Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

54
REFERAT PERINATOLOGI Perawatan Bayi Baru Lahir Normal Oleh: Nida Najibah Hanum 1110103000095 Pembimbing: dr. Rita Wahyunarti, SpA MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN 1

Transcript of Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Page 1: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

REFERAT PERINATOLOGI

Perawatan Bayi Baru Lahir Normal

Oleh:

Nida Najibah Hanum

1110103000095

Pembimbing:

dr. Rita Wahyunarti, SpA

MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2013 M

1

Page 2: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4

1.1. Latar Belakang ........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5

2.1. Bayi Baru Lahir Normal..........................................................................5

2.1.1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal ....................................................5

2.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal ....................................................5

2.1.3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir ...............................................6

2.2. Perawatan Bayi Baru Lahir Normla pada saat Lahir ............................10

2.2.1. Penilaian Awal ...............................................................................10

2.2.2. Evaluasi Bayi .................................................................................12

2.2.3. Asuhan Bayi Baru Lahir ................................................................14

2.2.3.1. Pencegahan Kehilangan Panas ...................................................14

2.2.3.2. Pembersihan Jalan Napas ...........................................................16

2.2.3.3. Pemantauan Tanda Bahaya ........................................................17

2.2.3.4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat ......................................17

2.2.3.5. Inisiasi Menyusui Dini ...............................................................19

2.2.3.6. Pemberian Vitamin K .................................................................22

2.2.3.7. Pencegahan Infeksi Mata ............................................................22

2.2.3.8. Pemeriksaan Fisik .......................................................................23

2.2.3.9. Imunisasi .....................................................................................30

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat ........................................30

2.3.1. Perkiraan Usia Gestasi ...................................................................31

2.3.2. Identifikasi Bayi Permanen ...........................................................31

2.3.3. Perawatan Kulit ............................................................................31

2

Page 3: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.3.4. Feses dan Urin ...............................................................................33

2.3.5. Ikterus Neonatorum .......................................................................33

2.3.6. Penurunan Berat Badan Awal ........................................................34

2.3.7. Pemberian Makanan ......................................................................34

2.3.8. Rawat Gabung ..............................................................................34

2.3.9. Pemulangan Bayi Lahir Normal ...................................................34

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37

3

Page 4: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) berhasil diturunkan secara signifikan dari 68 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 1900-an menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan

kematian neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

1990-an menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup, dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi pada

periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari.1

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, AKB masih tergolong tinggi,

yaitu tercatat 31 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008.2 Menurut Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2007. Angka kematian BBL sebesar 25 per 1000

kelahiran hidup.3

Kematian neonatal digolongkan menjadi 2 yaitu, kematian neonatal (0 – 28 hari) dan

kematian post natal (29 hari – 1 tahun). Penyebab kematian neonatal tertinggi adalah bayi

berat lahir rendah (BBLR), asfiksia, infeksi, dan feeding problem.4 Sebagian besar penyebab

kematian tersebut dapat dicegah dengan perawatan neonatal yang adekuat.3

Lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan

pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena kurang baiknya penanganan bayi baru lahir

sehat sehingga menyebabkan kelainan-kelainan seperti cacat seumur hidup atau bahkan

kematian.3

Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan

dengan melibatkan dukun bayi, keluarga, dan masyarakat dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan BBL. Untuk mengukur keberhasilan penerapan

intervensi yang efektif dan efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan

yang mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan BBL. Penurunan angka

kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas

dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir, hingga masa neonatal.1

Sehubungan dengan hal diatas, makalah ini akan membahas lebih jauh mengenai

perawatan bayi baru lahir normal yang dimulai segera setelah bayi dilahirkan hingga bayi

dapat dipulangkan.

4

Page 5: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bayi Baru Lahir Normal

2.1.1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, nilai APGAR ≥ 7 dan

tanpa cacat bawaan.1

2.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

Seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut

adalah :

1. Berat badan 2500-4000 gram.

2. Panjang badan 48-52 cm.

3. Lingkar dada 30-38 cm.

4. Lingkar kepala 33-35 cm.

5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian menurun

sampai 120-140 kali/menit.

6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian

menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan

diliputi verniks kaseosa.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

9. Kuku telah agak panjang dan lemas.

10. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora pada anak perempuan,

testis sudah turun pada anak laki-laki.

11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

13. Palmar refleks sudah baik, apabila di letakkan sesuatu benda di atas telapak

tangan, bayi akan menggenggam / adanya gerakan reflex.

14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

5

Page 6: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.1.3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, Bayi Baru Lahir (BBL) akan beradaptasi dari keadaan yang

sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami

oleh bayi yang berawal dalam lingkungan interauterin yang hangat dan segala kebutuhan

terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan ekstrauterin yang dingin dan segala kebutuhannya

memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.5

Neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada masa bayi, karena masih

menyempurnakan banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan

ekstrauteri. Transisi bayi dari intrauteri ke ekstrauteri memerlukan banyak perubahan

biokimia dan fisiologi. Bayi tidak tergantung lagi pada sirkulasi ibu melalui plasenta. Fungsi

paru neonatus diaktifkan untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan karbon dioksida melalui

pernapasannya sendiri.1

BBL juga dapat tergantung pada sistem saluran cerna untuk mengabsorpsi manakan.

Fungsi ginjal berfungsi mengeluarkan bahan yang harus dibuang (waste) serta

mempertahankan homeostatis kimia. Fungsi hati menetralisir dan mengsekresikan bahan-

bahan toksik, dan fungsi sistem imunologi untuk melindunginya terhadap infeksi. Karena

tidak didukung oleh plasenta ibu, sistem kardiovaskular dan endokrin neonatus juga

beradaptasi agar mencakupi dirinya.6

Terdapat periode transisional, yaitu 4-6 jam pertama kehidupan bayi setelah lahir.

