SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN
HEMODIALISIS
DI RUANG ANGSOKA 2 – RSUP SANGLAH
Oleh:
KELOMPOK A
Kadek Laras Prasanti Dewi (0902105035)
Luh Putu Eva Sri S. (0902105064)
Ni Wayan Mira Rianty (0902105083)
Agus Eka Mayunantara (0902105047)
Ni Luh Made Ari Irawati (0902105036)
I Wayan Agus Eka Swastika (0902105089)
Ni Luh Putri Arca Dewi (0902105082)
I Gede Bayu Wirantika (0902105063)
Pande Kadek Purniati (0902105002)
Putu Ayu Utami Dewantari (0902105066)
Putu Ika Puspita Dewi (0902105090)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN
HEMODIALISIS
A. JUDUL
Satuan Acara Penyuluhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan
Hemodialisis
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan
keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang diet pada pasien
gagal ginjal kronis dengan hemodialisis
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga dapat
menjelaskan kembali:
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis.
b. Penyebab Gagal Ginjal Kronis.
c. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis.
d. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
e. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
f. Pencegahan Gagal Ginjal Kronis
g. Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis
3. TEMPAT
Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar
4. WAKTU
Jumat, 19 Juli 2013 pukul 10.00-10.25 WITA.
5. SASARAN
Keluarga pasien dengan Gagal Ginjal Kronis di ruang Angsoka 2 RSUP
Sanglah Denpasar.
6. METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi menu makanan sehari pada GGK dengan hemodialisis
7. MEDIA
1. Lembar balik.
2. Leaflet.
8. PEMBAGIAN KELOMPOK
1. Ketua : Gede Bayu Wirantika
2. Moderator : Putu Ayu Utami Dewantari
3. Penyaji : Agus Eka Mayunantara
Ni Wayan Mira Rianty
4. Fasilitator : Kadek Laras Prasanti Dewi
Ni Luh Made Ari Irawati
I Wayan Agus Eka Swastika
Putu Ika Puspita Dewi
Pande Kadek Purniwati
Luh Putu Eva Sri S
5. Observer : Ni Luh Putri Arca Dewi
9. RENCANA PELAKSANAAN
No. Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pendahuluan 1) Memberi
Salam.
2) Perkenalan.
3) Menjelaskan
1) Menjawab
salam.
2) Mendengarkan.
3) Menyimak
5 menit
maksud dan
tujuan.
4) Mengingatkan
kontrak.
penyuluh.
4) Mendengarkan.
2. Pemberian
materi
1) Penyampaian
garis besar
materi Gagal
Ginjal Kronis:
Pengertian
Gagal Ginjal
Kronis.
Penyebab
Gagal Ginjal
Kronis.
Tanda dan
Gejala Gagal
Ginjal Kronis.
Komplikasi
Gagal Ginjal
Kronis
Penatalaksana
an Gagal
Ginjal Kronis
Pencegahan
Gagal Ginjal
Kronis
Diet pada
Gagal Ginjal
Kronis dengan
HD.
1) Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
18 menit
2) Memberi
kesempatan
peserta untuk
bertanya
3) Menjawab
pertanyaan
2) Menanyakan
hal-hal yang
belum jelas
3) Mendengarkan
dan
memperhatikan
jawaban dari
penyuluh
3. Penutup 1) Evaluasi
2) Menyimpulkan
3) Salam penutup
1) Menjawab
pertanyaan
penyuluh
2) Mendengarkan
3) Menjawab
salam
2 menit
TOTAL WAKTU 25 Menit
10. SETTING TEMPAT
1
2
3 5
4 4
Keterangan gambar:
1. Penyaji
2. Peserta
3. Moderator
4. Fasilitator
5. Observer
11. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktural:
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu:
Leaflet.
Lembar balik.
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan lembar balik
dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di mengerti oleh
peserta penyuluhan.
c. Persiapan Peserta
Penyuluhan mengenai diet pada gagal ginjal kronis. Peserta telah
diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses:
Peserta mengikuti acara pembelajaran kesehatan dari awal sampai selesai
dan aktif selama proses pembelajaran kesehatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil:
a. Sebanyak 60% peserta mampu mengungkapkan kembali pengertian gagal
ginjal kronis.
b. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 6 penyebab gagal
ginjal kronis.
c. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 14 tanda dan gejala
gagal ginjal kronis.
d. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali 5 komplikasi gagal
ginjal kronis
e. Sebanyak 60 % peserta mampu menyebutkan kembali penatalaksanaan
gagal ginjal kronis.
f. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali pencegahan gagal
ginjal kronis.
g. Sebanyak 60% peserta mampu menyebutkan kembali diet pada gagal
ginjal kronis dengan hemodialisis.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier (Ed), 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anwar. 2010. Konsep Dasar Penyakit Ginjal Kronis, (online)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16742/4/Chapter
%20II.pdf, diakses: 15 Juli 2011).
