi dan pemetaan waste
pada setiap kegiatan tersebut akan membantu langkah selanjutnya untuk
memperbaiki Value Stream yang ada dalam Big Picture mapping. Value Stream
adalah aliran material di dalam perusahaan. Sedangkan Big Picture mapping
adalah visualisasi aliran proses, hubungan antara aliran fisik, lead time proses,
serta dapat menunjukkan dimana terdapat waste.
Lean adalah suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan waste dan
meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang atau jasa) agar
memberikan nilai kepelanggan (customer value) (Hines dan Taylor, 2000).
Sedangkan Lean Project adalah sebuah sistem produksi yang bersifat temporer
dari suatu proyek atau order yang disusun untuk menghasilkan produk yang
memaksimalkan nilai dan meminimalkan waste (Leach, 2008). Penelitian ini
berusaha menerapkan konsep Lean Project pada proyek kereta ekonomi yang
fokus pada eliminasi waste (non value added activity) dan mengoptimalkan value
added, dengan harapan dapat memperbaiki value stream pada proyek-proyek di
PT INKA.
IV-4
Perbaikan value stream diakukan dengan penyesuaian waktu baku dan
sumber daya manusia setiap kegiatan dalam standart yang telah ada. Dari waktu
baku dan SDM tersebut dilakukan alokasi tenaga kerja dengan menggunakan
prosedur pengalokasian. Prosedur pengalokasian adalah metoda penjadwalan
dengan pedoman menjaga keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan sumber
daya ke aktivitas kegiatan secara urut dalam waktu yang sama mulai start sampai
waktu penyelesaian (Ahuja, 1994).
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
memperbaiki Value Stream dengan menggunakan pendekatan Lean Project pada
proses produksi Kereta Ekonomi (K3) di PT Industri Kereta Api (Persero).
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah memperbaiki Value
Stream dengan menggunakan pendekatan Lean Project.
1.4 MANFAAT PENELETIAN
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut :
1. Mengurangi Lead Time pada proses produksi.
2. Untuk mengeliminasi waste pada proses produksi Kereta Ekonomi.
1.5 BATASAN MASALAH
Batasan masalah ini berfungsi untuk membatasi penelitian agar tidak
terlalu luas dan memperjelas objek penelitian yang dilakukan. Batasan masalah
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan hanya untuk proyek Kereta Ekonomi (K3) 1
unit untuk Sumatra Barat pada proyek tahun 2009.
2. Proses produksi yang dianalisa adalah Proses produksi dibagian
Fabrikasi dan Finishing.
3. Waste yang diteliti adalah waste menunggu
IV-5
1.6 ASUMSI-ASUMSI
Asumsi diperlukan untuk menyederhanakan permasalahan yang dihadapi
dan faktor luar lain yang tidak memungkinkan untuk diambil datanya. Asumsi
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada Order Sisipan (Order Tambahan) pada saat pengerjaan
proyek yang diamati, karena Order Sisipan sangat jarang terjadi
dalam proyek-poyek sebelumnya.
2. Tidak terjadi perubahan Order Kerja (terjadi penambahan atau
pengurangan unit kereta).
3. Waste selain waste menunggu dianggap = 0.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, diberikan uraian setiap bab yang
berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan
dapat dibagi menjadi enam bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar permasalahan yang dibahas
seperti latar belakang, perumusan masalah, asumsi-asumsi
yang dipakai, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang
dipergunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta
memberikan penjelasan secara garis besar metode yang
digunakan oleh penulis sebagai kerangka pemecahan
masalah.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan gambaran terstruktur proses penyelesaian
masalah dan digambarkan dalam bentuk flowchart.
Metodologi diuraikan mulai dari tahap identifikasi masalah
sampai dengan kesimpulan dan saran.
IV-6
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Merupakan penyajian dan pengolahan data-data yang
diperoleh dari perusahaan tempat pengamatan, sesuai dengan
usulan pemecahan masalah yang digunakan.
BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Berisikan pembahasan permasalahan yang ada berdasarkan
hasil pengumpulan dan pengolahan data.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan yang
diperoleh dari analisis pemecahan masalah maupun hasil
pengumpulan data serta saran-saran perbaikan bagi
perusahaan tempat pengamatan berlangsung dan untuk
penelitian lebih lanjut.
IV-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek
yang telah ditentukan (Soeharto, 1995). Dari definisi tersebut terlihat bahwa
konsep manajemen proyek mengandung hal-hal pokok, sebagai berikut:
1. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber
daya perusahaan yang berupa manusia, dana, dan material.
2. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode yang
khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
3. Memakai pendekatan sistem (system approach to mangement)
4. Mempunyai Hirarki (arus kegiatan) horisontal disamping hirarki vertikal.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa manajemen proyek tidak
bermaksud mengadakan prubahan total terhadap manajemen klasik, tetapi ingin
memasukkan pendekatan, teknik serta metode yang spesifik untuk menanggapi
tuntutan dan tantangan yang dihadapi, yang sifatnya juga spesifik, yaitu kegiatan
proyek.
Terdapat tiga siklus proyek, yaitu tahap konseptual, tahap definisi, dan
tahap implementasi. Masing-masing tahap mempunyai jenis kegiatan dan
intensitans yang berlainan. Kegiatan utama pada tahap konseptual adalah
pengkajian kelayakan, sedangkan tahap-tahap berikutnya berturut-turut
perencanaan dan pemantapan, desain engineering, pengadaan, fabrikasi atau
manufactur, dan akhirnya pelaksanaan uji coba sebelum diserahkan ke pemilik
proyek.
Fungsi dasar dari manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan
lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan
benar merupakan kunci penyelenggaraan proyek.
IV-8
Ada tiga tahap yang harus dilakukan dalam manajemen proyek yaitu:
1. Perencanaan (Planning )
Untuk mengerjakan beberapa proyek sekaligus, seperti yang terjadi di
beberapa perusahaan besar, maka cara yang efektif untuk menugaskan tenaga
kerja dan sumber daya secara fisik adalah melalui organisasi proyek. Maka
organisasi akan bekerja secara baik apabila:
1. Pekerjaan dapat didefinisikan dengan sasaran dan target waktu
khusus.
2. Pekerjaaan unik atau tidak biasa dalam organisasi yang ada.
3. Pekerjaan terdiri dari tugas yang kompleks dan saling berhubungan
serta memerlukan ketrampilan khusus.
4. Proyek bersifat sementara tetapi penting bagi organisasi
5. Proyek meliputi hamper semua lini organisasi.
Organisasi proyek dipimpin oleh seorang manajer proyek yang
mengkoordinasikan kegiatan proyek dengan departemen lain maupun membuat
laporan kepada manajemen puncak.
Tanggung jawab manajer proyek adalah memastikan
1. Seluruh kegiatan yang diperlukan diselesaikan dalam urutan yang
tepat dan waktu yang tepat.
2. Proyek selesai sesuai budget
3. Proyek memenuhi sasaran kualitas.
4. Tenaga kerja yang ditugaskan dalam proyek mendapat motivasi
arahan dan informasi yang diperlukan dalam pekerjaan mereka.
Setelah tujuan proyek ditetapkan, maka dilakukan pemecahan proyek
menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola dengan baik yang disebut WBS (Work
Breakdown Structure). Untuk saat sekarang sudah banyak software yang dapat
digunakan diantaranya Windows XP.
2. Penjadwalan
Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan
proyek konstruksi. Pengaruh dari perencaan terhadap proyek konstruksi akan
berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan
berbagai kejadian dalam proyek konstruksi yang menyatakan bahwa perencanaan
IV-9
yang baik dapat menghemat + 40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan
yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran sampai dengan +
400%.
Sering terjadi ketidaktepatan persepsi oleh pihak industri konstruksi antara
perencanaan dan penjadwalan. Arti sesungguhnya dari keduannya sangat
berlainan meskipun saling berkaitan. Penjadwalan digunakan untuk
menggambarkan proses dalam proyek konstruksi dan merupakan bagian dari
perencanaan.
Keterkaitan antara perencanaan dan penjadwalan dapat diilustrasikan
sebagai berikut. Perencanaan pondasi dari sebuah bangunan mencakup beberapa
fungsi yang terkait, yaitu fungsi estimasi, penjadwalan, dan pengendalian.
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang
mungkin, misalnya metode kostruksi yang tepat dan urutan kerjanya. Proses ini
nantinnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan estimasi dan
penjadwalan, dan selanjutnya sebagai tolok ukur untuk pengendalian proyek.
Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan
urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat diselesaikan. Penjadwalan
merefleksikan dari perencanaan, karena itu perencanaan harus dilakukan terlebih
dahulu.
Hal-hal yang mendasar dari perencanaan adalah pencarian informasi dan
data, pengembangan dari berbagai alternatif yang mungkin, melakukan analisis
dan evaluasi dari berbagai alternatif, pemilihan alternatif, pelaksanaan, dan
memberi masukan.
Penjadwalan proyek meliputi urutan dan membagi waktu untuk seluruh
kegiatan proyek. Pendekatan yang dapat digunakan diantaranya adalah Diagram
Gantt (lihat topic tentang Short Term Schedulling).
Penjadwalan proyek membantu dalam bidang:
1. Meninjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap
keseluruhan proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara
kegiatan.
IV-10
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap
kegiatan.
4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya
dengan cara hal-hal kritis pada proyek.
3. Pengendalian (Controlling)
Pengawasan sumber daya , biaya, kualitas dan budget, jika perlu merevisi,
ubah rencan, menggeser atau mengelola ulang sehingga tepat waktu dan biaya.
Pengendalian proyek melibatkan pengawasan ketat pada sumber daya, biaya,
kualitas dan budget. Pengendalian juga berarti penggunaan loop umpan balik
untuk merevisis rencana proyek dan pengaturan sumber daya kemana diperlukan.
Untuk saat ini telah banyak software yang dapat dipergunakan diantaranya
Primavera, MacProject, Pertmaster, Visischedule, Timeline, MS Project.
2.2 KONSEP DASAR PENJADWALAN
2.2.1 Pengertian Penjadwalan
Penjadwalan adalah salah satu komponen penting dalam suatu sistem
manufaktur. Beberapa pengertian penjadwalan menurut pendapat para ahli,
diantaranya adalah:
1. Penjadwalan dipandang sebagai suatu aktifitas pembuatan jadwal, baik jadwal
produksi induk (Master Production Schedule), jadwal bengkel, jadwal
perawatan dan sebagainya (Fogarty, 1991).
2. Menurut Utama (1996), penjadwalan merupakan rencana pengaturan urutan
kerja serta pengalokasian sumber, baik waktu maupun fasilitas untuk setiap
operasi yang harus diselesaikan.
3. Penjadwalan merupakan proses pengambilan keputusan tentang penyesuaian
aktifitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan sekumpulan pekerjaan
agar tepat pada waktunya dan mempunyai kualitas seperti yang diinginkan
(Morton, 1993) .
Secara umum penjadwalan dapat dinyatakan seperti pada Gambar 2.1.
IV-11
Gambar 2.1 Proses Penjadwalan Sumber: Dewa (2000)
2.2.2 Tujuan Penjadwalan
Tujuan umum dari penjadwalan adalah sebagai berikut ( Baker ,1974):
· Meningkatkan produktifitas mesin dengan jalan meminimasi waktu
menganggur mesin.
· Mengurangi persediaan barang setengah jadi (work-in-process inventory)
dengan jalan mengurangi rata-rata jumlah pekerjaan yang menunggu
dalam antrian karena mesin sedang sibuk melakukan suatu aktivitas
· Mengurangi keterlambatan karena waktu proses suatu pekerjaan telah
melampaui jatuh temponya (due date) dengan cara mengurangi maksimum
keterlambatan maupun dengan mengurangi jumlah pekerjaan yang
terlambat.
· Meminimasi biaya produksi.
Jika makespan dari suatu kegiatan penjadwalan adalah konstan, maka
urutan kerja yang tepat akan menurunkan flow time dan juga menurunkan rata-rata
work-in-process. Tujuan terakhir yang biasanya diinginkan dalam proses
penjadwalan adalah penepatan due date, yaitu saat dimana suatu produk harus
dikirim ke konsumen. Keterlambatan dari due date yang telah ditetapkan akan
memperbesar biaya produksi, karena adanya denda atau penalti.
Sadangkan menurut Bedworth (1987) tujuan dari aktivitas penjadwalan
adalah sebagai berikut:
· Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu
tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas
dapat meningkat.
· Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah
pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada
Penjadwalan
n buah pekerjaan
Ketergantungan antar operasi (routing)
Waktu proses setiap operasi
Jadwal
IV-12
masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran
kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata
persediaan barang setengah jadi.
· Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas
waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi biaya keterlambatan
(penalty cost).
· Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas
pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya
yang mahal dapat dihindarkan.
Pada saat merencanakan suatu jadwal produksi, yang harus
dipertimbangkan adalah ketersediaan sumber daya yang dimiliki, baik berupa
tenaga kerja, mesin ataupun bahan baku. Karena sumber daya yang dimiliki dapat
berubah-ubah (terutama operator dan bahan baku), maka penjadwalan dapat kita
lihat merupakan proses yang dinamis.
2.3 NETWORK PLANNING
Network diagram seperti telah diterangkan adalah visualisasi proyek
berdasarkan network planning berupa jaringan kerja terdiri dari symbol kegiatan,
symbol peristiwa dan bila diperlukan menggunakan symbol hubungan antar
peristiwa (dummy) (Haedar Ali, 1990). Network diagram menyatakan logika
ketergantungan antar kegiatan yang ada dalam proyek yang bersangkutan dan
menyatakan urur-urutan peristiwa yang terjadi selama penyelenggaraan proyek.
a. Prasyarat yang harus dipenuhi
Prasyarat yang harus dipenuhi agar network diagram suatu proyek bias
dibuat yaitu:
1. Menginventarisasikan kegiatan-kegiatan yang ada dalam proyek yang
bersangkutan atau menguraikan proyek yang bersangkutan menjadi
kegiatan-kegiatan.
2. Menentukan atau mengidentifikasikan pasangan-pasangan kegiatan
yang mempunyai hubungan seri langsung diantara kegiatan-kegiatan
yang telah diinventarisasikan tersebut.
IV-13
Kedua prasyarat ini memungkinkan adanya subjectivitas, sebab
terdapat perbedaan persepsi tentang kegiatan yang ada dalam sebuah
proyak dan tentang cara-cara melaksanakannya. Perbedaan-perbedaan ini
mengakibatkan timbulnya beberapa altenatif definisi permasalahan, sebab
hakekat pemenuhan prasyarat tersebut adalah pendefinisian masalah.
Dalam keadaan yang terdapat beberapa alternative definisi permasalahan,
harus ditetapkan satu pilihan yang dianggap paling tepat dipakai sebagai
landasan proses lebih lanjut.
Definisi permasalahan tersebut pada umumnya berisi kegiatan-
kegiatan yang ada dalam proyek bersangkutan, kegiatan-kegiatan awal,
kegiatan-kegiatan akhir dan pasangan-pasangan kegiatan yang mempunyai
hubungan seri langsung. Jika diperlukan analisa waktu, harus disediakan
data lama kegiatan. Jika diperlukan analisa sumberdaya, diperlukan data
lama kegiatan dan data sumberdaya yang dianalisa tersebut.
b. Syarat yang harus dipenuhi
Syarat yang harus dipenuhi selama pembuatan network diagram
sebuah proyek, sesudah prasyarat diatas dipenuhi adalah:
1. Sebuah network diagram hanya terdiri dari tiga macam symbol : yaitu
anak panah untuk melambangkan kegiatan, lingkarang atau kotak
untuk melambangkan peristiwa, dan dummy untuk melambangkan bila
diperlukan
2. Dalam sebuah network diagram, satu anak panah hanya melambangkan
satu kegiatan, dan satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anah
panah.
3. Banyak anak panah dan kaitanya satu dengan lainnya (dan ini berate
hubungan antarkegiatan) harus mengikuti dan sesuai dengan prasyarat
atau definisi permasalahan tersebut diatas.
4. Setiap network diagram sebuah proyek harus dimulai pada peristiwa
awal dan harus selesai pada satu peristiwa akhir.
5. Di dalam sebuah network diagram tidak boleh ada satu lintasanpun
yang berputar
IV-14
6. Jumlah peristiwa dan jumlah dummy harus cukup, tidak boleh lebih
dan tidak boleh kurang. Jika jumlah peristiwa kurang atau lebih, maka
otomatis jumlah dummy kurang atau lebih.
Jika syarat 6 diatas tidak dipenuhi, maka:
a. Jika logical dummy kurang jumlahnya, maka logika ketergantungan
antar kegiatan tidak sesuai dengan realita, dan ini merupakan
kesalahan fatal.
b. Jika identity dummy, maka logika ketergantungan antar kegiatan
sesuai dengan realita, tetapi identitas kegiatan atau dummy
berdasarkan nomor-nomor peristiwa yang membatasinya tidak
mungkin digunakan.
c. Bila kelebihan dummy, maka ada kemungkinan akan kehilangan
tenggang waktu kegiatan, dan ini artinya kehilangan satu atau
beberapa kebebasan pelaksanaan kegiatan.
Agar 6 sayarat ini bias dipenuhi, ketentuan-ketentuan poko
dibawah ini harus dipenuhi terlebih dahulu:
a. Bila ada satu atau sekelompok kegiatan (kelompok pendahulu)
hanya diikuti oleh satu atau sekelompok kegiatan lainnya
(kelompok pengikut), dan demikian juga sebaliknya kelompok
pengikut tersebut hanya didahului oleh kelompok pendahulu yang
sama, maka peristiwa akhir kelompok pendahulu merupakan
peristiwa awal kelompok pengikut.
b. Bila 2 buah kegiatan atau lebih diikuti oleh kegiatan-kegiatan yang
macam da banyaknya sama, maka dua buah kegiatan atau lebih tadi
mempunyai satu peristiwa akhir bersama.
c. Bila 2 buah kegiatan atau lebih didahului oleh kegiatan-kegiatan
yang macam dan banyaknya sama, maka 2 buah kegiatan atau lebih
tadi mempunyai satu peristiwa awal bersama.
