PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS...

27
PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS MASYARAKAT INDONESIA Prof. R. Siti Zuhro (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI) Materi ini disampaikan dalam acara Webinar Nasional Kolokium Peluang Riset dan Inovasi di Era New Normal yang diselenggarakan LP2M UNEJ Jakarta, 6 Agustus 2020

Transcript of PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS...

Page 1: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS MASYARAKAT INDONESIA

Prof. R. Siti Zuhro

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI)

Materi ini disampaikan dalam acara Webinar Nasional Kolokium Peluang Riset dan Inovasi di Era New

Normal yang diselenggarakan LP2M UNEJ

Jakarta, 6 Agustus 2020

Page 2: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Pendahuluan

• Pengembangan Ilmu Sosial itu sebenarnya untuk apa dan untuk siapa?

Apakah sekadar ilmu untuk ilmu ataukah untuk kemanfaatan masyarakat.

• Pertanyaan pentingnya, bila kohesi sosial dimaknai sebagai kemampuan

masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anggotanya

termasuk pemenuhan kebutuhan hidupnya (sehingga tak muncul

perselisihan dan bahkan kerusuhan), lantas apakah ilmu sosial telah

berkontribusi positif dalam menciptakan kohesivitas dalam masyarakat?

Page 3: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Realitas Ilmu Sosial di Indonesia dan Tantangannya

• Pengetahuan (knowledge) seharusnya menjadi sumber dalam

pembuatan kebijakan. Selama ini ada kesenjangan antara hasil

penelitian (knowledge product) dan kebijakan (policy making).

• Idealnya kebijakan disusun sebagai suatu keseimbangan antara produk

pengetahuan dan kepentingan-kepentingan politik.

• Pembuatan kebijakan membutuhkan pengetahuan untuk menghasilkan

kebijakan yang berkualitas. Karena itu, pembuat kebijakan harus memiliki

konsep atau pengetahuan sebagai sumber pengambilan kebijakan.

Page 4: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

2

• Kebijakan berbasis pengetahuan sebenarnya lahir dari kebijakan riset

sebagai sebuah proses untuk menghasilkan pengetahuan.

• Hal ini memungkinkan pemerintah memiliki analis dan ahli-ahli yang

berfungsi sebagai orang yang mentransformasikan pengetahuan menjadi

kebijakan.

• Masalahnya, kemampuan/kapasitas SDM para analis dan ahli di

pemerintahan dalam menyiapkan kebijakan kurang memadai.

Page 5: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

3

• Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa

tantangan dalam mengembangkan dirinya seperti:

• (1) Riset jangka pendek;

• (2) Terlalu banyak prioritas/tidak ada prioritas;

• (3) Sangat monodisiplin;

• (4) Perhatian terhadap anggaran riset kecil;

• (5) Riset tidak berkaitan dengan kebijakan;

• (6) Budaya penelitian yang rendah;

• (7) Proses riset terjebak pada cara kerja dan cara berfikir yang birokratis sehingga

manajemen riset tidak dikembangkan dengan desain jangka panjang dan

berkesinambungan.

Page 6: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

4

• Di sisi lain, kebijakan juga memiliki tantangan/masalah yang hampir sama, yakni:

• (1) orientasinya jangka pendek (siklus anggaran);

• (2) ketiadaan perspektif jangka panjang;

• (3) sangat sempit (sektoral);

• (4) sangat lemah dengan data/informasi;

• (5) kebijakan yang terfragmentasi; dan

• (6) tidak terhubung dengan hasil penelitian.

Masalah overlapping kebijakan antar kementerian/lembaga juga terjadi, yakni satu masalah

dikerjakan oleh banyak Lembaga/kementerian.

Page 7: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

5

• Transformasi riset menjadi sebuah kebijakan bisa dalam bentuk policy

paper, policy brief, policy memo, dan knowledge repocitory yang secara

mudah dapat dipahami oleh pembuat kebijakan.

• Selama ini kebijakan di tingkat kementerian jarang didasarkan atas policy

brief, tetapi biasanya tergantung pada keinginan pemerintah/penguasa.

