Makalah Rita
-
Upload
rudy-hermawan -
Category
Documents
-
view
57 -
download
2
Transcript of Makalah Rita
Sistem Pemompaan Jantung dan Sirkulasi Vaskular
Fatrecia Rita Yunita Doloksaribu
Mahasiswi Semester Kedua Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida
Wacana
102010046
Alamat Korespondensi:
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
No telp 021 569 42061
Email : [email protected]
16 Juni 2011
PENDAHULUAN
Jantung merupakan salah satu organ yang paling sering disebut-sebut namanya di
kalangan masyarakat luas, baik mulai dari anak-anak hingga orang tua. Apabila ditanyakan
kepada setiap orang mungkin tak ada seorangpun yang mengatakan tidak pernah mendengar
nama organ jantung ini. Jantung selalu dikaitkan dengan pengertian sebagai suatu organ yang
bekerja untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dengan bantuan pembuluh-pembuluh
darah sebagai saluran untuk mengalirkan darah menuju organ-organ tertentu.
Seringkali masyarakat menyatakan bahwa jantung adalah organ yang sangat “mahal”.
Kita perlu mengetahui sebenarnya mengapa organ ini disebut sebagai organ yang “mahal”
oleh masyarakat luas. Jantung dikenal sebagai organ pompa yang ada di dalam tubuh
manusia. Apakah zat yang dipompakan jantung? Jawabannya adalah darah. Jantung memiliki
fungsi untuk memompkan darah ke seluruh tubuh dan dengan fungsinya ini jantung tidak
bekerja sendirian namun ditemani oleh pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran yang
akan menghantarkan darah dari jantung keseluruh organ-organ tubuh. Pasti kita bertanya-
tanya mengapa harus darah yang diangkut? Apakah sebenarnya kandungan dalam darah
sehingga ia harus diangkut keseluruh tubuh?
Jantungpun tidak bekerja dengan sendirinya tanpa pengaturan dari sebuah sistem yang
mempertimbangkan berbagai faktor yang muncul dari dalam maupun luar tubuh. Terdapat
suatu pusat yang mengatur kerja jantung sebagai pompa yang disesuaikan dengan kebutuhan
dari sang pemilik jantung.
Untuk mengetahui lebih jelasnya, dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan
mengenai struktur jantung secara makroskopis maupun mikroskopis hingga ia dapat dianggap
sebagai pompa serta struktur pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran. Selain itu
dalam pembahasan selanjutnya juga akan dijelaskan mekanisme pemompaan jantung dan
peredaran darah hingga darah diterima oleh organ-organ diseluruh tubuh serta sistem yang
mengendalikan kerja jantung dan pembuluh darah. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk
diketahui adalah fungsi dari sistem peredaran darah itu sendiri.
MIND MAPING
SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jantung
2. Mengetahui Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Pembuluh Darah
3. Mengetahui Mekanisme Pompa Jantung dan Peredaran Darah
4. Mengetahui Sistem Pengendalian Kerja Jantung
IBU PINGSAN
MIKR
O
MAKR
O JANTUNG
PEMBULUH DARAH
MAKR
O
MIKR
O
MEKANISME POMPA JANTUNG DAN PEREDARAN DARAH
SISTEM PENGENDALIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
5. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Jantung
PEMBAHASAN
Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan
internal tubuh. Sistem ini membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ, serta
membawa produk akhir metabolik keluar darinya. Sistem sirkulasi ini dibagi menjadi dua,
yaitu sistem vaskular darah dan sistem limfatik. Dalam pembahasan kali ini akan jauh lebih
ditekankan pada sitem vaskular darah dalam tubuh manusia. Suatu sistem tidak dapat berdiri
sendiri tanpa keberadaan komponen-komponen penyusunnya. Untuk sistem vaskular darah,
komponen penyusunnya terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah yang mengalir di
dalamnya.
Sistem sirkulasi ini baik sirkulasi vaskular maupun sirkulasi limfatik memiliki berbagai
fungsi, diantaranya (1) sebagai sistem transport yang membawa nutrisi, gas, hormon,
mineral, enzim, dan zat-zat vital lainnya melalui darah ke seluruh tubuh. Serta membawa zat-
zat sisa menuju paru-paru, ginjal, atau kulit untuk dikeluarkan dari tubuh. (2) sebagai
penjaga suhu tubuh dengan kemampuan konstriksi dan dilatasi pembuluh darah. (3) sebagai
perlindungan melalui sistem imun dan mekanisme pembekuan darah. Serta (4) sebagai
pendaparan (buffering) untuk mempertahankan pH optimum darah.
Komponen yang berperan menjalankan fungsi dari sistem sirkulasi tersebut terutama
sistem sirkulasi vaskular adalah darah. Darah yang terdiri dari sel-sel darah beserta
plasmanya memiliki peranan penting dalam menjalankan fungsi-fungsi sistem sirkulasi yang
telah disebutkan sebelumnya.1
Inilah salah satu alasan mengapa jantung seringkali dianggap sebagai organ yang
“mahal”. Jantung yang menjadi salah satu komponen penyusun sistem vaskular memiliki
fungsi untuk memompakan komponen lain yaitu darah yang membawa unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh sel-sel tubuh lainnya bahkan untuk kebutuhan dari jantung itu sendiri. Oleh
karena itu, apabila kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang maka darah yang
akan tiba ke sel-sel tubuh lainnya juga akan berkurang sehingga kebutuhnnya tidak terpenuhi
secara sesuai. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah peranan dari pembuluh darah yang
berfungsi sebagai saluran yang mengalirkan darah hingga tiba ke sel-sel tujuan. Karena tanpa
adanya pembuluh darah, darah yang di pompakan jantung tidak akan pernah tiba ke sel-sel
yang dituju. Ketiga komponen ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena
tanpa keberadaan salah satu komponen ini maka sistem ini tidak akan mampu untuk bekerja
dengan baik secara utuh.
Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Jantung
Setelah mengetahui mengenai fungsi dari sistem vaskular, kita juga perlu untuk
mengetahui secara makroskopik maupun mikroskopik mengenai komponen-komponen
penyusun sistem vaskular ini. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam
sirkulasi vaskular terdapat komponen-komponen penyusun yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya (lihat gambar 1). Bahasan yang akan dijelaskan
selanjutnya adalah mengenai struktur makroskopik dan mikroskopik dari salah satu kompoen
penyusun sistem vaskular yaitu jantung.
Gambar 1. Sirkulasi Vaskular Manusia
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/peredaran-darahcardiovascular.html
Jantung merupakan organ muskular berongga yang bentuknya mirip piramid dan
terletak di dalam pericardium di mediastinum yang merupakan ruang diantara kedua paru
pada rongga thorax (lihat gambar 2). Mediastinum ini sendiri dibagi menjadi mediastinum
superius dan mediastinum inferius, yang dimana mediastinum superius ini akan di tempati
diantaranya oleh berbagai pembuluh-pembuluh darah baik vena maupun arteri besar yang
berasal dari dan menuju ke jantung. Sedangkan mediastinum inferius akan di tempati oleh
pericardium dan jantung di bagian medium, ruangan diantara pericardium dan sternum di
bagian anterior dan ruang diantara pericardium dan columna vertebralis di bagian
posteriornya.
Gambar 2. Jantung dan Mediastinum
http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/2020%20Exam%20Reviews/Exam%201/CH18%20Pericardial%20Cavity%20and%20Pathology.htm
Pericardium merupakan suatu kantung fibroserosa yang membungkus jantung dan
pangkal pembuluh-pembuluh besar. Fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung yang
berlebihan secara keseluruhan dan menyediakan pelumas sehingga bagian-bagian jantung
yang berbeda dapat berkontraksi.
Pericardium pada jantung dibagi menjadi pericardium fibrosum dan pericardium serosa.
Pericardium fibrosum adalah bagian fibrosa yang kuat dari kantung pericardium. Pericardium
terikat kuat di bagian inferior dengan centrum tendineum diaphragma. Pericardium fibrosa
bersatu dengan selubung luar pembuluh-pembuluh darah besar yang berjalan melalui
pericardium yaitu, aorta, truncus pulmonalis, vena cava superior dan inferior dan vena
pulmonalis. Pericardium fibrosum di depan melekat pada sternum melalui ligamentum
sternopericardiaca.
Pericardium serosum mempunyai lamina parietalis dan lamina visceralis. Lamina
parietalis membatasi pericardium fibrosum dan melipat di sekeliling pangkal pembuluh-
pembuluh darah besar untuk melanjut menjadi lamina visceralis pericardium serosum yang
meliputi permukaan jantung. Lamina visceralis berhubungan erat dengan jantung dan sering
dinamakan epicardium. Ruang seperti celah diantara lamina parietalis dan lamina visceralis
pericardium serosum disebut cavitas pericardiaca. Normalnya, cavitas ini berisi sedikit
cairan, cairan pericardiacal berfungsi sebagai pelumas untuk memudahkan pergerakan
jantung seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.2
Secara mikroskopik dinding jantung tersusun atas 3 tunika, yaitu bagian dalam atau
endokardium, bagian tengah atau miokardium, dan bagian luar epikardium (lihat gambar
3). Bagian tengah jantung yang fibrosa, secara kurang tepat disebut skeleton fibrosa, dan
berfungsi sebagai dasar katup, selain sebagai tempat asal dan insersi sel otot jantung.
