PERAN DIPLOMASI MARITIM INDONESIA DALAM...

12
Latar Belakang Konflik “Siapa yang menguasai energi, maka dia akan menguasai dunia”, pusat energi dunia di Timur Tengah dan Afrika telah dijadikan lahan konflik dan truoble spot selanjutnya adalah kawasan LCS. Kawasan tersebut memiliki berbagai potensi yang sangat besar, yakni berupa potensi sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam maupun kekayaan alam berupa hasil ikan yang melimpah yang terkandung di dalamnya, serta merupakan jalur perdagangan dunia yang sangat fital antar negara. Hal ini banyak menarik perhatian Negara-negara yang masih membutuhkan energy untuk perkembangan industrialisasinya. Tumpang tindih kepentingan baik yang berbatasan langsung dengan Kawasan LCS, maupun Negara-negara besar yang mempunyai ambisi global tersendiri bagi kepentingan pribadi masing-masing NegaraMajor Power. Dinamika terakhir tulisan ini dibuat pada tanggal 19 Februari 2016 bahwa, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa memperingatkan China untuk menghormati putusan pengadilan internasional yang diharapkan keluar pada pengujung 2016 untuk menyelesaikan sengketa dengan Filipina di wilayah LCS. China mengklaim seluruh wilayah di LCS dan menolak otoritas Arbitrase Pengadilan Tetap dalam sesi 1 dengar pendapat di Den Haag, Belanda. Meskipun mereka meratifikasi Konvensi Hukum Laut PBB yang menjadi dasar dalam kasus tersebut.Wakil Direktur Jenderal untuk Wilayah Asia Selatan dan Tenggara Kementerian Pertahanan AS Amy Searight mengatakan, Negeri Paman Sam, Uni Eropa, dan sekutu seperti Australia, Korea Selatan, serta Jepang harus siap menyatakan sikap bahwa putusan pengadilan mengikat secara hukum. Selanjutnya Searight juga mengatakan akan siap untuk bersuara lantang dan vokal secara bersama-sama dan menyatakan diri berada di belakang Filipina serta negara ASEAN lain bahwa ini adalah hukum internasional yang sangat penting dan mengikat. Searight juga menyatakan akan ada sebuah konsekuensi bagi China jika mereka kalah dalam putusan pengadilan tetapi tetap melanggar putusan tersebut.Gambaran tersebut betapa sulitnya jalan keluar yang ditempuh dalam penyelesaian Abstrak Dalam upaya untuk berkontribusi dalam memelihara perdamaian dan stabilitas di tingkat kawasan hampir tidak ada satupun masalah di kawasan yang luput dari perhatian Indonesia. Terkait isu LCS, Indonesia secara gigih mengingatkan seluruh pihak bahwa satu-satunya pilihan penyelesaian permasalahan adalah melalui jalan damai. Penggunaan kekerasan ataupun ancaman penggunaan kekerasan bukanlah merupakan sebuah pilihan. Sepanjang inti permasalahannya belum terselesaikan, maka negara-negara di kawasan tetap terbayang-bayangi oleh potensi konflik di LCS. Kebijakan Pemerintah yang ingin mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia harus bisa sebagai Leading Sector dalam keterlibatannya dengan salah satu cara mengedepankan Diplomasi Maritim sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 dan mengacu kepada politik luar negeri yang dianut yaitu bebas aktif. JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5 50 1 http://news.okezone.com/read/2016/02/18/18/1315188/china-harus-hormati-putusan-pengadilan-internasional-terkait-lcs PERAN DIPLOMASI MARITIM INDONESIA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK LAUT CHINA SELATAN (LCS) Oleh Letkol Laut (P) Salim

Transcript of PERAN DIPLOMASI MARITIM INDONESIA DALAM...

Latar Belakang Konflik

“Siapa yang menguasai energi, maka dia akan menguasai dunia”, pusat energi dunia di Timur Tengah dan Afrika telah dijadikan lahan konflik dan truoble spot selanjutnya adalah kawasan LCS. Kawasan tersebut memiliki berbagai potensi yang sangat besar, yakni berupa potensi sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam maupun kekayaan alam berupa hasil ikan yang melimpah yang terkandung di dalamnya, serta merupakan jalur perdagangan dunia yang sangat fital antar negara. Hal ini banyak menarik perhatian Negara-negara yang masih membutuhkan energy untuk perkembangan industrialisasinya. Tumpang tindih kepentingan baik yang berbatasan langsung dengan Kawasan LCS, maupun Negara-negara besar yang mempunyai ambisi global tersendiri bagi kepentingan pribadi masing-masing NegaraMajor Power.

Dinamika terakhir tulisan ini dibuat pada tanggal 19 Februari 2016 bahwa, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa memperingatkan China untuk menghormati putusan pengadilan internasional yang diharapkan keluar pada

pengujung 2016 untuk menyelesaikan sengketa dengan Filipina di wilayah LCS. China mengklaim seluruh wilayah di LCS dan menolak otoritas Arbitrase Pengadilan Tetap dalam sesi

1dengar pendapat di Den Haag, Belanda. Meskipun mereka meratifikasi Konvensi Hukum Laut PBB yang menjadi dasar dalam kasus tersebut.Wakil Direktur Jenderal untuk Wi layah As ia Se la tan dan Tenggara Kementerian Pertahanan AS Amy Searight mengatakan, Negeri Paman Sam, Uni Eropa, dan sekutu seperti Australia, Korea Selatan, serta Jepang harus siap menyatakan sikap bahwa putusan pengadilan mengikat secara hukum. Selanjutnya Searight juga mengatakan akan siap untuk bersuara lantang dan vokal secara bersama-sama dan menyatakan diri berada di belakang Filipina serta negara ASEAN lain bahwa ini adalah hukum internasional yang sangat penting dan mengikat. Searight juga menyatakan akan ada sebuah konsekuensi bagi China jika mereka kalah dalam putusan pengadilan tetapi tetap melanggar putusan tersebut.Gambaran tersebut betapa sulitnya jalan keluar yang ditempuh dalam penyelesaian

Abstrak

Dalam upaya untuk berkontribusi dalam memelihara perdamaian dan stabilitas di tingkat kawasan hampir tidak

ada satupun masalah di kawasan yang luput dari perhatian Indonesia. Terkait isu LCS, Indonesia secara gigih

mengingatkan seluruh pihak bahwa satu-satunya pilihan penyelesaian permasalahan adalah melalui jalan damai.

