Proposal Rita

58
PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKA N BIOLOGI DALAM MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP PROPOSAL Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat- syarat UAS metakulia metodelogi penelitian pendidikan Oleh RITA APRIANI NPM : 1211060080 Jurusan : Pendidikan Biologi PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2014

description

vdxvxvvdxvsfsfff

Transcript of Proposal Rita

PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKA N BIOLOGI DALAM MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP

PROPOSALDiajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat UAS metakulia metodelogi penelitian pendidikan

OlehRITA APRIANINPM : 1211060080Jurusan : Pendidikan Biologi

PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTANLAMPUNG2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan karena guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses pembelajaran dan hasil pendidikan yang berkualitas.[footnoteRef:2] Seorang guru, menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1, adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. [2: Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung 2007.hlm20]

Guru merupakan sebuah profesi. Oleh sebab itu, seorang guru wajib memiliki kualifikasi diantaranya kualifikasi di bidang akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Seperti yang disyaratkan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Adapun kompetensi yang dimaksud disebutkan pada pasal 10, yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Salah satu kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru adalah penggunaan bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut misalnya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).[footnoteRef:3] LKS dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran dan dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.[footnoteRef:4] Menurut Darmodjo dan Kaligis.[footnoteRef:5] penggunaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). [3: Depdiknes. Panduan pengembangan bahan ajar. Jakarta. 2008 hlm 1] [4: Endan widjayati. Kualitas lembar kerja siswa. Makalah ilmiah di sampaikan pada pelatihan penyusunan LKS kimia 22 agustus 2008. Yogyakarta. 2008 hlm1] [5: Opcit hlm 2]

National Science Teachers Association (2010: 31) menyatakan:Teaching becomes a profession when teachers practice with a common knowledge base and apply their knowledge to effective practice. Science teaching is a composite profession requiring knowledge and skills in both science and education

Guru adalah profesi ketika guru menguasai keilmuan yang menjadi basis mata pelajaran yang diasuhnya. Adapun seorang guru IPA harus mampu menguasai pengetahuan dan keahlian dalam disiplin IPA. Kemampuan ini disebut juga kompetensi profesional yang menandakan bahwa setiap guru harus menguasai mata pelajaran yang diajarkannya. Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA merupakan suatu proses penemuan. Depdiknas (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran dalam IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur ini harus dimengerti dan dipahami oleh setiap guru yang mengajar IPA. Dalam proses pembelajaran IPA sendiri, keempat unsur ini penting untuk diwujudkan melalui penggunaan LKS, sehingga penyusunan LKS untuk pembelajaran IPA harus mengacu pada unsur tersebut yang membedakannya dari mata pelajaran lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah. Dalam rangka mempersiapkan guru-guru profesional yang memenuhi kualifikasi kompetensi tersebut, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memegang peranan penting dalam membentuk dan mendidik para calon guru. LPTK merupakan lembaga pendidikan yang memenuhi syarat dan diberi tugas oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan lain (Undang-Undang No.8 Tahun 2009). Program Studi Pendidikan Biologi merupakan salah satu bagian dari LPTK FKIP Universitas Lampung yang menyelenggarakan pendidikan guru dengan disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khusunya Biologi. Adanya Program Studi Pendidikan Biologi bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan secara profesional, terakreditasi tinggi, dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di pasar global sebagai pendidik di bidang Biologi

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan pra-jabatan (pre-service education) ini, mahasiswa calon guru menerima kurikulum yang bermuara pada penguasaan disiplin IPA dan Biologi di jenjang pendidikan dasar dan menengah, kemudian ditambah penguasaan keilmuan dan keahlian kependidikan, serta praktik pendidikan.[footnoteRef:6] Proses pembelajaran untuk melatih penguasaan keilmuan Biologi dalam kerangka pendidikan didapatkan mahasiswa salah satunya pada mata kuliah Perancangan Pembelajaran Biologi. Pada mata kuliah ini mahasiswa dilatih untuk melakukan orientasi program pembelajaran termasuk penyusunan bahan ajar berupa LKS. Untuk mengimplementasikan berbagai ilmu yang didapatkan selama masa studi tersebut, mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktik pendidikan berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL). Dalam pelaksanaannya, PPL meliputi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memonitoring proses pembelajaran) dan keterampilan membina hubungan sosial dengan siswa, sejawat dan orang tua peserta didik. [footnoteRef:7] [6: Farisi, mohammad immam. Struktur kurikulum pendidikan Guru untuk Mengembangkan Kompetisi Guru yang berkarakter dan berbasis budaya. Universitas terbuka surabaya. 2010 lm 20] [7: Dabtes N. Pendidikan profesi Guru Dalam Kaitannya dengan peningkatan Profesionalisme Guru. Universitas pendidikan Ganesha. Singaraja. 2005 hlm 10]

Mengacu pada kompetensi pedagogik dan profesional yang harus dimiliki guru IPA, maka kemampuan menyusun LKS yang sesuai format dan sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA merupakan kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa sebagai calon guru. Mahasiswa harus mampu membuat LKS yang mencerminkan proses pembelajaran IPA yang ditandai dengan terpenuhinya unsur-unsur pembelajaran IPA, salah satunya yaitu mengakomodasi keterampilan proses sains (KPS) sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Untuk mengetahui kemampuan tersebut dapat dilihat berdasarkan kualitas LKS yang telah disusun mahasiswa Pendidikan Biologi selama kegiatan PPL, karena melalui kegiatan PPL mahasiswa memperoleh pengalaman formal dalam melaksanakan proses pembelajaran serta mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun LKS.