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Pertanian. 2010. Penganekaragaman Menu Makanan Rakyat,
(online) (pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0159.pdf, diakses: 20
Juli 2011).
Hasibuan. 2011. Daftar Komposisi Lemak, Asam Lemak, dan Kolesterol, (online)
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26959/1/Appendix.pdf, diakses
20 Juli 2011).
Himmelfarb dan Sayegh. 2010. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and
Transplantation: A Companion to Brenner and Rector’s The Kidney. USA:
Saunders.
Price&Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta:EGC
Raka Widiana. 2007. Jurnal Penyakit Ginjal Kronis, (online)
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2_edited.pdf, diakses 15 Juli 2011).
Sukandar, E. 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran
UNPAD.
Suwitra K.2006.B uk u A j a r I l m u P en y ak i t D a l am J i l i d I E d i s i
IV . Jakarta: FKUI
Triyani Kresnawan. 2010. Diet Rendah Protein Nabati untuk Penyakit Ginjal
Kronis, (online) (gizi.depkes.go.id/makalah/download/diet_rendah_prot-
nabati.pdf, diakses 20 Juli 2011).
DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN
HEMODIALISIS
A. Pengertian Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit Ginjal Kronis atau Chronic Kidney Disease menurut National
Kidney Foundation (NKF) di Amerika Serikat didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal atau laju penyaringan darah di ginjal mengalami gangguan. Jadi, penyakit
ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang terus memberat dan menetap
yang mengakibatkan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap biasanya
berlangsung beberapa tahun.
B. Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis
Penyebab Gagal ginjal kronik menurut ( Price,2002)
1. Infeksi Saluran Kencing
Infeksi saluran kencing sering terjadi dan menyerang manusia tanpa
memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kencing umumnya
dibagi dalam dua kategori : Infeksi saluran kencing bagian bawah dan
infeksi saluran kencing bagian atas. Infeksi saluran kencing bagian bawah
meliputi uretritis yaitu iritasi dan pembengkakan uretra yang merupakan
saluran untuk mengeluarkan air seni dari tubuh, sistitis yaitu peradangan
pada kandung kencing, prostatitis yaitu peradangan pada prostat. Infeksi
saluran kencing bagian atas adalah pielonepritis akut yaitu peradangan
pada ginjal. (Price,2002).
2. Penyakit Peradangan
Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabkan oleh
peradangan pada glomerulus yaitu bagian dari ginjal yang bertugas sebagai
filter. Pada glomerulus yang mengalami peradangan, akan terjadi
kerusakan yang semakin parah yang pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya gagal ginjal (Price,2002).
3. Nifrosklerosis Hipertensif
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dan gagal ginjal kronik memiliki
kaitan yang erat. Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan
menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik
dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi.
(Price,2002).
4. Gangguan Kongenital dan Herediter
Asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan penyakit
herediter atau bawaan sejak lahir karena kelainan genetik yang terutama
mengenai tubulus ginjal. Keduanya dapat berakhir dengan gagal ginjal
meskipun lebih sering di jumpai pada penyakit polikistik (Price,2002).
5. Gangguan Metabolik
Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik antara
lain diabetes mellitus (kencing manis), gout (asam urat),
hiperparatiroidisme primer (produksi hormone paratiroid yang berlebihan
karena ada kelainan pada kelenjar paratiroid) dan amiloidosis
(penumpukan protein amiloid pada organ atau jaringan tubuh). (Price,
2002).
6. Nefropati Toksik
Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik atau yang bersifat racun, obat-
obatan dan bahan bahan kimia karena alsan-alasan :
a. Ginjal menerima 25% dari aliran jantung, sehingga sering dan mudah
kontak dengan zat kimia dalam jumlah yang besar.
b. Ginjal merupakan “jalan keluar” dari tubuh agar tidak membahayakan
untuk kebanyakan obat ,sehingga menurunnya fungsi ginjal
mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi dalam
cairan tubulus (Price,2002).
Di Indonesia, penyakit Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah
penyebab utama terjadinya penyakit ginjal kronis. Penyebab lain adalah hipertensi
atau tekanan darah tinggi, batu saluran kencing, penyakit autoimun atau kelainan
karena system imun yang kurang baik, maupun infeksi kronis pada ginjal yang
misalkan disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Ginjal merupakan
organ penting dalam tubuh yang berfungsi untuk memfiltrasi atau menyaring zat-
zat racun yang tidak diperlukan tubuh dan menyerap kembali zat-zat yang masih
diperlukan tubuh. Karena hal ini, maka pasien dapat mengalami bengkak pada
tubuh, terutama pada daerah kaki dan tangan.
