PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI SULUNG DAN GIGI …
Transcript of PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI SULUNG DAN GIGI …
PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI SULUNG DAN
GIGI PERMANEN
OLEH :
Drg. Putu Ratna Kusumadewi Giri,Sp.KG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah berupa Literature review yang berjudul
“Perawatan Pulpektomi pada Gigi Sulung dan Gigi Permanen”.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan perawatan pulpektomi pada
gigi sulung maupun gigi permanen yang kami sajikan berdasarkan jurnal. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa Universitas Udayana. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
Denpasar, 10 Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………....iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….......................v
ABSTRAK…………………………………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………..1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………….1
1.3 TUJUAN PENULISAN………………………………………………….......................2
1.4 MANFAAT PENULISAN……………………………………………….......................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….3
2.1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PULPEKTOMI………………………………3
2.1.1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PULPEKTOMI PADA GIGI
PERMANEN……………………………………………………………………….3
2.1.2 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PULPEKTOMI PADA GIGI
SULUNG…………………………………………………………………………..4
2.2 ALAT DAN BAHAN PERAWATAN PULPEKTOMI…………………......................6
2.2.1 ALAT PERAWATAN PULPEKTOMI………………………………………….6
2.2.2 BAHAN PERAWATAN PULPEKTOMI……………………………………….11
2.3 PROSEDUR PULPEKTOMI GIGI PERMANEN……………………………………..19
2.3.1 PENATALAKSANAAN…………………………………………………………20
2.3.2 PROGNOSIS……………………………………………………………………..37
2.4 PROSEDUR PULPEKTOMI GIGI SULUNG…………………………........................37
2.4.1 PENATALAKSANAAN…………………………………………………………37
2.4.2 PROGNOSIS……………………………………………………………………...43
2.5 PULPEKTOMI ONE VISIT DAN MULTI VISIT……………………………………..43
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………45
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………..45
3.2 SARAN…………………………………………………………………………………...46
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………47
ABSTRAK
Perawatan pulpektomi merupakan suatu tindakan endodontik dimana jaringan pulpa vital
dieliminsai seluruhnya. Pulpektomi bisa diindikasikan pada gigi permanen maupun gigi sulung
pada pulpa yang telah cedera secara irreversible. Tahapan dari perawatan pulpektomi terdiri atas
anastesi, aseptik, ekstirpasi, pengukuran panjang kerja, preparasi, sterilisasi dan obturasi.
Pulpektomi dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan maupun dua atau lebih kunjungan dan
prognosisnya tergantung dari kondisi yang dihadapi. Perawatan pulpektomi memegang peranan
penting dalam mempertahankan gigi dalam lengkung rahang
Kata kunci : pulpektomi, Gigi Sulung, Gigi Permanen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan endodontik merupakan salah satu bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
mencakup perawatan terhadap penyakit atau gangguan pada jaringan pulpa dan juga
periradikuler. Tujuan dari perawatan endodontic adalah untuk mengeliminasi rasa sakit,
infeksi, dan untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut selama mungkin. Salah satu
jenis perawatan endodontik adalah pulpektomi.1
Pulpektomi merupakan prosedur dimana pulpa vital dieliminasi seluruhnya karena cedera
ireversibel akibat karies maupun trauma mekanik. Prosedur ini efektif mengeliminasi rasa
nyeri dan mencegah infeksi sekunder, sehingga gigi dapat dipertahankan dalam lengkung
rahang.1,2
Dokter gigi dan juga mahasiswa kedokteran gigi harus menguasai prosedur pulpektomi
pada gigi sulung maupun gigi permanen, mengingat prosedur pulpektomi merupakan
keterampilan dasar dari ilmu kedokteran gigi. Maka dari itu, makalah ini selanjutnya akan
membahas tentang indikasi, kontraindikasi, dan prosedur pulpektomi pada gigi sulung
maupun gigi permanen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pulpektomi?
2. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan pada perawatan pulpektomi?
3. Bagaimanakah prosedur pulpektomi pada gigi permanen?
4. Bagaimanakah prosedur pulpektomi pada gigi sulung?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Indikasi dan kontraindikasi dari pulpektomi.
2. Alat dan bahan yang diperlukan pada perawatan pulpektomi.
3. Prosedur pulpektomi pada gigi permanen.
4. Prosedur pulpektomi pada gigi sulung.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagi masyarakat dapat memberikan pengetahuan tentang prosedur pulpektomi
2. Bagi mahasiswa dapat memberikan pengetahuan mengenai indikasi, kontraindikasi,
serta prosedur pulpektomi
3. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai indikasi,
kontraindikasi, serta prosedur pulpektomi.
BAB II
ISI
2.1.Indikasi dan Kontraindikasi Pulpektomi
2.1.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pulpektomi pada Gigi Permanen
2.1.1.1 Indikasi:
1. Pulpektomi diindikasikan untuk gigi dengan tanda dan gejala pulpitis irreversible.1
2. Pulpektomi pada gigi permanen hanya dapat dilakukan pada gigi yang perkembangan
akarnya telah selesai, untuk memastikan bahwa perawatan yang dilakukan tidak secara
langsung mengenai jaringan di lingkungan rongga mulut.1,3
3. Gigi dengan pulpitis hiperplastik (pulpa polip) juga diindikasikan untuk dilakukan
perawatan pulpektomi. Pulpa polip merupakan bentuk pulpitis irreversible yang biasanya
terjadi pada pasien muda dengan karies mahkota. Pulpektomi pada kasus pulpa polip
dapat dilakukan pada gigi yang perkembangannya telah selesai.1
4. Pulpektomi dilakukan apabila sisa jaringan gigi masih bisa direstorasi. 1
5. Pada kasus resorpsi akar internal akibat peradangan pada pulpa, dianjurkan untuk segera
melakukan pulpektomi karena lesi ini cenderung progresif dan akhirnya dapat melubangi
jaringan periodontal kearah lateral. Ketika ini terjadi, pulpa akan nekrosis dan perawatan
akan lebih sulit.1
6. Perawatan pulpektomi diindikasikan apabila perawatan pulp capping direk dan pulpotomi
prognosisnya buruk.1,3
7. Pulpektomi juga dapat dilakukan pasca prosedur hemiseksi pada perawatan periodontal,
dan ketika dibutuhkan retentive measures pada perawatan prostodontik.1,3
8. Apabila pasca perawatan pulpotomi nyeri tidak hilang, maka dilakukan perawatan
pulpektomi.1,3
2.1.12 Kontra indikasi:
1. Pulpektomi tidak dapat dilakukan pada gigi permanen muda yang pertumbuhan akarnya
belum sempurna, dalam hal ini perlu dilakukan induksi penutupan ujung saluran akar
sebelum dilakukan obturasi.1 Pada individu muda dengan perkembangan akar gigi yang
belum sempurna sangat penting untuk mempertahankan sebanyak mungkin jaringan
pulpa untuk memungkinkan perkembangan lanjutan dari struktur gigi. Jika dilakukan
pulpektomi dengan mengambil jaringan lunak pulpa, akan menghambat pertumbuhan
gigi dan hanya akan menyisakan gigi yang lemah dan rentan terhadap fraktur. 1,3
2. Pada kasus gigi yang sudah non vital (nekrosis) dan peradangan sudah menyebar ke
jaringan periapikal.1
3. Pada kasus fraktur cusp gigi, perawatan pulpektomi tidak diindikasikan karena biasanya
pulpa belum terbuka.1
4. Pulpektomi tidak perlu dilakukan pada kasus di mana jaringan pulpa dan dentin di daerah
apikal tidak terinfeksi.1,3
5. Pada gigi dengan dinding saluran akar yang tipis tidak dapat dilakukan pulpektomi
karena berpotensi mengalami fraktur akar.1
6. Sisa jaringan gigi tidak bisa direstorasi.1
7. Pada kasus gigi dengan fraktur akar vertikal.1
8. Gigi dengan mobilitas lebih dari 2-3 mm.1
2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pulpektomi pada Gigi Sulung
2.1.2.1.1 Indikasi:
1. Pulpektomi di indikasikan pada gigi sulung dengan diagnosa pulpitis irreversibel atau
nekrosis pulpa.4
2. Mahkota gigi masih dapat direstorasi. 4
3. Dalam gambaran radiografi terdapat resorpsi akar kurang dari sepertiga apikal masih
diindikasikan untuk perawatan pulpektomi.4
4. Gigi sulung dengan peradangan pulpa yang meluas namun akar dan tulang alveolar bebas
dari resorpsi patologis sehingga jaringan periodontal masih sehat.5
5. Gigi sulung dengan adanya abses periapikal.5
6. Perdarahan yang berlebihan pasca perawatan pulpotomi atau pulpotomi yang tidak
berhasil.2
7. Kerusakan jaringan periradikular yang minimal sehingga tidak terdapat kegoyongan
gigi.2
2.1.2.2 Kontra indikasi
1. Resorpsi patologis akar eksternal yang melibatkan lebih dari sepertiga apikal.4
2. Gigi dengan mahkota yang sudah tidak dapat di restorasi.5
3. Keterlibatan jaringan periradikular dari gigi sulung yang meluas ke bagian tooth bud dari
gigi permanen.5
4. Resorpsi internal yang berlebihan.5
5. Pasien dengan penyakit sistemik seperti penyakit jantung bawaan, hepatitis, atau
leukemia.5
6. Pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang
dan mengalami gangguan sistem kekebalan.5
2.2.Alat dan Bahan Perawatan Pulpektomi
2.2.1 Alat Perawatan Pulpektomi
A. Isolasi:
1. Rubber Dam set
a. Rubber Dam Clamps
Rubber dam clamps berfungsi untuk menahan rubber dam pada gigi dan
membantu untuk meretraksi gingiva. Rubber dam clamps dibagi menjadi dua jenis
berdasarkan bentuk rahang yaitu:
a) Bland clamps: Bland clamps biasanya dikenal dengan rahang (jaw) yang rata dan
mengarahblangsung satu sama lain. Pada clamps ini, rahang yang rata biasanya
mencengkram gigi pada atau diatas margin gingiva. Clamps ini biasanya digunakan pada
gigi yang sudah erupsi sempurna dimana servikal konstriksinya dapat mencegah clamps
tergelincir dari gigi.
