Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas
-
Upload
ivanny-leoni -
Category
Documents
-
view
275 -
download
13
description
Transcript of Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA
YANG MENGALAMI PERILAKU KEKERASAN
DI PUSKESMAS NANGGALO PADANG
OLEH :
Kelompok D
Ivanny Leoni
Elsa Nowesti
Hayatunnupus Haqiqi
Dhira Andriani
Dwi Puji Setia Ningsih
Sarah Nikita Nepu
Dini Nasrilla
Desi Oktavia Rini
Refi Iqbal
PRAKTEK D III KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
MEI 2015
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Peran Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang
Mengalami Perilaku Kekerasan
Hari/Tangal : Kamis, 21 Mei 2015
Pukul : 08.00-08.30 WIB
Sasaran : Pengunjung Puskesmas Nanggalo Padang
Tempat : Ruang Pelayanan Puskesmas Nanggalo Padang
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada
fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses
Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu
bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku
manusia sebagai ilmunya dan menggunakan diri yang bermanfaat sebagai
kiatnya (Stuart & Sundeen, 1995).
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa
merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian
masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala
yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat
menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk
berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi (Keliat, 2005).
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada
beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya saja kualitas
sumber daya manusia dalam mengawasi emosional. Lalu aspek sosial yakni
kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan
2
kekerasan dan merasa tidak nyaman, selain itu juga aspek gangguan jiwa itu
sendiri.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),
perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri
sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah
tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008).
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan
seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol
kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–
banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar
rumah, mobil dan sepeda motor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh
keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya
sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan).
Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukaan bahwa pada
negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa tergolong
parah dan tidak dapat pengobatan apapun. Dari 150 juta populasi orang
dewasa Indonesia, berdasarkan data Depertemen Kesehatan (Depkes), ada
1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari
jumlah tersebut terlambat berobat. Tanda-tanda perilaku kekerasan yang
3
ditemukan pada klien diantaranya rasa khawatir pada diri sendiri, menarik diri
dari realitas serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan
tidak berharga.
Sedangkan kunjungan pukesmas tahun 2012 sebanyak 1.434.894
kunjungan, terdiri dari 313.480 kunjungan baru dan 1.121.414 kunjungan
lama, sementara yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 8.914 kunjungan,
artinya 0.006% dari total kunjungan adalah dengan gangguan kejiwaan.
Kunjungan pasien jiwa tahun 2014 sebanyak 726, jumlah pasien jiwa
sebanyak 77 orang terdiri dari : skizofenia, depresi, GAB, neuro,
retradasimental, kesehatan anak, epilepsi.
Oleh karena itu dalam praktek Keperawatan Jiwa I, kami akan
melakukan penyuluhan mengenai asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan di Puskesmas Nanggalo Padang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan klien, keluarga, dan
masyarakat dapat memahami informasi yang diberikan dalam penyuluhan dan
dapat berguna dalam kehidupan sehari hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan masyarakat dan keluarga
mampu:
a. Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan
b. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Menyebutkan penyebab terjadinya perilaku kekerasan
d. Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
e. Menyebutkan cara mengatasi perilaku kekerasan
f. Menyebutkan cara mencegah perilaku kekerasan
g. Menyebutkan peran keluarga dalam penanganan perilaku kekerasan
4
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Peran Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami
Prilaku Kekerasan
2. Sasaran dan Target
Sasaran : Pengunjung Puskesmas Nanggalo Padang.
