BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani...

17
BAD I. PENDAHULUAN t. Latar Belakang. Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1972 tentang Pokok-Pokok Ketentuan lllsmigrasi, ada dua jenis penyelenggaraan transmigrasi yang dibedakan dari pembiayaannya, .tu Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarsa. Pada Prapelita, sampai Repelita II, 19ram transmigrasi didominasi oleh jenis Transmigrasi Umum, yang seluruh pembiayaannya anggung oleh pemerintah dengan tujuan utamanya yaitu menitik beratkan kepada 1gembangan usahatani tanaman pangan dalam upaya ikut melestarikan swasembada pangan, lsusnya beras. Namun sejak Repelita III, karena disatu pihak dana Pemerintah (APBN) terbatas, dan lin pihak jumlah transmigran yang harus dipindahkan semakin besar jumlahnya, maka mulai elenggarakan Transmigrasi Swakarsa yang pembiayaannya sebagian ditanggung oleh nerintah (APBN), dan sebagian lagi ditanggung oleh pihak swasta, serta oleh para transmigran diri. Salah satu pola Transmigrasi Swakarsa yang telah dikembangkan sejak Repelita III yaitu .a Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program Transmigrasi (PIR-Trans). 1gembangan perkebunan melalui Pola PIR-Trans pada dasarnya merupakan salah satu bentuk Igembangan agribisnis di daerah transmigrasi, karena kegiatannya melibatkan pihak nerintah, Perbankan, Swasta (Perusahaan Inti), dan para transmigran sebagai Plasma. ldasan Operasionalnya diatllr dengan Instruksi Presiden Repllblik: Indonesia No.1 Tahun 1986 tang Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan gram transmigrasi. Sejak diberlakukannya Inpres No.1 1986, tentang pengembangan perkebunan dengan pola usahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi, hedit PIR-Trans yang telah :tlljlli sampai saat ini mencapai 51 proyek yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera at, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, .Kalimantan Tengah. Sedangkan luas lahan kebun yang telah ditanam yaitu seluas 494.160 terdiri dari kebun Inti seluas 191.619 Ha, dan kebun plasma seluas 685.779 Ha yang bagi 247.080 Kepala Keluarga pelani plasma. http://www.mb.ipb.ac.id/

Transcript of BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani...

Page 1: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

BAD I.PENDAHULUAN

t. Latar Belakang.

Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1972 tentang Pokok-Pokok Ketentuan

lllsmigrasi, ada dua jenis penyelenggaraan transmigrasi yang dibedakan dari pembiayaannya,

.tu Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarsa. Pada Prapelita, sampai Repelita II,

19ram transmigrasi didominasi oleh jenis Transmigrasi Umum, yang seluruh pembiayaannya

anggung oleh pemerintah dengan tujuan utamanya yaitu menitik beratkan kepada

1gembangan usahatani tanaman pangan dalam upaya ikut melestarikan swasembada pangan,

lsusnya beras.

Namun sejak Repelita III, karena disatu pihak dana Pemerintah (APBN) terbatas, dan

lin pihak jumlah transmigran yang harus dipindahkan semakin besar jumlahnya, maka mulai

elenggarakan Transmigrasi Swakarsa yang pembiayaannya sebagian ditanggung oleh

nerintah (APBN), dan sebagian lagi ditanggung oleh pihak swasta, serta oleh para transmigran

diri.

Salah satu pola Transmigrasi Swakarsa yang telah dikembangkan sejak Repelita III yaitu

.a Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program Transmigrasi (PIR-Trans).

1gembangan perkebunan melalui Pola PIR-Trans pada dasarnya merupakan salah satu bentuk

Igembangan agribisnis di daerah transmigrasi, karena kegiatannya melibatkan pihak

nerintah, Perbankan, Swasta (Perusahaan Inti), dan para transmigran sebagai Plasma.

ldasan Operasionalnya diatllr dengan Instruksi Presiden Repllblik: Indonesia No.1 Tahun 1986

tang Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan

gram transmigrasi.

Sejak diberlakukannya Inpres No.1 1986, tentang pengembangan perkebunan dengan pola

usahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi, hedit PIR-Trans yang telah

:tlljlli sampai saat ini mencapai 51 proyek yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera

at, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat,

. Kalimantan Tengah. Sedangkan luas lahan kebun yang telah ditanam yaitu seluas 494.160

terdiri dari kebun Inti seluas 191.619 Ha, dan kebun plasma seluas 685.779 Ha yang

~runtukkan bagi 247.080 Kepala Keluarga pelani plasma.

