Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan...
Transcript of Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan...
Perancangan Tourist Map Interaktif
Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku)
Artikel Ilmiah
Peneliti: Camelia Mariani Tetty (692010033)
Martin Setyawan, S.T., M.Cs.
Yesaya Sandang, M.Hum.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga 2016
1
1. Pendahuluan
Sebagai ibu kota Provinsi Maluku, Ambon memegang andil penting dalam
pembangunan daerah, dan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dengan aktivitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi
Maluku, membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk, termasuk migrasi dari
daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada perkembangan jumlah penduduk
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Ambon, pertumbuhan penduduk
cenderung meningkat dalam perhitungan tahun 2012, mencapai 21% dari 1,2%
pada tahun 2009, dan dengan pengecualian pada tahun 2010 pasca konflik
komunal [1]. Oleh karena cengkih dan pala, Maluku menjadi wilayah yang
menyimpan sisa-sisa perjalanan sejarah dunia. mulai dari berdirinya kerajaan
Islam, masuknya bangsa Portugis pada tahun 1500-1600 dalam monopoli
perdagangan cengkih dan pala, disusul kolonialisme Belanda dan bangsa-bangsa
Eropa lainnya pada tahun 1602. Tidak hanya cengkih dan pala, pergeseran
kekuasaan ke tangan Jepang yang yang haus akan kekayaan laut Maluku, serta
perjuangan mencapai kemerdekaan [2]. Kolaborasi kekayaan alam, akulturasi
budaya yang beriringan dengan originalitas budaya kebersamaan dalam
kekeluargaan, menjadikan Ambon layak menyandang sebutan Manise, atau
Ambon yang Cantik. Hingga kini, jumlah penduduk yang mencapai 395.423 jiwa
pada tahun 2014, diharapkan turut bertanggungjawab terhadap 24 titik wisata
bahari, dan 15 titik situs sejarah yang dimiliki Pulau Ambon sebagai tujuan
wisata. Kekayaan alam dan warisan budaya Ambon seharusnya berbanding lurus
dengan penyediaan layanan informasi yang memenuhi kebutuhan calon
wisatawan, wisatawan bahkan masyarakat setempat secara berkesinambungan,
terlepas dari pemanfaatan momentum salah satunya seperti Sail Banda pada tahun
2010 silam yang secara otomatis turut menarik perhatian dunia untuk Ambon.
Dalam rangka mengemas dan menyajikan informasi sebagai kebutuhan,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku mengungkapkan kebijakan
dan ketetapan pemerintah daerah dalam pengadaan media informasi pariwisata
yang cenderung menggeserkan manfaat teknologi multimedia dan
perkembangnnya. Sebagai contoh, booklet, brosur, leaflet peta lokasi objek
wisata, dan media cetak lainnya, hingga kini masih merupakan media pokok
sumber informasi dan promosi pariwisata yang memuat destinasi wisata pada 9
Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Maluku. Dalam wawancara bersama Bidang
Informasi dan Promosi Disbudpar Maluku, media cetak tersebut antara lain Peta
lokasi objek wisata Pulau Ambon yang hanya berisi peta objek, booklet dan leaflet
untuk Kabupetan Maluku Tengah, booklet dan leaflet wisata Pulau Ora,
Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Tanah
Tanimbar, Ibu Kota Tiakur, serta booklet Bandanaira, yang masing-masing hanya
dapat diperoleh di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, atau
lembaga tertentu yang menjalin kerjasama promosi. Keadaan ini mengakibatkan
kurangnya informasi wisata bagi wisatawan dari media informasi pariwasata
Provinsi Maluku yang praktis digunakan dan relevan dengan pariwisata yang ada.
Menurut Muddin Wael, S.S sebagai staff pelaksana harian media informasi
pariwisata Disbudpar, pengadaan media cetak berupa booklet pariwisata dan peta
wisata yang berkelanjutan dengan asumsi data yang harus dibaharui pertahunnya,
2
menghabiskan anggaran sebesar Rp. 130.000.000,00 dan kurang lebih
Rp.14.000.000,00 alokasi dana khusus pengembangan media Pulau Ambon dan
belum termasuk pengadaan media untuk event nasional. Anggaran belanja yang
cukup besar justru menyisakan booklet, leaflet dan lain sebagainya dalam jumlah
banyak hanya menjadi inventaris Dinas. Di sisi lain, fasilitas web site resmi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku menghabiskan anggaran lebih
rendah dibandingkan pengadaan media cetak, yakni Rp,12.000.000,- per tahun
tanpa input data yang up to date.
Menanggapi hal ini, perlu adanya kreatifitas yang mengembangkan layanan
informasi secara berkala, memuat semua informasi wisata Pulau Ambon yang
menarik perhatian, sekaligus sebagai media promosi, menekan anggaran belanja
daerah dengan memanfaatkan fasilitas penunjang informasi yang telah ada.
Hadirnya multimedia dipercaya mampu menembus sasaran penyampain informasi
wisata, dalam kolaborasi unsur-unsur teks, video, suara dan gambar, yang
kemudian dikemas dalam sebuah Tourist Map objek wisata berbasis animasi
interaktif sebagai visualisasi peta pariwisata pada media cetak. Agar pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang telah
dirumuskan, maka diperlukan batasan-batasan dalam penelitian yakni, pencarian
tujuan wisata hanya dimulai dari Bandar udara Pattimura Ambon, Peta grafis yang
dibuat hanya memvisualisasikan jalan-jalan utama, tidak termasuk jalan-jalan
kecil, objek penelitian tujuan wisata hanya merupakan wisata alam dan sejarah
khusus di wilayah Pulau Ambon, objek wisata yang divisualisasikan hanya berupa
10 objek wisata alam dan 10 objek wisata sejarah, serta Informasi yang disalurkan
berupa rute perjalanan wisata, jarak tempuh, akses dan transportasi ke lokasi
wisata, fasilitas umum seperti tempat tinggal dan daya tarik objek wisata tersebut.