Penggunaan kekerasan ataupun ancaman penggunaan kekerasan bukanlah merupakan sebuah pilihan. Sepanjang

inti permasalahannya belum terselesaikan, maka negara-negara di kawasan tetap terbayang-bayangi oleh potensi

konflik di LCS. Kebijakan Pemerintah yang ingin mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia harus bisa

sebagai Leading Sector dalam keterlibatannya dengan salah satu cara mengedepankan Diplomasi Maritim sesuai

dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 dan mengacu kepada politik luar negeri yang dianut yaitu bebas

aktif.

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

50

1 http://news.okezone.com/read/2016/02/18/18/1315188/china-harus-hormati-putusan-pengadilan-internasional-terkait-lcs

PERAN DIPLOMASI MARITIM INDONESIA DALAMPENYELESAIAN KONFLIK LAUT CHINA SELATAN (LCS)Oleh Letkol Laut (P) Salim

sengketa di LCS yang melibatkan enam negara secara langsung, yaitu Brunei, Cina, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam terkait dengan klaim masing-masing pihak terhadap Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel. Secara tidak langsung, sengketa di perairan tersebut akan melibatkan pula pihak-pihak lain yang terkena spill over, seperti Amerika Serikat yang sangat menjunjung tinggi kebebasan bernavigasi.

Indonesia meskipun bukan merupakan negara yang turut mengklaim di LCS, tetapi mempunyai kepentingan di perairan tersebut. Kepentingan tersebut setidaknya ada dua, yaitu pertama mencegah spill over ke wilayah kedaulatannya dan kedua adalah memperkuat klaim wilayah ZEE Indonesia di LCS yang berbatasan dengan Laut Natuna. Seperti diketahui, dalam peta yang diterbitkan oleh Cina pada 1992 klaim Cina sampai merambah ke wilayah ZEE Indonesia yang ditandai dengan adanya sembilan garis putus-putus. Terkait dengan hal tersebut, tulisan ini bermaksud membahas dinamikia di LCS dan peran diplomasi maritim yang akan dilakukan oleh Indonesia.

Latar Belakang Diplomasi Maritim Indonesia

D i p l o m a s i M a r i t i m I n d o n e s i a mengandung prinsip Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi Ikut melaksanakan Ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Prinsip yang dianut oleh Republik Indonesia yang berdiri pada tahun 1945 itu memiliki arti penting bagi stabilitas keamanan dunia dan kawasan. Sehingga pada tahun 1960, Indonesia mengeluarkan prinsip Politik Luar Negeri Bebas Aktif sebagai tindak lanjut dari amanah Pembukaan UUD 45. Latar belakang munculnya, konsep ini selain dari amanat Konstitusi juga melihat konstelasi dunia yang mengarah pada Perang Dingin pasca Perang

2Dunia II saat itu.

Konsep yang berangkat dari pemikiran Bung Hatta mengenai Mengayuh Diantara dua karang. Dalam keterangan pemerintah di hadapan sidang BP KNIP tanggal 2 September 1948, Bung Hatta mengatakan bahwa “pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi obyek dalam pertarungan politik internasional, melainkan kita harus tetap menjadi subyek yang berhak menentukan sikap kita sendiri, berhak memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya.” Menurut Bung Hatta, politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepercayaan diri dan berjuang dengan kemampuan sendiri. Namun begitu, bukan berarti Indonesia tidak mengikuti perkembangan situasi internasional dan memanfaatkannya demi kepentingan nasional. “Ini tidak berarti bahwa kita tidak akan mengambil keuntungan dari pada pergolakan

3internasional,” ungkap Bung Hatta.

Belakangan pidato Bung Hatta itu diterbitkan dalam sebuah buku yang diberi judul “Mendayung di antara Dua Karang” untuk merujuk pada posisi Indonesia di antara dua negara adi daya, Amerika Serika dan Uni Soviet. Dalam dua tulisannya di Foreign Affairs beberapa tahun kemudian, Bung Hatta kembali menegaskan prinsip bebas aktif yang dianut Indonesia tersebut. Prinsip bebas aktif ini tidak pernah berubah sejak Indonesia merdeka hingga sekarang. Dalam konteks pasca-Perang Dingin, prinsip itu tetap dinilai relevan untuk menjaga independensi Indonesia dalam mengambil keputusan terkait kebijakan luar negerinya tanpa campur tangan negara lain. Sebab meski era bipolar lampau, namun kekuatan-kekuatan yang ingin menarik Indonesia demi kepentingan mereka tetap akan ada. Hanya saja, bentuk implementasi dari prinsip ini berlainan di tiap rezim dan pemerintahan.

Pengertian DiplomasiMaritim dan Poros Maritim Dunia (PMD).

Presiden Joko Widodo , di hadapan para

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

51

2 http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/tapmpr/gbhn_99-04.htm

3 http://rajasamudera.com/2016/01/diplomasi-maritim-indonesia/

pemimpin negara-negara yang hadir pada Pertemuan Puncak Asia Timur (EAS) pada tahun 2014, memaparkan bahwa agenda pembangunan untuk mewujudkan Indonesia sebagai PMD memiliki lima pilar utama. Kelima pilar tersebut diharapkan akan mampu membawa Indonesia menjadi PMD, kekuatan yang mengarungi dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa. Kelima pilar itu adalah, pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri dari 17 ribu pulau lebih, bangsa Indonesia harus menyadari dan melihat dirinya sebagai bangsa yang identitasnya, kemakmurannya, dan masa depannya, sangat ditentukan oleh bagaimana kita mengelola samudera. Kedua, komitmen untuk menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut, melalui pengembangan industri perikanan, dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama. Presiden juga menjelaskan bahwa Kekayaan maritim Indonesia akan digunakan sebesar-sebesarnya untuk kepentingan rakyat. Ketiga, komitmen untuk mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun Tol Laut, pelabuhan laut dalam, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim. Keempat, diplomasi maritim yang mengajak semua mitra-mitra Indonesia untuk bekerja sama di bidang kelautan. Terkait dengan diplomasi maritim ini Presiden menjelaskan b a w a a k a n b e r s a m a - s a m a h a r u s menghilangkansumber konflik di laut, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut. Kelima, sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia memiliki kewajiban untuk membangun kekuatan pertahanan maritim. Dalam pilar kelima ini Indonesia disamping menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim juga sebagai bentuk tanggungjawab dalam menjaga

4keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

Dalam menjalankan diplomasi maritim

pada pilar keempat tersebut khusunya dalam memainkan perannya dalam konflik yang terjadi di LCS seperti gambaran diatas dituntut untuk memegang teguh prinsip politik luar negeri bebas aktif yang berujung pada tegaknya kedaulatan bangsa Indonesia dan terjaganya stabilitas keamanan dikawasan.Diplomasi merupakan seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, perdagangan dan pertahanan. Biasanya, orang menganggap d ip lomas i sebaga i cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata yang halus. Diplomasi Maritim Indonesia dalam kontek penyeleseian konflik LCS merupakan Negosiasi atau perundingan yang dilakukan oleh dua Negara atau lebih mengenai batas laut, kerjasama maritim serta pertahanan.

Arah politik pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan PMD-nya diharapkan membawa perubahan signifikan pada arah diplomasi kita, baik pada masa sebelum Reformasi maupun sesudah Reformasi ( Era Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY). Kegagalan dipomasi pada rezim setelah reformasi seperti lepasnya Timor Leste, Sipadan Ligitan, kemudian masalah MoU Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM dinilai oleh banyak pihak memiliki banyak kelemahan. Di antaranya yang paling terlihat sekali sewaktu masa SBY, di mana mengeluarkan kebijakan dengan prinsip 'Thousand Friends,Zero Enemy', telah dianggap sebagai prinsip yang lemah dan tidak memiliki arah. Begitupun dalam penafsiran amanat Pembukaan UUD 45 dan Politik luar negeri bebas aktif, prinsip itu dianggap salah kaprah dan tafsir. Akibatnya, Indonesia memiliki Bergainning politik yang lemah di kancah dunia Internasional.Penafsiran politik luar negeri beabs aktif sendiri pun bukan berarti kita harus netral dan tidak memihak. Kita dapat condong dan bahkan memihak kepada blok manapun

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

52

4 http://www.antaranews.com/berita/464097/di-eas-jokowi-beberkan-lima-pilar-poros-maritim-dunia

dengan National Interest sebagai tinjauan utamanya. Meskipun belum secara terperinci pemerintah Jokowi menjelaskan maksud dari d i p l o m a s i m a r i t i m d a l a m 5 p i l a r pembangunannya, setidaknya sudah ada itikad dari pemerintah untuk memperbaiki masalah diplomasi Indonesia khususnya diplomasi maritim.

Keterlibatan TNI Angkatan Laut.

Sudah sewajarnya dalam konteks ini TNI AL memberikan kontribusi yang nyata baik dalam bentuk pemikiran maupun tindakan. Karena hal itu telah sesuai dengan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia pada Pasal 9, ditentukan bahwa Angkatan Laut bertugas:

1. Melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan.

2. Menegakkan Hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional Indonesia dan hukum Internasional yang telah diratifikasi.

3. Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah.

4. Melaksanakan tugas TNI da lam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut.

5. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

Di poin tiga jelas disebutkan bahwa TNI AL memiliki tugas diplomasi Angkatan Laut guna mendukung kebijakan politik luar negeri pemerintah. Hal yang sebenarnya jarang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya dalam melibatkan TNI AL untuk menyelesaikan masalah diplomasi maritim seperti masalah Ambalat dan Tanjung Datuk dengan Malaysia,

masalah Pulau Pasir dengan Australia, dan masalah perbatasan di Laut Andaman dengan Thailand dan India, serta masalah-masalah lainnya.Namun yang perlu digarisbawahi saat melakukan diplomasi maritim untuk masalah p e r b a t a s a n m a r i t i m i a l a h d e n g a n memperhatikan aspek hukum internasional dan hukum nasional dengan mempertimbangkan National Interest sebagai tujuan utamanya. Selain itu seoptimal mungkin juga dipertimbangkan penyelesaian masalah dengan damai, meskipun tidak menutup kemungkinan perang fisik merupakan konsekuensi yang ditempuh apabila kedaula tan danNat i ona l In t e r e s t k i ta terpinggirkan.

Seperti pada persoalan pencurian ikan yang melampaui batas negara. Pencurian ikan sebagai kejahatan yang sangat serius juga harus dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa

5(Extraordinary Crimes). Sebagaimana disebutkan dalam Statuta Roma, pencurian ikan sebagai kejahatan luar biasa harus dianggap sebagai suatu kejahatan yang melanggar hak asasi manusia atau crimes against humanity.Hal ini sangat tepat, karena kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pencurian ikan telah menghilangkan hak-hak asasi masyarakat Indonesia, sehingga hal ini bukan hanya tanggung jawab Indonesia saja untuk memeranginya. Tetapi menjadi kewajiban dan tanggung jawab negara-negara lain yang terlibat untuk juga menegakan hukum bagi pelanggarnya. Sehingga Pemerintah Indonesia harus mendesak negara-negara di dunia untuk turut serta menegakan hukum bagi para pencuri ikan yang berada di wilayah yuridiksi hukumnya.