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 2: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Rencana Pembangunan Transmigrasi Baru dalam Repelita VI direncanakan akan

nempatkan sejumlah 600.000 Kepala Keluarga transmigran, yang terdiri dari 350.000 Kepala

luarga Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarsa BerbanlUan, dan sejumlah 250.000

pala Keluarga Transmigrasi Swakarsa Mandiri. Dari Program Transmigrasi Swakarsa

'bantuan tersebut sebagian besar akan ditempatkan di lokasi-lokasi permukiman transmigrasi

a PIR-Transmigrasi. Dalam hubungan kemitraan usaha antara Inti dan Plasma posisi antara

i dan Plasma, dapat digambarkan sebagai berikut : Inti mempunyai kekuatan dalam faktor

dal, manajemen, teknologi, dan akses pasar, akan tetapi mempunyai kelemahan yailU tidak

mpunyai kebun Plasma dan tenaga kerja. Sedangkan Plasma sebaliknya mempunyai kekuatan

am hal kebun Plasma dan tenaga kerja, akan tetapi lemah dalam hal modal, manajemen,

nologi, dan akses pasar. Selain ilU kualitas sumberdaya manusia yang mengelola Inti lebih

k apabila dibandingkan dengan kualitas sumberdaya manusia Plasma yang pada umumnya

sih awam dalam hidup dengan kredit kebun, terutama para transmigran yang berasal dari

au lawn dimana mereka belum punya pengalaman unlUk bercocok tanam kelapa sawit.

ngan demikian pada awal-awal tahun penempatan transmigran, masih dirasakan adanya

enjangan kualitas sumberdaya manusia antara Inti dan Plasma.

Dalam praktek di lapangan, gambaran idarnan pola kemitraan usaha tersebut harus dicapai

lalui aneka rupa masalah yang seringkali amat sulit diselesaikan. Para Manajer Perkebunan

Ig dimasa lalu dilatih unlUk mengelola kebun sehingga mampu menghasilkan kelapa sawit

ua efisien, kini dalam pola PIR-Trans harus mengelola kebun dan petani plasma.

BegilU pula dari aspek kelembagaan kelompok tani dan KUD yang diharapkan berperan

.yak sebagai wali petani plasma masih banyak mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya

~na belum dipersiapkan sebagai manajer-manajer handal yang berkualitas mengenai seluk

Jk perkreditan, sehingga belum mampu merebut posisi yang layak dalam pola kemitraan

ha dengan pihak inti. Kesemuanya ilU dicerminkan antara lain dengan; masHl rendahnya

lahaman petani plasma terhadap hak dan kewajiban, membedakan antara beban kredit dan

sidi, belum transparansinya pihak inti kepada petani plasma.

Perumusan Masalah.

Berdasarkan kondisi seperti disebutkan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

2

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 3: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

masalahan dalam penel itian ini antara lain :

Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu mengkondisikan posisi

tawar menawar yang sarna kuat dengan pihak Inti.

Kelembagaan kelompok tani dan KUD belum mampu berperan sebagai penyambung lidah

petani plasma dalam pola kemitraan Inti-Plasma.

Mekanisme pola kemitraan usaha Inti-Plasma belum transparan dilaksanakan oleh pihak

inti kepada petani plasma terutama dalam hal penetapan rendemen, harga, sortir, proses

pengembalian kredit dari petani plasma.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

. I. Mengungkapkan faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan sumberdaya manusia

dan keJembagaan untuk meningkatkan mekanisrne kemitraan usaha antara Inti dan Plasma

di lokasi PIR-Trans Inti Indo Sawit Subur Sei Buatan.

.2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas

sumberdaya manusia terutama dari Plasma untuk mensejajarkan posisi Inti dan Plasma

dalam mekanisme kemitraan usaha .

.3. Memberikan saran penyempumaan dalam mengembangkan sumberdaya manusia Plasma

dan pembentukan kelembagaan yang lebih sesuai diwaktu yang akan datang, sehingga

kemitraan usaha antara Inti dan Plasma berjalan dengan baik.

Kegunaan Penelitian

Secara khusus penelitian ini dapat digunakan untuk :

. I. Masukan penelitian para mahasiswa untuk mengkaji pengembangan sumberdaya manusia

dan pengembangan kelembagaan dalam mekanisme kemitraan usaha.

.2. Hasil penelitian ini diharapkan untuk ditindaklanjuti dalam pengambilan kebijakan oleh

Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta instansi yang terkait,

dalam pengembangan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program

transmigrasi.

3

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 4: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

nAn II

KERANGKA TEORITIKAL

Gambaran Masyarakat Desa/Petani.

Hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan

nbangunan seluruh Masyarakat Indonesia. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar Manusia

onesia dan Masyarakat Indonesia itu dapat menjadi manusia pembangunan, yang mampu

mbangun dirinya sendiri secara berkelanjutan. Partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat

lm pembangunan harus makin meluas dan merata, baik dalam memikul beban pembangunan,

Jpun dalam pertanggung jawaban atas pelaksanaan pembangunan ataupun di dalarn menerima

nbali hasil pembangunan.

