Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan...

25
Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku) Artikel Ilmiah Peneliti: Camelia Mariani Tetty (692010033) Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Yesaya Sandang, M.Hum. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Transcript of Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan...

Perancangan Tourist Map Interaktif

Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku)

Artikel Ilmiah

Peneliti: Camelia Mariani Tetty (692010033)

Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

Yesaya Sandang, M.Hum.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga 2016

1

1. Pendahuluan

Sebagai ibu kota Provinsi Maluku, Ambon memegang andil penting dalam

pembangunan daerah, dan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

dengan aktivitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi

Maluku, membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk, termasuk migrasi dari

daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada perkembangan jumlah penduduk

berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Ambon, pertumbuhan penduduk

cenderung meningkat dalam perhitungan tahun 2012, mencapai 21% dari 1,2%

pada tahun 2009, dan dengan pengecualian pada tahun 2010 pasca konflik

komunal [1]. Oleh karena cengkih dan pala, Maluku menjadi wilayah yang

menyimpan sisa-sisa perjalanan sejarah dunia. mulai dari berdirinya kerajaan

Islam, masuknya bangsa Portugis pada tahun 1500-1600 dalam monopoli

perdagangan cengkih dan pala, disusul kolonialisme Belanda dan bangsa-bangsa

Eropa lainnya pada tahun 1602. Tidak hanya cengkih dan pala, pergeseran

kekuasaan ke tangan Jepang yang yang haus akan kekayaan laut Maluku, serta

perjuangan mencapai kemerdekaan [2]. Kolaborasi kekayaan alam, akulturasi

budaya yang beriringan dengan originalitas budaya kebersamaan dalam

kekeluargaan, menjadikan Ambon layak menyandang sebutan Manise, atau

Ambon yang Cantik. Hingga kini, jumlah penduduk yang mencapai 395.423 jiwa

pada tahun 2014, diharapkan turut bertanggungjawab terhadap 24 titik wisata

bahari, dan 15 titik situs sejarah yang dimiliki Pulau Ambon sebagai tujuan

wisata. Kekayaan alam dan warisan budaya Ambon seharusnya berbanding lurus

dengan penyediaan layanan informasi yang memenuhi kebutuhan calon

wisatawan, wisatawan bahkan masyarakat setempat secara berkesinambungan,

terlepas dari pemanfaatan momentum salah satunya seperti Sail Banda pada tahun

2010 silam yang secara otomatis turut menarik perhatian dunia untuk Ambon.

Dalam rangka mengemas dan menyajikan informasi sebagai kebutuhan,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku mengungkapkan kebijakan

dan ketetapan pemerintah daerah dalam pengadaan media informasi pariwisata

yang cenderung menggeserkan manfaat teknologi multimedia dan

perkembangnnya. Sebagai contoh, booklet, brosur, leaflet peta lokasi objek

wisata, dan media cetak lainnya, hingga kini masih merupakan media pokok

sumber informasi dan promosi pariwisata yang memuat destinasi wisata pada 9

Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Maluku. Dalam wawancara bersama Bidang

Informasi dan Promosi Disbudpar Maluku, media cetak tersebut antara lain Peta

lokasi objek wisata Pulau Ambon yang hanya berisi peta objek, booklet dan leaflet

untuk Kabupetan Maluku Tengah, booklet dan leaflet wisata Pulau Ora,

Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Tanah

Tanimbar, Ibu Kota Tiakur, serta booklet Bandanaira, yang masing-masing hanya

dapat diperoleh di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, atau

lembaga tertentu yang menjalin kerjasama promosi. Keadaan ini mengakibatkan

kurangnya informasi wisata bagi wisatawan dari media informasi pariwasata

Provinsi Maluku yang praktis digunakan dan relevan dengan pariwisata yang ada.

Menurut Muddin Wael, S.S sebagai staff pelaksana harian media informasi

pariwisata Disbudpar, pengadaan media cetak berupa booklet pariwisata dan peta

wisata yang berkelanjutan dengan asumsi data yang harus dibaharui pertahunnya,

2

menghabiskan anggaran sebesar Rp. 130.000.000,00 dan kurang lebih

Rp.14.000.000,00 alokasi dana khusus pengembangan media Pulau Ambon dan

belum termasuk pengadaan media untuk event nasional. Anggaran belanja yang

cukup besar justru menyisakan booklet, leaflet dan lain sebagainya dalam jumlah

banyak hanya menjadi inventaris Dinas. Di sisi lain, fasilitas web site resmi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku menghabiskan anggaran lebih

rendah dibandingkan pengadaan media cetak, yakni Rp,12.000.000,- per tahun

tanpa input data yang up to date.

Menanggapi hal ini, perlu adanya kreatifitas yang mengembangkan layanan

informasi secara berkala, memuat semua informasi wisata Pulau Ambon yang

menarik perhatian, sekaligus sebagai media promosi, menekan anggaran belanja

daerah dengan memanfaatkan fasilitas penunjang informasi yang telah ada.

Hadirnya multimedia dipercaya mampu menembus sasaran penyampain informasi

wisata, dalam kolaborasi unsur-unsur teks, video, suara dan gambar, yang

kemudian dikemas dalam sebuah Tourist Map objek wisata berbasis animasi

interaktif sebagai visualisasi peta pariwisata pada media cetak. Agar pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang telah

dirumuskan, maka diperlukan batasan-batasan dalam penelitian yakni, pencarian

tujuan wisata hanya dimulai dari Bandar udara Pattimura Ambon, Peta grafis yang

dibuat hanya memvisualisasikan jalan-jalan utama, tidak termasuk jalan-jalan

kecil, objek penelitian tujuan wisata hanya merupakan wisata alam dan sejarah

khusus di wilayah Pulau Ambon, objek wisata yang divisualisasikan hanya berupa

10 objek wisata alam dan 10 objek wisata sejarah, serta Informasi yang disalurkan

berupa rute perjalanan wisata, jarak tempuh, akses dan transportasi ke lokasi

wisata, fasilitas umum seperti tempat tinggal dan daya tarik objek wisata tersebut.