K e t e r l i b a t a n T N I A L d a l a m m e n a n g g u l a n g i p e n c u r i a n i k a n j u g a mengandung peran Polisionil dan Diplomasi Angkatan Laut, mengingat banyaknya negara yang belum menerima saat kapal nelayannya ditenggelamkan. Maka TNI AL bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Luar Negeri harus bisa menjelaskan kepada dunia internasional

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

53

5 http://jurnalmaritim.com/2015/01/diplomasi-poros-maritim-strategi-memerangi-pencurian-ikan/

mengenai landasan penenggelaman tersebut yang sesuai pula dengan tugas dan peran universal Angkatan Laut. Paling tidak dunia internasional harus mampu menghargai kedaulatan maritim Indonesia.

Selain itu guna membina Brotherhood sesama Angkatan Laut sedunia, TNI AL terlibat aktif dalam event internasional seperti latihan multilateral dari Angkatan Laut baik kawasan maupun dunia. Sehingga poin-poin tersebut mampu menguatkan kiprah diplomasi Angkatan Laut guna mencapai PMD. Langkah itu juga mampu diwujudkan saat pemerintah memerlukan investasi guna membangun Tol laut, seperti adanya bantuan anggaran dari Tiongkok, namun juga harus disertai dengan tenaga kerjanya. Praktis hal ini tentunya menggores kedaulatan kita juga mengingat kelangkaan pekerjaan kian meningkat di Indonesia. Sehingga anggapan Poros Maritim-nya Tiongkok dapat ditepis oleh pemerintah.

Berdasarkan letaknya yang strategis, Indonesia seharusnya memiliki Bergainning yang kuat saat mengambil keputusan terkait politik luar negeri. Misalnya, ketika suatu negara memberikan persyaratan yang tinggi supaya mau menginvestasi di Indonesia, maka jangan sampai kedaulatan kita tergadaikan. Kita tentunya memiliki keyakinan bahwa masih banyak negara lain yang respect terhadap Indonesia. Begitu pun juga saat ikut serta dalam meredakan konflik kawasan, seperti yang terjadi di LCS, Indonesia khususnya TNI AL harus mampu terlibat untuk menjaga kedaulatan negara di kawasan Natuna yang berbatasan langsung dengan pusaran konflik.

Oleh karena itu, dengan diplomasi maritim bagaimana kehidupan rakyat Indonesia dapat terlindungi dengan rasa aman, sejahtera, dan meningkat SDM-nya. Selain itu juga tidak ada sejengkal tanah dan lautan yang dimiliki oleh negara lain. Setelah itu baru secara internasional kita mampu menjadi stabilisator

konflik di LCS maupun pusaran konflik laiinnya serta berperan aktif ikut melaksanakan ketertiban dan perdamaian dunia.

Diplomasi Angkatan Laut

Suatu peristiwa yang diawali dengan blokade kekuatan angkatan laut Amerika di perairan Kuba merupakan peristiwa yang menunjukkan suatu resultante koersif yang dikenal dengan Gunboat Diplomacy atau diplomasi kapal perang yang pada akhirnya menjadi Naval Diplomacy atau diplomasi Angkatan Laut. Di sisi lain, Diplomasi Angkatan laut tidak hanya mengarah kepada Coercive diplomacy namun kekuatan angkatan laut bisa menjadi suatu instrumen Cooperative diplomacy seperti pada kegiatan kegiatan: Honour Visit, Fleet review, Join Exercise, Capacity Building,

6Human Disaster Relief. Salah satu faktor kenapa angkatan laut adalah ketahan lamaan operasi dalam ruang dan waktu serta mudah untuk manuver menjadikan suatu kekuatan maritim atau kekuatan angkatan laut merupakan instrumen yang baik guna mencapai tujuan politik luar negeri.

Menurut Ken Booth bahwa Angkatan Laut dapat memerankan tiga fungsi secara universal, yakni peran Diplomacy , Mi l i t e ry dan Constabulary. Dalam peran Diplomasi sangat erat kaitannya dengan Fore ign Pol icy dan Pertanyaannya adalah apakah Negara kita sudah mengimplementasikan peran ini? The diplomatic role of navies is concerned with the management of foreign policy short of the actual employment of force. Diplomatic applications support state policy in particular bargaining situations or in

7the general international intercourse. Peran ini mencakup mulai dari naval presence walaupun tidak semua angkatan harus dan bisa memiliki opsi ini dan kemampuan laten yang disebut latent naval capabilities. Peran ini sering disebut juga sebagai “unjuk kekuatan Angkatan Laut” yang telah menjadi peran tradisional Angkatan

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

54

6 http://www.tandef.net/mendobrak-diplomasi-angkatan-laut-dalam-pertahanan-nkri

7 http://universalmiliteri.blogspot.co.id/

Laut. Diplomasi merupakan dukungan terhadap kebijakan luar negeri pemerintah yang dirancang dan digelar untuk mempengaruhi kepemimpinan negara lain dalam keadaan damai maupun pada situasi perang.

A m e r i k a m e n e r a p k a n S h a p i n g Environment-nya dengan instrumen Angkatan Lautnya melalui peran diplomasinya. Pelajaran dari bagaimana kita mengamankan kepentingan nasional dalam bentuk deploy kekuatan laut ke Somal ia t e lah mampu melaksanakan pengamanan terhadap KM Sinar Kudus bahwa TNI AL kita telah mampu sebagai fighting instrument dalam rangka mengamankan aset negara diluar yurisdiksi nasional. Disisi lain, Pemerintah belum sepenuhnya memaksimalkan peran diplomasi TNI AL sebagai “Part of Maritime and Defence Diplomacy” karena masih

8dalam konteks kerja sama dan dialog. Aplikasi maritime power untuk kepentingan diplomasi telah berlangsung berabad–abad silam, serta tidak akan sirna selama di dunia ini masih ada Angkatan Laut. Bagaimanapun, dengan kapasitas dan kemampuannya untuk beroperasi yang jauh dari negara induknya atau diluar yuridiksi nasionalnya dalam waktu yang lama, Angkatan Laut senantiasa akan menjadi pilihan utama diplomasi bagi negara-negara yang mengerti dan memahami akan karakteristik Angkatan Laut.

