Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa...

117

Transcript of Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa...

Page 1: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif
Page 2: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PERAMBAHHUTANATAUKAMBINGHITAM?POTRET SENGKETAKAWASAN HLiTANDI LAMPUNG

Kerjasama

d'b.

M~TJ

ICRAF Institut de recherchepour le développement

ffFORDFOUNDATION

Page 3: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PERAMBAH HUTANATAU KAMBING HirAM?Potret SengketaKawasan HutanJi Lampung

© lATIN, 2000JI. Citarum No. 12, Blok BXI, Bogor BaruBogor 16152, INDONESIATel. (+62251) 379143Fax. [+62 251) 379 825e-mail: [email protected]: http://www.latin.or.id

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

PenulisAhmad Kusworo

PengantarSuporohorc]o

EditorWibowo A. Djatmiko

Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Lembaga Alam Tropika Indonesia [tATIN]Perambah Hutan atau Kambing Hitam?Potret Sengketa Kawasan Hutan diLampungfAhmad Kusworo

Penerbit Pustaka Latin: Bogor, 2000

xvi + 101 hal.160x240mm

ISBN 979-95675-6-4

1. Perambah HutanIII. Ahmad Kusworo

Fofo lATIN, ICRAFDisain Sompul don Tofolefok

II. Judul

Mah. Djauhari

lsi bukon longgungiowab Percelokon Mardi Yuono, Bogor

Page 4: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Daflar Isi

Pengantarlampung, Potret Keruwetan SengketaKawasan Hutan di Indonesia v

Pendahuluan

Penetapan Kawasan Hutan 9

Sikap Penduduk 19

Mengosongkan Hutan dari Penduduk 27

Kebijakan Kehutanan LampungBijak (di) Sana, Tidak Bijak (di) Sini 37

LampiranKasus-kasus Sengketa 45

Page 5: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif
Page 6: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PENGANTARlAMPUNG, POTRET KERUWETANSENGKETA KAWASAN HUTANDI INDONESIAO/eh: Suporahardjo, LATIN

Sepak terjang petani-petaniLampung dalam menuntut hak .atas tanahnya yang dirampas, baik oleh pemilik modalmaupun pemerintah, akhir-akhir ini menjadi sorotan utama.Berulangkali te~adi pendudukan kantor Gubernur KepalaDaerahTingkat IPropinsiLampungoleh ribuan petaniyangmenuntut agar tanah-tanah yang dirampas dari mereka

. dikembalikan. Inite~adi karena,pertdma, PropinsiLampungdalam melakukan pembangunan wilayahnya banyakmenggunakan cara-eara menggusur akses petani setempat

. atas sumberdaya àgrarianya. Dan kedua, pengaduan­pengaduan petani yang tanahnya dirampas tidak segeradiselesaikansecara tuntasolehpihak pemerintah.

Jika dilihat dari beberapa kasus besar, penyebabte~adinya sengketa tanah yang muncul diLampung adalahberupa pengabaian terhadap hakwarga setempat atas tanaholehnegara ataupemilik modalkarena adanyapembangunanperkebunan-agroindustri, hutan tanaman industri,pembangunan tambak atau pariwisata, demi kelestariansumber air, atau untuk hutan lindung. Sebenarnya kasus­kasus inimerupakan cerminandaridominasi negara dan parapemilik modal yang merasa memiliki kekuasaan (negaradenganpowerr1ya dan parapemilik mOdal dengan uangnya)yanglebih besar dibandingkanwarga setempatyang digusurhak-haknya atas tanah yang te1ah dikelola secara turun

Page 7: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

temurun. Negara melalu~ aparatnya, baik pemda maupun militer, seringmengunakan kekerasan dalam kasus-kasus sengketa tanah ini untukmengintimidasi rakyatyangmenuntut haknya.

Mengapa sengketa tanah di Lampungselama periode rezim OrdeBaru semakin meningkat dari tahun ke tahun? Dan fenomena yang jugamenarik, mengapa para pemilik yang tanahnya dirampas secarapaksa padaakhir-akhir ini jugasemakin berani melakukan tuntutan dan perlawanan di .Iuar pengadilan? Kita akan coba telusuri akar masalahnya mengapa semuaini terjadi.

PROPINSI LAMPUNG YANG MISKINBukuRepelitaVILampung(1994/95-1998/99) menyebutkan bahwa memangdaerah ini salah satu yang termiskin di Indonesia apabila ditinjau daripendapatanrata-rata perkepala. Tahun 1993,pendapatanperkapitanya hanyaRp. 742203, tidak banyakbedanya denganNusaTenggaraTimur,yang beradapada urutan keduapaling melarat di Indonesia.

Hampir tak ada warga di pelosok pedesaan Lampung yanghidupnya tidak bergantungpada pertanian. Catatan padaDesember 1998,memperlihatkan 64% darisekitar 6,9 juta jiwa penduduk Lampunghidupdari pertanian dan tinggal di pedesaan. Catatan juga menunjukkan, duapertigadari jumlahpenduduk Lampungtermasukkatagori miskin (Kompas,19/3/1999). Di sisi Iain, proporsi penggunaan Iahan menampilkan figuryang mendukung realita itu. Dari totalluas Iahan daratan Lampung yang3,3 juta hektar, sekitar 1,1 juta ha atau 34%nya adalah kawasan hutan.Penggunaan Iain yang menonjol adalah perkebunan (22,6%), Iadang dantegalan (13,8%), aIang-aIang (8,1%), dan persawahan (6,6 %). Sisanyaberturut-turut perkampungan, kebuncarnpuran, rawa dandanau, dan tarnbak(EPS, 1997). .

Petani guremdi Lampung, yang menguasai tanah kurangdari 0,5ha per kk pada tahun 1993 terhitungsebanyak 223.267 rumah tangga. Biladibandingkan dengan tahun 1983 petani gurem ini meningkat 49% selamakurun waktu 10 tahun (EPS Propinsi Lampung, 1994). Sementara itu, totalIuas tanahyangdikuasai oleh 36 perusahaanperkebunanswastadalam bentukHGU (Hak Guna Usaha) dipropinsi ini adalah 180.198,03 ha (EPS, 1997a).Sedangkan 8perusahaanHutanTanamanIndustri menguasaikawasan hutan

Pengantar vi

Page 8: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

seluas 282.835 ha (BPS, 1997b). Jadi jelas di sini terjadi ketimpanganpenguasaan tanah yang menyolok antara pihak swasta dengan umumnyarumah tangga petani.. Sejak masa penjajahan Belanda, Lampung telah menjadi daerahkolonisasi untuk menampung kelebihan penduduk dariJaV!a, dan setelahkemerdekaan kebijakan ini diteruskan hingga tahun 1979 melalui programtransmigrasi (Safitri dkk, 1997). Kebijakan-kebijakan ini dan dampak yangkemudian mengikutinya, menjadikan laju pertambahan penduduk begitupesat. Tingginya kepadatanpendudukdiLampung kemudian membalikkanpropinsi ini sebagai daerah pengirim transmigrasi sejak tahun 1997 (Suara .Pembaruan Online,22110/1997). .

Awal Pelita VI, Lampung menyatakan siap menjadi kawasanpengembangan industri. SebagaihinterlandJakana, posisigeografis Lampungmemang strategis dan banyak dilirik investor untuk mengembangkanagroindustri dan agrobisnisnya. Konglomerat-konglomerat ini kemudianmenguasai lahan-Iahanproduktifyangsemula ditanami pisang, ketela, dankelapa oleh petanikecil fl<.ompas, 19/3/1999).

Bersamaan dengan dikembangkannya Lampungsebagai kawasanagroindustri dan agrobisnis, maka mulailah kasus-kasus sengketa tanah jugameningkat. Kasus-kasus sengketa tanah, termasukpulasengketalahan hutandi dalamnya, yangsering terjadi di Lampung dan beberapa di antaranyamencuat menjadi kasus nasional, umumnya terjadi antara warga setempatdengan negara atau dengan pemilik modal. Banyak kasus sengketa yangte~adi karena adanya konflik kepentingan antarawarga dan petani setempatdengan pemilik modal yang didukung ABRI atau negara. Sedangkanbeberapa kasus lainnya merupakan sengketa antara warga setempat denganpemerintahyang berdalih kelestarian lingkungan.

NEGARA KAPITALISTIK DAN EKO-FASISMEPemihakannegaraterhadap kepentinganpemodal dalamkasus-kasussengketatanah merupakankonsekuensi daripilihan kebijakanpertanahan rezim OrdeBaru yang cenderung bercorak kapitalis,lebih memihakpada kepentinganpemodal, sehingga kepentingan rakyat sering diabaikan danposisinyaselaludirugikan (Kasimdan Suhendar, 1997). Kebijakan pertanahan yanglebihbanyak memberikan kemudahan kepadapemodal untukmenguasai tanah di

VII

Page 9: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

lokasi-Iokasi strategis merupakan buah dari kebijakan pembangunan OrdeBaru yang lebih menitik beratkan pembangunan yang berorientasipertumbuhan ekonomi. Para konglomerat ini merupakan kelas rentiesekonomi yang menjalin hubungan simbiotis dengan kekuasaan dan parabirokrat. Melalui hubungan ini terjadilah apa yang disebut sebagai distribu·tionalcoalition. Koalisi ini ialah suatu jaringan mirip kartel yang bertujuanuntuk meraih rente ekonomi semaksimum mungkin, yang antara Iaindilakukan dengan proses penguasaan tanah-tanah rakyat secara tidakmanusiawi atas nama pembangunan (Arief, 1998).

Terjadinyasengketa tanah, termasuk sengketa kawasan hutan, inimerupakan bagianinherendariproses pembangunanyang menekankanpadaproses industrialisasi yang kurang memperhatikan kepentingan kalanganmasyarakat yang memiliki posisi lemah dan dilemahkan -khususnya

. masyarakat setempat- yang sangat tergantungpadasumberclaya agraria. Disatu sisi hasil dari fasilitasi dan intervensi ini adalah sengketa tanah danketimpangan distribusi sumberdaya langka, khususnya penguasaan atassumberclayaagraria. Di sisi Iain, adanya ketimpangan dan ketidakadilan initelah meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat setempat danmembangkitkan perlawanan terhadap sistem yang tidak memihak kepadakepentinganmereka. Akibatnyadi mana·mana terjadikecenderungankonflikterbuka antara masyarakat lokal dengan negaraataupun antara masyarakatlokal denganpemodal.

Faktafakta yangdipaparkanKusworo dalam buku inimerupakanbuktiyangmemperkuat kecenderungan konflik terbuka tersebut. ApayangpemahdiramalkanMarx dalam kasus sengketa tanah inisedangterjadi, yaitu"semakin sadar segmen-segmen subordinat dalam suatu sistem tentangkepentingan kolektifmereka dansemakin besar gugatan terhaclap keabsahandistribusi dari sumber-sumber langka (scarce resources), semakin mungkinmerekabergabungdalamkonflik terbukamelawansegmen-segmendominandalamsuatusistem" (Tumer, 1991).

Kasus-kasus Lampung ini -terutama yang berkaitan denganpenghapusan desa-desa dan lahan pertaniandaridalam kawasan hutan- jugaclapat dilihat sebagai bentukeco-fascism (eko-fasisme, fasis lingkungan) (Dietz,1998). Karena alasan-alasan kelestarian lingkungan, seperti penetapannyasebagai hutan lindung dan daerah tangkapan air, pemerintah kemudian

Pengantar VIII

Page 10: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

melarang segala bentuk aktifitas produktif di dalam kawasan hutan danmengusir masyarakat yang telah bertahun-tahun berdiam di sana. Terkadangalasan ini terasa ganjil dan tidak masuk akal, seperti pada kasusKrui di manamasyarakat telah berhasil membangun dan mengelolahutan yang lestari, jauhlebih baïk dari yang telah diperbuat pihak kehutanan. Namun yang lebihsering adalah alasannya terasa dibuat-buat untuk menyelamatkan proyek­proyek besarpemerintahsemisalpembangunan bendungan atau pembangkitlistrik.

Apapun alasannya, pengusiran-pengusiran dan penggusuran inidilakukan dengan begitu serius dan sepertinya 'tanpa hati'. Bagaimanapemerintah melakukan penggusuran ini, buku yang ditulis Kusworo inimemaparkan fakta dengan baik. Misalnya seperti yang terjadi di DesaDwikora dan Tanjung Barn, pemerintah telah mengerahkan 167 orangjagawana (polisikhusus kehutanan) dan dua peletonBrimob, dibantu dengan17 ekor gajah terlatih beserta pawangnya, 6ekor kuda, 20 gergaji mesin dan200 pekerja, untuk secara paksa membabati tanaman kopi dan merobohkanrumah-rumahpenduduk.

Sengketa kawasan hutan, dan sengketa tanah umumnya, antaranegara dengan masyarakat setempat seperti yang terjadi di Lampung ini,sebenarnya banyak pula terjadi di tempat-tempat Iain di Indonesia. Selainketiadaan perangkat hukum yang membela kepentingan masyarakat lokal .terntama untuk masyarakat di luarJawa, juga karena sudah menjadi gejalabahwa ancaman baik bernpa kekuatan hukum positifyang berpihak padamodal maupun perkembangan ekonorni kapitalistik yang membutuhkantanah-tanah yang luas semakin menemukan bentuknya dalam kebijakanekonomi Orde Barn. Di sinilah kelihatan sekali mata rantai dalamhubungannya dengan fungsi ekonoffi.i (sebagaiRicardian rent) dan semakinmenghilang kaitannya dengan fungsi sosial (sebagai sociologicalrent) yangdirniliki tanah (Nasikun, 1995). Situasi inipulalahyang mendasariperampasan­perampasan hak atas tanah rakyat di berbagai wilayahdiIndonesia, termasukdi Lampung.

Dari sisi penegakan hukum, rezim Orde Barn tampak tidakkonsisten dalam melaksanakan kebijakan pertanahan. Di satu pihaksecarayuridis mengacu pada Undang-undang PokokAgraria (UUPA) No. 5tahun1960, sementarasubstansi dari kebijakan yang diambil pemerintah berbeda

ix

Page 11: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

bahkan benentangan dengan jiwa semangat DUPA. Betapa tidak, karenaUUPAseeara tegas memihakpada kepentingan rakyat, sementara jiwadansemangat kebijakan penanahan saat ini bersifat kapitalistis {Kasim danSuhendar, 199n.

Akibat dari kebijakan pemerintah rezim Orde Baru yang tidakkonsisten dan ambivalen itulahsebenarnya akarmasalahte~adinya sengketatanah di mana-mana di seluruh Indonesia. Sengketa tanah ini juga semakinparah kondisinya akibat perencanaan pembangunan yang tidak konsisten .dan tidak terpadu satu dengan Iainnya. Banyak terjadi perencanaan yangtumpangtindih satu dengan Iainnya; bahkan jugasaling mengingkari. DanPropinsi Lampung merupakaÎlsatu miniatur dari kasus-kasus sengketa tanahyang kini merebak di seluruh Indonesia. Dalam kasus penghapusan desa­desa, nampaknya sekali bagaimana desa-desa yang dulu telah diresmikandan ditetapkan oleh pemerintah, karena adanyakepentingan Iainnyadenganseenaknya desa-desa itu dihapuskan dan penduduknyadiusir untuk pindahke te~pat Iain.

Laporan dari kasus-kasus tanah menunjukkan bahwadari27 kasussengketa yang diadvokasi terdapat 18 kasus tanah yang disebabkan olehperusahaan-perusahaan kapitalis -baikasing, pribumi maupun milik negara­ekspansi perusahaan-perusahaan industri, agroindustri, dan industripariwisata. Sengketa tanahyangterbanyaktersebut, merupakan ekspresidari"hukum ekonomi kapitalisme" yangdisebut sebagai ''primitiwaœumulationofcapital'. Akumulasi modal primitifadalah suatuproses sejarah dari petanikecil diubahmenjadi buruh upahan; dan hana-bendasosial (termasuk tanah)diubah menjadi modal. Proses ini biasanya ditandai oleh manipulasi danperampasan hana benda secara kekerasan. Jadi akumulasi modal primitifpadasatu sisi merupakan transformasi massif dari kelas petani menuju kelaspekerja yang gilirannya menjadi tenaga kerja bebas. Di sisi Iain, adalahakumulasikekayaanpadabeberapagelintirorangyangpadagilirannyamenjadimodaluntukproduksi kapitalis (pauzi, 1998).

MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPATDari sengketa-sengketa tanah dan kawasan hutan yang te~adi di Lampung,nampakpack banyak kasus pemilik modal beke~a samadengan pemerintahmenunjukkansupremasinyaterhadap masyarakat dengancaradominasi atau

Pengantar x

Page 12: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

penindas~ (coercion). Para pemilk modal bekerjasamadenganpemerintahmenggunakan aparatpemerintah-militerdan birokrat- melakukanintimidasikepada rakyat. Dengan semena-mena pula melakukan perampasan danpenguasaan tanah-tanah rakyat secara tidak manusiawi atas namapembangunan.

Adaindikasi kuat yang menunjukkan bahwakasus sengketa tanahini semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya modal swasta danpasar bebas. Dalam konteks ini telah terbukti di lapangan bahwa hampirseluruh sengketa ini telah merapuhkan daya tahan rakyat. Jelas sekalitergambar dari kasus·kasus Dwikora, Gunung Balakdan lain-Iain, bagaimanawarga terlunta-Iunta tanpa kepastian hak dan hidup dalam ketakutan justrukarena teror aparatkeamananyangseharusnya melindungi rakyat. Kalaupunte~adi perlawananyangkeras, nampak bahwasikap yang diperlihatkan olehmassa rakyat itu bukanlah ditujukan untuk melawan dan mengalahkandominasi yang tidakadil. Sikap-sikap keras yang ditunjukkanitu lebih bersifatuntuk mempertahankandirisementarawaktu, untuk menarikperhatiandandemi meminimalkan kerugian yang menimpa dirinya. perlawanan modeldemikian terjadi semasa Rezim Orde Barn. Namun sekarangperlawananyang dilakukan lebih lugas dan langsung menuntut adariya perlakuan danpenyelesaian yang adil terhadap hak-hak mereka atas sumberdayaagraria.

Dalam menangani kasus sengketa tanahyangte~adi di Lampungadalah tidak mungkin menunggu te~adinya perubahan kebijakanpertanahandan kemauan politikdi"tingkat pusat, agarsupaya pemerintah yang orientasiutamanya adalah pada pertumbuhan ekonomi berubah menjadi lebihberorientasi populis -mengedepankan kepentingan masyarakat lokal.Nampaknya keniscayaan ini ditangkap olehsebàgian besarpetaniLampungyanghak-haknya terarnpas selama ini. Me1aluipembentukanDewan RakyatLampung (DRL) para petani mengangkat isu pokok tuntutan agar tanah­tanahrakyatyangdigusurdipulangkandankasus-kasusyangadadiselesaikan.

Saat ini sudah ada kesepakatan antara pihak PemdaLampungdengan DRL untuk membentuk tim bersama yang disebut Tim 13, karenajuuùahpersonilnyayangsebanyak 13 orangyakni 8orangperwakilanDRLdan5orangperwakilanPemda. Tujuandibentuknya tim ini tidaklain adalahuntuk mencari penyelesaian atas kasus-kasus tanah di Lampung. Tim inise1anjutnyadibagi ke dalam empat subtim yang masing-masing mengurusi

xi

Page 13: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

sengketa tanah antara rakyat dengan perusahaan, antara rakyat dengan pemdadan atau kehutanan dan atau transmigrasi, antara rakyat dengan militer, dankasus-kasus penghapusan desa (Bastari, 1999). Dalam perkèmbangannya,Tim 13 telah berhasil menyelesaikan beberapa kasus sengketa tanah danbeberapa kasus lainnyasedang mengarah ke penyelesaian. Kasus sengketatanah yang akan dan sedang ditangani oleh Tim 13 ini kurang lebih ada 63kasus.

Berdasarkan pengalaman terjadinya banyak sengketa tanah di .Propinsi Lampung, beberapa hal berikut ini perlu mendapat perhatian.Pertama, dalam melaksanakan strategi kebijakan pembangunan di masamendatang, penting untuk mencantumkansecara ketat prasyarat hak atastanah (sumber-sumber~a) yanglebih mengedepankan kepentingan dankaitan fungsi sosiai bagi masyarakat setempat dari pada kepentingan pihakluar. Ketiua, perlu institusionalisasipengelolaankonllikyangIebih jelasdenganmenggunakan pendekatan yangIebih menghormati kepentingan dan hak­hak masyarakat setempat daripada pendekatan kekuasaan dan tuduhankriminalisasi terhadap masyarakat yangkehilangan hak atas tanahnya. Danketiga, pemerintah harus memberikan ruang yang kondusif-bebas dariketakutan-bagi berkembangnyaorganisasi rakyat atau kelembagaan lokaiyang sudah ada di pedesaaan untuk membela kepentingan mereka dariancaman perampasansuinber-sumberagrariayang mereka miliki.

Bogor, Juni 1999

Penganlar xii

Page 14: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PUSTAKA ACUAN

Arief, Sritua. 1997. "Kebijakan Pertanahan dalam PemerintahanOrdeBarn: TelaahEkonomi Politik", dalam Sritua Arief. PembangunanismedttnEkonomilndonesia:PemberdayaanRttkyatdttlam Glolxdisttsi. Bandung.CPSM dan Zaman Wacana Mulia. Hal 251.

Bastari, Ibrahim. 1999. "Narasi Kasus Sengketa Tanah Antara ProkimalTNIALLampungdengan WargaDusunPanganJaya",dalamAnonim.l.ttporanProsesLokakaryaPmyusunan KurikulumPenyelesaianSengketa. Diselenggarakan oleh BSP KEMALA, Gadog, 27-30Januari1999. Jakarta. AUSAID-funded Consortium ofWorld Wildlife Fund,The Nature Conservacyand World Resources Institute.

BPS .1997. LampungDalamAngka 1996/1997. BandarLampung.Ke~asama Bappedadan Kantor Statistik Tingkat1Lampung. Hal 4.

BPS.1994. SensusPertanian 1993:HasilPendaftaranRumah Tangga(AngkaTetap). BandarLampung Kantor StatistikPropnsi Lampung. Hal 32.

BPS. 1997a. SttttistikPerusahaan Perkebunan 1996. Jakarta. Kantor StatistikJakarta.

BPS.1997b.SttttistikPerusahaanHutttn Tanaman Industri 1996. Jakarta.KantorStatistikJakarta~

Baswir, Revrisonddkk. 1999.Pemhangunan TanpaPerasaan:EvaluasiPemenuhanHakEkonomiSosialBudaya OrtieBaru. Yogyakarta. PustakaPelajar-IDEA dan ELSAM. Hal 169 -170.

Dietz,Ton.1998. Pengakuan HakAtttsSumberdayaAlam'Kontur GeografiLingkungan. Yogyakarta. Ke~asama Remdec, Insist danPustaka Pelajar.

Fauzi, Noer. 1998. "AnatomiSengketaTanahdiMasaOrdeBarn",dalamAnonim. PembangunanBerbuahSengketa. Medan. YayasanSintesa& SerikatPetani SumateraUtara. Hal 2.

HarianKompas, 19/3/1999. "PetaniLampungMudahTerpuruk".Jakarta. PT KompasMedia Nusantara. Hall & 19.

Kasim, Ifdal dan Suhendar, Endang.1997. "KebijakanPertanahan OrdeBarn: Mengabaikan Keadilan Demi PenumbuhanEkonomi". DalamNoer Fauzi. Penyunting. Tanah dttnPembangunan. Jakarta. SinarHarapan. Hal 99. .

Nasikun. 1995. "Perkembangan KonilikPertanahan di Indonesia dalam

xiii

Page 15: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Era Pembangunan"., dalam Umoro Hariadidan Masruchah. Editor.Tanah,RakyatdanDemokrasi. Yogyakarta.ForumLSM-LPSMDIY.Hal 67.

Safitri, dkk.1997. Peran danAksesMasyarakatLokaldalamPengelolaanHutan..KajianKebijakanDaerahLampun~Kalimantan TzmurdanNusa. .Tenggara 7imur.Jakarta. P3AE-UI.Hal7.

Turner,HJ.l991. TheStructure ofSociologU:al1heory. Califomia.WadsworthPublishingCompany. Hal 188.

Suara Pembaruan. Online. 22/10/1997. "LampungKirim 130 KKTransmigran ke Kalbar". .

. Pengantar xiv

Page 16: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PENDAHULUAN

NEGARAYANG DIDOMINASI HurANDAN HUTAN YANG DIDOMINASI NEGARAIndonesia merupakan negeri yang kaya sumberdayaalam,salah satunya -boleh jadi yang utama- adalah kekayaansumberdayahutan. Meskipunberbagaisumbermenyebutkanangka berbeda, namun semua setuju sekurang-kurangnyaIndonesia saat ini memiliki 50 juta-60 juta hektarhutan alam(JIorld Resource Institute 1994-1995 dalam Lynch andTalbou, 1995). Ironisnya, limpahan kekayaan sumberdayahutan Indonesia ini ternyata tidak dapat dinikmati olehrakyatnya. Menurut peraturan perundang-undangan yangadasaatini-UUD 1945, Undang-undangPokokKehutanan1967,danperaturan-peraturanturunannya-sumberdayahutan dikuasai oleh negara.

Praktik penguasaansumberdaya hutandijalankansecarasistematisoleh birokrasikehutanan- atas namanegara.Institusi kehutanan Indonesia ini mengemban misi ganda,yaitu melindungi sumberdaya hutan dari kerusakan danmendongkrakpenghasilan negara melalui eksploitasi hutan.Misigandainikemudiandiaktualisasikadalamdua tindakankontradiktif. Menjaga keutuhan (konservasi) hutan di satusisi dan membabati (eksploitasi) hutan di sisi Iain. Dalameksploitasi hutanhakeksklusifdiberikankepadaperusahaan­perusahaan kehutanan negara dan pemodal besar swasta.

Page 17: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Sementarapenduduk setempat tidak mendapatkan apa-apa.Penguasaandan pengurusanhutan Indonesiamulai dijalankanpada

masa pemerintahan kolonial Belanda, dan tetap dipertahankan hinggasekarang (peluso, 1992; Lynch and Talbott, 1995). Melalui Tata GunaHutanKesepakatan (TGHK) tahun 1983, seluas.±143 jutaha atau sekitar 70% dariwilayah daratan Indonesia -baik berhutan maupun tidak- ditetapkanpemerintah sebagai kawasan hutan negara (Ministry of Forestry, 1995).Penetapan ini kemudian membawa implikasi yang ternyata merugikanmasyarakat lokal. Apapun kegiatanpendudukdidalamkawasan hutan yangberkaitandengan pengelolaandanpemanfaatansumberdayahutan dianggapmelanggar peraturan perundang-undangan, dan dapat dikenai hukuman.Label-label yang menimbulkan citra negatif, seperti 'penjarah hutan','perambahhutan', 'pencurikayu', 'pendudukliar', 'sukuterasing', 'peladangberpindah' disematkan kepadapendudukyang penghidupannya bergantungpada sumberdaya hutan.

Besarnyaproporsi lahan (±.70% dari luas daratan) yang diklaimoleh negarasebagai kawasan hutan dan sempitnyaluas lahan yang tersisa (±.30% selebihnya) yang bisa dikelola penduduk dengan relatif bebas,mengandungimplikasi yang merugikan masyarakatyang berdiamdi sekitarhutanj setidaknyakarena dua halo Pertama, kawasan œrsebut kebanyakansudah dihuni penduduk, sebagian besar sejak sebelum adanya penetapankawasanhutan-atau bahkansejaksebelumNegaraIndonesiadiproklamirkan.Kedua, sejalan dengan perkembangannya, sebagian penduduk mau tidakmauharus memanfaatkankawasanyangdiklaimsebagaihutan negarasebagaiperluasanlahanpertanian agardapat bertahan hidup. Secara resmi perambahhutan di Indonesia dilaporkan sebanyak 1,2 juta orang, namun berbagaisumberIain menyebut jumlahpendudukyang penghidupannya bergantungkepada sumberdaya hutan (termasuk lahan) ini berkisar antara 80-95 jutaorang. Sementara pendudukyangbermukimdi dalamkawasan hutan negaraberjumlah antara 40-65 juta orang (Lynch and Talbott, 1995), atau sekitar20-30% dari total penduduk Indonesia.

Bagi penduduk lokal, penguasaan lahan dan pelarang~n

pemanfaatansumberdayahutan oleh negara itu merupakan perlakuan tidakadil. Pertanyaan-pertanyaanyang berkecamukdi benak penduduk adalah:Mengapa tindakan memanfaatkan sumberdaya alam-karuniaTuhan bagi

Pendahuluan 2

Page 18: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

mereka- dianggap sebagai tindakan kriminal di mata hukum? Mengapapula perusahaan negara dan modal besar swasta boleh membabati hutandan mengkonversinya menja<..~ perkebunan, sedangkan mereka dilarangbermukim dan bercocok tanam? Dan lagi, apakah kehidupan binatang­binatang dan tanaman-tanaman liar lebih uta;na ketimbang kelangsunganpenghidupan mereka ?

HUTAN DAN MASYARAKAT LOKAL DI LAMPUNGSejak tahun 1960-an hingga akhir 1980-ankegiatan kehutanan di Lampungdiutamakan pada kegiatan eksploitasi kayu dengan tebang habis. Ketika ituproduksi kayu memang masih melimpah dan didukung pula dengankemudahan proses mendapatkanHPH (hak pengusahaan hutan), HPHH(hak pemungutan hasil hutan), dan izin-izin tebang skala kecil. Kegiataneksploitasi kayu kemudian berhenti pada awal tahun 1990-an karena kayuhutan alam sudah habis dibabati, dan tidak ada lagi areal penebangan yangdapat memproduksi kayu secara berkelanjutan. Akibatnya kemudianLampung mengalamikelangkaanpasokan kayu. Kecenderunganpenurunan

. produksi kayu itu dapat dilihat dengan jelaspada Tabel1 berikut.Di sisi Iain peningkatan jumlahpenduduk Lampung berlangsung

sangat pesat. Pada tahun 1930 penduduk Lampung masih sekitar 406.000orang, tahun 1961 sebanyak 1.667.511 orang, tahun 1971 menjadi2.775.695

Tabel1Perkembangan Produksi Kayu Lampung Selama Pelita I-V

Periode

Pelita 1Pelita IlPelita IIIPelita IVPelita V

(1969-1974)(1975-1979)(1980-1984)(1985-1989)(1990-1994)

Kayu bulat(m3)

1.413.565,7661.209,9482.415,3795.462,8308.701,9

Kayu gergajian(m3)

618.906,7304.231,5217.244,6385.079,6186.686,8

Sumber: DinasKehutanan Tk.!Lampung, 1996

'3. ~." ., ' ..