Selama periode ini terjadi penurunan resistensi vaskular pulmoner, peningkatan airan darah

ke paru, peningkatan perfusi dan oksigenasi, serta mulainya penutupan duktus arteriosus.6

Perubahan-perubahan yang akan terjadi pada bayi di bagi menurut karakteristik,

antara lain:

1. Karakteristik Biologis

Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk

menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir di ambil dari hasil metabolisme

asam lemak, bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen misalnya

bayi mengalami hipothermi, metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan

pada neonatus maka kemungkinan bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya pada

bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM dan lain-lainnya.5

6

Page 7: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Perubahan suhu tubuh

Ketika bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam

rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar dua puluh lima derajat celcius maka

bayi akan kehilagan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kal / kg

berat badan / menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10

nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C dalam waktu 5

menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen

pun meningkat.5

Perubahan pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah

kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan

perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor carotid

yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan

perubahan suhu didalam uterus dan diluar uterus. Semua ini menyebabkan perangsangan

pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan

diafragma serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu

melalui jalan lahir pervaginanam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin

normal cukup-bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini.

Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang,

sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula.5

Perubahan sirkulasi

Seiring dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli

meningkat. Sebaiknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan

turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah kealat tersebut

meningkat. Ini menyebabkan darah arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus

arteriosus menutup. Setelah tali pusat dipotong, maka aliran darah dari plasenta melalui

vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Serta diterimanya darah

oleh atrium kiri dari paru- paru, tekanan diatrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada

tekanan diatrium kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi bayi yang

hidup diluar badan ibu.5

7

Page 8: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Perubahan lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.5

2. Karakteristik Prilaku

Setiap bayi merupakan suatu individu, bayi akan berada dengan yang lain dalam

hal: cara melihat, merasakan, gerakan, reaksi, serta merespon terhadap lingkungannya.

Setiap orang tua, dokter, atau perawat serta setiap orang yang merawat bayi seharusnya

mengetahui atau memahami tentang perilaku BBL, agar selain dapat menjalin hubungan

komunikasi dengan bayi, juga dapat mengetahui kebutuhan bayi serta kondisi yang

dialaminya.7

Perilaku Bayi Normal

Dengan mengetahui perilaku bayi lebih dini, maka dapat dinilai apakah bayi

mempunyai perilaku normal atau abnormal. Bila terjadi kelainan perilaku maka dapat

segera diintervensi lebih awal.7

Langkah-langkah yang dapat dijadikan petanda perilaku bayi normal adalah7:

1. Bayi mempunyai 2 cara utama untuk berkomunikasi yaitu tersenyum dan

menangis.

2. Bayi akan tanggap dengan suara tertentu misalnya denting jam, suara mesin

cuci, dan dia menyukai suara musik atau nada lembut suara manusia.

3. Sebelum lahir bayi dapat melihat dan mendengar

4. Mata bayi akan terbuka lebar apabila sebuah benda atau sebuah sinar terang

didekatkan ke wajahnya.

5. Indera pengecap bayi sudah mulai bekerja.

6. Banyak orang tua baru yang mungkin tidak tahu tentang perilaku normal

BBL.

Seorang bayi kurang bulan dibandingkan perkembangan dengan bayi cukup bulan,

karena sering perkembangannya lebih lambat dibandingkan dengan bayi cukup bulan.

Bila bayi lahir 2 bulan lebih awal maka ia akan mengalami keterlambatan perkembangan

± 2 bulan lebih lambat dibandingkan bayi cukup bulan. Namun harus tetap diwaspadai

apabila terjadi keterlambatan yang tidak normal (berkepanjangan).7

8

Page 9: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

a. Tidur

BBL biasanya tidur selama 2-4 jam dalam sekali tidur dalam waktu sampai

20 jam setiap harinya. Lambung bayi terlalu kecil untuk menahan minuman agar

senantiasa penuh dilambung, sehingga bayi perlu untuk diberi minum beberapa

jam sekali. Masing-masing mempunyai kebiasaan tidur berbeda, tetapi pada umur

3 bulan nayi harus tidur selama 6-8 jam pada malam hari.7

Dalam minggu pertama kehidupan bayi, dia akan tidur secara teratur dan

hanya akan bangun bila lapar. Setelah beberapa minggu, bayi secara perlahan akan

terjaga lebih lama. Bayi tidak punya pola yang tetap tentang waktu tidurnya akan

tetapi bisa diprediksi bila sudah bertambah umurnya. Babarapa bayi tidur

sepanjang malam pada umur 6 minggu, ini akan terjadi secara alamiah dan tidak

perlu memaksa bayi untuk mengikuti pola tertentu meskipun dapat ditentkan waktu

tidurnya. Dengan memberikan porsi minum malam harinya dengan tenang dan

pelan-pelan, maka bayi diajar untuk membedaan siang dan malam hari.7

b. Menangis

Bayi akan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan non-verbal atau

isyarat yang sebagian besar akan melibatkan menangis. Bayi juga kadang dapat

diam dan tenang sendiri tanpa bantuan, berikan cukup waktu pada bayi untuk

tenang sebelum kita mengganggunya. Bila bayi menangis berlebihan ini dapat

berarti bayi sakit atau mengalami nyeri.7

c. Refleks

Dalam beberapa minggu pertama kehidupan bayi akan mempertahankan

posisi tubuhnya sepertinya posisi didalam kandungan (posisi janin) yaitu fleksi

penuh pada sendi lengan, siku, panggul dan lutut dan memposisikan anggota gerak

untuk dekat dengan bagian depan tubuh bayi. Posisi ini akan berubah bila bayi

sudah dapat mengontrol gerakannya. BBL memiliki berbagai macam refleks

alamiah. Memakai refleks ini akan sangat membantu untuk mengetahui penyebab

beberapa perilaku bayi.7

d. Bernapas

Tidak jarang bayi mengalami napas ireguler atau tidak teratur. Bayi dapat

berhenti bernapas selama 5-10 detik dan kemudian segera bernapas lagi. Ini adalah

suatu keadaan normal. Bila henti napas lebih dari 10 detik, ini merupakan keadaan

gawat darurat, karena bayi akan sianosis dan harus segera menghubungi dokter.

