Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
-
Upload
dedy-setyo-oetomo -
Category
Documents
-
view
255 -
download
0
Transcript of Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
1/22
1 dari 52 Pedoma
Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
6.1. Unsur pendahuluan yang bersifat informatif
6.1.1. Halaman judul
Halaman judul seharusnya berisi judul standar.
Judul seharusnya dibuat dengan susunan kata yang cermat, tepat, dan tidak bermaknaganda terhadap pokok standar. Disusun sedemikian rupa untuk membedakan denganstandar lain, tanpa menjadi terlalu rinci. Setiap tambahan khusus seharusnya diuraikandalam ruang lingkup.
Judul seharusnya teerdiri dari beberapa unsur, masing - masing sependek mungkin, dimulaidari hal yang bersifat umum ke khusus. Secara umum, seharusnya gunakan tidak lebih daritiga unsur bereikut :
a) unsur pendahuluan ( opsional ) yang menunjukkan bidang umum suatau standar ( hal inisering kali berdasarkan pada judul dari panitia teknik );
b) unsur utama ( wajib ) menunjukkan subjek pokok dalam bidang umum;
c) unsur tambahan ( opsional ) menunjukkan aspek khusus dari subjek pokok, menguraikan
rincian standar yang membedakan standar tersebut dengan standar lain, atau bagian lain
dari standar yang sama.
Aturan rinci untuk menyususn judul dapat dilihat dalam Lampiran D.
CATATAN Lembar judul RSNI dan SN disiapkan dalam sebuah format standar yangsesuai dengan pedoman ini. Sebagai tambahan pada judul, halaman kulit depan dan, jika
diperlukan halaman judul disiapkan dengan mencantumkan nomor SNI-nya, (yang sudahditetapkan oleh BSN).
6.1.2. Daftar Isi
Daftar isi adalah unsur pendahulu yang bersifat opsional, tetapi perlu ada untukmempermudah pengguna mengetahui isi suatu standar. Pada halaman daftar isi diberi judul"Daftar Isi" dan mencantumkanpasal dan jika perlu subpasal dengan judulnya, lampiran danstatusnya dalam tanda kurung, bibliografi, indeks, gambar, dan tabel. Urutannya adalahpasal dan subpasal denga judulnya; lampiran ( termasuk pasl dan subpasal denganjudulnya, bila perlu ); bibliografi; indeks; gambar; dan tabel. Semua unsur yang didaftarseharusnya dicantumkan dengan judul yang lenngkap. Istilah dalam pasal "Istilah dandefinisi" termasuk dalam daftar isi.
Dalam dokumen elekttronik, daftar isi sebaiknya dibuat secar otomatis.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
2/22
6.1.3. Prakata
Prakata sebaiknya dicantumkan dalam tiap standar dan tidak mencantumkan persyaratan,
gambar, atau tabel.
Prakata berisi hal umum dan hal teknis.
Hal umum, misalnya berisi :
- penunjukan nama dari panitia teknik yang mempersiapkan standar,
- informasi yang berkaitan dengan penetapan standar, dan
- informasi yang berkaitan dengan kettentuan yang digunakan termasuk Pedoman BSN.
Hal khusus,misalnya berisi :
- petunjuk adanya instansi lain yang memberi kontribusi pada persiapan standar ini;
- pernyataan bahwa pembatalan standar dan penggantian dokumen lainnya secara
keseluruhan atau sebagian;
-
pernyataan perubahan teknis yang penting dari standar edisi yang lalu;
- hubungan suatu standar dengan standar lain atau dokumen lain;
- pernyataan tentang lampiran yang bersifat normatif dan informatif.
6.1.4. Pendahuluan
Pendahuluan adalah unsur yang bersifat opsional, jika diperlukan, menguraiakan informasi
khusus atau komentar tentang isi teknis standar dan alasan pendukung untuk
mempersiapkan suatu standar.
Pendahuluan diharapkan tidak berisi pernyataan.
Pendahuluan tidak diberi nomor, kecuali diperlukan untuk membuat penomoran subpasal.Dalam hal ini diberi nomor 0 dengan subpasalnya mendapat nomor 0.1, 0.2, dan seterusnya.
Setiap gambar, tabel, rumus dan catatan kaki seharusnya diberi nomor dan biasanya dimulai
dengan 1.
6.2. Unsur umum normatif
6.2.1. Ruang lingkup
Unsur ini dicantumkan pada awal setiap standar dan dijabarkan tanpa bermakna ganda
untuk subjek standar dan aspek yang dicakup dan untuk menunjukkan batas penerapan
standar atau bagian khusus dari standar. Ruang lingkup tidak seharusnya berisi persyaratan.
Ruang lingkup seharusnya singkat sehingga dapat digunakan sebagai ringkasan untuk
membuat bibliografi.
Unsur ini disusun dalam bentuk urutan peernyataan fakta, sebagai berikut :
Standar ini
dimensi tentang ... "
- menetapkan metode untuk ... "
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
3/22
13 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun 2000
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
4/22
14 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
karakter dari ..."
prinsip umum untuk ... "
- menentukan
suatu sistem untuk ... "
- menentukan pedoman untuk ... "- mendefinisikan istilah ... "
Pernyataan untuk pemakaian suatu standar dimulai dengan kata - kata berikut " Standar ini
digunakan untuk ... "
6.2.2. Acuan normatif
Unsur ini seharusnya menguraikan daftar dokumen normatif yang diacu ( lihat 6.6.6.5 )
dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan standar. Untuk acuan bertanggal,
masing - masing dilengkapi tahun publikasi atau jika merupakan konsep akhir standar, diberitanda kurung (-) dengan catatan kaki " Akan dipublikasikan ", dengan judul lengkap. Tahun
publikasi dan tanda kurung (-) seharusnya tidak diberikan pada acuan yang tidak bertanggal.
