PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN...

22
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN HAK DAN LAHAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong bergeraknya sektor Kehutanan dengan mendukung ekonomi rakyat, perlu perlindungan, tertib peredaran dan pemanfaatan hasil hutan dari hutan hak/rakyat; b. bahwa untuk pemanfaatan sumber daya alam hasil hutan kayu pada hutan hak dan lahan masyarakat, agar terarah, terkendali, efisien dan lestari dalam pelaksanaannya, maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41,

Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN...

Page 1: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM

NOMOR 2 TAHUN 2010

TENTANG

IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN HAK

DAN LAHAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI AGAM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong bergeraknya sektor

Kehutanan dengan mendukung ekonomi rakyat, perlu

perlindungan, tertib peredaran dan pemanfaatan hasil hutan

dari hutan hak/rakyat;

b. bahwa untuk pemanfaatan sumber daya alam hasil hutan kayu

pada hutan hak dan lahan masyarakat, agar terarah,

terkendali, efisien dan lestari dalam pelaksanaannya, maka

perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan

Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2034);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41,

Page 2: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3888), sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437),

sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4725) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang

Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan yang

berkaitan dengan Kebakaran Hutan atau Lahan (Lembaran

Negara Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4076);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119,

Page 3: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta

Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor

22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4696);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota) (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor

22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4696), sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun

2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4814);

14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.18/Menhut-II/2007

tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan

dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan

Dana Reboisasi (DR);

15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-II/2006 jo

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.26/Menhut-II/2006 jo

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2007

tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)

untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang Berasal Dari

Hutan Hak;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 Tahun 2001

tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Agam (Lembaran

Daerah Kabupaten Agam Tahun 2001 Nomor 5);

Page 4: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

17. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 9 Tahun 2007

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam

(Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2007 Nomor 9);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 3 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Agam Tahun 2008 Nomor 3);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 6 Tahun 2008

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2008

Nomor 6).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN AGAM

d a n

BUPATI AGAM

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU

PADA HUTAN HAK DAN LAHAN MASYARAKAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Agam.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Agam.

3. Bupati adalah Bupati Agam.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Agam.

Page 5: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani urusan Kehutanan

adalah SKPD yang diserahi tugas dan tanggungjawab dibidang kehutanan

Kabupaten Agam.

6. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat pada satuan kerja perangkat daerah atau

Walinagari yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi bidang

kehutanan.

7. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh

Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

8. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas

tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel

atau hak atas tanah.

9. Lahan masyarakat adalah lahan perorangan atau masyarakat di luar kawasan

hutan yang dimiliki/digunakan oleh masyarakat berupa pekarangan, lahan

pertanian dan kebun.

10. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa

serta ekosistemnya.

11. Hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak atau lahan masyarakat, yang

selanjutnya disebut kayu rakyat adalah kayu bulat atau kayu olahan yang

berasal dari pohon yang tumbuh dari hasil budidaya dan atau tumbuh secara

alami di atas hutan hak dan atau lahan masyarakat.

12. Kayu bulat rakyat adalah kayu dalam bentuk gelondong yang berasal dari

pohon yang tumbuh di atas hutan hak dan atau lahan masyarakat.

13. Kayu olahan rakyat adalah kayu dalam bentuk olahan yang berasal dari pohon

yang tumbuh di atas hutan hak dan atau lahan masyarakat, antara lain berupa

kayu gergajian, kayu pacakan, dan arang.

14. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) adalah surat keterangan yang

menyatakan sahnya pengangkutan, penguasaan atau kepemilikan hasil hutan

kayu yang berasal dari hutan hak atau lahan masyarakat.

15. Dokumen Tanda Legalitas adalah dokumen yang diterbitkan oleh yang

berwenang dan digunakan bersamaan dengan fisik kayu dalam pengangkutan.

Page 6: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

16. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan

mengusahakan hasil hutan berupa kayu pada hutan hak/rakyat dengan tidak

merusak lingkungan.

17. Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi.

18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas

waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan Surat Keterangan Asal Usul

(SKAU).

19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah

Surat keterangan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

20. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang mencari, mengumpulkan dan

mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan

kepatuhan terhadap pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan

perundang-undangan retribusi daerah.

21. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya

disebut penyidik adalah untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan

bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi

serta menentukan tersangkanya.

