PERANAN KOMISI INFORMASI DALAM MEWUJUDKAN DI...
-
Upload
trankhuong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of PERANAN KOMISI INFORMASI DALAM MEWUJUDKAN DI...
1
PERANAN KOMISI INFORMASI DALAM MEWUJUDKAN
GOOD GOVERNANCE DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
KARYA ILMIAH
Oleh :
NOPIYANTI
NIM : 090563201041
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG2013
2
MOTTO
“Lakukan yang pasti agar semua terjadi.
Rasakan semua hiduppenuh emosi tragedi
senang bahagia hingga kelak kau mati
Kunci kesuksesan bukan hanya diukur
dari kepintaran seseorang saja,tetapi kesabaran
Keuletan dan niatlah yang paling utama.”
(orang bijak)
Kupersembahkan karya ku ini kepada:
1. Suamiku (Zamri) yang selalu mendorong aku dalam
mencapai segala hal yang aku ingin kan.
2. Anak ku tercinta (Ariqa Fatinah Zamri) yang selalu
membuat aku semangat dalam menyelasaikan
skripsi ini.
3. Buat teman – teman ku yang selalu memberikan
motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.
3
ABSTRAK
Komisi Informasi adalah sebuah lembaga mandiri yang berfungsimenjalankan undang-undang keterbukaan informasi publik dan peraturanpelaksanaannya termasuk menetapkan petunjuk teknik standar layanan informasipublik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi danadjudikasi non letigasi. Sesuai dengan Undang-undang nomor 14 tahun 2008tentang keterbukaan informasi publik, komisi informasi dibentuk dengan masakerja 4 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dari komisiinformasi untuk mewujudkan keterbukaan informasi. Teori yang digunakan dalampenelitian ini di kemukakan oleh Jones dalam teori Purwanto, yang memakaipendekatan sistem internal, pendekatan system eksternal dan pendekatan teknis.Jumlah pegawai komisi informasi adalah 32 orang, teknik pengambilan respondenadalah 8 orang, diantaranya 5 orang dari anggota komisioner dan 3 orang darikepala bidang yang ada pada komisi informasi. Sedangkan sekretaris komisiinformasi di jadikan informan kunci. Metode penelitian yang di gunakana dalahpenelitian deskriptif kualitatif, yang merupakan proses pengorganisasian danpengurutan data ke dalam pola dan kategori serta satuan uraian dasar, sehinggadapat di kemukakan tema seperti yang di sarankan oleh data. Setelah di lakukanpenelitian, dapat disimpulkan bahwa peranan komisi informasi provinsiKepulauan Riau sudah cukup baik walaupun masih ada terdapat kendala dalamketerbukaan informasi. Hal-hal yang menyebab kan kurang efektifnya peranankomisi informasi Provinsi Kepulauan Riau antara lain adalah sumber dayamanusianya dalam memahami undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentangketerbukaan informasi public dan peraturan komisi informasi nomor 1 dan 2 tahun2010 tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi. Ada pun saran yang dapatdi kemukakan dalam penelitian ini adalah harus meningkatkan sosialisasi kepadapegawai dan komisioner sehingga para pegawai bias melakukan penyelesaiansengketa informasi dengan baik serta di tingkatkannya bimbingan tekni suntukpara pegawai dan komisioner di lingkungan kantor komisi informasi ProvinsiKepulauan Riau.