Dalam hubungan pengembangan peran serta masyarakat, sejak lama telah dikenal tradisi

Dng royong, kesetiakawanan sosial, dan sebagainya. Berbagai bentuk peranserta masyarakat

ua tradisional tersebut sesungguhnya mempunyai makna penting apabila mampu

embangkan dalam konteks pembangunan, sebagai kondisi kemasyarakatan dan dalam dimensi

g tidak semata-mata "sosiaI" namun juga "ekonomi".

Menurut M.Dawam Rahardjo (1992), menumbuhkan kebudayaan masyarakat adalah;

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap situasi diri dan lingkungannya, sehingga

lebih mampu melakukan respons terhadap kebijakan dan program pemerintah,

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai sumberdaya yang mereka miliki dan

peluang-peluang yang dapat mereka raih untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan dan

pendapatan mereka,

mengembangkan kelompok-kelompok kerja sebagai forum pembentukan usaha bersama,

memberikan pelatihan-pelatihan teknis dan manajerial simpan-pinjam dalam rangka

pembentukan modal sebagai kontribusi terhadap modal yang disediakan dari luar,

menggerakan kegiatan masyarakat secara kolektif maupun individual.

Sedangkan Bambang Ismawan (1992), mengemukakan bahwa di Jaman Orde Baru, pada

Ie pembangunan ini, adalah bagaimana berusaha mempersiapkan masyarakat agar

kemampuan memanfaatkan berbagai peluang yang muncul dari proses pembangunan untuk

4

,http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 5: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

.ngkatkan kemampuan mereka, sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan tersebut,

ama untuk memusatkan perhatian kepada orang kecil. Mereka berada dalam situasi serba

.rangan yang dibalut oleh berbagai kondisi yang menekan kehidupan, yang salu dengan yang

saling berpengaruh. Kondisi-kondisi tersebut antara lain adalah;

lemahnya nilai tukar hasil produksi,

lemahnya organisasi,

rendahnya perkembangan sumberdaya manusia,

rendahnya produktivitas,

lemahnya akses dari hasil pembangunan,

minimnya modal yang dimiliki,

rendahnya pendapatan,

sederhananya teknologi yang dimiliki,

adanya kesenjangan antara kaya dan miskin,

minimnya kemampuan berpartisipasi dalam sistem pembangunan nasional,

lemahnya posisi tawar-menawar.

Kalau kondisi - kondisi tersebut dikaitkan satu sama lain dalam pola hubungan sebab

lat, maka munculah wajah orang kecil yang serba kurang mampu, berbentuk segitiga yang

iri dari rendahnya pendapatan, adanya kesenjangan sosial yang semakin melebar, dan

1ahnya kemampuan berpartisipasi dalam pembangunan. Kalau ditelusuri sebab-sebabnya maka

yebab utamanya adalah lemahnya pengembangan Sumberdaya Manusia.

Selanjutnya Sayogyo (1979), mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat, khususnya

Jngan petani, adalah jalur strategik dalam seperangkat delapan jalur pemerataan pembangunan

ndonesia. Artinya partisipasi golongan petani itu mesti dikembangkan lebih lanjut, melampui

ikut melaksanakan dan' ikut mengenyam hasil pembangunan, yaitu dengan memberikan

~gung jawab yang dikerjakan secara berkelompok melalui usaha bersama yang mereka bentuk

diri, agar dengan kelemahan dan kesadaran yang di bina, lapisan yang tertinggal di dalam

nbangunan, dapat mengangkat diri kepada martabat yang lebih tinggi.

Untuk memutuskan tali-temali yang satu sarna lain menjerat golongan petani miskin

Indonesia, diperlukan kebijakan, kemitraan, organisasi dan kcgiatan yang dapat

mcrangi kcmiskinan dan ketcrbelakangan.

5

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 6: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Lebih dari itu, diperlukan juga suatu sikap yang bersumber dari suatu pandangan bahwa

gatasi masalah kemiskinan tidak boleh memperlakukan orang miskin sekedar sebagai subyek.

ini bersumber dari keyakinan bahwa betapapun miskin seseorang, mereka bukannya tidak

ya apa-apa sama sekali, melainkan bahwa mereka mempunyai sesuatu, walaupun sedikit.

'eka bukan "the have not" melainkan " the have little". Kalau potellsi mereka yang serba

kit itu digalang dan dihimpun dalam suatu wadah kebersamaan yang mereka percayai dan

nati, yaitu kelompok-kelompok swadaya usaha bersama, maka mereka akan mampu

Igatasi masalah-masalah mereka dengan kekuatan mereka sendiri.

Saragih Sabastian (1996)., meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia petani dapat

mpuh melalui proses

Musyawarah dalam sarasehan

Membahas bagaimana merumuskan rencana kerja bersama kelompok.