Gambar 3. Lapisan-Lapisan Jantung
http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/2020%20Exam%20Reviews/Exam%201/CH18%20Pericardial%20Cavity%20and%20Pathology.htm
Endokardium terdiri atas selapis sel endotel gepeng, yang berada di atas selapis tipis
subendotel jaringan ikat longgar yang mengandung serat elastin dan kolagen, selain sel otot
polos. Yang menghubungkan miokardium pada lapisan subendotel adalah selapis jaringan
ikat yang sering disebut lapisan subendokardium yang mengandung vena, saraf, dan cabang-
cabang dari sistem penghantar impuls jantung (sel-sel purkinje).
Miokardium adalah tunika yang paling tebal dari jantung dan terdiri atas sel-sel otot
jantung yang tersusun dalam lapisan yang mengelilingi bilik-bilik jantung dalam bentuk
pilinan yang rumit. Sejumlah besar lapisan-lapisan ini berinsersi ke dalam skeleton fibrosa
jantung. Susunan sel otot ini sangat bervariasi sehingga sedian histologi dari sebagian kecil
daerahnya, akan memperlihatkan sel-sel yang tersusun dalam berbagai arah.
Bagian luar jantung dilapisi oleh epitel selapis gepeng yang ditopang oleh selapis tipis
jaringan ikat yang membentuk epikardium. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
bahwa epikardium merupakan lamina visceralis pericardium serosum yang tepat berkontak
dengan permukaan jantung.3
Jantung mempunyai tiga permukaan yaitu facies sternocostalis (anterior), facies
diaphragmatica (inferior), dan basis cordis (posterior). Jantung juga memiliki apex yang
arahnya ke bawah, depan, dan kiri.
Facies sternocostalis terutama dibentuk oleh atrium dextrum dan ventriculus dexter,
yang dipisahkan satu sama lain oleh sulcus atrioventricularis. Pinggir kanannya dibentuk oleh
atrium dextrum dan pinggir kirinya oleh ventriculus sinister dan sebagian auricula sinistra.
Ventriculus dexter dipisahkan dari ventriculus sinister oleh sulcus interventricularis anterior
(lihat gambar 4).
Gambar 4. Cor Tampak Anterior
http://dgholgate.tripod.com/anatomy.html
Facies diaphragmatica jantung terutama dibentuk oleh ventriculus dexter dan sinister
yang dipisahkan oleh sulcus interventricularis posterior. Permukaan inferior atrium dextrum,
tempat bermuara vena cava inferior, juga ikut membentuk facies diaphragmatica.
Bassis cordis atau facies posterior terutama dibentuk oleh atrium sinistrum, tempat
bermuara empat vena pulmonalis. Basis cordis terletak berlawanan dengan apex cordis. Apex
cordis dibentuk oleh ventrikulus sinister, mengarah kebawah, depan, dan kiri (lihat gambar
5).
Gambar 5. Jantung Tampak Posterior
http://dgholgate.tripod.com/anatomy.html
Jantung terdiri dari 4 ruang, ruang-ruang tersebut adalah atrium dextrum, atrium
sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister. Atrium dextrum terdiri atas rongga
utama dan sebuah kantong kecil yaitu auricula. Pada permukaan jantung, pada tempat
pertemuan atrium kanan dan auricula kanan terdapat sebuah sulcus vertikal, yaitu sulcus
terminalis yang pada permukaan dalamnya berbentuk rigi disebut crista terminalis. Bagian
utama atrium yang terletak posterior terhadap rigi, berdinding licin. Bagian atrium di anterior
rigi berdinding kasar atau trabekulasi oleh karena tersusun atas berkas serabut-serabut otot,
musculi pectinati, yang berjalan dari crista terminalis ke auricula dextra (lihat gambar 6).
Gambar 6. Atrium Dextrum4
Atrium kanan menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru. Pembuluh-
pembuluh darah yang bermuara ke atrium dextrum diantaranya adalah vena cava superior
yang bermuara kedalam bagian atas atrium dextrum, muara ini tidak memilik katup. Vena
cava superior mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian atas tubuh. Vena cava
inferior bermuara ke bagian bawah atrium dextrum; dilindungi oleh katup rudimenter yang
tidak berfungsi. Vena cava inferior mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian
bawah tubuh.
Pembuluh darah lainnya yang bermuara pada atrium dextrum adalah sinus coronarius
yang mengalirkan sebagian besar darah dari dinding jantung bermuara ke dalam atrium
dextrum, di antara vena cava inferior dan ostium atrioventriculare dextrum; muara ini
dilindungi oleh katup rudimenter yang tidak berfungsi. Ostium atrioventriculare dextrum
terletak anterior terhadap muara vena cava inferior dan dilindungi oleh valva tricuspidalis.
Banyak muara vena-vena kecil yang juga mengalirkan darah dari dinding jantung bermuara
langsung ke dalam atrium dextrum.
Bagian lainnya pada jantung sisi sebelah kanan adalah ventriculus dexter, ruang ini
berhubungan dengan atrium dextrum melalui ostium atrioventriculare dextrum dan dengan
truncus pulmonalis melalui ostium trunci pulmonalis (lihat gambar 7). Waktu rongga
mendekati ostium trunci pulmonalis bentuknya berubah menjadi seperti corong, tempat ini
disebut infudibulum.
Gambar 7. Ventriculus Dexter
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news_print.asp?IDNews=633
Dinding ventriculus dexter jauh lebih tebal dibandingkan dengan atrium dextrum dan
menunjukkan beberapa rigi yang menonjol ke dalam, yang dibentuk oleh berkas-berkas otot.
Rigi-rigi yang menonjol ini menyebabkan dinding ventrikel terlihat seperti busa dan dikenal
sebagai trabecula carneae. Trabecula carneae terdiri atas tiga jenis. Jenis pertama terdiri atas
musculi papillares, yang menonjol ke dalam, melekat melalui basisnya pada dinding
ventricel; puncaknya dihubungkan oleh tali-tali fibrosa (chorda tendineae) ke cuspis valva
tricuspidalis. Jenis kedua yang melekat dengan ujungnya pada dinding ventrikel, dan bebas
pada bagian tengahnya. Salah satu diantaranya adalah trabecula septomarginalis menyilang
rongga ventrikel dari septa ke dinding anterior. Trabecula ini membawa fasciculus
atrioventricularis crus dextrum yang merupakan bagian dari sistem konduksi jantung.
Sedangkan jenis ketiga hanya terdiri atas rigi-rigi yang menonjol.
Valva tricuspidalis melindungi ostium atrioventriculare dan terdiri atas tiga cuspis
yang dibentuk oleh lipatan endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa yang meliputinya.
Cuspis ini adalah cuspis anterior, septalis, dan inferior atau posterior. Basis cuspis melekat
pada cincin fibrosa rangka jantung sedangkan ujung bebas dan permukaan ventrikelnya
dilekatkan pada chorda tendineae. Chorda tendineae menghubungkan cuspis dengan
musculi papillares. Bila ventrikel berkontraksi, musculi papillares berkontraksi dan mencegah
agar cuspis tidak terdorong masuk ke dalam atrium dan terbalik waktu tekanan
intraventrikular meningkat.
Valva trunci pulmonalis melindungi ostium trunci pulmonalis dan terdiri dari tiga
valvula semilunar yang dibentuk dari lipatan endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa
yang meliputinya. Pinggir bawah dan dan samping setiap cuspis yang melengkung melekat
pada dinding arteri. Mulut muara cuspis mengarah ke atas, masuk ke dalam truncus
pulmonalis. Perlekatannya pada dinding arteri mencegah cuspis turun masuk ke dalam
ventrikel. Pada pangkal truncus pulmonalis terdapat tiga pelebaran yang dinamakan sinus,
dan masing-masing terletak di luar dari setiap cuspis. Selama sistolik ventrikel, cuspis-cuspis
valva tertekan pada dinding truncus pulmonalis oleh darah yang keluar. Selama diastolik,
darah mengalir kembali ke jantung dan masuk ke sinus; cuspis valva terisi, terletak
berhadapan di dalam lumen dan menutup ostium trunci pulmonalis.
Sisi kiri jantung juga disusun oleh dua ruang yaitu atrium sinistrum dan ventriculus
sinister. Sama seperti atrium dextrum, atrium sinistrum terdiri atas rongga utama dan
auricula sinistra. Empat vena pulmonalis, dua dari masing-masing paru bermuara pada
permukaan posterior dan tidak mempunyai katup. Ostium atrioventriculare sinistrum
dilindungi oleh valva mitralis (bicuspidalis).
Ventriculus sinister berhubungan dengan atrium sinistrum melalui ostium
atrioventriculare sinistrum dan dengan aorta melalui ostium aortae. Dinding ventriculus
sinister tiga kali lebih tebal di bandingkan dengan dinding ventriculus dexter. Valva mitralis
melindungi ostium atrioventriculare. Valva terdiri dari dua cuspis, cuspis anterior dan
cuspis posterior yang strukturnya sama dengan cuspis pada valva tricuspidalis. Valva aorta
melindungi ostium aorta dan mempunyai struktur yang sama dengan struktur valva trunci
pulmonalis. Dibelakang setiap cuspis dinding aorta menonjol membentuk sinus aorta. Sinus
aorta anterior meruapakan tempat asal arteriae coronaria dextra, dan sinus posterior sinistra
tempat asal arteria coronaria sinistra.