Target : Keluarga / masyarakat yang mempunyai anggota keluarga
dengan perilaku kekerasan yang berkunjung ke
Puskesmas Nanggalo Padang, sekitar 10 orang
3. Metode
a)Ceramah
b)Tanya jawab / diskusi
4.Media dan alat
a) LCD
b) Laptop
c) Power Point
d) Leaflet
e) Microphone
f) Wireless
5.Waktu dan Tempat
Hari / tanggal : Kamis / 21 Mei 2015
Waktu : 08.00 WIB s.d 08.30 WIB
Tempat : Ruang Pelayanan
6.Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Dini Nasrilla
2. Moderator : Ivanny Leoni
3. Presenter : Hayatunnupus Haqiqi
4. Observer : Elsa Nowesti
5. Fasilitator : - Dhira Andriani
- Refi Iqbal
- Sarah Nikita Nepu
5
- Dwi Puji Setia Ningsih
- Desi Oktavia Rini
7. Tugas Pengorganisasian
1) Penanggung Jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
2) Moderator
a. Membuka dan menutup acara
b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
c. Menjelaskan tujuan dan topik
d. Menjelaskan kontrak waktu, bahasa, tata tertib penyuluhan
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Memimpin jalannya diskusi
3) Presenter
a. Menyampaikan materi
b. Bersama leader bekerja sama dalam kelancaran acara
c. Membuat materi penyuluhan
4) Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan
b. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
c. Membuat absensi
d. Memfasilitasi kegiatan
e. Menjadi contoh bagi peserta selama penyuluhan
5) Observer
a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Menilai dan mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta
c. Membuat laporan penyuluhan
6
6. Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator : Pembimbing
: Media : Observer
: Presenter : Fasilitator
: Peserta
D. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Audience
1. 5 menit Pembukaan 1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menetapkan waktu
5. Menetapkan bahasa
6. Mempersilahkan
presenter menyampaikan
penyuluhan
1. Menjawab salam
2. Memperhatikan
dan mendengarkan
dengan baik
7
2 15 menit Menyampaikan
Materi
1. Menggali pengetahuan
audience tentang
pengertian perilaku
kekerasan
2. Memberi reinforcement
positif
3. Menjelaskan pengertian
perilaku kekerasan
4. Menggali pengetahuan
audience tentang tanda
dan gejala perilaku
kekerasan
5. Memberi reinforcement
positif
6. Menjelaskan tentang
tanda dan gejala perilaku
kekerasan
7. Menggali pengetahuan
audience tentang
penyebab prilaku
kekerasan
8. Memberi reinforcement
positif
9. Menjelaskan penyebab
prilaku kekerasan
10. Menggali pengetahuan
audience tentang akibat
dari prilaku kekerasan
11. Memberi reinforcement
12. Menjelaskan tentang
akibat dari prilaku
1. Memperhatikan
dan mendengarkan
dengan baik
2. Memberikan
umpan balik
3. Mengemukakan
pendapat
8
kekerasan
13. Menggali pengetahuan
audience tentang cara
mengatasi prilaku
kekerasan
14. Memberi reinforcement
positif
15. Menjelaskan tentang
cara mengatasi perilaku
kekerasan
16. Menggali pengetahuan
audience tentang cara
mencegah perilaku
kekerasan
17. Memberi reinforcement
positif
18. Menjelaskan tentang
cara mencegah perilaku
kekerasan
19. Menggali pengetahuan
audience tentang hal – hal
yang dapat di lakukan
keluarga ketika terjadi
prilaku kekerasan
20. Mememberi
reinforcement positif
21. Menjelaskan tentang hal
– hal yang dapat di
lakukan keluarga ketika
terjadi prilaku kekerasan
22. Menggali pengetahuan
9
audience tentang peran
keluarga dalam
penanganan prilaku
kekerasan
23. Memberi reinforcement
poditif
24. Menjelaskan tentang
peran keluarga dalam
penanganan prilaku
kekerasan
3. 5 menit Tanya jawab 1. Mempersilahkan peserta
bertanya
2. Menjawab pertanyaan
Memberikan
pertanyaan
4 5 menit Penutup 1. Menyimpulkan materi
penyuluhan bersama
audience
2. Menutup penyuluhan
3. Salam penutup
Ikut serta dalam
menyimpulkan
E. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Diharapkan jumlah peserta yang hadir sesuai dengan perencanaan (10
peserta)
2. Diharapkan waktu dan tempat sesuai perencanaan
3. Diharapkan tugas dan peran mahasiswa sesuai perencanaan
4. Diharapkan media dan alat penyuluhan sesuai rencana
b. Evaluasi proses
1. Diharapkan moderator dapat membuka dan menutup acara dengan baik
2. Diharapkan presenter dapat menguasai materi dengan baik
3. Diharapkan fasilitator berperan aktif dalam berjalan nya penyuluhan
10
4. Diharapkan peserta berperan aktif selama kegiatan
5. Diharapkan peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
6. Diharapkan peserta tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Evaluasi hasil
Diharapkan 80% peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan dengan bahasanya sendiri
dengan benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala dengan bahasanya sendiri dengan benar.
