Penyuluhan Kelompok A

29
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISIS DI RUANG ANGSOKA 2 – RSUP SANGLAH Oleh: KELOMPOK A Kadek Laras Prasanti Dewi (0902105035) Luh Putu Eva Sri S. (0902105064) Ni Wayan Mira Rianty (0902105083) Agus Eka Mayunantara (0902105047) Ni Luh Made Ari Irawati (0902105036) I Wayan Agus Eka Swastika (0902105089) Ni Luh Putri Arca Dewi (0902105082) I Gede Bayu Wirantika (0902105063) Pande Kadek Purniati (0902105002) Putu Ayu Utami Dewantari (0902105066) Putu Ika Puspita Dewi (0902105090)

description

sap

Transcript of Penyuluhan Kelompok A

Page 1: Penyuluhan Kelompok A

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN

HEMODIALISIS

DI RUANG ANGSOKA 2 – RSUP SANGLAH

Oleh:

KELOMPOK A

Kadek Laras Prasanti Dewi (0902105035)

Luh Putu Eva Sri S. (0902105064)

Ni Wayan Mira Rianty (0902105083)

Agus Eka Mayunantara (0902105047)

Ni Luh Made Ari Irawati (0902105036)

I Wayan Agus Eka Swastika (0902105089)

Ni Luh Putri Arca Dewi (0902105082)

I Gede Bayu Wirantika (0902105063)

Pande Kadek Purniati (0902105002)

Putu Ayu Utami Dewantari (0902105066)

Putu Ika Puspita Dewi (0902105090)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: Penyuluhan Kelompok A

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN

HEMODIALISIS

A. JUDUL

Satuan Acara Penyuluhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan

Hemodialisis

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan

keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang diet pada pasien

gagal ginjal kronis dengan hemodialisis

2. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga dapat

menjelaskan kembali:

a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis.

b. Penyebab Gagal Ginjal Kronis.

c. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis.

d. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis

e. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis

f. Pencegahan Gagal Ginjal Kronis

g. Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis

3. TEMPAT

Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar

4. WAKTU

Jumat, 19 Juli 2013 pukul 10.00-10.25 WITA.

Page 3: Penyuluhan Kelompok A

5. SASARAN

Keluarga pasien dengan Gagal Ginjal Kronis di ruang Angsoka 2 RSUP

Sanglah Denpasar.

6. METODE

1. Ceramah.

2. Tanya jawab.

3. Demonstrasi menu makanan sehari pada GGK dengan hemodialisis

7. MEDIA

1. Lembar balik.

2. Leaflet.

8. PEMBAGIAN KELOMPOK

1. Ketua : Gede Bayu Wirantika

2. Moderator : Putu Ayu Utami Dewantari

3. Penyaji : Agus Eka Mayunantara

Ni Wayan Mira Rianty

4. Fasilitator : Kadek Laras Prasanti Dewi

Ni Luh Made Ari Irawati

I Wayan Agus Eka Swastika

Putu Ika Puspita Dewi

Pande Kadek Purniwati

Luh Putu Eva Sri S

5. Observer : Ni Luh Putri Arca Dewi

9. RENCANA PELAKSANAAN

No. Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pendahuluan 1) Memberi

Salam.

2) Perkenalan.

3) Menjelaskan

1) Menjawab

salam.

2) Mendengarkan.

3) Menyimak

5 menit

Page 4: Penyuluhan Kelompok A

maksud dan

tujuan.

4) Mengingatkan

kontrak.

penyuluh.

4) Mendengarkan.

2. Pemberian

materi

1) Penyampaian

garis besar

materi Gagal

Ginjal Kronis:

Pengertian

Gagal Ginjal

Kronis.

Penyebab

Gagal Ginjal

Kronis.

Tanda dan

Gejala Gagal

Ginjal Kronis.

Komplikasi

Gagal Ginjal

Kronis

Penatalaksana

an Gagal

Ginjal Kronis

Pencegahan

Gagal Ginjal

Kronis

Diet pada

Gagal Ginjal

Kronis dengan

HD.