b) Retentive clamps: Seperti namanya, clamps ini menyediakan retensi dengan empat titik
yang berkontak dengan gigi. Pada retentive clamps, rahangnya biasanya sempit,
melengkung dan sedikit terbalik yang memindahkan gingiva dan berkontak dengan gigi
dibawah diameter maksimum mahkota.
Kedua flanges dibagi menjadi dua yaitu:
a) Bersayap
b) Tidak bersayap
Selain itu rubber dam clamps juga dibedakan berdasarkan bahan yaitu, logam dan non-
logam. Keuntungan dari clamps berbahan logam adalah radiolusen.7
b. Rubber Dam Sheet
Rubber dam sheet tersedia dalam ukuran 6x6 dan tersedia juga dalam tiga
ketebalan, yaitu ringan, sedang dan berat. Selain berbahan lateks, terdapat juga dam non
lateks yaitu Dam Flexi.13 Rubber dam sheet ini memiliki fungsi untuk memberikan
perlindungan dari cedera jaringan lunak sekitar.8
c. Rubber Dam Punch
Rubber dam punch digunakan untuk membuat lubang pada rubber dam sheet,
dimana gigi dapat diisolasi melalui lubang tersebut. Pada saat rubber dam sheet dilubangi
harus menghasilkan lubang yang bersih, karena jika tidak bersih dam sheet akan robek
saat diregangkan.7
d. Rubber Dam Frame
Rubber dam frame digunakan untuk meregangkan rubber dam sheet.9
B. Ekstirpasi:
1. Barbed Broaches / Jarum Ekstirpasi
Digunakan untuk mengekstirpasi jaringan pulpa, menghilangkan kapas atau paper
point didalam saluran akar, dan mengambil jaringan pulpa.7
C. Preparasi:
1. Round Bur
Round bur digunakan untuk menghilangkan jaringan karies yang lunak maupun
yang sudah mengeras, membuka kavitas pada saat preparasi dan juga dapat digunakan
untuk membuka atap ruang pulpa dengan cara menyapu dari dalam ke luar.7
2. K-File
Pada file ada 6 warna yang sering digunakan yaitu, putih (15), kuning (20), merah
(25), biru (30), hijau (35), hitam (40). Selain itu ada juga yang tersedia yaitu, merah muda
(6), abu-abu (8), dan ungu (10). File ini digunakan untuk menghaluskan dan melebarkan
saluran akar. Nomor file terbesar adalah lebar diameter kerja akhir.9 Alat ini digunakan
pada saat perawatan pulpektomi pada gigi desidui dan permanen.
3. K-Reamer
Reamers adalah instrumen yang memutar, yang digunakan untuk memperbesar
atau memperlebar saluran akar. Alat ini dimasukan kedalam saluran akar lalu diputar
searah dengan jarum jam seperempat sampai setengah putaran.8 Alat ini digunakan pada
saat perawatan pulpektomi pada gigi desidui dan permanen.
4. Syringe
Syringe digunakan untuk menyemprotkan cairan irigasi kedalam saluran akar.9
D. Obturasi:
1. Lentulo
Lentulo digunakan untuk mengaplikasikan semen sealer ke dalam dinding saluran
akar sebelum obturasi.7 Jarum lentulo ini harus digunakan dengan hati-hati karena alat ini
mudah patah.9 Saat ini banyak digunakan untuk aplikasi pasta kalsium hidroksida ke
kanal. 7 Alat ini digunakan pada saat perawatan pulpektomi pada gigi desidui dan
permanen.
2. Ekskavator
Ekskavator digunakan untuk mengangkat jaringan karies yang masih lunak dan
dapat juga digunakan untuk memotong gutta percha pada saat obturasi. 9,10
3. Spreader
Spreader digunkan untuk penempatan aksesoris gutta-percha di sekitar master
cone selama teknik pemadatan lateral. Alat ini tidak selalu digunakan karena tekanan
yang berlebihan pada akar akan mengakibatkan fraktur pada akar. 7
4. Pluger
Pluger memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan spreade dan
memiliki ujung yang tumpul. Alat ini digunakan untuk memadatkan gutta-percha secara
vertikal dan lateral di dalam saluran akar. Selain itu juga digunakan untuk membawa
bagian gutta-percha yang kecil ke saluran akar pada saat pengisian teknik seksional.7
2.2.2 Bahan Perawatan Pulpektomi
a. Bahan Pengisi Saluran Akar Gigi Permanen
Kriteria yang ideal untuk bahan pengisi saluran akar gigi permanen antara lain:
1. Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
2. Harus menutup saluran akar dengan baik secara lateral dan apikal
3. Tidak mengkerut setelah diaplikasikan
4. Harus anti air atau tahan kelembapan
5. Bakteriostatik atau setidaknya tidak mendukung bakteri untuk berkembang
6. Radiopak
7. Tidak mengubah struktur warna gigi
8. Tidak mengiritasi jaringan periradikular
9. Harus steril, atau harus mudah disterilisasi segera sebelum insersi
10. Harus mudah dikeluarkan dari saluran akar, jika diperlukan.8
Bahan pengisi saluran akar gigi permanen dibedakan menjadi 2 bagian berbeda, yaitu core
materials dan sealing materials atau root canal sealers.
