Penyimpanan Desikan
-
Upload
ruliana-umar -
Category
Documents
-
view
90 -
download
11
description
Transcript of Penyimpanan Desikan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALPOLITEKNIK NEGERI JEMBERJURUSAN PRODUKSI PERTANIANLABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
PERENCANAAN KEGIATAN DAN LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN BENIH
Acara Praktikum : Pengamatan Benih yang Diberi Desikan
Tujuan : Mahasiswa diharapkan mampu :1. Menjaga kadar air benih tetap terjaga pada saat
penyimpanan benih2. Mengetahui pengaruh desikan benih terhadap daya
simpan benih.3. Mengetahui tingkat viabilitas dan vigor benih setelah
disimpan dengan beberapa perlakuan desikan
Program Studi : Teknik Produksi Benih
Anggota : 1. Ruliana Umar NIM : A41 121 2682. Asep Supiandi NIM : A41 121 6503. Icha Trisna NIM : A41 121 6564. Rianti Latifah NIM : A41 121 661
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih
Pembimbing : Dwi Rahmawati SP, MP
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIHJURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
2014
Telah Diperiksa :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desikan merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan tinggi
dalam menyerap air, dan dapat digunakan untuk pengeringan atau
mempertahankan kelembaban yang rendah jika disimpan bersama dengan benih
(Mulyanto, 2010)
Kapur tohor memiliki sifat higroskopis, yaitu pada keadaan kering bahan
tersebut dapat menyerap uap air dari lingkungan di sekitarnya. Dengan sifat
seperti itu, bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengering (desikan)
dalam kemasan benih. Dengan pengering alam kemasan benih, udara di
sekitar benih dalam kemasan tersebut akan memiliki kelembaban relatif yang
rendah.
Kelembaban relatif yang rendah akan sangat kondusif bagi
penyimpanan benih dalam jangka menengah dan panjang, karena akan menjaga
kadar air benih tetap rendah selama penyimpanan, dan mencegah pertumbuhan
dan perkembangan cendawan, sehingga viabilitas benih akan lambat mengalami
penurunan
Kadar air keseimbangan yaitu keadaan dimana keadaan air seimbang
dalam kelembaban udara pada suhu tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh sikap
higroskopis dari komponen penyimpanan pada benih, yaitu benih yang kandungan
proteinnya tinggi atau kulit benih yang mudah maupun sukar menyerap air
(Mulyanto,2010)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini, antara lain :
1. Menjaga kadar air benih tetap terjaga pada saat penyimpanan benih
2. Mengetahui pengaruh desikan benih terhadap daya simpan benih.
3. Mengetahui tingkat viabilitas dan vigor benih setelah disimpan dengan
beberapa perlakuan desikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Yang
dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang tercapai pada saat benih
masak fisiologis atau berada pada stadium II dalam konsep Steinbaurer.
Kemasakan fisiologis diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh
benih sebelum keadaan optimum untuk panen dapat dimulai.