9

Page 10: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

e. Penglihatan

BBL sebenarnya dapat melihat, namun matanya masih tertutup karena masih

terlalu berat untuk memusatkan penglihatannya untuk pertama kali. Bayi dapat

melihat gerakan dan membedakan objek berwarna hitam atau putih.7

Bayi belum dapat memfokuskan dan memandang objek yang dekat dengan

jelas. Sinar yang terang tidak akan membahayakan pandangan bayi, tetapi

membuat tidak nyaman. Bayi akan lebih menyukai objek yang padat dan tertarik

pada wajah manusia. Objek berwarna hitam dan putih lebih menarik perhatiannya.7

f. Mendengar

Bayi dapat membedakan berbagai suara. Mereka dapat mengenal suara

keluarganya, oleh karena itu orang tua harus sering mengajak bayinya berbicara.

Bayi dapat menoleh ke suara yang dikenali. Bayi dilahirkan dalam keadaan

mendengar. Sesungguhnya bayi lebih memilih suara tertentu dibanding suara

umum. Mereka akan mealingkan kepalanya untuk mencari sumber suara dan akan

merespon suara manusia.7

2.2. Perawatan Bayi Baru Lahir Normal pada saat Lahir

2.2.1. Penilaian Awal

Penilaian awal BBL dapat dilakukan dengan menggunakan skor APGAR. Skor

APGAR adalah suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu tidaknya bayi

mendapat resusitasi. Skor APGAR diterapkan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir. Usia

gestasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi skor APGAR. Elemen skor seperti

tonus, warna, dan iritabilitas refleks sebagian bergantung pada maturitas fisiologi bayi.10, 7

Setelah lahir, letakan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut

bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan yaitu:7, 8

Apakah kehamilan cukup bulan?

Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Keadaan umum bayi juga dapat dinilai satu menit setelah lahir dengan menggunakan

skor APGAR.7, 9

10

Page 11: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Skor APGAR terdiri dari lima komponen. Masing-masing komponen diberi skor 0, 1,

atau 2. Skor APGAR 1 menit digunakan untuk mengidentifikasi perlu-tidaknya resusitasi

segera. Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna, seperti ditunjukan oleh

skor APGAR 7 hingga 10, dan mereka tidak memerlukan bantuan kecuali mungkin

pengisapan nasofaring. Bayi dengan skor 4 sampai 6 pada 1 menit memperlihatkan depresi

pernapasan, flaksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun, denyut jantung dan iribilitas

reflek baik. Bayi dengan skor 0 sampai 3 biasanya memerlukan resusitasi.10

Skor APGAR 5 menit, dan terutapa peruahan skor 1 dan 5 menit merupakan indeks

yang bermanfaat untuk menilai efektivitas upaya resusitasi.

Tabel 1. Evaluasi APGAR pada BBL9, 7

Keterangan : 60 detik sesudah persalinan bayi selesai (tanpa memperhitungkan talipusat dan

plasenta), bayi dengan skor 0-3 memerlukan resusitasi segera.

Perlu disadari keterbatasan dari penilaian APGAR adalah suatu ekspresi keadaan

fisiologis BBL dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai

APGAR, antara lain obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia,

hipovolemia, dan kelahiran prematur.7

2.2.2. Evaluasi Bayi

11

Page 12: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Dalam manajemen BBL dapat dilaksanakan penatalaksannan mulai dari persiapan,

penilaian, dan keputusan secara alternatif tidakan yang sesuai dengan hasil penilian keadaan

BBL. Untuk BBL cukup bulan yang lahir dengan air ketuban jernih dan langsung menangis

atau bernapas spontan serta bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal yang

akan diperlihatkan pada Bagan 2.1

Bagan 1. Manajemen Bayi Baru Lahir1

Bagan 2. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal1

12

Page 13: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.2.3. Asuhan Bayi Baru Lahir

13

Page 14: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.2.3.1. Pencegahan Kehilangan Panas

Suhu bayi turun dengan cepat segera setelah lahir. Oleh karena itu, bayi harus dirawat

di tempat tidur bayi yang hangat dengan suu dapat diukur. Selama beberapa hari pertama

kehidupan, suhu bayi tidak stabil, berespon terhadap rangsangan ringan dengan fluktuasi

yang cukup besar diatas atau di bawah suhu normal.5

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh

karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL

dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit

berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam

keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam

ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk

mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia

(temperatur tubuh lebih dari 37,5 C).1

Angka kehilangan panas yang diperkirakan pada BBL sekitar 4 kali angka orang

dewasa. Pada kamar persalinan biasa (20-25 C), suhu kulit bayi turun sekitar 0.3 C/menit, dan

suhu tubuh bagian dalam sekitar 0.1 C/menit pada masa segera setelah persalinan, yang

biasanya mengakibatkan kehilangan suhu tubuh bagian dalam (secara akumulatif) sebesar 2-3

