Penyusunan, Revisi, Telaah DIPA

download Penyusunan, Revisi, Telaah DIPA

of 70

description

anggaran

Transcript of Penyusunan, Revisi, Telaah DIPA

  • PETUNJUK PENYUSUNAN,PENELAAHAN,PENGESAHAN DAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2007. (permenkeu no. 102/PMK.06/2006)

  • Pasal 1

    (1)Dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung jawab atas penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran.(2)Dokumen Pelaksanaan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang selanjutnya disebut Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), memuaturaian fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, kelompok Mata Anggaran Keluaran dan rencana penarikan dana serta perkiraan penerimaan Kementrian Negara/Lembaga.(3)DIPA sebagimana dimaksud pada ayat (2) disusun atas dasar Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.

  • Pasal2

    (1)Menteri/ Pimpinan Lembaga menunjuk Kepala Satuan Kerja (Satker) Pusat untuk menyusun Konsep DIPA Satker Pusat dan Konsep DIPA Tugas Pembantuan.(2)Menteri/Pimpinan Lembaga menunjuk Kepala Satker Vertikal/Unit Pelaksana Teknis untuk menyusun Konsep DIPA Satker Vertikal.(3)Menteri/Pimpinan Lembaga mendelegasikan kewenangan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menunjuk Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyusun Konsep DIPA Dekonsentrasi.(4)Kepala Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) bertanggungjawab sepenuhnya terhadap penyusunan kegiatan dan perhitungan biaya dalam Konsep DIPA.

  • Pasal 3

    (1)Kepala Satuan Kerja Pusat sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1), menyampaikan Konsep DIPA kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.(2)Kepala Satuan Kerja Vertikal/Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal2 ayat (2)menyampaikan Konsep DIPA kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan(3)Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (3), menyampaikan Konsep DIPA kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

  • Pasal 4

    (1)Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menelaah kesesuaian Konsep DIPA dengan Rincian APBN yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden dan mengesahkan Konsep DIPA Tugas Pembantuan.(2)Kepala antor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menelaah kesesuaian Konsep DIPA dengan Surat Rincian Alokasi Aggaran (SRAA) dan mengesahkan Konsep DIPA Satker Vertikal dan Konsep DIPA Dekonsentrasi.(3)Dalam hal Kepala Satuan Kerja belum menyampaikan Konsep DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) :

  • (a)Direktur Jenderal Perbendaharaan tetap menerbitkan Surat Pengesahan DIPA sebagai DIPA Sementara yang dialmpiri Konsep DIPA yang dibuat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.(b)Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan tetap menerbitkan Surat Pengesahan DIPA sebagai DIPA Sementara yan dilampiri Konsep DIPA yang dibuat oleh Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA).(4)Dana yang dapat dicairkan atas DIPA Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, serta lauk pauk/bahan makanan.

  • Pasal 5

    Tata cara penyusunan, penelaaahan, pengesahan dan revisi DIPA berpedoman pada tata cara sebagaimana deitetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal 6

    Ketentuan lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

  • Pasal 7

    Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.Ditetapkan di Jakarta Pada tanngal 31 Oktober 2006 MENTERI KEUANGAN,ttd Sri Mulyani Indrawati

  • BAB IPENYUSUNAN KONSEP DIPA

  • A. PENGERTIAN DIPADIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Kementrian Negara/Lembaga dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perendaharaan atas nama Menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA memuat informasi yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran

  • B. BAHAN PENYUSUNAN KONSEP DIPADasar penyusunan rincian kegiatan dan anggaran dalam DIPA, yaitu :1. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL) kementrian negara/kembaga yangtelah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat, sebagai dasar penyusunan rincian kegiatan dan anggaran yang dituangkan dalam DIPA.2.Undang-Undang APBN.3.Peraturan Presiden mengenai rincian APBN sebagai dasar alokasi anggaran.4.Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja yang Konsep DIPA-nya ditelaah didaerah.

