NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

159
DRAF LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA Disiapkan oleh: Tim Konsultan SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN TEMANGGUNG PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG SEKRETARIAT DPRD 2021

Transcript of NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Page 1: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

DRAF LAPORAN AKHIR

NASKAH AKADEMIK

PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN

PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA

Disiapkan oleh:

Tim Konsultan

SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG SEKRETARIAT DPRD

2021

Page 2: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

menunjukkan intensitas yang semakin meningkat setiap

tahunnya. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa

jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia terus

mengalami kenaikan yang signifikan. Perkembangan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia sudah

sampai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Hampir tidak ada

satupun daerah yang bebas dari penyalahgunaan narkoba.

Dengan maraknya peredaran narkoba di Indonesia maka

pemerintah dituntut untuk lebih memperketat pengawasan dalam

upaya mencegah dan memberantas peredaran narkoba, agar

generasi muda di Indonesia tidak semakin terjerumus ke dalam

pengaruh dan bahaya narkoba. Negara yang sukses adalah

Negara yang mampu menciptakan generasi muda penerus

bangsa yang berkualitas.

Dalam rangka menanggulangi permasalahan narkoba,

Pemerintah Indonesia telah lama mempunyai kebijakan untuk

mencegah dan memberantas peyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba. Tepatnya pada tahun 1976 bersamaan dengan

ditandanganinya Konvensi tunggal narkotika Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 1976 hampir semua negara

anggota PBB sepakat untuk memerangi penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba. Namun saat itu narkoba belum

dianggap sebagai permasalahan yang serius. Seiring dengan

perkembangan zaman, permasalahan narkoba di Indonesia mulai

Page 3: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 2

bermunculan dan semakin bertambah sehingga menjadi

permasalahan yang sangat mengkhawatirkan.

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bersifat

transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus

operandi dan teknologi canggih, didukung oleh jaringan

organisasi yang massif. Hal inilah yang mengakibatkan

banyaknya korban terutama di kalangan generasi muda bangsa

yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan

negara.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi

dan kondisi untuk mencegah dan memberantas tindak pidana

tersebut. Atas dasar itulah melalui Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Nomor VI/

MPR/ 2002, Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Tahun 2002 merekomendasikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR-RI) dan Presiden

Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan

atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997. Perubahan

signifikan dari Undang-Undang yang lama dengan Undang-

Undang yang baru (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009) ialah

dibentuknya Badan Narkotika Nasional. Badan Narkotika Nasional

(BNN) yang dibentuk menggantikan Badan Koordinasi Narkotika

Nasional yang dibentuk tahun 1999 dengan pertimbangan bahwa

lembaga tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan

perkembangan keadaan.

Selanjutnya untuk memaksimalkan implementasi

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dalam usaha mencegah

Page 4: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 3

dan memberantas peredaran narkoba di Indonesia, dibuatlah

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan

dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba Tahun 2011-2015. Instruksi ini pun dibuat dalam upaya

untuk lebih memfokuskan pencapaian “Indonesia Negeri Bebas

Narkoba”. Pada awal tahun 2015 Presiden Joko Widodo pernah

menyatakan bahwa negara Indonesia dalam keadaan darurat

narkoba.

Atas dasar Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, untuk menjalankan upaya Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) pemerintah membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN).

Lembaga ini merupakan lembaga pemerintah nonkementerian

yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab

kepada Presiden. BNN berkedudukan di Ibukota negara dengan

wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara Republik

Indonesia. BNN mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan

kabupaten/ kota. BNN provinsi berkedudukan di Ibukota provinsi

dan BNN kabupaten/ kota berkedudukan di ibukota

kabupaten/kota. (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Pasal 64-65).

Kebijakan dalam bidang Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Perdaran Gelap Narkoba (P4GN)

dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai tujuan Indonesia

bebas narkoba. Adanya kebijakan dari pemerintah melalui Badan

Narkotika Nasional (BNN) dalam mencegah dan memberantas

penyalahgunaan narkoba diharapkan dapat meminimalisir jumlah

kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Menurut BNN

adanya kasus penyalahgunaan narkoba khususnya pada kalangan

pelajar disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya meluasnya

Page 5: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 4

sindikat jaringan narkoba yang menjadikan pelajar sebagai

target, dan beberapa faktor atau permasalahan yang dihadapi

oleh pengguna itu sendiri.

Dalam konteks penyelesaian penanggulangan

penyalahgunaan narkotika, pemerintah Indonesia melakukan

kerjasama dengan lembaga-lembaga Internasional yaitu ikut

serta dalam mengesahkan / meratifikasi Konvensi PBB tentang

pemberantasan peredaran narkotika dan psikotropika,

selanjutnya hal ini dijadikan acuan terbentuknya Undang-Undang

Nomor 22 tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika yang mengamanatkan pencegahan,

perlindungan, dan penyelamatan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika. Khusus pada pasal 70 butir 2

disebutkan bahwa wewenang dan tugas BNN adalah mencegah

dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika.

Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif oleh BNN

diformulasikan dalam bentuk program Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) yang bekerjasama dengan Kepolisian Republik Indonesia

(POLRI) dan instansi terkait. Program ini dilaksanakan melalui

kegiatan kampanye perilaku hidup bersih sehat, penyebaran

informasi yang benar mengenai bahaya penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan zat adiktif serta

pemberian edukasi dini kepada peserta didik melalui satuan

pendidikan mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif (Setiyawati dkk, 2015).

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2010 disebutkan bahwa BNN adalah lembaga pemerintah

non kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

Page 6: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 5

jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Selanjutnya sesuai dengan pasal 2

ayat 1 yaitu bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan

nasional mengenai Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika yang kemudian

disingkat P4GN dengan fungsinya yaitu melaksananakan

kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang

pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan,

rehabilitasi, hukum, dan kerja sama.

Mencegah peredaran narkoba merupakan salah satu

bentuk penanggulangan masalah narkoba. Mencegah adalah

salah satu bentuk penanggulangan narkoba secara preventif

dimana menurut Subagyo Partodiharjo (2006 : 100 - 102)

mengatakan bahwa program ini ditujukan kepada masyarakat

sehat yang belum mengenal narkoba sehingga tidak tertarik

untuk menyalahgunakannya. Selain dilakukan oleh pemerintah

(institusi terkait), program ini juga sangat efektif jika dibantu

oleh lembaga lainnya yaitu lembaga profesional terkait, lembaga

swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat (ormas) lainnya.

Selain mencegah, memberantas peredaran narkoba juga

merupakan salah satu bentuk penanggulangan yang bersifat

represif. Dimana menurut Subagyo Partodiharjo (2006 : 107 -

108) program represif adalah program penindakan terhadap

produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum.

Program ini merupakan program institusi pemerintahan yang

berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun

distribusi semua zat yang tergolong narkoba. Selain

mengendalikan produksi dan distribusi, program represif berupa

penindakan juga dilakukan terhadap pemakai sebagai pelanggar

Undang-undang tentang narkotika.

Page 7: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 6

Berdasarkan pertimbangan di atas, dipandang perlu

adanya peraturan daerah Kabupaten Temanggung yang

mengatur tentang Fasilitasi Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN)

tersebut. Dalam rangka mewujudkan sebuah Peraturan Daerah

yang komprehensif, aspiratif dan implementatif, maka perlu

dilakukan suatu naskah akademis untuk mendapatkan referensi

yang mendalam secara filosofis, sosiologis dan yuridis terhadap

urgensi fasilitasi Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN) dimaksud.

Hal itu sesuai dengan kaidah dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan bahwa untuk mewujudkan Peraturan

Daerah yang baik, komprehensif dan implementatif diperlukan

adanya Naskah Akademik. Untuk kepentingan itulah penyusunan

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pemberantasan Penyalahgunaan

dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

Kabupaten Temanggung ini dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Hasil penelitian Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya–

LIPI Tahun 2019, tentang Survei Penyalahgunaan Narkoba Tahun

2019 menunjukkan bahwa angka prevalensi penyalahguna

narkoba di Indonesia mencapai 1,80 persen atau sekitar

3.419.188 jiwa atau bisa dikatakan 180 dari 10.000 Penduduk

Indonesia berumur 15 – 64 tahun terpapar memakai narkoba

selama satu tahun terakhir. Narkoba yang paling banyak

digunakan adalah shabu, ganja diikuti oleh ATS dan zat

Page 8: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 7

psikotropika lainnya dengan cara penggunaannya adalah disuntik,

dirokok, dihirup, disuntik dan dihirup, ditelan dan sublingual.

Sementara itu hasil penelitian Riset Kesehatan Dampak

Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2019 di 6 Provinsi yang

mempunyai tempat Rehabilitasi menunjukkan berbagai keluhan

fisik yang oleh responden dianggap terkait dengan pemakain zat

yang disalahgunakan. Terutama keluhan sehubungan dengan

infeksi rongga mulut (59,5 persen), gangguan pernafasan (52,8

persen), gangguan kulit (24,1 persen), dan overdosis (14,1

persen). Dampak fisik lainnya yang mereka alami adalah pusing-

pusing hebat (73 persen), gangguan gigi (64,1 persen) dan

gangguan rongga mulut (60,1 persen) merupakan keluhan yang

paling sering dikemukakan dengan variasi frekuensi kejadian

gangguannya.

Selain itu, responden juga menyebutkan dampak jangka

panjang dari penyalahgunaan zat seperti gangguan kejiwaan

(13,1 persen), penyakit menular seksual sebanyak (6,8 persen),

hepatitis C sebanyak (5,8 persen), penyakit TBC (3,0 persen),

sirosis hati (1,5 persen), AIDS (2,7 persen) stroke (0,8 persen),

kebocoran katup jantung (0,2 persen), dan penyakit lain-lain

(14,6 persen) (Riset Kesehatan Dampak Penyalahgunaan

Narkotika Tahun 2019).

Jumlah perkara tindak pidana narkoba di wilayah

Kabupaten Temanggung pada tahun 2018 sebanyak 19 kasus

dengan 21 tersangka, dan meningkat pada tahun 2019 menjadi

21 kasus dengan 23 tersangka. Pada tahun 2020 masih

meningkat lagi menjadi 27 kasus dengan 28 tersangka. Pelaku

tindak pidana narkoba berdasarkan kelompok umur didominasi

kelompok umur dewasa dengan batasan umur 25-45 tahun, yaitu

sebanyak 45 orang, kemudian kelompok umur remaja dengan

batasan umur 18-25 tahun. Pelaku tindak pidana narkoba

Page 9: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 8

kelompok usia dewasa lanjut dengan batasan umur > 46 tahun

berjumlah 4 orang, dan pada kelompok usia anak dengan

batasan umur < 18 tahun sebanyak 3 orang.

Sebagian besar pelaku tindak pidana narkoba di

Kabupaten Temanggung berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak

70 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2

orang. Berdasarkan jenis mata pencaharian, sebagian besar

pelaku tindak pidana narkoba adalah Swasta yaitu sebanyak 68

orang, sementara pelaku dengan jenis mata pencaharian sebagai

Pelajar sebanyak 3 orang, dan didapatkan jenis mata pencaharian

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 orang.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan

di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah dalam rangka

penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

(Raperda) Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika, yaitu:

1. Sejauh mana kondisi dan perkembangan kasus

penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika, serta

dampaknya terhadap perilaku dan berbagai tindakan buruk di

Kabupaten Temanggung?.

2. Sejauhmana ketersediaan landasan hukum bagi Pemerintah

Kabupaten Temanggung dalam mengatur Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika?;

3. Sejauhmana kewenangan Pemerintah Kabupaten

Temanggung dalam mengatur Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prrkursor

Narkotika?.

4. Mengapa perlu ada Peraturan Daerah yang mengatur Fasilitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Page 10: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 9

Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Kabupaten

Temanggung?.

5. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis pembentukan Raperda Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika?.

6. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Raperda

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika?.

7. Apakah pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika memiliki landasan

akademik sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah?.

C. Maksud, Tujuan dan Manfaat

1. Maksud Kegiatan

Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika ini dimaksudkan

untuk menyediakan dokumen yang menjelaskan alasan dan

urgensi serta hal-hal yang perlu diatur dalam rangka

memperkuat, mengarahkan dan mendasari

penyelenggaraan Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Page 11: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 10

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung.

Penyusunan Naskah Akademik dilakukan dengan

merangkum beberapa pendapat pakar, baik kalangan praktisi,

akademisi maupun masyarakat. Pendapat para pakar ini

merupakan suatu kajian secara mendasar terhadap dasar

filosofis, yuridis dan sosiologis. Hal ini dimaksudkan untuk

lebih memperjelas latar belakang, tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN) di Kabupaten Temanggung.

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN) diharapkan dapat

dipertanggung jawabkan, baik dari segi akademis maupun

dari segi filosofis, yuridis, dan aspek-aspek lainnya. Hal ini

dilakukan dalam rangka meminimalisir terjadinya resistensi

atau penolakan masyarakat terhadap Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN), karena dalam

proses penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN) ini dilakukan

kegiatan Sosialisasi dan Pembahasan Diskusi Publik melalui

model Focus Group Discussion (FGD).

Maksud dari kegiatan penyusunan dokumen Naskah

Akademik Dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Page 12: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 11

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor

Narkotika (P4GNPN) adalah untuk memberikan dasar terkait

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran

Gelap Narkotika dan Prekusor Narkotika di Kabupaten

Temanggung.

2. Tujuan Kegiatan

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang

dikemukakan di atas, secara rinci tujuan penyusunan Naskah

Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN) di Kabupaten Temanggung ini

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan landasan dan kerangka pemikiran bagi

Rancangan Peraturan Daerah tentang Fasilitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

(P4GNPN);

b. Memberikan kajian dan kerangka filosofis, sosiologis, dan

yuridis serta teknis tentang perlunya Peraturan Daerah

tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN);

c. Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa saja yang

harus ada dalam penyelenggaraan Peraturan Daerah

terkait Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN);

Page 13: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 12

d. Mengkaji hubungan dan keterkaitan Rancangan Peraturan

Daerah dengan peraturan perundang-undangan lainnya

sehingga menjadi jelas kedudukannya serta ketentuan

yang diaturnya.

3. Manfaat Kegiatan

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN) ini diharapkan

dapat bermanfaat menjadi acuan atau referensi bersama

Pemerintah Kabupaten Temanggung dan DPRD Kabupaten

Temanggung dalam penyusunan dan pembahasan Raperda

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN), yang

merupakan usul inisiatif gagasan inovatif Pemerintah

Kabupaten Temanggung.

4. Target/ Sasaran Kegiatan

Target/ Sasaran dari kegiatan Penyusunan Naskah

Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN) ini adalah sebagai berikut.

a. Tersusunnya naskah akademik Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

(P4GNPN);

Page 14: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 13

b. Rencana tindak lanjut dalam proses legislasi atas

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung

tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika (P4GNPN) yang disiapkan ini.

D. Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang melandasi

penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika (P4GNPN) adalah sebagai berikut:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa

Tengah (Berita Negara Tanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan

Konvensi Tunggal Narkoba 1961 beserta Protokol Tahun

1972 yang mengubahnya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3085);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3671) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor

Page 15: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 14

245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6573);

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan

United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic

Drugs and Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan

Peredaran Gelap Narkoba dan Psikotropika, 1988)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3673);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4235), sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5606);

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4301);

8. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5062) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6573);

Page 16: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 15

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5063) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6573);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5336;

12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5495) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6573);

Page 17: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 16

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

14. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5601) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor

245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6573);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor , Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor );

16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5419);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6041);

Page 18: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. I - 17

18. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2019 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010

tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2019 Nomor 128);

19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 199);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 32), sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

120 Tahun 2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 157);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2019

tentang Fasilitasi Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekusor Narkotika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2019 Nomor 195).

Page 19: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 1

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS

1. Tinjauan Pemerintahan Daerah

a. Pengertian Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah di Indonesia harus dipahami

sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman tersebut juga

dipergunakan dalam memahami arti dari Pasal 18, Pasal 18

A dan Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Politik konstitusi UUD 1945 tetap

menjadikan Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang

berbentuk Republik, meskipun sudah dilakukan amandemen

terhadap Pasal 1 UUD 1945 itu. Pasal 18 ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyebutkan Negara Kesatuan Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi

atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten

dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

dengan undang-undang.

Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan Pemerintahan

Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan pemerintah Pusat. Ketentuan

Pasal 18 ayat (1) dan ayat (5) di atas tidak dapat dipisahkan

dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi: Negara

Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

Tentang hal ini Laica Marzuki mengatakan bentuk Negara (de

Page 20: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 2

staatsvorm) RI secara utuh harus dibaca dan dipahami

dalam makna Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang

berbentuk Republik, yang disusun berdasarkan

desentalisatie, dijalankan atas dasar otonomi yang seluas-

luasnya, menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juncto Pasal 18 ayat

(1) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Bentuk Negara Kesatuan yang

berbentuk republik, dan disusun berdasarkan desentralisasi

itu merupakan constitutionele kenmerken dari de staatsvorm

van Republik Indonesia (Imam Soebechi, 2012:50).

Selanjutnya Politik hukum dalam pengaturan

pemerintahan daerah dirumuskan dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

disebutkan bahwa Pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Secara faktual pentingnya dilaksanakan

pemerintahan daerah dilandasi oleh pertimbangan-

pertimbangan berikut (Hanif Nurcholis, 2005: 31-32):

1) Adanya perbedaan daerah dalam sistem sosial, politik

dan budaya

Umumnya kesatuan masyarakat daerah telah

tumbuh, berkembang, dan eksis sebagai kesatuan

masyarakat hukum sebelum terbentuknya negara

nasional. Kesatuan masyarakat hukum ini telah

mengembangkan lembaga sosial yang dikembangkan

Page 21: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 3

mencakup lembaga politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

pertahanan-keamanan.

Kondisi alamiah tersebut menjadi fakta politik,

sosial, dan budaya yang selanjutnya mempengaruhi

lembaga-lembaga formal yang dibentu negara. Oleh

karena itu negara perlu mengakomodasi fakta tersebut

dengan menyelnggarakan sistem pemerintahan daerah.

Dengan menempuh cara ini maka struktur lembaga

formal akan diperkuat. Selanjutnya dengan sistem

pemerintahan daerah yang disepakati semua pihak maka

akan tercipta tingkat kohevisitas yang tinggi. Dengan

demikian, Pemerintahan daerah justru akan

memperkokoh integritas bangsa.

2) Upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat.

Dalam sistem pemerntahan daerah, Pemerintah

Daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus

urusan masyarakat setempat berdasarkan kepentingan

dan aspirasinya. Dengan kewenangan ini masyarakat

daerah setempat melalui wakil-wakilnya membuat

kebijakan publik/ kebijakan daerah. Kebijakan daerah ini

lalu dilaksanakan oleh pejabat-pejabat daerah setempat.

Dengan demikian urusan masyarakt diputuskan oleh

masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika muncul

masalah, dengan cepat masyarakat akan

menyelesaikannya. Pelayanan publik yang diberikan oleh

pejabat pelaksana dapat diterima masyaraat secara cepat

dan mudah karena tidak terdapat jalur birokrasi yang

panjang, komplek dan berbelit-belit.

3) Menciptakan administrasi pemerintahan yang efisien.

Page 22: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 4

Penyelenggaraan pemerintahan dengan cara

terpusat akan melahirkan hirarki dan rantai komando

yang panjang. Melalui sistem pemerintahan daerah,

pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur

dan mengurus urusan-urusan yang diserahkan

kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak

sekedar melaksanakan ketentuan dari pusat tapi

membuat rencana, melaksanakan, mengendalikan dan

mengawasinya sendiri. Dalam hal ini pengambilan

keputusan berada di daerah, begitu juga tentang

pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawabannya.

b. Asas-asas Pemerintahan Daerah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah itu dikenal 3 (tiga) asas

penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu asas

desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.