2. Tinjuan Pustaka
Perancangan hingga implementasi Tourist Map dapat menerobos jalur
promosi destinasi wisata daerah seperti pada Perancangan Peta Interaktif 2D dan
Tourist Guide Kepulauan Bangka Belitung oleh Jayanti. Penelitian ini
menggambarkan keseluruhan Kepulaun Bangka Belitung secara kompleks
bersama animasi murni dua dimensi [3]. Penelitian selanjutnya oleh Tri Nugraha
yakni proyek Pembuatan Multimedia Interaktif Guna Memperkenalkan Kabupaten
Lampung Barat. Aplikasi yang disajikan dalam 1 bahasa yakni bahasa Indonesia
ini menargetkan wisatawan domestik [4]. Memperjelas perbedaannya dengan
perancangan Tourist Map wisata Pulau Ambon, Tourist Map dirancang dalam dua
bahasa, dengan desain interface yang berorientasi pada karakter objek penelitian,
guna menyalurkan informasi wisata yang menarik juga informatif.
Map pada dasarnya mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu
saluran antara pengirim pesan (pembuat peta) dengan penerima pesan (pembaca
peta), dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan yang berupa
informasi tentang realita dalam wujud berupa gambar. Agar peta atau gambar
tersebut dapat dimengerti, maka memerlukan kesamaan bahasa antara pembuat
peta dan pembaca peta, dengan menerjemahkannya dalam bahasa symbol agar
pembaca dapat mengerti [5].
3
Media Informasi merupakan bentuk jamak dari kata medium. Media atau
medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima [6]. Sedangkan pengertian dari
informasi secara umum adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain
yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi
penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan
datang [7].
Animasi berasal dari bahasa latin Anima, yang secara harafiah berarti „jiwa‟
(soul) Animare yang berarti „nafas kehidupan‟ (vital breath). merupakan
serangkaian gambar gerak cepat yang continue atau terus-menerus yang memiliki
hubungan satu dengan lainnya [8]. Animasi Komputer membuat hal-hal yang
awalnya tidak mungkin digambarkan dengan animasi menjadi mungkin dan lebih
mudah [9].
Multimedia dan penggunaannya membantu penyampaian informasi dalam
perancangan Tourist Map ini. Seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian oleh
Computer Technology Research bahwa sesorang hanya akan mendapat 20% dari
apa yang mereka lihat dan 30% dari apa yang mereka dengar. Sedangkan
multimedia mampu memberikan 50% dari keduanya, hingga 80% dari apa yang
mereka lihat, dengar dan berinteraksi dalam waktu yang sama dan dengan desain
antarmuka yang akan lebih menarik [10].
Multimedia interaktif merupakan gabungan dari beberapa unsur multimedia
seperti teks, gambar, animasi dan video yang dapat dikontrol oleh penggunanya
[11]. Perancangan Interaktif Tourist Map adalah bentuk pengaplikasian
Multimedia Interaktif, dimana user atau penggunan berperan sebagai controller.
Objek secara etimologi berarti bentuk dan wisata adalah sebuah perjalanan,
namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata [12]. Pengertian ini
menjelaskan bahwa suatu tempat yang potensial, namun belum dikembangkan
atau dikelola, belum dapat disebut objek wisata hingga adanya pihak pengelola
tempat tersebut sebagai dasar kepariwisataan. Tanpa adanya pengelola dari tempat
potensial itu, maka akan sulit untuk berkembang menjadi suatu objek wisata.
Sebaliknya ketetapan sebagai objek wisata dengan potensi, keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia akan menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh
kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman
serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam [13].
Wisata sejarah merupakan bagian kecil wisata yang berorientasi pada objek
wisata sosial budaya, dimana objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan
dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi meseum, peninggalan
sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.
Pulau Ambon atau Ambon Manise yang berarti Kota Ambon Yang Indah,
Manis atau Cantik, merupakan kota terbesar di wilayah kepulauan Maluku dan
menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah kepulauan
Maluku [14]. Sejarah mencatat, pulau kecil Ambon adalah pusat pemerintahan
4
Belanda di Maluku pada abad k-15 itu, kini Pulau dan Kota Ambon tetap menjadi
pusat aktifitas Provinsi Maluku [15]. Beranjak dari kekayaan sebagai alasan
eksplorasi eropa di Maluku, khususnya pulau Ambon, kemajemukan yang lahir
dari sana sempat membawa Ambon dalam kekerasan komunal yang terjadi antara
tahun 1999-2002. Kurang lebih tiga tahun ada dalam pertempuhan darah, di akhir
tahun 2009 Ambon menjadi salah satu situs perdamaian dunia dengan penetapan
World Peace Gong oleh PBB tepat di pusat kota Ambon yang kemudian menarik
masyarakat lokal untuk berproses dalam menjaga stabilitas keamanan dan
kedamaian Ambon, termasuk pembangunan kepariwisataan di dalamnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku resmi ditetapkan pada
tanggal 6 Mei 1997 sebagai lembaga pemerintah daerah yang siap menjaga,
melindungi, melestarikan seluruh aspek mengenai seni yang terkandung dalam
kebudayaan daerah, melestarikan segala kekayaan sejarah dan alam sebagai tujuan
wisata dan sebagai bentuk kebanggaan atas ciptaan Sang Kuasa bagi Indonesia. Adapun visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah terwujudnya Maluku
sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berbasis masyarakat, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan persahabatan dalam 9 Kabupaten dan 2 Kota di
Maluku.