Jika acuan yang tidak bertanggal berlaku untuk keseluruhan bagian standar, nomor publikasi
seharusnya diikuti dengan kata ("seluruh bagian") dan judul standar tahun tersebut.
CONTOH IEC 617 ( seluruh bagian ), simbol grafis untuk diagram.
Pada prinsipnya, dokumen normatif seharusnya SNI yang telah ditetapkan oleh BSN.
Dokumen normatif yang dipublikasikan oleh badan lain dapat diacu jika
- dokumen diakui oleh panitia teknik yang terkait, mempunyai keberterimaan luas, memiliki
arti luas dan tersedia publikasinya;
- panitia teknik terkait telah memperoleh persetujuan dari pengarang atau penerbit (jika
diketahi) dokumen yang dimasukkan dalam standar;
- pengarang aatau penerbit (jika diketahui) juga setuju untuk menginformasikan pada
panitia teknik terkait tentang maksud merevisi dokumen dan butir - butir revisi yang
terkait, dan;
- panitia teknik terkait melakukan tinjauan situasi dalam tiap perubahan dokumen yang
diacu.
Pencantuman daftar acuan normatif seharusnya dengan kalimat berikut :
" Dokumen acuan normatif di bawah ini berisi ketentuan. Dengan demikian, ketentuan dalam
dokumen acuan normatif tersebut menjadi ketentuan standar ini. Untuk acuan yang
bertanggal, amandemen, atau revisi yang ada dari tiap publikasinya tidak berlaku. Namun
demikian, pihak - pihak yang bersepakat berdasarkan standar ini dianjurkan untuk meneliti
kemungkinan penerapan edisi terbaru dokumen normatif yang tertera dibawah ini. Untuk
acuan tidak bertanggal, penerapannya merujuk pada dokumen normatif edisi terakhir.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
5/22
15 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
Kalimat di atas juga dapat diterapkan dengan dimodifikasi seperlunya pada tiap bagian suatustandar berisi, laporan teknis, atau pedoman. Daftar acuan normatif seharusnya tidakmencakupi hal - hal berikut :
- dokumen yang tidak tersedia secara umum;
- dokumen yang hanya bersifat informatif;
-dokumen yang hanya digunakan sebagai acuan dalam mempersiapkan standar.
Dokumen tersebut di atas boleh dicantumkan dalam bibliografi (lihat 6.4.2).
6.3. Unsur teknis normatif
6.3.1.
Unsur ini menguraikan definisi seperlnya untuk memberikan pengalaman tentang istilah
tertentu yang digunakan dalam standar. Kalimat pendahuluan berikut seharusnyadigunakanuntuk dimodifikasi seperlunya.
"Untuk keperluan standar ini, selanjutnya digunakan istilah dan definisi yang diberikandalam ... modifikasinya .
Aturan untuk merancang dan menyajikan isti lah dan definisi diuraikan dalam Lampiran Cbersama dengan aturan khusus untuk terminologi standar, seperti kosakata, penomoran,atau daftar yang sejenis dengan istilah dalam bahasa lain.
6.3.2. Simbol dan singkatan istilah
Unsur ini merupakan unsur opsional yang mencantumkan daftar simbol dan sinngkatanistilah yang diperlukan untuk memahami suatu standar.
Istilah dan definisi Kecuali ada kebutuhan daftar simbol dalam urutan khusus yangmerefleksikan kriteria teknis, semua simbol sebaiknya disusun berdasarkan urutan alfabetsebagai berikut.
- huruf Latin kapital diikuti dengan huruf Latin kecil (A,a,B,b,C,c, dan seterusnya);
- huruf tanpa indeks diikuti huruf indeks dan huruf dengan indeks didahului dengan angka
indeks (B,b,C,Cm,C2,c,d,dext,dint,d, dan setterusnya)
-huruf Yunani mengikuti huruf Latin (Z,z,A,,B,, ... ,, dan seterusnya);
- simbol - simbol khusus yang lain.
Untuk mudahnya, unsur in boleh dikombinasikan dengan usur 6.3.1 berurutan dengan istilahdan definisinya, simbol, singkatan istilah, dan mungkin satuan yang sesuai dengan judul.Misalnya, Istilah, definisi, simbol, satuan, dan singkatan istilah.
Semua ungkapan istilah yang berasal dari ungkapan asing dan belum ada padananya harusdicetak dalam huruf miring (italik).
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
6/22
16 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
6.3.3. Persyaratan
Unsur ini merupakan unsur opsional. Jika ada, seharusnya berisi hal- hal berikut :
a) semua karakteristik yang relevan dengan aspek produk, proses, atau jasa yang dicakup
oleh standar, baik secara eksplisit maupun sebagai acuan;
b) nilai batas yang dipersyaratkan dari karakteristik yang dapat diukur;c) setiap persyaratan, baik acuan cara uji untuk menentukan atau memferivikasi nilai
karakteristik maupun cara uji itu sendiri 9lihat 6.3.5)
Sebaiknya dibuat perbedaan yang jelas antara persyaratan, pernyataan, dan rekomendasi.Persyaratan kontraktual berkaitan dengan klaim. Jaminan, biaya yang dicakup, dan lain -lain tidak termasuk dalam bagian ini.Dalam beberapa standar produk, mungkin perlu ditetapkan bahwa produk harus disertaicatatan peringatan atau instruksi untuk pengguna atau instalatur dan ditetapkan sifatnya. Di
lain pihak, persyaratan yang berkaitan dengan pemakaian atau pemasangan harus termasukdi dalamnya dan merupakan bagian terpisah atau termasuk dalam standar lain bukanmerupakan persyaratan produk.
