Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang...

24
i Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang Pembinaan Karakter Yang Mencerminkan Vinsensian Pada Anak Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Kediri Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti : Putri Sedya Narendra 692012063 Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2017

Transcript of Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang...

Page 1: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

i

Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang

Pembinaan Karakter Yang Mencerminkan Vinsensian

Pada Anak Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Kediri

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Putri Sedya Narendra – 692012063

Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Agustus 2017

Page 2: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

ii

Page 3: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

iii

Page 4: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

iv

Page 5: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

v

Page 6: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

vi

Page 7: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

1

1. Pendahuluan

Pendidikan karakter harus ditanamkan sedini mungkin pada anak. Proses

pemahaman pendidikan karakter paling baik adalah pada usia 5-11 tahun. Di usia

ini, anak cenderung masih memiliki sifat patuh [1]. Hal ini sejalan dengan

pendapat Hermansyah bahwa berhasil tidaknya penanaman nilai moral pada masa

kanak-kanak akan sangat menentukan baik buruknya perilaku moral seseorang

pada masa selanjutnya [2]. Menanamkan moral melalui pendidikan karakter sedini

mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.

Sekolah adalah tempat yang strategis sebagai tempat pendidikan karakter karena

anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah.

Pendidikan pembentukan karakter di Sekolah Dasar merupakan salah satu awal

dari penanaman karakter, karena masih dalam tahap perkembangan di dalam

dirinya. Saat ini, pendidikan karakter sudah banyak disosialisasikan di beberapa

Sekolah Dasar, salah satunya di SDK Santa Maria Kediri melalui mata pelajaran

Bina Vinsensian.

SD Katolik Santa Maria tidak hanya bertumbuh dalam hal pencapaian

akademik, tetapi juga bertumbuh dalam iman dan kebijaksanaan. Pembelajaran

pembiasaan vinsensian yang bersumber pada semangat Santo Vinsensius dan

Santa Louisa sebagai pelindung sekolah ditanamkan kepada anak-anak agar

mereka tidak hanya memiliki intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki

kerendahan hati, kesederhanaan dan kasih dalam setiap langkah hidup mereka [3].

Namun di lain hal, berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan selama 90

menit di kelas 4 SD Katolik Santa Maria Kediri terdapat beberapa masalah.

Pertama, sumber belajar mata pelajaran Pembiasaan Vinsensian masih terbatas

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan materi yang disampaikan oleh

guru. Selain itu, masih menekankan aspek hafalan sehingga belum mengarah

dalam upaya menumbuhkembangkan kebiasaan perilaku. Mereka lebih

mengedepankan menghafal daripada memahami dan mengaplikasikan materi

dalam bentuk perilaku, hal ini disebabkan pola pikir orang tua yang

mengharuskan anak berprestasi di pelajaran akademik sehingga anak menganggap

pendidikan karakter tidak terlalu penting. Tidak jarang, anak didik menjadi lebih

mementingkan pelajaran ini sebagai pengerjaan tugas untuk mendapatkan sebuah

nilai daripada memahami ilmu pengetahuannya. Kedua, situasi pembelajaran yang

kurang inovatif yaitu guru menjelaskan materi pelajaran di kelas, diikuti tanya

jawab, dan diakhiri mengerjakan LKS. Metode ini sering dikenal dengan nama

instruksi langsung. Metode pembelajaran tersebut tidak mampu menyentuh emosi

siswa karena semakin banyak para guru yang hanya berbicara, dan berbicara; dan

berbicara ini menjadi kritik nomor satu para siswa [4]. Serta kurangnya media

pembelajaran untuk menyampaikan informasi juga menyebabkan pembelajaran

yang dilaksanakan monoton. Pada akhirnya, siswa hanya menggantungkan

informasi dari guru saja. Situasi pembelajaran seperti itu bertentangan dengan

pendapat Wina Sanjaya yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir siswa harus melakukan telaah fakta-fakta atau menelaah

pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan [5].

Menurut pandangan Slavin, dalam proses pembelajaran, guru hanya semata-

mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun

Page 8: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

2

pengetahuannya sendiri dengan mendayagunakan otaknya untuk berpikir [6].

Maka dari itu peran teknologi pembelajaran berjalan sesuai dengan pendapat

Knezevich dan Eye yang mengatakan bahwa teknologi pembelajaran adalah suatu

usaha memanipulasi lingkungan hidup manusia dengan maupun tanpa mesin, baik

yang tersedia maupun yang dimanfaatkan agar terjadi perubahan pikiran perilaku

atau hasil belajar. Teknologi pembelajaran sebagai teknologi peralatan yang

berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan

pendidikan atau kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan alat bantu audio-

visual [7]. Teknologi pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang

saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan

pendekatan sistem dalam pendidikan [8]. Penggunaan media menjadi salah satu

aspek penting dalam teknologi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Oleh karena beberapa alasan tersebut, muncul sebuah ide untuk membantu

siswa dalam memahami materi melalui media video. Pengaruh media video lebih

cepat masuk ke dalam diri anak-anak daripada media yang lainnya sehingga

mempengaruhi fikiran, emosi, dan psikologi anak didik [9]. Media video

merupakan salah satu jenis media audio-visual, yang berarti media video ini

melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau

kegiatan [10]. Video edukasi yang akan dibuat ini adalah salah satu bagian dari

teknologi pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak didik dalam

memahami materi.

