Peranan Puskesmas PONED Terhadap Suksesnya MDGs 2015
-
Upload
yohanes-silih -
Category
Documents
-
view
194 -
download
3
description
Transcript of Peranan Puskesmas PONED Terhadap Suksesnya MDGs 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan dari
pembangunan di setiap negara, agar keadaan bumi yang aman, makmur, dan
sejahtera dapat tercapai. Untuk mewujudkan semua itu, pada Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) bulan September
2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang diwakili oleh kepala negara dan
kepala pemerintahan sepakat untuk melahirkan sebuah deklarasi Millenium
Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Tujuan
Pembagunan Millenium.
Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada
perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia. Di dalam KTT Milenium
tersebut juga dihasilkan konsensus yang merangkai upaya-upaya untuk mencapai
tujuan MDGs dengan perhatian utama pada hak asasi manusia, tata pemerintahan
yang baik, demokratisasi, pencegahan konflik, dan pembangunan perdamaian.
Pada mulanya, MDGs merupakan sebuah review atas kebijakan
pembangunan yang dikeluarkan oleh OECD-DAC pada pertengahan tahun 1990
dan kemudian dimasukkan kedalam Tujuan Pembangunan Internasional
(Internasional Development Goals) tahun 2000 dan direvisi menjadi Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) pada KTT Milenium.
Setiap tujuan (goal) dari MDGs memiliki satu atau beberapa target dengan
beberapa indikatornya. MDGs memiliki 8 tujuan, 18 target, dan 48 indikator yang
telah disusun oleh konsensus para ahli dari sekertariat PBB, Dana Moneter
Internasional (IMF), Organisasi untuk Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi
(OECD) dan Bank Dunia.
Masing-masing indikator digunakan untuk memonitor perkembangan
pencapaian setiap tujuan dan target. Selain Tujuan Pembangunan Milenium
(MDGs), ada beberapa tujuan pembangunan yang lain ditetapkan pada dekade
1960-an hingga 1980-an. Sebagian terlahir dari konferensi global yang
1
diselenggarakan PBB pada 1990-an, termasuk KTT Dunia untuk Anak,
Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi
PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, serta KTT
Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. MDGs tidak bertentangan
dengan komitmen global yang sebelumnya karena sebagian dari MDGs itu telah
dicanangkan dalam Tujuan Pembangunan Internasional (IDG), oleh negara-negara
maju yang tergabung dalam OECD pada 1996 hingga selanjutnya diadopsi oleh
PBB, Bank Dunia dan IMF.
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan
MDGs adalah sebagai berikut: Pertama, MDGs bukan tujuan PBB, sekalipun PBB
merupakan lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global untuk
merealisasikannya. MDGs adalah tujuan dan tanggungjawab dari semua negara
yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara
bersama antar pemerintahan. Kedua, tujuh dari delapan tujuan telah
dikuantitatifkan sebagai target dengan waktu pencapaian yang jelas, hingga
memungkinkan pengukuran dan pelaporan kemajuan secara objektif dengan
indikator yang sebagian besar secara internasional dapat diperbandingkan. Ketiga,
tujuan-tujuan dalam MDGs saling terkait satu dengan yang lain. Keempat, dengan
dukungan PBB, terjadi upaya global untuk memantau kemajuan, meningkatkan
perhatian, mendorong tindakan dan penelitian yang akan menjadi landasan
intelektual bagi reformasi kebijakan, pembangunan kapasitas dan memobilisasi
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai semua target. Kelima, 18 belas
target dan lebih dari 40 indikator terkait ditetapkan untuk dapat dicapai dalam
jangka waktu 25 tahun antara 1990 dan 2015. Sekalipun MDGs merupakan
sebuah komitmen global tetapi diupayakan untuk lebih mengakomodasikan nilai-
nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing negara sehingga lebih
mudah untuk diaplikasikan. Dalam sidang umum PBB yang ke-60 pada tanggal
14-16 September 2005, dilakukan juga evaluasi pelaksanaan lima tahun MDGs.
Dalam evaluasi tersebut dikatakan bahwa 50 negara gagal mencapai paling sedikit
satu target MDGs. Sedangkan 65 negara lainnya beresiko untuk sama sekali gagal
mencapai paling tidak satu MDGs hingga 2040. Sehingga hingga kini, MDGs
2
masih menjadi suatu perdebatan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
MDGs, sumber daya yang dibutuhkan dan bagaimana cara pencapaian MDGs.