Daftar karakteristik suatu standar yang diperlukan pemasok untuk menentukan nilai - nilaiyang tidak ditetapkan dalam standar harus ditetapkan cara bagaimana nilai - nilai tersebutdiukur dan dinyatakan.
6.3.4. Pemercontohan
Unsur opsional ini menetapkan kondisi dan metode pemercontohan, demikian juga metodeuntuk preservasi percontoh. Unsur ini dapat muncul pada awal unsur 6.3.5.
6.3.5. Cara uji
Unsur opsional ini menguraikan semua instruksi yang berkaitan dengan prosedur untukmenentukan nilai karakteristik, mengecek kesesuaian persyaratan yang ada, menjaminkemampuan reproduksi hasil-hasilnya. Jika sosuai, pengujian sebaiknya diidentifikasisebagai uji jenis, uji rutin, uji percontohan, dan lain-lain.
Instruksi yang berkaitan dengan cara uji, bila sesuai, dibagi menjadi hal - hal berikut ini :
a ) P r i ns ip ;
b) pereaksi atau bahan;
c) pera la tan;
d ) peresiapan dan preservasi percontoh uji dan sediaan/spesimen uj i;
e ) p rosedur ;
f ) pernyataan hasil, termasuk metode perhitungan dan ketelitian cara uji;
g) laporan has i l u j i .
Untuk merancang metode analisis kimia, lihat ISO 78-2. Sebagai besar ISO 78-2 ini jugadapat diterapkan sebagai cara uji selain produk kimia.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
7/22
17 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
Cara uji dapat disajikan sebagai pasal terpisah atau digabung dalam unsur 6.3.3, sebagai
lampiran (lihat 6.3.8) atau sebagai terpisah (lihat 5.2.1). Jika menunjuk pada sejumlah
standar lain, cara uji seharusnya disiapkan sebagai standar terpisah.
6.3.6. Klasifikasi dan penunjukan (designation)
Unsur opsional ini menentukan suatu sistem klasifikasi, penunjuk dan/atau pengkodean
produk, proses atau jasa yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Untukmudahnya, unsur ini boleh dikombinasikan dengna unsur 6.3.3.
6.3.7. Penandaan, pelabelan, dan pengemasan
Unsur oopsional ini menetapkan penandaan suatu produk, misalnya merek dagang dari/atau
pemasok awal (vendor), nomor model atau jenis. Hal ini termasuk persyaratan label dan/atau
pengemasan produk, misalnya, instruksi penanganan, peringatan bahaya, tanggal produksi.
Simbol yang ditetapkan untuk penandaan seharusnya sesuai dengan ketentuan yang telahberlaku.
Unsur 6.3.6 dan 6.3.7 boleh ditambahkan sebagai lampiran informasi yang mencantumkan
contoh urutan informasi.
6.3.8. Lampiran normatif
Lampiran normatif merupakan bagian integral suatu standar.Keberadaanya adalah opsional.
Status lampiran normatif (berbeda dengan informatif, lihat 6.2.1) seterusnya dibuat dengan
jelas bagian yang dirujuk dalam teks, dengan menyatakannya dalam prakata (lihat 6.1.3) dan
mencantumkannya dalam daftar isi di bawah judul lampiran.
6.4. Unsur tambahan informatif
6.4.1. Lampiran informatif
Lampiran informatif menguraikan tambahan informasi dan dimaksudkan untuk membantu
pemahaman yang perlu dipenuhi untuk mengklaim kesesuaiannya dengan standar.
Keberadaanya adalah opsional. Status lampiran informatif (berbeda dengan normatif lihat
6.3.8) dibuat dengan jelas bagian yang dirujuk dalam teks, dengan menyatakannya dalam
prakata (lihat 6.1.3) dan mencantumkannya dalam daftar isi dibawah judul lampiran.
6.4.2. Bibliografi
Aturan - aturan yang berkaitan dengan bibliografi mengikuti SNI 19-4190.
6.5. Unsur informatif lain
6.5.1. Catatan dan contoh yang terintegrasi dalam teks
Catatan dan contoh yang terintegrasi dalam teks standar hanya digunakan untukmemberikan informasi tambahan. Informasi tersebut dimaksudkan untuk membantu
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
8/22
18 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
memahami atau menggunakan standar dan tidak memuat persyaratan yang perlu dipenuhi
untuk mengklaim kesesuaian suatu standar.
Catatan dan contoh sebaiknya dicantumkan pada bagian akhir pasal atau subpasal atau
paragraf yang dirujuk.
Catatan tunggal dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata "CATATAN" dan
dicantumkan pada awal baris pertama uraian catatan. Jika ada beberapa catatan dalampasal atau subpasal yang sama, seharusnya ditandai dengan kata "CATATAN 1",
"CATATAN 2", "CATATAN 3", dan seterusnya.
Contoh tunggal dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata " CONTOH " dan
dicantumkan pada awal baris pertama uraian contoh. Jika ada beberapa contoh dalam pasal
atau subpasal yang sama ditandai dengan kata "CONTOH 1", "CONTOH 2", "CONTOH 3",
dan seterusnya.
Dalam rancangan, semua baris pada catatan atau contoh dibuat agak ke kanan dalam
bentuk yang berbeda dari teksnya sehingga dapat diketahui dengan jelas. Misalnya dengan
huruf lebih kecil atau huruf miring (italik).