Maksud dari penyimpanan benih adalah agar benih dapat ditanam pada
musim yang sama di lain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang
sama, atau untuk tujuan pelestarian benih dari sesuatu jenis tanaman. Untuk
maksud-maksud ini diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari,
semusim, setahun bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan untuk
pelestarian jenis. (Sutopo, 1984)
Di samping watak genetiknya sendiri yang menyebabkan perbedaan,
faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap daya simpan benih. Bila ditinjau
dari viabilitasnya secara umum benih dibedakan antara berdaya simpan baik,
sedang dan jelek. Agar benih mempunyai daya simpan yang tinggi atau baik maka
benih harus bertitik tolak dari vigor dan daya kecambah yang semaksimum
mungkin. Bekal kekuatan itu ditumpu oleh benih sewaktu masih berada dalam
asuhan pohon induknya. Mulai dari masa-masa awal pembentukan biji, kekuatan
itu terus bertambah dan mencapai maksimum pada saat biji masak fisiologis, di
saat mana biji tepat untuk dipanen. Biji yang telah memiliki kekuatan maksimum
itu kemudian dikeringkan hingga kadar air tertentu yang sesuai untuk tujuan
penyimpanan. Karena tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk
mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, jadi jangan sampai
simpanan energi yang dimiliki benih menjadi bocor dan benih sudah tidak
mempunyai cukup energi untuk tumbuh pada saat ditanam. (Justice, 1990)
Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat dan
lemah. Karena periode simpan merupakan fungsi dari waktu maka perbedaan
antara benih yang kuat dan lemah terletak pada kemampuannya untuk tidak
dimakan waktu. (S.Sadjad,1976 dalam Sutopo,1984)
Berdasarkan umur yang dicapai oleh benih tanaman dalam kondisi
penyimpanan yang optimal dibagi dalam tiga golongan yaitu benih mikrobiotik,
mesobiotik dan makrobiotik. Penggolongan ini sangat tergantung kepada
pengetahuan tentang kondisi penyimpanan yang optimal bagi tiap-tiap jenis benih
tanaman. Biasanya udara yang benar-benar kering dan dingin dapat melindungi
benih dengan baik. Biji-bijian dan benih dari bahan pangan umumnya tidak tahan
disimpan terlalu lama. Misal benih kedelai. Tetapi biji-bijian lain dari famili
Legummosae dapat mencapai waktu penyimpanan yang lama. Misal Mimosa
gromaratastahan disimpan selama 81 tahun, Cassia sp. Tahan disimpan selama
115 tahun. Benih-benih dari famili Malvaceae dan Nymphaceae dapat disimpan
antara 50-150 tahun. (Kartasapoetra, 1986)
Delouche et al (1972, dalam Sutopo, 1984) membedakan antara kondisi
lingkungan yang memungkinkan untuk penyimpanan yaitu penyimpanan jangka
pendek (1-9 bulan), penyimpanan jangka menengah (18-24 bulan) dan
penyimpanan jangka panjang (3-10 tahun).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Benih yang berjudul
Pengamatan Benih yang Diberi Desikan Semester V Tahun 2014 dilaksanakan
pada:
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih
Hari/Tanggal : Selasa, 16 September 2014 (Penggunaan desikan)
Selasa, 25 November 2014 (Pengamatan)
Waktu : 11.00 – 13.00 WIB
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum
berlangsung antara lain:
1. Desikator
2. Karet
3. Label
4. Timbangan analitik
5. Germinator
6. Kain kassa
7. Kertas merang
8. Kertas buram
9. Botol kaca
10. Silica gel
11. Kapur tohor
12. Abu Gosok
13. Oven
14. Cawan porselen
15. Benih jagung, kedelai, kacang
tanah dan padi
3.3 Prosedur Kerja
1. Pelaksanaan praktek
a. Penggunaan Desikan
Timbang masing-masing 50 gram benih jagung, benih kedelai, benih padi
dan benih kacang tanah.
Masukkan kedalam wadah plastik
Tambahkan desikan (silica gel, kapur tohor, abu gosok) kedalam masing-
masing gelas berisi benih sesuai dengan pembagian tugas
Tutup wadah plastik
Beri label pada wadah
Benih disimpan dan diamati setelah 2 bulan penyimpanan.
b. Pengujian kadar air setelah penyimpanan dan daya kecambah
Lakukan uji KA seperti pada pengujian KA awal
Lakukan uji daya kecambah dan vigor dengan metode UKDp
Siapkan kertas merang lembab
Alaskan kertas merang dengan plastik
Susun benih jagung, kedelai, kacang tanah dan padi masing-masing
sebanyak 25 butir diatas kertas merang secara zig zag.
Setelah itu tutup dengan kertas merang lembab
Gulung lapisan kertas merang yang sudah berisi benih lalu ikat dengan
karet.