3. Metode Penelitian
Pemetaan metode perancangan Tourist Map objek dan daya tarik wisata akan
dijabarkan dalam bab ini. Tahap-tahapan penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods reasearch atau
metode campuran dengan eksploratoris sekuensial sebagai teknik pengumpulan
data. Mixed methods merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan atau
menggabungkan antara metode kuantittif dan metode kualitatif untuk digunakan
secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehinga diperoleh data yang
lebih komprehensif, valid, reliable, dan obyektif. Metode kualitatif berfungsi
untuk menemukan hipotesis pada kasus tertentu atau sampel terbatas, sedangkan
metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis pada populasi yang lebih
luas [16]. Perancangan Interaktif Tourist Map dengan mix methods atau metode
5
campuran pada tahap awal, dilakukan “collects and analyzes qualitative data and
then followed by quantitative phase” atau pengumpulan data dan analisis data
kualitatif sebagai data primer disusul pendekatan kuantitaif sebagai pendukung
kebenaran data premir [17]. Metode penelitian dan strategi perancangan sistem
pada dasarnya merupakan metode perancangan sistem yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk [18]. Prototyping
model merupakan proses untuk membangun sebuah model dari suatu sistem yang
berorientasi pada kebutuhan user, dengan asumsi dapat dikembangkan lagi.
Metode prototyping dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan prototyping model [19]
Menurut Roger S.Pressman, Ph.D Metode Prototype bukanlah merupakan
sesuatu yang lengkap, tetapi sesuatu yang harus dievaluasi dan dimodivikasi
kembali [19]. Segala perubahan dapat kembali terjadi pada saat prototype dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan pada saat yang sama memungkinkan
pengembang untuk lebih memahami kebutuhan pengguna secara lebih baik.
Berikut adalah tahapan metode prototype: (a) Komunikasi dan pengumpulan data
awal, yaitu analisis terhadap kebutuhan pengguna (Dalam hal ini, wisatawan), (b)
Quick Desain (desain cepat), yaitu pembuatan desain secara umum untuk
selanjutnya dikembangkan kembali, (c) Pembentukan prototype yaitu pembuatan
perangkat prototype termasuk pengujian dan penyempurnaan. (d) Evaluasi
terhadap prototype, yaitu mengevaluasi prototype dan memperhalus analisis
terhadap kebutuhan pengguna, (e) Perbaikan prototype, yaitu pembuatan tipe yang
sebenarnya berdasarkan hasil dari evaluasi prototype, dan (f) Produksi Akhir,
yaitu memproduksi perangkat secara benar sehingga dapat digunakan oleh
pengguna. Teknik pengumpulan data untuk media Tourist Map ini diambil dari
hasil: (1) Wawancara yang merupakan satu perangkat metodologi yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif [20]. Dalam tahap ini, wawancara dilakukan
dengan Bpk. Muddin Wael, S.S. selaku Staf Sie Promosi sekaligus sebagai Humas
Informasi dan Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Maluku. Tabel 1
merupkan hasil wawancara terstruktur dengan Bidang Promosi dan Publikasi
pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku. Tabel 1. Hasil Wawancara Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku
No Pertanyaan Jawaban
1 Media informasi apa saja yang
sejauh ini dikelolah DisBudPar
untuk pengembangan objek
wisata?
booklet, brosur, leaflet dan website dan beberapa CD video yang tidak
lagi diupdate.
6
(2) Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yan nampak atas objek penelitia [21]. Obeservasi yang
dilakukan adalah pengamatan segala sesuatu yang terjadi dalam proses penyedian
layanan informasi wisata. Dari proses pengamatan kepada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Maluku, didapati beberapa masalah di dalamnya seperti,
fasilitas internet yang tidak lagi direalisasikan pada Bidang Promosi Pariwisata,
dan mengakibatkan lemahnya sistem update informasi. Selanjutnya, (3) Kuesioner
atau angket yang merupakan daftar pertanyaan yang disertai lajur tempat jawaban,
diberikan kepada tiga kelas responden yakni wisatawan lokal, domestik, dan
manca negara, masing-masing sebanyak 30 responden. Gambar 3 merupkan
persentase jawaban responden terhadap indeks pertanyaan objek wisata apa yang
lebih menarik dikunjungi wisatawan jika endak berwisata ke Pulau Ambon.
2 Berapa banyak anggaran yang kira-
kira dialokasikan untuk pengembangan media?
- Untuk penganggarannya, dalam 1 tahun ada 3 pos penganggaran yaitu:
pesta Teluk sebagai Program Tahunan, cetak-mencetak leaflet dll, perjalanan Dinas dalam Exebisi Nasional.
- Untuk pengadaan brosur dan leaflet sendiri dalam ABT DisBudPar
sebanyak Rp.170.000.000,00 belum termasuk pengadaan media untuk event seperti Exebisi Nasional.
- Untuk website, dalam ABT tercatat Rp.2.000.000,00 untuk
maintenance/bulan.
3 Berdasarkan data jumlah media
informasi yang ada dan
penganggarannya, kendala apa saja yang pernah bahkan sering terjadi
dalam proses pengadaan dan
pengembangan media? Apakah pihak Bidang Informasi dan Promosi
Pariwsiata puas dengan pengadaan
mendia informasi yang sampai kini
masih diprogramkan?