6.5.2. Catatan kaki teks
Catatan kaki teks menguraikan informasi tambahan dan penggunaannya harus seminimal
mungkin serta tidak berisi persyaratan. Catatan kaki gambar dan tabel mengikuti aturan yang
berbeda (lihat 6.6.4.9 dan 6.6.5.7).
Catatan kaki teks di cantumkan di bagian kiri bawah halaman yang terkait dan dipisahkan
dengan garis pendek mendatar tipis.
Catatan kaki teks dicantumkan dengan diawali angka Arab dimulai dengan 1 dan diikutidengan tanda kurung, selanjutnya dengan nomor berurutan sepanjang dokumen.
Misalnya,1), 2), 3), dan seterusnya. Catatan kaki harus dirujuk dalam teks dengan
menyisipkan angka yang sama dengan bentuk kecil yang ditulis di atas (superskrip) sesudah
kata atau kalimat yang dimaksud. Misalnya, 1) 2) 3) dan seterusnya.
Dalam hal khusus, contoh untuk menghindari keracunan dengan angka yang ditulis diatas,
satu atau lebih tanda atau simbol lainnya dapat pula digunakan : *, **, ***, dan seterusnya atau
+, ++, +++, dan seterusnya.
6.6. Aturan dan unsur umum
6.6.1. Bentuk verbal untuk menyatakan persyaratan
6.6.1.1. Suatu standar tidak mengharuskan pada setiap orang untuk mengikutinya.Meskipun demikian, dapat ditentukan, misalnya, dengan peraturan perundangan atau
dengan suatu kontrak. Untuk dapat mengklaim kesesuaian terhadap suatu standar, pemakai
perlu mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi persyaratan yang wajib dipenuhi.
Pemakai juga seharusnya dapat membedakan persyaratan tersebut dengan persyaratan lain
yang wajib dipilih.
Aturan yang jelas bentuk verbal (termasuk kata bantunya) sangat penting.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
9/22
19 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
6.6.1.2. Aturan yang jelas untuk penggunaan verbal (termasuk kata bantunya) sangatpenting
6.6.1.3. Di dalam Lampiran E, kolom pertama tiap tabel mencantumkan bentuk verbalya ng seharusnya digunakan untuk menyatakan tiap jenis ketentuan. Dalam hal khusus, jika
bentuk yang diuraikan dalam kolom pertama tidak dapat digunakan karena alasan bahasa,
perenyataan sejenis yang tercantum dalam kolom kedua seharusnya digunakan.
6.6.2. Pengejaan dan penyingkatan nama organisasi dan gayanya
Pengejaan nama suatu organisasi dan singkatannya harus seperti yang digunakan oleh
organisasi yang bersangkutan. Agar mudah dipahami oleh pembaca, harus ditulis dengan
gaya yang sederhana dan seringkas mungkin.
Acuan kerja untuk bahasa disarankan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesiaterbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Singkatan istilah harus digunakan dengan cermat, dan penggunaanya terbatas untuk hal -hal yang tidak menyebabkan keracunan. Jika daftar singkatan istilah tidak ada dalam standar
(lihat 6.3.2.), pertama kali singkatan istilah digunakan, istilah lengkapnya harus diberikan dan
singkatannya dituliskan dalam tanda kurung.
Singkatan istilah dapat diberikan hanya jika digunakan terus-menerus dalam standar. Aturan
umum singkatan istilah terdiri dari huruf pertama setiap kata yang bersangkutan dan ditulis
dengan huruf kecil 9misalnya, "a.b.b." untuk "arus bolak - balik") dan titik yang diletakkan
sesudah tiap huruf. Namun singkatan istilah yang dibuat dengan huruf kapital ditulis tanpa
tanda titik. Misalnya, "TK" untuk "tenaga kuda".
Jika kalimat dimulai dengan singkatan istilah yang terdiri dari beberapa huruf, semua huruf
singkatan istilah tersebut huruf kapital.
6.6.3. Penggunaan nama dagang
Penamaan suatu produk harus diberikan alih-alih nama dagang. Kepemilikan nama produk
(misalnya, merek dagang) untuk produk tertentu sejauh mungkin dihindari meskipun hal ini
sudah menjadi kebiasaan. Kecuali, jika nama dagangnya tidak dapat dihindari, bentuknya
diidentifikasikan. Misalnya, dengan simbol untuk merek dagand yang sudah terdaftar (lihat
Contoh 1).
CONTOH 1 Untuk mengganti "Teflon ", tulis dengan "Politetraflouroetelina (PTFE)".
Jika diketahui hanya ada satu produk yang dapat diterapkan dengan baik sesuai standar,
nama dagang produk tersebut dapat diberikan dalam teks standar, tetapi seharusnya diikuti
dengan catatan kaki, seperti diperlihatkan dalam Contoh 2.
CONTOH 2 "1) ... [nama produk barang dagang]" ... adalah nama dagang suatu produk
yang dipasok oleh ... [pemasok] ... informasi ini diberikan untuk memudahkan pemakai
standar dan tidak merupakan pengesahan dari ... [BSN] ... terhadap produk tersebut. Produk
yang sepadan boleh digunakan jika mereka memperlihatkan hasil yang sama.
Jika dipertimbangkan penting untuk memberikan contoh produk yang ada di pasar untuk
keberhasilan penerapan suatu standar, dan karena karakteristik produk sult diuraikan secara
rinci, nama dagang dapat diberikan dalam catatan kaki, seperti Contoh 3.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
10/22
20 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
CONTOH3 "1) ... [nama produk dagang] ... adalah contoh produk yang ada di pasaran.
