Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit...

9
156 │Jurnal Maritim Indonesia│Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit untuk Mendukung Operasi Penanggulangan Bencana Irianto Kurniawan, Suharto Indonesian Navy email: [email protected] Received: 09-09-2019, Accepted: 14-11-2019 Abstract Indonesian territory is vulnerable to disasters. Faced with the condition of Indonesia as an archipelagic country, when the impact of a disaster paralyzes land and air transportation facilities, then disaster relief in disaster affected areas will require assistance from the sea. The Hospital Auxiliary Vessel is considered as one of the most effective assest for disaster relief. The vessel besides having the ability to carry out medical assistance on a mobile basis to affected area, it can also transport disaster relief materials, personnel and equipment in large quantities. This study aims to analyze the importance of the addition hospital auxiliary vessels to support disaster relief operations in Indonesia. The study was conducted using qualitative methods with grounded theory approach, data processing using NVivo 12 Plus software while data analysis using Soft Sytem Methodology (SSM). The Hospital Auxiliary Vessel is crucial during emergency disaster response, particularly when local medical facilitie are affected, and land or air transportationbecome less effective. In order to lift the capacity of eergency disaster response, it is essential to increase the number of Hospital Auxiliary Vessel. Based on area division perspective, at least four Hospital Auxiliary Vessels are required to be operated at short notice. Keywords: Hospital Ship, Disaster Relief Operation, Soft System Methodology (SSM). Abstrak Wilayah Indonesia merupakan daerah rentan terhadap bencana. Dihadapkan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, ketika dampak bencana melumpuhkan sarana transportasi darat maupun udara, maka penanggulangan bencana di daerah terdampak bencana akan sangat membutuhkan bantuan dari laut. Kapal Bantu Rumah Sakit adalah salah satu aset yang paling efektif dalam memberikan bantuan penanggulangan bencana. Selain didukung fasilitas layanan kesehatan yang lengkap dan dapat bergerak ke daerah terdampak, kapal bantu rumah sakit dapat mengangkut bahan-bahan bantuan bencana, personel maupun peralatan dalam jumlah yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit untuk mendukung Operasi Penanggulangan Bencana di Indonesia. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory, olah data menggunakan software NVivo 12 Plus sedangkan analisis data menggunakan Soft System Methodology (SSM). Kapal Bantu Rumah Sakit sangat dibutuhkan dalam penanganan darurat bencana, utamanya ketika fasilitas kesehatan di darat ikut terdampak, dan sarana transportasi darat dan udara sangat terbatas. Untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan penanggulangan bencana, khususnya tahap penanganan darurat bencana, jumlah kapal bantu rumah sakit harus diperbanyak. Berdasarkan pertimbangan pembagian wilayah, dibutuhkan setidaknya empat kapal Bantu Rumah Sakit yang dapat digerakkan dalam waktu cepat. Kata Kunci: Kapal Bantu Rumah Sakit, Operasi Penanggulangan Bencana, Soft System Methodology (SSM).

Transcript of Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit...

Page 1: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

156 │Jurnal Maritim Indonesia│Desember 2019, Volume 7 Nomor 2

Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit untuk Mendukung

Operasi Penanggulangan Bencana

Irianto Kurniawan, Suharto

Indonesian Navy email: [email protected]

Received: 09-09-2019, Accepted: 14-11-2019

Abstract Indonesian territory is vulnerable to disasters. Faced with the condition of Indonesia as an archipelagic country, when the impact of a disaster paralyzes land and air transportation facilities, then disaster relief in disaster affected areas will require assistance from the sea. The Hospital Auxiliary Vessel is considered as one of the most effective assest for disaster relief. The vessel besides having the ability to carry out medical assistance on a mobile basis to affected area, it can also transport disaster relief materials, personnel and equipment in large quantities. This study aims to analyze the importance of the addition hospital auxiliary vessels to support disaster relief operations in Indonesia. The study was conducted using qualitative methods with grounded theory approach, data processing using NVivo 12 Plus software while data analysis using Soft Sytem Methodology (SSM). The Hospital Auxiliary Vessel is crucial during emergency disaster response, particularly when local medical facilitie are affected, and land or air transportationbecome less effective. In order to lift the capacity of eergency disaster response, it is essential to increase the number of Hospital Auxiliary Vessel. Based on area division perspective, at least four Hospital Auxiliary Vessels are required to be operated at short notice.