Mengingat pentingnya kemampuan dalam menyusun LKS IPA yang sesuai persyaratan bagi mahasiswa sebagai calon guru, maka penelitian untuk mengetahui sejauh mana calon guru memiliki kemampuan menyusun LKS sangat diperlukan. Penelitian deskriptif sejenis pernah dilakukan oleh Masruroh (2013: 7) yaitu mengenai profil mahasiswa peserta PPL Universitas Negeri Malang dalam melaksanakan pembelajaran fisika. Penelitian tersebut memberikan kesimpula bahwa sebagian besar mahasiswa mampu menyusun LKS fisika dan kurang dari separuhnya mengalami kesulitan dalam menyusun pertanyaan konseptual pada saat membuat LKS. Sementara itu, hingga saat ini belum ada penelitian yang mendeskripsikan profil kemampuan mahasiwa Pendidikan Biologi Universitas Lampung dalam menyusun LKS. Padahal informasi tersebut dibutuhkan oleh mahasiswa maupun program studi sebagai bahan evaluasi apabila hasil di lapangan tidak sesuai yang diharapkan dunia pendidikan. Oleh sebab itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang menggambarkan profil kemampuan calon guru di lingkungan Pendidikan Biologi Universitas Lampung dalam membuat LKS IPA untuk SMP. Adapun penelitian deskriptif tersebut berjudul Profil Mahasiswa Pendidikan Biologi dalam Menyusun LKS IPA tingkat SMP.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa masalah yang didapat penulis identifikasi sebagai berikut:1. Belum tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien dalam kegiatan belajar peserta didik.2. Kurangnya variasi pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar.3. Kurangnya pemanfaatan media atau alat bantu pembelajaran selama proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan, maka permasalahan penelitian dibatasi pada: 1. Kurangnya variasi pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar.2. Masih rendahnya kualitas pembelajaran pada peserta didik.

D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi dalam menyusun LKS IPA untuk SMP yang dijabarkan sebagai berikut: 1. bagaimanakah kualitas LKS yang disusun mahasiswa dari segi format?2. bagaimanakah kualitas LKS yang disusun mahasiswa dari segi isi, meliputi kesesuaian LKS dengan KD dan RPP serta kesesuaian LKS dengan hakikat pembelajaran IPA?3. bagaimanakah pemahaman mahasiswa mengenai LKS berdasarkan uji kompetensi?

E. Tujuan dan Manfaat Belajar

A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil kemampuan mahasiswa pendidikan biologi dalam menyusun LKS IPA untuk SMP berdasarkan:1. kualitas penyusunan dari segi format2. kualitas penyusunan dari segi isi, yang meliputi kesesuaian LKS debngan KD dan RPP serta kesesuaian LKS dengan hakikat pembelajaran IPA3. Pemahaman magasiswa mengenai LKS berdasarkan uji kompetensiB. Manfaat PenelitianManfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah:1. Bagi peneliti yaitu dapat menberikan wawasan dalam penyusunan LKS IPA dan pengalaman dalam mengkaji kualitas LKS berdasarkan kaidah penyusunan LKS 2. program studi pendidikan biologi IAIN yaitu sebagai umpan balik sehingga dpat di jadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran teutama dalam penyusunan LKS3. bagi mahasiswa pendidiakan Biologi IAIN sebagai bahan refleksi dan evaluasi diri dalam membuat LKS IPA sehingga membangkitkan motivasi untuk terus meningkatkan kemampuannnya dalam membuat LKS yang sesuai kaidah.

C. Ruang Lingkup

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:1. Profil yang dimaksud yaitu gambaran kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung dalam menyusun LKS IPA yang dilihat berdasarkan kualitas LKS dan hasil uji kompetensi. Adapun aspek penilaian penyusunan LKS meliputi format penyusunan dan isi.2. LKS adalah lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam rangka mempermudah kegiatan pembelajaran.3. LKS mata pelajaran IPA yang dibuat oleh mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung selama mengikuti PPL di SMP tahun 2013 yang selanjtnya dianalisis kualitasnya berdasarkan kaidah penyusunan LKS dari segi format dan isi.4. Subjek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Biologi Unila yang mengikuti PPL tahun 2013 di tingkat SMP yang membuat LKS sebanyak 19 orang.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat.[footnoteRef:8] Sedangkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 tertulis: [8: Oemar amalik, proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta 2004. Lm 97]