2. Tinjuan Pustaka

Perancangan hingga implementasi Tourist Map dapat menerobos jalur

promosi destinasi wisata daerah seperti pada Perancangan Peta Interaktif 2D dan

Tourist Guide Kepulauan Bangka Belitung oleh Jayanti. Penelitian ini

menggambarkan keseluruhan Kepulaun Bangka Belitung secara kompleks

bersama animasi murni dua dimensi [3]. Penelitian selanjutnya oleh Tri Nugraha

yakni proyek Pembuatan Multimedia Interaktif Guna Memperkenalkan Kabupaten

Lampung Barat. Aplikasi yang disajikan dalam 1 bahasa yakni bahasa Indonesia

ini menargetkan wisatawan domestik [4]. Memperjelas perbedaannya dengan

perancangan Tourist Map wisata Pulau Ambon, Tourist Map dirancang dalam dua

bahasa, dengan desain interface yang berorientasi pada karakter objek penelitian,

guna menyalurkan informasi wisata yang menarik juga informatif.

Map pada dasarnya mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu

saluran antara pengirim pesan (pembuat peta) dengan penerima pesan (pembaca

peta), dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan yang berupa

informasi tentang realita dalam wujud berupa gambar. Agar peta atau gambar

tersebut dapat dimengerti, maka memerlukan kesamaan bahasa antara pembuat

peta dan pembaca peta, dengan menerjemahkannya dalam bahasa symbol agar

pembaca dapat mengerti [5].

3

Media Informasi merupakan bentuk jamak dari kata medium. Media atau

medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya

komunikasi dari pengirim menuju penerima [6]. Sedangkan pengertian dari

informasi secara umum adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain

yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi

penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan

datang [7].

Animasi berasal dari bahasa latin Anima, yang secara harafiah berarti „jiwa‟

(soul) Animare yang berarti „nafas kehidupan‟ (vital breath). merupakan

serangkaian gambar gerak cepat yang continue atau terus-menerus yang memiliki

hubungan satu dengan lainnya [8]. Animasi Komputer membuat hal-hal yang

awalnya tidak mungkin digambarkan dengan animasi menjadi mungkin dan lebih

mudah [9].

Multimedia dan penggunaannya membantu penyampaian informasi dalam

perancangan Tourist Map ini. Seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian oleh

Computer Technology Research bahwa sesorang hanya akan mendapat 20% dari

apa yang mereka lihat dan 30% dari apa yang mereka dengar. Sedangkan

multimedia mampu memberikan 50% dari keduanya, hingga 80% dari apa yang

mereka lihat, dengar dan berinteraksi dalam waktu yang sama dan dengan desain

antarmuka yang akan lebih menarik [10].

Multimedia interaktif merupakan gabungan dari beberapa unsur multimedia

seperti teks, gambar, animasi dan video yang dapat dikontrol oleh penggunanya

[11]. Perancangan Interaktif Tourist Map adalah bentuk pengaplikasian

Multimedia Interaktif, dimana user atau penggunan berperan sebagai controller.

Objek secara etimologi berarti bentuk dan wisata adalah sebuah perjalanan,

namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata [12]. Pengertian ini

menjelaskan bahwa suatu tempat yang potensial, namun belum dikembangkan

atau dikelola, belum dapat disebut objek wisata hingga adanya pihak pengelola

tempat tersebut sebagai dasar kepariwisataan. Tanpa adanya pengelola dari tempat

potensial itu, maka akan sulit untuk berkembang menjadi suatu objek wisata.

Sebaliknya ketetapan sebagai objek wisata dengan potensi, keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia akan menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang

memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun

setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh

kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam [13].

Wisata sejarah merupakan bagian kecil wisata yang berorientasi pada objek

wisata sosial budaya, dimana objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan

dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi meseum, peninggalan

sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.

Pulau Ambon atau Ambon Manise yang berarti Kota Ambon Yang Indah,

Manis atau Cantik, merupakan kota terbesar di wilayah kepulauan Maluku dan

menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah kepulauan

Maluku [14]. Sejarah mencatat, pulau kecil Ambon adalah pusat pemerintahan

4

Belanda di Maluku pada abad k-15 itu, kini Pulau dan Kota Ambon tetap menjadi

pusat aktifitas Provinsi Maluku [15]. Beranjak dari kekayaan sebagai alasan

eksplorasi eropa di Maluku, khususnya pulau Ambon, kemajemukan yang lahir

dari sana sempat membawa Ambon dalam kekerasan komunal yang terjadi antara

tahun 1999-2002. Kurang lebih tiga tahun ada dalam pertempuhan darah, di akhir

tahun 2009 Ambon menjadi salah satu situs perdamaian dunia dengan penetapan

World Peace Gong oleh PBB tepat di pusat kota Ambon yang kemudian menarik

masyarakat lokal untuk berproses dalam menjaga stabilitas keamanan dan

kedamaian Ambon, termasuk pembangunan kepariwisataan di dalamnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku resmi ditetapkan pada

tanggal 6 Mei 1997 sebagai lembaga pemerintah daerah yang siap menjaga,

melindungi, melestarikan seluruh aspek mengenai seni yang terkandung dalam

kebudayaan daerah, melestarikan segala kekayaan sejarah dan alam sebagai tujuan

wisata dan sebagai bentuk kebanggaan atas ciptaan Sang Kuasa bagi Indonesia. Adapun visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah terwujudnya Maluku

sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berbasis masyarakat, dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan persahabatan dalam 9 Kabupaten dan 2 Kota di

Maluku.