Beri label dan amati perkecambahan dan vigornya (KST dan KCT)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Kadar air sebelum penyimpanan
Benih M1 M2 M3 % KA
Jagung 54,894 5,182 59.485 11Kacang Tanah 44,526 5,291 49.537 5Kedelai 52,198 5,071 56.809 9Padi 45,129 5,193 49.847 9
Tabel 2. Kadar air setelah penyimpanan dengan 3 perlakuan desikan
Silica Gel % Kadar Air Rerata
BenihUlang
1Ulang
2Ulang
3Ulang
4Ulang
5Ulang
6 KAJagung 11,442 10,833 11,695 10,288 11,059 10,68 11,000Kedelai 9,045 8,874 8,926 8,681 8,161 8,346 8,672Padi 10,28 9,254 10,061 9,127 9,329 9,033 9,514K. Tanah 5,941 7,635 5,859 5,779 11,485 7,534 7,372
Kapur Tohor % Kadar Air
BenihUlang
1Ulang
2Ulang
3Ulang
4Ulang
5Ulang
6 Jagung 11,465 13,314 7,939 9,136 10,218 10,364 10,406Kedelai 8,577 5,868 7,189 7,707 8,032 8,322 7,616Padi 9,505 6,621 14,536 8,475 9,457 8,669 9,544K. Tanah 5,87 13,287 5,613 5,082 5,434 5,452 6,790
Abu Gosok % Kadar Air
BenihUlang
1Ulang
2Ulang
3Ulang
4Ulang
5Ulang
6 Jagung 10,914 7,387 12,215 11,527 11,102 10,896 10,674Kedelai 9,532 8,696 8,631 7,878 8,476 8,459 8,612Padi 9,675 9,313 9,487 9,728 9,538 9,198 9,490K. Tanah 6,033 5,947 6,257 5,267 5,748 5,948 5,867
Tabel 3. Data Viabilitas Benih
Silica Gel % Viabilitas Benih Rerata
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6 DB
Jagung 100 94 100 100 92 92 96K. Tanah 20 76 55 88 88 36 61Kedelai 44 74 48 48 48 28 48Padi 96 96 100 100 84 88 94
Kapur Tohor % Viabilitas Benih
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6
Jagung 100 94 100 100 92 92 96K. Tanah 24 92 65 80 84 32 63Kedelai 48 80 56 60 40 48 55Padi 84 92 100 92 48 84 83
Abu Gosok % Viabilitas Benih
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6
Jagung 96 90 100 100 88 100 96K. Tanah 12 84 35 60 64 24 47Kedelai 20 88 52 48 44 36 48Padi 88 98 100 100 64 92 90
Tabel 4. Data Keserempakan Tumbuh
Silica Gel % Keserempakan Tumbuh Rerata
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6 KST
Jagung 96 82 24 44 60 56 60
K. Tanah 20 48 10 20 64 12 29
Kedelai 44 32 20 20 40 12 28
Padi 96 68 16 40 52 44 53
Kapur Tohor % Keserempakan Tumbuh
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6
Jagung 96 80 20 68 40 48 59
K. Tanah 24 64 10 72 36 16 37
Kedelai 48 30 32 52 20 20 34
Padi 84 88 24 76 28 48 58
Abu Gosok % Keserempakan Tumbuh
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6
Jagung 100 84 20 60 56 60 63
K. Tanah 12 54 15 48 48 16 32
Kedelai 20 62 44 24 28 20 33
Padi 88 82 26 60 44 40 57
Tabel 5. Data Kecepatan Tumbuh
Silica Gel % Kecepatan Tumbuh Rerata
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6 KCT
Jagung 23,4 20 33,3 23 33,3 29,7 27,1
K. Tanah 3,4 14,8 20 25,7 25,9 30 20,0
Kedelai 5,9 19,3 17,3 11,4 20 10,8 14,1
Padi 20,5 16,7 23,3 16,8 33,3 32,1 23,8
Kapur Tohor % Kecepatan Tumbuh
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6
Jagung 22,2 22 32 25,1 33,3 30,3 27,5
K. Tanah 4,3 13,3 26,6 19,7 5,6 27,7 16,2
Kedelai 4,8 16,4 17,3 19,8 22,6 17,3 16,4
Padi 16 15 33,3 16,3 30,6 23,2 22,4
Abu Gosok % Kecepatan Tumbuh
BenihUlang 1
Ulang 2
Ulang 3
Ulang 4
Ulang 5
Ulang 6