4
ABSTRACT
Information Commission is an independ eninstitutions which functions toimplement the laws of public disclosure and its implementing regulations settechnical standards of public information services through mediation andadjudication of non litigation. Based on the law No.14 of 2008 on publicdisclosure, the information commission was formed with 4 years of workingtime.The purposive of employes of this study is to determine the role of thecommission in implementing the public disclosure. Theory used in this study asrevealed by Purwanto in his book is based on the theory presented by Jones whichused the internal systems approach, external systems approach, and technicalsystems approach.The total of employes at information commissions are 32peoplerespondent retrieval techniques are 8 people, including 5 of thecommissioners and three people from the head of the field is in informationcommissions. While the secretary of the commission being the key ofinformation.The research methods is descriptive research which is the process oforganizing and sorting data in patterns and categories as well as the basic outlineof the ubit, so it can be conculeded a theme as suggested by the data. After doingresearch, it can be conculuded that the role of the information commission of riauisland province is quite good, although there are constraints in it is disclosure.The things that cause a lack of effective role of information commission of riauisland province include the human resource in understanding the law No. 14 of2008 concerning public disclosure and regulory information commission No. 1and 2 2010 about the dispute revolution procedures of information. As forsuggesting that could be addressed in this study is a must outreac to employes andcommissioners so that employes and commissioners can perform well informeddispute resolution, as ewwl as increased technical guidance to employes andcommissioners in the office environment of information commission of riau islandprovince.
5
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT dan atas berkat
rahmat Nya, akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang
berjudul: “Peranan Komisi Informasi (KI) dalam mewujudkanGood
Governance di Provinsi Kepulauan Riau”.
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah berusaha dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki untuk memecahkan
permasalahan berdasarkan teori yang ada, pengamatan mau pun pengetahuan yang
penulis peroleh selama ini.
Namun demikian, penulis menyadari sepenuh nya bahwa penulisan skripsi
ini masih sangat jauh dari sempurna. Karena itu dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan ada nya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan
skripsi ini.
Skripsi dapat diselesaikan karena adanya kerjasama yang baik dari berbagai
pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Maswardi M. Amin, M. Pd selaku Rektor Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
2. Bapak Prof.Dr.H.Mochammad Saad, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ( UMRAH).
6
3. Bapak H. Jamhur Poti, M,Si selaku ketua komisi pembimbing yang banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ellya Noryadi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak
memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang banyak membantu dan
memberikan petunjuk guna kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen serta karyawan/ti UMRAH yang telah banyak membantu
dalam memberikan motivasi guna menyelesaikan perkuliahan ini.
7. Kepala sekretariat Komisi Informasi Provinsi Kepulauan Riau beserta staf
yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penyelenggaraan penelitian
ini.
8. Om dan Tante yang saya anggap sebagai pengganti orang tua kandung saya
Bapak Sudaryo dan Ibu Purnamasari.
9. Suami saya Zamri yang memberi dukungan baik secara materi dan moril
10. Abang-abang, kakak-kakak, adiksaya: Indra ikhsan, Ode haris, Puja Darma,
Aulia Sudaryo, Reni Rahmawati, Ria Sudaryo, Nurhaini.(Alm), Andrian
11. Anak saya yang begitu saya cintai Ariqa Fatinah Zamri
12. Sahabat-sahabat saya Tika Pratiwi, Biqi yus saputra SE, Sofian Manurung
Amd, yang terus mendorong saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Rekan-rekan mahasiswa UMRAH khususnya jurusan studi Ilmu Administrasi
Negara angkatan 2009 yang selalu memberikan dorongan untuk penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
7
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Tanjungpinang, Juni 2013
Penulis
Nopiyanti
8
PENDAHULUAN
Kebebasan Informasi adalah perangkat masyarakat untuk mengontrol
setiap langkah penyelenggara negara. Dalam sebuah sistem demokrasi yang
menyatakan kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat sebagai pemberi kekuasaan,
selayaknya rakyat juga memiliki hak mengkritisi dan mengontrol setiap kebijakan
yang diambil pemerintah. Selama ini akses masyarakat terhadap informasi kerap
terbendung dengan jaring birokrasi yang ketat. Meskipun telah ada Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia, namun pengaturannya
hanya sebatas hak yang dimiliki setiap orang untuk berkomunikasi
danmemperoleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya Pasal 14 ayat 1, sehingga terkesan bahwa transparansi baru
sebatas wacana. Ketika keinginan masyarakat untuk mendapatkan informasi
ditolak, mereka hanya bisa pasrah. Dengan adanya Undang-undang ini, hal seperti
itu tentu tidak akan terjadi lagi. Dari latar belakang penelitian penulis judul
tentang “Peranan komisi informasi dalam mewujudkan good governance di
Provinsi Kepulauan Riau.”