BAB II

PENATAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN HAK DAN LAHAN MASYARAKAT

Pasal 2

Penyelenggaraan Penataan dan Pemanfaatan Hutan Hak dan Lahan Masyarakat

bertujuan untuk :

a. Menjamin keberadaan Hutan Hak dan Lahan Masyarakat dengan luasan yang

cukup dan sebaran yang proposional dan mengoptimalkan multi fungsi hutan

untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya ekonomi yang seimbang

dan lestari;

Page 7: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

b. Meningkatkan daya dukung lahan, daya dukung daerah aliran sungai,

perlindungan hutan dan hasil hutan;

c. Menjamin distribusi manfaat yang berdasarkan kearifan budaya masyarakat

daerah Kabupaten Agam, berkeadilan dan berkelanjutan.

Pasal 3

(1) Setiap orang atau Badan Hukum dapat memanfaatkan hasil hutan kayu pada

hutan hak dan Lahan Masyarakat berupa menebang, mengumpulkan,

mengolah dan mengangkut kayu dari hutan hak/rakyat setelah terlebih dahulu

mengajukan permohonan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu.

(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengabulkan permohonan

sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan menerbitkan dokumen SKAU setelah

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Pasal 4

Jenis-jenis kayu bulat rakyat atau kayu olahan rakyat yang pengangkutannya

menggunakan Dokumen SKAU adalah :

a. Akasia;

b. Asam Kandis;

c. Bayur;

d. Durian;

e. Ingul/Suren;

f. Jabon/Samama;

g. Jati;

h. Jati putih;

i. Karet;

j. Ketapang;

k. Kulit Manis;

l. Mahoni;

m. Makadamia;

n. Medang;

o. Mindi;

p. Petai;

q. Puspa;

r. Sungkai;

s. Terap/Tarok;

t. Sengon;

Pasal 5 Jenis-jenis kayu pengangkutannya cukup dengan menggunakan nota /kwitansi

yang diterbitkan penjual adalah :

Page 8: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

a. Cempedak;

b. Dadap;

c. Duku;

d. Jambu;

e. Jengkol;

f. Kelapa;

g. Kecapi;

h. Kenari;

i. Mangga;

j. Manggis;

k. Melinjo;

l. Nangka;

m. Rambutan;

n. Randu (Kapuk);

o. Sawit;

p. Sawo;

q. Sukun;

r. Trembesi;

s. Waru;

Pasal 6

Di luar jenis-jenis kayu bulat sebagaimana dimaksud Pasal 4 dan Pasal 5

menggunakan dokumen tanda legalitas Surat Keterangan Sah Kayu Bulat cap

Kayu Rakyat (SKSKB cap KR).

Pasal 7 Pengangkutan lanjutan kayu bulat rakyat/kayu olahan rakyat menggunakan Nota

yang diterbitkan oleh pemilik kayu dengan mencantumkan Nomor SKAU.

Pasal 8

Pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan hak dan Lahan Masyarakat meliputi:

(1) Hasil hutan kayu yang tumbuh secara alami maupun ditanam pada lahan yang

statusnya telah dibebani hak milik secara sah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, dan apabila dieksploitasi/ditebang tidak menimbulkan akibat yang

negatif bagi lingkungan sekitarnya;

(2) Hasil hutan kayu yang boleh dimanfaatkan adalah :

a) Pohon yang sudah tidak produktif lagi/tidak berbuah;

b) Pohon kayu yang terkena penyakit;

c) Pohon yang sudah berumur tua dan (masa tebang) layak untuk dilakukan

peremajaan;

d) Jenis pohon kayu-kayuan dan pohon buah-buahan (serba guna) yang

sudah tua/tidak produktif.

Page 9: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Pasal 9

Setiap orang pribadi atau badan dilarang melakukan penebangan dan

pemungutan hasil hutan pada hutan konservasi untuk kepentingan pribadi

maupun untuk kepentingan umum.