3. Metode Penelitian

Pemetaan metode perancangan Tourist Map objek dan daya tarik wisata akan

dijabarkan dalam bab ini. Tahap-tahapan penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods reasearch atau

metode campuran dengan eksploratoris sekuensial sebagai teknik pengumpulan

data. Mixed methods merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan atau

menggabungkan antara metode kuantittif dan metode kualitatif untuk digunakan

secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehinga diperoleh data yang

lebih komprehensif, valid, reliable, dan obyektif. Metode kualitatif berfungsi

untuk menemukan hipotesis pada kasus tertentu atau sampel terbatas, sedangkan

metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis pada populasi yang lebih

luas [16]. Perancangan Interaktif Tourist Map dengan mix methods atau metode

5

campuran pada tahap awal, dilakukan “collects and analyzes qualitative data and

then followed by quantitative phase” atau pengumpulan data dan analisis data

kualitatif sebagai data primer disusul pendekatan kuantitaif sebagai pendukung

kebenaran data premir [17]. Metode penelitian dan strategi perancangan sistem

pada dasarnya merupakan metode perancangan sistem yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk [18]. Prototyping

model merupakan proses untuk membangun sebuah model dari suatu sistem yang

berorientasi pada kebutuhan user, dengan asumsi dapat dikembangkan lagi.

Metode prototyping dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan prototyping model [19]

Menurut Roger S.Pressman, Ph.D Metode Prototype bukanlah merupakan

sesuatu yang lengkap, tetapi sesuatu yang harus dievaluasi dan dimodivikasi

kembali [19]. Segala perubahan dapat kembali terjadi pada saat prototype dibuat

untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan pada saat yang sama memungkinkan

pengembang untuk lebih memahami kebutuhan pengguna secara lebih baik.

Berikut adalah tahapan metode prototype: (a) Komunikasi dan pengumpulan data

awal, yaitu analisis terhadap kebutuhan pengguna (Dalam hal ini, wisatawan), (b)

Quick Desain (desain cepat), yaitu pembuatan desain secara umum untuk

selanjutnya dikembangkan kembali, (c) Pembentukan prototype yaitu pembuatan

perangkat prototype termasuk pengujian dan penyempurnaan. (d) Evaluasi

terhadap prototype, yaitu mengevaluasi prototype dan memperhalus analisis

terhadap kebutuhan pengguna, (e) Perbaikan prototype, yaitu pembuatan tipe yang

sebenarnya berdasarkan hasil dari evaluasi prototype, dan (f) Produksi Akhir,

yaitu memproduksi perangkat secara benar sehingga dapat digunakan oleh

pengguna. Teknik pengumpulan data untuk media Tourist Map ini diambil dari

hasil: (1) Wawancara yang merupakan satu perangkat metodologi yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif [20]. Dalam tahap ini, wawancara dilakukan

dengan Bpk. Muddin Wael, S.S. selaku Staf Sie Promosi sekaligus sebagai Humas

Informasi dan Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Maluku. Tabel 1

merupkan hasil wawancara terstruktur dengan Bidang Promosi dan Publikasi

pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku. Tabel 1. Hasil Wawancara Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku

No Pertanyaan Jawaban

1 Media informasi apa saja yang

sejauh ini dikelolah DisBudPar

untuk pengembangan objek

wisata?

booklet, brosur, leaflet dan website dan beberapa CD video yang tidak

lagi diupdate.

6

(2) Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yan nampak atas objek penelitia [21]. Obeservasi yang

dilakukan adalah pengamatan segala sesuatu yang terjadi dalam proses penyedian

layanan informasi wisata. Dari proses pengamatan kepada Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Maluku, didapati beberapa masalah di dalamnya seperti,

fasilitas internet yang tidak lagi direalisasikan pada Bidang Promosi Pariwisata,

dan mengakibatkan lemahnya sistem update informasi. Selanjutnya, (3) Kuesioner

atau angket yang merupakan daftar pertanyaan yang disertai lajur tempat jawaban,

diberikan kepada tiga kelas responden yakni wisatawan lokal, domestik, dan

manca negara, masing-masing sebanyak 30 responden. Gambar 3 merupkan

persentase jawaban responden terhadap indeks pertanyaan objek wisata apa yang

lebih menarik dikunjungi wisatawan jika endak berwisata ke Pulau Ambon.

2 Berapa banyak anggaran yang kira-

kira dialokasikan untuk pengembangan media?

- Untuk penganggarannya, dalam 1 tahun ada 3 pos penganggaran yaitu:

pesta Teluk sebagai Program Tahunan, cetak-mencetak leaflet dll, perjalanan Dinas dalam Exebisi Nasional.

- Untuk pengadaan brosur dan leaflet sendiri dalam ABT DisBudPar

sebanyak Rp.170.000.000,00 belum termasuk pengadaan media untuk event seperti Exebisi Nasional.

- Untuk website, dalam ABT tercatat Rp.2.000.000,00 untuk

maintenance/bulan.

3 Berdasarkan data jumlah media

informasi yang ada dan

penganggarannya, kendala apa saja yang pernah bahkan sering terjadi

dalam proses pengadaan dan

pengembangan media? Apakah pihak Bidang Informasi dan Promosi

Pariwsiata puas dengan pengadaan

mendia informasi yang sampai kini

masih diprogramkan?

