HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN...

37
HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN PERILAKU AGRESI PADA KELOMPOK SUPORTER PANSER BIRU SEMARANG Oleh GEO GAMMA HUTAMA Nim: 802009075 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi. Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN PERILAKU

AGRESI PADA KELOMPOK SUPORTER PANSER BIRU SEMARANG

Oleh

GEO GAMMA HUTAMA

Nim: 802009075

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi.

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok
Page 5: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok
Page 6: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok
Page 7: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN PERILAKU

AGRESI PADA KELOMPOK SUPORTER PANSER BIRU SEMARANG

Geo Gamma Hutama

Berta Prasetya

Jusuf Tjahjo Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kohesivitas kelompok dengan perilaku agresi suporter Panser Biru Semarang.Populasi pada penelitian ini adalah supporter Panser Biru.Sampel diambil sebanyak 50 orang, yang terdiri dari 7 perempuan dan 43 laki-laki.Sampel diambil dengan teknik purposive sampling.Data kohesivitas kelompok dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur Grup Environment Questionnaire (GEQ) oleh Carron., dkk (1997) dan data agresi dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur Aggression Questionnaireoleh Buss & Perry(1992), kedua alat ukur tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Dari hasil analisa data diperoleh hubungan (r) sebesar 0,304 dengan sig. = (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif signifikan antara kohesivitas kelompok dengan perilaku agresi suporter Panser Biru Semarang.

Kata Kunci: Kohesivitas Kelompok, Perilaku Agresi, Panser Biru

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

Abstract

This study aimed to determine the correlation between group cohesiveness and aggressive behavior of Panser Biru Semarang supporters. The population in this study was a supporter Panser Biru. Samples taken as many as 50 people(7 women and 43 men) and were taken by purposive sampling technique. The group cohesiveness data was collected using Group Environment Questionnaire (GEQ) by Carron., et al (1997) and the agression data was collected using Aggression Questionnaire by Buss & Perry (1992), both the instruments have been translated into Bahasa Indonesia. This is a correlational research study. From the analysis of the data, it is revealed that the relationship (r) is of 0.304 with sig. = (P <0.05), which means there is a significant positive relationship between group cohesiveness and aggressive behavior of Panser Biru Semarang supporters.

Keywords: Group Cohesiveness, Behavior Aggression, Panser Biru Semarang

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

PENDAHULUAN

Industri sepakbola di Indonesia saat ini sedang menjadi sorotan dunia

internasional karena telah mengalami peningkatan dalam penyelenggaraan liga

Indonesia. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) saat ini sedang menjalin

kerjasama dengan Union of European Football Associations (UEFA) khususnya dalam

hal pembinaan klub sepakbola di Indonesia dan pengelolaan komunitas suporter

(Republika, 2014). Kedua hal tersebut sedang menjadi fokus utama dalam program

kerjasama, mengingat dunia internasional menilai PSSI masih lemah dalam memenuhi

hak-hak pemain sepakbola dan dalam membina kelompok suporter di Indonesia. Hal ini

ditunjukkan dengan tingginya kerusuhan antar suporter klub sepakbola di Indonesia.

Suryanto (dalam Nugroho, Hardjajani, & Wulansari, 2010) mengungkapkan bahwa

dalam evaluasi 136 pertandingan sepakbola terjadi kerusuhan sebanyak 2,6% atau

sekitar tiga hingga empat kali kerusuhan. Hal tersebut menunjukkan belum tercapainya

tujuan kelompok suporter secara umum, yaitu mendukung tim disertai sportifitas tinggi

sesuai dengan program fair-play yang dikeluarkan FIFA (Adi, 2011). Salah satu

kelompok suporter yang kerap kali terlibat dalam kerusuhan adalah kelompok suporter

klub Persatuan Sepakbola Indonesia Semarang (PSIS) yang disebut dengan Pasukan

Semarang Biru (Panser Biru). Kelompok suporter ini dikenal sangat fanatik dalam

mendukung PSIS Semarang, yang terkadang karena kefanatikan tersebut sering

menimbulkan perilaku-perilaku agresif yang sangat merugikan dan memicu kerusuhan

dengan kelompok suporter lainnya (Silwan, 2012).

PSSI sebagai lembaga tertinggi yang menaungi Liga Indonesia pernah

memberikan peringatan kepada klub PSIS dikarenakan tingginya tingkat kerusuhan

yang dilakukan oleh Panser Biru (Tribunnews, 2013). Sepanjang tahun 2001 hingga

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

2011 Panser Biru tercatat telah menunjukkan perilaku agresi baik verbal maupun non

verbal dalam berbagai bentuk, seperti perkelahian, pelemparan, pengrusakan, maupun

ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok suporter lawan

(Nugroho dkk., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Silwan (2012) menghasilkan

temuan bahwa antara tahun 2001-2005 suporter PSIS Semarang yang disebut dengan

Panser Biru mengalami bentrok sebanyak 9 kali dalam pertandingan tandang. Bahkan,

pada tahun 2012, kelompok suporter Panser Biru terlibat perkelahian dengan sesama

pendukung PSIS yang berujung pada tewasnya seorang suporter dan empat suporter

lainnya luka parah (Poskotanews.com, 2012). Perilaku para suporter Panser Biru seperti

kontak fisik, memaki, merusak fasilitas merupakan ciri-ciri dari perilaku agresi.

Perilaku agresi merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan

individu yang ditampakkan dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda

dengan unsur kesengajaan yang dieskpresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku

non verbal (Scheneiders, 1955). Dampak dari perilaku agresi dimungkinkan dapat

merugikan atau meresahkan berbagai pihak termasuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Agresi yang dilakukan berturut-turut dalam jangka panjang dapat mengakibatkan

individu mempunyai harga diri yang rendah, menjadi depresif, stress pasca trauma, dan

kecendurungan untuk represi (Fox & Gilbert, 1994). Lebih lanjut Myers (1996)

menjelaskan ada empat faktor yang mempengaruhi agresi, antara lain yaitu, faktor

biologis, belajar sosial, lingkungan, dan frustasi. Sedangkan, Taylor (dalam Gifford,

1987) mengemukakan bahwa lingkungan sekitar tempat tinggal dapat menjadi sumber

yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu.