• Perlu ada perubahan pendekatan penelitian dengan melakukan inovasi

riset masa depan dan skenario rencana riset jangka panjang dalam

menghadapi perubahan sosial dan globalisasi/Megatrend 2030.

Page 8: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

6

• Pengembangan riset dapat dikaitkan dengan, misalnya, perkembangan

megatrend 2030 yang sedang terjadi, seperti riset global value chain,

climate change, dan food security.

• Dalam menghadapi perubahan diperlukan sinergi antara knowledge,

interest, dan authority. Perlu ada kombinasi antar ketiganya agar terjadi

perubahan.

• Riset ke depan perlu diarahkan ke performance based dan kluster riset

secara nasional sebagai arah bagi riset di Indonesia.

Page 9: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

7

• Pengembangan ilmu sosial menghadapi tantangan:

• pertama, Indonesia masih menjadi sasaran ekonomi global;

• kedua, eksploitasasi sumber daya alam terus terjadi;

• ketiga, kebijakan-kebijakan strategis.

• Ilmu pengetahuan sosial ditengarai tidak siap, baik secara akademik maupun

profesional. Hal itu, antara lain, bisa dilihat dari lambannya atau terjadinya

stagnasi dalam teori-teori sosial, metodologi dan metode penelitian sosial.

• Perguruan Tinggi hanya menjadi konsumen dan tidak menjadi produsen

pengetahuan. Bertahun-tahun ilmuwan sosial menjadi pembenar kebijakan dan

melembagakan “intelektual tukang.”

Page 10: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

8

• Kita belum membangun pendekatan interdisipliner dalam menjawab

tantangan yang ada. Hal ini diperlukan khususnya untuk menganalisis

dampak kebijakan infrastruktur sebagai agen pembangunan dan dampak

sosial ekonominya.

• Ilmu-ilmu sosial pada dasarnya dapat difungsikan untuk melakukan analisis

respon dan adaptasi masyarakat atas keberhasilan/kegagalan

pembangunan.

• Integrasi ilmu untuk menjawab tantangan Indonesia ke depan merupakan

suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Page 11: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

9

• Kecenderungan ilmuwan sosial lebih fokus pada ontologis, yang berupaya

menjadikan ilmu sosial sebagai instrumen untuk menjelaskan fenomena.

• Ilmu sosial tidak didorong untuk melakukan atau menjadi subjek perubahan.

Akibatnya ada kesenjangan (gap) antara ilmu sosial dan kebutuhan riil dalam

mengatasi masalah perubahan sosial.

• Tuntutan aksiologis untuk mengatasi realitas sosial yang ada jarang

dikembangkan karena tradisi keilmuannya tidak mengembangkan

metodologi aksiologis.

Page 12: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

10

• Di negara-negara maju grand design pengembangan ilmu pengetahuan

lebih terlembaga dan memiliki arah yang jelas.

• Dalam kasus Indonesia, arah pengembangan keilmuan masih belum

menjadi kebutuhan.

• Secara keilmuan, metodologi positivisme yang dianut di Indonesia justru

gagap dalam menjawab berbagai perubahan yang terjadi, karena para

ilmuwan sosial cenderung mengisolasi dirinya dari realitas sosial.

Page 13: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

11

• Seharusnya proses transformasi ilmu-ilmu sosial tidak “berjarak” dengan

realitas sosial, tetapi menyatu dengan kondisi atau perubahan yang terjadi.

• Pengembangan metode aksiologi ini perlu dilakukan agar ilmu-ilmu sosial

tidak terpisah dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, tetapi menjadi

jembatan untuk mendekatkan antara realitas sosial dan ilmu pengetahuan.

• Dengan demikian fenomena perubahan sosial menjadi bagian dari ilmu

sosial. Ke depan perlu ada reformasi dari dalam, di mana ilmu sosial lebih

membumi, sesuai dengan realitas sosial yang terjadi.

Page 14: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Kohesi Sosial

• Kohesi sosial bisa dimaknai sebagai kemampuan masyarakat untuk

menciptakan lingkungan yang aman bagi anggotanya termasuk

pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga tak muncul perselihan dan

bahkan kerusuhan.