Keywords: Hospital Ship, Disaster Relief Operation, Soft System Methodology (SSM).

Abstrak Wilayah Indonesia merupakan daerah rentan terhadap bencana. Dihadapkan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, ketika dampak bencana melumpuhkan sarana transportasi darat maupun udara, maka penanggulangan bencana di daerah terdampak bencana akan sangat membutuhkan bantuan dari laut. Kapal Bantu Rumah Sakit adalah salah satu aset yang paling efektif dalam memberikan bantuan penanggulangan bencana. Selain didukung fasilitas layanan kesehatan yang lengkap dan dapat bergerak ke daerah terdampak, kapal bantu rumah sakit dapat mengangkut bahan-bahan bantuan bencana, personel maupun peralatan dalam jumlah yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit untuk mendukung Operasi Penanggulangan Bencana di Indonesia. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory, olah data menggunakan software NVivo 12 Plus sedangkan analisis data menggunakan Soft System Methodology (SSM). Kapal Bantu Rumah Sakit sangat dibutuhkan dalam penanganan darurat bencana, utamanya ketika fasilitas kesehatan di darat ikut terdampak, dan sarana transportasi darat dan udara sangat terbatas. Untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan penanggulangan bencana, khususnya tahap penanganan darurat bencana, jumlah kapal bantu rumah sakit harus diperbanyak. Berdasarkan pertimbangan pembagian wilayah, dibutuhkan setidaknya empat kapal Bantu Rumah Sakit yang dapat digerakkan dalam waktu cepat.

Kata Kunci: Kapal Bantu Rumah Sakit, Operasi Penanggulangan Bencana, Soft System Methodology (SSM).

Page 2: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

Pentingnya Penambahan Kapal …..│ Irianto, Suharto │157

Latar Belakang

Keadaan geografis, geologis, dan

hidrometeorologi Indonesia menyebabkan

hampir seluruh wilayah Indonesia rentan

terhadap bencana. Secara geografis, posisi

kepulauan Indonesia berada di antara deret

cincin berapi Pasifik yang aktif. Daerah ini

dikelilingi cekungan Samudra Pasifik yang

sering mengalami gempa bumi dan letusan

gunung api. Secara geologi, wilayah

Indonesia berada di daerah pertemuan 3

lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-

Australia, Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Aktivitas tektonik yang terjadi menyebabkan

terbentuknya deretan gunung api di

sepanjang Pulau Sumatera, Jawa-Bali-

Nusatenggara, Sulawesi-Maluku hingga

Papua. Di daerah busur depan (fore arc) dan

di daerah busur belakang (back arc), sering

terjadi gempa bumi, baik dalam skala besar

maupun kecil. Selain itu, iklim tropis dengan

dua musim, yaitu musim hujan dan musim

panas, memungkinkan timbulnya bencana

hidrometeorologi seperti banjir tanah longsor,

kebakaran hutan, dan kekeringan (Nugroho,

nd,2-3).

Penanggulangan bencana di Indonesia, di

bawah koordinasi Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB),

melibatkan koordinasi dan integrasi seluruh

instansi pemerintah pusat dan daerah, Polri,

dan TNI. Dalam rangka penanganan darurat

bencana, fungsi komando unsur pelaksana

BNPB dapat meminta dukungan sumber

daya manusia, logistik, dan peralatan yang

diperlukan dari instansi terkait, Polri, dan TNI

(Perpres No.1 Tahun 2019).

Salah satu aset TNI, yaitu Kapal Bantu

Rumah Sakit, menjadi aset yang sangat

efektif untuk mendukung bantuan kesehatan

dalam operasi penanggulangan bencana

(Anwar, 2016, 406). Peran penting Kapal

Bantu Rumah Sakit adalah memberi

pelayanan kesehatan bergerak untuk

membantu masyarakat yang terkena dampak

bencana di daerah terdampak sekaligus

membawa bantuan makanan, obat-obatan,

personel, peralatan penanggulangan

bencana, dan fasilitas air bersih (Ade, 2015,

179-180). Fasilitas kesehatan Kapal Bantu

Rumah Sakit ini setingkat Rumah Sakit

Tingkat III dan dapat menjadi rujukan dari

rumah sakit lapangan maupun rumah sakit

lokal dalam menangani korban bencana.