Pernyataan tersebut didukung oleh Sarwono (1999) yang mengatakan bahwa faktor

yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi adalah adanya pengaruh

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

kelompok. Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh kelompok dalam berperilaku agresi

pada saat mendapatkan provokasi atau desakan secara langsung dari kelompoknya

(Putri, 2013). Pada kelompok suporter Panser Biru, kuatnya pengaruh kelompok

ditunjukkan dengan menyanyikan lagu-lagu yang bersifat provokatif secara bersama-

sama ketika wasit melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan pada saat

pertandingan berlangsung. Selain itu, Panser Biru menunjukkan perilaku agresi terhadap

kelompok suporter lawan dan aparat kepolisian. Seperti yang dipaparkan oleh Silwan

(2012), bahwa pada tahun 2006 Panser Biru terbukti melakukan pengrusakkan sejumlah

fasilitas stadion dan terlibat perkelahian dengan kelompok suporter Persita saat

menjalani laga tandang. Kemudian pada tahun 2011, Panser Biru juga melakukan

pelemparan terhadap kelompok suporter Mitra Kukar pada saat menjalani laga kandang

di stadion Jatidiri.

Pengaruh dari kelompok akan semakin kuat bagi individu apabila dalam

kelompok terdapat daya tarik individu terhadap kelompoknya dan memotivasi mereka

untuk tetap bersama kelompok. Perasaan daya tarik antar anggota kelompok disebut

dengan kohesivitas kelompok (George & Jones, 2002). Gibson (2003) mengungkapkan

bahwa kohesivitas kelompok adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada

kelompoknya daripada kelompok lain. Mengikuti kelompoknya akan memberikan rasa

kebersamaan dan rasa senang. Kelompok yang kohesif memiliki kemampuan

berkembang dari waktu ke waktu karena menjaga anggotanya dan memungkinkan

mereka untuk mencapai tujuan yang dimiliki. Janis (1972 dalam Treadwell, 2001)

menjelaskan bahwa ketika kelompok menjadi kohesif, mereka akan mengisolasi

kelompok mereka, mengurangi pengaruh dari luar, dan memungkinkan munculnya

groupthink. Wicaksono&Prabowo (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

terdapat kohesivitas di dalam kelompok suporter pendukung Persija Jakarta.Dalam

penelitian tersebut, kohesivitas yang muncul disebabkan oleh antara lain, yaitu latar

belakang kelompok (jumlah anggota, latar belakang tempat tinggal, teman sebaya

tujuan yang sama), aktivitas dan kegiatan kelompok (menyanyikan yel-yel saat

pertandingan, menonton pertandingan kandang maupun tandang, atau sekedar

berkumpul setelah menonton pertandingan, bakti sosial), kebersamaan dalam kelompok

(proses menumbuhkan keterikatan, saling membantu pada saat pertandingan maupun

dalam keseharian).

Terdapat beberapa tokoh yang mempelajari mengenai kohesivitas kelompok.

Salah satunya adalah Forsyth (1999) yang mengembangkan teori kohesivitas

kelompok melalui empat dimensi, antara lain yaitu, kekuatan sosial, kesatuan dalam

kelompok, daya tarik, dan kerjasama kelompok. Kekuatan sosial dipahami sebagai

dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam

kelompoknya, kesatuan dalam kelompok dipahami sebagai perasaan saling memiliki

terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan

keanggotaannya dalam kelompok, kemudian dimensi yang ketiga daya tarik dipahami

sebagai properti kelompok yang berasal dari jumlah dan kekuatan sikap positif antara

anggota kelompok, dan terakhir adalah kerjasama kelompok yang dipahami sebagai

proses yang dinamis yang direfleksikan dengan kecenderungan suatu kelompok untuk

tetap terikat bersama dan mempertahankan kesatuan dalam usaha untuk mencapai

tujuan. Forsyth (1999) juga menyatakan bahwa kelompok yang kohesif memiliki ciri-

ciri antara lain, masing-masing anggota timbul keterdekatan, sehingga bisa

mempengaruhi satu sama lain, rasa toleran, saling membagi, saling mendukung

terutama dalam menghadapi masalah, kelekatan hubungan, saling tergantung untuk

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

tetap tinggal dalam kelompoknya, rasa saling percaya, timbul suasana yang nyaman

(merasa aman dalam bekerja, untuk mengungkapkan pendapat & berinteraksi, saling

pengertian) dan adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok.

Walgito (2007) menjelaskan mengenai adanya peran kohesivitas dalam

mempengaruhi perilaku-perilaku anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang

kohesif akan memberikan respon positif terhadap para anggota dalam kelompok.

Kelompok yang kohesif akan terdorong untuk menyesuaikan diri dengan norma

kelompok dan merespon positif terhadap perilaku anggota kelompok yang lain. Hal ini

di dukung dengan penemuan Festinger, Schacter, dan Black (dalam Shaw 1979) yang

mendapati bahwa anggota kelompok yang kohesif mempunyai opini yang seragam dan

umumnya dalam tindakan menyesuaikan diri dengan standar atau keinginan kelompok.

Jadi tekanan terhadap keseragaman naik searah atau sejajar dengan naiknya kohesi

kelompok. Dalam hal ini kohesivitas dalam suatu kelompok menjadikan anggotanya

bersedia melakukan norma-norma atau perilaku yang diinginkan kelompok, termasuk

perilaku agresi terhadap kelompok lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sunita dan Eliana (2011), menghasilkan temuan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kohesivitas dengan perilaku agresi. Sama halnya dengan penelitian

yang dilakukan Safitri dan Andrianto (2012) yang menjelaskan bahwa terdapat

hubungan yang positif signifikan antara kohesivitas dengan intensi perilaku agresi pada

kelompok suporter PSS Sleman. Kedua penelitian tersebut didukung oleh hasil

penelitian dari Ravn (2007) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara

kohesivitas tim dan kecenderungan perilaku agresi.

Dari kajian dan penelitian yang dipaparkan diatas, diketahui bahwa terdapat

hubungan antara kohesivitas dengan perilaku agresi. Masalah dalam penelitian ini

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara kohesivitas kelompok

dengan perilaku agresi pada kelompok suporter Panser Biru?”.Oleh karena itu, penulis

bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui adakah hubungan antara kohesivitas

dengan perilaku agresi pada kelompok suporter PSIS Semarang Panser Biru. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi suporter klub sepakbola di

Indonesia khususnya organisasi suporter Panser Biru dalam pengembangan pengelolaan

kelompok suporter.