  • C. JENIS DAN FORMAT DIPA1.Jenis DIPAa. DIPA Kementrian Negara/Lembaga1).DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalahdokumen pelaksanaan anggaran yangpelaksanaannya dilakukan oleh KantorPusat Kementrian Negara/Lembaga.2).DIPA Satker Vertikal/Kantor DaerahAdalah dokumen pelaksanaan anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor/Instansi Vertikal Kementrian/Lembaga daerah

  • 3).DIPA DekonsentrasiAdalah dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka kegiatan dekonsentrasi yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan oleh Gubernur.4).DIPA Tugas PembantuanAdalah dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan yang ditetapkan oleh Satker Pusat dan pelaksanaannya dilakukan Gubernur/Bupati/Walikota.

  • b.DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP)Adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dananya berasal dari kelompok Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementrian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerahh.Bagian Anggaran pada Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan meliputi:

    1).Cicilan Bunga Utang (BA 061)2).Subsidi dan Transfer (BA 062)

  • 3).Belanja Lain-lain (BA 069)4).Dana Perimbangan (BA 070)5).Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071)6).Pembayaran Cicilan Pokok HutangLuar Negeri (BA 096)7).Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Dalam Negeri (BA 097)8).Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)9).Penyertaan Modal Negara (BA 099)10).Penerusan Pinjaman Sebagai Hibah (BA 101)11).Penerusan Hibah (BA 102)

  • 2.Format DIPATerdiri dari:

    a.Surat Pengesahan (SP) DIPA Adalah surat pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan atas nama Menteri Keunagan.b.Halaman DIPA1).Halaman IA memuat alokasi dan sumber dana.2).Halaman IB memuat pejabat perbendaharaan, rincian fungsi, sub fungsi, program dan sasarannya, serta indikatorkeluaran untuk masing-masing kegiatan.

  • c.Halaman II DIPAHalaman II memuat informasi tentang kode dan nama Satker, uraian kegiatan/subkgiatan, kelompok MAK, serta volume keluaran yang hendak dicapai, serta alokasi dana pada masing-masing jenis belanja.Rincian halaman II untuk masing-masing DIPA adalah sebagai berikut:

    1).DIPA Kementrian Negara/Lemabaga(1).Belanja Pegawai;(2).Belanja Barang;(3).Belanja Modal;(4).Belanja Bantuan Sosial;(5).Belanja Lain-lain.

  • 2).DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP).a).DIPA Perimbangan Keuangan(1). Dana Alokasi Umum;(2). Dana Alokasi Khusus;(3). Dana Bagi Hasil;(4). Dana Penyesuaian;(5). Dana Otonomi Khusus.b).DIPA Pembayaran Bunga Utang dan Hibah(1). Belanja Bunga Utang Dalam Negeri;(2). Belanja Bunga Utang Luar Negeri;(3). Belanja Hibah;(4). Belanja Lain-lain.

  • c).DIPA Subsidi dan Transfer(1). Subsidi;(2). Lain-lain.d).DIPA Pembiayaan (1). Pembiayaan Dalam Negeri;(2). Pembiayaan Luar Negeri;(3). Penerusan Pinjaman;(4). Penyertaan Modal Negara.

  • d.Halaman III DIPAMemuat uraian rencana penarikan dana per jenis belanja, penerimaan perpajakan (diisi khusus oleh instansi Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai), dan Penerimaan Negara bukan Pajak yang menjadi tanggung jawab setiap Satker.e.Halaman IV DIPAMemuat catatan tentang hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian pelaksana kegiatan.