Permasalahan yang berkaitan dengan Diplomasi Maritim Indonesia

Peran Indonesia dalam mengurangi ketegangan konflik perbatasan wilayah perairan di LCS dibutuhkan suatu peran diplomasi maritim Indonesia bidang pertahanan. Diplomasi negara bidang pertahanan merupakan bagian dari diplomasi yang berkaitan erat dengan domain pertahanan, termasuk semua dukungan guna kepentingan pertahanan. Diplomasi pertahanan tersebut dilakukan melalui penyamapian pesan, pameran kekuatan maupun pertukaran atase

pertahanan. Diplomasi tersebut digunakan sebagai instrumen dalam mewujudkan suatu kawasan yang aman dan harus bersinergi dengan instrumen pendukung lainnya membentuk satu kekuatan yang efektif untuk mencapai tujuan tercegahnya konflik di LCS melalui sistem kerjasama pertahanan yang mampu memberikan dampak diplomasi pada negara yang bersengketa. Sehingga pada tataran berikutya negara yang terlibat dalam konflik wilayah mampu untuk menahan diri tidak terlibat pada terjadinya konflik bersenjata secara terbuka. Untuk dapat mewujudkan diplomasi negara Indonesia bidang pertahanan maritim dipengaruhi oleh beberapa permaslahan yang meliputi :

a. Belum tersusunnya konsep Strategi Maritim Indonesia, Strategi Pertahanan Maritim Indonesia dan Strategi Militer Maritim Indonesia.

b. S D M p e r s o n e l d a l a m d i p l o m a s i pertahanan maritim dalam mewujudkan Strategi Indonesia Bidang Pertahanan yang efektif masih terbatas.

c. Sinergitas antar Kementrian dan Lembaga b e l u m t e r w u j u d d a l a m m e n d u k u n g terwujudnya Strategi Pertahanan Maritim Indonesia.

d. Belum disepakatinya upaya penyelesaian damai melalui kepemilikan bersama guna pengelolaan wilayah yang dipersengketakan.

e. Adanya kepentingan Major Power luar kawasan untuk tampil dalam penyelesaian persengketaan LCS dengan pengerahan kekuatan alut sistanya dengan dalih freedom of navigation.

Permasalahan batas wilayah Indonesia

Dalam mewujudkan Indonesia PMD mutlak membutuhkan dukungan pemeliharaan kedaulatan nasional, keamanan maritim dan

9keamanan regional. Kegagalan dalam menjaga

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

55

8 http://www.tandef.net/mendobrak-diplomasi-angkatan-laut-dalam-pertahanan-nkri

9 http://www.kemlu.go.id/Laporan%20Layanan%20Informasi%20Publik/Tes.pdf

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

56

keamanan dan keselamatan di perairan Indonesia berarti akan mengundang dan memberikan negara asing dalih untuk melindungi kapal dan awak mereka untuk campur tangan dalam kedaulatan Indonesia. Ini merupakan potensi kerentanan yang akan menjadi tantangan dalam visi maritim Indonesia dari konteks kebijakan luar negeri dan pertahanan. Selain itu, analisis Konsep "Indonesia Poros Maritim Dunia" menguji tantangan strategis yang dihadapi pemerintahan Joko Widodo untuk lima tahun ke depan. Bagaimana prospek postur pertahanan Indonesia di bawah 5 pilar doktrin maritim baru ini yang merupakan visi nasional dan agenda pembangunan untuk membangun kembali Indonesia sebagai bangsa Maritim yang besar dan kuat. Meskipun pemerintahan Joko Widodo menempatkan kepentingan nasional Indonesia di atas semua, sulit bagi Indonesia untuk mengubah komitmennya dalam perdamaian dan stabilitas regional yang pada akhirnya membahayakan keamanan nasional negara itu. Perlombaan sejata bakal menjadi solusi damai dalam memperkuat diplomasi pertahanan dan kerjasama keamanan antara Indonesia dan mitra strategis.

Melindungi kedaulatan teritorial adalah prioritas utama kebijakan luar negeri Indonesia. Untuk tujuan itu, pemerintah Jokowi tampaknya bertekad untuk menegakkan kedaulatan teritorial terhadap setiap gangguan dan m e n g i n t e n s i f k a n d i p l o m a s i u n t u k

10 menyelesaikan batas dengan negara tetangga.Meskipun lingkungan relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir , laporan ini mengidentifikasi setidaknya tiga masalah dengan dampak yang signifikan terhadap keamanan dan stabilitas regional.

Gambar 1. Sengketa Perbatasan di darat dan Laut Indonesia

Sumber : BNPB

Pertama, garis perbatasan yang belum terselesaikan telah menjadi fokus pembuat kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia. Berdasarkan polling baru-baru ini, 25 persen responden Indonesia percaya bahwa masalah perbatasan dan agresi militer asing menjadi antara ancaman utama untuk kedaulatan

11nasional. Indonesia terlibat dalam sengketa tiga perbatasan darat dan tujuh wilayah maritim

12(lihat juga Gambar 1). Oleh karena itu, selama jangka lima tahun, pemerintahan Jokowi akan mengintensifkan "diplomasi maritim" untuk menyelesaikan yang ada masalah batas dengan negara-negara tetangganya.

Kedua, masalah besar lain adalah ilegal, unreported dan unregulated fishing. Habisnya stok ikan di Asia Tenggara telah mendorong armada nelayan asing untuk menjelajah ke wilayah negara lain, menciptakan ketegangan antara Indonesia dan negara-negara tetangganya. Pada tahun 2014, misalnya, pihak penegak hukum laut telah menyita lebih dari seratus kapal asing untuk perburuan ikan di laut Indonesia (lihat Gambar 2). Mengacu perkiraan resmi, Indonesia

10 Lihat "Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno LP Marsudi, "(8 Januari 2015) yang dapat diakses di www.kemlu.go.id.11 Alexandra Retno Wulan, “Transformasi Militer,” in Shafiah Muhibat, Untuk Indonesia 2014-019: Agenda Sosial, Politik dan Keamanan (Jakarta: CSIS, 2014), p. 15212 National Authority for Border Management, Rencana Induk: Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Jakarta: BNPP, 2011), p. 1-2

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

57

setiap tahunnya menghadapi kehilangan setidaknya US $ 24 miliar karena merajalela penangkapan ikan ilegal oleh China, Malaysia,

13Filipina, Thailand dan Vietnam.