Dalam bencana skala besar, fasilitas

kesehatan lokal akan ikut terdampak dan

tidak segera dapat digunakan. Fasilitas

transportasi darat dan udara juga mungkin

menjadi sangat terbatas, sementara golden

time penyelamatan korban akan terus

berjalan. Dari pengalaman kejadian bencana

tahun 2010 sampai dengan 2018, bencana

skala besar di Indonesia telah terjadi pada

waktu berdekatan di wilayah yang berbeda

(BNPB, 2019). Penggunaan Kapal Bantu

Rumah Sakit sangat diperlukan dalam

mendukung penanganan bencana,

khususnya masa darurat bencana. (I Dewa,

2019, 45). Untuk meningkatkan kemampuan

Page 3: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

158 │Jurnal Maritim Indonesia│Desember 2019, Volume 7 Nomor 2

penanganan bencana, sangat penting Kapal

Bantu Rumah Sakit disiagakan atas dasar

pembagian wilayah. Oleh karena itu, jumlah

yang ada saat ini harus ditingkatkan.

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pentingnya penambahan Kapal Bantu Rumah

Sakit untuk mendukung Operasi

Penanggulangan Bencana.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan grounded

theory.

Olah Data dengan Nvivo 12 Plus

NVivo 12 Plus digunakan sebagai alat

bantu koding penelitian dan olah data.

Keunggulan NVivo 12 Plus di antaranya

adalah dapat menampilkan prosedur analisis

yang lebih efektif dan efisien (Agustinus,

2018, 3). Transkrip data primer, berupa hasil

wawancara dengan narasumber yang dapat

dikategorikan dalam kelompok regulator,

operator, dan pengamat terkait

penanggulangan bencana dan operasional

Kapal Bantu Rumah Sakit, dibandingkan

untuk mendapatkan triangulasi data

mengenai peran Kapal Bantu Rumah Sakit

dalam mendukung operasi penanggulangan

bencana selama ini dan konsep penambahan

Kapal Bantu Rumah Sakit untuk lebih

mendukung Penanggulangan Bencana.

Gambar 1. Mind Map Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian dan Panduan Wawancara

Pertanyaan diolah dengan Nvivo.

Gambar 2. Hasil triangulasi data dengan Nvivo.

Analisis Data dengan Soft System Methodology (SSM) Soft System Methodology (SSM) dipilih

untuk menganalisis permasalahan yang

ditemukan. SSM adalah metodologi

penelitian dengan pendekatan kualitatif yang

dikembangkan oleh Peter Checkland di

Universitas Lancaster, Inggris. Prosedur SSM

dilaksanakan dalam tujuh tahap analisis data,

yaitu identifikasi masalah, mengekspresikan

masalah dengan rich picture, melakukan

system thinking dengan membuat formula

root definition dan pemodelan sistem,

membandingkan pemodelan sistem dengan

hasil analisis keadaan di lapangan, analisis

inti dan desain program aksi (Sudarsono,

2012,11).

Page 4: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

Pentingnya Penambahan Kapal …..│ Irianto, Suharto │159

Hasil dan Pembahasan

Gambar 3. Gempa Bumi di Indonesia 2004-2018 Sumber: BMKG

Tahap kesatu: Identifikasi Masalah.

Hampir seluruh wilayah Indonesia rentan

terhadap berbagai ragam bencana. Dampak

bencana skala besar yang ditimbulkan, dapat

melumpuhkan infrastruktur daerah, sarana

transportasi, dan menimbulkan korban yang

banyak. Penyelamatan dan penanganan

korban bencana merupakan prioritas utama

dalam penanggulangan bencana, khususnya

pada masa penanganan darurat. Kebutuhan

dukungan layanan kesehatan di daerah

bencana tidak dapat didukung maksimal

dengan kondisi Kapal Bantu Rumah Sakit

saat ini yang jumlahnya terbatas, khususnya

ketika terjadi dua bencana atau lebih pada

waktu yang hampir bersamaan di lokasi yang

berbeda. Hal ini ditunjukkan dalam dua

fenomena kejadian bencana pada tahun

2010 dan 2018.

Pada tahun 2010, bencana Wasior Papua

yang terjadi pada tanggal 4 Oktober 2010

menimbulkan puluhan korban meninggal,

ratusan luka-luka, dan ribuan korban

mengungsi. Kejadian ini disusul gempa

Gambar 4. Metode SSM oleh Checkland

berkekuatan 7,2 skala Richter dan daerah

Sikakap, Kabupaten Mentawai yang

mengakibatkan 992 orang menjadi korban.