Contoh penggunaan dummy yang benar :
1 Elemen network diagram gambar 2.2 (a) tidak memenuhi ketentuan
pokok. Elemen network diagram tersebut diperbaiki menjadi elemen
network diagram gambar 2.3 (b) yang memenuhi ketentuan pokok.
IV-15
Table 2.1 Kegiatan pada gambar 2.2
Kegiatan Kegiatan pendahulu P A,B Q A,B,C
Gambar 2.2 (a) Tidak memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
Gambar 2.2 (b) Memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
2 Elemen network diagram gambar 2.3 (a) tidak memenuhi ketentuan
pokok. Elemen network diagram tersebut diperbaiki menjadi elemen
network diagram gambar 2.4 (b) yang memenuhi ketentuan pokok.
Table 2.2 Kegiatan Pada Gambar 2.3
Kegiatan Kegiatan pendahulu P A,B Q A,B R B
IV-16
Gambar 2.3 (a) Tidak memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
Gambar 2.3 (b) Memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
3 Elemen network diagram gambar 2.4 (a) tidak memenuhi ketentuan
pokok. Elemen network diagram tersebut diperbaiki menjadi elemen
network diagram gambar 2.5 (b) yang memenuhi ketentuan pokok.
Table 2.3 Kegiatan pada gambar 2.4
Kegiatan Kegiatan pendahulu P A,B Q A,B,C R B
IV-17
Gambar 2.4 (a) Tidak memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali 1990
Gambar 2.4 (b) Memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
4 Elemen network diagram gambar 2.5 (a) tidak memenuhi ketentuan
pokok. Elemen network diagram tersebut diperbaiki menjadi elemen
network diagram gambar 2.6 (b) yang memenuhi ketentuan pokok.
Table 2.4 Kegiatan pada gambar 2.5
Kegiatan Kegiatan pendahulu P A,B Q A,B,C R B,C
IV-18
A
B
C
P
Q
R
Gambar 2.5 (a) Tidak memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
Gambar 2.5 (b) Memenuhi ketentuan Sumber: Haedar Ali, 1990
2.4 CPM (CRITICAL PATH METHOD)
CPM (Critical Path Method) adalah teknik menajemen proyek yang
menggunakan 3 dalam satu factor waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat
untuk mengerjakan suatu proyek, dimana setiap proyek yang termasuk pada jalur
ini tidak diberikan waktu jeda/istirahat untuk pengerjaannya. Dengan asumsi
bahwa estimasi waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya secara
logis sudah benar. Jalur kritis berkonsentrasi pada timbal balik waktu dan biaya .
Menurut Ir.Rakhma Oktavina, M.T. jalur kritis merupakan jalur yang terdiri dari
IV-19
kegiatan-kegiatan yang bila terlambat akan mengakibatkan keterlambatan
penyelesaian proyek.
Kerangka pemikiran CPM mengikuti enam langkah dasar yaitu:
1. Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan
2. Membangun hubungan antara kegiatan. Memutuskan hubungan
mana yang harus lebih dulu dan mana mengikuti yang lain.
3. Menggambarkan network keseluruhan proyek
4. Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya tiap kegiatan
5. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan yang disebut
jalur kritis.
6. Menggunakan jarinagn untuk membantu perencanaan, penjadwalan
dan pengendalian proyek.
Dengan menggunakan CPM maka dapat membantu pertanyaan seperti:
1. Kapan proyek selesai ?
2. Mana tugas yang dirasa penting, yang tidak boleh ditunda (kegiatan
kritis) ?
3. Mana kegiatan yang tidak kritis ?
2.5 ALOKASI SUMBER DAYA
Setiap pelaksanaan kegiatan proyek, baik itu proyek berskala kecil,
menengah atau besar, selalu membutuhkan sumber daya. Sumber daya dalam
pelaksanaan proyek berupa:
· Biaya
· Tenaga kerja
· Peralatan
· Bahan
Agar kegiatan proyek bias dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuan,
maka sumber daya yang diperlukan harus disediakan pada saat jumlah dan mutu
yang tepat. Sumber daya dalam pelaksanaan proyek terdiri dari sumber daya
langsung dan tak langsung. Sumber daya langsung adalah sumber daya yang
jumlah pemakaiannya tergantung pada volume pekerjan dan tidak tergantung pada
lamanya waktu pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan sumber daya tak langsung
IV-20
adalah sumber daya yang jumlah pemakaiannya bergantung pada lamanya waktu
pelaksanaan pkerjaan dan tidak bergantung pada besarnya volume pekerjaan.
Dalam penyelenggaraan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi penentu
keberhasilan adalah sumber daya manusia atau tenaga kerja. Analisis sumber daya
ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui jumlah kebutuhan sumber daya
yang diperlukan pada setiap hari selama pelaksanaan proyek.
Dasar dari prosedur tenaga kerja adalah bagaimana pengalokasian tenaga
kerja yang tepat. Prosedur pengalokasian adalah metoda penjadwalandengan
pedoman menjaga keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya ke
aktivitas kegiatan secara urut dalam waktu yang sama mulai start sampai waktu
penyelesaian (Ahuja, 1994). Metode untuk alokasi sumber daya antara lain:
1. Metode Actim dengan Sumber Daya Tunggal
Prosedur pengalokasian sumber daya ini didapatkan setelh diketahui
diagram network planning. Dalam penentun alokasi sumber daya terdapat
criteria-kriteria dibawah ini:
1. Peratan
2. Jangka waktu proyek yang minimum
3. Biaya total yang rendah
4. Kelonggaran sumber daya minimum
Pengalokasian SDM dapat dicari dengan cara:
a. Menentukan batas tetapSDM
Penentun batas tetap SDM dapat dicari dengan rumus dibawah ini:
Batas tetap SDM = DN
N = jumlah hari sumber daya yang diperlukan
D = jangka waktu proyek
b. Menetapkan pioritas pelaksanaan
1. Prioritas ditetapkanpada tugas yang mempunyai waktu start sama
2. Prioritas diberikan sesuai dengan slack time terkecil, kebutuhan
yang lebih besar akan kesluruhan SDM dan kode urutan
Untuk memenuhi persyaratan untuk alokasi sumber daya, aktivitas
ini harus mengikuti keseluruhan aktvits, saat start bersamaan dan
IV-21
pertimbangan alokasi sumber daya saat ini. Prosedur pengalokasian
sumber daya dengan ACTIM adalah sebagai berikut:
1. Susun tabel dasar, isi kolom 1 dan 2
2. Hitung ACTIM untuk setiap aktivitas kemudian urutkan
dari besar ke kecil di baris
3. Isi Baris
4. Isi baris mulai dengan 0
5. Lakukan Iterasi 1 ,Isi dan untuk aktivitas-aktivitas terdekat
dst.
2. Metode Actim dengan Sumber Daya Majemuk
Prosedur pengalokasian sumber daya majemuk adalah Sebagai berikut:
1. Alokasi SDM kepada aktivitas yang mempunyai total float
yang paling kecl
2. Jika sudah terisi, maka aalokaskan pada aktivitas dengan
hitungan maju
3. Alokasikan kepada aktivitas yang paling besarsumber daya
perharinya
4. Alokasikan kepada aktivitas yang mendahului, sumbr daya per
hari yang paling minimum
5. Harus diperhatikan urutan pengerjaannya
2.6 KONSEP DASAR LEAN
Lean adalah suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan pemborosan
(waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang atau jasa)
agar memberikan nilai kepelanggan (customer value). APICS dictionary (2005)
mendefenisikan lean sebagai suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada
minimasi penggunaan sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas
perusahaan. Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah (non value adding activity) dalam desain, produksi (untuk bidang
manufacture) atau operasi (untuk bidang jasa), dan suplay chain management,
yang berkaitan langsung dengan pelanggan.
Konsep lean diprakarsai oleh sistem produksi Toyota. Lean dirintis di
Jepang oleh Taichi Ohno dan Sensei Shigeo Shingo. Lean menciptakan self
IV-22
sustaining culture dengan penekanan pada 5S yaitu sort, set and order, shine,
standardize, dan sustain. Sistem ini akan menghasilkan motivasi terhadap pekerja
untuk selalu bekerja secara efektif dan efisien. Dalam implementasi dari konsep
ini didasarkan pada 5 prinsip utama (Hines dan Taylor, 2000):
1. specify value
Menetapkan apa yang menghasilkan atau tidak menghasilkan value
berdasarkan pandangan konsumen.
2. Identify whole value stream
Mengidentifikasi semua langkah-langkah yang diperlukan untuk
mendesain, memesan dan memproduksi barang/produk kedalam whole
value stream untuk mencari non value added activity.
3. Flow
Membuat value flow, yaitu semua aktifitas yang memberikan nilai tambah
disusun kedalam suatu aliran yang tidak terputus (continous).
4. Pulled
Mengetahui aktivitas-aktivitas penting yang digunakan untuk membuat
apa yang diinginkan oleh customer.
5. Perfection
Perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga waste yang
terjadi dapat dihilangkan secara total dari proses yang ada.
Metodologi ataulangkah-langkah yang dilakukan dalam implementasi
konsep lean adalah sebagai berikut (Hines dan Taylor, 2000):
1. Understanding waste
Pada langkah ini, pemborosan yang terjadi harus diketahui. Prinsip yang
digunakan adalah pemilihan aktivitas-aktivitas menjadi tiga jenis, yaitu
value adding, non value adding, serta necessary but non-value adding,
selanjutnya waste yang terjadi digolongkan menjadi tujuh macam waste
menurut konsep lean.
2. Setting the direction
Pada tahap ini ditentukan arah dan tujuan dari perbaikan. Arah berupa alat
ukur keberhasilan, target keberhasilan untuk setiap alat ukur, pendefinisian
proses-proses inti, serta proses yang membutuhkan pemetaan secara detail.
IV-23
3. Understanding the big picture
Pada tahap ini, keinginan konsumen, aliran fisik, serta aliran informasi
dari,proses pemenuhan konsumen harus diketahui.
4. Detailed mapping
Pada tahap ini, dilakukan pemetaan secara detail. Alat yang bisa digunakan
untuk pemetaan adalah proses activity mapping, suplay chain response
matrix, product variety funnel, quality filter mapping, demand
amplification mapping, decision point analysis, dan physical structure
mapping.
5. Getting suplier and customer involved
Implementasi lean thinking harus melibatkan suplier dan pelanggan dalam
inisiatif perbaikan.
6. Checking the plants fits the direction and ensuring buy-in
Pada tahap ini dilakukan pengecekan kesesuaian antara arah yang dituju
dengan rencana awal.
2.7 BIG PICTURE MAPPING
Big picture mapping merupakan sebuah tool yang diadopsi dari system
produksi Toyota, merupakan tool yang digunakan untuk menggambarkan system
secara keseluruhan dan value stream yang ada didalamnya. Dari tool ini,
informasi tentang aliran informasi dan fisik dalam sistem dapat diperoleh. Selain
itu penggunaan tool ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dimana
terdapat pemborosan, serta mengetahui keterkaitan antara aliran informasi dan
aliran material (Hines, 2000). Peta ini dibuat untuk suatu produk atau pelanggan
tertentu yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Pada gambar berikut ini diberikan
simbol-simbol visual standar yang digunakan big picture mapping.
IV-24
Gambar 2.6 Simbol-simbol big picture mapping Sumber: Hines, 2000
Untuk melakukan pemetaan terhadap aliran informasi dan material atau
produk secara fisik, langkah-langkah yang harus dialakukan adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi jenis dan jumlah produk yang diingiinkan customer,
timing munculnya kebutuhan akan produk tersebut, kapasitas dan
frekuensi pengirimannya, serta jumlah persediaan yang disimpan untuk
keperluan customer.
b. Selanjutnya menggambarkan aliran informasi dari customer ke supplier
yang berisi antara lain: peramalan dan informasi pembatalan supply oleh
customer,orang atau departemen yang memberi informasi ke perusahaan,
berapa lama informasi muncul sampai diproses, informasi apa yang
disampaikan kepada supplier serta pesanan yang disyaratkan.
c. Menggambarkan aliran fisik berupa aliran material atau produk dalam
perusahaan, waktu yang diperlukan, titik terjadinya inventory dan inspeksi,
putaran rework, waktu siklus tiap titik, berapa banyak produk yang
diperiksa tiap titik, waktu penyelesaian tiap operasi, berapa jam perhari
tiap stasiun kerja beroperasi, berapa banyak produk yang diperiksa tiap
titik, berapa banyak orang yang bekerja ditiap stasiun kerja, waktu
IV-25
berpindah ditiap stasiun, dimana inventory diadakan dan berapa banyak,
serta bottleneck yang terjadi.
d. Menghubungkan aliran informasi dan fisik dengan anak panah yang dapat
berisi informasi jadwal yang digunakan, instruksi pengiriman, kapan dan
dimana biasanya terjadi dalam aliran fisik.
e. Melengkapi peta atau gambar aliran informasi dan fisik, dilakukan dengan
menambahkan project duration dan value adding time di bawah gambar
yang dibuat.
2.8 KONSEP DASAR LEAN PROJECT
Proyek merupakan sistem produksi temporer. Ketika sistem-sistem itu
disusun untuk menghasilkan produk sembari memaksimalkan nilai dan
meminimalkan waste. Sistem-sistem itu disebut sebagai Lean Project.
Pengelolaan Lean Project berbeda dari pengelolaan proyek tradisional tak hanya
dilihat dari tujuan yang akan diraih, tapi juga struktur tahap-tahapnya, hubungan
antara tahap dan partisipan di setiap tahapnya. Uraian ini menyuguhkan model
pengelolaan Lean Project dan perbedaan pendekatan Lean dan pendekatan
tradisional. Empat peralatan/intervensi ditunjukkan sebagai ilustrasi konsep Lean
dalam aplikasinya.
Pengelolaan Lean Project Management (LPM) memiliki 8 prinsip menuju
sukses, sebenarnya merupakan buku elektronik (eBook) edisi kedua dari Eight
Secrets to Superchange your Project with CCPM (Critical Chain Project
Management) atau delapan rahasia untuk perubahan besar terhadap proyek
dengan CCPM) yang tersedia dalam bentuk buku dan buku elektronik. Lawrence
Leach (www.advanced-projects.com) lebih dikenal sebagai pengarang salah satu
teks-teks yang paling rumit mengenai CCPM. Dalam buku ini yang mempunyai
subjudul “Combining CCPM and Lean Tools to accelerate project results,
(menggabungkan CCPM dengan peralatan Lean untuk mempercepat hasil
proyek)”, pada dasarnya pengarangnya mengintegrasikan pemikiran Lean ke
dalam CCPM sejalan dengan elemen-elemen dari teori Constraints (TOC). Leach
menyebut hasilnya dengan LPM. Buku LPM dibagi menjadi delapan bab yang
mencakup delapan prinsip, yaitu:
IV-26
1. Sistem proyek
2. Orang-orang yang memimpin
3. Penganggaran
4. Solusi tepat
5. Variasi pengelolaan
6. Pengelolaan resiko proyek
7. Rencana proyek
8. Pelaksanaan
Bab pertama merupakan bab yang paling bermanfaat di dalam keseluruhan
buku (dan kutipan-kutipan gratis tersedia secara online dari tenstepstore.com)
semua itu tentang bagaimana melihat keseluruhan system penyaluran proyek
(orang-orang, proses, hasil dan hubungan timbal balik mereka) dan
mengoptimalkan kuantitasnya dalam cara yang sesuai menurut proyek, organisasi
dan lingkungan. Beberapa prinsip dan konsep dasar dari PMBoK, Lean, TOC dan
CCPM telah diperkenalkan dan Leach menunjukkan bagaimana mereka dapat
bekerja bersama baik untuk pengelolaan proyek tunggal maupun multiproyek.
Saya menyukai terutama tentang bagaimana pengarang menghubungkan
penggunaan berbagai konsep CCPM (seperti buffer) dengan penerapan prinsip-
prinsip Lean yang berkenaan dengan penyaluran proyek ketika nilai mengalir
dimana kuantitasnya harus dioptimalkan (sesuatu yang juga didukung oleh Agile
Manajemen milik David Anderson yang dimaksudkan pada bab pertama)
Bab kedua meliputi beberapa dasar-dasar kepemimpinan (seperti
kepemimpinan situasional dan pembentukan tim) dan kemudian menghabiskan
beberapa waktu untuk membahas tentang peran-peran dan tanggungjawab proyek
dan metode RACI dalam menentukan mereka. Akan tetapi bagian yang paling
bermanfaat dari edisi kedua adalah bagian yang membahas manajemen konflik.
Leach menunjukkan matriks strategi manajemen konflik yang bermanfaat,
kemudian membahas kekurangan yang digarisbawahi berdasarkan pemikiran
zero-sum dan bagaimana pemikiran win-win lebih dipilih. Semua ini hanya
merupakan arahan pada penjelasan proses pemikiran untuk pemecahan konflik
(salah satu dari beberapa proses pemikiran dalam TOC).