Gambar 2. Illegal Fishing Boats, 2008-2014

Sumber : DKP

Menanggapi masalah ini, Presiden Joko Widodo te lah memer in tahkan untuk menenggelamkan kapal asing yang secara tidak

14sah memasuki wilayah perairan Indonesia. Risiko menargetkan kapal milik nelayan Thailand dan Vietnam tidak terlalu signifikan karena pemerintah mereka masing-masing tidak terlalu aktif melakukan advokasi karena tidak mau mengganggu kedaulatan hukum Indonesia. Sedangkan sejumlah kapal Cina juga telah disita tapi tidak hancurkan, menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia menyadari

15implikasi dan resiko serius. Perbedaan perlakuan ini membuat nelayan asal Cina agak lebih leluasa beroperasi di laut Indonesia.

Masalah ketiga adalah pembajakan maritim atau perampokan. Sampai saat ini, serangan terhadap kapal komersial tetap sering terjadi di perairan Indonesia dan wilayah laut perbatasan - terutama Selat Malaka dan Selatan Laut Cina (lihat Gambar 3). Untuk Indonesia, pembajakan adalah masalah dalam negeri yang bisa ditangani oleh internal tanpa campur tangan asing. Indonesia sendiri masih belum

menentukan sikap untuk mengambil bagian dalam upaya multilateral Non-ASEAN untuk memerangi pembajakan, seperti Jepang- disponsori Perjanjian Kerjasama Regional tentang Pemberantasan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal (ReCAAP) di Asia. Namun, dengan maksud untuk menjaga wilayah maritim negara itu, yang Pemerintah Indonesia baru-baru ini telah membentuk Badan Keamanan Maritim baru (Bakamla) untuk lebih mengkoordinasikan patroli laut gabungan yang melibatkan dua belas lembaga penegak hukum kelautan.

Gambar 3. Piracy Attacks In Indonesa Waters and Sea Borders, 2008-2014

Sumber : ReCAAP's Annual Reports, 2008-2014

Implikasi dan Dinamika Konflik LCS.

Persaingan kekuatan utama telah menjadi perhatian strategis bagi para pembuat kebijakan Indonesia. Kebangkitan Cina dan India merupakan aspek yang paling menonjol dari transformasi strategis berlangsung di wilayah tersebut. Meskipun volume yang signifikan dari investasi bilateral dan perdagangan regional, persaingan geopolitik semakin menjadi fitur utama yang dominan dalam hubungan Sino-AS. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa China dan India berpotensi akan terlibat dalam kompetisi maritim atas Laut India dan jalur laut Asia Tenggara. Visi maritim Presiden Joko Widodo telah memberikan momentum politik

13 “Indonesia Declares War on Illegal Foreign Fishing Boats,” The Jakarta Globe (18 November 2014)14 Tenggelamkan Kapal Pencuri,” Kompas (19 November 2014)15 “22 Kapal Cina Tertangkap,” Koran Tempo (9 December 2014)

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

untuk menaksir realitas lingkungan strategis yang akan dihadapi Indonesia kedepan. Pemerintah Indonesia terlihat sangat tertarik untuk membina kemitraan maritim dengan Cina. Secara khusus, bahkan berusaha untuk mendapatkan keuntungan US$40 juta dari Beijing melalui rencana Maritime Silk Road (lihat Gambar 4) dengan membangun dua pelabuhan internasional di Kuala Tanjung dan Bitung. Dari perspektif Rizal Sukma, seorang sarjana terkemuka Indonesia dan penasihat kebijakan luar negeri Presiden Joko Widodo, rencana m a r i t i m k e d u a n e g a r a y a n g s a l i n g menguntungkan dan tumpang tindih dalam hal

16konektivitas, keamanan dan diplomasi.

Namun demikian, perselisihan lama atas LCS merupakan yang paling mendesak masalah kebijakan luar negeri untuk pemerintah Jokowi. Bahaya maritim yang disengketakan oleh Beijing berpotensi mempengaruhi landskap strategis Indonesia di tiga bidang isu utama. Pertama, China bergerak agresif, seperti pengiriman rig minyak raksasa di ZEE dan tanah reklamasi Vietnam di Spratly island chain, sedikit banyak menguras perhatian Indonesia untuk stabilitas pada tatanan regional. Meskipun upaya diplomatik Indonesia untuk mengakomodir semua kepentingan untuk menandatangani

Kode Etik di LCS, Beijing tetap bergeming dan lebih memilih bilateral ketimbang pendekatan multilateral untuk menyelesaikan sengketa teritorial. Masalahnya ini memiliki kohesi semakin terpengaruh dalam Tenggara Negara-negara Asia, ditunjukkan dalam kegagalan belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengeluarkan komunike bersama di 2012 ASEAN Ministerial Meeting di Phnom Penh.

Kedua, secara historis “nine-dashed line”, yang merupakan dasar dari klaim Cina atas LCS, tumpang tindih dengan ZEE Indonesia pada pendekatan utara ke Kepulauan Natuna. Meskipun Indonesia secara resmi negara non-penuntut dalam sengketa multilateral, para

pejabat pertahanan memiliki berulang kali menyatakan keprihatinan atas kerentanan kedaulatan wilayah yang dilakukan China, khususnya intrusi oleh armada nelayan Cina. Selama beberapa tahun terakhir, paramiliter China ini telah dilaporkan melecehkan penjaga pantai Indonesia yang berusaha untuk menangkap nelayan ilegal di Laut Natuna.