C).1

Bayi kehilangan panas dapat melalui 4 cara, yaitu1, 7 :

Cara Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya

lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh melalui mekanisme konduksi

apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.1

Cara Konveksi adalah kehilangan panas melalui tubuh saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang

dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran

udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/ pendingin ruangan.5

Sehingga, suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak

berangin, tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka, kipas angin dan AC yang kuat

harus jauh dari area bayi atau area resusitasi.7

14

Page 15: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Cara Evaporasi adalah kehilangan panas melalui penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.1 BBL yang dalam keadaan basah kehilangan

panas dengan cepat melalui cara ini.7, 1 Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya,

termasuk kepala dan rambut, segera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik jika

menggunakan handuk hangan untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif.7

Kehilangan panas juga terjadi jika bayi terlalu cepat dimandikan.1

Cara Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan

panas

Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5 – 1C lebih tinggi

dibanding suhu ibunya. Sayangnya, tidak jarang bayi mengalami penuruna suhu tubuh

menjadi 35 – 35.5 C dalam 15 – 30 menit karena kecerobohan perawatan di ruang bersalin.

Ruang bersalin kadang sekali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat

bayi, atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah

dilahirkan.7

Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5OC – 37,5OC yang diukur dengan

menggunakan termometer. apabila suhu < 36OC atau kedua tangan atau kaki teraba dingin

maka ini merupakan gejala awal dari hipotermi. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka

bayi sudah mengalami hipotermia. Tanda-tanda bayi hipotermia adalah sebagai berikut :

Bayi tidak mau minum atau menetek

Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

Tubuh bayi teraba dingin

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :1

Ruang bersalin yang hangat

Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

Letakan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

Inisiasi menyusui dini

Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas

Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Rawat gabung

15

Page 16: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Resusitasi dalam lingkungan yang hangat

Transportasi hangat

Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga

2.2.3.2. Membersihkan Jalan Nafas

1. Bayi normal akan segera menangis spontan segera sesudah lahir, apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan

cara:

A. Meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

B. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi

lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit

tengadah ke belakang

C. Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan

yang dibungkus dengan kassa steril.

D. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi

akan segera menangis.

Pada bayi baru lahir normal kepala bayi harus ditempatkan mengarah ke

bawah segera sesudah persalinan supaya mulut, faring, dan hidungnya bersih

dari cairan, mukus, darah, dan puing- puing amnion melalui gaya gravitasi.

Penghisapan secara halus dengan balon penghisap atau kateter karet yang

lunak juga dapat membantu dalam mengeluarkan barang – barang ini.

Tindakan mengusap palatum dan faring dengan kain kasa dapat menyebabkan

abrasi dan timbulnya sariawan, ulkus pterigoid (Bednar apthae), atau yang

jarang, infeksi tunas gigi disertai osteomielitis maksilaris dan pembentukan

abses retrobulbar.

Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bernafas tidak

akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).

Alat penghisap lendir mulut atau penghisap lainnya yang steril, tabung

oksigen dengan selangnya haris selalu siap di tempat.

16

Page 17: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Segera lakukan usaha penghisap mulut dan hidung.

Petugas harus memantau dan mencatat usaha nafas yang pertama.

Warna kulit, adanya cairan atau mekanium dalam hidung atau mulut harus

diperhatikan.

2.2.3.3. Pemantauan Tanda Bahaya

Sebelum dan selama pelahiran, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi

kesejahteraan neonatus seperti diperlihatkan di Tabel 2 harus benar-benar diperhatikan. Bayi

diinspeksi untuk melihat ada tidaknya kelainan. Petugas yang bertanggung jawab merawat

neonatus harus mengamati pernapasan dengan cermat dan memeriksa denyut jantung. Denyut

jantung dapat ditentukan dengan auskultasi di dada atau palpasi pangkal tali pusat. Denyut

jantung 100 kali per menit atau lebih yang teraba jelas dianggap normal.5

Tabel 2. Informasi Penting dalam Evaluasi Neonatus10

Kemudian, mulut, lubang hidung, dan faring diisap secara hati-hati. Sebagian besar

bayi normal menarik napas dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam waktu

setengah menit. Jika pernapasan jarang, penghisapan mulut dan faring, diikuti oleh tepukan

ringan pada telapak kaki dan gosokan di punggung, biasanya bersamaan, akan dapat

merangsang pernapasan. Jika bayi terus tidak bernapas maka diperlukan resusitasi.5

2.2.3.4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

1. Memotong dan Mengikat Tali Pusat

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara

bermakna menurangi insiden infeksi pada neonatus. Yang terpenting dalam perawatan tali

pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih.8 Sebelum melakukan perawatan

17

Page 18: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

tali pusat, petugas yang terlibat secara rutin harus menjaga higenitas tangannya,1, 7, 8, 10 dengan

menggunakan klorheksidin atau sabun antiseptik yang mengandung-idofor, petugas dapat

menjaga kebersihan tangannya sebelum merawat setiap bayi.1, 8, 10

Cara memotong dan mengikat tali pusat diantaranya :1

Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan

oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat di potong.

Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding

perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari

kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada

saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak

2 cm dari tempat jempitan ke-1 arah ibu.

Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan

tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat

diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.

Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan

klorin 0,5%

Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk IMD

Gambar 1 : Proses pelepasan tali pusat15

18

Page 19: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat1

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat

Jangan membungkus putung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan

apapun ke putung tali pusat.

Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila

terdapat tanda infeksi, tetapi tidak di kompreskan karena menyebabkan tali

pusat basah atau lembab.

Berikan nasihat pada ibu dan keluarga :

- Lipat popok di bawah tali pusat.

- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali

pusat mengering dan terlepas sendiri.

- Jika putung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan

sabun, kemudian keringkan secara seksama dengan menggunakan kain

bersih.

- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar

tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati

ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

2.2.3.5. Inisiasi Menyusui Dini

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan dan

diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian

ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih) dan memberian nutrisi terbaik (asah) dan

melatih refleks dan motorik bayi (asuh).1

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada atau perut atas ibu selama paling

sedikit 1 jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting

ibunya.11

Manfaat IMD bagi bayi, adalah11 :

Membantu stabilisasi pernapasan.

Mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator.

Menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi.

Mencegah infeksi nosokomial.

19

Page 20: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Menurunkan insidens iktrus BBL

Pola tidur yang lebih baik karena kontak kulit ibu dengan kulit anak membuat

bayi lebih tenang.

Berat badan bayi lebih cepat naik

Setelah dilahirkan, BBL normal hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak perlu

membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayi karena bau cairan amnion pada tangan

bayi akan membantu bayi mencari puting ibu. Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai

menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukan gejala

refleks menghisap seperti membuka mulut dan mulai mengulum mulut. Refleks menghisap

ini timbul 20 – 30 menit setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan proses ini, bayi dapat

langsung menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca

persalinan.11

Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD yang di anjurkan, yaitu8 :

Dianjurkan suami dan keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

Disarankan juga tidak menggunakan bahan kimia saat persalinan, karena akan

menggangu dan mengurangi kepekaan bayi untuk mencari puting susu ibu.

Begitu lahir, bayi diletakan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua

tangan.

Tali pusat di potong lalu diikat.

Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak

dibersihkan karena zat ini akan membuat nyaman kulit bayi.

Tanpa dibedong, bayi langsung di tengkurapkan di dada atau diperut ibu

sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu.

Ibu dan bayi di selimuti bersama-sama. Jika perlu diberi topi untuk

mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

Kontak kulit dan menyusu sendiri penting bagi ibu karena8 :

Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi mencari payudara. Ini

akan menurunkan kematian karena kedinginan/hipotermi.

Saat bayi mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya, dan

bayi akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri

20

Page 21: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi,

menyaingi bakteri jahat dari lingkungannya.

Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam

pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu biasanya bayi tidur dalam

waktu lama.

Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih

stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian

energi.

Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan

sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran

hormon oksitosin.

Tabel 3. Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusui Pertama Kali1

Tabel 4. Pedoman Menyusui1

21

Page 22: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.2.3.6. Pemberian Vitamin K

Pemasalahan pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) adalah terjadi

perdarahan otak dengan angka kematian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam

rentang umur 2 minggu sampai 6 minggu bulan, dengan akibat angka kecacatan 30-50%.8

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang selama

kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang menggangu metabolisme vitamin K seperti, obat

anti koagulan oral (warfarin), obat antikonvulsan (fenobarbital, fenitoin, karbamazepin),

obat-obat antiuberkulosis (INH, rifampisin), sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus

(pemakaian antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan), gangguan fungsi hati (kolestasis),

kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang mendepatkan ASI eksklusif, karena

ASI memiliki kandungan vitamin K yang rendah <20 ug/L bila dibandingkan dengan susu

sapi yang memiliki kandungan vitamin K tiga kali lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu

asupan vitamin K yang kurang juga disebabkan sindrom malabsobsi dan diare kronik.8, 13

Semua BBL harus diberi penyuntikan Vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di

paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami

oleh sebagian BBL.12, 13 Efikasi profilaksis oral meningkat dengan pemberian berulang 3 kali

dari pada dosis tunggal, dan efekasi lebih tinggi bila diberikan dalam dosis 2 mg daripada 1

mg.8

2.2.3.7. Pencegahan Infeksi Mata

22

Page 23: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Konjungtivitis pada BBL sering terutama pada ibu yang menderita penyakit menular

seksual seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian konjungtivitis muncul pada 2 minggu

pertama setelah kelahiran.5, 11 Manifestasi klinis berupa eritema dan edema pada kelopak mata

dan konjungtiva palpebra.

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya

konjungtivitis. Proflaksis mata yang sering digunakan yaitu salep mata eritromisin, dan salep

mata tetrasiklin (Oxytetrasiklin 1%).11 Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata

diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah

lahir.1

Gambar 2. Cara Memberikan Salem Mata Antibiotik (WHO 2006)1

Cara pemberian salep mata antibiotik:1

Cuci tangan (gnakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan.

Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujun pemberian obat

tersebut.

Tarik kelopak mata bagian bawah ke arah bawah

Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling

dekat menuju ke bagian luar mata atau tetes mata.

Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.

Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk tidak

menghapus obat-obatan tersebut.

23

Page 24: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.2.3.8. Pemeriksaan Fisik

Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika

bayi lahir di fasilitasi kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan

selama 24 jam pertama.4 Pemeriksaan BBL dilakukan sedini mungkin pada untuk mendeteksi

kelainan-kelainan dan menegakkan dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan

dilakukan dengan penuh kesabaran, dan prosedur yang fleksibel.6

Pemeriksaan BBL dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh

dokter/bidan/perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat

mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.12

Waktu Pemeriksaan BBL12 :

Tabel 1. Waktu Pemeriksaan BBL8, 12

Langkah-langkah pemeriksaan7, 12 :

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).

Pemeriksaan perlu dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang yang

berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.

Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelu dan sesudah

memegang bayi.

Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik harus hangat.