3. Menyebutkan bagaimana penyebab perilaku kekerasan dengan
bahasanya sendiri dengan benar.
4. Menjelaskan cara mengatasi dan perawatan dengan bahasanya sendiri
dengan benar.
11
F. Penutup
a. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),
perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri,
peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah
tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral).
b. Saran
Diharapkan setelah melakukan penyulahan keluarga mampu membina
pasien perilaku kekerasan.
Padang, 21 Mei 2015
Ketua
( Refi Iqbal )
Di setujui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( Ns. Rifka Putri Andayani, S.Kep ) ( Fitri Diah. NP )
12
Lampiran Materi
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Menurut Berkowitz (1993), prilaku kekerasaan adalah perilaku yang
bertujuan untuk melukai sesorang fisik maupun psikologis, sedangkan
menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan
adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai
agresif fisik yang di lakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau
sesuatu.
Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan
adalah hasil dari merah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik)
sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan
fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stressor
eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang
lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapat
kasih sayang dan kekuatan penyakit fisik)
Menurut Kaliat dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai sesorang secara fisik maupun psikologis
(Keliat dkk, 2011).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat di nilai dari ungkapan pasien
dan didukung dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif
1. Ungkapan berupa ancaman
2. Ungkapan kata-kata kasar
3. Ungkapan ingin memukul / melukai
b. Data Objektif
1. Wajah memerah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatup rahang dengan kuat
4. Mengepal tangan
13
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7. Mondar-mandir
8. Melempar atau memukul benda / orang lain
3. Penyebab Perilaku Kekerasan
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor biologis
Hal yang dalam faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala dan riwayat pengunaan NAPZA.
2. Faktor Psikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.
3. Faktor sosial kultural
Norma budaya dapat mempengaruhi individu untuk berespon
asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung
melalui proses sosialisasi, merupakan proses meniru dari lingkungan yang
menggunakan prilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.
b. Faktor Presipitasi
Faktor yang dapat menimbulkan prilaku kekerasan pada setiap individu
bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang lain. Stressor tersebut
dapat merupakan penyebab yang bersifat faktor eksternal maupun faktor
internal individu.
Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan
kehilangan dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan
kehilangan orang yang dicintai) kekhawatiran terhadap penyakit fisik.
14
Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah
seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina,
lingkungan yang terlalu ribut atau putusnya hubungan sosial/ kerja /sekolah.
4. Akibat Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
5. Cara Mengatasi Perilaku Kekerasan
a. Biarkanlah berlalu
Cobalah untuk belajar membiarkan hal-hal tertentu lepas dari hidup.
Hal-hal yang bisa menimbulkan emosi, seperti rasa marah, sedih dan cemas
akan makin menjadi masalah apabila terus memikirkannya. Hal-hal tersebut
juga sebenarnya bisa pergi dari hidup dengan mudah, namun kita sendirilah
yang justru tidak rela untuk membiarkannya pergi dari pikiran dan terus-terusan
memikirkannya. Oleh karena itu, ikhlaskanlah. Biarkanlah yang lalu menjadi
masa lalu, dan fokuskan diri anda untuk menghadapi masa depan.
b. Ceritakan masalah pada orang lain
Jangan memendam emosi yang meluap-luap sendirian. Cobalah untuk
menceritakan masalah yang di hadapi pada orang-orang terdekat yang bisa
percayai. Walaupun mungkin mereka tidak bisa memberikan solusi, setidaknya
beban berat yang di pikul akan terasa lebih ringan jika diceritakan pada orang
lain. Jika perlu, gunakan jasa psikolog atau psikiater untuk membantu dalam
memberi solusi dan terapi dari sudut pandang profesional.