Di dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mempunyai 2 point
perumusan masalah tentang peranan komisi informasi dalam mewujudkan good
governance di Provinsi Kepulauan Riau yaitu (1) Bagaimana peranan komisi
informasi dalam mewujudkan good governance di Provinsi kepulauan Riau? (2)
Apa saja hambatan yang terjadi pada komisi informasi dalam menjalankan
9
perannya. Di dalam penulisan ini penulis mempunyai batasan masalah yang
terjadi di komisi informasi yaitu Permasalahan yang diteliti adalah: mencakup
peranan komisi informasi dalam mewujudkan good governance di lingkungan
pemerintahan. Penelitian ini lebih menekankan pada peranan komisi informasi di
Kepulauan Riau dilihat dari cara kerja Komisioner dan Pegawai komisi informasi
dalam mewujudkan good governance. Di dalam penelitian ini penulis
menggunakan Responden dan key informan. Responden berjumlah 8 orang dan
key informan adalah Sekretaris komisi informasi Provinsi Kepulauan Riau.
Ada tiga pilar utama yang mendukung kemampuan suatu bangsa
dalam melaksanakan good governance, yakni: Negara/Pemerintah (the
state), masyarakat adab, masyarakat madani, masyarakat sipil (civil society),
dan pasar atau dunia usaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bertanggung jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik,
ekonomi dan administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi
yang setara dan sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat
berkembang subur bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta
tata aturan yang jelas dan pasti, Good governance yang sehat juga akan
berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi
yang jelas. ( Krina, 2003)
Menurut Jimly Asshidiqie (2003), dalam konsep negara hukum yang
demokratis, keterbukaan informasi publik merupakan pondasi dalam
membangun tata pemerintahan yang baik (Good Governance) yang
transparan, terbuka dan partisipasi dalam seluruh proses kenegaraan, termasuk
10
seluruh proses pengelolaan sumber daya publik sejak dari proses pengambilan
keputusan, pelaksanaan serta evaluasi. Keberadaan Undang-undang tentang
keterbukaan informasi publik yang sangat penting sebagai landasan hukum yang
berkaitan dengan; Hak setiap orang untuk memperoleh informasi; Kewajiban
badan publik menyediakan dan melayani pemintaan informasi secara cepat,
tepat waktu, biaya ringan atau proporsional, dan cara sederhana; Pengecualian
bersifat ketat dan terbatas; Kewajiban badan publik untuk membenahi sistem
dokumentasi dan pelayanan informasi.
Lahirnya Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi publik bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang
baik dan bertanggung jawab (Good Governance) melalui penerapan prinsip
akuntabilitas transparansi dan supremasi hukum serta melibatkan partisipasi
masyarakat dalam proses kebijakan publik. Adapun peran komisi informasi
publik tentang Undang-ndang tentang keterbukaan informasi publik adalah
menyampaikan informasi publik secara berkala (rencana anggaran, proyek,
keuangan) dan serta merta (informasi bencana penyakit), informasi publik
uang wajib tersedia setiap saat (pelayanan publik yang ada di badan
publik) serta informasi yang dikecualikan.
Dalam mewujudkan Good Governance, perlu adanya perbaikan-
perbaikan khususnya dalam pemerintahan. Bentuk Good Governance yang
baik adalah dimana system demokratisasi dapat terwujud. Adapun system
demokratisasi adalah dimana masyarakat dapat juga mengetahui dan
11
mengambil peran dalam mewujudkan Good Governance. Untuk itu, peranan
Komisi Informasi sangat
diperlukan guna menyampaikan informasi yang terjadi di pemerintahan
dapat disajikan kepada masyarakat atau publik sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
12
LANDASAN TEORI
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendapat yang
dikemukakan oleh Jones (Purwanto:2007:43) yaitu peranan organisasi di lihat dari
tiga pendekatan indikator, yaitu :
a. Pendekatan sistem eksternal yaituperananorganisasi berdasarkan
kemampuannya dalam menjalin hubungan dengan pihak eksternal.
b. Pendekatan sistem internal yaitu peranan organisasi dengan kinerja
interal organisasi dalam menjalankan fungsinya.
c. Pendekatan teknis yaitu mengevaluasi kemampuan organisasi dalam
mengkonversi keterampilan dan sumber-sumber menjadi barang dan
jasa secara efisien.