Page 19: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

orang, tahun 1980 melonjak 4.624.789 orang, dan tahun 1990 menjadi6.015.803 orang. Lampung menjadi propinsi terpadat di luarJawa, bahkanpadabeberapadaerah padat seperti Pringsewu danMetro populasipenduduksama dengan Jawa yaitu lebih dari 1.000 orang per km2• PesatnyapertambahanpendudukLampung inidisebabkanoleh pendatangdari PulauJawa melalui kolonisasi, transmigrasi, dan migrasi spontanj serta migrasispontan dari Sumaterabagianselatan. OrangJawa merupakan kelompokterbesar yang mencapai± 65% dari total penduduk Lampung, sedangkanorang asli Lampung hanyasekitar 15%, orangSunda± 12%, dan selebihnyaorang Sumatera bagian selatan (Semendo, Pasemah) dan suku-suku Iain(Benoit, etal., 1989).

Pesatnyapertambahan pendudukdiLampung merupakan hasilpelaksanaan penyebaranpendudukdari PulauJawayang padat. PemerintahBelanda memulai program kolonisasi inisejak tahun 1900-an, mendatangkanpendudukJawa ke daerah sekitar Gedong Tataan-Pringsewu, Wonosobo,dan Metro. Tahun 1950-an melalui program BRN (Bira RekonstruksiNasional) veteran dari Jawa Barat didatangkan ke dataran tinggi sekitarSumberJaya danPulau Panggung. Setelah itu secara tems menerus hinggamenjelang tahun 1990-an,penduduk dariPulauJawa berdatanganke berbagaipenjuru Lampung melalui transmigrasi umum. Menyusul kemudiantransmigran spontan dalam juml*yang lebih besar, yang secara bertahapberdatangan pula untuk membuka dan menempati daerah-daerah baru diLampung.

Perombohon HutonMaraknya kegiatan pengusahaan hutan dengan pola tebang habis, diikutidengan pesatnya kedatangan penduduk. Orang-orang ini lalu membukapemukiman dan usahatani di bekas-bekas areal hutan, mengakibatkansemakin banyak kawasan hutanyang terbuka.

Menghadapi situasi demikian, instansi kehutanan bersamapemerintah daerah menerapkan kebijakan kehutanan yang ditekankanpadaupayamengeluarkanpendudukdari kawasandalam rangka pengamanandanpemulihan fungsi kawasan hutan. Kebijakan tersebut didasari pandanganbahwamasyarakatyangmasukke dalam kawasanhutan -disebut"perambahhutan"- merupakan ancaman terhadap kelangsungan fungsi hutan.

. Pendahuluan . 4

Page 20: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tobel2 Keadaan Kawasan Hutan di Lampung

Jenis fungsi Luas (ha) Berhutan (ha) Tak berhutan (ha) (%) Pemukim (kk)

Hutan suaka 316.570 185.548,0 131.022,0 41,39 5.676Hutan lindung 318.513 53.342,5 266.170,7 83,57 36.349Hutan produksi 401.910 73.300,0 327.609,5 81,51 54.000

Sumber: KanwilKehutananLampung, 1990;DinasKehutanan Tk.lLampung, 1996

Karenanya, akses masyarakat setempat terhadap kawasanhutanharosditutup.Kawasan-kawasan hutan harus dibebaskan dari segala aktivitas penduduk.

Bagi masyarakat setempat yang menggantungkan hidup darimengeloladanmemanfaatkanhutan, tertutupnya aksespemanfaatankawasanhutantentu sajadirasakan menghambat kelangsungan penghidupan mereka. .Wajar kalau kemudian orang-orang ini tidak menerima dan berupayamemperjuangkan hak untuk dapat tetap memanfaatkan kawasan hutan.Berbagai upaya dilakukan mulai dari penolakan fisik di lapangan, dialog,demonstrasi, hinggamengajukankasusnyake pengadilan. Akibatnya munculkonflikdansengketayang berkepanjangan dan rumit. Pemerintahcenderungbersikukuh dengan kebijakan yang dijalankannya, sementara penduduksetempat tems benahan dengan tuntutannya.

. Hutandan kehutananLampung adalah bidangyangmenarikuntukdipelajari. Te~adi kegagalan-kegagalan disatusisi tetapi adapula keberhasilan­keberhasilandisisi yangIain. Di sarusisi, areal yangtelahditetapkansebagaikawasan hutan tems mengalamipembukaan, bukti bahwainstansi kehutanantidak mampu mempenahankan dan memulihkan fungsi kawasan-kawasandi bawah penguasaannya. Di Iain sisi, Lampung memiliki comoh-eomohkeberhasilanpenduduksetempat dalam membangun hutanyang lestari. Diantaranya adalahpengelolaan SD-an ribu ha agroforest damar di PesisirKrui,atau pengusahaan kebun-hutan jati, sengon, dan buah-buahan pada banyaktempat di Lampung. Jugaditemukan comoh-eomoh hutanalamyang dijagamasyarakat-masyarakat adat di LampungBarat.

.' Kehutanan di Lampungjugamenarik karenameme1opori berbagaikebijakankehutanannasionalyangselanjutnyadijalankandipropinsi-propinsiIain di luarJawa. Di Lampung, praktik tebang habis skala besar sudah

5

Page 21: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dijalankansejaktahun 1960-an,sedangkansecaranasional barn dimulaisejakdikeluarkannya aturan pengusahaan hutan menurut PeraturanPemerintah(PP) no 21 tahun 1970. Pelibatan swasta dalam penanaman tanamanpenghasilkayudimulai diLampungtahun 1973 mela1uiprograrnyangdinamai"HPHKultur", danbarntahun 1990-anpengusahaanhutantanaman industrioleh swasta dijalankan secara nasional. Kegiatan pernindahan penduduksecara besar-besarandari hwasanhutan melalui prograrn transmigrasi lokaldimulai di Lampung tahun 1980-an, dan tahun 1990 diadopsi menjadikebijakan nasional melalui pembahan DepartemenTransmigrasi menjadiDepartemenTransmigrasidanPemukiman PerambahHutan.

aUKU INIKeprihatinan atas kondisipengelolaan hutan Lampungyang tidak kondusifbagi pembangunandan pengembangan kemandirianmasyarakat itulahyangmelatar belakangi penulisan buku ini. Kajian dan tulisan ringkas inidiharapkan dapat memaparkan garis besar pe~alanan sejarah kehutananLampung, khususnya menyangkutinteraksinyadenganmasyarakat disekitarhutan. Setelah melihat kronik-kronik yang te~adi, diharapkan pula dapatmemberikan gagasan untuk mendorong pembaruankebijakan kehutananmenujupengelolaankawasanhutanyanglebih berhasil. Baikdari sisikeadilan,peningkatankehidupan masyarakat setempat, maupun sisi pelestarianlingkungannya.

Sejarah kebijakan kehutanan, khususnya menyangkut penetapankawasan hutan, sejak masa kolonial Belanda hingga era reformasi sekarang,disajikanpadaBagian 2. Sebagian besar, sekitar 1,1 dari 1,2 juta hakawasanhutan diLampung (RTGHK 1990), telah ditetapkansejak jamanpenjajahanitu. Dimulaipada masaawalkemerdekaan, sebagiankawasanhutanitudibukauntuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan pada kurun waktu antara 1960hingga awal tahun '70an, cukup banyak lahan yang telah dibuka olehmasyarakat dengan izinDinas Kehutanan.

Namunkemudian te~adi pembahanyangmenyengsarakan rakyat.Pada tahun 1975, tiba-tiba izin-izin itu dibatalkan dan rakyat diusir denganpaksa dari kawasan hutan. Banyak kebun-kebun dan pemukiman rakyatyang telah terlanjurdibuat, dihancurkandengancidaksemena-mena. Kegiataninisegeradiikuti dengan kebijakanPemdaLampimgyang menghapus desa-

Pendahuluan 6

Page 22: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

desa yang terletak di dalam kawasan, padahal beberapa belas tahunsebelumnya kebijakan Pemda pulayang telah mengesahkan keberadaan desa­desaini.

Kebijakan-kebijakan yangplin-p!<ln dan tidak konsisten inilah yangmembuat rakyat menderita. Bemuk-bemuk perlawanan rakyat atas'penindasan resmi' ini diuraikan sebagai ringkasan dalam Bagian 3buku ini.Tiga model pendekatan penye1esaian konflik yang dipakai rakyat adalahpendekatan melalui jalur hukum, membangun opini dan tekanan publik,serta menghadapi aksi kekerasan dengan perlawanan ftsik. Centa yang lebihpanjang dan lengkap, kasus per kasus seperti yang dapat dikumpulkan darimedia massa dan berbagai dokumen Iain, disajikan sebagai lampiran di bagianakhir buku ini.

Bagian 4 menguraikan pokok-pokok kebijakan kehutananberkenaan dengan pengamanan kawasan hutan. Terlihat betul bahwakebijakan-kebijakan ini memang 'bijak di sana tidak bijak di sini'. Di satusisi mengusir dan menghancurkan penghidupan rakyat lokal yang sudahterlanjur berdiam di dalam kawasanj namun di sisi Iain membuka pintu danmenyilakan pihak-pihak swasta bermodal kuat umuk berkiprah dalamkawasan. Padahalkenyataan yang ada memperlihatkan bahwaswasta-swasta

7

Page 23: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

itu juga tidak lebih baik di dalam mengelola hutan dan menjaminkelestariannya.

Sebagai penutup, sedikit ulasan mengenai kebijakan-kebijakankehutanan Lampung ini dalam kaitannya dengan peran serta masyarakatlokaldituliskan dalam Bagian 5. Opini dan saran penulis untuk perbaikanpengelolaanhutan dan kehutanan di Lampung disajikanpada akhir bagianini. Beberapa contoh kasus yang diambil dari Lampung sendirimemperlihatkan bahwa rakyat memang memiliki kemampuan yangdiperlukanuntuk mengelolahutan. Tinggallagipihakkehutanankhususnya,danpemerintahumwlmya, apakahsiapuntukberubilidan berbalik melayanimasyarakat.

Buku ini ditulis secara ringan dan sederhana agar tidak menjadibacaan yang berat. Karena itu buku ini tidak membahas secara mendalamtentanglatarbelakang, is~ konteks, dandampakseluruhkebijakankehutananyang dilaksanakan di Lampung. Juga tidaksecara terperinci menjelaskanpenderitaanyangdialamipendudukakibatpelaksanaankebijakan kehutanandi Lampung. Data dan informasi yang dijadikan bahan utama meliputidokumen-dokumen berbagaikebijakanpemerintah (peraturan-peraturandaerah, surat-surat keputusan dll.), laporan-laporan resmi instansi kehutanandan pemerintah daerah, dan publikasi media cetak daerah.

f . Pendahuluan 8

Page 24: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PENETAPAHKAWAIANHUTAH

Proses penetapan kawasan hutan di Lampung pada garisbesarnya terbagi dalam tiga periode, yaitu masa penjajahanBelanda, masa-masa awal kemerdekaan, dan penerapankonsep tata guna hutan kesepakatan (TGHK) yangdilanjutkan dengan konsep rencana tata ruang wilayah(R1RW).

MASA PENJAJAHAN BELANDAHampir semua areal yang pada saat ini dinyatakan sebagaikawasan hutan di wilayah Lampungtelah ditetapkan sejakpemerintahankolonial Belanda. Penetapan ini berlangsungmulai tahun 1922 hingga 1942, dan menurut catatan yangada telah diselesaikan sebanyak 51 register. Ketika ituLampungmasihmerupakanwilayahkeresidenanyangsecaraadministratiftermasukke dalam PropinsiSumateraSelatan.Wilayah Keresidenan Lampung tidak mencakup wilayahPesisirKrui yang saat itu masih termasuk ke dalam wilayahKeresidenan Bengkulu.

Kegiatan penetapan suatu kawasan hutan padamasa itu meliputi tahapan-tahapanpeni1aiandanpemeriksaan(aangewezen), penetapanlpengukuhan menurut fungsinya(afgebakend), dan pengukuran sena pemasangan batas~. Penetapandilakukandengankeputusan(~Residen. Setelah ditetapkan sebagai kawasan hutan {BWi

Page 25: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

boscbwezen) penduduk dilarang melakukan pembukaan hutan, karena itu ar­eal BW kemudian biasa disebut sebagai 'hutan Iarangan'. Kemudian setiapdua tahun setelah penetapan itu dilakukan pemeliharaan dan rekonstruksibaras-batas kawasan hutan tersebur.

Pada masa penjajahanJepang (1942-1945) kegiatan penetapankawasan hutan yang baru tidak !agi dilakukan. Masa inilah wilayah PesisirKrui dimasukkan ke dalam wilayah Keresidenan Lampung.

MASA-MASA AWAL KEMERDEKAANPada awal kemerdekaan, diperkirakan Iuas tutupan hutan di KeresidenanLampung meliputi dua pertiga dari luas keseluruhan wilayah yang 3,3 jutaha. Tahun 1947Residen Lampung mengeluarkan Surat Edaran No. 1Tahun1947 yang berisi penekanan bahwa peraturan dan ketetapan di masapenjajahan Belanda masih tetap berlaku, dan masyarakat dilarang membukahutan Iarangan tanpa izin pihak berwenang. Namun demikian, sejak tahunini pun telah dikeluarkan izin-izin untuk membuka beberapa bidang Iahandi kawasan hutan unruk keperluan masyarakat di Lampung.

Izin-izin pembukaan kawasan hutan untuk usahatani pendudukdiberikan secara besar-besaran mulaitahun 1960-an (lihat TabeI3). Pemberianizin pembukaan hutan itu dilandasi oleh semangat pejabat-pejabat pemerintahsaat itu untuk memperluas Iahan usahatani penduduk dan memperolehpendapatandari eksploitasi hasil hutan. Dalam perkembangannya temyatapemerintah, dalam hal ini Dinas Kehutanan Lampung, kemudian tidak dapat

Penetapan Kawasan Hutan 10

Page 26: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tobel 3 Pembukaan Kawasan Hutan untuk Penduduk di Lampung

Cara Pembukaan

Dengon izin resmi

Program Tronsmigrosi

Pembenlukon deso baru

Dengon izin tidok resmi '

Peroturan yang Mengesahkan

Moklumat Residen lampung No.15 Tahun1947, tanggal14 Juni 1947

Instruksi Kepolo Dinos Kehutononlompung No. 7 Tohun 1964, ditelopkontonggol16 September 1964

Pengumuman Kepolo Dinos KehutononNo.250N/5 Tahun 1968 tentong IzinTumpong Sari .

Instruksi Kepola Dinos Kehutonon No.310N/5 Tohun 1968 tentong Reboisosi

SK Kepolo Dinos Kehulonon No. 1691/1/3/75 tentong pencobuton (pembatalan)semuo izin pembukoan lohan hutannegoro

Sebelum Orde Boru penetapon lokasipemukimon ditetapkon oleh DjowotanTronsmigrasi

Pemukimon-pemukimon di dalamkowoson hutan disohkon menjadi deso­deso resmi (definitiQ dengon SK Gubernur

Persetujuan pembukoon huton bogipenduduk oleh operot-operot kehutonondon pemerintohon setempot

Keterangan

Memberikon izin disertoi perjonjion untukpembukoon hulon lorongan..Pada akhirtohun 1974 soja, tercotot 782 ha dibukodengon surat izin ini.

Instruksi ini dikeluorkon ketiko KepoloDinos tengoh berkunjung ke GunungTonggomus dolom rongko menyelesaikonkericuhan antoro orgonisosi petoni donpetugas kehutonon. Ketetapon inimengharuskan penduduk mengojukanizin pembukoon kowoson huton donpenduduk yang memenuhi syorot-syorolyang ditentukon dopai memperoleh hokkepemilikan tonoh.

Memberikon iizin kepodo penduduk untukmena nom tonomon tumpong sari(polowijo) di dalom kowoson huton.

Memberikan izin pendudukan untukmemonfoatkon kowoson huton dengonsyorot melakukon penonoman tonomonkehutanon.

SK ini secora sepihok menyatakan izin-izinyang sudoh dikeluorkon Dinos Kehutononkepoda penduduk tidok berloku logi dontidok soho Sejok soot itu tidok odo logi izin­izin yang diberikon kepodo penduduk.

Beberope contoh oreol tronsmigrasi didolom kowoson huton:

• Deso-deso di Polos, lampungSeloton muloi tohun 1968

• Desa-deso di Sumber Jaya,lompung Barat muloi tohun 1951

• Transpolri di Sukodono, lampung

Tengah, tohun 1972

Sedikitnyo terdopot terdopot 200 desoresmi (delinitiQ yang dinyolokon berodadi dalom kowoson huton lindung donhuton produksi.

Pembukaon hulon dengon cara inimerupekon yang poling umum terjodi disemua areal kowosan huton.

Page 27: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

mengontrollagi pembukaan hutan tersebut. Bahkan, tidak ada catatanlengkap tentang izin-izin yang telah dikeluarkan untuk pembukaan lahanoleh penduduk di keseluruhan Lampung.

Pembukaan lahan di dalam kawasan hutan ini kemudian meluassecara tidak terkendali. Beberapa penyebabnya adalah tumpangtindih tatacara dan kewenangan pemberian izin pembukaan hutan, keterbatasankemampuan aparat kehutanan dalam pengelolaan kawasan hutan danpertumbuhan penduduk yang pesat. Faktor Iain adalah banyaknya oknwnaparat pemerintah dan kehutanan yang bermainizin, memberikan izin secaratidak resrni, untuk kepentingannya pribadi. Anehnya, untuk mengatasinyapemerintah kemudian melakukan tindakan yang tidak masuk akal. Tahun1975 Dinas Kehutanan Lampungsecarasepihakmencabutdan membatalkansemua izin-izin menyangkut pembukaan hutan yang telah dikeluarkannyaselama ini. Dinas juga menghentikan pemberian izin-izin pembukaankawasan bagi rakyat. Tentu saja kebijakan ini menimbulkan keguncangan.Untuk diketahui, pada tahun 1977luas arealkawasan hutan yang telah dibukapenduduk mencapai 230.761 ha. Yakni 120.012 ha dari 314.858 ha hutanlindung, 99.229 ha dari 526.606 ha hutan produksi, dan 20.520 ha dari 394.650hutan suaka (Kanwil Kehutanan Lampung, 1986)

TATA GUNA HUTAN KESEPAKATANDalam Undang-undangPokokKehutanan (UUPK) tahun 1967disebutkanbahwa kawasan hutan ditetapkan oleh memeri, dan penetapan kawasan hutanharos disesuaikan dengan rencana tata guna tanah. Namunsampai dengantahun 1980-an, undang-undang tata guna tanah (nasional maupun daerah)

Penetapan Kowasan Hutan 12

Page 28: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tobe/4Tata Guna Hutan wilayah Lampung pada masa Penjajahan Belanda

Fungsi

Hutan Cadangan

Pemerinta~ (boschreserve)

Luas (ha)

955.927

Keterangan

Hingga tahun 1942 telah ditetapkan seluas

559.327 ha (76%), telah diukur 183.117 ha

. (25%), dan empat lokasi (Sungai Muara Oua,

Sungai Buaya, Way Hanakau, Way Terusan)

baru pada tahap penilaian (pemeriksaan)

Cadangan Hutan Asli 1.400

(natuurmonumenten)

Cadangan Hutan 139.300

Binatang Asli (wildreservaten)

Hutan Cadangan Marga 24.233 Hutan di atas tanah rakyat (marga)

Sumher:KanwilKehutananLampung,1986

temyatabelum adasehinggamenteri tidakdapat menetapkan kawasanhutan.Untuk mengaiasi hal itu, kemudian dirancang konsep Tata Gunà HutanKesepakatan. Tata guna inimulaidilaksanakandengan SuratEdaranMemeriPertanian No. 185/MentaniIII/1980 dan dipertegas dengan SK MentanNo. 680/Kpts/Um/8/1981.

TGHK merupakan upaya penetapan tata guna tanah kehutananyang bersifat makro dan indikatifj yakni tidakmuclak dan masih diperlukanpenyesuaian di lapangan. TGHK ini ditetapkanuntuk setiap propinsi diluarJawa oleh menteri, berdasarkan usulan pemerimahdaerah melalui SKGubemur. Dengandemikian, penyesuaian TÇHKdengan rencana tatagunatanah dilakukan pada tingkat daerah (propinsi).

Penerapan konsep TGHK di Lampungdimulai sejak tahun 1977Oihat Tabel4). Persoalan paling mendasar dalam penerapan TGHK diLampung adalah konsep TGHK pada prinsipnya hanyalah 'menetapkanulang' kawasan-kawasan yangtelah ditetapkan sebagai kawasan hutan padamasa PemerintahKolonial Belanda. Padahal setelah kemerdekaan tahun

13

Page 29: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

.' Tobel 5 Tahapan Penetapan Kawasan Hutan Dengan Konsep TGHK di Lampung

Kegiatan

Tahun 1977Penyusunan dan Penelapan Pala iataGuna Hutan Kesepakatan alehPemerintah Daerah Prapinsi Lampung

Tahun 1980Penyusunan Rencana PembangunanTerpadu dan Tata Guna Tanah

Pengesahan Rancangan Tata GunaHutan Kesepakatan (RTGHI<)

Tahun 1982 Penyusunan Pola TalaGuna Tanah Terpadu

Penetapan Kawasan Hutan

Pengesahan

Disahkan sebagai kansepsi usulanmelalui SK Gubernur LampungNO.97/I.G/Bappeda/1977 tanggal8Januari 1977

Disusun oleh Bappeda PropinsiLampung

Ditanda langani oleh GubernurLampung tanggal 12 .Iuli 1980

Disusun oleh Bappeda Tk.l Lampung

14

Keterangan

Isi ketetapan:• Luas kawasan hutan minimum 30% dari

luas wilayah Lampung (.±1.046.158ha hingga,± 1.246.158 ha)

• Letak dan luas kawasan hutan lindung( 323.358 ha ) dan suaka margasatwa[422.800 ha ) dikembolikan sepertipenunjukan pada zaman HindiaBelanda

• Luas dan letak kawasan hutan produksi(300 ribu ha hingga 500 ha ) akandilinjau kembali.

Menyebutkan luas kawasan hutan diLampung adalah 1.055.231 ha alau32,23% dari luas wilayah Lampung,dengan perincian suaka margasatwa394.650 ha, hutan lindung 314.858 hadan hutan produksi 345.723 ha.

Tentang penduduk di dalam kawasanhuran, dokumen ini hanya melaporkanbohwa sebagian kawasan hutan telahdiusahakan oleh penduduk unfuk pertaniandan pemukiman. Tidak disebulkan angka.angka.

Menyebutkan bohwa luas keseluruhankowasan hutan adalah 1.112.985 hamelipuli 29/04% dari wilayah Lampung.Areal sesungguhnya adalah 905.719 hasedangkan 156.082 ha sisanya adalahrawa dan danau.

Mencaniumkan konsep RTGHK 1980sebogai bogian dari penatagunaan lanahuntuk pembongunan daerah.

Menyatakan bohwa areal yang masihberhutan linggal 17-19 %dari luas wilayahLampung dan menyebutkan bohwakerusakan mencapai 24% dari luaskawasan hutan, disebabkan pembukaanhutan oleh penduduk "secara tidak sah".Tidak disebulkan bohwa pembukaan hulan

. tersebut dilakukan penduduk dengan izin

Page 30: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

.Lanjutan

Tahun 1990Penyusunan RTGHKPrapinsi Lampung

. Disahkan oleh Gubemur dan KepolaKanwil Kehutanan

Dinas Kehutanan dan desa-desa di dalamkawasan hutan adalah desa resmi yang disahkanaleh pemerintah.

Disebutkan bohwa RTGHK 1980 sudahmempertimbongkan rencana pembongunanprayek-prayek besari reseHlement penduduk180.000 ha, Rawa Sragi 22.000 ha, Mesuji danTulang Bawang 119.000 ha, PIR 9500 ha danprayek Hankam 11.555 ha. .

Dakumen ini juga memasukkan rencanapemindahan 50.000penduduk dari dalamkawasan hutan pada Repelita III sebagai large!ideal untuk mengembolikan lungsi kawasanhutan.

Luas keseluruhan 1.237.208 ha, dengan statusmasing-masing suaka alam dan hutan wisata(422.500 ha), hutan lindung (336.100 ha), hulanproduksi terbatas (44.120 ha), hulan produksitetap (281.029 ha), hutan praduksi yang dapaldikanversi (153.459 ha).

Sudah termauk penambahan areal hutan yangIidak dengan penetapan Residen Belanda:Arec1HPH Bina Lestari di Pesisir Krui (izin tahun1981, 52.000 ha) menjadi hutan produksiterbotas (44.120 ha) dan hutan produksi yangdapot dikonversi (7.800 ho)Areal HPH Gihom-Tohmi di Muara Dua (izintahun 1972) menjadi hutan produksi tetap(12.655,85 ha) dan hutan produksi yang dapatdikonversi (10.000 ha)

Penambohan luas hutan lindung Gunung Balak,dari luas semula 19.680 ha menjadi 24.248 ha,SK Menhut No. 213/Kpts-11/84Cagar A1am Krakatau semula 2.500 ho menjadi11.744 ha, SK Menhul No. 85/Kpts-11/90Cagar Alam Laut TNBBS 21.600 ha, SK MenhutNo. 71/Kpts·II/90

15

Page 31: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Lanjutan

Tahun 1991Penetapan RTGHKPropinsi Lampung

Tahun 1993Penelapan RTRWPropinsi Lampung

Tahun 1994Penyusunan PetaTala Guna Huron [TGH)

SK Menteri Kehutanan No. 67/Kpts­11/1991

Peraluran Daerah No. 10 Tahun1993·

. DilakSanakan oleh Kanwil KehulananLampung (SBIPHUTj

Penunjukan oreal hutan berdasarkan TGHK [1990)di wilayah Lampung sebagai kawasan hutan.

Memperkuat RTGHK (1990/1991) denganmenetapkan sebagai kawasan non budid~ya.

Mendukung pelaksanaan kebijakan pengosongankawasan hutan sebagai upaya pemulihan fungsihutan.

Penyusunan peta-peta kawasan hulan sebagai tindaklanjut TGHK makro, dan telah "dipaduserasikan"dengan RTRW.

1945 situasinya telah jauh berbeda. Kawasan-kawasan hutan tersebut telahmengalami banyakperubahanpenggunaan terutarna menjadi permukimandan lahan usahatani penduduk. Penetapan kawasan hutan yang dilakukandengan tidak memperhatikan keadaan dan perkembangan masyarakatsetempat inilah yang di kemudian hari memunculk~ banyak masalah dan .konflikyangpelik.

Proses penunjukan kawasan hutan melalui penetapan TGHKsecara makro di tingkat propinsi, kemudian dilanjutkan denganpengukuhanTGHKsecara mikro berupapenetapan batas di tingkat lapanganuntuksetiapsatu kesatuankawasanhutan. Pelaksanakegiatanpengukuhankawasanhutanini adalah Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan (SBIPHU1) yangmerupakanunit pelaksana teknis di bawah KanwilKehutanan. Pengukuhanini kemudian disahkan oleh panitia tatabatas kabupaten, Kepala KanwilKehutanan, Gubernur, dan Menteri Kehutanan. Kegiatan lanjutan yangkemudiandilakukansecara berkala adalah rekonstruksi batas yangdilakukansetiap 2-5 tahun. .

TATA RUANG WILAYAHRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) disusun dengan mengacu pada DUNo. 24Tahun 1992tentangPenataanRuang. DidalarnRTRWinipenetapanrencanaatau arahanpenggunaan lahansudahlebihspesifIk. Wilayah-wilayahdibagi dalarn satuan-satuan peruntukan sesuai dengan rencana (skenario)pembangunandaerahyangakandilakukan, sehinggakeœrsediaan lahanuntukkegiatan pembangunan lebih te~amin. Menurut undang-undangini RTRW

Penetapan Kawasan Hutan 16

Page 32: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PETA KAWASAN HUTANPROPINSI LAMPUNGSKALA 1 : 1.500.000

l~l~c~m=iÉo",c;;;m;""""'==~~==3:==~~ Cm

15 Km 30 Km 60 Km

Legenda·

• Ibukota Proplnsl

Ibukotl Kabupaten

Ibukotl Kecamatln

Bat.ll Proplns'

Bata. Kabupaten

Jal.n Raya

1 1 ao4!lB 1 Nomor Reglster Kawa.." Hutan

~ Hutan Su.ka Alam 1Wluta

i 1 Hulin L1ndung

11111111111]] Huton Produltsl Totop

~ Hulin ProdukJI T.rb_tas

111111111 j 1 Hutan Produltsl yang dapal DlkonYOBI

Il 1 1 1 1 1 1 Il 1 Jalen Keretl Apl

~ 1 Sungol

Sumber : Pola TGHK Lampung, 1990

17

Page 33: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

direvisi setiap lima tahun.Dokumen rencana struktur tata ruang wilayahPropinsiLampung

penyusunannyadikoordinasi olehBappeda bersamainstansi Iainyang terkaitdalampenggunaanlahan. R1RWLampung disahkanDPRD1dalam bentukPeraturanDaerah No.1D Tahun 1993, sehinggakedudukan hukumnyamenjadi lebih kuat. Pengesahan Ini segera diikuti seluruh kabupaten danko~adya parla tahun berikutnya. Namundemikianpenataankawasanhutanmasih sepenclmyamengadopsi TGHK (tahun 1991) tanpa ada perubahanberarti. Kawasan taman nasional, suaka alam, dan hutan lindung dijadikankawasanlindung (non-budidaya), sementarahutanproduksidimasukkan kedalam kawasan budidaya.

Mengingat persoalan-persoalan sebelumnya, pada kenyataannyaareal-arealyangditetapkan sebagaikawasanhutanmelaluiTGHKdanR1RWtelah banyakmengalamiperubahan penggunaan dan tidak lagi berupa hutan.Akibatnya areal-areal tersebut sudah tidak sesuai lagi dan tidak dapatmemenuhi fungsisebagai hutan. Meskipun PemdadanKanwil Kehutanantelah melakukan apa yang disebut dengan "paduserasi" antaraTGHKdanR1RW, akan tetapipada prinsipnya kegiatan inihanyalah merupakan upayauntuk menyelesaikan ketidakserasian penggunaaan lahan antar instansipemerintah akibat kebijakan penetapan kawasan hutan. Dan sedikit puntidak menyelesaikan konflik penggunaan lahan antarapemerintah denganrakyat di lapangan.

Penetapan Kawasan Hutan 18

Page 34: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

SIKAPPENDUDUK

AKAR KONFLIKSetelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 laranganmemb.uka kawasan hutan yang ditetapkan pemerintahpenjajah Belanda dianggap tidak berlaku lagi oleh pendudukdan pejabat pemerintah (kepala desa, kepalanegeri, bupati/wedana, aparat kehutanan) ketika itu. Kawasan-kawasanhutan larangan itu kemudian diizinkan untuk dibuka dandimukimi penduduk. Sejalan dengan itu jumlah penduduktems membengkak. terutamakarenapendatang, melaluipro­gram transmigrasi yang segera diikuti oleh migrasi spontan.