Ketiga, para pembuat kebijakan Indonesia sadar akan dampak politik potensi sengketa di LCS. Mengingat serangan Beijing baru-baru ini di Filipina dan perairan Vietnam, Cina diplomat yang dikatakan telah

memperingatkan tentang resiko yang jauh lebih serius jika situasi yang sama terjadi antara

17Indonesia dan China. Eskalasi insiden antara kapal laut-patroli Indonesia dan Cina atau dirasakan pelanggaran teritorial di Laut Natuna tidak bisa hanya menarik sentimen etnis domestik tetapi juga mengobarkan nasionalisme Indonesia, yang kemungkinan akan meminta pemerintah Indonesia untuk membuat respon tegas. Mengingat masalah bertahan di Laut Cina Selatan, pemerintahan Jokowi tidak mungkin untuk menempatkan selain hubungan strategis

58

16 "China dan Indonesia Maritim Agenda Eratselaras," The Jakarta Globe (3 Desember 2014).17 Indonesia Maritime Doctrine and Security Concern, Iis Gindarsah and Adhi Priamarizki, Indonesia Programme 2014

Gambar 4 China's Land and Maritime Silk RoadSumber : “China Presses on with New Silk Road Plan,

” The Daily Star, 9 November 2014

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

Indonesia dengan negara-negara besar lainnya. Pada urusan pertahanan dan militer, Amerika Serikat dan sekutu Eropa Barat yang tetap mitra utama Indonesia, memasok sebagian besar sistem senjata yang ada militer (lihat Gambar 3). Demikian pula, Rusia dan Korea Selatan telah penerima manfaat terbesar dari diperluas strategi pengadaan senjata Indonesia melalui penjualan jet- pejuang, helikopter serang,

18kendaraan lapis baja dan kapal selam. Sementara ketegangan di Cina Timur Laut telah menyebabkan relokasi investasi Jepang ke Asia Tenggara, Presiden Joko Widodo memiliki baru-baru ini dijamin komitmen dari Tokyo untuk membantu mendanai program pembangunan infrastruktur Indonesia.

Indonesia telah lama fokus pada Asia Pacifik, tetapi relatif terlepas dengan negara-negara di wilayah Samudra Hindia - termasuk India. Meskipun menjadi bagian dari agenda kebijakan luar negeri Indonesia lebih dari satu dekade, hubungan bilateral Jakarta dengan New Delhi tetap terbelakang. Menurut Analis regional, pemerintah Indonesia tetap prihatin

atas keterlibatan India di dalam domain maritimnya dan bagaimana hubungan yang lebih erat akan dirasakan oleh kekuatan besar

19lainnya. Sementara hubungan hangat Indo-AS bisa membantu mengecilkan kekhawatiran strategis di Jakarta, mengembangkan kemitraan bilateral dengan India bisa memainkan perannya dalam memungkinkan Indonesia untuk menyeimbangkan ketegasan dengan Cina di LCS. Mempertahankan prinsip "bebas dan aktif" tetap menjadi kebijakan luar negeri Indonesia untuk menghindari keberpihakan dan persaingan antar kekuatan utama. Dalam upaya untuk membentuk Indo-Pasifik di tatanan regional, pemerintahan Jokowi berupaya menghubungkan Indonesia dengan wilayah Samudera Hindia. Dengan cara ini, Pemerintah Indonesia bisa membina hubungan yang lebih erat dengan negara-negara regional utama, terutama India sebagai bagian dari upaya diplomatik yang lebih luas untuk menjamin "kesetimbangan dinamis" di antara negara-negara besar.

Kebijakan Pemerintah.

Untuk mencegah eskalasi konflik yang terjadi di LCS, pada tahun 2002 para menlu di ASEAN dan China telah mengadopsi Declaration of Parties in the South China sea (DoC) saat konferensi tinggkat tinggi ASEAN-8 di Phnom Penh, Kamboja. Pokok dalam konferensi tersebut adalah membangun kepercayaan antar negara. Kebi jakan pemerintah Indonesia hendaknya terus berupaya untuk membantu meredakan konflik , mempromosikan CBM untuk meningkatkan saling pengertian dan pentingnya penyeleseian isu-isu tertentu di wilayah konflik meliputi kebijakan-kebijakan:

a. Memegang teguh prinsip-prinsip politik bebas aktif yang saat ini diterapkan dalam konsep nawa cita yaitu berpedoman kepada

59

Gambar 5. Indonesia's Weapon System base on Country of Origin

Sumber : Indonesia Maritime Doctrine and Security Concern, 2015

18 Iis Gindarsah, “Politics, Security and Defence in Indonesia,” NSC Issue Brief, No. 4 (May 2014), p. 3019 MervynPiesse, “The Indonesian Maritime Doctrine: Realising the Potential of the Ocean,” Strategic Analysis Paper (22 January 2015), p. 4

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

kedaulatan politik, kemandirian ekonomi dan kepribadian dalam budaya.

b. Indonesia sebagai PMD berkewajiban menjaga stabilitas keamanan kawasan di LCS serta mencegah kawasan tersebut dan menghindari agar wilayah NKRI tidak dijadikan sebagai Battle Field oleh negara-negara Major Power.

c. Indonesia berperan aktif dalam ASEAN dalam penanganan konflik LCS dalam setiap even. Mewaspadai adanya pembangunan dan kegiatan profokatif China di Natuna dan mampu mencipatakan power equilibrium dikawasan LCS.

d. Dengan berpedoman kepada politik bebas aktif kita hendaknya mendorong organisasi-organisasi Internasional secara aktif mencegah eskalasi konflik yang cenderung meningkat, bahwa ancaman yang ditimbulkan tidak hanya mengenai keselamatan pelayaran akan tetapi juga perdamaian dunia.

e. P e m e r i n t a h I n d o n e s i a p e r l u meningkatkan pembangunan diwilayah perbatasan khususnya kawasan Natuna, sebagai prioritas utama percepatan pembangunan dan pembangunan pertahanan.

f. Indonesia memiliki wilayah perairan di Natuna yang berhubungan langsung dengan kawasan LCS perlu untuk menjaga kedaulatan dan hak berdaulatnya pada zona maritim, serta menegakkan hukum sesuai dengan hukum Nasional dan prinsip-prinsip huklum Internasional.

g. Dibidang pertahanan Indonesia harus mengembangkan dan meningkatkan kerjasama internasional, dimana diplomasi pertahanan dengan mengacu kepada politik bebas aktif yang diorientasikan dalam menjaga keamanan dan kedaulatan maritim NKRI.

h. Pemerintah secara internal membangun postur pertahanan negara maritim yang didukung dengan kekuatan trimatra terpadu secara sinergi guna mendukung kebijakan

pemerintah Indonesia sebagai PMD.