Kohesivitas Kelompok

Forsyth (2010) mengatakan kelompok adalah dua atau lebih individu yang

dihubungkan dengan dan dalam hubungan sosial. Selain itu, jika dilihat secara

menyeluruh, kelompok seperti satu kesatuan yang dibentuk dimana dorongan

interpersonal yang mengikat anggota bersama-sama dalam satu unit dengan batas-batas

yang menandai yang berada dalam kelompok dan diluar kelompok. Kualitas dalam

hubungan dalam kelompok tersebut dinamakan kohesivitas kelompok. Kohesivitas

kelompok dapat diklaim untuk menjadi teori yang paling penting dalam group dynamic

(dinamika kelompok). Tanpa adanya kohesivitas kelompok, individu akan menarik diri

dari kelompoknya. Selain itu kohesivitas kelompok menjadi indikasi dari keberhasilan

dalam kelompok (Forsyth, 2010).

Definisi kohesivitas kelompok awalnya merupakan definisi yang

unidimensional. Hal ini terlihat seperti penjelasan Forsyth (dalam Treadwell, 2001)

yang menyatakan kohesivitas kelompok merupakan penguat yang mengadakan

kebersamaan kelompok atau kekuatan dari ikatan yang menghubungkan anggota

kelompok kepada kelompok. Frank (dalam Treadwell, 2011) mendefinisikan perasaan

anggota tentang rasa kepemilikan kepada kelompok atau daya tarik dari kelompok

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

untuk anggotanya. Kemudian unidimensional mengenai kohesivitas kelompok menjadi

bergeser menjadi pendekatan multi dimensional.

Hal ini seperti dinyatakan Forsyth (2010) bahwa kohesivitas bukan konsep yang

sederhana, namun merupakan multi component procces dimana terdapat berbagai

macam pendekatan yang terdiri dari social cohesion, task cohesion, perceived cohesion

dan emotional cohesion. Forsyth (2010) menjelaskan satu persatu pendekatan tersebut,

social cohesion adalah pendekatan yang dilakukan oleh Lewin dan Festinger,

mengambil pendekatan psikologi sosial untuk menjelaskan kohesivitas kelompok,

menekankan pengaruh dari interaksi (baik individu maupun kelompok) dalam

kelompok. Pendekatan task cohesion, menjelaskan kekuatan dari kelompok fokus dari

tugas, dan tingkat dari kerja sama ditampilkan dari anggota kelompok dimana mereka

berkoordinasi dalam usaha yang dijalankan dan adanya collective efficacy dalam

kelompok. Pendekatan perceived cohesion menyatakan sejauh mana anggota kelompok

merasakan mereka berada dalam kelompok (tingkat individu) dan keseluruhan proses

dalam kelompok (tingkat kelompok). Sedangkan pendekatan emotion cohesion

menyatakan tentang kedekatan afektif dalam kelompok, semangat dalam kelompok atau

tingkat positif afektif. Di tingkat kelompok, emosi kelompok berbeda dari emosi tingkat

individu.

Menurut Forrest dan Kearns (2001) disamping pengukuran objektif, pengukuran

terhadap persepsi individual anggota kelompok mengenai tingkat kohesinya dengan

kelompok juga tidak boleh diabaikan karena persepsi ini berpengaruh pada tingkah laku

individu tersebut maupun tingkah laku kelompok secara keseluruhan. Salah satu

pendekatan yang menjelaskan bahwa kohesivitas kelompok adalah gambaran rasa

kepemilikan individu pada kelompoknya dan perasaan moral yang terkait dengan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

keanggotaannya dalam kelompok, serta atribut kelompok yang di refleksikan melalui

hubungan antara individu dengan kelompoknya adalah perceived cohesion (Bollen &

Hoyle, dalam Nisa & Juneman, 2010).

Komponen Kohesivitas

Salah satu definisi yang mengacu pada beberapa pendekatan yang disampaikan

oleh Forsyth (2010) adalah model hierarki Carron tentang kohesivitas kelompok.

Menurut Carron, Brawley, dan Widmeyer (dalam Prapavessis & Carron, 1997)

menjelaskan kohesivitas kelompok adalah proses dinamis yang tercermin dalam

kecenderungan kelompok untuk tetap bersama dan menjaga kebersamaan dalam

mengejar tujuan dasar kelompok dan atau untuk pemenuhan kebutuhan afektif anggota

kelompok.

Model hierarki Carron (dalam Castonguay, 2008) tentang kohesivitas kelompok

mengusulkan sebuah model hierarki kohesi yang dibedakan menjadi komponen

individu (daya tarik individu ke grup) dan komponen kelompok (kelompok integrasi)

kemudian kedua komponen tersebut terdiri ke subkomponen tugas dan sosial.

Penjelasan dari Carron (dalam Dion, 2000) mengenai model hierarki kohesivitas

kelompok menghasilkan empat komponen, yaitu:

1. Integrasi Kelompok-Sosial (lK-S)

Integrasi Kelompok-Sosial adalah persepsi individu tentang kedekatan,

ketertutupan dan ikatan dalam kelompok sebagai keseluruhan sebagai unit

sosial. Penjelasan mengenai komponen IK-S adalah ketika dalam kelompok,

anggota kelompok melihat kelompok sebagai sarana interaksi yang

menumbuhkan kenyamanan dan lebih dari tempat mencapai tujuan kelompok

tersebut.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

2. Integrasi Kelompok-Tugas (IK-T)

Integrasi Kelompok-Tugas adalah persepsi individu tentang kedekatan,

ketertutupan dan ikatan dalam kelompok sebagai keseluruhan dari tujuan

kelompok. Penjelasan mengenai komponen IK-T adalah anggota kelompok

memiliki penilaian yang sama bahwa kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam

rangka mencapai tujuan kelompok.