Ketika pada tahun 1980an-1990an kawasanhutan zaman Belanda yang sudah dimukimi dan digarappenduduk tersebut ditetapkan ulang sebagai kawasan hutanmelalui TGHK (tata guna hutan kesepakatan), makapenduduk yang sudah bermukim dan berusahatani didalamnya dinyatakan sebagai perambah hutan, dandiharuskan meninggalkankawasan hutan tersebut. .

Tentusajaini tidakbisaditerimapenduduk. Merasabahwahaknyadiabaikan,penduduk melakukanupayj}-upayapenolakandan perlawanan. Pertentangan antara kebijakankehutanan dan keinginan penduduk (lihat tabel6) memicukonflikdan sengketa berkepanjangan antarapendudukdanpemerintah (terutama instansi kehutanan), dari puluhan

Page 35: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tobel 6 Pertentangan antara kebijakan kehutanan dan keinginan penduduk

Kebijakan Kehutanan

Tanah kawasan hutan dikuasaikehutanan, hak penduduk dihapus

Tidak ada penduduk yang tinggal didalam kawasan hutan; desa-desadihapus; penduduk diusir

Tidak ada tanaman penduduk didalam kawasan hutan, hanya berisitanaman kehutanan

Kawasan hutan dikonversi untukproyek besar swasta dan pemerintah

Tidak ada pengambilan hasil-hasilhutan oleh penduduk

Keinginan Penduduk

Hak adat dan hak penduduk atas tanahdiakui, dikembalikan

Wilayah penduduk (desa, kebun­ladang) diakui secara resmi

Bisa berladang, berkebun dan bermukim,

Bisa berladang, berkebun dan bermukim

Hasil·hasil hutan bisa dimanfaatkan

bahkan mungkin ratusan kasus konflik dansengketa yang te~adi di hampirsemua kawasan hutan.

STRATEGI PENDUDUKDalam menghadapi konflikdenganpemerintah, berbagaistrategidijalankanpenduduk sebagai counter atas strategi yang dijalankan pemerintah dalamimplementasi kebijakan kehutanan. Secara ringkas strategi yang dijalankanpendudukdapatdibagikedalamtigakelü'mpok yaitupenggunaanpendekatanhukum, penggalangan tekananpublik, dan perlawanan yang bersifat fisik dilapangan. Dalam beberapa kasus ketigastrategi digunakan secara bersama­sama, dalam kasus-kasus Iain diterapkan secara terpisah. Uraian berikuthanya membicarakansecaraselintasstrategipenduduk dalam beberapa kasussengketakehutanan. Uraian yanglebihmendalam disajikan dalam lampiranbukuini.. '

5ikap Penduduk . 20

Page 36: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

• Pendekatan hukumPendekatan inidijalankanpendudukdenganmenggunakanbukti-bukti resmi/Iegai sebagai alat dalam upaya mematahkan keabsahan peraturan dankebijakan kehutanan yang dirasa merugikan oleh penduduk. Pendekatanhukumdilak~ di dalarn dan di IuarPengadilan, alat buktiyangdigunakanbisa bersumber dari pelaksanaan undang-undang dan peraturan bidangkehutanan sendiri maupun dari bidang-bidang Iain.

Pendekatanhukumyangrelatif berhasildilakukanwargaTranspolridi Sukadana, LampungTengahyangdiœmpatkanpemerintahdanPolri tahun1972. Tahun 1990pihak kehutanan men~claim 1.514hadari 1.800 ha Iahanwarga Transpolri œrmasuk ke dalarn kawasan hutan produksi Register 37Way Kibang dan Regisœr 40 GedungWani, yang merupakan areal konsesiHPHTIPT InhutaniV.

Setelah berbagai upaya pengaduan tidak berhasil, pada tahun 1993warga menggugat Kapoiri menuntut ganti rugi sebesarRp 1,75 milyar.Gugatan ini segeraditanggapi positif, pihak kehutanan segera melakukanpengukuranulangdanmenyatakan bahwalahan wargaberadadi Iuarkawasanhutan.

DikawasanhutanlindungRegister38 GunungBalak, pada tahun1991 Basri Sutan Kencana di Pengadilan Negeri Tanjungkarang dan 162 kkpenduduk Desa Yabakti di Pengadilan NegeriJakarata Pusat menggugatMenteri Kehutanan dan Gubernur. Basri Sutan Kencana menuntut gantirugi sebesar Rp 17 milyar dan warga Yabakti menuntut Rp 4milyar atasdimasukkannya tanah merekake dalarnRegister38-yang semula menurutBesluit Belandaseluas 19.680ha bertarnbah 4.560 hapadatahun 1984 melaluiSKGubernur danMenteri Kehutanan. Tetapi pengadilan menolak gugatantersebut. Barn padatahun 1998, setelah ratusan penduduk eks Desa Yabakti .berdemonstrasidanmendudukiKantorGubemurpadatanggal22Juni 1998,atas usulan Gubernur dan Kepala kanwil Kehutanan MenteriKehutananMuslimin Nasutionmenerbitkan keputusanyang mengembalikan 4.560 haIahanyangdituntutpenduduk.

PadabulanJuni 1997sebanyak300KKwargaDesa TulangBawangBarn, SungkaiSelatan, Lampung UtaramenggugatKepalaKanwilKehutanandan PT Inhutani Vserta menuntut ganti rugi sebesar Rp 450 juta danpembatalansuratperintah pengosongan Iahan kawasanhutanproduksi Reg-

21

Page 37: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

ister 46 Way Hanakau. Warga yang menggarap lahan sejak 1995 ataspersetujuan aparat pemerintahansetempat diharuskan meninggalkan lokasikarena akanditanami tanaman HTI olehPTInhutaniV. Gugatan iniditolakPengadilan Tata Usaha Negara karena berada diluar kewenangan PTUN.Warga mengajukan bandingkePTUN Medan.

Pendekatanhukum di luar pengadilan jugadilakukan penduduk,dengan carn mengajukanbuktikepemilikantanahatas lahan yangdinyatakansebagai kawasan hutan. Pada tahun 1995, penduduk Desa Bandar Agungdan sekitarnya menggunakan SKT (surat keterangan tanah) dan sertifikatyang diterbitkan Kantor Agraria tahun 1981 sebanyak 900 sertifikat atas1.000 bidang lahan sebagai alat untuk mengeluarkan areallahan tersebutdari batas kawasan hutan lindungRegister 38 GunungBalak. SemulaKanwilKehutanan menegaskan sertifikat tersebut tidak sah, karena wilayah desatersebut mengacu ke TGHK 1991 berada di dalam kawasan hutan lindungRegister 38. Tetapi aklùrnya pada tahun 1996, dengan dukungan KomnasHAM, seluas 714 ha lahan diakui berada di luar kawasan hutan.

SertifIkat tanah atas 40 ha lahan yang dikeluarkan Kantor BadanPertanahanLampung Utara juga digunakan penduduk Desa SimpangSaridan sekitarnya di Sumber Jaya, Lampung Barat untuk menolakdimasukkannyalahanpemukimandankebunmerekakedalamkawasanhutanlindungRegister45 BBukit Rigis. Padatahun 1995 tersebut, pihakkehutanansedianya akan melakukan pengosongan penduduk, pemusnahan tanaman,dan reboisasi di kawasanhutan lindung Register 45 BBukit Rigis.

Pada tahun 1993 transmigran di beberapa desa di Palas, LampungSelatanmenggunakan bukti resmidari pemerintah yangmenyatakanmerekaberhakmenggarap lahanyangdisediakanpemerintahsebagai alat bukti resmiuntukmenolakdimasukannyaareallahanmerekakekawasanhutanproduksiRegister 1dan 2WayPisang yang akan dijadikan sebagai areal konsesi HTIPT DHL. Pada tahun 1997, tranmigran di Pakuon Ratu, Lampung Utaramenggunakan cara yang sama untuk menolak penanaman HTI di lahanmereka olehPT BLS yangmerupakanpemegangkonsesiBPHTIdikawasanhutanproduksi Register 46Wayhanakau

Warga adat Marga Buay Pemuka Pangeran Udik di sekitarBlambangan Umpu, Lampung Utara menuntut kembali 20 ribu ha tanahadat yangpada tahun 1960andiserahkkankepadapemerintah untukdijadikan

5ikap Penduduk 22

Page 38: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

daerah penempatan transmigrasi dariJawa. Warga menuntut kembali tanahadat tersebut karena dalam kenyataannyatanah tersebut setelah digunakanuntuk HPH hingga tahun 1990 kemudian dimanfaatkan untuk penamanHTI oleli PTInhutani V, bukannya dijadikan areal ttansmigrasi sepertiyang dulu disepakati. Menggunakan surat penyerahan tanah adat tahun1960antersebut pada tahun 1998 wargamendesa,k GubernurLampungdan

.Menteri Kèhutanan agar lahan dikembalikan kepada mereka.

• Tekanan publik

Strategiinidialakukan dengan menggalangopinidan tekananpublikterhadappemerintah. Strategi ini biasanya dilakukan mengiringi strategi denganpendekatan hukum dan tekanan ftsik di lapangan. Cara yangpalingumumdipakai adalah mengirimdelegasi wargauntuk mengadu ke lembaga-lembagapemerintahdan perwakilan rakyat tingkat daerah dan nasional.

Strategi ini mulai tampak menonjol dalam kasus PulauPanggung.Padatahun 1990, ratusanwargamendatangikantor DPRJakartamengadukannasib mereka yangdiusir secarapaksadariareal pemukimandankebun kopidi dalam kawasan hutan lindung Register 39 yang akan segera direboisasi.Ketika itu demonstrasi ini mendapat perhatian nasional dan internasional,hal ini karena pada masa rezim Orde Barn itu kegiatan demonstrasi hampirtidakpernah te~adi.

Pada awal tahun 1995sekitar200wargaDwikora, LampungUtaramendatangiKantor Gubemur menuntutpengehentian operasipemusnahankebun kopi dan rumah penduduk di kawasan hutan lindung Register 34Tangkit Tebak. Berikutnya, aksi pengaduan warga menyangkut kawasanhutankeDPRD danDPR, Gubemur,KomnasHAM menjadiseperti 'agenda. ,rotin.

Segera setelah reformasi Juni 1998, kegiatan demonstrasi,pengaduan, dialogsudahmenjadisemakinmarakdansepertinyatelahmenjadi'kegiatansehari-hari' wakil-wakil warga yangberkonfik. Pada awal Agustus1998 sekitar 1.000 penduduk GunungBalak juga mendatangi KantorGubemurmenuntutpengakuankepemilikanlahanmereka. Puncaknyaterjadipadaakhir Agustus 1998, lebihdari 5ribu penduduk dari berbagai daerah diLampung berdemonstrasi dan menginap di Kantor Gubernur menuntutpenyelesaian segera kasus-kasus pengusiranpenduduk dari kawasan hutan.

23 ..

Page 39: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

• Perlawanan fisik di lapangan

Kegiatan perlawanan fisik di Iapangan diterapkan dengan cara-eara yangbervariasi mulai dari sangat keras hingga yang cenderunng 'Iembut­bersahabat'. Pilihan pendudukdalam menentukan cara manayang dipakaitampaknya bergantungpada 'intensitas' pemaksaan pelaksanaankebijakankehutanan. Jika intensitas pemaksaan kebijakan rendah penduduk akanmenggunakanstrategiperlawananyang 'Iembut', dansebaliknyajikaintensitaspemaksanaannyatinggipendudukmensikapinya dengan cara-earayangkeras.

Contoh perlawanan fisik yang keras dapat dilihat dalam kasusPenengahan dan TanjungBintang di Lampung Selatan, Mataram Udik diLampung Tengah, dan Dwikora di Lampung Utara. Pada bulan Agustus1998 diPenengahan, ratusan wargamembakartanamanHTI, traktor, mobil,motor, mess peke~a, danpos jagaPTDHL. Warga menuntutpengembalianIahan mereka di kawasan hutanproduksi Register 1dan 2Way Pisang.

Di TanjungBintang, pada bulan September 1998 ribuan wargamenebangi ratusan hektare tanaman HTI milik PT DHL kemudianmendirikantenda-tendauntukbermalam. Wargamenuntut1ahanyangsemulasudah mereka garap tersebut dikembalikan. Pada bulan Nopember 1998,warga Mataram Udik membabati tanaman tebu dan mematoki 1.500IahanPT!LB yang menerima izinkonversi kawasan hutan produksi Register 47WayTerusan untuk perkebunan tebu. Pada tahun 1996 ratusan wargaDwikora mengangkat senjata menyerbu petugas yang bermaksud akanmembabati kebun-kebun wargadi dalam kawasan hutan lindungRegister34TangkitTebak. Warga menuntut kegiatanpenebangandihentikan.

Strategi perlawanan yang Iembut-bersahabat tampak dalam kasuspenggarapan kawasan hutan Iindung Register 39 di Wonosobo. Ribuanpendudukyang berkebun kopi di sini secara rutin memberi upeti kepadaaparat adminstrasipemerintahanan, kehutanan, dan keamanan. Carasepertiinisebenarnyajugadilakukan banyakpendudukdi banyakkawasanterutamakawasan hutan lindung dan taman nasional di Lampung.

RE515TEN51 ATAU KETIDAKMENGERTlAN?Banyak kalangan, terutama para pejabat pemerintah dan akademisi, yangkeliru menganggap konflik-konfik yang muncui dalam implementasikebijakan kehutanan disebabkan karena 'keterbelakangan' penduduk: karena

. . 5ikap Penduduk 24

Page 40: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

·pendidikan yang rendah penduduk tidak mengerti peraturan danperundangan-undangan kehutanan, dankarena kemiskinanpenduduktidakmemilikikesadarandankepedulian akanpentingnyapelestariansumberdayahutan. Karena usulan yang muncul untuk mengatasi konflik (dan kegagalanpelaksanaankebijakan) kebanyakan adalah dengan upaya meningkatkanpemahaman penduduk tentang peraturan perundang-undangan danmeningkatkan kesadaran dan kepedulian akanpentingnya kelestarianhutanmelaluipendidikan/penyuluhan.

Padahal, jikadilihatdari strategi-strategiyangdijalankanpendudukdalam menyikapi implementasi kebijakan kehutanan dapat disimpulkanbahwa konflik te~adi sepenuhnya karena penolakanl resistensi pendudukyang diungkapkan secara tegas melalui aksi-aksi yang dijalankan, bukansekedar karena ketidakmengertian terhadap peraturan dan perundang­undangan dan kurangnyakepedulian akan artipentingya pelestarian hutan.

Terus dipaksakannya implementasi kebijakan dan kerasnyaresistensi penduduk memicu konflik berkepanjangan, menumbuhkankebenciandansikap permusuhanantarapenduduksetempat terhadap aparatpemerintahyangœrkaitdengankehutanan. Hal icimengakibatkan, pupusnyaildimkondusifyang dapat mendorong ke~asama aparatdanpendudukyangjustrusangat diperlukan atauprasarat bagi keberhasilan pengelolaan hutan.

25

Page 41: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif
Page 42: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

MENGOSONG·KAN HUTANDARI PENDUDUK

PENGUSIRAN PENDUDUKKebijakan pokokdalarn perlindungan kawasan hutan yangdijalankan di Propinsi Lampung pada intinya adalahmembebaskan kawasanhutandarisegala aktivitaspenduduk,melalui pemindahan penduduk(resettlemenlj dan tindakanpengamanan represif.

PEMINDAHAN PENDUDUKTransmigrasi lokalMulai tahun 198().an dilaksanakanprogram resettlementdesa .atau transmigrasi lokal. Tujuan utamanya adalah untuk .mengosongkan kawasan hutan daripemukiman penduduk,pemerataan penyebaran penduduk, dan pengembanganwilayah terisolir. Ketetapan yang pertama dikeluarkanGubemurYasirHadibrotol adalah SKNo. 133/DPDIHK/1979 tentang pola pelaksanaan prograrn pemukiman baro(resettlementdesa) PropînsiLampungyangkemudiandiubahmenjadiSK GubemurNo. 74/DPDIHK/1980. Selanjutnyakeputusan ini diubah lagi dengan SK Gubernur No.062/Bappeda/HKl1982 tentangpola pelaksanaan transmigrasilokaldiPropinsi Lampung. Sebagai tindak lanjut ketetapantersebut secara berkala dilakukan pembentukan timpelaksana, penentuan lokasi asaldan tujuan, sena jadwal danjumlah pemberangkatan yang ditetapkan melalui SK-SK

(11 Yosir Hadibroto sebelumnyo odalah perwira TNI yon9 memimpin posukon yang mencngkcp dan menembakmati pemimpin PKl DN Aidit. la mengaitkan upayo pemindahan penduduk dori kowoson huton sebogoibogion dori pomberonlolOn bohoyo Ioten PKI.

Page 43: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Gubernur. Pada awalnya pelaksanaan program ini dilaksanakan DinasPembangunan Desa Pemda Tk.! Lampungl tetapi mulai tahun 199Q-andilaksanakan olehKantorWilayahDepartemenTransmigrasi.

Target utamaprogram transmigrasi lokaIsaat dimulai tahun 1979/1980 adalah memindahkanpendudukdari kawasanhutan lindung, yangsaatitu dünventarisir be~umlah sekitar 30 ribu kk. D{targetkan pengosongankawasan hutan lindung ini akan selesai dalam lima tahun atau satu Pelita,yakni dari tahun 1979-1980 sampai dengan tahun 1985-1986. Akan tetapimeskipun telah lebih dari 15 tahun atau tiga Pelitadilaksanakan dansudah65 ribukk dipindahkan temyatajumlahpendudukdikawasanhutanlindungpadainventarisasi tahun 1996masih terdapat sebanyak31 ribu kk Qihat tabe~.Sementaradi kawasan hutan produksi jumlahnya 54 ribu kk.

Penghapusan desaPada tahun 1982 DPRD Lampung mengësahkan Peraturan Daerah No. 1Tahun 1982 tcntang pembentukan, pemecahan, danpenyatuan desa. PasaI3aPerda ini menyebutkan bahwasalahsatusyaratpembentukandesaadalahbukan berada di dalam kawasan hutan. Pasal ini kemudian menjadi dasardikeluarkannya SK-SK Gubemur yang menghapus desa~esa yang beradadi dalam kawasan hutan, yangpenduduknyasudah atauakan dikosongkan.

Operas; repres;fBentukkebijakan pengamanan hutan represifadaIah berupa pelaksanaanoperasi-operasi fIsik oleh aparat kehutanan sendiri atau dengan melibatkanABRI. Operasi ini umumnya diikuti dengan pràgram transmigrasi lokaI.Kegiatanoperasi represifinimeliputipemusnahantanaman danpermukimanpenduduk, dan pengusiran penduduk dari dalam kawasan hutan. Contoh-contoh menonjol tindakan represif itu adalah: .

• Mulai 17Septemberhingga 18 O~tober 1990, Korem043 GarudaHitam beke~asama denganKanwil DepartemenTransmigrasiLampungmelaksanakanOperasi Senyumuntuk menurunkansecarapaksa 1.735 KK atau 6.479 jiwa dari kawasanhutan lindung PulauPanggung, LampungSelatan (sekarangKab. Tanggamus). Kegiatanoperasi iniberupa pemusnahan (pembakaran) tanaman dan

Mengosongkan Hutan dari Penduduk 28

Page 44: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tabel 7 SK-SK Gubernur Lampung Tentang Penghapusan Desa

Ketetapan

SK Gubernur No.G/168/B.III/HK/84

tanggal 30 Juli 1984

SK Gubernur No.G/213/B.III/HK/1984

tanggal 18 September 1984

SK Gubernur No.G/245/B.III/HK/84

tanggal 16 Oktober 1984

SK Gubernur No.G/281/B.III/HK/1986

tanggal 29 Oktober 1986

SK Gubernur No.39 Tahun 1996

tanggal 23 Juli 1996

Keterangan

Meniadakan Desa Sidomulyo, Sidodadi, danKarangsari di Kecamatan Way Jepara,Lampung Tengah.

Menghapus Desa Sebaya di KecamatanAbung Barat, Lampung Utara.

Menghapus keberadaan Desa Bandung Jaya,Way Abar, Ogan Jaya, dan Yabakti, diKecamatan Gunung Balak, Lampung Tengah.

Menghapus Desa Sriwidodo, Srikalako,Srimulyo, Sidodadi, Srikaton, di KecamatanPerwakllan Gunung Balak, Lampung Tengah.

Menghapus Desa Dwikora Kecamatan BukitKemuning, Lampung Utara.

pemukiman penduduk. Sebagian besarpenduduk yang diturunkankemudian diikutkan dalamprogram transmigrasi lokal ke Rawajitu,Lampung Utara (sekarangKab. TulangBawan~ .

• Pada bulanJanuari -Pebruari 1995, melalui SK Gubernur No. 225/0287/04/1995 OperasiJagawana1dilaksanakan diRegister 34 TangkitTebak, Lampung Utara. Kegiatan operasi meliputipemusnahan 4.CC()ha tanamankopi pendudukdanperobohan rumah-rumah milik 474KK atau sekitar 2.400 jiwa warga desa Dwikora, Kecamatan BukitKemuning, Lampung Utara. Selain melibatkanpetugas-petugasbersenjata, operasi juga memanfaatkan gajah-gajah terlatihdari PusatLatihan Gajah (pLG) WayKambas di LampungTengah.

• Tahun berikutnya, mulai 12 Pebruari hingga 13 Maret 1996,berdasarkan SK Gubernur No. G/052/1996 dilaksanakan kegiatanOperasiJagawana II berupa pemusnahan 2.500 ha kebun kopipendudukdi kawasan hutan lindung Register 34TangkitTebak.

29

Page 45: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Kegiatan operasi pemusnahan tanaman dan pemukiman penduduk,serta penurunan penduduk secara paksa juga dilakukan pada waktu yangberbeda di beberapa œmpat Iain seperti di kawasan Gunung Balak (LampungTengah), GunungBetung (Lampung Selatan), Wonosobo (LampungSelatan),dan beberapa tempat Iain.

PELARANGAN PEMANFAATAN KAWASANPengamanan Iahan kawasan hutan dari pembukaan penduduk dilakukanmelalui pelarangan dan pengaturan pembukaan. Surat Keputusan GubemurNo.G/48/ilI/TU/72 tanggal8 Desember 1972, melarang Kepala Negerimengeluarkan izin membuka hutan serta memungut dan mengambil hasilhutan. Wewenang pemberian izin berada pada Dinas Kehutanan. Tanggal20 Nopember 1975 Kepala Dinas Kehutanan Lampung mengeluarkan SKNo. 1691/I/3/75 yang mencabut semua izin pembukaan Iahan hutan negara.Dengan keputusan ini semua izin-izin pembukaan dan penggarapan kawasanhutan bagi penduduk yang sudah dikeluarkan Dinas Kehutanan dinyatakantidak sah. SK ini diikuti dengan Instruksi No. 1699/I/3/1975 tanggal20Nopember 1975, berisikan petunjuk pelaksanaan pembatalandan pencabutanizin-izin pembukaan kawasan hutan dimaksud.

SeœIahpemberlakuan Peraturan Pemerintah RI No. 28Tahun 1985tanggaI7Juni 1985, pengamanan Iahan kawasan hutan mulai ditempuhdengan pendekatan hukum melalui proses pengadilan. Beberapa contohkasus adalah:• Tahun 1989-1990, Pengadilan Negeri Kotabumi telah menyidangkan

Mengosongkan Hutan dari Penduduk 30

Page 46: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dan memutuskan hukuman kurungan bagi 13 orangpendudukyangmemanfaatkan kawasan hutan lindung Register 45 BSumberJaya.

• Agustus 1991, Pengadilan Negeri Kalianda memutuskan hukuman 3(tiga) bulan penjarakepadaY0 (30 tahun) dan Her (20 tahun) karenaterbukti melanggar pasal18 pp No. 28 Tahun 1985, yaitu menempatihutan lindung Gunung BetungRegister 19.

• Maret 1992, Pengadilan NegeriKalianda memutuskan hukuman 5(lima) bulan penjara kepada4(empat) pendudukyang mendiamikawasan hutan lindung Register 28 CukuhBalak.

• AwalJanuari 1994, Pengadilan Negeri Kaliandamenjatuhkan hukuman6(enam) bulan penjara kepada Fei (38 tahun) yang terbukti padatanggal2 September 1993 menebang pohon pisang dan mengambilbeberapa tangkai petaidi dalam kawasan hutan Register 23 PadangCermin.

• AkhirMei 1997, Pengadilan Negeri Metro menghukum 5bulanpenjara Kar (50) dan Yun (24) yang terbukti melanggar Pasal6 PP 28Tahun 1985 menebang pohondiRegister 38 GunungBalak.

• Awal September 1998, Pengadilan Negeri Kalianda merrlUtuskanhukuman 5bulan penjarakepada Har (23) danAj (44) wargaKubangBadak, PadangCermin, yangterbukti merusak kawasan hutanRegister19.

PEMULlHAN HUTAN DAN ALlH FUNGSIReboisasi hutan IindungPemulihan fungsi kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan proyekreboisasi atau penghutanan kembali, dan hampirseluruh kegiatan reboisasidilakukandi kawasan hutan lindung. Sebelumtahun 1980, kegiatan reboisasidilaksanakansendiri (swakelola) olehDinas Kehutanan. Mulai tahun 1980anpelaksanaan reboisasi di PropinsiLampung dilakukan dengan melibatkanpihak Iain termasukperusahaanswasta, PTInhutaniV, dan ABRI. Pelibatanperusahaanswasta terus berlangsunghinggatahun 1990-an, tetapi padatahun1995/1996, kecualiInhutani V(perusahaan miliknegara) tidak ada pihakswasta yang terlibat. Sejak tahun 1969 sampai 1994 telah dilaksanakanreboisasi seluas 180.272 ha Oihat TabeI8). Namun tidak laporan yangmenjelaskan berapa luas keberhasilan reboisasi hingga sekarang.

31

Page 47: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tobel 8 Perkembangan Reboisasi di Lampung

Sumber:KanwilKehutananLampung(1990, 1995)

Luas(ha)

4.99518.88561.39567.59027.407

180.272

Kebanyakan aparat kehutanan hanyamenyebutkan bahwasebagian besarar­eal reboisasi mengalami kerusakan.

Proyekpenghutanan kembalitidak selalu berlangsung mulus. Ditempat-tempatdimanaaparat kehutananberlaku keras mengusir penduduk,muncul perlawanan-perlawananuntukmenggagalkan reboisasi. Pada tahun1983/1984 diadakan kerjasama khususdengan ABRI, untuk meningkatkankeberhasilan kegiatan penghijauan danreboisasi pada lahan kritis terutama di

lokasi-Iokasiyang keadaannyadianggap rawan. Ke~asama dilakukan melaluimetode Bhakti ABRI dengannamasandi "ManunggalReboisasi". Pelaksanaproyek ini adalah para KomandanKodim masing-masing kabupaten.

Sejak tahun 1995, dalam kegiatan reboisasi dikembangkanpenanaman tanaman MPTS (mu/tipurpose treespecies)dan mulai melibatkanpenduduksetempat meski masih secarasangat terbatas. Reboisasi semacvamini misalnyaseperti yang dilaksanakan oleh SBRLKT SeputihdiSukoh~o,LampungTengah, dan Way Besai -SumberJaya, Lampung Barat. DinasKehutanan Lampung jugamelaksanakannya di Tangkit Tebak dan TanjungRaja, LampungUtara.

Pelita 1(1969-1974)Pelita Il (1975-1979)Pelita III (1980-1984)Pelita IV (1985-1989)Pelita V(1990-1994)

Pelita

Jumlah

HPH kulturMemasuki tahun 1973 DinasKehutananLampungmulai mengembangkanHPH kulturpada areal-areal hutanproduksi yang rusakdandidominasi olehalang-alang. Ini adalah semacam ijin pengusahaan yang diberikan kepadaperusahaan pertanian untuk menanam tanaman palawija Gagung, ubikayu,dll.) di lahan kehutanan. Dengan ikatan pe~anjian 10-15 tahun yangdisertaiuangjaminan, perusahaandibebani kewajibanuntukdiharuskan melakukanpenanaman kembali pohon kehutanandalam jangkawaktu tertentu.

HPHkulturdikembangkandenganalasanpemerintahmerasa tidakmampu melakukan pemulihantanpa bantuan pihak Iain, terutama swasta.PemberiahizinHPH kultur jugadimaksudkan untukmencegah pembukaan

Mengosongkan Hutan dari Penduduk 32

Page 48: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tobel 9 Pengusaha Hak Pengusahaan Hutan Kultur [Tumpangsari)di Lampung Tahun 1973

No

1

2

34

5

678

910

11

12

Nama

PT. Milsugoro

PT. Lampung Pellelez;ng Factory

PT. Daya Karyo

PT. Wilangasari

01. Lakap

PT. Jadica

PT. Singalaga

01. Tunas

01. Jaka Ulama01. Leslori

PT. Hiremo

PT. Andalu

Luas (ha)

3.6003.000

2.600

7.000

6.0002.000

5.000

1.800

3002.000

600

2.600

Jumlah 37.500

Lokasi

Reg. 40 Gedung Wani

Reg. 40 Gedung Wani

Reg. 5 & 35 Way Kelibung

Reg.8 Rumbio

Reg.37 Way Kibang

Reg.37 Way Kibang

Reg. 5 &35 Woy Kelibung

Reg. 40 Gedung Wani

Reg. 1Way Pisong

Reg. 40 Gedung Woni

Reg. 40 Gedung Wani

Reg. 40 Gedung Woni

Sumber: DinasKehutanan Tk.!Lampung, 1973

dan pendudukan lahan oleh penduduksetempat.Padatahun 1973 -1974 izindikeluarkaD. bagi 12 perusahaandengan

totalluas 37.500 ha di Lampung Selatan dan Lampung Tengah. Lahan­lahan itu terletak dikawasan-kawasanhutan produksi. Tahun 1975 terdapat17 perusahaan pemegang izin dengan luas areal masing-masing antara 250ha-20.000 ha. Tahun 1984, masih terdaftar 11 perusahaan pemegang izin.Namunsetelah 10 tahunpelaksanaan kebijakan HPH kultur, temyata tidaksatupunperusahaanpemegangizinyangmelaksanakan reboisasi sesuai tujuanpemberian izin dan penjanjian yang disepakati. Karena itu program inidihentikan dan sejak tahun 1991 tidak ada lagi pengusaha yang diberi izinHPH kultur ini.

Konversi lahan kehutananKonversi kawasan hutan dilakukan dengan mengalihfungsikan arealkehutanan menjadi penggunaan-pengg4I1aan Iain, biasanya untuk proyek­proyek swasta dengan investasi besar dan proyek-proyek pemerintah.

33

Page 49: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Konversi lahan kawasan hutan seperti ini memperjelas sifat diskrirninatifkebijakan pemerintah yang mementingkan pihak swasta atau pengusahabermodal besar. Padahal bagi penduduksekitarhutan situasinya berkebalikan.Jangankan untuk melakukan konversi, untukmemanfaatkan kawasan hutanpun tidakdibolehkan.