- Dalam pengadaannya, hanya saja pengadaan media informasi yang

ada jauh di bawah keefktifannya jika dibandingkan layanan informasi

daerah lain yang lebih memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal itu terlihat

saat exebisi nasioal yg dibuat kementrian industry kreatif dan pariwisata.

- Dari keselurah program yang sudah dikerjakan dalam Bidang kami,

jelas kami belum puas dengan booklet, brosur, leaflet yang ada.

Pengadaan media tiap tahunnya terbukti tidak terpakai dengan baik.

Masih banyak booklet yang tersisa, sama saja dengan membuang-buang

anggaran. Iya, kita tebatas dengan anggaran. 170.000.000,00 sudah harus

cukup untuk semua pengadaan.

- Selanjutnya, mengenai website juga mengalami kendala. Biaya

maintenance website terus berjalan tanpa update informasi yang penting

di dalamnya. Hal ini sangat disayangkan. Kita butuh kreatifitas. Kita

butuh kreatifitas. ini sangat disayangkan.

4 Pernakah pihak pengelolah media

memikirkan atau bahkan telah mengupayakan memperbaiki metode

layanan informasi yang telah ada?

“Maluku Luas, banyak kekayaan yang belum kita ekspose. Ambon juga

punya sejuta pesona. Kita ingin media yang lebih baik lagi untuk menampung semua. Booklet dan leaflet memang baik, hanya belum

mampu menyentuh tujuan kita. Padahal kiblat pariwisata Indonesia kini

mengarah pada Indonesia bagian Timur. Kalau boleh, website kita aktifkan kembali, olah kembali isinya supaya lebih berguna. Sementara

dengan media internet Dinas dulu. Siapa tau, setelah diolah ada perhatian

Kepala Dinas supaya diperjuangkan lagi apa yang harus kita punya. Selain itu, di Bandara pattimura sementara dalam proses pengadaan

media Kiosk dan kita sementara memikirkan cara apa lagi untuk

pemanfaatannya”.

7

Gambar 3. Persentase Jawaban Responden

Terhadap Pertanyaan Pertama

Selanjutnya, Gambar 4 merupakan jawaban atas pertanyaan kedua yang

meminta responden memberikan jawabannya terkait media informasi apa yang

lebih banyak memberikan informasi wisata bagi responden.

Gambar 4. Persentase Jawaban Responden

Terhadap Pertanyaan Kedua

Dari data di atas membuktikan minimnya akses situs web resmi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku beserta media cetak yang sejauh ini

menjadi media informasi dan promosi wisata Pulau Ambon. Keadaan ini

memperjelas hasil pendekatan kualitatif yang telah ada mengenai bahan evaluasi

kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku dibandingkan situs web lainnya

yang lebih banyak digunakan sebagai media informasi pariwsata Ambon.

Gambar 4 merupakan jawaban responden terkait jumlah objek wisata alam

yang responden ketahui dari sumber informasi yang disediakan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.

Gambar 5. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan ketiga

6.70%

33.30%

6.70%

53.30%

Intensitas Penggunaan Media Informasi Wisata Oleh Wisatawan

Situs Resmi Web Sites

Booklet & Brosur Intrapersonal

33.30%

26.70% 6.70%

33.30%

Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam

< 5 < 15 > 15 Tidak Ada

40%

26.70%

32.30%

0 Indeks Tujuan Wisata Oleh Wisatawan

Wisata Alam Wisata SejarahAlam dan Sejarah Lain-lain

8

Keadaan ini menggambarkan minimnya media informasi yang informatif

bagi wisatawan. Jawaban responden yang banyak atas tidak satupun objek wisata

yang mereka ketahui melalui layanan media informasi oleh Disbupar, juga

menghasilkan beberapa keluhan responden dalam wawancara tidak terstruktur

terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku terkait kebutuhan wisatawan

akan media informasi yang informatif dan praktis digunakan.

Masalah yang sama juga terjadi untuk informasi objek wisata sejarah.

Presentase jawaban responden terkait jumlah objek wisata sejarah yang responden

ketahui dari media informasi booklet, brosur, atau web site, oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku dapat di lihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persentase Jawaban Responden

Terhadap Pertanyaan Keempat

Cara lain untuk mempeoleh data dari responden atau objek penelitian adalah

dengan menggunakan teknik dokumentasi. (4) Teknik dokumentasi

memungkinkan perolehan dokumen-dokumen resmi sebagai bagian dari

pendekatan kualitatif. Adapun hasil riset data kualitatif yang dilakukukan pada

Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, terdapat 24 objek wisata pulau Ambon, yaitu:

Tabel 2. Rekam data jumlah objek wisata alam Pulau Ambon [22]

No Nama Objek Wisata Alam Lokasi Objek

1 Pintu Kota Desa Air Low- Latuhalat

2 Pantai Santai Desa Latuhalat

3 Pantai Lelisa/Collin Desa Latuhalat

4 Taman Laut Namalatu Desa Latuhalat

5 Pantai Felawatu Desa Seri

6 Pantai Halong Sepanjang Pantai Desa Halong

7 Pantai Naku Desa Naku, Jazirah Leitimur

8 Pantai Amahusu Desa Amahusu

9 Pantai Pasir Putih Air Manis Desa Tawiri

10 Pantai Lawena Desa Hutumury, Leitimur

Selatan

11 Pantai Larier Desa Wakasihu, Leihitu Barat

12 Goa Leaekang Desa Kusu-Kusu

13 Goa dan Pantai Hukurila Desa Hukurila

14 Taman Laut Air Low Sepanjang Pantai Desa Air Low

33.30%

26.70% 6.70%

33.30%

Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam

< 5 < 15 > 15 Tidak Ada

9

Latar belakang bekas jajahan dan perjuangan juga mencetak pulau Ambon

dengan 15 destinasi wisata sejarah. Berikut, daftar 15 destinasi wisata sejarah

menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku:

Tabel 3. Rekam data jumlah objek wisata sejarah Pulau Ambon [22]

Dalam pemeliharaan objek wisata, fungsi control Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Maluku terus melakukan rekap data statistik jumlah

wisatawan atas 24 objek wisata alam dan 15 objek wisata sejarah di Pulau

Ambon.