1) Mendengarkan

dengan penuh

perhatian

18 menit

Page 5: Penyuluhan Kelompok A

2) Memberi

kesempatan

peserta untuk

bertanya

3) Menjawab

pertanyaan

2) Menanyakan

hal-hal yang

belum jelas

3) Mendengarkan

dan

memperhatikan

jawaban dari

penyuluh

3. Penutup 1) Evaluasi

2) Menyimpulkan

3) Salam penutup

1) Menjawab

pertanyaan

penyuluh

2) Mendengarkan

3) Menjawab

salam

2 menit

TOTAL WAKTU 25 Menit

10. SETTING TEMPAT

1

2

3 5

4 4

Keterangan gambar:

1. Penyaji

2. Peserta

3. Moderator

4. Fasilitator

5. Observer

Page 6: Penyuluhan Kelompok A

11. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktural:

a. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat

digunakan dalam penyuluhan yaitu:

Leaflet.

Lembar balik.

b. Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan lembar balik

dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di mengerti oleh

peserta penyuluhan.

c. Persiapan Peserta

Penyuluhan mengenai diet pada gagal ginjal kronis. Peserta telah

diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses:

Peserta mengikuti acara pembelajaran kesehatan dari awal sampai selesai

dan aktif selama proses pembelajaran kesehatan berlangsung.

3. Evaluasi Hasil:

a. Sebanyak 60% peserta mampu mengungkapkan kembali pengertian gagal

ginjal kronis.

b. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 6 penyebab gagal

ginjal kronis.

c. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 14 tanda dan gejala

gagal ginjal kronis.

d. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 5 komplikasi gagal

ginjal kronis

e. Sebanyak 60 % peserta mampu menyebutkan kembali penatalaksanaan

gagal ginjal kronis.

f. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali pencegahan gagal

ginjal kronis.

g. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali diet pada gagal

ginjal kronis dengan hemodialisis.

Page 7: Penyuluhan Kelompok A

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier (Ed), 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anwar. 2010. Konsep Dasar Penyakit Ginjal Kronis, (online)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16742/4/Chapter

%20II.pdf, diakses: 15 Juli 2011).

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi

8), EGC, Jakarta

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Departemen Pertanian. 2010. Penganekaragaman Menu Makanan Rakyat,

(online) (pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0159.pdf, diakses: 20

Juli 2011).

Hasibuan. 2011. Daftar Komposisi Lemak, Asam Lemak, dan Kolesterol, (online)

(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26959/1/Appendix.pdf, diakses

20 Juli 2011).

Himmelfarb dan Sayegh. 2010. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and

Transplantation: A Companion to Brenner and Rector’s The Kidney. USA:

Saunders.

Price&Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit.Jakarta:EGC

Raka Widiana. 2007. Jurnal Penyakit Ginjal Kronis, (online)

(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2_edited.pdf, diakses 15 Juli 2011).

Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran

UNPAD.

Suwitra K.2006.B uk u A j a r I l m u P en y ak i t D a l am J i l i d I E d i s i

IV . Jakarta: FKUI

Triyani Kresnawan. 2010. Diet Rendah Protein Nabati untuk Penyakit Ginjal

Kronis, (online) (gizi.depkes.go.id/makalah/download/diet_rendah_prot-

nabati.pdf, diakses 20 Juli 2011).

Page 8: Penyuluhan Kelompok A

DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN

HEMODIALISIS

A. Pengertian Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease  menurut National

Kidney Foundation (NKF) di Amerika Serikat didefinisikan sebagai kerusakan

ginjal atau laju penyaringan darah di ginjal mengalami gangguan. Jadi, penyakit

ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang terus memberat dan menetap

yang mengakibatkan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap biasanya

berlangsung beberapa tahun.

B. Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis

Penyebab Gagal ginjal kronik menurut ( Price,2002)

1. Infeksi Saluran Kencing

Infeksi saluran kencing sering terjadi dan menyerang manusia tanpa

memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kencing umumnya

dibagi dalam dua kategori : Infeksi saluran kencing bagian bawah dan

infeksi saluran kencing bagian atas. Infeksi saluran kencing bagian bawah

meliputi uretritis yaitu iritasi dan pembengkakan uretra yang merupakan

saluran untuk mengeluarkan air seni dari tubuh, sistitis yaitu peradangan

pada kandung kencing, prostatitis yaitu peradangan pada prostat. Infeksi

saluran kencing bagian atas adalah pielonepritis akut yaitu peradangan

pada ginjal. (Price,2002).