Hutan Tanaman Industr;Pengembangan hutan tanaman industri merupakan satu-satunya bentukeksploitasi lahan kawasan hutan untuk produksi kayu yang hingga sekarangmasih dapat dilaksanakan di wilayah Lampung. Sampai dengan tahun 1996terdapat 10 pengusaha yang mendapat izin melaksanakan HTI dengan totalluas areal239,347 ha. Namun dernikian selamasepuluh tahun itu, realisasipenanamannya barn mencapai 54.907 ha atau sekitar 23% dari luas lahan(lihat tabeQ.

Pemberian hak pengusahaan HTI kepada perusahaan-perusahaanswasta, semakin mempertegas kesan pilih kasih pemerintah. Sekaligusmembawa implikasi tertutupnya akses penduduk setempat untukmemanfaatkan lahan kawasan hutan.

Mengosongkan Hutan dari Penduduk 34

Page 50: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tabel 10 Contoh Konversi Kawasan Hutan Produksi Lampung

Bentuk Alih Fungsi

NJra-Esfafe

• Perkebunan tebu dan pabrikgula PT Indo lampung

• Areal perkebunan sawit

PT BSSS

• Perkebunan rami PT Eraska

• Areal tambak udang PT

Central Pertiwi Bratasena

Prayek Pemerinfah

• Areal transmigrasi lokal

• Irigasi dan Persawahan

• Prayek tambak udang Dinas

Perikanan

Lokasi

Kawasan hutan Reg. 47 Way Terusan

seluas 10.362 ha

Area110.510 ha hutan Register 47

Way Terusan

Seluas 2.500 ha di hutan produksi

Pesisir Krui

Hutan praduksi Way Terusan

seluas 16.221,04 ha

Areal HPH BGD Reg. 46 lampung Utara

Register 1Way Pisang dan Rawa Seragi

Kelompok hutan Way Pisang, 100 ha

35

Page 51: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tabel JJPerkembangan HTI di Lampung 1986 - 1995

f\b Pengusaha Luas (ha) Penanaman (ha) Kelerangan

1. PT Inhulani V12l

Rebang OS 52.000 Gme/ina, Meranti, Kare!,• Rebang Reg. 42 12.489,7 Mahoni, A. mongium,• Muoro Oua Reg. 44 3.373,3 {aleatorio, E. urophilo, G.• Way Hanakau Reg. 46 5.997,8 orboreaGedung Wani Reg. 40 14.350 4.177,1

Way Terusan Reg. 47 30.000 3.405,2

2. PT Silva Inhulani Lampung 32.600 15.601,5 P. {aleataria, A. mangium,Sungai Buaya Reg. 45 ka rel

3. PT Tanjung Asa Logging 10.000 25,4 Kare! dihenfikanWay Terusan Reg. 47

4. PT The Greai Andalas Timber 11.811 342,8 A mangium, P. {alea/ariaGiham - Tahmi

5. PT Budi Lampung Sejahlera 15.000 3.850,0 Kare! (H.brazil/iensis),Way Hanakau Reg. 46 P.{alcatario

6. PRH. OECF (DIP - DR) 10.000

•Way Hanakau Reg. 46 928,0 P.{alcataria• Muara Oua Reg. 44 1.352,9

7. HTI Swakelola Dinas

Kehufanan Dafi 1Lampung 1.000 1.700,0

8. PT Bumi Sekar Aji

Way Tenusan Reg. 47 14.500 1.300 P. {alca/aria, A. mangium9. PT Respoli Manis

Way Kibang Reg. 37 43.086 ala. PT Agro Dongluang

Rumbia Reg. 8 5.000 a

Jumlah 239.347 54.907,0

Sumber: Dinas Kehutanan Tk. 1Lampung 1996

Mengosongkan Hutan dari Penduduk

~ InhvIooiv bersoma PT.lPf memben~kpeMahaon PT Dhanro Hulon losIori (DHijlO"llmengeIobHTIdioreolRtgisler l, 2,37,don 40. P"",""monlO"lltereolisosi5lTlClJXli1998rn<I1Cllpailehihdori4.000ho.

36

Page 52: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

KEBIJAKANKEHUIANANLAMPUNGBIJAK (DI) SANATIDAK BIJAK (DI) SINI

MEMPERTANYAKAN KEBERHASILANRangkaiankebijakankehutananyangdijalankandiLampunghingga saat ini menunjukkan bahwa fokusnya masih padapengamanan kawasan hutan dari gangguan penduduksetempat. Sasarannya adalah membebaskan kawasan hutandari segala bentuk aktivitas penduduk melalui penetapankawasanhutandan pengusiranpenduduk. Tahap selanjutnyaadalah pemulihan~i hutan melalui proyek reboisasi danhutan tanaman industri. Kepentingan penduduksetempat,yang kehidupannya bergantungdaripemanfaatan lahan danhasil hutan, tidak mendapat perhatian yang memadai.

Birokrat kehutanandituntun oleh suatu prinsipbahwa hanya aparat kehutanan (rimbawan) yang cakapmenjalankandan -karenanya- berwenangmenentukancara­cara mengurus hutan. Peranan pihak luar untuk turutmengelolahutanditutup, terutarnapendudukseœmpatyangjustru dilihat sebagai musuh. Pihak luar yang diberi peranhanyalah swasta pemodal besar, karena dianggap mampumendukung penanganan hutan produksi seperti yangdiinginkan pihak kehutanan.

Sesungguhnya, pada mulanya nampak bahwapihakkehutanan Lampungtidak mengetahui betul apayangharus dilakukan terhadap hutannya. Izin-izin untukmelakukan tebang habis diberikan. Dikeluarkanpula izin-

Page 53: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

izin untukpembukaankawasanhutan oleh masyarakatsetempatdanalokasilahankawasanuntuk keperluan transmigrasi. SetelahOcde Barnnampaknyaada perubahan cara berpikiryang cenderung berorientasikeuntunganpadajajaran kehutanan Lampung. Lahan-Iahan kawasan hutan haros didayagunakan untuk menghasilkan uang sebanyak mungkin. Karena itu makatanah-tanah yang luas yangpernah dilepaskan -berhutan atau pun tidak,berpenduduk atau pun tidak- juga haros dikuasai birokrasi kehutanankembali. Dan untuk mengamankan proses yang menjadikan hutan sebagaimesin uang, penduduk jelas haros dikeluarkan dari kawasan.

Pandangan-pandanganitusudahsangat melekat dalam pikirandantindakan aparat kehutanan. Prinsip inikemudian jugamenyebar ke pejabat­pejabat instansipemerintahyang lainnya, terutamapemerintahdaerah. Halini bisa dimengerti mengingat prinsip-prinsip tersebut memang didukungsecara legal-formal oleh peraturan perundangan kehutanan yang dibuat,sepertiUU Pokok Kehutanan no 5Tahun 1967, UUNo 5Tahun 1990, pp28 Tahun 1985, dan peraturan lainnya.

Dalam keadaan demikian satu pertanyaan mendasar yang pantasdiajukan adalah, "Apakahcara-earamengurus hutanyangselama inidijalankansudah berhasil mencapai tujuannya?" Temyata haros diakui sampai sejauh

. ini belum ada bukti yang cukup untuk mengatakan bahwa kebijakan dancara-earayang selama inidijalankan itu telah berhasil.

Dalampenetapankawasanhutan misalnya, tujuanutarnanya adalahmemberikankepastianstatushukwn batasdan fungsi areal-arealyangditunjuksebagaikawasanhutan. Tetapipadakenyataannyaterlihatbahwakebanyakankawasanyangsudah diselesaikanproses penetapannyasaat ini justrumenjadizona-zona konflikvertikaldanhorizontal. Antara satu kelompok pendudukdengan kelompok penduduk yang Iain, antara penduduk dengan pihakkehutanan, atau antara kehutanandengan intansipemerintah Iain. Artinya,kepastian atas status, batas, dan fungsi kawasan-kawasan hutan itu justrutidaktercapai. Situasikonflikseperti inipastilahmenyulitkan aparat kehutanandalam melakukanpenanganankawasantersebut.

Contoh nyata Iain yang bisa dilihat jelas adalah upayamengosongkan kawasan hutan dari penduduk. Pada awal tahun 1980-anketikaupayainidimulai, jum1ahpendudukyangakandikeluarkandari kawasanhutan lindung di Lampungbe~umlah sekitar 30 ribu kk. Kemudian dalam

Kebijakan Kehutanan Lampung . 38

Page 54: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

kurun 1980 -1995 dilakukan pemindahan penduduk meIaIui programtransmigrasi Iokal dalam jumlahyangdua kali Iebih banyak dari target, Iebihdari 60 ribu kk. Apakah dengan demikian kawasan-kawasan hutan tersebutmenjadi kosong dan bebas dari aktivitas penduduk? Dpaya pengosonganpaksa itu boleh dikatakan gagal samasekali. Dan ironisnya, saat ini jumlahpenduduk di dalam kawasan hutan lindung jumlahnya malahan semakinbertarnbah.

Kenyataan Iainyang mungkin bisa jugadijadikantolokukur adalahIaju kerusakan hutan Iindung. Pada tahun 1977, dari 336 ribu ha kawasanhutan lindungdi Lampung, seluas 120 ribu ha mengalamikerusakan (KanwilKehutananLampung, 1986). Sementara itupadakurunwaktu 1970-anhinggasekarang, Iuas kawasan hutan lindungyangdireboisasi sudah mencapai Iuas180 ribu ha, atau 60 ribu ha Iebih Iuas dari areal yang rusak tadi. Dengandemikian seharusnya semua kawasan hutan Iindung yang rusak sudahtereboisasi. Akan tetapi dalam kenyataannya Iuas hutan lindungyang rusaksaat ini justru telah meningkat Iebih dari dua kali, menjadi 278 ribu ha (83%dari totalluas hutan lindung). Artinya, kegiatan reboisasiyang dilakukanselama ini temyata tidak ada artinya bagi pemulihanhutan lindung.

Penguasaan Iahan kawasan hutan oleh kehutanan ternyata jugamemperbesar resikokebakaran (TimStudi WataladanFKPAL, 1998). Padatahun 1997, sekitar21.311 ha areal kawasan hutan di Lampung terbakar,masing-masing 10.046 ha di taman nasional dan taman hutan raya, 4.413 hahutan lindung, dan 6.800ha hutan produksi. Sedangkan arealkebunrakyatyang terbakarhanya 1.500ha.

PERAMBAH HUTAN ATAU KAMBING HITAM?Dari kasus-kasus konflik yang menonjol terlihat bahwa penduduk yangmemukimi dan menggarap Iahan kawasan hutan -yang disebut sebagaiperambah hutan dan menjadi target pengusiran paksa- sebagian besarnyaadalah pendatangdari Iuar Lampung. Orang-orang ini datang baik melaluiprogram transmigrasi resmi maupun secara spontan atas usaha sendiri.Pembukaan-pembukaanhutannampaknyamerupakandampaklangsungdarikeberhasilanprogramtransmigrasi, yangsemula bertujuan menjadikandaerahLampung sebagai penampung Iimpahan penduduk dari daerah-daerahdengan kepadatan pendudukyang berlebih diJawa. Program pemindahan

39

Page 55: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

penduduk ini telah dilaksanakan sejak zaman kolonial Belandatahun 1900­an hingga menjelang tahùn 1990-an.

Seperti kata pepatah 'ada gula ada semut', kisah sukses pesertatransmigrasi membukadaerah-<!aerah barndi Lampung segera mengundanggelombang kehadiran transmigran spontan dalam jumlah yang lebih besarpada tahun-tahun berikutnya. Berdatangannyapenduduk-penduduk barnini jelas membutuhkan lahan, yang implikasi termudahnya adalah denganmembukahutan. Dalamkonteks inimakapelaksanaanprogramtransmigrasiadalah sumber atau akar masalah pembukaan kawasan hutan di Lampung.

Kebanyakan pembukaan dan penggarapan Iahan kawasan hutanoleh penduduk dimulai setelah mas~ kemerdekaan. Saat itu laranganmembukakawasan-kawasanhutanyangditetapkan oleh PemerintahBelandadianggap tidak berlaku lagi, dan dengan persetujuan pejabat pemerintahsetempat penduduk melakukanpembukaandanpenggarapan lahan. Tahun1991, melalui TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan), pemerintahmenetapkan ulang kawasanhutan masa penjajahanBelandasebagaikawasanhutannegaratanpa menghiraukankeberadaanpendudukyangsudahterlanjurbertahun-tahun bermukim dan menggarap lahan di dalamnya. MelaluiTGHK pula, tanah-tanah masyarakat adat diklaim dan ditetapkan sebagaikawasan hutan negara misalnya kasus Krui, Giham-Tahmi, dan Menggala.Selanjutnya penduduk dinyatakan sebagai perambah hutan. Di matapendûduk, hal ini jelas tindakanpenyerobotan lahan dan perampasan haksecarasemena-mena oleh pihakyang mengatas namakan negara.

Memangbanyakpulapendudukyangdatangbelakanganmembukadan menggarap kawasan hutan secara ilegal. Sebenarnya orang-orang inimengetahui bahwa Iahan yang mereka garap adalah kawasan hutan negara.Tetapi, apakah mereka punya pilihan Iain yang lebih baik dalam rangkamemenuhi kebutuhan hidupnya? Jikasaja ada cara hukum yang dapatditempuhsehingga pengelolaan lahan hutan negara bisa dilakukan secaralegal, pasti cara itu yangdipilih dan dilakukanpenduduk. Tetapi telah dilihatdi muka bahwa cara-eara legal bagi penduduk lokal itu kini telah ditutup.Pintu itu hanyadibuka bagi pengusaha-pengusahaswasta bermodal besar,yang kenyataannya justru lebih jelek kemampuannya di dalam upayakelestarianhutan.

Kebijakan Kehutanan Lampung 40

Page 56: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

MENUJU PEMBARUANJika cara-cara mengurus kawasan hutan negara yang selama ini diterapkankurang berhasil atau malah gagal, maka sekarang logikanya diperlukanpendekatan barnyang bisa lebih menjamin keberhasilan. Pendekatan barnyang paling rasional adalah mengalihkan pengelolaan areal-areal kawasanhutan yang digarap penduduk dan yang tidak lagi berhutan menjadi sistemusahatani produktifdan lestari masyarakat setempat. Dalam pola ini makapenduduk tidak perlu diusir atau disingkirkan, sebaliknya justru menjadipelakuutama.

Bolehjadikonflik-konflikpendudukdankehutanan bisadihindari,jikaaparat kehutanan tidak memaksamengukuhkan tanah-tanah yangsudahtidak berhutanlagi danyang telah digarap atau dimukimipenduduksebagaikawasan hutan negara. Ratusan ribu hektar tanaman reboisasi di kawasanhutan lindung dapat terpeliharabaïk, kalau tanamannya adalahpohon-pohonproduktifyang ditanam, dipelihara, dan dipanen hasilnya oleh penduduksetempatj dan bukannyasonokelingatau kaliandrayangditanam dan dijagamelulu oleh petugas-petugas kehutanan. Konflik-konflik tanah di kawasan­kawasan hutan produksi kemungkinan tidak te~adi jikapengusahaanHTI(hutan tanaman industn) jugadilimpahkankepadapenduduksetempat, bukanhanya kepada perusahaan-perusahaan besar. Hutan-hutan alam yang masihada bisa bertahan jikadirawardan dijagabersama-samapenduduksekitarnya,tidak hanya oleh petugas jagawana, yangjumlah dan disiplinnya memangtidak memadai.

Sebenamya, gagasanperlunyapengelolaansumberdayahutan olehmasyarakat setempat, bukan1ah gagasanyang benar-benar barn. Konsep inisudahlama menjadipembahasan.Jargonsepertiforestfor thepeople atau istilah­istilahseperticommunityfarestry,socialfore;try,jointjvr&mana~t,collabora'

tiœjvr&manawoou,ataucommunitylxtsedjvr&manawoousebenamyasudahlamadibicarakan. Pemerintah beberapa negara Iain di Asia seperti Nepal,India, Thailand, dan Filipinatelah menjalankan konsep-konsep ini, terlepasdari seberapajauh keberhasilannya.

Kenyataan seperti ini merupakan ironi. Mottoforestj'or thepeople(hutanuntukrakyat) justrupertamakalidideklarasikandiIndonesia, tepatnyapada Kongres Kehutanan Dunia (WorldForestry Congress) diJakarta tahun1978. Sudah 20 tahun motto itu digaungkan ke seluruh dunia, tetapi di

41

Page 57: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Indonesia sendiri -tempat asal konsep itu ditelurkan- motto itu belumbergeser dari sekedar jargon penghias bibir. Negara-negara tetanggayangrelatiftidak lebih maju, tidakmemiliki trilyunan Dana Reboisasi sej>erti In­donesia, dan para rimbawannya tidak lebih pintar, justrusudah lebih dulumengimplementasikan pendekatan itu.

Ironi Iain adalah kenyataan bahwasebenarnyadiwilayahLampungsendirisudah ada contoh-contoh tata gunalahan masyarakat setempat yangterbukti merupakan bentukpengelolaan hutan yang baik. Misalnyasistempengelolaanagroforest (wanatani atau kebun hutan) damar di PesisirKruiLampung Barat, yang terbukti mampu memenuhi fungsi sebagai hutanlindungsekaligus hutan produksi. Wanatani -yangdalam istilah lokalnyadisebut repong-damar ini sepenuhnyadimiliki dan dikelola oleh masyarakatKrui. Begitu pula kebun-kebun rakyatyang berisi be~enis-jenis pohonsepertijati, sengon, mahoni, buah-buahan yang bisa ditemui di banyak tempat diluar kawasan hutan di Lampung. Kebun-kebun ini dari penampakandandari fungsi ekologi lebih baikdaripada hutan-hutan tanaman industriyangdikembangkan oleh pengusaha-pengusaha HTI pada areal-areal hutanproduksi. Hutan-hutanadat, hutan alam yang dijaga oleh masyarakat adatdi sekitar Liwa-Kenali, Lampung Barat, sampai kini pun tetap terjagakelestariannya.

Pembaruan ke arahpengelolaansumberdayalahan dan hutan olehmasyarakat setempat bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Tantangan

. .terbesar adalah melak':lkan pembaruan terhadap peraturan perundangankehutanan yang berlakuselamaini, yangjelas tidak mendukung ke arahitu.Peraturanperundangan yang ada lebih mengarah pada penanganan hutansesuai fungsinya, dilakukansepenuhnyaolehaparat kehutanan -ataudenganmengikutkanpemilikmodalbesar-namundenganmenutupaksesmasyarakatsetempat.

Tantangan Iain adalah melakukan pembaruanstruktural terhadapfungsi kelembagaan instansi kehutanan dan tugas-tugas aparat kehutanan,padatingkatnasional, regional, maupunlokalsedemikian rupasehinggaaparatkehutanan mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mendukung prinsippengelolaan lahan dan hutan oleh masyarakat setempat. Karena selama inifungsi instansi kehutanan dandedikasi aparat kehutanan adalah beke~a kerasmenyingkirkanpendudukdarikawasanhutan. Apakahpada~mendatang

Kebijakan Kehutanan Lampung 42

Page 58: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

peningkatan jenjang karir aparat kehutanan dapat lebih ditentukan olehkeberhasilan mendukung masyarakatsetempat mengembangkan cara-earamengelola hutan yang lestari dan produktif?

Kajian ini memperlihatkan ketidakberhasilan kebijakan danpendekatan pengelolaan kawasan hutan yang selama ini dijalankan, danperlunya melakukanpembaruan. Secara ringkas agenda pembaruankebijakanyangdiusulkan adalah menyerahkankepadapenduduksetempatpenguasaandan pengelolaan kawasan hutan yang tidak berhutan dan sudah terlanjurdigarap atau~ukimi. Sel~jutnya, perludikembangkanskemakesepakatanke~asama antara institusi kehutanan danpenduduk dalam merawat hutan­hutan alam yangtersisa.

Pelimpahanpenguasaan bekas kawasan hutan kepada pendudukbisa menghasilkankeadaan yanglebihbaik. Tetapi tidak berarti keseluruhanpermasalahan pengelolaan hutan langsung terselesaikan. Permasalah­permasalahan yang muncul dan tidak kalah pelik jugaperlu diantisipasi.Sebagai permulaan, beberapa pertanyaanyang muncul seperti contoh dibawah iniperludikaji lebih untuk menghindari dampak negatif yang tidakdiinginkan: baik dari sisi pelestarian lingungan maupun sosial-ekonomipenduduk. .

Pertanyaanyangpertarna menyangkut dampakpenyerahan lahanbekas hutan terhadap hutan-hutan alam yang masih tersisa. Kekhawatiranyang muncul adalah, apakah penyerahan lahan itu tidak justru semakinmendorong pembukaan hutan-hutan alam yang masih tersisa. Meredanyakonflik antarapendudukdengan petugas kehutanan mungkin bisa dijadikanpeluang untuk mengembangkan cara-earadan konsep barn dalam menjagadan mempertahankan hutan-hutan alamyang tersisa. Peluang Iain juga bisadiharapkan apabila melihatcontoh-eontoh keberhasilan penjagaan hutanadat oleh masy-arakat-masyarakathukumadat di Lampung.

Pertanyaanberikutnyamenyangkutsistempenggunaan!ahanbekaskawasan hutan yang diserahkan kepada penduduk. Tujuan inti penetapankawasan hutan adalahuntuk memeliharamanfaat-manfaat lingkunganhutanpada tingkat lokal, nasional, dan global, seperti perlindungan tata air dankesuburan tanah,produksi hasil-hasilhutan, danpelestariankeanekaragamanhayati. Karena itu menjadi pertanyaan apakah sistem-sistem penggunaanlahan penduduk pada bekas kawasan hutan masih bisa mempertahankan

43

Page 59: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

manfaat-manfaat lingkungan seperti yang semula diharapkan darihutan. .

MeskipundemikianIndonesiasebenamya memiliki banyakcontoh .sistem tata guna lahan penduduk lokal yang rpultifungsi dan telah terbuktilestari. Telah disebutkan misalnya repongdamardi LunpungBarat. ContohIain adalah talun atau kebunpekarangan diJawa, tembawangatau lembo diberbagai tempat di Kalimantan, dan banyak lagi dari daerah-daerah yang.Iain. Kekayaan pengetahuan dan budaya lokal ini, apabila dipelajari dandikembangkandengan haïk, membukakemungkinanmengembangkan modelpengelolaanhutan yang berbasis penduduksetempat.

Dan yang terakhir, masih perlu dicari cara agar distribusi lahanbekas hutan bisa dilakukan dengan adil. Diharapkan benar bahwa distribusilahan-Iahan bekas kawasan hutan tidak justru memicu 'perang' perebutanlahan di antara penduduk yang ada. Pertimbangan yang Iain adalah lahan­lahan bekas kawasan hutanitudiserahkan kepadapendudukyang memangmemerlukan dankyak menerimanya. Bukarmyajustru jatuhketangan tuan­

tuan tanah atau pengusaha bermodal kuat.

Kebijakan Kehutanan Lampung 44

Page 60: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

LAMPIRANKASUS-KASUS SENGKETA

KASUS-KASUS DI HUTAN LINDUNG

Gunung BalakPembukaan hutan

Daerah Gunung Balak terletak di antara Way Jepara,Sukadana, Labuhan Maringgai, danJabung di LampungTengah. Gunung Balak ditetapkan sebagai kawasan hutanRegister 38 melaluiBesluit Residen No.664 tahun 1935,dengan luas 19.680 ha.

Kawasan hutan inimulaidibukapendudukpadatahun 1963 (Lampost 25,27,28/3/95). Ketika itu beberapaorang tokoh organisasi Barisan Tani Indonesia (BTl) yangmenjadi underbouwPanai Komunis Indonesia (PKl), yaituMidjo, Kami, Djamo, Djamal, Tjokro, dan Murdjito, datangdan mulai membuka bagian timur kawasan hutan danmembuat calonperkampungan atau umbulan. Areal yangdibuka berada di bagian dalam hutan sedangkan bagianluarnya dibiarkan berhutan sebagai tabir sehingga tidakterlihatdari luar. Selanjutnyapuluhanpenduduksekitardiajakparatokoh BTI itu untukmenggarap danmenempati sekitar1..200 ha areal yang telah berhasil dibuka.

Pada tahun 1965 areal yang dibuka ini telahditempati sekitar 2.560 orang, terbagi ke dalam empatwilayah yaitu Berdikari blok l, n, ID, IV. Pada masa te~adi

Page 61: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 38 GlINUNG BALAK

SUMATERA SELATAN

Legenda:

---

Perkampungan

Bekas desa

Jalan

Sungal

Balas Catchment area

Balas Kawasan Reglster

Danau

~u1

o 15 30 46km

Ke Labuhan Marlnggal

.~I

Sumber:Peta Pemandangan Rencana kegiafan Pemetaan / Rekonfruksi Regisfar 38 Gunung Balak - Cafchmenf Area. _Gunung Balak. Skafa 1 : 250.000.Departemen Kehulanan. Badan /nvenfarisasi dan Tafa guna Hufan. Balai P/anologi Kehufanan Il.

.Pefa Hufan Negara Gunung Ba/ak Regisfer38, Ska/a 1: 100.000.Peta TGHK Lampung Th 1990, Skala 1 : 250.000. .

Lempiren 46

Page 62: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

pemberontakan PKI di tahun ini, delapan tokoh BTIsetempat ditangkapaparat militer, dua diantaranya yaitu Midjo dan Murdjito mati dalamperjalanan, sementara yang Iain ditahan. Oleh aparat pemerintah dankeamanansetempat warga Iainyang terlibat PKItidak ditangkap, tetapi hanyadiwajibkan melapor seminggu sekali. Warga yang tidak terlibat PKI tetapdiperbolelikan menggarap lahan hutan yang telah ditebangi, tetapi tidakdiperbol~hkan menebang dan membuka hutan lagi.

Tahun 1966nama-namaumbulanBerdikaridiganti. BloklmenjadiDukuh (Dusun) Srikaton, blok II menjadi Srimulyo, blokmmenjadiSrikaloka, dan blok N menjadi Sriwidodo. Pedukuhan-pedukuhan inikemudian dikenal sebagai 4-Sri, secara administratif beradadalam wilayahDesaSadarSriwijaya, Kecamatan LabuhanMaringgai. Pada tahun 1966 inipulapenduduk 4-Sri memperoleh izinmembukahutanuntukusahatani dariDinasKehutanan Th. lLampung, dengan Kepala Dinasnyasaat itu Ir l'MLTobing. Sejaksaat itu wilayah 4-Sri tems berkembang, tabir hutan bagianluarperkampungandibuka, dan penduduk barn terus berdatangan. Hinggatahun 1971 penduduk 4-Sri sudah lebih dari 12 ribu jiwa, sekitar2.300 orangmenurut pihak militersetempat dinyatakansebagai eks BTI/PKI. (Tindakanpengamanan terhadap mereka berupa penangkapan, penahanan, danpengawasan khusus masih seringkali dilakukan. ,diantaranyaterdapat pulaanggotaBTI)

Masih di tahun 1966 itu pula, Dinas Kehutanan Th. lLampungkembali mengeluarkan izin untuk menggarap lahan kawasan hutan di lokasiyang berdekatan dengan 4-Sri, yang kemudian berkembangmenjadi DesaBandar Agung. Pada tahun 1968 Gunung Balak panen raya. Hasil panenjagung, kedelai, danpadi melimpah, padahal daerah-daerah Iain mengalamipaceklik. Karenanyasemakin banyakpenduduk luar yangdatangbermukimdan menggarap lahan usahatani yang didapat dengan cara membeli ataumembukahutan.

Tahun 1969, bagian selatan kawasan hutan Gunung Balak jugamulaidibuka. Pembukaan hutan inidikoordinir oleh KantorVeteran Metrodipimpin Rivai Akil dan Subandi yang juga memperoleh izin tebang dariDinasKehutanan Th. lLampung, ketika itudengan Ir. Rochimat G. menjabatKepala Dinas. Areal yang dibuka kemudian berkembang menjadi empatpedukuhan yaituBandungJaya, OganJaya, Sidodadi, danSidorejo. Tahun·

47

Page 63: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

1969 ini pula, DinasKehutanan Th. 1Lampung memberikan izin tebangkepada T. Kahpi, pengusaha kayu veteran asal Bandung, Jawa Barat yangdatang di 4-Sri 'setahun sebelumnya. Areal izin tebang ini termasuk kedalam PedukuhanBandungJaya, seluas 3.624 ha. Lahan bekas tebangan iniolehT. Kahpi kemudiandibagikan kepadawargaIainyang membelinya atau

. memberi ganti rugi. Akibat tindakannyaini T. Kahpi diajukanke PengadilanNegeri Metro dengan tuduhan merusak hutan, namunsetelahdua tahun ditahanan ia dibebaskan.

Tahun 1971, ke~bali Dinas Kehutanan Tk. 1Lampungmemberikan izin membuka hutan seluas 500 ha untuk jangkawaktu limatahun yang terletakdi bagian barat kawasan hutan GunungBalak kepadaYayasanBadanKe~aTani(Yabaku). Arealinikemudianberkembangmenjadiumbulan (pedukuhan) yangdiberinamaYabakti. Dipedukuhan Yabakti initernyatasudah adapula 500KK pendudukIainyangmembeli lahan dariM.Basri seorang warga asli Sukadana yang bergelar Sutan Kencana. SutanKencana mengklaim mewarisi tanah adat seluas 3.500 ha, termasuk 500 halahan yang oleh Dinas Kehutanan diserahkan kepada warga Yabakti itu.Terjadilah konflik antara Sutan Kencana, warga Yabakti, dan DinasKehutanan.

Pengusiran pendudukPada tahun 1970-an muncul rencana pembangunan proyek waduk DanauWayJepara berikut saluran irigasi yang akan mengairi 6.r:fJJ-7.0CfJ ha arealpersawahan. Tahun 1971 dilakukansurvaikelayakan olehDirektoratJenderalAgraria bersama SAE (Survey Agro-Ekonomi). Berdasarkan petapenggunaan tanah Inspeksi Land Use saat itu diketahui bahwapenggunaanlahandi bagianhuluDanauWayJepara membahayakan ketersediaan sumberair danau yang berasal dari sekitarRawa Way Abar. Hal ini kemudianmemunculkan gagasan untukmelakukan tindakan dan upaya melestarikandaerah tangkapan air (watereatchmentarett) untukmelindungisumber-sumberair Danau WayJepara.

Pada tahun 1971 ini pula, Dinas Kehutanan mulai menurunkanPolisiKhusus (polsus) Kehutananke GunungBalak. Timinimemerintahkanpenduduk mengosongkan kawasan hutan Register 38. Rumah-rumahpenduduk, sekolah, dantempat ibadah dibongkardandirobohkan, tanaman

Lampiran 48

Page 64: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

pertanian pun dicabuti.Tugas Polsus Kehutanan diperkuat dengan surat BupatiLampung

Tengah kepada Camat Labuan Maringgai Abdul Muis dan Kepala DesaSadar Sriwijaya tanggal19 Sept~mber 1971 yangditandatanganiSekretarisDaerah Siradjudin Djahidin, dan Surat Gubemur ZA Pagaralam No. G/

. 196/71 tanggal21 Oktober 1971. Isi kedua surat tersebut adalah perintahuntuk segera mengosongkan kawasan hutan Register38. Dalamkeduasurattersebut disebutkan bahwa tujuan pengosongan kawasan hutan untukmenjaga debit airDanau WayJepara.