Asas-asas Desentralisasi adalah penyerahan

wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah

otonom dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari

Pemerintah kepada Gubenur sebagai wakil pemerintah

dan/atau perangkat pusat di daerah, sedangkan asas Tugas

Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada

daerah dan desa, dan dari daerah ke desa untuk

melaksanakan tugas tertentu yang disertai dengan

pembiayaan, saran dan prasarana serta sumber daya

manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan

Page 23: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 5

mempertanggungjawabkannya kepada yang

menugaskannya.

c. Prinsip-prinsip Pemerintahan Daerah Menurut UU

No 23 Tahun 2014

Penjelasan UU Nomor 23 Tahun 2014 menguraikan

bahwa terdapat beberapa prinsip pemberian otonomi daerah

yang dipakai sebagai pedoman dalam pembentukan dan

penyelenggaraan daerah otonom yaitu:

1) Penyelenggaraan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan

serta potensi dan keanekaragaman Daerah;

2) Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi

luas, nyata dan bertanggung jawab;

3) Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh

diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,

sedangkan Daerah Provinsi merupakan otonomi yang

terbatas;

4) Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan

konstitusi negara terjamin hubungan yang serasi antara

Pusat dan Daerah serta antar Daerah;

5) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan

kemandirian Daerah Otonom.

2. Tinjauan Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika

Data dan informasi terkait dengan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba menunjukkan kondisi yang

sangat memprihatinkan, Data tersebut menunjukkan bahwa

narkotika sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat

Indonesia, karena itu diperlukan cara untuk mencegah

Page 24: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 6

perluasan peredaran dan penyelahgunaan narkotika serta

dampaknya, serta cara untuk menangani peredaran dan

penyalahgunaan narkotika serta dampaknya, termasuk cara

untuk mengubah maindset masyarakat, agar sadar bahaya

narkotika serta perilaku bermasalah tersebut.

Berbagai bentuk tindak pidana dan kasus

sebagaimana dideskripsikan diatas menunjukkan bahwa

peredaran narkotika dikendalikan oleh hukum alam dan

hukum pasar. Bentuk pengendalian oleh hukum alam adalah

bahwa peredaran dan penyalahgunaan narkotika bersumber

pada kebutuhan manusia terhadap kebebasan dan

kenyamanan yang lahir dari tekanan sosial yang semakin

hari semakin meningkat.

Bentuk pengendalian oleh hukum pasar adalah

bahwa kebutuhan itu berubah menjadi permintaan dan

permintaan itu melahirkan pasokan, termasuk seluruh

rangkaian proses yang melatarbelakangi pasokan itu,

seperti: pengembangan atau pembiakan bahan baku,

produksi, distribusi, dan penjualan kepada pengguna.

Kedua jenis hukum ini terintegrasi kedalam suatu

bentuk sinergi yang melahirkan kekuatan proses dan

pengendalian yang sulit diatasi dengan pendekatan biasa,

seperti: pendekatan hukum, keamanan, serta pendekatan

kesehatan. Masalah ini membutuhkan suatu bentuk aksi

yang berakar pada suatu program yang terstruktur dan

sistematis, yang berangkat dari dan menyentuh akar-akar

fundamental dari sebab yang melahirkan kebutuhan

manusia terhadap narkotika.

Pengertian Narkoba menurut Burhan Arifin (2007 :

4), menjelaskan bahwa narkoba atau napza adalah

bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi

Page 25: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 7

kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan

perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan

psikologi. Narkoba merupakan akronim yang berakar pada

kata “narkotika dan obatan-obatan terlarang”, yaitu kata

yang digunakan untuk menjelaskan jenis zat yang

digunakan dalam pelayanan medis dan merupakan jenis

obat yang tidak dapat diedarkan, digunakan, dan

dikonsumsi secara bebas, atau harus diedarkan,

dikonsumsi, dan digunakan berdasarkan ketentuan hukum.

Kata “terlarang” dalam akronim itu berarti terlarang untuk

diedarkan dan disalahgunakan kecuali sesuai dengan aturan

hukum. Karena itu, narkotika merupakan jenis obat yang

harus digunakan, dikonsumsi, dan diedarkan sesuai dengan

ketentuan hukum yang mengatur jenis obat tersebut.

Narkotika saat ini juga dikenal dengan akronim lain, yaitu

NAPZA, kepanjangan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adikitf.

Narkotika merupakan merupakan zat yang

digunakan untuk pengobatan, baik dalam fungsi perlakuan

medik, seperti penahan rasa sakit dalam melakukan

operasi, maupun sebagai obat untuk tujuan mempengaruhi

fungsi kelenjar, sirkulasi hormon, dan metabolism tubuh.

Narkotika merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjuk pada suatu jenis zat, baik yang bersumber dari

bahan-bahan alami (heroin, morphine and opium) maupun

sistetis (Percodan, Demerol and Darvon), atau semi sintetis

(Oxycodone and Hydrocodone), yang bersifat

menghilangkan rasa sakit (analgesic) karena dapat

menumpulkan kepekaan syaraf perasa atau sebaliknya

meningkatkan kepekaan syaraf perasa manusia.

Page 26: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 8

Narkotika juga merupakan zat yang bekerja pada

tataran syaraf yang mengendalikan fungsi kelenjar, hormon,

fungsi organ, dan metabolisme tubuh manusia yang

menghasilkan sensasi tertentu pada diri dan pikiran

manusia. Sensasi yang dihasilkan oleh narkotik dapat

membuat orang terbebas dari rasa sakit, merasa senang,

tenang, dan terbebas dari tekanan pikiran dan mental atau

terbebas dari cara kerja dan dampak cara kerja pikiran

terhadap mental dan metabolisme tubuh.

Sensasi yang dihasilkan narkotika sesungguhnya

merupakan sensasi semu atau sifatnya sementara, sehingga

dalam mempertahankan kondisi yang setara dengan kondisi

sementara itu seorang pengguna harus menggunakan

kembali obat yang dikonsumsi sehingga ia tetap dapat

menikmati sensasi yang dirasakan sebelumnya. Sifat senasi

dan pola penggunaan tersebut melahirkan sifat baru dari

narkotika yaitu sifat ketergantungan (addiction), yang

membuat orang mengkonsumsi secara terus menerus zat

yang dikonsumsinya. Pola konsumsi secara terus-menerus

tersebut jika dilakukan dalam jangka waktu lama dan dalam

dosis berlebihan, akan menimbulkan keadaan tidak

terkendali yang berakibat sangat buruk terhadap fungsi

organ tubuh manusia terutama kerja syaraf, kelenjar,

sirkulasi dan keseimbangan hormon, daya kerja pikiran dan

daya tahan fisik secara menyeluruh.

Sifat narkotika sebagai sumber sensasi fisik dan

mental pada manusia mengakibatkan narkotik cenderung

disalahgunakan, mulai dari sekadar sebagai media iseng

dan bersenang-senang, sampai pada ketergantungan yang

merusak cara kerja fisik dan mental manusia. Kandungan

adiktif dalam narkotika yang megakibatkan ketergantungan

Page 27: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 9

bagi pemakainya, merupakan sebab yang mengakibatkan

penyalahgunaan narkotika menjadi problem besar bukan

saja bagi si pemakai, tetapi juga keluarga, masyarakat,

bangsa, dan masyarakat secara keseluruhan. Konsumsi dan

ketergantungan terhadap narkotika mengakibatkan

kekacauan pikiran dan cara kerja metabolisme tubuh

manusia dan akhirnya menimbulkan kekacauan pada

kehidupan pemakainya, keluarganya, dan masyarakat

sekitarnya.

Narkotika bekerja pada tatanan syaraf. Yang

mengakibatkan terjadinya ketergantungan pada konsumsi

narkotika sesungguhnya adalah sensasi yang ditimbulkan

oleh konsumsi tersebut. Sensasi bekerja pada tataran

mental, mulai dari penciptaan rasa senang, bebas, dan

kenikmatan atas rasa senang dan bebas tersebut sampai

pada perubahan dari rasa senang dan rasa bebas menjadi

ketagihan atau ketergantungan dan menjadi sebab siksaan

badan yang hanya dapat diatasi dengan terus

mengkonsumsi zat tersebut.

Sifat konsumsi dan ketergantungan yang semula

menghasilkan rasa senang dan rasa bebas, pada putaran

berikutnya berubah menjadi konsumsi dan ketergantungan

untuk mengatasi rasa sakit dan siksaaan sebagai akibat dari

kekurangan dosis. Pada putaran ketiga, rasa sakit itu hanya

dapat diatasi dengan dosis yang semakin meningkat,

sehingga konsumsi dan ketergantungan pada putaran ketiga

merupakan konsumsi dan ketergantungan untuk mengatasi

ketersiksaan yang hanya dapat diatasi dengan dosis yang

yang lebih tinggi lagi. Pola konsumsi dan ketergantungan

tersebut menjadikan pengguna yang ingin berhenti

mengkonsumsi narkoba berhadapan dengan keputusasaan

Page 28: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 10

dan menggiring mereka semakin dekat dengan jurang

kematian.

Pola rehabilitasi terhadap pengguna ditentukan dari

level orientasi konsumsi dan sebab ketergantungan. Pola

rehabilitasi juga dapat diklasifikasikan atas sesuai dengan

pola penggunaan dan tingkat ketergantungan pengguna.

3. Tinjauan Tentang Naskah Akademik

Pembentukan peraturan perundang-undangan dapat

berasal dari prakarsa Pemerintah/ Pemerintah Daerah

ataupun inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat/ Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPR/ DPRD). Setiap penyusunan

peraturan perundang-undangan dengan inisiatif atau

prakarsa pihak manapun dari kedua belah pihak

penyelenggara pemerintahan/ pemerintahan daerah itu,

keduanya harus melalui tahapan perumusan terlebih dahulu

terhadap produk hukum atau politik hukum yang akan

dibentuk. Rumusan alasan secara filosofis, sosiaologis dan

yuridis yang menghantarkan pembentukan sebuah peraturan

perundang-undangan itulah yang sering disebut “Naskah

Akademik”.

Dokumen naskah akademik dimaksudkan untuk

memberikan gambaran terlebih dahulu tentang

permasalahan, kerangka hukum, dan dampak terhadap

praktek kehidupan sosial ekonomi masyarakat dari

rancangan suatu kebijakan/ politik hukum berupa peraturan

perundang-undangan yang akan dibuat dan disusun oleh

masing-masing lembaga negara yang berwenang

membuatnya. Sebelum suatu rancangan peraturan

perundang-undangan menjadi draf rancangan perundang-

undangan maka lebih dahulu sudah dirumuskan dalam

Page 29: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 11

bentuk dokumen naskah akademik yang akan menjadi suatu

draf rancangan perundang-undangan.1

Pihak akademisi bidang hukum dan bidang terkait

lainnya memiliki hak dan kesempatan untuk mengkaji

kelayakan sebuah peraturan perundang-undangan yang akan

dibentuk dalam mengatur perikehidupan masyarakat dalam

bentuk dokumen naskah akademik. Untuk itulah adalah

seorang pakar hukum yang menegaskan bahwa yang

dimaksud naskah akademik adalah naskah awal yang yang

membuat gagasan-gagasan pengaturan dan materi

perundang-undangan bidang tertentu.

Naskah akademik memiliki bentuk dan isi yang

memuat gagasan pengaturan suatu materi hukum bidang

tertentu yang ditinjau secara “holistik-futuristik” dan dari

berbagai aspek ilmu, dilengkapi dengan referensi yang

memuat; urgensi, konsepsi, landasan, alas hukum, prinsip-

prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang norma-

norma yang telah dituangkan ke dalam bentuk pasal-pasal

dengan mengajukan berbagai alternatif, yang disajikan

dalam bentuk uraian yang sistematis dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmu hukum dan sesuai

dengan politik hukum yang telah digariskan.2

Penyusunan naskah akademik berdasaran berbagai

pendapat dan argument di atas tidak lain merupakan upaya

pendekatan menyeluruh (holistik) dari sebuah rencana

pembuatan peraturan perundang-undangan yang telah

dirumuskan. Pendekatan ini dijalankan melalui konsep dasar

1 Soimin, Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Negara Indonesia, (Yogyakarta: UII

Press Yogyakarta, 2010), hal. 129. 2 Harry Alexander, Panduan Perancangan Undang-undang di Indonesia (Jakarta: Solusindo,

2004), hal. 120.

Page 30: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 12

tritunggal3 dalam menelaah lahirnya sebuah peraturan

perundang-undangan, yang meliputi aspek yuridis, sosiologis

dan filosofis.

Aspek yuridis dimaksudkan agar produk hukum yang

diterbitkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa

menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat. Aspek

sosiologi dimaksudkan agar produk hukum yang diterbitkan

jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup

ditengah-tengah masyarakat, misalnya adat istiadat.

Sedangkan aspek filosofis, dimaksudkan agar produk hukum

yang diterbitkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang

hakiki di tengah-tengah masyarakat, misalnya agama dan

kepercayaan.4

Batasan naskah akademik yang jelas ini akan

memudahkan untuk menginvetarisasi seluruh bahan dan

permasalahan yang muncul di lapangan. Rambu-rambu

penting dalam merumuskan batasan pengaturan yang akan

dibuat meliputi ketiga aspek tersebut, yaitu filosofis,

sosiologis dan yuridis. Hal ini penting untuk ditekankan agar

naskah akademis yang dibuat tidak saja bertumpu pada

keilmuan tetapi juga harus ditunjang dengan kenyataan

sosial. Tumpuan keilmuan dibuat didasarkan kepada kaidah-

kaidah teori dan pendapat para pakar (doktrin), sedangkan

tumpuan kenyataan didasarkan kepada kebutuhan nyata

(reality needed) yang diinginkan masyarakat agar

kehidupannya terlindungi dan jaminan oleh kepastian,

3 Konsep tritunggal dalam penyusunan peraturan perundang-undangan terdapat perbedaan

dalam melihat landasan atau pijakan dibuatnya, sebagaimana terdahulu seperti Rosdjidi Ranggawidjaja

menyebutkan di antaranya: (i) filosofis, (ii) yuridis dan (iii) sosiologis, sedangkan M. Solly Lubis

menyebutakan di antaranya: (i) filosofis, (ii) yuridis, dan (iii) politis.

4 Sirauddin, dkk,, Legislative Drafting: Pelembagaan Metode Partisipatif dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, YAPPIKA & MCW, (Malang, 2007), hal. 124.

Page 31: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 13

kemanfaatan dan keadilan hukum baik masa kini (does sein)

maupun masa yang akan datang (does sollen).5

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68

Tahun 2005 yang mengatur tentang tata cara

mempersiapkan rancangan undang-undang, rancangan

peraturan pemerintah pengganti undang-undang, rancangan

peraturan pemerintah, dan rancangan peraturan presiden,

tepatnya dalam Pasal 7 ayat (7) menyatakan bahwa:

“Naskah akademik adalah naskah yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi

yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang

ingin diwujudkan dan lingkup jangkauan dan obyek, atau

arah peraturan rancangan undang-undang”. Sehingga

berdasarkan ketentuan Perpres tersebut dapat diketahui

bahwa naskah akademik merupakan rumusan awal dari

sebuah produk peraturan perundang-undangan yang akan

dibuat, di dalamnya memuat latar belakang, tujuan, obyek

yang diatur pada masing-masing peraturan, serta ruang

lingkup pengaturannya.

Naskah akademik dalam konteks ilmu perundang-

undangan memegang peranan yang sangat penting untuk

memberikan kajian yang mendalam terhadap substansi

bidang permasalahan yang akan diatur. Penyusunan naskah

akdemik membutuhkan penelitian kepustakaan dan

penelitian empiris sebagai data dasarnya. Proses

penyusunan peraturan perundang-undangan berarti tidak

boleh dilakukan secara pragmatif dengan langsung menuju

pada subtansi masalah yang akan diatur di dalam peraturan

perundang-undangan. Untuk itulah maka dalam penyusunan

5 Ibid., Sirauddin, dkk, hal. 125.

Page 32: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 14

naskah akademik ini dibutuhkan keterlibatan dan partisipasi

masyarakat baik secara langsung yang diminta oleh lembaga

pembuat perundangan pusat atau daerah maupun secara

tidak langsung diminta atas keterlibatnnya yaitu dengan aktif

mengontrol jalannya penyusunan draf materi muatan

peraturan peraturan perundang-undangan utamanya

undang-undang maupun peraturan daerah.

4. Urgensi Penyusunan Naskah Akademik

a. Pengertian Naskah Akademik.

Naskah Akademik untuk pembentukan Peraturan

Perundang-undangan secara baku mulai dipopulerkan pada

tahun 1994 dengan Keputusan Kepala Badan Pembinaan

Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan

Perundang-undangan. Dalam Keputusan Kepala Badan

Pembinaan Hukum Nasional itu dikemukakan bahwa:6

“Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan adalah

naskah awal yang memuat pengaturan materi-materi

perundang-undangan bidang tertentu yang telah ditinjau

secara sistemik, holistik dan futuristik”.

Pengertian lain dari sebuah naskah akademik antara

lain dikemukakan oleh Jazim Hamidi bahwa naskah

akademik ialah naskah atau uraian yang berisi penjelasan

tentang :7

a. Perlunya sebuah peraturan harus dibuat

6 www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Abdul Wahid, “Penyusunan Naskah

Akademik”, diakses 25 November 2012

7 www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho,

“Urgensi Penyusunan Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan”, diakses tanggal 26 November 2012

Page 33: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 15

b. Tujuan dan kegunaan dari peraturan yang akan dibuat

c. Materi-materi yang harus diatur peraturan tersebut

d. Aspek-aspek teknis penyusunan

Harry Alexander dalam bukunya Panduan

Perancangan Perda di Indonesia, memberikan definisi

tentang Naskah Akademik yaitu naskah awal yang memuat

gagasan-gagasan pengaturan dan materi muatan

perundang-undangan bidang tertentu.8 Pasal 1 angka 7

Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005, menyatakan

bahwa Naskah akademik adalah naskah yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi

yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang

ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah

pengaturan suatu Rancangan Undang-Undang.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan tidak

menyatakan secara ekplisit tentang Naskah Akademik, tetapi

secara implisit dalam Pasal 53 menegaskan bahwa :9

Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan

tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan

rancangan undang-undang atau rancangan peraturan

daerah.

Hikmahanto Juwana tidak jauh dari yang sudah

dikemukakan di atas mengemukakan bahwa secara

8 Ibid, www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho.

9 Pasal 53 tersebut secara tidak langsung telah melibatkan pihak lain dalam penyusunan

rancangan undang-undang dan peraturan daerah, yaitu masyarakat. Hal ini sering disebut

dengan partisipasi masyarakat. Wujud konkrit partisipasi masyarakat ini tampak dalam

penyusunan Naskah Akademik.

Page 34: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 16

substansi, Naskah Akademik memuat beberapa bagian

penting, yaitu:10

a. Tujuan dibuatnya rancangan undang-undang

Tujuan dan alasan dibentuknya peraturan

perundang-undangan dapat beraneka ragam. Hal ini

terkait erat dengan politik hukum, karena tujuan

pembentukan peraturan perundang-undangan

merupakan penjabaran dari politik hukum.

b. Pembahasan tentang apa yang akan diatur

Bagian ini harus dapat diuraikan secara tepat dan tajam

apa yang akan menjadi muatan materi dalam Undang-

Undang. Untuk pengisian bagian ini, penyusun Naskah

Akademik harus berkonsultasi secara intens dengan

pihak-pihak yang sangat tahu tentang apa yang akan

diatur.

c. Faktor berjalannya undang-undang

Dalam praktiknya sering undang-undang tidak dapat

dilaksanakan dan ditegakkan. Kondisi ini terjadi karena

tidak diikuti dengan kajian yang mendalam dengan

memperhatikan kebutuhan masyarakat dalam arti

sesungguhnya. Dengan demikian, seyognya Naskah

Akademik juga memuat kajian tentang dukungan

infrastruktur dalam hal suatu undang-undang

diberlakukan nantinya.

d. Rujukan (Reference)

Dalam Naskah Akademik perlu diuraikan tentang rujukan

terkait dengan Rancangan Undang-Undang yang akan

dibuat. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumpang

tindihnya aturan baik secara horizontal maupun vertikal,

10

Hikmahanto Juwana, Penyusunan Naskah Akademik sebagai Prasyarat dalam

Perencanaan Pembentukan RUU, Departemen Hukum dan HAM, hal. 3-4.