IV-27
Bab inti merupakan bagian singkat dan sederhana diikuti oleh bab yang
mengandung pemecahan masalah dan strategi pola solusi yang terutama
merangkum QFD, Nadler, dan pemikiran terobosan Hibino, TRIZ, pemikiran
kritis dan alat bantu pemikiran Debono. Pembahasan tentang prinsip kumpulan
informasi yang terbatas merupakan bagian yang paling bermanfaat dari bab ini.
Bab lima dan enam mengulas tentang mengelola variasi dan resiko. Bab
sebelumnya terlihat lebih menarik daripada bab selanjutnya (walaupun daftar
kesalahan umum pada taksiran probabilitas resiko juga cukuup menarik). Untuk
pengelolaan resiko, Leach berkata bahwa semua ini adalah tentang mengatur
variasi penyebab khusus dan menganjurkan metode PMBoK dasar dan alat Bantu
untuk pengelolaan resiko proyek. Untuk mengatur variasi, Leach mempelajari
antara penyebab umum dan variasi penyebab khusus dan berkata bahwa buffer
CCPM dan pengelolaan buffer merupakan alat yang paling efektif untuk mengatur
variasi penyebab umum. Kemudian dia menjelaskan lebih lanjut mengenai makna
dan kegunaan buffer proyek CCPM, feeding buffer, buffer pembatas kapasitas dan
cost buffer.
Bab tujuh membahas tentang detail rencana proyek dan memberikan tips-
tips bagaimana menggunakan berbagai macam peralatan (seperti MS proyek)
untuk membuat grafik GANT/PERT, mengidentifikasi rantai kritis dan size
buffer. Bagian yang paling penting yaitu yang telah disebutkan dimana semacam
aktifitas perencanaan tradisional tidak terlalu berguna/dibutuhkan untuk CCPM
dan bagaimana menggunakan peralatan pengelolaan proyek yang lebih tradisional
untuk hal-hal khusus CCPM.
Bab delapan (pelaksanaan proyek) membahas monitoring penetrasi buffer
dan kapan (dan bagaimana) untuk mengambil tindakan untuk rekoveri buffer. Hal
ini juga mengingatkan kita bahwa fungsi terpenting dari pemimpin proyek selama
pelaksanaan adalah untuk menetapkan dan memberi reward atas keberhasilan
(dalam basis mingguan) dan untuk merayakan tonggak sejarah proyek besar.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa LPM merupakan bacaan
yang memberikan ulasan yang bagus tentang fundamental CCPM dan TOC dan
bagaimana mereka berjalan beriringan dengan pemikiran Lean sebagaimana
pemikiran Lean dapat diterapkan pada beberapa metode PMBoK yang lebih
IV-28
tradisional.bagi yang mencari referensi yang lebih lengkap tentang proses
pemikiran TOC dan CCPM lebih baik jika membaca buku Goldratt karya William
H., Dettmer, dan Critical Chain Project Management karya Leach edisi kedua.
Namun bagi mereka yang meginginkan ulasan dengan pandangan menyeluruh
yang menyertakan ulasan beberapa detail sejalan dengan bagaimana pemikiran
Lean membantu mengikatnya bersama dengan beberapa metode pengelolaan
proyek yang lebih tradisional, maka Lean Project Management karya Lawrence
Leach-lah yang sesuai karena merupakan teks-teks ulasan yang menarik dan
menjelaskan beberapa aspek-aspek yang paling kuat dari TOC dan CCPM melalui
“pandangan Lean terhadap Project Management.”
2.9 DIAGRAM BATANG (BAR CHART)
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram
batang (bar chart) atau Gantt Chart. Bar chart digunakan secara luas dalam
proyek konstruksi karena sederhana, mudah pembuatannya, dan mudah
dimengerti pemakainya.
Bar charts adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom
arah vertical, sedangkan kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat
mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi
kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Gambar 2.7 Gambar tampilan gantt chart Sumber: PT INKA, 2008
IV-29
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada
dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan itu, disusu urutan pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan
lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, tanpa
mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan selam bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan
seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari
penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item
kegiatan.
2.10 ALIRAN PROSES PRODUKSI KERETA DI PT INKA
Proses produksi yang berlangsung di PT. INKA (Persero) secara non
teknik dimulai dari departemen pemasaran. Departemen inilah yang mengatur
tender dan pemasaran hasil produksi. Sedangkan mekanisme proses produksi
secara teknik dimulai dari departemen pusat teknologi. Pada departemen ini
terjadi proses perencanaan awal dari produk yang diproduksi. Hasil dari
departemen ini dilanjutkan ke departemen lain untuk proses selanjutnya.
Proses setelah tender yaitu design. Design dilakukan di bagian teknologi
produksi. Di bagian ini dilakukan penggambaran detail tentang kereta yang akan
dikerjakan. Setelah itu selesai dilakukan perencanaan di bagian rendal produksi.
Dibagian ini akan dibreakdown elemen-elemen terkait mengenai jumlah part yang
dibutuhkan, bentuk dan desain. Bentuk dan disain diperoleh dari bagian teknologi.
Proses produksi PT. Industri Kereta Api (Persero) Madiun dilakukan
melalui beberapa tahap, sebagai berikut:
1. Detail Part Manufacturing
Setelah semua perencanaan dan pengendalian produksi siap untuk
memulai produksi, maka MD yang sudah siap tersebut dilanjutkan ke bagian
pengerjaan plate untuk melakukan beberapa proses, yaitu:
IV-30
a. Seksi pemotongan
Bagian pemotongan ini bertugas memotong plat yang didasari dengan
terbentuknya chip atau gram sebagai akibat proses pemotongan tersebut.
Mesin yang digunakan pada seksi pemotongan plate, yaitu: mesin gergaji pita,
mesin shape steel, gas cutter, gas shear, dan mesin bevel.
b. Seksi perlubangan
Walaupun namanya seksi perlubangan, tetapi tugas seksi ini bukan hanya
membuat lubang-lubang saja tetapi juga melakukan pemotongan plat dengan
prinsip lubang-lubang bersambungan. Mesin-mesin yang digunakan pada
seksi ini selain mesin-mesin drilling manual, juga digunakan mesin-mesin
otomatis diantaranya NCT (Numerical Control Turret).
c. Seksi pembentukan
Seksi pembentukan bertugas membentuk material atau plat secara plastis
menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan pada suhu kamar. Jadi proses
pengerjaannya termasuk proses pengerjaan dingin. Adapun mesin-mesin yang
digunakan, yaitu: mesin roll, mesin bending (press brake), dan hydraulic.
d. Seksi Grinding
Merupakan salah satu seksi dari pengerjaan plat yang bertugas
menghaluskan part-part, hal ini dilakukan karena untuk memudahkan bagian
selanjutnya untuk merakit.
e. Seksi Inspection
Seksi Inspection bertugas untuk mengecek part-part sebelum dikirim ke
bagian minor assembling.
2. Bagian Perakitan (minor, sub dan carbody assy)
Perakitan merupakan proses lanjutan dari assembling awal (minor
assembly) di bagian pengerjaan plat. Pada bagian ini, pekerjaan selanjutnya adalah
memasang, menyiapkan komponen atau perlengkapan gerbong kereta penumpang.
Selain bertugas merakit gerbong, bagian ini juga bertugas mereparasi gerbong-
gerbong yang rusak. Tetapi bagian ini tidak bertugas untuk memasang bogie
kereta karena merupakan tugas dari bagian Pemasangan Komponen. Peralatan
yang digunakan pada perakitan ini, yaitu: berbagai alat angkat, jig, grinding, dan
alat-alat las (alat las yang digunakan adalah alat las listrik).
IV-31
Gambar 2.8 Perakitan carbody kereta ekonomi Sumber: PT INKA, 2008
3. Bagian Pengecatan
Bagian pengecatan ini mempunyai tugas, yaitu mendempul, menghaluskan
dan mengecat, carbody. Di bagian tersebut dimulai dengan membersihkan kotoran
yang menempel di carbody, sehingga pada saat di cat dasar, cat akan menempel
dengan sempurna. Setelah pengecatan dasar, dilakukan dilakukan pendempulan
dan pengecoran lantai pada carbody. Setelah dempul diratakan, dilakukan
pengecatan kedua sebelum dilakukan painting untuk bagian luarnya.
4. Bagian Pemasangan Komponen
Bagian pemasangan komponen tidak hanya bertugas memasang komponen
yang sudah jadi pada kereta, tetapi juga membuat salah satu komponen dari kereta
yaitu pembuatan bogie. Adapun bagian pemasangan komponen terdiri atas
beberapa proses, sebagai berikut:
a. Seksi bogie
Bagian ini bertugas merakit bogie, dimana komponen-komponen yang
dirakit diterima dari bagian pengerjaan plate. Pada perakitan bogie ini
peralatan pokok yang dipakai adalah peralatan las dan peralatan angkat.
IV-32
b. Seksi equipment
Bagian ini bertugas memasang peralatan perlengkapan pada kereta, baik
yang dalam maupun yang diluar gerbong kereta (inside and outside). Secara
umum perlengkapan yang dipasang oleh seksi equipment dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu: peralatan pengereman, peralatan inside, dan peralatan outside.
c. Seksi piping
Bagian ini bertugas mengerjakan pipa-pipa yang akan digunakan dalam
kereta serta dengan pemasangannya.
5. Bagian Finishing akhir
Bagian Finishing akhir ini mempunyai tugas, yaitu: mengetes kereta dengan
tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Bagian ini dilakukan water, curva, air
brake, electric dan running test. Di bagian tersebut juga dilakukan painting untuk
strip entrance door.
2.11 CONTOH GAMBAR PROSES PRODUKSI KERETA EKONOMI
Gambar 2.10 Proses reforming end underframe Sumber: PT INKA, 2009
IV-34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam penelitian ini diperlihatkan pada diagram alir metodologi
penelitian pada gambar 3.1 di berikut ini :
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
IV-35
Gambar 3.1 Metodologi penelitian (lanjutan)
Pada gambar 3.1 di atas dijelaskan langkah-langkah yang digunakan
dalam penelitian tentang perbaikan value stream pada proses produksi kereta
ekonomi (K3) di bagian Rendal Produksi PT Industri Kereta Api (Persero) pada
Order Kerja Tahun 2009 diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
3.1 PENDAHULUAN
1. Identifikasi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung di
lapangan. Studi lapangan untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan dalam proyek
secara spesifik, urutan kegiatan proyek dan kegiatan-kegiatan dalam proses
produksi yang terdapat waste. Untuk identifikasi lapangan sangat terbatas,
karena proyek yang diamati mempunyai rantai produksi yang panjang dan
waktu pengamatan yang terbatas.
IV-36
2. Studi Literatur
Studi literatur dipakai untuk mendukung informasi dari studi lapangan.
Informasi dan literatur diperlukan agar pengetahuan tentang managemen
proyek dengan menggunakan pendekatan lean project.
3. Latar Belakang
Tahap latar belakang permasalahan dilakukan untuk mengetahui gambaran
permasalahan yang ada di lapangan dan selanjutnya diangkat menjadi pokok
Tugas akhir, pada Tugas akhir mengenai perbaikan value stream pada proses
produksi kereta kelas ekonomi dengan menggunakan pendekatan lean
project. Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh dari latar belakang,
maka Tugas akhir ini menfokuskan pada proses produksi 1 unit kereta
ekonomi (K3) untuk Sumatra Barat di bagian Rendal Produksi PT Industri
Kereta Api (Persero) dalam Order Kerja Tahun 2009.
4. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi permasalahan awal, diketahui pentingnya
memperbaiki Value Stream dengan menggunakan pendekatan lean project
pada proses produksi 1 unit kereta ekonomi (K3) untuk Sumatra Barat.
5. Tujuan dan Manfaat Tugas akhir
Melalui tujuan dapat diketahui arah serta sasaran yang ingin dicapai dalam
suatu Tugas akhir. Tujuan ditetapkan berdasarkan masalah yang diteliti.
Tugas akhir ini bertujuan agar memperbaiki Value Stream dengan
menggunakan pendekatan Lean Project.
Manfaat dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat untuk mengurangi lead time
pada proses produksi dan mengeliminasi waste pada proses produksi Kereta
Ekonomi pada proyek pembuatan Kereta Ekonomi untuk Sumatra Barat di
bagian Rendal Produksi PT Industri Kereta Api (Persero) dalam Order Kerja
Tahun 2009.
3.2 PENGUMPULAN DATA
Tugas Akhir tentang usulan perbaikan Value Stream dengan menggunakan
pendekatan lean project pada pembuatan Kereta Ekonomi (K3) untuk Sumatra
Barat di bagian Rendal Produksi PT Industri Kereta Api (Persero) dalam Order
Kerja Tahun 2009 diperlukan tahapan pengumpulan sebagai berikut:
IV-37
1. Pengumpulan data Primer
Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan pengisian
kuisioner identifikasi waste disetiap kegiatan yang merupakan lintasan
kritis. Observasi dilakukan dengan melakukan tinjauan lapangan dan
melihat secara langsung proses produksi dalam perusahaan. Wawancara
dilakukan dengan Supervisior dan Asisten Manager Rendal Produksi.
Pengisian kuisioner identifikasi waste di setiap kegiatan yang merupakan
lintasan kritis diisi oleh Operator lapangan yang langsung menangani
kegiatan tersebut. Data primer dikumpulkan untuk memperoleh informasi
awal dan data yang dibutuhkan mengenai permasalahan-permasalahan
yang dihadapi. Data primer yang dikumpulkan adalah semua informasi
tentang permasalahan yang ada dalam proses produksi dan penjelasan
tentang setiap kegiatan dalam proses pekerjaan Kereta Ekonomi.
2. Pengumpulan data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan.
Data sekunder yang didapat adalah data dalam bentuk yang sudah jadi.
Data-data sekunder yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
· Order Kerja Tahun 2009
· Urutan Proses Kegiatan
· Man Hours Standart
· Jumlah Tenaga Kerja Setiap Kegiatan
3.3 PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data merupakan tahapan untuk mengolah data-data yang
diperoleh saat pengambilan data. Adapun tahapan dalam pengolahan data pada
perbaikan Value Stream dengan menggunakan pendekatan lean project dimulai
dengan menghitung durasi dari tiap kegiatan, penyusunan network planning,
identifikasi lintasan kritis, penentuan value stream awal, identifikasi waste pada
lintasan kritis, penentuan penyebab waste dengan cause effect diagram, alokasi
tenaga kerja dengan menggunakan ACTIM, penyusunan value stream usulan dan
diakhiri dengan penyusunan jadwal proyek kereta ekonomi untuk Sumatera Barat.
1. Perhitungan Durasi pada tiap Kegiatan
Perhitungan durasi pada tiap kegiatan diperoleh dari :
IV-38
)Orang( SDMumlah J Orang) (Jam
Durasi StandartHours Man
= ........................................(3.1)
2. Penyusunan Network Planning
· Menyusun Urutan Jaringan dengan memasukkan nomor aktifitas,
nomor Node, Durasi dan Jumlah SDM disetiap kegiatan. Letak nomor
aktifitas, nomor Node, Durasi dan Jumlah SDM disetiap kegiatan
dapat dilihat di gambar 3.2 berikut ini:
Gambar 3.2 Penyusunan Urutan Jaringan
· Menghitung Early Start (ES)
Menghitung Early Start (ES) atau waktu start paling cepat yaitu
dengan langkah sebagai berikut:
o Mencari mulai dari titik start.
o Ambil yang terbesar dari aktivitas yang masuk
· Menghitung Lastest Finish (LF)
Menghitung Lastest Finish (LF) atau waktu finish paling lama yaitu
dengan langkah sebagai berikut:
o Mencari mulai dari titik finish
o Ambil yang terkecil dari aktivitas yang keluar
3. Identifikasi Lintasan Kritis
Identifikasi Lintasan Kritis dimulai dari node start sampai berakhir di node
finish. Mencari aktivitas yang tidak memungkinkan adanya keterlambatan
pengerjaan. Dimana selisih EF – ES = durasi dan selisih LF – LS = durasi.
4. Penentuan Value Stream Awal Pada Proses Pembuatan Kereta Ekonomi.
Value stream dapat diartikan sebagai segala aktivitas yang memberikan
nilai tambah terhadap produk, mulai dari kedatangan bahan baku sampai
menjadi produk jadi dan siap dikirim ke tangan konsumen. Pada
penyusunan penelitian ini digunakan big picture mapping untuk
menggambarkan value stream sistem produksi Kereta Ekonomi secara
garis besar. Penggambaran value stream sistem produksi Kereta Ekonomi
IV-39
dimulai dari proses design oleh bagian Teknologi, perencanaan oleh
bagian Rendal Produksi, pemesanan material oleh bagian Logistik,
pemotongan dan pembentukan part dalam Detail Part Manufacturing,
minor ass’y, sub ass’y, perakitan Carbody, finishing (Pengecatan, interior
dan finishing akhir) dan dikhiri dengan pengiriman ke PT KAI.
Big picture mapping berguna untuk menggambarkan keseluruhan proses
secara makro, memvisualisasikan aliran proses, lead time proses dan
menunjukkan dimana terdapat waste.
5. Identifikasi Waste Menunggu di setiap kegiatan di Lintasan Kritis
Identifikasi waste menunggu dilakukan dengan cara memberikan kuisioner
kepada teknik ahli di beberapa kegiatan untuk mengisi kusioner. Tahapan
dalam melakukan identifikasi dan pembobotan waste menunggu pada
proses pembuatan Kereta Ekonomi, sebagai berikut:
· Pengisian skor atau bobot tiap factor waste.
Pengisian skor atau bobot tiap waste dilakukan oleh semua operator
ahli yang terlibat dalam proses pembuatan Kereta Ekonomi, dalam
hal ini meliputi operator di bagian Fabrikasi dan Finishing.
· Penjumlahan skor atau bobot waste,
Skor atau bobot dari waste yang diperoleh dari operator ahli di tiap
bagian kemudian dijumlahkan.