Dalam penelitian ini, jenis video edukasi yang akan dibuat adalah video

animasi 2D. Video animasimerupakan sebuah media yang pembawaannya ringan

dengan menggunakan ilustrasi sederhana yang mudah diterima oleh semua

kalangan. Melalui video animasi, sangat mudah bagi anak memahami nilai

keutamaan seorang Vinsensian. Mereka akan lebih mudah menyerap pesan dalam

video.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah pembuatan video edukasi

yang dapat menyentuh emosi dan merubah pola pikir anak untuk lebih memahami

materi. Dalam karya ilmiah ini, perancangan video edukasi dibatasi pada teknik

2D menggunakan gaya flat design. Pemilihan flat design bertujuan untuk

memudahkan daya tangkap anak dalam memahami isi video.

Tujuan dari penelitian ini adalah pembuatan video edukasi yang dapat

membantu terjadinya perubahan pola pikir pada anak dan dapat menghindarkan

pembelajaran anak sebatas pemahaman yang didasarkan penghafalan materi.

Kemudian melalui video edukasi ini, diharapkan pengajar tidak lagi bergantung

pada buku pelajaran yang ada serta memudahkan pengajar dalam pencapaian

ranah afektif pada siswa. Video animasi sebagai media pembelajaran bukanlah

pilihan utama bahwa semua permasalahan dalam pembelajaran dapat

terselesaikan, namun melalui video animasi ini adalah upaya untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang digunakan sebagai tolak ukur dan acuan dalam penelitian ini

ada dua. Penelitian terdahulu yang pertama berjudul Pembuatan Film Animasi

Pendek “Dahsyatnya Sedekah” Berbasis Multimedia Menggunakan Teknik 2D

Page 9: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

3

Hybrid Animation Dengan Pemanfaatan Graphic, sebuah jurnal publikasioleh

Chabib Syafrudin dan Wahyu Pujiyono pada tahun 2013. Latar belakang dari

penelitian ini adalah banyaknya film animasi populer yang mempromosikan

perilaku negatif seperti adegan kekerasan dalam bentuk fisik (perkelahian) atau

kekerasan non fisik. Belum banyak film yang mengajarkan tentang sesuatu yang

mengandung makna islam, misalnya tentang sedekah. Kesimpulan yang didapat

dari penelitian ini adalah film animasi yang dibuat memberikan pesan pentingnya

menabung atau sedekah dan penanaman karakter baik dari kecil. Sedangkan film

animasi yang dibuat penulis ingin memberikan pesan kreatif dan inovasi akan hal

baru [11].

Penelitian terdahulu yang kedua berjudul Pengembangan Model Media Video

Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Media Video TV Program Studi

Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya,

sebuah karya tesis oleh Andi Kristanto pada tahun 2011. Latar belakang dari

penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk merancang

dan membuat model prototype media video pembelajaran. Kesimpulan yang

didapat dari penelitian ini adalah penggunaan media video pembelajaran dalam uji

coba lapangan mampu meningkatkan pemahaman materi dan sudah memenuhi

kategori “sangat baik” dan layak digunakan dalam pembelajaran mata kuliah

produksi media video/TV di Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Surabaya [12].

Dari penelitian yang ada, perbedaan dari penelitian yang dilakukan adalah

media video yang dibuat yaitu video animasi 2D bergaya flat design. Keunggulan

menggunakan media video dalam proses pembelajaran adalah membantu anak

didik untuk menerjemahkan makna dari materi secara emosional dengan cara

yang lebih menyenangkan, dan bukan hanya sekedar mengetahui dan menghafal,

namun juga berpikir kritis dalam menumbuhkembangkan kebiasaan perilaku.

Sedangkan keunggulan menggunakan video animasi 2D adalah memudahkan

dalam penyerapan informasi.

Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan

tanpa landasan kepribadian yang benar akan menyesatkan, dan keterampilan tanpa

kesadaran diri akan menghancurkan [13]. Thomas Lickona mendefinisikan orang

yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara

bermoral, yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang

baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia

lainnya [14]. Hal ini senada dengan pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa

karakter itu erat hubungannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus

dilakukan.

Pembinaan karakter bukan hanya pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan

nilai moralitas manusia dalam tindakan nyata, namun adalah pembinaan budi

pekerti “plus” yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),

dan tindakan (action). Lickona menekankan tiga komponen karakter yang baik,

yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-

nilai kebajikan [15]. Jadi definisi pembinaan karakter adalah proses pembentukan

kepribadian, cara berpikir, dan perilaku manusia yang dilakukan secara berulang-

Page 10: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

4

ulang sehingga menjadi bentuk kebiasaan dan menjadi dasar moralitas dalam

menjalani hidupnya.

Salah satu tokoh yang dapat diteladani semangat hidupnya adalah Santo

Vincentius. Santo Vincentius A Paulo dilahirkan di kota Pouy, di Perancis pada

tanggal 24 April 1581. Semasa hidupnya, situasi Perancis ditandai dengan

ekonomi yang buruk dan sering terjadi bencana alam. Keadaan gereja sedang

kacau dan menghadapi tantangan yang berat dari aliran-aliran pandangan hidup

yang menyerang iman kristiani. Di dalam situasi yang demikian Vinsensius hidup

dan berkarya. Sebagai anak desa yang sederhana, ia berkarya di tengah kaum

miskin yang de facto membutuhkan pelayanan dalam bidang material dan

spiritual. Karya Vinsensius itu merupakan tonggak sejarah yang menandai era

baru gereja dalam pelayanannya kepada kaum miskin. Semangat hidup dan

keteguhan hati yang dimiliki Vinsensius adalah sosok yang patut kita teladani

dalam kehidupan sekarang [16].