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk mencapai proses pendidikan yang berkualitas, maka dibutuhkan pula guru yang berkualitas. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi agar mampu menyelenggarakan pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka proses pembelajaran di kelas.[footnoteRef:9] menguraikan sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu: a)Mengembangkan kepribadian, b)Menguasai landasan pendidikan, c)Menguasai bahan pengajaran, d)Menyusun program pengajaran, e)Melaksanakan program pengajaran, f)Menilai hasil dan proses belajar-mengajar, g)Menyelenggarakan program bimbingan, h)Menyelenggarakan admistrasi sekolah, i)Kerjasama dengan sejawat dan masyarakat, dan j)Memahami penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Sedangkan The Australian National Professional Standards.[footnoteRef:10] mengemukakan tujuh elemen yang harus dikuasai oleh guru yaitu: [9: Sudarwan danim. Inovasi pendidikan: dalam upaya peningkatan propesionalisme tenaga kependidiakan. Pustaka setia. Bandung 2002 hlm 32] [10: Celik, servet. Characteristik and competensicies for teacher education: adressing the need for improoved profesional standar in turkey. Australian journal of techer aucation volume 36, april 2011 hlm 74 ]

.seven standards as key elements for effective teacher are: 1)Know the students and how they learn. 2)Know the content and how to teach it. 3)Plan for and implement effective teaching and learning. 4)Create and maintain supportive and safe learning. 5)Assess, provide feedback and report on student learning. 6) Engage in professional learning. 7)Engage professionally with colleagues, parents/carers and the community

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka seorang guru harus memahami siswa dan bagaimana siswa belajar, menguasai disiplin ilmu sebagai konten pembelajaran dan bagaimana cara membelajarkan pada siswa, mampu merencanakan pembelajaran yang efektif, menciptakan pembelajaran yang aman, melakukan evaluasi pembelajaran untuk siswa, bersikap profesional dalam kelas, dan memiliki hubungan yang baik dengan kolega, orangtua siswa dan masyarakat. Di Indonesia, pemerintah telah mengatur kompetensi yang harus dimiliki guru yang secara garis besar terangkum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 8. Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan, pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Hal ini yang menyebabkan keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Guru harus dapat mengorganisasi lingkungan belajar sebaik-baiknya, menggunakan alat pelajaran/alat peraga yang sesuai, menyusun bahan pelajaran dan memilih sumber belajar yang tepat, serta membangkitkan motivasi pelajar untuk terlibat aktif dalam melakukan kegiatan belajarnya. [footnoteRef:11]Tujuan pendidikan nasional juga mensyaratkan terbentuknya manusia yang berakhlak mulia dan mampu menjadi warga negara yang baik, sehingga kompetensi kepribadian dan sosial juga penting untuk dimiliki seorang guru. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian seorang guru yang harus memiliki kepribadian yang baik, mantap, stabil, dewasa, arif , berwibawa, dan berakhlak mulia sehingga menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan, kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk mampu berkomunikasi dan bergaul dengan baik dan santun. Guru adalah sebuah profesi, sehingga seorang guru harus memiliki kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam (Purba, 2005: 5). [11: Satori, D. Bahan Kuliah Supervisi Pendidikan IPA Program Pasca Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 2005, hlm 51]

Dalam proses pembelajaran, guru menempati posisi yang strategis dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan proses pembelajaran. Peranan guru adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemicu, dan pemberi inspirasi bagi siswa (Purba, 2005: 5). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Dantes (2009: 4) yang menyatakan bahwa meskipun proses pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dimana guru lebih menjadi pusat informasi telah bergeser pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dimana peserta didik menjadi sumber (student centered), peran guru sebagai fasilitator tetap tidak tergantikan. Oleh sebab itu maka penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional adalah hal yang sangat mutlak diperlukan bagi seorang guru.

B. Kemampuan Mahasiswa

Seorang calon guru harus mendapatkan bekal yang memadai agar dapat menguasai sejumlah kompetensi guru melalui proses pendidikan. Dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005 disebutkan bahwa seorang calon guru harus memiliki kualifikasi akademik. Kualifikasi akademik yang dimaksud yaitu diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S-1) atau program diploma empat (D-IV). Seseorang yang ingin menjadi guru harus menempuh pendidikan persiapan pada lembaga pendidikan keguruan. Pada tahap ini seseoramg dikatakan berada dalam jenjang prajabatan tenaga guru (pre-service training). Loretta dan Stein (1989, dalam Samad, 2012: 1) mengemukakan kategori pendidikan profesional pre-service adalah studi yang diwajibkan untuk menjadi seorang guru yang secara historis terbentuk dari sejumlah mata pelajaran yang diambil pada perguruan tinggi dengan memberikan pengalaman lapangan yang didesain untuk membentuk tenaga pengajar professional. Di Indonesia, lembaga penyedia layanan pendidikan pre-service digolongkan dalam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). LPTK dapat berbentuk Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Tarbiyah, dan lain-lain.