· Perhitungan persentase waste menunggu di tiap kegiatan,
6. Penentuan Penyebab Waste Menunggu dengan Cause Effect Diagram
Dalam konsep Value Stream Analysis Tool (VALSAT), penentuan
penyebab waste Menunggu dilakukan menggunakan cause effect diagram
yang bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap proses produksi dan mempengaruhi hasil produksi.
7. Alokasi tenaga kerja dengan menggunakan metode ACTIM
Alokasi tenaga kerja dengan menggunakan metode ACTIM dilakukan
untuk memperbaiki value stream. Prosedur Pengalokasian Sumber Daya Tunggal
dengan ACTIM adalah sebagai berikut:
6. Hitung batas tetap sumber daya manusia
7. Susun tabel dasar, isi kolom 1 dan 2
IV-40
8. Hitung ACTIM untuk setiap aktivitas kemudian urutkan dari besar
ke kecil di baris
9. Isi Baris
10. Isi baris mulai dengan 0
11. Lakukan Iterasi 1 ,Isi dan untuk aktivitas-aktivitas terdekat dst
8. Penyusunan Value Stream usulan
Penyusunan Value Stream usulan berdasarkan waktu total di setiap bagian
yang diperoleh dari alokasi tenaga kerja
9. Penyusunan jadwal proyek usulan
Penyusunan jadwal proyek usulan disusun dengan menggunakan software
MS Project 2003. Keluaran jadwal berbentuk Gantt Chart, sehingga
diketahui waktu kapan mulai dan kapan berakhir proyek tersebut.
3.3 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada tahapan analisis dan interpretasi hasil dilakukan analisis keterkaitan
antara variabel satu dengan variabel lainnya yaitu menganalisis perbaikan Value
Stream pada proses produksi Kereta Ekonomi (K3).
3.4 KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian akhir dari penelitian berisi kesimpulan yang menjawab tujuan akhir
dari Tugas Akhir berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah
dilakukan serta saran yang berisi tentang pengembangan penelitian sehingga
diharapkan dapat lebih menyempurnakan penelitian ini.
IV-41
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menguraikan proses pengumpulan data dan langkah-langkah
dalam pengolahan data tugas akhir. Proses pengolahan data meliputi menghitung
waktu baku, menyusun network planning, identifikasi lintasan kritis, penentuan
value stream awal, pembobotan waste menunggu pada kegiatan yang termasuk
lintasan kritis, penentuan penyebab waste menunggu menggunakan cause effect
diagram, alokasi tenaga kerja dengan menggunakan ACTIM, penyusunan value
stream usulan dan jadwal produksi usulan.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data proyek yang meliputi order kerja bulan Juni 2009,
proses kegiatan, urutan proses kegiatan, Man Hours Standart dan jumlah tenaga
kerja setiap kegiatan dilakukan pada Divisi Manufaktur PT Industri Kereta Api
(Persero). Data yang diambil berdasarkan Jadwal Proyek yang sudah disetujui
oleh Manager Rendal Produksi. Selain dari Jadwal Proyek, data juga diambil
dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa supervisor setiap bagian.
Batas waktu atau umur proyek (due date) dari jadwal produksi kereta
ekonomi untuk Sumatera Barat yang dikerjakan di bagian Rendal Produksi atau
PPC Manufaktur PT Industri Kereta Api (Persero) di mulai dari 03 Juni 2009
sampai 20 November 2009. Data yang diambil berdasarkan pada Daftar Order
Kerja / Order Produksi bulan Juni tahun 2009.
4.1.1 Data Proses Manufaktur Kereta Ekonomi
Tabel 4.1 memuat data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga
kerja pada proses pembuatan kereta ekonomi.
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
Design 1 0 - -
Plan 2 1 - -
IV-42
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
Material Receipt 3 2 - -
A> FABRIKASI
Detail Part Manufacturing
a. Cutting 4 3 1235,68 8
b. Drilling 5 4 648,96 5
c. shaping 6 5 973,44 5
d. Grinding 7 6 648,96 6
e. Inspection 8 7 224,48 2
Minor Assy
BOLSTER
a. Welding in jig 9 8 33,5 3
b. Reforming 10 9 33,5 2
c. Drilling 11 10 28,9 2
END BEAM
a. Assy in Jig 12 8 32,8 3
b. Drilling 13 12 29,6 2
CENTER SILL
a. Welding in jig 14 8 22 3
b. Reforming 15 14 19,6 2
c. Drilling & Rivetting 16 15 20,8 3
SUB ASSY
END UNDERFRAME
a. End u/f ass'y in jig 17 11,13,16 32,1 3
b. Welding out Jig 18 17 31,2 2
c. Reforming 19 18 30,3 2
Underframe
a. Ass'y Underframe 20 19 38,94 4
b. Welding out jig + bracket 21 20 35,71 3
IV-43
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
c. Reforming 22 21 39,17 4
d. Keystone plate 23 22 35,94 3
SIDE WALL
a. Frame ass'y 24 11,13,16 60,24 2
b. Welding + Grinding in jig 25 24 72,84 4
c. Sheating plate 26 25 69,48 2
d. Spot welding 27 26 70,68 3
e. Welding bracket + grinding 28 27 72,84 4
END WALL
a. Welding in jig 29 11,13,16 80,6 4
b. Welding + Grinding out jig 30 29 80,6 4
c. Reforming 31 30 74,88 3
ROOF
a. Welding in jig 32 11,13,16 48,9 3
b. Welding + grinding in jig 33 32 56,4 3
c. Reforming 34 33 50,4 2
d. Sheating plate 35 34 48,45 2
e. Welding + grinding out jig 36 35 56,4 3
CARBODY
a. Carbody ass'y 37 23,28,31,36 224,64 12
b. Reforming 38 37 99,84 8
c. Partition 39 38 73,5 6
d. Ceiling 40 39 72,9 7
Inspection 41 40 18,72 2
B> FINISHING
IV-44
1 Grit Blasting 42 41 112,32 9
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
2 Cleaning + Primer Painting 43 42 62,4 5
3 Car Body Reforming 44 43 49,92 4
4 a. Touch up Primer 45 44 15,6 5
b. Bituminous + Insulation Wall 46 45 31,2 5
c. Grey Painting 47 46 6,24 2
d. Black Painting 48 47 6,24 2
5 a. Unitex Work I 49 48 21,84 7
b. Floor Lavatory 50 49 12,48 2
c. Unitex Work II 51 49 15,6 5
d. Entrance Step Plate 52 49 12,48 2
6 a. Insulation (roof,end wall) 53 50,51,52 24,96 4
b. Putty Awal 54 53 31,2 5
7 a. Sanding Unitex 55 54 9,36 3
b. Putty Awal 56 55 65,52 7
8 Putty Akhir 57 56 62,4 5
9 a. Putty Akhir 58 57 12,48 2
b. Sanding Putty (roof,end wall) 59 58 24,96 4
10 Sanding Putty Side Wall 60 59 37,44 3
11 a. Surfacer 61 60 24,96 3
b. Sealer Gutter 62 61 6,24 2
c. Touch up putty 63 61 6,24 2
d. Water Sanding 64 61 12,48 3
e. Cleaner Degreaser + Top
Coat I ( wall ) 65 61 12,48 4
12
a. Cleaner Degreaser + Top
Coat I ( roof ) 66 62,63,64,65 12,48 4
IV-45
b. Water sanding +Touchup
putty 67 62,63,64,65 24,96 5
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
c. Sanding putty 68 66,67 12,48 4
13 a. Linolium + Taraflex 69 68 24,96 4
b. Side Window unit 70 68 31,2 6
c. Packing + Panel Ruang +
Switchboard 71 68 12,48 3
14
a. Masking (Jendela, Pintu) +
Cleaning + Top Coat II 72 69,70,71 31,2 5
b. Masking Strip + Striping 73 69,70,71 31,2 4
15
a. - Inside Wiring+Protection
Cable+Cable 74 72,73 18,72 2
- Power + Bor Plendes + Cable
Ceiling + Tyraf + Vinil Tube 75 72,73 18,72 3
b. Conduit pipe + Emergency +
Brake Pipe 76 72,73 6,24 2
c. Brake Arrangement + Water
Tank Atas + Ventilator 77 72,73 37,44 3
16
a. Cable Ceiling + Tyraf + Vinil
Tube 78 74,75,76,77 31,2 5
b. Fitt. Switchboard +Trafo +
Crimping + Cable Duct S.B 79 74,75,76,77 12,48 2
c. Coupler Device 80 74,75,76,77 9,36 3
d. Water pipe + Lavatory pipe 81 74,75,76,77 37,44 7
e. Air pipe + Hose Conection +
Angle Cock 82 74,75,76,77 37,44 4
f. Rubber chusion + Treshold +
Sill Plate 83 74,75,76,77 24,96 3
17
a. Side center ceiling + Plate
Ceiling 1 + Plate Ceiling 2 84
78,79,80,81,
82,83 24,96 4
IV-46
b. Gang way door fitting +
Partition Door Fitting
85 78,79,80,81,
82,83 24,96 5
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
c. (Ceiling, dinding) vestibule +
Asbak + Cover Hand Wheel 86
78,79,80,81,
82,83 12,48 2
d. Emergency lamp+Side
light+Tail Light+Box Lampu 87
78,79,80,81,
82,83 12,48 2
e. Water pipe & Brake pipe Test 88
78,79,80,81,
82,83 24,96 3
18 a. Side ceiling + moulding 89
84,85,86,87,
88 49,92 5
b. Case Exhaust fan lavatory + (
Ceiling + Dinding ) Lavatory 90
84,85,86,87,
88 24,96 3
c. Hand Brake Device + Apron
Fitting + Chute Lavatory 91
84,85,86,87,
88 12,48 2
19
a. (Center, End center,
Emergency) Ceiling +
Moulding Ujung
92 89,90,91 24,96 2
b. Frame Rak Begage + Side
Panel + Dril.for Seat 93 89,90,91 24,96 3
c. Side Entrance
Door+(Cover,Water
Resistant,Catch,Stopper,Funel)
94 89,90,91 49,92 4
d. Rubber bellow + Lid + Cover
Hand Brake 95 89,90,91 24,96 3
e. Pipa untuk ( Closed ) 96 89,90,91 3,12 1
f. Out side marking 97 89,90,91 6,24 2
20
a. Cover Window Lavatory
Moulding 98
92,93,94,95,
96,97 24,96 2
b. Part Lavatory ( Closet, Was
Basin, Mirror, Handle, Coat 99
92,93,94,95,
96,97 24,96 3
IV-47
Hook, Tempat Sabun, dll )
c. Lampu Saloon 100
92,93,94,95,
96,97 18,72 2
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
21
Pelubangan Seat+Protection
Moulding Penjepit Linoliom 101 98,99,100 12,48 2
22
a. Cover jendela + Panel antar
Jendela 102 101 18,72 3
b. Pintu Lavatory ( Moulding,
Karet ) 103 101 18,72 2
c. Fitt. TL Bagasi + Stater 104 101 0,78 1
23
a. Bracket Rail Curtain + Rail
Curtain 105 102,103,104 12,48 2
b. Moulding Gang way+Door
Lintle Gangway+Moulding
Partisi Pad Lock+Door Lintle
Partisi
106 102,103,104 18,72 4
24
a. Meja + No. Kursi + Coat
Hook + Logo + Globe Lampu
(Gangway, Lavatory) + Cover
Center Pin
107 105,106 18,72 3
b. Pipa Washbasin + Kran
Washbasin 108 105,106 6,24 2
c. Tabung Lampu Lav. + Bordes
+ Exhoust Fan Lavatory
Conection Box + Limit Switch
Lav. + Lampu Informasi
109 105,106 18,72 3
25 a. Kursi 110 107,108,109 24,96 4
b. Sealent + Cleaner 111 107,108,109 24,96 4
c. Touch Up Painting (
Underfloor, Interior ) 112 107,108,109 49,92 5
IV-48
26
a. Hand Wheel + Side Bearer +
Rem Block + Bogie Mounting 113 110,111,112 24,96 4
b. Water Test 114 113 6,24 2
c. Isi Air 115 113 6,24 3
Tabel 4.1 Data urutan pekerjaan, man hours standart dan tenaga kerja untuk kereta ekonomi (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
Kegiatan
Pendahulu
Man
Hours
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
d. Curva Test 116 113 6,24 1
27 a. Air Brake Test 117 114,115,116 18,72 3
b. Electric Test 118 114,115,116 18,72 2
c. Touch up painting
(Underfloor, Interior) +
Marking Interior
119 114,115,116 24,96 5
28
a. Masking + Strip ( Entrance
Door ) 120 117,118,119 24,96 6
b. Fitt. Upper plate Apron,
Conec ( Safety Chain, Angle
Cock )
121 117,118,119 1,56 3
c. Conention Jumpler coupler 122 117,118,119 1,56 2
RUNNING TEST 123 120,121,122 30,1 4
Sumber: PT INKA, 2009
4.1.2 Data Order
Berdasarkan data yang diperoleh dari Daftar Order Kerja / Order Produksi
Tahun 2009 diperoleh data :
1. Nama Job : Kereta ekonomi untuk Sumatera Barat
(kereta kelas 3)