c. Jauhkan diri dari situasi yang membuat emosional
Cara ini sebenarnya sangat logis dan masuk akal. Ketika emosi
memuncak, jauhkanlah diri dari sumber emosi tersebut. Bahkan jika kondisi
benar-benar mendesak, berusahalah untuk mencari waktu barang 5 menit untuk
keluar dari situasi yang menjadi sumber meningginya emosi. Temukan ruang
15
yang tenang sekedar untuk "bernafas", tenangkan diri di sana sampai anda
merasa lebih siap untuk menghadapi lagi permasalahan tersebut.
d. Berpikir dengan logis, bukan emosional
Memang, akan sangat susah untuk berpikir secara logis saat emosi
sedang tinggi-tingginya. Namun hal ini justru menjadi suatu ujian, seberapa
tenangnya bisa menghadapi tekanan. Yang dimaksud berpikir dengan logis
adalah mempertimbangkan masak-masak keuntungan dan kerugian dengan
perhitungan matematis. Gunakanlah perhitungan dan pertimbangan logis
tersebut untuk mengatasi rasa marah, benci, takut, atau harapan tinggi yang
ditimbulkan oleh emosi anda.
e. Alihkan pikiran
Ketika suatu masalah membuat beban emosi semakin berat, cobalah
untuk memikirkan hal-hal lain. dengan bisa mencoba berhitung dari 1 sampai
10, menyebutkan berbagai nama binatang yang di ketahui, atau mengingat-
ingat cerita lucu yang pernah di baca. Usahakan untuk tidak memikirkan
masalah yang menjadi sumber emosi sampai anda merasa lebih siap untuk
menghadapinya tanpa harus "meledak"
f. Introspeksi
Selalu lakukan introspeksi. Tinjau lagi permasalahan dari sudut
pandang orang lain, sambil mencoba mengoreksi diri sendiri. Jangan takut
untuk mengakuinya ketika menyadari bahwa melakukan suatu kesalahan, yang
justru membuat merasa emosi.
g. Menyepi
Ketika sedang berada di puncak emosi, cobalah untuk menjauhkan diri
dari orang lain. Ketika sedang mengalami kesedihan hebat atau kemarahan
yang berapi-api, jangan merasa segan untuk meminta izin dari pekerjaan rutin
Cobalah untuk pergi ke luar kota, mengunjungi orang tua, atau pergi sendirian
ke tempat dengan suasana baru. Hal ini terbukti sangat efektif untuk
mengontrol dan mengendalikan emosi yang terpendam dalam diri anda.
16
6. Cara Mencegah Perilaku Kekerasan
a. Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya
b. Klien mrngungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c. Diskusikan dengan klien, cara lain yang sehat :
1) Secara Fisik :
a) Tarik nafas dalam jika kesal
b) Memukul bantal / kasur
c) Olahraga
d) Pekerjaan yang memerlukan tenaga
2) SecaraVerbal : Katakan bahwa anda sedang kesal
3) Secara Sosial : Latihan dalam kelompok cara marah yang sehat
4) Secara Spiritual : Wudhu, shalat, berdoa, berdzikir
7. Hal-hal yang dapat Dilakukan Keluarga yang Mempunyai Perilaku
Kekerasan
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan
minat bakat anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan
sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak
terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu
menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang
mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara
pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
8. Peran Keluarga dalam Penanganan Perilaku Kekerasan
a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota
keluarga
17
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga
yang berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada
anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu
kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat
anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang
pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan
yang telah dilatih di rumah sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan
marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota
keluarga risiko pelaku kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
b.Mengontrol perilaku kekerasaan dengan mengajarkan klien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien
mengucapkan apa yang tidak disukai klien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’
dan shalat
5) Mendampingi klien dalam minum obat secara
teratur.
c. Bila Klien dalam PK
18
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa
klien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan dan
utamakan keselamatan diri klien dan penolong.
19
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi, Ana. 2005. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan
jiwa. EGC.
Modul keperawatan jiwa
Keliat Budi Anna, dkk.1998. Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, GW dan Sundeen,S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.
Jakarta : EGC
20