Jagung 21,4 22,8 33,3 32 33,3 25,1 28,0
K. Tanah 2,8 13,6 16,6 16,5 24,6 16 15,0
Kedelai 4 17,7 20 11,1 26,6 16,5 16,0
Padi 16,8 15,7 33,3 16,5 33,3 29,7 24,2
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kadar Air
Hasil analisis sidik ragam dengan pengamatan kadar air diketahui bahwa
pengamatan pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil seperti yang
tertera pada Tabel 4.2.1.1
Tabel 4.2.1.1 Hasil ANOVA Kadar air
SK db JK KT F hit Notasi 5% 1%Perlakuan 11 171,626 15,602 6,154 ** 1,952212 2,55867
B 3 4,302 53,139 20,960 ** 2,758078 4,125892
D 2 159,418 2,151 0,848 NS 3,150411 4,977432BXD 6 7,906 1,318 0,520 NS 2,254053 3,118674Galat 60 152,120 2,535Total 71 323,746
Keterangan: NS = tidak berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam kadar air menunjukkan bahwa perlakuan jenis
desikan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan perlakuan
jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi antara
jenis benih dan jenis desikan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap kadar air.
Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat nyata, maka
dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.1.2
Tabel 4.2.1.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf 5% Terhadap Kadar Air Benih
Perlakuan Jenis Benih Rata-rataNotasi
(B) (%)B1 64, 158 dB2 49,8 bB3 40,057 aB4 57,09533 c
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.1.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda nyata
dengan B2 (Kedelai), B3 (K. Tanah) dan B4 (Padi).
Pengaruh jenis benih terhadap kadar air diketahui paling tinggi terdapat
pada perlakuan B1 (64,158%), kemudian perlakuan B4 (57,09533%) dan
perlakuan B2 (49,8%), serta kadar air paling rendah adalah perlakuan B3
(40,057%). Hal ini disebabkan karena tiap-tiap benih memiliki porositas dan
kandungan komposisi kimia yang berbeda, untuk benih jagung dan padi banyak
mengandung karbohidrat sehingga mudah menyerap udara disekitarnya, selain itu
porositas membrannya juga lebih besar sehingga mempermudah keluar masuknya
udara. Sedangkan untuk benih kedelai porositasnya lebih kecil dibandingkan
dengan jagung dan padi, sehingga proses penyerapan udaranya lebih sedikit,
untuk benih kacang tanah tingkat porositasnya sangat kecil, karena kandungan
lemak yang dimilikinya sangat tinggi sehingga udara sulit mengalami pertukaran.
Penentuan kadar air untuk penyimpanan benih salah satunya melalui
pertimbangan genetis benih. Tiap benih orthodox meskipun jenisnya sama yakni
membutuhkan kadar air yang rendah dalam penyimpanannya namun untuk
lamanya benih dalam kondisi prima berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan
faktor genetis masing – masing benih berbeda. Menurut Sudarmaji, et al., (1989)
komposisi kimia benih seperti karbohidrat, protein, dan lemak dapat berpengaruh
terhadap lama masa simpan suatu benih. Benih dengan kandungan protein tinggi
seperti kedelai cenderung mudah pecah dibandingkan jagung yang kadar
proteinnya lebih rendah. Oleh karena itu benih kedelai tidak bisa disimpan dalam
waktu yang relatif lama karena rawan terjadi kerusakan mekanis.