Berikut beberapa karakter yang mencerminkan vinsensian, yaitu kerendahan

hati, kesederhanaan, cinta kasih, matiraga, dan menyelamatkan [17]. Dengan

beberapa karakter tersebut ditambah dengan rasa persaudaraan sejati, diharapkan

peserta didik dapat menerima perbedaan-perbedaan yang ada sehingga terjadi

saling menghormati, saling menghargai, saling mempercayai, saling menolong,

saling memberikan semangat, saling mencintai dan kerjasama. Beberapa karakter

Vinsensian tersebut menjadi materi dalam pembuatan media pembelajaran ini.

Menurut Arsyad, media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik

digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran [18]. Berdasarkan

pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan

(materi pembelajaran) dari guru (komunikator) ke siswa (komunikan) sehingga

dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan adanya media pembelajaran, guru

dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang

akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional

yang sehat diantara anak didik. Bahkan media pembelajaran ini dapat membantu

guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian, ide yang abstrak dan

asing sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh anak didik [19].

Salah satu media pembelajaran yang sangat berpengaruh kepada minat anak

didik adalah media video. Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang

artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat [20]. Kemampuan

video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri.

Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-

konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang

waktu, dan mempengaruhi sikap [21], sehingga dengan menggunakan media

video dalam proses pembelajaran dapat menstimulasi proses perkembangan

peserta didik melalui alat indera dan pendengaran. Pengaruh media video akan

lebih cepat masuk ke dalam diri manusia karena penayangannya berupa cahaya

titik fokus, sehingga dapat mempengaruhi fikiran dan emosi manusia [22].

Menurut Cheppy Riyana, media video edukasi adalah media yang menyajikan

audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep,

Page 11: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

5

prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman

terhadap suatu materi pembelajaran [23].Ada banyak kelebihan video ketika

digunakan sebagai media pembelajaran di antaranya menurut Nugent, video

merupakan media yang cocok untuk berbagai ilmu pembelajaran, seperti di kelas,

kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun [24].

Animasi berasal dari kata dasar to animate dalam kamus umum Inggris -

Indonesia berarti menghidupkan (Wojowasito, 1997). Secara umum, animasi

adalah suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati. Suatu benda

mati diberikan dorongan kekuatan, semangat, dan emosi untuk menjadi hidup dan

bergerak atau hanya berkesan hidup [25]. Animasi bisa diartikan sebagai gambar

yang membuat objek seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar itu

berubah beraturan dan bergantian ditampilkan. Objek dalam gambar bisa berupa

tulisan, bentuk benda, warna atau special effect [26].

Animasi 2D adalah animasi yang menggunakan sketsa gambar, lalu sketsa

gambar ini digerakkan satu persatu sehingga nampak seperti nyata dan bergerak.

Disebut animasi dua dimensi karena memanfaatkan dua titik vektor yaitu x dan y.

Vektor x digunakan sebagai ukuran panjang objek gambar, sementara vektor y

dipakai sebagai ukuran lebar objek gambar. Realisasi nyata dalam perkembangan

dua dimensi yang cukup revolusioner yakni film kartun. Animasi 2D hanya bisa

dilihat dari depan saja [27].

Video animasi 2D yang akan dirancang dalam penelitian ini menggunakan

gaya flat design. Flat design adalah desain yang mengusung bentuk simple

dengan membuang segala bentuk efek gradasi, bayangan, glossy. Sehingga yang

tampil adalah bentuk flat, simple, dan perpaduan warna yang enak dilihat [28].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini

bertumpu pada penerapan pengetahuan yang tersirat. Proses penelitian ini melalui

observasi dan beberapa wawancara yang mendalam kepada pihak-pihak yang

terkait. Tahapan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada linear strategy

atau strategi linear garis lurus yang menetapkan urutan logis pada tahapan yang

sederhana dan relatif mudah dipahami komponennya [29]. Tahapan tersebut dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Tahapan Penelitian

Pada tahap pengumpulan data dilakukan wawancara kepada narasumber,

yaitu Kepala Sekolah Dasar Santa Maria Kediri dan guru mata pelajaran

Pembiasaan Vinsensian yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang

dibutuhkan dalam pembuatan video edukasi. Data primer didapat melalui proses

wawancara yang dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung dengan guru.

Selama proses wawancara, peneliti mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan

dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat catatan mengenai hal-

hal yang diungkapkan.

Page 12: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

6

Hasil yang didapat dari wawancara terhadap Ibu Margareta Aries selaku

Kepala Sekolah SD Katolik Santa Maria Kediri adalah di sekolah tersebut sudah

melakukan aksi secara langsung kepada peserta didik untuk ikut serta dalam

kegiatan amal dan kunjungan ke beberapa tempat, seperti panti asuhan, peserta

didik yang kurang mampu, tukang becak, tukang sampah, atau orang yang

membantu menyeberang jalan. Serta memberikan informasi tentang sejarah Santo

Vincentius dan semua kepribadiannya untuk diteladani [30].

Kemudian selanjutnya wawancara kepada Bapak Hariyadi selaku salah satu

guru mata pelajaran Pembiasaan Vinsensian tentang metode mengajar di kelas dan

beberapa kesulitan dalam membentuk karakter anak di kelas. Dalam wawancara

ini, mula-mula peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur.

Kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Data

yang didapat dari wawancara adalah kesulitan dari pengajar dalam

mengungkapkan bahasa dari materi yang disampaikan. Peserta didik belum

mampu menangkap konteks materi yang terlalu tinggi [31].