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ureum. Ureum merupakan hasil
metabolisme atau pengolahan protein di tubuh yang harus dikeluarkan. Pada
pasien dengan penyakit ginjal, ureum tidak dapat dikeluarkan secara optimal,
sehingga ureum yang berbentuk kristal kemudian menumpuk di kulit, sehingga
menyebabkan rasa gatal. Selain filtrasi dan reabsorpsi, ginjal juga berfungsi
mengeluarkan hormon eritropoietin yang berfungsi dalam pembentukan sel darah
merah. Jika fungsi ginjal mengalami penurunan, maka produksi eritropoietin juga
mengalami gangguan. Sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah
sekaligus hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia atau kekurangan
hemoglobin (Bare & Suzanne, 2002). Dari semua fungsi ginjal yang terdapat di
atas, dapat dimengerti bahwa jika terjadi gangguan pada ginjal kronis maka akan
terjadi gejala-gejala seperti: lemah badan, anemia, dan hipertensi atau tekanan
darah tinggi.
Himmelfarb dan Sayegh (2010) menyebutkan bahwa penyebab terbanyak
PGK yaitu peradangan pada ginjal, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.
Insiden PGK meningkat seiring meningkatnya kejadian kegemukan, kencing
manis, dan tekanan darah tinggi. (Himmelfarb dan Sayegh, 2010). Faktor risiko
penyakit ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan kencing manis ,tekanan darah
tinggi, kegemukan, perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan
riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal dalam
keluarga (National Kidney Foundation, 2002).
C. Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal kronis
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis antara lain:
a. Gejala dini (saat mengalami penyakit ginjal kronis)
Produksi air kencing sedikit.
Nyeri pada pinggang.
Adanya rasa gatal dan bintik-bintik merah pada kulit.
Sakit kepala.
Kelemahan tubuh.
Berat badan berkurang.
Mudah tersinggung.
Depresi.
b. Gejala yang terjadi lebih lanjut
Penurunan nafsu makan.
Mual disertai muntah.
Pernapasan pendek atau sesak napas baik saat beraktivitas maupun
tidak.
Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, bisa pada tangan, kaki,
maupun perut akibat timbunan cairan tubuh yang tidak dapat
dikeluarkan melalui kencing.
Tekanan darah tinggi (>130/>85 mmHg).
Nilai kreatinin > 1,2 mg/dl
D. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:
1) Hiperkalemia (kalium yang tinggi dalam darah), akibat penurunan
eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih
2) Perikarditis ( radang yang terjadi pada selaput jantung)
3) Tekanan darah tinggi, akibat retensi cairan dan natrium serta terjadi
kerusakan sistem rennin angioaldosteron
4) Kurang darah, akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah
merah, pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi
5) Penyakit tulang, akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah
metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium
E. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologis
Penanganan hiperfosfatemia
Hiperfosfatemia pada pasien CKD dapat ditangani dengan menggunakan
obat yang dapat mengikat fosfat dalam saluran pencernaan. Pengikat seperti
kalsium karbonat (Os-Cal) atau kalsium asetat (PhosLo) dapat diberikan, tapi ada
risiko mengalami hiperkalsemia. Obat-obat tersebut mengikat fosfor dalam
saluran pencernaan. Semua agen pengikat harus diberikan bersama dengan
makanan agar bisa efektif.
Penanganan hipertensi dan kelebihan volume cairan
Hipertensi ditangani dengan 2 cara, yaitu mengontrol volume cairan tubuh
dengan menggunakan diuretik (berperan dalam mengeluarkan cairan tubuh
melalui urin) seperti furosemid dengan dosis 300-500 mg serta menggunakan obat
antihipertensi seperti cataprex atau propanolol. Gagal jantung dan pembengkakan
pada tubuh mungkin membutuhkan penanganan berupa pembatasan cairan, diet
rendah natrium (garam), diuretik, agens inotropik seperti digoxin atau dobutamine
dan dialisis. ACE-inhibitor dapat diberikan tapi harus dengan pengawasan ketat.
Penanganan anemia
Anemia yang berkaitan dengan GGK ditangani dengan pemberian
eritropoietin manusia rekombinan (Epogen). Pasien dengan anemia biasanya
datang dengan keluhan yang tidak spesifik seperti lemas, kelelahan dan
ketidakmampuan beraktivitas. Terapi eritropoietin diberikan agar pasien dapat
mencapai nilai laboratorium hematokrit antara 33%-38% dan hemoglobin sekitar
12 mg/dL.