Masing-masing ruang pada jantung khususnya antara bagian kiri dengan bagian
kanannya dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh septum. Bagian atrium jantung relatif
memiliki dinding yang tipis dan dibagi dua oleh septum interatriale menjadi atrium dextrum
dan atrium sinistrum. Septum berjalan dari dinding anterior jantung menuju bagian belakang
dan kanan. Bagian ventrikel jantung mempunyai dinding yang tebal dan dibagi dua oleh
septum interventriculare menjadi ventriculuc dexter dan ventriculus sinister. Septum
terletak miring, dengan satu permukaan yang menghadap ke depan dan kanan serta
permukaan lainnya menghadap ke belakang dan kiri. Posisinya diidentifikasi pada permukaan
jantung sebagai sulcus interventricularis anterior dan posterior.2
Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Pembuluh Darah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa komponen pembentuk sistem
vaskular darah selain jantung adalah pembuluh darah. Sebagian besar sel tubuh tidak
berkontak langsung dengan lingkungan eksternal, namun sel-sel ini harus melakukan
pertukaran dengan lingkungan, misalnya menyerap O2 dan nutrien serta membuang zat sisa.
Untuk melakukan pertukaran jarak jauh ini, sel-sel dihubungkan satu sama lain dengan
lingkungan eksternal oleh pembuluh darah. Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tertutup
yang bercabang dan membawa darah dari jantung ke jaringan kemudian kembali ke
jantung.1,5
Ada tiga jenis pembuluh darah utama, yaitu arteri yang merupakan serangkaian
pembuluh eferen yang semakin mengecil sewaktu bercabang, dan berfungsi untuk
mengangkut darah, dengan nutrien dan oksigen ke jaringan. Jenis pembuluh darah kedua
adalah kapiler yang merupakan pembuluh darah terkecil, berupa jalinan saluran halus dan
rumit yang saling beranastomosis dan dindingnya merupakan tempat berlangsungnya
pertukaran zat antara darah dan jaringan. Jenis pembuluh darah terakhir adalah vena yang
terbentuk dari penggabungan kapiler menjadi sistem saluran. Ukurannya makin membesar
sewaktu pembuluh ini mendekati jantung, sambil membawa darah ke jantung, untuk di
pompa keluar lagi.
Biasanya sistem sirkulasi dibagi dalam makrovaskulator, yaitu pembuluh dengan
diameter lebih dari 0,1 mm (arteriol besar, arteri muskular dan elastis, serta vena muskular),
dan mikrovaskulatur (arteriol, kapiler, dan venula pasca kapiler) yang hanya terlihat dengan
menggunakan mikroskop. Mikrovaskulator terutama penting sebagai tempat terjadinya
pertukaran antara darah dan jaringan sekitar pada keadaan normal.
Kapiler
Pertama-tama akan dibahas mengenai kapiler yaitu pembuluh darah dengan ukuran
yang paling kecil. Kapiler memiliki variasi struktural yang memungkinkan berbagai tingkat
pertukaran metabolik antara darah dan jaringan sekitar. Secara mikroskopis kapiler terdiri
atas selapis endotel yang tergulung membentuk suatu saluran. Diameter rata-rata kapiler
bervariasi dari 7-9 µm, dan panjangnya umumnya tidak melebihi 50 µm. Pada umumnya, sel-
sel endotel berbentuk poligonal dan memanjang sesuai dengan arah aliran darah. Intinya
menonjol ke arah dalam lumen kapiler. Sitoplasmanya mengandung sedikit organel, termasuk
sebuah kompleks Golgi kecil, mitokondria, ribosom bebas, dan beberapa sisterna retikulum
endoplasma kasar.
Disejumlah tempat sepanjang kapiler dan venula pascakapiler, terdapat sel-sel yang
berasal dari mesenkim dengan cabang-cabang sitoplasma panjang yang mengelilingi sebagian
sel-sel endotel. Sel ini disebut perisit. Sel-sel tersebut dibungkus lamina basalisnya sendiri,
yang dapat menyatu dengan lamina basalis sel endotel. Adanya miosin, aktin, dan
tropomiosin di dalam perisit menjadi petunjuk kuat bahwa sel-sel ini juga memiliki fungsi
kontraktilitas. Setelah terjadinya cedera jaringan, perisit berproliferasi dengan berdiferensiasi
membentuk pembuluh darah baru dan sel-sel jaringan ikat sehingga ikut berpartisipasi dalam
proses pemulihan.
Kapiler beranastomosis secara bebas, membentuk jalinan luas yang menghubungkan
arteri dan vena kecil (lihat gambar 8). Arteriol bercabang menjadi pembuluh-pembuluh kecil
yang dikelilingi oleh lapisan otot polos yang tidak utuh, yaitu metarteriol, yang bercabang
menjadi kapiler-kapiler.
Gambar 8. Arteriol, Kapiler, dan Venula
http://biologipedia.blogspot.com/2011/03/pembuluh-kapiler.html
Luasnya jaringan kapiler berhubungan dengan aktivitas metabolik jaringan tersebut.
Jaringan dengan tingkat laju metabolisme yang tinggi seperti ginjal, hati, otot jantung, dan
otot rangka, memiliki jalinan kapiler yang luas; kebalikannya berlaku bagi jaringan dengan
laju metabolisme yang rendah seperti otot polos dan jaringan ikat padat. Kecepatan aliran
darah dalam aorta rata-rata 320 mm/detik; dalam kapiler lebih kurang 0,3 mm/detik. Karena
dindingnya yang tipis dan aliran darahnya yang lambat, kapiler adalah tempat yang cocok
untuk pertukaran air, larutan, dan makromolekul antara darah dan jaringan.
Semua pembuluh darah diatas diameter tertentu memiliki ciri struktural yang sama dan
menunjukkan gambaran umum konstruksinya. Akan tetapi, jenis pembuluh yang sama akan
menunjukkan variasi struktural yang berbeda. Di pihak lain, perbedaan di berbagai jenis
pembuluh seringkali tidak jelas karena peralihan dari satu jenis pembuluh ke jenis lainnya
berlangsung secara bertahap. Pembuluh darah umumnya terdiri atas lapisan atau tunika
berikut (lihat gambar 9).
Tunika intima. Lapisan ini berasal dari satu lapis sel endotel, yang ditopang oleh
lapisan subendotel jaringan ikat longgar yang kadang-kadang mengandung otot polos. Pada
arteri, tunika intima dipisahkan dari tunika media oleh lamina elastika interna, yaitu
komponen terluar dari intima. Lamina ini terdiri atas elastin, memiliki celah-celah (fenestra)
yang memungkinkan terjadinya difusi zat untuk memberikan nutirsi ke sel-sel bagian dalam
dinding pembuluh
Tunika media. Tunika ini terutama terdiri atas lapisan konsentris otot-otot polos yang
tersusun secara berpilin. Diantara sel-sel otot polos, terdapat serat dan lamela elastin, serat
retikulin (kolagen tipe III), proteoglikan, dan glikoprotein dalam jumlah bervariasi. Sel otot
polos menjadi sumber sel dari matriks ekstrasel ini. pada arteri, tunika media memiliki
lamina elastika eksterna yang lebih tipis, yang memisahkannya dari tunika adventisia.
Tunika adventisia. Tunika ini terutama terdiri atas serat kolagen dan elastin. Kolagen
dalam adventisia berasal dari tipe I. Lapisan adventisia berangsur-angsur menyatu dengan
jaringan ikat organ tempat pembulu darah berada.
Gambar 9. Lapisan-Lapisan Pembuluh Darah
http://puradini.wordpress.com/2011/02/20/strruktur-umum-pembuluh-darah/
Arteriol
Arteriol umumnya berdiameter kurang dari 0,5 mm dan memiliki lumen yang relatif
sempit. Lapisan subendotel tersebut sangat tipis. Pada arteriol yang sangat kecil, tidak
terdapat lamina elastika interna, dan tunika media umumnya terdiri atas satu atau dua lapis
sel otot polos yang melingkar; tidak ada lamina elastika eksterna. Diatas arteriol terdapat
arteri kecil dengan tunika media yang lebih berkembang, dan lumennya lebih besar daripada
lumen arteriol. Pada arteriol dan arteri kecil, tunika adventisianya sangat tipis.
Arteri sedang (muskular)
Arteri muskular dapat mengendalikan banyaknya darah yang menuju organ dengan
mengontraksikan atau merelaksasikan sel-sel otot-otot polos tunika media. Tunika intima
memiliki lapisan subendotel yang agak lebih tebal daripada arteriol. Lamina elastika interna
tampak jelas, dan tunika media dapat terdiri atas lapisan-lapisan sel-sel otot polos sampai 40
lapisan. Lamina elastika eksterna hanya terdapat pada arteri muskular yang lebih besar .
Adventisia terdiri atas jaringan ikat (lihat gambar 10).
Gambar 10. Arteri dan Vena Sedang
http://www.dartmouth.edu/~anatomy/Histo/cardiovascular/cardiovascular/DMS108/popup.html
Arteri besar (elastis)
Arteri besar (elastis) membantu menstabilkan aliran darah. Arteri besar mencakup aorta
beserta cabang-cabang besarnya. Warnanya kekuningan karena banyaknya elastin di bagian
tunika medianya. Tunika intimanya lebih tebal daripada lapisan intima di arteri sedang.
Lamina elastika interna, meskipun ada, tidak jelas terlihat karena serupa dengan lamina-
lamina elastis di lapisan media. Tunika media terdiri atas serat-serat elastin dan sederetan
lamina elastis yang berlubang-lubang dan tersusun melingkar, yang jumlahnya bertambah
dengan meningkatnya usia (lihat gambar 11).