Pendidikan akademik pada jenjang S-1 diarahkan terutama pada penguasaan ilmu kependidikan dan pengembangannya sebagai syarat pemenuhan kualifikasi akademik guru. Jenis pendidikan guru ini diperuntukkan bagi lulusan SMA yang ingin menjadi calon guru pendidikan dasar (SD/MI, PAUD/RA/TK) dan sekolah menengah (SMP/SMA). Pada pendidikan akademik ini, struktur kurikulumnya menerapkan model pendidikan guru konsekutif, dimulai dari penguasaan disiplin ilmu tertentu sesuai mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah, kemudian ditambah penguasaan keilmuan dan keahlian kependidikan, serta praktik pendidikan. Secara keseluruhan, struktur kurikulum pendidikan guru untuk jenis pendidikan akademik terdiri dari: (1)bahan kurikuler landasan keilmuan dan keterampilan (MKK) pendidikan dan bidang studi; (2)bahan kurikuler keahlian profesi (MKB); (3)bahan kurikuler pembentukan kepribadian (sikap dan perilaku) guru (MPB); (4)bahan kurikuler pembentukan kepribadian (sikap dan perilaku) umum (kemasyarakatan dan kebangsaan) (MPK); (5)bahan kurikuler untuk berkehidupan bermasyarakat (MBB) (Farisi, 2010: 4).

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terus berupaya membentuk guru-guru yang berkualitas. Dalam buku panduan KKN-KT FKIP Unila 2013 tertulis:Visi FKIP Unila sampai tahun 2021 yaitu menjadi LPTK Inspiratif, Progresif yang Profesional dan Bermartabat. Perumusan visi ini juga dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menetapkan kompetensi lulusan LPTK meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Salah satu program studi yang terdapat pada FKIP Universitas Lampung adalah Pendidikan Biologi. Program Studi Pendidikan Biologi ternaung di dalam Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tujuan dari Program Studi Biologi ini adalah untuk menghasilkan guru IPA dan guru Biologi yang mampu bersaing secara global. Pada tahun 2013, jumlah mahasiswa yang terdaftar dalam SIAKAD adalah berjumlah 399 orang. Adapun visi dari Program Studi Biologi Universitas Lampung yaitu:Menuju tahun 2015 menjadi program studi yang mampu menyelenggarakan pendidikan secara professional, terakreditasi tinggi, menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di pasar global

Menurut Buku Panduan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (2010: 151), berdasarkan SK KEPMENDIKNAS 045/U/2002 , lulusan harus memenuhi lima elemen kompetensi, yaitu (1) landasan kepribadian; (2) penguasaan keilmuan dan keterampilan; (3) kemampuan berkarya; (4) sikap dan perilaku dalam berkarya; dan (5) pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:1. Landasan Kepribadiana. Bertaqwa kepada Tuhan YMEb. Menunjukkan keteladanan yang baik dalam bersikap dan bertindak kepada peserta didik, teman sejawat, dan masyarakat.c. Menampilkan sikap dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai agama, kebangsaan, etika, dan norma masyarakat.d. Memiliki komitmen terhadap profesi guru2. Penguasaan Keilmuan dan Keterampilana. Menguasai substansi, karakteristik, dan metodologi ilmu biologi.b. Menguasai ilmu lain (kimia, matematika, dan fisika) yang menunjang pemahaman ilmu biologi.c. Menguasai substansi materi biologi di sekolah menengah.d. Menguasai keterkaitan ilmu biologi dan aplikasinya dengan perkembangan IPTEK.e. Memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan biologi melalui penelitian.f. Memiliki kemampuan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional3. Kemampuan Berkaryaa. Merancang pembelajaran biologi dengan menguasai metodologi pembelajaran dan kurikulum biologi di sekolah.b. Melaksanakan pembelajaran biologi berdasarkan silabus dan rencana pembelajaran biologi.c. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam pembelajaran biologi.d. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar dalam pembelajaran biologi.e. Melakukan asesmen dalam pembelajaran biologi.f. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan biologi.g. Mengkomunikasikan hasil kajian ilmiah kepada komunitas sekolah.4. Sikap dan Perilaku dalam Berkaryaa. Mampu bekerja mandiri dan/atau bekerja sama dengan teman sejawat dalam lingkungan kerja untuk merencanakan dan melaksanakan program pendidikan di sekolah.b. Mampu bekerjasama dengan komite sekolah dan masyarakat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.c. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berbasis biologi bagi peserta didik dan lingkungan.d. Mampu mengevaluasi kinerja sendiri, serta mau dan siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutkan.

[footnoteRef:12]mengemukakan standar yang harus dimiliki seorang guru IPA dalam masa pendidikan pre-service, yaitu. [12: National Science Teachers Association. 2012. Preservice Science Standards. Diunduh dari http://www.nsta.org pada tanggal 2 April 2014 pukul 11.00 WIB]

The six NSTA pre-service science standars are content knowledge, content pedagogy, learning environments, safety, impact on student learning, and professional knowledge and skills. Based on those six standards, effective teachers of science have to understand and articulate the knowledge and practices of contemporary science who interrelate and interpret important concepts, ideas, and applications in their fields of licensure, understand how students learn and develop scientific knowledge, be able to plan for engaging all students in science learning by setting appropriate goals that are consistent with knowledge of how students learn science and are aligned with state and national standards, set the safety procedures and the ethical treatment of living organisms needed in science classroom appropriate to their area of licensure, provide evidence to show that studentss understanding of major science concepts, principles, theories, and laws have changed as a result of instruction, and then strive continuously to improve their knowledge and understanding of the ever changing knowledge base of both content, and science pedagogy, including approaches for addressing inequities and inclusion for all students in science

Calon guru IPA atau guru yang berada pada masa pendidikan pre-service harus memiliki kemampuan untuk memahami disiplin IPA dan mempraktekkan IPA kontemporer yang mengintepretasikan konsep penting, gagasan, dan penerapannya, memahami bagaimana siswa belajar dan mengembangkan kemampuan saintifiknya, dapat merencanakan pembelajaran yang melibatkan semua siswa, menyusun prosedur pembelajaran yang aman dan etis terutama bila menggunakan makhluk hidup untuk kegiatan praktikum, menyediakan bukti yang menunjukkan pemahaman siswa pada konsep, prinsip, teori, dan hukum IPA, serta meningkatkan kemampuan dan pemahamannya sendiri pada disiplin ilmu dan pedagogik agar terus berkembang menjadi lebih baik.