BAB III

TATA CARA PERMOHONAN

Pasal 10

(1) Untuk memperoleh dokumen tanda legalitas sebagaimana dimaksud Pasal 3,

pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati atau Pejabat

yang ditunjuk yang ditembuskan kepada SKPD yang menangani urusan

kehutanan dengan melampirkan:

a. Fotocopy bukti kepemilikan yang sah dan telah dilegalisir ;

b. Fotocopy KTP;

c. Fotocopy Ranji;

d. Daftar Anggota Kaum;

e. Surat Pernyataan Lahan tidak dalam sengketa dan berada di luar

kawasan hutan;

f. Sketsa lokasi;

g. Daftar Rencana Penebangan dan Pengangkutan.

(2) Tata cara penerbitan dokumen tanda legalitas untuk pengangkutan Hasil

Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Hak dan lahan masyarakat diatur lebih

lanjut oleh Bupati.

Pasal 11

(1) Sebelum dokumen tanda legalitas diberikan, harus dilakukan pemeriksaan

oleh petugas yang ditunjuk bersama aparat Dinas yang menangani bidang

kehutanan setempat, meliputi :

a) Pemeriksaan (survey) lapangan sebelum pohon ditebang, meliputi :

1) Status tanah (Kepemilikan);

2) Potensi kayu (Inventarisasi);

3) Rencana perubahan lahan dan pemanfaatannya agar tidak terlantar;

4) Pembuatan Peta lokasi /sket lokasi;

Page 10: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

5) Pemeriksaan dari segi dampak lingkungan yang ditimbulkan apabila

dilakukan exploitasi/penebangan.

b) Pemeriksaan pohon sesudah ditebang dan dikumpulkan meliputi :

1) Pengecekan kebenaran asal usul kayu (Pemeriksaan lanjutan);

2) Pemeriksaan jenis, jumlah, ukuran dan volume kayu.

(2) Dokumen legalitas kayu diberikan setelah memenuhi persyaratan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 12

Setiap orang atau badan hukum yang memanfaatkan hasil hutan kayu pada hutan

hak dan Lahan Masyarakat berhak:

a. melakukan kegiatan pemungutan hasil hutan kayu, meliputi penebangan,

pengolahan di dalam areal kerja dan menumpuk hasilnya pada tempat yang

telah dilakukan;

b. menggunakan alat-alat yang bersifat non mekanis;

c. penggunaan chain saw, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati;

d. memohon perolehan tanda legalitas kayu sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Pasal 13

Setiap orang atau badan hukum yang memanfaatkan hasil hutan kayu pada hutan

hak/rakyat berkewajiban untuk:

a. melunasi retribusi yang diwajibkan sesuai ketentuan yang berlaku;

b. mentaati ketentuan penggunaan jalan angkutan dan ketentuan yang berlaku

dalam pengangkutan kayu;

c. tidak mengangkut dan mengeluarkan kayu di luar areal yang telah ditentukan;

d. tidak memindahtangankan dokumen tanda legalitas kayu yang dimilikinya

kepada pihak lain dalam bentuk apapun;

e. tidak mengumpulkan kayu ditempat lain, selain pada Tempat Pengumpulan

Kayu (TPK) yang telah ditentukan;

Page 11: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

f. rencana pemanfaatan dengan tetap mempertimbangkan dampak lingkungan

dan kelestarian wilayah sekitarnya;

g. melaporkan aktifitas pemungutan hasil hutan kayu dan melaksanakan

penatausahaan hasil hutan sesuai ketentuan yang berlaku;

h. memberikan data informasi yang diperlukan untuk pengawasan kepada

petugas dan aparat yang berwenang.

BAB V

RETRIBUSI

Pasal 14

Setiap orang pribadi atau Badan yang memperoleh SKAU wajib membayar

Retribusi.

BAB VI

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 15

Dengan nama Retribusi Izin Pemanfaatan Kayu pada Hutan Hak dan Lahan

Masyarakat dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penerbitan

SKAU.

Pasal 16

Obyek retribusi adalah pelayanan atas penerbitan SKAU terhadap orang pribadi,

Badan, atau Lembaga.

Pasal 17

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan

SKAU.

Page 12: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

BAB VII

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 18

Retribusi Izin pemanfaatan Kayu pada Hutan Hak dan Lahan Masyarakat

digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

BAB VIII

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 19

Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jumlah meter kubik kayu yang

diangkut dengan dokumen SKAU.

BAB IX

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 20

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk

menutupi biaya penyelenggaraan pelayanan/pemberian izin dengan tetap

mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan

BAB X

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 21

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis dokumen

yang diberikan.