• Realitasnya kohesi sosial juga bertujuan politik. Tujuan politik yang ingin

dicapai pada masa kini menekankan upaya pemenuhan hak individual

berupa hak sipil dan politik serta ekonomi dan sosial.

Page 15: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

2

• Ada empat elemen yang tidak dapat dipisahkan terkait munculnya konflik sosial.

Keempat elemen ini secara garis besar merupakan pemenuhan Hak Asasi

Manusia (HAM) berupa:

• kesetaraan tanpa adanya diskriminasi,

• harkat dan martabat dijunjung tinggi,

• komitmen untuk berpartisipasi dan

• kebebasan individu terkait pengembangan diri.

• Keempat hal tsb saling terkait dan saling tergantung satu sama lain. Karena itu,

untuk mewujudkan kohesi sosial yang didasari oleh kesejahteraan masyarakat

diperlukan keseimbangan akan empat instrumen ini.

Page 16: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

3

• Lantas bagaimana menciptakan kohesi sosial dalam masyarakat

kontemporer, jawabannya kembali kepada mewujudkan lingkungan

yang berdasar pada solidaritas organik (solidaritas yang mengikat

masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja

yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar

anggota), karena masyarakat kontemporer sangatlah tergantung pada

pemenuhan hak bagi setiap individu sehingga muncul ketergantungan

antar individu.

Page 17: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Potensi Kerawanan dan Sumber Penyebabterjadinya Konflik: Perspektif Politik

• Dari perspektif politik, stabilitas dan keamanan akan

terganggu oleh beberapa hal sbb:

• Fragmentasi parpol dan masyarakat berdampak negatif

terhadap meningkatnya konflik kepentingan.

• Partai politik yang mengalami friksi di internalnya

berpengaruh terhadap stabilitas politik.

• DPR, DPD dan DPRD gaduh juga berpengaruh terhadap

kinerja pemerintah dan merugikan rakyat.

Page 18: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

2

• Kontestasi tak pernah henti di dalam kabinet dan pemda (antara kepala

daerah dan wakilnya)

• Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang hasilnya belum

menggembirakan. Ketidakpuasan daerah-daerah dengan

kewenangan yang dimiliki menyebabkan mereka resisten dan

melanggar UU di atasnya (perda bermasalah) serta mencari forum

kekuasaan baru melalui pemekaran daerah

• Pemilu dan pilkada yang distortif (curang) sangat potensial

menimbulkan kerusuhan dan bahkan masyarakat yang terbelah.

Page 19: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

3

• Isu SARA yang dijadikan komoditi politik atau politisasi isu

SARA/politisasi identitas dalam pemilu/pilkada sangat

menyesatkan dan mengganggu, bahkan mengancam

kohesivitas masyarakat.

• Aktor dan elit politik berebut kekuasaan dan berperilaku

menyimpang atau melanggar melibatkan pengikutnya/

pendukungnya sehingga ancaman terhadap kohesivitas

masyarakat meluas.

Page 20: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Peran Lembaga Penelitian, Lembaga Pendidikan dan Intelektual dalam Mencegah Konflik

• Peran lembaga penelitian/pendidikan dan intelektual sangat siginifikan. Mereka

adalah penjaga moral dan ikut bertanggungjawab terhadap permasalahan yang

ada. Melalui hasil kajiannya, intelektual bisa menyampaikan rekomendasi kebijakan

kepada pemerintah.

• Kajian dan penelitian memegang peran penting dalam memberikan sumbangsih

pengetahuan. Peran dan fungsi ilmu sosial sangat membantu dalam mengidentifikasi

potensi konflik/kerusuhan dan dalam menemukan faktor-faktor penyebabnya.

• Oleh karena itu, dalam mengambil kebijakan pemerintah perlu mempertimbangkan

secara serius hasil kajian yang disampaikan oleh lembaga penelitian/perguruan tinggi

dan akademisi/intelektual.

Page 21: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

2

• Masalahnya bagaimana mengubah from knowledge to policy.