CORE MATERIALS
Ada 2 tipe core materials, yaitu gutta percha dan silver point
A. Gutta Percha
Gutta percha merupakan bahan yang paling umum digunakan. Ketika dipanaskan gutta percha
akan melunak dan berubah bentuk menjadi cair ketika temperature melebihi 65derajat. Gutta
percha juga dapat dilarutkan dalam pelarut organic seperti kloro bentuk xylene, dan ekaliptol
Saat ini gutta percha tersedia dalam 2 tipe point, point standard dan point aksesori. Komposisi
dari tiap point mungkin bervariasi dari satu produsen ke yang lain, tetapi umumnya mereka
mengandung 60-70% zinc oxide hingga 17 % heavy metal salts, dan 1–4 % waxes, resins,
antioxidizing agents.11
B. Silver point
Silver point memiliki keuntungan yaitu mudah untuk dimasukkan, dan memiliki panjang control
yang mudah. Silver point digunakan untuk saluran akar yang sempit, bulat mengecil dan
bengkok. Penggunaan silver point dalam saluran akar yang sempit dikatakan sangat berhasil
pada era mereka. Penggunaan silver point yang tidak tepat pada saluran akar yang sempit,
membantu untuk mengangkat reputasi mereka pada metode obturasi inferior. Dengan munculnya
teknik instrumentasi yang berbeda, yang memungkinkan untuk berhasilnya obturasi pada saluran
akar yang sempit dengan menggunakan gutta percha, membuat penggunaan silver point menjadi
menurun. Penggunaan silver point pada terapi endodontic modern sangat terbatas, dan
tampaknya tidak ada indikasi atau pembenaran dalam penggunaannya untuk saat ini.8
ROOT CANAL SEALER
Merupakan semen yang pada takaran tertentu dapat menutupi celah-celah saluran akar yang
belum diisi oleh gutta percha. Core materials digunakan bersamaan dengan root canal sealers.
Material ini tidak dapat digunakan tanpa core material karena mudah menyusut dan sulit untuk
menghilangkan material tersebut.
A. Sealer dengan bahan dasar zinc oxide dan eugenol
Merupakan material yang umum digunakan. Kelebihan dari zinc oxide eugenol antara lain sifat
bahannya dapat masuk ke dalam celah antara dinding saluran akar dan gutta percha dengan baik,
karena itu juga dapat menutup seluruh celah dengan baik sehingga tidak menyisakan ruang bagi
bakteri untuk masuk. Selain itu stabilitas dimensinya juga bagus sehingga tidak mengalami
shrinkage. Namun, zinc oxide eugenol memiliki kekurangan yaitu sifat mekanik yang rendah dan
kelarutan terhadap air tinggi.
B. Sealer dengan bahan dasar resin sintetik
Sealer dengan bahan dasar resin sintetik misanya diaket dan AH Plus. Diaket terdiri dari serbuk
halus yang terdiri dari zinc oxide dan bismuth fosfat dan cairan kental yang mengandung
senyawa poliamon dan vinil polimer. Diaket sifatnya sangat lengket jadi agak sulit jika
dimasukkan ke dalam saluran akar, tetapi ketika sudah dimasukkan, diaket sealing dengan efektif
dan tidak lebur dalam cairan jaringan. Di sisi lain diaket juga sulit untuk dikeluarkan setelah
setting. Jika menggunakan bahan ini penggunaannya harus selalu disertai dengan gutta percha
point.
Sedangkan AH Plus merupakan pasta saluran akar yang terdiri dari dua komponen dengan basis
kimia resin epoksi amina. Volume yang sama pada kedua pasta dicampurkan bersama ketika
akan digunakan. Ini membuat material menjadi seperti krim, konsistensinya yang homegen
menjadikannya mudah untuk diaplikasikan ke dalam saluran akar. AH Plus beradaptasi dengan
baik pada dinding saluran akar, dan saat digunakan dalam jumlah kecil bersama dengan gutta
percha akan menghasilkan stabilitas bahan yang tahan lama dan sealing terhadap bakteri adekuat
C. Sealer dengan bahan dasar gutta percha atau natural resin atau keduanya
Gutta percha dapat digunakan bersama dengan pelarut organik misalnya chloroform dan
xylohencalyptol yaitu guttapercha solvents yang dikenal dengan nama chloropercha atau
eupercha. Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisian saluran akar yang baik dan memiliki
sifat plastis maka gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan dengan wax, zinc
oxide, calcium hidroxide.
b. Bahan Pengisi Saluran Akar Gigi Desidui
Kriteria pengisian bahan pengisian saluran akar pada gigi desidui antara lain:
1. Diresorbsi sesuai dengan kecepatan resorbsi akar
2. Tidak merusak jaringan periapikal & benih gigi permanen
3. Diresorbsi bila pengisian melebihi apeks
4. Bersifat antiseptik
5. Mudah diisikan
6. Melekat pada dinding saluran akar
7. Tidak mengerut,hermetis, padat, keras
8. Mudah dikeluarkan bila diperlukan
9. Radiopak
10.Tidak menyebabkan perubahan warna gigi
11. Mengeras dalam waktu agak lama.3
Bahan yang biasa digunakan untuk mengisi kanal adalah: zinc oxide and eugenol, pasta
iodoform dan pasta Ca(OH)2. Kriteria utama pengisian bahan yang akan digunakan pada gigi
sulung yaitu harus teresorpsi bersamaan dengan resorpsi akar gigi, sehingga tidak mengganggu
erupsi gigi permanen.7
ZINC OXIDE EUGENOL (ZnOE)
Zinc oxide-eugenol dikembangkan sebagai alternatif dari segel berbasis gutta-percha (sealant
chloropercha dan eucapercha) karena mereka tidak memiliki stabilitas dimensi setelah
pengaturan. ZnOE merupakan salah satu bahan pengisi saluran akar yang banyak digunakan
untuk gigi sulung. Penelitian yang dilakukan oleh Hashieh menunjukkan efek yang
menguntungkan dari ZnOE. Jumlah ZnOE yang dilepaskan pada zona periapikal segera setelah
pengisian adalah 10-4 dan menurun menjadi 10-6 setelah 24 jam, dan mecapai 0 setelah 1 bulan.15
Kelebihan:
➢ Mudah didapatkan,
➢ Biaya relatif murah,
➢ Mempunyai efek antimikroba yang baik,
➢ Tidak sitotoksik untuk sel-sel yang berkontak langsung ataupun tidak langsung,
➢ Plastisitasnya baik,
➢ Tidak toksisitas,
➢ Merupakan materi radiopak,
➢ Memiliki anti inflamasi dan analgesik yang baik.
➢ Tidak menyebabkan diskolorisasi pada gigi.15
Kekurangan:
➢ Dapat mengiritasi jaringan periradicular tulang dan menyebabkan nekrosis tulang dan
cementum.
➢ Jika pengisiannya berlebih dapat mengiritasi jaringan sehingga menyebabkan inflamasi.
➢ Tingkat resorpsi lambat, dan mengubah jalan erupsi gigi permanen.16
KALSIUM HIDROKSIDA (Ca(OH)2)
Kalsium hidroksida telah digunakan dalam endodontik sebagai bahan pengisi saluran akar,
obat intra kanal atau sebagai sealer yang dikombinasikan dengan bahan inti padat. Bubuk
kalsium hidroksida murni dapat digunakan sendiri atau bisa dicampur dengan larutan garam
normal. Penggunaan pasta kalsium hidroksida sebagai bahan pengisi saluran akar didasarkan
pada asumsi bahwa ia menghasilkan pembentukan struktur keras atau jaringan pada foramen
apikal. Alkalinitas kalsium hidroksida merangsang pembentukan jaringan mineral.
Kelebihan:
➢ Biokompatibel (pH antara 12,5-12,8).
➢ Kelarutan rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alcohol
➢ Efektif melawan mikroba anaerob pada pulpa gigi nekrosis.
➢ Kandungan alkaline pada CaOH mampu menghalangi proses inflamasi dengan
berperan sebagai buffer lokal dan dengan mengaktivasi alkaline fosfatase yang
penting dalam pembentukan jaringan keras.
➢ Efektif dalam waktu yang cukup lama.
Kekurangan:
➢ Sulit dikeluarkan dari kanal.
➢ Turunkan waktu pengaturan semen berbasis zinc oxide eugenol.
Studi telah menunjukkan efektivitas terbatas kalsium hidroksida jika digunakan hanya
untuk waktu singkat di saluran akar untuk keperluan desinfektan. Hal ini karena alasan
berikut:
1. Kelarutan dan difusibilitas kalsium hidroksida mater yang rendah sulit dicapai dengan
cepat dalam pH.
2. Formulasi yang berbeda memiliki potensi basa yang berbeda
3. Ketidakmampuan untuk menjangkau daerah yang mudah dijangkau seperti tanah
galah, kerusakan dan penyimpangan kanal.