2. Umur Proyek (due date) : mulai 03 Juni 2009, selesai 20 November 2009.
4.2 PENGOLAHAN DATA
4.2.1 Perhitungan Waktu Baku pada tiap Kegiatan
IV-49
Perhitungan waktu baku pada tiap kegiatan dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.1 pada bab sebelumnya. Waktu Baku setiap per kegiatan dapat
dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Perhitungan waktu baku setiap kegiatan
Tack Kegiatan Man Hour
Standart
Jumlah SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
Design - - 40,00
Plan - - 80,00
Material Receipt - - 240,00
B O D Y
A> FABRIKASI
Detail Part Manufacturing
a. Cutting 1235,68 8 154,46
b. Drilling 648,96 5 129,79
c. shaping 973,44 5 194,69
d. Grinding 648,96 6 108,16
e. Inspection 224,48 2 112,24
Minor Assy
BOLSTER
a. Welding in jig 33,5 3 11,17
b. Reforming 33,5 2 16,75
c. Drilling 28,9 2 14,45
END BEAM
a. Assy in Jig 32,8 3 10,93
b. Drilling 29,6 2 14,80
CENTER SILL
a. Welding in jig 22 3 7,33
b. Reforming 19,6 2 9,80
IV-50
c. Drilling & Rivetting 20,8 3 6,93
SUB ASSY
END UNDERFRAME
a. End u/f ass'y in jig 32,1 3 10,70
b. Welding out Jig 31,2 2 15,60
c. Reforming 30,3 2 15,15
Underframe
Tabel 4.2 Perhitungan waktu baku setiap kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Man Hour
Standart
Jumlah SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
a. Ass'y Underframe 38,94 4 9,74
b. Welding out jig + bracket 35,71 3 11,90
c. Reforming 39,17 4 9,79
d. Keystone plate 35,94 3 11,98
SIDE WALL
a. Frame ass'y 60,24 2 30,12
b. Welding + Grinding in jig 72,84 4 18,21
c. Sheating plate 69,48 2 34,74
d. Spot welding 70,68 3 23,56
e. Welding bracket + grinding 72,84 4 18,21
END WALL
a. Welding in jig 80,6 4 20,15
b. Welding + Grinding out jig 80,6 4 20,15
c. Reforming 74,88 3 24,96
ROOF
a. Welding in jig 48,9 3 16,30
b. Welding + grinding in jig 56,4 3 18,80
c. Reforming 50,4 2 25,20
d. Sheating plate 48,45 2 24,23
e. Welding + grinding out jig 56,4 3 18,80
IV-51
CARBODY
a. Carbody ass'y 224,64 12 18,72
b. Reforming 99,84 8 12,48
c. Partition 73,5 6 12,25
d. Ceiling 72,9 7 10,41
Inspection 18,72 2 9,36
B> FINISHING
1 Grit Blasting 112,32 9 12,48
Tabel 4.2 Perhitungan waktu baku setiap kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Man Hour
Standart
Jumlah SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
2 Cleaning + Primer Painting 62,4 5 12,48
3 Car Body Reforming 49,92 4 12,48
`4 a. Touch up Primer 15,6 5 3,12
b. Bituminous + Insulation Wall 31.2 5 6.24
c. Grey Painting 6,24 2 3,12
d. Black Painting 6,24 2 3,12
5 a. Unitex Work I 21,84 7 3,12
b. Floor Lavatory 12,48 2 6,24
c. Unitex Work II 15,6 5 3,12
d. Entrance Step Plate 12,48 2 6,24
6 a. Insulation (roof,end wall) 24,96 4 6,24
b. Putty Awal 31,2 5 6,24
7 a. Sanding Unitex 9,36 3 3,12
b. Putty Awal 65,52 7 9,36
8 Putty Akhir 62,4 5 12,48
9 a. Putty Akhir 12,48 2 6,24
b. Sanding Putty (roof,end wall) 24,96 4 6,24
10 Sanding Putty Side Wall 37,44 3 12,48
11 a. Surfacer 24,96 3 8,32
b. Sealer Gutter 6,24 2 3,12
c. Touch up putty 6,24 2 3,12
IV-52
d. Water Sanding 12,48 3 4,16
e. Cleaner Degreaser + Top Coat I (
wall ) 12,48 4 3,12
12
a. Cleaner Degreaser + Top Coat I (
roof ) 12,48 4 3,12
b. Water sanding +Touchup putty 24,96 5 4,99
c. Sanding putty 12,48 4 3,12
13 a. Linolium + Taraflex 24,96 4 6,24
b. Side Window unit 31,2 6 5,20
Tabel 4.2 Perhitungan waktu baku setiap kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Man Hour
Standart
Jumlah SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
c. Packing + Panel Ruang +
Switchboard 12,48 3 4,16
14
a. Masking (Jendela, Pintu) + Cleaning
+ Top Coat II 31,2 5 6,24
b. Masking Strip + Striping 31,2 4 7,80
15
a. - Inside Wiring+Protection
Cable+Cable 18,72 2 9,36
- Power + Bor Plendes + Cable Ceiling
+ Tyraf + Vinil Tube 18,72 3 6,24
b. Conduit pipe + Emergency + Brake
Pipe 6,24 2 3,12
c. Brake Arrangement + Water Tank
Atas + Ventilator 37,44 3 12,48
16 a. Cable Ceiling + Tyraf + Vinil Tube 31,2 5 6,24
b. Fitt. Switchboard +Trafo + Crimping
+ Cable Duct S.B 12,48 2 6,24
c. Coupler Device 9,36 3 3,12
d. Water pipe + Lavatory pipe 37,44 7 5,35
e. Air pipe + Hose Conection + Angle
Cock 37,44 4 9,36
f. Rubber chusion + Treshold + Sill
Plate 24,96 3 8,32
17 a. Side center ceiling + Plate Ceiling 1 24,96 4 6,24
IV-53
+ Plate Ceiling 2
b. Gang way door fitting + Partition
Door Fitting 24,96 5 4,99
c. (Ceiling, dinding) vestibule + Asbak
+ Cover Hand Wheel 12,48 2 6,24
d. Emergency lamp+Side light+Tail
Light+Box Lampu
(Vestibule,Gangway)
12,48 2 6,24
e. Water pipe & Brake pipe Test 24,96 3 8,32
18 a. Side ceiling + moulding 49,92 5 9,98
Tabel 4.2 Perhitungan waktu baku setiap kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Man Hour
Standart
Jumlah SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
b. Case Exhaust fan lavatory + ( Ceiling
+ Dinding ) Lavatory 24,96 3 8,32
c. Hand Brake Device + Apron Fitting
+ Chute Lavatory 12,48 2 6,24
19
a. (Center, End center, Emergency)
Ceiling + Moulding Ujung 24,96 2 12,48
b. Frame Rak Begage + Side Panel +
Dril.for Seat 24,96 3 8,32
c. Side Entrance Door+(Cover,Water
Resistant,Catch,Stopper,Funel) 49,92 4 12,48
d. Rubber bellow + Lid + Cover Hand
Brake 24,96 3 8,32
e. Pipa untuk ( Closed ) 3,12 1 3,12
f. Out side marking 6,24 2 3,12
20 a. Cover Window Lavatory Moulding 24,96 2 12,48
b. Part Lavatory ( Closet, Was Basin,
Mirror, Handle, Coat Hook, Tempat
Sabun, dll )
24,96 3 8,32
c. Lampu Saloon 18,72 2 9,36
21
Pelubangan Seat+Protection Moulding
Penjepit Linoliom 12,48 2 6,24
22 a. Cover jendela + Panel antar Jendela 18,72 3 6,24
IV-54
b. Pintu Lavatory ( Moulding, Karet ) 18,72 2 9,36
c. Fitt. TL Bagasi + Stater 0,78 1 0,78
23 a. Bracket Rail Curtain + Rail Curtain 12,48 2 6,24
b. Moulding Gang way+Door Lintle
Gangway+Moulding Partisi Pad
Lock+Door Lintle Partisi
18,72 4 4,68
24
a. Meja + No. Kursi + Coat Hook +
Logo + Globe Lampu (Gangway,
Lavatory) + Cover Center Pin
18,72 3 6,24
b. Pipa Washbasin + Kran Washbasin 6,24 2 3,12
Tabel 4.2 Perhitungan waktu baku setiap kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Man Hour
Standart
Jumlah SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
c. Tabung Lampu Lav. + Bordes +
Exhoust Fan Lavatory Conection Box +
Limit Switch Lav. + Lampu Informasi
18,72 3 6,24
25 a. Kursi 24,96 4 6,24
b. Sealent + Cleaner 24,96 4 6,24
c. Touch Up Painting ( Underfloor,
Interior ) 49,92 5 9,98
26
a. Hand Wheel + Side Bearer + Rem
Block + Bogie Mounting 24,96 4 6,24
b. Water Test 6,24 2 3,12
c. Isi Air 6,24 3 2,08
d. Curva Test 6,24 1 6,24
27 a. Air Brake Test 18,72 3 6,24
b. Electric Test 18,72 2 9,36
c. Touch up painting (Underfloor,
Interior) + Marking Interior 24,96 5 4,99
28 a. Masking + Strip ( Entrance Door ) 24,96 6 4,16
b. Fitt. Upper plate Apron, Conec (
Safety Chain, Angle Cock ) 1,56 3 0,52
c. Conention Jumpler coupler 1,56 2 0,78
IV-55
RUNNING TEST 30,1 4 7,53
4.2.2 Penyusunan Network Planning
Penyusunan Network Planning dilakukan untuk memberi gambaran secara
grafis urutan operasi kerja, serta ketergantungan antara operasi keja yang satu
dengan yang lainnya. Langkah dalam menyusun Network Planning adalah sebagai
berikut :
1 Menyusun Urutan Jaringan dengan memasukkan nomor aktifitas,
nomor Node, Durasi dan Jumlah SDM disetiap kegiatan.
2 Menghitung Early Start (ES) atau waktu start paling cepat yaitu
dengan langkah sebagai berikut:
o Mencari mulai dari titik start.
o Ambil yang terbesar dari aktivitas yang masuk
3 Menghitung Lastest Finish (LF) atau waktu finish paling lama yaitu
dengan langkah sebagai berikut:
o Mencari mulai dari titik finish
o Ambil yang terkecil dari aktivitas yang keluar
Gambar Network Planning terlampir
4.2.3 Identifikasi Lintasan Kritis
Lintasan Kritis ditentukan sesudah menyusun Network Planning. Lintasan
Kritis ditentukan untuk mengetahui waktu terpanjang dari proses Total.
Identifikasi Lintasan Kritis dimulai dari node start sampai berakhir di node finish.
Kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis adalah saat dimana LS-ES adalah
sama dengan 0 (nol). Nilai ES dan LS seluruh kegiatan dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
Design 40,00 0,00 0,00 0,00
Plan 80,00 80,00 80,00 0,00
Material Receipt 240,00 320,00 320,00 0,00
IV-56
B O D Y
A> FABRIKASI
Detail Part Manufacturing
a. Cutting 154,46 474,46 474,46 0,00
b. Drilling 129,79 604,25 604,25 0,00
c. shaping 194,69 798,94 798,94 0,00
d. Grinding 108,16 712,41 712,41 0,00
e. Inspection 112,24 824,65 824,65 0,00
Minor Assy
BOLSTER
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
a. Welding in jig 11,17 835,82 835,82 0,00
b. Reforming 16,75 852,57 852,57 0,00
c. Drilling 14,45 867,02 867,02 0,00
END BEAM
a. Assy in Jig 10,93 835,59 852,22 16,63
b. Drilling 14,80 850,39 867,02 16,63
CENTER SILL
a. Welding in jig 7,33 831,99 850,29 18,30
b. Reforming 9,80 841,79 860,09 18,30
c. Drilling & Rivetting 6,93 848,72 867,02 18,30
SUB ASSY
END UNDERFRAME
a. End u/f ass'y in jig 10,70 877,72 917,70 39,98
b. Welding out Jig 15,60 893,32 933,30 39,98
c. Reforming 15,15 908,47 948,45 39,98
Underframe
a. Ass'y Underframe 9,74 918,20 958,18 39,98
b. Welding out jig + bracket 11,90 930,11 970,09 39,98
c. Reforming 9,79 939,90 979,88 39,98
IV-57
d. Keystone plate 11,98 951,88 991,86 39,98
SIDE WALL
a. Frame ass'y 30,12 897,14 897,14 0,00
b. Welding + Grinding in jig 18,21 915,35 915,35 0,00
c. Sheating plate 34,74 950,09 950,09 0,00
d. Spot welding 23,56 973,65 973,65 0,00
e. Welding bracket +
grinding 18,21 991,86 991,86 0,00
END WALL
a. Welding in jig 20,15 887,17 946,75 59,58
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
b. Welding + Grinding out
jig 20,15 907,32 966,90 59,58
c. Reforming 24,96 932,28 991,86 59,58
ROOF
a. Welding in jig 16,30 883,32 904,83 21,52
b. Welding + grinding in jig 18,80 902,12 923,63 21,52
c. Reforming 25,20 927,32 948,83 21,52
d. Sheating plate 24,23 951,54 973,06 21,52
e. Welding + grinding out jig 18,80 970,34 991,86 21,52
CARBODY
a. Carbody ass'y 18,72 1010,58 1010,58 0,00
b. Reforming 12,48 1023,06 1023,06 0,00
c. Partition 12,25 1035,31 1035,31 0,00
d. Ceiling 10,41 1045,72 1045,72 0,00
Inspection 9,36 1055,08 1055,08 0,00
B> FINISHING
1 Grit Blasting 12,48 1067,56 1067,56 0,00
2 Cleaning + Primer Painting 12,48 1080,04 1080,04 0,00
3 Car Body Reforming 12,48 1092,52 1092,52 0,00
IV-58
4 a. Touch up Primer 3,12 1095,64 1095,64 0,00
b. Bituminous + Insulation
Wall 6,24 1101,88 1101,88 0,00
c. Grey Painting 3,12 1105,00 1105,00 0,00
d. Black Painting 3,12 1108,12 1108,12 0,00
5 a. Unitex Work I 3,12 1111,24 1111,24 0,00
b. Floor Lavatory 6,24 1117,48 1117,48 0,00
c. Unitex Work II 3,12 1114,36 1117,48 3,12
d. Entrance Step Plate 6,24 1117,48 1117,48 0,00
6 a. Insulation (roof,end wall) 6,24 1123,72 1123,72 0,00
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
b. Putty Awal 6,24 1129,96 1129,96 0,00
7 a. Sanding Unitex 3,12 1133,08 1133,08 0,00
b. Putty Awal 9,36 1142,44 1142,44 0,00
8 Putty Akhir 12,48 1154,92 1154,92 0,00
9 a. Putty Akhir 6,24 1161,16 1161,16 0,00
b. Sanding Putty (roof,end
wall) 6,24 1167,40 1167,40 0,00
10 Sanding Putty Side Wall 12,48 1179,88 1179,88 0,00
11 a. Surfacer 8,32 1188,20 1188,20 0,00
b. Sealer Gutter 3,12 1191,32 1192,36 1,04
c. Touch up putty 3,12 1191,32 1192,36 1,04
d. Water Sanding 4,16 1192,36 1192,36 0,00
e. Cleaner Degreaser + Top
Coat I ( wall ) 3,12 1191,32 1192,36 1,04
12 a. Cleaner Degreaser + Top
Coat I ( roof ) 3,12 1195,48 1197,35 1,87
b. Water sanding +Touchup
putty 4,99 1197,35 1197,35 0,00
c. Sanding putty 3,12 1200,47 1200,47 0,00
13 a. Linolium + Taraflex 6,24 1206,71 1206,71 0,00
IV-59
b. Side Window unit 5,20 1205,67 1206,71 1,04
c. Packing + Panel Ruang +
Switchboard 4,16 1204,63 1206,71 2,08
14 a. Masking (Jendela, Pintu) +
Cleaning + Top Coat II 6,24 1212,95 1214,51 1,56
b. Masking Strip + Striping 7,80 1214,51 1214,51 0,00
15 a. - Inside Wiring+Protection
Cable+Cable 9,36 1223,87 1226,99 3,12
- Power + Bor Plendes +
Cable Ceiling + Tyraf + Vinil
Tube
6,24 1220,75 1226,99 6,24
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
b. Conduit pipe + Emergency
+ Brake Pipe 3,12 1217,63 1226,99 9,36
c. Brake Arrangement + Water
Tank Atas + Ventilator 12,48 1226,99 1226,99 0,00
16 a. Cable Ceiling + Tyraf +
Vinil Tube 6,24 1233,23 1236,35 3,12
b. Fitt. Switchboard +Trafo +
Crimping + Cable Duct S.B 6,24 1233,23 1236,35 3,12
c. Coupler Device 3,12 1230,11 1236,35 6,24
d. Water pipe + Lavatory pipe 5,35 1232,34 1236,35 4,01
e. Air pipe + Hose Conection +
Angle Cock 9,36 1236,35 1236,35 0,00
f. Rubber chusion + Treshold +
Sill Plate 8,32 1235,31 1236,35 1,04
17 a. Side center ceiling + Plate
Ceiling 1 + Plate Ceiling 2 6,24 1242,59 1244,67 2,08
b. Gang way door fitting +
Partition Door Fitting 4,99 1241,35 1244,67 3,33
c. (Ceiling, dinding) vestibule
+ Asbak + Cover Hand Wheel 6,24 1242,59 1244,67 2,08
d. Emergency lamp+Side
light+Tail Light+Box Lampu 6,24 1242,59 1244,67 2,08
IV-60
(Vestibule,Gangway)
e. Water pipe & Brake pipe
Test 8,32 1244,67 1244,67 0,00
18 a. Side ceiling + moulding 9,98 1254,66 1254,66 0,00
b. Case Exhaust fan lavatory +
( Ceiling + Dinding ) Lavatory 8,32 1252,99 1254,66 1,66
c. Hand Brake Device + Apron
Fitting + Chute Lavatory 6,24 1250,91 1254,66 3,74
19
a. (Center, End center,
Emergency) Ceiling +
Moulding Ujung
12,48 1267,14 1267,14 0,00
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
b. Frame Rak Begage + Side
Panel + Dril.for Seat 8,32 1262,98 1267,14 4,16
c. Side Entrance
Door+(Cover,Water
Resistant,Catch,Stopper,Funel)
12,48 1267,14 1267,14 0,00
d. Rubber bellow + Lid +
Cover Hand Brake 8,32 1262,98 1267,14 4,16
e. Pipa untuk ( Closed ) 3,12 1257,78 1267,14 9,36
f. Out side marking 3,12 1257,78 1267,14 9,36
20 a. Cover Window Lavatory
Moulding 12,48 1279,62 1279,62 0,00
b. Part Lavatory ( Closet, Was
Basin, Mirror, Handle, Coat
Hook, Tempat Sabun, dll )
8,32 1275,46 1279,62 4,16
c. Lampu Saloon 9,36 1276,50 1279,62 3,12
21 Pelubangan Seat+Protection
Moulding Penjepit Linoliom 6,24 1285,86 1285,86 0,00
22 a. Cover jendela + Panel antar
Jendela 6,24 1292,10 1295,22 3,12
b. Pintu Lavatory ( Moulding,
Karet ) 9,36 1295,22 1295,22 0,00
c. Fitt. TL Bagasi + Stater 0,78 1286,64 1295,22 8,58
IV-61
23 a. Bracket Rail Curtain + Rail
Curtain 6,24 1301,46 1301,46 0,00
b. Moulding Gang way+Door
Lintle Gangway+Moulding
Partisi Pad Lock+Door Lintle
Partisi
4,68 1299,90 1301,46 1,56
24
a. Meja + No. Kursi + Coat
Hook + Logo + Globe Lampu
(Gangway, Lavatory) + Cover
Center Pin
6,24 1307,70 1307,70 0,00
Tabel 4.3 Nilai early start dan lastest finish seluruh kegiatan (lanjutan)
Tack Kegiatan Waktu
Baku (Jam) ES LF LF-ES
b. Pipa Washbasin + Kran
Washbasin 3,12 1304,58 1307,70 3,12
c. Tabung Lampu Lav. +
Bordes + Exhoust Fan
Lavatory Conection Box +
Limit Switch Lav. + Lampu
Informasi
6,24 1307,70 1307,70 0,00
25 a. Kursi 6,24 1313,94 1323,92 9,98
b. Sealent + Cleaner 6,24 1313,94 1323,92 9,98
c. Touch Up Painting (
Underfloor, Interior ) 9,98 1317,68 1323,92 6,24
26
a. Hand Wheel + Side Bearer
+ Rem Block + Bogie
Mounting
6,24 1323,92 1323,92 0,00
b. Water Test 3,12 1327,04 1330,16 3,12
c. Isi Air 2,08 1326,00 1330,16 4,16
d. Curva Test 6,24 1330,16 1330,16 0,00
27 a. Air Brake Test 6,24 1336,40 1339,52 3,12
b. Electric Test 9,36 1339,52 1339,52 0,00
c. Touch up painting
(Underfloor, Interior) +
Marking Interior
4,99 1335,15 1339,52 4,37
IV-62
28 a. Masking + Strip ( Entrance
Door ) 4,16 1343,68 1343,68 0,00
b. Fitt. Upper plate Apron,
Conec ( Safety Chain, Angle
Cock )
0,52 1340,04 1343,68 3,64
c. Conention Jumpler coupler 0,78 1340,30 1343,68 3,38
RUNNING TEST 7,53 1351,21 1351,21 0,00
Dari tabel 4.3 dapat diketahui kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis.
