Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

29
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI PERILAKU KEKERASAN DI PUSKESMAS NANGGALO PADANG OLEH : Kelompok D Ivanny Leoni Elsa Nowesti Hayatunnupus Haqiqi Dhira Andriani Dwi Puji Setia Ningsih Sarah Nikita Nepu Dini Nasrilla Desi Oktavia Rini Refi Iqbal 1

description

Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

Transcript of Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

YANG MENGALAMI PERILAKU KEKERASAN

DI PUSKESMAS NANGGALO PADANG

OLEH :

Kelompok D

Ivanny Leoni

Elsa Nowesti

Hayatunnupus Haqiqi

Dhira Andriani

Dwi Puji Setia Ningsih

Sarah Nikita Nepu

Dini Nasrilla

Desi Oktavia Rini

Refi Iqbal

PRAKTEK D III KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

MEI 2015

1

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Peran Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang

Mengalami Perilaku Kekerasan

Hari/Tangal : Kamis, 21 Mei 2015

Pukul : 08.00-08.30 WIB

Sasaran : Pengunjung Puskesmas Nanggalo Padang

Tempat : Ruang Pelayanan Puskesmas Nanggalo Padang

A. Latar Belakang

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada

fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu,

keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu

bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku

manusia sebagai ilmunya dan menggunakan diri yang bermanfaat sebagai

kiatnya (Stuart & Sundeen, 1995).

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa

merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin

tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang

memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian

masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala

yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat

menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk

berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi (Keliat, 2005).

Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada

beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya saja kualitas

sumber daya manusia dalam mengawasi emosional. Lalu aspek sosial yakni

kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan

2

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

kekerasan dan merasa tidak nyaman, selain itu juga aspek gangguan jiwa itu

sendiri.

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk

melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),

perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri

sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah

tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak

bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari

gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,

2008).

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan

seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol

kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–

banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar

rumah, mobil dan sepeda motor.

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke

rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai

bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak

alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling

banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh

keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya

sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien

(manajemen perilaku kekerasan).

Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukaan bahwa pada

negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa tergolong

parah dan tidak dapat pengobatan apapun. Dari 150 juta populasi orang

dewasa Indonesia, berdasarkan data Depertemen Kesehatan (Depkes), ada

1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari

jumlah tersebut terlambat berobat. Tanda-tanda perilaku kekerasan yang

3

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

ditemukan pada klien diantaranya rasa khawatir pada diri sendiri, menarik diri

dari realitas serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan

tidak berharga.

Sedangkan kunjungan pukesmas tahun 2012 sebanyak 1.434.894

kunjungan, terdiri dari 313.480 kunjungan baru dan 1.121.414 kunjungan

lama, sementara yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 8.914 kunjungan,

artinya 0.006% dari total kunjungan adalah dengan gangguan kejiwaan.

Kunjungan pasien jiwa tahun 2014 sebanyak 726, jumlah pasien jiwa

sebanyak 77 orang terdiri dari : skizofenia, depresi, GAB, neuro,

retradasimental, kesehatan anak, epilepsi.

Oleh karena itu dalam praktek Keperawatan Jiwa I, kami akan

melakukan penyuluhan mengenai asuhan keperawatan pada pasien perilaku

kekerasan di Puskesmas Nanggalo Padang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan klien, keluarga, dan

masyarakat dapat memahami informasi yang diberikan dalam penyuluhan dan

dapat berguna dalam kehidupan sehari hari.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan masyarakat dan keluarga

mampu:

a. Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan

b. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan

c. Menyebutkan penyebab terjadinya perilaku kekerasan

d. Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan

e. Menyebutkan cara mengatasi perilaku kekerasan

f. Menyebutkan cara mencegah perilaku kekerasan

g. Menyebutkan peran keluarga dalam penanganan perilaku kekerasan

4

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik

Peran Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami

Prilaku Kekerasan

2. Sasaran dan Target

Sasaran : Pengunjung Puskesmas Nanggalo Padang.

Target : Keluarga / masyarakat yang mempunyai anggota keluarga

dengan perilaku kekerasan yang berkunjung ke

Puskesmas Nanggalo Padang, sekitar 10 orang

3. Metode

a)Ceramah

b)Tanya jawab / diskusi

4.Media dan alat

a) LCD

b) Laptop

c) Power Point

d) Leaflet

e) Microphone

f) Wireless

5.Waktu dan Tempat

Hari / tanggal : Kamis / 21 Mei 2015

Waktu : 08.00 WIB s.d 08.30 WIB

Tempat : Ruang Pelayanan

6.Pengorganisasian

1. Penanggung Jawab : Dini Nasrilla

2. Moderator : Ivanny Leoni

3. Presenter : Hayatunnupus Haqiqi

4. Observer : Elsa Nowesti

5. Fasilitator : - Dhira Andriani

- Refi Iqbal

- Sarah Nikita Nepu

5

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

- Dwi Puji Setia Ningsih

- Desi Oktavia Rini

7. Tugas Pengorganisasian

1) Penanggung Jawab

Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.