Pengorganisasian kelompok

Melalui tokoh formal, Kepala Desa dan Perangkatnya.

Kelompok mudah terbentuk, anggotanya banyak namun hanya bertahan sebentar.

Melalui tokoh informal

Kelompok lebih lambat terbentuk namun solidaritasnya lebih kuat.

Mendapatkan kader

Melaksanakan contoh konkrit usahatani dilapangan

Menceritrakan pengalaman keberhasilan

Mengadakan dialog

Mengadakan perhitungan usahatani

Anggota kelompok tertarik menjadi kader

Kader menjadi pendamping kader

Ada bakat

Mudah bergaul

Membentuk usaha bersama

6

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 7: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Ada usaha barn ingin membuat pernbahan kearah yang lebih baik.

Kader-kader barn lahir dari proses pendarnpingan dan pendidikan bermusyawarah yaitu

.dikan berpikir bersarna untuk berbuat bersarna. Masalah bersarna bisa dipecahkan secara

rna-sarna jika dibicarakan, dipikirkan, dan diatasi dengan bersarna-sarna. Orang lernah

1 bisa kuat, kalau rnau mempersatukan kelemahannya rnenjadi kekuatan, sehingga lahirlah

npok-keJornpok usaha bersarna.

Ma'arif,Syamsul (1995), untuk mengetahui prilaku seseorang dalarn organisasi diperlukan

haman perbedaan individu dari aspek lingkungan pekerjaan, latar belakang keluarga, dan

arakat. Kinerja prilaku individu mernpakan fungsi dari variabel- variabel individu,

Iisasi dan psykologi. Secara skematis P=f (l,P,O) dapat dikemukakan sebagai berikut

Var.Individu '" Prilaku Individu < Var.psykologi1. Kemampuan &

,Kinerja 1. Persepsi

Ketrampilan 2. Sikapa) Mental 1, 3. Kepribadianb) Fisik 4. Motivasi

2. Latar belakanga) Keluarga Var. Organisasib) Sosial Sumberdayac) Pengalaman Kepemimpinan

3. Demografi Struktura) Umur Rencana Kerjab) Kelaminc) EtrJ.ik

P=f(l,P,O)

Sumber: Ma'arif, Syamsul (1995), kuliah Pengembangan SumberdayaManusia MMA-IPB.

Mangkuprawira, Sjafri (1995), kebutuhan sumberdaya manusia dalam pengembangan

isms di Indonesia menghadapi permasalahan-permasalahan

Nilai produktivitas pertaman lebih kecil dari pada nilai produktivitas industri, terutama

dalarn hal tingkat upah, lingkat pendidikan, dan teknologi.

7

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 8: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Mobilitas sumberdaya manusia antara subsistem ·agribisnis masih lemah

a. Keterkaitan hulu-hilir antar subsistem lemah

b. Informasi pasar tenaga kerja kurang

Mobilitas sumberdaya manusia antar agribisnis regional masih lemah

a. Informasi pasar tenaga kerja kurang

b. Biaya mencari informasi relatif mahal

c. Ketimpangan sumberdaya dan sumberdaya manusia.

Mubyarto (1994), Transmigrasi adalah program " bagi orang kecil", yaitu program

lindahan petani kecil atau petani gurem, dan buruh tani, yang kehidupannya " amat susah"

awa, Madura, Bali dan Lombok yang berpenduduk amat padat. Tingkat pendapatan mereka

Ida jauh dibawah garis kemiskinan sehingga kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka

~at tidak memadai bahkan kebutuhan sandang pangan pun tidak terpenuhi.

Program transmigrasi yang merupakan program pemukiman kembali petani tidak bertanah

I Jambal ke luar Jarnbal, dengan pemberian tanah 2,5 Ha per Keluarga merupakan program

lindahan penduduk secara massal yang pada awalnya ditekankan sebagai program pemecahan

;a1ah penduduk. Selanjutnya program ini diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah

sejak tahun 1980 an dikaitkan langsung dengan pembangunan perkebunan melalui poJa

usahaan Inti Rakyat Perkebunan. Pengaitan dengan program pembangunan perkebunan

ebut didorong oleh dua alasan yaitu

Semakin sukarnya memperoleh tanah-tanah subur bagi pengembangan produksi tanaman

pangan

Tekad besar dari pemerintah untuk lebih memadukan sistem perkebunan besar yang

relatif modern dan kuat permodalannya dengan sistem perkebunan rakyat yang sangat

luas, tetapi produktivitasnya rendah.

Pengembangan Kemitraan

Istilah "lembaga" (institution) dan "pengembangan kelembagaan"(institutional

elopment) atau "pembinaan kelembagan"(institutional building), didefinisikan sebagai proses

8

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 9: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Ik memperbaiki kemampuan lembaga guna mengefektifkan penggunaan sumberdaya manusia

5an keuangan yang tersedia(lsrael, Arturo 1990).