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu
masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak.
AKI di Indonesia tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan
AKI pada tahun tersebut mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini
masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010
(Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1).Penyebab kematian ibu adalah
komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan
baik dan tepat waktu. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001 sebab kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi
11%, komplikasi puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%.
Sedangkan penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%,
masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi
5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2006 : 1)Upaya menurunkan AKI dan AKB
beberapa upaya telah dilakukan. Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun
1987 telah dimulai program safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah
dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer (MPS). Adapun
pesan kunci MPS adalah : (1) Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih; (2) Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang
adekuat; (3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum
dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan menjadi
Puskesmas mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) (Koesno, 2004 : 3).Puskesmas mampu PONED menjadi tempat
rujukan terdekat dari desa sebagai pembina bidan dan mendekatkan akses
pelayanan kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bersalin karena komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga atau diramalkan sebelumnya (Dinas
Kesehatan Provinsi 2006 : 1). Pengembangan Puskesmas mampu PONED dengan
3
melatih tenaga dokter, perawat dan bidan serta melengkapi sarana dan prasarana
sesuai syarat-syarat yang telah ditetapkan diharapkan dapat mencegah dan
menangani komplikasi kehamilan dan persalinan sehingga dapat menurunkan AKI
dan AKB.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara tujuan dibentuknya PONED
sebagai sarana peningkatan mutu kesehatan yang ada di Indonesia, dengan tujuan
program MDGs, yaitu dalam hal menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan anak dan lebih jauh lagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umunya.
1.2. Tujuan
1.2.1 Mengetahui tujuan dan indikator MDGs tahun 2015
1.2.2 Mengetahui dasar dan tujuan puskesmas PONED
1.2.3 Mengetahui peranan puskesmas PONED dalam pencapaian target
MDGs tahun 2015
4
BAB II
ISI
2.1. Tujuan dan Indikator MDGs tahun 2015
Terdapat 8 tujuan yang harus dicapai dengan 18 target dan 48 indikator
yang diharapkan dapat membantu tercapainya tujuan dari MDGs. Adapun 18
target dan 48 indikator tersebut disusun oleh konsensus para ahli dari
sekertariat PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi untuk
Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi (OECD) dan Bank Dunia. Tujuan
(goal) MDGs, target MDGs dan indikator MDGs adalah sebagai berikut:
2.1.1.Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
a. Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya
di bawah $1 per hari menjadi setengahnya antara 1990–2015.
Indikator:
1. Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional
2. Proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari $1
(PPP) per hari.
3. Rasio kesenjangan kemiskinan.
4. Kontribusi kuantil termiskin terhadap konsumsi nasional
b. Target 2: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan
menjadi setengahnya antara tahun 1990–2015.
Indikator:
5. Prevalensi balita kurang gizi (BKG)
6. Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi
minimum (2100 kkal per kapita per hari)
2.1.2.Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
a. Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak dimanapun, laki-laki
maupun perempuan, dapat menyelesaikan seluruh pendidikan dasar.
Indikator:
7. Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (APM SD).
5
8. Angka Partisipasi Murni di Sekolah Menenga Pertama (APM-
SMP).
9. Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Mencapai Kelas 5.
10. Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah
Dasar.
11. Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menyelesaikan Sembilan
Tahun pendidikan Dasar.
12. Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk Usia 15-24 tahun.
2.1.3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
a. Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan
dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan
tidak lebih dari tahun 2015.
Indikator:
13. Rasio Angka Partisipasi Murni (RAPM) Anak Perempuan
terhadap Anak Laki-laki di Tingkat Pendidikan Dasar, Menengah
dan Tinggi.
14. Rasio Angka Melek Huruf (RAMH) Perempuan terhadap Laki-
laki usia 15-24 tahun.
15. Kontribusi Pekerja Upahan Perempuan di Sektor Non Pertanian
(KPPNP).
16. Proporsi Kursi DPR atau DPRD yang Diduduki Perempuan.
2.1.4.Menurunkan Angka Kematian Anak
a. Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya,
antara 1990-2015.