Berdasarkan penjabaran di atas, salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Biologi sebagai calon guru yaitu mampu menggunakan dan menyusun berbagai media dan bahan ajar dalam pembelajaran IPA. Media dan bahan ajar tersebut diantaranya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Pengetahuan dan pelatihan dalam menyusun LKS ini diperoleh mahasiswa calon guru pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Biologi. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan orientasi program pembelajaran di lapangan, termasuk bagaimana cara menyusun bahan ajar yang benar (Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana FKIP Unila, 2010: 167).

Sementara itu, untuk memperkuat pencapaian kompetensi profesional dan pedagogik, mahasiswa FKIP diwajibkan untuk mengikuti pengalaman nyata di sekolah dalam kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Melalui PPL di sekolah akan terbentuk calon guru profesional, karena PPL adalah muara keseluruhan kegiatan akademik mahasiswa LPTK. Penguasaan seperangkat pengalaman belajar yang telah diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan akan teruji secara empirik selama mengikuti PPL. Kegiatan PPL di sekolah ditujukan agar mahasiswa menguasai keterampilan merencanakan, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi proses pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis (Buku Panduan Pelaksanaan KKN-T FKIP Unila, 2013: 1).

Dalam melaksanakan kegiatan PPL tersebut, mahasiswa sebagai calon guru sebaiknya menggunakan setidaknya LKS sebagai bahan ajar atau media pembelajaran saat membelajarkan suatu materi pada siswa. Dalam hal ini tentu mahasiswa sedang mengalami suatu proses pembelajaran dalam menyusun dan menerapkan LKS dengan baik karena LKS adalah suatu perangkat yang penting di dalam proses pembelajaran.

C. Lembar kerja siswa (LKS) IPA

mengungkapkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran yang dikembangkan para guru di negara maju, seperti Amerika Serikat; di mana untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi (silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out (bahan ajar), (4) student worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) media (minimal powerpoint), dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian).

LKS merupakan bahan ajar berbentuk cetak yang harus dikembangkan oleh guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran. LKS sebagai bahan ajar bertujuan untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi melakukan suatu kegiatan seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan. Selain itu, penggunaan LKS juga membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku buku teks yang terkadang sulit diperoleh dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Depdiknas, 2008: 7).

D. Kajian Materi Sementara itu, Widjajanti (2008: 1) mengungkapkan:Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang

Dalam hal ini, LKS dapat digolongkan baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Arsyad (dalam Rohaeti, Widjajanti, dan Padmaningrum, 2006: 4) mengungkapkan bahwa LKS merupakan media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan materi visual. Dalam proses pembelajaran biologi, media dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hamalik (Arsyad, 2007: 15) menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis terhadap siswa. LKS selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai beberapa fungsi yang lain, yaitu:1. merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar.2. dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik.3. dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa.4. dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas.5. membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar.6. dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa.7. dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu.8. dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya.9. dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin.10. dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Menurut Darmodjo dan Kaligis (1992: 41-46, dalam Widjajanti, 2008: 3-5) keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:1. Syarat- syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:a. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaranb. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsepc. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSPd. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswae. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

2. Syarat konstruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS yang pada hakikatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat konstruksi meliputi :a. Menggunakan bahasa yang sesuai tingkat kedewasaan siswa.b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu :a) Menghindari kalimat kompleks.b) Menghindari kata-kata tak jelas misalnya mungkin, kira-kira.c) Menghindari kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks sebaiknya dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu.d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai dimana siswa harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.i. Dapat digunakan oleh siswa, baik yang lamban maupun yang cepat.j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi.k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.3. Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. Adapun rinciannya yaitu:a. Tulisana) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.c) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.e) Perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.b. GambarGambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.c. PenampilanPenampilan sangat penting dalam LKS. Siswa biasanya terlebih dahulu akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.

Dilihat dari segi format, LKS memuat setidaknya delapan unsur yaitu 1) judul, 2) kompetensi dasar yang akan dicapai, 3) waktu penyelesaian, 4) alat dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, 5) informasi singkat, 6) langkah kerja, 7) tugas yang harus dikerjakan, dan 8) laporan kegiatan (Prastowo, 2012: 208). Sedangkan Menurut German et al (Rustaman dan Wulan, 2007:28) aspek yang sebaiknya ada pada LKS yaitu 1) tujuan kegiatan, 2) pendahuluan (latar belakang/pentingnya kegiatan dasar/teori), 3) alat dan bahan, 4) cara kerja, 5) set up atau cara merangkai alat 6) penafsiran hasil pengamatan, 7) analisis dan penerapan konsep, serta 8) pembuatan kesimpulan.