Konsep pengembangan kelembagaan atau pembinaan kelembagaan adalah proses

Iciptakan pola baru kegiatan dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu karena didukung

I norma, standar dan nilai-nilai dari dalam (D.V.Brinherkoff, The Evaluation of Current

,pectives on Institutional Development; An Organisational Focus, Institutional Development

lagement Center, University Of Maryland, Maret 1985).

Soekanto (1994), mengemukakan bahwa lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk

nenuhi kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi yaitu

Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka hams bertingkah

laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama

yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan

Menjaga keutuhan masyarakat

Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.

Kemitraan usaha yang dikembangkan dalam Pola Perusahaan Inti Ralcyat yang dikaitkan

gan program transmigrasi adalah berusaha membimbing dan memberikan pedoman kepada

gota masyarakat petani plasma dalarn meningkatkan pendapatan mereka, dan bagi

juktivitas PT.Inti Indo Sawit Subur sendiri. Dengan demikian kemitraan usaha juga menjaga

tuhan masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.

Kunci sukses berkembangnya kemitraan di negara maju, lebih banyak didorong karena

nya kebutuhan dari pihak yang bermitra atau diprakarsai oleh pihak dunia usaha, sehingga

litraan antara pengusaha besar dengan pengusaha menengah dan kecil bisa berlangsung secara

niah. Hal ini dimungkinkan karena iklim dan kondisi ekonomi di negara maju cukup

nberikan rangsangan ke arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonorni yang

lrientasi pasar. Di Indonesia, kondisi ideal seperti itu belum sepenuhnya tercipta. Fakta

lUnjukkan, masih kuatnya kecenderungan pengusaha besar untuk menguasai mata rantai

juksi dan distribusi perekonomian nasional, bahkan sampai kepada lembaga pembiayaannya,

;kusi Panie Ekonomi Klas Menengah Indonesia,anoninlous 1996).

9

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 10: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Kemitraan yang selama ini berjalan pada umumnya masih berlangsung karena ada

Jan dari pemerintah, dan atas dasar konsep belas kasihan, bukan atas dasar kerjasama yang

~ menguntungkan. Jadi kebutuhan untuk bermitra belum "built in" dengan strategi usaha

lengusaha besar itu sendiri. Dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan dan

tasi yang sarat dengan persaingan, kemitraan usaha dipandang sebagai suatu cara untuk

urangi resiko usaha serta meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha.

uk Kemitraan Usaha Yang Ideal

Sejalan dengan pengembangan agribisnis sebagai suatu konsep agar pengelolaan pertanian

ientasi kepada pengembangan pasar, peningkatan kualitas produk, penekanan biaya

Iksi, menaikkan nilai tambah, dan dihadapkan kepada kenyataan bahwa di Indonesia masih

pat jutaan petani gurem, maka pengembangan kemitraan usaha menjadi sangat pentillg.

an demikian pola pembinaan kemitraan antara kelembagaan petani dan pengusaha hams

terpadu dan utuh.

Pelaku kemitraan usaha baik yang langsung seperti kelembagaan petani (kelompok tani,

h kegiatan antar kelompok) dan pengusaha maupun yang tidak langsung seperti unsur

rintah, masyarakat ilmiah dan masyarakat profesi hams memberikan masukan sesuai dengan

nangannya, sehingga bentuk kemitraan usaha hendaknya benar-benar saling terkait diantara

u kemitraan itu sendiri, sehingga tidak terkesan berjalan parsial.

Dengan demikian keberadaan kelembagaan petani diharapkan dapat dilibatkan oleh

ahaan inti dalam empat subsistem agribisnis yaitu

Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi

Pada subsistem ini Pemsahaan Inti hendaknya memberikan bantuan pengadaan

sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) ataupun alat pertanian kecil kepada petani

plasma dengan sistem pinjaman lunak berbunga rendah, yang akan dikembalikan oleh

petani plasma dengan cara mengangsur yang akan dipotong dari penjualan produksi petani

plasma. Dalam proses pengadaan dan penyaluran sarana produksi tersebut petani plasma

dilibatkan, agar mereka benar-benar memahami dan ikut bertanggung jawab akan

kebutuhan sarana produksi.

10

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 11: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Subsistem Budidaya dan Usahatani

Pada subsistem ini para petani plasma hendaknya selalu mendapatkan bimbingan

dari perusahaan inti bersama instansi terkait, sehingga petani plasma dapat diharapkan

mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas baik serta mempunyai

daya saing dipasar lokal/dalam negeri maupun luar negeri. Pembinaan petani plasma

dapat dilakukan secara berjenjang oleh perusahaan inti bersama instansi terkait yaitu

membina para ketua kelompok tani terlebih dabulu, dilanjutkan dengan ketua kelompok

tani membina anggota kelompok dan seterusnya, sehingga pada gilirannya, kelompok tani

tahu, mau dan mampu menerapkan teknologi tepat guna. Dengan adanya transformasi

teknologi dati perusabaan inti ke petani plasma, maka diharapkan produktivitas pertanian

meningkat dan setiap usahatani petani plasma akan dikelola oleh "manajer-manajer

kecil" secara efisien.