Indikator:
17. Angka Kematian Balita.
18. Angka Kematian Bayi.
19. Proporsi Imunisasi Campak pada anak berusia 1 tahun (12-13)
bulan.
6
2.1.5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
a. Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya
antara tahun 1990 dan 2015.
Indikator:
20. Angka Kematian Ibu (AKI).
21. Proporsi Pertolongan Kelahiran (PPK) oleh Tenaga Kesehatan
Terlatih (TKT).
22. Angka Pemakaian Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur 15-49
tahun (PUS).
2.1.6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya
a. Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai
menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015.
Indikator:
23. Prevalensi HIV/AIDS Ibu Hamil yang Berusia 15-24 tahun.
24. Penggunaan Kondom pada Hubungan Seks Beresiko Tinggi.
25. Angka Penggunaan Kondom.
26. Persentase Penduduk Berumur 15-24 tahun yang Mempunyai
Pengetahuan Komprehensif Tentang HIV/AIDS
(PPK-HIV/AIDS).
27. Rasio Kehadiran Sekolah Anak Yatim Piatu karena HIV/AIDS
(RKS-YP) terhadap Kehadiran di Sekolah Anak Yatim Piatu
Berusia 10-14 tahun.
b. Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya
jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.
Indikator:
28. Prevalensi Malaria dan Angka Kematiannya.
29. Persentase Balita yang Tidur dengan Menggunakan Kelambu
yang Telah Diproteksi dengan Insektisida.
30. Persentase Balita yang Mendapat Penanganan Malaria secara
Efektif.
7
31. Prevalensi Tuberkulosis dan Angka Kematian Penderita
Tuberkulosis dengan Sebab Apapun Selama Pengobatan OAT.
32. Angka Penemuan Penderita Tuberkulosis BTA Positif Baru.
33. Angka Kesembuhan Penderita Tuberkulosis (AKP-TBC).
2.1.7. Memastikan Keberlanjutan Lingkungan Hidup.
a. Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
dengan kebijakan dan program nasional dan mengurangi pengrusakan
lingkungan.
Indikator:
34. Proporsi Luas Lahan yang Tertutup Hutan.
35. Rasio Luas Kawasan Lindung (RKL) terhadap Luas Wilayah.
36. Energi yang Dipakai (setara barel dalam metrik ton) per PDB
(juta rupiah).
37. Emisi Karbon Dioxida (CO2) per kapita.
38. Jumlah Konsumsi Zat Perusak Ozon (Metrik ton).
39. Proporsi Penduduk atau Rumah Tangga yang Menggunakana
Bahan Bakar Padat untuk Memasak (PPMBP).
b. Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa
akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta
fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015.
40. Proporsi Penduduk atau Rumah Tangga dengan Akses Terhadap
Sumber Air Minum yang Terlindungi.
41. Proporsi Penduduk atau Rumah Tangga dengan Akses Terhadap
Fasilitas Sanitasi yang Layak.
c. Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan
penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.
42. Proporsi Penduduk atau Rumah Tangga dengan Status Rumah
Tetap dan Terjamin.
43. Proporsi Penduduk atau Rumah Tangga dengan Akses Tempat
Tinggal yang Tetap dan Terjamin di Daerah Perkotaan.
8
44. Proporsi Rumah Tangga dengan Sertifikat Kepemilikan Tanah
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
2.1.8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.
a. Target 12: Membangun sistem keuangan dan perdagangan yang
terbuka, berdasarkan hukum, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif
b. Target 13: Memberikan perhatian khusus pada negara-negara
miskin.
c. Target 14: Memberikan perhatian khusus pada negara-negara
terisolir dan negara pulau yang kecil.
d. Target 15: Berhubungan dengan permasalahan-permasalahan hutang
Negara-negara berkembang melalui perhitungan-perhitungan
nasional dan internasional dalam rangka membuat hutang tersebut
bisa menopang dalam waktu lama.
Indikator:
45. ODA neto sebagai persentase GNP harga berlaku negara-negara
donor OECD/ DAC.
46. Proporsi ODA yang dialokasikan oleh negara-negara donor
OECD/DAC terhadap pelayanan sosial pokok yang meliputi
pendidikan dasar, layanan kesehatan promer, gizi, air dan sanitasi.
47. Proporsi ODA bilateral dari donor OECD/DAC yang bersifat
tidak mengikat.