Dahar (1986: 29) menyatakan LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan intruksional. Berdasarkan uraian tersebut, maka LKS harus memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar yang harus ditempuh. Karena pembuatan LKS menekankan pada pencapaian proses pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran maka LKS merupakan implementasi dari perencanaan proses pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Proses penyusunan LKS harus berkesesuaian dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 7) yang menyatakan bahwa dalam penyusunan LKS harus memperhatikan langkah sebagai berikut :1. Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.2. Menganalisis silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator. 3. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar.4. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP.

LKS yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran akan memiliki karakteristik tertentu dalam aspek isi sesuai dengan mata pelajarannya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2007:57). Sedangkan menurut Dimyati dan Moedjiono (2002: 113) pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa agar siswa dapat belajar dengan lebih aktif. Adapun proses belajar menurut Winkel (1989: 36) merupakan tahapan perubahan pada diri seseorang yang meliputi ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) akibat pengalaman.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin ilmu yang penting untuk diajarkan pada siswa SMP karena pentingnya penerapan IPA dalam kehidupan masyarakat. Menurut Depdiknas (2006:3) IPA atau sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. IPA memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas. Pembelajaran IPA di sekolah didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap (Darmodjo dan Kaligis. 1993: 7).

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu secara inkuiri tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Carin dan Sund (dalam Depdiknas: 2006) berpendapat bahwa IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh.yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan diharapkan keempat unsur tersebut muncul dalam pembelajaran IPA.

IPA berkembang dari suatu proses ilmiah sehingga dalam pembelajaran IPA digunakan suatu pendekatan keterampilan proses sains sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep sains. Hipkins (2002, dalam http://scienceonline.tki.org.nz ) menyatakan:Students need to understand, at some level, the complexities of working science so they can draw on that understanding for socio-scientific decision-making in adult life.The teacher is the mediator between the world of the student and the world of the scientist.The role of the teacher is to help students learn where the products of science came from.

Pembelajaran dalam IPA seharusnya mengarahkan pada pendekatan ilmiah seperti yang dilakukan ilmuwan sehingga siswa memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara ilmiah. Dalam hal ini guru IPA adalah mediator antara dunia siswa dan dunia ilmuwan yang sesungguhnya. Guru juga berperan dalam membantu siswa mempelajari produk ilmiah berasal. Ada tiga dimensi ilmiah yang penting dalam pembelajaran IPA yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah, proses ilmiah, serta sikap ilmiah. Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukan jawaban tentang berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka keterampilan proses yang sama seperti yang dimiliki ilmuwan harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari (Rudy, 2011: 1).

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/ intelektual, manual dan sosial (Rustaman dkk, 2005: 78). KPS dibedakan menjadi dua bagian, yaitu keterampilan dasar proses IPA dan keterampilan terpadu proses IPA.

Enam keterampilan dasar proses IPA yaitu mencakup 1) observasi (observing), yaitu menggunakan lima indera untuk menemukan informasi tentang karakteristik benda, sifat suatu benda kesamaan-kesamaan benda dan ciri-ciri identifikasi lainnya; 2) klasifikasi (classifying), yaitu proses pengelompokan dan pengurutan benda-benda; 3) pengukuran (measuring), yaitu membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan kuantitas yang diketahui, seperti satuan pengukuran standar dan non standar; 4) komunikasi (communicating), yaitu menggunakan multimedia, menulis, membuat grafik atau kegiatan-kegiatan untuk sharing penemuan; 5) inferensi (inferring), yaitu pembentukan ide-ide untuk menjelaskan pengamatan; 6) prediksi (predicting), pengembangan asumsi dari hasil yang diharapkan.

Sedangkan lima keterampilan terpadu proses sains mencakup 1) merumuskan hipotesis (formulating a hypothesis), yaitu membuat suatu prediksi yang didasarkan pada bukti-bukti penelitian dan penyelidikan sebelumnya; 2) variabel-variabel (variables), yaitu menamai dan mengontrol variabel-variabel bebas (independent), terikat (dependent) dan kontrol (control); 3) difinisi operasional (operational definitions), yaitu mengembangkan istilah-istilah khusus untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dalam penyelidikan didasarkan pada karakeristik-karakteristik yang dapat diamati; 4) eksperimen (experimenting), yaitu melakukan suatu penyelidikan; 5) interpretasi data (interpreting data), yaitu menganalisis hasil suatu penyelidikan (Wilujeng, Setiawan, dan Liliasari, 2010: 356).