Sebelum melakukan pemeriksaan BBL perlu diketahui riwayat keluarga, riwayat

kehamilan sekarang dan sebelumnya, dan riwayat persalinan. Pemeriksaan fisik BBL

24

Page 25: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

dilakukan paling kurang tiga kali, yakni (1) pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang dilakukan

dalam 24 jam di ruang perawatan, dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang.7

Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan dikamar bersalin. Tujuannya

adalah:7

1. Menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin yang

memerkukan resusitasi.

2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera (misal:

atresia ani, atresia esofagus, trauma lahir)

3. Menentukan apakah BBL tersebut dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau di

tempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di ruang intensif, atau segera dioperasi.

Pemeriksaan ke dua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah bayi

berada di tempat perawatan. Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan

pertama akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Pemeriksaan di kamar bersalin dan ruang

rawat sebaiknya di bawah lampu pemanas untuk mencegah hipotermi. Pemeriksaan bayi di

ruang rawat harus dilakukan di depan ibunya; kelainan yang ditemukan harus diterangkan

kepada ibunya dan harus dijelaskan apakah kelainan tersebut bahaya atau tidak agar si ibu

dapat memahaminya dan merasa lebih tenang.7

Bayi tidak boeh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan terakhir.

Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat dipulangkan

(hematoma sefal, giekomastia, ikterus), atau mungkin pula adanya bising yang hilang timbul

pada masa BBL, atau bayi menderita penyakit yang didapat dirumah sakit seperti aspirasi

pneumoni, infeksi nosokomial, dan lain-lain. Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik

adalah lingkar kepala, berat, panjang, kelaianan fisis yang ditemukan, frekuensi napas dan

nadi, serta keadaan tali pusat.7

Pemeriksaan BBL memerlukan kesabaran, keluwesan, dan ketelitian. Bila bayi tenang

sebelum diperiksa maka yang harus diperiksa terlebih dahulu adalah auskultasi bunyi jantung

dan paru dan palpasi abdomen. Sesudah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan lainnya.7

a. Pemeriksaan di kamar bersalin

1. Menilai adaptasi

Perlu diperiksa segera di kamar bersalin apakah bayi beradaptasi

dengan baik atau memerlukan resusitasi.7

25

Page 26: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2. Mencari kelainan kongenital

Pemeriksaan di kamar bersalin juga dapat menentukan adanya

kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan

segera. Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-

obatan teratogenik, terkena radiasi, atau infeksi virus pada trimester

pertama. Juga ditanyakan apakah ada kelainan bawaan pada keluarga.

Disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat

menggangu pertumbuhan janin, seperti diabetes melitus, asma bronkial dan

sebagainya. Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa cairan amnion, tali

pusat, dan plasenta.7

Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta, dan tali pusat

kemudian dilakukan pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.7

Berat Lahir dan masa Kehamilan

Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih

banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa

kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.7

Mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-

palatoskisis, hipersaliva, hipoplasia otot depresor anguli oris.7

Anus

Perhatikan adanya anus imperforatus dengan memasukan

termometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tidak dapat

dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistla

rekto-vaginal.7

Kelainan pada Garis Tengah

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida,

meningomielokel, sinus pilonidalis, ambigus genitalia, eksomfalos, dan

lain-lain.7

26

Page 27: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Jenis Kelamin

Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya.

Bila terdapat keraguan, misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan

atau terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi laki-laki, sebaiknya

pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain

seperti pemeriksaan kromosom.7

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dapat juga dilihat pada tabel dibawah

ini1, 12 :

Tabel . Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir1

27

Page 28: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

28

Page 29: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

29

Page 30: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

b. Pemeriksaan di ruang rawat7

Anamnesis :

Keluhan tentang bayinya.

Masalah kesehatan pada ibu yang mungkin berdampak pada bay (TBC,

demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, sifilis,

HIV/AIDS, penggunaan obat).

Cara, waktu, tempat bersalin, dan tindakkan yang diberikan pada bayi jika

ada.

Warna air ketuban.

Riwayat bayi buang air kecil dan besar

Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap.

Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mendeteksi

kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan dikamar bersalin.

Pemeriksaan ini meliputi :

1. Aktifitas fisik

Kaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan.

Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaan fleksi,

dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris. Gerakan kasar atau

halus (tremor) yang disertai dengan klonus pergelangan kaki atau rahang

sering ditemukan pada BBL, namun keadaan ini tidak berarti apa-apa.

2. Tangisan Bayi

Tangisan melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis,

sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan

kesulitan pernapasan.

3. Wajah BBL

Wajah BBL menunjukan kelainan yang khas, misalnya sindeom Down,

sindrom Pierre-Robin, sindrom de Lange, dan sebagainya.

4. Keadaan gizi

Dinilai dari berat dan panjang badan, disesuaikan dengan masa kehamilan,

tebal tipisnya subkutis serta kerutan pada kulit.

30

Page 31: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

5. Pemeriksaan suhu

Suhu tubuh BBL normal antara 36,5-37,5 C.

6. dan, Pemeriksaan secara rinci lainnya.

c. Pemeriksaan pada waktu memulangkan

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan

bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan.

Perlu diperhatikan :

Susunan saraf pusat : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun

Kulit : adanya ikterus, piodermia

Jantung : adanya bisisng yang baru timbul kemudian

Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya

Tali pusat : adanya infeksi

Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan

ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar

2.2.3.9. Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin

K1 yang bertujan untuk penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat

menimbulkan kerusakan hati.12

Penderita hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus hepatitis B

didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko penderita hepatitis B untuk

menjadi carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir,

maka risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa risiko

menjadi carrier 5-10%.1

Ibu dengan Hepatitis B

Ibu yang menderita Hepatitis akut selama hamil atau tes serologis HBsAg positif,

dapat menularkan hepatitis B pada bayinya :

Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 mL IM segera setelah lahir

(sebaiknya dalam 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai

dengan jadwal imunisasi hepatitis

31

Page 32: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Bila tersedia, berikan imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 mL) IM disuntikkan

padap aha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat

48 jam setelah lahir.

Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Imunisasi polio oral 2 tetes dapat diberikan saat bayi akan pulang dari rumah sakit.

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir Setelah Lahir

2.3.1. Perkiraan Usia Gestasi

Segera setelah lahir, usia gestasi bayi dapat dengan cepat diperkirakan dengan

memeriksa beberapa neonatus (Tabel 2). Perkiraan yang lebih definitif dapat dilakukan dalam

beberapa hari dengan bantuan pemeriksaan fisik dan neurologis.

Tabel 5. Identifikasi Cepat Usia Gestasi Neonatus10

2.3.2. Identifikasi Bayi Permanen

Sistem identifikasi bayi yang aman dan mudah harus terseda setiap saat, dan ibu serta

bayinya jangan dipisahkan sampai identifikasi tuntas. Sistem ini harus meliputi rekaman yang

mudah dikenal, seperti pita identitas. Catatan permanen juga harus disimpan sebagai berkas

di rumah sakit. Sebagian besar rumah sakit saat ini menggunakan sidik kaki, bukan sidik jari

atau sidik telapak tangan, untuk mengidentifikasi bayi karena alur-alur di telapak kali lebih

menonjol dan sidik lebih mudah di peroleh.5

32

Page 33: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

2.3.3. Perawatan Kulit

Bayi harus segera dikeringkan untuk menguranggi pengeluaran panas akibat evaporasi.

Kelebihan verniks, serta darah dan mekonium, dengan lembut dibersihkan. Verniks yang

tersisa cepat diserap oleh kulit dan lenyap seluruhnya dalam 24 jam. Neonatus jangan

dimandikan sampai suhu mereka stabil, dan selama masa ini ia jangan sering dipegang.5

Memandikan Bayi

Memandikan bayi merupakan hal sering dilakukan, tetapi masih banyak kebiasaan

yang salah dalam memandikan bayi, seperti memandikan bayi segera setelah lahir dapat

mengakibatkan hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi belum

lepas dari tali pusat atau dalam perjalanan, tidak perlu dipaksakan untuk mandi berendam.

Bayi cukup diseka dengan sabun dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan

besih.11 Saat mandi bayi dalam keadaan telanjang dan basah sehingga mudah kehilangan

panas. Karena itu, harus dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya kekurangan panas.

Suhu ruang saat memandikan bayi harus hangat (>25 C) dan suhu air yang optimal adalah

40 C untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat berangsur turun sampai 30 C untuk bayi

diatas 2 bulan.11

Urutan memandikan bayi yang benar adalah11 :

1. Mata dibersihkan dengan kapas yang telah direndam air matang.

2. Lubang hidung dibersihkan perlahan dan terlalu dalam dengan cotton buds yang

dicelupkan ke dalam air bersih.

3. Bagian luar telinga dibersihkan dengan menggunakan cotton buds yang telah diberi

baby oil.

4. Wajah bayi diusap dengan waslap yang telah direndam air hangat.

5. Buka baju bayi lalu bersihkan alat kelamin dan bokong bayi dengan kapas basah.

6. Usap seluruh permukaan dan lipatan tubuh bayi dengan waslap yang di rendam

dengan air hangat yang di beri sabun khusus bayi.

7. Bayi dapat dimasukan ke bak air hangat. Tangan kiri ibu menyangga kepala dan

memegang erat ketiak bayi, sedangkan tangan kanan ibu membersihkan sabun di

tubuh bayi.

8. Untuk membersihkan punggung bayi, balikkan badan bayi perlahan dengan tangan

kanan ibu, sedanagkan tangan kiri ibu tetap menopang badan bayi dan memegang erat

ketiaknya.

33

Page 34: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

9. Pencucian rambut hanya dilakukan bila rambut kelihatan kotor atau ada kerak dikulit

kepalanya dengan mengoleskan beberapa tetes baby oil atau sampo bayi di kulit

kepala bayi lalu disisr dengan sikat rambut halus untuk memudahkan lepasnya kerak

di kulit kapala bayi.

10. Usap rambut dan kepala bayi, dengan waslap yang di rendam air hangat sampai besih.

11. Segera bungkus bayi dengan handuk kering dan letakkan diatas handuk kering.

12. Pemakaian lotion setelah mandi tidak umum dibutuhkan bayi karena justru pori-pori

kulit menutup.

2.3.4. Feses dan Urine

Selama 2 hingga 3 hari pertama setelah lahir, isi kolon terdiri atas mekonium lunak

berwarna hijau kecokelatan, yang mengandung sel epitel yang terkelupas dari saluran cerna,

lendir, sel epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan bersama dengan air ketuban.