2. Penyakit Peradangan

Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabkan oleh

peradangan pada glomerulus yaitu bagian dari ginjal yang bertugas sebagai

filter. Pada glomerulus yang mengalami peradangan, akan terjadi

kerusakan yang semakin parah yang pada akhirnya akan menyebabkan

terjadinya gagal ginjal (Price,2002).

3. Nifrosklerosis Hipertensif

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dan gagal ginjal kronik memiliki

kaitan yang erat. Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan

Page 9: Penyuluhan Kelompok A

menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik

dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi.

(Price,2002).

4. Gangguan Kongenital dan Herediter

Asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan penyakit

herediter atau bawaan sejak lahir karena kelainan genetik yang terutama

mengenai tubulus ginjal. Keduanya dapat berakhir dengan gagal ginjal

meskipun lebih sering di jumpai pada penyakit polikistik (Price,2002).

5. Gangguan Metabolik

Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik antara

lain diabetes mellitus (kencing manis), gout (asam urat),

hiperparatiroidisme primer (produksi hormone paratiroid yang berlebihan

karena ada kelainan pada kelenjar paratiroid) dan amiloidosis

(penumpukan protein amiloid pada organ atau jaringan tubuh). (Price,

2002).

6. Nefropati Toksik

Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik atau yang bersifat racun, obat-

obatan dan bahan bahan kimia karena alsan-alasan :

a. Ginjal menerima 25% dari aliran jantung, sehingga sering dan mudah

kontak dengan zat kimia dalam jumlah yang besar.

b. Ginjal merupakan “jalan keluar” dari tubuh agar tidak membahayakan

untuk kebanyakan obat ,sehingga menurunnya fungsi ginjal

mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi dalam

cairan tubulus (Price,2002).

Di Indonesia, penyakit Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah

penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronis. Penyebab lain adalah hipertensi

atau tekanan darah tinggi, batu saluran kencing, penyakit autoimun atau kelainan

karena system imun yang kurang baik, maupun infeksi kronis pada ginjal yang

misalkan disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Ginjal merupakan

organ penting dalam tubuh yang berfungsi untuk memfiltrasi atau menyaring zat-

zat racun yang tidak diperlukan tubuh dan menyerap kembali zat-zat yang masih

Page 10: Penyuluhan Kelompok A

diperlukan tubuh. Karena hal ini, maka pasien dapat mengalami bengkak pada

tubuh, terutama pada daerah kaki dan tangan.

Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ureum. Ureum merupakan hasil

metabolisme atau pengolahan protein di tubuh yang harus dikeluarkan. Pada

pasien dengan penyakit ginjal, ureum tidak dapat dikeluarkan secara optimal,

sehingga ureum yang berbentuk kristal kemudian menumpuk di kulit, sehingga

menyebabkan rasa gatal. Selain filtrasi dan reabsorpsi, ginjal juga berfungsi

mengeluarkan hormon eritropoietin yang berfungsi dalam pembentukan sel darah

merah. Jika fungsi ginjal mengalami penurunan, maka produksi eritropoietin juga

mengalami gangguan. Sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah

sekaligus hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia atau kekurangan

hemoglobin (Bare & Suzanne, 2002). Dari semua fungsi ginjal yang terdapat di

atas, dapat dimengerti bahwa jika terjadi gangguan pada ginjal kronis maka akan

terjadi gejala-gejala seperti: lemah badan, anemia, dan hipertensi atau tekanan

darah tinggi.

Himmelfarb dan Sayegh (2010) menyebutkan bahwa penyebab terbanyak

PGK yaitu peradangan pada ginjal, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.

Insiden PGK meningkat seiring meningkatnya kejadian kegemukan, kencing

manis, dan tekanan darah tinggi. (Himmelfarb dan Sayegh, 2010). Faktor risiko

penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan kencing manis ,tekanan darah

tinggi, kegemukan, perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan

riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal dalam

keluarga (National Kidney Foundation, 2002).

C. Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal kronis

Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis antara lain:

a. Gejala dini (saat mengalami penyakit ginjal kronis)

Produksi air kencing sedikit.