Eritropoietin diberikan secara IV atau subkutan 3 kali seminggu pada
pasien GGK. Perlu waktu 2-6 minggu sampai nilai hematokrit naik; oleh karena
itu, terapi ini tidak diindikasikan pada pasien yang perlu penanganan segera untuk
anemia berat.
Penanganan Hiperkalemia dan Asidosis Metabolik (ketidakseimbangan asam-
basa tubuh)
Untuk mengatasi kegawatan akibat hiperkalemia dan asidosis metabolik
dapat diberikan obat-obatan di bawah ini:
- Kalsium glukonas 10%, 10 mL dalam waktu 10 menit intravena
- Bikarbonas natrikus 50-150 mEq intravena dalam waktu 15-30 menit
- Insulin dan glukosa : 6 unit insulin dan glukosa 50 g dalam waktu 1 jam
- Kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal
Jika terapi obat-obatan diatas tidak menunjukkan hasil yang signifikan,
maka jalan terakhir adalah dengan melakukan dialisis.
2) Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
keracunan zat-zat hasil metabolisme yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh
melalui kencing, dan mencegah malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh
terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir karena akan memperburuk
fungsi ginjal (LFG).
Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi
sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal.
Dialisis peritoneal (DP)
Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. CAPD merupakan metode
pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan
pembungkus organ perut). Pada hemodialisis, penyaring darah yang digunakan
adalah mesin dialysis, sedangkan pada CAPD menggunakan peritoneum sebagai
membrane penyaring darah.
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal. Pertimbangan
program transplantasi ginjal, yaitu:
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%)
fungsi ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80%
fungsi ginjal alamiah
b. Kualitas hidup normal kembali
c. Masa hidup lebih lama
d. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan
obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
3) Diet
Pada pasien gagal ginjal perlu dilakukan pembatasan asupan protein.
Membatasi makanan yang mengandung protein karena pemecahan protein di
dalam tubuh melibatkan kerja atau fungsi ginjal sehingga dapat memperberat
kerja ginjal sehingga dapat memperburuk kondisi ginjal pasien. Protein pada
pasien gagal ginjal dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr.
Pada gagal ginjal dengan stadium lanjut, terapi ditujukan untuk mengatasi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pembatasan cairan dan elektrolit
pada pasien gagal ginjal diperlukan untuk mencegah terjadinya bengkak
(edema). Cairan biasanya dibatasi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan
luas tubuh. Elektrolit yang perlu dibatasi adalah natrium dan kalium.
Pembatasan kalium dilakukan karena kalium dapat mempengaruhi irama
jantung. Oleh karena itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung
kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5 mEg/lt,
sedangkan pada natrium (garam) dibatasi untuk menghindari terjadinya
hipertensi dan bengkak (edema).
F. Pencegahan
Pencegahan Primordial
Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan,
gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan yang
dapat dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada dalam
masyarakat dengan cara membentuk pola fikir masyarakat agar mengatur pola
makan yang sehat dan minum air yang banyak (Jumlah yang dianjurkan adalah 2
liter per hari) agar terjaga kesehatan ginjal.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang
mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik. Orang yang berisiko
tinggi untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita kencing manis,
penderita tekanan darah tinggi, pasien dengan proteinuria (terdapat kadar protein
dalam urine) dan lainnya.
Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:
1. Pengaturan pola makan setiap hari, sesuai dengan kebutuhan kalori harian.
2. Mengatur pola konsumsi protein.
3. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan
meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk
dan membentuk kristal.
4. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.
5. Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, diantaranya menjamin
kebersihan makanan dan minuman, mengkonsumsi makanan sehat.
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan
yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan jantung, yaitu
pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan
fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah, anemia, penghentian
merokok, peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat badan (National
Kidney Foundation, 2009) .
G. Diet pada Penyakit Ginjal Kronis
1. Tujuan
a. Mencegah kekurangan gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status
gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Menjaga agar sisa metabolisme tidak berlebihan
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBBI (kilogram Berat Badan Ideal)
b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1-1,2 g/kgBB
ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD
c. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75 % dari kebutuhan energi total.
d. Lemak normal, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total.
e. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam.
f. Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam
g. Kalsium tinggi, yaitu 1000mg/hari.
h. Fosfor dibatasi, yaitu < 17 mg/kg BB ideal/hari
i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.
j. Suplemen vitamin, terutama vitamin larut air seperti B6, asam folat, dan
vitamin C.
k. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung
energi dan protein tinggi. Contohnya adalah susu khusus untuk pasien
gangguan ginjal, yaitu nephrisol.