Page 35: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 17

serta untuk harmonisasi dan sinkronisasi berbagai

undang-undang yang sudah ada dalam proses

pembentukan undang-undang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Naskah

Akademik” paling sedikit memuat dasar filosofis, sosiologis,

yuridis, pokok dan lingkup materi muatan yang diatur.

b. Urgensi Penyusunan Naskah Akademik

Dasar filosofis merupakan landasan filsafat atau

pandangan yang menjadi dasar cita-cita sewaktu

menuangkan suatu masalah ke dalam peraturan perundang-

undangan. Dasar filosofis sangat penting untuk menghindari

pertentangan peraturan perundang-undangan yang disusun

dengan nilai-nilai yang hakiki dan luhur di tengah-tengah

masyarakat, misalnya etika, adat, agama dan lain-lain.11

Aspek filosofis ini antara lain memuat hasil kajian yang

mencerminkan landasan ideal atau pandangan yang menjadi

dasar cita-cita pada saat menuangkan suatu masalah ke

dalam peraturan perundang-undangan.

Secara dasar sosiologis, naskah akademik disusun

dengan mengkaji realitas masyarakat yang meliputi

kebutuhan hukum masyarakat, aspek sosial ekonomi dan

nilai-nilai yang hidup dan berkembang (rasa keadilan

masyarakat). Tujuan kajian sosiologis ini adalah untuk

menghindari tercerabutnya peraturan perundang-undangan

yang dibuat dari akar-akar sosialnya di masyarakat.

Banyaknya peraturan perundang-undangan yang setelah

diundangkan kemudian ditolak oleh masyarakat, merupakan

11

Ibid, Hikmahanto Juwana, hal. 11

Page 36: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 18

cerminan peraturan perundang-undangan yang tidak

memiliki akar sosial yang kuat.12

Teori-teori perundang-undangan pada umumnya

hanya menyebutkan tiga aspek kajian untuk mengukur baik-

tidaknya suatu peraturan perundang-undangan, yaitu dari

aspek filosofis, yuridis, dan sosiologis. Akan tetapi, sebuah

peraturan perundang-undangan (termasuk peraturan

daerah) tidak bisa sama sekali dilepaskan dari unsur-unsur

politis dalam pembentukannya. Aspek politis pada dasarnya

mengedepankan persoalan tarik-ulur kepentingan antara

pemerintah dan masyarakat. Dalam Naskah Akademik pun

kajian terhadap aspek ini perlu dilakukan. Bagaimana

sesungguhnya kemauan politik dari pemerintah, dan

bagaimana bargaining power dari kemauan politik

pemerintah ini ketika berhadapan dengan kepentingan

masyarakat, terutama dalam era demokrasi seperti saat ini.

Hal yang sangat penting lainnya adalah kajian-kajian

dari berbagai aspek terkait, antara lain, dari aspek ekonomi

dan ekologi, yang akan lebih memperkaya Naskah Akademik

dan pada tahap selanjutnya juga akan lebih

menyempurnakan substansi peraturan perundang-undangan

(peraturan daerah) yang akan dibuat. Jika kondisi

memungkinkan maka sesungguhnya proses pembentukan

peraturan perundang-undangan (termasuk peraturan

daerah) perlu menggunakan apa yang disebut proses

regulatory impact assessment (RIA), yang berguna untuk

mengetahui sejauhmana dampak ekonomis yang timbul dari

peraturan tersebut bila sudah terbentuk dan diberlakukan di

tengah-tengah masyarakat.

12

Ibid, Hikmahanto Juwana, hal. 15.

Page 37: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 19

Urgensi Naskah Akademik yang lain adalah bahwa

dalam dokumen itu diberikan gambaran mengenai substansi,

materi dan ruang lingkup dari peraturan daerah yang akan

dibuat. Naskah akademik menjelaskan tentang konsepsi,

pendekatan, dan asas-asas dari materi hukum yang perlu

diatur, serta pemikiran-pemikiran normanya. Asas-asas dari

materi hukum, pada dasarnya tidak semata-mata terikat

pada asas-asas yang telah ditentukan dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 ataupun Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, tetapi juga

perlu mencermati nilai-nilai, asas-asas hukum adat atau

kearifan tradisional yang masih hidup dana berkembang

dalam kehidupan masyarakat setempat.

Hal penting lainnya yang perlu dipertimbangkan

adalah asas resiko (risk management) yang mau tidak mau

akan timbul atau dihadapi nantinya jika peraturan daerah itu

sudah terbentuk atau telah diberlakukan. Dengan

dituangkannya asas resiko ini, paling tidak sudah ada

antisipasi terhadap resiko-resiko negatif yang kemungkinan

besar terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan

daerah terkait.13

Naskah Akademik juga memberikan ruang bagi para

pengambil keputusan yang berwenang untuk membahas dan

menetapkan peraturan daerah (baik pemerintah daerah

maupun Dewan perwakilan Rakyat Daerah) untuk

mempertimbangan apakah suabtsnasi/ materi yang

terkandung dalam Naskah Akademik itu layak diatur dalam

13

www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho, Urgensi Penyusunan

Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, diakses tanggal 26

November 2012

Page 38: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 20

bentuk peraturan daerah atau tidak, dan apakah hanya perlu

satu peraturan daerah atau dimungkinkan untuk dituangkan

dalam lebih dari satu peraturan (mungkin peraturan

sederajat atau peraturan pelaksanaan).

Tendensi pandangan masyarakat memiliki

kecenderungan bahwa peraturan perundang-undangan

(termasuk peraturan daerah) adalah produk yang selalu

berpihak pada kepentingan pemerintah (politik) semata-

mata, sehingga dalam pelaksanaannya masyarakat tidak

terlalu merasa memiliki dan menjiwai peraturan perundang-

undangan terkait.14 Oleh karena itu, Naskah Akademik

diharapkan dapat digunakan sebagai instrumen penyaring,

menjembatani, dan meminimalisir unsur-unsur kepentingan

politik dari pembentuk peraturan perundang-undangan

(peraturan daerah). Naskah Akademik menjelaskan

objektivitas tujuan dibentuknya peraturan perundang-

undangan, karena didasarkan atas hasil kajian dan/atau

penelitian, yang menampung aspirasi serta mengakomodasi

kepentingan dan keinginan masyarakat, serta didukung oleh

kebijakan politik dan peraturan perundang-undangan.

Naskah akademik juga diharapkan dapat

meminimalisir terjadinya pembatalan terhadap peraturan-

peraturan daerah yang dianggap bermasalah, karena

sebelum peraturan perundang-undangan itu ditetapkan, hal

ikhwal berkaitan dengan bidang yang diatur tersebut sudah

didasarkan atas hasil kajian/ penelitian yang komprehensif.

Keberadaan Naskah Akademik sangat diperlukan

dalam proses pembentukan peraturan daerah. Oleh karena

itu, perlu dipertimbangkan oleh para pembuat peraturan

14 Ibid, Harry Alexander, hal. 118.

Page 39: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 21

daerah untuk terlebih dahulu menyusun Naskah Akademik

dalam proses pembentukan peraturan daerah, mengingat

banyak manfaat yang dapat diambil dari Naskah Akademik

dalam keseluruhan proses pembentukan peraturan daerah,

mulai dari perencanaan, pembahasan, sampai pada

pemberlakuan atau pelaksanaannya.

5. Kedudukan dan Fungsi Naskah Akademik

Ada beberapa persepsi yang salah atas Naskah

Akademik di Indonesia, yaitu:

a. Naskah akademik dipersepsikan untuk melegitimasi

rancangan undang-undang atau rancangan peraturan

daerah tertentu. Naskah akademik dalam hal ini disusun

setelah Rancangan Undang-Undang atau Rancangan

Peraturan Daerah disiapkan. Hal itu berarti keberadaan

Naskah akademik lebih bersifat sebagai pesanan. Namun

ironisnya, banyak pejabat Pemerintah/ Pemerintah

Daerah pengambil kebijakan dalam pembahasan

rancangan peraturan perundang-undangan

mengesampingkan hasil naskah akademik dan

pembentukan peraturan perundang-undangan sering

dilakukan dengan tidak didasarkan pada kebutuhan,

tetapi merujuk aturan yang sudah ada dan kepentingan

penguasa.

b. Naskah akademik dibuat untuk menghabiskan anggaran

yang telah dialokasikan. Sehingga tidak heran apabila

ada yang mencemooh bahwa penyusunan naskah

akademik sebagai suatu proyek/ kegiatan. Bahkan

naskah akademik dibuat sekedar untuk memenuhi syarat

formal. Kesalahan persepsi ini semakin diperkuat dengan

sifat fakultatif atau ketidakharusan naskah akademik

Page 40: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 22

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Akibatnya maskah akademik yang dibuat asal-asalan

saja, tidak berkualitas dan tidak dengan riset hukum

yang mendalam. Naskah akademik cenderung diabaikan

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Padahal naskah akademik merupakan landasan dan

pertanggungjawaban akademik untuk setiap asas dan

norma yang dituangkan dalam rancangan peraturan

perundang-undangan. Dengan disusunnya naskah

akademik diharapkan proses harmonisasi dan

keterkaitannya dengan peraturan lain sudah dapat

dilakukan sejak dini. Bahkan karena pentingnya naskah

akademik ini, Susilo Bambang Yudhoyono (waktu itu

Presiden RI) menegaskan pada pembukaan Konvensi

Hukum Nasional tanggal 15 April 2008 betapa pentingnya

penyusunan naskah akademik dalam menata dan

memantapkan sistem hokum nasional, melalui

perundang-undangan yang bisa mengeksplorasi

pemikiran yang jernih dan benar dengan memperhatikan

segi filosofis, segi sosiologis, segi historis, serta dapat

dipertanggungjawabkan.15

Naskah akademik yang memiliki fungsi dan peranan utama

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baik. Kedudukan naskah akademik menurut Hary Alexander

merupakan bahan awal yang memuat gagasan-gagasan

tentang urgensi, pendekatan, luas lingkup dan materi

muatan suatu peraturan daerah; bahan pertimbangan yang

dipergunaan dalam permohonan izin prakarsa penyusunan

Ranperda/ Rancangan Produk Hukum Daerah lainnya kepada

15 Frankiano B. Randang, Membangun Hukum Nasional yang Demokratis dan Cerdas Hukum, Servanda, Jurnal Ilmiah Hukum, Vol. 3, No. 5, Januari 2009, hlm. 5.

Page 41: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 23

Kepala Daerah; dan bahan dasar bagi penyusunan Raperda/

Rancangan Produk Hukum Daerah lainnya. Sedangkan Sony

Maulana S, menggunakan istilah rancangan akademik

mengemukakan 3 (tiga) fungsi dari rancangan akademik,

yaitu menginformasikan bahwa perancang telah

mempertimbangkan berbagai fakta dalam penulisan

Ranperda; memastikan bahwa perancang menyusun fakta-

fakta tersebut secara logis, dan menjamin bahwa Ranperda

lahir dari proses pengambilan keputusan yang berdasarkan

logika dan fakta.16

Pada dasarnya naskah akademik sangat dibutuhkan

dalam pembentukan atau penyusunan peraturan perundang-

undangan. Ada enam urgensi dari sebuah naskah akademik

dalam proses pembentukan atau penyusunan peraturan

perundang-undangan:

a. Naskah akademik merupakan media nyata bagi peran

serta masyarakat dalam proses pembentukan atau

penyusunan peraturan perundang-undangan bahkan

inisiatif penyusunan atau pembentukan naskah akademik

dapat berasal dari masyarakat;

b. Naskah akademik akan memaparkan alasan-alasan,

fakta-fakta atau latar belakang masalah atau urusan

yang mendorong disusunnya suatu masalah atau urusan

sehingga sangat penting dan mendesak untuk diatur

dalam suatu peraturan perundang-undangan. Aspek-

aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek ideologis,

politis, budaya, social, ekonomi, pertahanan dan

keamanan. Manfaat naskah akademik adalah dapat

16 Putra Kurnia dkk, Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif, (Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007), hlm. 31.

Page 42: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 24

mengetahui secara pasti tentang mengapa perlu

dibuatnya sebuah peraturan perundang-undangan dan

apakah peraturan perundang-undangan tersebut

memang diperlukan oleh masyarakat.

c. Naskah kademik menjelaskan tinjauan terhadap sebuah

peraturan perundang-undangan dari aspek filosofis (cita-

cita hokum), aspek sosiologis (nilai-nilai yang hidup di

masyarakat), aspek yuridis (secara vertical dan

horizontal tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang telah ada sebelumnya) dan

aspek politik (kebijaksanaan politik yang menjadi dasar

selanjutnya bagi kebijakan-kebijakan dan tata laksana

pemerintahan).

Kajian filosofis akan menguraikan mengenai

landasan filsafat atau pandangan yang menjadi dasar cita-

cita sewatu menuangkan suatu masalah ke dalam peraturan

perundang-undangan. Kajian yuridis merupakan kajian yang

memberikan dasar hokum bagi dibuatnya suatu peraturan

perundang-undangan, baik secara yuridis formal maupun

yuridis material, mengingat dalam bagian ini dikaji mengenai

landasan hokum yang berasal dari peraturan perundang-

undangan lain untuk memberi kewenangan bagi suatu

instansi membuat aturan tertentu dan dasar hokum untuk

mengatur permasalahan (objek) yang akan diatur.

Kajian sosiologis menjelaskan peraturan dianggap

sebagai suatu peraturan yang efektif jika tidak melupakan

bagaimana kebutuhan masyarakat, keinginan masyarakat,

interaksi masyarakat terhadap peraturan tersebut, sehingga

dalam kajian ini realitas masyarakat meliputi kebutuhan

hokum masyarakat, kondisi masyarakat dan nilai-nilai yang

Page 43: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 25

hidup dan berkembang (rasa keadilan masyarakat).

Sementara kajian politis mengedepankan persoalan

kepentingan dari pihak terkait (pemerintahd an masyarakat)

melalui kekuatan masing-masing pihak. Oleh karena itu

naskah akademik berperan menjadi sarana memadukan

kekuatan-kekuatan para pihak tersebut, sehingga

diharapkan perpaduan tersebut menjadi sebuah

kebijaksanaan politik yang kelas menjadi dasar selanjutnya

bagi kebijakan-kebijakan dan pengarahan ketatalaksanaan

pemerintahan.

a. Naskah akademik memberikan gambaran mengenai

substansi, materi dan ruang lingkup dari sebuah

peraturan perundang-undangan yang akan dibuat. Dalam

hal ini dijelaskan mengenai konsepsi, pendekatan dan

asas-asas dari materi hokum yang perlu diatur, serta

pemikiran-pemikiran normanya.

b. Naskah akademik memberikan pertimbangan dalam

rangka pengambilan keputusan bagi pihak eksekutif dan

legislative pembentukan peraturan perundang-undangan

tentang permasalahan yang akan dibahas dalam naskah

akademik.

c. Ada kecenderungan pandangan masyarakat

menempatkan perundang-undangan sebagai suatu

produk yang berpihak pada kepentingan pemerintah

(politik) semata sehingga dalam implementasinya

masyarakat tidak terlalu merasa memiliki dan menjiwai

perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu

pembentukan naskah akademik diharapkan bisa

digunakan sebagai instrument penyaring, menjembatani

dan upaya meminimalisir unsur-unsur kepentingan

politik. Untuk itu, pihak pembentuk peraturan

Page 44: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 26

perundang-undangan harus meneliti, menampung dan

mengakomodasi secara ilmiah kebutuhan serta harapan

masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki dan

menjiwai perundang-undangan tersebut.17

Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005

menyataan bahwa tentang permasalahan Saat dan

hukumawal naskah bahwa pemrakarsa dalam menyusun

rancangan undang-undang dapat terlebih dahulu menyusun

naskah akademik mengenai materi yang akan diatur dalam

rancangan undang-undang. Kata dapat berarti tidak

keharusan. Jika diperhatikan Pasal 4 menyatakan bahwa

konsepsi dan materi pengaturan yang disusun harus selaras

dengan falsafah Negara Pancasila, Undang-Undang Dasar

1945, undang-undang lain dan kebijakan yang terkait

dengan materi yang akan diatur. Konsepsi yang dituangkan

dalam naskah akademik sangat berperan membantu

pembentukan peraturan perundang-undangan.

Dalam menyusun peraturan perundang-undangan,

adanya ketentuan mengenai hierarki yang merupakan

penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan

didasarkan pada asas peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi. Naskah akademik yang di dalamnya memuat

inventarisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang

terkait sangat membantu pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik. Lebih jauh lagi dalam

penyusunan peraturan daerah yang merupakan jenis

peraturan perundang-undangan yang hierarkinya paling

bawah. Ketentuan bahwa peraturan daera berfungsi

menjabarkan peraturan perundang-undangan yang lebih

17 Ibid.

Page 45: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 27

tinggi, berarti dalam pembentuan Peraturan Daerah harus

mengetahui peraturan perundang-undangan diatasnya baik

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

Peraturan Daerah yang akan disusun. Dalam hal ini naskah

akademik memiliki fungsi yang penting. Banyak peraturan

daerah yang telah dibatalkan karena bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, naskah

akademik merupakan suatu rancangan undang-undang atau

rancangan peraturan daerah merupakan potret yang

memberikan gambaran atau penjelasan tentang berbagai hal

yang terkait dengan peraturan perundang-undangan yang

hendak dibentuk. Dengan demikian melalui naskah akademik

dapat ditentukan apakah peraturan perundang-undangan

yang akan dibentuk akan melembagakan atau

memformalkan apa yang telah ada dan berjalan di

masyarakat. Upaya pelembagaan atau menjadikan formal

nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat adalah

pembentukan peraturan perundang-undangan melalui proses

bottom up. Proses seperti inilah yang diharapkan oleh

masyarakat, sedangkan Pemerintah hanya berperan sebagai

fasilitator. Memformalkan nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat, tidak memerlukan penegakan hokum secara

ketat karena mayoritas masyarakat telah menganut nilai-

nilai yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan.

Penegakan hokum yang tegas lebih ditujukan untuk

minoritas masyarakat (bagi yang terkena dampak langsung)

Page 46: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 28

sehingga mereka mau bertindak sesuai dengan apa yang

dianut oleh mayoritas masyarakat.

Proses bottom up dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan dapat diwujudkan dengan naskah

akademik. Naskah akademik memiliki arti penting untuk

menjabarkan nilai-nilai masyaraakt dari hasil kajian dan

penelitian yang dilakukan oleh penyusun naskah akademik.

Selama ini ada kecenderungan yang hanya menganggap

naskah akademik sebagai syarat formal dan dikesampingkan

begitu saja oleh pemrakarsa. Wajar saja hal itu terjadi

karena proses pembentukan peraturan perundang-undangan

yang dianut bersifat top down. Penguasa yang menentukan,

sedangkan masyarakat sebagai alat pelaksana. Sistem top

down akan berdampak terhadap penegakan hokum yang

secara tegas dan ketat.

Definisi Naskah Akademik berdasarkan lampiran

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah naskah

hasil penelitian atau pengkajian hokum dan hasil penelitian

lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan

masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang,

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten/ Kota, sebagai solusi terhadap

permsalahan dan kebutuhan hokum masyarakat.

Substansi sistematikan Naskah Akademik

berdasarkan lampiran di atas meliputi:

1. BAB I. PENDAHULUAN.

Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan

diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan,

serta metode penelitian.

Page 47: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 29

A. Latar Belakang

Latar belakang memuat pemikiran dan

alasan-alasan perlunya penyusunan Naskah Akademik

sebagai acuan pembentukan Rancangan Undang-

Undang atau Rancangan Peraturan Daerah tertentu.