Dengan kondisi dua lokasi bencana yang

terpisah jauh, Kapal Bantu Rumah Sakit yang

ada hanya dapat membantu penanggulangan

korban bencana di Wasior, sedangkan

penanggulangan di Kepulauan Mentawai

didukung oleh aset lainnya. (Kemenkes,

2010).

Fenomena di tahun 2018 adalah pada saat

terjadinya bencana gempa bumi di Lombok.

Rangkaian gempa di Lombok mulai terjadi

pada tanggal 29 Juli, 5 Agustus, 9 Agustus

dan dua gempa pada tanggal 19 Agustus

2019. Gempa ini menyebabkan kerusakan

74 fasilitas kesehatan, sehingga kehadiran

Kapal Bantu Rumah Sakit membantu

penanganan 3000-an korban terdampak.

(Pusat Krisis Kesehatan, 2018).

Pada kejadian gempa, tsunami, dan

likuifaksi Palu, Sigi dan Donggala Sulawesi

Tengah pada tanggal 28 September 2019,

dampaknya yang sangat parah

menyebabkan lumpuhnya sarana dan

Page 5: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

160 │Jurnal Maritim Indonesia│Desember 2019, Volume 7 Nomor 2

prasarana di darat, termasuk fasilitas

kesehatan. Kapal Bantu Rumah Sakit baru

tiba di lokasi bencana pada tanggal 5 Oktober

2018 untuk membantu penanganan pasien

serta melakukan pendampingan dalam upaya

menghidupkan kembali fungsi fasilitas

pelayanan kesehatan wilayah (Nugroho:

2018).

Dari dua fenomena di atas dapat diketahui

bahwa kehadiran Kapal Bantu Rumah Sakit

sangat vital di daerah terdampak bencana

khususnya pada saat tanggap darurat

bencana. Untuk memenuhi kebutuhan di

daerah bencana yang mungkin terjadi di dua

daerah/lebih pada waktu berdekatan maka

dibutuhkan penambahan Kapal Bantu Rumah

Sakit dari yang ada saat ini.

Tahap Kedua: membuat Rich Picture.

Rich Picture menjelaskan situasi

permasalahan dengan simbol, logo, dan

keterangan yang dibuat oleh peneliti.

Rich Picture pada gambar 5 menjelaskan

ketika terjadi bencana bersamaan di

beberapa wilayah.

Tahap Ketiga: Membuat Root Definition.

Root Definition dari penelitian ini

digambarkan dengan pola (PQR)

P Mengetahui kondisi KRI Bantu Rumah Sakit saat ini

Q Melakukan identifikasi permasalahan berdasarkan informasi dari narasumber.

R Mendukung Operasi Militer Selain Perang Penanggulangan Bencana.

Dilanjutkan dengan mendefinisikan CATWOE

sebagai berikut:

C Konsumen. Masyarakat korban terdampak bencana.

A Pelaku. Mabes TNI, Mabesal, Koarmada, Puskes TNI, Diskes Koarmada, Kapal Bantu Rumah Sakit.

T Transformasi. Penggunaan KRI Bantu Rumah Sakit untuk Operasi Penanggulangan Bencana

W Pandangan dunia umum. Indonesia sebagai negara kepulauan, wilayahnya terhubung melalui laut dan terdiri atas ribuan pulau. Ketika bencana terjadi di satu pulau, dibutuhkan sarana kapal yang mempunyai kemampuan untuk menyalurkan bantuan, membawa personel dan memberikan dukungan, sekaligus memberikan bantuan kesehatan di tempat.

Gambar 5. Pelayanan Kesehatan di kapal bantu rumah sakit paling tinggi di antara rumah sakit

lain di Lombok pada saat bencana 2018. Sumber: Pusat Krisis Kesehatan (2018).

Gambar 6. Rich Picture

Page 6: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

Pentingnya Penambahan Kapal …..│ Irianto, Suharto │161

O Objek. Mabesal, Koarmada.

E Lingkungan. Daerah Terdampak Bencana

Tahap Keempat: Membangun Model

Konseptual.