  • D. POKOK-POKOK MATERI DIPA1.Organisasi dan Pertanggungjawaban DIPA2.Sumber Dana

    3.Klasifikasi Fungsi dan Sasaran

    4.Jenis Belanja

    5.Rencana dan Perkiraan Penerimaan

    6.Catatan atas pengeluaran

  • 1.Organisasi dan Pertanggungjawaban DIPAa.Bagian Anggaran Adalah kementrian negara/lembaga yang menguasai bagian dari penggunaan anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBN.b.Unit OrganisasiAdalah unit eselon I kementrian negara/lembaga yang bertanggung jawab atas pencapaian tugas pokok, fungsi, dan program tertentu dari kementrian negara/lembaga yang bersangkutan.

  • c.Satuan KerjaAdalah unit organisasi lini kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah yang melaksanakan tugas, fungsi, program, dan tujuan kementrian negara/lembaga/pemerintah daerah, serta memiliki kewenangan atas penggunaan anggaran.Satker yang pimpinannya ditetapkan sebagai kuasa pengguna anggaran, dikelompokan sebagai berikut:1). Satker Pusat, yaitu yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanan tugas pokok dan fungsi kantor pusat Kementrian Negara/Lembaga yang lokasinya dapat berada di pusat daerah.

  • 2).Satker Vertikal/Unit PelaksanaTeknis (UPT) Kementrian Negara/Lembaga, yaitu instansi vertikal di daerah yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang berasal dari kantor pusat Kementrian Negara/Lembaga.3).Satker Perangkat Daerah (SKPD), yaitu satker pemerintah provinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satker pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan.

  • 4).Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT), adalah satker yang ditetapkan kementrian negara/Lembaga untuk melaksanakan satu atau lebih kegiatan dan mengelola anggaran kementrian negara.lembaga bersangkutan karena adanya sifat tertentu dari kegiatan dimaksud.5).Satker Sementara, yautu satker yang tidak termasuk ke dalam satker pada huruf a sampai huruf d.6).Satker khusus adalah satker yang ditetapkan untuk melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dan mengelola dana yang bersumber dari Bagian Anggaran di luar anggaran kementrian negara/lembaga atau Bagian Anggaran Pembiayaan Perhitungan.

  • 2.Sumber Danaa.Rupiah Murnib.PNBPMekanisme penetapan target penerimaan dan pagu pengeluaran serta pengalokasian dana kedalam DIPA adalah sebagai berikut:1).Besarnya target PNBP Kementrian Negara/Lembaga dan pagu pengeluarannya ditetapkan Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran (Direktorat Peneriaan Negara Bukab Pajak) setelah berkoordinasi dengan Kementrian Negara/Lembaga terkait.

  • 2).Besarnya target PNBP Kementrian Negara/Lembaga dan pagu pengeluaran yang diizinkan untuk digunakan diselesaikan selambat-lambatnya pada akhir bulan Mei tahun 2006.3).Pagu sementara yang ditetapkan dengan Surat Edaran Menteri Keuangan sudah mencakup PNBP Kementrian Negara/Lembaga yang diizinkan untuk digunakan.4).Setelah target penerimaan dan pagu pengeluaran yang berasal dari PNBP ditetapkan, Kementrian Negara/Lembaga mengalokasikan dana yang berasal dari pagu pengeluaran dimaksud untuk membiayai kegiatan tertentu sebagaimana diatur pada Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999.

  • Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

    1).Pengertian Umum.Beberapa istilah Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) yang digunakan dalam DIPA adalah:

    a).Pinjaman Luar Negeri Adalah sumber pembiayaan negara dalam bentuk devisa, barang, dan jasa yang diterima dari badan/lembaga negara asing, pemerintah negara asing, badan/lembaga keuangan internasional, atau pasar keuangan internasional.

  • b).Hibah Luar NegeriAdalah penerimaan negara yang diperoleh dari luar negeri baik dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan atau barang dan/atau jasa .c).Naskah Perjanjian Pinjaman /Hibah Luar Negeri (NPPHLN)Adalah naskah perjanjian mengenai pinjamn dan atau hibah luar negeri antara Menteri Keuangan dengan pemberi PHLN>d).Category/Uraian KategoriAdalah kelompok pekerjaan atau kegiatan yang tercantum dalam NPPHLN.e).Porsi/Persentase Pembiayaan PHLNAdalah beban pembiayaan yang dapat disetujui untuk masing-masing kategori oleh PHLN.