Kadar air merupakan komponen penting yang ada pada benih, kandungan
kadar air pada benih berbeda-beda pada tiap jenisnya. Pada prinsipnya pembagian
benih berdasarkan kadar air dibedakan menjadi dua yakni benih orthodox dan
benih rekalsitran. Benih orthodox merupakan jenis benih yang dapat disimpan
dengan optimal pada kadar air yang relatif rendah yakni diantara 12 – 15%,
contohnya kedelai, jagung, padi dan lain sebagainya. Sebaliknya benih rekalsitran
kadar air optimalnya minimum 20 %, contoh benih rekalsitran misalnya kakao,
duren, manggis dan lain sebagainya. (Kartasapoetra, 1986)
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Kadar Air dapat dilihat pada grafik yang
tertera pada Gambar 4.2.1.3
B1D1 B1D2 B1D3 B2D1 B2D2 B2D3 B3D1 B3D2 B3D3 B4D1 B4D2 B4D30
2
4
6
8
10
1210.99910.406 10.673
8.6727.615
8.612
7.3726.789
5.866
9.514 9.543 9.489
4.2.2 Daya Kecambah
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin, oleh karena itu
dibutuhkan suatu metode yang tepat. Dari hasil analisis sidik ragam daya
kecambah dapat dilihat pada tabel 4.2.2.1
Tabel 4.2.2.1 Hasil ANOVA Daya Kecambah
SK db JK KT F hit Notasi 5% 1%
Perlakuan11 29748,708 2704,428 8,286 **
1,952212
2,55867
B3 325,333 9417,421 28,854 **
2,758078
4,125892
D2 28252,264 162,667 0,498 NS
3,150411
4,977432
BXD6 1171,111 195,185 0,598 NS
2,254053
3,118674
Galat 60 19583,167 326,386
Total 71 49331,875 Keterangan: NS = tidak berbeda nyata
** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan
jenis desikan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan
perlakuan jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi
antara jenis benih dan jenis desikan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
daya kecambah. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat
nyata, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.2.2
Tabel 4.2.2.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf 5% Terhadap Daya Kecambah
Perlakuan Jenis Benih Rata-rataNotasi
(B) (%)B1 576,6667 dB2 303,3333 bB3 339,6667 aB4 535,3333 c
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.2.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda
nyata dengan B2 (Kedelai), B3 (K. Tanah) dan B4 (Padi). Pengaruh jenis benih
terhadap daya kecambah diketahui paling tinggi terdapat pada perlakuan B1
(576,6667%), kemudian perlakuan B4 (535,3333%) dan perlakuan B3
(339,6667%), serta kadar air paling rendah adalah perlakuan B2 (303,3333%).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daya berkecambah tiap-tiap benih
berbeda, sama dengan kandungan air didalamnya. Bila ditinjau dari viabilitasnya
secara umum benih dibedakan antara berdaya simpan baik, sedang dan jelek. Agar
benih mempunyai daya simpan yang tinggi atau baik maka benih harus bertitik
tolak dari vigor dan daya kecambah yang semaksimum mungkin. Bekal kekuatan
itu ditumpu oleh benih sewaktu masih berada dalam asuhan pohon induknya.
Mulai dari masa-masa awal pembentukan biji, kekuatan itu terus bertambah dan
mencapai maksimum pada saat biji masak fisiologis, di saat mana biji tepat untuk
dipanen. Biji yang telah memiliki kekuatan maksimum itu kemudian dikeringkan
hingga kadar air tertentu yang sesuai untuk tujuan penyimpanan. Karena tujuan
utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang
maksimum selama mungkin, jadi jangan sampai simpanan energi yang dimiliki
benih menjadi bocor dan benih sudah tidak mempunyai cukup energi untuk
tumbuh pada saat ditanam. (Justice, 1990)
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan
dibagi menjadi 2 yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain jenis
dan sifat benih, viabilitas awal benih dan kandungan air benih. Sementara itu
faktor luar meliputi temperatur, kelembaban, gas di sekitar benih dan mikro
organisme.
Jenis dan sifat benih sangat penting untuk diketahui apakah benih
tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis, sedang atau dingin yang bersifat
hydrophyt, mesophyt atau xerophyt, apakah termasuk ke dalam golongan
mikrobiotik, mesobiotik atau makrobiotik dan lain-lain. Semua keterangan tentang
jenis dan sifat benih ini sangat penting untuk dapat mempertahankan viabilitas
benih selama penyimpanan. Cara dan tempat penyimpanan benih pun harus
ditentukan sesuai dengan jenis dan sifat benih yang akan disimpan.