Latar belakang menjelaskan mengapa pembentukan

Rancangan undang-Undang atau Rancangan

Peraturan Daerah suatu Peraturan PErundang-

undangan memerlukan suatu kajian yang mendalam

dan komprehensif mengenai teori atau pemikiran

ilmiah yang berkaitan dengan materi muatan

Rancangan Undang-Undang atau Rancanagn

Peraturan Daerah yang akan dibentuk. Pemikiran

ilmiah tersebut mengarah kepada penyusunan

argumentasi filosofis, sosiologis serta yuridis guna

mendukung perlu atau tidak perlunya penyusunan

Rancangan Undang-Undang atau Rancangan

Peraturan Daerah.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah memuat rumusan

mengenai masalah apa yang akan ditemukan dan

diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut. Pada

dasarnya identifikasi masalah dalam suatu Naskah

Akademik mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu

sebagai berikut:

1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta

bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.

2) Mengapa perlu Rancangan Undang-Undang atau

Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar

Page 48: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 30

pemecahan masalah tersebut, yang berarti

membenarkan pelibatan Negara dalam

penyelesaian masalah tersebut.

3) Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan

filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan

Rancangan Undang-Undang atau Rancangan

Peraturan Daerah.

4) Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan.

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah

Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi

masalah yang dikemukakan di atas, tujuan

penyusunan naskah akademik dirumuskan sebagai

berikut:

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam

kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat serta cara-cara mengatasi

permasalahan tersebut.

2) Merumuskan permasalahan hokum yang dihadapi

sebagai alasan pembentukan Rancangan Undang-

Undang atau Rancangan Peraturan Daerah sebagai

dasar hokum penyelesaian atau solusi

permasalahan dalam kehidupan berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat.

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan

Undang-Undang atau Rancangan Peraturan

Daerah.

Page 49: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 31

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan,

ruang lingkkup pengaturan, jangkauan dan arah

pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang

atau Rancangan Peraturan Daerah.

Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah

Akademik adalah sebagai acuan atau referensi

penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-

Undang atau Rancangan Peraturan Daerah.

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya

merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga

digunakan metode penyusunan Naskah Akademik

yang berbasiskan metode penelitian hokum atau

penelitian lain. Penelitian hokum dapat dilakukan

melalui metode yuridis normative dan metode yuridis

empiris. Metode yuridis normatif dilakukan melalui

studi pustaka yang menelaah (terutama) data

sekunder yang berupa Peraturan Perundang-

undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak,

atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian,

hasil pengkajian, dan referensi lainnya.

Metode yuridis normative dapat dikengkapi

dengan wawancara, diskusi (focus group discussion),

dan rapat dengan pendapat. Metode yuridis empiris

atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan

penelitian normatif atau penelaahan terhadap

Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang

dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta

penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data

factor non hokum yang terkait dan yang terpengaruh

Page 50: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 32

terhadap Peraturan Perundang-undangan yang

diteliti.

2. BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Dalam bab ini memuat uraian mengenai materi

yang bersifat teoritis, asas, praktek, perkembangan

pemikiran, serta implikasi social, politik, dan ekonomi,

keuangan Negara dari pengaturan dalam suatu Undang-

Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan

Daerah Kabupaten/ Kota.

Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab

berikut:

A. Kajian Teoritis

B. Kajian terhadap Asas/ Prinsip yang terait dengan

Penyusunan Norma.

Analisas terhadap penentuan asas-asas ini juga

memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan

terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang

akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian.

C. Kajian terhadap praktek penyelenggaraan, kondisi

yang ada, serta permasalahan yang dihadapi

masyarakat.

D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang

akan diatur dalam Undang-Undang atau Peraturan

Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan

dampaknya terhadap aspek beban keuangan Negara.

3. BAB III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT.

Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan

Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi

Page 51: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 33

hokum yang ada, keterkaitan Undang-Undang dan

Peraturan Daerah baru dengan Peraturan Perundang-

undangan lain, harmonisasi secara vertical dan

horizontal, serta status dari Peraturan Perundang-

undangan yang ada, termasuk Peraturan Perundang-

undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

serta Peraturan Perundang-undangan yang masih tetap

berlaku karena tidak bertentangan dengan Undang-

Undang atau Peraturan Daerah yang baru.

Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan

ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi hokum atau

peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai substansi atau materi yang akan diatur. Dalam

kajian ini akan diketahui posisi dari Undang-Undang atau

Peraturan Daerah yang baru. Analisis ini dapat

menggambarkan tingkat sinkronisasi, harmonisasi

Peraturan Perundang-undangan yang ada serta posisi

dari Undang-Undang dan Peraturan Daerah untuk

menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Hasil

dari penjelasan atau uraian ini menjadi bahan bagi

penyusunan landasan filosofis dan yuridis dari

pembentukan Undang-Undang, Peraturan Daerah

Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota yang

akan dibentuk.

4. BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN

YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan

atau alasan yang menggambarkan pandangan hidup,

kesadaran, dan cita hokum yang meliputi suasana

Page 52: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 34

kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang

bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

B. Landasan Sosiologis

Landasan Sosiologis merupakan

pertimbangan atau alasan yang menggambarkan

bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.

Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta

empiris mengenai perkembangan masalah dan

kebutuhan masyarakat dan Negara.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan

atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan

yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hokum

atau mengisi kekosongan hokum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang

akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin

kepastian hokum dan rasa keadilan masyarakat.

Landasan yuridis menyangkut persoalan hokum yang

berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur

sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-

undangan yang baru. Beberapa persoalan hokum itu,

antara lain, peraturan yang sudah ada tetapi tidak

memadai, atau peraturannya memang sama sekali

belum ada.

Page 53: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 35

5. BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU PERATURAN

DAERAH KABUPATEN/ KOTA.

6. BAB VI. PENUTUP.

Bab penutup terdiri atas sub bab simpulan dan

saran.

A. Simpulan

Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran

yang berkaitan dengan praktik penyelenggaraan,

pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan

dalam bab sebelumnya.

B. Saran

Saran memuat antara lain:

1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik

dalam suatu Peraturan Perundang-undangan atau

Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.

2. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan

Rancangan Undang-Undang/ Rancangan Peraturan

Daerah dalam Program Legislasi Nasional/

Program Legislasi Daerah.

3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung

penyempurnaan penyusunan Naskah Akademik

lebih lanjut.

B. Kajian Terhadap Asas-Asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan Terkait dengan Penyusunan Norma.

Page 54: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 36

Untuk memahami asas-asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik, dapat dimulai dari pengertian

tentang asas hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo asas

hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum konkrit,

melainkan merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau

merupakan latar belakang dari peraturan konkrit yang terdapat

dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam

peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim

yang merupakan hukum positif dan dapat dikemkakan dengan

mencari sifat-sifat umum dari peraturan yang konkret tersebut.

Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum ini dalam hukum

positif (Yuliandri, 2009: 20).

Menurut ketentuan UU Nomor 32 Tahun 2004, dikenal 3

(tiga) asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu asas

desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.

Asas-asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom dalam

rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah

kepada Gubenur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat

pusat di daerah, sedangkan asas Tugas Pembantuan adalah

penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa, dan dari

daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang

disertai dengan pembiayaan, saran dan prasarana serta sumber

daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya

dan mempertanggung-jawabkannya kepada yang

menugaskannya.

Menurut A. Hamid S. Attamimi, pembentukan peraturan

perundang-undangan Indonesia yang patut, adalah : a) Cita

Hukum Indonesia, b) Asas Negara Berdasar Atas Hukum dan

Asas Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi dan c) Asas-asas

Page 55: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 37

lainnya (Maria Farida , 2007 :228). Lebih lanjut dijelaskan Asas-

asas pembentukkan peraturan perundang-undangan yang patut

ini meliputi juga :

1. Asas tujuan yang jelas;

2. Asas perlunya pengaturan;

3. Asas organ/lembaga dan materi muatan yang tepat;

4. Asas dapatnya dilaksanakan;

5. Asas dapatnya dikenali;

6. Asas perlakuan yang sama dalam hukum;

7. Asas persatuan hukum;

8. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual. (Maria

Farida, 2007 :230).

Pembentukan peraturan perundang-undangan di

Indonesia, terdapat 2 (dua) asas hukum yang perlu

diperhatikan, yaitu asas hukum umum yang khusus memberikan

pedoman dan bimbingan bagi pembentukan isi peraturan dan

asas hukum lainnya yang memberikan pedoman dan bimbingan

bagi penuangan peraturan ke dalam bentuk dan susunannya,

bagi metode pembentukannya dan bagi proses serta prosedur

pembentukannya. Asas hukum yang terakhir ini dapat disebut

asas peraturan perundang-undanngan yang patut. Kedua asas

hukum tersebut berjalan seiring berdampingan memberikan

pedoman dan bimbingan serentak dalam setiap kali ada

kegiatan pembentukan peraturan perundang-undangan masing-

masing sesuai dengan bidangnya.

Asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan

menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tertuang dalam

Pasal 5 dan Pasal 6. Pasal 5 menyebutkan dalam membentuk

Peraturan Perundang-undangan harus dilaukan berdasarkan

Page 56: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 38

pada asas pembentukan Peraturan perundang-undangan yang

baik, yang meliputi:

1. Asas Kejelasan Tujuan

Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan

harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

2. Asas Kelembagaan atau Organ Pembentuk Yang Tepat

Bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus

dibuat oleh lembaga/ pejabat Pembentuk peraturan

perundang-undangan yang berwenang. Peraturan

perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal

demi hukum, apabila dibuat oleh lembaga/ pejabat yang

tidak berwenang.

3. Asas Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan

Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang

tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.

4. Dapat Dilaksanakan

Bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-

undangan tersebut di dalam masyarakat baik secara

fisiologis, yuridis, maupun sosiologis.

5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

Bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena

memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam

mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

6. Asas Kejelasan Rumusan

Bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus

memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan

Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau

istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah

Page 57: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 39

dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam

interpretasi dalam pelaksanaannya.

7. Asas Keterbukaan

Bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan

pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat

transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan

masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya

untuk memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Alinea ke - 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 menyatakan: “Kemudian dari pada itu

untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa”. Frasa yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seterusnya sebagaimana

termaktub di dalam alinea ke – 4 Pembukaan UUD NRI 1945,

merupakan tujuan dan fungsi pembentukan negara. Berkaitan

dengan hal itu, Pasal 28 I ayat (4) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 menyatakan: “Perlindungan,

pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia

adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.”

Hal ini menunjukkan adanya kewajiban negara dalam

melindungi warga negaranya dari bentuk-bentuk ancaman dan

tindakan kejahatan yang merugikan hak asasi setiap warga

negaranya. Upaya perlindungan terhadap hak asasi warga

negara harus juga dilihat dari perkembangan di masyarakat

secara kontekstual. Bentuk-bentuk kejahatan yang terjadi saat

ini tidak lagi secara langsung menghentikan hak asasi dan

kehidupan seseorang, melainkan melalui sarana-sarana yang

Page 58: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 40

dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Perkembangan

kejahatan demikian dapat diamati melalui kejahatan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (Narkotika,

Psikotropika, dan Obat terlarang).

Indonesia adalah negara hukum sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945. Terdapat kesamaan unsur

dalam sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law) dan Anglo

Saxon (Common Law) yaitu perlindungan hak asasi manusia

(HAM). Oleh sebab itu, pengakuan akan “negara hukum” dalam

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 perlu dikaitkan dengan Pasal 28 I ayat (5)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yaitu :

“Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai

dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka

pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan

dalam peraturan perundangan-undangan.”

Menurut Mohammad Mahfud MD (1993), pemikiran

“negara hukum” Eropa Kontinental dimulai oleh pemikiran

Immanuel Kant, kemudian dikembangkan oleh J.F Stahl.

Pemikiran negara hukum tersebut dipengaruhi oleh pemikiran

Ekonom Adam Smith saat itu. Julius Friedrich Stahl,

mengemukakan 4 unsur sebagai ciri negara hukum, yakni :

1. Tindakan pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan (Legalitas);

2. Perlindungan HAM;

3. Pemisahan Kekuasaan; dan

4. Adanya peradilan administrasi.

Ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh

Friedrich Julius Stahl dalam menguraikan “Konsep Negara

Hukum” (Rechtstaat), berbeda dengan konsep negara hukum

Page 59: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 41

Anglo Saxon yakni The Rule of Law. Secara konseptual “The

Rule of Law” dalam Dictionary of Law, diartikan sebagai

“principle of government that all persons and bodies and the

government itself are equal before and answerable to the law

and that no person shall be punished without trial.” Kemudian

A.V Dicey mengemukakan unsur-unsur konsep The Rule of Law,

yakni:

1. Supremacy of law;

2. Equality before the law;

3. The constitution based on individual rights.

Terlepas dari perkembangan pemikiran negara hukum

yang sudah berkembang pesat dengan berbagai gagasannya,

terdapat kesamaan pada kedua sistem hukum tersebut

berkenaan dengan perlindungan HAM. Bagi negara Indonesia

yang menganut pola kodifikasi maka jaminan pemenuhan,

penegakan, perlindungan HAM harus dijamin dalam peraturan

perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan Pasal 28 I ayat (5)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Pemikiran negara hukum ini menjadi justifikasi teoritis

dalam pembentukan Peraturan Daerah dalam mengatur

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Peraturan daerah merupakan

legitimasi hukum bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan

upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika. Eksistensi

Peraturan Daerah ini akan menjamin dan melindungi hak asasi

manusia warga negara Indonesia, khususnya di Kabupaten

Temanggung. Berkenaan dengan asas legalitas dalam negara

hukum “rechtstaat”, maka bentuk perlindungan itu harus diatur

dalam instrumen hukum, yaitu Undang-undang, dan untuk di

daerah dalam bentuk Peraturan Daerah.

Page 60: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 42

Peraturan daerah merupakan penjabaran Pasal 18 ayat

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

yang menggunakan frasa “dibagi atas”, lebih lanjut dengan

kalimat sebagai berikut : “Negara Kesatuan Republik Indonesia

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu

dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,

yang diatur dengan undang-undang.”

Frasa “dibagi atas” ini menunjukkan bahwa kekuasaan

negara terdistribusi ke daerah-daerah, sehingga memberikan

kekuasaan kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya.

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah memiliki fungsi

regeling (mengatur). Dengan fungsi tersebut, dilihat dari sudut

pandang “asas legalitas” (tindak tanduk pemerintah

berdasarkan hukum) memperlihatkan adanya kewenangan

pemerintah daerah untuk membentuk peraturan daerah. Pasal

1 angka 8 Undang- Undang No. 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mendefinisikan

“Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan

Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama

Bupati/Walikota.”

Jimly Asshidiqqie (2011) mengatakan peraturan tertulis

dalam bentuk ”statutory laws” atau ”statutory legislations”

dapat dibedakan antara yang utama (primary legislations) dan

yang sekunder (secondary legislations). Menurutnya primary

legislations juga disebut sebagai legislative acts, sedangkan

secondary legislations dikenal dengan istilah executive acts,

delegated legislations atau subordinate legislations. Peraturan

daerah merupakan karakter dari legislative acts, sama halnya

dengan Undang-undang. Oleh sebab itu hanya peraturan

Page 61: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 43

daerah dan Undang-undang saja yang dapat memuat adanya

sanksi.

Teori penjenjangan norma (Stufenbau des rechts),

menurut Hans Kelsen bahwa norma-norma hukum itu bersifat

berjenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata

susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku,

bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi. Dan

norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada

norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada

norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat

hipotesis yaitu norma dasar (Grundnorm).

Selain Hans Kelsen, Hans Nawiasky juga

mengklasifikasikan norma hukum negara dalam 4 (empat)

kategori pokok, yaitu:

1. Staatsfundamentalnorms (norma fundamental negara);

2. Staatsgrundgesetz (aturan dasar/pokok negara);

3. Formell Gesetz (undang-undang formal); dan

4. Verordnung & Autonoe Satzung (aturan pelaksana dan

aturan otonom).

Sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia

banyak dipengaruhi oleh pemikiran Hans Kelsen, sebagaimana

tercermin dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan yang menyatakan bahwa jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

Page 62: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 44

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pengaturan demikian menunjukkan bahwa peraturan

dibawah tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi

atau dengan kata lain peraturan dibawah bersumber pada

peraturan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah Kabupaten

berada pada urutan paling bawah, sehingga pembentukannya

harus mengacu pada peraturan perundang-undangan

diatasnya.

Berdasar pada asas-asas dalam Pasal 5 Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan tersebut, jika digunakan untuk menyusun

dan mengkaji Rancangan Peraturan Daerah tentang

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika maka dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Asas Kejelasan Tujuan, bahwa tujuan dari Peraturan Daerah

tentang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika berupa

terciptanya Kabupaten Temanggung yang tertib, aman dan

sejahtera;

2. Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang tepat, bahwa

Peraturan Daerah tentang Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika dibentuk oleh Bupati dan DPRD

Kabupaten Temanggung;

3. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan, bahwa

pembentukan Peraturan Daerah tentang Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Page 63: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 45

Narkotika dan Prekursor Narkotika, memperhatikan jenis,

hirarki dan materi muatan;

4. Dapat dilaksanakan, bahwa alasan filosofis perlunya

Peraturan Daerah tentang Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika ini dimaksudkan untuk menjamin kesejahteraan dan

melindungi masyarakat dari bahaya narkoba. Alasan sosiologis

perlunya Peraturan Daerah tersebut bahwa masalah narkoba

merupakan masalah yang urgen untuk diselesaikan;

5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, bahwa Peraturan Daerah

tentang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

berdayaguna dan berhasilguna untuk memberdayakan

masyarakat Kabupaten Temanggung dalam peningkatan

kesejahteraan secara merata;

6. Kejelasan rumusan, bahwa pembentukan Peraturan Daerah

tentang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika ini

memperhatikan sistematika, pilihan kata atau istilah, serta

bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga

tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya;

7. Keterbukaan, bahwa pembentukan Peraturan Daerah

tentang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dimulai

dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan

atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan

dan partisipatif.

Sedangkan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Page 64: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 46

undangan, menentukan bahwa materi muatan peraturan

perundang-undangan harus mencerminkan asas:

1. Pengayoman;

2. Kemanusiaan;

3. Kebangsaan;

4. Kekeluargaan;

5. Kenusantaraan;

6. Bhinneka Tunggal Ika;

7. Keadilan;

8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

9. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

10. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Beberapa asas tersebut menjadi pedoman bagi

pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung

tentang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Penjabaran

asas-asas Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah:

1. Asas pengayoman

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk

menciptakan ketentraman masyarakat.

2. Asas kemanusiaan

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan pelindungan dan

penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat

setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara

proporsional.

3. Asas kebangsaan

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa

Page 65: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 47

Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Asas kekeluargaan

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundangundangan

harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat

dalam setiap pengambilan keputusan.

5. Asas kenusantaraan

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

Undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh

wilayah Indonesia dan materi muatan Peraturan Perundang-

undangan yang disusun di daerah merupakan bagian dari

sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Asas Bhineka Tunggal Ika

Bahwa materi muatan Peraturan Perundang-Undangan

harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku

dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7. Asas keadilan

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan keadilan secara

proporsional bagi setiap warga Negara.

8. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan

agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

9. Asas ketertiban dan kepastian hukum

Bahwa setiap materi muatan Perundang-undangan harus

dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui

jaminan kepastian hukum.

10. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Page 66: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 48

Bahwa setiap materi muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian,

dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat

dan kepentingan bangsa dan negara.

C. Kajian Terhadap Implementasi dan Permasalahan Yang

Dihadapi Masyarakat dalam Pelaksanaan Raperda tentang

Fasilitasi P4GNPN

1. Karakteristik Dampak Kesehatan, Sosial, Politik, dan

Ekonomi Peredaran dan Penyalahgunaan Narkotika

Dampak peredaran dan penyalahgunaan narkotika

mencakup dampak langsung dan tidak langsung. Dampak

tersebut mencakup, antara lain:

a. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk penyembuhan

dan perawatan kesehatan bagi pecandu narkoba.

b. Dikucilkan dalam pergaulan di masyarakat. Selain itu

biasanya pecandu narkotika seringkali bersikap anti sosial.

c. Hilangnya kesempatan belajar dan dikeluarkan dari

sekolah atau perguruan tinggi.

d. Tidak dipercaya karena pada umumnya pecandu

narkotika gemar berbohong dan melakukan tindak

kriminal.

e. Hukuman penjara yang sangat menyiksa lahir batin.

f. Pada umumnya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah

sadar maka ia baru menyesali semua perbuatannya.