Model konseptual adalah gambaran

hubungan antaraktivitas dan peran masing-

masing pihak untuk mencapai tujuan masing-

masing. Dari Root Definition di atas, 12

aktivitas model konseptual yang tersusun

ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Model Konseptual

Tahap Kelima: perbandingan antara model

konseptual dan realitas.

Pada tahap ini, 12 aktivitas dari model

konseptual dibandingkan dengan realitasnya

di lapangan untuk menemukan perbedaan

(gap). Perbedaan yang ditemukan menjadi

catatan apakah perbedaan aktivitas ini

merupakan kegiatan yang telah terlaksana

namun dapat ditingkatkan atau belum

terlaksana sama sekali.

Hasil perbandingan dalam penelitian ini

menemukan bahwa aktivitas ke-6, yaitu

mengembangkan kerja sama dengan instansi

lain dalam penanggulangan kebencanaan

telah terlaksana namun dapat ditingkatkan

dari kondisi saat ini yang telah

ditandatanganinya MoU antara instansi

BNPB dan TNI. Untuk aktivitas 9 yaitu

penggunaan Kapal Bantu Rumah Sakit untuk

penanggulangan bencana di luar negeri

belum terlaksana, dan untuk aktivitas 11 yaitu

penyebaran kesiagaan Kapal Bantu Rumah

Sakit di seluruh pangkalan terpilih

berdasarkan pembagian kewilayahan belum

terlaksana karena terbatasnya jumlah kapal

bantu rumah sakit yang ada.

Tahap Keenam: Analisis Gap.

Dari temuan tahap kelima, diketahui

adanya tiga perbedaan aktivitas yang telah

terlaksana untuk ditingkatkan menjadi kondisi

yang lebih baik. Analisis ketiga perbedaan

tersebut adalah sebagai berikut:

Analisis gap aktivitas ke-6, yaitu

peningkatan kerja sama instansi BNPB dan

TNI. MoU yang sudah ada saat ini belum

menerangkan pembagian tugas secara jelas

untuk siapa berbuat apa dalam

penanggulangan bencana. Kondisi ini dapat

ditingkatkan dengan membuat suatu

Perjanjian Kerja Sama (PKS). Adanya PKS

akan membantu pembagian tugas terinci dari

irisan unit teknis kedua organisasi. Analisis

efektivitas kondisi ini adalah bahwa

pembagian tugas yang merinci pembagian

tugas akan mempermudah pelaksanaan

kegiatan di lapangan dan meminimalkan

koordinasi di lapangan.

Analisis gap aktivitas ke-9, yaitu belum

terlaksananya penggunaan strategis Kapal

Bantu Rumah Sakit untuk kegiatan

Page 7: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

162 │Jurnal Maritim Indonesia│Desember 2019, Volume 7 Nomor 2

penanggulangan bencana di luar negeri

disebabkan karena beberapa hal. Pertama.

jumlah Kapal Bantu Rumah Sakit yang ada

saat ini belum mencukupi untuk pemenuhan

kebutuhan di dalam negeri, sehingga

berdasarkan skala prioritas penggunaannya

adalah untuk pemenuhan di dalam negeri,

sebelum digunakan di luar negeri. Meskipun

demikian, keputusan pemerintah menjadi

penentu untuk kegiatan ini. Jika pemerintah

memutuskan untuk mendukung suatu

penanggulangan bencana di luar negeri,

maka prioritas akan diutamakan untuk

pemenuhan tugas tersebut.

Analisis gap aktivitas ke-11, yaitu belum

terdukungnya penyebaran kesiagaan Kapal

Bantu Rumah Sakit di seluruh pangkalan

terpilih berdasarkan pembagian kewilayahan.

Hal ini belum terlakasana karena

keterbatasan jumlah Kapal Bantu Rumah

Sakit. Pada kondisi terjadinya bencana di

satu titik, kondisi ini sebenarnya telah

tercapai karena kapal yang ada dapat

digerakkan ke daerah terdampak sesuai

keputusan penggunaannya. Namun jika

terjadi bencana di dua lokasi atau lebih yang

letaknya berbeda pada waktu berdekatan,

maka kondisi inilah yang belum terdukung

oleh sistem yang ada saat ini.

Langkah ketujuh: Membangun Program Aksi

Teori perencanaan kekuatan berdasarkan

pendekatan skenario oleh Henry C. Bartlett

digunakan untuk merencanakan

penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit untuk

mendukung penanggulangan bencana.