4. Bakteri yang dimuat lebih dalam pada tubulus dentin tidak dipengaruhi oleh kalsium
hidroksida.
5. Penghambatan aksi kalsium hidroksida dengan penyangga protein dentin.7
PASTA IODOFORM
Iodoform adalah senyawa yang secara tradisional telah digunakan sebagai bahan intervisit
atau pengisi saluran akar, terutama pada gigi sulung. Rumus kimia untuk iodoform (CHI3)
menunjukkan bahwa senyawa ini berkaitan dengan kloroform (CHCl3). Kedua komponen
tersebut disensitisasi oleh reaksi yodium dan natrium hidroksida dengan senyawa organik.
Bahan ini digunakan dalam obat-obatan sebagai bahan pengisi saluran akar untuk reaksi
penyembuhan luka pada sekitar awal abad kedua puluh, tetapi sejak itu telah digantikan oleh
bahan antiseptic yang lebih kuat. Namun demikian, berdasarkan biokompatibilitas bahan ini,
resorbabilitas, dan efek antimikrobanya yang tahan lama, pasta iodoform masih berhasil
digunakan untuk perawatan setelah pulpektomi pada gigi sulung.
Kelebihan:
➢ Memiliki kemampuan resorbsi yang baik dan sifat desinfektan.
➢ KRI paste mudah terserap dari jaringan apikal dalam satu sampai dua minggu,
settingnya tidak ke massa yang keras dan dapat disisipkan dan di buang dengan
mudah.
➢ Tidak ada kerusakan pada enamel benih gigi permanen yang terlihat dan
kerusakan morfologi yang lain.
➢ Mudah diisi ke dalam kanal pulpa.
➢ Kombinasi dengan CaOH menunjukkan sifat bakterisidal yang baik.15
Kekurangan:
➢ Dapat menyebabkan diskolorasi kuning kecoklatan pada mahkota gigi yang
mengganggu estetis.15
c. Sterilisasi Saluran Akar/Dressing
Untuk melakukan dressing dapat digunakan beberapa bahan, yaitu:
1. ChKM (Chlorophenol kampfer menthol)
ChKM mempunyai antibakteria spectrum luas. Masa aktif selama 1 hari
2. Chresophen
Chresophen merupakan antiphlogisticum, sangat baik untuk kasus dengan permulaan
periodontitis apical akut yang dapat terjadi pada peristiwa overinstrumentasi. Masa
aktifnya antara 3-5 hari
3. Kalsium Hidroksida (CaOH)
Pengaruh antiseptiknya berkaitan dengan ph-nya yang tinggi dan pengaruh melumerkan
jaringan pulpa yang nekrotik. CaOH merupakan disinfektan intrapulpa yang sangat
efektif. Masa aktifnya 7-14 hari.
4. Eugenol
Eugenol memiliki sifat sebagai penghalang impuls saraf interdental. Eugenol merupakan
golongan minyak esensial. Masa aktif selama 3 hari.10
d. Irigasi Saluran Akar
Bahan irigasi saluran akar antara lain:
1. Sodium hypochlorite
Kelebihan dari sodium hypochlorite adalah mampu melarutkan jaringan pulpa vital dan
nekrotik, menghilangkan debris, bersifat anti mikroba dengan spekrum luas, sporisid,
virusid, pelumas, harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Akan tetapi larutan ini dapat
menyebabkan iritasi apabila terdorong ke jaringan periapikal, tidak mampu melarutkan
komponen anorganik, menyebabkan bercak putih bila mengenai pakaian pasien dan
aromanya tidak enak.12
2. EDTA
Larutan EDTA kini dapat ditemukan dalam bentuk pasta, akan tetapi kurang efektif
dalam menghilangkan smear layer dan dalam mengurangi tekanan yang timbul selama
instrumentasi dengan alat putar Ni-Ti.13
3. Klorheksidin
Merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam klorheksidin diglukonat yang
larut dalam air. Klorheksidin tidak dapat digunakan sebagai larutan irigasi tunggal pada
perawatan saluran akar karena tidak memiliki kemampuan melarutkan jaringan nekrotik
dan kurang efektif terhadap bakteri gram negative. Disamping itu efektivitas klorheksidin
berkurang dengan adanya protein dan matriks dentin organic.13
4. MTAD
Kelebihan MTAD adalah membuat irigasi lebih sederhana karena menggabungkan
kemampuan menghilangkan smear layer, sekaligus bersifat antimikroba13
5. Iodine potassium iodide
Iodine potassium iodide luas digunakan sebagai desinfeksi permukaan gigi dan irigasi
dengan IPI sebelum medikasi dengan Ca(OH)2.14
2.3.Prosedur Perawatan Pulpektomi pada Gigi Permanen
Pulpectomy melibatkan tiga langkah utama, yaitu menghilangkan/mengangkat jaringan pulpa
secara keseluruhan, membentuk saluran akar, dan mengisi saluran akar.3 Secara garis besar,
seluruh atap ruang pulpa dibuka agar mendapatkan akses ke saluran akar dan menghilangkan
semua jaringan pulpa.2 Untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, langkah – langkah seperti
anestesi, aseptik, dan cara preparasi juga perlu untuk diperhatikan. Saat setelah kita melakukan
pemeriksaan klinis, kita juga perlu melakukan pemeriksaan penunjang berupa tes radiografi
karena hal tersebut akan membantu kita untuk mengetahui morfologi gigi, anatomi saluran akar,
jumlah saluran akar, konfigurasi saluran akar, panjang saluran akar, kalsifikasi dan resorpsi,
posisi foramen apikal, posisi dan ukuran ruang pulpa serta jaraknya dari permukaan oklusal.7
2.3.1. Langkah-langkah
A. Anestesi
Pulpectomy merupakan perawatan yang dilakukan pada gigi vital sehingga perawatan tersebut
tidak boleh dilakukan tanpa anestesi yang tepat. Pada umumnya, anestesi infiltrasi dan anestesi
blok sudah cukup diberikan dengan dosis yang tepat. Namum, tidak menutupi kemungkinan
bahwa anestesi pulpa kadang – kadang mengalami kegagalan sehingga terdapat jaringan yang
masih sensitif walaupun injeksi telah diberikan dengan baik. Hal ini sering terjadi pada gigi
posterior mandibula daripada gigi di bagian maksila.11
B. Teknik Aseptik
Asepsis dilakukan untuk mengendalikan sumber – sumber infeksi dan mencegah masuknya
mikroorganisme karena jika sumber tersebut ikut terbawa ke bagian apikal maka akan
menyebabkan lesi inflamasi. Dalam perawatan endodontik, termasuk pulpectomy, sumber
kontaminasi bakteri pada ruang pulpa berasal dari debris yang terinfeksi, saliva dan eksudat
gingiva, serta instrumen non-steril. Asepsis yang tepat dalam endodontik dapat tercapai dengan
menggunakan rubber dam. Alasannya, selain memberikan daerah kerja yang aseptik,
penggunaan rubber dam akan mencegah instrumen yang terjatuh sehingga dapat tertelan, serta
mencegahtertelan obat – obatan yang digunakan selama perawatan.11
C. Pengukuran Panjang Kerja
Sebelum dilakukan instrumentasi yang sebenarnya, kita harus menentukan panjang saluran akar
dengan menggunakan K-file kecil, paling sering no. 15, dimasukkan ke saluran akar sampai pada
titik yang teridentifikasi pada bagian apikal. Pengukuran panjang kerja dapat dilakukan secara
radiografi dan elektronik (apeks locator).11
Perhitungan panjang kerja dengan rumus
PGS =PIS x PGR
PIR
PK = PGS – 1 mm
Keterangan
PGS : Panjang Gigi Sebenarnya
PIS : Panjang Instrumen Sebenarnya
PGR : Panjang Gigi dalam Rontgen
PIR : Panjang Instrumen dalam Rontgen
PK : Panjang Kerja
Dalam menghitung panjang kerja, terdapat ketentuan yang harus diperhatikan :
• Jika radiograf menunjukkan tidak adanya resorpsi, maka panjang kerja dikurangi 1 mm
• Jika radiograf menunjukkan adanya resorpsi tulang, maka panjang kerja dikurangi 1,5
mm
• Jika radiograf menunjukkan adanya resorpsi tulang dan akar, maka panjang kerja
dikurangi 2 mm 7
D. Ekstirpasi
Bila panjang kerja telah ditetapkan, selanjutnya kita akan mengangkat pulpa gigi vital dengan
menggunakan jarum ekstirpasi (barbed broach) yang ukurannya sudah disesuaikan dengan
panjang saluran akar. Instrumen tersebut kemudian diputar danberkontak dengan dinding saluran
akar untuk memutuskan jaringan pulpa. Tingkat keberhasilan ekstirpasi terjadi jika jaringan
pulpa bisa keluar dalam satu potongan tunggal, namun jika tidak berhasil, jaringan pulpa akan
dibersihkan dengan tahap instrumentasi berikutnya.