Perancangan sistem memuat plot atau alur cerita secara garis besar dalam tiga

babak pokok dari keseluruhan plot, yakni opening scene, main body sebagai ide

pokok, dan closing, merupakan peran dan ciri storyline [23]. Dalam kasus ini,

opening scene Tourist Map Pulau Ambon dimulai dengan judul aplikasi

“Amboina Tourism Map Info”. Konsep layanan informasi dalam aplikasi disajikan

dalam dua bahasa, bahasa Indonesia sebagai bahasa asli di mana media informasi

ini dibuat, dan bahasa Inggris sehingga sebagai bahasa yang paling banyak

digunakan di negara-negara di dunia dari total 172 bahasa dunia yang tercatat

[24]. Gambar 5 adalah sketsa desain interface/antarmuka media informasi.

15 Taman Laut Eri Sepanjang Pantai Desa Eri-

Latuhalat

16 Taman Laut Tanjong Titik Akhir Desa Latuhalat

17 Taman Laut Amuhusu Sepanjang Pantai Amuhusu-

Latuhalat

18 Taman Laut Seri

19 Taman Laut Hative Besar Desa Hative Besar

20 Taman Laut Wayame Pantai Wayame-Hative

21 Wisata Bahari Tulehu Desa Tulehu

22 Wisata Bahari Hukurila Desa Hukurila

23 Wisata Bahari Ureng Desa Ureng

24 Gunung Sirimau Desa Soya

No. Nama Objek Wisata Lokasi Objek

1 Benteng New Victoria Pusat Kota Ambon

2 Museum Siwalima Taman Makmur-Airsalobar,

Ambon

3 Tugu Pattimura Pusat Kota Ambon

4 Tugu Martha Christina Tiahahu Karang Panjang, Ambon

5 Patung Slamet Riyadi Pusat Kota Ambon

6 Gong Perdamaian Dunia Pusat Kota Ambon

7 Monument Rumphius Lokasi Yayasan Xaverius Ambon

8 Tugu Dooland Kudamati, Ambon

9 Tugu Trikora Jl. Diponegoro, Kota Ambon

10 Masjid Wapauwe Desa Kaitetu, Leitimur

11 Gereja Tua Hila Desa Hila, Leitimur

12 Benteng Amsterdam Desa Hila

13 Taman Makam Pahlawan Australia Jl. Kapaha, Tantui Ambon

14 Monumen Australia Desa Tawiri

15 Beringin Memorial Desa Tawiri

10

Gambar 7. Quick Desain Interface Media

Dalam main body, akan ada dua menu utama berupa Historical Site Map, dan

Natures Site Map yang menyediakan informasi rute perjalanan user dari Bandara

Pattimura yang disajikan dengan teknik mothion graphic animation pada peta

pulau Ambon. Dalam main body, user juga disediakan tiga menu lainnya berupa,

Discovery pulau Ambon yang memuat video selayang pandang Pulau Ambon,

Galery foto yang di-upload dari jejaring sosial basis foto, serta calendar events

sebagai informasi penting lainnya atas moment terbaik di pulau Ambon dalam

tahun berjalan. Interface akan terus bergulir melalui aksi user in, back, exit.

Berlanjut pada closing, tampilan akan bergulir ke bumper out dengan konten

ucapan “Terima kasih”, disusul logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku

dan brand “Woderful Indonesia”. Main menu dalam rancangan media Tourist

Map, berorientasi atas budaya Pela Gandong, Masohi dan Makan Patita yang

menjadi tradisi atau kebiasaan adat yang mempererat relasi antar suku dan agama

di Ambon-Maluku. Makan Patita berarti makan bersama, dimana para raja dan

keluarganya, kepala-kepala adat dan masyarakat biasa duduk bersama membentuk

formasi panjang untuk makan bersama. Biasanya makan yang dihidangkan adalah

makanan tradisional Ambon, seperti umbi-umbian, colo-colo, ikan bakar, dan

sebagainya. Gambar 8 adalah quick desain sketsa warna opening dan main menu

pada rancangan Media Informasi Tourist Map.

Gambar 8 Sketsa Warna Desain Interface Opening dan Main Menu Media

Sementara itu, desain icon pada Media Informasi Tourist Map ini

diorientasikan atas konsep komoditi utama Maluku, yakni Cengkeh dan Pala.

Gambar 9 merupakan sketsa rencana desain icon penunjuk lokasi wisata, yang

mengkolaborasikan stilasi Cengkeh dan Pala, sebelum dan sesudah pewarnaan.

11

Gambar 9 Sketsa Icon Penunjuk Lokasi Wisata

Pada perancangannya secara keseluruhan, jenis warna yang digunakan dalam

perancangan Media Informasi Tourist Map ini, merupakan warna-warna pokok

dan warna pendukung. Gambar 10 merupakan gambar warna utama yang dipilih,

yaitu hijau, coklat muda, dan biru.