3. Ketertarikan Individu dalam Kelompok-Sosial (KIK-S)

Ketertarikan Individu dalam Kelompok-Sosial adalah perasaan tiap anggota

kelompok tentang penerimaan personal seseorang dan interaksi sosial dengan

kelompok. Penjelasan mengenai komponen KIK-S adalah ketika dalam

kelompok mengadakan agenda rutin untuk berkumpul bersama, maka peserta

tersebut memiliki rasa nyaman untuk hadir dalam agenda tersebut.

4. Ketertarikan Individu dalam Kelompok -Tugas (KIK-T)

Ketertarikan Individu dalam Kelompok-Tugas adalah daya tarik dari tujuan

kelompok, produktivitas dan tujuan bagi individu secara pribadi. Penjelasan

mengenai komponen KIK-T adalah ketika dalam kelompok, anggota kelompok

tersebut memiliki kenyamanan untuk mencapai tujuan dari keberhasilan

kelompok bersama.

Dampak Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas kelompok memiliki efek positif dalam tingkah laku kelompok dan

fungsinya. Kohesivitas kelompok mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan

kemalasan sosial (Karau & Hart, 1998; Karau & Wiliiams, 1997 dalam Treadwell,

2001), angka putus sekolah (Robinson & Carron, 1982 dalam Treadwell, 2001),

absenteeism (Carron, Widmeyer, & Brawley, 1988 dalam Treadwell, 2001),

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

meningkatkan komunikasi di antara anggota kelompok (Wech, Mossholder, Steel, &

Bennett, 1997 dalam Treadwell, 2001), meningkatkan problem solving (Rempel &

Fisher, 1997 dalam Treadwell, 2001), dan meningkatkan hasil pekerjaan (Langfred,

1998; Prapavessis & Carron, 1997) dalam Treadwell, 2001).

Forsyth (2010) menjelaskan, kelompok yang kohesif memiliki kemampuan

berkembang dari waktu ke waktu karena menjaga anggotanya dan memungkinkan

mereka untuk mencapai tujuan yang dimiliki. Kelompok yang tidak kohesif beresiko

karena banyak anggotanya keluar dari tujuan sehingga kelompok tidak mampu

bertahan. Kohesivitas kelompok diasosiasikan mampu meningkatkan kenyamanan

anggota dalam kelompok dan menurunkan stress dananggota yang keluar. Selain itu

kohesivitas kelompok dan kinerja saling memiliki hubungan yang positif. Kelompok

yang kohesif cenderung mengungguli kelompok yang kurang kohesif.

Dari dampak negatif, Janis (1972 dalam Treadwell, 2001) menjelaskan ketika

kelompok menjadi kohesif, mereka mengisolasi kelompok mereka, mengurangi

pengaruh dari luar dan memungkinkan munculnya “groupthink”. Mondy, Sharplin dan

Premeaux (dalam Treadwell, 2001) berpendapat tingginya kohesivitas kelompok yang

memiliki tujuan berbeda dengan tujuan organisasi kemungkinan akan menyabotase

upaya manajemen terhadap peningkatan produktivitas.

AgresiTerhadap Suporter Lawan

Myers (1996) menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku fisik atau

lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain.

Sedangkan menurut Buss (dalam Morgan, 1989) yang terkenal dalam penelitiannya

mengenai agresi, menyatakan secara lebih spesifik mengenai perilaku agresi. Buss

(1989) mendefenisikan perilaku agresi sebagai suatu perilaku yang dilakukan untuk

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang

menjadi sasaran perilaku tersebut baik secara fisik atau verbal dan langsung atau tidak

langsung.

Jika menelaah beberapa defenisi yang ditampilkan maka penelitian dalam hal ini

akan menggunakan konsep perilaku agresi menurut Buss dengan asumsi defenisi ini

cukup lengkap dan detail dalam menjelaskan perilaku agresi. Pada kelompok suporter,

perilaku agresi muncul dalam berbagai bentuk dan biasanya agresi ini ditujukan kepada

kelompok suporter lawan. Seperti pada pertandingan PSIS Semarang saat bertandang ke

Jepara pada bulan Januari 2006, dimana puluhan orang menjadi korban atas tindak

agresi yang dilakukan kedua belah pihak suporter (Antaranews, 2006).

Dimensi Perilaku Agresi

Berikut 4 dimensi agresi menurut Buss dan Perry (1992) :

1. Physical Aggression (PA)

Merupakan agresi overt (terlihat). Tendensi individu melakukan serangan secara fisik

untuk mengekspresikan kemarahan atau agresi. Bentuk serangan fisik tersebut seperti

mendorong, memukul, mencubit, menendang, dan lainnya.

2. Verbal Aggression (VA)

Tendensi menyerang orang lain atau memberikan stimulus yang merugikan dan

menyakitkan secara verbal, melalui kata-kata atau penolakan. Bentuk serangan verbal

tersebut meliputi cacian, makian, mengumpat, penolakan.

3. Anger (A)

Perasaan marah, kesal, sebal, dan bagaimana cara mengontrol hal tersebut. Termasuk

didalamnya adalah irritability, yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk

cepat marah, dan kesulitan mengendalikan amarah.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

4. Hostility (H)

Tergolong perilaku covert (tidak terlihat). Hostility terdiri dari dua bagian, yaitu

resenment yaitu perasaan iri dan cemburu terhadap orang lain, dan suspicion seperti

adanya ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan terhadap

orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresi

Sarwono (1999) membagi faktor-faktor yang mencetuskan agresi yang berupa

rangsangan atau pengaruh terhadap agresivitas itu dapat datang dari luar diri sendiri

(yaitu kondisi lingkungan atau pengaruh kelompok) atau dapat juga berasal dari dalam

diri (pengaruh kondisi fisik dan kepribadian).

a. Kondisi lingkungan

Pada manusia, bukan hanya sakit fisik yang dapat memicu agresi, melainkan

juga sakit hati (psikis). Selain itu, udara yang sangat panas juga lebih cepat memicu

kemarahan dan agresi. Demikian pula pada saat adanya serangan cenderung memicu

agresi karena pihak yang diserang cenderung membalas. Rasa sesak (crowding) juga

dapat memicu agresi. Peningkatan agresivitas di daerah yang sesak berhubungan dengan

penurunan perasaan akan kemampuan diri untuk mengendalikan lingkungan sehingga

terjadi frustrasi.

b. Pengaruh kelompok

Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan

hambatan dari kendali moral. Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh kelompok dalam

melakukan agresi. Selain itu, perilaku agresif dapat di pengaruhi pula oleh adanya

perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan

beramai-ramai), adanya desakan kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut di

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

anggap bukan anggota kelompok), adanya deindividuasi (identitas sebagai individu

tidak di kenal).

c. Pengaruh kepribadian dan kondisi fisik

Kondisi diri atau fisik juga mempengaruhi agresivitas. Banyaknya kadar

adrenalin dalam tubuh, misalnya meningkatkan rangsangan dalam tubuh sehingga orang

yang bersangkutan lebih siap dan lebih cepat bereaksi. Berbagai keadaan arousal

terlepas dari sumber dan jenisnya memang dapat saling memperkuat perilaku agresif.