Pengetahuan (knowledge) seharusnya menjadi sumber dan dasar dalam

pembuatan kebijakan. Selama ini terjadi kesenjangan antara hasil

penelitian (knowledge product) dan kebijakan (policy making).

• Kebijakan idealnya disusun sebagai suatu keseimbangan antara produk

pengetahuan dan berbagai kepentingan politik. Dalam praktiknya saat

ini, para pembuat kebijakan kurang ditopang oleh pengetahuan dan

konsep dalam proses pengambilan kebijakan.

Page 22: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

3

• Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu

keniscayaan bagi percepatan pembangunan nasional yang inklusif, adil,

dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal itu, dibutuhkan pengembangan

ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM

Indonesia sebagai modal pembangunan.

• Oleh karena itu, para ilmuwan sosial diharapkan memiliki cara pandang,

sikap, dan komitmen dalam memacu dan mengembangkan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan berkelanjutan dan

kesejahteraan masyarakat.

Page 23: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

4

• Intensitas pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia harus mempertimbangkan

tuntutan pembangunan dan persaingan dengan negara-negara lain. Para ilmuwan sosial

didorong untuk menghasilkan temuan-temuan baru yang inovatif menuju masyarakat yang

berilmu pengetahuan melalui riset multidisipliner dan interdisipliner dalam membangun

Indonesia yang maju.

• Kebijakan berbasis pengetahuan sebenarnya lahir dari sebuah paradigma bahwa riset

merupakan proses untuk menghasilkan pengetahuan yang diperlukan dalam pengambilan

kebijakan.

• Hal tersebut dimungkinkan karena pemerintah memiliki analis dan ahli-ahli yang berfungsi

sebagai orang yang mentransformasikan pengetahuan menjadi kebijakan. Masalahnya,

apakah kemampuan dan kapasitas SDM para analis dan ahli di pemerintahan mumpuni

dalam menyiapkan kebijakan.

Page 24: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Catatan Penutup

• Pilihan Indonesia untuk menerapkan sistem demokrasi perlu

berkesesuaian/kompatibel dengan nilai-nilai dasar keindonesian, penuh

keadaban dan sarat dengan wawasan kebangsaan sebagaimana

dikonseptualisasikan dengan cerdas oleh para pendiri bangsa.

• Keindonesiaan dan kedaerahan harus seimbang (balance), tidak boleh

dominan kedaerahannya karena ini bisa mengancam keutuhan NKRI dan

atau kohesivitas masyarakat.

Page 25: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

2

• Dengan kata lain, demokrasi dan otonomi daerah yang berjalan

sekarang ini tidak boleh minus nuansa kebangsaan, harus memiliki visi

nasional dan visi kebangsaan yang jelas. Pembukaan konstitusi harus

menjadi petunjuk (guidance) dan tak boleh dinafikan.

• Para ilmuwan sosial sudah banyak membuat kajian tentang masalah-

masalah sosial termasuk konflik/kerusuhan sosial. Banyak buku dan hasil

penelitian yang diterbitkan tentang hal itu. Namun kontribusinya belum

positif terhadap terwujudnya kohesi sosial di Indonesia.

Page 26: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

3

• Persoalannya antara lain karena ilmuwan sosial dan organisasi-organisasi

ilmu sosial kurang mampu meyakinkan para pemangku kebijakan untuk

menjadikan hasil-hasil dan temuan penelitian sebagai dasar/sumber

kebijakan dan program-progam pembangunan.

• Banyak organisasi ilmu sosial yang hidupnya tidak independen. Ini bisa

dilihat dari banyaknya organisasi tersebut yang dipimpin oleh pejabat.

• Sementara itu, ilmuwan sosial sendiri kurang memiliki komitmen untuk

menghidupi organisasi keilmuwannya.***

Page 27: PERAN ILMU SOSIAL DALAM MENCIPTAKAN KOHESIVITAS …lp2m.unej.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/PROF-R... · •Lembaga riset di universitas dan lembaga litbang memiliki beberapa tantangan

Terimakasih

Semoga bermanfaat