Sedangkan dalam good governance penulis berpedoman pada teori yang
dikemukakan Menurut Yuswanto (2003: 34), bahwa dalam governance terdapat
tiga pilar yang terlibat, yaitu:
1. Public governance yang merujuk pada lembaga pemerintahan, sehingga
dapat diartikan sebagai tata kepemerintahan yang baik di lembaga-
lembaga pemerintahan;
2. Corporate governance yang merujuk pada dunia usaha, sehingga dapat
diartikan sebagai tata kelola perusahaan yang baik;
3. Civil society atau masyarakat luas.
13
Adapun manfaat good governance; Mendorong tercapainya
kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asa
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kesetaraan dan
kewajaran; Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan; Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong
arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
14
GAMBARAN UMUM KOMISI INFORMASI PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
Komisi Informasi adalah sebuah lembaga mandiri yang berfungsi
menjalankan Undang Undang keterbukaan informasi publik dan peraturan
pelaksanaannya termasuk menetapkan petunjuk teknik standar layanan informasi
publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan
ajudikasi non letigasi yang untuk pertama kalinya bekerja dimulai pada tanggal 1
mei 2010 berkaitan dengan akan dimulai diberlakukannya Undang-undang nomor
14 tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi publik.Susunan keanggotaan komisi
informasi provinsi berjumlah 5 orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan
unsur masyarakat yang dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota dan
dipilih oleh para anggota Komisi Informasi dapat dilakukan melalui pungutan
suara anggota.
Ada pun tugas pokok dan fungsi komisi informasi adalah sebagai berikut:
Penanganan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik, Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik, Evaluasi dan Langkah Pencegahan Terjadinya
Sengketa Informasi. Di dalam penelitian ini jumlah pegawai komisi informasi 32
orang dan sebagian besar staf komisi informasi adalah pegawai honorer.
15
PERANAN KOMISI INFORMASI DALAM MEWUJUDKAN
GOOD GOVERNANCE DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status).Apabila seseorang
menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka jelas dia
telah menjalankan peranan. Komisi Informasi sangat diperlukan di zaman yang
global ini. Komisi Informasi menjadi wadah penyaluran informasi yang akan
disampaikan kepada masyarakat luas guna mewujudkan good governance. Di
dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan bahwa peranan komisi informasi
dalam mewujudkan good governance di provinsi kepulauan riau sudah berjalan
cukup baik walaupun masih ada terdapat beberapa kendala yang terjadi. Seperti
kurang minatnya masyrakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
transparan, kurang pengetahuan masyarakat tentang peran komisi informasi dilihat
dari sedikitnya kasus sengketa informasi yang masuk ke kantor komisi informasi.
16
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB DAN HAMBATAN PERANAN
KOMISI INFORMASI
Adapun hambatan-hambatan yang ada atau pun kendala dalam
penyelesaian sengketa yang diberikan oleh Komisi Informasi Provinsi
Kepulauan Riau adalah
1. Sulitnya menentukan jadwal anatara pihak pemohon atau termohon
dalam melakukan mediasi.
2. Faktor sering tidak hadirnya salah satu pihak baik pemohon atau
termohon dalam melakukan mediasi.
3. Faktor adanya beberapa pasal didalam Undang- undang yang rancu
4. kurang minatnya pegawai dalam mewujudkan keterbukan Informasi
publik.