Gambar 11. Arteri Besar
http://www.dartmouth.edu/~anatomy/Histo/cardiovascular/cardiovascular/DMS108/popup.html
Venula pascakapiler dan Kapiler
Venula pascakapiler dan kapiler berpartipasi dalam proses pertukaran antara darah dan
jaringan. Venula memiliki diameter sebesar 0,2-1 mm. Tunika intimanya terdiri atas endotel
dan lapisan subendotel yang sangat tipis. Tunika media pada venula kecil mungkin hanya
mengandung perisit kontraktil. Pembuluh-pembuluh ini disebut venula pascakapiler atau
venula perisit. Diameter lumennya mencapai 50 μm. Meskipun begitu, kebanyakan venula
mengandung otot, dan venula sekurang-kurangnya memiliki beberapa sel otot polos dalam
dindingnya
Vena
Sebagian besar vena berukuran kecil atau sedang, dengan diameter antara 1-9 mm.
Tunika intimanya umumnya memiliki lapisan subendotel tipis, bahkan kadang-kadang tidak
ada. Tunika media terdiri dari berkas-berkas kecil serabut otot polos yang berbaur dengan
serat-serat reetikulin dan jalinan halus serat elastin. Tunika adventisia dengan kolagennya
berkembang dengan baik (lihat gambar 10). Pembuluh vena besar yang terletak di dekat
jantung adalah vena besar. Vena besar memiliki tunika intima yang berkembang baik, namun
tunika medianya lebih tipis, dengan beberapa lapisan sel otot polos dan sejumlah besar
jaringan ikat. Tunika adventisianya adalah lapisan yang paling tebal dan paling berkembang
dari ketiga lapisan tunika pada vena; tunika tersebut sering mengandung berkas memanjang
otot polos. Vena ini terutama yang besar, dapat memiliki katup. Katup terdiri atas 2 lipatan
semilunar dari tunika intima, yang menonjol ke dalam lumen. Katup tersebut terdiri atas
jaringan ikat dengan banyak serat elastin dan dilapisi kedua sisinya oleh endotel.
Vasa vasorum
Pembuluh besar umumnya memiliki vasa vasorum, yang berupa arteriol, kapiler, atau
venula, yang bercabang-cabang dalam adventisia dan tunika media bagian luar. Vasa
vasorum membawa metabolit ke tunika adventisia dan tunika media karena pada pembuluh
besar, lapisannya terlalu tebal untuk mendapatkan makanan secara difusi dari darah yang
mengalir di dalam lumennya. Vasa vasorum lebih banyak di jumpai pada vena daripada
arteri.3
Setelah memahami mengenai struktur pembuluh darah secara mikroskopis, selanjutnya
akan di bahas mengenai struktur pembuluh darah besar yang ada pada thorax dan merupakan
percabangan langsung dari jantung.
Aorta. Aorta merupakan arteri utama yang membawa darah yang kaya oksigen dari
ventriculus sinister jantung ke jaringan-jaringan tubuh. aorta itu sendir dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu aorta ascendens, arcus aorta, aorta thoracica, dan aorta abdominalis
(lihat gambar 12). Aorta ascendens mulai dari basis ventriculus sinister dan berjalan ke atas
dan depan sehingga terletak di belakang pertengahan kanan sternum stinggi angulus sterni,
tempat pembuluh nadi ini melanjutkan diri menjadi arcus aorta. Aorta ascendens terletak di
dalam pericardium fibrosum dan terbungkus bersama dengan truncus pulmonalis di dalam
sarung pericardium serosum. Pada pangkalnya terdapat tiga tonjolan, sinus aortae, yang
masing-masing terletak di belakang cuspis valva aortae. Aorta ascendens memiliki
percabangan yaitu arteri coronaria dextra berasal dari sinus anterior aortae, dan arteri
coronaria sinistra berasal dari sinus posterior sinistra aortae.
Gambar 12. Sistem Pembuluh Darah Arteri
http://www.graphicshunt.com/health/images/aorta-355.htm
Bagian lainnya dari aortae adalah arcus aortae. Arcus aortae merupakan lanjutan dari
aorta ascendens. Pembuluh ini terletak di belakang manubrium sterni dan berjalan ke atas,
belakang, dan kiri depan trachea. Pembuluh ini dimulai setinggi angulus sternalis ke
posterior hingga tepi bawah vertebra thoracalis IV.
Cabang-cabang dari arcus aorta ini sendiri adalah truncus brachiocephalica yang
merupakan pembuluh yang berjalan ke atas dan di sebelah kanan trachea, dan bercabang dua
menjadi arteria subclavia dextra dan arteria carotis communis dextra di belakang articulatio
sternoclavicularis dextra. Cabang lainnya adalah arteri carotis communis sinistra berasal
dari permukaan cembung arcus aorta di sebelah kiri truncus brachiocephalica. Pembuluh ini
berjalan keatas dan disebelah kiri trachea serta masuk ke leher di belakang articulatio
sternoclavicularis sinistra. Setiap arteria carotis communis baik dextra maupun sinistra akan
mempercabangkan diri menjadi arteri carotis interna dan arteri carotis externa. Arteri
carotis externa bertanggung jawab pada penghantaran suplai darah ke kepala dan leher di luar
rongga cranial sedangkan arteri carotis interna akan memasuki rongga cranial dan akan
bertanggung jawab terhadap suplai darah untuk bagian dasar otak.
Cabang terakhir dari pembuluh ini adalah arteri subclavia sinistra berasal dari arcus
aorta di belakang arteri communis sinistra. Berjalan ke atas sepanjang sisi kiri trachea dan
oesophagus untuk masuk ke pangkal leher. Pembuluh ini melengkung di permukaan atas
apex pulmo sinistra. Kedua arteri subclavia ini akan bercabang menjadi arteri vertebralis
yang kemudian bercabang menjadi arteri basilaris merupakan asal arteri cerebri posterior kiri
dan kanan, juga arteri-arteri spinalis dan cerebellaris. Percabangan lainnya adalah truncus
thyreocervicalis, truncus costocervicalis, dan arteri thoracica interna.
Arteri subclavia sinistra dan dextra ini akam memanjang sampai lengan atas di setiap
sisi sebagai arteri axillaris yang kemudian akan kembali memberikan percabangan menjadi
arteri thoracica superior, thoraco acromialis, thoracica lateralis, subscapularis, dan arteri
circumflexa anterior, dan posterior humeris pada struktur dalam axilla.
Arteri axillaris akan terus memanjang menjadi arteri brachialis yang menuruni lengan
dan bercabang menjadi arteri radialis dan arteri ulnaris hingga pada telapak tangan akan
membentuk arcus palmaris profunda dan superficialis hingga pada akhirnya akan
mempercabangkan diri menjadi arteri digitales (lihat gambar 13).
Gambar 13. Sistem Pembuluh Arteri
http://faculty.ksu.edu.sa/75719/Pictures%20Library/Forms/DispForm.aspx?ID=60&RootFolder=%2F75719%2FPictures%20Library%2FCardiovascular%20system
Bagian terakhir yang membentuk aorta adalah aorta thoracica terletak didalam
mediastinum posterior dan mulai sebagai lanjutan arcus aorta di sebelah kiri pinggir bawah
corpus vertebra thoracalis IV. Kemudian berjalan turun kebawah di dalam mediastinum
posterior, miring ke depan dan medial untuk mencapai permukaan anterior dari columna
vertebralis. Setinggi vertebra thoracalis XII pembuluh ini berjalan di belakang diphragma
(melalui hiatus aorticus) pada garis tengah dan melanjutkan diri sebagai arteri abdominalis.
Cabang-cabang dari aorta thoracica ini adalah arteriae intercostalis posterior yang
dipercabangkan untuk sembilan intercostale bagian bawah pada masing-masing sisi. Arteriae
subcostales dipercabangkan pada masing-masing sisi dan berjalan sepanjang pinggir bawah
costa XII untuk masuk ke dinding abdomen. Rami pericardiaci, oesophageales, dan
bronchiales merupakan cabang-cabang kecil yang menuju ke organ-organ tersebut.
Aorta abdominalis berawal pada area sekitar diaphragma dan berakhir pada area sekitar
vertebra lumbal ke IV, 1 cm di bawah dan di sebelah kiri umbilikus. Arteri ini bercabang
menjadi dua arteri iliaka komunis yang dimana arteri iliaka komunis ini akan bercabang
menjadi arteri iliaka interna dan eksterna yang akan menyuplai darah bagi area gluteal dan
extremitas inferior melalui percabangan lainnya.
Truncus Pulmonalis. Pembuluh darah ini membawa darah yang terdeoksigenasi dari
ventriculus dexter jantung menuju paru-paru. Pembuluh ini meninggalkan bagian atas
ventriculus dexter dan berjalan ke atas, belakang dan kiri. Cabang-cabangnya adalah arteria
pulmonalis dextra yang berjalan ke kanan di belakang aorta ascendens dan vena cava superior
untuk masuk ke radix pulmonis dextra. Cabang lainnya adalah arteri pulmonalis sinistra
berjalan ke kiri di depan aorta descendens untuk masuk ke radix pulmonis sinistra.
Ligamentum arteriosum merupakan pita fibrosa yang menghubungkan bifurcatio trunci
pulmonalis dengan permukaan cekung arcus aorta.
Selain pembuluh arteri dalam rongga thorax juga terdapat vena-vena besar. Vena-vena
tersebut adalah.
Vena brachiocephalica. Terdiri dari vena brachiocephalica dextra yang dibentuk di
pangkal leher oleh gabungan vena subclavia dextra dan vena jugularis interna dextra. Vena
brachiocephalica sinistra memiliki asal yang sama. Vena brachiocephalica sinistra akan
bergabung dengan vena brachiocephalica dextra untuk membentuk vena cava superior.