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Daya Kecambah dapat dilihat pada grafik
yang tertera pada Gambar 4.2.2.3
B1D2 B1D3 B2D1 B2D2 B2D3 B3D1 B3D2 B3D3 B4D1 B4D2 B4D30
20
40
60
80
100
12096.333 95.666
48.33355.333
4860.5 62.833
46.5
9483.333
90.333
4.2.3 Keserempakan Tumbuh
Keserempakan tumbuh merupakan persentase kecambah normal kuat yang
diamati antara first count dan final count. Data hasil analisis sidik ragam
keserempakan tumbuh dapat dilihat pada tabel 4.2.3.1.
Tabel 4.2.3.1 Hasil ANOVA Keserempakan Tumbuh
SK db JK KT F hit Notasi 5% 1%
Perlakuan11 13005,042 1182,277 2,183 *
1,952212
2,55867
B3 267,583 4178,532 7,714 **
2,758078
4,125892
D2 12535,597 133,792 0,247 NS
3,150411
4,977432
BXD6 201,861 33,644 0,062 NS
2,254053
3,118674
Galat 60 32498,833 541,647
Total 71 45503,875
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan
jenis desikan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan
perlakuan jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi
antara jenis benih dan jenis desikan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
daya kecambah. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat
nyata, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.3.2
Tabel 4.2.3.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf 5% Terhadap Keserempakan Tumbuh
Perlakuan Jenis Benih Rata-rataNotasi
(B) (%)B1 364,6667 bB2 189,333 aB3 196,3333 aB4 334,6667 b
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.3.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda
nyata dengan B2 (Kedelai) dan B3 (K. Tanah) tetapi berbeda tidak nyata pada B4
(Padi). Pengaruh jenis benih terhadap keserempakan tumbuh diketahui paling
tinggi terdapat pada perlakuan B1 (364,6667%), kemudian perlakuan B4
(334,6667%) dan perlakuan B3 (196,3333%), serta kadar air paling rendah adalah
perlakuan B2 (189,333%).
Dapat di lihat bahwa pada benih jagung dan padi memiliki daya kecambah
normal kuat paling banyak diantara benih yang lainnya. Untuk perkecambahan
kacang tanah dan kedelai yang uji, hanya sedikit benih yang berkecambah normal
kuat, selebihnya tidak terjadi proses perkecambahan melainkan hanya terjadi
pembengkakkan dan lama kelamaan terjadi pembusukan. Hal ini kami duga
karena terlalu banyaknya air yang membasahi kertas, dalam perkecambahan air
yang merupakan factor eksternal yang utama yang dibutuhkan dalam keadaan
yang cukup, tetapi karena air yang ada pada kertas sepertinya melebihi
kecukupan, sehingga terlalu lembab yang menyebabkan timbulnya jamur, karena
banyaknya air memungkinkan keadaan biji atau benih yang digulung dalam kertas
yang dibasahi tersebut seperti direndam.
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Keserempakan Tumbuh dapat dilihat pada
grafik yang tertera pada Gambar 4.2.3.3
B1D1 B1D2 B1D3 B2D1 B2D2 B2D3 B3D1 B3D2 B3D3 B4D1 B4D2 B4D30
10
20
30
40
50
60
7060.333 58.666
63.333
2833.666 33
2937
32.166
52.66658 56.666
4.2.4 Kecepatan Tumbuh
Vigor benih di dalam pertanaman akan tercermin dalam kekuatan tumbuh
benih melalui kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih.
Kecepatan tumbuh benih adalah jumlah % kecambah normal/etmal. Berikut ini
merupakan tabel 4.2.4.1 hasil analisis sidik ragam kecepatan tumbuh.