SlIbsistem Pengolahan Hasil

Subsistem pengolahan hasil merupakan rangkaian dari kegiatan subs.istem budidaya

atau kegiatan berproduksi. Pada sllbsistem ini perusahaan inti hendaknya menyiapkan

fasilitas unit pengolahan yang mampu mengolah produksi· petani plasma tidak saja hanya

untuk hasil produksi dari laban kebun plasma yang berupa pabrik pengolahan minyak

kelapa sawit, akan tetapi juga untuk mengolah hasil produksi petani plasma yang berasal

dari lahan pekarangan.

Subsistem Pemasaran

Pada subsistem pemasaran, keberadaan petani plasma berada pada posisi yang

lemah, karena secara hukum terikat perjanjian penyaluran hasil kebun ke pabrik inti,

karena pasar produk perkebunan kelapa sawit telah dimonopoli oleh pihak perusahaan

inti. Petani plasma tidak dapat menentukan tarif harga, kadar rendemen, jenis yang

disortir dari produk yang mereka hasilkan, oleh sebab itu hendaknya petani plasma

diberitahu bahwa jika mereka dapat menghasilkan mutu yang dikehendaki oleh

perusabaan inti, maka akan dibeli dengan harga yang layak sesuai dengan kesepakatan.

Berjalanannya sistem tersebut pada gilirannya menyebabkan para pelaku kemitraan

11

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 12: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

usaha akan mampu menghasilkan produk-produk pertanian khususnya tandan buah segar

kelapa sawit yang berdaya saing tinggi baik dipasaran dalam negeri maupun pasaran di

luar negeri. Bentuk kemitraan usaha tersebut akan berjalan dengan baik tergantung

kepada kemampuan dari para pelaku kemitraan usaha itu sendiri. Dalam kelembagaan

petani (kelompok tani, wadah kegiatan antar kelompok, kelompok usaha bersama,

dan KUD) akan sangat tergantung kepada tingkat kemampuan dari kelembagaan

petani itu sendiri. Semakin tinggi tingkat kemampuan kelembagaan petani diharapkan

akan semakin tinggi pula posisi tawar-menawarnya terhadap perusahaan inti. Sebaliknya

makin rendah tingkat kemampuan kelembagaan petani maka akan semakin lemah pula

posisi tawar-menawarnya terhadap perusahaan inti. Kepada kelompok usaha inti

diharapkan pula adanya pemahaman yang sarna bahwa kemitraan usaha itu pada dasarnya

adalah hubungan kerjasama antara kelembagaan petani dengan pengusaha yang disepakati

bersama atas asas

1. Suka rela dan suka sarna suka

2. Motivasi atas dasar win-win cooperation

3. Pengusaha dan kelembagaan petani harus siap untuk bermitra

4. Saling membutuhkan

5. Keterbukaan dan kejujuran dari semua pihak yang bermitra

6. Keadilan dalam membagi keuntungan dan resiko usaha

7. Penerapan etika bisnis yang sehat

Dengan tujuan untuk

1. Meningkatkan produktivitas dan mutu hasiJ

2. Meningkatkan pendapatan petani

3. Meningkatkan keuntungan pengusaha

4. Meningkatkan eksport nonmigas minyak kelapa sawit

5. Bisnis yang berkelanjutan antara inti dan petani plasma.

Sejak tahun 1973, yaitu ketika pemerintah memutuskan menggalakkan program-program

erataan disamping pertumbuhan, Departemen Pertanian memperkenalkan pola baru dalam

12

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 13: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

;embangan komoditi ekspor. Pola baru ini disamping tugas pokok meningkatkan produksi

nan perkebunan, juga menugaskan perkebunan-perkebunan besar untuk membantu

gembangkan perkebunan rakyat (Small holder). Perkebunan-perkebunan rakyat yang

mbangkan ini merupakan Plasma yang berada di sekitar Inti. Tugas Inti adalah merupakan

:" kebijakan pemerintah untuk melaksanakan misi program-program pemerataan.

Program-program pemerataan lebih merupakan program sosial karena benar-benar

lhkan untuk mengembangkan para petani kecil perkebunan rakyat yang sebelumnya tidak

Jpakan usahatani yang mantap (viable), yang kemudian dengan pembagian sejumlah luas

n minimum, diharapkan menjadi mantap atau cukup menjamin kehidupan yang layak bagi

lh tangga petani. Bagi Inti, program Perusahaan Inti Rakyat adalah satu tugas sosial. Dalam

ka panjang hubungan(kaitan)antara plasma dan inti diharapkan akan merupakan hubungan

Ig menguntungkan. Namun dalam jangka pendek khususnya sebelum tanaman menghasilkan,

harus lebih banyak menanggung semacam beban disamping tugas pokoknya.