Selain itu, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, yaitu

mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran di SD Katolik Santa Maria

Kediri. Peneliti menggunakan kelas 4C sebagai sampel untuk melakukan uji coba.

Data observasi yang didapat adalah sumber materi Pembiasaan Vinsensian

terbatas menggunakan buku LKS dan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Kemudian situasi pembelajaran yang dimulai dari guru menjelaskan materi,

diikuti tanya jawab, dan diakhiri mengerjakan LKS. Peneliti juga mengamati

beberapa tanggapan siswa di kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk

indikator dalam mengetahui minat belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator minat belajar siswa

Indikator Sub Indikator

Aspek perhatian Tidak melakukan pekerjaan lain diluar pembelajaran, tidak

mengobrol dengan teman, fokus dalam materi

Aspek ketertarikan Merasa senang/tertarik dengan materi

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas 4C pada tanggal 9 Februari

2017, dari keseluruhan siswa yang berjumlah 39 orang, hasilnya untuk aspek

perhatian terdapat 20 orang yang memperhatikan pelajaran, dapat dilihat dari

fokus siswa saat guru menjelaskan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru.

Sisanya yaitu 19 orang lainnya tidak memperhatikan di kelas, dapat dilihat dari

perilaku siswa seperti saling mengobrol, bermain-main sendiri (menggambar di

buku, bermain dengan alat tulisnya), dan melamun di kelas. Sedangkan untuk

aspek ketertarikan pada materi terdapat 15 orang yang tertarik pada materi yang

sedang dibahas oleh guru di kelas, dapat dilihat dari respon positif siswa saat

tanya jawab yang dilakukan oleh guru, dan keaktifan siswa dalam bertanya

tentang materi. Sisanya yaitu 24 orang lainnya kurang tertarik dengan materi,

dapat dilihat dari tingkah laku siswa yang tidak memperhatikan seperti saling

mengobrol, bermain-main sendiri, melamun, dan ekspresi wajah siswa yang

menunjukkan kebosanan.

Setelah melakukan observasi pada kelas 4C, peneliti melakukan wawancara

kepada Ibu Fransiska Sustiani selaku PJ Vinsensian tentang model video animasi

Page 13: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

7

seperti apa yang dibutuhkan oleh sekolah. Proses wawancara ini dilakukan

melalui telepon. Hasil dari wawancara tersebut yaitu sekolah membutuhkan video

animasi dengan pembawaan ringan dan berisi materi singkat namun sudah

mewakili keseluruhan karakter vinsensian. Cerita yang ada pada video bukanlah

cerita yang imajinatif, namun lebih difokuskan pada contoh kehidupan nyata

sehari-hari pada anak, ditambah dengan menggunakan narasi dan background

musik. Karena menceritakan tentang karakter vinsensian maka suasana yang ada

dalam video dibawakan secara serius namun menyenangkan [32].

Untuk memperkuat data, selain dilakukan pengumpulan data primer, maka

dilakukan juga pengumpulan data sekunder. Data sekunder didapat melalui

pencarian referensi baik melalui internet, maupun mencari buku-buku dan jurnal

yang membahas tentang video edukasi dan animasi 2D, dan lain-lain.

Tahap selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data, melakukan suatu

analisa pada data yang telah didapatkan pada tahapan pertama. Pada tahap ini

data-data diubah menjadi informasi untuk menjadi dasar dalam perancangan video

edukasi ini.

Berdasarkan data yang didapat, hampir 50% siswa tidak memperhatikan di

kelas. Ini menjadi tanda bahwa situasi di kelas terasa membosankan. Ditambah

lagi lebih dari 50% siswa tidak tertarik dengan materi yang disampaikan. Hal ini

semakin membuat turunnya minat belajar siswa. Berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Lickona, tiga komponen yang dibutuhkan untuk membina

karakter yang baik adalah pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan

tindakan (action). Keseluruhan aspek ini diperlukan agar anak mampu

memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Pada SD Katolik

Santa Maria, aspek pengetahuan (cognitive) sudah diterapkan melalui

pembelajaran di kelas oleh guru dan buku LKS. Kemudian aspek tindakan

(action) juga sudah diterapkan melalui upaya ajakan kepada anak didik untuk ikut

serta dalam kegiatan amal dan aksi sosial. Sedangkan aspek perasaan (feeling)

belum ada penerapannya. Penjelasan dapat dilihat pada Gambar 2. Oleh sebab itu

dalam pembuatan media video edukasi ini, peneliti berupaya untuk membuat

video edukasi yang benar-benar mencapai kondisi untuk menyentuh emosi dan

perasaan anak-anak dalam memahami materi.

Gambar 2. Komponen dalam pembinaan karakter

Page 14: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

8

Tahapan ketiga adalah perancangan media video animasi. Tahapan ini dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahapan

pembuatan pada proses perancangan media dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan pembuatan pada proses perancangan media

Pra produksi dimulai dengan pembuatan konsep dan ide cerita berdasarkan

data yang telah didapat dan dianalisis, kemudian akan dituliskan dalam sebuah

script. Terdapat modifikasi pada isi materi yang tadinya berupa penjabaran

tentang beberapa sifat Santo Vincentius, dikembangkan menjadi lebih ringkas,

menarik dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak, karena contoh yang

diberikan nyata dan langsung sesuai dengan kehidupan sehari-hari anak tersebut.