  • 2).Tata cara penarikan PHLN

    a).Pembukaan Letter of Credit (L/C).b).Pembayaran Langsung (Direct Payment)c).Rekening Khusus (Special Account)d).Penggantian Pembiayaan Pendahuluan (Reimbursement).e.)Penarikan hibah secara langsung dalam bentuk barang dan jasa untuk melaksanakan kegiatan/kegiatan tertentu.

  • 3).Persyaratan pencantuman PHLN dalam DIPABeberapa hal yang harus diperhatikan dalam pencantuman PHLN dalam DIPA:a).Status Loanb).Jenis Cara Pembayaran.c).Alokasi Dana.d).Biaya Administrasi Kegiatane).Satuan Hargaf).Memahami NPPHLNg).Kegiatan Baru

  • 4).Pedoman Penyediaan dana Loan dan rupiah pendamping DIPA.a).Umumb).Pencantuman dana PHLN dalam DIPAc).Ketentuan Perpajakan dalam Pencantuman PHLN.d).Pencantuman Dana Pendamping.5).Ketentuan ALin-laina).Loan IBRD yang sudah punya fasiitas Rekening Khusus (R/K) sebagaimana tercantum dalam NPPHLN disalurkan seluruhnya melalui Rekening Khusus.b).Rekening Khusus untuk Loan ADB hanya digunakan untuk pembayaran mata uang rupiah, kecuali untuk training dan feelowship yang dibayarkan dengan valas

  • 3.Klasifikasi Fungsi dan Sasaran

    a.Fungsi Adalah perwujudan tugas pemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.b.Sub fungsiMerupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.c.ProgramAdalah penjabaran kebijakan kementrian negara/lembaga dalam bentuk upaya berisi atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengna misi kementrian negara/lembaga berkenaan.

  • d.KegiatanAdalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa Satker sebagai bagian dari pencapaian sasaran pada suatu program.e.SubkegiatanAdalah bagian dari kegiatan guna pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.f.Penentuan Sasaran dan Keluaran.Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. Keluaran (output)adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk menduung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

  • g.Indikator Hasil dan Indikator KeluaranIndikator Hasil adalah segala sesuatu yang akan dicapai dari suatu program dalam jangka menengah sesuai dengan tujuan dan sasaran program.Indikator Keluaran adalah sesuatuyang akan dicapai secara langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan.h.Perumusan program, kegiatan dan indikator hasil keluaran.

  • 4.Jenis Belanja

    a.Belanja Pegawai1).Belanja Pegawai engikata).Gaji tunjanganb).Honorariumc).Gaji Dokter PTT dan Bidan PTTd).Tunjangan Kompensasi Kerja (TKK)e).Uang Lemburf).Vakasig).Belanja Pegawai Lain-lainh).Belanja Pegawai Luar Negerii).Uang Lauk Pauk TNI/POLRI

  • 2).Belanja Pegawai Tidak MengikatAdalah belanja pegawai yang diberikan dalam rangka kegiatan yang bersifat temporer.b.Belanja Barang1).Belanja Barang Yang Terikata).Belanja Barangb).Belanja Jasac).Belanja Pemeliharaand).Belanja Perjalanane).Uang Makan PNS2).Belanja Barang Yang Tidak Terikata).Belanja Barangb).Belanja Jasac).Belanja Pemeliharaand).Belanja Perjalanan

  • c.Belanja Modal1).Belanja Modal Tanah2).Belanja Modal Peralatan dan Mesin3).Belanja Modal Gedung dan Bangunan4).Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan5).Belanja Modal Fisik Alinnyad.BungaYaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.e.SubsidiYaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimporbarang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.