Menindaklanjuti perintah pengosongan tersebut, aparatpemerintahan, keamanan, dankehutanansetempatdibantu olehduapeletonpasukan sipil (hansip) yang telah dilatih selama 20 hari membentuk timpengosongan yang beranggotakansekitar350orang. Timini mengharuskanpenduduksegerapergi meninggalkanlahan danpermukiman mereka. Sasaranpengosongan yang pertama adalah pedukuhan 4-Srij sekitar 350 KK daridukuh-dukuh ini disisipkan dalam program transmigrasi umum ke WayAbung, LampungUtara. Sebagian penduduk kemudian pergi mengungsi,tetapi sebagian lagi tetap bertahandan mengadukanmasalah ini ke berbagailembaga diJakarta. Kepala Dukuh Srikaloka Abdul Rasyid, KepalaDukuhSrikatonMatori,dan duatokohwargaIainmengadukanmasalah inike markasRPKAD (Resimen Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat) Cijantung,Jakarta. Pengaduan jugadisampaikan kepadaKopkamtib, Menhankam, danDPRRI.

Menanggapi pengaduan tersebut dua anggota RPKADmengunjungi DukuhSidodadi. Setelah itu pada bulanFebruari 1972, datangpula rombongan dariJakarta; Brigjen Samiyono dan Mayor Ibnu dariHankam,Supeno dariFKP DPR RI didampingiLerkol Ruslan dariKorem043 GatarnLampungdanKaptenKasiyodariKodim0411LampungTengah.Rombongan ini datang untuk melihat keberadaan lahan yang digarappenduduk dan melakukan dialog dengan wargaSrikaton dan Sidodadi.

Kunjungan-kunjungan itu temyata tak banyak membantuwarga.SekitarbulanApril1972, timpengosonganyangterdiridari aparatkecamatan,Koramil, Polsek, dan desa kembali memerintahkan penduduk untukmeninggalkan GunungBalak. Lagi, sebagian wargapergi mengungsi tetapibanyak juga yang tetap bertahan. Terjadi ketegangan dan bentrokan-

49

Page 65: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

bentrokan fisik antara timpengosongan danwargayangbertahani bentrokanbahkansampai menimbulkan korban jiwa.

Bentrokandan ketegangan masih te~adi hinggadi bulan Mei 1972,ketika satu regu tentara Angkatan Darat datang dan membangun pos yangberhadapan dengan pos cim pengosongan di Sidorejo. Kedatangan regutentara ini berhasil menenangkanwargayang bertahan, sehingga meredakanketegangan antara warga dan cim pengosongan. Dengan meredanyaketegangan antarawarga dengan timpengosongan, wargakembali menggarapIahan dan membangun permukiman. Banyakwargayangtelah mengungsikembali datangdan menggarap Iahan Iagi. BantuanpihakIuar jugadiœrimapendudukdari TiroKaryaBakti Golkaryang membagikan beras, paku, obat­obat~, dan melayani pengobatan gratis selamadua hari. Tiro KaryaBaktiinidi tingkatpusatdiketuaiJohnDPSïmamora, tingkatpropinsiR.Sudarsono,dan tingkat kabupaten Awet Abadi.

Tanggal4 Agustus 1972, Harian Angkatan Bersenjata memuatberita berjudul &sUs GummgBa/akDitanganiPusat, yang menyebutkandikeluarkannyasuratkeputusan bersamaMenœriDalamNegeridanMenœriTransmigrasi dan Koperasi No. 320 dan No. 124 Tahun 1972 tentangPembentukanPanitia PenyelesaianPersoalan GunungBalak yang diketuaiDitjen Transmigrasi R. Subiyantoro, sekretaris Kol. Inf. Suyono dariDepdagri, dan anggota Ditjen PUOD, Ditjen Agraria, Ditjen PengairanDasar, DitjenKehutanan, danHankam. Tidakdisebutkan apa ke~a panitiaini. Tetapi, tanggaI23 Desember 1972, Gubernur Lampung Sutiyoso,pengganti ZA Pagaralam, mengeluarkan surat keputusan No. G. 180/D/HKIXII/1972yangisinyaIarangan bagi siapapun untuk memasuki wilayahGunungBalaktanpa izin Gubemur.

Beritayang mengembirakan penduduk terjadi tanggal20 April1974, saat Bupati LampungTengah A.S. Imam Prabu mengeluarkan SKNo. 8/I.K.lP/Peml74 yang isinya mengesahkan pedukuhah/umbulanl.plong di kawasan GunungBalak menjadi kampung (desa) persiapan yang'be~umlah 12:Srikaton, Srimulyo, Srikaloka, Sriwidodo, BandungJaya, OganJaya, Sidodadi, Sidorejo, Brawijaya, Mojopahit, Way Abar, dan Yabakti.Tanggal13Juni 1974 Gubemur LampungSutiyoso mengeIuarkanSKNo.G/85/D.I/HK/74menetapkan pembentukan Kecamatan PerwakilanGunung Balak yang mencakup satu desa definitif Baridar Agung dan 12

Lempiren 50

Page 66: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

desa persiapan. Semua desa terletak di dalam kawasan Register 38 GunungBalak, yangsemula terpisah dalamtigakecamatan, yaituSukadana (KampungYabaIru), WayJepara (KampungWayAbar), selebihnyaJabungdanLabuhanMaringgai.

Menindaklanjuti keputusanpembentukan kecamatan, tanggal24Juni 1974 GubemurSutiyoso mengeluarkan SK No. G/88/D.IIHKl1974yangmenetapkan ±11.500ha areal dibagian hulu Danau WayJeparasebagaidaerah penampung air hujan (catchment area). Dari luas tersebut 4.500 haberada di luar batas Register 38, dan selebihnya merupakan bagian dari 19.680 ha Register 38. Tahun 1976 melalui SK GubemuryangIain, luas daerahtampung air WayJepara diubah menjadi 12.113 ha. Tahun 1984 MenteriKehutanan melalui SK No. 213/Kpts-VII/84 tanggal25 Oktober 1984menyetujui penambahan luas kawasan hutan Gunung Balak dari 19.680menjadi 24.248,30 ha.

Tanggal27Juli 1974 BandarAgung dijadikan ibukota kecamatan.Pada hari itu jugaBupati AS Imam Prabu melantik Lukman HakimsebagaiCamat Gunung Balak dan 13 Kepala Kampung. Dalam pengarahannya iameminta wargamulai menanamilahan garapan dengan tanarnan keras seperticengkeh, kopi, kelapa, damar, mahoni, dan sebagainya. Pada saat itu jumlahpenduduk 13 kampung itu adalah 11.993 KK atau 56.356 jiwa terdiri darisukuJawa, Sunda, Bali, Ogan (SumateraSelatan), dan Lampung. Menyusulperesmian desa~esa ini, pembangunan berbagai saranadan prasarana temsdilaksanakan, seperti jalan, balai desa, sekolah, dan tempat-tempat ibadahsep'erti masjid, gereja, danpura.

Tahun 1974 sengketa antara Dinas Kehutanan dan Basri SutanKencana disidangkan di Pengadilan Negeri Metro. Pada tanggal29 Juli19ï4 Pengadilan Negeri Metro memenangkan Basri. Areal yangdisengketakandinyatakan berada di luar kawasan hutan Gunung Balakdansah sebagai milikBasri Sutan Kencana. Keputusan ini kemudian diperkuatPengadilanTinggi Palembang.

Pada tahun 1974 ini pula, Pemerintah Daerah sudah menyusun, rencana dan menyediakan dana untuk memindahkan sebanyak 5.503 KK

penduduk GunungBalak ke lokasi penempatan di Way Abung, Sungkai,dan Banjit di Lampung Utara dan Palas di Lampung Selatan. Kegiatanpemindahan penduduk ini memanfaatkan programtransmigrasi umum.

51

Page 67: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Rencana ini temyata dibatalkan dengan Instruksi BersamaMendagri AmirMachmud dan Mentranskop Subroto No. 6 Tahun 1976, yangmemerintahkan pembatalan pemindahan warga Gunung Balak danmenggantikannya dengan 3.500KK. transmigrandariJawaTengahdanJawaTlffiur.

Mulai tahun 1980 penduduk kembali mendapat berita bahwapemerintah akan mengosongkan dan mereboisasi kawasan hutan GunungBalak, yang akan dimulai dari catchmentarea (wilayah tangkapan air) di huluDanauJepara. Penduduk akan dipindahkan melalui prograrn transmigrasilokal. Aparat pemerintahsetempat lalu mulai memerintahkan wargauntukmenghentikan kegiatan pengggarapan lahan dan mengharuskan wargamembongkar rumah-rumah mereka.

Sebagian pendudukYabakti kemudian mulai meninggalkanlokasidan secara bergelombang pindah ke Desa Megan Sakti di Musi Rawas,SumateraSelatan. Hingga Maret 1981 sudah 196 KK. atau 735 jiwawargaYabakti yang datang ke Megan Sakti, mereka ditarnpung di rumah-rumahpenduduk setempat. Perpindahan itu sempat menjadi masalah antarapemerintah daerah SumateraSelatan danLampung. Tahun 1983 dan 1984secara bertahapsebanyak 2ribu KK.wargaYabaktidiberangkatkanke lokasipemukiman transmigrasi lokalPakuan Ratu, Banjit, dan Mesuji. Ada jugapenduduk Yabakti yang bertahan, dan akibatnya 123 rumah merekadirobohkan atau dibongkar secara paksa oleh parapetugas.

Sejak 1983-1984 inilah secara paksa dan terus menerus pendudukGunungBalakdipindahkan. Sejalan dengan pemindahan penduduk, desa­desa di kawasan Gunung Balakdihapuskan melalui SK-SK GubemurYasirHadibroto. SK Gubemur No. G/245/B.IIIIHK!1984 menghapus DesaBandungJaya, Way Abar, OganJaya, dan Yabakti. SK No.G/281/B.ITIIHK!1986 menghapus DesaSrikaton, Srimulyo, Srikaloka, Sriwidodo, danSidodadi. Dengan SK ini pula Kecarnatan Perwakilan GunungBalak ikutdihapuskan.

Pendataan KantorWilayah Departemen Kehutanan Lampungtahun 1986menyebutkanbahwakawasanhutanlindungGunungBalakmasihdihuni oleh22.248 KK. penduduk. Sedangkanjumlahpendudukyangsudahdipindahkan sejak tahun 1980an hingga 1989/90 adalah 12.875 KK..Pemindahanpenduduk masih terus dilakukan, meskipun dengan tersendat-

Lempiren 52

Page 68: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

semlat. Padatahun 1991 pendudukyangmasih bermukimdi kawasanhutanGunung Balak berjumlah 13.712 KK, dan walaupun pemindahan terusdilakukan hingga tahun 1997, jumlahpenduduk tetap saja sekitar 13 ribuKK.

Tahun 1991 Basri Sutan Kencana melalui kuasa hukum EdwarSihombing SH mengajukan gugatan perdata di Pengadilan NegeriTanjungkarangdan memintaganti rugi sebesarRp 17milyarkepadaGubemurLampungdanMenteriKehutanan, yangtelah menetapkan3.200ha tanahnyasebagai kawasan hutan lindung Gunung Balak. Tanggal29Januari 1992,setelah delapan bulan bersidang, Pengadilan Negeri Tanjungkarangmemutuskan menolak gugatan tersebut (Lampost 31/1/92).

Berikutnya,sebanyak 162KKwarga bekasdesaWay Abarmelaluikuasa hukum Dr. Muchtar Pakpahan SH menggugat dan menuntutpembayaransebesarRp 4milyarkepadaMenteri Kehutanan dan GubemurLampung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Lampost, 1/4/91). Parapenggugat adalahpemilik 630 halahanyang dibeli dari BasriSutanKencana,yangpada tahun 198D-andiharuskan meninggalkan lokasi tanpa ganti rugi.Keputusan akhir Pengadilan Negeri]akarta Pusat dalam kasus ini adalahmenolak gugatan warga. .

Pada bulanPebruari 1991, petugas kehutanan dan transmigrasimendatangi Desa Mojopahit, yang berpenduduk 1.141 KK, danmenyampaikan rencana pengosongan kawasan hutan dengan pemindahanpenduduk melalui program transmigrasi lokal. Untuk menghindaripembongkaran rumahsecara paksa yang mendadak seperti yang biasanyadilakukan petugas, penduduk segera mempersiapkan diri membongkarirumah-rumah mereka dan membuat gubuk-gubuk untuk bermukimsementaradan menghentikan kegiatan bertani. Tetapi temyatapemindahantidak segera dilaksanakan karena temyata lokasi pemukiman barn belumdisiapkan. Ratusan KK warga yang sudah menunggu pemberangkatanmenjadi terlantar. Hal ini mendapat sorotan dan kritik keras dari beberapaanggota DPRD Lampung, sepertiKadarsyahIrsya, BaharuddinMatondang,Supardjo, danRuslan Atmo. Sampaitahun 1994 pemberangkatan pendudukdariMojopahit ini belum juga tuntas.

Setelahseperempat abad pelaksanaan pengosongan penduduk danpenghapusan desa-desadi kawasan GunungBalak, tahun 1995 masih terdapat

53

Page 69: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

lima desa dengan jumlah penduduk 8.033 KK (37 ribu jiwa) menempatisekitar 7.500 halahan. Desa yang terletak di dalam kawasan hutan lindungGunung Balak yaitu Bandar Agung (3.180 KK), Sidorejo (1.300 KK),Brawijaya (1.337 KK), Girimulyo, dan Bauh Gunung Sari. Sebenarnyapenduduk kelima desa ini sudah merasa tenang dan yakin desanya tidakterkena kegiatan pengosongan hutan. Keresahan muncul ketikapada awaltahun 1995 warga menerima dan diminta mengisi kartu pengenal perambahhutan dan peladang berpindah. Tentu sajawarga menolak mengisi kartu inikarena akan berarti mengakuisebagaiperambahhutan dan isyaratpersetujuanuntuk dipindahkan. Penolakan warga kali ini memiliki dasar hukum yangkuatj sebagianwargaBandar Agung telah memilikisertiftkat tanah dan suratketerangan tanah (SKT) yang dikeluarkan Kantor Agraria (sekarangBadanPertanahan Nasional) Lampung Tengah. AwalnyaKepala Kantor WilayahKehutananLampung Ir. ASMPanjaitan menolakbuktiyang diajukanwarga.la menyatakan sertiftkat tersebut tidaksah atau palsu dan penduduk tetapdinyatakan sebagai perambah hutan yang akan dipindahkan atau diusir(Lampost 16/3/95). Penolakan Kakanwil Kehutanan Lampung mengakuibukti kepemilikan tanah warga Gunung Balak mendapat reaksi keras dariberbagai pihak termasuk BPN Lampung Tengah, Komnas HAM, danMenteriLingkunganHidup. KepalaBPNLampungTengahmengakuibahwaBPNLampung Tengah pada tahun 1981 telah menerbitkan 900 sertifikatuntuk 1.000 bidang lahan di desa Bandar Agung. Proses penerbitan ini telahmemenuhi prosedur hukum dan telah pula mendapat persetujuan instansikehutanan pada waktu itu (Lampost 20/3/95).

Tanggal24Januari 1995 sebanyaksembilan orangwakilwarga, diantaranyaK. Sumiharjo mantan kepaladesaBandarAgung, Supri, M. Shekar,danNengah Ngayon dari Sidorejo mengadukan masalah inikepadaKomnasHAM. Merekaditerima olehBambang W. Suharto. Warga juga mengadukepada BP6 (Badan Penggerak Pembangunan dan PeningkatanProduksiPotensi Pancasila) diJakarta. Komnas HAM kemudian melayangkansuratkepada Bupati Lampung Tengah bertanggal16 Pebruari 1995 yangditandatangani Sekjen Komnas HAM Baharuddin Lopa, memintaBupatimencari jalankeluaryang menjaminperlindunganhak-hakwarga. SelanjutnyaKomnas HAM mengirimkan tim investigasi ke lapangan dan melakukandialog dengan pejabat daerah dan wargà setempat yang didampingi LBHBandarLampung.

Lempiren .54

Page 70: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Awal tahun 1996, anggota Komnas HAM Albert Hasibuan SHdanMayjen (purn.) Soegiri memberikanpenjelasan kepada pejabat daerah,pers, dan warga bahwa dari hasil dialog Komnas HAM dengan sejumlahdepartemen diJakartakasus lebih ici mengarah kepada masalahlingkunganhidup karena itu penyelesaiannya memerlukan persetujuari MenteriLingkunganHidup. KomnasHAMjugatelahmenyampaikanusulankepadaMenteri Kehutanan Djamaloedin Suryohadikusumo untuk mengesahkankepemilikan 714 ha tanah di Desa Bandar Agung, Sidorejo, danBrawijaya.Usulan itu oleh Menhut kemudian dikonsultasikan kepada MenteriLingkungan HidupSarwonoKusumaatrnadja, yangkemudianmenyetujuinya(Lampast 25/1/91).

Pada tanggal26Mei 1998, Pengadilan NegeriMetro menghukumKarta (50), pendudukDesaLabuhan Ratu II WayJepara, dengan hukuman5bulan penjarakarena mendirikan gubuk dan menebangpohonsengon diRegisœr 38 GunungBalaksejakJuni 1997 hinggaPebruari 1998 saat iaditangkap petugas jagawana. la dinyatakan bersalah melanggar pasal6 jopasal9 jo pasal18 PeraturanPemerintahNo. 28 Tahun 1985. Melaluisidangyang terpisah Pengadilan Negeri Metro juga menghukum Yuni (24), jugawargaDesa Labuhan Ratu TI WayJepara, dengan hukuman5 bulan 15 hari.la terbukti bersalah menebangi tanaman reboisasi di hutanlindungGunungBalaktanpa izin (Lampast 20/5/98).

Pada tanggal22 Juni 1998 ratusan penduduk PurwokenconoYabakti mendatangiKantorDPRD Tk.lLampung. Merekalalu mendudukikantor dan mendesak agar tanah mereka yang telah diœtapkan sebagaikawasan hutaneacthmentareaDanauWayJeparadikembalikan fJ-ampost 23/6/98). Selain diterima oleh anggota DPRD penduduk juga diœrima olehkepala Dinas Kehutanan Ir. Syamsuddin Rahmat dan Kepala KanwilKehutanan Ir. Adjat Sudradjat. Hasil pertemuan itu adalahKepala Dinasdan Kepala Kanwil akan menemui Menteri untuk meneruskan tuntutanwarga. Tanggal8 Juli 1998 Menteri Kehutanan Dr. Muslimin Nasutionmengeluarkan SKMenteri Kehutanan No. 545/Kpts-II/98 yang isinyamelepaskan 4.560 ribu ha"kawasan hutan Gunung Balak untuk digarapkembali oleh penduduk (Lampost 1/7/98). Alasannya karenapemerintahtidakmempunyai biayaganti rugi penambahan area1 kawasan hutan tersebut,dengan demikian luaskawasan hutan GunungBalak kembali berkurangdari24.248 ha menjadi 19.680 ha.

55

Page 71: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tanggal3 Agustus 1998 sekitar l.COO penduduk. Desa Brawijaya,Sidorejo, dan Bandar Agung menggunakan 20 mobil truk dan enam mobilpik-up mendatangi kantor Gubemurdan menggelar demonstrasi. Merekamenuntut pengembalian areallahan usahatani, perumahan, sekolah danfasilitas Iain yang sudah ditanami tanaman sonokeling dalam rangkapenghutanan kawasan hutan Register 38 GunungBalak. Wakil pendudukArnruri, Ashadi, RA Gani, Nengah Ngayon, Surnarman, Sudirman Latief,danMursidRifai diterima SekwildaHerwanAchmad, KepalaKanwilDephutIr. Adjat Sudradjat, danKepala DinasKehutanan Ir. SyarnsuddinRahmat.Hasil pertemuan tersebut adalahpemerintahdaerah be~anji akan memberijawabanselambat-Iambatnyaenam bulan, karenakeputusan tersebut adalahkewenangan pemerintahpusat dalam hal iniMenteri Kehutanan.

Bersama warga dari daerah-daerahIain, ribuan penduduk.GunungBalak kembali datangdalam demonstrasi besar-besaran di Kantor Gubemurpada tanggal26-27 Agustus 1998. Hasilnya adalah pembentukan Tim 13yang terdiri dari pejabat Pemda dan wakil-wakil DRL (Dewan RakyatLampung), y'ang benugas mencari cara penyelesaian tercepat yang bisadilakukan. BulanJanuari 1999, Tim 13 menghasilkan kesepakatan akanmemenuhi tuntutan masyarakat agar desa-desa yang ada dikeluarkan darikawasan hutan.

ReboisasiReboisasi kawasan hutan GunungBalak mulai dilaksanakan tahun 1983­1984melaluiprograrnABRIManunggalReboisasi (AMR) danmelaluiproyekswakelola yang dikerjakansendiri oleh instansi kehutanan. Jenis tanamanyangditanam kebanyakansonokeling. Lokasi reboisasi terutamapadacatch­mentarea Danau Way Jepara. Sampai tahun 1995 melalui AMR telahdikerjakan reboisasi seluas 5.450 ha dan secara swakelola seluas 3.289 ha,sehingga luas keseluruhan areal yang direboisasi 8.739 ha.

Meskipunpenduduk.œlahdipinc!ahkan, reboisasi sudahdilakuk.an,danpetugas jagawanadiœmpatkanuntuk.mengarnankan, tidakberartikondisikawa.san hutan Gunung Balak mengalami perbaikan yang berarti. Tahun1996, di bekas desa-desa yang sudah dikosongkan dan direboisasi masihdapatdijurnpai rarusanKKpenduduk.yangmenggarap lahan dan mendirikan .gubuk.-gubuk.yangœrsebardilokasi-Iokasiyangbelurndireboisasi,yangsudah

Lampiran 56

Page 72: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

clireboisasi tetapipohonnya mati, atau menanam di sela-sela tanamanreboisasiyang bertahan hidup. Mereka kebanyakan menanam tanaman cepat panenseperti padi, jagung, kedelai, cabe, dan sayuran. Ada jugawargayang hanyamenyadap nira kelapadan membuat gula merah.

Lokasi yang kembali digarap dan dihuni pendudukdalam jumlahyang cukup banyak (ratusan KK) adalah sekitar bekas Desa OganJaya dansekitarRawa Way Abar. Bahkan, di bekas desaY~bakti Purwokenconosejak 1994terdapat 400 KK yang membuka ratusan hektar ladang tanamanpalawijapada bekas areal tanaman reboisasi sonokeling (Lampost 24/6/96).

DwikoraPembukaan hutanDesa Dwikora termasuk dalam Kecamatan Bukit Kemuning, KabupatenLampungUtara. Wilayahdesainidinyatakan beradadidalamkawasanhutanlindung Register 34Tangkit Tebak. Kawasan Register 34 ini pertama kaliditetapkansebagaikawasanhutan dengan luas27.600 hapada masapenjajahanBelanda melalui Besluit Residen No. 40 tanggal16Januari 1933. Denganpenetapan iniRegister 34 menjadi kawasanœrlaranguntukdibukadandigarappenduduk.

Pembukaanhutan di Dwikoradimulai sekitar tahun 1946. Ketikaitu hutan pertama kali dibuka dan ditanami padi ladang untuk menyuplaiberas kepada tentara keamanan rakyat (TKR) yang berjuang untukmempertahankan kemerdekaan, yang bennarkas di BukitKemuning antaratahun 1946-1947 (Lampost22/9/92). Lokasi yangdibukaini pada tahun1948 menjadi perkampungan Bedeng Kerbau. Karena tanahnya yang subur,daerahiniterus berkembangdan memunculkan kampung-kampunglainyangpadatahun 195Q-an menjadi calon desa (desapersiapan) Dwikora.

Sekitar tahun 1965-1966 warga Dwikora memperoleh izinmembuka hutan dari Kepala Dinas Kehutanan Tk. 1Lampung Ir. TMLTobing. Izin yang dikeluarkan ini mencakup lahan seluas 1.294 ha, yangdiberikan kepada 489 orang. Izin membukahutan tersebut meliputi 46 hauntuk mendirikan perkampungan di kampung induk Dwikora dan 28,4 hauntukDusunSinarOgan. Selebihnyadiberikanuntukusahataniperorangandengan luas masing-masing berkisar antara 0,3--17 ha. Selain di Register34lokasi areal yang diberi izin tersebut jugaterdapat di Register24.

57

Page 73: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Pada tanggal29 Maret 1969 Gubernur Lampung ZA Pagaralammelalui SK No. G/B.I/D/1969 menetapkan peresmian Dwikora sebagaidesa deftnitifyang memiliki administrasi pemerintahan sendiri.

Pada awalnya Dwikora dimukimi penduduk yang kebanyakanpendatangdari Baturaja) Sumatera Selatan, tapi dalam perkembangannyakemudian banyak juga warga yang berasaldariJawa. Pada tahun 1995pendudukDwikorasudahbe~umlah 474KKatau 2.400 jiwayangmenempati4.700 ha lahan.

Pengusiran pendudukUpayapemerintahuntuk mengusirpendudukDwikoradimulai tahun 1982.PengusiraninidilakukandalamrangkapengosongankawasanhutanlindungRegister 34 Tangkit Tebak. Sebanyak 240 KK ditargetkan dipinciahkan keMesuji) Lampung ~tara melalui program transmigrasi lokal. Pendudukselebihnya diminta meninggalkan kawasan hutan hingga batas waktu tahun1984) namun tidaksemuanyamematuhi perintah tersebut. Lokasi-Iokasiyangditinggalkanpenduduk kemudian direboisasi dengan tanamanpinus.

Pada pertengahan tahun 1994 pembangunan pembangkit listriktenaga air (pLTA) Way Besai mulai dikerjakan. Proyek yang didukungpendanaan Bank Dunia ini direncanakan selesai pada tahun 2000menghasilkan2x45 MegaWatt listrik. Untukmendukungpelaksanaanproyekinipihakkehutanan merencanakan untukmerehabilitasi arealkawasanhutandi sekitar lokasi PLTA yang mencakup Kecamatan Bukit Kemuning danSumberJaya (Lampung Barat), termasuk di Register 34. Reboisasi danrehabilitasi kawasan Register 34 Tangkit Tebak juga dimaksudkan untukmenyelamatkanproyek irigasi Way Rarem dan Way Umpu. Sampai tahun1997/1998)dilaporkankegiatan penanaman tanaman kehutanan (terutamaGmelina) di Register 34 Tangkit Tebaksudah mencapai seluas 6.00J ha danmenghabiskanbiaya Rp 5,6 milyar.

Awa1.Januari 1995, upaya pengusiran penduduk tahap keduadimulai. Beberapa petugas Polisi Khusus Kehutanan uagawana) danKepolisian mendatangiDwikoradan memerintahkanwarga menandatanganisuratpemyataanyangberisipersetujuanuntuksecarasukarela mengosongkan .atau meninggalkan kawasan hutan. Petugas menyatakan kalau warga tidakmelakukan sendiripenebangantanamankopidan merobohkan rumah) maka

Lampiran 58

Page 74: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 34 DAN 45 B

Sumber:

Pel. TGHK Lsmpung 1990, 1 : 250 000Pela Rupa Suml t..mpung 1978, Ska/a 1: 200.000

penebangandari perobohan rumah itu akan dilakukan secara paksa.Tentusaja, warga ticlakmenerimaperlakuanini. Tanggal23Januari

1995sebanyak200-anwargamendatangikantorDPRD Th.1Lampunguntukmengadukanmasalah ini. Limawakil warga, yakni IndraAiJZ, H. Syarkawi,Mawari, Bustam, dan Edi Alamsyah diterima Ketua DPRD SoendoroBrotoatmodjo bersama anggota Komisi ASoemadji, Muhaimin Kohar,FachrudinMachdum, dan Syajono (Lampost24/1/95). Warga meminta agarpemindahansecara paksa inidihentikan.

Tetapi pengaduan warga Dwikora ke DPRD Lampung tersebuttampaknya ticlak ditanggapi. Mulai tanggal30Januari 1995 sesuai denganSK GubernurPoedjono Pranyoto No.5225/0287/04/1995 tanggal26Januari1995, OperasiJagawana1mulai dilaksanakan. Dalam operasi berbiayaRp

. 173 juta ini, sebimyak 167polsus kehutanan dandua peletonBrirnob dibantudengan 17ekorgajah terlatih dariWayKambas, enam kuda, 20 gergajimesin,

59

Page 75: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dan 200 pekerja secara paksa merobohkan rnmah-rumah dan membabatitanamankopiwargaDwikoradanTanjungBaru. Selamadua minggu operasi,ratusan rumah dirobohkan dan lebih dari 1.000 ha tanaman kopi produktifdibabati (Lampast 13/2/95). Tigaekorgajahmatidalamoperasiini,mungkinkarena terlalu letih.

Menanggapi kasus ini, Komisi ADPRD Lampung mengundangpihakKanwil Kehutanan untuk melakukan dengarpendapat. Tanggal8Pebrnari 1995 dilakukan dengar pendapat antara anggota Komisi AyakniSoemadji (ketua), Muhaimin Kohar (wakilketua), dan empat anggotaBinanaSitepu, Ida Mustika Zaini, Syajono, dan Effendi Hasan dengan KepalaKanwil Kehutanan Ir. ASM Panjaitan yang didampingi delapan stafnya.AnggotaKomisiAini mempertanyakan nasib pendudukyangakan terlantarakibat pelaksanaan operasi ini, tetapiKepala Kanwil Kehutanan tetap padapendiriannyauntuk terus melaksanakan operasi (Lampast9/2/95). Ir. ASMPanjaitan jugasempat menyampaikan kepada anggotaDewan bahwaIndraAziz, salah seorangpemimpin warga Dwikora, bukan warga setempat. laadalah pegawai negeri di LampungUtaradan memiliki 40 ha kebun kopi diDwikora. Tetapi belakanganpemyataan itu tidak dapat dibuktikan.

Atas desakan warga, padatanggalll Pebruari 1995 dilaksanakandialog di Balai DesaDwikora, antara dua ribu wargaDwikora danTanjungBarn, Komisi ADPRD Lampung, Golkar Tk. Idan Tk. TI, dan KepalaDinas Kehutanan Tk. IIr. Eko Wardoyo dan Tk. II Lampung Utara Ir.Irham Djafar. Warga meminta agar operasi ditunda hingga selesai panenkopi bulanSeptember 1995 dan diizinkan bermukimdiradius 500 mkanan- .kiri jalan raya. Hasil dialogini mengecewakan warga. Operasi tidakdapatditundadanhanyawargadesaindukDwikorayangdiperkenankan bermukimsementarapada radius 300 mkanan-kiri jalan, akan tetapiselanjutnya merekaakan diikutkan dalam program tranmigrasi lokal. Penduduk di luar desaindukDwikora (DusunTalangJawa, GunungIndah, SinarOgan) danDusunBedengIDesaTanjung Barn tetap harus meninggalkan rnmah dan kebunmereka (Lampast 14/2/95).