Ide cerita dalam video ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama

Dafa. Dafa akan memberikan masing-masing contoh sifat vinsensian yang dia

lakukan dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah. Mulai dari dia berangkat

sekolah menggunakan sepeda dan peralatan sekolah yang biasa saja

mencerminkan sebuah kesederhanaan. Saat tiba di sekolah, Dafa memberikan sifat

kerendahan hati dengan menyapa semua teman-temannya yang berbeda kalangan,

ada yang gendut, kutu buku, kurang mampu, kaya raya, dan berkulit hitam.

Kemudian cerita berlanjut saat jam istirahat sekolah, Dafa melihat tas dan sepatu

keren milik teman-temannya, namun Dafa menahan semua hasrat keinginannya

yang merupakan cerminan dari sifat mati raga. Selanjutnya Dafa tiba-tiba melihat

temannya sedang dibully oleh anak nakal di sekolahnya karena dia adalah anak

kurang mampu, Dafa menolongnya, mengajaknya bermain, dan berbagi bekalnya

untuk temannya. Dafa sedang memberikan contoh sifat kasih terhadap sesamanya.

Dan contoh dari menyelamatkan jiwa yaitu ketika Dafa sampai rumah pulang dari

sekolah, dia menyapa dan mencium tangan ibunya, kemudian berdoa dan

mengucap syukur untuk hari itu.

Pra Produksi

Penentuan konsep video

Penulisan script

Penyusunan storyboard

Produksi

Pembuatan konten grafis (desain karakter, aset,

dan lingkungan)

Pengambilan audio narasi / dubbing

Proses penganimasian

Mixing audio dan video

Rendering

Membuat ide cerita

Pasca Produksi

Page 15: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

9

Setelah ide cerita selesai dibuat, selanjutnya dikembangkan menjadi

storyboard. Storyboard berfungsi sebagai acuan untuk memudahkan dalam

penganimasian pada proses produksi. Storyboard dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Storyboard

1. Durasi : 17 detik 2. Durasi : 4 detik

Keterangan : Keterangan :

Pengenalan tokoh Muncul tipografi

Dafa "Vinsensian"

3. Durasi : 10 detik 4. Durasi : 20 detik

Keterangan : Keterangan :

Penjelasan singkat Muncul bubble

tentang Vinsensian berisi beberapa sifat

5. Durasi : 20 detik 6. Durasi : 13 detik

Keterangan : Keterangan :

Menunjukkan contoh Penjelasan kata

sederhana, yaitu sederhana bukan

tokoh Dafa sedang berarti miskin dan

bersepeda tidak punya apa-apa

7. Durasi : 10 detik 8. Durasi : 17 detik

Keterangan : Keterangan :

Penjelasan arti Memperlihatkan

sederhana, membuat suasana sekolah dan

tidak mudah sombong teman-teman Dafa

dan berfoya-foya

9. Durasi : 3 detik 10. Durasi : 11 detik

Keterangan : Keterangan :

Muncul motion hati Memperlihatkan ayat

bertuliskan "Rendah bacaan menggunakan

Hati" kinetic typography

11. Durasi : 3 detik 12. Durasi : 11 detik

Keterangan : Keterangan :

Permainan motion Penjelasan kata dari

beberapa keinginan mati raga

Dafa sekarang

13. Durasi : 23 detik 14. Durasi : 12 detik

Keterangan : Keterangan :

Penjelasan lanjutan Memperkenalkan

dari mati raga dan teman Dafa,

pantang disertai Thomas,yang selalu

permainan motion diejek oleh teman-temannya

Page 16: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

10

15. Durasi : 2 detik 16. Durasi : 11detik

Keterangan : Keterangan :

Dafa mengulurkan Memperlihatkan

tangannya ayat bacaan

menggandeng tangan menggunakan kinetic

Thomas typography

17. Durasi :15detik 18. Durasi : 4detik

Keterangan : Keterangan :

Dafa mencium tangan Menampilkan

ayah dan ibunya motion kata "Menyelamatkan

Jiwa"

19. Durasi :12 detik 20. Durasi : 20detik

Keterangan : Keterangan :

Visualisasi Tuhan Ending video, Dafa

sebagai satu-satunya menyebutkan

jalan keselamatan kembali 5 karakter

Vinsensian

Penentuan jenis font yang digunakan adalah tipe sans serif. Jenis huruf sans

serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid.

Font sans serif berfungsi untuk mempertegas setiap kata,lebih menonjol sehingga

mudah terbaca walau dalam jarak jauh dan timing kemunculan yang cepat, serta

nyaman untuk dibaca. Font sans serif cenderung digunakan untuk hal-hal yang

santai dan sederhana. Nama font sans serif yang digunakan yaitu "Futura Md BT",

“Dialoegue” dan "Anak Anak”. Font dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5, dan

Gambar 6.

Gambar 4. Font Futura Md BT

Gambar 5. Font Dialoegue

Gambar 6. Font Anak-Anak

Style yang digunakan dalam video edukasi ini menggunakan gaya flat design,

dikarenakan selain pembuatannya lebih mudah, cepat dan efisien ruang tata letak,

anak-anak akan lebih mudah menangkap dan memahami suatu objek jika objek

tersebut berbentuk tidak terlalu rumit. Flat design semakin populer dan cocok

Page 17: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

11

Fabian Paul Agnes

Ayah Dafa Ibu Dafa St.Vincentius

dengan perkembangan teknologi karena tidak mengandung banyak elemen

gambar, sederhana, dan informatif. Untuk warna, pemanfaatan penggunaan warna

disesuaikan dengan situasi emosi dalam cerita dengan tujuan sebagai point of

interest. Lalu background music yang digunakan adalah musik dengan suasana

yang ceria sehingga dapat membawa suasana yang menyenangkan dalam

pembelajaran di kelas. Untuk sound effect juga merupakan komponen audio yang

penting agar pergerakan sebuah objek terlihat semakin nyata.