  • f.HibahAdalah transfer dana yang sifatnya tidak wajib kepada pemerintah negara lain, organisasi internasional, dan pemerintah daerah.g.Bantuan SosialYaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kmeungkinan terjadinya resiko sosial.h.Belanja Lain-lainYaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam jenis belanja pada huruf a sampai huruf g tersebut diatas.

  • 5.Rencana dan Perkiraan Penerimaan

    a.Penyusunan rencana penarikan danaAdalah perkiraan pencairan dana yang dilakukan oleh satker atas rincian pengeluaran dalam DIPA setiap bulan.b.Penyusunan rencana penerimaanMeliputi perkiraan penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

  • 6.Catatan atas pengeluaran

    Meliputi penjelasan tentang rincian belanja/kelompok pengeluaran yang memerlukan perlakuan khusus dan/atau persyaratan tertentu pada saat proses pencairan dana.

  • BAB II PENELAAHAN DAN PENGESAHAN DIPA

  • A. MEKANISME PENELAAHAN DAN PENGESAHAN DIPA1.Penelaahan DIPAdan penetapan SRAA oleh Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan 2.Penelaahan DIPA oleh Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan3.Dalam pelaksanaan penelaahan Konsep DIPA, Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan/ Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan tidak perlu meneliti kebenaran perhitungan biaya dalam Konsep DIPA yang diajukan

  • 1.Penelaahan DIPAdan penetapan SRAA oleh Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan a.Penelaahan DIPA 1).Jenis DIPA yang ditelaah oleh Kantor Pusat Ditjen Pebendaharaan meliputi DIPA Satker Pusat dan DIPA Tugas Pembantuan.2).Kementrian negara/lembaga menyampaikan Konsep DIPA Pusat dan Konsep DIPA Tugas Pembantuan ke Ditjen Perbendharaan c.q Direktorat Pelaksanaan Anggaran.3).Penelaahan Konsep DIPA dilakukan secara bersama antara kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan dengan Kementrian Negara/Lembaga terkait.

  • b.Penetapan SRAADirektorat Jenderal Perbendaharaan c.q Direktorat Pelaksanaan Anggaran, menerima Peraturan Presiden tentang Rincian APBN dari Menteri Keuangan c.q. Ditjen Anggaran selambat-lambatnya akhir bulan November 2006

  • 2.Penelaahan DIPA oleh Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaana.Jenis DIPA yang ditelaah oleh Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan meliputi DIPA Satker Vertikal dan DIPA Dekonsentrasi.b.Setelah SRAA diterima dari Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan, Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan melakukan koordinasi dan menyampaikan copy SRAA kepada Satker dalam wilayah kerjanya masing-masing.

  • c.Kementrian negara/lembaga melalui satker vertikal pusat di daerah menyampaikan Konsep DIPA dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyampaikan Konsep DIPA Dekonsentrasi kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan.d.Penelaahan Konsep DIPA dilakukan secara bersama antara Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan dengan Kementrian Negara/Lembaga c.q Satker/SKPD terkait berlokasi di Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan setempat, dengan tata cara sebagai berikut:

  • 1).Pagu yang telah ditetapkan dalam SRAA untuk masing-masing Satker per kegiatan, subkegiatan, kelompok MAK dan jenis belanja merupakan batas tertinggi yang tidak boleh dilampaui.2).Apabila dalam penelaahan Konsep DIPA di daerah terdapat ketidaksesuaian atau permasalahan lainnya, maka Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan dapat melakukan pemblokiran dana pada DIPA dalam hal:

  • a).Terdapat ketidaksesuaian kegiatan, subkegiatan, kelompok MAK dan jenis belanja yang tercantum pada DIPA yang diajukan oleh Satker terkait dengan yang tercantum pada SRAA satker yang bersangkutan;b).Keperluan biaya operasi satker baru yang belum mendapat persetujuan Menteri Negara PAN;c).Kegiatan PHLN yang tercantum dalam SRAA belum tersedia dana pendamping, tidak ada nomor register dan sumber pendanaannya.