Pada tanggal23 Nopember 1995 kembali enam orang (KemisRaden, Mawari, Eko Darmawan, EdiAlamsyah, Kadir, danIndra) mewakili205 KK wai-ga Dwikora mendatangi DPRD Tk. ILampungdan diterimaKetua Komisi AM.Purbani (Lampast 24/11/95). Utusan warga tersebut

Lempiren 60

Page 76: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

menyampaikan beberapa hal. Pada dasarnya pendudukDwikora menolakmengikuti program translok keMesuji. Warga juga meminta penambahanIahan garapan, karena jikahanya 300 mkanan kiri jalan yang boleh digaraptidakseluruh (474 KK) warga mendapatkan Iahan. Disampaikan juga bahwaternyata terdapat ratusan warga dari IuarDwikora yang mengatasnamakanwarga Dwikora yang mendaftar untuk mengikuti transmigrasi Iokal. Hasildialog ini adalah DPRD akan memeriksa Iebih Ianjut masalah ini denganinstansi terkait.

Karena warga tetap menolak untuk mengikuti transmigrasi Iokal,tanggal19 Pebruari 1996BupatiLampungUtara A. Gumbira menge1uarkansurat edaran N0.100/216/01/1996 yang memerintahkan pengosongankawasanhutan lindungRegister 34 TangkitTebak dan wargaDesaDwikoradipindahkan melalui transmigrasi Iokal ke SP 7dan ~P 8Mesuji Atas, .J,ampung Utara. Tanggal9 Apri11996 Bupati kembali mengeluarkan SKNo.B/106/BG.VIIIlHK/l996 memerintahkanwarga yangmasihbermukimuntuksegera meninggalkanDwikoradalambatas waktu sampaiakhirApril1996. Bagi warga yang tetap bermukim akan dikenakan sanksi sesuaiketentuan, di antaranya denda Rp 100 jutaatau kurungan penjara.

Sejak itu pula sarana pemerintah desa dan sekolah dasar ditutup.Sebanyak 199 KK diberangkatkan ke Mesuji Atas pada tanggal20 Maret1996 (Lampost 22/3/96). Tetapi be1akangan diketahui bahwa sebenarnyahanya 55 KK yang benar·benar berasal dari Dwikora, 149 selebihnya adalahwargadari luarDwikora.

Keadaan tempat pemukiman barn di SP 7dan SP 8Mesuji Atasmenurut warga yang mengikuti translok ternyata sangat buruk, padahalsebeIumnya dijanjikan bahwa semuafasilitas sudah tersedia. Fasilitassepertisekolah dasar, masjid, pasar, balai pertemuan ternyata tidak ada. Untukmendapatkan air bersih wargadiberi satu buah gentong plastik untukmenampungairhujandariasbesataprurnah,sumurtidakdapatdibuatkarenaairnya payau (Lampost 18/4/96). Kerja berat di Iahan garapan juga harnsdilakukan kar~na Iahan garapan merupakan rawa yangmasih berupa semakbelukar. Banyakwarga dikabarkanpergi meninggalkanIokasi transmigrasi.Mereka kembali ke Dwikora atau pindah ke tempat Iain.

. Karenatarget pemindahanwargaDwikora tidak terpenuhi, makapemberangkatan transmigrasilokal tanggal26 Maret 1996 dialihkan. Jatah

61

Page 77: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

pemindahan diberikan kepada 274 KKwargaDesa Cukubatu dan Menanga .Siamang,KecamatanBanjit, yangbermukim dan menggarap lahandi kawasanhutan lindung Register 24 Bukit Punggur (Lampost3/4/96). Belakangandiketahui pula bahwa sebagian besar yang dipindahkan bukan berasalCukubatudanMenangaSiamang, terapi berasal dari daerah-daerah Iainyangmembuat KTP palsu dan membayar ratusan ribu untuk bisa ikut dalampemindahantransmigrasi lokal ke Mesuji.

PendudukDwikora terus be~uang .. Tanggal3 April 1996 ,limawargaDwikoradidampingiLBHBandarLampung mengadu kepada anggoraKomnas HAM Albert Hasibuan dan Mayjen Purn. Soegiri yang tengahberkunjung ke Bandar Lampung untuk menangani beberapa kasuspelanggaran HAM di Lampung. Menurut dua anggota Komnas HAMtersebut, terdapat pelanggaran HAM dalam kasusDwikora, yaitupenutupandua sekolah dasar tanpa menyiapkan sekolah penampungan sehinggapendidikansekitar 500 murid menjadi terlantar (Lampost4/4/96).

Menanggapi tanggapan anggota Komnas HAM tersebutpemerintahdaerah malahan memindahkan 11 gurudari Dwikorake MesujiAtas tempat pemukiman tranmigrasi lokal sebagian kecil warga Dwikora(Lampost 4/4/96). Akhirnya warga mendirikan sekolah dasar sementarasebagai tempat belajar bagi anak-anak mereka, tetapi keberadaan sekolahswasta ini tidak mendapat pengakuan dari pihak Dinas dan KanwilPendidikandanKebudayaan Lampung.

Pada tanggal 7 Mei 1996 Menteri Kehutanan DjamaloedinSuryohadikusumo didampingi Gubernur Poedjono Pranyoto dan KetuaDPRD Tk. 1Soendoro Brotoatmodjo mengunjungi Dwikora. KepadaGubernur, Menteri rnenyarakan mendukungkegiatanpemindahanpendudukDwikoratetapi ia rneminraagarpelaksanaannyajangansampai menimbulkankonflik (Lampost 9/5/96). Hari itu warga Dwikora seberiarnya sudahrnenunggukedatanganMenteriDjamaloedindiMasjidJarniAtTakwauntukberdialog. Seharisebelumnyawarga bergotong royong rnembersihkan jalanuntuk menyambut Menteri. Rornbongan Menteri rnemang datangkeDesaDwikora, sekitar 75 mdari masjid tempatwarga menunggu Menteri sempatturun dari rnobil untuk melihat hasil OperasiJagawana. Warga berusahamendekat tetapi dihalangi oleh 10Q-an petugas keamanan dan jagawana.RombonganMenteri akhirnya pergi rneninggalkan lokasi ini, dan tidak ada

Lampiran 62

Page 78: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER39

Perkampungan

Bal.. Regl.ler

Bata. Kabupalen

Jalan

Sungal

Legenda:..~

Sumber:

Pela TGHK Lamf'Ung, 1990, Skala 1: 250.000

~~: ~::~~';""~=~o~%~6Ska/a 1: 200000

dialog dengan warga.Pada bulan Mei 1996 kembali muncul masalah Iain di Dwikora.

Sebanyak 1.105 wargaDwikora temyata tidakdidaftarsebagaipemilihdalamPemilu 1997 padahal di tempat-tempat Iain Iain daftar pemilih sudahdiumumkan (Lampas! 22/5/96). Jika tidak didaftarkan warga Dwikora akankehilangan hak politikuntuk memilih dalam pemilu. Didampingi LBHBandarLampung wargaDwikora kemudianmelaporkan masalah ini tanggal24 Mei 1996 kepada Kepala Kejaksaan Tinggi, dan tanggal5 Juni 1996mengadukannya kepada anggota Komnas HAM Albert HasibuanSH yangketika itu sedang berada di Bandar Lampung (Lampost 7/6/96).

Tanggal23 Juli 1996, Gubernur Lampung Poedjono Pranyotomengeluarkan SK NoJ9 tahun 1996 yang menetapkan penghapusan Desa .Dwikoraj maka secara administratif tidak ada lagi desa yang bemamaDwikora. Wargayangmasihadakemudiandimasukkanke dalamadministrasidesa Tanjung Baru, Kecamatan BukitKemuning, dan areal hutan lindung

63

Page 79: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dilarang dimukimi dandiusahakan dalam bentuk apapun.MenindaklanjutiSK tersebut pada pertengahanDesember 1996,

OperasiJagawaria ilkembali dilaksanakandengan mengerahkan20 petugasjagawana, 15 pousi,uma tentara, danpuluhan peke~a Inhutani V. Tetapikali ini warga Dwikora benar-benar marah. Ketika petugas akan mulaimembabati tanaman kopi, dengan diiringi bunyi kentongan dan teriakan,sekitar 200 warga menghunus senjata golok menyerbu petugas. Melihatserbuan penduduk ini Tim Operasi menghentikan kegiatan dan berlarimenyelamatkan diri, sehingga tidak terjadi bentrokan fisik. KemudandilakukandialogantarawakilwargaNonhaSartika, Abu Bakar, danMawaridengan Kacabdin Kehutanan Lampung Utara Maman Kurmana, dankepolisian Kapten Dunan Ismail dan Letda Rozali. Hasil dialog cukupmelegakan warga, penebangan tanaman kopi dihentikan, warga hanyamembolehkanpetugas merobohkan bangunan milikpemerintahseperti balaidesa, instalasi air minum, gedung sekolah dan rumah penjaganya (Lampost16/12/96).

Pada tangga126-27 Agustus 1998, warga Dwikora ikut datangbersama ribuanpendudukdari daerah Iain dalam demonstrasi besar-besarandi Kantor Gubernur, yang menghasilkan pembentukan Tim Ü (pejabatPemda dan wakil-wakil Dewan Rakyat Lampung) untuk mencari carapenyelesaian. Awal tahun 1999 kesepakatan yang dicapai adalah arealDwikoraseluas 7xl km2 akan dikeluarkan darikawasan hutan.

Selain terus menempuh upaya-upaya perlawanan dialogis (aksidemo, pengiriman delegasi), warga Dwikora juga melakukanpérlawanansecara fisik di lapangan. Pada tahun 1998, sejalan dengan bertiupnya anginreformasi, wargabalas membabati tanaman kehutanandan merawat kembalikopi-kopiyang dulu dibabatipetugas kehutanan. Dari6.rtJJ haareal tarlamankehutanan, terutama gmelina, lebihdariseparuhnya (3.rtJJ ha) sudahdibabatiwarga untuk menghidupkankembali tanaman kopi (Lampost 1/10/98).

Sumber Jaya

Kawasan hutanlindungRegister45B Bukit Rigis ditetapkansebagai kawasanhutanpada masapenjajahanBelanda melaluiBesluitResidenNo. 117 tanggal19 Maret 1935 dengan luas 8.295 ha. Areal Register 45B ini bersambungandengan Register 34Tangkit Tebak, Register 32BukitRindingan, dan Regis­ter 39 KotaAgungUtara.

Lampiran 64

Page 80: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Sebagian pemukiman dan kebun penduduk desa-desa diKecamatanSumberJaya, Lampung Barat, berada di Register 45B, tetapi adapula yang beradadiRegister 3~ dan Register39. Penduduk mulai menempatidaerah ini tahun 1951 melalui program pemindahan penduduk BiroRekonstruksi Nasional (BRN), sebuah program transmigrasi di bawahkoordinasi ABRI/TNI. Penduduk secara berkelompok ditempatkan diSukapura, TanjungSari, Purajaya, Purawiwitan, dan Puralaksana (Lampost14/2/95). Setiap peserta mendapatkan jatah lahan dan rumah.

Warga yang dipindahkan adalah veteran tentara pada masakemerdekaan yang kebanyakan berasal dariJawa Barat, dan ada juga dariJawa Tengah. Peresmiandanpemberiannamalokasi pemukiman SumberJaya yang ditempati peserta program BRN waktu itu dilakukan langsungolehPresiden Soekarno dan Wakil PresidenM.Hatta. Hingga kini beberapatanda bukti kedatanganSoekarno dan Hatta ketika itu, seperti rumah danmonumen, masih bisaditemui di SumberJaya.

Penduduk Sumber Jaya tems berkembang. Sebagian kecilpenduduk bersawah tetapi sebagian besar berkebun kopi, sehinggaseluruhareal di sekitar pemukiman di SumberJaya ditanami kopi. Lokasi kebunkopi penduduk SumberJaya tidak hanya di Register 45B, banyak pulapenduduk yang kemudian membuat pemukiman dan berkebun kopi dikawasan Register 39 dan Register 33 Pulau Panggung. OperasiTanggamus1990-1991 di Pulau Panggung, yang memindahkan 2.320 KK (8.612 jiwa)penggarap dari hutan lindung Register 39 dan Register 32 ke lokasi-Iokasipemukiman translokdiRawajitu LampungUura, mendapatkanbahwaselainberasaldari Pulau Panggung banyak jugapetani penggarap yang berasaldariSumberJaya (purajaya, Purawiwitan, Pura Mekar) (Lampost21/01/91).

PadabulanJuli 1994, TimKoordinasiPengamananHutan (l'KPH)terdiri dari aparat kepolisian, kehutanan, danpemerintahdaerah melakukanoperasipengusiranpendudukdikawasanhutansekitarPurajaya,Purawiwitan,danMuaraJaya. Rumah-rumah di 86lokasipemukimandirobohkan, lebihdari 700 ha tanaman kopi dibabati, danpendudukdiusir dari kawasan hutan.Sebagiandari 1.271 KKditranslokkan ke Mesuji LampungUtara, sementarayangIain diusir begitu sajadari kawasan hutan (Lampost 6/7/94).

Operasi Jagawana pada bulan Pebruari 1995, selain di DesaDwikora Kecamatan Bukit Kemuning jugadilaksanakan di Kec. Sumber

65

Page 81: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 32 DAN 39

SUMATERA SELATAN

-v Ba"s Rev'stef

~ Jalan

~SUng.1

10Km

SU1Ilber:

Peta TGHI<L_. 1990. Ska'" 1250 000Peta Rupa Bumi Lampung. 19T8. Skala 1 : 2()() 000Petal<ecamatanPulauPanggung. S_,: 150000

Jaya. Sebagianpemukimandan ratusan hektar kebun kopi yang termasuk dikawasan hutan di DesaSukapura dan Tribudi Sukur climusnahkan, rumah­rumah dirobohkan dan tanaman kopi dibabati oleh petugas dengan bantuangergaji mesin dan pasukan gajah.

Hampir bersamaandenganpelaksanaan OperasiJagawanapihakkehutanan juga melakukan tata batas kawasan hutan, ditandai denganpemasangan patok batas kawasan hutan. Berdasarkan tata batas tersebutsebagian wilayahdari beberapadesaseperti Sukapura, Purajaya, Purawiwitan,MuaraJaya, SimpangSari, danTribucli Sukurdinyatakanrermasukdi dalamkawasan hutan.

Tentu saja warga SumberJaya menolakkerasklaimkawasanhutanatas tanah yangolehPemerintahanPresidenSukarno telah diberikan kepada

Lampiran 66

Page 82: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

mereka sebagai peserta BRN. Sebanyak 10 warga Simpang Sari berkirimsurat tertanggal7April 1995 kepadaBupati LampungBaratditembuskankeinstansi terkait danDPRD LampungBarat. Warga menyatakan keberatandan dirugikan atas penetapan lahan mereka sebagai kawasan hutan danmenuntut ganti rugi atas tanaman yang dibabati. Disebutkan pula bahwasebanyak 40 warga Simpang Sari telah memiliki sertifikat tanah yangdikeluarkanBPN LampungUtara, dansekitar 11 bidangtanah bersertifIkattersebut dinyatakan termasukdalam kawasan hutan (Lampost 13/4/95).

Pernyataan yang ganjil justru muncul dari Komisi ADPRDLampung Barat. Para wakil rakyat itu malah menyatakan bahwa hasilpenelitian mereka menunjukkan sertifIkat warga secara administrasi cacathUkum, sehinggakeabsahan sertifIkat itudiragukan fJ-ampost 24/5/95). Atasrekomendasi Komisi ADPRD Lampung Barat ini, Dinas KehutananLampungBaratmembentuk tim khusus yang akan menangani masalah ini.

Tanggal16 Oktober 1995 giliran empat wargaSumberJaya yaituKuat Nanto, Ganda, Makir, dan Sukarja mengatasnamakan 373 KK yangmemiliki lahan seluas 224 ha di Sukapura dan 127 ha di Tribudi SukurmendatangiDPRD Th.! Lampung (Lampost 28/10/95). Mereka secara lisandan tertulis mempertanyakan dan meminta kejelasan status lahan merekayangdiklaimsebagaikawasanhutan. MenanggapihaliniKomisiAkemudianmenindak1anjutinyadengan membentuk tim khusus.

Belumjelas benar bagaimanapenyelesaian konfIlik-konflik lahanhutanpendudukSumberJaya iniselanjutnya. Kegiatan pemusnahan rumahdan tanamankopi memangkemudiantidak dilanjutkan lagi, tetapi tuntutanwarga mendàpat status tanah sebagai tanah milik juga belum diperoleh.Sémentara kegiatan penanaman tanaman reboisasi di lokasi bekas kebunkopi yang dibabati terus dilaksanakan, secara terus-menerus pula -perlahantapi pasti- tanaman reboisasi itu balas dibabati pendudukagar kebun-kebunkopi mereka dapat tumbuh baïk.

Gunung Betung

Penetapan 22.244 ha kawasan hutan lindung Register 19 Gunung Betungpertamakalidilakukan oleh ResidenBe1anda melalui&luitNo. 312tanggal31 Maret 1941. Saat ici status hutan lindung Register 19 Gunung BetungadalahTamanHutan RayaWanAbdul Rahman.

67

Page 83: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 19

o 5, 1

Legenda:

.... Perkampungan

--.. Batas Reglster

Batas Kecamatan'==iF' Jalan~ Sungal

Sumber:Peta TGHK Lamppng 1990, Skala 1 : 250.000Peta Rupa Bum, Lampung 1978, Skala 1 : 200.000

Kawasan hutan lindung Gunung Betung merupakan kawasanhutan yang letaknya tidak jauh dari Bandar Lampung, ibukota PropinsiLampung. Kawasan hutan ini dikelilingi daerah-daerah yang sudahsangatmaju berkembangsepertiPadang Cermin, TelukBetung, Tanjungkarang,GedongTataan, dan Pardasuka. Sudah sejakpuluhan tahun lalu GunungBetung dihuni banyak penduduk yang datang dari semua arah untukbermukimdanherkebun... .

Sejaktahun 198().ankegiatanpemindahanpenduduk, pemusnahantanaman, dan reboisasi sudah dilakukan di berbagai lokasikawasan hutanini, di antaranya adalah disekitar GedongTataan, Kedondong, Pardasuka,

Lompiron 68

Page 84: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dan Padang Cermin. Selain itu juga dilakukan penangkapan-penangkapandanpengenaan hukurnan penjara. Tahun 1992 PengadilanNegeri Kaliandamenghukurn tiga bulan penjara Y0 (30 th) dan Her (20 th) karena terbuktibersalah membuka hutan. Tahun 1993 pengadilan menghukum Fei (38 th)karena tertangkapketikamemanen pisangdan petai. Tahun 1998 beberapaoranglagi jugadijatuhihuku~ karenamembukahutan tanpaizinMenteri.

Padatahun 1991-1992pemindahan jJeildudukdilakukandi Padang .Cermin. Berawaldengan kegiatanpendataan penduduk yang bermukimdidalam kawasanhutan di enam clesaHurunyGebang, Paya, Durian, Banjaran,danPadangCermin, pada bulanJanuari 1992 seluruh penduduk diperintahpetugas untuk segera meninggalkan pemukiman dan rumah-rumahnyadirobohkan. Penduduk diperintahkan berkumpuldi Gedung Serba GunaWay Ratai menunggu untuk diberangkatkan ke lokasi transmigrasi lokal.Secarabertahap 1.297KKdipîndahkankeRawaPituMesuji,LampungUtaradan BiliaPesisirSelatan, LampungBarat (Lampost 11/2/92).

Sampai saat pemberangkatan terakhir ternyata tidak semuapenduduk yang diusir dapat diberangkatkan. Sekitar 50 KK tidak dapatdiberangkatkan, karena lokasi translok tidakdapat lagimenampung mereka.Nasib 50 keluarga ini menjadi terlantar tidak menentu, mereka tidak dapatikut ke lokasi translok tetapi juga tidakdapat kembali ke pemukimansemuladikawasan hutankarena rumah-rurnah mereka sudahdirobohkan (Lampost19/2/92).

Tanggall4-15 Apri11998 DînasKehutanankembali melaksanakanpengusiran penduduk di Dusun Kubang Badak,Jalan Papak, Penyiaran,Selapan, dan SînarTiga di PadangCermin (Lampost 18/4/98). Kegiatan inianehnya diberi nama Operasi Senyurn padahal pelaksanaannya dilakukandengan kekerasan. Dalani operasi inipuluhanpetugas militer dan jagawanadatang secara mendadaksambil melepaskan rentetan tembakan senjata api

. dan memaksapenduduk meninggalkan lokasi saat itu juga. Rumah-rumahpun dibakar ataudirobohkan. Penduduk yang mencobamempertahankanrumah meraka, dipukuli dan ditangkap. Warga yangditangkap adalah M.Karis (60), Athin (27), Umed (28), Aziz (40) dan Haryadi (23), selanjutnyaditahan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Rajabasa dan diajukan kepengadilan. Untukmenghadapiproses inimerekadidampîngi LBH BandarLampung.

69

Page 85: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Dengan bergulimya reformasi di tahun 1998,penduduk GunungBetungmulaimempe~uangkanhakmereka. Upayapenamaadalahmembukadanmerawatkembalikebun-kebunyangdulu dimusnahkanpihakkehutanan,dan berikutnya mendesak pengesahan resmi pemerîntah.

Tanggal12 Agustus 1998 sebanyak 16 orang penduduk, diantaranya Udin Samsudin, Olim Baki, Ny. Hamdan, dan Sulaiman daribeberapadusun di Desa Hurun, Padang Cermin mendatangi kantorDPRDTingkat1Lampungdan diterimaKetuaKomisiAAbubakarJauhari fJ-ampost13/8/98). Mereka mewakili 420 KK keluarga yang tinggal di perbatasankawasan hutan lindung. Sejak adanya operasi penurunan perambah hutansekitar tahun 1990 mereka terusir dari areal permukiman dan dilarangmengambil hasil kebun kopi. Penduduk menuntut agar bisa memetik kopidan hasil hutan Iain, dan juga diizinkan menggarap lahan untuk membukaperladangan. DalampertemuaninipihakDPRtidakmenyatakan dukunganterhadap keinginan penduduk, hanya menjanjikan akan mendesak Pemdaagar segera menuntaskan masalah ini.

Penduduk dari Gedong Tataan, Kedondong, dan Hanura juga ikutdalam demonstrasi besar-besaran tanggal2&-27 Agustus 1998 di kantorGubemur. Kasus mereka kemudian jugaditangani Tim 13 (pemda, KanwilKehutanan, DRL).

Tanggal17 September 1998, sebanyak 30Q-an warga delapanKecamatan Gedong Tataan -yangmenggarap kawasan hutan Register 19mulai tahun 19SQ-andan diusirketika dilakukan reboisasi kehutanan tahun1978-1980- melakukan long march dari Cipadang menuju PosJagawanaUmbulOlok; wargakemudianmelakukanaksicoret-eoretdiposini (Lampost18/9/98). Warga kemudian membabatisemak belukarmembuat batas lahankebunyangpemah mereka garap dan membukakembali jalan tembus WayLayap-Batu Lapis sepanjang 1,5 km. Sebelumnya, tanggal20Juli 1998,24orang wakil bersama warga Kecamatan Kedondong sudah mendatangiDPRD Lampung dan pemimpin warga A. Zazali Bakar menyampaikantuntutan warga kembali menggarap lahan kawasanhutan, tetapihal ini tidakmendapat dukungan anggota Dewan (lAmpost 21/7/98).

AwalJanuari 1999, Tim 13 meneapaikesepakatan bahwakawasanpenduduk delapan desa di sekitar Gedong Tataan, Kedondong, PardaSuka .dikeluarkan dari kawasan hutan Register 19. Belum jelas bagaimanastatus .

Lampiran 70

Page 86: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

kebun-kebun yang berada di dalam kawasan hutan tetapi di Iuar batas desa,dan kebun-kebun di Iuar delapan desa tersebut.

Pulau Panggung

Kawasan hutan Iindung Pulau Panggung termasuk dalam dua kelompokhutan, yaituRegister 39 Kota AgungUtara danRegister32 Bukit Rindingan.Keduakelompokhutanyangberhimpitan inipertarnakaliditetapkansebagaikawasan hutanpada masapenjajahan Belanda. Register39ditetapkan melaluiBesIuitResidenNo. 57 tanggal7Desember 1935seluas 102.110hasedangkanRegister 32 ditetapkan melalui Besluit Residen No. 307 tanggal31 Maret1941 seluas 6.960 ha.

Daerah Pulau Panggung mulai didatangi pendudukPulauJawapada tahun 1950-an. Desa Way Harong dibuka tahun 1948, Datar Lebuaytahun 1950, dan Air Bakoman tahun 1953. Mereka membuka Iadang danberkebun kopi, cengkeh, dan Iada di situ. Menjelang akhir tahun 1980-anIuas kebun penduduk, terutarna kopi, sudah mencapai puluhan ribu hektar.

Awal pengusiran pendudukdilakukan selamadua tahun (1988­1990), dilakukan di Dusun Sukamerindu, Talang Madiun, Rejosari, danBatulima di dekat desa Datar Lebuai oleh aparat polisi, tentara, danpemerintahKecamatan Pulau Panggung. Rumah-rumah dibongkar dandibakar, tanaman dimusnahkan, danpenduduk yang bertahanditangkapi.Secara bertahap sekitar 300 KK yang mendiami daerah ini sejak 1958dipinciahkan, sebagian besarke Rawajitu, LampungUtaradan sebagian kecilmengikuti PIRpekebunan di Riau. Ratusan KK yang Iain meninggalkankawasan hutan dan bermukim terpencar di desa-desa sekitarnya.

Tidak tahan menerimaperlakuan demikian, tanggal23 Pebruari1990sekitar 100-anwarga pria dan wanita mendatangi gedungDPR RI diSenayanJakarta. Mereka diterima olehFraksi KaryaPembangunan OkaMahendra, Bomer Pasaribu, Imam Soedarwo, RA Rivai, dan ZulkifliIndrakusuma (Lampast 27/2/90). Warga desa ini mengadukan tindakanilparat yang telah membakar sekitar2ribu rumah, membabat tanaman, danmemeras uangpenduduk. Mereka juga menuntut jaminan keamanari dandiperboIehkankembali membangunrumah dan mengolahkebunyangsudahterlanjurdimusnahkan aparat. AnggotaFKP be~anji akanmembentukTimKhusus untukmemantau keadaan Iapangan dan membicarakan masalah ini

71

Page 87: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dengan pemerintah daerah Lampung.Sekembalinya dariJakana, warga justrumendapat intimidasidari

petugas keamanan setempat; dua orang ditahan dan diinterogasi. Hal inimendorong empat wakil wargaPulau Panggung kembali mengadu ke DPRRI padatanggal12 Maret 1990, dan diterima sekretaris FKP BomerPasaribu(Lampost 15/3/90). Mereka menuntut agar DPRRImemberikan jaminankeamanan bagi pendudukagar tidak diintimidasi petugas keamanan.

Pengaduan wargaPulauPanggung ke DPRRI ini mendapat reaksikeras daripejabat-pejabat tinggi di Lampungseperti Komandan Korem 043GarudaHitarnAMHendroPriyono, KanwilKehutanan Ir. EmanSoemana,Wakil GubemurSubkiE. Harun, dan Ketua DPRD Lampung AlimuddinUmar. Pejabat-pejabat ini umumnya mendukung tindakan pengosonganhutan Pulau Panggung sebagai program pemerintah dan kawasan tersebutsudah tertutup sejak lama. Pengaduan warga dinilai mengada-ada dan telahditunggangi oleh kepentinganpihak Iain. Pihak Iain itu adalah parapemilik .kebun yang tidak tinggal di Pulau Panggungdan dua orang pumawirawanKol. DG dan May. Ibm dari Yayasan Pembangunan TransmigrasiVeteranyang dianggap mensponsori warga.

Meskipun dinyatakan tertutup dan kosong dari penduduk,sebenamya kawasan hutan Pulau Panggung masih banyak ditinggalipenduduk. Dalam rapat dengan Gubemurdi DPRD Lampting21 Septem­ber 1990, Ketua Komisi BDPRD I.S. Bunari menyatakan temuan anggotaKomisi Abahwa 1.964 KK penduduk telah kembali menggarap kawasanhutan lindung Pulau Panggung (Lampost 22/9/90).

Oktober 1990 sampai Januari 1991, dilaksanakan OperasiTanggamus yangdikaitkandenganupaya mendukungproyek pembangunanDam Batutegi. Operasi yang dipimpin Komandan Kodim 0421 LaÏnpungSelatan Letkol lof. A. Aziz ini secara bertahap memindahkan 2.320 KK(8.612 jiwa) dari hutan lindungRegister 39 dan Register 32 ke Iokasi-Iokasipemukiman translok di Rawajitu, Lampung Utara (Lampost 21/01/91).Seperti telah diceritakan pada bagian Iain sebelumnya, di antara pendudukyang dipindahkan temyata juga ada yang berasal dari SumberJaya (desa­desa Purajaya, Purawiwitandan PuraMekar).

Tahun 1992 dilaksanakan proyek reboisasi di kawasan PulauPanggung dengan tanamansonokelinguntuk menggantikan tanamankopî

Lempiren 72

Page 88: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

yang sudah ditinggalkan penduduk. Ternyata, tanaman kopi yangditinggalkan warga masih dipelihara, dipetik dandijual hasilnya olehoknumpetugas. Kejadian Iainyang te~adi pada bulan Agustus 1992 adalah buruh­buruh reboisasi diperintahkan petugas untuk mengubur bibit-bibit tanarnan .

reboisasi; di lokasi terdapat ratusan timbunan yang masing-masing berisisekitar 5.COO bibit (Lampost 29/2/92).

Tahun 1993 pembangunan Proyek Bendungan Batutegi mulaidilaksanakan, 450 wargaPulau Panggung CWayHarong, DatarLebuay, danAirNaningan) menerimaganti rugi tanahyangakandigunakanuntukproyek(Lampost 10/3/93). Bendungan Batutegi yang dibangun dengan bantuanOECF direncanakan untuk mengairi l00.COO hasawah dan menghasilkan2x12Megawatt listrik.

WonosoboKawasan hutan lindung di Wonosobo termasuk dalam Register 39 KotaAgung Utara seluas 101.110hayang ditetapkansebagai kawasan hutan padamasapenjajahanBelandamelaluiBesluitResiden No. 57Tanggal1Desember1935. Pada tahun 1970-an PT TanjungJati memperoleh izinHPH untukmengeksploitasi kayu darikawasan hutan lindungdi sekitarWonosobo ini.