Vena cava superior mengandung semua darah vena dari kepala, leher, dan kedua
extremitas superior, dan dibentuk oleh persatuan dua vena brachiocephalica. Vena ini
bermuara pada atrium dextrum.
Vena-vena Azygos terdiri atas vena azygos utama, vena hemiazygos, dan vena
hemiazigos accesoria. Vena-vena ini menghantarkan dari bagian posterior spatium
intercostales, dinding posterior abdomen, pericardium, diphragma, bronchi, dan oesophagus.
Vena cava inferior menembus centrum tendineum diaphragma setinggi vertebra
thoracalis VIII dan langsung bermuara ke dalam bagian bawah atrium dextrum.
Vena-vena pulmonalis masing-masing sepasang meninggalkan paru membawa darah
yang kaya oksigen ke atrium sinistrum jantung (lihat gambar 14).1,2
Gambar 14. Sistem Pembuluh Vena
http://www.lookfordiagnosis.com/images.php?term=Vena+azygos&lang=6&from2=24
Mekanisme Pompa Jantung
Dinding Jantung dan Serat-serat otot Jantung5
Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa jantung merupakan organ
muskular berongga. Pada lapisan miokradium jantung terdiri dari berkas-berkas serat otot
jantung yang saling menjalin dan tersusun secara spiral melingkari jantung. Akibat susunan
ini, sewaktu ventrikel berkontraksi dan memendek, garis tengah bilik ventrikel berkurang
sekaligus disertai penarikan apeks ke atas ke arah bagian atas jantung dengan gerakan
memutar. Hal ini menimbulkan efek “memeras” yang secara efisien menimbulkan tekanan
pada darah dalam bilik tertutup dan mengarahkannya ke atas ke lubang masuk arteri-arteri
besar yang keluar dari pangkal ventrikel.
Tiap-tiap sel otot jantung saling berhubungan untuk membentuk serat yang bercabang-
cabang, dengan sel-sel yang berdekatan diubungkan ujung ke ujung pada struktur khusus
yang dikenal sebagai diskus interkalaris. Didalam diskus interkalaris terdapat dua jenis
pertautan membran, yaitu desmosom dan gap junction. Desmosom merupakan sejenis taut
lekat yang secara mekanis menyatukan sel-sel otot jantung yang satu dengan lainnya. Selain
itu, disepanjang diskus interkalaris jug aterdapat gap junction yang merupakan daeraj dengan
resistensi listrik yang rendah dan dengan demikian memungkinkan potensial aksi menyebar
dari satu sel jantung ke sel didekatnya. Otot jantung mampu menghasilkan potensial aksi
tanpa rangsangan saraf apapun. Apabila salah satu sel jantung secara spontan mengalami
potensial aksi, impuls listrik secara spontan mengalami potensial aksi, impuls meyebar rata
ke semua sel yang dihubungkan oleh gap junction, sehingga sel-sel tersebut tereksitasi dan
berkontraksi sebagai sebuah sinsitium fungsional. Atrium dan ventrikel masing-masing
membentuk suatu sinsitium fungsional dan berkontraksi sebagai unit yang terpisah. Kontraksi
sinkron sel-sel otot yang membentuk dinding kedua bilik tersebut menghasilkan gaya untuk
mendorong darah.
Tidak terdapat gap junction diantara sel-sel kontraktil atrium dan ventrikel dan selain
itu, kedua massa otot itu dipisahkan oleh rangka fibrosa yang mengelilingi katup-katup dan
tidak dapat menghantarkan listrik. Namun terdapat suatu sistem penghantar khusus untuk
mempermudah dan mengkoordinasi transmisi eksitasi listrik dari atrium ke ventrikel agar
pemompaan atrium dan ventrikel berjalan sinkron. Karena sifat sinsitium otot jantung dan
adanya sistem hantaran antara atrium dan ventrikel, sebuah impuls yang secara spontan
timbul di salah satu bagian jantung akan menyebar ke seluruh jantung. Dengan demikian
serat-serat otot jantung akan berkontraksi seluruhnya atau tidak sama sekali.
Perangsangan Ritmik pada Jantung
Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus untuk membangkitkan impuls-impuls
ritmis yang menyebabkan timbulnya kontraksi ritmis otot jantung, dan untuk meng
konduksikan impuls ini dengan cepat ke seluruh jantung. Bila konduksi berjalan dengan
normal, atrium akan berkontraksi kira-kira seperenam detik lebih awal dari kontraksi
ventrikel, sehingga memungkinkan pengisian tambahan pada ventrikel sebelum ventrikel
memompa darah ke sirkulasi paru-paru dan perifer.5
Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang
menyebar melalui membran sel-sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama
akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebagai
autorihytmicity. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu (1) 99% sel otot adalah sel
kontraktil, yang melakukan kerja mekanis yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan
normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi. Sebaliknya (2) sebagian kecil sel sisanya,
sel otoritmik jantung, tidak berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan
menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.
Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka, yang membrannya tetap berada pada
potensial istirahat yang konstan, kecuali apabila dirangsang, sel-sel otoritmik jantung tidak
memiliki potensial istirahat. Sel-sel tersebut memperlihatkan aktivitas pemacu (pacemaker
activity), yaitu membran mereka secara perlahan mengalami depolarisasi, atau bergeser,
antara potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai, hingga pada saat membran
mengalami potensial aksi. Melalui siklus pergeseran dan pembentukan potensial aksi yang
berulang-ulang tersebut, sel-sel otoritmis ini secara siklis mencetuskan potensial aksi, yang
kemudian menyebar ke seluruh jantung utuk mencetuskan denyut secara berirama tanpa
perangsangan saraf apapun.
Penyebab pergeseran potensial membran ke ambang diperkirakan secara umum bahwa
hal tersebut terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ keluar yang berlangsung bersamaan
dengan kebocoran lamban Na+ ke dalam. Di sel-sel otoritmik jantung, antara potensial-
potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot rangka.
Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial-potensial aksi, karena saluran
K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran keluar ion kalium positif mengikuti penurunan
gradien konsentrasi mereka. Karena influks pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah,
bagian dalam secara bertahap menjadi kurang negatif, yaitu membran secara bertahap
mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang dicapai, terjadi fase
naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca2+ kemudian. Fase
turun disebabkan oleh efluks K+ yang yang terjadi karena peningkatan permeabilitas K+
akibat pengaktifan saluran K+. Setelah potensial aksi selesai, inaktivasi saluran-saluran K+ ini
mengawali depolarisasi berikutnya (lihat gambar 15).5
Umumnya jantung berkontraski secara ritmik sekitar 70 sampai 90 denyut per menit
pada orang dewasa dalam keadaan istirahat. Kontraksi ritmik berasal secara spontan dari
sistem konduksi yaitu sel-sel otoritmis dan impulsnya menyebar ke berbagai bagian jantung;
awalnya atrium berkontraski bersama-sama kemudian diikuti oleh kontraksi kedua ventrikel
secara bersama-sama. Sedikit penundaan penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel
memungkinkan atrium mengosongkan isinya kedalam ventrikel sebelum ventrikel
berkontraksi.
Gambar 15. Potensial Aksi Pacemaker
http://biomeng.lecture.ub.ac.id/?p=80
Sistem konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang terdapat pada nodus
sinuatrialis, nodus atrioventricularis, fasciculus atrioventricularis (berkas his) beserta
dengan crus dextrum dan crus sinistrumnya, dan plexus subendocardial serabut Purkinje
(lihat gambar 16).2
Gambar 16. Sistem Konduksi Jantung
http://ilmukesehatan-tipstrickhidupsehat.blogspot.com/2010/12/cardiac-arrets_05.html
Nodus Sinoatrialis. Terletak pada dinding atrium dextrum di bagian atas sulcus
terminalis, tepat di sebelah kanan muara vena cava superior. Serat-serat sinus secara langsung
berhubungan dengan serat-serat atrium, sehingga setiap potensial aksi yang dicetuskan oleh
nodus sinoatrialis ini akan menyebar ke dalam atrium.2,5
Jalur Internodus. Ujung serat-serat nodus sinoatrialis bersatu dengan serat-serat otot
atrium di sekelilingnya, dan potensial aksi yang berasal dari nodus sinus akan menjalar keluar
dan masuk ke dalam serat-serat ini. Dengan cara inilah, potensial aksi menyebar ke seluruh
massa otot atrium dan akhirnya, ke nodus A-V. Salah satu dari berkas ini, disebut pita antar
atrium anterior (anterior interatrial band), berjalan sepanjang dinding anterior atrium
menuju ke atrium kiri. Karena adanya jalur ini, gelombang eksitasi yang berasal dari nodus
sinoatrial dapat menyebar merata di atrium kiri oleh adanya keberadaan gap junction
bersamaan dengan penyebaran di atrium kanan. Hal ini memastikan bahwa kedua atrium
mengalami depolarisasi untuk berkontraksi sedikit banyak secara simultan. Selain itu ada tiga
berkas kecil lainnya yang melalui dinding atrium dan berakhir di dalam nodus A-V, yang
juga menjalarkan impuls jantung dengan kecepetan yang sama cepatnya. Ketiga berkas kecil
tersebut adalah jalur internodus anterior, media, dan posterior.5,6
Nodus Atrioventricualris. Nodus ini terletak pada bagian bawah septum
interatriale tepat diatas tempat perlekatan cuspis septalis valva tricuspidalis. Dari sini, impuls
jantung dikirim ke ventrikel oleh fasciculus atriventricularis. Nodus atriventricularis
distimulasi leh gelombang eksitasi pada waktu gelombang ini melalui miokardium atrium.