Warna khas disebabkan oleh adanya pigmen empedu. Keluarnya mekonium dan urine dalam

beberapa jam setelah lahir menunjukan kepatenan saluran cerna dan kemih. Pengeluaran

mekonium dijumpai pada 90% neonatus dalam 24 jam pertama, dan pada hampir sebagian

besar sisanya dalam 36 jam. Berkemih juga bisasanya terjadi segera setelah lahir meskipun

dapat juga pada hari kedua.5

Mekonium diganti oleh feses kuning muda homogen dengan bau khas setelah hari

ketiga atau ke empat. Selama beberapa hari selanjutnya feses belum berbentuk, tetapi segera

setelah itu feses mulai berbentuk silindris.5

2.3.5. Ikterus Neonatorim

Sekitar sepertiga bayi, antara hari kedua dan kelima kehidupan mengalami yang

disebut ikterus fisiologis pada neonatus. Kadar bilirubin serum saat lahir adalah 1,8 hingga

2,8 mg/dL. Kadar ini meningkat selama beberapa hari berikutnya dengan variasi individual

yang luas. Antara hari ketiga dan keempat, bilirubin pada bayi matur seing mencapai kadar 5

hingga 10 mg/dL. Pada konsentrasi ini, ikterus biasanya terlihat. Sebagian besar bilirubin

berada dalam bentuk bebas atau tidak terkonjugasi. Salah satu penyebabnya adalah imaturitas

sel hati sehingga konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat berkurang dan ekskresi dalam

empedu menurun. Reabsorbsi bilirunin bebas akibat pemecahan enzimatik bilirubin

34

Page 35: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

glukurnida oleh aktivitas konjugasi usus pada usus neonatus juga tampaknya sangat berperan

menyebabkan hiperbilirubinemia.5

2.3.6. Penurunan Berat Badan Awal

Karena sebagian besar bayi tidak banyak mendapatkan nutrisi selama 3 sampai 4 hari

pertama, mereka akan secara progresif kehilangan berat badan sampai mendapat ASI atau

makan lain secara lancar.5

Jika bayi normal mendapatkan makanan dengan benar, berat lahir biasanya dicapai

kembali pada akhir hari ke-10. Kemudian, berat biasanya terus meningkat dengan kecepatan

sekitar 25 g/hari selama beberapa bulan pertama. Berat lahir berlipat dua pada usia 5 bulan

dan meningkat tiga kali lipat pada akhir tahun pertama.5

2.3.7. Pemberian Makan

Dalam 12 jam pertama dianjurkan bayi sudah menyusu secara teratur. Di banyak rumah

sakit, bayi mulai menyusu di kamar bersalin. Sebagian besar bayi aterm tumbuh pesat jika

diberi makan dengan interval setiap 2 hingga 4 jam. Lama pemberian makan yang sesuai

makan yang sesuai setiap kali makan bergantung pada beberapa faktor, misalnya, jumlah

ASI, mudah tidaknya ASI keluar, dan napsu makan bayi. Selama 4 hari pertama, menyusu

selama 5 menit di masing-masing payudara, atau sampai ibu memiliki suplai ASI telah dapat

memuaskan bayi. Setelah hari keempat, bayi menyusu hingga 10 menit di masing-masing

payudara.5

2.3.8. Rawat Gabung

Rawat gabung dianjurkan agar proses melahirkan sealamiah mungkin dan untuk

meningkatkan hubungan ibu-anak secara dini. Setelah 24 jam pertama, ibu biasanya sudah

ambulasi penuh, dan dengan rawat gabung, ia dapat merawat dirinya sendiri dan semua

perawatan rutin bayinya. Peningkatan kemampuan ibu merawat secara penuh bayinya saat ia

tiba di rumah merupakan manfaat nyata dari rawat gabung.5

2.3.10. Pemulangan Bayi Lahir Normal

35

Page 36: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Secara tradisional, neonatus dipulangkan bersama ibunya. Pada sebagian besar kasus,

lawat rawat inap ibu menentukan perawatan bayinya. Dalam dekade terakhir, lama tiggal

untuk ibu setelah persalinan per vaginam tanpa komplikasi semakin singkat. Saat ini, ibu

biasanya dirawat selama 24 jam atau kurang. Meskipun jelas bahwa sebagian besar neonatus

dapat dengan aman dipulangkan dalam 24 jam, namun hal ini tidak selalu berlaku. Seiiring

dengan berkurangnya lama tinggal di rumah sakit, angka rawat-inap ulangan meningkat.

Dehidrasi dan ikterus merapakan penyebab utama rawat-ulang.

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah

lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi baru lahir di

rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat

persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan meninggalkan

tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir.1

Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi dalam keadaan baik,

dan harus memberikan konseling tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta memberi

tahu jadwal kunjungan neonatus 1, 2, dan 3.1

Tanda bahaya yang harus diperhatikan :1

Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU

Kejang ATAU

Bergerak hanya jika dirangsang ATAU

Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit) ATAU

Napas lambat (< 30 kali / menit) ATAU

Tarikan dinding dada kedalaman yang sangat kuat ATAU

Merintih ATAU

Teraba demam (suhu aksila > 37.5 C) ATAU

Teraba dingin (suhu aksila < 36 C) ATAU

Nanah yang banyak di mata ATAU

Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU

Diare ATAU

Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki

36

Page 37: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

Daftar Pustaka :

1. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Kementrian Kesehatan RI. 2010.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kematian Ibu dan Anak. 2008.

3. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Survei Dinas Kesehatan.

Indonesia. 2007.

4. Sarimawar, Djaja. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan

Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. 2003.

5. Saifuddin, Abdul. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.

37

Page 38: Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (dr. Rita W, SpA).docx

6. Cloherty, Jhon P, etc. Manual of Neonatal Care. 6th ed. 2008

7. Sholeh, M. Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Edisi I. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Badan Penerbit IDAI. 2010.

8. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Bina

Pelayanan Medik. Kementrian Kesehatan RI. 2010.

9. Trialsight Medical Media. 2008.

10. Lenovo, Kenneth J. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC 2009.

11. Prawirohardjo, Sarwono, dkk. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2010.

12. Standar Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. Kementrian Kesehatan Repulik

Indonesia. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan

Anak. 2010.

13. Subekti, Nike Budhi et al. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC.

2008.

14. Behrman, Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Edisi 15. EGC. 2000.

15. www.medscape.com

38