Informasi ini diberikan untuk memudahkan pemakai standar dan tidak merupakan
pengesahan dari ... [BSN] ... terhadap produk dimaksud.
6.6.4. Gambar
6.6.4.1. Pengguanaan
Gambar sebaiknya digunakan untuk menyajikan informasi dengan cara yang lebih mudah
dan luas. Seharusnya, ada rujukan tiap gambar dalam teks. Hanya satu timgkat subbagian
yang diizinkan [misalnya, Gambar 1 dapat dibagi menjadi a), b), c), dan seterusnya].
6.6.4.2. Bentuk
Gambar harus berbentuk gambar garis. Foto boleh digunakan hanya apabila tidak mungkin
mengubahnya menjadi gambar garis.
Lebih baik gunakan gambar yang dibuat dengan komputer yang dilengkapi dengan
rinciannya yang telah disiapkan. Sebagai alternatif, gambar, bagan, grafik, dan sebagainyaharus disiapkan dengan benar dan dapat dibuat dengan transparan atau reproduksi foto
hitam putih. Foto kopi tidak boleh digunakan.
6.6.4.3. Penomoran
Gambar harus diberi nomor dengan angka Arab, dimulai dengan I. Penomoran ini harus
bebas dari penomoran pasal dan tebal.
Gambar tunggal diberi judul "Gambar I". Untuk penomoran gambar dalam lampiran, lihat
5.2.6.
6.6.4.4. Tata letak
Judul harus ditulis di tengah, mendatar di bawah gambar, dan ditulis seperti contoh berikut.
Gambar 1 Keterangan alat
6.6.4.5. Pemilihan simbol huruf, jenis huruf, dan label
Simbol yang digunakan dalam gambar untuk menyatakan besaran sudut (angular) atau
linear seharusnya sesuai dengan SNI yang berkaitan dengan besaran dan satuan. Huruf
kecil di bawah (subscript) dapat digunakan jika diperlukan untuk membedakan penggunaansimbol yang berbeda.
Untuk simbol berseri yang menunjukkan berbagai ukuran panjang dalam suatu gambar
gunakan I1, I2, I3, dan seterusnya, tetapi bukan A, B, C, dan sebagainya atau a, b, c, danseterusnya.
Huruf dalam gambar seharusnya sesuai denagan ISO 3098-1. huruf miring (italik)
seharusnya digunakan untuk
- simbol unttuk besaran
- huruf di bawah (subscript) yang mewakili simbol untuk besaran, dan
- simbol yang mewakili angka.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
11/22
21 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
Jenis huruf tegak seharusnya digunakan untuk semua huruf lainnya.
Dalam penerjaannya, jika memungkinkan, disarankan agar label diganti dengan butir acuan(lihat SNI 05-3022).
CONTOH
Gambar 1 Alat uji untuk tahana temperatur tinngi
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
12/22
22 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
6.6.4.6. Gambar teknik
Gambar teknik seharusnya dipersiapkan sesuai dengan SNI atau standar ISO yang relevan(lihat A.8). Simbol grafik yang digunakan untuk peralatan seharusnya sesuai dengan IEC
417.
6.6.4.7. Diagram
Diagram, seperti diagram rangkaina 9sirkuit) dan diagram hubungan, contohnya untuk uji
sirkuuit, seharusnya disiapkan sesuai dengan IEC 1082. Simbol grafik yang digunakan untuk
diagram sistem seharusnya sesuai dengan IEC 617. Penunjukan acuan dan tanda
penunjukan seharusnya sesuai dengan IEC 1346 dan IEC 175.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
13/22
23 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
Gambar 1 Contoh sirkuit uji untuk verifikasi tahanan tripping yang tak diinginkan
6.6.4.8. Catatan Gambar
Catatan gambar seharusnya dibuat bebas dari catatan yang ada dalam diteks (lihat 6.5.1),
diletakkan di atas judul gambar yang bersangkutan, dan didahului catatan gambar kaki (lihatcontoh berikut).
Catatan gambar tunggal dalam pasal atau subpasal didahului dengan kata "CATATAN" dan
dicantumkan pada awal baris pertama uraian catatan. Jika ada beberapa CATATAN dalam
gambar yang sama, seharusnya ditandai dengan kata "CATATAN 1", "CATATAN 2",
"CATATAN 3", dan seterusnya.
Nomor berurut yang terpisah digunakan untuk tiap gambar.
Catatan gambar tidak boleh berisi persyaratan. Tiap persyaratanyang berkaitan dengan isi
gambar diberikan dalam teks, catatan kaki gambar, atau sebagai paragraf antara gambar
dan judulnya. Jika tidak perlu, catatan gambarlah yang dirujuk.
CONTOH
Paragraf yang berisi persyaratan
CATATAN catatan gambar
Catatan kaki gambar
Catatan kaki gambar Gambar 1 Judul
6.6.4.9. Catatan kaki gambarCatatan kaki gambar seharusnya dibuat bebas dari catatan kaki pada teks (lihat 6.5.2)
dicantumkan di atas judul gambar yang dimaksud, dan mengikuti aturan catatan gambar
(lihat contoh dalam 6.6.4.8).
Catatan kaki gambar dibedakan dengan penulisan yang menggunakan huruf kecil di atas
(superskrip), dimulai dengan "a". Catatan kaki seharusnya merujuk pada gambar dengan
menyisipkan huruf kecil di atas (superskrip) yang sama.
Catatan kaki gambar boleh berisi persyaratan. Sebagai konsekuensinya, dalam pembuatan
konsep teks catatan kaki gambar, pembedaan secara jelas antara berbagai jenis ketentuanyang berbeda sangat penting, yaitu dengan menggunakan bentuk verbal yang tepat (lihat
Lampiran E).