Oleh sebab itu, karakteristik LKS dalam pembelajaran IPA adalah memberikan pengalaman bagi siswa dalam bentuk pendekatan keterampilan proses sains baik dasar maupun terpadu. Kegiatan yang tertuang dalam LKS harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berlandaskan proses ilmiah. Guru harus memahami hal penting ini sehingga guru mampu merancang pembelajaran yang sesuai hakikat IPA melalui penggunaan LKS. NSTA (2008: 1) menyatakan bahwa:Teachers of science engage students both in studies of various methods of scientific inquiry and in active learning through scientific inquiry. They encourage students, individually and collaboratively, to observe, ask questions, design inquiries, and collect and interpret data in order to develop concepts and relationships from empirical experiences

Dalam proses pembelajaran, guru harus melibatkan siswa dalam berbagai metode yang menekankan IPA sebagai penemuan (inkuiri) sehingga pembelajaran harus dirancang agar siswa baik secara individual maupun kolaboratif dapat aktif dan berani untuk mengamati, mengajukan pertanyaan, merancang penemuan, mengumpulkan, dan mengintepretasikan data untuk membangun konsep berdasarkan pengalaman empirik. Itulah hakikat dari pembelajaran IPA yang sesungguhnya.

Melalui pembelajaran yang menekankan keterampilan proses sains, siswa benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pengidentifikasian dan pengendalian, percobaan, dan lain-lain seperti yang dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam usaha memecahkan misteri-misteri alam. Siswa dengan keterampilan proses yang baik diharapkan mencapai hasil belajar yang baik pula (Depdiknas, 2006: 2). Pembelajaran dengan menggunakan LKS yang memuat keterampilan proses membuat siswa melaksanakan pembelajaran dengan pengembangan metode ilmiah, menemukan dan mengembangkan fakta serta konsep yang ditemukan, sehingga pembelajaran lebih bermakna (meaningful), kontekstual dan konstruktivistik.

E. Kerangka Berfikir

Di perlukan variasivariasi dalam proses pembelajaran di kelas slah satunya seoerti gaya mengajat guru di dalam kelas dengan cara memotivasi belajar biologi yang akan di terimakan kelas siswa SMP. Proses pembelajaran dengan gaya mengajar gutu yang menyenangkan di harapkan dapat memotivasi peserrta didik. Berikutini bagan alur kerangka berfikir:

KesehatanFisiologisInternal

PsikologisMinatBakatPerhatian

Proses pembelajaran

MasyarakatSekolahKeluargaLingkunganEksternal

Instrumental

KurikulumProgramSarana dan FasilitasGuru

Gaya mengajar

MOTIVASI

F. Hipotesis PenelitianHipotesis adalah dugaan sementara sedangkan menurut sugiono Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan(Sugiyono 2011:64). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diambil suatu hipotesis bahwa ada hubungan yang positif antara gaya mengajar guru terhadap motivasi belajar biologi siswa Madrasah Ibtidaiyah Maarif Tanggamus konkretnya adalah jika gaya mengajar guru baik maka motivasi belajar biologi pada siswa juga akan baik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di Sekretariat PLT dan Lingkungan Program Studi Pendiidikan Biologi fakultas tarbiyah IAIN Raden intan lampung.

B. Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung. Pada penelitian ini digunakan teknik purposive sampling sehingga terpilih 19 orang mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung peserta PPL tahun 2013 di SMP yang membuat LKS IPA sebagai subjek penelitian.

C. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang ditujukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di lapangan mengenai profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Unila dalam membuat LKS Biologi SMP selama pelaksanaan PPL tahun 2013. Setelah itu memberikan deskripsi mengenai kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung peserta PPL 2013 dalam membuat LKS dan kualitas LKS yang disusun oleh mahasiswa yang bersangkutan dari segi format dan isi.

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapana. Menetapkan subjek penelitian, yaitu mahasiswa Pendidikan Biologi Unila peserta PPL di SMP pada tahun 2013 yang membuat LKS.Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu: lembar penilaian penyusunan LKS dari segi format penyusunan dan isi, angket tanggapan responden mengenai proses penyusunan LKS IPA, dan lembar LKS uji kompetensi. Melakukan validasi instrumen penilaian dan angket.Membuat surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaana. Mengumpulkan LKS IPA yang telah dibuat oleh mahasiswa Pendidikan Biologi selama mengikuti PPL di SMP tahun 2013. b. Menganalisis dan memberikan skor terhadap LKS yang dibuat oleh 19 mahasiswa berdasarkan panduan penilaian kelayakan LKS.c. Memberikan angket tanggapan responden mengenai profil kemampuan mahasiswa dalam menyusun LKS Biologi kepada mahasiswa peserta PPL di SMP yang menyusun LKS.d. Menyelenggarakan uji kompetensi kepada beberapa subjek penelitian untuk mengetahui kemampuannya dalam memahami penyusunan LKS yang baik.e. Mendeskripsikan profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Unila dalam membuat LKS IPA SMP dengan kriteria: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang berdasarkan analisis data dari panduan penilaian yang didukung informasi dari angket dan hasil uji kompetensi.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan DataJenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Jenis DataData hasil analisis terhadap LKS berdasarkan panduan kaidah penyusunan LKS berupa data kualitatif hasil konversi skor penilaian yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap LKS dari segi format dan isi dengan menggunakan panduan penilaian penyusunan LKS dan angket yang diisi oleh subjek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:1. Observasi partisipanPengumpulan data dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap LKS yang dibuat oleh mahasiswa Pendidikan Biologi peserta PPL 2013 di SMP berdasarkan pedoman kaidah penyusunan LKS yang dibuat dalam lembar penilaian dalam Tabel 1.