Setelah konsep selesai dirancang, kemudian akan dilanjutkan pada proses

produksi. Proses produksi dimulai dengan pembuatan desain konten, meliputi

desain karakter, lingkungan, dan aset. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 7,

Gambar 8, dan Gambar 9.

Gambar 7. Desain Karakter

Gambar 8. Desain Lingkungan

Gambar 9. Desain Aset

Dafa Thomas

Page 18: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

12

Desain karakter tokoh utama yang bernama Dafa digambarkan sebagai orang

mampu namun tetap mempunyai gaya hidup yang sederhana. Hal tersebut

terepresentasi dari raut wajah Dafa yang menyiratkan kesederhanaan dan

keramahan. Tokoh lain yaitu Thomas, sahabat Dafa, anak kecil yang berkulit

coklat, kurus dan berambut keriting, menyiratkan bahwa Thomas kurang terawat

dan kurang mampu. Fabian, yaitu sahabat Dafa yang suka makan, terepresentasi

dari tubuhnya yang besar dan gendut. Paul, yaitu sahabat Dafa, anak gaul yang

selalu mengikuti trend perkembangan jaman, terepresentasi dari rambut Paul yang

dibentuk jabrik. Dan teman Dafa yang terakhir, yaitu Agnes, anak perempuan

kutu buku dan berkacamata. Semua karakter anak kecil menggunakan seragam

sekolah karena keseluruhan adegan yang diambil berada di sekolah. Pengambilan

karakter pada teman-teman Dafa dibuat berbeda untuk merepresentasikan sifat

Dafa yang rendah hati, berteman dengan semua anak dan memandang semuanya

sama, walaupun dengan sifat dan latar belakang yang berbeda.

Sedangkan karakter St. Vincentius menggambarkan sosok Santo sebagai rasul

pelindung kaum kecil, yang berusia lanjut serta menggunakan jubah hitam dan di

dadanya menggunakan kalung berbentuk salib. Karakter ayah Dafa yang

menggunakan kacamata dan berpenampilan biasa saja, merepresentasikan orang

yang bijaksana dan sederhana. Dan untuk karakter ibu Dafa yang menggunakan

daster dan konde, merepresentasikan seorang ibu-ibu yang berpenampilan

sederhana dan masih menggunakan style orang jaman dulu. Kedua orang tua Dafa

mewakili sebagai orang tua yang penuh kesabaran, dapat digambarkan melalui

raut wajahnya.

Setelah mendesain karakter, selanjutnya adalah melakukan pengambilan

audio narasi atau dubbing. Audio pada dubbing akan sedikit diubah dengan tujuan

supaya audionya terdengar lebih matang, lebih jernih, dan menghilangkan suara

bising atau biasa disebut noise. Setelah itu, proses menganimasikan konten grafis

yang telah dibuat sebelumnya sesuai storyboard, serta memberikan rigging pada

objek agar terlihat halus pergerakannya. Proses penganimasian dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10. Proses penganimasian

Proses terakhir pada tahap perancangan media yaitu pasca produksi, dengan

melakukan mixing, yaitu penggabungan dan penyelarasan antara audio dan video.

Page 19: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

13

Setelah itu dilakukan proses rendering untuk menggabungkan keseluruhan elemen

audio visual menjadi satu kesatuan video yang utuh.

Tahapan terakhir adalah tahapan pengujian. Pada tahap ini akan dilakukan

pengujian video animasi yang telah selesai dirancang kepada siswa kelas 4 SD

Katolik Santa Maria Kediri dan menyebarkan kuisioner guna mendapatkan

feedback dari siswa. Selain itu melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran

Pembiasaan Vinsensian tentang hasil video ini.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil video edukasi animasi 2Dini terdiri dari 7 scene yang berisi tentang

lima keutamaan vinsensian yang dirangkum dan diringkas dengan memberikan

contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari anak, dengan melibatkan semua aspek

dalam dunia grafis berupa pemilihan warna, tipografi menggunakan jenis font

sant serif, dan menggunakan gaya flat design.

Pada scene pertama memperkenalkan karakter utama yang bernama Dafa,

serta lingkungan sekolah yang mengajarkan pribadi vinsensian kepada anak-anak.

Scene ini juga berisi penjelasan singkat tentang vinsensian. Scene 1 dapat dilihat

pada Gambar 11.

Gambar 11. Tampilan scene pertama

Scene selanjutnya adalah menjelaskan tentang arti kata dari salah satu sifat

vinsensian, yaitu “sederhana”. Digambarkan oleh tokoh Dafa yang berangkat

sekolah sehari-hari menggunakan sepeda. Scene dua dapat dilihat pada Gambar

12.