Pada tahun 1970-an itu, penduduk mulai datang bermukim danberkebun kopi. Semakin lama permukiman dan kebun di bekas tebanganHPHTanjungJati inisemakinberkembang. Desa terdekat tempatpendudukmenjualhasilkebun danmembeli berbagaikeperluan adalahBanjarNegoro.Tahun 1987-1988 penduduknyasudah mencapai lebih dari 2.838 KK atau10.845 jiwa, yang menempati areal kawasan hutan sekitar 10 ribu ha;sementara luas kebun kopinya mencapai 7ribu ha (Lampast 1,2,3/2/90)..Mereka membagi area1 pemukimannya itu ke dalam blok-blok, dariBlok1hinggaBlok XIV. Fasilitas umum yang ada meliputi pasar desa, pas polisidan posBabinsa.

Meskipun jumlah penduduknya cukup banyak dan keadaankehidupannyacukup mapan, pendudukdikawasanhutaneksHPHTanjungJati ini tidak pernah tercatat sebagai penduduk dari salah satu desa di .Kecamatan Wonosobo. Pendûduk di sini tidak memiliki KTP, dan olehpemerintahsetempatdigolongkan sebagai 'sukuterasing'. Karenanyawargakehilanganhaksuara dan tidakmengikuti Pemilutahun 1982 dan 1987.

73

Page 89: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Pada tahun 1982 pemerintah pernah memindahkan sebagian. pendudukdi sini melaluiprogram transmigrasi lokal ke daerahBlambangan

Umpu, LampungUtara. Tetapikarena tanahyangtidaksuburdankehidupanyang serba sulit, 90% penduduk yang dipindahkan secara bertahap pulangke daerah ini lagi dan kembali menggarap kebun kopi.

Setelahpendudukdipindahkan,dilak~ reboisasi melalui proyekreboisasiAMRoleh ABRIdanproyekswakelola kehutanandengan tanarnan

sonokeling. Beberapa tahunsetelah reboisasi hanya di Blok1sampai BlokVtanaman reboisasi bisa ditemuij penduduk setempat menanami kopi disela-sela tanaman reboisasi itu. Sedangkan dari BlokVI hingga Blok XN,hampir seluruh tanaman reboisasi sudah digantikan oleh kebun kopi.

Tahun 1990-1991 pihak kehutanan dan pemerintah setempatkembali melakukan pendataan penduduk di kawasan hutan lindungWonosobo untukdipindahkanmelaluiprogramtransmigrasi lokal. Rencanapengusiran iniditolakwarga. Awal bulanNopember 1992sebanyak delapanorang warga mewakili 3ribu KK yang menempati 10 ribu areal di Register39 Wonosobo mendatangi gedung DPR RI di SenayanJakarta untukmengadukan rencana pemerintah melakukanpengusiran. Mereka diterimaketuaKomisi IV ImamChurmen (Lampost 5/11/92), namuntidakada tindaklanjut daripengaduan ini.

Pemindahanpendudukdarihutan lindungRegister39 Wonosobokemudian tetap saja tems dilaksanakan setiap tahunnya, meski dengantersendat-sendat. Dari tahun 1993 hingga 1995 secara bertahap sekitar 500KK diberangkatkan ke Mesuji, Lampung Utara. Sementara itu ribuanpenduduklainnyatems bertahan untuk tetap bermukimdan berkebun kopi,yang luasnya mencapai ribuan ha.

Lempiren 74

Page 90: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

KASUS·KASUS DI HUTAN PRODUKSI

Palas dan PenengahanBesluitResiden No. 307 tanggal31 Maret 1941 menetapkan kawasan hutanRegister 1Way Pisangseluas 18.700 ha, Register2Pematang Taman seluas2.790 ha, dan Register 4Rawa Sragi seluas 2.900 ha. Melalui TGHK 1991kawasan tersebut ditetapkan ulang oleh Menteri Kehutanan dengan

. pengaturan fungsi masing-masingdi Register 1sebagai hutan produksi tetap(HP) seluas 8.971 ha dan hutan produksi konversi (HK) 9.729 ha; di Regis­ter 2HP seluas 2.090 ha dan HK 700 ha, dan 2.900 ha Register 4sebagaiHKseluruhnya.

Areal Register 1, 2, dan 4ini mencakup wilayah desa-desa diKecamatanPalas dan Penengahan, Kabupaten LampungSelatan. Pendudukdesa-desadiPalas kebanyakan datangdariJawa mulai tahun 1950-an melaluiprogramBRN, tahun 1960-1970-an melalui transmigrasi umum, dan padamasa-masa berikutnya melalui transmigrasi umum dan spontan. Ada jugapenduduk berasal dari Semendo, Sumatera Selatan. Daerah Palas menjadisemakin berkembang ketikapada tahun 198():.andilaksanakanproyekRawaSragi berupapembangunan irigasi danpeneetakanribuan hektarsawah, yangpendanaannyadidukungPemerintah Belanda melalui IGGI.

Sedangkan desa-desa di Penengahanpenduduknya adalah wargaasli LampungPesisir Kalianda, sebagian Iain adalah pendatangdari Banten,Jawa Baratyang datang beberapa abad yang lalu. Penduduk asli Lampungdan pendatang dari Banten ini hidup rukun berdampingan, bahkanmenyatakan memiliki pertalian darah. Daerah Penengahan semakinberkembang pesat setelah pada tahun 1980-andibangun pelabuhan lautBakauheni dan jalan Trans Sumatera Bakauheni-Bandar Lampung, danpemindahanibukotaKabupatenLampungSelatandariTanjungkarang-TelukBetung ke Kalianda. Penduduk Penengahan sangat membanggakandaerahnya, karena merupakantanah kelahiran, tempatpe~uangan melawanBelanda, dan tempat makamRaden IntanII, satu-satunyaPahlawanNasionalasa1 Lampung.

Konflik kehutanan mulai munculpada tahun 1992-1993, ketika. PT Inhutani Vdan PT DHL (Dharma Hutan Lestari) atas persetujuan

MenteriKehutanan mulai melaksanakanproyekpenanamanhutan tailaman

75

Page 91: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 1 DAN 2

SUMATERA SELATAN

KEC.KAUANDA

Legenda:

...rkampun;;;;g.n.----......Satas Reglster

JalanSungalBatas Kecamatan

aatas K.bupaten

Sumber:

Pela TGHK Lsmpung, 1990, Skala 1 . 250.000Pete Kecamatan Pafas Kabupaten LstnpUng selatan,5kaJa 1 . 45000Peta RvpaBUmiLampung,f978, Skala 1 :200000

. Peta Kecamstsn PentJfP98han KlJbupaten Lampung Selatan, Skala 1 .100.000

ju1

o & 10 1& 20Km

LAUTJAWA

industri (I-ITn di Register 1dan 2, di atas lahan yang sudah merupakanpemukiman, kebun, dan ladangpenduduk.

Pada tanggal8 Mei 1993, warga Desa Sumber Sari, Bangunan,dan Palas Pasemah Kecamatan Palas mengadukan masalah pembuatanlubang-lubang untuk menanamsengon di ladang dan pekaranganpenduduk,kepadaanggotaKomisiIIDPRRIdipimpinAwangFaruk.Penduduksangatresah, khawatir mereka akan diusiratau ditranslokkan. Dalampengaduannyapenduduk berharap agar rencanaproyek penanamanHTIdan pemindahanpendudukdihentikan (Lampost 12/5/93).

Sebelum pengaduanpenduduk Palas kepada anggota DPR RI ini,beberapa wakil dari dua ribu warga desa-desa di Kecamatan Penengahanjuga telah mendatangi DPRD Th. II Lampung Selatandi Kalianda. Dalam

Lampiran 76

Page 92: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

dialog dengan DPR dan pemerintah daerah penduduk meminta agarpemerintah menghentikan rencana pelaksanaanpenanamanHTI olehPTInhutani dan PTDharmaHutan Lestari.

Tetapi, permintaan warga tidak dihiraukan. Proyekpenanaman.I-ITI tetap saja dilaksanakan khususnya di Penengahan. Kemarahan wargalalu memuncak, didukungolehsuasanatuntutan reformasiJuni 1998. Tanggal26 Agustus 1998, sekitar 800 warga dari tujuh Desa Tetaan, Banjarmasin,Gayam, Karangsari, Penengahan, Pisang, dan Gedung Harta membakar 20ha tanaman jati, tiga sepeda motor, tiga traktor, mess pekerja, dan pas jagaPTDHLdiPenengahan. Penduduk menuntUt pengembalian lahan garapanmereka di Register1danIIWayPisangyangsaat inidigarap PTDHLsebagaiareal tanaman HTI (Lampost 27/8/98). Kemarah~ warga mereda Setelahpasukan Poires danKodim datang ke Iokasi. Perwakilan warga kemudianmendatangi.KantorPemdaLampungSe1atanuntuk berdialogdenganBupati,Komandan Kodim, danKetua DPRD. Dalam dialog inipihakPT DHLbersikukuh akan tetap mengeIola Iahan karena sudah mendapat izin dariMenteriKehutanan, danpermohonan warga belum jugadipenuhi.

Warga Penengahan tems mengupayakan tuntutan. Se1ama bulanSeptember-Oktober 1998, penduduk melakukan aksi menduduki Iahandengan mendirikan tenda, menebangi tanaman sengon, dan menanamipalawija. Rombonganwarga jugapergi. berdemonstrasi ke GedungManggalaWanabhakti DepartemenKehutanan, Jakarta. Perundingansegitigaantarawargayang didampingi. pengacaradariLBH diJakarta, Pemerintah (pemdaKebupaten LampungSelatan dan Kehutanan), dan PT DHL berjalan alot.Kesepakatan sementara yang dicapai adalahwarga dapat menggarap Iahan(terutama di bekas IahanPTJaka Utama, yang mendapat izin tumpangsariseluas 1.690 ha di Iokasi ini pada sekitar tahun 1970-an), tetapi tidak untukkeseluruhan Iahan karena pada prinsipnya PTDHL bertahan akan tems

. melanjutkan kegi.atannya. Tuntutanwarga belum secarapenuhditerima. .

Ketibung

PenetapankawasanhutanRegister5WayKetibung1seluas 6.400hadilakukanolehpemerintah jajahan Belanda melalui Besluit No. 308 tanggal31 Maret1941. Kemudian melalui TGHK 1991, seluas 733 ha ditetapkan sebagaihutan produksi tetap dan 5.667 ha sebagai hutan produksi konversi.

77

Page 93: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

SementaraRegister 35 Way Ketibung ilditetapkan sebagai kawasan hutanmelalui Besluit No. 99 tanggal7 Pebruari 1937 seluas 3.800 ha. TGHK1991 kemudian menetapkan780ha arealdi register inisebagaihutanproduksitetap dan 3.020 ha sebagai hutan produksi konversi.

Penduduk desa-desa Kecamatan Ketibung datang mulai tahun1950-an, kebanyakan dariJawa. Pada awalnyasebagianpenduduk membukahutanuntuk berladang, berkebun, dan bermukim melalui izinKepala NegeriKalianda tahun 1950-an, dan izin tumpang sari Dinas Kehutanan tahun1960-70an. Pada tahun-tahun berikutnya, daerah ini semakin terusberkembang dan desa-desanya kemudian ditetapkan sebagai desa-desadefInitif.

DiKecamatanKetibungterdapat 14desayang dalam TGHK 1991dinyatakan termasuk dalam kawasan Register35 hutan produksiyang dapatdikonversi. Mengetahui hal ini, tahun 1992 para kepala desa mengirimkansurat kepadaKantor WilayahKehutanandan Gubemuragarwilayahhutandi-14 desa ini dapat dikonversi menjadi lahan garapan penduduk (Lampost24/4/92). .

Tahun 1992-1993 PT DHL dan PT Respati Manis, yang telahmendapat persetujuan penanaman HTI dari Menteri Kehutanan, mulaimelaksanakan kegiatan persiapanberupa pengukuran, pemancangan batas,dan pemberitahuan rencana proyek HTI kepada penduduk. Kegiatan­kegiatan ini tentu saja membuat warga setempat resah. Dalam pertemuanantara penduduk, perusahaan, dan camat pada pertengahahJanuari 1993,warga secara tegas menyatakan keberatan (Lampast 1/2/1993). Sampaisekarang ini belum begitu jelas bagimana kelanjutan dari tuntutan warga.Ketibungini. Jika tuntutan itu tidakdipenuhi, danHTItetap dikembangkandipastikan konflikpelikyang akan te~adi.

Branti

Kawasan hutan Register43 TitiBungur ilseluas 8.200 ha, Register48 Brantiseluas 1.168 ha dan Register 18 Titi Bungur l seluas 4.480 ha, pertama kaliditetapkan sebagai kawasan hutan oleh pemerintah penjajahan Belandamasing-masing melalui Besluit No 647 tanggal10 Oktober 1938, No.418tanggal21 Mei 1940, danNo. 307 tanggal31 Maret 1941. Dalam penetapanTGHK 1991, Register 43 ditetapkan menjadi hutan produksi konversi dan

Lampiran 78

Page 94: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

"""" Bat.. ROllIstt'

+-+-1-+ Jalan Kereta

~ Jalan

~ Sungal

REGISTER 18 DAN 48

~1

2.5

luasnya bertambah menjadi 10.470 ha, seluruh Register48 sebagai hutanproduksi konversi, Register 18 seluas 1.945 ha hutan produksi tetap, dan2.335 ha hutanproduksi konversi.

Sejak tahun 195D-an penduduk yang datangmelalui programtransmigrasi umumdanspontan memperoleh izindaripemerintahsetempatuntuk membuka lahan, bermukim, dan berladang. Daerah ini terusberkembangdan menjadi desa-desa yang sangat maju. Satu-satunya bandarudara di Lampung, yaitu BandaraRaden Intan II!Branti, berada didaerah1Ill.

Masalah muncul ketika bulanJanuari 1995, Koperasi PegawaiNegeri (KPN) Rimba BhaktiKehutanan, yang beranggotakan pegawai­pegawai Kantor Wilayah DepartemenKehutanan Tk.IPropinsi Lampung,akan membangun kompleks perumahan seluas 55 ha bagi pegawainya dilokasi ladang dan permukiman penduduk Desa Handuyang, Branti Raya,dan Negara Saka. Rencana tersebut memperoleh persetujuan Gubernurmelalui SK No. 640/1228/07/1992 yang mencadangkan lahan di Bukit

79

Page 95: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Negara Saka seluas 35 ha untuk perumahan karyawan DepanemenKehutanan dan untuk 100 ha untuk hutan kota. Penduduk yang adadinyatakan mendiami kawasanhutanproduksi Register 48, karenanyahanyaakan mendapat ganti rugi atau santunan sebesar Rp 100 per meter.

Penolakan warga terhadap rencana penggusuran ini dilakukanmelaluibeberapa cara. Pengaduan tertulis disampaikan kepada Gubemurmelalui surat tenanggal20 Februari 1995. Tanggal7Juni 1995, wakil warga(Aritonang, Ujang, Ayub, dan Nangcik) mengadukan dan menyampaikankeberatankeDPRDTk.1Lampung. MerekaditerimaKomisiAyangdiketuaiM. Purbani (Lampost 8/6/95). Hasilnya, padapenengahan bulanJuni 1995kegiatanpenyiapan lahanpembangunan perumahandihentikan,danperalatanberat sepeni buldozer ditarik dari lokasi. Sejak itu pula, sekitar 55 ha lahanyangdipersengketakan menjadi terbengkalai. PadabulanAprill996, kembalibeberapaorang wakil warga mendatangi Komisi ADPRD Tk.1Lampung.Kali ini tuntutannya adalah agar status 55 ha lahandipe*las, dikembalikanlagikepada warga atau diberi ganti rugi yangwajaryaituRp. 1.000-Rp.3.oooper meter (Lampost 11/4/96). Menanggapi pengaduan ini, anggotaKomisiADPRD Tk.ILampungEdiSutrisno danIndraPAbe~anji akan mempelajaridan menindaklanjutinya. Sampai tahap ini belum ada penyelesian yangkonkrit .

Pada Agustus 1996 kembali muncul masalah. Sedikitnya 170 KKwarga Desa Branti Raya telah mengeluarkan biaya Rp 150 ribu untukmemperoleh senifikat melalui program pemberiansenifIkat massalPronayang dilaksanakan PemdaLampung Selatan. Temyata menurut KanwilKehutananLampung, melalui surat KepalaKanwil No.1085/KWL-6/1995,sebagianarealpendudukœrsebut (sedikitnya48 KK) beradadi dalam kawasanhutan produksi Register 18 dan 48 yang jika ingin dimiliki oleh pendudukharus mendapat izin konversi dariMenteri Kehutanan. Tanp!l izinMenteriKehutanan maka lahan-Iahan tersebut tidak dapat disenifIkatkan (Lampost30/8/96). Masalah ini kemudian juga menggantung.

Tanjung Bintang dan NatarKawasanhutanRegister 40 GedungWani diœtapkan sebagai kawasanhutanseluas 30.000 ha Oleh pemerintah penjajahanBelanda melalui Besluit No.327 tanggal12Juni 1937, dan tambahan seluas 2.200 ha melalui Besluit No.

Lampiran 80

Page 96: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

364 tanggal :l Januari 1938. Melalui TGHK 1991, Menteri Kehutananmenetapkan areal seluas 26.100 ha sebagai hutan produksi tetap dan 10.785hasebagai hutanproduksi konversi. Luasnya bertarnbahsebanyak 4.685 ha.

Register40 GedungWani bersambungandengan Register 37WayKibangseluas 22.000 hayang ditetapkanpemerintah Belanda melaluiBesluitNo. 311 tanggal31 Maret 1941. DalamTGHK 1991 Register37WayKibangdibagi menjadi 14.803 hutan produksi tetap dan 7.297 ha hutan produksikonversi.

Penduduk desa-desa Kecamatan Tanjung Bintang dan Natarawalnya membukadaerah inipadatahun 19(JO·an, ketikamendapat izinuntukmembuka hutan dan menggarap lahan dari Dinas Kehutanan. Tahun 1970,PT LPF (LampungPelletzingFaetory), PTHerma, PT Mitsugoro, dan PTJadico mendapat izin untuk menanam palawija Gagung, sorgum, singkon~

. di kawasan ini. Tahun 1991, lahan seluas 1.500 ha bekas PT LPF ditanamisengon oleh Dinas Kehutanan.

Tahun 1996, Menteri Kehutanan melalui SK No.338/Kpts-II!1996 memberikan izin hutan tanaman industri (HTI) kepada PT DharmaHutan Lestari (perusahaan patunganPT Inhutani Vdan PT LPF) seluas41110 ha. Sejakitu, dimulailah pengusiran-pengusiranpendudukdari lahangarapannyai ladang palawija penduduk digusur dengan traktor milikperusahaan, penduduk yang bertahan ditangkapi, bahkan penduduk yangtengah menggembalakan ternak juga ditangkap dan temaknya dirampas.Lahan kemudian ditanami pohon gmelina, sengon, dan laII).toro gung.Penduduk tidak bisa berbuat banyak karena perusahaan di-backing olehtentara.

Perlawanan nyata barn dilakukan penduduk setelah reformasipolitik bergulirJuni 1998. Pada tanggal30Juli 1997,puluhan wargadariDesa Sidoarjo,Karanganyar, Margajaya, SinarRejeki (KecamatanTanjungBintan~, dan Sukadamai (Kecamatan Natar) mendatangi Kantor KanwilKehutananuntukmengadukanberbagaimasalahyangmerekaalamiberkaitan

. dengan kegiatanPTDharmaHutan LestaripengelolaHTIdi kawasan hutanproduksi Register 40. Kepada Kepala Kanwil Ir. Adjat Sudrajat, wargamengadukan penggusuran lahan dan ancaman (intimidasi) yang dilakukanpihak perusahaan dan aparat keamanan. Warga menuntut lahan HTIdiserahkan kembalikepada mereka (Lampas! 1/8/98).

81

Page 97: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 37 DAN 40

JABUNG

~- ..........

........--"~..:.15, Km

SUMATERA SElAT~_

J "/ '.J

-'-~J'

"_.._............... _0'-"Legenda: .. - ........

_ Perkampungan....,...,. Bita. Regl.te,

_''toi' SaLu Kecamatan

BALu Kabu~len

-=-( Jilin..,.Le Sung.1

Dalam penemuan itu, Kepala Kanwil mengusulkan agar wargabekerjasama dengan pihakperusahaan dengan sistem tumpangsari. Usulaniniditolakwargakarena pengalaman·penga1amanburuksebelumnya.Tanggal26 Nopember 1997, warga sudah mengadukan masalah ini kepada KanwilKehutanan, ketika itu Kepala Kanwil dijabat Ir Eko Wardoyo. Dicapaikesepakatan warga diajak mengelola lahan HI1 melalui sistem turnpangsari,tetapi kenyataannya setelah itu pihak perusahaan malah melakukan 'penggusuran tanamansingkongpenduduk. Beberapa orangpendudukDesaSukadamai dipungut biaya masing-masing Rp 95 ribu per hektare untuk

Lampiran 82

Page 98: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

diperboIehkan melakukan tumpangsari. Penduduk yang masih berupayamemanfaatkan Iahan, mendapat ancaman dan tekanan dari oknum ABRIbahkan mereka dicap sebagai PKI. Masalah Iain yang kemudian muncuiadalah tanaman HTI yangsemakin Iebat digunakan oleh para peneuri sapiuntukbersembunyi.

Mendengarpenjelasan warga, KepalaKanwilKehutanan berjanjiakan menindak perusahaan yang tidak menjalankan tumpangsari. la jugaberjanji akan melanjutkan tuntutan warga kepada Gubemur danMenteriKehutanandanPerkebunan. Iameminta wargamembuatskema (peta) yangjelas atas Iuasan Iahan yang mereka tuntut. .

Tanggal26-27 Agustus 1998 warga ikut dalam demonstrasi besar­besaran, bersama ribuanwarga dari daerah Iain, di kantor Gubemur. Kasusmereka juga masuk dalam pembahasan Tim 13 yang dibentuk setelahdemonstrasi itu.

Setelah menunggu dan tidak jugaada realisasi dari tuntutanwarga,pada tanggal14-17 September 1998 sekitar 4.500 warga membabati tanamandan memasang patokdi arealiahanHTI PT DHL (Lampost 15-18/9/98).Warga, sebagian dengan membawa keluarganya, mendirikan·tenda-tendauntuk menginap di jalan menuju basecamp PT DHLdi Tanjung Bintang.Orang-orang ini adalah warga dari 12 desa di Kecamatan TanjungBintang(Desa-desa Srirejeki, Karanganyar, Sidoarjo, RejomuIyo, SumberJaya),Kecamatan Natar (Desa-desa Sukadamai, Bangun Rejo, PancasiIa),KecamatanSekampung (Desa-desaMargaJaya, Metrokibang, Karyamukti,Sidomukti) dan Kecamatan Sukadana (Desa Tri Sinar). Tuntutan wargaadalah pengembalian 3.000 ha Iahan garapan penduduk -sebagian sudahdigusur danditanamai sengon, gmelina, dan Iamtoro-dan pencabutan SKMenteriKehutanan yang memberikan HPHTIkepadaPTDHL atas Iahan­Iahan pemukiman penduduk. Tuntutan Iain adalah agar pemerintahmenetapkan desa-desayangtermasuk dalam areal konsesiPT DHLsebagaidesa deftnitif.

Perundinganselanjutnyadilakukanantarawakilwargadidampingiaktivis DRL (Dewan Rakyat Lampung) dengan Pemerintah (pemda,Kehutanan) dalamforum Tim 13. Dicapaikesepakatansementarayaitu wargadapat mengeIoia 1.500 ha Iahan, 300 ha di Iahan cadangan pangan bekasareal tanarnaniamtoro gungyangakan dipanenperusahaan,1.2oo haIainnya

83

Page 99: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

menunggupersetujuan Menteri (Lampost21/9/98). Tetapidalampelaksanaanberikutnya, dalam satuminggusaja lahan yang dibabati dan diduduki wargamencapailebihdari700 ha fJ.-ampost25/9/98). Warga tetap padatuntutannya,sehinggaTim 13 pada awal bulanJanuari 1999 menyepakati tuntutanwarga.

Gunung Agung, JabungKasus Iainmenyangkut kawasanhutanRegister40 GedungWani juga teIjadidi Desa Gunung Agung, KecamatanJabung, Lampung Tengah. PendudukDesa Gunung Agung be~umlah sekitar 750 KK, kebanyakan transmigrandariJawa Timuryang datang tahun 1963-1964. Desa ini ditetapkan sebagaidesa definitif tahun 1975 dengan luas wilayah 1.500 ha meliputi 510 ha,pemukiman danpekarangan, 612 kebun dan ladang, dan selebihnya rawa.

Masalah mulai muncul tahun 1990 ketika penduduk mendapatberita bahwawilayah desamerekaclinyatakantennasukdalam kawasanhutanproduksiRegister 40 GedungWani dan akan ditanami tanaman RTl olehinvestorswasta. Mereka cliharuskan meninggalkanlahandesa dan mengikutiprograrntranslok.

Menanggapi hal ini, secara resmi warga Gunung AgungmengirimkansuratNo. 010/SP/GA!IIl91 tertanggal8 Pebruari 1991 kepadaPemerintah Daerah Th. l dan Tk. II serta instansi kehutanan pusat dandaerah, yang meminta agar 2\JJJ ha lahan kawasanhutanyang sudah merekatempati dapat clikonversisehingga merekadapat tetap memilikinya (Lampast16/7/92). Permintaan warga mendapat tanggapan cukup positif dariPemerintahDaerah, PemdaLampungTengah, BadanPertanahan, danDinas

.Kehutananyangmenyepakatiusulanperubahan baraskawasan hutan denganmengeluarkan 768,5 ha lahan di Desa Gunung Agung. Oleh GubernurPoedjonoPranyotousulan icikemuclian diajukankepadaMenteriKehutanan,yang ternyata tidakmenyetujuinya.

Tahun 1995, PT BumiArthaPerkasa (BAP) memperolehizindariMenteri Kehutanan Djamaloedin Suryohadikusumo melalui SK NoJO/Menhut-IV/1995 tanggal6Januari 1995 untuk menanam tanamanHTIdiRegister40 GedungWani. Lokasiyangakan clikelolaperusahaan ici tennasuklahanDesa GunungAgung. Setelahgaga!mengupayakanpenolakandi tingkatdesa, pada bulanNopember 1995 beberapa wakilwarga mendatangi DPRDTh. l Lampunguntuk mengadukan masalah ici. Rasilnya, untuk sementara

Lampiran 84

Page 100: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

SUMATERA SELATAN

l 'l ,

J

REGISTER 37 DAN 40

Kiba~

BATANGHARITrlmureJo

.._.._........

Legenda: ........ - ........-_ Perkampungan

""""" Batas Reglster

_.,,' Satas KKamatan

Batas Kabup.llenJalln

Sungal

lahan warga tidak diganggu (Lampost 10/11/95).Akan tetapi pada tahun 1996 kembali terjadi bentrokan antara

warga danPT BAP, karenaperusahaan ini membangun basecampdi tengahperkampunganpendudukdan akanmengambillahanyangdigarappenduduk.Tentusajawarga Gunung Agung menolakdan meminta perusahaan untukmengelola lahan-Iahan Iain yang belum digarap penduduk. Bentrokan fisikbarn mereda setelah pejabat pemerintah'daerah dan Dinas Kehutananmenenangkan warga. Pada awal bulan April 1998 lima warga setempat,Indrajit, Komariyanto, Yuswanto, Suyatno, dan Widodo mendatangi DPRRUakarta untuk mengadukan masalah ini (Lampost 18/4/98). Sejauh iniupaya penyelesaian yang diinginkan warga tampaknya belum juga bisaterwujud.

~....:..o:.........-:o15Km

JABUNG

~- ...... ....

85

Page 101: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Transpolri, SukadanaKonflik menyangk.ut kawasan hutan Register 40 GedungWani terjadi puladi daerah Transpolri Sukadana, Lampung Tengah. Daerah ini mulaiberkembangsejak tahun 1972, tatkala sekitar500 KK pensiunan polisi dariJawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,Jakarta, Sumatera Selatan, dan IrianJayaditempatkandiDesaSukarajaTigadanJayanegara,Kecamatan Sukadanamelalui programTransmigrasi Polri. Melalui SKNo.418/I.Agr/1972 KepalaNegeri Sukadana menyerahkan lahan seluas 1800 ha kepada pesertatransmigrasi; setiap KK memperoleh 2ha lahan. Warga selanjutnyamelakukan pengurusan sertifikat tanah, dan sampai tahun 1990 telahdiselesaikan sertifikat atas 224 ha lahan.

Permasalahan muncul ketika pada tahun 1990Dînas Kehutananmengklaim bahwa seluas 1.514 ha dari 1.800 ha areal Transpolri itu beradadi dalam kawasan hutan produksi Register 37 Way Kibang dan Register 40Gedung Wani (Lampost 14/5/93). Akibatnya,lahan seluas 833 ha yangdidaftarkanuntuk memperolehsertifIkatdinyatakantidakdapatmemperolehsertifikat. Malahan pihak kehutanan kemudian datang melakukanpengukuran dan pemasangan patok batas kawasan hutan pada lahan-Iahanwarga TraI?Spolri. PT Inhutani V, yang mendapatkan hak pengelolaankawasan hutan di sekitar tempat itu kemudian juga telah mulai mentraktorlahansebagian warga.

WargaTranspolri tidakdapat menerimaperlakuan-perlakuan ini.Sepanjang tahun 1990 hingga 1993 baik secara langsung maupun melaluisurat, mereka menuntut pengembalian lahan atau ganti rugi kepada Bupati,Gubernur, DepartemenKehutanan, DPRdaerah danpusat, dan Kepolisiandaerahdan pusat. Selain itu pada tahun-tahun 1982,1992, dan terakhir2Pebruari 1993 utusanwarga jugamendatangimarkasbesarPolriJakartauntukmenyampaikanpengaduan. Karena pengaduantidakjugaditanggapi denganserius, pada bulanMei 1993 sebanyak 175wargamelalui kuasahukum Parist&Associates,Jakartamengajukan gugatan terhadap Kapolridengan tuntutanganti rugi sebesar Rp 1,75 milyarj setiap KK sebesar Rp 10 juta (Lampost26/5/93). .

Menghadapi gugatan ini pihak Pemda dan Kehutanan terpaksamelakukan pengukuran ulangpada bulanJuni 1993. Konflik kelilUdianmereda ketika dari hasil pengukuran ulang hanya lahan-Iahan perladangan

Lempiren '86

Page 102: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER8SUPNlTERA SELATAN

IŒC.SUKADANA

Legenda:• P.rk.mpungan

......", Batas Reglster

-'. _.' Salas KeCllm.tan

---......~ Jolan

~sungol

01234SKm

IŒC.PURBOUNGGO

,-J

. . . !i

• jlumlnabung \

utar. ~

.1IŒC.RUMBIA ('.•• j

IŒC. SEPUTIH MATARAM

S~:

Peta TGHK Lampung. 1990. Skal. f : 250 000Peta Kecamatan Rurnbi.!, SJutIa 1: 130 000Peta Rupa Bumi Lampung. 1978. Skafa 1 .' 200 000

milik 15KK wargayangdinyatakan berada di dalam kawasanhutan. Kepada15 KK ini pun kemudian diberi Iahan pengganti (Lampost 16/6/92).