Tabel 1. Lembar penilaian penyusunan LKS

NoAspek yang dinilaiPenilaian

1Format penyusunanYa (1)Tidak (0)

Susunan

a. Mencantumkan judul

b. Mencantumkan tujuan

c. Mencantumkan petunjuk pengerjaan

d. Mencantumkan kolom identitas siswa

e. Menyediakan ruang yang cukup pada LKS sehingga siswa dapat menulis atau menggambar sesuatu

f. Menyediakan ruang untuk siswa menulis kesimpulan

Jika percobaan, maka

a) Mencantumkan alat dan bahan

b) Mencantumkan prosedur percobaan

Keterbacaan

a. Menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan EYD

b. Menggunakan kalimat yang tidak menimbulkan ambiguitas

c. Menggunakan susunan kalimat yang efektif

d. Menggunakan font dan ukuran huruf yang mudah dibaca

e. Mengusahakan keserasian perbandingan besarnya huruf dengan gambar/ grafik/ tabel

Kemenarikan

a. Tata letak bagian-bagian LKS teratur dan padu

b. Jarak antar bagian LKS proporsional

c. Menggunakan variasi jenis dan ukuran font secara serasi

Jumlah

Kategori

2Isi

a. Materi pada LKS sesuai dengan KD

b. Kegiatan dalam LKS sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai pada KD

c. Kegiatan dalam LKS sesuai dengan strategi pembelajaran dalam RPP

d. Gambar/tabel/grafik yang dicantumkan bermakna/berfungsi

e. Kegiatan dalam LKS mampu mengakomodasi proses belajar IPA yang sesuai dengan keterampilan proses sains dasar, yaitu mengarahkan siswa untuk:

a) Melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena

b) Melakukan pengelompokan (klasifikasi)

c) Melakukan pengukuran

d) Mengkomunikasikan suatu informasi

e) Melakukan inferensi

f) Memprediksikan suatu fenomena

f. Apabila menggunakan metode praktikum maka kegiatan dalam LKS mampu mengakomodasi proses belajar IPA yang sesuai dengan keterampilan proses sains terpadu, yaitu mengarahkan siswa untuk:

a) Merumuskan hipotesis

b) Menentukan variable

c) Melakukan eksperimen/penyelidikan

d) Mengintepretasikan data

Jumlah

Kategori

2. AngketBerupa daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden secara langsung sebagai konfirmasi analisis lembar penilaian LKS. Adapun daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar pertanyaan angket

No.Pertanyaan

1Menurut pendapat Anda, apakah hakikat belajar?

2Menurut pendapat Anda, apa sajakah ciri khas dari pembelajaran IPA?

3Menurut Anda, apakah LKS penting dalam pembelajaran IPA?1. Ya, karena1. Tidak , karena.

4Menurut pendapat Anda apa saja fungsi dari penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA?

5Apa saja yang menjadi rujukan Anda dalam menyusun LKS IPA?

6Menurut Anda, bagaimana format penyusunan LKS?

3. Catatan LapanganBerupa catatan-catatan khusus yang ditemukan di lapangan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

F. Teknik Analisis DataData yang diperoleh berdasarkan hasil analisis terhadap LKS dihitung untuk mengetahui kemampuan setiap mahasiswa dalam menyusun LKS IPA sesuai persyaratan. Adapun cara memperoleh nilai kemampuan tiap mahasiswa dengan cara:Nilai = 100Angka tersebut kemudian dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan kriteria dalam Tabel 3 (Djamarah dan Zain: 2002 dalam Nurmalasari, 2011: 58).

Tabel 3. Kriteria penilaian kemampuan menyusun LKS

NoKriteriaInterval nilai

1.Sangat baik81 100

2.Baik61 80

3.Cukup baik41 60

4.Kurang baik21 40

5.Sangat kurang baik0-20

Selanjutnya, data setiap mahasiswa dikumpulkan untuk ditarik kesimpulan mengenai profil mahasiwa dalam membuat LKS yaitu dengan mencari persentase untuk masing-masing indikator penilaian. Data yang diolah kemudian dikategorikan lagi sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ali (1992: 184) dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria persentase kemampuan menyusun LKS seluruh mahasiswa

No.KriteriaPersentase responden (%)

1.Tidak ada0

2.Sebagian kecil1-39

3.Hampir setengahnya40-49

4.Setengahnya50

5.Sebagian besar51-75

6.Pada umumnya76-99

7.Seluruhnya100

Untuk memperkuat data hasil analisis, maka dibutuhkan data tanggapan responden yang didapatkan melalui penyebaran angket dan uji kompetensi. Angket tanggapan yang disebar berisi enam pertanyaan terbuka. Lima soal merupakan aspek isi dan satu soal merupakan aspek format. Jawaban dari pertanyaan tersebut kemudian dinilai dengan skor maksimal 100. Skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi kategori pada Tabel 3. Selanjutnya nilai angket ini dikonfirmasikan dengan skor penilaian LKS. Uji kompetensi dilakukan dengan memberikan LKS untuk dinilai oleh responden yang bertujuan untuk menggali pemahaman mahasiswa mengenai LKS.