3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet pada dialysis bergantung pada frekuensi dialysis, sisa fungsi
ginjal, dan ukuran badan pasien. Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis
diet dialysis :
a. Diet Dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
±50 kg
b. Diet Dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 60 kg
c. Diet Dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 65 kg
4. Bahan Makanan Sehari
Bahan
Makanan
60 g protein 65 g protein 70 g protein
Berat (g) Urt Berat (g) urt Berat (g) urt
Beras
Maizena
Telur ayam
Daging
Ayam
Tempe
Sayuran
Pepaya
Minyak
Gula pasir
Susu bubuk
Susu
200
15
50
50
50
75
200
300
30
50
10
100
3 gls nasi
3 sdm
1 btr
1 ptg sdg
1 ptg sdg
3 ptg sdg
1 gls
3 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
2 sdm
½ gls
200
15
50
50
50
100
200
300
30
50
10
100
3 gls nasi
3 sdm
1 btr
1 ptg sdg
1 ptg sdg
4 ptg sdg
2 gls
3 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
2 sdm
½ gls
220
15
50
75
50
100
200
300
30
50
10
100
3 ¼ gls nasi
3 sdm
1 btr
1 ptg bsr
1 ptg sdg
4 ptg sdg
2 gls
3 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
2 sdm
½ gls
5. Contoh Menu Sehari (Diet : Protein 60/2000 Kalori)
PAGI (gram) SIANG (gram) SORE (gram)
Nasi/Tim/Bubur : 100/150/200
Daging : 50
Telur : -
Tempe/Tahu : -
Sayuran : 50
Buah :
Snack (10.00)
Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300
Daging : 50
Telur : -
Tempe/Tahu : 25
Sayuran : 75
Buah : 100
Snack (16.00)
Nasi/Tim/Bubur : 150/225/300
Daging : 50
Telur : -
Tempe/Tahu : 25
Sayuran : 75
Buah : 100
Sumber : Almatsier (Ed), 2005.
6. Makanan yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan
Bahan Makanan Yang
Diperbolehkan
Bahan Makanan Yang Tidak
Diperbolehkan/Dibatasi
1. Sumber Karbohidrat
Nasi, roti putih, macaroni,
spageti, sagu, lontong, bihun,
makanan yang dibuat dari
tepung-tepungan, gula, madu,
sirup, jam, mentega, minyak,
margarine, permen, dll.
2. Sumber Protein
- Protein Hewani : telur, ayam,
daging, ikan, hati, keju, es
cream, yogurt, kerang,
kepiting, lobster.
- Protein Nabati : tahu, tempe,
kacang-kacangan dalam
jumlah terbatas ( 50% protein
hewani dan 50% protein
nabati)
3. Sayuran
Ketimun, terung, tauge, buncis,
kangkung, kacang panjang, kol,
kembang kol, slada, wortel,
jamur, dll sesuai jumlah yang
dianjurkan
4. Buah-Buahan
Nanas, papaya, duku, jambu, biji,
sawo, pear, semangka, apel,
anggur, jeruk manis, dll dalam
jumlah sesuai anjuran
1. Umbi-umbian : ubi, singkong,
keladi, dll
2. Bahan makanan yang tinggi
natrium, seperti : garam, roti
bakar, roti susu, makanan kaleng,
mie instan, keju, margarine, sosis,
ham, ikan asin, teri, kecap, saus
tomat, dll
3. Bahan makanan tinggi kalium :
Buah, sayur dan kacang-kacangan
seperti alpokat, pisang, leci,
mangga, tomat, rebung, daun
singkong, paprika, labu kuning,
bayam, kelapa, kacang tanah,
kacang hijau, kacang kedelai,
coklat, dll.
7. Hal yang perlu diperhatikan
a. Makanan lebih baik dibuat dalam bentuk tidak berkuah, seperti
ditumis, dipanggang, dikukus, dibakar, digoreng.
b. Agar meningkatkan cita rasa, gunakanlah lebih banyak bumbu-
bumbu seperti bawang, jahe, kunyit, salam, dll
c. Cara mengurangi kalium dari bahan makanan :
- Cuci buah/sayur dan bahan makanan lain yang telah dikupas
dan dipotong-potong kemudian rendam dalam air pada suhu
50-60o C (air hangat selama 2 jam) banyaknya air 10 kali
bahan makanan.
- Air dibuang dan bahan makanan dicuci dalam air mengalir
selama beberapa menit
- Setelah itu masaklah (lebih baik direbus dengan menggunakan
air sebanyak 5 kali bahan makanan)
Top Related