Berkaitan dengan dampak Langsung Narkotika bagi

tubuh manusia, diantaranya :

a. Gangguan pada jantung;

b. Gangguan pada hemoprosik;

c. Gangguan pada traktur urinarius;

Page 67: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 49

d. Gangguan pada otak;

e. Gangguan pada tulang;

f. Gangguan pada pembuluh darah;

g. Gangguan pada endorin;

h. Gangguan pada kulit;

i. Gangguan pada sistem syaraf;

j. Gangguan pada paru-paru;

k. Gangguan pada sistem pencernaan; dan

l. Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti

HIV AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dll.

Berkaitan dengan dampak langsung Narkotika bagi

mental manusia, adalah :

a. Menyebabkan depresi mental;

b. Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik;

c. Menyebabkan bunuh diri;

d. Menyebabkan melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan

pengrusakan.

Dampak penggunaan narkotika diatas adalah dampak

kepada individu. Di lain pihak tingginya penyalahgunaan

narkotika berdampak negatif bagi masyarakat, yaitu :

a. Penyalahgunaan narkotika cenderung menyerupai gaya

hidup sehingga dapat dengan mudah menular;

b. Masyarakat terpengaruh terhadap gaya penggunaan

narkotika;

c. Meningkatnya kejahatan; dan

d. Meningkatkatnya jumlah kematian.

Ragam dampak tersebut menunjukkan bahwa

penyalahgunaan narkotika mengandung potensi besar untuk

merusak kesehatan seseorang, bahkan menghancurkannya,

merusak keluarga, dan masyarakat atau bahkan sebuah

bangsa. Cara kerja narkotika dalam tubuh manusia

Page 68: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 50

sebagaimana diuraikan diatas, dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Level 1 sebagai pengguna seseorang merasa bahagia, senang

ketika mengkonsumsi narkotika tersebut.

b. Level 2, pengguna mulai merasa adanya ketergantungan

(kecanduan) sehingga ingin menambah kebutuhan dari

narkotika tersebut. Kemudian mulai merasakan rasa sakit,

apabila tidak mengkonsumsi narkotika tersebut.

c. Level 3, pengguna merasakan penderitaan yang hebat

apabila tidak mengkonsumsi narkotika tersebut, dan

merasakan ketergantungan yang sangat berat terhadap

barang tersebut.

2. Karakteristik Kebutuhan Pemecahan Masalah Dampak

Peredaran dan Penyalahgunaan Narkotika

Gambaran peredaran dan dampak peredaran dan

penyalahgunaan narkotika menunjukkan bahwa masalah

dampak peredaran dan penyalahgunaan narkotika

membutuhkan model pemecahan masalah yang sesuai

dengan karakteristik peredaran dan penyalahgunaan

narkotika, serta dampaknya. Model tersebut harus dapat

menyentuh dan mengendalikan seluruh unsur penyebab

penyalahgunaan, seperti:

a. Setiap orang yang potensial menjadi pengguna;

b. Setiap orang yang telah menjadi pengguna;

c. Keluarga pengguna;

d. Lingkungan sosial pengguna;

e. Setiap orang yang potensial menjadi pengedar;

f. Pengedar;

g. Jaringan dan media pengedar;

h. Proses transaksi yang menjadi aliran peredaran.

Page 69: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 51

Pemecahan masalah tersebut harus didasarkan pada

pendekatan integral yang mengintegrasi seluruh komponen

pemangku kepentingan yang dapat menghambat peredaran

dan penyalahgunaan. Penggunaan pendekatan hukum perlu

diintegrasikan dengan pendekatan kultural, moral, ekonomi,

politik, dan edukasi yang mengendalikan seluruh pemangku

kepentingan kedalam satu gerakan sosial yang terstruktur,

terpogram, sistematis, dan konsisten (berkelanjutan) yang

dapat meniadakan kebutuhan penggunaan yang masuk

kedalam kategori penyalahgunaan.

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Baru Yang Akan

diatur dalam Peraturan Daerah Terhadap Aspek

Kehidupan Mayarakat dan Dampaknya terhadap Aspek

Keuangan Daerah.

Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba oleh seseorang

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: individu, lingkungan

dan ketersediaan Narkoba. Faktor individu, mencakup:

a. Ketidaktahuan akan bahaya Narkoba.

Ketidaktahuan bahaya Narkoba akan mengakibatkan

orang tersebut berpotensi untuk tidak menolak terhadap

penawaran untuk mengkonsumsi narkoba.

b. Coba-coba dan rasa ingin tahu.

Banyaknya pengguna Narkoba diawali dengan rasa ingin

tahu, sehingga mereka cenderung untuk coba-coba

menggunakan. Keingintahuan yang besar untuk

mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai

akibatnya.

c. Stress dan banyak masalah.

Page 70: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 52

Beban stress yang dialami oleh seseorang menstimulasi

untuk melakukan tindakan-tindakan yang

menghilangkan beban pikiran dan Narkoba bisa menjadi

alternatif pilihan untuk dikonsumsi. Orang yang

mempunyai banyak masalah dan ingin lari dari masalah

dapat terjerumus dalam penggunaan Narkoba agar

dapat tidur nyenyak, mabuk, atau menjadi gembira.

d. Keinginan untuk bersenang-senang.

Keinginan bersenang-bersenang bagi penyalahguna

Narkoba, biasanya dimulai dari tawaran teman atau

kolega dan selanjutnya terus menggunakannya lagi yang

mengakibatkan terjadinya kecanduan.

e. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup.

Beberapa jenis Narkoba dapat membuat pemakainya

menjadi lebih berani, keren, percaya diri, kreatif, santai,

dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang

lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan

tertentu sehingga orang yang memakai Narkoba itu

akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.

f. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok.

Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat

kekerabatan yang tinggi antar anggota biasanya

memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Jika ketua atau

beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada

kelompok itu menggunakan Narkoba, maka biasanya

anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak

terpaksa akan ikut menggunakan narkotika itu agar

merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.

g. Pengertian yang salah bahwa penggunaan satu kali tidak

menimbulkan ketagihan

Page 71: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 53

Pengertian dan anggapan tersebut membuat seseorang

untuk berani mencoba mengkonsumsi Narkoba dan

selanjutnya akan mengulanginya lagi.

h. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari

lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan

Narkoba.

Acapkali perilaku mengkonsumsi narkotika dikarenakan

ancaman dari kelompok untuk mengkonsumsi agar

dianggap mempunyai solidaritas. Tekanan tersebut

membuat seseorang tidak bisa menghindar dari

konsumsi narkoba.

Faktor lingkungan, mencakup:

a. Keluarga bermasalah atau broken home.

Kondisi keluarga khususnya orang tua yang bercerai,

membuat anak tidak mendapatkan kasih sayang dari sang

ayah maupun ibu. Keadaan seperti itulah yang kemudian

dibandingkan dengan kondisi keluarga lain yang harmonis

dan mencari upaya untuk menghilangkan bebannya

melalui konsumsi Narkoba.

b. Pengaruh orang tua dan saudara yang menjadi pengguna

atau pengedar gelap Narkoba.

Orang tua merupakan teladan bagi sang anak, ketika

orang tua bertindak sebagai pengguna Narkoba, maka

sang anak akan terpengaruh mengikuti jejak orang tua

tersebut.

c. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang menjadi

pengguna atau pengedar gelap Narkoba.

Tren kehidupan saat ini menunjukkan banyaknya

komunitas dunia malam. Komunitas semacam ini

biasanya identik dengan kehidupan malam di diskotik

Page 72: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 54

atau cafe. Komunitas tersebut seringkali terpengaruh

dengan penyalahgunaan Narkoba dan mengakibatkan

seseorang yang bergabung di dalamnya sulit untuk

melepaskan diri dari komunitas atau kelompok tersebut.

d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (cafe, diskotik,

karaoke).

Tempat hiburan yang menyuguhkan minuman beralkohol

dan suasana pesta menghendaki agar kondisi tubuh

selalu fit agar dapat menikmati suasana dan fasilitas yang

ada. Seringkali Narkoba dikonsumsi untuk menjaga

kebugaran tubuh. Seringnya berkunjung ke tempat

hiburan tersebut akan membuat seseorang mudah

terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba

e. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau

menganggur.

Kondisi psikologis tersebut sering membuat seseorang

menghabiskan waktunya untuk hiburan yang tidak sehat

termasuk menggunakan Narkoba.

f. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis.

Ketidakharmonisan dalam rumah tangga membuat

seseorang menjadi stress dan depresi, hal inilah yang

membuat seseorang dapat menggunakan Narkoba agar

dapat melarikan diri dari persoalan hidupnya.

g. Orang tua/keluarga yang permisif, acuh dan kurang

perhatian.

Tindakan orang tua yang acuh tak acuh dan kurangnya

perhatian terhadap perkembangan anak, membuat anak

mudah terjebak dalam tindakan penyalahgunaan

Narkoba.

h. Orang tua/keluarga yang terlalu sibuk mencari uang di

luar rumah.

Page 73: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 55

Kesibukan orang tua yang terlalu sibuk dalam pekerjaan

membuat kurangnya pengawasan terhadap anak.

Sehingga anak dapat terjerumus dalam penyalahgunaan

Narkoba.

i. Banyaknya wisatawan asing sehingga membawa pengaruh

negatif. Gaya hidup dari wisatawan asing yang menghabiskan

waktunya di bar atau diskotik dengan mengkonsumsi

minuman alkohol dan Narkoba akan melahirkan pengaruh

yang buruk bagi masyarakat.

j. Pengaruh film-film di Televisi.

Acapkali tayangan-tayangan televisi yang menampilkan

film-film kekerasan dan penggunanaan Narkoba, memiliki

dampak negatif yang mempengaruhi pola pikir anak

muda untuk mengkonsumsi narkoba.

Faktor ketersediaan narkotika, mencakup:

a. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli. Banyaknya

masyarakat pengguna narkoba akan menyuburkan peredaran

narkoba, sehingga narkotika mudah sekali untuk didapatkan.

b. Harga Narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya

beli masyarakat. Dengan semakin terjangkaunya harga

narkotika, mengakibatkan banyak orang yang mampu

untuk membeli dan mengkonsumsinya.

c. Modus operandi tindak pidana narkotika makin sulit

diungkap aparat hukum. Modus para pelaku pengedar

narkoba yang sangat variatif dengan menggunakan

kecanggihan teknologi akan menyulitkan aparat hukum.

d. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan

informasi pembuatan Narkoba.

e. Bisnis Narkoba menjanjikan keuntungan yang besar.

Page 74: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. II - 56

f. Perdagangan Narkoba dikendalikan oleh sindikat yang

kuat dan professional.

g. Bahan dasar Narkoba (prekursor) beredar bebas di

masyarakat.

Peredaran Narkoba mengikuti hukum pasar, yakni

semakin tingginya permintaan maka akan semakin tinggi pula

penawaran. Oleh sebab itu upaya pemberantasan peredaran

Narkoba tidak hanya menekankan pada upaya represif,

melainkan upaya preventif yang harus menjadi prioritas, agar

dapat mengurangi peredarannya melalui penekanan jumlah

konsumsi narkotika. Salah satu upaya represif adalah

mengubah perilaku masyarakat agar tidak mengkonsumsi

narkotika.

Tindak pidana Narkoba telah bersifat transnasional yang

dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang

didukung oleh teknologi canggih dan jaringan organisasi yang

luas. Hal ini mengakibatkan jumlah korban semakin meningkat

terutama di kalangan generasi muda.

Wujud penyalahgunaan berupa tindakan menggunakan

Narkoba tanpa hak atau melawan hukum. Bentuk-bentuk

penyalahgunaan Narkoba saat ini tidak hanya pada pola

mengkonsumsi, melainkan juga telah menjadi komoditi “bisnis

negatif”. Kejahatan penyalahgunaan Narkoba telah membuka

ruang gerak melalui jalur impor, ekspor, memproduksi,

menanam, menyimpan dan mengedarkan Narkoba.

Page 75: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 1

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika di Kabupaten Temanggung ini disusun dengan mendasarkan

pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia. Sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, ditetapkan

ketentuan bahwa jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan

terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.

Berdasarkan ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan

dimaksud, maka berikut ini akan dilakukan evaluasi dan analisis

sejumlah aturan hukum yang relevan dengan Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung.

Page 76: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 2

A. Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamanatkan perwujudan pemerintahan daerah yang

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan. Pasal 18 ayat (5) UUD

NRI Tahun 1945 menyebutkan Pemerintah Daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintah Pusat.

Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (6) disebutkan

Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah

dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi

dan tugas pembantuan. Berdasarkan ketentuan tersebut

sangat jelas, bahwa upaya pemerintah daerah dalam

menjalankan otonomi dengan membentuk peraturan daerah

tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan

dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di

Kabupaten Temanggung adalah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan memiliki pijakan yuridis

konstitusional. Pembentukan peraturan Daerah tentang

Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Kabupaten

Temanggung ini selain sudah sesuai dengan ketentuan

konstitusi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga

telah sesuai dengan garis kewenangan yang diberikan kepada

daerah dalam pembentukan perda.

Page 77: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 3

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

Alasan pengaturan narkotika dalam undang-undang

adalah bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, kualitas sumber daya

manusia Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan

nasional perlu dipelihara dan ditingkatkan secara terus-

menerus, termasuk derajat kesehatannya. Selain itu adalah

alasan juga bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan

sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di

bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain

dengan mengusahakan ketersediaan Narkotika jenis tertentu

yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta melakukan

pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Demikian pula diyakini bahwa Narkotika di satu sisi

merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan

ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan

ketergantungan yang sangat merugikan apabila

disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan

pengawasan yang ketat dan saksama.

Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat

bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit

tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak

sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat

yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat

khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika

Page 78: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 4

disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar

bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada

akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.

Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkotika yang sangat merugikan dan

membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,

pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Tahun 2002 melalui Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

VI/MPR/2002 telah merekomendasikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik

Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak

pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda, pidana

penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping

itu, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 juga mengatur

mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan

pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi

medis dan sosial. Namun, dalam kenyataannya tindak pidana

Narkotika di dalam masyarakat menunjukkan kecenderungan

yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun

kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di kalangan

anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya.

Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara

perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang

secara bersama - sama, bahkan merupakan satu sindikat yang

terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara

rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional maupun

Page 79: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 5

internasional. Berdasarkan hal tersebut guna peningkatan

upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

Narkotika perlu dilakukan pembaruan terhadap Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Hal ini juga

untuk mencegah adanya kecenderungan yang semakin

meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan

korban yang meluas, terutama di kalangan anak-anak,

remaja, dan generasi muda pada umumnya.

Selain itu, untuk melindungi masyarakat dari bahaya

penyalahgunaan Narkotika dan mencegah serta memberantas

peredaran gelap Narkotika, dalam Undang-Undang ini diatur

juga mengenai Prekursor Narkotika karena Prekursor

Narkotika merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia

yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Dalam

Undang-Undang ini dilampirkan mengenai Prekursor Narkotika

dengan melakukan penggolongan terhadap jenis-jenis

Prekursor Narkotika.

Selain itu, diatur pula mengenai sanksi pidana bagi

penyalahgunaan Prekursor Narkotika untuk pembuatan

Narkotika. Untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika, diatur mengenai pemberatan sanksi pidana, baik

dalam bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 20

(dua puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, maupun

pidana mati.

Pemberatan pidana tersebut dilakukan dengan

mendasarkan pada golongan, jenis, ukuran, dan jumlah

Narkotika. Untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai

penguatan kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan

Page 80: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 6

Narkotika Nasional (BNN). BNN tersebut didasarkan pada

Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan

Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan

Narkotika Kabupaten/Kota. BNN tersebut merupakan lembaga

non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Presiden, yang hanya mempunyai

tugas dan fungsi melakukan koordinasi. Dalam Undang-

Undang ini, BNN tersebut ditingkatkan menjadi lembaga

pemerintah nonkementerian (LPNK) dan diperkuat

kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan

penyidikan. BNN berkedudukan di bawah Presiden dan

bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, BNN juga

mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota

sebagai instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN

kabupaten/kota.

Untuk lebih memperkuat kelembagaan, diatur pula

mengenai seluruh harta kekayaan atau harta benda yang

merupakan hasil tindak pidana Narkotika dan Prekursor

Narkotika dan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

dirampas untuk negara dan digunakan untuk kepentingan

pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan upaya

rehabilitasi medis dan sosial

.Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang

modus operandinya semakin canggih, dalam Undang-Undang

ini juga diatur mengenai perluasan teknik penyidikan

penyadapan (wiretapping), teknik pembelian terselubung

(under cover buy), dan teknik penyerahan yang diawasi

Page 81: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 7

(controlled delevery), serta teknik penyidikan lainnya guna

melacak dan mengungkap penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Dalam rangka mencegah dan memberantas

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika yang dilakukan secara terorganisasi dan memiliki

jaringan yang luas melampaui batas negara, dalam Undang-

Undang ini diatur mengenai kerja sama, baik bilateral,

regional, maupun internasional.

Dalam Undang-Undang ini diatur juga peran serta

masyarakat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika termasuk

pemberian penghargaan bagi anggota masyarakat yang

berjasa dalam upaya pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Penghargaan tersebut diberikan kepada penegak hukum dan

masyarakat yang telah berjasa dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika.

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pembentukan Undang-Undang tentang Kesehatan

dikarenakan suatu alasan bahwa kesehatan merupakan hak

asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu

disadari betapa pentingnya kegiatan dalam upaya untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Page 82: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 8

yang setinggi-tingginya yang dilaksanakan dengan

berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan

berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya

manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya

saing bangsa bagi pembangunan nasional.

Pengaturan bidang Kesehatan ini juga didasari pada

kesadaran bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan

menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan

setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga

berarti investasi bagi pembangunan negara; bahwa setiap

upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan

kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan

tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun

masyarakat.

Dan disamping itu semua alasan secara yuridis adalah

bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan,

tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga

perlu dicabut dan diganti dengan Undang-Undang tentang

Kesehatan yang baru.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,

pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,

keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma

agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

Page 83: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 9

sosial dan ekonomis Pembangunan kesehatan harus

memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah

pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya

kesehatan sebagai berikut:

1. asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan

Kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang

berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan

tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

2. asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan

kesehatan harus dilaksanakan antara kepentingan

individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta

antara material dan sipiritual.

3. asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan

harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap

warga negara.

4. asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan

harus dapat memberikan pelindungan dan kepastian

hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan

kesehatan.

5. asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti

bahwa pembangunan kesehatan dengan menghormati

hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan

kedudukan hukum.

6. asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan

harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata

kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan

yang terjangkau.

7. asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa

pembangunan kesehatan tidak membedakan perlakuan

terhadap perempuan dan laki-laki.

Page 84: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 10

8. asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus

memperhatikan dan menghormati serta tidak

membedakan agama yang dianut masyarakat.

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pembentukan Undang-Undang tentang Rumah Sakit

dikarenakan suatu alasan bahwa pelayanan kesehatan

merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara

itudiyakini bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri

yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan

pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat Kesehatan yang setinggi-

tingginya.

Maka pengaturan rumah sakit ini antara lain adalah

dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan

Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat

dalam memperoleh pelayanan Kesehatan. Sementara masih

disadari bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum

Cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum dalam

penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat.

Pemerintah dan pemerintah daerah terkait keberadaan

rumah sakit bertanggung jawab untuk:

Page 85: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 11

a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan

masyarakat;

b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan;

c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;

d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat

memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan

bertanggung jawab;

e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna

jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan;

f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian

Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang

dibutuhkan masyarakat;

g. menyediakan informasikesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat;

h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di

Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa;

i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan

j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan

berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan

umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan

Page 86: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 12

dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh

dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan

nasional.

Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah

ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan

kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan

negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah

Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat

diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya

kesehatan.

Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat

kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat

keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang

sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam

rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat

semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit.

Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi

dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya

merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan

taraf kesejahteraan masyarakat.

Dari aspek pembiayaan bahwa Rumah Sakit

memerlukan biaya operasional dan investasi yang besar dalam

pelaksanaan kegiatannya, sehingga perlu didukung dengan

ketersediaan pendanaan yang cukup dan berkesinambungan.

Antisipasi dampak globalisasi perlu didukung dengan

Page 87: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 13

peraturan perundangundangan yang memadai. Peraturan

perundang-undangan yang dijadikan dasar penyelenggaraan

Rumah Sakit saat ini masih pada tingkat Peraturan Menteri

yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan. Dalam rangka

memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk

meningkatkan, mengarahkan dan memberikan dasar bagi

pengelolaan Rumah Sakit diperlukan suatu perangkat hukum

yang mengatur Rumah Sakit secara menyeluruh.

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2019.

Beberapa ketentuan dalam UU Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan yang relevan diuraikan dalam penulisan ini antara

lain:

Pasal 5

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus

dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Page 88: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 14

Pasal 6

(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus

mencerminkan asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhineka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

(2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat

berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan

Perundang-undangan yang bersangkutan.

Pasal 14

Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta

menampung kondisi khusus daerah dan/ atau penjabaran lebih

lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 15

(1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat

dimuat dalam:

a. Undang-Undang;

Page 89: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 15

b. Peraturan Daerah Provinsi; atau

c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana kurungan

paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana kurungan

atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan

Perundang-undangan lainnya.

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Implementasi otonomi daerah dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia dilakukan dengan membangun

hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Berdasarkan konsep

tersebut maka negara Indonesia mengundangkan undang-

undangan terkait pemerintahan daerah. Undang-undang yang

mengatur Pemerintahan Daerah saat ini adalah Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 2 UU No 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa:

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan

rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

Page 90: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 16

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya dalam butir 5 dan 6

disebutkan bahwa:

“Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang

pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan

penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi,

melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan

masyarakat.”

“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pasal 51

(1) Pemerintah Pusat menyiapkan sarana dan prasarana serta

penataan personel untuk penyelenggaraan pemerintahan

Daerah Persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49

ayat (2).

(2) Kewajiban Daerah Persiapan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1):

a. mengelola sarana dan prasarana pemerintahan;

b. mengelola personel, peralatan, dan dokumentasi;

c. membentuk perangkat Daerah Persiapan;

d. melaksanakan pengisian jabatan aparatur sipil negara

pada perangkat Daerah Persiapan;

e. mengelola anggaran belanja Daerah Persiapan; dan

f. menangani pengaduan masyarakat.

(3) Pendanaan untuk penyelenggaraan pemerintahan Daerah

Persiapan dan kewajiban Daerah Persiapan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibebankan pada

Page 91: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 17

APBN, pajak daerah, dan retribusi daerah yang dipungut di

Daerah Persiapan.

7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang

Sistem Kesehatan nasional.

Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui

pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan,

sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan

kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta

pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin tercapainya derajat Kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Pengelolaan kesehatan tersebut dilakukan secara

berjenjang di pusat dan daerah dengan memperhatikan

otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang Kesehatan,

dimana pelaksanaannya melalui Sistem Kesehatan nasional

atau disingkat SKN. Otonomi daerah dilakukan berdasarkan

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi

fungsional dilakukan berdasarkan kemampuan dan

ketersediaan sumber daya di bidang Kesehatan.

Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam

SKN dikelompokkan dalam subsistem:

a. upaya Kesehatan;

b. penelitian dan pengembangan kesehatan;

c. pembiayaan kesehatan;

d. sumber daya manusia kesehatan;

e. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;

f. manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan

g. pemberdayaan masyarakat.

Page 92: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 18

Sistem Kesehatan nasional KN dilaksanakan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Sistem

Kesehatan nasional dilaksanakan secara berkelanjutan,

sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap

terhadap perubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan,

dan ketahanan nasional. Pelaksanaan SKN berdasarkan

standar persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan

pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dimulai dari

kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan

evaluasi.

Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan

perilaku dan kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber

daya manusia kesehatan, serta upaya promotif dan preventif

tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan yang dibina

oleh Menteri hanya bagi tenaga kesehatan dan tenaga

pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja

serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen

kesehatan.

Selanjutnya pelaksanaan SKN harus senantiasa

memperhatikan:

a. cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan

merata;

b. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada

rakyat;

c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan

melindungi kesehatan masyarakat;

d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan

kesehatan;

Page 93: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. III - 19

e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang etis dan terbukti bermanfaat dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan

sistem rujukan;

f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan

kebijakan kesehatan yang sistematis, berkelanjutan, tertib,

dan responsive gender dan hak anak;

g. dinamika keluarga dan kependudukankeinginan

masyarakat;

h. epidemiologi penyakit;

i. perubahan ekologi dan lingkungan; dan

k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan

semangat persatuan dan kesatuan nasional serta

kemitraan dan kerja sama lintas sektor.

Selanjutnya untuk meningkatkan akselerasi dan mutu

pelaksanaan SKN, pembangunan kesehatan perlu

melandaskan pada pemikiran dasar pembangunan kesehatan.

Pemikiran dasar pembangunan kesehatan itu meliputi

pemikiran tentang pelaksanaan, tujuan, dan prinsip dasar

pembangunan kesehatan. Prinsip dasar pembangunan

kesehatan terdiri dari perikemanusiaan, pemberdayaan dan

kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan

manfaat.

Page 94: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-1

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN SOSIOLOGIS

DAN LANDASAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Peraturan perundang-undangan harus mendapatkan

pembenaran yang dapat diterima jika dikaji secara filosofis yaitu

cita-cita kebenaran, keadilan dan kesusilaan. Filsafat atau

pandangan hidup suatu bangsa berisi nilai moral dan etika dari

bangsa tersebut. Moral dan etika pada dasarnya berisi nilai-nilai

yang baik dan yang tidk baik. Nilai yang baik adalah nilai yang

wajib dijunjung tinggi, didalamnya ada nilai kebenaran, keadilan

dan kesusilaan dabn berbagai nilai lainnya yang dianggap baik.

Pengertian baik, benar, adil dan susila tersebut menurut

takaran yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Hukum dibentuk

tanpa memperhatikan moral bangsa akan sia-sia diterapkan tidak

akan dipatuhi. Semua nilai yang ada nilai yang ada dibumi

Indonesia tercermin dari Pancasila, karena merupakan pandangan

hidup, cita-cita bangsa, falsafah atau jalan kehidupan bangsa (way

of life).

Adapun falsafah hidup berbangsa merupakan suatu

landasan untuk membentuk hukum suatu bangsa, dengan

demikian hukum yang dibentuk harus mencerminkan falsafah

suatu bangsa. Sehingga dalam penyusunan naskah akademik

Rancangan Peraturan Daerah pun harus mencerminkan moral dari

daerah yang bersangkutan.

Landasan filosofis merupakan suatu landasan yang

didasarkan atas nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Dengan

bahasa yang serupa, Jimly Asshiddiqie (2006 : 171)

menyebutkannya sebagai “cita-cita filosofis yang dianut

Page 95: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-2

masyarakat bangsa yang bersangkutan”. Cita-cita filosofis tersebut

haruslah terkandung dalam suatu undang-undang. Dengan

demikian, ada kesesuaian antara cita-cita filosofis masyarakat

dengan cita-cita filosofis yang terkandung dalam undang-undang.

Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki

cita-cita filosofis Pancasila maka peraturan yang akan dibuat

hendaknya dialiri nilai-nilai yang terkandung dalam cita-cita

filosofis tersebut.

Pada era desentralisasi, pemerintah daerah harus dapat

mengoptimalkan potensi daerahnya untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat. Secara filosofis, ada tujuan utama yang ingin dicapai

dari penerapan kebijakan desentralisasi yaitu tujuan demokrasi dan

tujuan kesejahteraan. Tujuan demokrasi akan memposisikan

Pemerintah Daerah sebagai instrumen Penyelenggaraan politik

ditingkat lokal yang secara agregat akan menyumbang terhadap

Penyelenggaraan politik secara nasional sebagai elemen dasar

dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara

serta mempercepat terwujudnya masyarakat madani atau civil

society. Tujuan kesejahteraan mengisyaratkan Pemerintah daerah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan

pelayanan publik secara efektif, efisien dan ekonomis. (W. Riawan

Tjandra dan Kresno Budi Darsono, 2009 : 7).

Berdasarkan nilai filosofis Pancasila dan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 segala bentuk peraturan

perundang-undangan di Indonesia dibentuk tidak terkecuali

Peraturan Daerah. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika Kabupaten Temanggung pada hakekatnya

memiliki kaitan erat dengan upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, kualitas Sumber Daya

Manusia serta pelayanan dalam bidang pencegahan dan

Page 96: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-3

pemberantasan serta peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika sebagai bagian dari urusan pemerintahan wajib terkait

dengan pelayanan dasar bidang kesehatan maupun sosial yang

akhirnya nanti berujung pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Pengaturan Fasilitasi P4GNPN di Kabupaten

Temanggung ini dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

masyarakat dalam bidang kesehatan dan pencegahan serta

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika yang sudah ada sehingga kebutuhan

masyarakat akan pelayanan tersebut dapat semakin terpenuhi.

Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dapat mendorong

kesejahteraan masyarakat melalui indikator usia harapan hidup

yang semakin panjang. Usia Harapan Hidup merupakan salah satu

indikator pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

merupakan pengukur bagi tingkat kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian pernyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung sudah memiliki

landasan filosofis yang kuat.

B. Landasan Sosiologis

Peraturan perundang-undangan di buat adalah untuk

mengatur kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Demikian

pula pada proses pembentukan produk hukum yang ada di daerah

melalui peraturan daerah harus memperhatikan beberapa aspek

yang berkembang di masyarakat. Hal ini dengan tujuan agar apa

yang di buat oleh pemerintah yang berkuasa dapat berguna bagi

kehidupan masyarakat.

Page 97: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-4

Peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan

keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Suatu

peraturan perundang–undangan harus mempunyai landasan

sosiologis apabila ketentuan–ketentuan sesuai dengan keyakinan

umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hukum yang dibuat

harus dapat dipahami masyarakat sesuai dengan kenyataan yang

dihadapi masyarakat. Dengan demikian dalam penyusunan

rancangan peraturan daerah harus sesuai dengan kondisi

masyarakat yang bersangkutan.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam

membentuk peraturan daerah antara lain sebagai berikut: 1) Social

Need (Kebutuhan masyrakat); 2) Social Condition (Kondisi

masyarakat); 3) Social Capital (Modal/kekayaan masyarakat)

(Mahendra Putra Kurnia dkk, 2007 : 145).

Secara empiris, Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika Kabupaten Temanggung memiliki landasan sosiologis

yang kuat. Peraturan daerah ini dibuat untuk merespon

perkembangan persoalan yang ada di masyarakat. Peraturan

daerah yang sudah ada masih mengatur pembangunan bidang

kesehatan terkait dengan penyelenggaraan kesehatan di wilayah

Kabupaten Temanggung. Maka dengan pengaturan Fasilitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung

dalam sebuah peraturan daerah akan dapat memudahkan

melakukan perubahan atau penyesuaian pengaturan apabila

terdapat dinamika perubahan pada pengaturan dan pelayanan

masyarakat dalam bidang Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika.

Page 98: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-5

C. Landasan Yuridis

Peraturan perundang-undangan harus mempunyai

landasan hukum atau dasar hukum yang terdapat dalam ketentuan

yang lebih tinggi. Landasan yuridis adalah landasan hukum yang

memberikan perintah untuk membentuk sebuah peraturan

perundang-undangan, pertama adalah terkait kewenangan

membuat aturan dan kedua adalah berkaitan dengan materi

peraturan perundang-undangan yang harus dibuat.

Landasan yuridis adalah alasan yang beraspek hukum.

Keberlakuan yuridis adalah keberlakuan suatu norma hukum

dengan daya ikatnya untuk umum sebagai suatu dogma yang

dilihat dari pertimbangan yang bersifat teknis juridis. Secara

juridis, suatu norma hukum dikatakan berlaku apabila norma

hukum itu sendiri memang: (1) ditetapkan sebagai norma hukum

berdasarkan norma hukum yang lebih superior atau yang lebih

tinggi seperti dalam pandangan Hans Kelsen dengan teorinya

“Stuffenbau Theorie des Recht”; (2) ditetapkan mengikat atau

berlaku karena menunjukkan hubungan keharusan antara suatu

kondisi dengan akibatnya seperti dalam pandangan J.H.A,

Logemann; (3) ditetapkan sebagai norma hukum menurut

prosedur pembentukan hukum yang berlaku seperti pandangan W.

Zevenbergen; dan (4) ditetapkan sebagai norma hukum oleh

lembaga yang memang berwenang untuk itu (Jimly Asshiddiqie,

2006 : 242).

Landasan yuridis dapat dilihat dari segi kewenangan yaitu

apakah ada kewenangan seorang pejabat atau badan yang

mempunyai dasar hukum yang ditentukan dalam peraraturan

perundang-undangan. Hal ini sangat perlu, mengingat sebuah

peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh badan atau

pejabat yang tidak memiliki kewenangan maka peraturan

Page 99: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-6

perundang-undangan tersebut batal demi hukum (neitige).

Misalnya kewenangan untuk menyusun Undang-Undang ada pada

DPR dan Presiden; Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden

ada pada Presiden; Peraturan Daerah ada pada Walikota/Bupati

bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sedangkan berkaitan dengan materi muatan dalam

peraturan perundang-undangan maka harus beradasarkan asas

sinkronisasi baik vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga

harus diperhatikan asas-asas lain seperti asas Lex Specialist

Derograt legi Generali, asas yang kemudian mengesampingan yang

terdahulu dan lain sebagainya.

Menurut lampiran I Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Landasan

yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi

permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hokum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau

yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa

keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan

hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur

sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang

baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang

sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang

tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang

sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi

tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum

ada.

Berdasarkan kajian regulasi yang dilakukan maka

pembentukan rancangan peraturan daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Page 100: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-7

Narkotika di Kabupaten Temanggung memiliki landasan yuridis

yang kuat. Beberapa landasan yuridis tersebut antara lain:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa

Tengah (Berita Negara Tanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan

Konvensi Tunggal Narkoba 1961 beserta Protokol Tahun 1972

yang mengubahnya (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3085);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan

United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic

Drugs and Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan

Peredaran Gelap Narkoba dan Psikotropika, 1988) (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 17, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3673);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4235), sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Page 101: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-8

Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5606);

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4301);

8. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5062) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5063) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor

183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6398);

Page 102: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-9

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5336;

12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020

Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6573);

14. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5601) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor

245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6573);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor , Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor );

Page 103: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-10

16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5419);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017

Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6041);

18. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 47 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun

2019 Nomor 128);

19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 199);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 32), sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun

2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

157);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Fasilitasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor Narkotika (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 195).

Page 104: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. IV-11

Page 105: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 1

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI

MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan dalam Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi

Pencegaham, Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Naskah akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan

ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah yang

akan dibentuk. Dalam teori penyusunan peraturan perundang-

undangan telah diikuti suatu prinsip bahwa sebuah naskah akademik

harus merumuskan sasaran yang akan diwujudkan dari penetapan

sebuah peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan itu,

dalam upaya penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan,

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika akan dijabarkan tentang sasaran yang akan

diwujudkan.

Sasaran yang akan diwujudkan dari Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan,

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika adalah untuk menyediakan dokumen

yang menjelaskan alasan dan urgensi serta hal-hal yang perlu

diatur dalam rangka memperkuat, mengarahkan dan mendasari

penyelenggaraan Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika di Kabupaten Temanggung. Komitmen membangun dan

mengembangkan Fasilitasi Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Page 106: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 2

Narkotika diwujudkan dalam regulasi yang mengikat dan sekaligus

menjadi pedoman bagi seluruh stakeholder pembangunan bidang

Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

Secara rinci tujuan penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN) di Kabupaten

Temanggung ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan landasan dan kerangka pemikiran bagi

Rancangan Peraturan Daerah tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika (P4GNPN);

b. Memberikan kajian dan kerangka filosofis, sosiologis, dan

yuridis serta teknis tentang perlunya Peraturan Daerah tentang

Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN);

c. Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa saja yang harus

ada dalam penyelenggaraan Peraturan Daerah terkait Fasilitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GNPN);

d. Mengkaji hubungan dan keterkaitan Rancangan Peraturan

Daerah dengan peraturan perundang-undangan lainnya

sehingga menjadi jelas kedudukannya serta ketentuan yang

diaturnya.

B. Ruang Lingkup Materi

Kajian mendalam yang telah dilakukan pada bab dan bagian

sebelumnya kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam

melakukan konstruksi pemikiran materi Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Page 107: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 3

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika. Adapun rumusan secara rinci Rancangan

Peraturan Daerah itu adalah sebagai berikut :

1. Judul Rancangan Peraturan Daerah

“Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor …….. Tahun

…….. tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika”

2. Pembukaan

a. Konsiderans „Menimbang”.

Perumusan konsiderans “Menimbang” berisi alasan aspek

filosofis, sosiologis dan yuridis dari penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung

tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika yang secara rinci adalah sebagai

berikut :

- bahwa berdasarkan Pasal 3 huruf a Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Fasilitasi Pencegahan, Pemberantasan

Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika Dan

Prekursor Narkotika, diamanatkan agar Daerah

melakukan penyusunan peraturan daerah mengenai

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

- bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika di Kabupaten

Temanggung sangat mengkhawatirkan, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif, sehingga perlu

Page 108: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 4

dilakukan upaya pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika secara sistematis, terstruktur,

efektif dan efisien;

- bahwa dalam rangka mendukung program

pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di

Kabupaten Temanggung diperlukan peningkatan

peran aktif Pemerintah Daerah dan masyarakat;

- bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Fasilitasi

Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan Dan

Peredaran Gelap Narkotika Dan Prekursor Narkotika;

b. Konsiderans “Mengingat” atau Dasar hukum

Dasar hukum penyusunan peraturan daerah ini

dirumuskan sesuai dengan hierarki peraturan perundang-

undangan yang ada. Perumusan peraturan perundang-

undangan yang dicantumkan didalam dasar hukum

adalah ketentuan peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan fasilitasi pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika serta pemerintahan daerah. Ada

perubahan perumusan dasar hukum yang dilakukan,

secara keseluruhan perubahan dirumuskan sebagai

berikut:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

Page 109: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 5

Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara

Tanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang

Pengesahan Konvensi Tunggal Narkoba 1961 beserta

Protokol Tahun 1972 yang mengubahnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 36,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3085);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3671) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang

Pengesahan United Nations Convention Against Illicit

Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances,

1988 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba dan

Psikotropika, 1988) (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 17, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3673);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik

Page 110: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 6

Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

8. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5062) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Page 111: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 7

Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336;

12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5495) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

14. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5601) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6573);

Page 112: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 8

15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkoba (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor ,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor );

16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5419);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

18. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang

Badan Narkotika Nasional sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2019

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 23

Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2019

Nomor 128);

19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun

2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

32), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Page 113: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 9

Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun

2019 tentang Fasilitasi Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekusor Narkotika (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 195).

3. Batang Tubuh

Batang tubuh Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan, Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekusor

Narkotika dirinci dalam bab, pasal dan ayat sebagai berikut:

a. Bab I. Ketentuan Umum

Bab I ini memuat 1 (satu) pasal saja tentang ketentuan

umum istilah yang sering disebut dalam batang tubuh

peraturan daerah ini. Adapun secara rinci Pasal 1 ini

memuat:

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung;

2. Bupati adalah Bupati Temanggung;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah otonom;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat

Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah;

Page 114: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 10

5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam

penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah.

6. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, yang selanjutnya

disebut Badan adalah Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Temanggung.

7. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung.