Beberapa kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis tersebut tertulis dalam
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Lintasan kritis
Tack Kegiatan No
Kegiatan
JO
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
Design 1 - - 40
Plan 2 - - 80
Material Receipt 3 - - 240
B O D Y
A> FABRIKASI
Detail Part Manufacturing
a. Cutting 4 1235,68 8 154,46
b. Drilling 5 648,96 5 129,792
c. shaping 6 973,44 5 194,688
d. Grinding 7 648,96 6 108,16
e. Inspection 8 224,48 2 112,24
a. Welding in jig 9 3731,52 26 11,17
b. Reforming 10 33,5 3 11,17 Bolster
c. Drilling 11 33,5 3 9,63
a. Frame ass'y 24 28,9 3 15,06
b. Welding + Grinding in jig 25 60,24 4 18,21
c. Sheating plate 26 72,84 4 17,37
d. Spot welding 27 69,48 4 17,67
Side
Wall
e. Welding bracket + grinding 28 70,68 4 18,21
a. Carbody ass'y 37 72,84 4 18,72
b. Reforming 38 224,64 12 12,48
Carbody
c. Partition 39 99,84 8 12,25
IV-63
d. Ceiling 40 73,5 6 10,41
Inspection 41 72,9 7 9,36
1 Grit Blasting 42 18,72 2 12,48
2 Cleaning + Primer Painting 43 112,32 9 12,48
3 Car Body Reforming 44 62,4 5 12,48
4 a. Touch up Primer 45 49,92 4 3,12
b. Bituminous + Insulation Wall 46 15,6 5 6,24
c. Grey Painting 47 31,2 5 3,12
d. Black Painting 48 6,24 2 3,12
Tabel 4.4 Lintasan kritis (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
JO
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
a. Unitex Work I 49 6,24 2 3,12
b. Floor Lavatory 50 21,84 7 6,24 5
d. Entrance Step Plate 52 12,48 2 6,24
a. Insulation (roof,end wall) 53 12,48 2 6,24 6
b. Putty Awal 54 24,96 4 6,24
a. Sanding Unitex 55 31,2 5 3,12 7
b. Putty Awal 56 9,36 3 9,36
8 Putty Akhir 57 65,52 7 12,48
a. Putty Akhir 58 62,4 5 6,24 9
b. Sanding Putty (roof,end wall) 59 12,48 2 6,24
10 Sanding Putty Side Wall 60 24,96 4 12,48
a. Surfacer 61 37,44 3 8,32 11
d. Water Sanding 64 24,96 3 4,16
b. Water sanding +Touchup
putty 67 12,48 3 4,99
12
c. Sanding putty 68 24,96 5 3,12
13 a. Linolium + Taraflex 69 12,48 4 6,24
14 b. Masking Strip + Striping 73 24,96 4 7,80
15 c. Brake Arrangement + Water
Tank Atas + Ventilator 77 31,2 4 12,48
16 e. Air pipe + Hose Conection + 82 37,44 3 9,36
IV-64
Angle Cock
17 e. Water pipe & Brake pipe Test 88 37,44 4 8,32
18 a. Side ceiling + moulding 89 24,96 3 9,98
a. (Center, End center,
Emergency) Ceiling + Moulding
Ujung
92 49,92 5 8,32
19 c. Side Entrance
Door+(Cover,Water
Resistant,Catch,Stopper,Funel)
94 24,96 3 12,48
20 a. Cover Window Lavatory
Moulding 98 49,92 4 8,32
Tabel 4.4 Lintasan kritis (lanjutan)
Tack Kegiatan No
Kegiatan
JO
Standart
Jumlah
SDM
Normal
(Orang)
Waktu
Baku
(Jam)
21 Pelubangan Seat+Protection
Moulding Penjepit Linoliom 101 24,96 3 12,48
22 b. Pintu Lavatory ( Moulding,
Karet ) 103 91,92,93 2 9,36
23 a. Bracket Rail Curtain + Rail
Curtain 105 18,72 2 6,24
24
c. Tabung Lampu Lav. + Bordes
+ Exhoust Fan Lavatory
Conection Box + Limit Switch
Lav. + Lampu Informasi
107 12,48 2 18,72
a. Kursi 109 98,99 3 24,96
25 c. Touch Up Painting (
Underfloor, Interior ) 113
100, 101,
102 4 9,98
26 d. Curva Test 116 49,92 5 3,12
27 b. Electric Test 118 6,24 2 9,36
28 a. Masking + Strip ( Entrance
Door ) 120 18,72 2 4,16
RUNNING TEST 123 24,96 6 7,53
Keterangan kegiatan-kegiatanyang termasuk di lintasan kritisadalah
sebagai berikut:
IV-65
a. Design, kegiatan ini dilakukan di bagian Teknologi Produksi. Di bagian ini
dilakukan penggambaran ukuran-ukuran part yang menyusun kereta yang akan
dibuat. Dalam melakukan penggambaran teknik digunakan Software Auto Cad
2002.
b. Plan, kegiatan ini dilakukan di bagian Rendal Produksi. Di bagian ini dilakukan
penjadwalan produksi, work instruksi, cek kemajuan proyek dan lain-lain. Dalam
melakukan penjadwalan, bagian ini menggunakan software Microsoft project
2003.
c. Material Receipt, kegiatan ini dilakukan di bagian Logistik. Dibagian ini dilakukan
pemesanan material ke produsen pengecoran baja sebagai piak mayoritas
material yang dipesan.
d. Detail Part Manufacturing
· Seksi pemotongan, bagian pemotongan ini bertugas memotong plat yang
didasari dengan terbentuknya chip atau gram sebagai akibat proses
pemotongan tersebut. Mesin yang digunakan pada seksi pemotongan
plate, yaitu: mesin gergaji pita, mesin shape steel, gas cutter, gas shear,
dan mesin bevel.
· Seksi perlubangan, walaupun namanya seksi perlubangan, tetapi tugas
seksi ini bukan hanya membuat lubang-lubang saja tetapi juga melakukan
pemotongan plat dengan prinsip lubang-lubang bersambungan. Mesin-
mesin yang digunakan pada seksi ini selain mesin-mesin drilling manual,
juga digunakan mesin-mesin otomatis diantaranya NCT (Numerical Control
Turret).
· Seksi pembentukan, seksi pembentukan bertugas membentuk material
atau plat secara plastis menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan pada suhu
kamar. Jadi proses pengerjaannya termasuk proses pengerjaan dingin.
Adapun mesin-mesin yang digunakan, yaitu: mesin roll, mesin bending
(press brake), dan hydraulic.
IV-66
· Seksi Grinding, merupakan salah satu seksi dari pengerjaan plat yang
bertugas menghaluskan part-part, hal ini dilakukan karena untuk
memudahkan bagian selanjutnya untuk merakit.
· Seksi Inspection, Seksi Inspection bertugas untuk mengecek part-part
sebelum dikirim ke bagian minor assembling.
e. Bolster
· Welding in jig, pengelasan yang dilakukan di atas jig Bolster setelah parat-
part sudah ditata di atas jig.
· Reforming, reforming dilakukan ketika pengelasalan di atas jig telah
selesai. Reforming dilakukan untuk mengembalikan ukuran standart yang
telah berubah karena terkena proses pengelasan.
· Drilling, kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan perakitan
selanjutnya yang salah astunya dengan mengaitkan dengan mur baut.
f. Side Wall
· Frame ass'y, adalah perakitan atau penataan part-part diatas jig Side wall.
Kegiatan in dilakukan untuk memudahkan proses selanjutnya yaitu
mengelasan dan penggrindaan.
· Welding + Grinding in jig, kegiatan yang dilakukan dengan cara pengelasan
antar part yang sudah disusun diatas jig dan penghalusan sisa-sisa
pengelasan.
· Sheating plate, adalah peletakan lapisan berupa plat tipis yang lebar yang
diletakkan di atas dan dibawah rangka yang sudah dilas dan di grinda pada
proses sebelumnya.
· Spot welding, pengelasan titik di side wall yang melibatkan lapisan tipis
dan kerangka side wall.
· Welding bracket + grinding, pengelasan dan penggrindaan yang khusus
dilakukan untuk bagian siku-siku side wall.
IV-67
g. Carbody
· Carbody ass'y, adalah perakitan side wall, underframe dan end wall
menjadi satu bagian. Jika ketiga bagian sudah bersatu, maka bagian atap
kereta atau roof baru dirakit.
· Reforming, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan
ukuran standart. Kegiatan ini meliputi pemanasan dan pemukulan di
bagian yang dirasa kurang rata.
· Partition atau dinding antara pemisah, kegiatan pengelasan dibagian
ujung dari carbody.
· Ceiling, adalah kegiatan pembentukan atap dalam carbody yang nanti
akan digunakan sebagai letak pipa-pipa dan kabel.
h. Pengecatan
· Grit Blasting, kegiatan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada
carbody. Hal ini supaya dalam proses pengecatan, cat mudah untuk
menempel.
· Cleaning + Primer Painting, kegiatan membersihkan dengan kompresor
dan pengecatan dasar (merah, abu-abu atau putih)
· Car Body Reforming, kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan
ukuran standart carbody, carbody berubah karena telah mengalami
proses grit blasting.
· Touch up Primer, kegiatan pendempulan di carbody.
· Bituminous + Insulation Wall, pengecoran lantai dasar. Hal ini difungsikan
untuk peredam kereta pada saat Running.
· Grey Painting, Pengecatan primer (khusus side wall)
· Black Painting, pengecatan primer (khusus rangka bawah carbody)
· Unitex Work I, penyambungan ujung lantai-lantai di interior
· Floor Lavatory, pemasangan lantai toilet
· Entrance Step Plate, Pembuatan pintu toilet
· Insulation (roof,end wall), penyekatan antara roof dan end wall.
IV-68
· Putty Awal, kegiatan pendempulan kasar pada side wall
· Sanding Unitex, kegiatan menyatukan sambungan pada tiap pintu-
pintu
· Putty Awal (2), dempul kasar untuk End wall.
· Putty Akhir, kegiatan pendempulan halus pada side wall.
· Putty Akhir (2), dempul halus untuk End wall.
· Sanding Putty (roof,end wall), pelapisan dempul halus untuk roof
dan end wall. Untuk end wall dilakukan beberapa pendempulan,
karena banyak permukaan yang tidak rata.
· Sanding Putty (Side Wall), pelapisan dempul halus untuk side wall.
· Surfacer, meratakan dempul pada permukaan carbody.
· Water Sanding, pembersihan carbody dengan air dan pasir (bagian
dalam).
· Water sanding +Touchup putty, pembersihan carbody dengan air
dan pasir (bagian luar) dan pendempulan terakhir.
· Sanding putty, pelapisan dempul halus untuk carbody
i. Pemasangan Interior
· Linolium + Taraflex, pemasangan lantai dan penyambungan lantai
dasar. Lantai terbuat dari karet.
· Masking Strip + Striping, pembuatan strip di bagian luar carbody.
· Brake Arrangement + Water Tank Atas + Ventilator, penyusunan
system pengereman, pemasangan tandon air dan pembuatan
ventilasi.
· Air pipe + Hose Conection + Angle Cock, pemasangan pipa-pipa
pneumatic, pemasangan pipa-pipa hidrolic dan pembentukan sudut-
sudut pipa tersebut.
· Water pipe & Brake pipe Test, pengetesan pipa saluran air dan pipa
untuk system pengereman.
· Side ceiling + moulding, pemasangan langit-langit penutup kerangka
pada dinding samping
IV-69
· (Center, End center, Emergency) Ceiling + Moulding Ujung,
pemasangan lampu peringatan pada bagian tengah dan ujung serta
langit-langit pada ujung depan dan belakang
· Side Entrance Door+(Cover, Water Resistant, Catch, Stopper,
Funel), pemasangan pintu dan pemasangan Cover, Water Resistant,
Catch, Stopper dan Funel
· Cover Window Lavatory Moulding, pemasangan jendela pada toilet
maupun pada side wall.
· Pelubangan Seat+Protection Moulding Penjepit Linoliom
· Pintu Lavatory ( Moulding, Karet ), pemasangan karet pada pintu
toilet.
· Bracket Rail Curtain + Rail Curtain, pemasangan tempat korden
pada jendela
· Tabung Lampu Lav. + Bordes + Exhoust Fan Lavatory Conection
Box + Limit Switch Lav. + Lampu Informasi, pemasangan lampu
pada toilet, pembatas antara toilet dengan ruang utama, pemesangan
Conection Box dan Limit Switch di toilet, dan lampu informasi atau
alarm tanda bahaya.
· Kursi, pemasangan kursi.
· Touch Up Painting ( Underfloor, Interior ), pengecatan lantai di interior.
j. Finishing Akhir
· Curva Test, tes curva yang dilakukan untuk tingkat kelayakan disaat
terjadi belokan saat running.
· Electric Test, pengetesan aliran listrik pada kereta.
· Masking + Strip ( Entrance Door ), pembuatan stripping pada pintu
luar dan dalam.
· Running Test. Tes jalan.
4.2.4 Penentuan Value Stream Awal Pada Proses Pembuatan Kereta
Ekonomi
Pemahaman terhadap aliran material dalam proses produksi merupakan hal
yang penting dalam mengevaluasi value stream. Secara sederhana, value stream
IV-70
dapat diartikan sebagai segala aktivitas yang memberikan nilai tambah terhadap
produk, mulai dari kedatangan bahan baku sampai menjadi produk jadi dan siap
dikirim ke tangan konsumen. Pada penyusunan penelitian ini digunakan big
picture mapping untuk menggambarkan value stream sistem produksi Kereta
Ekonomi secara garis besar. Penggambaran value stream sistem produksi Kereta
Ekonomi dimulai dari proses design oleh bagian Teknologi, perencanaan oleh
bagian Rendal Produksi, pemesanan material oleh bagian Logistik, pemotongan
dan pembentukan part dalam Detail Part Manufacturing, perakitan minor,
perakitan sub ass’y, perakitan Carbody, finishing (Pengecatan, interior dan
finishing akhir) dan dikhiri dengan pengiriman ke PT KAI.
Big picture mapping berguna untuk menggambarkan keseluruhan proses
secara makro, memvisualisasikan aliran proses, lead time proses dan
menunjukkan dimana terdapat waste. Big picture mapping kondisi awal
perusahaan digunakan untuk memetakan kondisi sebenarnya yang terjadi di
perusahaan dan bukan kondisi yang diharapkan oleh perusahaan. (Hines dan
Taylor, 2000). Skema big picture mapping yang menggambarkan value stream
proses Kereta Ekonomi ditunjukkan pada gambar 4.1.
IV-72
4.2.5 Identifikasi Waste Menunggu di setiap kegiatan di Lintasan Kritis
Tahapan dalam melakukan identifikasi dan pembobotan waste pada proses
pembuatan Kereta Ekonomi, sebagai berikut:
1. Pengisian skor atau bobot tiap waste terpilih,
Pengisian skor atau bobot tiap waste dilakukan oleh semua operator ahli yang
terlibat dalam proses pembuatan Kereta Ekonomi, dalam hal ini meliputi
operator di bagian Fabrikasi dan Finishing. Aturan pengisian skor atau bobot
ditunjukkan pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Skor dalam pembobotan waste
SKOR Keterangan 0 tidak ada waste 1 sangat sedikit waste 2 sedikit waste 3 banyak waste 4 sangat banyak waste
Sumber: Hiroyuki Hirano,1990
Contoh pengisian bobot waste oleh operator bagian Electric test:
Pengisian bobot waste oleh operator yang ahli di Electric test ditunjukkan
tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Pengisian pembobotan waste
Ada Tidak 0 1 2 3 4a Produksi berlebih akibat kelebihan jurnlah produksi dari stasiun kriteria sebelumnyab Produksi berlebih akibat produksi tidak sesuai dengan jadwal produksic Produksi berlebih karena belum adanya pencatatan jumlah produksid Produksi berlebih karena kesalahan instruksi mengenai target produksie Produksi berlebih akibat adanya produk cacat yang tidak dapat di revisia Menunggu material dan stasiun kerja sebelumnya √b Menunggu karena belum adanya prosedur proses produksi √c Menunggu karena jumlah operator ahli terbatas √d Menunggu karena jumlah mesin terbatas √e Menunggu karena adanya operator ahli yang absen √a Transportasi berlebih karena tata letak yang kurang baikb Transportasi berlebih karena adanya arus balik antar stasiun kerjac Transportasi berlebih karena peralatan material handling m asih manuald Transportasi berlebih karena operator sering melakukan peminjaman alate Transportasi berlebih karena produksi dilakukan di area yang berbedaa Proses tidak sesuai karena tidak memberikan penambahan fungsi pada produkb Proses tidak sesuai karena terjadi breakdown pada mesinc Proses tidak sesuai akibat belum adanya prosedur proses produksid Proses tidak sesuai karena konsentrasi pekerja kurang baike Proses tidak sesuai akibat terjadi kesalahan penggunaan toola Persediaan tidak perlu akiba kesalahan peramalan kebutuhan bahan bakutb Persediaan tidak perlu akibat kesalahan pencatatan jumlah persediaanc Persediaan tidak perlu akibat terlalu banyak menyimpan komponen pendukungd Persediaan tidak perlu karena pembelian bahan baku secara periodike Persediaan tidak perlu akibat adanya produksi berlebiha Gerakan yanq tidak perlu akibat tata letak mesin produksi yang kurang baikb Gerakan yang tidak perlu akibat desain mesib yanq kurang ergonomisc Gerakan yang tidak perlu akibat posisi mesin atau tool terhadap benda keriad Gerakan yang tidak perlu akibat posisi operator terhadap benda kerjae Gerakan yang tidak perlu akibat penyimpanan tool yang kurang baika Kecacatan produk karena belum adanya prosedur inspeksib Kecacatan produk karena kesalahan operator dalam proses produksic Kecacatan produk karena kesalahan dalam melakukan perakitand Kecacatan produk akibat kualitas material yang kurang baike Kecacatan produk akibat kesalahan dalam proses material handling
5. PERSEDIAAN TIDAK PERLU √
Deskripsi WasteWasteBobot
√2. MENUNGGU
Konfirmasi
√1. PRODUKSI BERLEBIH
√3. TRANSPORTASI BERLEBIH
√4. PROSES TIDAK SESUAI
√6. GERAKAN TIDAK PERLU
√7. KECACATAN PRODUK
IV-73
Dari tabel 4.6 mengenai pengisian bobot waste oleh operator di Electric test,
dapat diketahui bahwa operator memilih menunggu sebagai waste yang terjadi
pada proses Electric test.