(Henry, 1985). Untuk skenario terjadinya

bencana di dua daerah pada waktu yang

hampir bersamaan, maka dibutuhkan

minimum empat Kapal Bantu Rumah Sakit.

Dua kapal akan digerakkan ke masing-

masing daerah terdampak, dan kapal ketiga

disiagakan untuk dukungan bantuan jika

diperlukan serta satu kapal melaksanakan

perbaikan atau posisi siaga. Fungsi Kapal

Bantu Rumah Sakit sebagai sarana paling

efektif dalam memberikan dukungan

penanggulangan bencana tanggap darurat

klaster kesehatan harus menjadi dasar

kebijakan bahwa Kapal Bantu Rumah Sakit

digunakan sesuai fungsi asasinya untuk

tujuan bantuan kesehatan, khususnya pada

masa kedaruratan. (Riswandi, nd).

Kesimpulan

Dengan menggunakan SSM ditemukan

adanya tiga gap dalam penggunaan Kapal

Bantu Rumah Sakit untuk mendukung

operasi penanggulangan bencana saat ini.

Gap terkait pengembangan kerja sama

dengan instansi lain, menemukan bahwa

kesepakatan kerja sama dalam bentuk MoU

antara TNI Angkatan Laut dan BNPB yang

ada saat ini belum membagi fungsi tugas

secara jelas antara unit teknis kedua unit

organisasi.

Gap kedua adalah kemampuan

menggerakkan Kapal Bantu Rumah Sakit

dalam mendukung penanggulangan bencana

di setiap kejadian di wilayah NKRI

menemukan bahwa jumlah Kapal Bantu

Rumah Sakit saat ini akan mempunyai

Page 8: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

Pentingnya Penambahan Kapal …..│ Irianto, Suharto │163

keterbatasan dalam mendukung operasi

penanggulangan bencana jika terjadi lebih

dari dua atau lebih pada waktu yang

berdekatan dan lokasi berbeda.

Gap ketiga adalah kemampuan

menyiapkan kesiagaan Kapal Bantu Rumah

Sakit pada pangkalan terpilih terdekat

dengan daerah rawan bencana berdasarkan

pembagian kewilayahan. Penyebaran ini

dianggap penting untuk meningkatkan waktu

respons terhadap penanggulangan bencana

tanggap darurat. Dengan jumlah Kapal Bantu

Rumah Sakit yang ada saat ini maka

penyiagaan saat ini baru terbatas di Pulau

Jawa.

Gap ini menunjukkan bahwa jumlah Kapal

Bantu Rumah Sakit yang ada masih kurang

dibandingkan dengan kebutuhan

penggunaannya di lapangan oleh karenanya

diperlukan penambahan untuk mendukung

operasi penanggulangan bencana yang

efektif.

Rekomendasi

a. Rekomendasi Teoritis

Secara umum dengan menggunakan

Soft Sytem Methodology (SSM), penelitian ini

menemukan bahwa terdapat gap kondisi

ideal dan kenyataan sebenarnya terkait

kebutuhan Kapal Bantu Rumah Sakit.

Penelitian berikutnya dapat dikembangkan

mengenai karakteristik Kapal Bantu Rumah

Sakit yang paling sesuai dengan wilayah

operasi penanggulangan bencana di

Indonesia.

b. Rekomendasi Praktis

Kepada para pengambil kebijakan dan

pelaksana terkait penggunaan Kapal Bantu

Rumah Sakit, beberapa rekomendasi praktis

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menyarankan kepada Kementerian

Pertahanan, Mabes TNI, dan

Mabesal untuk merencanakan

penambahan Kapal Bantu Rumah

Sakit sehingga penyiagaannya dapat

disebar di pangkalan selektif terdekat

dari daerah rawan bencana. Untuk

jangka pendek, rekomendasi jumlah

Kapal Bantu Rumah Sakit yang

diperlukan adalah empat kapal

dengan dengan penempatan satu

kapal di masing-masing Koarmada

dan satu lagi bersifat mobile sebagai

cadangan ketika salah satu tidak

dapat melaksanakan fungsinya.

Untuk jangka menengah dan panjang

jumlah ini perlu ditambah dengan

mempertimbangkan faktor pengganti

di masing-masing Koarmada.