Sudah sewajarnya, untuk menjadi pekebun yang serius diperlukan persyaratan yang jauh

I berat dari pada menjadi seorang pekebun. Pekebun Plasma adalah tenaga kerja sekaligus

.gai seorang manajer keeil yang mempunyai semangat kewiraswastaan yang dapat

Idalkan. Hanya dengan syarat-syarat yang demikian maka dapat diharapkan kemantapan dari

atani kebun plasma. Jadi apa yang diusahakan oleh Inti adalah benar-bear mempelopori

bentukan desa dan masyarakat desa baru diwilayah Perusahaan Inti Rakyat, disamping tugas

lknya mengahasilkan komoditi perkebunan. Tugas tersebut cukup berat dan memerlukan

ikiran yang serius. Akan tetapi apabila misi ini berhasil maka ia akan merupakan suatu

baharuan (revolusi) dalam dunia perkebunan di Indonesia, dan akan merupakan sumbangan

ing bagi perkembangan ilmu ekonomi dan manajemen perkebunun, tidak saja bagi Indonesia

I tetapi juga bagi negara-negara lain.

Pola Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi juga diharapkan

It mendorong tumbuhnya pengembangan kelembagaan koperasi dan kelompok tani sebagai

'a untuk meningkatkan posisi tawar-menawar dalam menghadapi perusahaan intinya.

Kemitraan dan Keterkaitan Usaha.

Dalam GBHN 1993 secara khusus mengamanatkan bahwa tata hubungan dan kerjasama

13

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 14: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

jtraan antara pengusaha besar dengan usaha menengah, dan usaha kecil yang masih tertinggal

j terus dibina dan dijalin dalam suasana saling membantu dan saling menguntungkan, sebagai

1 perwujudan kesatuan kekuatan ekonomi nasional. Melalui hubungan kemitraan usaha ini

rapkan dapat memberikan peluang bagi pengusaha kecil/menengah untuk lebih berperan

m kegiatan ekonomi sehingga akhirnya dapat berdampingan secara harmonis dengan pelaku

lOmi lainnya. Selain itu dampak dari kemitraan usaha akan dapat mendorong laju

erataan, pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Masalah kemitraan kembali menghangat setelah Presiden Soeharto secara khusus

canangkan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional di Istana Negara pertengahan bulan Mei

>. Tampaknya ada suatu kesadaran baru setelah rampungnya era Pembangunan Jangka

ang Tahap Pertama dan kini memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, bahwa

1mbuhan ekonomi yang tinggi ternyata belum cukup tanpa diimbangi oleh distribusi hasil

bangunan secara merata. Oleh karena itu pemerintah menganggap sudah saatnya bagi para

~usaha besar untuk ikut memperhatikan kalangan pengusaha kecil yang selama ini belum

~at memkrnati hasil kemajuan ekonomi. Dengan demikian disimlah pentingnya pola

itraan usaha, yaitu suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dimana para

~saha kecil diberi peluang untuk berkembang, tanpa hams mengurangi keberhasilan yang

h dicapai oleh pengusaha besar.

Menurut Fadel Muhamad (1992), Prinsip dasar keterkaitan usaha merupakan transaksi

:at kedua belah pihak dengan prinsip interdependensi atau saling ketergantungan. Transaksi

:at itu harus menghasilkan keunggulan kompetatif dalam ukuran kualitas bunga, masa

relesaian pekerjaan, dan produktivitas dalam arti memenuhi kuaIitas permintaan.

ir-akhir ini juga sedang berlangsung upaya kerjasama antara perusahaan besar dan menengah

I, begitu pula pada pemilikan saham perusahaan besar oleh koperasi. Kesemua itu pada

rnya terpulang kepada pokok persoalan struktur duma usaha itu sendiri. Yaitu, apakah

ctur dunia usaha tersebut mempersyaratkan interdependensi antara besar dan menengah

I. Kalau ya, pertanyaan berikutnya, apakah mekamsme yang tersedia mendorong kearah itu

lekanisme tersebut tergantung kepada political will yang memang sudah menciptakan iklim

k kepentingan itu. Selain itu tergantung pula kepada strategi perusahaan masing-masing

14

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 15: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

shaan besar. Terutama dengan mempertanyakan apakah strategi yang dipilih sesuai untuk

ltuhan keterkaitan usaha berdasarkan prinsip saling ketergantungan.

Menurut Trisura Sukardi (1992), Sistem mitra usaha adalah hubungan keterkaitan antara

sahaan besar, menengah dan kecil atas asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan

19 menguntungkan, yang merupakan sistem pengejawantahan asas kekeluargaan dari pasal

Jndang-Undang Dasar 1945.