6.6.5. Tabel
6.6.5.1. Penggunaan
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
14/22
24 dari 52 Pedoman No. 8 Tahu
Untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang lebih lengkap dan mudah, sweharusnyadigunakan tabel. Sedapat mungkin, setiap tabel itu secara eksplisit merujuk pada teks.
Tabel dalam tabel tidak di ijinkan dan begitu pula dengan pembagian tabel kedalamsubtabel.
6.6.5.2. Penomoran
Tabel seharusnya diberi nomor dengan angka Arab, dimulai dengan 1. Penomoran iniseharusnya bebas dari penomoran pasal dan gambar - gambar. Tabel tunggal ditandaidengan "Tabel 1".
Untuk penomoran tabel dalam lampiran, lihat 5.2.6.
6.6.5.3. Tata letak judul
Judul seharusnya mendatar di tengah, di atas tabel, dan ditulis sesuai dengan contoh berikutini.
Tabel 1 Persyaratan mekanis
6.6.5.4. Judul dalam kolom tabel
Kata pertama judul dalam tiap kolom dimulai dengan huruf kapital. Satuan yang digunakandalam kolom seharusnya dicantumkan di bawah judul dalam kolom (lihat juga 6.6.9.1.paragraf akhir).
CONTOH 1Penecualian dari aturan ini, jika semua satuan sama, satuan tersebut seharusnya
dicantumkan di sudut kanan atas di luar tabel.
CONTOH 2
Satuan dalam milimeterPenyajian dalam contoh 3 di bawah ini tidak diizinkan. Oleh karena itu seharusnya dibuat
seperti Contoh 4.
CONTOH 3CONTOH 4
Jenis
Dimensi A B C
Jenis Densitas linear kg/m Diameter dalam mm Diameter luar mm
Jenis Panjang Diameter dalam Diameter luar
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
15/22
25 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun
Dimensi Jenis
A B C
6.6.5.5. Sambungan tabelJika tabel berlanjut sampai 2 halaman atau lebih, nomor tabel seharusnya diulang dengan
diikuti judul tabel (opsional) dan dibubuhi kata "(lanjutan)", seperti contoh berikut :
Tabel 1 (lanjutan)
Dimensi
Jenis
A B C
Judul kolom dan tiap persyaratan yang berkaitan dengan satuan seharusnya diulang pada
halaman lanjutan.
6.6.5.6. Catatan dalam tabel
Catatan tabel harus dibuat bebas dari catatan yang ada dalam teks (lihat 6.5.1), diletakkan
diatas judul tabel yang bersangkutan, dan mendahului catatan tabel kaki (lihat contoh
berikut). Catatan tunggal dalam tabel didahului dengan kata "CATATAN" dicantumkan pada
awal baris pertama uraian catatan.
Jika ada beberapa CATATAN dalam tabel yang sama, seharusnya ditandai dengan kata
"CATATAN 1", "CATATAN 2", "CATATAN 3", dan seterusnya. Nomor urut yang terpisah
digunakan untuk tiap tabel. Catatan tabel tidak boleh berisi persyaratan.
Tiap persyaratan yang berkaitan dengan isi tabel seharusnya diberikan dalam uraian,
catatan kaki tabel atau sebagai paragraf dalam tabel. Tidak perlu membeerikan acuan pada
catatan tabel.
CONTOH
Satuan dalam milimeter
Jenis Panjang Diameter dalam Diameter luar
'1 a d1
'2 d2b
Paragraf yang berisi persyaratan
CATATAN 1 Catatan tabel
CATATAN 2 Catatan tabel
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
16/22
26 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun
a Catatan kaki tabel
b Catatan kaki tabel
6.6.5.7. Catatan kaki tabel
Catatan kaki tabel seharusnya dibuat bebas dari catatan kaki pada teks (lihat 6.5.2)
dicantumkan di atas judul tabel yang dimaksud, dan mengikuti aturan catatan tabel (lihatcontoh dalam 6.6.5.6).
Catatan kaki tabel dibedakan dengan penulisan yang menggunakan huruf kecil diatas
(superscript), dimulai dengan "a". Catatan kaki seharusnya merujuk pada tabel denganmenyisipkan huruf kecil di atas (superscript) yang sama.
Catatan kaki tabel boleh berisi persyaratan. Sebagai konsekuensinya, dalam membuat
konsep teks catatan kaki tabel, pembedaan secara jelas antara berbagai jenis ketentuan
yang berbeda sangat penting, yaitu dengan menggunakan bentuk verbal yang tepat (lihat
Lampiran E).
6.6.6. Acuan 6.6.6.1.
Umum
Sebagai aturan umum, acuan ke bagian khusus teks seharusnya digunakan sebagai
pengganti pengulangan sumber mateeri aslinya karena pengulangan tersebut mengandung
risiko kasalahan atau ketidakkonsistenan dan memperpanjang dokumen. Namun demikian,
jika perlu mengulang materi tersebut, sumbernya seharusnya dibuat dalam bentuk seperti
6.6.6.2 sampai dengan 6.6.6.5 dan tidak mengacu pada nomor halamannya.
6.6.6.2. Acuan pada standar untuk kesalahan teks
Umumnya digunakan bentuk berikut " Standar ini ... ", " Lampiran Teknis ini ... ", atau
"pedoman ini ...".
Namun demikian, untutk mencegah kemungkinan keracunan dalam standar yang
dipublikasikan dalam bagian - bagian yang terpisah, bentuk berikut dapat digunakan :
- "bagian SNI 19-9000 ini" (acuan hanya sebagian saja).