- Dalam pengadaannya, hanya saja pengadaan media informasi yang
ada jauh di bawah keefktifannya jika dibandingkan layanan informasi
daerah lain yang lebih memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal itu terlihat
saat exebisi nasioal yg dibuat kementrian industry kreatif dan pariwisata.
- Dari keselurah program yang sudah dikerjakan dalam Bidang kami,
jelas kami belum puas dengan booklet, brosur, leaflet yang ada.
Pengadaan media tiap tahunnya terbukti tidak terpakai dengan baik.
Masih banyak booklet yang tersisa, sama saja dengan membuang-buang
anggaran. Iya, kita tebatas dengan anggaran. 170.000.000,00 sudah harus
cukup untuk semua pengadaan.
- Selanjutnya, mengenai website juga mengalami kendala. Biaya
maintenance website terus berjalan tanpa update informasi yang penting
di dalamnya. Hal ini sangat disayangkan. Kita butuh kreatifitas. Kita
butuh kreatifitas. ini sangat disayangkan.
4 Pernakah pihak pengelolah media
memikirkan atau bahkan telah mengupayakan memperbaiki metode
layanan informasi yang telah ada?
“Maluku Luas, banyak kekayaan yang belum kita ekspose. Ambon juga
punya sejuta pesona. Kita ingin media yang lebih baik lagi untuk menampung semua. Booklet dan leaflet memang baik, hanya belum
mampu menyentuh tujuan kita. Padahal kiblat pariwisata Indonesia kini
mengarah pada Indonesia bagian Timur. Kalau boleh, website kita aktifkan kembali, olah kembali isinya supaya lebih berguna. Sementara
dengan media internet Dinas dulu. Siapa tau, setelah diolah ada perhatian
Kepala Dinas supaya diperjuangkan lagi apa yang harus kita punya. Selain itu, di Bandara pattimura sementara dalam proses pengadaan
media Kiosk dan kita sementara memikirkan cara apa lagi untuk
pemanfaatannya”.
7
Gambar 3. Persentase Jawaban Responden
Terhadap Pertanyaan Pertama
Selanjutnya, Gambar 4 merupakan jawaban atas pertanyaan kedua yang
meminta responden memberikan jawabannya terkait media informasi apa yang
lebih banyak memberikan informasi wisata bagi responden.
Gambar 4. Persentase Jawaban Responden
Terhadap Pertanyaan Kedua
Dari data di atas membuktikan minimnya akses situs web resmi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku beserta media cetak yang sejauh ini
menjadi media informasi dan promosi wisata Pulau Ambon. Keadaan ini
memperjelas hasil pendekatan kualitatif yang telah ada mengenai bahan evaluasi
kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku dibandingkan situs web lainnya
yang lebih banyak digunakan sebagai media informasi pariwsata Ambon.
Gambar 4 merupakan jawaban responden terkait jumlah objek wisata alam
yang responden ketahui dari sumber informasi yang disediakan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Gambar 5. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan ketiga
6.70%
33.30%
6.70%
53.30%
Intensitas Penggunaan Media Informasi Wisata Oleh Wisatawan
Situs Resmi Web Sites
Booklet & Brosur Intrapersonal
33.30%
26.70% 6.70%
33.30%
Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam
< 5 < 15 > 15 Tidak Ada
40%
26.70%
32.30%
0 Indeks Tujuan Wisata Oleh Wisatawan
Wisata Alam Wisata SejarahAlam dan Sejarah Lain-lain
8
Keadaan ini menggambarkan minimnya media informasi yang informatif
bagi wisatawan. Jawaban responden yang banyak atas tidak satupun objek wisata
yang mereka ketahui melalui layanan media informasi oleh Disbupar, juga
menghasilkan beberapa keluhan responden dalam wawancara tidak terstruktur
terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku terkait kebutuhan wisatawan
akan media informasi yang informatif dan praktis digunakan.
Masalah yang sama juga terjadi untuk informasi objek wisata sejarah.
Presentase jawaban responden terkait jumlah objek wisata sejarah yang responden
ketahui dari media informasi booklet, brosur, atau web site, oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku dapat di lihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Persentase Jawaban Responden
Terhadap Pertanyaan Keempat
Cara lain untuk mempeoleh data dari responden atau objek penelitian adalah
dengan menggunakan teknik dokumentasi. (4) Teknik dokumentasi
memungkinkan perolehan dokumen-dokumen resmi sebagai bagian dari
pendekatan kualitatif. Adapun hasil riset data kualitatif yang dilakukukan pada
Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, terdapat 24 objek wisata pulau Ambon, yaitu:
Tabel 2. Rekam data jumlah objek wisata alam Pulau Ambon [22]
No Nama Objek Wisata Alam Lokasi Objek
1 Pintu Kota Desa Air Low- Latuhalat
2 Pantai Santai Desa Latuhalat
3 Pantai Lelisa/Collin Desa Latuhalat
4 Taman Laut Namalatu Desa Latuhalat
5 Pantai Felawatu Desa Seri
6 Pantai Halong Sepanjang Pantai Desa Halong
7 Pantai Naku Desa Naku, Jazirah Leitimur
8 Pantai Amahusu Desa Amahusu
9 Pantai Pasir Putih Air Manis Desa Tawiri
10 Pantai Lawena Desa Hutumury, Leitimur
Selatan
11 Pantai Larier Desa Wakasihu, Leihitu Barat
12 Goa Leaekang Desa Kusu-Kusu
13 Goa dan Pantai Hukurila Desa Hukurila
14 Taman Laut Air Low Sepanjang Pantai Desa Air Low
33.30%
26.70% 6.70%
33.30%
Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam
< 5 < 15 > 15 Tidak Ada
9
Latar belakang bekas jajahan dan perjuangan juga mencetak pulau Ambon
dengan 15 destinasi wisata sejarah. Berikut, daftar 15 destinasi wisata sejarah
menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku:
Tabel 3. Rekam data jumlah objek wisata sejarah Pulau Ambon [22]
Dalam pemeliharaan objek wisata, fungsi control Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Maluku terus melakukan rekap data statistik jumlah
wisatawan atas 24 objek wisata alam dan 15 objek wisata sejarah di Pulau
Ambon.