8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Kelurahan adalah bagian wilayah dari Kecamatan

sebagai perangkat Kecamatan.

10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Temanggung.

11. Lembaga atau Instansi Vertikal di Daerah adalah

lembaga yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah

meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,

yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama.

12. Fasilitasi adalah upaya Pemerintah Daerah untuk

berperan serta secara aktif dalam pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di daerah.

13. Pencegahan adalah segala upaya, usaha atau

tindakan yang dilakukan secara sadar dan

Page 115: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 11

bertanggung jawab yang bertujuan untukmeniadakan

dan/atau menghalangi faktor-faktor yang diduga

akan menyebabkan terjadinya penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

14. Penanganan adalah segala upaya, usaha atau

tindakan yang dilakukan secara sadar dan

bertanggungjawab yang bertujuan menangani

pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan

narkotika.

15. Pemberantasan adalah segala upaya, usaha atau

tindakan yang dilakukan secara sadar dan

bertanggung jawab yang bertujuan menghapus atau

memperkecil penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika.

16. Penyalahgunaan adalah tindakan menggunakan

Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

17. Peredaran Gelap Narkotika adalah setiap kegiatan

atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan

sebagai tindak pidana Narkotika.

18. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan

atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam

keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara

fisik maupun psikis.

19. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang

yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena

dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau

diancam untuk menggunakan Narkotika.

20. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

Page 116: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 12

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan.

21. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula

atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam

pembuatan Narkotika sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang tentang Narkotika.

22. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan

pengobatan secara terpadu untuk membebaskan

pecandu dari ketergantungan Narkotika.

23. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun

sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali

melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

masyarakat.

24. Reintegrasi sosial adalah upaya atau usaha atau

tindakan pengembalian pecandu narkotika,

penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika

ke masyarakat setelah menjalani rehabilitasi medis

dan sosial.

25. Deteksi dini adalah upaya atau usaha atau tindakan

awal untuk menemukan atau mengungkap

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika yang tersembunyi.

26. Antisipasi dini adalah upaya atau usaha atau

tindakan awal pencegahan dan pemberantasan

sebelum terjadinya penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

b. Bab II. Asas, Maksud, dan Tujuan

Bagian Kesatu

Asas

Page 117: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 13

Pasal 2

Fasilitasi pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dam prekursor narkotika

berasaskan:

a. Keadilan;

b. pengayoman;

c. kemanusian;

d. ketertiban;

e. perlindungan;

f. keamanan;

g. nilai-nilai ilmiah;

h. kepastian hukum.

Bagian Kedua

Maksud dan Tujuan

Pasal 3

(1) Peraturan daerah ini dimaksudkan sebagai pedoman

dan/atau acauan bagi pemerintah daerah dalam

melaksanakan fasilitasi pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di daerah;

(2) Tujuan Peraturan Daerah ini dibuat adalah:

a. mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan

kepada masyarakat;

b. menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat akan berbahayanya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika;

c. melakukan pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

d. melakukan pemberantasan terhadap

Page 118: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 14

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika.

e. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis

dan sosial terhadap penyalahguna dan pecandu

narkotika.

(3) Ruang Lingkup pengaturan fasilitasi pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika dalam

Peraturan Daerah ini meliputi:

a. deteksi dini;

b. antisipasi dini;

c. pencegahan;

d. pemberantasan;

e. penanganan;

f. sarana dan prasarana;

g. kerjasama;

h. partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;

i. monitoring, evaluasi dan pelaporan;

j. pembinaan dan pengawasan;

k. sistem data dan informasi;

l. penghargaan;

m. pembiayaan; dan

n. sanksi.

c. Bab III. Tim Fasilitasi

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah melakukan fasilitasi pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di daerah.

(2) Pemerintah Daerah dalam melakukan fasilitasi

pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di

Page 119: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 15

daerah sebagai dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan oleh perangkat daerah yang terkait

dengan fasilitasi pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

Pasal 5

Dalam rangka mendukung pelaksanaan fasilitasi

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di

daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, dibentuk

Tim Terpadu pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika di tingkat kabupaten, kecamatan dan

desa.

Pasal 6

(1) Susunan keanggotaan tim terpadu pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di tingkat

kabupaten terdiri atas:

a. Ketua : Bupati;

b. Wakil ketua I : Sekretaris daerah;

c. Wakil ketua II : Kepala Badan Narkotika

Nasional Kabupaten;

d. Sekretaris/ketua

pelaksana harian

: Kepala Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik; dan

e. Anggota : 1. unsur Perangkat

Daerah sesuai dengan

kebutuhan

2. unsur kepolisian di

Page 120: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 16

kabupaten

3. unsur Tentara

Nasional Indonesia di

kabupaten.

(2) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

bertugas:

a. menyusun Rencana Aksi Daerah pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di

tingkat kabupaten;

b. mengoordinasikan, mengarahkan, mengenda-

likan, dan mengawasi penyelenggaraan

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat kabupaten; dan

c. menyusun laporan penyelenggaraan pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat kabupaten.

Pasal 7

(1) Susunan keanggotaan tim terpadu pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap narkotika dan prekursor narkotika di tingkat

kecamatan terdiri atas:

a. Ketua : Camat;

b. Wakil ketua/

pelaksana harian

: Sekretaris Camat; dan

c. Anggota : 1. kepala unit pelaksana

teknis dinas

2. unsur kepolisian di

Page 121: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 17

kecamatan

3. unsur Tentara

Nasional Indonesia di

kecamatan.

(2) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

bertugas:

a. menyusun Rencana Aksi Daerah pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di

tingkat kecamatan;

b. mengoordinasikan, mengarahkan, mengendali-

kan, dan mengawasi penyelenggaraan

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat kecamatan; dan

c. Menyusun laporan penyelenggaraan pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat kecamatan.

Pasal 8

(1) Susunan keanggotaan tim terpadu pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap narkotika dan prekursor narkotika di tingkat

kecamatan terdiri atas:

a. ketua : kepala desa;

b. wakil ketua/

pelaksana harian

: sekretaris desa; dan

c. anggota : 1. lembaga masyarakat

desa

2. badan pertimbangan

Page 122: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 18

desa

3. perlindungan

masyarakat

4. kepala dusun, rukun

warga, rukun

tetangga.

(2) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

bertugas:

a. menyusun Rencana Aksi Daerah pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di

tingkat desa;

b. mengoordinasikan, mengarahkan, mengendali-

kan, dan mengawasi penyelenggaraan

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat desa; dan

c. menyusun laporan penyelenggaraan pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat desa.

d. Bab IV. Pencegahan

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 9

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

(2) Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pencegahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menyusun

perencanaan kebijakan dan tindakan pencegahan

Page 123: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 19

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika berdasarkan hasil deteksi dan

antisipasi dini.

(3) Perencanaan kebijakan dan tindakan pencegahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikoordinasikan oleh

perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan

bidang kesatuan bangsa dan politik dengan melibatkan perangkat

daerah yang terkait, instansi vertikal dan masyarakat.

Bagian Kedua

Deteksi Dini

Pasal 10

(1) Pemerintah Daerah melakukan deteksi dini dalam

rangka pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

(2) Pelaksanaan deteksi dini sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) melalui kegiatan:

a. pengumpulan bahan keterangan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

b. pemetaan wilayah rawan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

c. pelaksanaan tes urine kepada penyelenggara

pemerintahan daerah dan masyarakat;

(3) Pelaksanaan deteksi dini dapat melibatkan

masyarakat, satuan tugas atau relawan anti

narkotika.

Bagian Ketiga

Antisipasi Dini

Page 124: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 20

Pasal 11

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan antisipasi dini

dalam rangka pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

(2) Pelaksanaan antisipasi dini sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi upaya:

a. memberikan informasi mengenai larangan dan

bahaya penyalahgunaan narkotika dan prekursor

narkotika melalui berbagai media informasi;

b. melakukan koordinasi dan komunikasi kebijakan

dan tindakan dengan Instansi vertikal dan

Pemerintah Kabupaten Temanggung tentang

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

narkotika dan prekursor narkotika;

c. bekerja sama dengan lembaga pendidikan,

lembaga keagamaan, lembaga non pemerintah,

organisasi kemasyarakatan dan/atau institusi

lainnya untuk melakukan gerakan anti narkotika;

d. melakukan pengawasan terhadap Aparatur Sipil

Negara dan pejabat publik;

e. melakukan pengawasan terhadap sumber daya

manusia di lingkungan lembaga pendidikan,

Lembaga keagamaan, lingkungan kerja dan

lingkungan masyarakat;

f. melakukan pengawasan terhadap rumah

kos/tempat pemondokan, tempat penginapan,

tempat perbelanjaan, tempat kuliner, tempat

hiburan dan tempat-tempat yang rentan

terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika.

g. melakukan tes urine sebagai persyaratan

Page 125: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 21

penerimaan kepegawaian, siswa dan mahasiswa

baru serta pengangkatan jabatan publik atau

profesi.

h. membentuk satuan tugas atau relawan anti

Narkotika di lingkungan instansi pemerintah,

lingkungan pendidikan, lingkungan keagamaan,

lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat.

(3) Dalam melakukan upaya antisipasi dini sebagaimana

dalam ayat (2), Pemerintah Daerah dapat

berkoordinasi dengan Kepolisian, Badan Narkotika

Nasional dan/atau institusi penegak hukum lainnya.

Bagian Keempat

Bentuk Pencegahan

Pasal 12

(1) Bentuk pencegahan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika, yaitu:

a. sosialisasi;

b. edukasi;

c. pembentukan satuan tugas atau relawan;

d. pemberdayaan masyarakat.

(2) Sosialisasi, sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a,

dapat melalui kegiatan:

a. seminar;

b. kegiatan keagamaan;

c. penyuluhan;

d. kegiatan seni dan budaya;

e. kegiatan sosial;

f. kampanye;

g. pengumuman;

h. iklan sosial.

(3) Edukasi, sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b,

Page 126: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 22

dapat melalui kegiatan:

a. penyusunan kurikulum Pendidikan;

b. karya tulis ilmiah;

c. lokakarya;

d. workshop;

e. bimbingan teknis;

f. pelatihan masyarakat;

g. outbond;

h. perlombaan.

(4) Pembentukan satuan tugas atau relawan,

sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, dapat

melalui kegiatan pembentukan:

a. Satuan Tugas Anti Narkotika Pemerintah Daerah;

b. Satuan Tugas Pelajar Anti Narkotika;

c. Unit Kegiatan Mahasiswa Anti Narkotika;

d. Relawan Anti Narkotika.

(5) Pemberdayaan masyarakat, sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d dapat melalui keterlibatan

masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan

tindakan pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

(6) Satuan pendidikan negeri maupun swasta wajib

melakukan sosialisasi dan edukasi pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

(7) Perusahaan/Badan Usaha Milik Daerah,

Perusahaan/Badan Usaha Milik Negara, dan

Perusahaan/Badan Usaha Milik Swasta dan pemilik

kegiatan usaha yang berada di Daerah wajib

melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Page 127: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 23

narkotika dan prekursor narkotika pada

Karyawan/Pekerja/Buruhnya.

Bagian Kelima

Tata Cara Pencegahan

Pasal 13

(1) Dalam pelaksanaan fasilitasi pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika, sebagaimana dimaksud pada

Pasal 8 ayat (1) Bupati dan Camat menyusun

Rencana Aksi Daerah yang dilaksanakan setiap

tahun.

(2) Penyusunan Rencana Aksi Daerah sebagaimana pada

ayat (1) berpedoman pada format Rencana Aksi

Daerah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

(3) Rencana Aksi Daerah, sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan kepada Gubernur.

(4) Rencana Aksi Daerah diatur dan ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

e. Bab V. Pemberantasan

Pasal 14

(1) Pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan

prekursor narkotika dilakukan secara yustisia oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud

ayat (1) berdasarkan Undang-Undang tentang

Hukum Acara Pidana, yang berwenang melakukan

penyidikan terhadap tindak pidana penyalahgunaan

Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Page 128: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 24

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas dan

berwenang:

a. memeriksa kebenaran laporan serta keterangan

tentang adanya dugaan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

b. memeriksa orang yang diduga melakukan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang

atau badan hukum sehubungan dengan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika;

d. memeriksa bahan bukti atau barang bukti

perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika;

e. menyita bahan bukti atau barang bukti perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika;

f. memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang

adanya dugaan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika;

g. meminta bantuan tenaga ahli untuk tugas

penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika; dan

h. menangkap orang yang diduga melakukan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika.

(4) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik

Pegawai Negeri Sipil berkoordinasi dengan Kepolisian

Republik Indonesia dan/atau Badan Nasional

Page 129: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 25

Narkotika sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

f. Bab VI. Rehabilitasi

Pasal 15

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan penanganan

terhadap pecandu, penyalahguna dan korban

penyalahgunaan narkotika.

(2) Penanganan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. penyediaan layanan rehabilitasi medis;

b. penyediaan layanan rehabilitasi sosial;

c. penyediaan layanan reintegrasi sosial.

(3) Pemerintah Daerah menyusun standar prosedur

operasional penatalaksanaan penanganan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan

jenis dan metode terapi yang digunakan dengan

mengacu pada standar dan pedoman

penatalaksanaan rehabilitasi.

(4) Pemerintah Daerah melakukan koordinasi

penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dengan kementerian yang melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kesehatan dan sosial.

(5) Petunjuk teknis penanganan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan

Bupati.

Pasal 16

(1) Penyediaan layanan rehabilitasi medis, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a dilaksanakan oleh

perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan

bidang kesehatan.

Page 130: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 26

(2) Pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau

lembaga rehabilitasi medis milik Pemerintah Daerah wajib

menerima pengobatan dan/atau perawatan melalui layanan

rehabilitasi medis.

(3) Rehabilitasi medis dapat dilaksanakan melalui rawat

jalan atau rawat inap sesuai dengan rencana rehabilitasi

dengan mempertimbangkan hasil asesmen.

(4) Teknis pelaksanaan layanan rehabilitasi medis berpedoman pada

peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan.

Pasal 17

(1) Penyediaan layanan rehabilitasi sosial, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b

dilaksanakan oleh perangkat daerah yang

melaksanakan urusan pemerintahan bidang sosial.

(2) Pemerintah Daerah wajib mendirikan Lembaga

rehabilitasi sosial untuk memberikan layanan

rehabilitasi sosial kepada pecandu, penyalahguna

dan korban penyalahgunaan narkotika.

(3) Rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan baik didalam

maupun di luar lembaga rehabilitasi sosial sesuai

dengan rencana rehabilitasi dengan

mempertimbangkan hasil asesmen.

(4) Teknis pelaksanaan layanan rehabilitasi sosial

berpedoman kepada peraturan perundang-undangan

di bidang sosial.

Pasal 18

(1) Pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan

Narkotika, yang telah selesai menjalani rehabilitasi

medis dan sosial dapat dilakukan layanan reintegrasi

sosial melalui pembinaan, pengawasan dan

Page 131: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 27

pendampingan berkelanjutan dengan

mengikutsertakan masyarakat.

(2) Pembinaan, pengawasan dan pendampingan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

oleh Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan

pemerintahan bidang sosial.

(3) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan

pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Bupati dapat membentuk tim pelaksana pembinaan,

pengawasan dan pendampingan yang diketuai oleh

Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik.

(4) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

bertanggung jawab kepada Bupati.

Pasal 19

(1) Pembinaan, pengawasan dan pendampingan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dimaksudkan

untuk memotivasi pecandu, penyalahguna dan

korban penyalahgunaan narkotika pasca rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial.

(2) Dalam rangka mewujudkan kegiatan pasca

rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kepada pecandu, penyalahguna dan korban

penyalahgunaan narkotika paska rehabilitasi dapat

dilakukan:

a. pelayanan untuk memperoleh keterampilan kerja;

b. pemberian rekomendasi untuk melanjutkan

pendidikan; dan

c. kohesi sosial.

(3) Pelayanan untuk memperoleh keterampilan kerja

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

Page 132: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 28

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang

melaksanakan urusan pemerintahan bidang tenaga

kerja.

(4) Pemberian rekomendasi untuk melanjutkan

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang

melaksanakan urusan pemerintahan bidang

pendidikan.

(5) Satuan Pendidikan negeri atau swasta wajib

menerima kembali peserta didik yang dibebaskan

sementara dari kegiatan belajar karena terlibat

penyalahgunaan narkotika, setelah selesai menjalani

rehabilitasi dan/atau pembinaan, pengawasan dan

pendampingan.

(6) Satuan Pendidikan dapat menerima kembali peserta

didik yang dibebaskan sementara dari kegiatan

belajar karena terbukti mengedarkan narkotika,

setelah:

a. dinyatakan bebas oleh pengadilan; dan/atau

b. selesai menjalani hukuman.

(7) Kohesi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang

melaksanakan urusan pemerintahan bidang sosial.

g. Bab VII. Sarana dan Prasarana

Pasal 20

(1) Pemerintah Daerah wajib mempersiapkan pusat

kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau

lembaga rehabilitasi medis dan lembaga rehabilitasi

sosial sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor dan

sarana pencegahan dan penanganan

penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika,

Page 133: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 29

sesuai dengan standarisasi yang ditentukan oleh

peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah wajib mempersiapkan tenaga

medis yang profesional dan memiliki kompetensi

dalam penanganan penyalahgunaan narkotika dan

prekursor narkotika, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemerintah Daerah wajib memiliki sarana penunjang

utama dalam upaya pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

h. Bab VIII. Kerja Sama

Pasal 21

(1) Dalam rangka fasilitasi pencegahan dan

pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika, Pemerintah

Daerah dapat melakukan kerja sama dengan:

a. Perguruan Tinggi;

b. Asosiasi/Himpunan Pengusaha;

c. Serikat Pekerja/Buruh;

d. BUMN/BUMD;

e. Perusahaan/Badan Usaha Swasta;

f. Organisasi Kemasyarakatan dan/atau Lembaga

Swadaya Masyarakat;

g. Pemerintahan Desa;

h. Badan Nasional Narkotika Kabupaten;

i. TNI/POLRI; dan/atau

j. Instansi vertikal lainnya sesuai kebutuhan.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-

Page 134: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 30

undangan dan ditungkan dalam nota kesepahaman

(memorandum of understanding).

i. Bab IX. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Bagian Kesatu

Partisipasi Masyarakat

Pasal 22

(1) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pencegahan

dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

(2) Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara

dan Badan Usaha Swasta dapat berpartisipasi dalam

pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika.

(3) Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan dengan cara:

a. melaporkan kepada instansi yang berwenang jika

mengetahui penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika;

b. meningkatkan ketahanan keluarga untuk

mencegah dampak penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

c. meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

dampak penyalahgunaan narkotika dan prekursor

narkotika;

d. membentuk wadah partisipasi masyarakat;

e. menciptakan lingkungan yang mendukung bagi

mantan pecandu, penyalahguna dan korban

penyalahgunaan narkotika beserta keluarganya;

dan/atau

Page 135: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 31

f. terlibat aktif dalam kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

(4) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berbentuk materiil dan/atau

immateriil yang dilakukan secara mandiri atau

bersama-sama.

Bagian Kedua

Pemberdayaan Masyarakat

Pasal 23

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pemberdayaan

masyarakat terhadap pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

(2) Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Swasta, perorangan dan atau

kelompok orang dapat melakukan pemberdayaan

masyarakat;

(3) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) melalui kegiatan:

a. Kerja sama atau kemitraan dengan Lembaga

Pendidikan, Lembaga keagamaan, Lembaga

kemasyarakatan, Lembaga Non Pemerintah;

b. pengembangan potensi masyarakat pada

kawasan rawan dan rentan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

c. pelatihan kerja atau pelatihan kompetensi;

d. pelibatan forum kerukunan umat beragama,

forum kewaspadaan dini masyarakat dan forum

pembauran kebangsaan;

Page 136: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 32

e. pelibatan Instansi Penerima Wajib Lapor yang

diselenggarakan oleh masyarakat; dan/atau

f. pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama.

j. Bab X. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

Pasal 24

(1) Bupati melakukan monitoring dan evaluasi secara

berkala terhadap pelaksanaan fasilitasi pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di Daerah.