Nyeri pada pinggang.

Adanya rasa gatal dan bintik-bintik merah pada kulit.

Sakit kepala.

Kelemahan tubuh.

Page 11: Penyuluhan Kelompok A

Berat badan berkurang.

Mudah tersinggung.

Depresi.

b. Gejala yang terjadi lebih lanjut

Penurunan nafsu makan.

Mual disertai muntah.

Pernapasan pendek atau sesak napas baik saat beraktivitas maupun

tidak.

Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, bisa pada tangan, kaki,

maupun perut akibat timbunan cairan tubuh yang tidak dapat

dikeluarkan melalui kencing.

Tekanan darah tinggi (>130/>85 mmHg).

Nilai kreatinin > 1,2 mg/dl

D. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:

1) Hiperkalemia (kalium yang tinggi dalam darah), akibat penurunan

eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih

2) Perikarditis ( radang yang terjadi pada selaput jantung)

3) Tekanan darah tinggi, akibat retensi cairan dan natrium serta terjadi

kerusakan sistem rennin angioaldosteron

4) Kurang darah, akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah

merah, pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi

5) Penyakit tulang, akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah

metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium

E. Penatalaksanaan

1) Terapi Farmakologis

Penanganan hiperfosfatemia

Hiperfosfatemia pada pasien CKD dapat ditangani dengan menggunakan

obat yang dapat mengikat fosfat dalam saluran pencernaan. Pengikat seperti

kalsium karbonat (Os-Cal) atau kalsium asetat (PhosLo) dapat diberikan, tapi ada

Page 12: Penyuluhan Kelompok A

risiko mengalami hiperkalsemia. Obat-obat tersebut mengikat fosfor dalam

saluran pencernaan. Semua agen pengikat harus diberikan bersama dengan

makanan agar bisa efektif.

Penanganan hipertensi dan kelebihan volume cairan

Hipertensi ditangani dengan 2 cara, yaitu mengontrol volume cairan tubuh

dengan menggunakan diuretik (berperan dalam mengeluarkan cairan tubuh

melalui urin) seperti furosemid dengan dosis 300-500 mg serta menggunakan obat

antihipertensi seperti cataprex atau propanolol. Gagal jantung dan pembengkakan

pada tubuh mungkin membutuhkan penanganan berupa pembatasan cairan, diet

rendah natrium (garam), diuretik, agens inotropik seperti digoxin atau dobutamine

dan dialisis. ACE-inhibitor dapat diberikan tapi harus dengan pengawasan ketat.

Penanganan anemia

Anemia yang berkaitan dengan GGK ditangani dengan pemberian

eritropoietin manusia rekombinan (Epogen). Pasien dengan anemia biasanya

datang dengan keluhan yang tidak spesifik seperti lemas, kelelahan dan

ketidakmampuan beraktivitas. Terapi eritropoietin diberikan agar pasien dapat

mencapai nilai laboratorium hematokrit antara 33%-38% dan hemoglobin sekitar

12 mg/dL.

Eritropoietin diberikan secara IV atau subkutan 3 kali seminggu pada

pasien GGK. Perlu waktu 2-6 minggu sampai nilai hematokrit naik; oleh karena

itu, terapi ini tidak diindikasikan pada pasien yang perlu penanganan segera untuk

anemia berat.

Penanganan Hiperkalemia dan Asidosis Metabolik (ketidakseimbangan asam-

basa tubuh)

Untuk mengatasi kegawatan akibat hiperkalemia dan asidosis metabolik

dapat diberikan obat-obatan di bawah ini:

-          Kalsium glukonas 10%, 10 mL dalam waktu 10 menit intravena

-          Bikarbonas natrikus 50-150 mEq intravena dalam waktu 15-30 menit

-          Insulin dan glukosa : 6 unit insulin dan glukosa 50 g dalam waktu 1 jam

-          Kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal

Jika terapi obat-obatan diatas tidak menunjukkan hasil yang signifikan,

maka jalan terakhir adalah dengan melakukan dialisis.

Page 13: Penyuluhan Kelompok A

2) Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,

yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa

hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).