Perancangan sistem memuat plot atau alur cerita secara garis besar dalam tiga
babak pokok dari keseluruhan plot, yakni opening scene, main body sebagai ide
pokok, dan closing, merupakan peran dan ciri storyline [23]. Dalam kasus ini,
opening scene Tourist Map Pulau Ambon dimulai dengan judul aplikasi
“Amboina Tourism Map Info”. Konsep layanan informasi dalam aplikasi disajikan
dalam dua bahasa, bahasa Indonesia sebagai bahasa asli di mana media informasi
ini dibuat, dan bahasa Inggris sehingga sebagai bahasa yang paling banyak
digunakan di negara-negara di dunia dari total 172 bahasa dunia yang tercatat
[24]. Gambar 5 adalah sketsa desain interface/antarmuka media informasi.
15 Taman Laut Eri Sepanjang Pantai Desa Eri-
Latuhalat
16 Taman Laut Tanjong Titik Akhir Desa Latuhalat
17 Taman Laut Amuhusu Sepanjang Pantai Amuhusu-
Latuhalat
18 Taman Laut Seri
19 Taman Laut Hative Besar Desa Hative Besar
20 Taman Laut Wayame Pantai Wayame-Hative
21 Wisata Bahari Tulehu Desa Tulehu
22 Wisata Bahari Hukurila Desa Hukurila
23 Wisata Bahari Ureng Desa Ureng
24 Gunung Sirimau Desa Soya
No. Nama Objek Wisata Lokasi Objek
1 Benteng New Victoria Pusat Kota Ambon
2 Museum Siwalima Taman Makmur-Airsalobar,
Ambon
3 Tugu Pattimura Pusat Kota Ambon
4 Tugu Martha Christina Tiahahu Karang Panjang, Ambon
5 Patung Slamet Riyadi Pusat Kota Ambon
6 Gong Perdamaian Dunia Pusat Kota Ambon
7 Monument Rumphius Lokasi Yayasan Xaverius Ambon
8 Tugu Dooland Kudamati, Ambon
9 Tugu Trikora Jl. Diponegoro, Kota Ambon
10 Masjid Wapauwe Desa Kaitetu, Leitimur
11 Gereja Tua Hila Desa Hila, Leitimur
12 Benteng Amsterdam Desa Hila
13 Taman Makam Pahlawan Australia Jl. Kapaha, Tantui Ambon
14 Monumen Australia Desa Tawiri
15 Beringin Memorial Desa Tawiri
10
Gambar 7. Quick Desain Interface Media
Dalam main body, akan ada dua menu utama berupa Historical Site Map, dan
Natures Site Map yang menyediakan informasi rute perjalanan user dari Bandara
Pattimura yang disajikan dengan teknik mothion graphic animation pada peta
pulau Ambon. Dalam main body, user juga disediakan tiga menu lainnya berupa,
Discovery pulau Ambon yang memuat video selayang pandang Pulau Ambon,
Galery foto yang di-upload dari jejaring sosial basis foto, serta calendar events
sebagai informasi penting lainnya atas moment terbaik di pulau Ambon dalam
tahun berjalan. Interface akan terus bergulir melalui aksi user in, back, exit.
Berlanjut pada closing, tampilan akan bergulir ke bumper out dengan konten
ucapan “Terima kasih”, disusul logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku
dan brand “Woderful Indonesia”. Main menu dalam rancangan media Tourist
Map, berorientasi atas budaya Pela Gandong, Masohi dan Makan Patita yang
menjadi tradisi atau kebiasaan adat yang mempererat relasi antar suku dan agama
di Ambon-Maluku. Makan Patita berarti makan bersama, dimana para raja dan
keluarganya, kepala-kepala adat dan masyarakat biasa duduk bersama membentuk
formasi panjang untuk makan bersama. Biasanya makan yang dihidangkan adalah
makanan tradisional Ambon, seperti umbi-umbian, colo-colo, ikan bakar, dan
sebagainya. Gambar 8 adalah quick desain sketsa warna opening dan main menu
pada rancangan Media Informasi Tourist Map.
Gambar 8 Sketsa Warna Desain Interface Opening dan Main Menu Media
Sementara itu, desain icon pada Media Informasi Tourist Map ini
diorientasikan atas konsep komoditi utama Maluku, yakni Cengkeh dan Pala.
Gambar 9 merupakan sketsa rencana desain icon penunjuk lokasi wisata, yang
mengkolaborasikan stilasi Cengkeh dan Pala, sebelum dan sesudah pewarnaan.
11
Gambar 9 Sketsa Icon Penunjuk Lokasi Wisata
Pada perancangannya secara keseluruhan, jenis warna yang digunakan dalam
perancangan Media Informasi Tourist Map ini, merupakan warna-warna pokok
dan warna pendukung. Gambar 10 merupakan gambar warna utama yang dipilih,
yaitu hijau, coklat muda, dan biru.
Gambar 10. Pallet Warna Utama
Warna coklat dalam desain melambangkan kebijaksanaan, dan warna alam
yaitu tanah [25]. Selain itu warna coklat muda dalam desain media ini mengarah
pada warna alamiah pasir sebagai salah satu icon wisata alam di Pulau Ambon.