17
PENUTUP
Faktor – faktor penyebab dan hambatan peran komisi informasi sebagai berikut :
- Sulitnya menentukan jadwal anatara pihak pemohon atau termohon dalam
melakukan mediasi
- Faktor sering tidak hadirnya salah satu pihak baik pemohon atau termohon
dalam melakukan mediasi.
- Kurang minatnya pegawai dalam
mewujudkan keterbukaan Informasi.
Saran - Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh penulis
mencoba mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kedepannya pengetahuan komisioner dan pegawai
terhadap prosedur penyelesaian sengketa informasi publik harus
memahami semua Peraturan Komiisi Informasi Nomomor 1 dan 2 tahun
2010.
2. Kemampuan pegawai dalam menjalankan informasi publik perlu adanya
sinkronisasi antara publik dan pegawai jadi dengan adanya sinkronisasi
maka kita dapat melihat kemampuan pegawai tersebut dalam
menyelesaikan sengketa infromasi.
18
3. Sebaiknya harus ditingkatkan sosialisasi terhadap peranan lembaga komisi
informasi dengan mengadakan workshop, seminar ataupun pembagian
brosur kepada publik atau masyarakat.
4. Sebaiknya komisioner dan pegawai harus bisa lebih efektif lagi dalam
mewujudkan keterbukaan informasi demi tercapainya good governance
di Provinsi Kepulauan Riau
5. Untuk kedepannya komisioner harus menajalin hubungan kepada pegawai
komisi informasi tanpa mebedakan antara pegawai satu dan yang
lainnya.
6. Pendekatan teknis harus selalu diterapkan karena berkaitan dengan
kemampuan untuk menjadikan sumber-sumber yang ada agar suatu
pelayanan lebih baik Sumber pendukungnya adalah mediasi dan sidang
ajudikasi, sumber pendukungnya sudah di kategorikan cukup baik, tetapi
komisioner dan pegawai komisi informasi harus bisa memperbaiki
kekurangan yang ada pada sumber pendukung khususnya mediasi dan
ajudikasi dalam menyelesaikan sengketa informasi Untuk mewujudkan
visi dan misi Komisi Informasi maka sumber-sumber pendukung harus
diutamakan sebab sumber-sumber pendukung alat atau cara dalam
melakukan dan memecahkan suatu pekerjaan.
7. Sebaiknya komisi informasi khususnya para komisioner harus tegas
dalam memanggil yang bersengketa yaitu pihak pemohon atau pun
termohon agar bisa kedua belah pihak hadir dalam melakukan mediasi
19
atau pun ajudikasi agar tidak ada nya hambatan peran komisi informasi
dalam menjalankan tugasnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus. 2006. Good Governance Melalui Pelayan Publik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Est, Harahap. dkk. 2007. Kamu Besar Bahasa Indonesia. Bandung :Balai
Pustaka
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber DayaManusia.
Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Malayu. Sp. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, BumiAksara.
Jakarta.
Hendro puspito, D. 2004. Sosiologi Sistematik. Jakarta : Kanisius
Horton dan Hunt. 2003. Sosiologi. Jakarta. Erlangga
Indrio, Suparlan dan Tirta Sudira. 2003. Kinerja dan Etos Kerja,
Bandung : Penerbit BSSW co
Kamarrudin, Ahmad. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio.
Edisi Revisi. RinekaCipta: Jakarta
Mangkunegara, Anwar. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia,Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Manullang M. Marihot. 2004. Manajemen Personalia. Yogyakarta :GajahMada
University Press.
Martoyo, Susilo. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yokyakarta :BPFE.
EdisiKe 4.
21
Mathis, Robert L dan Jhon H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber DayaManusia, Buku 2. Jakarta : Salemba Empat
Nasution, 2002. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Purwanto , AgusJoko. 2007 .Teori Organisasi. Jakarta : Universitas Terbuka
Saduwasistiono, 2002. Menata Ulang Kelembagaan Pemerintah,
Jakarta : Citrapindo.
Soehartono. Irawan. 2002, Metode Penelitian Sosial, Cetakan kelima,
Jakarta : Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: RajaGrafido
Persada