RumbiaKawasan hutan Register 8Rumbia seluas 47.920 ha ditetapkan sebagaikawasanhutan oleh pemerintahpenjajahanBelandamelalui Besluit No 307,tanggal31 Maret 1941. Dalam TGHK 1991, areal ini ditetapkansebagaihutanproduksi konversi dan Iuasnya berkurang menjadi 29.403 ha.

Pada tahun 1974Dinas Kehutanan memberikan izinHPHKulturmelalui SK No.OO8/PH/74 kepada PTWilangaSari atas 8.685 ha kawasanhutandiRegister 8. Izin tersebut kemudiandicabutDinasKehutanan melaluiSK No. 35/3/1990, alasannya karena PT WS tidak dapat memenuhikewajibanuntuk melaksanakanreboisasi.

87

Page 103: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER47SUMATERA SELATAN

u

110 1&Km

Legend. :

• • IIerkampung.n

Bata. Itroplnsl

-..." ..... Regi""

S""VOI

Jllan

LAUTJAWA

5umb<or:Pw/a TGHK~, '990, SJeaIa'. 250000Pela ,m,SaI' Topografi, 5JcaJa 1 : 250000 JANTOP. TM·AD 1985/ 198ii.Pw/a R_ SumHMnpurlg, 'PTS Skalo , : 200000

Pada tahun 1993, Gubernur menetapkan desa-desa BinaKaryaIII, N, dan Vsebagai desadefinitif, dengan wilayah Desa Bina Karya Vyang mencakupsekitar 150ha areal eks HPHkulturPTWS. Sebanyak70penduduk Desa Bina Karya Vmengusahakan lahan 150 ha tersebut ataspersetujuan kepala desa.

Tahun 1995, pihakPT WS dan Camat Rumbia meminta wargasegera membongkargubuk-gubuk dan menghentikan penggarapan di arealeks PT WS. Alasannya areal tersebut masih menjadi milik PT WS yangtengah mengurus perpanjangan izin dan telah memperoleh rekomendasiBupati, Gubernur, dan Kanwil Kehutanan, meskipun secara resmipermohonan izin belum dikabulkan (Lampost 10/1/95). Dalam proses

Lampiran 88

Page 104: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

selanjutnyapenduduk menolakmeninggalkan!ahangarapandan memboikotupaya-tipayapenyelesaian yang diprakarsai oleh pemerintahsetempat, yangdinilai lebihberpihak kepada PT WS.

Mataram UdikRegister 47 Way Terusan pertamakali ditetapkan sebagai kawasan hutanseluas 84.00J ha oleh pemeriIitahpenjajahan Belandamelalui Besluit No.249 tanggal12 April 1940. Kemudian melalui TGHK 1991, luas kawasanini bertambah 21.COO ha menjadi 105.00 ha.

Tahun 1960-7Oan bagian kawasan hutan -yangsekarang menjadi.DesaMatararnUdik, Kecamatan SeputihSurabaya, LampungTengah-mulaidibuka oleh penduduk asli Lampung dari daerah sekitarnya dan olehtransmigran spontan dariJawa. Ketika itu daerah inimasih berupa hutanbelantaradan sekarangsudah berupasawah, ladang, dan pemukiman .

Masalah mulai muncul pada tahun 1996, ketika melalui SK No.974/MenHut-VII/1996 tanggal18 Juli 1996, Menteri Kehutananmemberikan izinkonversikawasanhutanseluas 17.500hauntukperkebunantebu pola PIR (dengan plasma seluas 10.000 ha dan inti 7.500 ha) kepadaPT Indo LampungBuanaMakmur (ILB), salahsatu anakperusahaan milikkonglomerat LiemSioe Liong.

Areal pencadangan tersebut ternyata memasukkansekitar 1.500ha lahan milik 900 KK warga Desa Mataram Udik, Kecamatan SeputihMataramyangdinyatakan berada di dalam kawasan hutanproduksi Register47 Way Terusan. Sejak itu berulangkalipihak pemerintah daerah melaluipemerintah kecamatan memerintahkan warga Mataram Udik untukmeninggalkan pemukiman dan lahanpertanian mereka. Warga tentu sajamenolak. Berkali-kaliutusanwargamendatangi.pejabat pemerintahkabupatenuntuk menyatakan penolakan, tetapi tidak ada tanggapan yangmenggembirakanwarga. Perusahaan terus saja melaksanakan penanamantebu.

Karenahasil dialog-dialog dengan pemerintahdaerah dinilai lebihmemihak perusahaan, mulai akhir tahun 1997sebanyakwarga memberikankuasa hukum kepadapengacara La Oda Arifm dariJakarta (Lampost 1/6198) untuk memperjuangkan tuntutan warga, termasuk mempersiapkangugatan hukum terhadap pemerintah.

89

Page 105: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Melihat tidak adanya tanda-tanda bahwa tuntutan wargadiperhatikan, tanggallO-12 Nopember 1998 warga Mataram UdikdanMataramIlirmenduduki lahan perkebunan tebu PT ILB. Selamadua hariratusan warga dua desa memasang patok kayu dan bambu untukmenunjukkan klaim atas 2.500 ha tanah adat mereka, mendirikantendadandapur umum untuk menginap, dan membabati tanaman tebu milikperusahaan. Pihak perusahaan membiarkan tindakan warga itu dan tidakmengambil tindakan apa-apa. Warga dengan demikian merasa bahwaperusahaan tidak menolak tuntutan warga atau dengan kata Iain tuntutanwarga disetujui (Lampost 14/11/98). Selanjutnyawarga merencanakan akankembali membuka ladangdi lahan tersebut, sepertiketikasebelumditanamitebu.

TeladasIzin mengkonversi lahan Register 47 Way Terusan seluas 17.400 ha jugadiberikan Menteri Kehutanan kepada PT CentralPertiwi Bratasena (CPB)milik grup konglomerat Gajah Tunggal. Mulai tahun 1994 PT CPBmelakukan pembangunan tambak udang polaplasma inti seluas 23.000 hadipantai timurLampung.

Di areal tersebut sudah bermukim sekitar 4.000 KK pendudukSungai Burung-Teladas, kebanyakan sudah lama bermukimdan mengelolatambakudang tradisional. Masalah ganti rugi kemudian menjadipembahasanpelikdan berlarut, karenaperusahaan hanya bersedia menggantisebesar Rp(:fJJ ribu sampaiRp 1jutaperhektarsementarawargamenuntut penggantiansebesar Rp 5juta sampai Rp 12 juta per hektar.

Warga dan perusahaan tidak sepakat mengenai nilai ganti rugi.Pembahasan lanjutan kemudian difasilitasi oleh Pemda Lampung Utara.Dialog pertama 10 Desember 1994 dilakukan di kantor Pemda LampungUtara diKotabumi, 30 orangwakil warga SungaiBurungdan SungaiBayan,DesaTeladas dengan jurubicara H. Asgar berhadapandengan pejabat tinggiPemda Lampung Utara dan PT CPB. Tidakdicapai kesepakatan dalamdialog ini. Warga tetap pada tuntutannya, sementara Pemda dan PT CPBjuga tetap denganpendiriannya. Lima hari berikutnya, tanggal15 Desember1994sebanyak79 warga SungaiBurungdanSungaiBayan mendatangi gedungDPRD Th.! di Bandar Lampung mengajukan tuntutan ganti rugi seperti

Lampiran 90

Page 106: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

yang mereka usulkan yaitu Rp 5juraperhekrar (Lampast 16/12/94).Tanggal4 Mei 1995, sebanyak 12 wakil warga Sungai Burung,

Teladas mendarangi DPR dan Komnas HAM di Jakarra, mengulangkedatangan bulansebelumnyadengan tuntutan yangsama. Selain itu, wargamemohonperlindungan hukumkarena merasa rerancam oleh oleh oknumaparar keamanan (Lampost 5/5/95). Gubernur Poedjono Pranyoro, KeruaDPRD Lampung Soendoro Broroarmodjo, dan Komandan Korem 043Gararn Kol. Inf. SN Suwisma menganggap pengaduan warga ini mengada­ada dan ada unsur rekayasa, serra menyarakan dukungan bagi pelaksanaanproyek rambak udarrg CPB (Lampast 5,6/5/95).

Untuk mendukungpembangunan rarnbak udangPT CPB mulaibulan Mei iru pula Kanwil Kehuranan dan Korem 043 Gararn melakukanOperasiBhakri ABRI berupa penanaman sejurapohon bakau di jalurhijaucalon lokasi tarnbak CPB. Pada ranggal8 Mei 1995, secara simbolis MenteriKehutanan menyerahkan bibir bakau kepada Wakil Gubemur OemarsonoyangkemudianmenyerahkannyakepadaDirekturCPB, TWSendra lf..ampost10/5/95).

Pada masa-masa berikurnya masalah-masalah lahan anrarapenduduk dan PT CPB semakin ridak rerdengar. Proyek seperrinya bisabe~'alan dengan lancar, areallahan yang semula dihuni ribuan penduduk .berhasildikosongkandan dibebaskan. Sekarang inisudah ribuan ha rambakmodem berproduksi. Hal ini tidak rerlepas dari berbagai bentuk dukunganuntuk PT CPB dariPemerinrahDaerah, ABRI, danDPR.

Bakung, MenggalaSe1ain kepada PT ILB di Seputih Mararam, LampungTengah, MenteriKehuranan sebelurnnya juga relah memberikan izin mengkonversi 10.362ha kawasan huran Regisrer 47 Way Terusan di Bakung, Menggala unrukpekebunan rebu PTSweer Indo Lampung (SIL). Sepertihalnya PT ILB, PTSIL juga anak perusahaan milik grup konglomerar Liem Sioe Liong.

Daerah Menggala merupakan wilayah penduduk asli Lampung,seringdisebur Lampung Menggala. Menurur sejarah, pada abad VU daerahini sudah dimukimi penduduk asli dengan Menggala sebagai koraperdagangan penting. Pada masa-masa berikurnya daerah Menggala rerusberkembang. PendudukdariJawadandaerahsekitarnyaberdatangan melaluirransmigran umum, lokal, dansponran.

91

Page 107: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Bersamaandengan mulainya pembangunan perkebunan, masalahtanah muncul di Bakung. Menurut persekutuan adat Megou Pak TulangBawang llir, seluas 63.422 ha tanah milik. anggotapersekutuan adat diklaimsebagai bagian dari kawasan hutan produksi Register 47 Way Terusan dankemudiandicadangkan sebagai areal perkebunan tebu PT ILP dan PT SIL.Karena lahan tersebut dianggap berada di dalam kawasan hutan maka .penduduksetempat tidak memperoleh ganti rugi atas tanah, tetapi hanyamendapatganti rugi atas.tanamturnbuhyangnilainyadiœntukanpemerintahdan perusahaan dengan hargayang rendah.

Melaluisurat œrtariggal18 Agustus 1991 warga mengajukanproteskepada Gubemurdan instansiœrkait Iain. Wargamengirim delegasiuntukmenemui Kepala Kanwil BadanPertanahan, Kepala Kanwil Kehutanan,dan Bupati Lampung Utara untuk mempertanyakan masalah ini (Lampost27/8/91). Tidak ada hasil konkrit yang menggembirakan warga.Penggusuran lahan penduduk yang dilanjutkan penanaman tebu olehperusahaan tetap terus berlangsung.

Namun demikian upaya perlawananterus dilakukan penduduk.Pada bulan Desember 1993, sebanyak 53 KK pemilik 500 ha lahan di DesaUjung Gunung Ilir melalui kuasa hukum LBH Dharmà Karya BandarLampungmengirimkansuratNo. 424/LBH-DKY!LPG/XII/1993 kepadaPresidenRI mengadukan penyerobotan 480 ha lahan penduduk oleh PTSIL (Lampost 27/12/93). Pada bulan yangSarna, 70KKwarga Desa BakungUdik juga mengirimkan surat kepada Menko Polkam mengadukan

. penyerobotan 1.100ha lahan mereka (Lampost 28/12/93).Sejak bulan April 1995, kasus ini I)1ulai mendapat perhatian

anggota Komnas HAM Albert Hasibuan dan Soegiri. Hasilnya adalahdibentukTim Wasdal (pengawasandanpengendalian) yang akan melakukanproses-proses dialoguntuk mencari penyelesaian (Lampost, 3/5/95).

Bulan Oktober 1995 penduduk BakungUdikkembali melakukanprotes kepadapemerintahdaerahkabupaœn, karenaperusahaanmenggusurlahanpemakamandesayangberisi72 makam. Proteswargakali inidipenuhi,pemerintahdaerah menurunkan tim yangmemintaperusahaan menguburkembali kerangkayangsudah digusur (Lampost 14/10/95).

Perlawanan fIsik mulai dilakukan penduduk pada Agustus 1996.Ratusan warga Desa Bakung Ilir memasang 200 patok bertuliskan nama

Lempiren 92

Page 108: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

masing-masingpemilikdi aras 1.600hakebun tebu PTSlL, karenaperusahaantidak membayarganti rugi aras lahan-Iahan tersebutyangdinyatakan beradadi dalam kawasan hutan produksi Register 47 Way Terusan dan penduduktidak dapat menunjukkan buktipemilikan (Lampost4/9/96).

Lemahnya bukti-bukti pemilikan, membuat warga tidak dapatmelanjutkan pengajuan gugatanhukumdi pengadilan. Warga tampaknyapasrah kehilangan tanah tanpa ganti rugi, atau hanya menerima ganti rugiatas tanaman dalam jumlah kecil. Keputusan positifyang diperoleh wargaadalahdisepakatinya arealpermukiman-permukimanpendudukdesa (BakungUdik, Bakung nir, Ujung Gunung nir, Menggala, Lengai, Kibang) untukdijadikan enklaf-enklafyangdikelilingi ribuan hektarpekebunan tebu.

Karya Agung, Blambangan Umpu

Kawasan hutan produksi tetap Register 42 Rebang seluas 13.510 ha padaawalnya ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh pemerintah penjajahanBelanda melaluiBesluit No. 645 tanggal10 Oktober 1938.

Penduduk Desa Karya Agung, Kecamatan Blambangan Umpuadalah peserta translok 1982-1984~ kawasan-kawasan hutan lindung diLampungSelatan. Desayangberpenduduk 300KK inikemudian ditetapkansebagai desa definitif dengan luas 1.000 ha melalui SK Gubernur G291/B.IIIIHKl1987.

Dari 1.000 ha lahan desa ini, ternyata seluas 623 ha berada didalam kawasan Register 42 Rebang. Aras pennohonan pihaktransmigrasi.dan pemerintah daerah, Menteri Kehutanan melalui SKNo. 2271Kpts-ITI1991 menyetujuipelepasan 623 ha kawasan hutan Register 42 untuk wargaDesa Karya Agung.

Masalah muncul ketikaMenteriKehutananmengeluarkanSKbarnyaitu SK No.464/Kpts-II/1993 yang membatalkan SKNo. 227/Kpts~ITI1991. SK baru ini memutuskan pengurangan areal kawasan hutan yangdilepaskanuntukpendudukKarya Agung dari 623 ha menjadi hanya 167hasaja. Arealyang tidak jadidilepaskan itu kemudian ditanamisengon, albisia,dan akasiaolehPTInhutani V(Lampost 4/2/95)

Wargakemudian menyampaikan penolakan pengurangan lahandesa mereka, di antaranya melalui surat No. 188/KA/ XI/1994 kepadaBupati LampungUtara, dan mendatangi kantor Pemdadan DPRDn. II

93

Page 109: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

LampungUtarapada awalPebruari 1995. Padatanggall0Mei 1995 kembalienam wakil warga dipimpin kepala desamendatangi pemerintah daerahLampungUtara untuk mempertanyakan tuntutan mereka (Lampost 11/5/95). Penduduk beberapa kali pula melayangkan surat kepada Bupati danGubemur, tetapi belum jugaada tanggapan seperti yang diharapkan.

Giham, Blambangan UmpuKawasan hutan Giham-Tahmi dalam TGHK 1991 ditetapkan seluas 42.655ha; 12.665 ha sebagai hutan produksi tetap dan 10.000 ha sebagai hutanproduksi konversi. Kawasan hutan ini bukan merupakan kawasan hutanyangdiawalidenganpenetapan olehpemerintahkolonialBelanda. Penetapansebagai kawasanhutan dimulaidengan SK DirekurJenderal KehutananNo.34/Kpts/Uml74 tanggal29Januari 1974, yang berisi pemberian izin HakPengusahaan HutankepadaPT GreatAndalas Timber (GAT). BekasarealHPHGAT inilah yang kemudian melalui TGHK 1991 ditetapkansebagaikawasan hutan Giham-Tahmi.

Seluas 20 ribu ha dari areal HPH PT GATsemula adalah tanahadat MargaBuayPemukaPangeranUdik. Padatahun 1962, melalui melaluiSK Dewan Rakyat Negeri Umpu Besai No. 1/DPRN/1962 diserahkankepada Djawatan Transmigrasiuntuk dijadikan permukiman transmigrasi.Surat itudisahkan Residen Lampung dengan SKNo. 3/D/1963 tanggal24Januari 1964. Lahan yang diserahkan dibatasi oleh batas alam, yaitu sungaiWayGiharndan WayTahmi.

PT GAT melakukanpenebangandisini hingga tahun 1991,ketikasemuakegiatan HPHdi Lampungdihentikan. Areal bekas HPHPT GATtidak juga dibangun untuk lokasi transmigrasi. Penduduk pun mulaimenggarap!ahan, karenamerekamengira lahanitu akandikembalikan. Akantetapi nyatanya melalui SKMenteri Kehutanan No. 671/Menhut-N/1994tanggal24 Mei 1994 areal bekas HPH PT GAT diserahkan kepada PTInhutani Vuntuk pembangunan HTI (Hutan Tanaman Industri). Sejaksaat itu penduduk dilarang mengambil kayu atau menggarap lahan dandiharuskan meninggalkan Iahan garapannya. Penduduk yang bertahanditangkap dan diancam akan dimasukkan penjara. Te~adilah bentrokan·bentrokan antara pendudukdanpetugas InhutaniV.

Lampiran ' 94

Page 110: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

GIHAM . TAHMI

SUMATERA /SELATAN /

/1

i/\i

Legenda:•• • ~.rgmpung.n

~ R.tas fteglster-_.- aatas Proplns

~ Jala"

J=.....A.. Sunlilal1

Sumber :A>ta TGHK Lampung, 1990, Simla 1 : 250 000Peta Rupa Burrv l.Bmpung, 1978 Skafa 1 : 200 000

Kemarahan warga kemudian memuncakpada tanggal19 Agustus1998. Sebanyak 250 warga dari Desa Blambangan Umpu, Tanjung RajaGiham, dan Gunung Sangkaran datang dan berdemonstrasi di kantorGubernur. Warga menuntut agar 20 ribu tanah adat merka dikembalikan(Lampost20/8/98).

Limawakilwarga, Anwar, Syarifudin, Cahayalana,yoserizal, danJuanda diterima beberapa staf Pemda, Kanwil Kehutanan, dan DinasKehutanan. Warga menuntut Menteri Kehutanan mengembalikan Iahanseluas 20 ribu ha yang dikelola sebagaiareal HTIPTInhutani V. Menurutwarga Iahan tersebut semula merupakan tanah adat yangdiserahkan kepadapemerintah untukIokasi transmigrasi, tetapi kenyataanyaIokasi transmigrasidipindahkan ke Iokasi Iain, sementaraIahan tersebut diberikan kepada HPHPT Great Andalas Timber dan kini kepada PT InhutaniVuntuk proyekHTI.

lu1

95

Page 111: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Setelah diskusi yang alot, pertemuandiakhiri dengan pembuatansurat pemyataan warga berisi tuntutan kepada Menteri Kehutanan danPerkebunan agardalam waktuwaktu tiga bulan mengembalikan 20 ribuhaIahan kepada warga. Saat ini masih ditunggu bagaimana kelanjutan akhirkasusini.

Tulang Bawang Baru, SungkaiKawasan hutan produksi Register 46 Way Hanakau pertama ditetapkansebagai kawasan hutan seluas 20.195 ha pada masa pemerintahan Belandamelalui Besluit No. 249 tanggal12 April 1940. Sekitar separuh dari Iuaskawasan hutan ini merupakan konsesi hutan tanamanindustriPTInhutaniV. Sampai tahun 1995, sekitar 6.000 hasudahditanami tanamanHIl, sepertigmelina, mahoni dan akasia.

Konflik te~adi dengan 410 KK warga DesaTulang Bawang Barn,Kecamatan Sungkai Selatan. Sejak tahun 1995 atas izinpejabat pemerintahsetempat (kepala desa, camat) penduduk bermukim dan menggarap Iahan.Tahun 1997, PT Inhutani Vdan Pemerintah mengharuskan wargamengosongkan 850 ha Iahan pemukiman dan garapannya, karena Iahantersebut akan segeraditanami tanaman HTI olehInhutani V. Sebanyak 150KK bersediapindah jikadibiayai, sedangkan 310 KKtetap bertahan. Wargajugamenolaktawaran mengikutiprogram tumpang sari di IahanHIl.

PTInhutani Vdengan bantuan PemdadanKepolisian LampungUtara kemudan menahan dan memeriksa kepaladesa (Syah) dan tigawarga(Mul, Das, Sup), yangdiduga terlibat menerimauangdanmemasukkanwarga. .

ke dalamkawasanhutan Register46. Merekakemudianmengembalikanuangtersebut, Rp 50 ribu per KK, kepadapenduduk.

Juni 1997, melaluikuasahukumYoesronEffendi dariLBHAdilMakmur300warga menggugatKepala KanwilKehutanan danPTInhutaniVdi PTUN (pengadilan Tata Usaha Negara) BandarLampung. Tuntutanwarga adalah pembatalansuratKepala Kanwil Kehutanan No. 161/K.wI-6/1997, ganti rugi mori! Rp. 300 juta, dan ganti rugi materiil Rp 150 juta.Kalau nantinya Ialai melaksanakan putusan pengadilan, warga menuntuttergugat membayar uang paksa masing-masing Rp 2juta. Gugatan wargaterdaftardi PTUNtanggal5Juni 1997 (Lampost7/6/91).

Lampiran 96

Page 112: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

REGISTER 46

Legendl:

... l'erllllmpungin

,..; btas Reglster

~Jllin

~ Sung.1

Sumber:

Pela TGHK La"'f'!-"9. lP!IO. Skala 1 : 250.000Pela Rupa BlJI7lI Lamp""fl. lP78. Skala 1 : 200 000Peta Kecamatsn Sungkal Se/BtanPela Kecamalan SlXIfIkal Utam

SUMATERA SELATAN

Tanggal10 Desember 1997PTUNmenolak gugatanwargakarenamasalah status kepemilikan berada di luar kewenangan PTUN. Wargakemudian mengajukan bandingkePTUNMedan. Warga masih menunggubagaimana hasil banding tersebut. Sementara lahan berada dalam statusquo, sehinggaPT Inhutani Vtidak dapat melakukan kegiatan penanaman(Lampost 27/3/98)..

Pakuon Ratu

Selain dikelola oleh Inhutani V, sebagian areal Register 46 Way HanakaudikelolapulaolehPT Budi LampungSejahœra (BLS) milikgrup BumiWaras-

. 97

Page 113: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Sungai Budi, sebuah grup usaha Lampungyang terbesar. MenurutSKDirjenRRL Dephut No. 125/V-HTI/1992 dan diperkuat SK Menteri KehutananNo. 53/Kpts-II/1997, PT BLS diberi hak pengusahaan hutan tanamanindustri (HPHTn di areal hutan seluas ±9.600 ha. Sampai tahun 1997sekitar 7.000 ha sudah ditanami karet dan sengon. Sebelumnya areal inimerupakan konsesi HPHPT BGD yang berakhir tahun 1991. ,

Wilayah yang dicadangkan untukHTIPT BLS mencakup arealyang dikuasai penduduk setempat, yang luasnya ± 1.000 ha. Warga yangmenguasai lahan tersebut adalah wargadesa Tanjung Serupa (298 KK, 425,5ha), Serupa Indah(161 KK, 291 ha), Bakti Negara (90 KK, 212,5 ha), danSriMenanti (4KK, 10 ha). Mereka merupakanpesertaTransmigrasiSwakarsaMandiri (TSM) yang datang tahun 1994-1995, dan telah membayar biayaadministrasi kepada pemerintah desa setempat, yang selanjutnyamenempatkan merekadi areal itu. Pendudukmembuka ladangpadi, jagung,danpalawija (kacan~.

Sengketa muncul mengingat aparat desa dan warga menganggapareal tersebut merupakan lahan desa karena tercantum dalam peta batasdesa, lagi pula warga mempunyai surat hak pakai dari DepartemenTransmigrasi. Sementara itu PT BLS menganggap areal tersebut masukdalam kawasan hutan Register 46, dilihat dari patok batas Register 46 danpeta kawasan hutan. Berbagai upaya penyelesaian sengketa ini terusdiusahakan oleh pihak perusahaan dengan melibatkan DepartemenKehutanan, DepartemenTransmigrasi, PemerintahDaerah,dan Kepolisian.Tetapi sengketa belum juga terselesaikan.

Pesisir KruiKrui adalah kota kecil yang merupakan pusat aktifitas di wilayah pesisirbarat Lampung, di balik Pegunungan Bukit Barisan. Wilayah yang kinitermasuk ke dalam Kabupaten Lampung Barat ini terbagi ke dalam tigakecamatan, yakni Pesisir Utara, PesisirTengah dan PesisirSelatan. Secarafonnal areal kawasan hutan diPesisirKrui inimunculdalampetapenunjukanMenteri Kehutanan RI No. 67/Kpts-III1991 tentang TGHK Lampung,sebagianbesar termasuk hutanproduksi terbatas (HP1), hutan lindung (HL,11.529 ha, terpencar) dan hutan produksi yangbisa dikonversi (BK, 7800ha).

Lampiran 9.8

Page 114: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

PESISIR KRUI

Legenda:

.. Perkampungan

==== W1layah KDTI

1 1 1 1 1 Taman N.slonal S'ukll Sannn Selatan

~ Jaran

SUMATERA SELATAN

2010 30Km'---~--~-~

\

",-' \BENGKULU

SUmber:

gt~~~~fae:.a::t:~.'J!f:~n-r;;fm~~~1 fa~~":' 1997 antara o.itjen RRL.Dinas Kehutanan TI< JLampung dan /CRAF.

Kawasan HPT di Pesisir Krui semula adalah areal HPH. Tahun1981 melalui SK No. 674/Kpts/Um/8/1981 Menteri Pertanian RImenetapkan areal seluas 52 ribu hektar disepanjangPesisirKruipada bagiantepiluarTamanNasionalBukit BarisanSelatan (INBBS) sebagai areal konsesiHPHBinaLestari (group ANDATU, perusahaanpenebangan kayu terbesardi Lampung). Tetapi penetapan ini barn dilakukan di atas peta, dan tidakada tanda batas di Iapangan. HPH Bina Lestari hanya sempat melakukankegiatan penebangan di daerah Bengkunat di Pesisir Selatan dan di RataAgung, Pesisir Utara. Penebangan tidak berlanjut ke bagian-bagian Iainterutarna Pesisir Tengahdan sebagian Pesisir Utara yang ditetapkan sebagaiareal konsesi HPH. Perusahaan tidak berani rnelanjutkan karena terjadikonflik dengan tarnan nasional dan dengan rnasyarakat seternpat akibatturnpang tindih areal penebangan.

99

Page 115: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Penduduk Pesisir Krui kebanyakan asli setempat dan sudahmeninggali kawasan inisejak abad XIV. Lebih dari seratus tahun yang lalupenduduk mengembangkan kebun·kebun damar (Shorea), yangtermasukgolongan kayu meranti. Kebun yang penampakannya sangat mirip hutaninisampai saat ini luasnya telah mencapai 50 ribu ha, dikelola olehpendudukpada SO-an desa di ketigakecamatanitu. Tahun 1997KelompokMasyarakatAdat PesisirKrui yang terdiri dari 16 marga, memenangkan PenghargaanKalpataru dari Presiden RIsebagai Kelompok Penyelamat Lingkungan atasprestasi membangun kebun damar tersebut. Namun demikian akibatketidaktahuan pihak kehutanan sebelumnya, kawasan hutan PesisirKruiseringdisebut dan ditulis dalam laporan resmi sebagai areal kawasan hutaneks HPH Bina Lestari.

Luas arealHPTkemudian lebihsempitdibandingarealHPH, yaknihanya 44.120 hektar. Pada tahun 1994-1995 dimulai kegiatanpengukuhanTGHK mikro oleh SBIPH (Sub Balai Inventarisasi danPerpetaan Hutan)Lampung, sebuah unitpelaksanadi bawahKanwilDephut Lampung. Adalagi pengurangan luas kawasan hutan PesisirKrui menjadi 33 ribu ha.

Areal hutanproduksi yangdapat dikonversi terletakdiBengkunat,PesisirSelatan. Wilayah beberapa desa di sekitar Bengkunat berada dalamkawasan HK ini. Areal ini, tahun 1994 dilepaskan kepada duaperusahaanswasta; yakni PTEraskaAgro Utarnayangmengembangkan tanaman ramiseluas 3.549 ha, dan PT Karya Canggih Mandiri Utama (KCMU) untukpenanaman kelapa sawit seluas 2.140 ha.

Setelah mengetahui bahwa sebagian dari kebun-kebun damarmereka dinyatakan beradadi dalam kawasan hutan, penduduk mengajukantuntutan melalui surat dan dialog-dialog agar Menteri Kehutanan dapatmengembalikan lahan kawasan hutan itu kepada masyarakat. MenteriKehutanan Djamaloedin Suryohadikusumo tanggal22 Januari 1998mengeluarkan SK No. 47IKpts-]J/1998 yang menetapkan 29 ribuha kebundamar yang berada di HPT dan HL sebagai Kawasan Dengan TujuanIstimewa (KDT~. Dengan ketetapan ini masyarakat secara legal dapatmengelola dan mewariskan kebun damar di dalam kawasan hutan negara.Keputusan ini menarik karena belum pernah dilakukansebelumnyadi In·donesia.

Lempiren 100

Page 116: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif

Tetapi SKMenteriKehutanan ini saja masih belum memuaskanpenduduk. Masih ada kekhawatiran besar, dan ini sangat beralasan, bahwasewaktu-waktu mereka dapat saja diusir dari kebun-kebun yang berstatushutan negara itu. Karena itu masyarakat Pesisir Krui masih akan temsmemperjuangkanuntukmendapatkan kembalihakkepemilikansecarautuhdankuat.

101

Page 117: Perambah hutan atau Kambing Hitam ? : Potret Sengketa ...horizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers17-08/...menguasai lahan ... melarang segala bentuk aktifitas produktif