Gambar 12. Tampilan scene kedua

Page 20: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

14

Scene tiga menjelaskan tentang arti sifat “rendah hati” yang digambarkan

oleh tokoh Dafa yang berteman dengan semua orang tanpa perlu membeda-

bedakan. Scene tiga dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Tampilan scene ketiga

Pada scene selanjutnya yaitu penjelasan tentang sifat “mati raga”. Tokoh Dafa

memberikan contoh yaitu walaupun dia mempunyai banyak keinginan sekarang,

namun dia harus menahan segala sesuatu yang dia inginkan. Scene empat dapat

dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan scene keempat

Pada scene kelima menampilkan karakter teman Dafa yang bernama Thomas,

anak yang berkekurangan dan sering diejek oleh teman-teman lainnnya, namun

tidak oleh Dafa. Dafa selalu menolong dan menemaninya. Hal tersebut menjadi

contoh sifat dari “cinta kasih”. Scene kelima dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Tampilan scene kelima

Page 21: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

15

Scene keenam menjelaskan tentang salah satu contoh dari sifat

“menyelamatkan jiwa”, yaitu memberi salam kepada kedua orang tua. Dan

penjelasan singkat mengenai makna dari menyelamatkan jiwa. Scene enam dapat

dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Tampilan scene keenam

Scene terakhir yaitu adegan penutup pada video, yang berisi pesan dari Dafa

untuk audience agar selalu menanamkan kelima sifat karakter yang

mencerminkan Vinsensian dari kecil supaya dapat menjadi suatu kebiasaan baik

untuk ke depannya. Scene ketujuh dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Tampilan scene ketujuh

Setelah video edukasi animasi 2D siap untuk disajikan, peneliti mulai

menggunakan video ini dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas 4C

Sekolah Dasar Santa Maria Kediri. Selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung, peneliti melakukan observasi dari aspek perhatian dan aspek

ketertarikan pada materi selama video ditayangkan. Dari observasi ini, diperoleh

beberapa hasil analisa data. Dengan responden yang sama pada observasi

sebelumnya, observasi setelah video ditayangkan mengalami peningkatan yaitu

pada aspek perhatian yang sebelumnya 20 orang meningkat menjadi 25 orang.

Sedangkan untuk aspek ketertarikan pada materi yang sebelumnya 15 orang,

meningkat menjadi 30 orang setelah dilakukan penayangan video di kelas.

Selanjutnya untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap video edukasi

animasi 2D adalah dengan menggunakan angket yang diberikan pada kelas 4C,

yaitu sebanyak 39 responden dan terdapat 4 pertanyaan yang harus dijawab. Hasil

angket dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 22: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

16

Tabel 3. Hasil angket siswa

Indikator Pertanyaan Jawaban

Tingkat

kemenarikan

media

Apakah kalian tertarik

dengan video ini ?

Tertarik Cukup

tertarik Tidak

tertarik

50% 42% 8%

Tingkat

kesenangan

siswa pada

media

Apakah kalian merasa

senang dan terhibur

saat menonton video

ini ?

Sangat

terhibur

Biasa saja

Tidak

terhibur

63% 31% 6%

Tingkat

pemahaman

materi pada

siswa

Setelah menonton

video ini, apakah

kalian lebih

memahami materi

daripada sebelumnya ?

Paham Cukup

paham Tidak paham

41% 49% 10%

Tingkat

kejenuhan siswa

dalam proses

kegiatan belajar

mengajar

Apakah kalian merasa

bosan dan jenuh ketika

menonton video ini

dari awal sampai

selesai ?

Tidak

bosan

Biasa saja

Bosan

51% 40% 9%

Hasil yang didapat dari penyebaran angket adalah pada indikator tingkat

kemenarikan media menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas 4C berasumsi

bahwa media video animasi 2D ini sangat menarik. Pada indikator tingkat

kesenangan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berasumsi bahwa

media ini sangat menyenangkan untuk digunakan sebagai media belajar. Pada

indikator tingkat pemahaman materi pada siswa menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa berasumsi materi dalam video animasi ini cukup mudah untuk

dipahami. Sedangkan pada indikator tingkat kejenuhan siswa menunjukkan bahwa

menggunakan video animasi dalam kegiatan belajar mengajar tidak membuat

siswa merasa bosan.

Dari hasil analisa keseluruhan angket siswa ini menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa kelas 4C SD Katolik Santa Maria Kediri mempunyai tanggapan

positif terhadap penerapan video edukasi yang dirancang dalam pembelajaran

Pembiasaan Vinsensian. Hal ini terjadi karena video edukasi ini lebih menarik

perhatian dan minat siswa dibanding dengan media-media yang sudah dipakai

sebelumnya (buku LKS).

Kemudian dilakukan hasil uji coba kepada Bapak Hariyadi, selaku guru mata

pelajaran Pembiasaan Vinsensian melalui wawancara yang mencakup aspek

kemudahan media, kemenarikan media, dan kesesuaian kebutuhan materi. Hasil

wawancara oleh Bapak Hariyadi adalah media video edukasi ini mampu menarik

perhatian siswa pada proses pembelajaran dikarenakan anak-anak jaman sekarang

lebih menyukai media audio visual dibandingkan tulisan. Serta materi yang

diberikan juga sesuai dengan kebutuhan, dan yang paling utama adalah anak-anak

dapat menangkap materi dengan mudah sehingga guru tidak banyak mengalami

kesusahan dalam memvisualisasikan maksud dari materi Pembiasaan Vinsensian.

Namun, guru sedikit kesusahan dalam teknisi dan cara menayangkan video

melalui proyektor, ditambah speaker di dalam kelas yang kurang memadai.

Page 23: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

17

5. Simpulan

Dari keseluruhan data hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat

disimpulkan bahwa dengan penerapan media video edukasi animasi 2Ddi SD

Katolik Santa Maria Kediri dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu,

para siswa merasa terhibur dan tidak jenuh dalam menghadapi pelajaran di kelas.