- "SNI 19-14000" (acuan mencakup seri standar).
Acuan sepert i ini dimengrti termasuk amandemen dan /atau koreksi teknis dimasamendatang terhadap standar yang dimaksud.
6.6.6.3. Acuan pada unsur dalam teks
6.6.6.3.1. Gunakan contoh berikut :
- "berkaitan dengan pasal 3";
- "sesuai dengan pasal 3";
- "seperti ditentukan dalam 3.1 b)";
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
17/22
27 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun 2
- "uraian ynag diberikan dalam 3.1.1";
- "lihat Lampiran B";
- "persyaratan yang diberikan dalam B.2";
- "lihat catatan dalam Tabel 2";
-"lihat Contoh 2 dalam 6.6.3".
Tidak perlu menggunakan istilah "Subpasal".
6.6.6.3.2. Jika diperlukan untuk mengacu pada suatu daftar yang tidak berurutan daristandar lain, harus diikuti bentuk berikut :
"seperti ditetapkan dalam ISO/IEC 15888, subpasal 3.1, daftar kedua".
6.6.6.4. Acuan tabel dan gambar
Setiap tabel dan gambar yang termasuk dalam standar seharusnya dirujuk dalam uraian.Gunakan, misalnya, bentuk bereikut :
- "diberikan dalam Tabel 2";
- "(lihat Tabel B.2)";
- "diperlihatkan dalam Gambar A.6";
- "(lihat Gambar 3)".
6.6.6.5. Acuan pada dokumen lain
6.6.6.5.1. Umum
Acuan dokumen lain dapat bertanggal atau tidak bertanggal. Semua acuan normatif,bertanggal atau tidak, harus dimuat dalam pasal "Acuan normatif" (lihat 6.2.2).
6.6.6.5.2. Acuan bertanggal
Kecuali hal-hal yang diuraikan dalam 6.6.6.5, acuan normatif seharusnya bertanggal (edisikhusus, tahun publikasi, atau dalam hal diperlukan atau konsep akhir, diberi tanda hubung (-
)). Acuan untuk bagian atau subbagian khusus, tabel, dan gambar dari dokumen lainseharusnya selalu bertanggal. Jika ada amandemen atau revisi, terhadap acuan bertanggalperlu digabungkan dengan amandemen standar yang mengacunya.
CATATAN Dalam konteks ini suatu bagian diperlakukan sebagai standar terpisah.
Gunakan bentuk berikut :
- " ... pelaksanaan uji diuraikan dalam SNI 04-4519.2-1998 ...";
- " ... sesuai dengan SNI 01-2891 : ... , pasal 6, ...";
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
18/22
28 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun
- " ... seperti ditentukan dalam SNI 01-0222-1995, Tabel 4, ... ";
Lihat juga 6.6.6.3.2
6.6.6.5.3. Acuan tidak bertanggal
Acuan tidak bertanggal hanya boleh dibuat terhadap dokumen lengkap atau bagiannya dandalam hal berikut :
a) dimungkinkan untuk menggunakan seluruh perubahan dokumen yang dirujuk pada
masa yang akan datang;
b) untuk acuan yang bersifat informatif.
Acuan tidak bertanggal berarti mencakup semua amandemen dan revisi publikasinya yangdikutip.
Bentuk penggunaanya sebagai berikut :
-"... seperti ditentukan dalam ISO 128-20 dan ISO 31 ...";
- " ... lihat SNI 05-6047 ... ".
6.6.7. Penyajian angka dan nilai numerik
6.6.7.1. Tanda desimal seharusnya ditulis dalam bentuk koma.
6.6.7.2. Jika suatu angak bernilai kurang dari 1 dan ditulis dalam bentuk desimal,tanda desimal didahului dengan nol.
CONTOH 0,001
6.6.7.3. Setiap kelompok tiga digit pembacaan ke kiri atau ke kanan tanda desimalharus dipisahkan dengan 1 spasi, kecuali untuk angka empat digit yang menunjukkan tahun.
CONTOH 23 456 2 345 2,345 2,345 6 2,345 67 tetapi untuk tahun adalah 1997
6.6.7.4. Untuk kejelasan, tanda kali (x) lebih baik dari pada tanda titik yang digunakan
untuk menunjukkan perkalian angka dan nilai numerik.
CONTOH Tulis 1,8 x 10-3
(bukan 1,8.10-3
atau 1,8 . 10-3)
6.6.7.5. Untuk penyajian jumlah suatu benda (sebagai pembeda dari nilai numeriksuatu besaran fisik), satu sampai dengan sembilan seharusnya ditulis denngan mengikutiaturan penulisan lengkap.
CONTOH 1 "Laksanakan pengujian tersebut pada lima pipa, @ 5 m"
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
19/22
29 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun 2
CONTOH 2 "Pilihlah 15 pipa untuk uji tekan."
Untuk menyajikan nilai besaran fisik, seharusnya gunakan angka arab yang diikuti dengansimbol internasional untuk satuan (lihat SNI 19-2746/ISO 1000 dan IEC 27).
6.6.8. Besaran, satuan, simbol dan tanda
Seharusnya guanakan satuan Sistem Internasional (SI), seperti yang diuraikan dalam ISO31 untuk besaran dan satuan. Simbol untuk besaran seharusnya dipilih, jika mungkin, dariberbagai SNI untuk besaran dan satuan (ISO 31). Untuk pedoman lebih lanjut, lihat SNI 19-2746/ISO 1000.
Satuan dari tiap nilai yang dinyatakan harus diidentifikasi.