E. Preparasi Akses
Tujuan utama dari preparasi aksesuntuk mendapatkan saluran akar yang halus, akses garis lurus
langsung ke foramen apikal. Pada pulpectomy, preparasi saluran akar mungkin akan sulit
dilakukan terutama pada gigi di bagian posterior, gigi yang berakar banyak, akar yang sempit
dan bengkok. Komplikasi yang mungkin akan timbul karena hal tersebut antara lain :
• Overinstrumentasi apikal dan lateral,
• Pengisian saluran akar yang kurang baik, dan
• Pengangkatan jaringan pulpa yang buruk.
Teknik preparasi yang dapat digunakan, yaitu teknik step-back, teknik crown down, teknik step-
down, dan teknik balance force.
1. Teknik Step-back
Dengan teknik step back, diameter apikal saluran akar dijaga sekecil mungkin untuk
menahan ekstrusi bahan pengisi. Artinya, bagian apikal tersebut dibuat dalam bentuk
tapered yang cukup kecil dengan tujuan menyediakan suatu wadah untuk
mempertahankan material obturatif di dalam saluran akar. Selanjutnya bagian koronal
saluran akar tersebut dibuat sesuai anatomi saluran akar untuk memudahkan obturasi.
Teknik step-back dapat dilakukan pada semua gigi, tetapi jika pada bagian apikal saluran
akar lebar kita harus membuat dinding saluran akar agar berbentuk seperti shelf untuk
mencegah overfilling selama tahap obturasi.
2. Teknik Crown Down Presurless
Dalam teknik crown down, instrumen yang dimasukkan ke dalam saluran akar hingga ke
foramen apikal semakin kecil. Dengan teknik ini, akan mengurangi terdorongnya debris
saat instrumentasi dilakukan ke arah foramen apikal.Teknik ini dapat digunakan pada
saluran akar yang bengkok dengan waktu pengerjaan relatif singkat.
3. Teknik Step-down
Teknik ini juga dapat dilakukan pada saluran akar yang bengkok dan tujuan teknik
tersebut untuk membuang jaringan nekrotis serta debris pada daerah koronal sehingga
kemungkinan debris terdorong ke apikal lebih sedikit. Dimulai dengan memperlebar
akses koronal dan sepertiga servikal menggunakan GGD (Gates Glidden Drill) kemudian
dilakukan instrumentasi dengan panjang kerja untuk preparasi sepertiga apikal.17
4. Teknik Balance Force
Teknik ini menggunakan file tertentu dengan ujung tumpul (file Flex-R). File khusus
tersebut diputar pelan searah jarum jam sampai ke apikal, kemudian diputar berlawanan
jarum jam untuk preparasi ke arah koronal. Teknik ini diutamakan untuk saluran akar
yang sangat bengkok, bentuk bengkok tajam.
Dalam melakukan perawatan pulpectomi, setiap ruang saluran akar tidak dapat dibersihkan
secara mekanis dan satu – satunya cara kita membersihkan sisa jaringan yang tertinggal dengan
irigasi. Irigasi akan membantu kita untuk menghilangkan bakteri, debris, jaringan pulpa dan
mikroorganisme yang berasal dari dinding dentin maupun saluran aksesori yang tidak dapat
dicapai oleh instrumen. Selain itu, untuk mendapatkan irigasi yang efisien maka irigasi tersebut
harus mencapai bagian apikal.
F. Tahapan Sterilisasi Saluran Akar/Dressing
Dressing saluran akar dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain sebagai berikut10:
1. Kamar pulpa diisi dengan bahan dressing kemudian ditutup dengan tumpatan sementara.
2. Bahan dressing yang digunakan diteteskan pada butiran kapas kecil, diperas (dengan butiran
kapas yang besar ditekankan pada kapas kecil tadi), kemudian dimasukan ke dalam kamar pulpa,
selanjutnya ditutup dengan tumpatan sementara.
3. Pada kunjungan berikutnya, setelah beberapa hari atau satu minggu (tergantung bahan
dressing yang digunakan) dari kunjungan pertama pasien, control kembali dan lakukan tes
bakteri.
4. Tumpatan sementara dibuka, bahan dressing dibuang, setelah itu masukan paper point ke
dalam saluran akar.
5. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau atau tidak.
6. Masukan paper point tersebut ke dalam perhidrol, jika ada gelembung maka tes bakteri positif
(salah satu metode uji bakteri).
7. Irigasi saluran akar dengan NaOCL 2,5%.
8. Ulangi prosedur tes bakteri seperti di atas.
9. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dessing kembali, jika saluran akar sudah steril
maka langsung dilakukan obturasi.
G. Obturasi Saluran Akar
Bagian terakhir dari suatu perawatan endodontik adalah melakukan pengisian saluran akar.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Washington-Study dengan memakai foto rontgen, ternyata
tiga perempat dari kegagalan perawatan saluran akar disebabkan oleh pengisian yang tidak tiga
dimensi atau berlebihan . Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa restorasi yang dilakukan
juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan endodonti.17 Pengisian tiga dimensi baik dilakukan
pada saluran akar dengan hermetis seal yang merupakan tujuan utama dari obturasi saluran akar
(gambar 3.1). Pengisian tiga dimensi pada saluran akar dengan hermetis seal berfungsi sebagai
berikut7:
a. Mencegah kebocoran mikro eksudat periapikal ke dalam ruang saluran akar.
b. Mencegah infeksi foramen apikal.
c. Menciptakan lingkungan yang ideal bagi proses penyembuhan yang sedang berlangsung.
Tujuan Pengisian Saluran Akar
Untuk menutup saluran akar secara tiga dimensi dengan bahan yang kompatibel, dari kamar
pulpa sampai ke apeks. Konsep yang dianut pada kasus endodontic. Kriteria pengisian7,17:
1. Jalan masuk bakteri dan cairan ke dalam saluran akar tertutup.
2. Seluruh saluran akar terisi, termasuk kanal samping dan kanal aksesoris .
Restorasi yang dilakukan sama pentingnya dengan pengisian saluran akar. Untuk mencapai
keberhasilan perawatan, maka perawatan endodontik harus dikerjakan dalam keadaan steril, baik
alat- alat, lapangan kerja maupun dokter giginya.17 Saluran akar dapat dilakukan obturasi
dengan syarat10,17:
1. Asimtomatik; gigi tidak menimbulkan rasa sakit apapun
2. Irigasi baru berfungsi dengan baik jika besar saluran akar telah dipreparasi sekurang –
kurangnya sampai ISO 25/30 di atas ISO ini, sisa debris sering terdorong ke apeks.
Gambar 3.1. Radiografi menunjukan pengisian saluran akar
tiga dimensi pada gigi 36
3. Dinding saluran akar haruslah halus supaya didapatkan adaptasi dari bahan pengisi ke dinding
saluran akar. Ketidak halusan dinding saluran akar akan mempersulit adaptasi bahan pengisi
saluran akar.
4. Saluran akar harus kering dari bahan irigasi atau saliva, dan harus benar – benar dikeringkan
dengan memakai paper point . Hanya dalam keadaan benar – benar kering saluran akar dapat
diisi dengan baik.