2) Moderator

a. Membuka dan menutup acara

b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing

c. Menjelaskan tujuan dan topik

d. Menjelaskan kontrak waktu, bahasa, tata tertib penyuluhan

e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri

f. Mengarahkan alur diskusi

g. Memimpin jalannya diskusi

3) Presenter

a. Menyampaikan materi

b. Bersama leader bekerja sama dalam kelancaran acara

c. Membuat materi penyuluhan

4) Fasilitator

a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan

b. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta

c. Membuat absensi

d. Memfasilitasi kegiatan

e. Menjadi contoh bagi peserta selama penyuluhan

5) Observer

a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir

b. Menilai dan mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta

c. Membuat laporan penyuluhan

6

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

6. Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator : Pembimbing

: Media : Observer

: Presenter : Fasilitator

: Peserta

D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Mahasiswa Audience

1. 5 menit Pembukaan 1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan

4. Menetapkan waktu

5. Menetapkan bahasa

6. Mempersilahkan

presenter menyampaikan

penyuluhan

1. Menjawab salam

2. Memperhatikan

dan mendengarkan

dengan baik

7

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

2 15 menit Menyampaikan

Materi

1. Menggali pengetahuan

audience tentang

pengertian perilaku

kekerasan

2. Memberi reinforcement

positif

3. Menjelaskan pengertian

perilaku kekerasan

4. Menggali pengetahuan

audience tentang tanda

dan gejala perilaku

kekerasan

5. Memberi reinforcement

positif

6. Menjelaskan tentang

tanda dan gejala perilaku

kekerasan

7. Menggali pengetahuan

audience tentang

penyebab prilaku

kekerasan

8. Memberi reinforcement

positif

9. Menjelaskan penyebab

prilaku kekerasan

10. Menggali pengetahuan

audience tentang akibat

dari prilaku kekerasan

11. Memberi reinforcement

12. Menjelaskan tentang

akibat dari prilaku

1. Memperhatikan

dan mendengarkan

dengan baik

2. Memberikan

umpan balik

3. Mengemukakan

pendapat

8

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

kekerasan

13. Menggali pengetahuan

audience tentang cara

mengatasi prilaku

kekerasan

14. Memberi reinforcement

positif

15. Menjelaskan tentang

cara mengatasi perilaku

kekerasan

16. Menggali pengetahuan

audience tentang cara

mencegah perilaku

kekerasan

17. Memberi reinforcement

positif

18. Menjelaskan tentang

cara mencegah perilaku

kekerasan

19. Menggali pengetahuan

audience tentang hal – hal

yang dapat di lakukan

keluarga ketika terjadi

prilaku kekerasan

20. Mememberi

reinforcement positif

21. Menjelaskan tentang hal

– hal yang dapat di

lakukan keluarga ketika

terjadi prilaku kekerasan

22. Menggali pengetahuan

9

Page 10: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

audience tentang peran

keluarga dalam

penanganan prilaku

kekerasan

23. Memberi reinforcement

poditif

24. Menjelaskan tentang

peran keluarga dalam

penanganan prilaku

kekerasan

3. 5 menit Tanya jawab 1. Mempersilahkan peserta

bertanya

2. Menjawab pertanyaan

Memberikan

pertanyaan

4 5 menit Penutup 1. Menyimpulkan materi

penyuluhan bersama

audience

2. Menutup penyuluhan

3. Salam penutup

Ikut serta dalam

menyimpulkan

E. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur

1. Diharapkan jumlah peserta yang hadir sesuai dengan perencanaan (10

peserta)

2. Diharapkan waktu dan tempat sesuai perencanaan

3. Diharapkan tugas dan peran mahasiswa sesuai perencanaan

4. Diharapkan media dan alat penyuluhan sesuai rencana

b. Evaluasi proses

1. Diharapkan moderator dapat membuka dan menutup acara dengan baik

2. Diharapkan presenter dapat menguasai materi dengan baik

3. Diharapkan fasilitator berperan aktif dalam berjalan nya penyuluhan

10

Page 11: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

4. Diharapkan peserta berperan aktif selama kegiatan

5. Diharapkan peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir

6. Diharapkan peserta tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan

c. Evaluasi hasil

Diharapkan 80% peserta mampu :

1. Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan dengan bahasanya sendiri

dengan benar.