Potensial aksi dihantarkan relatif lambat melalui nodus AV. Kelambanan ini menguntungkan
karena menyediakan waktu agar terjadi pengisian ventrikel sempurna. Impuls tertunda sekitar
0,1 detik (perlambatan AV, AV nodal delay) yang memungkinkan atrium mengalami
depolarisasi sempurna dan berkontraksi, mengosongkan isinya kedalam ventrikel, sebelum
depolarisasi dan kontraksi ventrikel.2,6
Fasciculus Atrioventricularis (Berkas His). Berkas ini merupakan satu-satunya jalur
serabut otot jantung yang menghubungkan miokardium atrium dan miokardium ventrikel,
oleh karena itu berkas ini merupakan satu-satunya jalan yang dipergunakan oleh impuls
jantung dari atrium ke ventrikel. Fasciculus atrioventricularis ini kemudian berjalan turun
dibelakang cuspis septalis valva tricuspidalis untuk mencapai pinggir inferior pars
membranasea septum interventriculare. Pada pinggir pars muscularis septum, fasciculus ini
terbelah menjadi dua cabang, satu cabang untuk masing-masing ventrikel. Cabang berkas
kanan (right bundle branch; RBB) berjalan turun pada sisi kanan septum interventriculare
untuk mencapai trabecula septomarginalis, tempat cabang ini menyilang dinding anterior
ventriculus dexter. Disini cabang tersebut melnjutkan sebagai serabut-serabut plexus
Purkinje. Cabang berkas kiri (left bundle branch; LBB) menembus septum dan berjalan turun
pada sisi kiri di bawah endokardium. Biasanya cabang ini bercabang dua (anterior dan
posterior), yang akhirnya melanjutkan diri sebagai serabut-serabut plexus Purkinje
ventriculuc sinister. Potensial aksi yang diteruskan dari berkas His menuju serat-serat
Purkinje pada masing-masing ventrikel terjadi hampir bersamaan. Hal ini memastikan bahwa
kontraksi yang terjadi adalah tunggal, terkoordinasi, dan mulus yang dapat secara efisien
menyemprotkan darah kedalam sirkulasi paru dan sistemik pada saat yang sama.2,6
Masing-masing sel-sel otoritmis memiliki perbedaan kecepatan depolarisasi lambat
sehingga hal ini juga menyebabkan perbedaan kecepatan normal untuk menghasilkan
potensial aksi. Nodus SA dalam keadaan normal memperlihatkan kecepatan otoritmas
tertinggi, yaitu 70-80 potensial aksi/menit, menjalankan bagian jantung sisanya dengan
kecepatan ini dan dikenal sebagai pemacu (pacemaker, penentu irama) jantung. Jaringan
otoritmik lain tidak mampu menjalankan kecepatan mereka yang rendah, karena sudah
diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus SA sebelum mereka mencapai ambang
dengan irama mereka yang lebih lambat.5
Seperti jaringan yang dapat dieksitasi lainnya, otot jantung memiliki periode refrakter.
Selama periode refrakter, yang timbul segera setelah dimulainya potensial aksi, ketanggapan
membran menghilang total, sehingga tidak dapat terjadi potensial aksi lain. Di otot rangka,
periode refrakter sangat singkat dibandingkan dengan durasi kontraksi yang terjadi, sehingga
serat dapat dirangsang kembali sebelum kontraksi pertama selesai untuk menghasilkan
penjumlahan kontraksi. Stimulasi yang repetitif dan cepat yang tidak mengizinkan otot
beristirahat di antara stimulasi, menimbulkan kontraksi beristirahat di antara stimulasi,
menimbulkan kontraksi maksimum yang menetap yang dikenal sebagai tetanus. Sebaliknya,
otot jantung memiliki periode refrakter yang lama, yang berlangsung sekitar 250 mdet karena
potensial aksinya yang panjang. Lama periode ini hampir sama dengan periode kontraksi
yang dicetuskan oleh potensial aksi; sebuah serat otot jantung berkontraksi dengan durasi
rata-rata sekitar 300 mdet.
Akibatnya, otot jantung tidak dapat di rangsang ulang sampai kontraksi selesai dan
tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi. Ini merupakan mekanisme proteksi yang penting,
karena pemompaan darah mengharuskan adanya periode kontraksi (pengosongan) dan
relaksasi (pengisian) yang bergantian. Kontraksi tetanus yang berkepanjangan akan
menyebabkan kematian. Bilik-bilik jantung tidak dapat terisi dan dikosongkan lagi.5
Proses Mekanis Siklus Jantung
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung
sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya disebut siklus jantung. Proses depolarisasi
yang terjadi pada sel-sel penghantar impuls yang telah dijelaskan sebelumnya memicu suatu
gelombang kontraksi yang menyebar melalui miokardium. Disetiap serat otot, kontraksi
dimulai tepat setelah depolarisasi dan bertahan sekitar 50 mdet setelah repolarisasi selesai.6
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol
(relaksasi dan pengisian jantung bergantian. Atrium dan ventrikel mengalami siklus sitol dan
diastol yang terpisah. Kontraksi yang terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh jantung,
sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi otot jantung (lihat gambar 17).5
Gambar 17. Siklus Jantung
http://abhique.blogspot.com/2009/10/fisiologi-sistem-kardiovaskuler.html
Dalam keadaan normal, darah mengalir secara terus-menerus dari vena-vena besar
menuju ke atrium; kira-kira 75% dari darah tersebut akan mengalir langsung melewati atrium
dan masuk ke dalam ventrikel bahkan sebelum atrium berkontraksi. Selanjutnya, kontraksi
atrium biasanya menyebabkan tambahan pengisian ventrikel sebesar 25%. Oleh karena itu,
atrium dikatakan berfungsi sebagai pompa primer yang meningkatkan efektivitas pompa
ventrikel sebesar 25%.6
Karena aliran masuk darah yang kontinu dari sistem vena kedalam atrium, tekanan
atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua ruang ini masih dalam keadaan
melemas. Karena perbedaan tekanan antara atrium dan ventrikel ini, katup AV terbuka, dan
darah megalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastole ventrikel perlahan-
lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi, kondisi ini disebut sebagai periode
pengisian cepat pada ventrikel. Pada akhir diastolik ventrikel, nodus SA mencapai ambang
dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar ke seluruh atrium yang kemudian
menyebabkan depolarisasi atrium sehingga atrium mengalami kontraksi dan memeras darah
ke dalam ventrikel. Selama kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi
daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka. Volume darah di ventrikel pada
akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir (end diastolic volume, EDV), yang
besarnya kira-kira 135 ml.5
Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan sistem penghantar
khusus untuk untuk merangsang ventrikel. Segera setelah ventrikel mulai berkontraksi,
tekanan ventrikel meningkat dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan katup AV menutup.
Selanjutnya dibutuhkan tambahan waktu sebesar 0,02 sampai 0,03 detik bagi ventrikel agar
dapat membentuk tekanan yang cukup untuk mendorong katup semilunar agar terbuka
melawan tekanan di dalam aorta maupun arteri pulmonalis. Oleh karena itu selama periode
ini akan terjadi kontraksi di dalam ventrikel, namun belum ada pengosongan. Periode ini
disebut sebagai periode kontraksi isovolumetrik. Karena tidak ada darah yang masuk atau
keluar ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan panjang-panjang serat otot juga tetap.
Selama periode kontraksi isovolumetrik, tekanan di dalam ventrikel semakin meningkat
karena volume tetap.5,6
Bila tekanan ventrikel meingkat maka akan mendorong katup semilunar untuk
membuka. Segera setelah itu, darah mulai mengalir keluar dari ventrikel, 70% dari proses
pengosongan terjadi selama sepertiga pertama dari proses ejeksi dan 30% sisanya terjadi
selama dua pertiga berikutnya. Oleh karena itu untuk sepertiga periode pertama ini disebut
sebagai periode ejeksi cepat dan waktu duapertiga sisanya disebut sebagai periode ejeksi
lambat.6
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selama periode ejeksi. Dalam
keadaan normalnya, hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam
ventrikel pada akhir diastol dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa dalam
ventrikel pada akhir sistol ketika periode ejeksi sudah selesai disebut sebagai volume sistolik
akhir (end sistolic volume, ESV), yang besarnya kira-kira 65ml. Ini adalah jumlah darah
paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel selama siklus jantung. Jumlah darah yang
dipompakan ke luar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal sebagai volume
sekuncup (stroke volume, SV). Volume ini setara dengan selisih EDV dengan ESV.5
Pada akhir sistolik ventrikel, relaksasi ventrikel mulai terjadi secara tiba-tiba, sehingga
tekanan intraventrikular menurun dengan cepat. Peninggian tekanan dalam arteri besar yang
berdilatasi segera mendorong darah kembali ke ventrikel, dimana aliran darah ini akan
menutup katup semilunar dengan keras. Selama 0,03 sampai 0,06 detik berikutnya, otot
ventrikel terus berelaksasi, meskipun volume ventrikel tidak berubah, sehingga meningkatkan
periode relaksasi isovolumetrik. Selama periode ini, tekanan intraventrikular menurun
dengan cepat sekali ke tekanan diastoliknya yang sangat rendah. Selanjutnya katup AV akan
terbuka untuk memulai siklus pemompaan ventrikel yang baru.6
Mekanisme Peredaran Darah5
Kita telah mengetahui bahwa dalam suatu sistem sirkulasi vaskular komponen
penyusunnya mencakup jantung sebagai pompa yang telah dibicarakan sebelumnya,
pembuluh darah sebagai suatu saluran, dan darah yang menjadi media yang dihantarkan.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai pembuluh darah beserta dengan mekanisme
penghantaran darah.