METODE

Partisipan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh supporter Panser Biru yang tergabung

dalam keanggotaan Panser Biru. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 50

orang anggota suporter Panser Biru. Adapun yang menjadi karakteristik sampel dalam

penelitian ini adalah responden merupakan anggota tetap kelompok suporter Panser

Biru yang terdaftar dalam kesekertariatan dan dibuktikan dengan kartu tanda anggota

Panser Biru serta berusia 18 tahun sampai 30 tahun, responden berdomisili di Kota

Semarang dan sekitarnya, dan responden terlibat secara langsung dalam setiap

pertandingan PSIS di stadion, baik pertandingan kandang maupun tandang.

Prosedur Sampling

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 anggota

suporter Panser Biru.

Pengukuran

Terdapat dua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini, yaitu:

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

1. Skala Kohesivitas yang dimodifikasi dari skala Grup Environment Questionnaire

(GEQ) untuk mengukur kohesivitas kelompok, yang terdiri dari 18 item dalam

bentuk skala likert. GEQ merupakan instrumen yang dikembangkan oleh

Carron.,dkk (1997) melalui empat dimensi kohesivitas kelompok, keempat dimensi

tersebut adalah Integrasi Kelompok-Tugas (IK-T), Integrasi Kelompok-Sosial (IK-

S), Ketertarikan Individu dalam Kelompok-Sosial (KIK-S), Ketertarikan Individu

dalam Kelompok-Tugas (KIK-T). Dalam penelitian Darwita (2012) penggunaan

skala ini diketahui reliabilitas sebesar 0,81 yang berarti alat ukur ini layak dipakai

sebagai alat ukur dalam penelitian. Berikut ini adalah contoh item dari masing-

masing aspek kohesivitas kelompok:

a) Aspek Integrasi Kelompok Tugas (IK-T)

Kelompok suporter kami bersatu dengan tujuan untuk mendukung tim PSIS.

b) Aspek Integrasi Kelompok Sosial (IK-S)

Kelompok suporter kami ingin menghabiskan waktu bersama meskipun

sedang tidak ada pertandingan sepakbola.

c) Aspek Ketertarikan Individu dalam Kelompok Sosial (KIK-S)

Bagi saya kelompok suporter ini adalah salah satu kelompok sosial

terpenting dimana saya berada.

d) Aspek Ketertarikan Individu dalam Kelompok Tugas (KIK-T)

Saya tidak senang dengan usaha kelompok suporter ini dalam mendukung

PSIS

Berdasarkan hasil analisa awal dengan menggunakan SPSS 16.0 didapati besar nilai

reliabilitas 0,847 untuk skala kohesivitas 18 item. Setelah tiga item yang gugur

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

dihilangkan, nilai reliabilitas untuk skala kohesivitas menjadi 0,881. Maka dapat

dikatakan bahwa skala kohesivitas reliabel.

2. Skala Agresivitas yang dimodifikasi dari skala Buss & Perry Aggression

Questionnaire untuk mengukur agresivitas, yang terdiri dari 28 item dalam bentuk

skala likert. Buss & Perry Aggression Questionnaire merupakan instrumen yang

dikembangkan oleh Buss & Perry (1992) melalui empat dimensi agresivitas.

Keempat dimensi tersebut antara lain yaitu, Physical Aggression (PA), Verbal

Aggression (VA), Anger (A), Hostility (H). Dalam penelitian Kaplan & Sacuzzo

(dalam, Reyna, dkk; 2011) diketahui nilai reliabilitas berkisar diantara 0,70 sampai

0,80 yang berarti alat ukur ini layak dipakai sebagai alat ukur dalam penelitian.

Berikut ini adalah contoh item dari masing-masing aspek agresi:

1. Physical Aggression

Sesekali saya tidak bisa menahan diri untuk menyerang kelompok suporter

lawan.

2. Verbal Aggression

Saya tidak segan untuk beradu mulut dengan kelompok suporter lawan.

3. Anger

Saya memiliki masalah dalam mengendalikan emosi jika berhadapan

dengan kelompok suporter lawan.

4. Hostility

Saya curiga terhadap kelompok suporter lawan yang bersikap terlalu ramah.

Berdasarkan hasil analisa awal dengan menggunakan SPSS 16.0 didapati besar

nilai reliabilitas 0,918 untuk skala agresi sebanyak 29 item. Setelah lima item yang

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

gugur dihilangkan, nilai reliabilitas untuk skala agresi menjadi 0,945. Maka dapat

dikatakan bahwa skala agresi reliabel.

Sebelum menggunakan kedua skala tersebut, penulis melakukan modifikasi alat

ukur terlebih dahulu dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Responden

akan diminta untuk mengerjakan kedua skala tersebut sesuai dengan keadaan dirinya

yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, responden juga diminta untuk identitas diri,

usia, dan tempat tinggal untuk mengetahui bahwa responden memenuhi kriteria dalam

penelitian ini.

Prosedur Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

korelasional. Penelitian ini akan di lakukan di kantor-kantor sekertariat Panser Biru.