Gambar 10. Pallet Warna Utama

Warna coklat dalam desain melambangkan kebijaksanaan, dan warna alam

yaitu tanah [25]. Selain itu warna coklat muda dalam desain media ini mengarah

pada warna alamiah pasir sebagai salah satu icon wisata alam di Pulau Ambon.

Permaianan tranparansi dengan warna putih dalam desain memvisualisasikan

kelembutan angin dan ombak di pantai.

Warna pendukung gambar 11 dalam desan media informasi Tourist Map ini

menggunakan warna cerah seperti untuk memberikan kesan cantik, dekat, akrab

[26].

Gambar 11. Pallet Warna Pendukung

Dalam perancangannya, Tourist Map membutuhkan tipografi atau huruf yang

berkenan dengan maksud dan tujuan desain secara utuh. Tipografi berperan

penting dalam penggambaran identitas sebuah buku atau dalam hal ini, desain

interface. Pemilihan font dekoratif Brush Script MT untuk judul media

mengesankan karakter kelembutan dan kemolekan alam Ambon. Gambar 12

adalah font Brush Script MT untuk title media informasi.

Gambar 12. Huruf Dekoratif Brush Script MT

Untuk sub judul, dan isi dari Media Informasi Tourist Map, pilihan huruf

Raavi ditetapkan untuk memberikan kesan simple, informatif, sesuai dengan

karakteristik Ambon dan tujuan media Tourist Map. Selain itu, huruf Raavi dalam

penggunaannya mudah dibaca. Gambar 13 adalah sampel huruf Raavi.

12

Gambar 13. Huruf Raavi

Dalam membangun prototype Tourist Map terdiri dari 4 tahapan Proses

yakni proses editing animasi opening, proses editing animasi rute perjalanan pada

peta dan input data keterangan objek, editing video discovery Ambon, editing

galery, proses penggabungan animasi dan video ke dalam media interaktif. Proses

pembuatan animasi opening atau pembuka dilakukan dengan menggabungkan

beberapa elemen multimedia yakni penggabungan gambar yang telah dibuat,

menambahkan efek suara pendukung, serta menambahkan teknik pergerakan

animasi (rotation, opacity, position, transition, scale dan masking). Setelah proses

pembuatan animasi opening selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah

melakukan animasi rute perjalanan menuju lokasi objek wisata pada peta Pulau

Ambon. Selanjutnya, dilakukan proses editing video discovery atau

selayangpandang pulau Ambon dengan aplikasi editing video. Melengkapi

keseluruhan animasi, proses penggabungan tidak terlepas dari penganimasian

button/tombol, dan penambahan backsound. Animasi tombol disesuaikan dengan

fungsi tombol, dan backsound berupa instrumen lagu-lagu Ambon yang

menambah kesan mempesona. Penggabungan komponen dalam media Tourist

Map diakhiri dengan proses rendering. Rendering adalah menggabungkan semua

komponen pembentuk aplikasi baik video, audio, teks, efek, filter, dan lain

sebagainya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa diubah-ubah lagi [27]. Proses

rendering Media Informasi Tourist Map menghasilkan file dengan formal .swf.

Tahap evaluasi prototyping mengalami 3 kali proses evaluasi dimulai dari

quick desain yang menghasilkan prototype 1, evaluasi prototype kedua yang

menghasilkan prototype 2, dan evaluasi prototype ke-tiga sebagai prototype akhir.

Sesuai ketetapannya, evaluasi produk dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi Maluku sebagai klient atau pelanggan dalam perancangan

Media Informasi Tourist Map dimaksud. Evaluasi dilakukan guna mengetahui

standar kelayakan media apakah sesuai dengan permintaan klient sebelum

diaplikasikan kedalam media informasi untuk dikonsumsi wisatwan.

Evaluasi prototype media Tourist Map pertama kali dievaluasi oleh admin

dan pengelolah semua media publikasi, informasi dan promosi pariwisata Maluku.

Bapak Ramsie Saimima sebagai pengelola media, dalam evaluasinya meminta

perubahan konsep Media Informasi dengan wood texturing untuk memperkuat

konsep Makan Patita, dengan title “Stuck In Amboina ?”, pilihan font menjadi

Hobo Std, tambahan loggin name dalam media informasi sebagai salam pembuka

aplikasi dan dapat dikembangkan lagi menjadi ID user, perubahan desain icon

objek wisata, serta tambahan ornamen Merah Putih pada setiap halaman aplikasi.

Perubahan pada prototype ini dapat dilihat pada Gambar 14.

13

Gambar 14. Hasil Evaluasi Prototype 1

Evaluasi tahap kedua, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap pertama

selesai. Evaluasi pada tahap ini menghasilkan perubahan desain button pada main

menu, icon penunjuk objek wisata, perbaikan desain button back, sound, dan exit

yang disesuaikan dengan button pada main menu. Selanjutnya, positioning seperti

penempatan bendera Merah Putih, ornament etnik Maluku yang perlu

diperbaharui kembali penempatannya. Gambar 15 merupkan hasil evaluasi

prototype 2.

Gambar 15. Hasil Evaluasi Prototype 2

Evaluasi tahap ketiga, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap kedua

selesai. Pada tahap ini merupakan tahap protyping terakhir dan dievaluasi oleh

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, Ir. Vera Ellen

Tomasoa. Dalam evaluasinya, Ir. Tomasoa memberikan apresiasi atas rancangan

interface yang telah ada, hanya menitikberatkan isi dari informasi wisata yang

disalurkan, disusul desain media yang sekaligus mampu memperlihatkan Ambon

dengan sejuta pesonanya terutama laut. Ikan, terumbu karang, dan semua

kekayaan laut Pulau Ambon harus ditonjolkan dalam media Tourist Map. Ikon-

ikon Pulau Ambon, seperti bintang laut, kerang, dan Ambon Frogfish atau biota

laut lainnya yang terkenal langkah dan ditemukan di perairan Pulau Ambon. Ir.