(2) Bupati dalam melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan secara berkala terhadap pelaksanaan

fasilitasi pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) melimpahkan pelaksanaan fasilitasi

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat Kecamatan kepada Camat.

(3) Camat melakukan monitoring dan evaluasi fasilitasi

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat Kecamatan sebagamaman

dimaksud pada ayat (2) secara berkala terhadap

pelaksanaan fasilitasi pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di tingkat

Desa/Kelurahan.

Pasal 25

(1) Kepala Desa/Lurah melaporkan hasil pelaksanaan

program dan kegiatan pencegahan dan

Page 137: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 33

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika yang

dilimpahkan oleh Pemerintah Daerah kepada

Desa/Kelurahan kepada Bupati melalui Camat.

(2) Camat melaporkan hasil monitoring dan evaluasi

pelaksanaan Kepala Desa/Lurah melaporkan hasil

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika di tingkat Kecamatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 21 ayat (3) kepada Bupati

melalui perangkat daerah yang terkait dengan

fasilitasi pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

(3) Bupati melaporkan hasil pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika di Daerah

kepada Gubernur.

Pasal 26

(1) Monitoring, evaluasi dan pelaporan sebagaimana

dimaksud pasal 21 dan pasal 22 dapat dilakukan

secara daring melalui sistem informasi pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

(2) Hasil monitoring, evaluasi, dan pelaporan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 22,

menjadi bahan masukan dalam penyusunan Rencana

Aksi Daerah tahun berikutnya dan bahan evaluasi

dalam penyusunan kebijakan.

k. Bab XI. Pembinaan dan Pengawasan

Page 138: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 34

Pasal 27

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap

segala kegiatan yang berhubungan dengan

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika;

b. memasukkan pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar

sampai perguruan tinggi;

c. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi

medis dan sosial serta reintegrasi sosial bagi

pecandu narkotika, penyalahguna dan korban

penyalahgunaan narkotika dan prekursor

narkotika, baik yang diselenggarakan oleh

pemerintah maupun masyarakat.

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap

segala kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi upaya pemenuhan ketaatan terhadap

ketentuan peraturan perundang undangan tentang

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika yang ditetapkan.

Page 139: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 35

l. Bab XII. Sistem Data dan Informasi

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan pendataan dan

pemetaan potensi penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika untuk

mengetahui kondisi kerawanan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

pada wilayah tertentu.

(2) Pendataan dan pemetaan potensi penyalahgunaan

narkotika oleh Pemerintah Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh

perangkat daerah yang melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik

dengan melibatkan instansi vertikal, perguruan tinggi

organisasi masyarakat dan organisasi keagamaan

dan/atau institusi lainnya.

(3) Pendataan dan pemetaan sebagaimana dimaksud

ayat (1) dilakukan dalam sistem data terpadu

berbasis teknologi, yang dikelola oleh Perangkat

Daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan di

bidang kesatuan bangsa dan politik.

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah membangun sistem informasi

terpadu pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika berbasis teknologi informasi dan

komunikasi, dengan cara pengumpulan informasi dan

penyebaran informasi mengenai bahaya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika

Page 140: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 36

(2) Pembangunan sistem informasi terpadu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh

perangkat daerah yang melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik

dengan melibatkan perangkat daerah yang

melaksanakan urusan pemerintahan bidang

komunikasi dan informatika dan instansi terkait

lainnya.

(3) Pembangunan sistem informasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui media

cetak, media elektronik, media siber, serta cara

lainnya.

m. Bab XIII. Penghargaan

Pasal 31

(1) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan

kepada aparat penegak hukum, instansi

pemerintahan, swasta dan/atau warga masyarakat

yang telah berjasa dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan dalam bentuk piagam, tanda jasa,

dan/atau bentuk lainnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian

penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Bupati.

n. Bab XIV. Pembiayaan

Pasal 32

Pembiayaan pencegahan dan pemberantasan,

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Page 141: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 37

prekursor Narkotika bersumber dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Temanggung;

b. Sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

o. Bab XV. Sanksi

Pasal 33

Seseorang dan/ atau badan yang terlibat dalam

penyalahgunaan dan perdedaran gelap narkotika

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dibidang narkotika.

p. Bab XVI. Ketentuan Penutup

Pasal 34

Peraturan Bupati sebagai peraturan pelaksanaan dari

peraturan daerah ini ditetapkan paling lambat 1 (satu)

tahun sejak peraturan ini diundangkan.

Pasal 35

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Temanggung.

4. Penjelasan

Rancangan Penjelasan atas Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan,

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Page 142: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 38

Narkotika dan Prekursor Narotika dibagi menjadi dua bagian,

yaitu penjelasa secara Umum dan penjelasan ayat demi ayat.

a. Penjelasan Umum

Bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor Narkotika di Kabupaten

Temanggung mengkhawatirkan dan mengancam

perkembangan sumber daya manusia serta kehidupan

bangsa dan negara, sehingga perlu upaya pencegahan dan

pemberantasan serta penanganan secara terintegrasi,

terarah dan berkesinambungan.

Upaya-upaya itu sangat penting mengingat

Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi

Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375

Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. Kabupaten

Temanggung secara astronomis terletak diantara 110o23'-

110o46'30" bujur Timur dan 7o14'-7o32'35" Lintang

Selatan dengan luas wilayah 870,65 km2 (87.065 Ha). Dan

secara batas administratif Kabupaten Temanggung di

sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan

Kabupaten Semarang, di sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, di sebelah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang, di

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo.

Wilayah Kabupaten Temanggung secara geo ekonomis

dilalui oleh 3 jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu

Semarang (77 Km), Yogyakarta (64 Km), dan Purwokerto

(134 Km).

Berdasarkan letak geografis dan batas administratif

tersebut, wilayah Kabupaten Temanggung memiliki potensi

menjadi pintu masuk, tempat produksi dan wilayah edar

Page 143: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 39

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

Ketentuan Pasal 3 huruf a Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Fasilitasi

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

Pemerintah Daerah perlu menyusun regulasi berupa

peraturan daerah sebagai upaya sinergitas membangun

koordinasi dan berperan aktif dalam pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika di Indonesia khususnya

wilayah Kabupaten Temanggung.

Peraturan Daerah ini, merumuskan upaya

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di

lingkungan Pemerintahan Daerah, Instansi vertikal,

lingkungan masyarakat, lingkungan satuan pendidikan,

lingkungan keluarga, lingkungan Perusahaan/Badan Usaha.

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi deteksi

dini; antisipasi dini; pencegahan; pemberantasan;

penanganan; sarana dan prasarana; kerja sama;

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; monitoring,

evaluasi dan pelaporan; pembinaan dan pengawasan;

sistem data dan informasi; penghargaan; pembiayaan;

dan sanksi..

b. Penjelasan Pasal demi Pasal

Penjelasan Pasal demi Pasal dilakukan hanya untuk pasal

atau ayat yang perlu diperjelas dengan berbagai

keterangan:

Pasal 12, ayat (2), huruf a:

Page 144: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 40

Yang dimaksud dengan “seminar” diantaranya

merupakan kegiatan bentuk pengajaran akademis,

yang diberikan oleh lembaga dan narasumber yang

berkompeten kepada peserta seminar seperti

masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, aparatur

penegak hukum, pejabat publik dan peserta lainnya

dengan materi yang terkait pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

Pasal 12, ayat (2), huruf b:

Yang dimaksud dengan “kegiatan keagamaan”

diantaranya merupakan kegiatan keagamaan yang

dapat berupa ceramah atau kegiatan lainnya yang

disampaikan oleh pemuka agama atau tokoh agama

kepada jamaah atau umat dengan menyisipkan

materi yang terkait pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

sehingga dapat diimplementasikan di lingkungan

keluarga.

Pasal 12, ayat (2), huruf c:

Yang dimaksud dengan “penyuluhan” diantaranya

merupakan kegiatan pembelajaran antara penyuluh

kepada masyarakat umum, anggota keluarga dan

lingkungan di masyarakat (seperti di lingkungan

kecamatan, kelurahan, RT/RW), sekolah, perguruan

tinggi dan lain-lain agar membudayakan gerakan anti

narkotika terutama dalam lingkungan masyarakat

terkecil.

Page 145: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 41

Pasal 12, ayat (2), huruf d:

Yang dimaksud dengan “kegiatan seni dan budaya”

diantaranya merupakan kegiatan seni dan budaya

berupa festival musik, pagelaran budaya dan seni

baik tradisional maupun modern, yang dapat

disisipkan pesan terkait pencegahan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika kepada masyarakat umum.

Pasal 12, ayat (2) huruf e:

Yang dimaksud dengan “kegiatan sosial” diantaranya

merupakan kegiatan sosial berupa jalan sehat, bakti

sosial dan lainnya yang dapat disisipkan pesan terkait

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika kepada

masyarakat umum.

Pasal 12, ayat (2) huruf f:

Yang dimaksud dengan “kampanye” diantaranya

merupakan sebuah tindakan dan usaha terkoordinir

baik oleh seseorang, kelompok orang, Pemerintah

maupun Lembaga Swadaya Masyarakat, yang

bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, atas

gerakan, guna mendukung dan membudayakan

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika kepada

masyarakat umum.

Pasal 12, ayat (2), huruf g:

Yang dimaksud dengan “pengumuman” diantaranya

merupakan informasi satu arah berupa selebaran

atau pamplet atau baliho dan bentuk lainnya guna

Page 146: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 42

membudayakan pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

kepada masyarakat umum.

Pasal 12, ayat (2) huruf h:

Yang dimaksud dengan “iklan sosial” diantaranya

merupakan sebuah informasi yang disajikan di media

cetak, media elektronik dan siber guna

membudayakan pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

kepada masyarakat umum.

Pasal 12, ayat (3) huruf a:

Yang dimaksud dengan “penyusunan kurikulum

pendidikan” diantaranya merupakan insersi atau

penyusupan materi pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

dalam kurikulum pendidikan, baik pendidikan dasar,

menengah dan tinggi.

Pasal 12, ayat (3) huruf b:

Yang dimaksud dengan “karya tulis ilmiah”

diantaranya merupakan penelitian ilmiah yang

diarahkan pada pembelajaran ilmiah akan bahayanya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika serta upaya pencegahannya.

Pasal 12, ayat (3) huruf c:

Yang dimaksud dengan “lokakarya” diantaranya

merupakan kegiatan yang dihadiri oleh para ahli,

penegak hukum, pemerintah dan unsur masyarakat

yang diarahkan pada penyelesaian permasalahan

Page 147: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 43

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika serta solusi permasalahan

tersebut.

Pasal 12, ayat (3) huruf e:

Yang dimaksud dengan “bimbingan teknis”

diantaranya merupakan kegiatan dimana para

peserta diberi pelatihan- pelatihan yang bermanfaat

dalam meningkatkan kompetensi peserta

dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

Pasal 12, ayat (3) huruf f:

Yang dimaksud dengan “pelatihan masyarakat”

diantaranya merupakan kegiatan dimana masyarakat

diberi pelatihan- pelatihan yang bermanfaat dalam

meningkatkan pemahamannya dalam pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

Pasal 12, ayat (3) huruf g:

Yang dimaksud dengan “outbond” diantaranya

merupakan kegiatan luar ruangan seperti jambore,

perkemahan dan napak tilas dalam rangka

memberikan edukasi kepada peserta outbond dalam

memahami penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika dengan cara yang

gembira dan menyenangkan.

Pasal 12, ayat (3) huruf h:

Yang dimaksud dengan “perlombaan” diantaranya

merupakan kegiatan kompetisi yang bertemakan

Page 148: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 44

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika, dengan bentuk

lomba pidato, lomba cipta lagu, lomba slogan, lomba

karikatur dan lomba lainnya yang bersifat kreatif

dan inovatif.

Pasal 12, ayat (4) huruf a:

Yang dimaksud dengan kalimat “Satuan Tugas Anti

Narkotika Pemerintah Daerah” merupakan organisasi

yang bersifat tetap maupun sementara (ad-hoc) di

lingkungan Pemerintahan Daerah yang

beranggotakan aparatur pemerintahan yang

mempunyai kegiatan atau tugas terkait pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika di lingkungan Pemerintahan.

Pasal 12, ayat (4) huruf b:

Yang dimaksud dengan kalimat “Satuan Tugas

Pelajar Anti Narkotika” merupakan organisasi yang

bersifat tetap maupun sementara (ad-hoc) di

lingkungan Satuan Pendidikan baik negeri atau

swasta yang beranggotakan pelajar yang mempunyai

kegiatan atau tugas terkait pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika di lingkungan sekolah.

Pasal 12, ayat (4) huruf c:

Yang dimaksud dengan kalimat “Unit Kegiatan

Mahasiswa Anti Narkotika” merupakan organisasi

kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus yang

beranggotakan mahasiswa yang mempunyai kegiatan

atau tugas terkait pencegahan penyalahgunaan dan

Page 149: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN_Kabupaten Temanggung. V - 45

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di

lingkungan kampus.

Pasal 12, ayat (4) huruf d:

Yang dimaksud dengan kalimat “Relawan Anti

Narkotika” merupakan organisasi di lingkungan

masyarakat yang beranggotakan unsur masyarakat

yang mempunyai kegiatan atau tugas terkait

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika di lingkungan

masyarakat umum.

Pasal 19, ayat (1):

Yang dimaksud dengan “memotivasi pecandu,

penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika

pasca rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”

dimaksudkan agar pecandu, penyalahguna dan

korban penyalahgunaan narkotika dapat kembali

menggali potensi diri, meningkatkan kepercayaan diri

dan membangun masa depan yang lebih baik dalam

suatu masyarakat.

Pasal 20, ayat (1):

Yang dimaksud dengan “Institusi Penerima Wajib

Lapor” merupakan pusat kesehatan masyarakat,

rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis

dan lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh

Pemerintah.

Dan yang tidak perlu penjelasan cukup diberikan istilah:

“Cukup jelas”.

Page 150: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-1

BAB VI

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah

dikemukakan dalam masing-masing bab tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika di Kabupaten Temanggung telah memiliki

kelayakan secara akademis dan memiliki landasan baik

secara filosofis, sosiologis maupun yuridis.

2. Kerangka pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung

secara rinci meliputi:

a. Bab I. Ketentuan Umum;

b. Bab II. Asas, Maksud, dan Tujuan;

c. Bab III. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah;

d. Bab IV. Tim Fasilitasi;

e. Bab V. Pencegahan;

f. Bab VI. Pemberantasan;

g. Bab VII. Rehabilitasi;

h. Bab VIII. Sarana dan Prasarana;

i. Bab IX. Kerja Sama

j. Bab X. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat

k. BAB XI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

Page 151: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-2

l. Bab XII. Pembinaan dan Pengawasan;

m. Bab XIII. Sistem Data dan Informasi;

n. Bab XIV. Penghargaan;

o. Bab XV. Pembiayaan;

p. Bab XVI. Sanksi;

q. Bab XVII. Ketentuan Penutup.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis yang telah

dilakukan maka dapat disarankan agar segera diproses

penyusunan, pembahasan, dan penetapan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung. Hal ini

dilakukan guna memberikan dasar hukum dan pedoman kepada

Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,

BNN Kabupaten Temanggung, mitra Polisi dan TNI serta

masyarakat secara keseluruhan di seluruh wilayah Kabupaten

Temanggung dalam berpartisipasi melakukan pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

Page 152: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-3

LLaammppiirraann--LLaammppiirraann

Page 153: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-4

A. Daftar Kepustakaan

Anonim, 2012. Permendagri No. 53 Tentang Pembentukkan Produk

Hukum Daerah dan Undang-Undang No. 12 tentang

Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan, Jakarta:

Pt. Tamita Utama

Bagir Manan. 2005. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, cetakan

IV, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Hanif Nurcholish. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan

Otonomi Daerah, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta

Juanda. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah ; Pasang Surut

Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, Alumni, Bandung

Mahendra Putra Kurnia dkk, 2007. Pedoman Naskah Akademik

Perda Partisipatif (Urgensi, Strategi, dan Proses Bagi

Pembentukan Perda yang baik), Kreasi Total Media,

Yogyakarta.

Maria Farida Indrati S, 2007. Ilmu Perundang-Undangan (Jenis,

Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta.Maria

Farida Indrati S, 2007. Ilmu Perundang-undangan Jenis,

Fungsi dan Materi Muatan. Yogyakarta: Kanisius

………….., 2007. Ilmu Perundang-undangan Proses dan teknik

Pembentukkannya. Yogyakarta: Kanisius

Ni’matul Huda. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa media, Bandung

W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Darsono, 2009. Legislative

Drafting (Teori dan Teknik Pembuatan Peraturan daerah),

Universitas Arma Jaya, Yogyakarta.

B. Daftar Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran;

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Keperawatan;

Page 154: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-5

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional;

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja;

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Page 155: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-1

BAB VI

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah

dikemukakan dalam masing-masing bab tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika di Kabupaten Temanggung telah memiliki

kelayakan secara akademis dan memiliki landasan baik

secara filosofis, sosiologis maupun yuridis.

2. Kerangka pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika dan Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung

secara rinci meliputi:

a. Bab I. Ketentuan Umum;

b. Bab II. Asas, Maksud, dan Tujuan;

c. Bab III. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah;

d. Bab IV. Tim Fasilitasi;

e. Bab V. Pencegahan;

f. Bab VI. Pemberantasan;

g. Bab VII. Rehabilitasi;

h. Bab VIII. Sarana dan Prasarana;

i. Bab IX. Kerja Sama

j. Bab X. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat

k. BAB XI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

Page 156: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-2

l. Bab XII. Pembinaan dan Pengawasan;

m. Bab XIII. Sistem Data dan Informasi;

n. Bab XIV. Penghargaan;

o. Bab XV. Pembiayaan;

p. Bab XVI. Sanksi;

q. Bab XVII. Ketentuan Penutup.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis yang telah

dilakukan maka dapat disarankan agar segera diproses

penyusunan, pembahasan, dan penetapan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Temanggung tentang Fasilitasi Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika di Kabupaten Temanggung. Hal ini

dilakukan guna memberikan dasar hukum dan pedoman kepada

Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,

BNN Kabupaten Temanggung, mitra Polisi dan TNI serta

masyarakat secara keseluruhan di seluruh wilayah Kabupaten

Temanggung dalam berpartisipasi melakukan pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika.

Page 157: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-3

LLaammppiirraann--LLaammppiirraann

Page 158: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-4

A. Daftar Kepustakaan

Anonim, 2012. Permendagri No. 53 Tentang Pembentukkan Produk

Hukum Daerah dan Undang-Undang No. 12 tentang

Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan, Jakarta:

Pt. Tamita Utama

Bagir Manan. 2005. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, cetakan

IV, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Hanif Nurcholish. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan

Otonomi Daerah, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta

Juanda. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah ; Pasang Surut

Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, Alumni, Bandung

Mahendra Putra Kurnia dkk, 2007. Pedoman Naskah Akademik

Perda Partisipatif (Urgensi, Strategi, dan Proses Bagi

Pembentukan Perda yang baik), Kreasi Total Media,

Yogyakarta.

Maria Farida Indrati S, 2007. Ilmu Perundang-Undangan (Jenis,

Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta.Maria

Farida Indrati S, 2007. Ilmu Perundang-undangan Jenis,

Fungsi dan Materi Muatan. Yogyakarta: Kanisius

………….., 2007. Ilmu Perundang-undangan Proses dan teknik

Pembentukkannya. Yogyakarta: Kanisius

Ni’matul Huda. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa media, Bandung

W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Darsono, 2009. Legislative

Drafting (Teori dan Teknik Pembuatan Peraturan daerah),

Universitas Arma Jaya, Yogyakarta.

B. Daftar Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran;

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Keperawatan;

Page 159: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN …

Laporan Akhir

NA Raperda Fasilitasi P4GNPN Kabupaten Temanggung. VI-5

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional;

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja;

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.