Penulis akan membagikan kuisioner yang terdiri dari dua skala, yaitu skala kohesivitas

yang dimodifikasi dari skala GEQ dan skala agresivitas yang dimodifikasi dari skala

Buss & Perry Aggression Questionnaire, yang nantinya akan diisi oleh anggota

kelompok suporter Panser Biru yang telah memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Dari hasil penghitungan melalui Kolmogorov-Smirnov SPSS 16.00, di dapatkan

bahwa koefisien K-S-Z agresivitas 0,585 (p>0,05) sedangkan koefisien K-S-Z

kohesivitas kelompok 0,066 (p>0,05). Dari hasil tersebut, maka data kedua variabel

dapat dikatakan berdistribusi normal.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Agresivitas Kohesivitas

N 50 50

Normal Parametersa Mean 71.2200 60.1400

Std. Deviation 17.62221 7.64522

Most Extreme Differences Absolute .110 .185

Positive .106 .123

Negative -.110 -.185

Kolmogorov-Smirnov Z .775 1.307

Asymp. Sig. (2-tailed) .585 .066

a. Test distribution is Normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel memiliki

hubungan secara linear atau tidak secara signifikan. Dari hasil uji linearitas yang

dilakukan dengan menggunakan ANOVA table of linearity, maka didapatkan hasil Fbeda

1,748 dan nilai signifikansi sebesar 0,141 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa hubungan kohesivitas kelompok dengan perilaku agresi menunjukkan garis yang

sejajar atau linear

� �

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Kohesivitas *

Agresivitas

Between

Groups

(Combined) 2408.353 36 66.899 1.909 .106

Linearity 264.308 1 264.308 7.541 .017

Deviation from

Linearity 2144.045 35 61.258 1.748 .141

Within Groups 455.667 13 35.051

Total 2864.020 49

3. Analisis Deskriptif

Perilaku Agresi

Hasil analisis deskriptif

Skor Perilaku Agresi

No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar Deviasi

1. 100,8 � x �120 Sangat Tinggi

1 2%

� ���

� ���

2. 81,6 � x <100,8 Tinggi 18 36% 3. 62,4 � x < 81,6 Sedang 16 32% 4. 43,2 � x <62,4 Rendah 13 26% 5. 24 � x <43,2 Sangat

Rendah 2 4%

Data di atas menunjukkan tingkat perilaku agresi dari 50 subjek yang berbeda-

beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga tinggi. Pada kategori sangat rendah

didapati prosentase sebesar 4% dengan frekuensi 2 orang, kategori rendah 26% dengan

frekuensi 13 orang, kategori sedang 32% dengan frekuensi 16 orang, kategori tinggi

sebesar 36 % dengan frekuensi 18 orang, dan kategori sangat tinggi sebesar 2% dengan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

frekuensi 1 orang. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 71,22 dengan standar

deviasi sebesar 17,62. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku agresi pada

kelompok suporter Panser Biru berdasarkan penelitian ini yang dilakukan di Semarang

ini berada pada tingkat yang sedang.

Kohesivitas Kelompok

Hasil Analisis Deskriptif

Skor Kohesivitas Kelompok

No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar Deviasi

1. 63 � x �75 Sangat Tinggi

24 48%

�� ���

���

2. 51 � x <63 Tinggi 18 36% 3. 39 � x <51 Sedang 8 16% 4. 27 � x <39 Rendah 0 0% 5. 15 � x <27 Sangat

Rendah 0 0%

Data di atas menunjukkan tingkat kohesivitas kelompok dari 50 subjek yang

berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga tinggi. Pada kategori sangat

rendah dan rendah didapati prosentase sebesar 0% dengan frekuensi 0, kategori sedang

16% dengan frekuensi 8 orang, kategori tinggi sebesar 36% dengan frekuensi 18 orang,

dan kategori sangat tinggi sebesar 48% dengan frekuensi 24 orang. Mean atau rata-rata

yang diperoleh adalah 60,14 dengan standar deviasi sebesar 7,64. Maka secara umum

dapat dikatakan bahwa kohesivitas kelompok pada kelompok suporter Panser Biru

berdasarkan penelitian yang dilakukan di Semarang ini berada pada tingkat yang tinggi

4. Uji korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment-Pearson dengan

bantuan SPSS 16.0 didapatkan hubungan sebesar 0,304 dengan sig. = 0,032 (p < 0,05).

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan korelasi positif yang signifikan antara

Kohesivitas Kelompok dengan perilaku agresi pada kelompok suporter Panser Biru

Semarang. Nilai koefisiensi determinasi (r2) pada penelitian ini adalah 9,24%, dimana

hasil tersebut menunjukkan bahwa kohesivitas kelompok memiliki sumbangan sebesar

9,24% terhadap munculnya perilaku agresi.

Correlations

Agresivitas Kohesivitas

Agresivitas Pearson Correlation 1 .304*

Sig. (2-tailed) .032

N 50 50

Kohesivitas Pearson Correlation .304* 1

Sig. (2-tailed) .032

N 50 50

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan Uji Korelasi Product Moment Pearson untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kohesivitas kelompok

dengan perilaku agresi. Dari analisis uji korelasi didapatkan hasil signifikasi (p) sebesar

0,032 (p < 0,05) dan nilai (r²) sebesar 9,24?% yang berarti terdapat hubungan korelasi

positif antara kohesivitas kelompok dengan perilaku agresi pada kelompok suporter

Panser Biru Semarang. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Forsyth (1999);

Festinger, Schacter, dan Black (dalam Shaw 1981); dan Walgito (2007) yang

mengungkapkan bahwa peran kohesivitas antar anggota kelompok dapat mendorong

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

dan mempengaruhi perilaku-perilaku individu termasuk di dalamnya yaitu perilaku

agresi. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil dari penelitian Sunita dan Eliana

(2011); Safitri dan Adrianto (2012); dan Ravn (2007) yang menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara kohesivitas dengan perilaku agresi.

Gibson (2003) mengungkapkan bahwa kohesivitas kelompok adalah kekuatan

ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya daripada kelompok lain. Mengikuti

kelompoknya akan memberikan rasa kebersamaan dan rasa senang. Kelompok yang

kohesif memiliki kemampuan berkembang dari waktu ke waktu karena menjaga

anggotanya dan memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan yang dimiliki. Ketika

kelompok menjadi kohesi, mereka akan mengisolasi kelompok mereka, mengurangi

pengaruh dari luar, dan memungkinkan munculnya groupthink. Anggota kelompok

yang kohesif mempunyai opini yang seragam dan umumnya dalam tindakan

menyesuaikan diri dengan standar atau keinginan kelompok. Jadi pressure atau tekanan

terhadap keseragaman naik searah atau sejajar dengan naiknya kohesi kelompok. Dalam

hal ini kohesivitas dalam suatu kelompok menjadikan anggotanya bersedia melakukan

norma-norma atau perilaku yang diinginkan kelompok, termasuk perilaku agresi

terhadap kelompok lain.