5. Pada foto rontgen di periapikal tidak terdapat eksudat atau abses.
6. Tes bakteri negatif dan fistula telah menutup.
Teknik Pengisian Saluran Akar
Secara umum pengisian saluran akar dengan gutta percha sebagai bahan pengisian saluran akar
apat dilakukan secara kondensasi lateral serta kondensasi vertikal (gambar 3.2).
Gambar 3.2. Kondensasi Lateral dan vertikal dengan gutta percha
1. Gutta Percha Dingin
• Teknik Kondensasi Lateral
Teknik kondensasi lateral adalah salah satu metode yang paling umum digunakan untuk
pengisian saluran akar. Teknik ini melibatkan penempatan gutta-percha cone dengan meruncing
krucut atau membentuk tapered di saluran akar dan kemudian pemadatan ditekanan ke dinding
lateral dengan menggunakan spreader7. Pada akar harus digunakan gutta percha yang sama besar
dengan instrument yang digunakan, gutta percha yang dipilih kemudian diolesi dengan sealer.
Kondensasi lateral ini mudah dilakukan pada saluran akar yang dipreparasi dengan teknik step
back17.
Teknik:
1. Keringkan saluran akar dengan paper point, masukan paper point (kertas penghisap) ke
saluran akar sesuai dengan ukuran MAF. Tukar paper point secara bergantian sehingga saluran
akar kering.
2. Pilih gutta percha point dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF, sebagai master cone
(gutta percha utama) potong sesuai dengan panjang kerja sebatas reference point (Gambar 3.3),
kemudian dilakukan pembuatan foto rontgen untuk mengetahui apabila gutta percha terlalu kecil
pada kanal, maka guttap percha yang lebih besar dapat dipilih kembali agar gutta percha pas/ fit
pada kanal 6,10,17.
3. Sealer dicampur diatas wadah yang steril hingga konsistensi seperti krim, kemudian gutta
percha utama diolesi dengan pasta saluran akar atau sealer pada ujung apeks master cone
sedangkan pada saluran akar menggunakan lentulo yang diputar dengan putaran low speed
contra angle, dengan gerakan ditarik kearah koronal. Ratakan sealer ke dinding saluran akar
sepanjang kerja10,17 (Gambar 3.4).
4. Gutta percha utama dimasukan ke dalam saluran akar, semaksimal mungkin ditekan lateral
menggunakan spreader, digunakan spreader yang 1-2 mm lebih pendek dari master point yang
dimasukan kedalam saluran akar (Gambar 3.5 dan 3.6). Sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan
Gambar 3.3. Bentuk gutta – percha sebatas reference point
Gambar3.4. Aplikasikan sealer pada saluran
akar yang sudah di preparasi
gutta percha tambahan, demikian seterusnya sehingga seluruh saluran akar terisi dengan baik
(Gambar 3.7) dan penguakan harus dilakukan dengan hati – hati supaya tidak terjadi fraktur
vertikal saluran akar10,17.
5. Kelebihan gutta percha point dipotong sampai orifis menggunakan ekskavator yang
dipanaskan7,10.
6. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara10.
2. Gutta Percha Panas
• Teknik Kondensasi Vertikal
Telah ditunjukkan bahwa saluran akar tidak hanya struktur tubular yang ada pada akar.
Faktanya bahwa saluran akar memiliki cabang lateral dan aksesoris atau disebut ramifikasi
(Gambar 3.8). Teknik kondensasi vertikal dengan gutta-percha yang dipanaskan untuk
pengisian saluran akar diperkenalkan oleh Schilder dengan tujuan mengisi semua daerah
Gambar 3.6. Kondensasi gutta
percha menggunakan spreader
Gambar 3.5. Spreader harus
sesuai dengan bentuk taper dari
saluran akar
Gambar 3.7. Cone tambahan
diisi hingga memenuhi saluran
akar
dengan jumlah gutta-percha yang maksimal dan jumlah minimal sealer. Hal ini juga dikenal
sebagai teknik obturasi Schilder. Dalam teknik ini menggunakan pluggers yang dipanaskan,
tekanan yang diterapkan dengan arah vertikal untuk memanaskan melunak gutta perca yang
menyebabkan gutta percha mengalir dan mengisi ruang saluran akar7. Syarat kanal yang
disiapkan untuk teknik pengisian ini, yaitu7:
a. Saluran akar berbentuk corong atau tapered dari orifice hingga apeks (Gambar 3.9).
b. Apical opening tetap sekecil mungkin.
c. Mengurangi diameter penampang melintang pada daerah apikal dan meningkat pada
meningkat pada daerah kanal yang mendekati korona.
d. Saluran akar relative berukuran besar.
Teknik:
Gambar 3.8: (A) Bentuk saluran akar
(B) Susunan saluran akar yang
sebenarnya dengan cabang dan
ramifikasi
Gambar 3.9: Saluran akar selesai di
preparasi dengan bentuk tapered
1. Pilih master cone sesuai dengan bentuk dan ukuran dari kanal yang sudah dipreparasi.
Cone harus pas atau fit dalam 1-2 mm apical stop karena ketika ujung cone gutta percha
melunak dengan panas, kemudian akan bergerak ke apikal pada saluran akar yang sudah
di preparasi. Material tersebut akan beradaptasi pada dinding saluran akar7.
2. Kemudian konfirmasi fit cone dengan foto rontgen untuk melihat kedudukan cone gutta
percha diujung saluran akar, jika sudah fit maka lepaskan dari saluran dan isi dengan
sodium hipoklorit7.
3. Irigasi saluran akar dan keringkan menggunakan paper point.7
4. Pilih instrumen pemanas dan plugger sesuai dengan bentuk dan ukuran kanal.7
5. Plugger yang prefitted pada interval 5 mm sehingga dapat menangkap luas penampang
maksimum dari gutta-percha yang dilunakkan (Gambar 3.10).7
6. Lapisi lubang dengan sealer.7
7. Potong ujung koronal gutta-percha sebatas titik referensi insisal atau oklusal.7
8. Kemudian gunakan alat pemanas untuk memaksa gutta-percha masuk ke kanal. Ujung
plugger yang tumpul menciptakan depresi yang dalam di tengah kerucut master (Gambar
3.11). Dinding luar gutta-percha yang dilunakkan kemudian ditekan ke dalam untuk
mengisi pusat kekosongan, pada saat bersamaan massa gutta-percha yang dilunakkan
menyebar secara apikal dan lateral. Prosedur ini menghilangkan 2-3 mm bagian koronal
gutta-percha.7
9. Setelah apikal selesai diisi, pemanasan ini diulang beberapa kali sampai segmen gutta
percha pada saluran akar lunak 3-4 mm. Selanjutnya pada bagian saluraan akar yang
belum terisi, sedikit demi sedikit dimasukan potongan gutta percha panas ke dalam saluran
akar hingga seluruh saluran akar terisi dengan baik.7,17 (Gambar 3.12). Kemudian tumpat
sementara.
10. Pada kunjungan terakhir, lakukan foto rontgen untuk mengetahui apakah pengisian
saluran akar hermetis atau tidak. Jika pengisian hermetis dapat dilakukan restorasi.10
Gambar 3.10: Pilih pluger
berdasarkan bentuk dan
ukuran kanal
Gambar 3.11: Kepala pluger
untuk kondensasi gutta percha
Gambar 3.12: Back filling
saluran akar
Pemanasan gutta percha ini dapat dilakukan dengan alat :
- Endotec
- Touch’n Heat
- Sistem B
- Metode McSpadden
- JS Quik-fill
- Microseal
Gutta percha selagi panas langsung dimasukan ke dalam saluran akar, misalnya thermafill,
densfill, dan soft-core.
Gutta percha dipanaskan di luar mulut, dimasukan ke saluran akar dengan system pistol,
seperti obtura I dan II.