(2) Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

sebagai berikut :

a. Pengangkutan kayu dalam Kabupaten:

(1) Setiap penerbitan SKAU sebesar Rp. 25.000,- per-mз;

(2) Tarif legalisasi untuk setiap penerbitan SKAU sebesar Rp. 35.000 per-

dokumen.

b. Pengangkutan kayu keluar Kabupaten:

(1) Setiap penerbitan SKAU sebesar Rp. 75.000,- per-mз;

Page 13: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

(2) Tarif legalisasi untuk setiap penerbitan SKAU sebesar Rp. 50.000,- per-

dokumen.

(3) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a dan huruf b

disetor ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 22

(1) Penyetoran penerimaan retribusi dapat dilakukan melalui Bendahara Penerima

Kecamatan.

(2) Penyetoran penerimaan retribusi dilakukan minimal 1 x 24 jam

Pasal 23

(1) Kepada nagari penghasil retribusi diberikan bagi hasil sebesar 10 % (sepuluh

persen) dari realisasi retribusi yang disetorkan ke Kas Daerah.

(2) Pembayaran bagi hasil sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan 1 x 6 bulan

dan ditransfer langsung ke Kas Nagari yang bersangkutan.

(3) Besaran bagi hasil untuk masing-masing nagari ditetapkan dengan

Keputusan Bupati

BAB XI

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 24

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan diberikan.

BAB XII

MASA DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 25

Masa retribusi adalah untuk 1 (satu) kali pemberian izin.

Pasal 26

Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD.

Page 14: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

BAB XIII

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 27

(1) Pemungutan retribusi dilakukan dengan menerbitkan SKRD.

(2) Bentuk SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala

SKPD yang berwenang dibidang pendapatan daerah.

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 28

Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus pada saat

diterbitkannya SKRD.

BAB XV

KERINGANAN

Pasal 29

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keringanan atas SKRD yang diterbitkan.

(2) Keringanan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat berupa pengurangan

atau pembebasan retribusi.

(3) Permohonan keringanan diajukan secara tertulis kepada Bupati.

(4) Keringanan dapat diberikan secara selektif setelah mempertimbangkan

kemampuan wajib retribusi.

(5) Tata cara pengajuan keringanan ditetapkan oleh Bupati.

BAB XVI

PENYULUHAN, BIMBINGAN, SUPERVISI

Pasal 30 (1) SKPD yang menangani urusan kehutanan secara teknis operasional

melakukan penyuluhan, bimbingan, supervisi terhadap keberadaan hutan hak

dan Lahan Masyarakat untuk tujuan penyelenggaraan pengelolaan,

pemanfaatan hutan hak dan Lahan Masyarakat di Kabupaten Agam.

Page 15: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

(2) Pemerintah Nagari wajib mengatur, mengurus kepentingan masyarakat nagari

atas hutan hak dan Lahan Masyarakat dan ulayat nagari, ulayat suku, ulayat

kaum serta tanah milik yang berbentuk hutan, dan peran serta aktif

memberlakukan sistem kehutanan dan penyelenggaraan pemerintahan nagari

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(3) Keterpaduan penyelenggaraan penyuluhan, bimbingan dan supervisi terhadap

kawasan hutan dan keberadaan hutan hak dan Lahan Masyarakat, hutan adat

di Wilayah nagari, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dalam

rangka mempertahankan kualitas lingkungan hidup dan menjamin distribusi

manfaat kesatuan ekosistem sumberdaya hutan yang berkeadilan dan

berkelanjutan.

Pasal 31 Pemerintahan nagari wajib melakukan monitoring, evaluasi secara teknis

operasional terhadap kegiatan penebangan, pengolahan, penumpukan hasil hutan

dan penggunaan alat gergaji rantai mesin (chain saw) yang digunakan dalam

rangka melindungi kawasan hutan dan hasil hutan.

BAB XVII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 32

(1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana,

penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Daerah ini juga dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai

penyidik.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti laporan atau pengaduan

dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan

melakukan pemeriksaan;

Page 16: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal

diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang tersangka;

f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

g. mendatangkan seorang yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari

penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan

merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan

hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan;

j. menghentikan penyidikan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (2) membuat berita acara terhadap

setiap tindakan :

a. pemeriksaan tersangka;

b. pemasukan rumah;

c. penyitaan benda;

d. pemeriksaan surat;

e. pemeriksaan di tempat kejadian.