Hasil analisis data juga menunjukkan nilai koefisiensi pada penelitian ini adalah

9,24%, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa kohesivitas kelompok memiliki

sumbangan sebesar 9,24% terhadap munculnya perilaku agresi, dengan nilai mean

kohesivitas yang tergolong tinggi yaitu 60,14 dan nilai mean agresivitas yang tergolong

sedang yaitu sebesar 71,22. Angka tersebut menunjukkan bahwa kohesivitas yang

terdapat pada kelompok suporter Panser Biru bukanlah satu-satunya faktor yang

menyebabkan munculnya agresivitas. Hal ini dikarenakan pihak manajemen suporter

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

Panser Biru dan masing-masing koordinator wilayah mampu menciptakan kondisi yang

membangun anggota kelompoknya dengan kegiatan-kegiatan yang memicu kreativitas

dan menghasilkan kontribusi bagi masyarakat. Seperti menyelenggarakan musyawarah

bersama (mubes) secara rutin yang diisi dengan diskusi, penyampaian aspirasi, dan

pergantian kepengurusan (www.bolanews.com, 2015). Selain itu setiap isra miraj,

Panser Biru mengadakan pengajian yang dihadiri anggota Panser Biru, dan juga

khitanan massal (www.hooligans1932.com, 2012). Tingginya nilai kohesivitas yang

diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang positif dapat menurunkan munculnya perilaku

agresi di kelompok suporter Panser Biru.

Kohesivitas yang tinggi berarti masing-masing individu dalam kelompok

memiliki kenyamanan untuk mencapai tujuan dari keberhasilan kelompok bersama

(Carron, dalam Dion, 2000). Anggota kelompok yang kohesif akan lebih menyadari

identitasnya sebagai bagian dari kelompok. Seperti yang disampaikan oleh Forsyth

(1999) bahwa kelompok yang kohesif memiliki ciri-ciri antara lain, masing-masing

anggota timbul keterdekatan, sehingga bisa mempengaruhi satu sama lain, rasa toleran,

saling membagi, saling mendukung terutama dalam menghadapi masalah, keeratan

hubungan, saling tergantung untuk tetap tinggal dalam kelompoknya. Rasa saling

percaya, timbul suasana yang nyaman (merasa aman dalam bekerja, untuk

mengungkapkan pendapat & berinteraksi, saling pengertian) dan adanya kesadaran

sebagai bagian dari kelompok. Pada kelompok suporter Panser Biru rasa kenyamanan

saat berada di dalam kelompok dan dorongan untuk berjuang bersama tercermin dari

aktivitas kelompok Panser Biru pada saat mendukung tim PSIS berlaga di stadion jati

diri Semarang. Pada setiap laganya, panitia pelaksana menyiapkan tidak kurang dari

15.000 tiket (m.sepakbola.com, 2015). Belum lagi kelompok suporter Panser Biru

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

sering melakukan aktivitas sosial bersama-sama seperti membangun posko mudik untuk

memberikan pelayanan bagi pemudik yang singgah (bolanasional.com, 2014),

membersihkan shelter Bus Rapid Transitdengan tujuan menjadikan kota Semarang

lebih bersih dan indah (semarangkota.go.id, 2015). Hal tersebut menunjukkan

komitmen dan kenyamanan dari setiap anggota panser biru untuk mencapai tujuan

bersama. Namun dorongan untuk berjuang bersama dan kenyamanan yang ada di dalam

kelompok tidak selalu memberikan dampak positif bagi kelompok tersebut. Seperti

ketika Panser Biru sedang mendukung PSIS di stadion, seringkali Panser Biru bersama-

sama menyanyikan lagu provokatif yang mengandung unsur cacian dan makian yang

bisa menekan kondisi tim lawan. Tidak hanya itu, kebersamaan yang kuat di dalam

suporter Panser Biru digunakan untuk menyerang suporter lawan yang berujung pada

pelemparan, perkelahian, hingga bentrok dengan aparat kepolisian (Silwan, 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif antara kohesivitas dengan perilaku agresi pada

suporter Panser Biru Semarang.

2. Kohesivitas kelompok yang dimiliki kelompok suporter Panser Biru masuk

dalam kategori tinggi.

3. Perilaku agresi yang dimiliki kelompok suporter Panser Biru masuk dalam

kategori sedang.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

SARAN

1. Saran bagi Persatuan Sepakbola Indonesia Semarang (PSIS)

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan efektif terutama kepada PSIS

untuk dapat menyelenggarakan pembinaan terhadap suporter (Panser Biru) klub

untuk lebih meningkatkan kegiatan-kegiatan yang bersifat kontributif bagi

kelompok suporter Panser Biru sendiri dan bagi masyarakat secara umum.

2. Saran bagi Panser Biru

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan, peneliti

menghimbau kepada kelompok suporter Panser Biru untuk tetap menjadikan

kelompok sebagai sarana interaksi, namun tidak dengan mengisolasi anggotanya

dan mulai untuk membuka pengaruh dari luar seperti menjalin kerjasama dengan

anggota kelompok suporter lain.

3. Saran bagi peneliti selanjutnya

a) Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti hubungan kohesivitas

kelompok terhadap perilaku agresi. Dengan demikian masih ada variabel

lain yang turut memberi pengaruh pada perilaku agresi pada kelompok

suporter yang belum dijelaskan dan diteliti. Disarankan bagi peneliti

selanjutnya untuk mengkaji perilaku agresi dari sudut pandang atau

variabel-variabel yang lain, seperti frustasi, social modeling, stimulus

situasional, kondisi lingkungan, pengaruh kepribadian dan kondisi fisik.

b) Pada saat pengambilan data, penulis kurang memperhatikan situasi di

lapangan ketika partisipan sedang mengisi alat ukur sehingga banyak

ditemukan partisipan yang tidak konsisten dalam menjawab. Oleh sebab itu

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengontrol partisipan saat

proses pengambilan data.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

���

Daftar Pustaka

Adi, C. (2011, Juni). Artikel Pembaca, Mengenai Prinsip Fair Play. Available (Online): http://pasoepati.net/artikel-pembaca-mengenal-prinsip-fair-play/ Antaranews.(2006). Komisi Lakukan Evaluasi Terkait Kerusuhan Suporter di Jepara.