3. Thermoplasticized Injectable Gutta-Percha Obturation
• Obtura II Heated Gutta-Percha System/High Heat System:
Teknik ini diperkenalkan pada tahun 1977 di institut Harvard. Ini terdiri dari electric control
dengan pegangan pistol dan dirancang khusus pelet gutta-percha yang dapat dipanaskan
sampai kira-kira 365-390 ° F (185-200 ° C) untuk obturasi (Gambar 3.13). Dalam hal ini,
fase beta gutta-percha biasa digunakan. Pada saluran akar yang diisi dengan Obtura II harus
memiliki7:
a. Saluran akar yang berbentuk corong atau tapered agar gutta percha dapat mengalir dan
mengisi saluran akar dengan baik.
b. Apical opening tetap sekecil mungkin untuk mencegah overfilling.
Indikasi7:
• Dengan saluran akar yang lurus atau lengkung.
• Dilakukan dengan backfilling pada saluran akar..
• Untuk pengisian saluran akar dengan resorpsi internal, perforasi.
Teknik7:
a. Sebelum memulai pengisian saluran akar, pilih jarum applicator dan pluger. Ujung jarum
harus mencapai idealnya 3-5 mm dari ujung apikal secara pasif (Gambar 3.14).
b. Oleskan sealer pada dinding saluran akar.
c. Tempatkan jarum obtura dengan longgar 3-5 mm dari apeks, karena arus gutta-percha yang
hangat, akan mengalir dan mengisi kanal, tekanan yang berlawanan menyebabkan
terdorongnya jarum keluar dari kanal (Gambar 3.15).
Gambar 3.13: Kondensasi Thermomechanical dengan gutta percha
d. Kemudian gunakan pluger untuk memadatkan gutta percha, plugger dicelupkan ke dalam
isopropil alkohol atau sealer untuk mencegah lengket gutta-percha. Kekuatan paksa secara
kontinyu harus diterapkan sepanjang obturasi kanal keseluruhan untuk mengkompensasi
penyusutan dan untuk menutup sembarang rongga jika terbentuk. Padatkan secara terus
menerus sepanjang obturasi saluran akar secara menyeluruh untuk menghindari
penyusutan dan untuk menutup rongga yang terbentuk.
3.2 Ultrafil System
Sistem ini menggunakan temperatur yang rendah (yaitu 70 ° C) obturasi ini pada fase alpha
gutta percha. Disini gutta-percha tersedia dalam tiga viskositas berbeda untuk digunakan dalam
situasi yang berbeda. Set reguler dan perusahaan ditetapkan dengan sifat aliran tertinggi yang
utama digunakan untuk injeksi dan tidak perlu dipadatkan secara manual. Endoset lebih kental
dan bisa terkondensasi segera setelah disuntikkan7.
Gambar 3.14: Ujung jarum harus mencapai
idealnya 3-5 mm dari ujung apikal
Gambar 3.15: Kondensasi gutta
percha menggunakan pluger
Teknik7:
1. Jarum canalis diperiksa didalam kanal untuk fitting. Jarum harus mencapai 6-7 mm dari ujung
apikal (Gambar 3.16). Setelah konfirmasi ditempatkan di pemanas (pada suhu 90 ° C) minimal
15 menit sebelum digunakan.
2. Terapkan sealer pada saluran akar dan masukkan jarum secara perlahan ke dalam kanal.
Karena gutta-percha yang hangat memenuhi kanal, tekanan yang berlawanan menyebabkan
terdorongnya jarum keluar dari kanal.
3. Setelah jarum dilepas, plugger yang telah dicelupkan ke dalam alkohol digunakan untuk
pemadatan gutta-percha secara manual.
2.3.2. Prognosis
Prognosis yaitu baik mengenai perjalanan penyakit termasuk sesudah diberikan pengobatan
atau perawatan10. Sejumlah penelitian melaporkan dari berbagai belahan dunia memiliki
teknik dan bahan pengisi saluran akar yang berbeda, menunjukkan bahwa perawatan
Gambar 3.16: Jarum harus mencapai 6-7 mm dari ujung
apikal
pulpektomi memiliki prognosis yang sangat baik. Dua faktor yang memiliki dampak besar
pada hasil perawatan pulpektomi yaitu pengisian saluran akar yang hermetis, serta bebas dari
kontaminasi bakteri pada saat pengisian saluran akar dan pengisian saluran akar telah
mencapai level apikal. Namun, kegagalan juga dapat terjadi dan diperlukan followup pada
pasien untuk dilakukan pemeriksaan klinik- radiografi. Follow up dilakukan sekitar 6 hingga
12 bulan setelah perawatan selesai dan perlu dilakukan kontrol setahun sekali.11
2.4. Prosedur Pulpektomi pada Gigi Sulung
2.4.1. Langkah-langkah
Langkah 1: Beri analgesia lokal dan mengisolasi gigi dengan rubber dam.
Analgesia berfungsi mengurangi rasa sakit akibat pulpitis irreversible, sedangkan isolasi dengan
rubber dam berfungsi untuk menghindari kontaminasi pulpa dan mencegah tertelan atau
terkenanya jaringan lunak di sekitar gigi dari cairan
irigasi maupun instrument.18
Gambar 4.1 Menunjukkan gigi 85 terisolasi dengan rubber dam.18
Langkah 2: Membuang jaringan karies menggunakan low speed round bur.
Pembuangan jaringan karies berguna untuk mengurangi kontaminasi bakteri.18
Gambar 4.2 Pembuangan jaringan karies.18
Langkah 3: Membuka atap ruang pulpa dan mengidentifikasi orifice
Lakukan preparasi kamar pulpa menggunakan low speed round bur. Lakukan dengan hati-hati
untuk mencegah perforasi ke dasar pulpa.18
Gambar 4.3 Pembukaan di bagian mesiobukal , mesiolingual dan kanal distal di gigi 85.18
Langkah 4: Membuat radiografi diagnostik dengan file dalam saluran akar.
Menentukan panjang kerja gigi dengan bantuan radiografik menggunakan file.7
Gambar 4.4 (a) File di mesial dan kanal distal gigi 74. (b) File telah ditempatkan di mesial, distal dan
kanal palatal gigi 65.18
Langkah 5: Membersihkan saluran akar dengan jarum ekstirpasi dan preparasi saluran
akar lalu diirigasi dengan NaOCl
Ketika jaringan inflamasi di kamar pulpa telah diangkat, pendarahan pada kavitas akan
berkurang.6 Setelah jaringan pulpa diangkat dilakukan preparasi. Saluran akar dipreparasi
sedalam 1-2 mm kurang dari apeks dengan file. Panjang instrument jangan sampai melampaui
apeks untuk mencegah kerusakan pada perkembangan gigi pengganti dan penggunaan reamer
tidak dianjurkan.18 Ukuran file tidak lebih dari ukuran 30-35.6 Hindari penggunaan gates glidden
drill atau rotary instrument lainnya saat preparasi saluran akar untuk menghindari terjadinya
perforasi karena saluran akar gigi desidui sangat sempit.18
Gambar 4.5. Gambar 4.5 (a) Saluran akar dipreparasi dengan menggunakan file, tidak lebih dari ukuran
30. (b) Saluran akar kemudian diirigasi dengan menggunakan saline atau NaOCL.18
Langkah 6: Pengeringan saluran akar dengan paper point dan menempatkan cotton pellet
yang telah dibasahi formokresol dalam ruang pulpa selama empat menit.