Permaianan tranparansi dengan warna putih dalam desain memvisualisasikan
kelembutan angin dan ombak di pantai.
Warna pendukung gambar 11 dalam desan media informasi Tourist Map ini
menggunakan warna cerah seperti untuk memberikan kesan cantik, dekat, akrab
[26].
Gambar 11. Pallet Warna Pendukung
Dalam perancangannya, Tourist Map membutuhkan tipografi atau huruf yang
berkenan dengan maksud dan tujuan desain secara utuh. Tipografi berperan
penting dalam penggambaran identitas sebuah buku atau dalam hal ini, desain
interface. Pemilihan font dekoratif Brush Script MT untuk judul media
mengesankan karakter kelembutan dan kemolekan alam Ambon. Gambar 12
adalah font Brush Script MT untuk title media informasi.
Gambar 12. Huruf Dekoratif Brush Script MT
Untuk sub judul, dan isi dari Media Informasi Tourist Map, pilihan huruf
Raavi ditetapkan untuk memberikan kesan simple, informatif, sesuai dengan
karakteristik Ambon dan tujuan media Tourist Map. Selain itu, huruf Raavi dalam
penggunaannya mudah dibaca. Gambar 13 adalah sampel huruf Raavi.
12
Gambar 13. Huruf Raavi
Dalam membangun prototype Tourist Map terdiri dari 4 tahapan Proses
yakni proses editing animasi opening, proses editing animasi rute perjalanan pada
peta dan input data keterangan objek, editing video discovery Ambon, editing
galery, proses penggabungan animasi dan video ke dalam media interaktif. Proses
pembuatan animasi opening atau pembuka dilakukan dengan menggabungkan
beberapa elemen multimedia yakni penggabungan gambar yang telah dibuat,
menambahkan efek suara pendukung, serta menambahkan teknik pergerakan
animasi (rotation, opacity, position, transition, scale dan masking). Setelah proses
pembuatan animasi opening selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan animasi rute perjalanan menuju lokasi objek wisata pada peta Pulau
Ambon. Selanjutnya, dilakukan proses editing video discovery atau
selayangpandang pulau Ambon dengan aplikasi editing video. Melengkapi
keseluruhan animasi, proses penggabungan tidak terlepas dari penganimasian
button/tombol, dan penambahan backsound. Animasi tombol disesuaikan dengan
fungsi tombol, dan backsound berupa instrumen lagu-lagu Ambon yang
menambah kesan mempesona. Penggabungan komponen dalam media Tourist
Map diakhiri dengan proses rendering. Rendering adalah menggabungkan semua
komponen pembentuk aplikasi baik video, audio, teks, efek, filter, dan lain
sebagainya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa diubah-ubah lagi [27]. Proses
rendering Media Informasi Tourist Map menghasilkan file dengan formal .swf.
Tahap evaluasi prototyping mengalami 3 kali proses evaluasi dimulai dari
quick desain yang menghasilkan prototype 1, evaluasi prototype kedua yang
menghasilkan prototype 2, dan evaluasi prototype ke-tiga sebagai prototype akhir.
Sesuai ketetapannya, evaluasi produk dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Maluku sebagai klient atau pelanggan dalam perancangan
Media Informasi Tourist Map dimaksud. Evaluasi dilakukan guna mengetahui
standar kelayakan media apakah sesuai dengan permintaan klient sebelum
diaplikasikan kedalam media informasi untuk dikonsumsi wisatwan.
Evaluasi prototype media Tourist Map pertama kali dievaluasi oleh admin
dan pengelolah semua media publikasi, informasi dan promosi pariwisata Maluku.
Bapak Ramsie Saimima sebagai pengelola media, dalam evaluasinya meminta
perubahan konsep Media Informasi dengan wood texturing untuk memperkuat
konsep Makan Patita, dengan title “Stuck In Amboina ?”, pilihan font menjadi
Hobo Std, tambahan loggin name dalam media informasi sebagai salam pembuka
aplikasi dan dapat dikembangkan lagi menjadi ID user, perubahan desain icon
objek wisata, serta tambahan ornamen Merah Putih pada setiap halaman aplikasi.
Perubahan pada prototype ini dapat dilihat pada Gambar 14.
13
Gambar 14. Hasil Evaluasi Prototype 1
Evaluasi tahap kedua, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap pertama
selesai. Evaluasi pada tahap ini menghasilkan perubahan desain button pada main
menu, icon penunjuk objek wisata, perbaikan desain button back, sound, dan exit
yang disesuaikan dengan button pada main menu. Selanjutnya, positioning seperti
penempatan bendera Merah Putih, ornament etnik Maluku yang perlu
diperbaharui kembali penempatannya. Gambar 15 merupkan hasil evaluasi
prototype 2.
Gambar 15. Hasil Evaluasi Prototype 2
Evaluasi tahap ketiga, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap kedua
selesai. Pada tahap ini merupakan tahap protyping terakhir dan dievaluasi oleh
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, Ir. Vera Ellen
Tomasoa. Dalam evaluasinya, Ir. Tomasoa memberikan apresiasi atas rancangan
interface yang telah ada, hanya menitikberatkan isi dari informasi wisata yang
disalurkan, disusul desain media yang sekaligus mampu memperlihatkan Ambon
dengan sejuta pesonanya terutama laut. Ikan, terumbu karang, dan semua
kekayaan laut Pulau Ambon harus ditonjolkan dalam media Tourist Map. Ikon-
ikon Pulau Ambon, seperti bintang laut, kerang, dan Ambon Frogfish atau biota
laut lainnya yang terkenal langkah dan ditemukan di perairan Pulau Ambon. Ir.