2. Menyebutkan tanda dan gejala dengan bahasanya sendiri dengan benar.

3. Menyebutkan bagaimana penyebab perilaku kekerasan dengan

bahasanya sendiri dengan benar.

4. Menjelaskan cara mengatasi dan perawatan dengan bahasanya sendiri

dengan benar.

11

Page 12: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

F. Penutup

a. Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk

melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),

perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri,

peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah

tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak

bermoral).

b. Saran

Diharapkan setelah melakukan penyulahan keluarga mampu membina

pasien perilaku kekerasan.

Padang, 21 Mei 2015

Ketua

( Refi Iqbal )

Di setujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Rifka Putri Andayani, S.Kep ) ( Fitri Diah. NP )

12

Page 13: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

Lampiran Materi

1. Pengertian Perilaku Kekerasan

Menurut Berkowitz (1993), prilaku kekerasaan adalah perilaku yang

bertujuan untuk melukai sesorang fisik maupun psikologis, sedangkan

menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan

adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai

agresif fisik yang di lakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau

sesuatu.

Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan

adalah hasil dari merah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik)

sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan

fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stressor

eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang

lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapat

kasih sayang dan kekuatan penyakit fisik)

Menurut Kaliat dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku

yang bertujuan untuk melukai sesorang secara fisik maupun psikologis

(Keliat dkk, 2011).

2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat di nilai dari ungkapan pasien

dan didukung dengan hasil observasi.

a. Data Subjektif

1. Ungkapan berupa ancaman

2. Ungkapan kata-kata kasar

3. Ungkapan ingin memukul / melukai

b. Data Objektif

1. Wajah memerah dan tegang

2. Pandangan tajam

3. Mengatup rahang dengan kuat

4. Mengepal tangan

13

Page 14: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

5. Bicara kasar

6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

7. Mondar-mandir

8. Melempar atau memukul benda / orang lain

3. Penyebab Perilaku Kekerasan

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor biologis

Hal yang dalam faktor biologis meliputi adanya faktor herediter

mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau

trauma kepala dan riwayat pengunaan NAPZA.

2. Faktor Psikologis

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap

stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi

sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan

individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.

3. Faktor sosial kultural

Norma budaya dapat mempengaruhi individu untuk berespon

asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat di pelajari secara langsung

melalui proses sosialisasi, merupakan proses meniru dari lingkungan yang

menggunakan prilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.

b. Faktor Presipitasi

Faktor yang dapat menimbulkan prilaku kekerasan pada setiap individu

bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang lain. Stressor tersebut

dapat merupakan penyebab yang bersifat faktor eksternal maupun faktor

internal individu.

Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan

kehilangan dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan

kehilangan orang yang dicintai) kekhawatiran terhadap penyakit fisik.

14

Page 15: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah

seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina,

lingkungan yang terlalu ribut atau putusnya hubungan sosial/ kerja /sekolah.

4. Akibat Perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang

orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

5. Cara Mengatasi Perilaku Kekerasan

a. Biarkanlah berlalu

Cobalah untuk belajar membiarkan hal-hal tertentu lepas dari hidup.

Hal-hal yang bisa menimbulkan emosi, seperti rasa marah, sedih dan cemas

akan makin menjadi masalah apabila terus memikirkannya. Hal-hal tersebut

juga sebenarnya bisa pergi dari hidup dengan mudah, namun kita sendirilah

yang justru tidak rela untuk membiarkannya pergi dari pikiran dan terus-terusan

memikirkannya. Oleh karena itu, ikhlaskanlah. Biarkanlah yang lalu menjadi

masa lalu, dan fokuskan diri anda untuk menghadapi masa depan.

b. Ceritakan masalah pada orang lain

Jangan memendam emosi yang meluap-luap sendirian. Cobalah untuk

menceritakan masalah yang di hadapi pada orang-orang terdekat yang bisa

percayai.  Walaupun mungkin mereka tidak bisa memberikan solusi, setidaknya

beban berat yang di pikul akan terasa lebih ringan jika diceritakan pada orang

lain.  Jika perlu, gunakan jasa psikolog atau psikiater untuk membantu dalam

memberi solusi dan terapi dari sudut pandang profesional.