2. Penjumlahan skor atau bobot tiap waste,
Skor atau bobot dari tiap waste yang diperoleh dari operator ahli di tiap bagian
kemudian dijumlahkan. Perhitungan penjumlahan bobot tiap waste di kegiatan
Electric test, sebagai berikut:
· Menunggu = 2 + 1 + 2 + 1 + 1 = 7
3. Proses merekap jumlah bobot tiap waste terpilih di tiap bagian.
Rekapitulasi pembobotan waste di tiap stasiun kerja ditunjukkan tabel 4.7
berikut ini.
Tabel 4.7 Rekapitulasi prosentase waste menunggu
Tack Kegiatan Waste
Menunggu
Prosentase
Waste
Menunggu
Detail Part Manufacturing 0 0,00%
a. Welding in jig 2 0,99%
b. Reforming 7 3,45% bolster
c. Drilling 3 1,48%
a. Frame ass'y 4 1,97%
b. Welding + Grinding in jig 2 0,99%
c. Sheating plate 3 1,48%
d. Spot welding 2 0,99%
side wall
e. Welding bracket + grinding 4 1,97%
a. Carbody ass'y 8 3,94%
b. Reforming 6 2,96%
c. Partition 2 0,99% carbody
d. Ceiling 1 0,49%
Inspection 8 3,94%
1 Grit Blasting 4 1,97%
2 Cleaning + Primer Painting 4 1,97%
3 Car Body Reforming 3 1,48%
IV-74
Tabel 4.7 Rekapitulasi prosentase waste menunggu (lanjutan)
Tack Kegiatan Waste
Menunggu
Prosentase
Waste
Menunggu
a. Unitex Work I 2 0,99%
b. Floor Lavatory 3 1,48% 5
d. Entrance Step Plate 3 1,48%
a. Insulation (roof,end wall) 3 1,48% 6
b. Putty Awal 4 1,97%
a. Sanding Unitex 3 1,48% 7
b. Putty Awal 3 1,48%
8 Putty Akhir 3 1,48%
a. Putty Akhir 2 0,99% 9
b. Sanding Putty (roof,end wall) 4 1,97%
10 Sanding Putty Side Wall 4 1,97%
a. Surfacer 5 2,46% 11
d. Water Sanding 4 1,97%
b. Water sanding +Touchup putty 3 1,48% 12
c. Sanding putty 4 1,97%
13 a. Linolium + Taraflex 1 0,49%
14 b. Masking Strip + Striping 2 0,99%
15 c. Brake Arrangement + Water Tank Atas +
Ventilator 7 3,45%
16 e. Air pipe + Hose Conection + Angle Cock 5 2,46%
17 e. Water pipe & Brake pipe Test 6 2,96%
18 a. Side ceiling + moulding 2 0,99%
a. (Center, End center, Emergency) Ceiling +
Moulding Ujung 6 2,96%
19 c. Side Entrance Door+(Cover,Water
Resistant,Catch,Stopper,Funel) 2 0,99%
20 a. Cover Window Lavatory Moulding 2 0,99%
21 Pelubangan Seat+Protection Moulding Penjepit
Linoliom 6 2,96%
22 b. Pintu Lavatory ( Moulding, Karet ) 3 1,48%
IV-75
Tabel 4.7 Rekapitulasi prosentase waste menunggu (lanjutan)
Tack Kegiatan Waste
Menunggu
Prosentase
Waste
Menunggu
23 a. Bracket Rail Curtain + Rail Curtain 3 1,48%
24
c. Tabung Lampu Lav. + Bordes + Exhoust Fan
Lavatory Conection Box + Limit Switch Lav. +
Lampu Informasi
3 1,48%
25 a. Kursi 4 1,97%
c. Touch Up Painting ( Underfloor, Interior ) 3 1,48%
26 d. Curva Test 8 3,94%
27 b. Electric Test 7 3,45%
28 a. Masking + Strip ( Entrance Door ) 3 1,48%
RUNNING TEST 6 2,96%
Total Bobot 203 100.00%
4. Perhitungan total bobot dan nilai rata-rata bobot tiap waste,
Total bobot diperoleh dengan cara menjumlahkan bobot tiap waste di tiap
stasiun kerja. Perhitungan total bobot dan nilai rata-rata pada waste jenis
“menunggu”:
Total bobot = 2 + 7 + 3 + …… 3 + 6
= 203
5. Perhitungan persentase total bobot tiap waste di tiap stasiun kerja,
Total bobot waste dalam persentase diperoleh dengan cara membagi bobot
waste di stasiun kerja dengan total bobot di seluruh stasiun kerja. Rekapitulasi
persentase total bobot tiap waste di tiap stasiun kerja ditunjukkan tabel 4.9
berikut ini.
4.2.6 Penentuan Penyebab Waste dengan Cause Effect Diagram
Penyebab terjadi waste menunggu adalah sebagai berikut:
· Menunggu material dan stasiun kerja sebelumnya
· Belum adanya prosedur proses produksi
· Jumlah operator ahli terbatas
· Jumlah mesin terbatas
· Adanya operator ahli yang absen
IV-76
Penyebab terjadinya waste menunggu ditunjukkan pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Cause effect diagram waste menunggu
Berdasarkan gambar 4.10 di atas penyebab terjadinya waste menunggu pada
proses pembuatan Kereta Ekonomi dapat diuraikan secara jelas sebagai
berikut:
b. Menunggu material dan stasiun kerja sebelumnya
· Tidak meratannya beban kerja
· Adanya kerusakan pada Tool atau mesin pada kegiatan
sebelumnya
· Proses dari kegiatan sebelumnya belum sesesai
c. Belum adanya prosedur proses produksi
· Bagian ppc belum menentukan sistem prosedur
· Operator bingung harus melakukan apa yang harus dilakukan
d. Jumlah operator ahli terbatas
· Tidak semua operator yang menguasai teknik pengerjaannya
· Operator sedang melakukan pekerjaan lain
· Tidak adanya penambahan operator
IV-77
e. Jumlah mesin terbatas
· Mesin sedang digunakan untuk proses pada proyek lain
· Minimnya anggaran untuk melakukan pembelian mesin baru
· Tidak seimbang antara kapasitas produksi dengan order yang ada
f. Adanya operator ahli yang absen
· Operator sedang ada acara keluarga / berpergian
· Operator sedang sakit
4.2.7 Alokasi tenaga kerja dengan menggunakan metode ACTIM
Perbaikan value stream dilakukan dengan melakukan pengalokasian
tenaga kerja di sitiap bagian. Pengalokasian tersebut dilakukan dengan metode
ACTIM. Prosedur Pengalokasian Sumber Daya Tunggal dengan ACTIM adalah
sebagai
berikut:
1. Hitung batas tetap sumber daya manusia.
2. Susun tabel dasar, isi kolom 1 dan 2
3. Hitung ACTIM untuk setiap aktivitas kemudian urutkan dari besar
ke kecil di baris
4. Isi Baris
5. Isi baris mulai dengan 0
6. Lakukan Iterasi 1 ,Isi dan untuk aktivitas-aktivitas terdekat dst.
Alokasi dilakukan tiap bagian dalam pengerjaan kereta. Ada 6 bagian yang
dilakukan pengalokasian tenaga kerja yaitu minor ass’y, sub ass’y, carbody ass’y,
pengecatan, pemasangan interior dan finishing akhir.
a. Alokasi SDM di bagian minor ass’y
Batas tetap SDM = DN
= 2.31
)393.6(...)393.10()37.11( xxx +++ = 7 orang
Tabel 4.10 Alokasi SDM di bagian minor ass’y
IV-78
SDM=7
activity 9 12 14 10 15 13 11 16
duration 11.17 10.93 7.33 16.75 9.80 14.80 14.45 6.93
actim 42.37 42.37 42.37 31.20 16.73 14.80 14.45 6.93
SDM 3.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00
T earl 0.00 0.00 0.00 11.17 7.33 10.93 16.75 9.80
T start 0.00 0.00 10.93 11.17 18.27 11.17 27.92 28.07
T finish 11.17 10.93 18.27 27.92 28.07 25.97 42.37 35.00
t now 0 10.93 11.17 18.27 27.92 28.07
Ress Ava 7 4 4 3 2 2
act. allow 9, 12, 14 14, 10, 13 10, 13 15,11 11,16 16
iteration no. 1 2 3 4 5 6
minor ass'y
b. Alokasi SDM di bagian sub ass’y
Batas tetap SDM = DN
= 124.84
)398.11(...)33.16()212.30( xxx +++= 9 orang
Tabel 4.11 Alokasi SDM di bagian sub ass’y SDM=9
activity 24 32 25 33 17 26 18 34 29 19
duration 30.12 16.3 18.21 18.8 10.7 34.74 15.6 25.2 20.15 15.15
actim 124.84 103.33 94.72 87.03 84.86 76.51 74.16 68.23 65.26 58.56
SDM 2 3 4 3 3 2 2 2 4 2
T earl 0 0 30.12 16.3 0 53.31 10.7 35.1 0 26.3
T start 0 0 35.1 16.3 0 53.31 10.7 45.27 26.3 30.12
T finish 30.12 16.3 53.31 35.1 10.7 88.05 26.3 70.47 46.45 45.27
t now 0 10.7 16.3 26.3 30.12 35.1 45.27 46.45 53.31 66.6
Ress Ava 9 4 5 4 2 5 3 5 5 7
act. allow 24,32,17,29 18,29 33,29 29,19 25,19 25,34 34,20 30,20, 26,20 20,31
iteration no. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
activity 30 20 35 27 21 31 22 36 28 23
duration 20.15 9.735 24.225 23.56 11.903333 24.96 9.7925 18.8 18.21 11.98
actim 45.11 43.41 43.03 41.77 33.68 24.96 21.77 18.80 18.21 11.98
SDM 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3
T earl 20.15 41.45 60.3 83.07 51.185 40.3 63.088333 84.525 106.63 72.880833
T start 46.45 66.6 70.47 88.05 76.335 66.6 91.56 94.695 111.61 101.3525
T finish 66.6 76.335 94.695 111.61 88.238333 91.56 101.3525 113.495 129.82 113.3325
t now 70.47 76.335 88.05 88.238333 91.56 94.695 111.61 101.3525
Ress Ava 2 4 3 3 6 4 4 4
act. allow 35 21, 27 22 22 36 28 23
iteration no. 11 12 13 14 15 16 17 18
sub ass'y
c. Alokasi SDM di bagian Carbody ass’y
Batas tetap SDM = 12 orang, karena kegiatan berurutan dan diambil SDM
yang paling besar.
Tabel 4.12 Alokasi SDM di bagian Carbody ass’y
IV-79
SDM=12
activity 37 38 39 40 41
duration 18.72 12.48 12.25 10.41 9.36
actim 63.22 44.50 32.02 19.77 9.36
SDM 12.00 8.00 6.00 7.00 2.00
T earl 0.00 18.72 12.48 12.25 10.41
T start 0.00 18.72 31.2 43.45 53.86
T finish 18.72 31.20 43.45 53.86 63.22
t now 0 18.72 31.2 43.45 53.86
Ress Ava 12 12 12 12 12
act. allow 37 38 39 40 41
iteration no. 1 2 3 4 5
sub ass'y
d. Alokasi SDM di bagian pengecatan
Batas tetap SDM = DN
= 145.39
)412.3(...)548.12()948.12( xxx +++= 12 orang
Tabel 4.13 Alokasi SDM di bagian pengecatan SDM=12
activity 42 43 44 45 46 47 48 49 50 52 51
duration 12.48 12.48 12.48 3.12 6.24 3.12 3.12 3.12 6.24 6.24 3.12
actim 145.392 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.12
SDM 9 5 4 5 5 2 2 7 2 2 5
T earl 0 12.48 24.96 37.44 40.56 46.8 49.92 53.04 56.16 56.16 56.16
T start 0 12.48 24.96 37.44 40.56 46.8 49.92 53.04 56.16 56.16 56.16
T finish 12.48 24.96 37.44 40.56 46.8 49.92 53.04 56.16 62.4 62.4 59.28
t now 0 12.48 24.96 37.44 40.56 46.8 49.92 53.04
Ress Ava 9 9 9 9 9 9 9 9
act. allow 42 43 44 45 46 47 48 49
iteration no. 1 2 3 4 5 6 7 8
activity 53 54 55 56 57 58 59 60 61 64 62
duration 6.24 6.24 3.12 9.36 12.48 6.24 6.24 12.48 8.32 4.16 3.12
actim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11.232
SDM 4 5 3 7 5 2 4 3 3 4 2
T earl 62.4 68.64 74.88 78 87.36 99.84 106.08 112.32 124.8 133.12 133.12
T start 62.4 68.64 74.88 78 87.36 99.84 106.08 112.32 124.8 133.12 133.12
T finish 68.64 74.88 78 87.36 99.84 106.08 112.32 124.8 133.12 137.28 136.24
t now 62.40 68.64 74.88 78 87.36 99.84 106.08 112.32 124.8
Ress Ava 9 9 9 9 9 9 9 9 9
act. allow 53 54 55 56 57 58 59 60 61
iteration no. 10 11 12 13 14 15 16 17 18
activity 63 65 67 66 68
duration 3.12 3.12 4.992 3.12 3.12
actim 11.232 11.232 0 6.24 0
SDM 2 4 5 4 4
T earl 133.12 133.12 137.28 137.28 142.272
T start 133.12 136.24 139.36 139.36 144.352
T finish 136.24 139.36 144.352 142.48 147.472
t now 142.48
Ress Ava 9
act. allow 68
iteration no. 22
9
19
20 21
56.16
139.36136.24
133.12
67,66
9
9
8
64,62,63,65
65
50,52,51
9
sub ass'y
e. Alokasi SDM di bagian pemasangan interior
Batas tetap SDM = DN
= 145.39
)424.6(...)62.5()424.6( xxx +++= 9 orang
IV-80
Tabel 4.14 Alokasi SDM di bagian pemasangan interior
SDM=9
activity 69 70 71 73 72 77 74 75 76 82 83 78 79 81 80
duration 6.24 5.2 4.16 7.8 6.24 12.48 9.36 6.24 3.12 9.36 8.32 6.24 6.24 5.3485714 3.12
SDM 4 6 3 4 5 3 2 3 2 4 3 5 2 7 3
actim 117.208 116.168 115.128 110.968 109.408 103.168 100.048 96.928 93.808 90.688 89.648 87.568 87.568 86.676571 84.448
T earl 0 0 0 6.24 6.24 14.04 14.04 14.04 14.04 26.52 26.52 26.52 26.52 26.52 26.52
T start 0 6.24 0 11.44 11.44 19.24 19.24 19.24 25.48 31.72 31.72 40.04 31.72 46.28 41.08
T finish 6.24 11.44 4.16 19.24 17.68 31.72 28.6 25.48 28.6 41.08 40.04 46.28 37.96 51.628571 44.2
t now 0 4.16 6.24 25.48 31.72 37.96 40.04 41.08 44.2 46.28
Ress Ava 9 5 9 3 9 2 5 4 4 9
act. allow 69,70,71 70 70 76 82,83,78,79,81,80 78,81,80 78,81,80 81,80 81 81
iteration no. 2 5 6 7 8 9 10 11activity 88 84 86 87 85 89 90 91 92 94 93 95 96 97
duration 8.32 6.24 6.24 6.24 4.992 9.984 8.32 6.24 12.48 12.48 8.32 8.32 3.12 3.12
SDM 3 4 2 2 5 5 3 2 2 4 3 3 1 2
actim 81.328 79.248 79.248 79.248 78 73.008 71.344 69.264 63.024 63.024 58.864 58.864 53.664 53.664
T earl 35.88 35.88 35.88 35.88 35.88 44.2 44.2 44.2 54.184 54.184 54.184 54.184 54.184 54.184
T start 51.63 51.63 51.63 57.868571 59.9485714 64.940571 64.940571 73.260571 79.500571 79.50057143 79.500571 87.820571 91.980571 91.980571
T finish 59.95 57.87 57.87 64.11 64.94 74.92 73.26 79.50 91.98 91.98 87.82 96.14 95.10 95.10
t now 57.868571 59.9485714 87.820571
Ress Ava 6 7 3
act. allow 87,85 85 95,96,97
iteration no. 13 14 17
activity 98 100 99 101 103 102 104 105 106 107 109 108 112 110 111
duration 12.48 9.36 8.32 6.24 9.36 6.24 0.78 6.24 4.68 6.24 6.24 3.12 9.984 6.24 6.24
SDM 2 2 3 2 2 3 1 2 4 3 3 2 5 4 4
actim 50.544 47.424 46.384 38.064 31.824 28.704 23.244 22.464 20.904 16.224 16.224 13.104 9.984 6.24 6.24
T earl 66.664 66.664 66.664 79.144 85.384 85.384 85.384 94.744 94.744 100.984 100.984 100.984 107.224 107.224 107.224
T start 96.1405714 96.14057143 96.140571 108.62057 114.860571 114.86057 114.86057 124.22057 124.22057 130.4605714 130.46057 130.46057 136.70057 136.70057 142.94057
T finish 108.62 105.50 104.46 114.86 124.22 121.10 115.64 130.46 128.90 136.70 136.70 133.58 146.68 142.94 149.18
t now 108.62057
Ress Ava 9
act. allow 101
iteration no. 20 23 24
107.224
9
112110111
12 15 16 18
19 21 22
124.2205714
9
105106
130.4605714
9
10710910898,100,99
9
96.14057143 114.8605714
9
103102104
79.50057143
9
92,94,93,95,96,97 96,97
6
91.9805714351.62857143
9
88,84,86,87,85
64.94057143
9
89,90,91
1
9
73,72
3
11.44 19.24
9
77,74,75,76
4
Interior
IV-81
f. Alokasi di bagian Finishing Akhir
Batas tetap SDM = DN
= 33.525
)4525.7(...)124.6()424.6( xxx +++= 9 orang
Tabel 4.15 Alokasi SDM di bagian finishing akhir SDM=9
activity 113 116 114 115 118 117 119 120 122 121 123
duration 6.24 6.24 3.12 2.08 9.36 6.24 4.992 4.16 0.78 0.52 7.525
actim 33.525 27.285 24.165 23.125 21.045 17.925 16.677 11.685 8.305 8.045 7.525
SDM 4 1 2 3 2 3 5 6 2 3 4
T earl 0 6.24 6.24 6.24 12.48 12.48 12.48 21.84 21.84 21.84 26
T start 0 6.24 6.24 6.24 12.48 12.48 18.72 23.712 23.712 24.492 24.492
T finish 6.24 12.48 9.36 8.32 21.84 18.72 23.712 27.872 24.492 25.012 32.017
t now 0 18.72 24.492 25.012
Ress Ava 9 7 3 9act. allow 113 119 121 123
iteration no. 1 4 6 7
120,122,121
2 3 5
Finishing akhir
116,114,1159
6.24
118,117,1199
12.48 23.712
9
4.2.8 Penyusunan Value Stream usulan
Penyusunan Value Stream usulan berdasarkan waktu total di setiap bagian
yang diperoleh dari alokasi tenaga kerja. Untuk lebih jelas penggambaran value
stream usulan, dapat dilihat pada gambar Big Piture mapping pada gambar 4.11.