Dalam evaluasi pelaksanaan kemitraan usaha perlu dipantau dari ketiga asas keterkaitan

itraan tersebut. Unsur-unsur yang dinilai dari masing-masing asas adalah;

Asas saling membutuhkan yang dinilai;

a). Motivasi Hubungan kemitraan

b). Jenis produk terkait

c). Sistem pengelolaan hubungan kemitraan

Asas saling memperkuat yang dinilai;

a). Jenis dan Syarat Bantuan

b). Dampak Bantuan

Asas saling menguntungkan yang dinilai;

a). Pengembangan aspek ekonomi dan kesejahteraan

b). Pengembangan aspek kultural.

Menurut Suharto Prawirokusumo (1992), masalah kemitraan dan keterkaitan antara usaha

r dan kecil ini tidak hanya dapat dilihat dari segi atau aspek ekonomi saja, akan tetapi dari

k yang lain, yaitu aspek sosial, politik, dan moral. Tiga aspek yang terakhir terasa menonjol

k dipertimbangkan, karena telah terlihat adanya kesenjangan antara usaha besar dan kecil,

disadari apabila hal itu tidak segera ditanggulangi, masalah sosial dan politik yang lebih

.r akan timbul. Dari kaca mata ekonomi, kemitraanlketerkaitan itu dirasa perlu. Menyimak

~alaman di Jepang perihal kemitraan pada industri pengolahan, alasan-alasan perlunya ada

itraan adalah :

15

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 16: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Dalam upaya untuk menurunkan biaya produksi

Ada teknologi yang spesific dalam rangka peningkatan kualitas produksi

Adanya transaksi direct market yang berarti mencegah adanya fluktuasi supply dan

demand.

Membangun mitra dalam usaha penelitian dan pengembangan(research and development}.

Saling tergantung, terutama bila bidang produksi ditangani oleh usaha rakyat.

Dengan motivasi ekonomi tersebut maka prinsip kemitraanlketerkaitan dapat didasarkan

saling memperkuat. Kerjasama antara usaha besar dan kecil dapat dilakukan dalam aspek

10dalan, manajemen, teknologi dan pemasaran.

Menurut H.Rajab Tampubolon (1996), prinsip dasar kemitraan usaha adalah membangun

u hubungan kerjasama yang saling menguntungkan (cooperative mutualism), memiliki posisi

lr-menawar (bargaining position), yang relatif sarna kuat sesuai dengan kekuatan yang

iliki oleh Inti dan Plasma. Kekuatan kemitraan usaha adalah terletak pada sejauhmana segala

atu keputusan didasarkan pada kebersamaan.

Menurut KPHN Hoediono Kadarisman (1995), konsep kemitraan yang menjadi kebutuhan

dasar bagi kegiaran agribisnis, secara garis besar dapat dikembangkan dalam empat model

j",

Cerjasama keterkaitan hulu-hilir (forward linkage)

cerjasama hilir-hulu (backward linkage),

~erjasama pemilikan saham dan

cerjasama bapak-anak angkat.

Pola Perusahaan Inti Ralcyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi merupakan

1 satu model kemitraan disektor pertanian. Perusahaan Inti yaitu perusahaan yang melakukan

:si perencaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan hasil dan

asaran bagi petani plasma. Perusahaan Inti melaksanakan pembinaan terhadap plasma sejak

penyediaan input sarana produksi sampai ke pemasaran hasil, sementara petani plasma

lenuhi kewajibannya menyediakan tenaga kerja dan menyiapkan bahan baku, dan membayar

lit.

16

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 17: BAD PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No.3 Tahun … · Pengembangan sumberdaya manusia petani plasma belum mampu ... Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan serta ...

Pada pola kerjasama lersebut perusahaan besar berlindak sebagai perusahaan inti,

Isahaan pengelola, dan perusahaan penghela yang mempunyai fungsi dan tugas sebagai

leut :

_lsahaan Inti

Isahaan besar sebagai inti, lugasnya adalah menyelesaikan status lahan untuk mendapatkan

U, membuka dan menanami lahan baru, membimbing lahan petani baik pekarangan maupun

In plasma, pelayanan saprodi dan menjamin pemasaran.

~sahaan Pengelola

Isahaan besar sebagai pengelola, tugasnya adalah membimbing pelani plasma, pelayanan

~adaan saprodi, perkreditan, pengolahan hasil dan menjamin pemasaran.

~sahaan Penghela

lsahaan besar sebagai penghela, tugasnya adalah membimbing dan menjamin pemasaran.

angkan petani sebagai plasma, tugasnya mengerjakan usahatani dan memasarkan hasilnya

Ida penghela.

17

http://www.mb.ipb.ac.id/