c. Jauhkan diri dari situasi yang membuat emosional

Cara ini sebenarnya sangat logis dan masuk akal. Ketika emosi

memuncak, jauhkanlah diri dari sumber emosi tersebut.  Bahkan jika kondisi

benar-benar mendesak, berusahalah untuk mencari waktu barang 5 menit untuk

keluar dari situasi yang menjadi sumber meningginya emosi.  Temukan ruang

15

Page 16: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

yang tenang sekedar untuk "bernafas", tenangkan diri di sana sampai anda

merasa lebih siap untuk menghadapi lagi permasalahan tersebut.

d. Berpikir dengan logis, bukan emosional

Memang, akan sangat susah untuk berpikir secara logis saat emosi

sedang tinggi-tingginya.  Namun hal ini justru menjadi suatu ujian, seberapa

tenangnya bisa menghadapi tekanan. Yang dimaksud berpikir dengan logis

adalah mempertimbangkan masak-masak keuntungan dan kerugian dengan

perhitungan matematis. Gunakanlah perhitungan dan pertimbangan logis

tersebut untuk mengatasi rasa marah, benci, takut, atau harapan tinggi yang

ditimbulkan oleh emosi anda.

e. Alihkan pikiran

Ketika suatu masalah membuat beban emosi semakin berat, cobalah

untuk memikirkan hal-hal lain. dengan bisa mencoba berhitung dari 1 sampai

10, menyebutkan berbagai nama binatang yang di ketahui, atau mengingat-

ingat cerita lucu yang pernah di baca.  Usahakan untuk tidak memikirkan

masalah yang menjadi sumber emosi sampai anda merasa lebih siap untuk

menghadapinya tanpa harus "meledak"

f.  Introspeksi

Selalu lakukan introspeksi.  Tinjau lagi permasalahan dari sudut

pandang orang lain, sambil mencoba mengoreksi diri sendiri.  Jangan takut

untuk mengakuinya ketika menyadari bahwa melakukan suatu kesalahan, yang

justru membuat merasa emosi.

g.  Menyepi

Ketika sedang berada di puncak emosi, cobalah untuk menjauhkan diri

dari orang lain.  Ketika sedang mengalami kesedihan hebat atau kemarahan

yang berapi-api, jangan merasa segan untuk meminta izin dari pekerjaan rutin

Cobalah untuk pergi ke luar kota, mengunjungi orang tua, atau pergi sendirian

ke tempat dengan suasana baru.  Hal ini terbukti sangat efektif untuk

mengontrol dan mengendalikan emosi yang terpendam dalam diri anda.

16

Page 17: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

6. Cara Mencegah Perilaku Kekerasan

a. Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya

b. Klien mrngungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

c. Diskusikan dengan klien, cara lain yang sehat :

1) Secara Fisik :

a) Tarik nafas dalam jika kesal

b) Memukul bantal / kasur

c) Olahraga

d) Pekerjaan yang memerlukan tenaga

2) SecaraVerbal : Katakan bahwa anda sedang kesal                         

3) Secara Sosial : Latihan dalam kelompok cara marah yang sehat

4) Secara Spiritual : Wudhu, shalat, berdoa, berdzikir

7. Hal-hal yang dapat Dilakukan Keluarga yang Mempunyai Perilaku

Kekerasan

a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan

minat bakat anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan

sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.

b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak

terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu

menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.

c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat

membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang

mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan antara

pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.

8. Peran Keluarga dalam Penanganan Perilaku Kekerasan

a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :

1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota

keluarga

17

Page 18: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga

yang berada dalam kesulitan

3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir

4) Menjalin keterbukaan

5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan

6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha

memperbaiki kekurangan tersebut

7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan pada

anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu

kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.

8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat

anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang

pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.

9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan

yang telah dilatih di rumah sakit.

10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan

marah.

11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota

keluarga risiko pelaku kekerasan.

12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir

kesempatan melakukan perilaku kekerasan

b.Mengontrol perilaku kekerasaan dengan mengajarkan klien :

1) Menarik nafas dalam

2) Memukul-mukul bantal

3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien

mengucapkan apa yang tidak disukai klien

4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’

dan shalat

5) Mendampingi klien dalam minum obat secara

teratur.

c. Bila Klien dalam PK

18

Page 19: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa

klien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan dan

utamakan keselamatan diri klien dan penolong.

19

Page 20: Satuan Acara Penyuluhan Kelompok d Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi, Ana. 2005. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan

jiwa. EGC.

Modul keperawatan jiwa

Keliat Budi Anna, dkk.1998. Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, GW dan Sundeen,S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.

Jakarta : EGC

20