Retrieved from http://www.antaranews.com/print/29836/�

Bolanasional.co. (2014).Panser Biru buka posko mudik lebaran. Retrieved from http://bolanasional.co/2014/07/24/bolanasional-co-2/panser-biru-buka-posko-mudik-lebaran/

Bolanews.com. (2015).Panser Biru siap gelar pemilu. Retrieved from http://www.bolanews.com/brazil/read/nasional/liga.indonesia/101742-panser.biru.siap.gelar.pemilu

Bollen, K.A., & Hoyle, R.H. (1990). Perceived cohesion: A conceptual and empirical examination. Journal of Psychology Social, 69 (2), 479-504.

Brawley L. R., Carron A. V., &Widmeyer W. N., (1987).Assessing the Cohesion of

Teams:Validity of the Group Environment Questionnaire. Journal Of Sport Psychology �9, 275�294.

Buss, H. B. (1989).Social Behaviour and Personality. London: Lawrence

ErlbaumAssociation

Buss, A.H., & Perry, M. (1992). The Agression Questionaire.Journal of Personality and Social Psychology, 63, 452-459.

Carron, A.V., Brawley, L.R., & Widmeyer, W.N. (1997). “The measurement of cohesiveness in sport groups”.In J.L. Duda (Ed.).Advances in sport and exercise psychology measurement. Morgantown, WV: Fitness Information Technology. Page 1-4.

Castonguay, A. (2008). The Influence of group goal type on cohesion(Thesis).Available

from ProQuest Dissertations and Theses Database. Darwita, F. A. (2012). Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok Pada Kelompok

Peserta Mentoring Agama Islam Dengan Tanggung Jawab Siswa SMA.Fakultas Psikologi.Universitas Indonesia.

Forrest, R. & A. Kearns (2001). Social cohesion, social capital and the

neighbourhood.Journal Urban Studies, 38(12), 2125-2143. Forsyth, D. R. (1999).Group Dynamics3rded . New York: Brooks/Cole. Forsyth, D. R. (2010). Group Dynamics5th ed . USA: Cengage Learning. Gifford, R. (1987). Enviromental Psychology: Principles and Practice. Boston: Allyn

and Bacon Inc.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

Hooligan1932.com. (2012).Bakti sosial memperingati Isra Mi’raj. Retrieved from

http://www.hooligans1932.com/2012/06/bakti-sosial-memperingati-isra-miraj.html

Janis, I.L. (1972). Victims ofGroupthink. New York: Houghton Mifflin. �� ����������������������� �������������������� ��������� �����������������

�M. Sepakbola.com. (2015). Panpel cetak 15 ribu tiket untuk laga PSIS vs Persija.

Retrived from http://m.sepakbola.com/2015/02/panpel-cetak-15-ribu-tiket-untuk-laga-psis-vs-persija

�Poskotanews.com. (2012). Suporter PSIS tawuran 1 tewas, a luka parah. Retrieved from

http://poskotanews.com/2012/01/15/suporter-psis-tawuran-1-tewas-4-luka-parah/��

������������� ���� �� ����!�� �"�� �#��� $����%����� �������!�� �!&� ��!%������� ���!������!������������������� ���� ����� �� � ���� �����!" ��� ���! ���� �����!

#��'()'*+��&�����+�+(#,+-)'���(�'(�

� �Ravn, T.M. (2007). Relational Aggression and Team Cohesion Among Female Adolescent

Athletic Teams. The Graduate School University of Wisconsin-Stout Menomonie, WI.

Reyna, C., Lello, M.G., &Sanchez, A., Brussino, S., (2011).The Buss-Perry Aggression

Questionnaire: Construct validity and gender invariance among Argentineanadolescents. International Journal of Psychological Research, 4(2), 30-37.

Safitri, A & Adrianto, S. (2012). Hubungan Antara Kohesivitas Dengan Intensi Perilaku

Agresi Pada Suporter Sepak Bola.Jurnal Psikologi Sosial, 1, 4-12. Sarwono, S.W. (1999). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi

Terapan. Jakarta: Balai Pustaka. Scheneiders, Alexander. A. 1955. Personal Adjusment and Mental Healty. New York :

Holt, Rinehart dan winston. Semarangkota.go.id. (2015). Libatkan supporter ngecat selter Brt. Retrieved from

http://semarangkota.go.id/berita/read/7/berita-kota/374/libatkan-suporter-ngecat-selter-brt

Shaw, M.E. (1981). Group dynamics the psychology of small group behavior. (3rded).

New York: McGraw-Hill. Silwan, A. (2012). Aggresive BehaviorPattern, Characteristics And Fanaticism Panser Biru

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8818/2/T1_802009075_Full... · ejekan dalam bentuk lagu provokatif, yang ditujukan kepada kelompok

��

Group PSIS Semarang. ����� �$ ������� ����� ����% ���������������'#)(.���

$�!����� /��� �0���!��� 1�� �'+��& �'�� � ( �����)�� � ��� � ����� *� % ���� � �

% ��� � �� + ���� �� ( �� + �� ���$2������ ��&�2� &�������2�!��� 3!����������

$��������3������� �&�!���

$����!���� ����� % ���� �������� ��� *'�� �������4�� 5�������� � 1�������&� %����

�����,,������������6������&,�&,����!�,.��-(��Treadwell, T., Lavertue, N., Kumar, V. K.,& Veeraraghavan, V. (2001). The group

cohesion scale-revised: Reliability and validity. The International Journal of Action Methods: Psychodrama, Skill Training and Role Playing, 54, 3-12. doi : 10.1234/12345678

Tribunnews.com. (2013). Bus dilempari fans PSIS, Manajer Persip pertimbangkan lapor

ke PT. LI. Retrieved from http://www.tribunnews.com/superball/2013/06/01/bus-dilempari-fans-psis-manajer-persip-pertimbangkan-lapor-ke-pt-li

Walgito, B. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wicaksono, B & Prabowo, H. (2008).Cohesivity Among Supporters Of Persija Soccer

Team. Faculty of Psychology.Gunadharma University.