Sistem sirkulasi vaskular dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sistem sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal. Karena sirkulasi sitsemik menyuplai seluruh jaringan tubuh
kecuali paru-paru dengan aliran darah, hal ini juga disebut sirkulasi besar atau sirkulasi
perifer. Kedua sirkulasi ini masing-masing terdiri dari sistem pembuluh yang tertutup.
Secara umum mekanisme peredarah darah akan berjalan dimulai dari pemompaan oleh
jantung yang menyebabkan keluarnya darah dan mengalir pada pembuluh darah. Darah yang
keluar ini akan mengalir melalui arteri besar yang bercabang-cabang hingga membentuk
cabang terkecilnya yaitu arteriol untuk mencapai jaringan yang diperdarahinya. Volume
darah yang melalui suatu organ dapat disesuaikan dengan megatur kaliber (garis tengah
internal) arteriol organ. Di dalam organ, arteriol bercabang-cabang lagi menjadi kapiler,
pembuluh terkecil, tempat semua pertukaran antara darah dan sel-sel disekitarnya
terjadi.pertukaran di kapiler merupakan tujuan akhir dari sistem sirkulasi; semua aktivitas
aktivitas lain dari sistem ini diarahkan untuk memastikan distribusi adekuat darah segar ke
kapiler untuk pertukaran dengan semua sel. Kapiler-kapiler kembali menyatu untuk
membentuk venula kecil, yang terus bergabung membentuk vena, yang keluar dari organ.
Vena-vena kecil secara progresif bersatu untuk membentuk vena yang lebih besar yang
akhirnya mengalirkan darah ke jantung.
Jantung terisi dengan darah saat darah kembali dari seluruh tubuh melaui pembuluh-
pembuluh vena besar yang bersatu menjadi vena cava superior untuk bagian tubuh atas dan
vena cava inferior untuk bagian tubuh bawah yang bermuara pada atrium kanan jantung.
Atrium yang terisi penuh oleh darah akan mengalami peningkatan tekanan dibandingkan
dengan ventrikel hingga akhirnya menyebabkan darah akan masuk kedalam ventrikel dan
meningkatkan volume ventrikel diiringi dengan peningkatan tekanan di ventrikel yang
akhirnya membuka katup semilunar pulmonal dan mendorong darah keluar melalui arteri
pulmonalis dan dihantarkan menuju jaringan paru untuk pertukaran gas melalui kapiler-
kapiler yang ada pada jaringan paru.
Sama halnya seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa kapiler-kapiler ini akan
bersatu kembali membentuk venula hingga vena besar yaitu vena pulmonalis yang bermuara
pada atrium kiri dan menjalani siklus yang sama seperti yan terjadi pada atrium kanan dan
ventrikel kanan hingga akhirnya tekanan didalam ventrikel kiri cukup untuk mendorong
darah keluar melalui katup semilunar aorta menuju ke aorta yang bercabang-cabang menjadi
arteri-arteri kecil dan arteriol untuk mencapai organ yang dituju dan kembali bercabang
membentuk kapiler-kapiler sistemik yang akan memfasilitasi pertukaran zat pada organ-
organ tersebut. Kapiler pun akan kembali bersatu membentuk venula hingga vena besar dan
kembali bermuara pada atrium kanan seperti yang disebutkan sebelumnya.
Proses ini terjadi secara terus-menerus dalam hidup kita. Memang terlihat begitu
sederhana, namun apabila ditelusuri lebih lanjut ada banyak hal yang dapat mempengaruhi
hantaran aliran darah mulai dari jantung hingga ke jaringan. Hal ini akan di bahas pada
bahasan selanjutnya.
Sistem Pengendalian Kerja Jantung dan Pembuluh Darah5
Sistem Pengendalian Kerja Jantung
Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi
kecepatan (serta kekuatan) kontraksi otot, walaupun untuk memulai kontraksi tidak
memerlukan stimulasi saraf. Saraf parasimpatis ke jantung yaitu saraf vagus, terutama
mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV. Persarafan parasimpatis ke ventrikel
tidak signifikan. Saraf-saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium, termasuk nodus SA
dan AV, serta banyak yang mempersarafi ventrikel.
Pengaruhi sistem saraf parasimpatis pada nodus SA adalah untuk menurunkan
kecepatan denyut jantung. Asetilkolin yang dikeluarkan akibat peningkatan aktivitas
parasimpatis menyebabkan peningkatan permeabilitas nodus SA tehadap K+ dengan
memperlambat penutupan saluran K+. Hal ini akan menyebabkan hiperpolarisasi pada
membran nodus SA, sehingga bagian dalam semakin negatif yang berarti waktu untuk
mencapai ambang menjadi lebih lama. Peningkatan permeabilitas K+ yang diinduksi oleh
vagus ini juga melawan penurunan otomatis permeabilitas K+ yang berperan menyebabkan
depolarisasi gradual membran ke ambang. Efek melawan ini menurunkan kecepatan
depolarisasi spontan, sehingga waktu yang diperlukan untuk bergeser ke ambang menjadi
lebih lama. Dengan demikian, nodus SA lebih jarang mencapai mencapai ambang dan lebih
sedikit menghasilkan potensial aksi. Hal ini menurunkan kecepatan denyut jantung.
Stimulasi parasimpatis pada sel-sel kontraktil atrium mempersingkat potensial aksi,
suatu efek yang dianggap disebabkan oleh penurunan kecepatan arus yang masuk yang
dibawa oleh Ca2+. Akibatnya, kontraksi atrium melemah. Dengan demikian, jantung bekerja
secara “lebih santai “ dibawah pengaruh parasimpatis. Jantung berdenyut lebih lambat, waktu
antara kontraksi atrium dan ventrikel memanjang, dan kontraksi atrium melemah.
Sebaliknya, sistem saraf simpatis, yang mengontrol kerja jantung pada situasi-situasi
darurat atau sewaktu berolahraga, yaitu saat terjadi peningkatan kebutuhan akan aliran darah,
mempercepat denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu. Efek utama stimulasi
simpatis pada nodus SA adalah meningkatkan kecepatan depolarisasi, sehingga ambang
lebih cepat dicapai. Norepinefrin yang dikeluarkan dari ujung-ujung saraf simpatis
tampaknya menurunkan permeabilitas K+ dengan mempercepat inaktivasi saluran K+. Dengan
berkurangnya ion kalium yang keluar, bagian dalam sel menjadi kurang negatif dan timbul
efek depolarisasi. Pergeseran ke ambang yang berlangsung lebih cepat di bawah pengaruh
simpatis ini menyebabkan peningkatan frekuensi pembentukan potensial aksi dan dengan
demikian, kecepatan denyut jantung meningkat. Stimulasi pada nodus AV mengurangi
perlambatan AV sehingga meningkatkan kecepatan hantaran.
Di sel-sel kontraktil atrium dan ventrikel, yang keduanya memiliki banyak ujung saraf
simpatis, stimulasi simpatis meningkatkan kekuatan kontraktil, sehingga jantung berdenyut
lebih kuat dan memeras lebih banyak darah keluar.
Dengan demikian, efek keseluruhan stimulasi simpatis pada jantung adalah
meningkatkan efektivitas jantung sebagai pompa dengan meningkatkan kecepatan denyut
jantung, menurunkan waktu hantaran ke seluruh jantung, dan meningkatkan kekuatan
kontraksi.
Sistem Pengendalian Kerja Pembuluh Darah
Untuk tiba hingga ke jaringan darah memerlukan suata gaya yang akan membawanya
hingga tiba ke jaringan dan sel-sel yang dituju. Gaya utama yang berperan ini adalah tekanan
arteri rata-rata. Tekanan arteri rata-rata dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer
total. Curah jantung itu sendiri adalah volume darah yang dipompa oleh tiap-tiap ventrikel
per menit. Sedangkan resistensi perifer total berkaitan dengan hambatan-hanbatan yang
terdapat pada pembuluh-pembuluh darah yang menuju perifer. Resistensi ini bergantung pada
tiga faktor yaitu kekentalan darah, panjang pembuluh darah, dan yang terutama adalah jari-
jari pembuluh darah.
Tekanan ini perlu untuk diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan
tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup kuat; tanpa tekanan
ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian
lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan
tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan
meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh
halus.
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor (sensor tekanan)
didalam sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal,
akan dimulai serangkaian respons refleks untuk memulihkan takanan arteri ke nilai
normalnya. Penyesuaian jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah
curah jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf
otonom pada jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang melibatkan
penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan air dan garam melalui
mekanisme yang mengatur pengeluran urin dan rasa haus.
Seperti refleks lainnya, refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat
integrasi, jalur eferen, dan organ efektor. Reseptor terpenting yang berperan dalam
pengaturan terus menerus tekanan darah, yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung
aorta, adalah mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan tekanan arteri rata-rata dan
tekanan nadi. Baroreseptor tersebut terletak di tempat strategis untuk menyediakan informasi
penting mengenai tekanan darah arteri di pembuluh-pembuluh yang mengalir ke otak
(baroreseptor sinus karotikus) dan di arteri utama sebelum bercabang-cabang memperdarahi
bagian tubuh lain (baroreseptor lengkung aorta).
Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah;
dengan kata lain mereka secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap
tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata-rata nadi) meningkat, sehingga
kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga meningkat.