Hemodialisis

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala

keracunan zat-zat hasil metabolisme yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh

melalui kencing, dan mencegah malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh

terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir karena akan memperburuk

fungsi ginjal (LFG).

Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi

sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal.

Dialisis peritoneal (DP)

Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis

(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. CAPD merupakan metode

pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan

pembungkus organ perut). Pada hemodialisis, penyaring darah yang digunakan

adalah mesin dialysis, sedangkan pada CAPD menggunakan peritoneum sebagai

membrane penyaring darah.

Page 14: Penyuluhan Kelompok A

Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal. Pertimbangan

program transplantasi ginjal, yaitu:

a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%)

fungsi ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80%

fungsi ginjal alamiah

b. Kualitas hidup normal kembali

c. Masa hidup lebih lama

d. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan

obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan

e. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi

3) Diet

Pada pasien gagal ginjal perlu dilakukan pembatasan asupan protein.

Membatasi makanan yang mengandung protein karena pemecahan protein di

dalam tubuh melibatkan kerja atau fungsi ginjal sehingga dapat memperberat

kerja ginjal sehingga dapat memperburuk kondisi ginjal pasien. Protein pada

pasien gagal ginjal dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr.

Pada gagal ginjal dengan stadium lanjut, terapi ditujukan untuk mengatasi

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pembatasan cairan dan elektrolit

pada pasien gagal ginjal diperlukan untuk mencegah terjadinya bengkak

(edema). Cairan biasanya dibatasi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan

luas tubuh. Elektrolit yang perlu dibatasi adalah natrium dan kalium.

Pembatasan kalium dilakukan karena kalium dapat mempengaruhi irama

jantung. Oleh karena itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung

kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5 mEg/lt,

sedangkan pada natrium (garam) dibatasi untuk menghindari terjadinya

hipertensi dan bengkak (edema).

F. Pencegahan

Pencegahan Primordial

Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat

yang memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan,

Page 15: Penyuluhan Kelompok A

gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan yang

dapat dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada dalam

masyarakat dengan cara membentuk pola fikir masyarakat agar mengatur pola

makan yang sehat dan minum air yang banyak (Jumlah yang dianjurkan adalah 2

liter per hari) agar terjaga kesehatan ginjal.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang

mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik. Orang yang berisiko

tinggi untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita kencing manis,

penderita tekanan darah tinggi, pasien dengan proteinuria (terdapat kadar protein

dalam urine) dan lainnya.

Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:

1. Pengaturan pola makan setiap hari, sesuai dengan kebutuhan kalori harian.

2. Mengatur pola konsumsi protein.

3. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan

meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk

dan membentuk kristal.

4. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

5. Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, diantaranya menjamin

kebersihan makanan dan minuman, mengkonsumsi makanan sehat.

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai

dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan

yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan jantung, yaitu

pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan

fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah, anemia, penghentian

merokok, peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat badan (National

Kidney Foundation, 2009) .

G. Diet pada Penyakit Ginjal Kronis

1. Tujuan

a. Mencegah kekurangan gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status

gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.

Page 16: Penyuluhan Kelompok A

b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

c. Menjaga agar sisa metabolisme tidak berlebihan

2. Syarat Diet

a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBBI (kilogram Berat Badan Ideal)

b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan

mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1-1,2 g/kgBB

ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD

c. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total.

d. Lemak normal, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total.

e. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam.

f. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam

g. Kalsium tinggi, yaitu 1000mg/hari.

h. Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari

i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.

j. Suplemen vitamin, terutama vitamin larut air seperti B6, asam folat, dan

vitamin C.

k. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung

energi dan protein tinggi. Contohnya adalah susu khusus untuk pasien

gangguan ginjal, yaitu nephrisol.