2) Menyarankan kepada Kementerian

Pertahanan, Mabes TNI, dan

Mebesal perlu melanjutkan kajian

tentang perlunya Kapal Bantu

Rumah Sakit dengan tipe dan

kemampuan yang berbeda dari yang

ada saat ini. Saat ini, Kapal Bantu

Rumah Sakit yang dimiliki adalah

konversi dari tipe LPD dengan

Panjang 122-124 meter dan

kecepatan 15-18 knots. Dibutuhkan

Page 9: Pentingnya Penambahan Kapal Bantu Rumah Sakit …jurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2020/01/...156 Jurnal Maritim Indonesia Desember 2019, Volume 7 Nomor 2 Pentingnya Penambahan

164 │Jurnal Maritim Indonesia│Desember 2019, Volume 7 Nomor 2

Kapal Bantu Rumah Sakit yang

mempunyai kemampuan dengan

kecepatan lebih tinggi dan mampu

menjangkau daerah-daerah

pedalaman melalui air dan

mempunyai stabilitas kapal lebih baik

untuk mendukung pelaksanaan

operasi di atas kapal.

3) Mabes TNI dan Mabesal perlu

meningkatkan kerja sama latihan

kebencanaan dengan instansi lain

dalam bentuk yang lebih jelas dalam

hal pembagian tugasnya. MoU yang

telah ada saat ini dapat ditingkatkan

menjadi Perjanjian Kerja Sama.

Referensi Buku Anwar, Syaiful. 2016. Melindungi Negara.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Adiyoso, Wignyo. 2018. Manajemen Bencana Pengantar & Isu-isu Strategis. Jakarta: Bumi Aksara.

Bandur, Agustinus. 2019. Penelitian Kualitatif Studi Multi-Disiplin Keilmuan dengan NVivo 12 Plus. Jakarya: Mitra Wacana Media.

Bartlet, Henry C., Homan, G. Paul, Somes Timothy E. 1997. The Art of Strategy and Force Planning Dalam Strategy and Force Planning. Newport: Naval War College Press.

Nugroho, Sutopo Purwo. 2017. Pembelajaran Bencana Masyarakat Tangguh Bencana Dari Erupsi Gunungapi. Jakarta: BNPB.

Prasetia, Ade. 2015. Bantuan Dari Laut: Strategi Operasi Kemanusiaan TNI Angkatan Laut. Yogyakarta: Leutikaprio.

Sudarsono, Hardjosekarto. 2012. Soft System Methodology (Metode Serba Sistem Lunak). Jakarta: UI-Press.

Peraturan Perundangan Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun

2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Media Online Cuaca Ekstrim Ganggu Pelayanan Rujukan

Korban Mentawai Tim Pusat Studi Gempa Nasional, Kajian Rangkaian Gempa Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat., dapat dilihat pada http://litbang.p u.go.id/puskim/source/pdf/kajian%20gempa%20lombok.pdf diakses 2 September 2019 pukul 10.00 WIB.

Nugrogo, Sutopo Purwo. 2018. Penanganan Bencana Gempabumi M7,4 dan tsunami di Sulawesi Tengah., dapat dilihat pada http://fmb9.id/ document/153873042 5_2018_05_10_Penanganan_gempa_tsunami_Sulawesi.pdf

Pusat Krisis Kesehatan. Kondisi Puskesmas dan Rumah Sakit di Sulteng Update 24 Oktober 2018., dapat dilihat pada http://www.depkes.go.id/ resources/download/info-terkini/Gempa% 20Tsunami%20Sulteng/Update%20Laporan%20PKK%20Tanggal%2024%20Oktober%202018.pdf

Ruswandi, Dodi. (2nd). Pendekatan Klaster Dalam Tanggap Darurat Bencana Indonesiahttps://www. unocha. org/ sites/ dms/ROAP/Indonesia/ Documents/PENDEKATAN% 20 KLASTER%20DALAM %20TANGGAP%20 DARURAT% 20 BENCANA%20DI%20INDONESIA.pdf diakses pada tanggal [2 September 2019].

Up Date Penanganan Kesehatan Korban Banjir Bandang Wasior Sampai 12 Oktober 2010 Http://www.Depkes.Go. Id/Article/View/1258/Up-Date-Penanganan-Kesehatan-Korban-Banjir-Bandang-Wasior-Sampai-12-Oktober-2010.Html [diakses pada tanggal 2 September 2019].