Sebaliknya apabila tekanan darah menurun, kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron
aferen oleh baroreseptor berkurang.
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai status tekanan arteri adalah
pusat kontrol kardiovaskular, yang terletak di medula di dalam batang otak. Sebagai jalur
eferen adalah sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardiovaskular mengubah rasio antara
aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ efektor yaitu jantung dan pembuluh darah.
Beberapa bagian lain di otak yang juga mempengaruhi distribusi darah, yang paling
menonjol adalah hipotalamus yang sebagai bagian dari fungsinya mengontrol suhu,
mengontrol aliran darah ke kulit untuk menyesuaikan jumlah panas yang keluar lingkungan.
Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat diatas normal, baroreseptor sinus
karotikus dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron
aferen masing-masing. Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh
peningkatan pembentukan potensial aksi tersebut, pusat kontrol kardiovaskular berespon
dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke sistem
kardiovaskular. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan
vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi
perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal.
Sebaliknya, jika tekanan darah turun di bawah normal, aktivitas baroreseptor menurun
yang menginduksikan pusat kardiovaskular untuk meningkatkan aktivitas jantung dan
vasokonstriksi simpatis sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola aktivitas eferen
ini menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung, dan volume sekuncup disertai oleh
vasokonstriksi arteriol dan vena. Perubahan-perubahan ini menyebabkan peningkatan curah
jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah naik kembali ke normal.
Stimulasi simpatis pada vena menimbulkan vasokonstriksi vena, yang cukup
meningkatkan gradien tekanan untuk mendorong lebih banyak darah dari vena ke dalam
atrium.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sirkulasi Vaskular
Sistem sirkulasi vaskular dalam menjalankan fungsinya dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Secara internal, ada dua faktor yang dapat menyebabkan kerja jantung
menjadi lebih efektif dibandingkan dengan kerja normalnya. Faktor tersebut adalah
perangsangan saraf dan hipertrofi otot jantung. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
bahwa kombinasi dari perangsangan simpatis dan penghambatan parasimpatis adalah dua
hal yang meningkatkan efektivitas pemompaan jantung, (1) sangat meningkatkan frekuensi
jantung dan (2) meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, yang disebut peningkatan
kontraktilitas. Dengan menggabungkan kedua faktor ini, eksitasi saraf maksimal pada jantung
dapat meningkat. Faktor kedua adalah hipertrofi otot jantung. Jantung merupakan subjek
bagi peningkatan beban kerja, tetapi tidak sampai berlebihan hingga dapat merusak jantung,
menyebabkan massa dan kekuatan kontraktilitas otot jantung meningkat dengan cara yang
sama seperti kerja fisik berat menyebabkan otot rangka menjadi hipertrofi. Kondisi ini
menyebabkan jantung dapat memompakan jauh lebih banyak darah daripada jumlah curah
jantung biasa.6
Selain adanya faktor yang menyebabkan peningkatan efektivitas kerja jantung, adapula
faktor-faktor yang menyebabkan penurunan efektivitas kerja jantung. Secara internal salah
satunya adalah penyakit katup jantung. Jenis penyakit katup jantung diantaranya adalah katup
stenosis, yaitu kondisi dimana katup kaku dan menyempit sehingga tidak mampu membuka
secara sempurna. Sedangkan katup insufisien adalah kondisi katup yang tidak dapat menutup
sempurna, biasanya karena tepi-tepi daun katup mengalami jaringan parut dan tidak pas satu
sama lain.
Faktor-faktor internal yang disebutkan diatas merupakan faktor yang mempengaruhi
jantung. Sama halnya dengan jantung. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembuluh darah
adalah rangsangan melalui persarafan, hasil perangsangan dapat meningkatkan kerja
pembuluh darah untuk mengalirkan darah dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah atau
untuk memperlambat aktivitasnya. Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi
pembuluh darah adalah suatu penyakit arteri degeneratif progresif yang menyebabkan oklusi
(sumbatan gradual) pembuluh yang terkena, sehingga aliran darah melalui pembuluh tersebut
berkurang. Penyakit ini adalah aterisklerosis. Aterosklerosis menyerang seluruh arteri di
tubuh, tetapi konsekuensinya yang paling serius adalah apabila mengenai pembuluh di otak
dan jantung. Aterosklerosis di otak menjadi pemicu stroke sedangkan di jantung kondisi ini
dapat menyebabkan iskemia miokardium.
Faktor-faktor eksternal yang berasal dari luar tubuh yang dapat mempengaruhi kerja
jantung maupun pembuluh darah diantaranya adalah gaya gravitasi yang bekerja pada tubuh
saat berdiri. Gaya gravitasi yang bekerja pada saat tubuh berdiri dapat meningkatkan tekanan
arteri khusunya pada bagian-bagian yang berada dekat dengan pengaruh gravitasi. Sebaliknya
justru dengan kondisi ini aliran balik vena justru terhambat dan tertahan di bagian tubuh yang
mendapatkan pengaruh paling besar.
Selain tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung, pembuluh yang terletak di
bawah jantung juga mendapat tekanan yang ditimbulkan oleh berat kolom darah dari jantung
ke ketinggian kolom darah yang bersangkutan. Terapat dua konsekuensi penting dari
peningkatan tekanan ini. Pertama, vena yang dapat melebar “menyerah” di bawah
peningkatan tekanan hidrostatik ini, sehingga semakin melebar dan kapasitasnya meningkat.
Sebagian besar darah yang masuk ke kapiler cenderung menumpuk di vena-vena tungkai
bawah dan tidak di kembalikan ke jantung. Karena aliran balik vena berkurang, curah jantung
berkurang dan volume sirkulasi efektif juga menurun. Kedua, peningkatan mencolok tekanan
darah kapiler yang terjadi akibat efek gravitasi menyebabkan filtrasi berlebihan cairan keluar
jaringan kapiler di ekstremitas bawah dan menimbulkan edema lokal yaitu berupa
pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.
Sifat utama dari pembuluh darah arteri yang memiliki serat kolagen dan serat elastin
memudahkannya untuk meregang dan kembali ke bentuk semula sehingga mampu untuk
memberikan gaya dorong bagi aliran darah menuju perifer. Namun berbeda halnya dengan
vena yang lebih mudah teregang daripada kembali kebentuk semula, kondisi ini
menyebabkan pembuluh darah vena cenderung untuk menampung darah daripada untuk
menciut sebagai cara mendorong darah kembali ke pembuluh yang lebih besar.
Pernapasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aliran balik vena. Akibat
aktivitas pernapasan, tekanan di dalam rongga dada rata-rata 5 mmHg di bawah tekanan
atmosfer. Pada saat berjalan melalui rongga dada, sistem vena yang mengembalikan darah ke
jantung dari bagian bawah tubuh terpajan ke tekanan atmosfer ini. Karena sistem vena di
tungkai dan abdomen mendapat tekanan atmosfer normal, terjadi gradien tekanan eksternal
antara vena-vena bawah (tekanan atmosfer) dan vena dada (5 mmHg lebih kecil daripada
tekanan atmosfer). Perbedaan tekanan ini memeras darah dari vena-vena bagian bawah
menuju vena-vena dada, sehingga aliran balik vena meningkat.5
Sincop Vasovagal –Pingsan Emosional
Sinkop adalah hilangnya kesadaran yang mendadak dan singkat (LOC = Loss of
consciousness). Sinkop vasodepressor (sinkop vasovagal) merupakan penyebab yang paling
lazim. Sinkop vasodepressor terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan situasi yang
membuat stress.7
Serangan ini umumnya dicetuskan oleh stress emosional, khususnya pada saat berada di
ruang yang panas dan penuh dengan orang, rasa takut, kelelahan yang sangat, cedera atau
nyeri. Sinkop secara khas terjadi pada keadaan dengan penurunan aliran balik vena yang
menimbulkan penurunan volume sekuncup dan peningkatan yang bersifat refleks pada
aktivitas saraf simpatis. Pada individu yang rentan, peningkatan aktivitas simpatis ini
mengakibatkan hiperkontraktilitasi jantung dan stimulasi mekanoreseptor ventrikuler yang
berlebihan, yang sebaliknya mengakibatkan kebalikan simpatis dan aktivasi sistem
parasimpatis melalui refleks vasomotor yang diperantarai secara sentral. Hasil akhir dari
siklus buruk dari vasodilatasi perifer yang tidak sesuai dan bradikardi relatif yang
mengakibatkan hipotensi progresif dan sinkop yang dapat diubah dengan posisi tubuh
telentang atau elevasi tungkai bawah.8
Kesimpulan
Suatu sistem tidak akan mampu untuk menjalankan fungsinya tanpa bantuan
komponen-komponen penyusunnya. Begitu pula halnya dengan sistem pemompaan jantung
dan peredaran darah dalam tubuh manusia. Sistem ini juga akan diatur dengan adanya pusat
pengaturan sistem kardiovaskular sehingga kebutuhan akan aliran darah dapat dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan jaringan perifer. Pengaturan ini akan merespon berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi penyampaian aliran darah. Kekurangan aliran darah pada organ vital
dalam tubuh manusia seperti jantung dan otak dapat sangat mempengaruhi fungsi kerja organ
tersebut dan dapat berdampak pada kinerja tubuh secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. h. 218-44
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. h. 99-118
3. Janqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. 10th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. h. 203-216
4. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. USA : Saunder Elsevier. 2010.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. 256-333
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 11th ed. 1996. h. 133-58
7. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13rd ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. h. 107
8. Graber MA. Buku Saku Kedokteran. 3rd ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. h. 109