  • 3).Catatan atas hasil penelaahan DIPA diatur sebagai berikut:a).Dalam hal sebagian atau seluruh kegiatan DIPA dibiayai dana yang berasal dari penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dalam halaman IV Catatan DIPA agar dicantumkan catatan khusus : Pencairan dana untuk membiayaikegiatan PNBP dapat dibayarkan setelah terlebih dahulu dilakukan penyetoran PNBP ke rekening Kas Negara yang dibuktikan dengan bukti setor. Khusus untuk penyetoran PNBP yang terpusat didasarkan surat pemberitahuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan KPPN mencairkan dana PNBP didasarkan atas ketentuan perundangan yang berlaku

  • b).Dalam Ppenelaahan BElanja Pegawai pada DIPA agar memperhatikan realisasi pembayaran gaji April 2006.c).Apabila dalam penelaaahan DIPA dijumpai alokasi pagu kegiatan pada jenis belanja tertentu yang tidak sesuai dengan klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam PEraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005, DIPA tetap diproses dengan cattan diadakan pemblokiran atau tanda bintang (*) samapai adanya penetapan lebih lanjut dari Direktur Jenderal Perbendaharaan agar melaporkan temuan penelahan dimaksud kepada Dirjen Perbendaharan untuk diproses lebih lanjut.

  • B. DIPA SEMENTARA

    Tata cara penerbitan DIPA Sementara adalah tata cara sebagai berikut:1.Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan menyusun Konsep DIPA Sementara dan mengesahkan DIPA Sementara berdasarkan Perpres tentang Rincian APBN;2.Kantor Wilayah Ditjen Perbendahara menyusun Konsep DIPA Sementara dan mengesahkan DIPA Sementara berdasarkan SRAA.

  • 3.DIPA Sementara tidakperlu ditandatangani PA/KPA/Kepala Satker;4.Dana yang dapat dicairkan dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk pauk/bahan makanan. Sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya harus diblokir;5.Apabila Konsep DIPA telah diterima dari PA/KPA setelah DIPA Sementara diterbitkan, maka dilakukan penelaahan dan pengesahan revisi pertama DIPA bersangkutan.

  • C. PENETAPAN TANGGAL SURAT PENGESAHAN DIPA (SP-DIPA)1.Penetapan SP-DIPAoleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan di atas adalah tanggal 31 Desember 2006 dan berlaku sejak tanggal 1 Januari s.d. 31 Desember 2007.2.Penetapan SP-DIPA APP oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan tanggal saat pengesahan DIPA.

  • D.PENYAMPAIAN DIPA1.DIPA yang telah disahkan Direktur Jenderal Perbendaharaan, disampaikan kepada :a.Menteri/Ketua Lembaga;b.Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;c.Gubernur Propinsi;d.Direktur Jenderal Anggaran;

  • e.DirekturJenderal Perbendaharaan c.q Direktur Akuntansi dan Pelaporan;f.Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan terkait, beserta arsip data komputernya;g.Kepala Kantor PelayananPerbendaharaan Negara bersangkutan, beserta arsip data komputernya.

  • 2.DIPA yang telah disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendahraan, disampaikan kepada :a.Menteri/Ketua Lembaga;b.Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;c.Gubernur Propinsi;d.Direktur Jenderal Anggaran;e.Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q:1).Direktur Pelaksanaan Anggaran,beserta arsip data komputernya;2).Direktur Akuntansi dan Pelaporan;f.Kepala KantorPelayanan Perbendaharaan Negara bersangkutan, beserta arsip data komputernya.