BAB XVIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 33

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 9, Pasal 13, dan Pasal 14

diancam dengan pidana kurungan selama- selamanya 6 (enam) bulan atau

denda sebanyak-banyaknya Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Kayu dan alat-alat serta benda lainnya yang tersangkut dengan atau

dipergunakan untuk melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut pada

ayat (1) Pasal ini disita untuk Negara/Daerah.

Page 17: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

(3) Tindak pidana tersebut pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.

BAB IXX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang

mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam.

Ditetapkan di Lubuk Basung Pada tanggal 13 Juli 2010

BUPATI AGAM, dto

ARISTO MUNANDAR Diundangkan di Lubuk Basung pada tanggal 13 Juli 2010

SEKRETARIS DAERAH, dto SYAFIRMAN, SH NIP. 19580524 198611 1 001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2009 NOMOR 2

Page 18: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 2 TAHUN 2010

TENTANG

IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN HAK DAN LAHAN MASYARAKAT

I. UMUM Dalam rangka pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang

optimal dari hutan hak dan lahan masysrakat bagi kesejahteraan masyarakat,

maka pada prinsipnya hutan hak dan lahan masyarakat dapat dimanfaatkan

dengan tetap memperhatikan daya dukungnya secara lestari dan diurus

dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional serta tanggung

jawab.

Dengan upaya meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan daya saing

usaha serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat, pemerintah telah

memberikan kebijakan penyederhanaan pengaturan terhadap peredaran kayu

yang berasal dari hutan hak/rakyat termasuk kayu hasil tanaman masyarakat

dengan keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2007

yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.51/Menhut-II/2006 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.62/Menhut-

II/2006 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) Untuk

Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak/Rakyat.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33

/Menhut-II/2007 tersebut akan memberikan kepastian hukum kepada

masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan kayu yang berada pada

hutan hak/rakyat dan mendorong bergeraknya ekonomi rakyat, dan tertib

peredaran hasil hutan milik masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Page 19: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”tidak menimbulkan akibat yang negatif

bagi lingkungan sekitarnya” adalah kayu pada hutan hak dan

Lahan Masyarakat yang ditebang tidak akan mengakibatkan

dampak negatif seperti longsor, banjir, kekeringan dan lain-lain.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan pohon yang sudah berumur tua dan

masa tebang layak untuk dilakukan peremajaan adalah :

- diameter batang minimal berukuran 12 cm untuk jenis-jenis

kayu Akasia, Jati, Jati Putih, Karet, Kulit Manis, Puspa

(Santua), Sungkai dan Sengon.

- diameter batang minimal 30 cm untuk jenis-jenis kayu Asam

kandis, Bayur, Durian, Ingul/suren (Surian), Jabon,

Samama, Ketapang, Mahoni, Makadamia, Medang, Mindi,

Petai dan Tarok.

Page 20: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Huruf d

Cukup jelas

Pasal 9

Yang dimaksud dengan kawasan konservasi adalah pada sempadan

sungai, dekat mata air,kiri kanan sungai di daerah rawa, kiri kanan

sungai, kiri kanan tepi anak sungai, tepi jurang, tepi pantai, tepi waduk

atau danau, dan pada kelerengan yang tidak dianjurkan untuk budidaya.

Pasal 10

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan bukti kepemilikan yang sah adalah

Sertifikat Hak Milik, atau Leter C, atau Girik, atau surat

keterangan lainnya yang diakui oleh Badan Pertanahan

Nasional (BPN) sebagai dasar kepemilikan lahan; atau

Sertifikat Hak Pakai; atau Surat atau dokumen lainnya yang

diakui sebagai bukti penguasaan lahan atau bukti kepemilikan

lainnya benbentuk Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang

Tanah.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Page 21: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Pasal 12

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan tanda legalitas kayu sesuai dengan

ketentuan yang berlaku adalah Surat Keterangan Asal Usul

(SKAU).

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Page 22: PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG DAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2010/Kab-Agam-2-2010.pdf · tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) untuk Pengangkutan

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.