Simbol satuan untuk derajat, menit, dan detik 9untuk ukuran sudut) mengikuti angkanyatanpa spasi. Semua simbol satuan lain seharusnya didahului dengan satu spasi (lihatLampiran F).
Tanda dan simbol metematis sesuai dengan SNI 19-1941/ISO 31-11. Daftar periksaberkaitan dengan besaran yang digunakan dalam SNI diberikan untuk informasi dalamLampiran F.
6.6.9. Rumus metematis
6.6.9.1. Jenis Persamaan
Persamaan diantara besaran lebih baik dinyatakan dalam bentuk persamaan nilai numerik.Persamaan seharusnya ditampilkan dalam bentuk yang benar secara matematis. Variabelditampilkan dengan simbol huruf dan dijelaskan artinya, kecuali jika simbol tersebut telahdituliskan dalam pasal "Simbol dan singkatan istilah" 9lihat 6.3.2). Penjabaran istilah ataunama dari besaran seharusnya tidak dittulis dalam bentuk persamaan.
Perhatikan Contoh 1 nereikut ini.
CONTOH 1
t
v = I
dengan :
v adalah kecepatan titik dalam geerakan seragam;
I adalah jarak tempuh
t adalah interval waktu
Kecuali, jika persamaanya memakai nilai numerik, maka contoh yang disajikan pada Contoh2 adalah sebagai berikut
CONTOH 2
Iv = 3,6 x -
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
20/22
30 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun
dengan :v nilai nukerik kecepatan, dinyatakan dalam kilometer per jam (km/h), dari suatu titik dalam
geerakan yang seragam;
I nilai numerik dari jarak tempuh, dinyatakan dalam meter (m);
t nilai numerik dalam interval waktu, d inyatakan dalam detik (s).
Namun demikian, simbol yang sama jangan digunakan dalam standar untuk besaran dannilai numerik yang berkaita, misalnya penggunaan persamaan pada Contoh 1 danpersamaan dalam Contoh 2 dalam konteks yang sama akan memberikan implikasi bahwa 1= 3,6 yang tentu saja tidak benar.
Notasi seperti berikut :
v I t----- , ---- , dan ---- atau v/(km/h), !/m, t/s
km/h m s
untuk nilai numeric khususnya sangat cocok pada sumbu grafik dan judul kolom suatu table.
6.6.9.2. Penyajian
Sejauh mungkin symbol yang mempunyai lebih dari 1 tingkat subscript atau superscriptseharusnya dihindari karena setiap symbol dari rumus yang nantinya berakitan denganpencetakan akan memerlukan lebih dari 2 jenis garis.
CONTOH 1 Di, maks lebih baik daripada D1 maks .
CONTOH 2 Dalam teks,a/b lebih baik daripada a bCONTOH 3 Dalam menuliskan rumus, lebih baik :
Sin [(N + I) cp / 2 ] sin (N cp / 2)Sin (cp / 2)
Daripada
Sin (N + I) cp sin N cp2 2
sin cp2
Contoh lebih lanjut dari penyajian rumus matematis diberikan pada Contoh 4 dan 5.
CONTOH 4
- eW + d eW = Q
e x d t e x
dengan pengertian
- grad v - eA + (v x tot A)x
et x
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
21/22
31 dari 52 Pedoman No. 8 Tahun 2
W potensi dinamik;
x sumbu x;
t waktu;
x waktu turunan dari x;
Q muatan listrik;
V tegangan listrik;
A potensi vektor magnetik;
v kecepatan
CONTOH 5
x (t1) e5t1
cos (wt1 + a )
------------- = -------------------------------------- = - e 5T/2 - 1,39215x (t1 + T/2) e 5( t1 + T/2 ) cos (wt1 + a + ii )
dengan pengertian :
x adalah sumbu x ;
t1 adalah waktu pada putaran peertama ;
T adalah waktu periode ;
w adalah frekuensi sudut ;
a adalah fase awal ;
5 adalah koefisien peredam ;
ii adalah bilangan 3,141 592 6
6.6.9.3. Penomoran
Jika diperlukan penomoran pada seluruh atau sebagai rumus dalam suattu standar dengan
maksud untuk acuan silang, maka seharusnya digunakan angka Arab dalam tanda kurung,
dimulai dengan 1 :
x2 + y2
< z2
Penomoran seharusnya berurutan tidak tergantung pada penomoran pasal, tabel dan
gambar.
-
7/30/2019 Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia
22/22
Untuk penomoran rumus dalam lampiran, lihat 5.2.6.
6.6.10. Penunjukan dimensi dan toleransi
Dimensi dan toleransi seharusnya diperlihatkan dengan jelas dan tidak bermakna ganda.
CONTOH 1 80 mm x 25 mm x 50 mm ( bukan 80 x 25 x 25 mm)
CONTOH 2 80 pF 2 pF atau (80 20) pF
CONTOH 3 80+2
(bukan 80+2
)0 -0
CONTOH 4 80 mm+50
mm-25
CONTOH 5 10 kPa sampai dengan 12 kPa (bukan 10 sampai 12 kPa).
CONTOH 6 00
C sampai dengan 100
C (bukan 0 sampai 100
C)
Untuk mencegah kesalahpahaman, toleransi dalam persentase seharusnya dinyatakandalam bentuk yang benar secara matematis.
CONTOH 7 Tulislah "dari 63 % sampai dengan 67 %" untuk menyatakan rentang.
CONTOH 8 Tulislah "(65 2) %" untuk menyatakan nilai tengah dengan tolerasi.
Susunan " 65 2 % seharusnya tidak digunakan.
Lihat juga Lampiran F.