Tomasoa dalam evaluasinya juga meminta perubahan closing aplikasi dengan
branding Pariwsata Maluku yakni “Spice Island an Exotic Marine Paradise”.
Gambar 16 merupkan hasil evaluasi akhir.
Gambar 16. Hasil Evaluasi Prototype 3
4. Hasil Perancangan Media
Intro merupakan halaman awal ketika aplikasi dijalankan. Pada bagian ini,
judul aplikasi “Stuck in Amboina ?” memberikan kesan tawaran informasi bagi
14
wisatawan yang membutuhkan informasi pariwisata Ambon. Halaman Home
dengan main menu di dalamnya berisi seluruh informasi pariwisata Ambon. Menu
Home dapat di lihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Menu Home
Selanjutnya, Gambar 18 adalah antarmuka dalam menu Nature Site Map dan
Historical Site Map. Di dalam antarmuka site map ini, terdapat button/tombol
untuk mempermudah user dalam mencari informasi dengan masing-masing 10
icon penunjuk lokasi wisata, gallery foto daya tarik objek wisata di dalam
penjelasan deskripsi objek.
Gambar 18. Antarmuka Site Map
Menu Gallery, Discovery, beserta Calender Events tahunan dalam data Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku melengkapi informasi pariwisata
yang telah dirancang. Menu Gallery disiapkan sebagai tool untuk memberikan
informasi lokasi wisata berdasarkan gambar yang diambil, Discovery video atau
video singkat yang mempresentasikan pariwisata Ambon, serta informasi kegiatan
menarik lainnya yang dapat dinikmati di Pulau Ambon. Gambar 19 adalah
halaman Gallery, Discovery dan Calender Events Pulau Ambon sebagai
tambahan informasi dengan perubahan background sesuai evaluasi klient.
Gambar 19. Halaman Gallery & Calender Events
Pada bagian akhir dari aplikasi ini, branding pariwisata Maluku “Spice Island
and Exotic Marine Paradise” menjadi bagian penting dari aplikasi ini yang berarti
Maluku sebagai provinsi rempah-rempah dengan pesona surga bawa laut yang
eksotis. Bersamaan dengan ini, logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan
15
Wonderful Indonesia sebagai pelindung dan penanggung jawab aplikasi
kepariwisataan Maluku, turut disertakan di dalamnya. Selain itu, sebagai label dan
bentuk penghargaan dalam penelitian ini, logo Fakultas Teknologi Informasi dan
Universitas Kristen Satya Wacana turut disertakan. Gambar 20 merupakan
halaman penutup aplikasi.
Gambar 20. Perubahan Halaman Penutup
Apliasi Media Informasi Tourist Map yang telah siap kemudian dikemas
dalam bentuk kepingan CD dengan cover CD berukuran panjang x lebar yakni
18.5 cm x 12.8 cm yang akan diserahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Maluku untuk lebih utama diaplikasikan ke media website “tourismmaluku.org”,
disusul persiapan pengaplikasian pada media Kiosk di Bandar udara Pattimura
Ambon.
Setelah proses merancang dan membangun media sebagai produk selesai
dilakukan, maka proses selanjutnya adalah pengujian produk. Pengujian produk
secara kuantitatif melalui kuesioner dilakukan pada Universitas Kristen Satya
Wacana dengan jumlah responden sebanyak 30 orang untuk dengan kriteria usia
diatas 18 tahun, dan secara ekonomi mampu melakukan perjalanan wisata ke
Pulau Ambon. Tahapan pertama adalah pengujian dengan menggunakan
kuesioner kepada 30 responden dengan 10 pernyataan Pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini dapat berfungsi baik dan sudah sesuai
atau tidak bagi pengguna baik dalam hal desain, materi dan manfaat. Dari
kuisioner juga digunakan sebagai pengukur minat para siswa akan aplikasi yang
dibuat. Pernyataan nomer 1 sampai 5 menanyakan tentang ketertarikan responden
mengenai aplikasi yang dibuat. Perhitungan hasil penilaian kuisioner responden
menggunakan skala Likert. Hasil pengujian responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Hasil Pengujian Kuantitatif
No
Pernyataan
Tanggapan
Sangat
Setuju
Setuju Netral Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
1 Icons dalam media Informasi
sudah didesain menarik.
10 11 9 0 0
2 Pemilihan warna dalam desain
media informasi sudah sesuai
8 13 4 0 0
3 Antarmuka media informasi 2 21 7 0 0
16
Skor ideal untuk respon sangat setuju adalah 150, respon setuju 120, respon
netral 90, tidak setuju 60, dan sangat tidak setuju adalah 30 yang berarti nilai
maksimal respon adalah 150. Dari tabel hasil pengujian responden dapat dilihat
bahwa respon dengan jawaban sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada,
respon dengan nilai netral sebanyak 57 atau 38% dari 100% yang diinginkan,
respon dengan jawaban setuju sebanyak 162 atau 108%, dan respon sangat setuju
sebanyak 76 atau 50,6%. Hasil pengujian tersebut masuk dalam kriteria
interpretasi skor sangat kuat, dengan rentang angka 81% – 100%. Secara
keseluruhan total respon yang dinilai setuju mendapatkan persentase terbesar jadi
dapat disimpulkan bahwa aplikasi telah memenuhi kebutuhan user.