IV-83
4.2.9 Penyusunan jadwal proyek usulan
Penyusunan jadwal proyek baru disusun dengan menggunakan software
MS Project 2003. Keluaran jadwal berbentuk Gantt Chart, sehinnga diketahui
waktu kapan mulai dan kapan berakhir proyek tersebut. Usulan jadwal proyek 1
unit kereta ekonomi untuk Sumatera Barat terlampir.
IV-84
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Analisis hasil dan interpretasi hasil penelitian bertujuan untuk
menginterpretasikan hasil usulan perbaikan Value Stream dengan menggunakan
pendekatan Lean Project pada proses produksi kereta kelas ekonomi (K3) di PT
Industri Kereta Api (Persero).
5.1 ANALISIS
Pada sub bab ini akan diuraikan analisis mengenai penyusunan network
planning, identifikasi lintasan kritis, penentuan value stream awal pada proses
pembuatan kereta ekonomi, identifikasi waste pada lintasan kritis, penentuan
penyebab waste dengan cause effect diagram, alokasi tenaga kerja dengan
menggunakan metode ACTIM, penyusunan Value Stream usulan dan penyusunan
jadwal proyek usulan.
5.1.1 Penyusunan Network Planning
Penyusunan Network Planning dilakukan untuk memberi gambaran secara
grafis urutan operasi kerja, serta ketergantungan antara operasi kerja satu dengan
yang lainnya. Dalam penyusunan network planning, khususnya di bagian
finishing banyak ditemui dummy. Hal ini dikarenakan banyak kegiatan yang sama
dengan atau lebih dari 2 kegiatan dipengaruhi oleh 2 kegiatan atau lebih, sehingga
memungkinkan adanya dummy di network planning tersebut.
5.1.2 Identifikasi Lintasan Kritis
Lintasan Kritis ditentukan sesudah menyusun Network Planning. Lintasan
Kritis ditentukan untuk mengetahui waktu terpanjang dari proses Total.
Identifikasi Lintasan Kritis dimulai dari node start sampai berakhir di node finish.
Kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis adalah saat dimana LS-ES adalah
sama dengan 0 (nol).
Dari hasil network planning, lintasan kritis yang paling menonjol adalah di
bagian minor assy dan sub assy. Kedua bagian tersebut terdiri dari beberapa
kegiatan berantai yang dikerjakan secara paralel. Di bagian minor assy terdiri dari
pembuatan bolster,end beam dan center sill yang dikerjakan secara bersama-sama.
Pembuatan bolster membutuhkan waktu 42.37 jam, end beam 25.73 jam dan
center sill 24.07 jam. Dari ketiganya, pembuatan bolster membutuhkan waktu
IV-85
paling lama dari yang lainnya, sehingga proses pembuatan bolster termasuk dalam
lintasan kritis. Di bagian sub assy terdiri dari pembuatan underframe, side wall,
end wall dan roof yang dikerjakan secara bersama-sama. Pembuatan underframe
membutuhkan waktu 84.86 jam, side wall 124.84 jam, end wall 65.26 jam dan
roof 103.33 jam. Dari keempatnya, pembuatan side wall membutuhkan waktu
paling lama dari yang lainnya, sehingga proses pembuatan side wall termasuk
dalam lintasan kritis. Untuk lebih lengkap tentang kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam lintasan kritis, dapat dilihat pada Tabel 4.4.
5.1.3 Penentuan Value Stream Awal Pada Proses Pembuatan Kereta
Ekonomi
Kondisi awal proses pembuatan Kereta Ekonomi di PT INKA
digambarkan dalam value stream awal proses pembuatan Kereta Ekonomi. Value
stream awal dimulai dari proses design di bagian Teknologi, dilanjutkan dengan
proses plan di bagian Rendal Produksi, material receipt yang di tangani di bagian
Logistik, Proses produksi (Fabrikasi dan Finishing) sampai dengan produk siap
dikirim ke konsumen. Berdasarkan penggambaran big picture mapping, diperoleh
informasi bahwa setelah design kereta sudah jadi, maka dilakukan proses
perencanaan di bagian Rendal Produksi. Perencanaan ini meliputi cutting plan,
jumlah part dan jadwal produksi. Proses perencanaan dilakukan dalam 10 hari
kerja. Setelah perencanaan sudah selesai dilakukan pemesanaan bahan baku yang
menyita waktu 30 hari. Proses produksi (fabrikasi dan finishing) dikerjakan
setelah material datang di Perusahaan. Proses Fabrikasi Kereta Ekonomi sendiri,
dimulai dari proses Detail part manufacturing sampai dengan proses perakitan
Carbody. Proses Detail part manufacturing meliputi pemotongan, pelubangan
pada plat, pembentukan, penggrindaan dan inspeksi. Proses ini membutuhkan
waktu selama 18 hari. Proses selanjutnya adalah Minor Assy, Sub Assy dan
Carbody Assy yang membutuhkan waktu 21 hari kerja. Proses Finishing dimulai
dari bagian Pengecatan, Pemasangan Interior/komponen dan Finishing Akhir.
Proses Finishing ini membutuhkan waktu 58.5 hari kerja dan diakhiri dengan
pengiriman ke PT KAI. Berdasarkan rincian waktu di tiap tahapan proses, lead
time proses pembuatan Kereta Ekonomi dapat ditentukan dengan cara
menjumlahkan waktu yang dibutuhkan untuk semua proses tersebut. Lead time
IV-86
proses pembuatan satu unit Kereta Ekonomi pada value stream awal adalah 146.5
hari.
Waktu yang digunakan untuk proses Design, plan dan material receipt
merupakan kebijakan waktu standart yang ditetapkan perusahaan, sedangkan
waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi Kereta Ekonomi masih dapat
diperbaiki, dengan cara mengembalikan Standart Jam Orang (Man Hour Standart)
dan mencari biaya tenaga kerja yang paling optimal. Value stream awal juga
menggambarkan waste yang terjadi di tiap stasiun atau area kerja yang
didalamnya ada kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis
5.1.4 Identifikasi Waste Menunggu di Setiap Kegiatan di Lintasan Kritis
Identifikasi waste Menunggu di setiap kegiatan di lintasan kritis dilakukan
pada setiap kegiatan yang merupakan lintasan kritis. Dari beberapa kegiatan di
lintasan kritis, diperoleh bahwa kegiatan Carbody assy, Inspection dan Curva Test
merupakan kegiatan yang mempunyai prosentase waste menunggu terbesar yaitu
masing-masing kegiatan tersebut mempunyai prosentase sebesar 3,94%.
5.1.5 Penentuan Penyebab Waste Dengan Cause Effect Diagram
Dalam konsep Value Stream Analysis Tool (VALSAT), dilakukan
identifikasi waste melalui wawancara dan pengisian daftar pertanyaan untuk
mengidentifikasi waste oleh seluruh bagian yang terlibat dalam kegiatan yang
termasuk lintasan kritis dengan pemborosan yang sering timbul.
Dalam analisa identifikasi waste pada lintasan kritis diperoleh bahwa
waste menunggu material dari stasiun kerja sebelumnya terjadi karena proses dari
kegiatan sebelumnya belum sesesai, tidak meratannya beban kerja dan adanya
kerusakan pada tool atau mesin pada kegiatan sebelumnya. Waste menunggu
karena belum adanya prosedur proses produksi disebabkan karena bagian PPC
belum menentukan sistem prosedur dan operator bingung harus melakukan apa
yang harus dilakukan. Waste menunggu karena jumlah operator ahli terbatas
disebabkan oleh operator sedang melakukan pekerjaan lain, tidak semua operator
menguasai teknik pengerjaannya dan tidak adanya penambahan operator. Waste
menunggu karena jumlah mesin yang terbatas terjadi karena mesin sedang
digunakan untuk proses pada proyek lain, tidak seimbang antara kapasitas
produksi dengan order yang ada dan minimnya anggaran untuk melakukan
IV-87
pembelian mesin baru. Waste menunggu karena adanya operator ahli yang absen
terjadi karena operator sedang ada acara keluarga/berpergian dan operator sedang
sakit/berhalangan.
5.1.6 Alokasi tenaga kerja dengan menggunakan metode ACTIM
Perbaikan value stream dilakukan dengan melakukan pengalokasian
tenaga kerja di sitiap bagian. Pengalokasian tersebut dilakukan dengan metode
ACTIM. Alokasi dilakukan tiap bagian dalam pengerjaan kereta ekonomi. Ada 6
bagian yang dilakukan pengalokasian tenaga kerja yaitu minor assy, sub assy,
carbody assy, pengecatan, pemasangan interior dan finishing akhir.
Di bagian minor assy diperoleh batas tetap tenaga kerja sebanyak 7 orang
dengan waktu penyelesaian 42.37 jam dari 8 kegiatan yang ada, sedangkan waktu
penyelesaian awal 36 jam. Di bagian sub assy diperoleh batas tetap tenaga kerja
sebanyak 9 orang dengan waktu penyelesaian 129.82 jam dari 20 kegiatan yang
ada, sedangkan waktu penyelesaian awal 84 jam. Di bagian carbody assy
diperoleh batas tetap tenaga kerja sebanyak 12 orang dengan waktu penyelesaian
63.22 jam dari 5 kegiatan yang ada, sedangkan waktu penyelesaian awal 48 jam.
Di bagian pengecatan diperoleh batas tetap tenaga kerja sebanyak 12 orang
dengan waktu penyelesaian 147.47 jam dari 27 kegiatan yang ada, sedangkan
waktu penyelesaian awal 264 jam. Di bagian pemasangan interior diperoleh batas
tetap tenaga kerja sebanyak 9 orang dengan waktu penyelesaian 149.18 jam dari
44 kegiatan yang ada, sedangkan waktu penyelesaian awal 156 jam. Di bagian
finishing akhir diperoleh batas tetap tenaga kerja sebanyak 9 orang dengan waktu
penyelesaian 32.017 jam dari 11 kegiatan yang ada, sedangkan waktu
penyelesaian awal 48 jam.
5.1.7 Penyusunan Value Stream usulan
Penyusunan Value Stream usulan berdasarkan waktu total di setiap bagian
yang diperoleh dari alokasi tenaga kerja. Diperoleh lead time total 134.4 hari
untuk 1 unit kereta ekonomi. Lead time ini lebih kecil dari lead time sebelum
dilakukannya penyesuaian durasi standart dan alokasi tenaga kerja dengan
menggunakan metode ACTIM. Lead time sebelum adalah sebesar 146.5 hari,
selisih 12.1 hari dari value stream usulan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.1 untuk value stream awal dan gambar 4.11 pada bab sebelumnya.
IV-88
5.1.8 Penyusunan jadwal proyek usulan
Gantt chart disusun untuk mengidentifikasi unsure waktu dan urutan
dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai dan waktu
penyelesaian. Penyusunan Gantt chart dapat dilihat dalam lampiran jadwal
roduksi usulan 1 unit kereta ekonomi untuk Sumatera Barat terlampir.
Dalam penyusunan Gantt chart dapat diperoleh waktu awal dan akhir
pengerjaan 1 unit kereta ekonomi untuk Sumatera Barat secara jelas. Pengerjaan
unit kereta ekonomi untuk Sumatera Barat dimulai 3 Juni 2009 dan berakhir pada
21 Oktober 2009 sebelum dikirim ke PT KAI.
5.2 INTERPRETASI HASIL Dalam penyusunan Value Stream usulan berdasarkan waktu total di setiap
bagian yang diperoleh lead time total 134.4 hari untuk 1 unit kereta ekonomi.
Lead time ini lebih kecil dari lead time sebelum dilakukannya penyesuaian durasi
standart dan alokasi tenaga kerja dengan menggunakan metode ACTIM.
Keunggulan dari usulan perbaikan Value Stream dengan menggunakan
pendekatan Lean Project pada proses produksi kereta kelas ekonomi (K3) di PT
Industri Kereta Api (Persero) adalah pada pemakaian waktu baku telah
disesuaikan dengan standart yang ada yaitu berdasarkan standart jam orang.
Keunggulan yang kedua adalah dalam melakukan alokasi tenaga kerja usulan
dengan menggunakan ACTIM, diperoleh ketetapan jumlah tenaga kerja disetiap
bagian dan alokasi yang jelas di setiap kegiatan di dalam tiap bagian kerja.
IV-89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian
tentang perbaikan Value Stream dengan menggunakan pendekatan Lean Project
pada proses produksi kereta kelas ekonomi (K3) di PT Industri Kereta Api
(Persero). Adapun kesimpulan dan saran seperti diuraikan di bawah ini.
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir di PT Industri
Kereta Api (persero) yaitu dari penyesuaian ke standart jam orang dan alokasi
dengan ACTIM, maka lead time dari proyek tersebut juga berubah. Lead time
awal adalah 146.5 hari, sedangkan lead time usulan diperoleh 134.4 hari. Lead
time usulan lebih singkat dan value stream yang ada di big picture mapping
menjadi lebih pendek 12.1 hari
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada PT. Industri Kereta Api (Persero)
selaku pelaksana proyek pembuatan Kereta Ekonomi kereta kelas 3 (K3) yaitu:
1. Rendal Produksi sebelum melakukan penjadwalan proyek harus
memperhatikan Standart Jam Orang (SJO), sehingga bisa ditentukan durasi
dan jumlah pekerja yang tepat.
2. Dalam melakukan perencanaan proyek, sebaiknya perusahaan
memperhatikan pemberian kelonggaran waktu pada tiap-tiap kegiatan
yang terjadi dalam proyek.
3. Meminimasi keadaan waste secara kerkala atau terus menerus.
IV-90
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Hira N, Project Management Techniques In Planning And Controlling
Constructin Project, New York: Willey 1994
Haedar Ali, Tubagus, Prinsip-prinsip Network Planning. Cetakan ketiga. Jakarta: Gramedia 1990
Hines, Peter and David Taylor. 2000. Going Lean. Proceeding of Lean Enterprise Research Centre Cardiff Business School, UK. Available from: URL: http://www.cf.ac.uk/carbs/lom/lerc/centre/publications.
Hirano, Hiroyuki. 1990. The Complete Guide to Just-In-Time Manufacturing. Portland Publishing, United States of America
Kalsaas, Bo Terje. 2002. Value Stream Mapping, an Adequate Method for Going Lean. Paper presented at NOFOMA 2002, the 14’th International Conference, Trondheim. Proceeding of Lean Enterprise Research Centre Cardiff Business School, UK. Available from: URL: http://www.cf.ac.uk/carbs /lom/lerc/centre/publications.
Leach, Lawrence P. 2008. Lean Project Management: Eight Principles for Success. Agile Journal - FEATURED BOOK, www.agilejournal.com
Roroningtyas. 2007. Perencanaan Proyek Dengan Metode Nework Planning Pada Proyek Tk Model Kabupaten Sragen. Surakarta: Tugas Akhir Teknik Industri UNS.
Saiful. 2007. Implementasi Lean Construction Pada Proyek Untuk Mereduksi Non Added Value Activity (Studi Kasus pada Proyek Rusunawa ITS). Surabaya: Tugas Akhir Teknik Industri ITS.
Santoso, Linda. 2007. Minimasi Waste (Pemborosan) Untuk Perbaikan Value Stream Pada Proses Pembuatan Dies Hd Dengan Pendekatan Lean Manufacturing (Studi Kasus: Dimasari Tehnik, Sukoharjo). Surakarta: Tugas Akhir Teknik Industri UNS.
Shingo, Shigeo. 1990. A Study of the Toyota Production System. Andrew P. Dillon Productivity Press, United States of America.
Soeharto, Iman, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jilid 1. Jakarta: Erlangga 1995
Susmartini, Susy, Diklat Kuliah Sistem Produksi, Surakarta, 2004
Oktavina Rakhma, ST, MT, 2006, Hand Out Kuliah Manajemen Proyek www.jbptgunadarma/gdl/course/2005/timpengaja/194/manajeme/k.doc.