Tomasoa dalam evaluasinya juga meminta perubahan closing aplikasi dengan

branding Pariwsata Maluku yakni “Spice Island an Exotic Marine Paradise”.

Gambar 16 merupkan hasil evaluasi akhir.

Gambar 16. Hasil Evaluasi Prototype 3

4. Hasil Perancangan Media

Intro merupakan halaman awal ketika aplikasi dijalankan. Pada bagian ini,

judul aplikasi “Stuck in Amboina ?” memberikan kesan tawaran informasi bagi

14

wisatawan yang membutuhkan informasi pariwisata Ambon. Halaman Home

dengan main menu di dalamnya berisi seluruh informasi pariwisata Ambon. Menu

Home dapat di lihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Menu Home

Selanjutnya, Gambar 18 adalah antarmuka dalam menu Nature Site Map dan

Historical Site Map. Di dalam antarmuka site map ini, terdapat button/tombol

untuk mempermudah user dalam mencari informasi dengan masing-masing 10

icon penunjuk lokasi wisata, gallery foto daya tarik objek wisata di dalam

penjelasan deskripsi objek.

Gambar 18. Antarmuka Site Map

Menu Gallery, Discovery, beserta Calender Events tahunan dalam data Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku melengkapi informasi pariwisata

yang telah dirancang. Menu Gallery disiapkan sebagai tool untuk memberikan

informasi lokasi wisata berdasarkan gambar yang diambil, Discovery video atau

video singkat yang mempresentasikan pariwisata Ambon, serta informasi kegiatan

menarik lainnya yang dapat dinikmati di Pulau Ambon. Gambar 19 adalah

halaman Gallery, Discovery dan Calender Events Pulau Ambon sebagai

tambahan informasi dengan perubahan background sesuai evaluasi klient.

Gambar 19. Halaman Gallery & Calender Events

Pada bagian akhir dari aplikasi ini, branding pariwisata Maluku “Spice Island

and Exotic Marine Paradise” menjadi bagian penting dari aplikasi ini yang berarti

Maluku sebagai provinsi rempah-rempah dengan pesona surga bawa laut yang

eksotis. Bersamaan dengan ini, logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan

15

Wonderful Indonesia sebagai pelindung dan penanggung jawab aplikasi

kepariwisataan Maluku, turut disertakan di dalamnya. Selain itu, sebagai label dan

bentuk penghargaan dalam penelitian ini, logo Fakultas Teknologi Informasi dan

Universitas Kristen Satya Wacana turut disertakan. Gambar 20 merupakan

halaman penutup aplikasi.

Gambar 20. Perubahan Halaman Penutup

Apliasi Media Informasi Tourist Map yang telah siap kemudian dikemas

dalam bentuk kepingan CD dengan cover CD berukuran panjang x lebar yakni

18.5 cm x 12.8 cm yang akan diserahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Maluku untuk lebih utama diaplikasikan ke media website “tourismmaluku.org”,

disusul persiapan pengaplikasian pada media Kiosk di Bandar udara Pattimura

Ambon.

Setelah proses merancang dan membangun media sebagai produk selesai

dilakukan, maka proses selanjutnya adalah pengujian produk. Pengujian produk

secara kuantitatif melalui kuesioner dilakukan pada Universitas Kristen Satya

Wacana dengan jumlah responden sebanyak 30 orang untuk dengan kriteria usia

diatas 18 tahun, dan secara ekonomi mampu melakukan perjalanan wisata ke

Pulau Ambon. Tahapan pertama adalah pengujian dengan menggunakan

kuesioner kepada 30 responden dengan 10 pernyataan Pengujian yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini dapat berfungsi baik dan sudah sesuai

atau tidak bagi pengguna baik dalam hal desain, materi dan manfaat. Dari

kuisioner juga digunakan sebagai pengukur minat para siswa akan aplikasi yang

dibuat. Pernyataan nomer 1 sampai 5 menanyakan tentang ketertarikan responden

mengenai aplikasi yang dibuat. Perhitungan hasil penilaian kuisioner responden

menggunakan skala Likert. Hasil pengujian responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Hasil Pengujian Kuantitatif

No

Pernyataan

Tanggapan

Sangat

Setuju

Setuju Netral Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

1 Icons dalam media Informasi

sudah didesain menarik.

10 11 9 0 0

2 Pemilihan warna dalam desain

media informasi sudah sesuai

8 13 4 0 0

3 Antarmuka media informasi 2 21 7 0 0

16

Skor ideal untuk respon sangat setuju adalah 150, respon setuju 120, respon

netral 90, tidak setuju 60, dan sangat tidak setuju adalah 30 yang berarti nilai

maksimal respon adalah 150. Dari tabel hasil pengujian responden dapat dilihat

bahwa respon dengan jawaban sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada,

respon dengan nilai netral sebanyak 57 atau 38% dari 100% yang diinginkan,

respon dengan jawaban setuju sebanyak 162 atau 108%, dan respon sangat setuju

sebanyak 76 atau 50,6%. Hasil pengujian tersebut masuk dalam kriteria

interpretasi skor sangat kuat, dengan rentang angka 81% – 100%. Secara

keseluruhan total respon yang dinilai setuju mendapatkan persentase terbesar jadi

dapat disimpulkan bahwa aplikasi telah memenuhi kebutuhan user.