  • BAB III PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)

  • POK disusun berdasarkan DIPA dan RKA-KL yang telah disetujui DPR dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan APBN.POK sekurang-kurangnya memuat uraian tentang rincian kegiatan/sub kegiatan, Kelompok MAK,MAK, jenis belanja, satuan biaya, volume, jumlah dana, sumber dana, tata cara penarikan dan kantor bayar.

  • BAB IV REVISI DIPA

  • A.PENYELESAIAN PENGESAHAN REVISI DIPADiatur sebagai berikut : 1.Revisi DIPA disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan menyangkut perubahan sebagai berikut:a.Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi;b.Perubahan kantor byar (KPPN);

  • c.Perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau penambahan/pengurangan sub kegiatan dalam satu kagiatan/program/jenis belanja;d.Perubahan volume keluaran pada sub kegiatan dengan memperhatikan kesesuaian sasaran kegiatan dan atau sasaran program tanpa mengubah alokasi dana pada kegiatan/program/jenis belanja.e.Pencairan dana yang diblokir/bertanda bintang (*), sepanjang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan, apabila persyaratan telah dipenuhi

  • f.Realokasi dana antar Satker yang tidak mengubah pagu kegiatan/program/jenis belanja dalam satu DIPA pada provinsi yang sama, khusus untuk Departemen Agama, Kejaksaan Agung, Departemen Hukum dan Hak Asasai Manusia, Departemen Keuangan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, Kepolisian Republik Indonesia, dan Badan Pertanahan Nasional;

  • 2.Revisi DIPA disahkan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Direktur Jenderal Anggaran melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk perubahan yang menyangkut:a.Pagu masing-masing kegiatan dalam satu program;b.Pagu masing-masing jenis belanja;c.Pagu masing-masing unit organisasi dalam satu bagian anggaran;d.Pagu anggaran belanja yang bersumber dari peningkatan penerimaan PNBP;

  • e.Pagu anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN);f.Pencairan blokir/tanda bintang (*) yang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Anggaran.3.Tata cara pelaksanaan revisi DIPA sebagaimana dimaksud pada angka 2 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri setelah Undang-Undang APBN tahun 2007 dan Peraturan Presiden tentang Rincian Belanja Pemerintah Pusat diundangkan.

  • B.PENGESAHAN REVISI DIVADiatur sebagai berikut:a.Revisi DIPA untuk DIPA Satker Pusat yang berlokasi di DKI Jakarta, disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.b.Revisi DIPA untuk :1.DIPA Satker Pusat yang berlokasi di daerah (di luar DKI Jakarta)2.DIPA Satker Vertikal3.DIPA Dekonsentrasi4.DIPA Tugas Pembantuan,

  • c.Revisi DIPA sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan kepada:1.Menteri/Ketua Lembaga;2.Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;3.Gubernur Provinsi;4.Direktur Jenderal Anggaran;5.Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q Direktur Akuntansi dan Pelaporan;6.Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan terkait, beserta arsip data komputernya.7.Kepala KantorPelayanan Perbendaharaan terkait, beserta arsip data komputernya.

  • d.Revisi DIPA sebagaimana dimaksud pada huruf b, disampaikan kepada:1.Menteri/Ketua Lembaga;2.Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;3.Gubernur Propinsi;4.Direktur Jenderal Anggaran;5.Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q:a).Direktur Pelaksanaan Anggaran, beserta arsipdata komputernya;b).Direktur Akuntansi dan pelaporan;6.Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara bersangkutan, beserta arsip data komputernya.

  • C.BATAS WAKTU PENYELESAIAN PENGESAHAN REVISI DIPAPenyelesaian pengesahan revisi DIPA paling lambat 5 hari kerja setelah usulan pengesahan revisi serta data pendukung diterima secara lengkap.

  • D.PELAPORAN REVISI DIPARevisi DIPA yang disahkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q Direktur Pelaksanaan Anggaran secara bulanan beserta seluruh arsip data komputernya baik yang dilaporkan revisinya maupun yang tidak direvisi.