48. Proporsi ODA yang diterima oleh negara-negara yang hanya
berbatasan dengan daratan (laud lock) terhadap GNP mereka.
49. Proporsi ODA yang diterima oleh negara-negara kepulauan kecil
terhadap SDP mereka.
50. Proporsi nilai impor negara-negara maju (tidak termasuk senjata)
dari negara-negara berkembang dan negara-negara belum
berkembang (LDCs).
51. Rata-rata tarif dan kouta yang dikenakan oleh negara-negara maju
terhadap (ekspor) produk pertanian, tekstil dan pakaian jadi
negara-negara berkembang.
9
52. Persentase subsidi hasil-hasil pertanian negara-negara OECD
terhadap GDP mereka.
53. Proporsi ODA yang disediakan untuk membantu kapasitas
perdagangan.
54. Proporsi utang bilateral resmi negara-negara miskin penghutang
berat (HIPC) yang dibatalkan.
55. Proporsi ODA yang digunakan untuk melunasi hutang.
56. Rasio hutang terhadap nilai ekspor barang dan jasa.
e. Target 16: Dalam kerja samanya dengan negara-negara berkembang,
pengembangan dan penerapan strategi untuk para remaja pada
pekerjaan yang produktif dan layak.
Indikator:
57. Angka pengangguran penduduk usia remaja 15-24 tahun menurut
jenis kelamin.
f. Target 17: Bekerjasama dengan perusahaan farmasi dalam
menyediakan akses untuk pengadaan obat esensial di negara
berkembang.
Indikator:
58. Proporsi penduduk yang dapat mengakses obat-obatan esensial
(penting) dengan harga terjangkau dan berkelanjutan.
g. Target 18: Bekerjasama dengan sektor swasta untuk menyediakan
teknologi baru yang menguntungkan terutama dalam hal informasi
dan komunikasi.
59. Banyaknya pelanggan saluran telepon per 1 000 penduduk.
60. Banyaknya pengguna personal computer (PC) per 1000
penduduk.
61. Banyaknya pengguna internet per 1000 penduduk.
2.2. Puskesmas PONED
PONED merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetrik dan Neonatal
Emergensi Dasar. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2008 tentang
10
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/kota, Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang
memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan
pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan di
desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada kasus yang tidak
mampu ditangani.
Pelayanan PONED meliputi kemampuan untuk melayani dan merujuk:
hipertensi dalam kehamilan; tindakan pertolongan distosia bahu dan ekstraksi
vakum pada pertolongan persalinan; perdarahan post partum; infeksi nifas; BBLR
dan hipotermia, hipoglikemia, ikterus, hiperbilirubinemia, masalah pemberian
minum pada bayi; asfiksia pada bayi; gangguan nafas pada bayi; kejang pada bayi
baru lahir; infeksi neonatal; dan persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan
obstetri-neonatal antara kewaspadaan universal standar.
Dalam PONED, bidan diperbolehkan injeksi antibiotika, injeksi uterotonika,
injeksi sedatif, plasenta manual, ekstraksi vakum, tranfusi darah, dan operasi
SC. Tugas Puskesmas PONED meliputi:
a. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu
dan Pondok bersalin Desa.
b. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas
wewenang.
c. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan
pra rumah sakit.
Jenis pelayanan- pelayanan yang dimiliki oleh Puskesmas PONED meliputi:
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan ANC & PNC
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
e. Penatalaksanaan Bumil Resti
f. Perawatan Bumil sakit
g. Persalinan Sungsang
11
h. Partus Lama
i. KPD
j. Gemeli
k. Pre Eklamsia
l. Perdarahan Post Partum
m. Abortus Incomplitus
n. Distosia Bahu
o. Asfiksia
p. BBLR
q. Hipotermia
r. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir
2.3. Peranan Puskesmas PONED terhadap suksesnya MDGs 2015
Terdapat 3 dari 8 pilar utama MDGS yang berkaitan dengan masalah
kesehatan, yaitu menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kualitas
kesehatan maternal dan pemberantasan terhadap penyakit infeksi. Dari 3 pilar
utama tersebut, menurunkan angka kematian anak dan peningkatan kualitas
kesehatan maternal adalah pilar yang berkaitan erat dengan kesehatan ibu dan
anak yang juga menjadi perhatian dibentuknya puskesmas PONED.
Angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak cukup tinggi di Indonesia.
Salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka tersebut adalah dengan
pembentukan Puskesmas PONED, dimana puskesmas ini memberi perhatian
khusus terhadap pelayanan obstetrik dan neonatologik dasar. Pelayanan maternal
yang diperhatiakan meliputi:
a. Tindakan obstetrik pada pertolongan persalinan.
b. Preeklamsi/eklamsia
c. Perdarahan post partum
d. Infeksi nifas
Sedangkan komponen pelayanan neonatal meliputi:
a. Bayi berat lahir rendah
b. Hipotermia
12
c. Hipoglikemia
d. Ikterus/hiperbilirubinemia
e. Masalah pemberian nutrisi
f. Asfiksia bayi baru lahir
g. Infeksi neonatal
h. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, puskesmas PONED harus memiliki
syarat-syarat seperti:
a. Pelayanan buka 24 jam
b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24
jam
c. Tersedia alat transportasi siap 24 jam
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan
Dokter Spesialis Obgyn dan spesialis anak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan demi terselenggarakan pelayanan
yang optimal meliputi:
a. Fasilitas kegawatdaruratan harus dikelola dan diselenggarakan sehingga
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Penyelengaraan unit gawat darurat harus didasarkan pada panduan
pelayanan dan prosedur yang tertulis.
c. Dokter dan bidan sebagai penanggung jawab unit, bekerjasama secara
terpadu dan harus dapat memberikan jaminan pemantauan dan penilaian
secara berkala dari kualitas, keamanan dan ketersediaan pelayanan
kegawatdaruratan.
d. Setiap petugas kegawatdaruratan baru yang ditugaskan pada unit
gawatdarurat harus menjalani program orientasi secra formal yang
menjelaskan tentang misi unit gawatdarurat, standar prosedur pelayanan
gawat darurat dan tanggung jawab masing-masing.
13
e. Setiap petugas unit gawatdarurat harus selalu menjaga dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya secara professional
agar dapat selalu memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.
f. Tugas dan tanggungjawab dokter, bidan, perawat serta petugas kesehatan
lain pada unit gawat darurat harus dijelaskan secara tertulis.
g. Sesuai dengan hokum, peraturan dan standar pelayanan yang ada,
penyaringan untuk setiap pasien yang masuk untuk mendapatkan
pelayanan harus dilakukan oleh seorang dokter atau bidan yang telah
mendapatkan pelatihan khusus.
h. Penilaian dan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan sampai tingkat
yang optimal, harus tersedia untuk setiap pasien yang masuk dengan
kegawatdaruratan medis.
i. Dokter bertanggung jawab pada setiap pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
j. Unit gawat darurat harus menyediakan registrasi terkontrol (controlled
register) atau “log” untuk setiap pasien yang memerlukan perawatan
kegawatdaruratan.
k. Catatan medis yang sesuai dan sah harus dibuat untuk setiap pasien yang
memerlukan perawatan kegawatdaruratan.
Diluar dari beberapa keterbatasan terselenggaranya puskesmas PONED
seperti ketersediaan kualitas SDM yang memadai, sarana dan prasarana serta
masalah koordinasi yang baik dengan rumah sakit sebagai rujukan, keberadaan
puskesmas PONED akan dapat meningkatkan kualitas keluaran ibu dan anak
selama proses dan sesudah proses persalinan, meningkatkan kualitas kehamilan
dan kelahiran dengan cara mendeteksi gangguan selama antenatal care serta pada
akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
14
BAB III
PENUTUP
Puskesmas PONED memberikan pelayanan dasar obstertik dan neonatal
dasar yang bertujuan meningkatkan kualitas keluaran Ibu dan Anak selama proses
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Dalam hal ini, selaras dengan tujuan
MDGs, dimana penurunan angka kematian anak dan peningkatan kualitas
kesehatan maternal merupakan salah satu pilar yang diperhatikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.2005. Kebijakan Pelayanan Ibu dan Perinatal di
Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Buku Acuann dalam Pelatihan Obstetri
Neonatal Esensial Dasar. Jakarta.
Stalker, Peter. 2008. Millenium Development Goals. Jakarta.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium Di Indonesia Tahun 2010. BAPPENAS: Jakarta.
16