Tabel 4.2.4.1 Hasil ANOVA Kecepatan Tumbuh
SK db JK KT F Hit Notasi 5% 1%
Perlakuan11 1812,213 164,747 3,005 **
1,952212
2,55867
B3 5,080 567,190 10,344 **
2,758078
4,125892
D2 1701,569 2,540 0,046 NS
3,150411
4,977432
BXD6 105,563 17,594 0,321 NS
2,254053
3,118674
Galat 60 3289,933 54,832Total 71 5102,146
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata
Dari analisis sidik ragam daya kecambah menunjukkan bahwa perlakuan
jenis desikan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata, sedangkan
perlakuan jenis benih memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Interaksi
antara jenis benih dan jenis desikan menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
daya kecambah. Untuk mengetahui perlakuan jenis benih yang berbeda sangat
nyata, maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur 5%. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.4.2
Tabel 4.2.4.2 Hasil Uji Lanjutan Perlakuan Jenis Benih dengan BNJ pada Taraf 5% Terhadap Keserempakan Tumbuh
Perlakuan Jenis Benih Rata-rataNotasi
(B) (%)B1 165,1667 cB2 92,93333 aB3 102,3667 aB4 140,8 b
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
Pada Tabel 4.2.4.2, terlihat bahwa jenis benih pada B1 (Jagung) berbeda
nyata dengan B2 (Kedelai), B3 (K. Tanah) dan B4 (Padi). Tetapi benih pada B2
(Kedelai) tidak berbeda nyata dengan B3 (Kacang Tanah). Pengaruh jenis benih
terhadap keserempakan tumbuh diketahui paling tinggi terdapat pada perlakuan
B1 (165,1667%), kemudian perlakuan B4 (140,8%) dan perlakuan B3
(102,3667%), serta kadar air paling rendah adalah perlakuan B2 (92,93333%).
Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan
sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubungan
dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
a) Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.
b) Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang
tidak sesuai untuk pertumbuhan.
c) Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan
(Salomao, 2002)
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan
dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari
benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu
sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di
embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan
kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung (Kuswanto, 1997).
Daya kecambah benih semakin menurun sejalan dengan bertambahnya
umur benih. Hingga sekarangpun kebanyakan penelitian tentang perubahan
fisiologis dan biokimiawi pada benih, biji berminyak, dan biji konsumsi
mengikutsertakan rencana untuk menentukan persentase daya kecambahnya
sebagai kriteria kemunduran atau perubahan (Sutopo, 1993).
Untuk lebih jelasnya, rata-rata Kecepatan Tumbuh dapat dilihat pada
grafik yang tertera pada Gambar 4.2.4.3
B1D1 B1D2 B1D3 B2D1 B2D2 B2D3 B3D1 B3D2 B3D3 B4D1 B4D2 B4D30
5
10
15
20
25
3027.116 27.483 27.983
14.11616.366 15.983
19.966
16.2 15.016
23.783 22.424.216
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu :
1. Perlakuan desikan (silica gel, kapur tohor, abu gosok) tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap parameter pengamatan yang diamati yaitu
kadar air, daya kecambah, keserempakan tumbuh serta kecepatan tumbuh.
2. Sebaliknya perlakuan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata
dilihat dari parameter pengamatan yang di amati.
3. Untuk parameter kadar air, benih jagung dan kedelai dapat menurun kadar
airnya apabila disimpan pada desikan kapur tohor, sedangkan pada benih
kacang tanah dan padi akan turun kadar airnya apabila disimpan pada
desikan abu gosok.
4. Untuk parameter DB, KST dan KCT menunjukkan persentase yang baik
bila disimpan pada desikan kapur tohor, kemudian silica gel dan abu
gosok.
5. Benih yang tahan disimpan jangka lama yaitu jagung dan padi, sedangkan
benih kedelai dan kacang tanah tidak tahan apabila disimpan terlalu lama,
karena akan menurunkan vigor serta viabilitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://yusufkhoirul.blogspot.com/2012/04/penyimpanan-benih.html
http://nancybastianovic.blogspot.com/2011/11/laporan-kadar-air-dan-penyimpanan-benih.html
http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_1/no4_kdlaihtm&knng.pdf
http://terlanjurabu-abu.blogspot.com/2012/06/makalah-vigor-dan-viabilitas-benih.html
http://nixiemeilya.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-teknologi-benih_6.html
http://findy246.blogspot.com/2013/11/laporan-ilmu-dan-teknologi-benih.html
http://uarizkyarto.blogspot.com/2013/07/pengujian-kadar-air-benih.html