Menurut hasil wawancara kepada ibu Fany Sabandar selaku staf layanan
penyediaan media informasi pariwisata, segi informasi dalam aplikasi sesuai
kebutuhan dinas. Aplikasi telah memuat semua informasi dalam booklet dan
brosur yang pernah diadakan Dinas Pariwisata. Dari segi penggunaannya, media
ini dinilai mudah dimengerti oleh para pengguna media computer.
Dari segi tampilan serta animasi media ini dinilai sudah menarik.
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fany dapat disimpulkan bahwa media
informasi pariwisata berupa Tourist Map ini dinilai mampu menjawab masalah
informasi publikasi ketika diterapkan pada beberapa fasilitas layanan informasi
sudah didesain menarik
4 Text bacaan dalam media
informasi jelas dan dapat dibaca.
5 23 2 0 0
5 Konsep Media Informasi dapat
dimengerti.
5 12 13 0 0
6 Media Informasi telah
memberikan informasi lokasi
objek wisata secara jelas.
8 20 2 0 0
7 Media Informasi telah
memberikan informasi daya
tarik wisata secara jelas.
8 14 8 0 0
8 Aplikasi Media Informasi lebih
informatif dibandingkan media
cetak.
14 15 1 0 0
9 Media Informasi Pariwisata
Ambon mudah digunakan.
10 14 6 0 0
10 Media Informasi pariwisata
Pulau Ambon sangat membantu
wisatawan dalam memperoleh
informasi objek wisata.
6 19 5 0 0
Persentase 76 162 57 0 0
17
bagi calon wisatawan, serta dapat membantu promosi Pariwisata Maluku dalam
beberapa event nasional.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan evaluasi media Informasi Tourist Map
Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon maka dapat disimpulkan bahwa
media Tourist Map dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan penyediaan
informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi yang telaha ada. Ekonomis
bagi Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Maluku, mudah diakses wisatawan
selama wisatawan memliki akses internet untuk perencanaan perjalanan wisata,
dan wisatawan yang menggunakan layanan Kiosk pada Bandara Pattimura
Ambon.
Berkaitan dengan media Tourist Map, maka terdapat beberapa saran yang
dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan dalam penelitian mendatang. Media
Tourist Map selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan seluruh informasi
objek wisata dalam total jumlah objek yang seharusnya, juga pengelolaan system
informasi peta yang lebih detail dan interaktif guna menjawab kebutuhan user dari
berbagai titik asal di Pulau Ambon, pengembangan feed back dari masukan user
name menjadi lebih bermanfaat. Dalam hal teknologi yakni mengaplikasikan
media Tourist Map ke dalam smartphone, ataupun teknologi lain yang
berkembang.
6. Daftar Pustaka
[1] Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014, Kota Ambon dalam Angka,
Ambon: Badan Pusat Statistik Kota Ambon.
[2] Pattikayhatu, J A, 1973, Hari Lahir Kota Ambon, Ambon: Departemen P&K.
[3] Jayanti, Dwi, 2012, Perancangan peta interaktif 2d dan tourist guide
kepulauan bangka belitung sebagai Media promosi pariwisata,
http://repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.11.2083.pdf. Diakses
tanggal 20 November 2014.
[4] Nugraha, Tri, 2011, Pembuatan Multimedia Interaktif Guna
Memperkenalkan Kabupaten Lampung Barat,
http://repository.amikom.ac.id/index.php. Diakses tanggal 20 November
2014.
[5] Prihandito, Aryono, Cs M, 1988, Proyeksi Peta, Yogyakarta: Kanisius.
[6] Heinich, R, Molenda, M, Russell, J D, & Smaldino, 2002, Instructional media
and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
[7] Gordon, Davis, 1990, Management information System conceptual
foundations, Structure and development, Jakarta: Informatika.
[8] John & Shadily, Hassan, Dalam Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT.
Gramedia, 2000.
[9] Djalle, Z G, 2008, The Making of 3D Animation Movie Using 3D Studio Max,
Jakarta: Informatika.
[10] Hofstetter, fred, Tomas. 2001. Multimedia Literacy. McGraw Hill Inc.
[11] Vaughan, Tay, 2006, Multimedia Making it Work edisi 6. Yogyakarta: Andi
Offset.
18
[12] Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata; Tour Planning, Yogyakarta: Kanisius.
[13] Anonymous, 1993, Peluang dan Tantangan Ekspor Produk Perikanan
Indonesia di Pasar Internasional pada Era PJPT I,. (Makalah Seminar
Nasional), Yogyakarta: University Club UGM.
[14] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2009, Marine Paradise,
Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
[15] Pattikaihatu J, A & Leirissa, R, 2004, Ambonku Doeloe, kini, Esok, Ambon:
Pemerintah Kota Ambon.
[16] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
[17] McMillan, J H, Schumacher, S. 2001, Research in education: A conceptual
introduction (5th ed.). New York: Longman.
[18] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
[19] Pressman, Roger, 1992, Software Engineering A Practtitioner's Approach,
McGraw Hill Inc.
[20] Denzin dan Lincoln, 2009, Handbook of Qualitative Research, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
[21] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2013, Ambon Island,
Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
[22] Margono, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
[23] Hart, John, 2013, The Art of The Storyboard. US: Focal Press. [24] Hamidia, Muzayyinatul, 2015, Peran Bahasa Inggris,
http://www.belt.sch.id/newsdetail/5. Diakses tanggal 24 April 2016.
[25] Sanyoto S, Ebdi, 2009, Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain, Yogyakarta:
Jalasutra. [26] Ruslant, Rosady, 2008, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi,
edisi ke 9. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
[27] Komputer, Wahana, 2008, Video Editing dan Video Production, Jakarta: PT Elek
Media Komputindo.