Formokresol berfungsi sebagai medikamen sterilisasi ruang pulpa dan saluran akar, di mana
dapat membunuh mikroorganisme pada pulpa dan memfiksasi jaringan.18
Gambar 4.6 Cotton pellet yang telah dibasahi formokresol ditempatkan di ruang pulpa, setelah
pengeringan saluran akar dengan paper point.18
Langkah 7: Pilih jarum lentulo dengan ukuran yang sesuai
Pilih jarum lentulo dengan 1-2 ukuran lebih kecil dari file yang terakhir digunakan. Hal ini untuk
mencegah patahnya jarum di dalam saluran akar saat pengisian saluran akar.18
Gambar 4.7 Jarum lentulo.18
Langkah 8: Campur zinc oxide dan eugenol, dan putar bahan dalam saluran akar
menggunakan jarum lentulo
Zinc oxide dan eugenol (ZnOE) dicampur kemudian dimasukkan ke saluran akar dengan jarum
lentulo, lalu putar jarum lentulo di dalam saluran akar. Jika tidak mahir memakai jarum lentulo,
disarankan menggunakan file hedstrom atau guttapercha halus untuk memasukkan ZnOE lalu
digerakkan beberapa kali untuk memastikan pasta telah terisi sepenuhnya pada kanal.18
Gambar 4.8. Pengisian semen saluran akar menggunakan jarum lentulo.18
Langkah 9: Mengisi ruang pulpa dengan semen
Ruang pulpa diisi semen zinc oxide dan eugenol seperti Kalzinol.18
Gambar 4.9. Pengisian semen pada ruang pulpa.18
Langkah 10: Restorasi gigi dengan stainless steel crown
Setelah dilakukan perawatan pulpektomi kemudian dilakukan direstorasi dengan mahkota
stainless steel. Selain untuk menutupi kavitas gigi yang lebar, stainless steel crown juga
berfungsi untuk melindungi gigi dari fraktur akibat tekanan pengunyahan, karena dentin pada
gigi yang non vital lebih rapuh.18
Gambar 4.10. Gigi yang telah direstorasi dengan stainless steel crown.18
Langkah 11: Membuat rontgen pasca perawatan untuk memeriksa pengisian saluran akar
Pemeriksaan radiografik kembali dilakukan selama prosedur pengisian saluran akar untuk
memastikan kedalaman pengisian. Idealnya, saluran akar diobturasi tidak melebihi jaringan
periapikal.6 Lakukan rontgen kembali 6 bulan dan 1 tahun kemudian untuk mengecek
keberhasilan perawatan.18
Gambar 4.11 (a) Sebelum perawatan (b) Pasca perawatan, radiografi menunjukkan saluran akar telah
terisi sepenuhnya dan lebih pendek dari apeks.18
2.4.2. Metode One Visit dan Multi Visit
Metode one visit adalah metode perawatan pulpektomi pada gigi vital yang prosedurnya bisa
diselesaikan dalam waktu satu kali kunjungan saja. Tidak ada pus atau cairan yang perlu
dibersihkan dan disterilisasi dalam jangka waktu panjang sehingga penanganannya bisa
diselesaikan dalam waktu satu kali kunjungan saja.18
Metode multi visit dilakukan pada kasus nekrosis pulpa dan periapikal. Untuk kasus nekrosis
pulpa pulpektomi tidak dapat diselesaikan hanya dalam satu kali kunjungan, karena pulpa yang
sudah nekrosis memiliki abses akut pada periapikal dan abses tersebut harus dihilangkan terlebih
dahulu. Penghilangan abses ini dapat dilakukan dengan drainase melalui kavitas, atau jika ada
fistula, fistul tersebut harus ditusuk untuk membantu drainase. Analgesia local perlu digunakan
jika memungkinkan karena ini merupakan tindakan klinis umum untuk menemukan jaringan
pulpa yang vital pada kamar pulpa yang terinfeksi. Jika kamar pulpa sudah teridentifikasi,
lakukan drainase sebanyak abses tersebut, lalu lakukan irigasi. Setelah drainase, tutup kamar
pulpa dengan cotton pellet yang telah dibasahi formocresol lalu direstorasi dengan tumpatan
sementara. Antibiotic jenis amoxicillin perlu diberikan 48 jam pasca drainase. Jika gigi dan gusi
di sekitar gigi sudah asimptomatik dan abses sudah hilang pada kunjungan kedua (7-10 hari
pasca kunjungan pertama), saluran pulpa dibersihkan secara mekanik dan bisa dilakukan
pengisian saluran akar.18
2.4.3. Prognosis
Prognosis dikatakan baik apabila:
a. Gigi asimptomatik
b. Tidak ada nyeri, sinus, dan mobilitas pada gigi
c. Hasil foto radiografik bagus, normal
d. Ada reaksi resorpsi secara bersamaan antara bahan pengisi saluran akar dengan akar gigi
desidui.18
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persentase keberhasilan perawatan pulpektomi one
visit cukup tinggi yaitu 80%, dengan periode follow up 16 bulan hingga 5 tahun.18
Gambar 4.11. Tingkat keberhasilan perawatan pulpektomi pada gigi sulung.18
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Indikasi perawatan pulpektomi adalah gigi dengan pulpitis irreversibel yang masih bisa
direstorasi, gigi dengan resorpsi internal akibat peradangan pulpa, gigi dengan
kerusakan periradikuler yang minimal, dan gigi dengan kegagalan perawatan
pulpotomi.
2. Kontraindikasi perawatan pulpektomi adalah gigi dengan mahkota yang sudah tidak
bisa direstorasi, gigi dengan kegoyangan 2o-3o, pasien dengan penyakit sistemik, pasien
yang mengonsumsi kortikosteroid jangka panjang, dan pasien dengan gangguan sistem
imun.
3. Alat yang dibutuhkan untuk perawatan pulpektomi meliputi rubber dam set, round bur,
jarum ekstirpasi, K-file, K-reamer, jarum lentulo, eskavator, spreader, dan plugger.
4. Bahan yang dibutuhkan untuk perawatan pulpektomi berupa bahan irigasi saluran akar,
bahan sterilisasi, sealers, dan core material.
5. Perawatan pulpektomi pada gigi permanen maupun desidui memiliki proses sebagai
berikut: anastesi, aseptik, pengukuran panjang kerja, ekstirpasi, preparasi akses,
sterilisasi, dan obturasi. Perbedaan antara prosedur pulpektomi pada gigi desidui dan
gigi permanen terletak pada penggunaan filling yang berbeda.
3.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan melalui makalah ini adalah:
1. Mahasiswa pendidikan dokter gigi harus menguasai prosedur perawatan pulpektomi
sebagai keterampilan dasar.
2. Tehnik perawatan pulpektomi dapat dikombinasikan atau disesuaikan dengan kondisi
pasien yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Priciples and Practices. 4th ed. Dolan J, editor.
St. Louis: Saunders Elsevier; 2009.
2. Clinical Affairs Committee, Pulp Therapy Subcommittee. Guideline on pulp therapy for
primary and immature permanent teeth. American Academy Of Pediatric Dentistry. 2014
: 37(15) : 3
3. Bergenholtz G, Bindslev PH, Reit C. Endodontology. 2nd ed. USA : Willey-Backwell;
2010.
4. Ahmed HMA. Pulpectomy procedures in primary molar teeth. European Journal of
General Dentistry. 2014 January-April : 3(1) : 4
5. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Pediatric dentistry. 3rd ed. New York: Oxford.
2005. 185 p.
6. Bawazir, Omar. Pulpectomy Technique For Primary Teeth. Pakistan Oral & Dent. Jr. 23
(2) Dec 2003
7. Nisha G, Amit G. Textbook of Endodontics. 2nd Ed. India: Jaypee Brothers Medical
Publishers(P)Ltd;2010
8. Ingle, John. Ingles Endodonntics 6. Hamilton: BC Decker Inc; 2008.
9. Scheller, Carmen. Basic Guide to Dental Instrument. Ireland: Blackwell; 2009.
10. Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media
11. Leif T. Clinical Endodontics. 2nd Ed. New York: Thieme;2002
12. Zehnder M. Root canal irrigants, J Endod; 2006
13. Lee SJ, Wu MK, Wesselink PR. The effectiveness of syringe irrigation and ultrasonics to
remove debris from simulate ard irregularities within prepared root canal walls; 2004
14. Haapasalo M, Endal U, Zandi H, Coil JM. Eradication of endodontic infection by
instrumemntation and irrigation solution. Endod Topics; 2005
15. JhaMihir, et al. Pediatric Obturating Materials and Techniques. Journal of Contemporary
Dentistry. 2011
16. Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of the biocompatibility
between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin Dent J. 2005
17. Rasinta T,Gita T. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 3rd Ed. Jakarta:EGC;2012
18. Duggal M, Curzon SF, Toumba K, Robertson AJ. Restorative Techniques in Paediatric
Dentistry. 2nd ed. Dunitz M, editor. New York: Taylor & Francis e-Library. 2005. 87-94
p.