Media video ini juga memudahkan guru dalam menyampaikan pesan yang

dibutuhkan oleh anak-anak dan dapat menjadi salah satu media inovasi baru

sebagai alat bantu guru dalam memudahkan siswa mendalami dan menangkap

materi, sehingga bukan hanya menghafalnya saja.

Melihat potensi bahwa dunia pendidikan mulai berinovasi pada media

pembelajaran, alangkah baiknya peneliti selanjutnya terus melakukan

pengembangan pada mata pelajaran lainnya. Serta dapat menyajikan materi

pelajaran dengan visual yang lebih padat dan menarik.

Daftar Pustaka

[1] 2014. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Diakses di

http://www.informasi-pendidikan.com/2014/11/pendidikan-karakter-di-

sekolah-dasar.html pada tanggal 22 November 2016

[2] Hermansyah. 2001. Pengembangan Moral. Jakarta: Depdiknas

[3] 2013. Sejarah Singkat SD Katolik Santa Maria. Diakses di

http://www.sdksmarta.sch.id/ pada tanggal 22 November

[4] Schrum, Lynne. 2013. Educational Technology for School Leaders.

Terjemahan: Frida Dwiyanti Widjaya. Jakarta: PT Indeks

[5] Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

[6] Slavin. 1997. Educational Psycology Theory and Practice. Boston: Allin and

Bacon

[7] Rountree, D. 1979. Conceptions of educational technology. Apaper pre sented

at 1979 Conference of European educational Technology (p. 1-12)

[8] Seels, Barbara B., &Richey, Rita C. 2000. Instructional Technology, The

Definition and Domains of The Field.Terjemahan: Dewi S Prawiradilaga, R.

Rahardjo, Yusufhadi Miarso. Jakarta: Penerbit IPTPI & LPTK

[9] Rosyid, Ali. 2015. Media Pembelajaran Berbasis Video. Diakses di

http://blog.unnes.ac.id/mediapembelajaran/ pada tanggal 23 November 2016

[10] Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.

Jakarta: Gaung Persada (GP) Press

[11] Syafrudin, Chabib, & Pujiyono, Wahyu. 2013. Pembuatan Film Animasi

Pendek “Dahsyatnya Sedekah” Berbasis Multimedia Menggunakan Teknik

Hybrid Animation Dengan Pemanfaatan Graphic. Yogyakarta: Universitas

Ahmad Dalan

[12] Kristanto, Andi. 2011. Pengembangan Model Media Video Pembelajaran

Mata Kuliah Pengembangan Media Video TV Program Studi Teknologi

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

[13] Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI)

Page 24: Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13907/2/T1_692012063_Full... · Perancangan Video Edukasi Animasi 2D Tentang ... Metode ini

18

[14] Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character: How Our School Can

Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books

[15] Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character: How Our School Can

Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books

[16] 2008. Bapak Pelindung SDK St. Vincentius. Diakses di http://sdk-

vincentsby.blogspot.co.id/2008/04/bapak-pelindung-sdk-st-vincentius-

je.html/ pada tanggal 23 November 2016

[17] Sedyanti, Margareta Aries. 24 Oktober 2016. Wawancara “Pembiasaan

Vinsensian pada Anak SDK Santa Maria Kediri” di SDK Santa Maria III,

Jl. Brawijaya No.63

[18] Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

[19] 2011. Pentingnya Media dalam Pembelajaran. Diakses di

http://belajarpsikologi.com/pentingnya-media-dalam-pembelajaran/ pada

tanggal 24 Februari 2017

[20] Prent, K., Adisubrata, J., Poerwadarminta, W. J. S., & Kramers, Jacob. 1969.

Kamus Latin-Indonesia.Jakarta: Jajaran Kanisius

[21] Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

[22] Rosyid, Ali. 2015. Media Pembelajaran Berbasis Video #8. Diakses di

http://blog.unnes.ac.id/mediapembelajaran/2015/11/28/media-pembelajaran-

berbasis-video-8/ pada tanggal 22 Februari 2017

[23] Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta:

P3AI UPI

[24] Smaldino, Sharon E., Lowther, Deborah L., & Russell, James D. 2011.

Instructional Technology and Media for Learning. Terjemahan: Arif

Rahman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

[25] Syahfitri, Yunita. 2011. Teknik Film Animasi Dalam Dunia Komputer.

Medan: STMIK Triguna Dharma

[26] Munir. 2012. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung:

Alfabeta

[27] Hulfah, Siti Maria. 2016. Animasi 2 Dimensi. Diakses di

http://sitimariahulfah.ilearning.me/2016/04/20/animasi-2-dimensi-

pengertian-animasi-teknik-animasi/ pada tanggal 10 Agustus 2017

[28] Fajri, A. Setiawan. 2014. Flat Design dan Tren Desain Grafis Saat Ini.

Diakses di http://hmva-ui.com/flat-design-dan-tren-desain-grafis-saat-ini/

pada tanggal 23 Februari 2017

[29] Sarwono, Jonathan & Lubis, Hari. 2007. Metode Riset untuk Desain

Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi

[30] Sedyanti, Margareta Aries. 9 Februari 2017. Wawancara “Pembiasaan

Vinsensian pada Anak SDK Santa Maria Kediri” di SDK Santa Maria III,

Jl. Brawijaya No.63

[31] Hariyadi. 9 Februari 2017. Wawancara “Pembiasaan Vinsensian pada Anak

SDK Santa Maria Kediri” di SDK Santa Maria III, Jl. Brawijaya No.63

[32] Sustiani, Fransiska. 1 Maret 2017. Wawancara “Pembiasaan Vinsensian

pada Anak SDK Santa Maria Kediri” melalui telepon