Menurut hasil wawancara kepada ibu Fany Sabandar selaku staf layanan

penyediaan media informasi pariwisata, segi informasi dalam aplikasi sesuai

kebutuhan dinas. Aplikasi telah memuat semua informasi dalam booklet dan

brosur yang pernah diadakan Dinas Pariwisata. Dari segi penggunaannya, media

ini dinilai mudah dimengerti oleh para pengguna media computer.

Dari segi tampilan serta animasi media ini dinilai sudah menarik.

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fany dapat disimpulkan bahwa media

informasi pariwisata berupa Tourist Map ini dinilai mampu menjawab masalah

informasi publikasi ketika diterapkan pada beberapa fasilitas layanan informasi

sudah didesain menarik

4 Text bacaan dalam media

informasi jelas dan dapat dibaca.

5 23 2 0 0

5 Konsep Media Informasi dapat

dimengerti.

5 12 13 0 0

6 Media Informasi telah

memberikan informasi lokasi

objek wisata secara jelas.

8 20 2 0 0

7 Media Informasi telah

memberikan informasi daya

tarik wisata secara jelas.

8 14 8 0 0

8 Aplikasi Media Informasi lebih

informatif dibandingkan media

cetak.

14 15 1 0 0

9 Media Informasi Pariwisata

Ambon mudah digunakan.

10 14 6 0 0

10 Media Informasi pariwisata

Pulau Ambon sangat membantu

wisatawan dalam memperoleh

informasi objek wisata.

6 19 5 0 0

Persentase 76 162 57 0 0

17

bagi calon wisatawan, serta dapat membantu promosi Pariwisata Maluku dalam

beberapa event nasional.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil perancangan dan evaluasi media Informasi Tourist Map

Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon maka dapat disimpulkan bahwa

media Tourist Map dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan penyediaan

informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi yang telaha ada. Ekonomis

bagi Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Maluku, mudah diakses wisatawan

selama wisatawan memliki akses internet untuk perencanaan perjalanan wisata,

dan wisatawan yang menggunakan layanan Kiosk pada Bandara Pattimura

Ambon.

Berkaitan dengan media Tourist Map, maka terdapat beberapa saran yang

dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan dalam penelitian mendatang. Media

Tourist Map selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan seluruh informasi

objek wisata dalam total jumlah objek yang seharusnya, juga pengelolaan system

informasi peta yang lebih detail dan interaktif guna menjawab kebutuhan user dari

berbagai titik asal di Pulau Ambon, pengembangan feed back dari masukan user

name menjadi lebih bermanfaat. Dalam hal teknologi yakni mengaplikasikan

media Tourist Map ke dalam smartphone, ataupun teknologi lain yang

berkembang.

6. Daftar Pustaka

[1] Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014, Kota Ambon dalam Angka,

Ambon: Badan Pusat Statistik Kota Ambon.

[2] Pattikayhatu, J A, 1973, Hari Lahir Kota Ambon, Ambon: Departemen P&K.

[3] Jayanti, Dwi, 2012, Perancangan peta interaktif 2d dan tourist guide

kepulauan bangka belitung sebagai Media promosi pariwisata,

http://repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.11.2083.pdf. Diakses

tanggal 20 November 2014.

[4] Nugraha, Tri, 2011, Pembuatan Multimedia Interaktif Guna

Memperkenalkan Kabupaten Lampung Barat,

http://repository.amikom.ac.id/index.php. Diakses tanggal 20 November

2014.

[5] Prihandito, Aryono, Cs M, 1988, Proyeksi Peta, Yogyakarta: Kanisius.

[6] Heinich, R, Molenda, M, Russell, J D, & Smaldino, 2002, Instructional media

and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

[7] Gordon, Davis, 1990, Management information System conceptual

foundations, Structure and development, Jakarta: Informatika.

[8] John & Shadily, Hassan, Dalam Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT.

Gramedia, 2000.

[9] Djalle, Z G, 2008, The Making of 3D Animation Movie Using 3D Studio Max,

Jakarta: Informatika.

[10] Hofstetter, fred, Tomas. 2001. Multimedia Literacy. McGraw Hill Inc.

[11] Vaughan, Tay, 2006, Multimedia Making it Work edisi 6. Yogyakarta: Andi

Offset.

18

[12] Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata; Tour Planning, Yogyakarta: Kanisius.

[13] Anonymous, 1993, Peluang dan Tantangan Ekspor Produk Perikanan

Indonesia di Pasar Internasional pada Era PJPT I,. (Makalah Seminar

Nasional), Yogyakarta: University Club UGM.

[14] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2009, Marine Paradise,

Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.

[15] Pattikaihatu J, A & Leirissa, R, 2004, Ambonku Doeloe, kini, Esok, Ambon:

Pemerintah Kota Ambon.

[16] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

[17] McMillan, J H, Schumacher, S. 2001, Research in education: A conceptual

introduction (5th ed.). New York: Longman.

[18] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

[19] Pressman, Roger, 1992, Software Engineering A Practtitioner's Approach,

McGraw Hill Inc.

[20] Denzin dan Lincoln, 2009, Handbook of Qualitative Research, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

[21] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2013, Ambon Island,

Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.

[22] Margono, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

[23] Hart, John, 2013, The Art of The Storyboard. US: Focal Press. [24] Hamidia, Muzayyinatul, 2015, Peran Bahasa Inggris,

http://www.belt.sch.id/newsdetail/5. Diakses tanggal 24 April 2016.

[25] Sanyoto S, Ebdi, 2009, Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain, Yogyakarta:

Jalasutra. [26] Ruslant, Rosady, 2008, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi,

edisi ke 9. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

[27] Komputer, Wahana, 2008, Video Editing dan Video Production, Jakarta: PT Elek

Media Komputindo.