Strategi Pelaksanaan Diplomasi Maritim Indonesia

Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam kerangka kebijakan yang diperlukan untuk mempercepat realisasi Indonesia sebagai kekuatan maritim yang mampu mewujudkan menyelesaikan sengketa LCS dan stabilitas regional adalah sebagai berikut :

a. M e n i n g k a t k a n p e n g e t a h u a n d a n kemampuan aparatur pemerintah dalam diplomasi pertahanan guna meningkatkan efektifitas Strategi Indonesia Bidang Pertahanan guna mencegah terjadinya konflik bersenjata di wilayah LCS.

b. Meningkatkan sinergitas antar elemen negara dalam mendukung terwujudnya startegi bidang pertahanan yang efektif melalui koordinasi dan kerjasama antar elemen negara, sehingga akan memberikan dampak pada tajamnya fungsi strategi pertahanan negara Indonesia dalam mewujudkan stabilitas keamanan regional yang mantap dengan penyelesaian konflik LCS secara damai dan menguntungkan semua pihak.

c. Mewujudkan penyelesaian damai dengan mekanisme kepemilikan bersama guna pengelolaan wilayah yang dipersengketakan melalui sosialisasi, koordinasi dan kerjasama antara negara-negara yang berkonflik sehingga akan terbentuk kerjasama yang intensif guna pengelolaan dan pemberdayaan wilayah yang dipersengketakan dengan prinsip saling menguntungkan.

d. Mencegah masuknya kepentingan negara asing luar kawasan untuk tampil dalam penyelesaian persengketaan LCS melalui sosialisasi dan kerjasama dengan badan internasional sehingga negara-negara yang memliki kepentingan tersebut dapat menarik diri untuk t idak terl ibat yang dapat meningkatkan eskalasi konflik.

60

JURNAL MARITIM INDONESIA Juni 2016 Edisi-5

Kesimpulan

Beberapa upaya telah dilakukan dalam mengatasi konflik yang terjadi di kawasan LCS salah satunya yakni dengan cara diadakannnya perundingan-perundingan yang melibatkan beberapa negara yang terlibat konflik hal ini ditujukan untuk meredam konflik yang tengah terjadi di kawasan tersebut. Konflik yang terjadi di LCS dan yang melibatkan China, Vietnam, Malaysia, Taiwan, Filiphina, dan Brunei Darussalam menimbulkan implikasi-implikasi politik dan keamanan yang diakibatkan oleh adanya pergesekan kepentingan-kepentingan di antara Negara-negara yang terlibat tersebut demi kepentingan masing-masing negara.

P e r a n D i p l o m a s i M a r i t i m I n d o n e s i a m e l i p u t i ; I n d o n e s i a s e g e r a merealisasikan terwujudnya kesepakatan

prinsip-prinsip code of conduct dalam penyelesaian sengketa wilayah Laut China Selatan kepada ASEAN. Kepada PBB Indonesia menyarankan untuk membentuk suatu wadah yang beranggotakan negara-negara yang berkonflik dengan tugas menengahi, mengkaji masalah-masalah, prospek, dan tantangan di kawasan Laut China Selatan serta memberikan penyelesaian bagi persengketaan wilayah di Laut China Selatan secara konprehsif. Indonesia sebagai penengah dalam pemanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki LCS, baik potensi sumber daya a lam, maupun potens i geografisnya. Indonesia melaksanakan dialog informal, tukar menukar informasi (information s h a r i n g ) b e r k a i t a n d e n g a n d i n a m i k a perkembangan terkini di kawasan Laut China Selatan.

61

Daftar Pustaka

1. http://news.okezone.com/read/2016/02/18/18/1315188/china-harus-hormati-putusan-pengadilan-internasional-terkait-lcs

2. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/tapmpr/gbhn_99-04.htm

3. http://rajasamudera.com/2016/01/diplomasi-maritim-indonesia/

4. http://www.antaranews.com/berita/464097/di-eas-jokowi-beberkan-lima-pilar-poros-maritim-dunia

5. http://jurnalmaritim.com/2015/01/diplomasi-poros-maritim-strategi-memerangi-pencurian-ikan/

6. http://www.tandef.net/mendobrak-diplomasi-angkatan-laut-dalam-pertahanan-nkr

7. http://universalmiliteri.blogspot.co.id/

8. http://www.kemlu.go.id/Laporan%20Layanan%20Informasi%20Publik/Tes.pd

9. di www.kemlu.go.id.

10. Alexandra RetnoWulan, “TransformasiMiliter,” in ShafiahMuhibat, Untuk Indonesia 2014-019: Agenda Sosial, PolitikdanKeamanan (Jakarta: CSIS, 2014),p.152

11. National Authority for Border Management, RencanaInduk: Pengelolaan Batas Wilayah Negara danKawasanPerbatasan di Indonesia (Jakarta: BNPP, 2011), p. 1-2

12. “Indonesia Declares War on Illegal Foreign Fishing Boats,” The Jakarta Globe (18 November 2014)

13. TenggelamkanKapalPencuri,” Kompas (19 November 2014)

14. “22 Kapal Cina Tertangkap,” Koran Tempo (9 December 2014)

15. China dan Indonesia Maritim Agenda Erat selaras," The Jakarta Globe (3 Desember 2014).

16. Indonesia Maritime Doctrine and Security Concern, IisGindarsah and AdhiPriamarizki, Indonesia Programme 2014

17. Iis Gindarsah, “Politics, Security and Defence in Indonesia,” NSC Issue Brief, No. 4 (May 2014)p.30

18. Mervyn Piesse, “The Indonesian Maritime Doctrine: Realising the Potential of the Ocean,” Strategic Analysis Paper (22 January 2015), p. 4