3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet pada dialysis bergantung pada frekuensi dialysis, sisa fungsi

ginjal, dan ukuran badan pasien. Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis

diet dialysis :

a. Diet Dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan

±50 kg

b. Diet Dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan

± 60 kg

c. Diet Dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan

± 65 kg

Page 17: Penyuluhan Kelompok A

4. Bahan Makanan Sehari

Bahan

Makanan

60 g protein 65 g protein 70 g protein

Berat (g) Urt Berat (g) urt Berat (g) urt

Beras

Maizena

Telur ayam

Daging

Ayam

Tempe

Sayuran

Pepaya

Minyak

Gula pasir

Susu bubuk

Susu

200

15

50

50

50

75

200

300

30

50

10

100

3 gls nasi

3 sdm

1 btr

1 ptg sdg

1 ptg sdg

3 ptg sdg

1 gls

3 ptg sdg

3 sdm

5 sdm

2 sdm

½ gls

200

15

50

50

50

100

200

300

30

50

10

100

3 gls nasi

3 sdm

1 btr

1 ptg sdg

1 ptg sdg

4 ptg sdg

2 gls

3 ptg sdg

3 sdm

5 sdm

2 sdm

½ gls

220

15

50

75

50

100

200

300

30

50

10

100

3 ¼ gls nasi

3 sdm

1 btr

1 ptg bsr

1 ptg sdg

4 ptg sdg

2 gls

3 ptg sdg

3 sdm

5 sdm

2 sdm

½ gls

5. Contoh Menu Sehari (Diet : Protein 60/2000 Kalori)

PAGI (gram) SIANG (gram) SORE (gram)

Nasi/Tim/Bubur : 100/150/200

Daging : 50

Telur : -

Tempe/Tahu : -

Sayuran : 50

Buah :

Snack (10.00)

Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300

Daging : 50

Telur : -

Tempe/Tahu : 25

Sayuran : 75

Buah : 100

Snack (16.00)

Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300

Daging : 50

Telur : -

Tempe/Tahu : 25

Sayuran : 75

Buah : 100

Sumber : Almatsier (Ed), 2005.

Page 18: Penyuluhan Kelompok A

6. Makanan yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan

Bahan Makanan Yang

Diperbolehkan

Bahan Makanan Yang Tidak

Diperbolehkan/Dibatasi

1. Sumber Karbohidrat

Nasi, roti putih, macaroni,

spageti, sagu, lontong, bihun,

makanan yang dibuat dari

tepung-tepungan, gula, madu,

sirup, jam, mentega, minyak,

margarine, permen, dll.

2. Sumber Protein

- Protein Hewani : telur, ayam,

daging, ikan, hati, keju, es

cream, yogurt, kerang,

kepiting, lobster.

- Protein Nabati : tahu, tempe,

kacang-kacangan dalam

jumlah terbatas ( 50% protein

hewani dan 50% protein

nabati)

3. Sayuran

Ketimun, terung, tauge, buncis,

kangkung, kacang panjang, kol,

kembang kol, slada, wortel,

jamur, dll sesuai jumlah yang

dianjurkan

4. Buah-Buahan

Nanas, papaya, duku, jambu, biji,

sawo, pear, semangka, apel,

anggur, jeruk manis, dll dalam

jumlah sesuai anjuran

1. Umbi-umbian : ubi, singkong,

keladi, dll

2. Bahan makanan yang tinggi

natrium, seperti : garam, roti

bakar, roti susu, makanan kaleng,

mie instan, keju, margarine, sosis,

ham, ikan asin, teri, kecap, saus

tomat, dll

3. Bahan makanan tinggi kalium :

Buah, sayur dan kacang-kacangan

seperti alpokat, pisang, leci,

mangga, tomat, rebung, daun

singkong, paprika, labu kuning,

bayam, kelapa, kacang tanah,

kacang hijau, kacang kedelai,

coklat, dll.

Page 19: Penyuluhan Kelompok A

7. Hal yang perlu diperhatikan

a. Makanan lebih baik dibuat dalam bentuk tidak berkuah, seperti

ditumis, dipanggang, dikukus, dibakar, digoreng.

b. Agar meningkatkan cita rasa, gunakanlah lebih banyak bumbu-

bumbu seperti bawang, jahe, kunyit, salam, dll

c. Cara mengurangi kalium dari bahan makanan :

- Cuci buah/sayur dan bahan makanan lain yang telah dikupas

dan dipotong-potong kemudian rendam dalam air pada suhu

50-60o C (air hangat selama 2 jam) banyaknya air 10 kali

bahan makanan.

- Air dibuang dan bahan makanan dicuci dalam air mengalir

selama beberapa menit

- Setelah itu masaklah (lebih baik direbus dengan menggunakan

air sebanyak 5 kali bahan makanan)